bab i ,ii, iii

65
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangun kesehatan. Guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar. Paling utama adalah untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi (Yuni & Oktami, 2014). Posyandu adalah suatu forum komunikasi, alih teknologi dan pelayanan kesehatan masyarakat yang mempunyai nilai strategis untuk pengembangan sumber daya manusia sejak dini. Posyandu juga merupakan tempat kegiatan terpadu antara program Keluarga Berencana - Kesehatan ditingkat desa (Syarifudin, EVK, & Jomima, 2009). Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat yang di kelola dan di selenggarakan dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat 1

Upload: haqqu-ramdhani

Post on 07-Nov-2015

238 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

kesehatan

TRANSCRIPT

45

PENDAHULUANLatar BelakangPos Pelayanan Terpadu (Posyandu) merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangun kesehatan. Guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar. Paling utama adalah untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi (Yuni & Oktami, 2014).Posyandu adalah suatu forum komunikasi, alih teknologi dan pelayanan kesehatan masyarakat yang mempunyai nilai strategis untuk pengembangan sumber daya manusia sejak dini. Posyandu juga merupakan tempat kegiatan terpadu antara program Keluarga Berencana - Kesehatan ditingkat desa (Syarifudin, EVK, & Jomima, 2009).Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat yang di kelola dan di selenggarakan dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat dalam menyelenggarakan pembangunan kesehatan guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar terutama untuk mempercepat menurunkan angka kematian ibu dan bayi (Depkes RI, 2011).

Wahana pemberdayaan masyarakat yang dibentuk atas dasar kebutuhan masyarakat, dikelola oleh masyarakat dan untuk masyarakat dengan bimbingan dari petugas Puskesmas lintas sektor terkait pelayanan 1

kesehatan. Pelayanan kesehatan yang mempercepat penurunan AKI dan AKB yang sekurang-kurangnya mencakup 5 kegiatan yakni KIA, KB, imunisasi, gizi dan penanggulangan diare. Pemberdayaan masyarakat adalah segala upaya fasilitasi yang bersifat non-instruktif, guna meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat, agar mampu mengidentifikasi masalah, merencanakan dan melakukan pemecahan dengan memanfaatkan potensi setempat. Posyandu memberikan pelayanan kesehatan ibu dan anak, KB, imunisasi, gizi serta penanggulangan diare (Yuni & Oktami, 2014)Upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat dilakukan dengan menerapkan berbagai pendekatan, termasuk didalamnya dengan melibatkan potensi masyarakat. Hal ini sejalan dengan konsep pemberdayaan pengembangan masyarakat. UKBM diantaranya terdiri dari Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), Pos Kesehatan Desa (Poskesdes), Desa Siaga dan Tanaman Obat Keluarga (Toga). Upaya kesehatan bersumber masyarakat (UKBM) yang telah sejak lama dikembangkan dan mengakar dimasyarakat adalah posyandu. Dalam menjalankan fungsinya, posyandu diharapkan dapat melaksanakan 5 program prioritas yaitu kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, perbaikan gizi, imunisasi, dan penanggulangan diare. Jumlah Posyandu sampai tahun 2013 berjumlah 2.835 buah. (profil Kesehatan Kab.Cianjur, 2013)Upaya meningkatkan peran serta masyarakat antara lain melalui sistem pengkaderan dengan pelatihan, penyuluhan, dan bimbingan untuk menumbuhkan sikap mandiri sehingga mampu menggali dan memanfaatkan sumber daya yang tersedia serta menumbuhkan dan memecahkan masalah yang dihadapi guna mencapai pelayanan yang optimal.Untuk itu diperlukan kader yang baik, yang dapat menyumbangkan tenaga dan pikirannya untuk meningkatkan kesehatan masyarakat. Petugas kesehatan hanya mengawasi dan membantu upaya yang bukan wewenang kader posyandu. Pada kenyataanya pada setiap pelaksanaan kegiatan posyandu peran petugas kesehatan dan bidan lebih menonjol (Depkes RI, 2006).Pada awalnya Posyandu berkembang dari salah satu program puskesmas yaitu program perbaikan gizi masyarakat, untuk mendorong peran serta masyarakat maka program ini didorong ke tingkat desa dengan mengadakan pos penimbangan dan pemberian makanan tambahan keberhasilan pos penimbangan ini mendorong pemerintah menambah program lain sehingga pos penimbangan berubah nama menjadi posyandu (posyandu.org)Kegiatan rutin posyandu diselenggarakan dan dimotori oleh kader posyandu dengan bimbingan teknis dari petugas kesehatan. Jumlah minimal kader untuk setiap posyandu sebanyak 5 orang sesuai dengan jumlah kegiatan utama yang dilaksanakan oleh posyandu dengan sistem layanan 5 meja atau 5 langkah kegiatan, yaitu: (1) Pendaftaran; (2) Penimbangan; (3) Pencatatan/pengisian Kartu Menuju Sehat (KMS); (4) Penyuluhan; dan (5) Pelayanan kesehatan sesuai kewenangannya (Depkes RI, 2006).Posyandu diklasifikasikan dalam tiga tingkatan yaitu Posyandu Pertama, Posyandu Madya dan Posyandu Purnama (Syarifudin, EVK, & Jomima, 2009). Terdapat 280.225 Posyandu pada tahun 2013 di Indonesia. Dari jumlah tersebut, posyandu pratama sebanyak 32,7%, madya sebanyak 29,1%, purnama sebanyak 29,9%, dan mandiri sebanyak 8,3%.Partisipasi masyarakat di posyandu atau D/S (jumlah balita yang di timbang/jumlah balita yang ada di posyandu) merupakan indikator yang yang berkaitan dengan cakupan pelayanan gizi pada balita.Cakupan penimbangan Balita D/S di Kabupaten Cianjur tahun 2013 sekitar 72,80 %, tahun 2014 cakupan penimbangan D/S terdapat penurunan 72,18 % (Profil kesehatan Cianjur 2014)Berdasarkan data dari dinas kesehatan kabupaten cianjur, didapatkan bahwa posyandu yang kurang aktif di kabupaten cianjur terdapat di kecamatan karangtengah (Dinkes 2014) Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Karangtengah Kabupaten Cianjur didapatkan bahwa posyandu yang kurang aktif berada di Desa Bojong. Didapatkan bahwa kunjungan ibu yang mempunyai bailta kurang dari sasaran. Sasaran kunjungan ibu yang mempunyai bayi dan balita di Desa Bojong adalah 840, sedangkan yang hadir di posyandu hanya sekitar 380 ibu saja (Profil Puskesmas Karangtengah, 2015). Pada saat wawancara dengan Kader setempat ternyata alasan ibu tidak mengikuti posyandu karena lokasi yang jauh dari rumah.Berdasarkan Data di Kecamatan Karang Tengah cakupan D/S jumlah 59,94 % dan termasuk 10 besar kecamatan yang D/S nya kurang di bawah rata-rata Kabupaten Cianjur. (Dinkes Cianjur,2014). Adapun cakupan D/S di Desa Bojong Tahun 2014 sebesar 63,21 %, (Puskesmas Karang tengah, 2014)Jumlah Posyandu yang ada di Kabupaten Cianjur sampai tahun 2013 adalah berjumlah 2.835 buah. (Profil Kesehatan Kab. Cianjur,2013) Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Karangtengah, terdapat 82 Posyandu yang berada di wilayah karangtengah, 12 Posyandu yang berada di Desa Bojong Kecamatan Karangtengah. (Profil Puskesmas Karangtengah)Penelitian yang dilakukan oleh Sugihartiningsih, et.al tahun 2014, dengan judul HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN KEPATUHAN MENGIKUTI KEGIATAN POSYANDU BALITA DI POSYANDU WIJAYA KUSUMA VI DESA JOMBOR KABUPATEN SEMARANG, terdapat 9 responden (20,9%) mempunyai pengetahuan baik, 32 responden (74,4%) mempunyai pengetahuan cukup dan 2 responden (4,7%) mempunyai pengetahuan yang kurang. Sebanyak 34 responden (79,1%) responden patuh, 7 responden (16,3%) cukup patuh dan 2 responden (4,6%) kurang patuh mengikuti kegiatan posyandu. Hasil uji korelasi diperoleh nilairhitung = 0,539 dengan p = 0,000 (p < 0,05). Pada penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan kepatuhan mengikuti kegiatan posyandu balita di Posyandu Wijaya Kusuma VI Desa Jombor Kabupaten Semarang.Penelitian yang dilakukan oleh Satoto, et.al tahun 2002 pada 72 Posyandu di Jawa Barat, setelah 28 tahun diterapkannya Posyandu, didapatkan hasil sekitar 30% Posyandu dilaksanakan dengan benar. Tingkat ketelitian data yang dikumpulkan kader di Posyandu rendah yaitu mencapai 30% sampai 48,6%. Demikian pula halnya dengan tingkat ketepatan yang juga rendah dari 2,8% sampai 30,6%. Berdasarkan observasi langsung sekitar 90% kader membuat kesalahan dalam salah satu atau lebih teknik penimbangan. Reliabilitas data sangat rendah dan pemahaman tentang teknik penimbangan pada kader juga rendah, demikian pula dalam hal praktek melaksanakan teknik penimbangan. Pembinaan teknis dalam pemantauan pertumbuhan oleh bukan petugas kesehatan termasuk organisasi wanita (PKK) sangat rendah (10,5%) dan dari petugas kesehatan juga rendah (56,9%). Sekitar 63,0% kader tahu tentang kegunaan Kartu Menuju Sehat (KMS), tetapi hanya 40,7% yang tahu manfaat KMS untuk konseling gizi. Sebagian besar ibu balita (95,7%) tahu tentang arti KMS, tetapi mereka jarang menggunakan informasi KMS untuk mengambil tindakan yang berkaitan dengan kesehatan anak.Peneitian yang dilakukan oleh Indria Astuti dan Rivqoh pada tahun 2010 didapatkan bahwa kunjungan ibu ke posyandu RW 14 wilayah kerja Puskesmas Cibeber tahun 2009 sebesar 66% sedangkan target yang harus dicapai 80%, masih terdapat kesenjangan antara angka pencapaian dan angka target. Hasil studi pendahuluan ibu tidak mengetahui apa dan bagaimana pelayanan yang diberikan di Posyandu, dan sebagian besar ibu tidak teratur mengikuti kegiatan posyandu sehingga angka pencapaian kunjungan kurang dari target yang diharapkan.Dari hasil uji statistik didapatkan adanya hubungan antara pengetahuan ibu dengan keteraturan ibu mengunjungi Posyandu, hal ini ditunjukkan hasil uji chi-square memperlihatkan bahwa nillai p-value sebesar 0,004 yang lebih kecil dari nillai (0,05). Hal ini memberi informasi untuk menolak H0. Artinya terdapat hubungan antara pengetahuan ibu tentang Posyandu dengan keteraturan ibu yang memiliki balita.Oleh karena itu, penulis tertarik untuk membuat karya tulis ilmiah yang berjudul Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Yang Mempunyai Balita Tentang Posyandu.Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, dapat dirumuskan permasalahan Apakah terdapat hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu yang mempunyai balita tentang posyandu di Desa Bojong Kecamatan Karangtengah, Kabupaten Cianjur.Tujuan PenelitianTujuan UmumUntuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap ibu yang mempunyai balita tentang posyandu di Desa Bojong Kecamatan Karangtengah, Kabupaten Cianjur.Tujuan Khususa. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu yang mempunyai balita tentang posyandu.b. Untuk mengetahui gambaran sikap ibu yang mempunyai balita dalam pelaksanaan posyandu.c. Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu yang mempunyai balita tentang posyandu di Desa Bojong Kecamatan Karangtengah Kabupaten Cianjur.Manfaat PenelitianManfaat TeoritisPenelitian ini diharapkan dapat menjadi sasaran untuk menerapkan antara ilmu pengetahuan dan teori yang diperoleh selama kuliah. Serta dapat memeberikan kontribusi berupa informasi dan ilmu pengetahuan mengenai diet seimbang.Manfaat Praktisa. Bagi PuskesmasHasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dalam rangka peningkatan partisipasi ibu dalam kegiatan posyandu.b. Bagi PenulisHasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis, terutama mengenai keikutsertaan posyandu juga menambah pengetahuan penulis dalam melakukan penelitian secara sistemasis dan ilmiah serta memberikan pengalaman yang nyata di lapangan.

c. Bagi InstitusiDiharapkan penelitian ini sebagai masukan sekaligus dokumentasi yang berguna dalam meningkatkan dan memperkaya ilmu pengetahuan dan wawasan pembaca khususnya mengenai peran serta kader dalam kegiatan posyandu.

d. Bagi SasaranSebagai motivasi untuk ikut aktif menyelenggarakan kegiatan posyandu, khususnya di daerah obyek penelitian dapat melaksanakan kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsinya.8

TINJAUAN PUSTAKATinjauan pengetahuanPengertian PengetahuanPengetahuan (Knowledge) adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan what, misalnya apa air, apa manusia, apa alam, dan sebagainya. Pengetahuan hanya dapat menjawab pertanyaan apa sesuatu itu (Notoatmodjo, 2010)Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang mengadakan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terhadap obyek terjadi melalui panca indra manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba dengan sendiri. Pada waktu pengindraan sampai menghasilkan pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Wawan & M, 2010)Tingkatan PengetahuanPengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (ovent behavior ). Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak disadari oleh pengetahuan.pengetahuan yang cukup didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat yaitua. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan tingkat ini9adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.b. Memahami(Comprehention)Memahami artinya sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dari mana dapat menginterprestasikan secara benar.c. Aplikasi (Application)Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi ataupun kondisi rill (sebenrnya).d. Analisis (Analysis)Analisis adalah suatu kemampuan untuk menyatakan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi masih di dalam stuktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.e. Sintesis (systensis)Sistensis yang dimaksud menunjukan pada suatu kemampuan untuk melaksanakan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada. (Wawan & M, 2010)Cara Memperoleh PengetahuanCara memperoleh pengetahuan yang dikutip dari notoatmodjo, 2003 : 11 adalah sebagai berikut :

a. Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan1) Cara coba salah (Trial and Error)Cara ini telah dipakai orang sebelum kebudayaan, bahkan mungkin sebelum adanya peradaban. Cara coba salah ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan itu tidak berhasil maka dicoba. Kemungkinan yang lain sampai masalah tersebut dapat dipecahkan.2) Secara KebetulanPenemuan kebenaraan secara tidak kebetulan terjadi karena tidak disengaja oleh orang yang bersangkutan. Salah satu contoh adalah penemuan enzim urease oleh summers pada tahun 1926. Pada suatu hari summers sedang bekerja dengan esktrak acetone, dan karena terburu-buru ingin bermain tennis, maka esktrak acetone disimpan kedalam kulkas dan kesesokan harinya ekstrak acetone yang disimpan dikulkas itu menjadi Kristal-kristal yang kemudian disebut enzim urease.3) Cara kekuasaan atau otoritasSumber pengetahuan cara ini dapat berupa pemimpin-pemimpin masyarakat baik formal atau informal, ahli agama, pemegang pemerintah, dan berbagai prinsip orang lain yang menerima mempunyai yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa menguji terlebih dahulu atau membuktikan kebenarannya baik berdasarkan fakta empiris maupun penalaran sendiri.4) Berdasarkan Pengalaman pribadiPengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang pernah diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi masa lalu.5) Cara akal sehatAkal sehat atau common sense kadang-kadang dapat menemukan teori atau kebenaran. Sebuah ilmu pendidikan ini berkembang, para orang tua zaman dahulu anaknya mau menuruti nasihat orang tuanya, atau agar anak disiplin menggunakan cara hukuman fisik bila anaknya berbuat salah, misalnya dijewer telinganya atau dicubit. Ternyata teori menghukum anak ini sampai sekarang menjadi teori kebenaran.6) Kebenaran melalui wahyuAjaran dan dogma agama adalah suatu kebenaran yang diwahyukan dari Tuhan melalui para Nabi. Kebenaran ini harus diterima dan diyakini oleh pengikut-pengikut agama yang bersangkutan, terlepas dari apakah kebenaran tersebut raisonal atau tidak.7) Kebenaran secara IntuitifKebenaran secara intuitif diperoleh dari manusia secara tepat sekali melalui proses di luar kesadaran dan tanpa melalui proses penalaran atau berpikir.

8) Melalui jalan pikerSejalan dengan kebudayaan umat manusia, cara berpikir manusia pun ikutberkembang. Dari sini manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya.9) InduksiInduksi adalah sebuah proses penarikan kesimpulan yang dimulai dari pernyataan-pernyataan khusus ke pernyataan yang bersifat umum. Hal ini berarti dalam dalam berpikir induksi pembuatan kesimpulan tersebut berdasarkan pengalaman-pengalaman empiris yang ditangkap oleh indra.10) DeduksiDeduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan-pernyataan u,mum ke khusus. Aristoteles (384-322 SM) mengembangkan berpikir deduksi ini ke dalam suatu cara yang disebut silogismeb. Cara modern dalam memperoleh pengetahuanCara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih popular atau disebut metodologi penelitian. Cara ini mula-mula dikembangkan oleh Francis Bacon (1561-1626), kemudian dikembangkan oleh Deobold Van Daven. Akhirnya lahir suatu cara untuk melakukan penelitian yang dewasa ini kita kenal dengan penelitian ilmiah. (Notoatmodjo, 2010)Faktor-faktor Yang Mempengaruhi PengetahuanFaktor yang mempengaruhi pengetahuan dibagi menjadi 2 bagian, yang pertama faktor internal yang terdiri dari pendidikan, pekerjaan, umur. Sedangkan Faktor Ekstrelnal dibagi menjadi 2 bagian yaitu Faktor lingkungan dan Faktor Sosial Budaya. (Wawan & M, 2010)SIKAPPengertian SikapMenurut Petty,cocopio,1986 Sikap adalah evaluasi umum yang dibuat manusia terhadap dirinya sendiri,orang lain,obyek,atau issue. (Wawan & M, 2010).Sedangkan menurut Thomas dan Znaniecki 1920 menegaskan bahwa sikap adalah Predisposisi untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku tertentu,sehingga sikap bukan hanya kondisi internal psikologis yang murni dari individu (purely psychic inner state), tetapi sikap lebih merupakan proses kesadaran yang sifatnya individual. Artinya proses ini terjadi secara subjektif dan unik pada diri setiap individu. (Wawan & M, 2010)Tingkatan SikapMenurut Soekidjo Notoatmodjo sikap terdiri dari berbagai tingkatan yakni:a. Menerima (receiving)Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek).b. Merespon (responding)Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi sikap karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, Lepas pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang itu menerima ide tersebut.c. Menghargai (valving)Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga, misalnya mengajak ibu yang lain (tentangga, saudaranya, dsb) untuk menimbang anaknya keposyandu atau mendiskusikan tentang gizi adalah suatu bukti bahwa si ibu telah mempunyai sikap positif terhadap gizi anak.d. Bertanggung jawab (responsible)Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah mempunyai sikap yang paling tinggi. Misalnya seorang ibu mau menjadi akseptor KB, meskipun mendapatkan tantangan dari mertua atau orang tuanya sendiri.Ciri-Ciri SikapCiri-ciri sikap adalah sebagai berikut:a. Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang perkembangan itu dalam hubungan dengan obyeknya. Sifat ini membedakannya dengan sikap motif-motif biogenis seperti lapar, haus, kebutuhan akan istirahat.b. Sikap dapat berubah-rubah oleh karena itu sikpa dapat dipelajari dan sikap dapat berubah pada orang-orang bila terdapat keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap pada orang itu.c. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu terhadap suatu objek dengan kata lain, sikap itu terbentuk, dipelajari atau berubah senantiasa berkenaan dengan suatu objek tertentu yang dapat dirumuskan dengan jelas.d. Objek sikap iyu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut.e. Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan, sifat alamiah yang membedakan sikap dan kecakapan-kecakapan atau pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki orang. (Wawan & M, 2010)Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi SikapFaktor-faktor yang mempengaruhi sikap antara lain adalah sebagi berikut:a. Pengalaman PribadiUntuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan factor emosional.b. Pengaruh orang lain yang dianggap pentingPada umumnya, individu cenderung untuk memilki sikap yang konformis atau serah dengan sikap orang yang dianggap penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.c. Pengaruh kebudayaanTanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengarah sikap kita terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman individu-individu masyarakat asuhannya.d. Media masaDalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media komunikasi lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan secara obyektif cenderung dipengaruhi oleh sikap dan penulisnya, akibat berpengaruhi terhadap sikap konsumennya.e. Lembaga pendidikan dan lembaga agamaKonsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama sangat menentukan sistem kepercayaan tidaklah mengherankan jika kalau pada gilirannya konsep tersebut mempengaruhi sikap.f. Faktor emosionalKadang kala, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. (Wawan & M, 2010)Sifat SikapMenurut Heri Purwanto (Wawan & Dewi, 2011) sikap dapat pula bersifat positif dan dapat pula bersifat negative :a. Sikap positif kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi, mengharapkan obyek tertentub. Sikap negative terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai obyek tertentu.Cara Pengukuran SikapPengukuran sikap dapat dilakukan dengan menilai pernyataan sikap seseorang. Pernyataan sikap adalah rangkaian kalimat yang mengatakan sesuatu mengenai obyek sikap yang hendak diungkap. Pernyataan sikap mungkin berisi atau mengatakan hal-hal yang positif mengenai obyek sikap,yaitu kalimatnya bersifat mendukung atau memihak pada obyek sikap. Pernyataan ini disebut dengan pernyataan yang favourble. Sebaliknya pernyataan sikap yang bersifat tidak mendukung maupun kontra terhadap obyek sikap. Pernyataan seperti ini disebut dengan pernyataan yang tidak favourabel. Suatu skala sikap sedapat mungkin diusahakan agar terdiri atas pernyataan favourable dan tidak favourable dalam jumlah seimbang. Dengan demikian pernyataan yang disajikan tidak semua positif dan tidak semua negative seolah-olah isi skala memihak atau tidak mendukung sama sekali obyek sikap. (Wawan & M, 2010)Menurut notoadmojo 2003 pengukuran sikap dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Secara langsung dapat dinyatakan bagaimana pendapat/pernyataan responden terhadap suatu obyek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-pernyataan hipotesis kemudian dinyatakan pendapat responden melalui kuesioner.Ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil pengukuran sikap yaitu:a. Keadaan objek yang diukurb. Situasi pengukuranc. Alat ukur yang digunakand. Penyelenggaraan pengukurane. Pembacaan atau penilaian hasil ukurKonsep PosyanduPengertian PosyanduPos Pelayanan Terpadu (Posyandu) yang merupakan kegiatan oleh masyarakat akan menimbulkan komitmen masyarakat, terutama para ibu, dalam menjaga kelestarian hidup serta tumbuh kembang anak, dengan alih teknologi dari pemerintah. Dengan demikian masyarakat tiak akan selalu bergantung pada pemerintah, dan suatu saat nanti akan mandiri. Kemandirian masyarakat akan membawa dampak kemandirian keluarga, ibu dan individu (Syarifudin, EVK, & Jomima, 2009).Posyandu merupakan suatu strategi yang tepat untuk melakukan intervensi pembinaan kelangsungan hidup anak dan pembinaan perkembangan anak (Syarifudin, EVK, & Jomima, 2009)Posyandu merupakan suatu bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan dan keluarga berencana yang dilaksanakan di tingkat dusun dalam wilayah kerja masing-masing Puskesmas (Syarifudin, EVK, & Jomima, 2009).Tujuan Posyandua. Tujuan Operasional1) Meluaskan jangkauan kegiatan program.2) Meningkatkan cakupan kegiatan program.3) Untuk lebih mendekatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.b. Tujuan Jangka Panjang/ Tujuan Akhir1) Untuk dapat menurunkan angka kematian bayi atau Infant Mortality Rate (IMR).2) Untuk dapat menurunkan angka kelahiran atau Birth Rate.3) Penurunan angka kematian ibu bersalin atau Maternal Mortality Rate.(Syarifudin, EVK, & Jomima, 2009)Manfaat PosyanduPosyandu memberikan layanan kesehatan ibu dan anak, KB, imunisasi, gizi dan penanggulangan diare.a) Kesehatan ibu dan anak(1) IbuPemeliharaan kesehatan ibu di posyandu, pemeriksaan kehamilan dan nifas, pelayanan peningkatan gizi melalui pemberian vitamin dan pil penambah darah dan imunisasi TT untuk ibu hamil.(2) Pemberian Vitamin APemberian vitamin A dosis tinggi pada bulan Februari dan Agustus, akibat dari kurangnya vitamin A adalah menurunnya daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit.(3) Penimbangan BalitaPenimbangan balita dilakukan tiap bulan di posyandu. Penimbangan secara rutin di posyandu untuk pemantauan pertumbuhan dan mendeteksi sedini mungkin penyimpangan pertumbuhan balita. Dari penimbangan yang kemudian dicatat di KMS, dari data tersebut dapat diketahui status pertumbuhan balita, apabila penyelenggaraan posyandu baik maka upaya untuk pemenuhan dasar pertumbuhan anak akan baik pula.KMS adalah kartu untuk mencatat dan memantau perkembangan balita dengan melihat garis pertumbuhan berat badan anak dari bulan ke bulan pada KMS dapat diketahui status pertumbuhan anaknya. Kriteria Berat Badan balita di KMS :(a) Berat badan naikBerat badan bertambah mengikuti salah satu pita warna, berat badan bertambah ke pita warna di atasnya.(b) Berat badan tidak naikBerat badannya berkurang atau turun, berat badan tetap, berat badan bertambah atau naik tapi pindah ke pita warna di bawahnya.(c) Berat badan di bawah garis merahMerupakan awal tanda balita gizi buruk. Pemberian makanan tambahan atau PMT, PMT diberikan kepada semua balita yang menimbang ke posyandu.b) Keluarga BerencanaPelayanan keluarga berencana berupa pelayanan kontrasepsi kondom, pil KB dan suntik KB.c) ImunisasiDi posyandu, balita akan mendapatkan layanan imunisasi. Imunisasi yang diberikan adalah :(1) BCG untuk mecegah penyakit TBC(2) DPT untuk mencegah penyakit difteri, pertusis (batuk rejan), tetanus.(3) Polio untuk mencegah penyakit kelumpuhan(4) Campak(5) Hepatitis B untuk mencegah penyakit hepatitis B (penyakit kuning)c. Peningkatan GiziDengan adanya posyandu yang sasaran utamanya bayi dan balita, sangat tepat untuk meningkatkan gzi balita. Peningkatan gizi di posyandu yang dilakukan oleh para kader berupa memberikan penyuluhan tentang ASI, status gizi balita, MPASI, Imunisasi, Vitamin A, stimulasi tumbuh kembang anak, diare pada balita.d. Penanggulangan DiarePenyediaan oralit di posyandu melakukan rujukan pada penderita diare yang menunjukkan tanda bahaya di puskesmas. Memberikan penyuluhan penanggulangan diare oleh kader posyandu.(Yuni & Oktami, 2014)Program dan Sasarana. Program1) KIAIndikator yang strategis untuk mewakili kegiatan pokok KIA adalah pemeriksaan ibu hamil dan cakupan TT2, mengamati perkembangan dan pertumbuhan anak-anak balita, memberikan nasihat tentang makanan, mencegah timbulnya masalah gizi karena kekurangan protein dan kalori dan memperkenalkan jenis makanan tambahan, memberikan pelayanan KB kepada PUS, merujuk ibu-ibu atau anak-anak yanng memerlukan pengobatan, mengadakan latihan untuk dukun bersalin.

2) KB3) P2M (pemberantasan Penyakit Menular)4) Upaya Peningkatan Gizib. Sasaran Semua anggota masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan dasar yang ada di posyandua. Bayi > 1 tahunb. Anak Balita 1-5 tahunc. Ibu hamil, Ibu Nifas dan Ibu Menyusuid. Pasangan Wanita Usia Subur (Heni, Ircham, Anis, & Mina, 2009)Kegiatan Posyandua) KIAb) KBc) Imunisasid) Gizie) Penanggulangan diareLetak/Lokasi Posyandua. Berada di tempat yang mudah didatangi oleh masyarakat.b. Ditemukan oleh masyarakat itu sendiri.c. Dapat merupakan lokal tersendiri.d. Bila tidak memungkinkan dapat dilaksanakan di rumah penduduk, balai rakyat, pos RT/RW atau pos lainnya.(Syarifudin, EVK, & Jomima, 2009)Penyelenggaraan PosyanduKegiatan rutin posyandu diselenggarakan dan diminati oleh oleh kader posyandu dengan bimbingan teknis dari puskesmas dan sektor terkait. Jumlah minimal kader untuk setiap posyandu adalah 5 orang, jumlah ini sesuai dengan jumlah kegiatan utama yang dilaksanakan oleh posyandu, yakni yang mengacu pada sistem 5 meja. (Depkes RI, 2006 ). Pelaksana Kegiatan PosyanduYang bertindak sebagai pelaksana posyandu adalah kader. Kader dipilih oleh pengurus dari anggota masyarakat yang tersedia, mampu dan memiliki waktu untuk menyelenggarakan kegiatan posyandu. Kriteria kader posyandu antara lain sebagai berikut :a. Diutamakan berasal dari anggota masyarakat setempat.b. Dapat membaca dan menulisc. Mempunyai jiwa, pembaharu dan penggerak masyarakat.d. Bersedia bekerja secara sukarela, memiliki kemampuan dan waktu luang. (Depkes RI, 2006)Pengelola PosyanduDipilih dari dan oleh masyarakat pada saat musyawarah pembentukan posyandu, sekurang-kurangnya terdiri dari satu orang ketua, sekretaris dan bendahara. Kriteria pengelola posyandu antara lain sebagai berikut :a. Diutamakan adalah para dermawan dan tokoh masyarakat setempat.b. Memiliki motivasi semangat pengabdian, berinisiatif tinggi dan mampu memotivasi masyarakat.c. Bersedia secara sukarela bersama masyarakat. (Depkes RI, 2006). Pelaksanaan PosyanduPosyandu dilaksanakan sebulan skali yang di tentukan oleh kader, tim penggerak PKK Desa/Kelurahan serta petugas kesehtan dari puskesmas, dilskuksn pelayanan masyarakat dengan sistem 5 meja, yaitu :a. Meja I: Pendaftaran + Penyuluhan kelompokb. Meja II: Penimbangan bayi, anak balita dan ibu hamilc. Meja III: Pengisian Kartu Menuju Sehatd. Meja IV: Penyuluhan perorangan berdasarkan KMSe. Meja V:Pemberian pelayanan imunisasi KB, Pengobatan, Gizi, KIA.(Heni, Ircham, Anis, & Mina, 2009)Tingkat Perkembangan PosyanduMenurut Depkes RI (2006), tingkat perkembangan posyandu dibagi atas:Tabel 2.1. Tingkat Perkembangan PosyanduTingkat perkembanganKriteria

Posyandu PratamaPosyandu yang masih belum mantap kegiatannya, masih belum bisa rutin setiap bulan dan kader aktifnya terbatas kurang dari 5 orang.

Posyandu MadyaPosyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali pertahun, dengan rata-rata jumlah kader tugas 5 orang atau lebih, akan tetapi cakupan program utamanya masih rendah yaitu kurang dari 50. Intervensi untuk posyandu madya antara lain :a. Pelatihan tokoh masyarakatb. Penggarapaan dengan Pendekatan Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD) untuk menentukan masalah dan mencari penyelesaian situasi dan kondisi setempat.

Posyandu PurnamaPosyandu yang frekuensinya lebih dari 8x setahun, rata-rata jumlah kader tugas 5 orang atau lebih dan cakupan 5 program utamanya lebih dari 50% sudah ada program tambahan bahkan mungkin sudah ada dana sehat yang masih sederhana.

Posyandu MandiriPosyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan secara teratur, dengan jumlah kader rata-rata 5 orang atau lebih cakupan 5 program utama sudah bagus, ada program tambahan dan dana sehat telah menjangkau lebih dari 50% kepala keluarga.

Peran Serta MasyarakatMenurut Notoatmodjo (2007), peran serta atau partisipasi masyarakat adalah ikut sertanya seluruh anggota masyarakat dalam memecahkan permasalahan-permasalahan masyarakat tersebut. Peran serta dibidang kesehatan berarti keikutsertaan seluruh anggota masyarakat dalam memecahkan masalah kesehatan mereka sendiri. Dalam hal ini, masyarakat sendirilah yang aktif memikirkan, memecahkan, melaksanakan dan mengevaluasikan program-program kesehatan. Institusi kesehatan hanya sekedar memotivasi dan membimbingnya. Peran serta setiap anggota masyarakat dituntut suatu kontibusi atau sumbangan. Kontribusi tersebut bukan hanya terbatas pada dana dan finansial saja tetapi dapat terbentuk dalam tenaga (daya) dan pemikiran (ide). Dalam hal ini dapat diwujudkan dalam 4M yakni, manpower (tenaga), money (uang), material (benda-benda) dan mind (ide atau gagasan).Peran serta masyarakat mempunyai peranan penting dalam keberhasilanpembangunan, termasuk pembangunan kesehatan. Banyak hasil dari program-program kesehatan yang berlandaskan peran-serta masyarakat termasuk program Posyandu kurang berkembang bahkan ada yang sudah tidak berlanjut. Hal ini disebabkan para petugas lapangan sebagai motivator dari program/proyek tersebut di atas kurang/tidak memberikan dorongan/motivasi kepada masyarakat khususnya kepada para kader kesehatannya lebih lanjut secara terus menerus demi kelestariannya (Widagdo 2006).Satu-satunya faktordari masyarakat yang masih mungkin dapat melakukan dorongan/motivasi secaraberkesinambungan adalah faktor tokoh masyarakat yang palingberperan adalah kepala daerah atau kepala desa (kades). Peranan pemimpin/kepala desa akan sangat penting apabila mereka aktif untukmendatangi masyarakat, sering menghadiri pertemuan-pertemuan, dan dalam setiap kesempatan selalu menjelaskan manfaat program Posyandu. Para pimpinan masyarakat ini aktif dalam mengajak warga masyarakat untuk mengelola kegiatan Posyandu. Apabila masyarakat melihat bahwa tokoh mereka yang disegani ikut serta dalam kegiatan posyandu, maka masyarakat pun akan tertarikuntuk ikut dalam kegiatan posyandu. (Widagdo 2006).

METODE PENELITIAN

Metode PenelitianParadigma PenelitianPosyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangun kesehatan. Guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar. Paling utama adalah untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi (Yuni & Oktami, 2014).Pos Pelayanan Terpadu (POSYANDU) tidak hanya untuk ibu hamil saja, melainkan untuk bayi dan balita bahkan penanganan diare bisa dilakukan di posyandu. Kunjungan balita ke pos pelayanan terpadu (posyandu) sangatlah penting agar ibu dapat mengetahui perkembangan dan pertumbuhan sang anak. Dan apabila terjadi penurunan berat badan yang drastis, ibu dapat mengetahuinya dan dapat mengambil tindakan segera. Banyak ibu yang beranggapan bahwa posyandu itu tidak terlalu penting, imunisasi juga tidak harus lengkap. Di sinilah permasalahan yang harus diluruskan, bahwa posyandu itu adalah penting, dan balita harus mendapatkan imunisasi lengkap.Pengetahuan dan sikap ibu yang mempunyai balita tentang posyandu akan menentukan perilaku mereka dalam keikutsertaan program posyandu. Penelitian ini mengambil pengetahuan dan sikap sebagai variable independen dan posyandu sebagai variable dependen.Perilaku sesorang dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu faktor predisposisi yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, keyakinan, dan kepercayaan; faktor pemungkin yang terwujud dalam sarana dan prasarana yang tersedia; serta faktor penguat yang terwujud dalam peran tokoh masyarakat itu sendiri. (Notoatmodjo s. , 2010)Dari uraian tersebut, untuk mempermudah memahaminya peneliti menggambarkannya dalam bagan seperti berikut :Faktor predisposisi

1. Pengetahuan2. Sikap

Keyakinan kepercayaan

Pelaksanaan PosyanduFaktor pemungkin

Sarana prasarana

Faktor penguat

Peran tokoh masyarakat

Keterangan : Area yang ditelitiArea yang tidak diteliti

(Notoatmodjo, 2010)Rancangan penelitianJenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian analitik adalah penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi. Kemudian melakukan analisis dinamika korelasi antara fenomena atau antara faktor resiko dengan faktor efek. Pendekatan cross sectional adalah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada saat itu. (Notoatmodjo S. , 2010)Adapun alasan peneliti memilih rancangan penelitian tersebut karena sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai yaitu untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan sikap ibu yang mempunyai balita tentang posyandu di desa Bojong Kecamatan Karangtengah Kabupaten Cianjur.Hipotesis PenelitianHipotesis penelitian adalah suatu jawaban sementara dari pertanyaan penelitian. Biasanya hipotesis ini dirumuskan dalam bentuk hubungan antara dua variabel, variabel bebas dan variabel terikat. Hipotesis berfungsi untuk menentukan kearah pembuktian, artinya hipotesis ini merupakan pernyataan yang harus dibuktikan. (Notoatmodjo s. , 2010)Adapun hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:H0= tidak ada hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu yang mempunyai balita tentang posyandu.Ha= ada hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu yang mempunyai balita tentang posyandu.Variabel PenelitianVariabel adalah suatu sifat yang akan diukur atau diamati yang nilainya bervariasi antara satu objek ke objek lainnya dan terukur. Jenis variabel menurut sifatnya terbagi menjadi dua bagian yaitu variabel katagorik dan numerik. Sedangkan dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel independen dan variabel dependenVariabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi variabel lain artinya apabila variabel independen berubah maka akan mengakibatkan perubahan variabel lain. Variabel independen dalam penelitian ini adalah pengetahuan ibu yang mempunyai balita tentang posyandu.Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain, artinya variabel dependen berubah pada variabel bebas. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Sikap ibu yang mempunyai balita tentang posyandu.Definisi OperasionalDefinisi operasional merupakan variabel-variabel yang akan diteliti secara operasional di lapangan. (Riyanto, 2011). Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional berdasarkan karakteristik yang diamati, memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena (Hidayat, 2011).Adapun definisi operasional dalam penelitian ini dapat digambarkan pada tabel sebagai berikut :

Tabel 3.1 Definisi OperasionalVariabelDefinisi konseptualDefinisi OperasionalHasil ukurAlat UkurSkala Ukur

PengetahuanHasil tahu dari manusia yang sekedar menjawab pertanyaan (Notoatmodjo s. , 2010)Segala sesuatu yang diketahui ibu yang mempunyai balita tentang posyanduPengertian, manfaat, tujuan, program dan sasaran, kegiatan dan pelaksanaan posyandu.1 Baik> 75 %2 Cukup60 - 75 %3 Kurang< 60

AngketOrdinal

SikapEvaluasi yang dibuat oleh manusia terhadap dirinya sendiri, orang lain, objek, isue. (Wawan & M, 2011)Respon ibu yang mempunyai balita tentang posyandu1 Positif= mean2 Negatif= < Mean

AngketOrdinal

Populasi dan SampelPopulasiPopulasi merupakan seluruh subjek (manusia, binatang, percobaan, data laboratorium, dll) yang akan diteliti dan memenuhi karakteristik yang akan ditentukan. (Riyanto, 2013)Menurut Sugiyono, 2004 populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. (Hidayat, 2011)Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai balita di Desa Bojong yang berjumlah 840 orang dari 12 posyandu yang ada di Kecamatan Karangtengah Kabupaten Cianjur.SampelSampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Dalam penelitian kebidanan, kriteria sampel meliputi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi, dimana kriteria tersebut menentukan dapat dan tidaknya sampel yang tersebut digunakan. (Hidayat, 2011)Teknik pengambilan sample menggunakan simple random sampling, yaitu pengambilan sampel secara acak. Yaitu setiap element di seleksi secara acak. Penentuan besar sampel bila besar populasi < 1000, maka menggunakan rumus :

Keterangan :n : seluruh sampelN : Seluruh populasid : Tingkat signifikasi yang dipilih (d = 0,1)

Jadi peneliti mengambil sample sebanyak 100 responden.a. Kriteria Inklusi dan EksklusiSebelum dilakukan pengambilan sampel, perlu ditentukan criteria innklusi maupun criteria eksklusi agar karakterisktik sampel tidak menyimpang dari populasinya. Criteria inklusi adalah criteria atau cirri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel. Sedangkan criteria eksklusi adalah cirri-ciri anggota populasi yang tidak dapat diambil sebagai sampel.1) Kriteria Inklusia) Ibu dan balita yang tinggal di Desa Bojong sekurang-kurangnya 1 tahun.b) Ibu yang mempunyai anak berumur 1-5 tahun.c) Memahami bahasa Indonesia dan atau sunda.d) Sehat jasmani dan rohani.e) Mau diwawancarai2) Kriteria Eksklusia) Ibu yang tinggal di Desa Bojong kurang dari 1 tahunb) Ibu yang mempunyai anak balita yang berumur kurang dari 1 tahun dan lebih dari 5 tahunc) Tidak memahami bahasa Indonesia dan atau sundad) Ibu anak balita yang sedang sakite) Tidak bersedia diwawancarai(Notoatmodjo S. , Metodologi Penelitian Kesehatan, 2010)

Pengumpulan dataTeknik Pengumpulan DataData yang dikumpulkan adalah data primer, yaitu data yang didapatkan langsung dari hasil penelitian di lapangan dengan menggunakan instrumen penelitian (kuesioner).Pengumpulan data dilakukan di Desa Bojong dengan prosedur yaitu mengajukan surat permohonan izin penelitian dari institusi peneliti kepada Puskesmas Karangtengah.Setelah mendapat izin dari puskesmas, maka peneliti meminta bantuan bidan desa beserta kader untuk mengumpulkan seluruh ibu yang mempunyai balita disuatu waktu kemudian setelah berkumpul seluruhnya kemudian melakukan penelitian menggunakan kuesioner yang telah dibuat, dengan cara sebelumnya ibu akan di berikan penjelasan tujuan penelitian dan dimohon bantuannya menjadi responden.Responden kemudian di berikan angket untuk diisi dan peneliti berada di dekat responden agar apabila ada pertanyaan dari responden tidak dapat dimengerti peneliti dapat segera menjelaskannya. Responden di ingatkan agar semua pertanyaan diisi dengan lengkap.Instrumen PenelitianInstrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk pengumpulan data. (Notoatmodjo, 2010). Instrumen yang digunakan untuk variabel pengetahuan pada penelitian ini adalah kuesioner dalam bentuk kuesioner skala Guttman (Benar dan Salah) dengan skor 1 untuk jawaban ya dan 0 untuk jawaban tidak. Skala Guttman merupakan skala yang bersifat tegas dan konsistensi dengan memberikan jawaban yang tegas. (Hidayat, 2011) dengan jumalah pertanyaan 20.Untuk variabel sikap menggunakan kuesioner dalam bentuk Skala Likert (SS= sangat setuju nilai 4, S= setuju nilai 3, TS=tidak setuju nilai 2, SS= sangat tidak setuju nilai 1) digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, presepsi seseorang tentang gejala atau masalah yang ada dalam masyarakat atau dialaminya. (Hidayat, 2011) dengan jumlah pertanyaan 20.Uji Validitas dan Reabilitas Instrumen Penelitiana. Uji ValiditasValiditas merupakan ketepatan atau kecermatan pengukuran, valid artinya alat tersebut mengukur apa yang ingin diukur. (Riyanto, 2011). Untuk mengukur validitas suatu instrumen (dalam hal ini kuisioner) dilakukan dengan cara uji korelasi antar skor masing-masing variabel dengan skor totalnya. Suatu variabel (pertanyaan) dikatakan valid bila skor variabel tersebut berkorelasi secara signifikan dengan skor totalnya. Untuk mengetahui validitas suatu instrumen, dalam hal ini kuesioner pengetahuan posyandu pada ibu yang mempunyai balita dilakukan dengan cara melakukan korelasi antar skor masing-masing variabel dengan skor totalnya. Suatu variabel (pernyataan) dikatakan valid bila skor variabel tersebut berkorelasi secara signifikan dengan total skornya. Jenis uji validitas yang dipakai adalah koefisien kolerasi biserial.Rumus yang dipakai adalah :rbis(i)=Keterangan :rbis(i): Koefisien korelasi biserial antara skor butir soal nomor I dengan skor totalXi: Rata-rata skor total responden yang menjawab benar butir soal nomor iXt: Rata-rata skor total semua respondenSt: Standar deviasi skor total semua respondenpi: Proporsi jawaban yang benar untuk butir soal nomor iqi: Proporsi jawaban yang salah untuk butir soalUntuk pernyataan sikap uji validitas menggunakan kolerasi pearson product moment.Keterangan :

r = Koefisien korelasiX = skor rata-rata dari XY = skor rata-rata dari YN = ukuran sampelDikatakan valid jika r hitung lebih besar dari r tabel, dikatakan tidak valid jika r hitung lebih kecil dari r tabel. Untuk menentukan r tabel maka dapat dilihat pada tabel r product momen. (Riyanto, 2010). Uji validitas dilakukan di Desa Maleber dengan membagikan kuesioner ke 20 responden.b. Uji ReabilitasReliabilitas artinya kestabilan pengukuran, alat dikatakan reliabel jika digunakan berulang-ulang sama. Sedangkan pertanyaan dikatakan reliabel jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. (Riyanto, 2011). uji yang digunakan menggunakan rumus KR 20 :

Keterangan :rii: Koefisien Reliabilitas Testk:Cacah Butirpi qi :Varians skor butirpi: Proporsi jawaban yang benar untuk butir soal nomor iqi: Proporsi jawaban yang salah untuk butir soalSt2:Varians Skor TotalUntuk menentukan reabilitas soal sikap peneliti menggunakan uji cronbach Alpha Berikut rumus program tersebut:

Keterangan:rii= Koefisien reabilitas tesk= cacah butirSi= varian skor butirSt=varian skor totalKeputusan Uji:Bila nilai cronbachs alpha > konstanta (0,6), maka pertanyaan reliabelBila nilai cronbachs alpha < konstanta (0,6), maka pertanyaan tidak reliable.Prosedur PenelitianTahap persiapana. Memilih lahan penelitianb. Melakukan studi pendahuluanc. Melakukan studi kepustakaand. Menyusun proposal dan instrumen penelitiane. Seminar proposalf. Uji coba kuesionerTahap pelaksanaana. Izin penelitian atau informed concent dari respondenb. Melakukan pengumpulan datac. Melakukan pengolahan dan analisa datad. Menarik kesimpulanTahap Akhira. Menyusun laporan hasil penelitian b. Penyajian hasil dan pengumpulan laporanPengolahan Data dan Analisis DataPengolahan DataDalam langkah pengolahan data terdapat langkah-langkah yang harus ditempuh, diantaranya :a. EditingMerupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan kuesioner apakah kuesioner sudah diisi dengan lengkap, jelas jawaban dari responden, relevan jawaban dengan pertanyaan, konsisten. b. CodingMerupakan merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka/bilangan.c. Procesing/Entry DataSetelah data sudah dikoding maka langkah selanjutnya melakukan entry data atau memasukkan data dari kuesioner ke dalam program komputer, salah satu program yang digunakan adalah SPSS for Windowd. CleaningCleaning merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di entry apakah ada kesalahan atau tidak. (Riyanto, 2011)Analisa DataMenurut Notoatmodjo (2010) bahwa data yang telah diolah baik secara manual maupun menggunakan bantuan komputer, tidak akan ada maknanya tanpa dianalisis. Menganalisis data tidak sekedar mengdeskripsikan dan menginterpretasikan data yang telah diolah, kita harus memperoleh makna atau arti dari hasil penelitian tersebut. Analisa data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis univariat dan analisis bivariat.a. UnivariatAnalisa data dalam penelitian ini menggunakan analisa univariat. Analisa univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran distribusi frekuensi dan proporsi dari masing-masing variabel yang diteliti sehingga diperoleh gambaran dari masing-masing variabel tersebut sebagai berikut.1) Untuk mengetahui pengetahuan responden digunakan kuesioner, untuk setiap jawaban yang benar diberi nilai 1 dan yang salah diberi nilai 0. Tiap responden akan memperoleh nilai sesuai dengan pedoman penelitian tersebut. Untuk menganalisis data hasil kuesioner dalam penelitian digunakan rumus :P = Keterangan :P = presentasef = jumlah jawaban betuln = jumlah total pertanyaanKemudian variabel pengetahuan dalam kategori sebagai berikut : Baik >75% Cukup 60-75 % Kurang Baik