bab i,ii,iii

87
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa pada hakikatnya hal yang tak mungkin dipisahkan dengan kehidupan manusia. Bahkan tidak berlebihan apabila dikatakan bahwa sejak bangun tidur hingga tiba saatnya untuk kembali tidur manusia tetap akan akrab dengan hasil budaya yaitu bahasa. Sejalan dengan hal tersebut, Sapani, dkk., (2007) mengemukakan bahwa tujuan utama mempelajari bahasa dengan baik adalah agar seseorang mampu berkomunikasi dengan baik karena bahasa merupakan media utama bagi manusia untuk berkomunikasi dengan sesamanya, baik untuk berbagi rasa, informasi, bertukar pikiran, mencari dan menyebarkan ilmu, maupun untuk mengembangkan budaya, ilmu, dan teknologi. 1

Upload: rusdi

Post on 25-Jun-2015

1.266 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab I,II,III

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bahasa pada hakikatnya hal yang tak mungkin dipisahkan dengan

kehidupan manusia. Bahkan tidak berlebihan apabila dikatakan bahwa sejak

bangun tidur hingga tiba saatnya untuk kembali tidur manusia tetap akan akrab

dengan hasil budaya yaitu bahasa. Sejalan dengan hal tersebut, Sapani, dkk.,

(2007) mengemukakan bahwa tujuan utama mempelajari bahasa dengan baik

adalah agar seseorang mampu berkomunikasi dengan baik karena bahasa

merupakan media utama bagi manusia untuk berkomunikasi dengan

sesamanya, baik untuk berbagi rasa, informasi, bertukar pikiran, mencari dan

menyebarkan ilmu, maupun untuk mengembangkan budaya, ilmu, dan

teknologi.

Bahasa memaparkan semua konsep dengan kata atau rangkaian kata.

Bahasa dapat dikuasai jika menguasai sejumlah kata. Meskipun demikian

menguasai kata belum berarti menguasai bahasa. Bila ditelaah lebih lanjut,

pemakaian bahasa untuk berbagi keperluan, berbagai tujuan serta digunakan

dalam berbagai suasana, situasi dan lingkungan itu. Satu hal yang tidak boleh

dilupakan adalah bahasa memegang peranan penting sebagai alat komunikasi,

1

Page 2: Bab I,II,III

2

yaitu sebagai alat penghubung antara individu dan antara masyarakat

pemakaian bahasa.

Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar mengacu kepada

kurikulum 2004 (Kurikulum Berbasis Kompetensi), yang menekankan pada

aspek pelatihan keterampilan berbahasa dalam konteks pendekatan terpadu.

Keterampilan berbahasa meliputi aspek keterampilan menyimak, berbicara,

membaca, dan menulis. Keempat keterampilan dalam pelaksanaan

pembelajaran bahasa Indonesia dipadukan antara berbicara – membaca – dan

menulis atau menyimak – berbicara – menulis. Penerapan pembelajaran bahasa

Indonesia dilaksanakan secara terpadu dengan menggunakan tema-tema

tertentu.

Salah satu keterampilan berbahasa di atas adalah kemampuan menulis

berupa karangan sangat penting dimiliki setiap siswa sekolah dasar. Hal ini

sesuai pendapat (Abdurrahman, 1999: 223) bahwa:

Banyak orang yang lebih menyukai membaca daripada menulis, karena menulis dirasakan lebih lambat dan lebih sulit. Meskipun demikian, kemampuan menulis sangat diperlukan baik dalam kehidupan di sekolah maupun di masyarakat. Para siswa memerlukan kemampuan menulis untuk menyalin, mencatat, atau untuk menyelesaikan tugas-tugas sekolah.

Pendapat tersebut menegaskan pentingnya kemampuan menulis,

karena dalam menulis, seseorang dapat menuangkan ide, perasaan, maupun

2

Page 3: Bab I,II,III

3

pikirannya dalam bentuk tulisan. Bahkan dengan kemampuan menulis,

seseorang dapat mencatat berbagai pengetahuan yang dianggap penting untuk

dipelajari. Lebih lanjut (Abdurrahman, 1999: 223) menegaskan pentingnya

kemampuan menulis dengan menyatakan:

Menulis bukan hanya menyalin tetapi juga mengekspresikan pikiran dan perasaan ke dalam lambang-lambang tulisan. Kegunaan menulis adalah untuk menyalin, mencatat dan mengerjakan sebagian besar tugas sekolah. Tanpa memiliki kemampuan untuk menulis, siswa akan mengalami banyak kesulitan dalam melaksanakan ketiga jenis tugas tersebut.

Walaupun kemampuan menulis seperti menulis karangan, baik cerita,

sajak, maupun puisi sangat penting dimiliki setiap siswa sekolah dasar sebagai

usia dini dalam pembinaan keterampilan berbahasa di lembaga pendidikan

formal. Akan tetapi dalam kenyataannya masih cukup banyak siswa yang

belum mampu menuangkan ide, pikiran dan perasaannya dalam bentuk tulisan.

Hal ini juga dialami oleh sebagian siswa kelas III SD Negeri 5 Panasakkang,

Kecamatan Tanralili, Kabupaten Maros (survey, September 2009).

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas III sekaligus guru pelajaran

bahasa Indonesia, diperoleh informasi bahwa anak walinya menunjukkan

perbedaan kemampuan menulis karangan yang cukup berbeda. Ada siswa yang

lancar sekali dalam berbicara, tetapi sulit menuangkan ide, pikiran dan

perasaannya dalam bentuk tulisan. Namun, kadang ada siswa yang kelihatan

3

Page 4: Bab I,II,III

4

pendiam, suka menyendiri, akan tetapi apabila dilihat dari kemampuannya

menulis yaitu mengekspresikan ide, pikiran dan perasaannya dalam tulisan,

maka dia memiliki kemampuan yang cukup baik dari aspek keindahan tulisan,

ejaan, maupun tata bahasa. Demikian pula, ada siswa yang memiliki karangan

yang memiliki alur cerita yang baik, namun kurang memperhatikan aspek tata

bahasa khususnya tanda baca ataupun tulisannya kurang indah.

Hasil survei di atas sangat relevan dengan hasil kajian Suparno (1994:

84) bahwa ”kemampuan menulis siswa sekolah dasar sering dinyatakan masih

rendah dan sering dipertanyakan”. Bahkan Badudu Haryadi (1997: 132)

mengemukakan bahwa ”rendahnya mutu kemampuan menulis siswa

disebabkan oleh kenyataan bahwa pengajaran mengarang dianaktirikan”.

Pentingnya kemampuan siswa menulis karangan dalam hal ini

karangan narasi, maka selayaknya guru pelajaran bahasa Indonesia berupaya

meningkatkan kualitas pembelajaran, seperti menggunakan media gambar seri

dalam merangsang daya pikir, imajinasi atau ide siswa dalam bentuk tulisan

dengan mengacu kepada media gambar seri yang diberikan. Melalui

pemanfaatan media gambar seri dalam pembelajaran mengarang narasi, maka

diharapkan kemampuan siswa dalam mengarang narasi dapat lebih meningkat

sehingga diharapkan kemampuan belajar dalam bahasa Indonesia meningkat

dan berpengaruh terhadap prestasi belajarnya.

4

Page 5: Bab I,II,III

5

Hal ini sesuai dengan pendapat Achsin (1993: 23) “Media

pembelajaran dapat menarik dan memperbesar perhatian anak didik terhadap

materi pengajaran yang disajikan”. Pendapat tersebut menegaskan bahwa

kegiatan pembelajaran dengan menggunakan media akan dapat lebih efektif

meningkatkan kemampuan dan hasil belajar siswa, jika dibandingkan guru

melakukan pembelajaran tanpa menggunakan media pembelajaran, dan salah

satu jenis media pembelajaran yang dapat digunakan guru dalam pembelajaran

bahasa Indonesia adalah media gambar seri dalam meningkatkan kemampuan

mengarang siswa.

Pentingnya kemampuan mengarang bagi setiap siswa karena merupakan

ekspresi ide, pikiran, dan perasaan siswa, maka penulis tertarik untuk

mengkajinya melalui kegiatan eksperimen dengan menggunakan media

gambar seri dalam meningkatkan kemampuan mengarang siswa, dengan

mengangkat judul ”Peningkatan Kemampuan Mengarang Narasi dengan

Menggunakan Media Gambar Seri Siswa Kelas III SD Negeri 5 Panasakkang

Kecamatan Tanralili Kabupaten Maros.”

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dirumuskan tiga

masalah pokok penelitian ini sebagai berikut:

5

Page 6: Bab I,II,III

6

1. Bagaimanakah tingkat prestasi belajar siswa dalam pembelajaran

mengarang narasi yang diajar dengan menggunakan media gambar seri

siswa kelas III SD Negeri 5 Panasakkang, Kecamatan Tanralili, Kabupaten

Maros?

2. Bagaimanakah tingkat prestasi belajar siswa dalam pembelajaran

mengarang narasi yang diajar dengan tidak menggunakan media gambar

seri siswa kelas III SD Negeri 5 Panasakkang, Kecamatan Tanralili,

Kabupaten Maros?

3. Apakah ada pengaruh pemanfaatan media gambar seri terhadap prestasi

belajar dalam pembelajaran mengarang narasi siswa kelas III SD Negeri 5

Panasakkang, Kecamatan Tanralili, Kabupaten Maros?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan penelitian

Mengacu kepada rumusan masalah di atas, maka tujuan pelaksanaan

penelitian ini adalah untuk:

a.Mengetahui tingkat prestasi belajar siswa dalam pembelajaran

mengarang narasi yang diajar dengan menggunakan media gambar

seri siswa kelas III SD Negeri 5 Panasakkang Kecamatan Tanralili

Kabupaten Maros.

6

Page 7: Bab I,II,III

7

b. Mengetahui tingkat prestasi belajar siswa dalam pembelajaran

mengarang narasi yang diajar dengan tidak menggunakan media

gambar seri siswa kelas III SD Negeri 5 Panasakkang Kecamatan

Tanralili Kabupaten Maros.

c.Mengetahui pengaruh pemanfaatan media gambar seri terhadap prestasi

belajar siswa kelas III SD Negeri 5 Panasakkang Kecamatan Tanralili

Kabupaten Maros.

2. Manfaat Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini dapat memberi manfaat, baik manfaat teoritis maupun

praktis sebagai berikut:

a. Manfaat teoritis:

1) Sebagai bahan informasi bagi akademisi untuk peningkatan

kualitas pendidikan, khususnya pembelajaran dengan

menggunakan media.

2) Sebagai bahan perbandingan sekaligus bahan referensi untuk

penelitian yang relevan.

b. Manfaat praktis:

1) Sebagai umpan balik bagi guru tentang pelaksanaan pembelajaran

yang diterapkan sehingga dapat melakukan pembenahan yang

7

Page 8: Bab I,II,III

8

dianggap efektif guna pemanfaatan media pembelajaran demi

optimalisasi pelaksanaan pembelajaran.

2) Sebagai masukan bagi siswa tentang pentingnya mengikuti

kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru dengan bantuan

media pembelajaran.

8

Page 9: Bab I,II,III

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

A. Kajian Pustaka

1. Media Gambar Seri dalam Pembelajaran Mengarang

a. Konsep media gambar seri

Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari

kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Jadi media

merupakan “perantara atau pengantar terjadinya pesan dari pengirim ke

penerima pesan”. (Sadiman, 1996: 6). Hal ini relevan dengan pendapat

Sardiman (2001: 6) bahwa “media adalah bentuk dan saluran yang digunakan

orang untuk menyalurkan pesan atau informasi”. Sedangkan Djamarah dan

Zain (2002: 137) mengemukakan “media adalah perantara atau pengantar”.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat diperoleh suatu pengertian tentang

media sebagai suatu bentuk perantara yang digunakan untuk menyampaikan

ide atau gagasan, sehingga ide atau gagasan itu sampai pada penerima yang

pada akhirnya akan memperluas kemampuan manusia untuk merasakan,

mendengar atau melihat dalam batas-batas jarak, ruang dan waktu yang

hampiri tak terbatas lagi.

9

Page 10: Bab I,II,III

10

Pada umumnya media dapat diklasifikasikan atas tiga jenis, yaitu; “media

auditif (mengadakan kemampuan suara), media visual (mempunyai unsur

gambar), dan media audio-visual (mempunyai unsur suara dan gambar)”

Djamarah dan Zain (2002: 140). Media yang dimaksud adalah dalam kajian ini

adalah media gambar seri yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran yang

hanya mempunyai unsur gambar, berupa gambar seri.

Sapari (2001:26) mengemukakan:

Media gambar seri merupakan serangkaian gambar yang terdiri dari 2

hingga 6 gambar yang menceritakan suatu kesatuan cerita yang dapat

dijadikan alur pemikiran siswa dalam mengarang, setiap gambar dapat

dijadikan paragraf.

Berdasarkan pendapat di atas, maka media gambar seri merupakan media

yang dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran berupa gambar-gambar

yang berseri, di mana setiap gambar memiliki kaitan antara satu dengan yang

lainnya. Dengan kata lain, masing-masing gambar mengandung makna adanya

alur dalam suatu cerita secara bergambar.

Penggunaan media gambar seri dalam pembelajaran memiliki kelebihan,

sebagaimana dikemukakan oleh Sapari (2001: 26) yaitu “sebagai alat bantu

10

Page 11: Bab I,II,III

11

mengajar yang dapat mempercepat mengalirnya imajinasi siswa dalam

menuangkan suatu ide”.

Kelebihan penggunaan media gambaran seri dalam pembelajaran sangat

dimungkinkan, karena gambar seri sebagai media berupa gambar yang berseri

merupakan bentuk komunikasi yang menyodorkan rangkaian konsep seri

sistematis, sehingga berfungsi dalam mengarahkan siswa untuk dapat berpikir

secara sistematis, da tidak berputar-putar dengan kalimat atau konsep yang itu-

itu saja. Contohnya, cara menulis anak dengan menggunakan kata-kata transisi

yang berlebihan, seperti: setelah itu, lalu kemudian, dan sebagainya.

Penggunaan kata-kata yang demikian akan nyata sekali bahwa pemikiran anak

hanya berkisar pada pengalaman pribadinya. Oleh karena itu, gambaran seri

sangat bermanfaat dalam menggiring siswa untuk memahami konsep dalam

konteks yang lebih luas dan sistematis, sehingga kemampuan mengarang anak

dapat lebih dikembangkan secara sistematis.

b. Fungsi dan manfaat media pembelajaran

Proses pembelajaran yang terjadi pada dasarnya merupakan suatu proses

komunikasi di mana komunikasi baru akan terjadi bila ada sumber yang

memberi pesan, dan penerima pesan. Agar pesan yang disampaikan oleh

sumber pesan atau pemberi pesan tadi bisa tiba pada penerima pesan, maka

11

Page 12: Bab I,II,III

12

dibutuhkan adanya wadah yang disebut media. Media ini juga biasa disebut

saluran (channel). Biasanya dalam suatu proses komunikasi, walaupun pesan

atau informasi sudah diberikan oleh sumber dan ditujukan kepada penerima

melalui media, akan tetapi bila tidak ada umpan balik, maka proses komunikasi

itu tidak sempurna. Hal ini disebabkan karena bila tidak ada umpan balik,

maka pemberi pesan tidak mengetahui isi pesannya itu diterima atau tidak,

apalagi untuk mengerti dan mengetahui isi pesan tersebut.

Miarso (1984: 50) mengemukakan fungsi media pembelajaran yaitu:

1) Membuat konkrit konsep yang abstrak

2) Membawa obyek yang berbahaya atau sukar di dapat dalam

lingkungan belajar.

3) Menampilkan obyek yang terlalu besar

4) Menampilkan obyek yang tidak dapat diamati

5) Mengamati gerakan yang terlalu cepat

6) Memungkinkan siswa berinteraksi langsung dengan

lingkungan

7) Memungkinkan keseragaman pengamatan dan persepsi bagi

pengalaman belajar siswa

8) Membangkitkan motivasi belajar

9) Memberi kesan individual untuk seluruh anggota kelompok

12

Page 13: Bab I,II,III

13

10)Menyajikan pesan atau informasi belajar secara serempak,

mengatasi batasan waktu dan ruang

11)Mengontrol arah maupun kecepatan belajar siswa

Berdasarkan pendapat di atas, jelas bahwa media memiliki fungsi yang

sangat luas dan penting, tidak terkecuali dalam dunia pendidikan, yaitu

digunakan guru dalam proses pembelajaran, walaupun dalam pengadaan dan

pemanfaatannya senantiasa masih menghadapi berbagai kendala.

Achsin (1993: 23) mengemukakan bahwa keberadaan media sebagai

suatu alat bantu dalam proses pembelajaran dapat bermanfaat karena:

1) Menarik dan memperbesar perhatian anak didik terhadap materi

pengajaran yang disajikan.

2) Media pembelajaran mengurangi, bahkan dapat menghilangkan

adanya verbalisme.

3) Media pembelajaran mengatasi perbedaan pengalaman belajar

berdasarkan latar belakang sosial ekonomi dari anak didik.

4) Media pembelajaran membantu memberikan pengalaman belajar

yang sulit diperoleh dengan cara yang lain.

5) Media pembelajaran dapat mengatasi batas-batas ruang dan waktu.

6) Media pembelajaran membantu perkembangan pikiran anak didik

secara teratur tentang hal yang mereka alami.

13

Page 14: Bab I,II,III

14

7) Media pembelajaran membantu anak didik dalam mengatasi hal-

hal yang sulit tampak dengan mata.

8) Media pembelajaran dapat menumbuhkan kemampuan berusaha

sendiri berdasarkan pengalaman dan kenyataan.

9) Media pembelajaran dapat mengatasi hal/peristiwa atau kejadian

yang sulit diikuti dengan indera mata.

10) Media pembelajaran memungkinkan terjadinya kontak langsung

anak didik dengan guru, dengan masyarakat, maupun dengan

lingungan alam di sekitar kita.

Berdasarkan pendapat di atas, jelas betapa besar manfaat media

pembelajaran digunakan karena akan sangat membantu demi optimalnya

proses pembelajaran, baik akan memudahkan bagi guru maupun siswa dalam

memahami materi pelajaran yang diajarkan guru.

c. Jenis-jenis media pembelajaran

Berbagai jenis media yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran,

baik digunakan secara sendiri-sendiri maupun dipadukan agar kegiatan

pembelajaran dapat berlangsung lebih optimal dengan tetap mengedepankan

aspek efisiensi penggunaan media dalam proses pembelajaran.

14

Page 15: Bab I,II,III

15

Pada umumnya media dapat diklasifikasikan atas tiga jenis, yaitu; “media

auditif (mengandalkan kemampuan suara), media visual (mempunyai unsur

suara), dan media audiovisual (mempunyai unsur suara dan gambar)”

(Djamarah dan Ain, 2002: 140).

Media auditif atau media yang mengandalkan kemampuan suara, seperti:

radio dan piringan hitam. Media ini tidak cocok untuk orang tuli atau

mempunyai kelainan dalam pendengaran. Media visual merupakan media yang

hanya mengandalkan indra penglihatan. Media visual ini ada yang

menampilkan gambar diam, foto, gambar atau lukisan, cetakan, dan ada pula

yang menampilkan gambar atau simbol yang bergerak seperti film bisu atau

film kartun. Sedangkan media audiovisual merupakan media yang mempunyai

unsur suara dan gambar.

Dari berbagai jenis media dan karakteristik media, maka patut menjadi

perhatian dan pertimbangan bagi guru ketika akan memilih dan

mempergunakan media dalam proses belajar-mengajar. Karakteristik media

yang mana yang dianggap tepat untuk menunjang pencapaian tujuan

pembelajaran, itulah media yang seharusnya digunakan dalam proses belajar-

mengajar sehingga upaya peningkatan kualitas proses pembelajaran dapat

tercapai.

15

Page 16: Bab I,II,III

16

d. Prinsip-prinsip pemilihan media pembelajaran

Media menurut batasnya adalah perangkat lunak yang berisikan pesan

atau informasi yang lazimnya disajikan dengan menggunakan peralatan. Ada

beberapa media yang bersifat swasaji, seperti gambar obyek berupa benda-

benda yang sebenarnya maupun benda-benda tiruan.

Ditinjau dari kesiapan pengadaannya, media dikelompokkan dalam dua

jenis, yaitu media jadi karena sudah merupakan komoditi perdagangan yang

terdapat di pasaran luas dan dalam keadaan siap pakai, dan media rancangan

karena perlu dirancangkan atau dipersiapkan secara khusus untuk tujuan

pembelajaran tertentu.

Kriteria pemilihan media harus dikembangkan sesuai dengan tujuan yang

ingin dicapai, kondisi dan keterbatasan yang ada, dan mengingat kemampuan

dan sifat-sifatnya khasnya. Pemilihan media pembelajaran seyogyanya tidak

terlepas dari konteksnya bahwasanya media pembelajaran merupakan

komponen dari sistem intruksional secara keseluruhan. Oleh karena itu,

meskipun tujuan dan isinya sudah diketahui, faktor lain juga perlu diperhatikan

dan dipertimbangkan baik dari segi alokasi waktu dan sumber serta prosedur

penilaiannya.

16

Page 17: Bab I,II,III

17

Sudirman (Djamarah dan Zain, 2002: 143) mengemukakan prinsip

pemilihan media pembelajaran, yaitu: “1) tujuan pemilihan, 2) karakteristik

media pembelajaran, dan 3) alternatif pemilihan”.

Ketiga prinsip pemilihan media pembelajaran di atas, berikut diuraikan

satu-persatu.

1) Tujuan pemilihan

Dalam memilih media pembelajaran harus didasarkan maksud dan tujuan

pemilihan yang jelas. Apakah pemilihan media pembelajaran itu untuk

siswa, untuk informasi yang lebih luas, atau hanya sekadar hiburan saja

mengisi waktu kosong? Lebih spesifik lagi, apakah untuk pembelajaran

kelompok atau individual, apakah untuk sasaran tertentu seperti anak SD,

SMP, SMA, tuna rungu, tuna netra, dan sebagainya. Tujuan pemilihan ini

berkaitan dengan kemampuan berbagai media pembelajaran yang

digunakan.

2) Karakteristik media pembelajaran

Setiap media mempunyai karakteristik tertentu, baik dari segi

keampuhannya, cara pembuatan, maupun cara penggunaannya. Pemahaman

terhadap karakteristik media pembelajaran merupakan kemampuan

mendasar yang harus dimiliki guru dalam kaitannya dengan keterampilan

17

Page 18: Bab I,II,III

18

pemilihan media pembelajaran. Di samping itu, untuk memberikan

kemungkinan kepada guru untuk menggunakan berbagai jenis media

pembelajaran secara bervariasi, sedangkan apabila kurang memahami

karakteristik media pembelajaran tersebut, maka guru akan dihadapkan

kepada kesulitan dan cenderung bersifat spekulatif dalam pemilihan media

pembelajaran.

3) Alternatif pemilihan

Kegiatan memilih merupakan proses membuat keputusan dari berbagai

altrernatif pilihan penggunaan media pembelajaran. Guru bisa menentukan

pilihan media pembelajaran mana yang akan digunakan jika terdapat

beberapa media pembelajaran yang dapat diperbandingkan. Jika media

pembelajaran itu hanya satu saja, maka guru tidak bisa memilih, tetapi

menggunakan media pembelajaran yang ada apa adanya sehingga hal

tersebut akan dapat mempengaruhi kualitas proses belajar mengajar.

Djamarah dan Zain (2002: 148) mengemukakan kriteria pemilihan media

pembelajaran yaitu:

1) Apakah topik yang akan dibahas dalam media tersebut dapat menarik

minat siswa untuk belajar?

18

Page 19: Bab I,II,III

19

2) Apakah materi yang terkandung dalam media tersebut penting dan

berguna bagi siswa?

3) Apakah media itu sebagai sumber pengajaran yang pokok isinya

relevan dengan kurikulum yang berlaku?

4) Apakah materi yang disajikan autentik dan aktual, ataukah informasi

yang sudah lama diketahui massa dan atau peristiwa yang telah lama

terjadi?

5) Apakah fakta dan kosnepnya terjamin kecermatannya atau ada suatu

hal yang masih diragukan?

6) Apakah format penyajiannya berdasarkan tata urutan belajar yang

logis?

7) Apakah pandangannya objektif dan tidak mengandung unsur

propaganda atau hasutan terhadap siswa?

8) Apakah narasi, gambar, efek, warna, dan sebagainya memenuhi syarat

standar kualitas teknis?

9) Apakah bobot penggunaan bahasa, simbol-simbol, dan ilustrasinya

sesuai dengan tingkat kematangan berpikir siswa?

10) Apakah sudah diuji kesahihannya (validitas)?

19

Page 20: Bab I,II,III

20

Jenis media pembelajaran rancangan atau dibuat sendiri oleh guru,

menurut Djamarah dan Zain (2002: 149), pertanyaan yang dijadikan acuan

yaitu:

1) Apakah materi yang akan disampaikan itu untuk tujuan pembelajaran

atau hanya informasi tambahan atau hiburan?

2) Apakah media yang dirancang itu untuk keperluan pembelajaran atau

alat bantu pembelajaran (peraga)?

3) Apakah dalam pembelajarannya akan menggunakan strategi kognitif,

afektif, atau psikomotorik?

4) Apakah materi pembelajaran yang akan disampaikan itu masih sangat

asing bagi siswa?

5) Apakah perlu rangsangan suara seperti untuk pembelajaran bahasa?

6) Apakah perlu rangsangan gerak seperti untuk pembelajaran seni atau

olah raga?

7) Apakah perlu rangsangan warna?

Setelah ketujuh pertanyaan di atas terjawab, maka guru dapat mengajukan

alternatif media pembelajaran yang akan dirancang. Alternatif tersebut

mungkin jenis media audio, media visual, atau media audiovisual. Kemampuan

guru dalam memutuskan jenis media pembelajaran yang akan digunakan dalam

20

Page 21: Bab I,II,III

21

proses pembelajaran harus disesuaikan dengan tuntutan kurikulum atau materi

pelajaran yang diajarkan guru.

e. Pembelajaran mengarang

Pembelajaran adalah suatu proses yang sistematik di mana setiap

komponen harus saling sinergi, seperti: siswa, guru, kurikulum, dan fasilitas

belajar. Dalam proses tersebut, terdapat kegiatan memilih, menetapkan, dan

mengembangkan metode untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan,

di mana kedudukan guru sebagai pengajar dan siswa sebagai sasaran atau

objek yang diajar. Antara guru sebagai pengajar dan siswa sebagai obyek dan

juga sebagai subjek dalam pembelajaran harus saling berinteraksi demi

optimalnya kegiatan pembelajaran, karena antara siswa dengan guru pada

hakikatnya merupakan satu kesatuan dalam kegiatan pembelajaran.

(Hamalik, 2003: 57) mengemukakan:

Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Manusia terlibat dalam sistem pembelajaran terdiri dari siswa, guru, dan tenaga lainnya. Material meliputi: buku-buku, papan tulis, kapur, audio. Fasilitas dan perlengkapan berupa: ruangan kelas, perlengkapan, dan prosedur meliputi: jadwal dan metode penyampaian informasi, praktik, belajar, ujian, dan sebagainya.

Sementara Arikunto (1993: 4) mengemukakan “pembelajaran adalah

bantuan pendidikan kepada anak didik agar mencapai kedewasaan di bidang

21

Page 22: Bab I,II,III

22

pengetahuan, keterampilan dan sikap”. Hal ini berarti pembelajaran terkait

dengan unsur manusia dan berbagai sumber daya lainnya dalam kegiatan

pendidikan kepada subjek didik. Hal yang sama dikemukakan oleh (Rohani

dan Ahmadi, 1995: 64) mengemukakan:

Pembelajaran adalah totalitas aktivitas belajar mengajar yang diawali dengan perencanaan diakhiri dengan evaluasi. Dari evaluasi ini diteruskan dengan follow up. Pembelajaran sebagai kegiatan untuk mencapai tujuan-tujuan khusus pembelajaran, menyusun rencana pelajaran, memberikan informasi, bertanya, menilai, dan sebagainya.

Mengacu pada pendapat diatas, maka pembelajaran pada hakikatnya

merupakan kegiatan pemaduan komponen-komponen kegiatan pembelajaran

untuk menciptakan kondisi yang memudahkan siswa belajar. Proses

pembelajaran merupakan proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan

dari sumber pesan melalui saluran/media tertentu ke penerima pesan. Pesan,

sumber pesan, saluran/media dan penerima pesan adalah komponen-komponen

proses komunikasi. Proses yang akan dikomunikasikan adalah isi ajaran

ataupun didikan yang ada dalam kurikulum, sumber pesannya bisa guru, siswa,

orang lain ataupun penulis buku dan media. Demikian pula kunci pokok

pembelajaran ada pada guru (pengajar), tetapi bukan berarti dalam proses

pembelajaran hanya guru yang aktif sedang siswa pasif. Pembelajaran

menuntut keaktifan kedua belah pihak yang sama-sama menjadi subjek

pembelajaran. Jadi, jika pembelajaran ditandai oleh keaktifan guru sedangkan

22

Page 23: Bab I,II,III

23

siswa hanya pasif, maka pada hakikatnya kegiatan itu hanya disebut mengajar.

Demikian pula bila pembelajaran di mana siswa yang aktif tanpa melibatkan

keaktifan guru untuk mengelolanya secara baik dan terarah, maka hanya

disebut belajar. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran menuntut keaktifan

guru dan siswa.

Salah satu bentuk kegiatan pembelajaran adalah pembelajaran menulis di

sekolah adalah pembelajaran mengarang narasi. Mengarang berarti ungkapan

ide, pikiran ataupun perasaan seseorang dalam bentuk tulisan. Dengan tulisan

karangan tersebut, orang lain dapat membaca dan memahami apa yang

diutarakan orang lain melalui tulisan.

Ali (1990: 165) mengartikan mengarang adalah “menyusun, mengubah,

membuat cerita, syair, lagu dan sebagainya.”. Hal senada dikemukakan oleh

The Liang Gie (1998; 105) bahwa “mengarang adalah keseluruhan rangkaian

kegiatan seseorang mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui

bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami”. Lebih lanjut The Liang Gie

(1998: 105) mengemukakan bahwa “karangan adalah sesuatu naskah apa pun

yang merupakan hasil perwujudan gagasan seseorang dalam bahasa tulis yang

dapat dibaca dan dipahami oleh orang lain”.

Dari pengertian di atas, maka mengarang pada hakikatnya merupakan

kebalikan dari membaca. Karena membaca merupakan kegiatan pikiran

23

Page 24: Bab I,II,III

24

memahami gagasan yang dikemukakan orang lain. Kebalikannya, mengarang

adalah kegiatan pikiran mengungkapkan gagasan secara tertulis untuk

dipahami oleh orang lain, sedangkan membaca berarti kegiatan memahami

sesuatu naskah yang ditulis orang lain atau pengarang. Karangan berpangkal

pada gagasan seseorang yang dituturkannya ke luar dari pikiran dengan bhasa

tulis setelah mengalami tatanan yang baik. Tatanan yang baik mengandung arti

bahwa gagasan itu diatur secara tertib, disusun secara rapi, teratur, dan

disajikan secara jelas. Jadi, suatu karangan hendaknya dapat dipahami oleh

pembaca dan gagasannya dimengerti secara tepat.

Sesuatu karangan bermula pada gagasan dalam pikiran seseorang.

Gagasan itu terungkap ke luar dari pikiran melalui kata jadi, sesuatu kata

merupakan wahana yang menyangkut gagasan dari pikiran seseorang sehingga

gagasan itu dapat dituangkan dan dimengerti orang lain. Tanpa kata-kata

sulitlah bagi setiap orang untuk menangkap dan mengerti berbagai gagasan

yang terdapat dalam pikiran orang lain.

Menurut Akhadiah (1989: 6) dalam menulis karangan, terdapat beberapa

hal yang perlu diperhatikan, yaitu:

1) memilih judul yang efektif dan efisien, 2) membuat kerangka karangan,

3) pengembangan karangan berdasarkan kerangka karangan, 4)

sistematika penulisan meliputi pendahuluan, isi, dan penutip, 5)

24

Page 25: Bab I,II,III

25

kesesuaian isi karangan dengan judul karangan, 6) tata bahasa, dan 7)

menggunakan ejaan yang disempurnakan dalam karangan.

Mengenai faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam mengarang, berikut

diuraikan satu-persatu:

1) Memilih judul yang efektif dan efisien

Dalam menulis karangan, pertama-tama yang perlu diperhatikan adalah

pemilihan judul, karena dengan melihat judul, seseorang senantiasa sudah

dapat memperkirakan isi cerita dari suatu karangan. Suatu judul karangan

hendaknya singkat namun jelas, singkat namun padat maknanya, dan

mudah dipahami maknanya sehingga orang lain akan merasa tertarik untuk

membaca karangan tersebut walaupun hanya melihat judulnya saja.

2) Membuat kerangka karangan

Sebelum menulis karangan yang lengkap, terlebih dahulu harus dibuatkan

kerangka karangan agar karangan dapat tersusun secara sistematis, mulai

dari pembuka, isi, dan penutup. Kerangka karangan yang dibuat harus

konsisten dengan mengacu kepada judul karangan, atau isi karangan

hendaknya tidak melenceng dari judul karangan sehingga tidak membuat

orang lain yang membaca karangan tersebut menjadi jengkel, karena isi

karangan berbeda dengan makna judul karangan.

25

Page 26: Bab I,II,III

26

3) Pengembangan karangan berdasarkan kerangka karangan

Semua kerangka karangan haruslah dikembangkan dalam isi karangan.

Oleh karena itu, kerangka karangan yang disusun secara sistematis harus

dikembangkan sehingga mulai dari awal karangan sampai akhir karangan

tersusun suatu makna yang mendalam dan mudah dipahami dalam alur

cerita karangan, dan bukannya karangan tersebut terbolak-balik, kadang isi

cerita harus diakhir, namun ditempatkan di awal cerita, dan sebagainya.

4) Sistematika penulisan meliputi pendahuluan, isi, dan penutup

Seperti lazimnya dalam suatu tulisan, maka hendaknya terstruktur di mana

untuk karangan harus dimulai dari pendahulua, isi, dan kemudian kata

penutup. Agar orang lain tidak bosan membaca karangan yang dibuat, maka

karangan tersebut hendaknya singkat dan jelas maknanya serta mempunyai

kata-kata penulis yang memungkinkan orang lain dapat menyimpulkan isi

cerita karangan yang ditulis.

5) Kesesuaian isi karangan dengan judul karangan

Isi karangan yang dibuat haruslah sesuai dengan judul karangan atau tidak

melenceng dari judul, karena isi karangan akan menjelaskan apa makna

dari judul karangan tersebut. Oleh karena itu, seorang pengarang haruslah

mampu memahami makna secara mendalam makna judul karangan yang

26

Page 27: Bab I,II,III

27

dibuat sehingga memungkinkan baginya membuat karangan yang betul-

betul dapat menggambarkan judul karangan.

6) Tata bahasa

Dalam menulis karangan, hendaknya memperhatikan tata bahasa yaitu

sesuai dengan ejaan yang disempurnakan. Penulisan karangan aruslah

ditulis indah namun mudah dibaca oleh setiap orang, penggunaan tanda

baca, penggunaan huruf, dan sebagainya. Kesalahan dalam penggunaan

tanda baca akan dapat menimbulkan makna yang sebenarnya dari maksud

penulis. Oleh karena itu, aspek penulisan tanda baca harus benar-benar

diperhatikan agar karangan yang ditulis dapat dipahami dengan baik oleh

orang lain.

7) Menggunakan ejaan yang disempurkan dalam karangan

Penggunaan huruf-huruf dalam karangan di samping harus jelas dibaca juga

harus benar dalam penulisannya. Huruf-huruf yang salah akan dapat

membuat orang lain jenuh dalam membaca karangan, bahkan dapat

menimbulkan interpretasi yang berbeda. Demikian pula dengan urutan kata

harus sesuai dengan ejaan yang disempurnakan sehingga kata-kata yang

ditulis dapat melahirkan suatu kalimat yang baik, enak dibaca, mudah

dipahami, dan dapat melahirkan suatu kesimpulan tentang isi karangan

yang relevan dengan judul karangan.

27

Page 28: Bab I,II,III

28

2. Prestasi Belajar

a. Pengertian belajar

Belajar merupakan suatu perubaan yang terjadi dalam diri setiap manusia

sebagai hasil dari aktivitas tertentu. Misalnya perubahan yang terjadi dari tidak

tahu menjadi tahu, atau dari tidak mengerti menjadi mengerti yang terjadi pada

anak-anak sekolah maupun bukan anak sekolah.

Slameto (1995: 2) mengemukakan belajar adalah “aktivitas yang

dilakukan individu secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari apa

yang telah dipelajari dan sebagai hasil interaksinya dengan lingkungan

sekitarnya”. Pendapat yang sama dikemukakan oleh (Sardiman, 2001: 53)

bahwa:

Belajar adalah upaya perubahan tingkah laku dengan serangkaian kegiatan, seperti membaca, mendengar, mengamati, meniru dan sebagainya. Atau belajar sebagai kegiatan psikofisik untuk menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya. Oleh karena dalam belajar perlu ada proses internalisasi, sehingga akan menyangkut mitra kognitif, afektif dan psikomotorik.

Djamarah (2002: 13) mengemukakan:

Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor.

Berdasarkan pendapat di atas, maka belajar merupakan usaha menguasai

hal-hal yang baru atau peningkatan kemampuan seseorang dalam memahami

28

Page 29: Bab I,II,III

29

sesuatu sehingga ada perubahan dalam diri seseorang yang mengarah kepada

perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Proses belajar adalah proses

yang berbeda dengan proses kematangan yang dicapai oleh seseorang dari

proses pertumbuhan psikologisnya. Perubahan yang juga tidak termasuk dalam

kategori belajar adalah refleks. Kegiatan belajar disini adalah peristiwa belajar

di mana seseorang menyadari bahwa ia mempelajari sesuatu dan menyadari

perubahan itu melalui belajar.

Ciri-ciri perubahan dalam belajar seperti dikemukakan Djamarah (2002:

15) yaitu:

1) Perubahan yang terjadi secara sadar

2) Perubahan dalam belajar bersifat fungsional

3) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif

4) Perubahan dalam belajar bukan merupakan bersifat sementara

5) Perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah

6) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku

Ciri-ciri perubahan dalam belajar di atas, berikut diuraikan satu-persatu:

1) Perubahan itu terjadi secara sadar

29

Page 30: Bab I,II,III

30

Seseorang yang melakukan aktivitas belajar akan menyadari terjadinya

perubahan itu atau sekurang-kurangnya individu merasakan telah terjadi

adanya suatu perubahan dalam dirinya.

2) Perubahan dalam belajar bersifat fungsional

Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjdi dalam diri individu

berlangsung terus-menerus dan tidak statis. Satu perubaan yang terjadi akan

menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan

ataupun proses belajar berikutnya. Misalnya, seorang anak belajar menulis,

maka ia akan mengalami perubahan dan tidak menulis menjadi tahu

menulis. Perubahan ini terus hingga kecakapan menulisnya menjadi baik

dan sempurna.

3) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif

Dalam kegiatan belajar, perubahan itu senantiasa bertambah dan tertuju

untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan

demikian, semakin banyak usaha belajar dilakukan, maka akan makin

banyak dan makin baik perubahan yang bersifat aktif, artinya perubaan itu

tidak terjadi dengan sendirinya melainkan karena usaha individu itu sendiri.

4) Perubahan dalam belajar bukan merupakan bersifat sementara

Perubahan yang bersifat sementara atau temporer terjadi hanya untuk

beberapa saat saja seperti; keluar air mata, berkeringat, bersin, menangis,

30

Page 31: Bab I,II,III

31

dan sebagainya, tidak dapat digolongkan sebagai perubahan dalam arti

belajar. Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau

permanen.

5) Perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah

Perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai.

Perbuatan belajar terarah kepada perbuatan tingkah laku yang benar-benar

terjadi dan disadari. Misalnya seseorang yang belajar mengetik,

sebelumnya sudah menetapkan apa yang mungkin dapat dicapai dengan

belajar mengetik atau tingkat kecakapan apa yang akan dicapainya. Dengan

demikian, perbuatan belajar yang dilakukan senatiasa terarah kepada

tingkah laku yang telah ditetapkan.

6) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku

Perubahan yang diperoleh individu setelah melalui suatu proses belajar

meliputi perubahan tingkah laku. Jika seseorang belajar sesuatu dan sebagai

hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh

dalam sikap, keterampilan dan pengetahuan.

Dari pendapat dan uraian di atas, maka jelas bahwa tidak semua

perubahan dapat digolongkan dalam arti belajar. Begitu pula perubahan yang

terjadi dalam diri seseorang harus ada indikator yang mendorongnya atau

31

Page 32: Bab I,II,III

32

memberikan semangat apabila menginginkan hasil yang maksimal. Begitu pula

dengan belajar, dengan adanya dorongan atau motivasi yang muncul dari

dalam diri individu, apakah itu karena ada stimulus atau kesadaran yang timbul

dari dalam diri seseorang untuk mengadakan aktivitas belajar.

Di dalam kegiatan belajar memerlukan aktivitas atau perbuatan guna

memperoleh sesuatu yang diinginkan. Hal ini menurut Sardiman (2001: 93),

disebabkan “karena pada prinsipnya belajar adalah berbuat, berbuat untuk

mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak

ada aktivitas. Oleh karena itu, aktivitas merupakan prinsip dasar dalam

kegiatan belajar”. Hal ini berarti bahwa dalam kegiatan belajar diperlukan

aktivitas dalam rangka memperoleh pengetahuan, sikap dan keterampilan.

Suatu ilustrasi dikemukakan oleh Frobel (Sardiman, 2001) tentang

manusia sebagai pencipta yang kedua setelah Tuhan. Secara alami setiap anak

memang ada dorongan untuk menciptakan dan bekerja atau berbuat. Dalam

dinamika kehidupan manusia, maka berpikir dan berbuat merupakan suatu

kesatuan. Seseorang yang telah berhenti berpikir dan berbuat perlu diragukan

eksistensi kemanusiaannya. Ilustrasi yang lain dikemukakan Rosseau

(Sardiman, 2001) yang memberikan penjelasan tentang pengetahuan itu

diperoleh dengan pengamatan sendiri, dengan bekerja sendiri, dengan fasilitas

yang diciptakan sendiri, baik secara rohani maupun teknis.

32

Page 33: Bab I,II,III

33

Kedua illustrasi di atas menunjukkan bahwa setiap orang yang belajar

harus aktif sendiri dan ada aktivitas atau kegiatan, karena jika ada aktivitas

berarti proses belajar tidak dapat terjadi. Aktivitas belajar sebagai kegiatan

yang dilakukan seseorang dalam memperoleh berbagai pengetahuan, sikap dan

keterampilan memerlukan keterlibatan secara aktif dalam memperoleh

pengetahuan, sikap dan keterampilan tersebut dengan berbagai jenis aktivitas

belajar yang dapat dilakukan.

Belajar bukanlah berproses dalam kehampaan, tetapi memerlukan

aktivitas karena dalam belajar memerlukan aktivitas. Apalagi bila aktivitas

belajar itu berhubungan dengan masalah belajar menulis, mencatat,

memandang, membaca, mengingat, berpikir atau praktek, dan sebagainya.

Dalam belajar, seseorang tidak akan dapat menghindarkan diri dari suatu

situasi. Situasi akan menentukan aktivitas apa yang dilakukan rangkaian

kegiatan belajar, bahkan itulah yang mempengaruhi dan menentukan aktivitas

belajar apa yang dilakukan kemudian.

Sardiman (2001:99) mengklasifikasikan aktivitas belajar yaitu:

1) Visual activities, termasuk di dalamnya membaca, memperhatikan

gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.

33

Page 34: Bab I,II,III

34

2) Oral activities, seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi

sadaran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi,

musik, pidato.

3) Listening activities, sebagai contoh: mendengarkan: uraian,

percakapan, diskusi, musik, pidato.

4) Writing activities, seperti menulis cerita, karangan, laporan, angket,

menyalin.

5) Drawing activities, misalnya: menggambar, membuat grafik, peta,

diagram.

6) Motor activities, yang termsuk di dalamnya melakukan percobaan,

membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak.

7) Mental activities, sebagai contoh: menanggap, mengingat,

memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil

keputusan.

8) Emotional activities, seperti: menaruh minat, merasa bosan, gembira,

bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.

Aktivitas-aktivitas belajar yang dikemukakan Sardiman di atas

memberikan gambaran bahwa aktivitas belajar cukup kompleks dan bervarisi.

Pendapat senada tentang jenis-jenis aktivitas belajar dikemukakan oleh

34

Page 35: Bab I,II,III

35

Djamarah (2002: 38), antara lain: “1) mendengarkan, 2) memandang, 3)

menulis atau mencatat, 4) membaca, 5) membuat ikhtisar atau ringkasan dan

menggaris bawahi, 6) mengingat, 7) berpikir”.

Lebih jelasnya mengenai aktivitas-aktivitas belajar menurut Djamarah di

atas, berikut diuraikan satu-persatu.

1) Mendengarkan

Mendengarkan adalah salah satu aktivitas belajar. Setiap orang yang belajar

khususnya belajar dari orang lain perlu aktivitas mendengarkan. Ketika

seorang guru menggunakan metode ceramah, maka setiap siswa harus

mendengarkan materi yang disampaikan guru. Oleh karena itu, setiap siswa

yang normal (tidak tuna rungu) harus mampu mendengarkan dengan baik

setiap materi pelajaran yang diajarkan guru di sekolah ataupun ajaran-

ajaran yang diberikan oleh orangtua di rumah berkaitan dengan materi

pelajaran yang dipelajari.

Kemampuan mendengarkan siswa sangat penting dalam rangka mengikuti

peljaran. Karena jika siswa kurang mampu dengar, maka hal itu akan

sangat mempengaruhi rendahnya kemampuan siswa dalam memahami

materi pelajaran di sekolah atau bahkan ketika berlangsung diskusi dalam

kelas.

2) Memandang

35

Page 36: Bab I,II,III

36

Memandang merupakan kegiatan mengarahkan penglihatan ke suatu objek.

Aktivitas memandang berhubungan erat dengan mata, karena dalam

memandang itu matalah yang memegang peranan penting. Tanpa mata

tidak mungkin terjadi aktivitas memandang. Memandang dalam kegiatan

belajar sesuai dengan kebutuhan untuk mengadakan perubahan tingkah laku

yang positif. Aktivitas memandang tanpa tujuan bukanlah termasuk

perbuatan belajar meski pandangan tertuju pada suatu objek, tetapi tidak

adanya tujuan yang ingin dicapai, maka pandangan yang demikian tidak

termasuk belajar. Memandang juga terkait dengan aktivitas belajar siswa

jika guru menggunakan media pembelajaran, di mana mata memiliki peran

yang sangat penting dalam melihat media pembelajaran, atau dalam

kegiatan membaca di mana pandangan sangat memegang peranan penting

dalam memahami bacaan.

3) Menulis atau mencatat

Menulis atau mencatat merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan dari

kegiatan belajar. Dalam mencatat tidak sekadar mencatat, tetapi mencatat

yang dapat menunjang tercapainya tujuan belajar artinya, jika sekadar

mencatat maka hal tersebut akan dapat mendatangkan kesia-siaan dalam

mencatat dan tidak ada kepentingan kemajuan dan kesuksesan studi.

4) Membaca

36

Page 37: Bab I,II,III

37

Aktivitas membaca adalah aktivitas yang paling banyak dilakukan selama

belajar dan dalam membaca perlu konsentrasi sehingga apa yang dibaca

dapat diingat dengan baik. Bahkan dapat ditegaskan bahwa sebagian besar

dari aktivitas belajar adalah membaca, baik membaca secara sepintas

sehingga apa yang dibaca hanya dilihat secara sekilas atau membca secara

seksama yaitu menelaah dengan baik bahan yang dibaca.

5) Membuat ikhtisar atau ringkasan dan menggaris bawahi

Banyak orang yang merasa terbantu dalam belajar karena menggunakan

ikhtisar-ikhtisar materi yang dibuatnya. Ikhtisar atau ringkasan ini memang

dapat membantu dalam hal mengingat atau mencari kembali dalam buku

untuk masa-masa mendatang. Untuk keperluan belajar yang intensif,

membuat ikhtisar sangat penting, sementara membaca hal-hal yang penting

perlu digarisbawahi untuk memudahkan menemukan kembali secara cepat

dan tepat materi yang dibutuhkan.

6) Mengingat

Mengingat merupakan gejala psikologis. Untuk mengetahui bahwa

seseorang sedang mengingat sesuatu, dapat dilihat dari sikap dan

perbuatannya. Perbuatan mengingat dilakukan bila seseorang sedang

mengingat-ingat kesan yang telah dipunyai. Langkah-langkah dalam

memudahkan mengingat sesuatu yaitu dengan cara menyelidiki,

37

Page 38: Bab I,II,III

38

menanyakan, membaca, menyatakan, dan menguji. Dengan langkah-

langkah tersebut, seseorang akan dapat mengingat kembali apa yang telah

dibaca karena adanya proses dalam kegiatan belajar.

7) Berpikir

Berpikir termasuk aktivitas belajar, di mana dalam berpikir orang akan

memperoleh penemuan baru, setidak-tidaknya orang menjadi tahu

hubungan antara sesuatu. Berpikir bukanlah sembarang berpikir, tetapi ada

taraf tertentu.

b. Pengertian prestasi belajar

Belajar pada hakikatnya merupakan proses perubahan dalam arti

seseorang yang menyangkut perubahan efektif, kognitif dan psikomotor.

Perubahan tersebut terjadi sebagai akibat dari belajar.

Poerwadarminta (1996: 108) mengemukakan bahwa “prestasi adalah hasil

yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya, dan sebagainya)”.

Hal senada dikemukakan Djamarah (1991: 19) sebagai “hasil dari suatu

kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik secara individual maupun

kelompok. Prestasi tidak akan pernah dihasilkan selama seseorang tidak

melakukan suatu kegiatan”.

38

Page 39: Bab I,II,III

39

Dari pengertian prestasi yang dikemukakan di atas, jelas bahwa prestasi

merupakan hasil yang dicapai dari suatu kegiatan. Setelah dikemukakan

tentang pengertian prestasi dan belajar, berikut dikemukakan pengertian

prestasi belajar.

Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 2001: 789) diperoleh

pengertian bahwa prestasi belajar adalah “hasil pelajaran yang diperoleh dari

kegiatan belajar di sekolah atau di perguruan tinggi yang bersifat kognitif dan

biasanya ditentukan melalui pengukuran dan penilaian”. Sementara Syah

(2000: 150) mengemukakan “prestasi belajar adalah segenap ranah psikologi

yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa”.

Dari pendapat di atas, prestasi belajar tidak lain adalah hasil yang dicapai

oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar. Hasil tersebut merupakan

kecakapan nyata yang dapat diukur langsung dengan menggunakan tes atau

evaluasi, baik evaluasi proses maupun evaluasi hasil belajar.

3. Media Gambar Seri dalam Pembelajaran Mengarang Narasi

Kaitannya dengan Prestasi Belajar

Prestasi belajar siswa dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik berasal

dari diri maupun dari luar diri siswa. Prestasi belajar pada hakikatnya

merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor tersebut. Oleh karena itu,

39

Page 40: Bab I,II,III

Row input

Environmental input

Learning teaching process Out put

Insvironmental input

40

pengenalan guru terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

siswa penting sekali, di mana media merupakan salah satu faktor yang berasal

dari luar diri siswa yang dapat mempengaruhi kualitas proses pembelajaran

yang pada akhirnya berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa, seperti halnya

dalam pembelajaran mengarang narasi.

Nasution (Djamarah, 2002:141) mengemukakan:

Belajar itu yang menghasilkan prestasi belajar bukanlah suatu aktivitas yang berdiri sendiri, melainkan ada unsur-unsur lain yang ikut terlibat langsung di dalamnya, yaitu: raw input, learning teaching process, output, invironmental input, dan instrumental input.

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa

digambarkan sebagai berikut:

Sumber: Djamarah (2002: 142)

Berdasarkan gambar di atas, menunjukkan bahwa masukan mentah (raw

input) terhadap siswa merupakan bahan pengalaman belajar tertentu dalam

40

Page 41: Bab I,II,III

41

proses belajar mengajar (learning teaching process) dengan harapan melalui

proses pembelajaran akan dapat terjadi perubahan keluaran (out put), baik

bersifat kognitif, afektif maupun psikomotor. Di dalam pembelajaran itu, akan

ikut berpartisipasi sejumlah faktor lingkungan yang merupakan masukan dari

lingkungan (environmental input) dan sejumlah faktor instrumental

(instrumental input) yang dengan sengaja dirancang guna menunjang

tercapainya keluaran atau kemampuan belajar siswa di sekolah. Hal ini relevan

dengan pendapat Roestiyah (1986: 151) tentang faktor yang mempengaruhi

prestasi belajar yaitu dari luar diri siswa yang bersumber dari sekolah berupa:

“interaksi guru dengan siswa, cara penyajian, hubungan antar siswa, standar

pelajaran di atas ukuran, media pendidikan, kurikulum, keadaan gedung, waktu

sekolah, pelaksanaan disiplin, dan tugas rumah”.

Kesuksesan kegiatan pembelajaran sangat tergantung pada sejauhmana

semua komponen pembelajaran berperan, seperti halnya media pembelajaran

berupa media gambar seri pada mata pelajaran bahasa Indonesia berupa

pembelajaran mengarang narasi. Oleh karena itu, guru mata pelajaran bahasa

Indonesia harus mampu menggunakan media pembelajaran sesuai dengan

tuntutan kurikulum sekaligus kelengkapan media pembelajaran harus

diupayakan agar kegiatan pembelajaran dapat berlangsung optimal.

Penggunaan media pembelajaran seperti media gambar seri dalam

41

Page 42: Bab I,II,III

42

pembelajaran mengarang narasi sangat berperan dalam optimalisasi kegiatan

pembelajaran yang akan berdampak positif terhadap peningkatan kemampuan

belajar siswa dalam pembelajaran mengarang narasi.

Slameto (1995: 65) mengemukakan “alat pelajaran erat hubungan dengan

cara belajar siswa, karena alat pelajaran yang dipakai oleh guru pada waktu

mengajar dipakai pula oleh siswa untuk menerima bahan yang diajarkan guru”.

Hal senada dikemukakan oleh Djamarah (2002: 150) bahwa “alat peraga

(media) membuka peluang bagi guru untuk lebih kreatif mengajar. Alat peraga

membantu guru menjelaskan suatu proses atau cara kerja suatu materi yang

diberikan kepada siswa”.

Berdasarkan pendapat di atas, jelas bahwa keberadaan media

pembelajaran seperti media gambar seri dalam pembelajaran mengarang narasi

sangat penting dalam meningkatkan kualitas pembelajaran mengarang narasi

pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Namun

demikian, dalam pemanfaatan media pembelajaran media gambar seri dalam

pembelajaran mengarang narasi harus disertai dengan kemampuan guru dalam

pemanfaatannya, kemampuan siswa dalam menerima materi pelajaran dengan

menggunakan media gambar seri dan berbagai pertimbangan lainnya demi

afektifnya pemanfaatan media gambar seri dalam pembelajaran mengarang

narasi yang pada akhirnya berpengaruh terhadap peningkatan prestasi belajar

42

Page 43: Bab I,II,III

43

siswa, khususnya pada mata pelajaran bahasa Indonesia yang materinya

terhadap pembelajaran mengarang narasi.

B. Kerangka Pikir

Media pembelajaran merupakan seperangkat alat bantu atau pelengkap

yang digunakan oleh guru dalam rangka berkomunikasi dengan siswa. Artinya,

proses komunikasi yang menggunakan media pembelajaran harus mendasarkan

diri pada tujuan pembelajaran, seperti halnya dalam pembelajaran mengarang

narasi yang menuntut pemanfaatan media berupa media gambar seri.

Media pembelajaran berupa media gambar seri dalam pembelajaran

mengarang narasi memegang peranan penting dalam pencapaian tujuan

pembelajaran. Melalui pemanfaatan media gambar seri dalam pembelajaran

mengarang narasi, siswa dapat mengerti alur cerita sehingga dapat mengarang

dengan sistematis, siswa tidak cepat bosan sehingga perhatiannya selalu

terfokus pada kesan yang dilihat dan pada akhirnya akan meningkatkan

kemampuan mengarang siswa.

Kerangka pikir penelitian ini tentang pemanfaatan media gambar seri

dalam pembelajaran mengarang narasi terhadap prestasi belajar siswa,

digambarkan sebagai berikut:

43

Page 44: Bab I,II,III

44

Gambar 1. Skema Kerangka Pikir

C. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian ini ada dua, yaitu :

Ha : Ada pengaruh penggunaan media gambar seri terhadap

kemampuan mengarang cerita narasi siswa kelas III SDN. 5

Panasakkang.

Ho : Tidak ada pengaruh penggunaan media gambar seri terhadap

kemampuan mengarang cerita narasi siswa kelas III SDN. 5

Panasakkang.

44

Mata pelajaran Bahasa Indonesia

Pelajaran Mengarang

Tidak Memanfaatkan Media Gambar Seri

Memanfaatkan media gambar seri

Kemampuan Mengarang

Page 45: Bab I,II,III

45

BAB IIIMETODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Desain Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimen yang bersifat komparatif yaitu

membandingkan prestasi belajar siswa antara yang diajar dengan

menggunakan media gambar seri dengan yang diajar tidak menggunakan

media gambar seri, atau mengkaji pengaruh pemanfaatan media gambar seri

dalam pembelajaran mengarang narasi terhaap prestasi siswa.

-Dalam penelitian ini ditetapkan dua kelompok yaitu kelompok

eksperimen yang diajar dengan menggunakan media gambar seri dan

kelompok kontrol atau kelompok yang diajar dengan tidak menggunakan

media gambar seri. Model desain penelitian ini digambarkan sebagai berikut:

Model desain penelitian ini digambarkan sebagai berikut:

Di mana:

X1 = Siswa yang diajar menggunakan media gambar seri (kelompok

eksperimen)

X2 = Siswa yang diajar tidak menggunakan media gambar seri (kelompok

kontrol)

45

X1 Y X2

Page 46: Bab I,II,III

46

Y = Prestasi belajar

Langkah-langkah yang ditempuh dalam keseluruhan proses penelitian

adalah observasi dan pengurusan izin penelitian, kegiatan pembelajaran dan

diakhir pembelajaran dilakukan tes berupa kemampuan mengarang.

1. Penentuan kelompok

Pertimbangan bahwa penelitian ini adalah penelitian eksperimen, maka

secara otomatis harus dilakukan pembagian kelompok, yaitu kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol dengan sasaran penelitian adalah siswa

kelas III yang terdiri atas 2 kelas yaitu kelas III-A dan III-B. Penentuan

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dilakukan secara undian, dan

hasil undian menunjukkan bahwa kelas III-A sebagai kelompok eksperimen

dan kelas III-B sebagai kelas kontrol.

2. Pemberian perlakuan

Pemberian perlakuan berupa kegiatan pembelajaran dilakukan terhadap

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang dilaksanakan oleh guru

bidang studi bahasa Indonesia. Bagi kelompok eksperimen, kegiatan

pembelajaran mengarang narasi dilakukan dengan menggunakan bantuan

media gambar seri sementara kelompok kontrol diajar dengan tidak

menggunakan media gambar seri atau hanya menggunakan metode ceramah

46

Page 47: Bab I,II,III

47

dan tanya jawab. Pemberian perlakuan pada masing-masing kelompok

dilaksanakan sebanyak 3 kali pertemuan, dan setiap pertemuan berlangsung

selama 2 x 35 menit (70 menit), dan setiap akhir pertemuan, siswa diberikan

tugas mengarang.

a. Kelompok eksperimen

Kegiatan pembelajaran untuk kelompok eksperimen (kelas III-A)

dilaksanakan pada setiap hari Senin 3 kali pertemuan. Kegiatan

pembelajaran mengarang narasi dilaksanakan dengan menggunakan media

gambar seri.

b. Kelompok kontrol

Kegiatan pembelajaran untuk kelompok eksperimen (kelas III-B)

dilaksanakan pada setiap hari Kamis sebanyak 3 kali pertemuan. Kegiatan

pembelajaran mengarang narasi dilaksanakan dengan tidak menggunakan

media gambar seri.

3. Memberikan test

Pemberian tes dilaksanakan pada setiap akhir pembelajaran dengan

memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengarang selama 35 menit atau

1 jam pelajaran. Kriteria penilaian yaitu:

a. Mengurutkan peristiwa dan gambar sesuai dengan jalan ceritanya.

b. Memberikan judul yang menarik

47

Page 48: Bab I,II,III

48

c. Kesesuaian judul dan isi karangan.

d. Memperhatikan pilihan kata/diksi

e. Penggunaan ejaan yang benar

B. Variabel dan Definisi Operasional

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengkaji dua variabel, yaitu

“pemanfaatan media gambar seri” sebagai variabel bebas dan “kemampuan

mengarang narasi” sebagai variabel terikat.

Kedua variabel penelitian akan dioperasionalkan agar diperoleh batasan-

batasan yang digunakan untuk menghindari perbedaan interprestasi terhadap

variabel yang diteliti dan sekaligus menyamakan persepsi tentang variabel

yang dikaji. Defenisi operasional kedua variabel yaitu:

1. Pemanfaatan media gambar seri dalam pembelajaran mengarang narasi

merupakan kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia dengan bahasan

mengarang dengan menggunakan media gambar seri, sebanyak 3 seri yang

merupakan satu kesatuan dalam alur cerita pembelajaran mengarang narasi.

2. Kemampuan mengarang narasi merupakan nilai hasil tes, yaitu merupakan

nilai tes pada mata pelajaran bahasa Indonesia berdasarkan kemampuan

mengarang siswa setelah selesai proses pembelajaran setiap pertemuan.

C. Populasi dan Sampel

48

Page 49: Bab I,II,III

49

Dalam suatu penelitian, keberadaan populasi merupakan sesuatu yang

mutlak sebagai subjek penelitian dalam memperoleh informasi berkaitan

dengan permasalahan penelitian. Demikian pula dengan penelitian tentang

pemanfaatan media gambar seri terhadap kemampuan mengarang narasi siswa

di sekolah pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.

Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas III SD Negeri 5

Panasakkang Kecamatan Tanralili Kabupaten Maros pada tahun ajaran

2009/2010, dengan jumlah siswa sebanyak 70 orang yang terdiri atas 2 kelas

yaitu kelas III-A dan kelas III-B, masing-masing sebanyak 35 siswa.

Pertimbangan bahwa penelitian ini merupakan penelitian eksperimen,

sehingga dalam memudahkan melakukan perlakuan berupa pembelajaran

dengan media gambar seri, maka ditetapkan untuk melakukan pengelompokan

terhadap kedua kelas, yaitu menetapkan kelas yang menjadi kelompok

eksperimen dan kelas kelompok kontrol. Untuk menetapkan kelas yang

menjadi kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dilakukan dengan cara

undian, dan berdasarkan undian, ditetapkan kelas III-A sebagai kelompok

esperimen dan kelas III-B sebagai kelompok kontrol, dengan jumlah siswa

masing-masing 35 orang (70 orang).

D. Teknik Pengumpulan Data

49

Page 50: Bab I,II,III

50

Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan menggunakan observasi

dan tes.

a. Teknik Observasi

Teknik observasi dilakukan dengan cara mengamati secara langsung

proses pembelajaran mengarang narasi pada mata pelajaran Bahasa Indonesia

yang disajikan oleh guru mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan

menggunakan media gambar seri bagi kelompok eksperimen dan tidak

menggunakan media gambar seri pada kelompok kontrol yaitu hanya

menggunakan metode ceramah dan tanya jawab.

b. Teknik Tes

Tes merupakan instrumen utama sebagai alat pengumpulan data

penelitian berupa tes kepada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

dalam bentuk tugas mengarang. Kriteria penilaian hasil mengarag siswa, yaitu:

a. Mengurutkan peristiwa dan gabar sesuai dengan jalan ceritanya,

dengan bobot 20.

b. Memberikan judul yang menarik, dengan bobot 10.

c. Kesesuaian judul dan isi karangan, dengan bobot 40.

d. Memperhatikan pilihan kata/diksi, dengan bobot 15.

e. Penggunaan ejaan yang benar, dengan bobot 15

50

Page 51: Bab I,II,III

51

E. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan untuk menganalisis data hasil tes

yaitu analisis statistik deskriptif dan analisis statistik inferensial.

a. Analisis statistik deskriptif

Analisis statistik deskriptif dimaksudkan untuk mengetahui tingkat

prestasi belajar siswa dalam pembelajaran mengarang narasi antara yang diajar

dengan menggunakan media gambar seri dengan yang diajar tidak

menggunakan media gambar seri pada mata pelajaran bahasa Indonesia siswa

kelas III SD Negeri 5 Panasakkang, dengan menggunakan tabel distribusi

frekuensi dan persentase dengan rumus persentase yaitu:

P = fN

x 100 %(Tiro, 2002:242)

di mana:

P = Persentase

f = Frekuensi yang dicari persentasenya

N = Jumlah subyek (sampel)

Gambaran kemampuan mengarang narasi siswa diklasifikasikan atas 5

kategori, yaitu: “< 50 (gagal), 50 – 59 (kurang), 60 – 69 (cukup baik), 70 – 79

(baik), dan sangat baik (80 – 100)” (Syah, 2000: 153).

51

Page 52: Bab I,II,III

52

Selanjutnya guna memperoleh gambaran umum mengenai rata-rata

tingkat prestasi belajar siswa dilakukan dengan perhitungan rata-rata dengan

rumus:

M =∑ X

N (Hadi, 2000:37)

di mana:

M = Rata-rata

X = Nilai/harga X

N = Jumlah data

b. Analisis statistik inferensial

Analisis statistik inferensial dimaksudkan untuk menguji hipotesis

penelitian mengenai pengaruh pemanfaatan media gambar seri dalam

pembelajaran mengarang narasi terhadap prestasi belajar siswa kelas III SD

Negeri 5 Panasakkang Kecamatan Tanralili Kabupaten Maros, dengan rumus t-

score yaitu:

t =M x − M y

SDbm (Hadi, 2000: 268)

di mana:

Mx = Mean prestasi belajar siswa yang diajar menggunakan media gambar

seri (kelompok eksperimen)

52

Page 53: Bab I,II,III

53

My = Mean prestasi belajar siswa yang diajar tidak menggunakan media

gambar seri (kelompok kontrol)

SDbm = Standar kesalahan perbedaan mean

Kriteria pengujian hipotesis adalah ditolak hipotesis nihil (Ho) jika nilai

thitung lebih besar daripada nilai ttabel, atau diterima hipotesis kerja (H1) apabila

nilai thitung lebih besar daripada nilai ttabel pada taraf signifikan 5 persen.

53

Page 54: Bab I,II,III

54

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M. 1999. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Abimanyu, S. dan Samad, S. 2003. Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah. Makassar: FIP UNM.

Achsin, A. 1993. Media Pembelajaran dalam Proses Belajar Mengajar Masa Kini. Ujungpandang: IKIP Ujungpandang.

Akhadiah, S., dkk 1989. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Ali, M. 1990 . Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern. Jakarta: Pustaka

Amani.

Arikunto, S. 1993. Manajemen Pembelajaran Secara Manusiawi. Jakarta: Rineka Cipta.

_________ . 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Asy’ari, J.L. 1999. Bahasa Indonesia Bahasaku. Semarang: Aneka Ilmu.

Depdikbud. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Djamarah, S.B. 1991. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya: Usaha Nasional.

_____________. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

54

Page 55: Bab I,II,III

55

Djamarah, S.B., dan Zain, A. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka

Cipta.

Hadi, S. 2000. Statistik Jilid 2. Yogyakarta: Andi.

______. 2003. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Haryadi. 1996/1997. Peningkatan Keterampilan Berbahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud.

Miarson, Y. 1984. Teknologi Komunikasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press.

Poerwadarminta, W.J.S. 1996. Kamus Umum Bahasa Inggris. Jakarta: Balai

Pustaka.

Rostiyah, N.K. 1986. Masalah-masalah Ilmu Keguruan. Jakarta: Bina Aksara.

Rohani, A., dan Ahmadi, A. 1995. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Rineka

Cipta.

Sadiman, A.S.. 1996. Media Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sapani, Suardi, dkk. 2007. Teori Pembelajaran Bahasa. Dep. P dan K Bagian Proyek Penataran Guru SLTP Setara DIII.

Sapari, A. 2001. Penilaian Bahasa Indonesia. Bandung: Angkasa.

Sardiman, A.M. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

55

Page 56: Bab I,II,III

56

Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Suparno. 1994. Pendidikan Bahasa Indonesia dalam Konteks Pembangunan dalam Bahasawan Cendekia Seuntai Karangan. Jakarta: PT. Intermassa.

Syah, M. 2002. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.

The Liang Gie. 1998. Cara Belajar yang Efisien. Yogyakarta: Pusat belajar Ilmu Keguruan.

Tiro, M.A. 2002. Dasar-Dasar Statistika. Makassar: UNM

56