bab ii & bab iii

51
BAB II URAIAN MATERI NILAI KEADILAN SOSIAL Menurut Bodenheir, yang dinamakan adil adalah harus ada persamaan-persamaaan dalam bagian yang diterima oleh orang- orang, oleh karena resiko yang dibagi harus sama dengan resiko yang diterima orang-orangnya, sebab apabila orang-orangnya tidak sama maka disitu tidak ada bagian yang sama pula, maka apabila orang orang yang sama tidak menerima bagian yang sama timbullah sengketa atau pengaduan (Yahya A.Z., 2012:144). Mencari relevansi keadilan sosial menurut teori Rawls di Indonesia, adalah penting untuk melihat sejauh mana teori tersebut dapat diimplementasikan. Namun perlu diingat bahwa teori tadi muncul dalam masyarakat yang berbeda dengan masyarakat di Indonesia. Misalnya sistem ekonomi Kapitalis di Amerika Serikat dan model masyarakat yang liberal. Sedangkan di Indonesia tidak menganut sistem ekonomi kapitalis ataupun masyarakatnya tidak liberal. Namun harus diakui juga paham- paham seperti kapitalisme, sosialisme, liberalisme telah bercampur dengan tujuan-tujuan mengenai keadilan di Indonesia baik dalam masyarakat, kebudayaan pribumi, nilai-nilai agama dan aliran-aliran kepercayaan di kalangan bangsa Indonesia. Keadilan sosial tidak boleh dipisahkan dengan aspek ke- Tuhanan, kemanusiaan, kesatuan dan integrasi dari pluralitas dan jiwa musyawarah dan gotong royong. Sehingga para pendiri bangsa Indonesia, tampaknya tidak mau mempertentangkan 5

Upload: khairi-lihayaty

Post on 18-Feb-2016

236 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

ppkn

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II & BAB III

BAB II

URAIAN MATERI NILAI KEADILAN SOSIAL

Menurut Bodenheir, yang dinamakan adil adalah harus ada persamaan-persamaaan

dalam bagian yang diterima oleh orang-orang, oleh karena resiko yang dibagi harus sama

dengan resiko yang diterima orang-orangnya, sebab apabila orang-orangnya tidak sama maka

disitu tidak ada bagian yang sama pula, maka apabila orang orang yang sama tidak menerima

bagian yang sama timbullah sengketa atau pengaduan (Yahya A.Z., 2012:144).

Mencari relevansi keadilan sosial menurut teori Rawls di Indonesia, adalah penting

untuk melihat sejauh mana teori tersebut dapat diimplementasikan. Namun perlu diingat

bahwa teori tadi muncul dalam masyarakat yang berbeda dengan masyarakat di Indonesia.

Misalnya sistem ekonomi Kapitalis di Amerika Serikat dan model masyarakat yang liberal.

Sedangkan di Indonesia tidak menganut sistem ekonomi kapitalis ataupun masyarakatnya

tidak liberal. Namun harus diakui juga paham-paham seperti kapitalisme, sosialisme,

liberalisme telah bercampur dengan tujuan-tujuan mengenai keadilan di Indonesia baik dalam

masyarakat, kebudayaan pribumi, nilai-nilai agama dan aliran-aliran kepercayaan di kalangan

bangsa Indonesia.

Keadilan sosial tidak boleh dipisahkan dengan aspek ke-Tuhanan, kemanusiaan,

kesatuan dan integrasi dari pluralitas dan jiwa musyawarah dan gotong royong. Sehingga

para pendiri bangsa Indonesia, tampaknya tidak mau mempertentangkan keadilan sosial

dengan hidup keagamaan, dengan kemanusiaan dan dengan hubungan yang harmonis yang

saling mempengaruhi dengan sila-sila yang ada dalam Pancasila.

Bangsa Indonesia tidak begitu saja mengadakan pilihan-pilihan di antara salah satu

sistem atau aliran-aliran yang berlainan dan bertentangan dalam sejarah Barat. Tetapi juga

tidak menutup diri dari pengalaman-pengalaman bangsa lain, termasuk pengalaman dunia

barat dan pengalaman negara-negara komunis, atau bahkan negara yang berdasarkan agama

dan bersifat fundamentalis. Pengalaman itu memberikan unsur pembelajaran dan membentuk

suatu kesadaran sejarah sehingga kita tidak mengulang sebuah kesalahan dalam mewujudkan

keadilan sosial.

5

Page 2: BAB II & BAB III

Ada beberapa hal yang bisa disumbangkan dari teori keadilan Rawls yaitu: Tentang

keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Diakui bahwa keadilan adalah sebagai daya

hidup manusia yang subtansial bagi kehidupan manusia, sehingga di dalam dasar dan

Ideologi Negara Pancasila, yang dituangkan dalam dua buah sila, yaitu: Sila kedua,

Kemanusiaan yang adil dan beradab dan sila kelima (mewakili mengungkap ciri khas

keadilan yang bersifat integralistik secara moral), dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat

Indonesia (mewakili ciri khas keadilan sosial. Khususnya sila kelima yang merupakan “salah

satu tujuan atau cita-cita” yang perlu dicari realisasinya. Jadi bagaimana pelaksanaan

keadilan sosial itu dapat dipraktekkan? Bagaimana pembagian pendapatan dan keuntungan

koperasi, misalnya diatur dalam prinsip-prinsip keadilan? Karena ada kesamaan antara

perhatian utama Rawls mengenai koperasi dengan koperasi di Indonesia, barangkali prinsip-

prinsip keadilan Rawls dapat berperan sebagai pembatas pembagian yang adil.

Soal hak milik, Negara Indonesia mengakui adanya hak milik pribadi. Negara

berperanan melindunginya, tetapi tidak berarti memaksakan hak-hak milik itu demi tujuan

keuntungan yang sebesar-besarnya. Mengacu pada pandangan Rawls yang mengatakan

bahwa keadilan dapat dicapai tanpa perubahan ke arah pemilikan umum atas sarana-sarana

produksi. Untuk konteks Indonesia tidak menjadi suatu persoalan apakah sarana-sarana

produksi itu dimiliki secara umum, pribadi atau negara, namun yang terpenting adalah:

apakah pemanfaatannya sudah secara adil dan merata dirasakan oleh semua masyarakat

Indonesia, khususnya golongan yang kurang beruntung? Meski Rawls juga menekankan

bahwa dalam keadaan khusus, pemenuhan prinsip perbedaan membenarkan atau bahkan

menuntut sosialisme dalam arti pemilikan bersama atas alat-alat produksi. Bagi saya, untuk

konteks Indonesia, keadaan-keadaan khusus itu harus dijelaskan dan harus ada pembatasan

sehingga tidak didominasi oleh “pribadi” (konglomerat) yang bisa menyelewengkannya

untuk kepentingan pribadi atau kroni-kroninya.

Selanjutnya mengenai tekanan Rawls pada prinsip kebebasan dan harga diri. Hal ini,

mengingatkan kita pada keadilan yang berdasarkan HAM. Di Indonesia bisa disoroti masalah

penggusuran tanah atau rumah yang sedang marak terjadi sekarang ini di kota-kota besar.

Penggusuran tersebut sering kali dilakukan dengan alasan ketertiban dan keindahan kota,

namun tidak dilandaskan pada hak-hak warga yang tergusur dan harga diri mereka yang

terlindas oleh kesewenang-wenangan pemerintah dan aparat ketertiban kota (Dawan A.,

2011:4-6).

6

Page 3: BAB II & BAB III

Berikut diuraikan keenam nilai keadilan sosial yang terkandung didalam sila kelima

yaitu “keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”

A. Perlakuan yang Adil di Segala Bi dang Kehidupan, Terutama Di bidang Politik,

Ekonomi, dan Sosial Budaya

Menurut teori Rawls, keadilan sebagai fairrness akan dapat menjelaskan dengan baik

berkaitan dengan persamaan dalam hak pendidikan dan keadilan. Menurut Rawls, keadilan

harus mampu memberikan kesempatan yang fair serta hak yang sama pada semua anggota

masyarakat untuk ikut serta dalam setiap proses pengambilan keputusan politik dan

ekonomi, oleh karena itu diperlukan prosedur yang fair. Semua pihak terkait dalam proses

pemilihan prinsip-prinsip keadilan harus berada dalam posisi asli (original position). Posisi

asli akan terwujud jika semua pihak diandalkan berada dalam situasi tanpa pengetahuan dan

bersikap saling tidak perduli akan kepentingan pihak lain (veil of ignorance). Para pihak

harus berkonsentrasi hanya pada apa yang terbaik bagi dirinya sendiri (Yahya A.Z.,

2012:144).

Kegagalaan negara/pemerintah dalam memenuhi kewajibanya dalam melindungi dan

memenuhi hak pendidikan tersebut akan melahirkan isu keadilan korektif sebagai justifikasi

perlunya upaya hukum (legal remedies;rechtmiddelen) untuk menegakkan keadilan

distributif. Keadilan korektif mempunyai pengertian righting wrong (meluruskan

konsenkuensi yang lahir karena pelanggaran hukum), misalnya dengan berusaha memberikan

kompensasi/reparasi yang layak kepada pihak yang dirugikan atau menjatuhkan pemidanaan

kepada pelaku tindak pidana. Kondisi yang sama juga berlaku bagi negara yang melanggar

kewajibanya sebagai bagian dari isu keadilan korektif. Negara harus melakukan reparasi

(reparation) atas pelanggaran kewajibanya dan menyediakan upaya hukum yang

memungkinkan penuntutan atas reparasi tersebut.

Semua hak asasi menciptakan kewajiban korelatif. Demikian pula dengan hak asasi

bidang ekonomi,sosial dan budaya (ekosob) termasuk hak atas pendidikan. Mengacu pada

pasal 2 Kovenan Hak Ekosob, kewajiban negara memang dirumuskan tidak secara ketat.

Sebagai contoh, pasal ini menggunakan istilah (a) ‘melakukan langkah-langkah’ dengan

segala cara yang tepat;’ (b) “hingga sumber-sumber daya yang paling maksimal yang ada;”

(c) “mencapainya secara bertahap”. Meski demikian kewajiban itu dalam diuji pada tiga

tingkat.

7

Page 4: BAB II & BAB III

Pertama, kewajiban menghormati (obligation to respect). Kewajiban ini mensyaratkan

negara untuk tidak ikut campur tangan dalam upaya pemenuhan hak ekosob. Dalam tingkat

kewajiban ini, negara diharuskan untuk tidak mengambil tindakan-tindakan yang

mengakibatkan tercegahnya akses terhadap hak bersangkutan dalam hal ini misalnya hak atas

pendidikan. Termasuk didalamnya, mencegah melakukan sesuatu yang dapat menghambat

warga memanfaatkan sarana pendidikan yang tersedia. Dalam konteks hak pendidikan

misalnya, negara tidak diperkenankan melakukan pengahambatan terhadap warga negara

yang ingin mengenyam bangku pendidikan.

Kedua, kewajiban melindungi (obligation to protect).kewajiban ini pada dasarnya

mengahruskan negara menjamin bahwa pihak ketiga (individu/perusahaan) tidak melanggar

hak-hak individu lain atas akses terhadap hak bersangkutan.oleh karen itu, hak ini dapat pula

mencakup pencegahan defrivasi lebih lanjut dan jaminan bahwa mereka yang terlanggar

haknya mendapat akses terhadap legal remedis. Negara misalnya, harus melindungi

eksploitasi terhadap anak anak yang diperkerjakan oleh perusahaan dimana anak tersebut

berada di usia sekolah dari kinerja bisnis yang melanggar standar hak anak untuk menikmati

pendidikan.

Ketiga, kewajiban memenuhi (obligatin to fulfill). jika kewajiban menghormati pada

intinya membatasi tindakan negara. Kewajiban memenuhi mengharuskan negara untuk

melakukan tindak pro aktif yang bertujuan memperkuat akses masyarakat atas pendidikan

yang layak. Kewajiban ini merupakan kewajiban yang paling menuntut intervensi negara

(positive measures) sehingga terjamin hak setiap orang atas kesempatan memperolah

kesempatan yang tidak dapat dipenuhi memalui usaha sendiri. Dalam kewajiban ini masalah

angaran belanja negara menjadi sangat penting. Dalam konteks hak pendidikan, akses

terhadap pendidikan dan sekolah gratis harus menjadi prioritas utama (Yahya A.Z.,2012:145-

146).

Selain itu, bahasa daerah merupakan salah satu pendukung bahasa nasional. Secara

konstitusional mengenai bahasa daerah sudah diatur dalam ketentuan pasal 32 ayat (2) yang

berbunyi “ negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya

nasional. Ini mengindikasi bahwa, adanya sebuah kewajiban pemerintah daerah untuk

memelihara bahasa-bahasa daerah supaya bahasa daerah terhindar dari kepunahan karena

mayoritas penduduknya adalah pendatang meskipun demikian pengembangan dan

8

Page 5: BAB II & BAB III

pemeliharaan bahasa harus tetap dipertahankan apapun alasannya (Rohman A., 2012:168-

169).

Selain peraturan tersebut dalam dunia internasional juga sudah mengatur mengenai

budaya, bahasa daerah sendiri masuk kedalamnya. Konvenan internasional tentang hak

ekonomi, sosial dan budaya (ekosob) sudah diratifikasi oleh indonesia melalui UU.NO.11

tahun 2005. Dalam konvensi tersebut dikatakan bahwa adanya sebuah perlindungan yang

diberikan oleh negara terhadap kebudayaan yakni dengan jalan pendidikan. Penerapan bahasa

dalam hal ini dapat diterapkan disekola-sekolah dengan materi yang berbasiskan muatan

lokal daerah.

Konsep dasar HAM adalah hak-hak yang (seharusnya) diakui secara universal sebagai

hak-hak yang melekat pada manusia karena hakekat dan kodrat kelahiran manusia itu adalah

sebagai manusia. Berdasarkan konsep HAM dan konvensi tersebut, maka bahasa daerah

memiliki hak dan patut untuk dimuat dalam kurikulum pendidikan, dari tingkat sekolah dasar

sampai tingkat menegah atas. Untuk mewujudkan ini maka dibutuhkan peran dari pemerintah

daerah (Rohman A., 2012: 172).

Pasal 26 Deklarasi Universitas Hak Asasi Manusia Tahun 1948 menyatakan bahwa:

Setiap orang berhak mendapatkan pengajaran;

Pengajaran harus dengan Cuma-Cuma setidak-tidaknya dalam tingkat rendah dan tingkat

dasar.

Pengajaran sekolah rendah harus diwajibkan;

Pengajaran teknik dan kejuruan harus terbuka bagi semua orang; serta

Pengajaran tinggi harus dapat dimasuki dengan cara yang sama oleh semua orang,

berdasarkan kecerdasaan ( Rumusan hasil temu konsultasi diseminasi RAN HAM bidang

pendidkan, 2003:62)

Dengan menempatkan pendidikan sebagai hak negara terhadap rakyatnya maka negara

menjadi sebuah kekuasaan yang kemudian menuntut agar warga mentaatiapa yang menjadi

miliknya. Warga harus mematuhi dan karenanya memiliki kewajiban untuk menerima

pendidikan tersebut sebagai kewajiban dalam beragama. Hanya bila sudah dibekali

pendidikan yang memadai, seorang warga akan mampu menepati posisi sebagai anggota

masyarakat bersama warga negara yang lain (wijaya. P.).

9

Page 6: BAB II & BAB III

B. Perwujudan Keadilan Sosial Meliputi Seluruh Rakyat Indonesia

Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 menyebutkan bahwa tujuan pembentukan

Negara Indonesia adalah untuk melindungi segenap tumpah darah Indonesia, memajukan

kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban

dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Sebagai dari

cita-cita luhur tersebut maka pembangunan kesejahteraan sosial diarahkan untuk

meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan para penyandang masalah kesejahteraan

sosial (PMKS) dalam menyelesaikan masalahnya secara bersama-sama, agar peningkatan

taraf kesejahteraan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud.

Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 34 ayat 1, Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009

tentang Kesejahteraan Sosial, dan Undang-undang Nomor 13 Tahun 2011 tentang

Penanganan Fakir Miskin, mengamanatkan bahwa fakir miskin dan anak-anak terlantar

adalah tanggung jawab negara. Negara bertanggung jawab untuk mengatur dan memastikan

bahwa hak untuk hidup sejahtera bagi seluruh lapisan masyarakat dipenuhi, khususnya

mereka yang hidup tidak layak secara kemanusiaan, seperti : (1) Kemiskinan; (2)

Keterlantaran, (3) Kecacatan, (4) Keterpencilan, (5) Ketunaan sosial dan penyimpangan

perilaku, (6) Korban bencana, dan (7) Korban tindak kekerasan, eksploitasi dan diskriminasi.

Indonesia sebagai salah satu negara yang meratifikasi Deklarasi Millennium Development

Goals (MDG’s), menjadikan MDG’s sebagai orientasi pembangunan dan mengadopsi tujuan

serta target sasarannya ke dalam rencana pembangunan nasional sehingga Kementerian

Sosial dalam menjalankan kebijakan dan program pembangunan kesejahteraan sosial tidak

hanya memiliki keberpihakan pada orang miskin (pro poor) dan keberpihakan pada keadilan

(pro justice), namun juga berorientasi pada pencapaian MDG’s.

Mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-

2014 yang ditetapkan melalui Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010, terutama dalam

mendukung dan mencapai Prioritas Pembangunan Nasional, maka upaya-upaya dalam : (1)

Penanggulangan kemiskinan; (2) Pengelolaan bencana, serta (3) Daerah tertinggal, terdepan,

terluar dan pasca konflik, menjadi bagian tugas Kementerian Sosial. Dalam melaksanakan

tugasnya, Kementerian Sosial RI memiliki visi ‘Terwujudnya Kesejahteraan Sosial

Masyarakat’. Guna mewujudkan visi tersebut, Kementerian Sosial menetapkan tiga misi yang

akan dilakukan secara konsisten dan berkesinambungan yaitu : (1) Meningkatkan

aksesibilitas masyarakat untuk pemenuhan kebutuhan dasar melalui rehabilitasi sosial,

10

Page 7: BAB II & BAB III

perlindungan dan jaminan sosial serta pemberdayaan sosial dan penanggulangan kemiskinan;

(2) Meningkatkan profesionalisme sumber daya manusia kesejahteraan sosial dalam

penyelenggraan kesejahteraan sosial; dan (3) Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas

dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial (Roh,man A., 2014:1-2).

C. Keseimbanagan Antara Hak dan Kewajiban

Pasal-pasal UUD 1945 yang menetapkan hak dan kewajiban warga negara mencakup pasal-

pasal 27,28,29,29,30,31,32,33 dan 34.

a. Pasal 27 ayat (1) menetapkan hak warga negara yang sama dalam hukum dan

pementintah, serta kewajiban untuk menjunjung hukum dan pemerintah.

b. Pasal 27 ayat (2) menetapkan hak warga negara atas pekerjan dan penghidupan yang

layak bagi kemanusiaan.

c. Pasal 27 ayat (3) dalam perubahan kedua UUD 1945 menetapkan hak dan kewajiban

warga negara untuk ikut serta dalam upaya pembelaan negara.

d. Pasal 28 menetapkan hak kemerdekaan warga negara untuk berserikat, berkumput,

mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan.

e. Pasal 29 ayat (2) menyebutkan adanya hak kemerdekaan untuk memeluk agama

masing-masing dan beribadah menurut agamanya.

f. Pasal 30 ayat (1) dalam perubahan UUD 1945 menyebutkan hak dan kewajiban warga

negara untuk ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara.

g. Pasal 31 ayat (1) menyebutkan bahwa tiap-tiap warga negara berhak mendapat

pengajaran (Kaelan, dkk, 2010:119).

Wujud hubungan antara warga negara dengan negara pada umumnya berupa peran

(rule), hak dan kewajiban. Peran pada dasarnya adalah tugas yang dilakukan sesuai dengan

status yang dimiliki dalam hal ini sebagai warga negara. Istilah peran dapat di persamakan

dengan partisispasi warga negara, sebagai salah satu atribut kewarganegaraan. Secara teoritis,

status warga negara meliputi status pasif, aktif, negatif, dan positif.

Peran pasif adalah kepatuhan warga negara terhadap peraturan perundang-undangan

yang berlaku atau kebijakkan politik yang ada. Peran aktif merupakan aktivitas warga negara

untuk berpartisipasi serta ambil bagian dalam kehidupan bernegara, terutama dalam

mempengaruhi keputusan publik. Peran positif merupakan aktivitas warga negara untuk

11

Page 8: BAB II & BAB III

meminta pelayanan dari negara untuk memenuhi kebutuhan hidup. Peran negatif merupakan

aktivitas negara untuk menilak campur tangan negara dalam persoalan pribadi warga.

Di Indonesia, bentuk hubungan antar warga negara dengan negara secara legal telah

diatur dalam UUD 1945. Hubungan antar warga negara dengan negara Indonesia tersebut

digambarkan dengan baik dalam mengatur mengenai hak dan kewajiban. Baik itu hak dan

kewajiban warga negara terhadap negara maupun hak dan kewajiban warga negara dengan

negara di berbagai bidang tedapat dalam undang-undang dasar. Akan tetapi, disamping

pengaturan tentang hak dan kewajiban warga negara, sebuah undang-undang kadang pula

memuat bentuk-bentuk partisipasi warga negara dibidang yang sesuai dengan isi undang-

undang tersebut (Winarno, 2013:50-51).

Hak asasi manusia (Human Rights) bukan haya sekedar salah satu hukum

internasional saja yang ditetapkan alam berbagai perjanjian, tetapi jugaerjanjian-perjanjian itu

diratifikasikan , maka setiap negara yang meratifikasi mempunyai kewajiban hukum atas

yurisdiski nasionalnya. Dalam setiap perjajanjian internasional mengenai hak asasi manusia,

negara-negara pihak (states perties) berjanji untuk melaksanakan kewajiban-kewajibannya

sesuai dengan perjanjian internasional tersebut.

Dengan adanya perjanjian internasional mengenai hak asasi manusia itu, maka setiap

negara (state) mempunyai kewajiban pokok (generic obligation) untuk menghormati (to

resepct), melindungi (to protect) dan memenuhi (to fulfil) hak-hak warga negara dimana

kekuasaan negara ( state power) beroprasi.

Dalam pasal 1 konvesi hak anak adalah setiap anak yang berusia dibawah 18 tahun,

kecuali berdasarkan undang-undang yang berlaku pada bagi anak ditentukan bahwa usia

dewasa dicapai lebih awal. Hal senada juga disebut dalam pasal 1 UU No. 23 tahun 2002

tentang perlindungan anak yang masih dalam kandungan. Mereka dianggap belum matang

secara jasmani dan mental sehingga membutuhkan perlindungan dan pemeliharaan khusus,

termasuk perlindungan hukum yang layak. Prinsip-prinsip yang terkandung dalam konvensi

yaitu:

1. Sebagai seluruh norma hak asasi manusia, nondiskriminasi juga merupakan prinsip pokok

dalam konsversi hak anak. Seseorang tidak dibenarkan dibeda-bedakan atas dasar, baik

suku, agama, warna kulit, ras,atau etnis,jenis kelamin, dan status sosial.

12

Page 9: BAB II & BAB III

2. Perlakuan yang baik bagi anak (best interest of the child). Dengan adanya penegasan

mengenai perlunya perlindungan bagi anak, maka pertimbangan atas kepentingan yang

baik atas anak.

3. Hak hidup, hak hidup merupakan hak yang tidak boleh ditunda pemenuhannya (non

derogable rights). Sejak lahir, bahkan semasi dalam kandungan, anak harus mendapat

jaminan kelangsungan hidup dalam dan perkembangan anak ( survival and development

of the child).

4. Menghargai pandangan anak, sebagaimana layaknya setiap orang,anak juga harus dijamin

hak nya dalam mengemukakan pandangan secara bebas,sesuai usia dan kematangan.

Karena pandangan tersebut akan mempengaruhi kehidupan dan perkembangan anak.

Berdasarkan konvensi hak-hak anak, seharusnya pemerintah menunaikan

kewajibannya dengan mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan kondisi kehidupan

anak sesuai perinip-perinsip yang terkandung didalamnya.

Pemerintah berkewajiban menyediakan kebutuhan setiap orang dalam menikmati

pendidikan mulai dari ependidikan dasar hingga pendidikan tinggi. Bukan hanya

menyediakan anggaran, tetapi juga lembaga-lembaganya mulai dari sekolah dasar hingga

perguruan tinggi serta beasiswa. Setiap pemerintah juga di tekannkan untuk

menyelenggarakan wajib belajar secara gratis bagi semua orang (Hendardi:24-26).

D. Menghormati Hak Milik Orang Lain

Setiap manusia memiliki hak. Hak yang telah diperoleh dan dibawanya sejak lahir

yaitu hak asasi manusia. Hak asasi manusia berlaku sejak ia lahir di bumi tanpa

perbedaan atas dasar bangsa, ras, agama, serta kelamin. Dengan HAM, manusia memperoleh

kesempatan untuk berkembang sesuai dengan bakat dan cita-citanya. Dan dalam undang-

undang dasar 1945 di Bab XA tentang Hak Asasi Manusia yang didalamnya juga dibahas

tentang menghormati hak milik orang lain.

Secara filosofis dan normatif setiap orang harus dihormati, dilindungi dan dipenuhi

hak konstitusionalnya. Negara berkewajiban memenuhinya terutama dalam hal tidak semua

orang punya akses dan dan kemampuan yang sama dalam pencapaian hak tersebut (Yahya

A.Z., 2012:143). Dalam undang-undang dasar 1945 pasal 28H ayat (4), diterangkan bahwa

Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tesebut tidak boleh diambil

alih secara sewenang-wenangnya oleh siapapun.

13

Page 10: BAB II & BAB III

Harta adalah suatu penopang kehidupan setiap umat manusia. Hukum Islam dan Kitab

Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) menghormati dan melindungi kepemilikan pribadi-

pribadi terhadap harta dan menjadikan hak mereka terhadap harta sebagai hak yang suci.

Tindak pidana pencurian merupakan suatu perbuatan yang melanggar norma-norma pokok

atau dasar yang hidup di masyarakat, yaitu norma agama dan norma hukum (Lubis, 2013).

E. Cita-cita Masyarakat Adil dan Makmur yang Merata Secara Material dan Spiritual

Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Setiap bangsa dan negara mempunyai cita -cita yang menjadi tujuan nasional dalam

kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam Pembukaan Undang Undang Dasar Tahun 1945

dikemukakan bahwa cita-cita rakyat Indonesia adalah mendapatkan kehidupan yang merdeka,

bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Oleh karena itu untuk mencapai cita-cita bangsa

Indonesia terutama secara material dan spiritual yang menyangkut keseimbangan individu

dan masyarakat dalam pemenuhan tuntutan hakiki jasmani dan rohani (spiritual), serta untuk

mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran secara material bagi seluruh rakyat Indonesia

diperlukan adanya pengadilan HAM untuk menjamin tercapainya cita-cita tersebut.

Unsur lain dalam HAM adalah masalah pelanggaran dan pengadilan HAM. Secara

jelas UU No. 26 Tahun 2000 tentang pengadilan HAM mendefinisikan Hal tersebut.

Pelanggaran Hak Asasi Manusia adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang

termasuk aparat Negara baik disengaja ataupun tidak disengaja atau kelalaian yang secara

hukum mengurangi, menghalangi, membatasi, dan / atau mencabut Hak Asasi Manusia

seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh undang-undang, dan tidak didapatkan, atau

dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan benar, berdasarkan

mekanisme hukum yang berlaku. Dengan demikian, pelanggaran HAM merupakan tindakan

pelanggaran kemanusiaan baik dilakukan oleh individu, maupun oleh institusi Negara atau

institusi lainnya terhadap hak asasi individu lain tanpa ada dasar atau alasan yuridis dan

alasan rasional yang menjadi pijakannya.

Pelanggaran HAM dikelompokkan pada 2 bentuk, yaitu : (1) pelanggaran HAM berat

dan (2) pelanggaran HAM ringan. Pelangaran HAM berat meliputi kejahatan genosida dan

kejahatan kemanusiaan. Sedangkan bentuk pelanggaran HAM ringan selain dari kedua

bentuk pelanggaran HAM berat tersebut.

14

Page 11: BAB II & BAB III

Kejahatan Genosida adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk

mengahancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa, Ras, kelompok

etnis, dan kelompok agama. Kejahatan genosida dilakukan dengan cara:

a. Membunuh anggota kelompok

b. Mengakibatkan penderitaan fisik atau mental yang berat terhadap anggota-anggota

kelompok.

c. Menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang akan mengakibatkan kemusnahan

secara fisik baik seluruh atau sebahagianya

d. Memaksakan tindakan-tindakan yang bertujuan mencegah kelahiran didalam

kelompok.

e. Memindahkan secara paksa anak-anak dari kelompok tertentu dari kelompok lain.

Sedangkan kejahatan kemanusiaan adalah suatu perbuatan yang dialkukan dengan

serangan yang meluas dan sistematis. Adapun serangan yang dimaksud ditujukan secara

langsung terhadap penduduk sipil berupa :

a. Pembunuhan

b. Pemusnahan

c. Perbudakan

d. Pengusiran atau pemindahan penduduk secara paksa

e. Perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain secara sewenang-

wenang yang melanggar (asas-asas) ketentuan; pokok hukum internasional.

f. Penyiksaan ;

g. Perkosaan, perbudakan seksual, pelacuran secara paksa, pemaksaan kehamilan,

pemandulan atau sterilisasi secara paksa, atau bentuk-bentuk kekerasan seksual lain

yang setara

h. Penganiayaan terhadap suatu kelompok tertentu atau perkumpulan yang didasari

persamaan paham politik,ras,kebangsaan, etnis, budaya, agama, jenis kelamin, atau

alasan lain yang telah diakui secara universal sebagai hal yang dilarang menurut

hukum internasiaonal

i. Penghilangan orang secara paksa , atau

j. Kejahatan apartheith, penindasan dan dominansi suatu kelompok ras atas kelompok

ras lain untuk mempertahankan dominasi dan kekuasaanya

15

Page 12: BAB II & BAB III

Pelanggaran terhadap HAM dapat dilakukan baik oleh aparatur Negara maupun warga

Negara. Untuk menjaga pelaksanaan HAM, penindakan terhadap pelanggaran HAM

dilakukan melalui proses peradilan HAM melalui tahap-tahap penyelidikan, penyidikan,

penuntutan. Pengadilan HAM merupakan pengadilan khusus yang berada dilingkungan

pengadilan umum.

Sebagai salah satu upaya untuk memenuhi rasa keadilan, maka pengadilan atas

pelanggaran HAM kategori berat, seperti genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan

diberlakukan asas retroaktif. Dengan demikian, pelanggaran HAM kategori berat dapat

diadili dengan membentuk pengadilan HAM Ad hoc. Pengadilan HAM Ad hoc dibentuk atas

usul DPR dengan keputusan presiden dan berada dilingkungan pengadilan umum (Azra A.,

2008:131-133)

Pengadilan HAM ini menjadi lembaga yang dapat melindungi HAM sehingga cita-

cita masyarakat untuk mendapatkan kehidupan yang adil dan makmur secara material dan

spiritual dapat terwujud karena ada lembaga yang memberikan keseimbangan antara

masyarakat dan individu dengan melindungi hak asasi masyarakat, serta membantu

masyarakat mendapatkan haknya untuk hidup yang sejahtera.

F. Cinta Akan Kemajuan dan Pembangunan

Keadilan Sosial adalah sila kelima dalam Pancasila. Sila kelima ini tidak lain

merupakan ujung harapan dari semua sila lainnya. Sila pertama sampai dengan sila keempat

saling berkaitan satu sama lain. Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan Yang Adil dan

Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan

dalam Permusyawaratan/Perwakilan. Kesemua ini harus menghasilkan keadilan social bagi

seluruh rakyat. Karena itu, perumusan kelima sila itu pada Alinea IV Pembukaan UUD 1945

diakhiri dengan kalimat, “serta dengan mewujudkan keadilan social bagi seluruh rakyat

Indonesia”.

Ide tentang keadilan memang mengandung banyak aspek dan dimensi, yaitu keadilan

hukum, keadilan ekonomi, keadilan politik, dan bahkan keadilan sosial. Memang benar,

keadilan social tidak identik dengan keadilan ekonomi atau pun keadilan hukum. Bahkan

keadilan sosial juga tidak sama dengan nilai- nilai keadilan yang diimpikan dalam falsafah

kehidupan yang biasa dikembangkan oleh para filosof. Namun, ujung dari pemikiran dan

impian-impian tentang keadilan itu adalah keadilan actual dalam kehidupan nyata yang

16

Page 13: BAB II & BAB III

tercermin dalam struktur kehidupan kolektif dalam masyarakat. Artinya, ujung dari semua ide

tentang keadilan hukum dan keadilan ekonomi adalah keadilan sosial yang nyata.

Karena itu, dapat dikatakan bahwa konsep keadilan social itu merupakan simpul dari

semua dimensi dan aspek dari ide kemanusiaan tentang keadilan. Istilah keadilan sosial

tersebut terkait erat dengan pembentukan struktur kehidupan masyarakat yang didasarkan

atas prinsip-prinsip persamaan (equality) dan solidaritas. Dalam konsep keadilan sosial

terkandung pengakuan akan martabat manusia yang memiliki hak-hak yang sama yang

bersifat asasi. Dalam sila kelima tersebut juga terkandung beberapa aspek yaitu salah satunya

Cinta akan kemajuan dan pembangunan Indonesia (Asshiddiqie,2011:1).

Pembangunan diartikan sebagai suatu proses perubahan kearah kondisi yang lebih

baik secara terencana. Sistem perencanaan pembangunan nasional merupakan satu kesatuan

mengenai tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana pembangunan

dalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilasanakan oleh unsur

penyelengara negara dan masyarakat di tingkat pusat maupun tingkat daerah.

Berdasarkan Undang-Undang No 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional(SPPN), diamanatkan 5 tujuan pelaksanaan sistem perencanaan

pembangunan Nasional, yaitu : (1) untuk mendukung koordinasi antar pelaku pembangunan,

(2) menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi antar daerah, antar ruang, antar

waktu, dan antar fungsi pemerintah, serta antara pusat dan daerah, (3) menjamin keterkaitan

dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan, (4)

mengoptimalkan partisipasi masyarakat, dan (5) menjamin tercapainya pembangunan

sumberdaya secara efisien, efektif, berkeadilan, dan berkelanjuan.

Proses perencanaan pembangunan merupakan langkah yang sangat penting dalam

melaksanakan pembangunan dimana dari proses tersebut diharapkan menghasilkan sebuah

out-put yang dapat menjadi acuan, pedoman dan penuntun dalam pelaksanaan pembangunan

yang sesuai dengan kebutuhan daerah dan tuntutan masyarakat, dengan tetap memperhatikan

Pola Umum Pembangunan Nasional.

Perencanaan pembangunan meliputi perencanaan berbagai aspek kehidupan misalnya

perencanaan di bidang ekonomi, perencanaan di bidang politik, perencanaan di bidang sosial,

dan perencanaan di bidang lainnya tak terkecuali perencanaan pembangunan di bidang

kesehatan. Hal ini berarti permasalahan pembangunan kian hari kian kompleks. Karenanya,

17

Page 14: BAB II & BAB III

dituntut pembangunan yang multidimensional yang mencakup seluruh aspek kehidupan.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia selama tiga dekade terakhir diakui telah banyak

memberikan kemajuan, tetapi mengandung dua masalah serius. Pertama, perekonomian

Indonesia masih sangat rentan terhadap kondisi eksternal dan volatilitas pasar finansial dan

komoditas. Kedua, kemajuan ekonomi yang telah dicapai ternyata sangat tidak merata, baik

antar daerah maupun antar kelompok sosial ekonomi. Kemajuan material yang telah dicapai

melalui strategi pertumbuhan selama 30 tahun terakhir ini tidak banyak memberikan

sumbangan yang sesungguhnya terhadap “pembangunan”.

Hal ini selanjutnya membawa kita pada dilema pokok dalam gagasan pembangunan,

yaitu adanya perdebatan di antara para pakar tentang strategi yang seharusnya didahulukan,

antara pertumbuhan dan pembangunan. Kelompok pertama menyatakan, bahwa pertumbuhan

ekonomi harus didahulukan untuk mencapai tujuan-tujuan lain dalam pembangunan.

Kelompok lainnya berpendapat, bahwa bertolak dari tujuan yang sebenarnya ingin dicapai,

maka aktivitas yang berkaitan langsung dengan masalah pembangunan itulah yang

seharusnya didahulukan, sehingga tercapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Perdebatan ini menarik untuk diikuti karena masing-masing kelompok berpendapat dengan

argumen yang kuat.

Selama aspek kelembagaan belum diperhatikan dengan baik, maka akan sulit untuk

merumuskan dan melaksanakan aktivitas pembangunan yang mendukung terwujudnya

pemerataan sosial, pengurangan kemiskinan, dan usaha-usaha peningkatan kualitas hidup

lainnya. Aspek kelembagaan ini berperan penting dalam meningkatkan kemampuan ekonomi

masyarakat, khususnya masyarakat miskin, dalam memanfaatkan kesempatan ekonomi yang

ada. Inovasi dalam kebijakan publik semacam ini akan senantiasa memberikan perhatian

terhadap tiga hal penting, yaitu etika,  hukum, dan ilmu ekonomi (Rudiyanto,2015).

Keberhasilan pembangunan khususnya pembangunan manusia dapat dinilai secara

parsial dengan melihat seberapa besar permasalahan yang paling mendasar di masyarakat

tersebut dapat teratasi. Permasalahan-permasalahan tersebut diantaranya adalah kemiskinan,

pengangguran, buta huruf, ketahanan pangan, dan penegakan demokrasi. Namun

persoalannya adalah capaianpembangunan manusia secara parsial sangat bervariasi dimana

beberapa aspek pembangunan tertentu berhasil dan beberapa aspek pembangunan lainnya

gagal

18

Page 15: BAB II & BAB III

Dalam usaha untuk menanggulangi kemiskinan dan ketidakmerataan distribusi

pendapatan di negara-negara berkembang, maka perlu diketahui bagaimana cara terbaik

untuk mencapai tujuan tersebut. Kebijaksanaan ekonomi apa saja yang dapat dilaksanakan

oleh pemerintah negara-negara berkembang untuk menanggulangi kemiskinan dan

ketidakmerataan, sambil tetap mempertahankan atau meningkatkan laju pertumbuhan

ekonomi. Apabila perhatian lebih ditujukan pada kewajaran distribusi pendapatan pada

umumnya, dan upaya untuk meningkatkan tingkat pendapatan golongan ekonomi bawah 40

% penduduk pada khususnya, maka perlu dipahami berbagai faktor yang mempengaruhi

distribusi pendapatan di dalam perekonomian, dan perlu juga diketahui upaya-upaya

pemerintah agar dapat mempengaruhi atau mengubah efek yang tidak menguntungkan dari

kebijaksanaan-kebijaksanaan tersebut (Marhaeni,2008).

Undang-Undang No. 52 Tahun 2009 tentang ‘Perkembangan Kependudukan dan

Pembangunan Keluarga’ mengamanatkan bahwa penduduk harus menjadi titik sentral dalam

pembangunan berkelanjutan di Indonesia. Pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan

terencana di segala bidang untuk menciptakan perbandingan ideal antara perkembangan

kependudukan dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan serta memenuhi

kebutuhan generasi sekarang tanpa harus mengurangi kemampuan dan kebutuhan generasi

mendatang, sehingga menunjang kehidupan bangsa (Jalal F., 2013:1).

19

Page 16: BAB II & BAB III

BAB III

PEMBAHASAN TENTANG REALITAS NILAI KEADILAN SOSIAL DALAM

KEHIDUPAN BERMASYARAKAT, BERBANGSA, DAN BERNEGARA

A. Implementasi Perlakuan yang Adil di Segala Bidang Kehidupan, Terutama Di

bidang Politik, Ekonomi, dan Sosial Budaya

Adil merupakan sikap yang menempatkan hak dan kesempatan yang sama pada setiap

masyarakat di segala aspek dan bidang kehidupan. Tetapi tak sedikit orang yang berlaku tidak

adil dalam implementasinya dan penerapannya di kehidupan bermasyarakat sehingga

menimbulkan sebuah konflik seperti konflik perebutan lahan dan krisis bahasa daerah.

Konflik antar kelompok warga sipil tidak saja terjadi di arena perebutan lahan,

melainkan berkembang ke arena kontestasi politik dalam pemilukada, bukan hanya kontestasi

antar individu kandidat dan partai politik, tapi dalam kondisi sosiologi perkembangan

masyarakat yang masih kuat ikatan primordial, maka pemilukada menjadi arena pertarungan

antar masa yang diikat oleh unsur unsur kekerabatan, perkauman, marga , kelompok agama

ditambah dengan hal politik uang dan kekerasan untuk meraih kemenangan suara, baik di

internal maupun eksternalpartai kandidat. Inilah fenomena factual jika sistem demokrasi yang

modern dijalankan dalam massyarakat ang diikat dengan primordialisme.

Konflik social yang para pihak berupa kelompok, maka tindakan kekerasan semakin

sulit terkontrol, bukan saja individu yang menjadi sasaran, tetapi capital ekonomi pihak

lawan jiga dihancurkan. Apalagi bila di dalam perselisihan itu melibatkan sebuah kelompok

yang terorganisasikan, seperti kelompok preman dan organisasi kemasyarakatan baik berbasi

etnis maupun agama, atau berafiliasi ke partai polotik tertentu maka pihak keamanan pun

cendrung bersikap menyelamatkan yang minoritas dan membiarkan yang mayoritas beraksi,

setelah kerusuhan selesai baru mereka mangambil peran. Dalam lain kata, semakin para pihak

memiliki basis organisasi yang ideologis, maka konflik social akan semakin menghancurkan,

baik fisik maupun mental.

Demikian pula, apabila para pihak sama-sama sebuah organisasi yang bertopang pada

identitas tertentu (etnis, pribumi, kekerabatan atau aliran keyakinan teretentu). Hal ini terjadi

antara warga sepa versus warga hualoy di ambon, yang mana selai menimbulkan korban jiwa

20

Page 17: BAB II & BAB III

dan harta benda, maka salah satu pihak memberikan sanksi adat sehingga pihak lawan dapat

kehilanha akses ekonominya, yang berarti berdampak luas terhadap dinamika pasar

pertukaran barang dan jasa yang merupakan tempat bergantung masyarakat luas (Abdullah

O.N., dkk, 2013:133-134).

Hal yang memperparah konflik social adalah manakala pihak keamanan tidak bisa

memisahkan antara yang mana hak asai manusia dan yang mana criminal. Barangkali, apabila

phak keamanan bereaksi cepat atas tindakan criminal, dengan menangkap dan memproses

pelaku tindak criminal sesuain dengan tahapan penegakan hukum, maka kasus itu mungkin

tidak berkembang menjadi konflik meluas dan terbuka, serta berdampak pada kehidupan

pada marga-marga lainnya yang tidk terkait dengan perselisihan para pihak (Abdullah O.N.,

dkk, 2013:135).

Fenomena yang terjadi pada saat ini bahasa daerah menjadi bahasa yang tersisihkan

penutur bahasa daerah semakin berkurang seiring semakin populernya penggunaan bahasa

indonesia bahkan bahasa asing dalam interaksi sehari-hari. Misalnya penutur bahasa jawa

yang mulai dihinggapai sikap inferior atau rendah diri. Mereka akan lebih merasa modern ,

terhormat, terpelajar jika dalam peristiwa tutur sehari-hari, baik dalam ragam lisan maupun

tulis, menggunakan bahasa indonesia, atau bahkan menyelipkan setumpuk istilah asing yang

menjadi penyebab kekhawatiran dimana kota-kota atau daerah-daerah yang mempunyai

bahasa daerah, hanya memiliki nama saja (tidak mempunyai ciri khas dalam kebahasaan atau

budaya) (Rohman A., dkk, 2012:166-167).

B. Implementasi Perwujudan Keadilan Sosial Meliputi Seluruh Rakyat Indonesia

Kementerian Sosial RI selama ini sudah berbuat banyak terhadap upaya peningkatan

kesejahteraan masyarakat Indonesia. Sebagai contohnya, pada tahun 2013 Kementerian

Sosial RI sudah berhasil melakukan capaian sebagai berikut :

1. Meningkatnya kesejahteraan sosial fakir miskin

Pada tahun 2013, Kementerian Sosial berhasil meningkatkan kemampuan 127.430 KK

fakir miskin dalam pemenuhan kebutuhan dasar, dan membantu 2.400.000 KSM

(Keluarga Sangat Miskin) dalam mengakses fasilitas pelayanan dasar.

21

Page 18: BAB II & BAB III

2. Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial

Pada tahun 2013, Kementerian Sosial berhasil meningkatkan partisipasi 4.722 LKS

(Lembaga Kesejahteraan Sosial) dan 6.843 TKS (Tenaga Kesejahteraan Sosial) dalam

menyelenggarakan usaha kesejahteraan social.

3. Meningkatnya pelayanan, perlindungan dan rehabilitasi sosial menuju kemandirian

Pada tahun 2013, Kementerian Sosial berhasil membantu meningkatkan kemampuan dasar

6.535 penerima manfaat dalam melakukan aktifitas sehari-hari, dan membantu 278.314

penerima manfaat dalam memenuhi kebutuhan dasar.

4. Meningkatnya kemampuan masyarakat dalam mengurangi resiko bencana

Pada tahun 2013, Kementerian Sosial sudah berhasil meningkatkan kemampuan kesiagaan

90 KSB (Kampung Siaga Bencana) dan 440 desa dalam menangani bencana. Kementerian

Sosial juga telah melindungi 140.931 orang dalam pemenuhan kebutuhan dasarnya poada

situasi darurat, disamping telah memulangkan 11.000 pekerja migrant bermasalah dalam

rangka melindungi hak dasar mereka.

5. Meningkatnya kualitas penyelenggara kesejahteraan sosial

Pada tahun 2013, Kementerian Sosial telah berhasil memverifikasi 12.667 PMKS,

meningkatkan persentase akreditasi LKS sebanyak 75%, disamping persentaseSDM

Kesejahteraan Sosial yang tersertifikasi kompetensi penyelenggaraan Kesejahteraan sosial

sebanyak 100% dari target yang telah ditetapkan.

6. Meningkatnya pengawasan internal bidang kesejahteraan sosial yang transparan dan

Akuntabel Pada tahun 2013, opini Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) atas laporan

keuangan Kementerian Sosial adalah WTP (Wajar Tanpa Pengecualian).

7. Meningkatnya efisiensi, efektifitas manajemen kesejahteraan sosial

Pada tahun 2013, Kementerian Sosial berhasil manaikkan persentase penilaian usulan

road map reformasi birokrasi sebesar 85% (Rohman A., 2014:2-3).

C. Implementasi Keseimbanagan Antara Hak dan Kewajiban

Hak dan kewajiban pada hakekatnya harus dipenuhi dan seimbang satu sama lain.

Contohnya, seorang guru yang telah melaksanakan kewajibannya dalam mengajarkan peserta

22

Page 19: BAB II & BAB III

didik pantas mendapatkan gaji sebagai haknya. Namun, dalam implementasinya pihak

pemerintah sering kali melakukan pelanggaran terhadap hak pendidikan, seperti :

1. Pembinaaan guru sebagai primer mover mutu pendidikan belum mendapatkan alokasi

anggaran yang memadai;

2. Prasarana dan sarana pendidikan belum menjadi prioritas;

3. Buku sebagai salah satu sumber belajar masih belum merata keberadaaannya (Sumarjo E.)

Untuk pelanggaran hak pendidikan yang dilakukan dengan pembiayaan (by

omossion), bisa merujuk pada panduan mastric yang memberi gambaran sejumlah tindakan

yang diangggap sebagai bentuk pelanggaran tersebut. Panduan itu memang dirumuskan

secara umum sehingga dapat diterapkan dalam situasi nyata. Daftar yang disusun dibawah ini

didasarkan pada kewajiban negara untuk aktif sehingga menjamin pemenuhan hak

pendidikan sebagai hak ekosob secara tepat. Kalau negara (yang harusnya melakukan tapi)

tidak melakukan kewajiban itu dianggap sebagai pelanggaran hak atas pendidikan dengan

pembiaran, sebagai contoh:

1. Seperti juga diungkapkan dalam prinsip limburg, kegagalan negara untuk melakukan

langkah-langkah yang di perlukan (sesuai pasal 2 ayat (1)) merupakan pelanggaran hak

asasi manusaia pembiaran.

2. Kegagalan merubah atau mencabut aturan yang sungguh-sungguh tidak konsisten dengan

kewajiban yang ada dalam konvenan ini. Sebagai contoh, jika ada perda yang

membebankan biaya pendidikan tinggi untuk Rintisan Sekolah Bertarap Intenasional

(RSBI) merupakan aturan yang jelas-jelas melanggar hak asasi pendidikan masyarakat

(miskin) yang akan kesulitan untuk bersekolah di RSBI tersebut. Perda seperti ini tentu

merupakan aturan yang seharusnya di cabut. Tidak dicabutnya peraturan tersebut

merupakan pelanggaran hak-hak konsitusional warga negara khususnya hak ats

pendidikan.

3. Kegagalan dalam melaksanakan atau memberlakuakan kebijakan yang di peruntukkan

bagi pemenuhan hak atas pendidik sebagai contoh: setrategi wajib sekolah 9 tahun ( untuk

memenuhi hak atas pendidikan) tapi tidak di jalankan bisa dianggap sebagai pelanggaran

negara atas hak pendidikan dengan pembiaraan.

4. Kegagalan dalam mengatur pihak ketiga ( termasuk modal) entah individu atau kelompok

agar mereka mencegah melakukan pelanggaran hak atas pendidikan sebagai hak

konstitusi warga negara yang di jamin konstitusi Indonesia UUD NRI Tahun 1945.

23

Page 20: BAB II & BAB III

5. Kegagalan negara memperhitungkan aspek ekonomi, sosial dan budaya dalam membuat

perjanjian internasional dengan negara lain, sebuah organisasin internasional, atau dengan

perusaan multinasional, dalam hal ini, negara tetap dianggap sebagai pihak yang memiliki

untuk menjamin pencegahan pelanggaran oleh pihak ketiga ( Yahya A.Z., 2012:147-148).

D. Implementasi Menghormati Hak Milik Orang Lain

Dalam implementasinya, menghormati hak milik orang lain adalah yang sering kita

lakukan dalam kehidupan bermasyarakat. Tapi tidak sedikit juga banyak terjadi

penyimpangan mulai dari tindak pencurian, pembajakan, hingga sengketa lahan.

Tindak pidana pencurian merupakan suatu perbuatan yang melanggar norma-norma

pokok atau dasar yang hidup di masyarakat, yaitu norma agama dan norma hukum. Agama

manapun akan melarang suatu tindakan pencurian karena hal tersebut merupakan suatu dosa

yang harus dipertanggungjawabkan oleh pelakunya di dunia dan akhirat. Hukum positif yang

berlaku di suatu negara juga melarang hak-hak pribadi dari setiap orang, salah satunya adalah

hak untuk memiliki setiap benda.

Tindak pidana pencurian yang diatur dalam Bab XXII Buku II KUHP ialah tindak

pidana pencurian dalam bentuk pokok yang memuat semua unsur dari tindak pidana

pencurian.

Di dalam hukum Islam harta dimaksudkan sebagai penopang kehidupan. Hukum

Islam menghormati kepemilikan pribadi-pribadi terhadap harta dan menjadikan hak mereka

terhadap harta sebagai hak yang suci. Seorang pun tidak boleh melakukan tindakan

sewenang-wenang terhadapnya dengan pertimbangan apapun.

Pencurian menurut syara’ adalah pengambilan oleh seorang mukallaf yang baligh dan

berakal terhadap harta milik orang lain secara diam-diam, apabila barang tersebut mencapai

nisab (batas minimal) dari tempat simpanannya tanpa ada subhat barang-barang yang diambil

tersebut (Lubis, 2013).

Salah satu bentuk dari pencurian lainnya adalah pembajakan. Menurut Hajrianto

(2014) Pembajakan bagi sebagian besar masyarakat adalah hal yang biasa terjadi di

masyarakat. Namun bagi sebagian kecil masyarakat lain, pembajakan adalah musuh terbesar

yang harus dihilangkan di negara ini. Seorang pencipta yang telah mencurahkan segenap

kemampuanya untuk menciptakan sebuah karya tentu sangat merasa dirugikan akan adanya

24

Page 21: BAB II & BAB III

perilaku pembajakan. Khususnya dalam pembajakan software. Software yang sedianya

bernilai komersil tinggi dan dapat menimbulkan keuntungan bagi para penciptanya, ternyata

tidak mendapat apresiasi dari masyarakat pada umumnya.

Dunia pendidikan yang seharusnya bersih dari perilaku pembajakan, tidak bisa

terlepas dari tuntutan kemajuan teknologi dewasa ini. Di mata hukum, pembajakan adalah hal

yang harus diberantas karena dianggap meraspas hak milik orang lain . Di Indonesia berlaku

Undang-undang nomor 19 tahun 2002 tentan g hak cipta yang mencakup larangan

komersialisasi software bajakan. Dalam Islam masalah pembajakan merupakan hal baru, akan

tetapi dalam ajaran islam menyebutkan larangan mengambil hak milik orang lain yang secara

tidak langsung juga melarang adanya pembajakan pada umat muslim.

Dalam kehidupan nyata seperti yang dialami seorang warga yang berada di pelosok

kepulauan riau yang memegang surat desa. Tiba –tiba masuk korporat yang memegang HGU,

yang diterima dari korporat lain akibat krisis moneter, lalu korporat pertama itu memberikan

atau mengkontrakkan eksplorasi pasir besi pada korporat lain lagi. Apa yang terjadi

dilapangan, maka jangankan lahan dimana ia berproduksi, lahan dimana ia bertempat tinggal

pun telah menjadi sepotong sajadah yang sobek setelah bulldozer dioprasionalkan di bawah

pendampingan preman dan sekuriti perusahaan yang tersisa hanya tempat dimana ia duduk

dengan ketiadaan hak atas rasa aman dan keterancaman terhadap hak atas kesejahteraan.

Apakah hukum positif dijamin memiliki kepekaan hati nurani (hak asasi manusia) ketika

menghadapi penyelesaian kasus sengketa lahan seperti ini (Abdullah O.N.., dkk, 2013:131).

E. Implementasi Cita-cita Masyarakat Adil dan Makmur yang Merata Secara Material

dan Spiritual Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara penerapan sikap adil harus

diimplementasikan tanpa membedakan, gender, taraf hidup, jabatan, keyakinan dan

kewenangan. Demi memberikaan keadilan kepada seluruh rakyat Indonesia maka hak setiap

orang harus benar-benar dihargai.

Dalam women’s studies encyclopedia dijelaskan bahwa gender adalah suatu konsep

kultural yang berkembang dalam masyarakat yang berupa membuat perbedaan peran prilaku,

Mentalitas, dan karakter emosional antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan tersebut sudah

lama melekat dalam pandangan umum masyarakat sehingga melahirkan anggapan pada

perbedaan peran tersebut sebagai suatu yang bersifat kodrati dan telah menimbulkan

25

Page 22: BAB II & BAB III

ketimpangan pola hubungan dan peran social antara laki-laki dan perempuan. Konsep budaya

yang telah dianggap sebagai suatu yang kodrati tersebut dapat dilihat pada anggapan umum,

misalnya, bahwa perempuan identic dengan urusan rumah tangga semata, sedangkan laki-laki

sebaliknya identic dengan pengelola dan penanggung jawab urusan ekonomi.

Ketimpangan ini terjadi karena adanya aturan, tradisi, dan hubungan timbal balik

yang menentukan batas antara feminitas dan maskulinitas sehingga mengakibatkan adanya

pembagian peran, dan kekuassaan antara perempuan dan laki-laki. Dalam kehidupan social,

berkembang anggapan bahwa kedudukan laki-laki lebih tinggi dari perempuan, karena laki-

laki dianggapa lebih cerdas,kuat dan tidak emosional. Semua anggapan superioritas laki-laki

tidak lain merupakan produk budaya belakang. Produk atau kontruk budaya tentang gender

tersebut melahirkan ketidakadilan gender.

Ketidakadilan gender dapat dilihat dalam berbagai bentuk:

1. Marginalisasi perempuan, yakini pengucilan perempuan dari kepemilikan akses, fasilitas,

dan kesenpatan sebagaimana dimiliki oleh laki-laki. Misalnya, kesempatan perempuan

untuk meneruska sekolah ke jenjang yang lebih tinggi cendrung lebih kecil ketimbang

laki-laki. Di sector pekerjaan maginilisasi ini biasa ditemukan dalam bentuk pengucilan

perempuan dari jenis pekerjaan nya tertentu; peminggiran perempuan kepada jenis

pekerjaan yang tidak stabil, berupa rendah dan kurang mengandung keterampilan;

pemusatan perempuan pada jenis pekerjaan tertentu (feminisasi pekerjaan), dan

pembedaaan upah perempuan.

2. Penepatan perempuan pada posisi tersubordinasi, yakni menempatkan perempuan pada

prioritas yang lebih rendah ketmnbag laki-laki. Kasus seperti ini kerap terjadi dalam hal

pekerjaan sehingga perempuan sulit memperoleh kesempatan mendapatkan posisi yang

sejajar terhadap laki-laki.

3. Stereotipasi perempuan, yakni pencitraaan atas perempuan yang berkonotasi negative.

Dalam banyak kasus pelecehan seksual, misalnya perempuan sering kali dijadikan

penyebab karena karena pencitraan yang suka bersolek dan penggoda.

4. Kekerasan terhadap perempuan. Kekerasan initimbul akibat anggapan umum bahwa laki-

laki pemegang supremasi dan dominasi atas semua sector kehidupan.

5. Beban kerja yang tidak proporsional. Pandangan bahwa perempuan sebagai makhluk

tuhan kelas dua yang dibentuk oleh dominasi laki-laki pada akhirnya memarginalkan

peran perempuan yang seharusnya diperlakukan oleh manusia yang memiliki kesamaan

26

Page 23: BAB II & BAB III

hak dan kewajiban. Pandangan ini tidak saja meminggirkan peran-peran perempuan tetapi

juga ketidakadilan beban kerja atas perempuan: selain menjalani fungsi reproduksi seperti

hamil, melahirkan, dan menyusui, perempuan juga dibebani pekerjaan domestic lainnya

seperti memasak, mengurus keluarga dan sebagainya (Azra A., 2008:136-137).

Dalam perspektif membangun toleransi antara umat beragama, ada 5 prinsip yang bisa

dijadikan pedoman semua pemeluk agama dalam kehidupan sehari-hari:

1. Tidak satupun agama yang mengajarkan penganutnya untuk menjadi jahat

2. Adanya persamaan yang dimiliki agama-agama, misalnya ajaran tentang berbuat baik

kepada sesama

3. Adanya perbedaan mendasar yang diajarkan agama-agama, diantaranya perbedaan kitab

suci, nabi, dan tata cara ibadah

4. Adanya bukti kebenaran agama

5. Tidak boleh memaksa seseorang menganut suatu agama atau suatu kepercayaan

Berdasarkan pada lima prinsip ini, hal yang harus lebih ditunjukkan oleh semua umat

beragama adalah untuk melihat persamaan-persamaan dalam agama yang diyakini seperti

dalam hal perdamaian dan kemanusiaan. Hal ini jauh lebih bermanfaat daripada berkutat

dalam perdebatan akan hal-hal perbedaan dari ajaran agama dengan semangat menguji

keyakinan sendiri dengan keyakinan orang lain (Azra A., 2008:138).

F. Implementasi Cinta Akan Kemajuan dan Pembangunan

Berdasarkan hasil analisis karakteristik perkembangan wilayah di Indonesia, wilayah

dengan pertumbuhan PDRB perkapita dan pertumbuhan IPM tinggi dinamai karakter wilayah

‘a’; wilayah dengan pertumbuhan PDRB per kapita tinggi dan pertumbuhan IPM rendah

dinamai karakter wilayah ‘b’; wilayah dengan pertumbuhan PDRB per kapita rendah dan

pertumbuhan IPM tinggi dinamai karakter wilayah ‘c’; dan wilayah dengan pertumbuhan

PDRB per kapita dan pertumbuhan IPM rendah dinamai karakter wilayah ‘d’.

Terdapat 15 Kabupaten /Kota yang memiliki rata-rata pertumbuhan PDRB per kapita

tinggi dan rata-rata pertumbuhan IPM tinggi, dan 87 Kabupaten/Kota memiliki rata-rata

pertumbuhan PDRB per kapita tinggi dan rata-rata pertumbuhan IPM rendah. Kabupaten

/Kota yang memiliki rata-rata pertumbuhan PDRB per kapita rendah dan rata-rata

pertumbuhan IPM tinggi berjumlah 52 Kabupaten/Kota, dan Kabupaten/Kota yang memiliki

27

Page 24: BAB II & BAB III

rata-rata pertumbuhan PDRB per kapita rendah dan rata-rata pertumbuhan IPM rendah

berjumlah 315 Kabupaten/Kota.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada beberapa tahun menunjukan peningkatan dan

pada tahun-tahun lainnya mengalami penurunan.Secara umum perekonomian Indonesia pada

periode sebelum krisis ekonomi (1986-1996) mengalami pertumbuhan ekonomi yang relatif

tinggi, yaitu antara 6,47 sampai 9,12 persen per tahun dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi

pada periode tersebut sebesar 7,76 persen. Pertumbuhan ekonomi pada tahun 1991, yaitu

sebesar 9,11 persen menjadi pertumbuhan tertinggi yang pernah dimiliki Indonesia

(Novitasari V., 2010:289).

Pada saat krisis ekonomi melanda negeri ini (1997-1999), perekonomian Indonesia

memiliki rata-rata pertumbuhan ekonomi yang sangat rendah yaitu sekitar -2,68 persen.

Pertumbuhan ekonomi paling rendah terjadi pada tahun 1998, dimana pertumbuhan ekonomi

Indonesia pada saat itu adalah -13,24 persen dan menjadi pertumbuhan terendah yang pernah

dimiliki oleh Indonesia. Perlambatan pertumbuhan ekonomi ini sebenarnya sudah mulai

terjadi pada tahun 1997, pertumbuhan ekonomi saat itu sebesar 4,59 persen, turun sebesar

3,19 persen dari tahun sebelumnya. Kemudian pada tahun 1998 pertumbuhan ekonomi

Indonesia turun lebih besar lagi akibat adanya krisis ekonomi, yaitu turun sampai 8,65 persen

dari tahun sebelumnya. Pada tahun 1999 perekonomian Indonesia mulai membaik, hal ini

terlihat dari angka pertumbuhan ekonomi yang berhasil naik 12,63 persen dari pertumbuhan

tahun 1998.

Pada periode pemulihan setelah krisis ekonomi (2000-2007) pertumbuhan ekonomi

Indonesia kembali naik, yaitu sebesar 3,83 sampai 6,35 persen dengan rata-rata pertumbuhan

pada periode tersebut sekitar 5,04 persen. Pada tahun 2008 perekonomian dunia

diguncangkan dengan adanya krisis global, namun adanya krisis global ini ternyata tidak

terlalu berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pertumbuhan ekonomi Indonesia

tidak mengalami penurunan yang cukup berarti seperti saat periode krisis ekonomi, pada

tahun 2008 pertumbuhan ekonomi tercatat sebesar 6,01 persen, turun 0,33 persen

dibandingkan pertumbuhan pada tahun 2007.  

Dampak adanya krisis global ini justru baru dirasakan pada tahun 2009. Pertumbuhan

ekonomi pada tahun 2009 ternyata mengalami penurunan yang lebih besar jika dibandingkan

dengan penurunan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2008. Pada tahun 2009 pertumbuhan

ekonomi tercatat sebesar 4,58 persen, jika dibandingkan tahun 2008 pertumbuhan ekonomi

28

Page 25: BAB II & BAB III

tahun 2009 mengalami penurunan sebesar 1,44 persen. Pada tahun 2010 kondisi

perekonomian Indonesia kembali menunjukkan kondisi yang cukup baik, pertumbuhan

ekonomi Indonesia tahun 2010 tumbuh 6,1 persen, meningkat dibandingkan tahun 2009 dan

mampu lebih tinggi dari tahun 2008. 

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga kuartal

I-2013 hanya 6,02 persen, turun dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai

6,3 persen.Kepala BPS Suryamin mengatakan produk domestik bruto (atas dasar harga

berlaku) hingga kuartal I-2013 naik dari Rp 1.975,5 triliun menjadi Rp 2.146,4 triliun.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal I-2013 hanya 6,02 persen, naik 1,41

persen dibanding kuartal IV-2012, kata Suryamin saat konferensi pers di kantornya,

pertumbuhan ekonomi Indonesia di periode tersebut yang tertinggi (secara per kuartal) adalah

sektor pertanian peternakan, kehutanan dan perikanan (23,06 persen), keuangan, real estate

dan jasa perusahaan 2,96 persen serta pengangkutan dan komunikasi 1,57 persen.

Sementara bila dilihat secara tahunan, kontribusi pertumbuhan domestik bruto

tersebut adalah sektor pengangkutan dan komunikasi 9,98 persen, keuangan, real estate dan

jasa perusahaan 8,35 persen serta konstruksi 7,19 persen. "Seluruh sub sektor semuanya

tumbuh kecuali sektor pertambangan dan penggalian," tambahnya.

Sektor pertambangan dan penggalian masih mengalami kenaikan 0,02 persen secara

kuartalan. Namun secara tahunan mengalami penurunan 0,43 persen, sehingga kontribusi ke

total PDB Indonesia mengalami penurunan 0,03 persen.

Sektor pertambangan dan penggalian mengalami penurunan karena produksi minyak

dan gas (migas) Indonesia mengalami penurunan dari target di APBN 2013 sebesar 900.000

barel per hari menjadi hanya 830.000 barel per hari.Selain itu juga disebabkan karena

turunnya minyak mentah dan penyusutan cadangan minyak menjadi 3,59 miliar barel,

tambahnya.

Sebelumnya, Pelaksana tugas Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan

Bambang Brodjonegoro memperkirakan pertumbuhan ekonomi triwulan pertama 2013

berada pada kisaran 6,2 persen hingga 6,3 persen.

29

Page 26: BAB II & BAB III

BAB IV

GAMBAR, IMAGE, SKETSA, DAN VIDEO PENDUKUNG PEMBAHASAN

TENTANG REALITAS NILAI KEADILAN SOSIAL DALAM KEHIDUPAN

BERMASYARAKAT, BERBANGSA, DAN BERNEGARA

A. Perlakuan yang Adil Disegala Bidang Kehidupan, Terutama Dibidang Politik,

Ekonomi, dan Sosial Budaya.

Dari gambar diatas dapat dilihat mengenai penyuapan pada pemilukada, serta adanya perang

antar suku yang terjadi akibat tidak terjadinya keadilan dibidang politik, social dan budaya.

Video 1 “Aksi Demo Anti Korupsi”

Uraian :

Video ini berisi tentang aksi demo yang dilakukan oleh para demonstran kepada

pemerintah. Aksi demo tersebut menggambarkan sikap para demonstran yang menuntut dan

30

Page 27: BAB II & BAB III

ingin menegakkan keadilan di negara ini bahwa setiap warga negara ataupun pejabat negara

yang melakukan tindak kejahatan seperti korupsi wajib diperiksa oleh pengadilan dan diberi

hukuman atau sanksi berupa penjara. Hukuman yang diberikan juga harus sesuai atau

setimpal dengan perbuatannya tersebut. Karena setiap orang sama kedudukannya dihadapan

hukum baik itu pejabat maupun masyarakat biasa.

Video 2 “Perang Antar Suku di Papua”

Uraian :

Video ini berisi tentang perang antar suku yang terjadi di Papua. Konflik tersebut

diakibatkan karena tidak adanya sikap saling menghargai dan menghormati antar suku. Oleh

karena itu agar terciptanya suatu keadilan di tengah-tengah masyarakat maka harus

didorong dari suasana kekeluargaan, suasana ini dapat tercipta dengan adanya rasa saling

menghargai antar sesama masyarakat maupun antar suku.

B. Perwujudan Keadilan Sosial Meliputi Seluruh Rakyat Indonesia

Tindakan partisipasi terhadap masyarakat, disini dapat dilihat pihak pemerintah yang

membantu warga yang mengalami bencana. Ini membuktikan bahwa tingkat

penanggulangan bencana sudah cukup baik.

Tindakan rehabilitas sosial terhadap masyarakat tidak mampu dapat dilihat pada

gambar dibawah ini

31

Page 28: BAB II & BAB III

Tindakan pembagian sembako terhadap fakir miskin

C. Keseimbangan Antara Hak Dan Kewajiban

Video 3 “BOS : Program Wajib Belajar 9 Tahun”

Uraian :

Video ini berisi tentang Program Dana BOS yang dilakukan pemerintah sebagai

wujud diselenggarakannya Program Wajib Belajar 9 Tahun. Program wajib belajar 9 tahun

ini bertujuan agar seluruh warga negara Indonesia bisa merasakan pendidikan yang merata

khususnya bagi masyarakat yang kurang mampu. Program wajib belajar 9 tahun juga

dianggap sebagai upaya peningkatan kualitas manusia Indonesia dan pelaksanaanya harus

dilakukan secara merata bagi seluruh rakyat indonesia. Sasaran Wajib Belajar 9 tahun

diharapkan dapat memberikan bekal kemampuan dasar bagi siswa untuk mengembangkan

kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara dan anggota umat manusia.

Upaya pemerataan pendidikan melalui program wajib belajar 9 tahun tahun diharapkan dapat

berdampak positip terhadap peningkatan kualitas kehidupan masyarakat, agar bangsa

Indonesia menjadi bangsa yang berkualitas dalam menegakkan pembangunan di segala

bidang. Dengan demikian pemerintah memiliki kewajiban penuh untuk mengusahakan

terwujudnya layanan pendidikan yang bermutu didukung dengan berbagai komponen yang

memenuhi standar nasional, baik itu terkait dengan standar isi pendidikan, proses pendidikan,

32

Page 29: BAB II & BAB III

kompetensi lulusan, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana pendidikan,

manajemen pendidikan, pendanaan pendidikan, maupun standar penilaian pendidikan.

D. Menghormati milik orang lain

Pembajakan kaset DVD/ CD

Demonstrasi sengketa tanah

E. Cita-Cita Mayarakat Adil Yang Makmur Dan Merata material Dan Spiritual Bagi

Seluruh Rakyat Indonesia

Kericuhan dalam memeluk agama.

33

Page 30: BAB II & BAB III

F. Cinta Akan Kemajuan Dan Pembangunan

Peningkatan Pertumbuhanh Ekonomi

Video 4 “Unjuk Rasa Menolak Pembangunan Gereja di Warnai Kericuhan”

Uraian :

Video ini berisi tentang unjuk rasa yang dilakukan oleh ratusan umat dari forum islam

untuk memberhentikan dan mencabut izin rekomendasi pembangunan gereja Kalimiri Bekasi,

yang mana gereja tersebut sudah mendapat izin rekomendasi dari walikota Bekasi. Setelah

menyuarakan aspirasinya tersebut, para demonstran juga mengancam akan melakukan aksi

unjuk rasa lagi apabila izin rekomendasi tersebut tidak segera dicabut. Hal ini mencerminkan

bahwa sikap para demonstran yang tidak menghargai dan menghormati apa yang menjadi

hak-hak orang lain atau agama lain. Menghargai dan menghormati hak-hak orang lain

merupakan butir atau nilai pancasila yang terkandung di dalam sila ke lima. Butir ini juga

menghendaki agar setiap manusia harus menghormati hak orang lain tanpa memandang latar

belakang suku, agama dan budaya dan memberikan peluang atau kebebasan kepada orang

lain untuk mencapai haknya tersebut. Dalam hal ini pemerintah juga harus bersikap

bijaksana dan adil dalam menentukan setiap keputusan bagi warga negaranya.

34

Page 31: BAB II & BAB III

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Perlakuan implementasi adil didalam segala bidang di Indonesia tidak juga berjalan

dengan baik karena dalam implementasinya masih banyak konflik yang dilakukan

oleh warga sipil yang tidak hanya terjadi di arena perebutan lahan melainkan kepada

masalah pemilukada. Konflik juga terjadi diantara kelompok social yang diperparah

dengan pihak keamanan yang tidak bisa berlaku adil.

2. Pihak Kementrian RI juga telah berusaha dalam mewujudkan keadilan social bagi

seluruh rakyat Indonesia dengan telah dilakukannya peningkatan kesejahteraan sosial

fakir miskin, meningkatnya partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan

kesejahteraan sosial, meningkatnya pelayanan, perlindungan dan rehabilitasi sosial

menu ju kemandirian, meningkatnya kemampuan masyarakat dalam mengurangi

resiko bencana, Meningkatnya kualitas penyelenggara kesejahteraan sosial,

Meningkatnya pengawasan internal bidang kesejahteraan sosial yang transparan dan

Akuntabel Pada tahun 2013, Meningkatnya efisiensi, efektifitas manajemen

kesejahteraan social.

3. Hak dan kewajiban harusnya diimplementasikan secra seimbang. Namun

keseimbangan hak dan kewajiban di Indonesia masih ada yang tidak sesuai seperti

pelanggaran hak pendidik dalam masalah pembayaran haknya.

4. Dalam implementasinya, tidak sedikit juga warga negara yang belum melaksanakan

keadilan dalam menghormati hak milik orang lain yang seperti masih banyaknya

terjadi pencurian, pembajakan, sengketa tanah.

5. Implementasi Cita-cita Masyarakat Adil dan Makmur yang Merata Secara Material

dan Spiritual Bagi Seluruh Rakyat Indonesia belum sepenuhnya tercapai, masih

banyak terjadi ketidakadilan gender dan juga ketidakadilan pada perlindungan bahasa

daerah yang tergerus akibat maraknya modernisasi.

6. Terdapat 15 Kabupaten /Kota yang memiliki rata-rata pertumbuhan PDRB per kapita

tinggi dan rata-rata pertumbuhan IPM tinggi, dan 87 Kabupaten/Kota memiliki rata-

rata pertumbuhan PDRB per kapita tinggi dan rata-rata pertumbuhan IPM rendah.

Kabupaten /Kota yang memiliki rata-rata pertumbuhan PDRB per kapita rendah dan

rata-rata pertumbuhan IPM tinggi berjumlah 52 Kabupaten/Kota, dan Kabupaten/Kota

35

Page 32: BAB II & BAB III

yang memiliki rata-rata pertumbuhan PDRB per kapita rendah dan rata-rata

pertumbuhan IPM rendah berjumlah 315 Kabupaten/Kota.

B. Saran

Bagi Pemerintah sebaiknya terus memperbaiki kinerja kepemerintahan Indonesia

yang menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan social demi mencapai cita-cita nasional untuk

menjadi negara yang berdaulat, adil dan makmur. Pemerintah harus melindungi hak asasi

setiap warga negaranya, dan berlaku adil tanpa membedakan gender, ras, agama, suku,

jabatan, dan kewenangan

Bagi mahasiswa sebaiknya lebih mendalami dan memahami konsep keadilan social

yang sebenarnya sehingga dapat mengimplementasikannya didalam kehidupan sehari-hari.

Dan bagi masyarakat, hendaknya turut memahami konsep keadilan dan tidak menghambat

dan mengganggu proses implementasi yang dilakukan pemerintah serta tidak terus menuntut

hak tanpa menjalankan kewajiban yang semestinya.

36

Page 33: BAB II & BAB III

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, O.N., Salim, R., Wahono, A.O., (2013), Anatomi Konflik Sosial dan Model Penanganan Komnas HAM, Jurnal HAM (9), 123-143.

Assiddiqie, J., (2011), Pesan Konstitusional Keadilan Sosial, Malang.

Azra, A., (2008), Demokrasi dan Hak Asasi Manusia Masyarakat Madani, Kencana, jakarta.

Dawan, A., (2011), Keadilan Sosial: Teori Keadilan Menurut John Rawls Dan Implementasinya Bagi Perwujudan Keadilan Sosial Di Indonesia.

Hajrianto, A., (2014), Pemakaian Software Bajakan sebagai Sarjana Pendidikan di Lingkungan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Perspektif Sosiologi Hukum Islam, Skripsi, UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta.

Hartono, S., (2011), Mencari Makna Nilai-Nilai Falsafah didalam Pancasila sebagai Weltanschauung Bangsa dan Negara Republik Indonesia, Majalah Hukum Nasional.

Hendardi, hak Anak Atas Pendidikan, Jurnal Hukum dan HAM Bidang Pendidikan, Pemuda dan Olahraga.

Jalal, (2013), Propil Kependudukan dhan Pembangunan Di Indonesia, BKKBN, Jakarta.

Kaelan., Zubaidi, A., (2010), Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi, Paradigma, Yogyakarta.

Lubis, M.D.S., (2013), Perbandingan Tindak Pidana Pencurian Menurut Hukum Pidana Nasional dan Hukum Pidana Islam, Jurnal Skripsi, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Marhaeni, H., Yati S., Tribudhi, B., (2008), Indeks Pembangunan Manusia 2006-2007, Badan Pusat Statistik, Jakarta.

MPR RI, (2005), Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia, SEKJEN MPR RI, Jakarta

Novitasari, V., (2010), Pengatuh Pembangunan Infrastruktur Terhadap Perkembangan Wilayah Indonesia, jurnal perencanaan wilayah kota, ITB, Bandung.

Rohman, A., (2014), Pembangunan Kesejahteraan Sosial di Indonesia: Hambatan, Tantangan dan Peluang, Kompasiana, 24 November 2014.

Rohman, A., Sapriani., (2012), Perlindungan Bahasa Daerah (Bahasa Tidung) sebagai Upaya Perwujudan HAM di Kota Tarakan, Jurnal Humanitas 3(1):164-175

Rudiyanto, A., (2015), Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah di 33 Provinsi tahun 2014. Kementerian PPN, Jakarta.

Rumusan Hasil Temu Konsultasi Diseminasi RAN HAM Bidang Pendidikan, Solo, 29 Juli – 1 Agustus 2003, Jurnal Hukum dan HAM bidang pendidikan, Pemuda, dan Olahraga, hlm:62-66

37

Page 34: BAB II & BAB III

Sumarjo, E., Aktualisasi Nilai-Nilai Good Governance dalam Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan, Jurnal Hukum dan HAM bidang pendidikan, Pemuda, dan Olahraga, hlm:1-15

Yahya, A.Z., (2012), Implementasi pemenuhan hak atas pendidikan sebagai hak konsitusional warga negara, Jurnal Humanitas 3(1).

Wijaya, P., Pendidikan sebagai Hak dan Kewajiban (sebuah renungan), Jurnal Hukum dan HAM bidang pendidikan, Pemuda, dan Olahraga, hlm:1-35

Winaro, (2013), Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan, Bumi Aksara, Jakarta.

38