bab i-v.docx
DESCRIPTION
hhhhhhhhhhhhhTRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan pasar modal di Indonesia menunjukkan sebuah indikasi bahwa
disamping perbankan, pasar modal sudah menjadi alternatif sebuah investasi bagi
pemilik modal atau investor. Pasar modal memiliki peran besar bagi perekonomian
suatu negara sebagai salah satu alternatif bagi masyarakat untuk menanamkan
dananya. Seiring dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap kegiatan
investasi, pasar modal terus mengalami perkembangan hingga saat ini.
Pasar modal merupakan salah satu alternatif bagi masyarakat untuk
menanamkan dananya. Perkembangan pasar modal di Indonesia pada mulanya belum
menunjukkan peran yang penting bagi perekonomian, hal ini terjadi karena masih
rendahnya minat masyarakat untuk berinvestasi di pasar modal dan masih kurangnya
pengetahuan masyarakat tentang pasar modal.
Dalam melakukan penanaman dana pada pasar modal digunakan modal dalam
bentuk saham. Saham-saham perusahaan yang go public sebagai komoditi investasi
memiliki keunikan tersendiri, karena sifatnya yang sangat peka terhadap perubahan
lingkungan bisnis. Perubahan harga saham bisa terjadi setiap saat. Hal tersebut dapat
terjadi karena adanya persepsi yang berbeda dari masing-masing investasi sesuai
dengan informasi yang dimilikinya. Apabila investor menganggap bahwa tingkat
2
keuntungan yang diharapkan dari suatu saham tidak memadai lagi maka mereka akan
mengambil keputusan untuk menjualnya.
Kalau hal ini terjadi maka harga saham tersebut cenderung turun, demikian
juga sebaliknya. Oleh karena itu, Para investor yang akan berinvestasi dalam bentuk
saham memerlukan informasi-informasi akurat sebagai bahan pertimbangan dalam
menentukan pilihan.
Harga saham di pasar modal merupakan ukuran yang obyektif mengenai nilai
investasi pada sebuah perusahaan. Variasi harga saham akan dipengaruhi oleh kinerja
perusahaan yang bersangkutan disamping dipengaruhi oleh hukum permintaan dan
penawaran, kinerja perusahaan akan menentukan tinggi rendahnya harga saham di
pasar modal.
Perubahan harga saham perusahaan memberikan indikasi terjadinya
perubahan kinerja keuangan perusahaan yang dapat dilihat dalam laporan keuangan
yang dikeluarkan secara periodik. Laporan keuangan melaporkan baik posisi
perusahaan pada suatu waktu tertentu maupun operasinya selama beberapa periode
yang lalu. ”Dari laporan keuangan akan tergambar kondisi keuangan suatu
perusahaan, sehingga memudahkan menilai kinerja keuangan”(kasmir, 2010 : 69).
Kinerja keuangan dapat dilihat dari beberapa aspek dengan tetap berdasarkan pada
informasi yang ada pada laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan alat yang
sangat penting untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan
hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahan yang bersangkutan. Data perusahan
tersebut akan lebih berarti bagi pihak-pihak yang berkepentingan apabila data
3
tersebut diperbandingkan untuk dua periode atau lebih dan dianalisa lebih lanjut
sehingga dapat mendukung keputusan yang akan diambil. Analisis terhadap laporan
keuangan merupakan hal yang paling penting bagi perusahaan. Hal ini juga bertujuan
mengetahui tingkat efisiensi dan efektifitas dari sumber dana dan penggunaannya.
Dalam mengadakan analisis keuangan suatu perusahaan diperlukan adanya ukuran
tertentu, ukuran yang sering digunakan dalam menganalisa keuangan adalah rasio.
Adapun bentuk rasio keuangan yang digunakan yaitu rasio likuiditas yang
mengukur tingkat kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban finansial
jangka pendeknya. Rasio – rasio ini dapat dihitung melalui sumber informasi tentang
modal kerja yaitu pos – pos aktiva lancar dan hutang lancar. Jenis rasio likuiditas
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu current rasio yang merupakan
perbandingan antara aktiva lancar dan kewajiban lancar dan merupakan ukuran yang
paling umum digunakan untuk mengetahui kesanggupan perusahaan memenuhi
kewajiban jangka pendeknya. Dengan demikian current rasio yang mengalami
peningkatan menunjukkan bahwa tingkat likuiditas perusahaan itu cukup baik dan
kemudian hal ini akan berpengaruh pada harga saham yang juga akan mengalami
peningkatan.
Rasio lain yang digunakan yaitu rasio profitabilitas yang mengukur tingkat
kemampuan dalam menghasilkan laba dalam penelitian ini rasio profitabilitas yang
digunakan yaitu return on invesment yang menunjukkan kemampuan perusahaan
memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan total aktiva maupun modal
sendiri. Return on invesment yang tinggi akan meningkatkan harga saham.
4
Bentuk rasio lain yang digunakan yaitu earning per share merupakan rasio
yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dan
mendistribusikan laba yang diperoleh kepada para pemegang saham. Semakin tinggi
rasio EPS menjukkan bahwa perusahan memiliki kemampuan yang cukup baik dalam
menghasilkan laba dan hal tersebut akan mempengaruhi tingkat penjualan saham dan
harga saham perusahaan tersebut juga akan mengalami peningkatan.
Dengan berdasarkan uraian diatas, dapat dikatakan bahwa perusahaan telah go
public memiliki tingkat kinerja yang terlihat pada keadaan saham perusahaan.
Sehingga harga saham merupakan aspek utama dalam mengetahui kinerja suatu
perusahaan. Penilaian tersebut terkait dengan beberapa aspek keuangan perusahaan.
Untuk itu digunakan beberapa sudut pandang sehingga dapat diperoleh hal – hal yang
bisa saja berpengaruh terhadap harga saham, seperti yang telah diuraikan sebelumnya
yaitu Current ratio, return on invesment dan earning per share.
Perusahaan manufaktur merupakan perusahaan yang cukup besar yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia jika dibandingkan dengan jenis perusahaan yang
lain. Dengan predikat tersebut perusahaan manufaktur mempunyai pengaruh yang
cukup berarti terhadap dinamika perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia.
Perusahaan manufaktur memiliki kontribusi yang relatif besar terhadap perekonomian
dan kemudahan dalam memperoleh data laporan keuangan. Selain itu juga laporan
keuangan yang dihasilkan oleh perusahaan go public sudah pasti diaudit akuntan
publik sehingga dapat dipercaya. Selain itu, sektor industri manufaktur merupakan
sektor industri yang paling banyak terdaftar di BEI. Dengan ini diharapkan diperoleh
5
jumlah sampel yang cukup representatif. Pemilihan satu jenis industri yaitu industri
manufaktur sebagai upaya untuk menghindari kemungkinan adanya efek industri
pada hasil penelitian. Dari sudut perhitungan ratio keuangan, perusahaan manufaktur
paling lengkap jenis akunnya sehingga hampir semua rasio keuangan dapat dihitung.
Dari hasil pra penelitian yang telah penulis lakukan diperoleh data dari tahun 2005
sampai tahun 2007 tampak pada tabel halaman 6
6
Di antara seluruh perusahaan manufaktur, 11 perusahaan yang menjadi sampel,
disajikan pada tabel di atas, data mengenai current rasio, return on investment dan
earning per share serta harga saham. Dari sisi current rasio, beberapa perusahaan
selama 3 periode tersebut mengalami kenaikan rasio yaitu sebanyak 6 perusahaan,
sementara ada perusahaan yang menurun rasionya dan lainnya berfluktuasi. Dari sisi
return on invesment, sebanyak 9 perusahaan yang mengalami kenaikan ROI dan yang
lainnya berfluktuasi. Dan dari sisi earning per share menunjukkan sebanyak 12
perusahaan yang EPS nya meningkat pada rentang periode tersebut, sementara ada
perusahaan yang menurun nilai EPS nya dan lainnya berfluktuasi.
Sementara nilai harga saham perusahaan menunjukkan ada 3 perusahaan yang
menurun nilai harga sahamnya pada rentang periode tersebut, 14 perusahaan dengan
EPS yang meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa naik turunnya rasio keuangan yang
diukur dengan CR, ROI dan EPS tidak memberikan dampak positif terhadap harga
saham dibeberapa perusahaan yang menjadi sampel. Dari data tersebut menunjukkan
bahwa adanya ketidaksesuaian data perusahaan yang menjadi sampel dengan teori
yang dikemukakan oleh Denies dan Prabandaru (2012) bahwa “Current rasio, Return
On Invesment dan Earning per share mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
harga saham ”. Melihat hal tersebut mendorong penulis untuk melakukan penelitian
tersebut. Dengan demikian penulis tertarik mengambil judul “Pengaruh Current
Rasio, Return On Invesment dan Earning per share Terhadap Harga Saham
Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”
7
B. Rumusan Masalah
Mengacu pada latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, maka
rumusan masalah yang akan diajukan dalam penelitian ini adalah “ seberapa besar
CR, ROI dan EPS berpengaruh secara parsial maupun simultan terhadap harga saham
pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia” ?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
besarnya pengaruh current rasio, return on invesment dan earning per share secara
parsial maupun simultan terhadap harga saham pada Perusahaan Manufaktrur yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
D. Manfaat Hasil Penelitian
Beberapa manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari pelaksanaan
penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoritis
a) Untuk menambah pengetahuan dan wawasan peneliti tentang pengaruh CR,
ROI dan EPS terhadap harga saham.
b) Sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
1. Bagi perusahaan
8
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk
meningkatkan kinerja perusahaan di masa yang akan datang.
2. Bagi Investor
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu bahan
pertimbangan dalam mengambil keputusan investasi di pasar modal yang
akan datang.
3. Bagi penulis
a). Penelitian ini merupakan sarana untuk menerapkan teori yang telah
diperoleh dari praktik nyata.
b.). Untuk menambah wawasan mengenai masalah yang akan diteliti.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS
A. Tinjauan Pustaka
1. Current Rasio
a) Definisi Current Rasio
Menurut Kasmir, (2010 : 111 ) bahwa “ Current rasio merupakan rasio lancar
untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek atau
utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih. Dengan kata lain seberapa banyak
aktiva lancar yang tersedia untuk menutupi kewajiban jangka pendek yang segera
jatuh tempo”. Dengan semakin tinggi kewajiban jangka pendek suatu perusahaan
maka tingkat penggunaan aktiva lancar untuk menutupi kewajiban tersebut akan
semakin banyak. Sedangkan menurut Lukman Syamsuddin (2011 : 43-44) bahwa
“Current rasio merupakan salah satu rasio finansial yang sering digunakan. Tingkat
Current rasio dapat ditentukan dengan membandingkan current asset dan current
liabilities”.
Tidak ada suatu ketentuan mutlak tentang berapa tingkat current rasio yang
dianggap baik atau yang harus dipertahankan oleh suatu perusahaan karena biasanya
tingkat current rasio ini juga sangat tergantung pada jenis usaha dari masing –
masing perusahaan. Dan menurut Brigham dan Houston (2010 : 135) bahwa “Current
rasio merupakan rasio yang menunjukkan sampai sejauh apa kewajiban lancar
ditutupi oleh aset yang diharapkan akan dikonversi menjadi kas dalam waktu dekat”.
Dari berbagai pendapat yang dikemukakan oleh para ahli diatas maka dapat
10
disimpulkan bahwa current rasio merupakan rasio untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya pada saat jatuh tempo.
b) Penilaian Current Rasio
Menurut Kasmir, ( 2010 : 136 ) bahwa “Current rasio menunjukkan
kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang
segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan”. Current rasio juga dapat
dikatakan sebagai bentuk untuk mengukur tingkat keamanan suatu perusahaan.
Semakin besar perbandingan aktiva lancar dan kewajiban lancar semakin tinggi pula
kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya. Penghitungan
Current rasio dapat dilakukan dengan cara membandingkan antara total aktiva lancar
dengan total utang lancar. Secara sistematis Current rasio dirumuskan sebagai berikut
:
Total Aktiva LancarCR = --------------------------------- X 100 %
Total Utang Lancar
c) Penilaian Current Rasio
Menurut Harmono (2011 : 106-107) bahwa “Current rasio menjelaskan
mengenai kesanggupan perusahaan untuk melunasi utang jangka pendek dan dapat
juga menunjukkan tingkat likuiditas perusahaan”. Current rasio juga merupakan
salah satu bentuk rasio likuiditas yang menggambarkan bagaimana kemampuan
perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya yang segera jatuh tempo dengan
menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Current Rasio merupakan salah satu
11
ukuran likuiditas yang bertujuan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk
melunasi kewajiban jangka pendeknya dengan asset lancar yang dimilikinya.
Nilai Current Rasio yang tinggi belum tentu baik ditinjau dari segi
profitabilitasnya. Sawir (2005:9) menyatakan bahwa “Current rasio yang rendah
akan berakibat pada menurunnya harga pasar saham perusahaan bersangkutan, namun
Current rasio terlalu tinggi belum tentu baik karena pada kondisi tertentu hal tersebut
menunjukkan banyak dana perusahaan yang menganggur (aktivitas sedikit) yang pada
akhirnya dapat mengurangi kemampuan laba perusahaan”. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa dari Current rasio akan tergambar bagaimana kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya serta bagaimana likuiditas
perusahaan tersebut.
2. Return On Invesment
a) Pengertian Return On Invesment
Menurut Kasmir (2010 : 115) “ROI merupakan rasio yang menunjukkan hasil
(return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. ROI juga merupakan
suatu ukuran tentang efektivitas manajemen dalam mengelolanya”. Dengan demikian
ROI yang semakin tinggi akan memberikan gambaran yang baik mengenai
pengelolaan manajemen, karena ROI yang tinggi menggambarkan kemampuan
perusahaan memperoleh keuntungan atas aktiva yang digunakan. Sedangkan Menurut
Lukman syamsuddin (2011 : 63) bahwa “ ROI adalah pengukuran kemampuan
perusahaan didalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva
12
yang tersedia didalam perusahaan”. Dari beberapa definisi diatas dapat di simpulkan
bahwa ROI merupakan tingkat penghasilan bersih yang diperoleh dari pemilik
perusahaan atas aktiva selama satu periode.
b) Penilaian Return On Invesment
Menurut Kasmir dan Jakfar (2007 : 139) “ ROI merupakan rasio yang
menunjukkan hasil dari seluruh aktiva yang dikendalikan dengan mengabaikan
sumber pendanaan dan biasanya rasio ini diukur dengan persentase”. Menurut
Harahap (2006 : 459) “ROI merupakan rasio yang menunjukkan hasil (return) atas
jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan”. ROI juga merupakan suatu ukuran
tentang efektivitas manajemen dalam mengelola investasinya. Semakin rendah rasio
ini, semakin kurang baik demikian pula sebaliknya. ROI di peroleh dengan cara
membandingkan laba bersih setelah pajak (Net Income After Tax) terhadap total
aktiva (assets). Secara sistematis ROI dirumuskan sebagai berikut :
Laba bersih setelah pajakROI = ---------------------------------------- X 100 %
Total aktiva
c) Pentingnya Return On Invesment
Menurut Ciaran Walsh (2003 : 55) “ROI berkaitan dengan salah satu konsep
yang paling penting dalam keuangan dunia usaha, nilai dari setiap aktiva harus
dibayar kembali pada suku bunga pasar. Pembayaran ini hanya dapat dilakukan bila
terjadi surplus operasi yang bersumber dari penggunaan aktiva secara efisien”. ROI
13
sendiri adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas yang dimaksudkan untuk
mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam
aktiva yang digunakan untuk operasi perusahaan guna menghasilkan keuntungan.
Sedangkan menurut Wild, Subramanyan dan Hasley (2005:65) “ROI memungkinkan
kita untuk menilai pengembalian perusahaan yang relatif terhadap resiko investasi
serta membandingkan pengembalian atas investasi dengan pengembalian investasi
alternatif”.
ROI sendiri adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas yang
dimaksudkan untuk mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana
yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasi perusahaan guna
menghasilkan keuntungan Dengan demikian rasio ini menghubungkan keuntungan
yang diperoleh dari operasinya perusahaan dengan jumlah investasi atau aktiva yang
digunakan untuk menghasilkan keuntungan operasi tersebut. Oleh sebab itu ROI
dapat digunakan dalam berbagai area dalam analisis termasuk efektifitas manajer,
tingkat profitabilitas, ramalan laba, perencanaan dan pengendalian.
3. Earning Per Share
a) Pengertian Earning Per Share
Menurut Kasmir (2010 : 115-116) “EPS merupakan rasio untuk mengukur
keberhasilan manajemen dalam mencapai keuntungan bagi pemegang saham”.
Dengan demikian EPS yang tinggi akan memberikan dampak yang baik bagi
perusahaan, sebab EPS yang tinggi menunjukkan adanya keberhasilan dalam
14
mencapai keuntungan yang diperuntukkan bagi para pemegang saham. Menurut
Lukman Syamsuddin (2011 : 66) berpendapat bahwa “EPS merupakan rasio yang
menggambarkan jumlah rupiah yang diperoleh untuk setiap lembar saham biasa. Dan
menurut Sofyan syafri harahap (2011 : 138) “EPS merupakan suatu pemberian
keuntungan yang diberikan kepada para pemegang saham dari setiap lembar saham
yang dimiliki”.
Dari berbagai pendapat yang telah disebutkan diatas maka dapat disimpulkan
bahwa EPS merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan
suatu manajemen dalam memperoleh keuntungan yang akan diberikan kepada para
pemegang saham dari setiap lembar saham yang dimiliki.
b) Penilaian Earning Per Share
Angka laba per lembar saham (EPS) diperoleh dari laporan keuangan yang
disajikan oleh perusahaan. Karena itu langkah pertama yang dilakukan adalah
memahami laporan keuangan yang disajikan perusahaan. Menurut Lukman
Syamsuddin (2011 : 66) bahwa “manajeman perusahaan,pemegang saham biasa dan
calon pemegang saham sangat tertarik akan EPS yang besar, karena hal ini
merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu perusahaan”. EPS menggambarkan
perbandingan antara laba bersih setelah pajak dengan jumlah lembar saham yang
beredar. Secara sistematis EPS dapat digambarkan sebagai berikut :
Laba bersih setelah pajakEPS = ------------------------------------------- X Rp 1
Jumlah saham biasa yang beredar
15
c) Pentingnya Earning Per Share
Laba per lembar saham (EPS) menunjukan kemampuan perusahaan dalam
memperoleh laba dan mendistribusikan laba yang diraih perusahaan kepada
pemegang saham. Laba per lembar saham (EPS) dapat dijadikan sebagai indikator
tingkat nilai perusahaan. Laba per lembar saham (EPS) juga merupakan salah satu
cara untuk mengukur keberhasilan dalam mencapai keuntungan bagi para pemiliki
saham dalam perusahaan. Menurut Harmono (2011 : 109-110) bahwa “Analisis
profitabilitas ini menggambarkan kinerja fundamental perusahaan ditinjau dari
tingkat efisiensi dan efektivitas operasi perusahaan dalam memperoleh laba”. EPS
merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan
dalam memperoleh laba, dalam hal ini laba yang dihasilkan akan diberikan kepada
para pemegang saham. Pertumbuhan EPS memberikan informasi yang lebih banyak
tentang perkembangan suatu perusahaan, bukan pertumbuhan laba absolut.
4. Harga Saham
a) Pengertian Harga Saham
Harga pasar suatu saham pada dasarnya merupakan harga yang telah
disepakati bersama penjual dan pembeli pada saat saham diperdagangkan. Harga
pasar saham juga sering disebut harga wajar, yakni harga dimana saham berpindah
dari penjual ke pembeli dimana keduanya sama – sama menngetahui pengetahuan
fakta yang relevan mengenai saham tersebut. Menurut Anoraga (2001 : 100) “harga
saham adalah uang yang dikeluarkan untuk memperoleh bukti penyertaan atau
16
pemilikan suatu perusahaan”. Harga saham juga dapat diartikan sebagai harga yang
dibentuk dari interaksi para penjual dan pembeli saham yang dilatar belakangi oleh
harapan mereka terhadap profit perusahaan, untuk itu investor memerlukan informasi
yang berkaitan dengan pembentukan saham tersebut dalam mengambil keputusan
untuk menjual atau membeli saham.
Menurut Sumiyana (2007 : 58) “harga saham mencerminkan semua informasi
yang tersedia, meliputi harga sebelumya, informasi publik dan informasi private”.
Menurut Brigham dan Houston (2001 : 235) “harga saham didefenisikan sebagai
harga saham yang berlaku di pasar”. Beberapa pendapat diatas dapat simpulkan
bahwa harga saham merupakan harga saham yang berlaku di pasar yang terbentuk
dari kesepakatan antara pembeli dan penjual yang merupakan bukti dari kepemilikan
suatu perusahaan. Harga saham juga merupakan nilai sekarang dari arus kas yang
akan diterima oleh pemilik saham dikemudian hari.
b) Jenis – Jenis Saham
Adapun jenis – jenis saham menurut Kasmir (2013 : 186) “ dapat ditinjau dari
segi cara peralihan dan dari segi hak tagih”.
1) Dari segi cara peralihana) Saham atas unjuk (bearer stock)
Merupakan saham yang tidak mempunyai nama atau tidak tertulis nama pemilik dalam saham tersebut.
b) Saham atas nama (registered stock)Didalam saham tertulis nama pemilik saham tersebut dan untuk dialihkan kepada pihak lain diperlukan syarat dan prosedur tertentu.
2) Dari segi hak tagiha) Saham biasa (common stocks)
17
Bagi pemilik saham ini hak untuk memperoleh deviden akan didahulukan lebih dulu kepada saham preferen. Begitu pula dengan hak terhadap harta apabila perusahaan dilikuidasi.
b) Saham preferen (prefered stocks)Merupakan saham yang memperoleh hak utama dalam deviden dan harta apabila pada saat perusahaan dilikuidasi.
Dari uraian diatas dapat simpulkan bahwa jenis saham suatu perusahaan dapat
ditinjau dari segi peralihan dan dadi segi hak tagih. Dimana dari jenis saham yang
telah diuraikan pada umunya yang sering digunakan yaitu Jenis saham biasa
(common stocks) karena menempatkan pemiliknya pada akhir saat pebagian deviden
dan hak paling akhir atas harta kekayaan perusahaan apabila rugi.
c) Penilaian Harga saham
Menurut Jogiyanto (2000:375) “Harga saham di bursa ditentukan oleh
kekuatan pasar, yang berarti harga saham tergantung dari kekuatan permintaan dan
penawaran”. Kondisi permintaan atau penawaran atas saham yang fluktuatif tiap
harinya akan membawa pola harga saham yang fluktuatif juga. Pada kondisi dimana
permintaan saham lebih besar, maka harga saham akan cenderung naik, sedang pada
kondisi dimana penawaran saham lebih banyak maka harga saham akan menurun.
Dalam aktifitas di pasar modal harga saham merupakan faktor yang sangat
penting dan harus diperhatikan oleh investor dalam melaksanakan investasi, karena
harga saham menunjukkan nilai suatu perusahaan (Wijayani dan Wijayanto, 2005:8).
Harga saham mencerminkan prestasi emitien. Apabila emiten punya prestasi yang
makin baik maka keuntungan yang diperoleh dari operasi usaha juga semakin besar,
maka keuntungan yang diperoleh pemegang saham emiten yang bersangkutan juga
18
cenderung naik. Bagi investor harga saham dan pergerakannya merupakan faktor
penting dalam investasi di pasar modal. Harga saham dikatakan tidak wajar apabila
harganya ditetapkan terlalu tinggi atau terlalu rendah. Melalui penilaian saham inilah
investor akan dapat memutuskan untuk menentukan strategi investasi. Seorang
investor mengharapkan keuntugan berupa deviden dan capital gain.
Harga saham mencerminkan nilai perusahaan, semakin tinggi nilai harga
saham semakin tinggi pula nilai perusahaan tersebut dan sebaliknya ( Herlina dan
Hadianto, 2007:113). Setiap perusahaan yang menerbitkan saham sangat
memperhatikan harga sahamnya. Penilaian harga saham merupakan suatu mekanisme
untuk merubah serangkaian variabel ekonomi perusahaan yang diramalkan (atau yang
di amati) menjadi perkiraan tentang harga saham. Variabel-variabel ekonomi tersebut
seperti misalnya laba perusahaan, deviden yang dibagikan, dan sebagainya Menurut
Lukas (2003:100) “model penilaian harga saham yang sering dipergunakan untuk
analisis sekuritas adalah pendekatan Present Value yaitu sama dengan present value
arus kas yang diharapkan akan diterima oleh pemilik saham tersebut”. Deviden
merupakan arus kas bagi para pemegang saham menurut pendekatan the deviden
discount model. Menurut Brealey, Myers dan Marcus (2007:165) harga saham
dirumuskan :
DIViP0 =
r
Keterangan :
P0 = Harga Saham ( nilai intrinsik )
19
DIVi = Deviden pada periode i
r = Required rate of return ( tingkat keuntungan yang di anggap relevan
atau diharapkan).
d) Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Harga Saham
Menurut Arifin (2001 : 116-125) faktor-faktor yang mempengaruhi harga
saham adalah sebagai berikut :
a. Kondisi fundamental emiten Faktor fundamental merupakan faktor yang erat kaitannya dengan kondisi perusahaan yaitu kondisi manajemen organisasi sumber daya manusia, kondisi keuangan perusahaan yang tercermin dalam kinerja keuangan perusahaan. Menurut Jogiyanto ( 2000 : 315 ) “analisis fundamental merupakan analisis menggunakan data-data finansial yaitu data-data yang berasal dari laporan keuangan perusahaan, seperti laba, deviden yang dibagi dan sebagainya. Dengan demikian untuk menganalisis fundamental. Analisis fundamental merupakan analisis yang berkaitan dengan kondisi internal perusahaan. Salah satu komponen yang berhubungan dengan kondisi internal perusahaan adalah kinerja perusahaan manufaktur yang terdiri dari Return On Invesment ( ROI), dan Earning Per Share.
ROI merupakan rasio yang menunjukkan kinerja perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari aktiva yang digunakan untuk operasional perusahaan. ROI merupakan factor fundamental perusahaan yang dapat mempengaruhi harga saham. Rasio ini menghubungkan keuntungan yang diperoleh dari operasi perusahaan dengan jumlah investasi atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan operasi tersebut. ROI yang semakin meningkat menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin baik dan para pemegang saham akan memperoleh keuntungan dari deviden yang diterima semakin meningkat.
Pada umumnya, investor akan mengharapkan manfaat dari investasinya dalam bentuk laba per lembar saham, sebab earning per share (EPS) ini menggambarkan jumlah keuntungan yang diperoleh untuk setiap lembar saham biasa. Sedangkan jumlah EPS yang akan didistribusikan kepada investor saham tergantung pada kebijakan perusahaan dalam hal pembayaran deviden. EPS yang tinggi menandakan bahwa perusahaan gagal memberikan kemanfaatan sebagaimana yang diharapkan oleh pemegang saham.
b. Hukum permintaan dan penawaran Setelah faktor fundamental faktor permintaan dan penawaran menjadi faktor kedua yang mempengaruhi harga saham. Dengan asumsi bahwa
20
begitu investor mengetahui kondisi fundamental perusahaan mereka akan melakukan transaksi jual beli. Transaksi–transaksi inilah yang akan mempengaruhi fluktuasi harga saham.
c. Tingkat suku bunga Dengan adanya perubahan suku bunga, tingkat pengembalian hasil berbagai sarana investasi akan mengalami perubahan. Bunga yang tinggi akan berdampak pada alokasi dana investasi pada investor. Investor produk bank seperti deposito atau tabungan jelas lebih kecil risikonya jika dibandingkan dengan investasi dalam bentuk saham, karena investor akan menjual saham dan dananya akan ditempatkan dibank. Penjualan saham secara serentak akan berdampak pada penurunan harga saham secara signifikan.
d. Valuta asingMata uang amerika (Dolar) merupakan mata uang terkuat diantara mata uang yang lain. Apabila dolar naik maka investor asing akan menjual sahamnya dan ditempatkan dibank dalam bentuk dolar sehingga menyebabkan harga saham akan naik.
e. Dana asing dibursaMengamati jumlah dana investasi asing merupakan hal yang penting, karena demikian besarnya dana yang ditanamkan, hal ini menandakan bahwa kondisi investasi di Indonesia telah kondusif yang berarti pertumbuhan ekonomi tidak lagi negatif, yang tentu saja akan merangsang kemampuan emiten untuk mencetak laba. Sebaliknya jika investasi asing berkurang, ada pertimbagan bahwa mereka sedang ragu atas negeri ini, baik atas keadaan sosial politik maupun keamanannya. Jadi besar kecilnya investasi dana asing di bursa akan berpengaruh pada kenaikan atau penurunan harga saham.
f. Indeks harga sahamKenaikan indeks harga saham gabungan sepanjang waktu tertentu, tentunya mendatangkan kondisi investasi dan perekonomian negara dalam keadaan baik. Sebaliknya jika turun berarti iklim investasi sedang buruk. Kondisi demikian akan mempengaruhi naik atau turunnya harga saham di pasar bursa.
g. News and rumorsBerita yang beredar di masyarakat yang menyangkut beberapa hal baik itu masalah ekonomi, sosial, politik keamanan, hingga berita seputar reshuffle kabinet. Dengan adanya berita tersebut, para investor bisa memprediksi seberapa kondusif keamanan negeri ini sehingga kegiatan investasi dapat di laksanakan. Ini akan berdampak pada pergerakan harga saham di bursa.
21
2. Keterkaitan Current Rasio, Return On Invesment dan Earning Per Share
Terhadap Harga Saham
Current rasio merupakan rasio yang bertujuan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Menurut Sawir
(2009 :10) “current ratio yang rendah biasanya dianggap menunjukkan terjadinya
masalah dalam likuidasi, sebaliknya current ratio yang terlalu tinggi juga kurang
bagus karena menunjukkan banyaknya dana yang menganggur yang pada akhirnya
dapat mengurangi kemampuan perusahaan”.
Dalam hubungannya terhadap harga saham menurut Sawir (2009:12) bahwa
“Current rasio yang rendah akan berakibat pada menurunnya harga saham
perusahaan yang bersangkutan, dan jika Current rasio meningkat maka akan
berakibat pada meningkatnya harga saham”. Dengan kata lain Current rasio
berpengaruh positif terhadap harga saham.
Sedangkan Return on investment merupakan rasio terpenting diantara rasio
profitabilitas lain jika digunakan untuk memprediksi harga saham. Menurut Sofyan
Syafri Harahap (2008 : 63) “Semakin tinggi rasio ini menunjukkan keadaan suatu
perusahaan semakin baik”. Menurut Lukman Syamsuddin (2011:65) “Dengan
meningkatnya ROI akan berdampak pada kenaikan harga saham”. Dengan demikian
return on investment diharapkan berhubungan positif terhadap harga saham.
Pada earning per share menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan dari lembar saham yang dimiliki. Menurut Widoatmodjo dalam Robi
Wiguna dan Anastasia Sri Mendari (2008) “dalam perdagangan saham EPS sangat
22
berpengaruh terhadap harga saham. Semakin tinggi EPS maka akan semakin mahal
suatu saham dan sebaliknya, karena EPS merupakan salah bentuk rasio keuangan
untuk menilai kinerja keuangan” Dengan demikian, EPS memiliki hubungan positif
dengan harga saham, sehingga apabila jumlah EPS meningkat maka harga saham
akan naik.
B. Kerangka Pikir
Perubahan harga saham di bursa atau di pasar sekunder dipengaruhi oleh
beberapa faktor, antara lain yaitu faktor fundamental. Faktor fundamental perusahaan
adalah informasi yang berkenaan dengan kondisi internal perusahaan. Analisis rasio
menunjukkan kinerja manajemen perusahaan dalam mencapai target yang telah
ditetapkan selain itu dapat menilai kemampuan manajemen dalam memberdayakan
sumber daya perusahaan (aset) secara efektif dan efisien. Alat analisis rasio yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Current rasio, return on invesment dan
earning per share.
Dengan menggunakan analisis regresi linear berganda, uji asumsi klasik, uji-F
dan uji-T maka dapat diketahui seberapa besar pengaruh current rasio, return on
invesment dan earning per share terhadap harga saham. Berdasarkan hasil analisis
data dapat ditarik suatu kesimpulan yang selanjutnya dijadikan saran sebagai bahan
pertimbangan kepada perusahaan. Dan untuk memperjelas teori yang telah
dikemukakan diatas maka akan diuraikan mengenai kerangka pikir sebagai acuan
dalam penelitian, berikut ini akan disajikan skema kerangka pikir yang dapat dilihat
pada gambar 1 berikut ini :
Perusahaan manufaktur
Laporan Keuangan tahunan Data Harga Saham
Current Ratio
Harga SahamReturn On Invesment
Earning Per Share
23
Gambar 1. Kerangka Pikir
C. Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka pikir yang telah dikemukakan, maka
hipotesis yang diajukan penulis adalah, “diduga bahwa current rasio, return on
invensment, dan earning per share berpengaruh signifikan secara parsial maupun
secara simultan terhadap harga saham pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI)”.
Bursa Efek Indonesia
24
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Variabel Dan Desain Penelitian
1. Variabel Penelitian
Menurut Sugiyono (2007:2) “Variabel adalah salah satu atribut sifat dan nilai
dari individu, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang diharapkan
untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya”.
Variabel yang terkait dalam penelitian ini adalah :
a) Variabel Bebas, yaitu variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi
variabel lainnya (variabel terikat). Variabel bebas dalam penelitian ini
adalah:
- Curren Ratio (CR) yang disimbolkan dengan X1
- Return On Invesment (ROI) yang disimbolkan dengan X2
- Earning per share (EPS) yang disimbolkan dengan X3
b) Variabel Terikat (Y) yaitu tipe variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi
oleh variabel bebas. Variabel terikat pada penelitian ini adalah Harga Saham.
2. Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan suatu rancangan atau tata cara untuk
melaksanakan penelitian dalam rangka memperoleh data yang dibutuhkan. Penelitian
ini adalah studi empiris yang dilakukan pada Perusahaan Manufaktur yang sudah
terdaftar di bursa efek Indonesia dari tahun 2008- 2012. Alasan pemilihan lokasi
25
penelitian adalah kemudahan dalam memperoleh data pendukung yang telah tersedia
pada situs Bursa Efek Indonesia www.idx.ac.id.
Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan tahunan
perusahaan dan data-data pendukung lainnya. Data yang dibutuhkan dikumpulkan
dengan menggunakan teknik dokumentasi. Langkah selanjutnya setelah data
diperoleh yaitu menganalisis harga saham dan menganalisis variabel penelitian yang
mempengaruhi harga saham. Variabel yang dijelaskan adalah Current Ratio,Return
On Invesment dan Earning per share.
Data variabel independen dan variabel dependen dianalisis dengan
menggunakan analisis data statistik seperti analisis regresi berganda, uji asumsi
klasik, uji hipotesis terdiri dari uji t (Parsial) dan uji F (Simultan). Setelah semua
analisis data telah dilakukan maka hasil penelitian dapat disimpulkan.
Lebih jelasnya dapat digambarkan secara sederhana pada gambar desain penelitiaan
dibawah ini:
Kesimpulan dan Saran
Perusahaan manufaktur
Laporan Keuangan Tahunan Data harga saham
Dokumentasi
Current Ratio
Return On Invesment
Earning Per Share
Harga Saham
Analisis data:Analisis DeskriptifUji Asumsi Klasik
Analisis Regresi BergandaUji tUji F
Uji Koefisien Detrminasi
26
Gambar 2. Skema Desain Penelitian
B. Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel
1. Definisi Operasinal
a) Current Ratio (CR) merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk
menentukan likuiditas perusahaan atau kemampuan perusahaan untuk
segera memenuhi kewajiban jangka pendek yang harus segera dipenuhi.
Current Ratio memberikan informasi tentang aktiva lancer untuk menutup
Bursa Efek Indonesia
27
hutang lancar. Menurut Kasmir (2010 : 119) current rasio dihitung
dengan rumus:
Total aktiva lancar CR = --------------------------------- X 100 % Total utang lancar
b) Return On Invesment (ROI) adalah salah satu rasio profitabilitas untuk
mengetahui tingkat pengembalian investasi yang dapat diterima oleh
investor yang menanamkan modal/saham di perusahaan yang
bersangkutan. Menurut Kasmir (2010 : 136) return on invesment dapat
dihitung dengan rumus:
Laba sesudah bunga dan pajakROI = ---------------------------------------- X 100 %
Total aktiva
c) Earning per share (EPS) adalah salah satu rasio yang menggambarkan
laba bersih perusahaan yang diterima oleh setiap saham. Menurut Kasmir
(2010 : 139) earning per share dapat dihitung dengan rumus:
Laba setelah pajak
EPS = --------------------------------------- X Rp 1 Jumlah saham yang beredar
d) Harga saham adalah harga yang dibentuk dari interaksi para penjual dan
pembeli saham yang dilatar belakangi oleh harapan mereka terhadap
profit. Menurut Brealey, Myers dan Marcus (2007 : 172) Perhitungan
harga saham dapat menggunakan rumus :
28
DIVi P0 = r
Keterangan:
P0 = Harga saham.
DIVi = Deviden pada periode i.
r = required rate of return
2. Pengukuran Variabel
Variabel independen yang dianggap berpengaruh terhadap harga saham
adalah Current Ratio, Earning per share dan Return On Invesment yang diukur
dengan satuan persentase (%). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah harga
saham yang diukur dengan satuan rupiah (Rp). Adapun pengukuran masing-masing
variabel antara lain sebagai berikut :
- Current Ratio (CR) menurut kasmir (2010 : 119)
Total aktiva lancarCR = --------------------------- X 100 %
Total utang lancar
- Return On Invesment (ROI) menurut Kasmir (2010 : 136)
Laba setelah bunga dan pajak
ROI = ----------------------------------------- X 100 %Total aktiva
- Earning per share (EPS) menurut Kasmir (20101 : 139)
Laba setelah pajak EPS = --------------------------------------- X Rp 1
Jumlah saham yang beredar
29
- Harga saham menurut Brealey, Myers dan Marcus (2007 : 172) :
DIViP0 = ----------
r
C. Populasi Dan Sampel
1. Populasi
Populasi merupakan objek penelitian sebagai sarana untuk mendapatkan
dan mengumpulkan data. Menurut Sugiyono (2012:61) bahwa: “Populasi adalah
wilayah generalisasi yang terdiri atas : objek / subjek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya”.
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2008-20012,
sebanyak 129 perusahaan.
2. Sampel
Menurut Sugiyono (2012:62) “Sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Metode pengambilan sampel yang
digunakan adalah purposive random sampling, yakni metode yang berdasarkan pada
pertimbangan dan kriteria-kriteria tertentu. Kriteria sampel pada penalitian ini yaitu :
a. Perusahaan manufaktur yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak 1
Januari 2008 sampai dengan 31 Desember 2012 secara terus menerus.
b. Perusahaan manufaktur yang menerbitkan laporan keuangan selama periode
penelitian dan laporan keuangan berakhir 31 Desember
30
c. Perusahaan manufaktur yang menerbitkan laporan keuangannya dalam satuan
Rupiah.
Dari keselurahan perusahaan manufaktur terdapat 129 perusahaan
yang terdaftar selama periode 2008-2012, serta 22 perusahaan yang melaporkan
laporan keuangannya bukan dalam satuan Rupiah dan sebanyak 96 perusahaan yang
tidak menyajikan laporan keuangannya secara berturut-turut selama periode 2008-
2012. Maka diperoleh 11 perusahaan yang memenuhi kriteria di atas yang sekaligus
akan menjadi sampel penelitian. Berikut daftar perusahaan sampel :
Tabel 2
Perusahaan Sampel
No Nama Perusahaan Kode
1 PT. ASTRA INTERNATIONAL ASII
2 PT. ASTRA GRAFHIA ASGR
3 PT. ASTRA AUTOPARTS AUTO
4 PT. KALBE FARMA KLBF
5 PT. LION METAL WORKS LION
6 PT. LIONMESH PRIMA LMSH
7 PT. MERCK MERK
8 PT. SEMEN GRESIK SMGR
9 PT. SELAMAT SEMPURNA SMSM
10 PT. UNITED TRACTOR UNTR
11 PT. UNILEVER INDONESIA UNVR
31
D. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data atau informasi sebagai bahan analisis, teknik yang
digunakan yaitu :
1. Dokumentasi, yaitu memperoleh data dengan mengumpulkan dokumen
yang terkait dengan masalah penelitian yang berupa laporan keuangan
perusahaan yang masuk dalam jenis manufaktur yang terdaftar di BEI
selama periode 2008 – 2012 dan informasi harga sahamnya.
2. Kepustakaan, yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari perpustakaan
dengan mempelajari literatur dan karya ilmiah yang berhubungan dengan
judul penelitian sebagai landasan teori.
E. Teknik Analisis Data
1. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik dalam penelitian ini bertujuan untuk menguji ada tidaknya
penyimpangan atau masalah yang terjadi pada model regresi. Menurut Gujarati
(2003:334) bahwa “dalam analisis regresi perlu menghindari penyimpangan supaya
tidak timbul problem dalam menggunakan analisis regresi”. Oleh sebab itu dalam
penelitian ini diuji 3 asumsi klasik yaitu:
a. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah salah satu asumsi untuk menguji apakah data variabel
penelitian berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Untuk mengujinya
dilakukan dengan Uji Kolmogorof Smirnov, perhitungan dilakukan dengan Software
32
SPSS 20.0 for windows. Pengujian ini dilakukan dengan melihat nilai signifikasi
statistik yang dihasilkan dari perhitungan, jika sig.> 0,05 maka data adalah bersifat
distribusi normal.
b. Uji Multikolinieritas
Uji mutikolinieritas adalah salah satu asumsi untuk menguji ada tidaknya
korelasi antara variabel bebas yang satu dengan variabel bebas yang lain. Pengujian
dalam penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah antar variabel bebas yang
dimasukan dalam model regresi ini saling berkorelasi.
Pegujian multikolinieritas dapat dilakukan dengan cara meregresi model analisis
dan melakukan uji kolerasi antar variabel independent dengan menggunakan
tolerance value dan variance tolerance factor (VIF).Jika, nilai tolerance value lebih
besar dari 0,01 dan VIF lebih kecil dari 10 maka tidak terjadi multikolinieritas,
demikian juga sebaliknya (Imam Ghozali, 2001:63-67)
c. Uji heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk melihat apakah terdapat ketidaksamaan
varians dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang
memenuhi persyaratan adalah di mana terdapat kesamaan varians dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain tetap atau disebut homoskesastisitas..
mengetahui apakah variabel pengganggu dari model regresi memiliki varian yang
konstan. Jika ternyata varian dari pengganggu tidak konstan maka akan terjadi
masalah heteroskedastik. Dalam penelitian ini pengujian dilakukan dengan
menggunakan Uji Glejser, yaitu dengan cara meregres nilai absolut residual terhadap
33
variabel bebas. Keputusan dapat dilihat apabila nilai sig. t hitung > 0,05 maka ada
indikasi terjadi heteroskedasitas.
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi dilakukan untuk mengetahui apakah ada kolerasi antara
pengganggu pada periode waktu t dengan kesalahan pada periode waktu t-1
(sebelumnya), atau ada hubungan di antara variabel independent dalam
mempengaruhi variabel dependen. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas
dari autokorelasi. Pengujian autokorelasi dalam penelitian ini dilakukan dengan uji
Durbin Watson melalui program SPSS. Pengambilan keputusan ada tidaknya
autokorelasi ,jika nilai du< d < 4-du berarti tidak ada autokorelasi baik positif
maupun negatif.
2. Analisis data
1. Analisis rasio lancar / CR
Menurut Kasmir (2010:119) Analisis ini diperoleh dengan cara
membandingkan Aktiva lancar (Current assetss) terhadap utang lancar (Current
liabilities). CR dapat dihitung dengan rumus :
Total aktiva lancar CR = --------------------------------- X 100 % Total utang lancar
2. Analisis pengembalian investasi / ROI
Menurut Kasmir (2010:136) Analisis ini diperoleh dengan cara
membandingkan laba sesudah bungan dan pajak (earning after intrest and tax)
terhadap total aktiva (total assetss). ROI dapat dihitung dengan rumus :
34
Laba setelah bunga dan pajak ROI = ----------------------------------------- X 100 %
Total aktiva
3. Analisis laba per lembar saham / EPS
Menurut Kasmir (2010:115-116) Analisis ini diperoleh dengan
membandingkan laba bersih setelah pajak biasa dengan saham biasa yang beredar.
EPS dapat dihitung dengan rumus :
Laba bersih setelah pajak EPS = -------------------------------------- X Rp 1
Jumlah saham yang beredar
4. Analisis Harga saham
Menurut Brealey, Myers dan Marcus (2007 : 172) analisis ini diperoleh
dengan cara membandingkan deviden yang diperoleh pada periode tersebut dengan
selisih tingkat keuntungan yang diharapkan dengan pertumbuhan laba dimasa yang
akan datang. Harga saham dapat dihitung dengan rumus :
DIVi P0 = r
3. Analisis Regresi Linear Berganda
Menurut Imam Ghozali (2001:42) “regresi linier ganda merupakan persamaan
matematik yang menyatakan hubungan antara sebuah variabel tak bebas (variabel
respon) dengan variabel bebas (predikator)”. Analisis regresi linier ganda dalam
penelitian ini dilakukan untuk mengetahui persamaan regresi pengaruh perubahan
Current rasio, Return On Investmen dan Earning per sharet terhadap perubahan
35
harga saham. Model atau persamaan regresi yang diharapkan dapat dirumuskan
sebagai berikut:
Ŷ = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 (Sugiyono, 2012:275)
Keterangan:
Ŷ = Perubahan harga saham
Xı = Perubahan Current rasio
X2 = Perubahan Return On Investment
X3 = Perubahan Earning per share
a = Konstanta
b1; b2; b3 = Koefisien regresi
4. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi menunjukkan berapa persen (%) variasi nilai variabel
terikat (Y) dapat dijelaskan oleh variabel bebas (X). Rumus yang digunakan adalah
rumus koefisien determinasi oleh M. Arif Tiro (2002 : 232) dengan model sebagai
berikut :
R2 = JKRJKT
5. Uji T
Uji t digunakan untuk menguji signifikasi pengaruh secara parsial variabel
bebas (variabel independen) terhadap variabel terikat (variabel dependen) .
Penggunaan uji t bertujuan untuk mengetahui apakah Current Ratio, Return On
36
Invesment, dan Earning per share secara simultan mempunyai pengaruh terhadap
perubahan harga saham oleh M. Arif Tiro (2002 : 230) :
t = b 1sb1
dan t = b 2sb2
keterangan :
t = nilai t yang dihitung selanjutnya disebut t-hitung
b = koefisien regresi
sb1 = simpangan baku dari b
Kesimpulan :
Membandingkan nilai t hitung dengan nilai t tabel
Jika t tabel ≤ t hitung ≤ maka Ho diterima
Jika t hitung > t tabel maka Ho ditolak
6. Uji F
Uji F digunakan untuk mengetahui signifikasi pengaruh secara simultan
variabel bebas (variabel independen) terhadap variabel terikat (variabel dependen).
Penggunaan uji F bertujuan untuk mengetahui apakah Current Ratio, Return On
Invesment, dan Earning per share secara bersama-sama mempunyai pengaruh
terhadap perubahan harga saham.. Dengan langkah antara lain:
a. Merumuskan Hipotesis Nol dan Hipotesis alternatif
Ho : βı = β2 = β3 = 0
artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel independent.
Ho : β1 = β2 = β3 = 0
37
artinya terdapat hubungan yang signifikan antara variabel independent
dengan varibel dependen.
b. Kriteria pengujian
Ho diterima apabila: Fhitung ≤ Ftabel atau signifikasi > 0,05
Artinya Current Ratio, Return On Invesment, dan Earning per share secara
simultan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perubahan harga
saham.
Ho ditolak apabila : Fhitung > Ftabel atau signifikasi < 0,05
Artinya Current Ratio, Return On Invesment, dan Earning per share secara simultan
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perubahan harga saham.
c. Pengujian uji F
Untuk mencari F-hitung menggunakan rumus oleh Sugiyono (2012 : 235)
R² / (k -1) Fn = (1 - R²)/ (n – K)
Keterangan:
R² = Koefisien determinasi
k = Jumlah variabel bebas/independen
n = Jumlah sampel/data
d. Kesimpulan
Membandingkan nilai F dengan nilai F
Jika Fhitung ≤ Ftabel maka Ho diterima
Jika Fhitung > Ftabel maka Ho ditolak
38
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Bursa Efek Indonesia (BEI)
1. Sejarah Singkat Bursa Efek Indonesia
Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak kolonia Belanda dan tepatnya
pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan oleh pemerintah Hindia
Belanda untuk kepentingan pemerintah colonial atau dikenal dengan sebutan VOC.
Tujuannya adalah untuk menghimpun dana guna menunjang ekspansi usaha
perkebunan milik orang Belanda di Indonesia. Investor yang berperan saat itu adalah
orang-orang Belanda dan orang-orang Eropa lainnya, sedangkan efek yang
diperdagangkan adalah saham dan obligasi milik perusahaan Belanda yang ada di
Indonesia maupun yang diterbitkan oleh pemerintah Hindia Belanda.
Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan
pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada
beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman. Hal tersebut
disebabkan oleh beberapa factor seperti perang dunia I dan II. Perpindahan kekuasaan
dari pemerintah colonial kepada pemerintah Republik Indonesia, dan berbagai
kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek tidak dapat berjalan sebagaimana
mestinya.
39
Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada
tahun 1977. Untuk mendorong kegiatan bursa efek, awalnya pemerintah memberikan
fasilitas perpajakan kepada perusahaan yang terdaftar di bursa efek dan kepada
investor serta lembaga penunjang yang terkait seperti broker dan dealer. Tertapi hal
ini tidak berlangsung lama, dengan dikeluarkannya peraturan perpajakan tahun 1983,
fasilitas ini kemudian dihapus kecuali untuk pajak penghasilan atas bunga deposito
dan tabungan lainnya yang ditunda pemungutannya.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, kemudian pemerintah mengeluarkan
paket-paket deregulasi, diantaranya paket Desember 1988 yang berhubungan dengan
bursa efek yaitu dikenakannya pajak penghasilan atas bunga deposito dan tabungan
berjangka lainnya. Disamping itu, isi deregulasi lain yang penting adalah
diperbolehkannya investor asing melakukan akses dibursa efek. Dengan adanya paket
deregulasi ini, makan investasi dibursa efek kembali menarik. Karena pengenaan
pajak final atas tabungan akan berdampak pada masyarakat kembali tertarik untuk
melakukan kembali investasi di bursa efek.
Sebagai tanggapan atas dikeluarkannya paket deregulasi desember 1987 dan
Desember 1988 tentang diperbolehkannya swastanisasi bursa efek maka sejak 13 juli
1992, Bursa Efek Jakarta berubah menjadi perusahaan swasta yaitu PT Bursa Efek
Jakarta. Pemilik Saham adalah perusahaan efek yang menjadi anggota bursa. Pada
tahun yang sama BAPEPAM yang mulanya sebagai badan pelaksana pasar modal
berubah menjadi Badan Pengawas Pasar Modal. Pada tahun 1993 berdiri penunjang
40
pasar modal, yaitu lembaga kliring dan penyelesaian, yaitu PT Kustodian Depositor
Efek Jakarta (KDEI) dan pada tahun 1994 berdiri PT Pemeringkat Efek Indonesia.
Seiring dengan perkembangan kegiatan di bursa, pemerintah memberikan
kemudahan mengantur operasional pelaksanaan bursa efek. Terakhir pemerintah
bersama-sama dengan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menyusun UU Nomor. 8
transaksi bursa efek di Indonesia beserta lembaga-lembaga penunjangnya
memperoleh kepastian hukum dalam menjalankan misinya. Bahkan dalam rangka
meningkatkan kinerja perusahaan efek, pemerintah melakukan perubahan PP Nomor
45 tahun 1995 tentang penyelenggaraan kegiatan di bidang pasar modal, dengan
mengeluarkan PP Nomor 12 tahun 2004, pada tanggal 2 Maret tahun 2004.
Berbagai upaya terus dilakukan oleh Bursa Efek Jakarta untuk meningkatkan
pelayanan kepada pada pelaku pasar modal. Salah satunya adalah menyusun format
standar laporan emiten kepada BEJ dengan tujuan penyeragaman penyampaian
laporan serta kelengkapan informasi. Pada tahap ini emiten akan mengirimkan
laporan sesuai denga format dalam bentuk hard copy (kertas), sekarang ini
ditingkatkan dalam bentuk laporan secara elektronik.
Selanjutnya mengarah pada system administrasi tanpa kertas (paperless),
dengan system ini semua laporan harus disampaikan melalui computer sehingga
informasi yang disampaikan akan real time. Bahkan saat ini BEJ telah memanfaatkan
teknologi informasi dengan diterapkannya on line trading yang memungkinkan
pemodal melakukan transaksi atau order melalui computer secara otomatis.
41
Perkembangan Pasar Modal Indonesia setelah tahun 1998 menunjukkan
jumlah yang sangat signifikan. Bahkan perna dikatakan bahwa Pasar Modal Indonesia
merupakan pasar modal dengan pekembangan tercepat didunia. Apabila di tahun
1998 tercatat 24 emiten, pada tahun 2004 tercatat 217 emiten dan data bulan Juli 2004
jumlah perusahaan yang telah go public terdapat 317 emiten. Di Indonesia terdapat
dua bursa efek yakni Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES) yang
memperdagangkan obligasi.
Pada tanggal 3 Desember 2007 Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya
(BES) digabung mejadi Bursa Efek Indonesia. Adapun alasannya penggabungan
kedua bursa tersebut adalah :
a. Alasan efesiensi. Salah satu efesiensi yang dinikmati para pelaku dengan
penggabungan tersebut adalah makin kecilnya biaya yang mesti mereka
keluarkan.
b. Tren dan keharusan. Dari sisi bursa sendiri, penyatuan bursa di sejumlah
negara maju sudah menjadi tren. Karenanya penggabungan bursa tampak
sudah menjadi kaharusan dalam beberapa tahun terakhir ini saja, bursa-
bursa dunia terus melakukan penggabungan dalam rangka efesiensi dan
persiapan persaingan global.
c. Fleksibel dan focus. Kalau selama ini investor dan perusahaan untuk
masuk ke pasar modal hanya mengenal surat utang, obligasi atau saham,
tentunya instrument pasar tidak hanya itu. Banyak produk investasi yang
belum tergarap atau bias sekelompok obligasi atau surat utang yang
42
kemudian disekuritasisasi menjadi produk baru yang dikembangkan oleh
pelaku pasar.
2. Struktur Organisasi Bursa Efek Indonesia
Susunan organisasi PT Bursa Efek Indonesia (BEI) terdiri dari:
a. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) merupakan kekuasaan tertinggi
dalam PT Bursa Efek Indonesia. Dalam RUPS ini dipilih dewan komisaris dan
dewan direktur.
b. Dewan Komisaris
c. Dewan Direktur, terdiri dari:
1) Direktur Utama, yang secara lansung membawahi direktur pemeriksaan,
direktur operasi, direktur komunikasi, direktur sekretaris dan peneliti
senior.
2) Direktur Pemeriksaan yang membawahi 4 divisi, yaitu: Divisi
pengawasan, Divisi Umum, Divisi Pemeriksaan Anggota Bursa, dan
Divisi Pemeriksaan Internal.
3) Direktur Operasi, membawahi Direktur Pencatatan, Direktur
Perdagangan, Direktur Keanggotaan, dan Direktur Administrasi.
4) Direktur Pencatatan membawahi dua divisi yaitu: Divisi Pencatatan
Sektor Pabrikan, dan Divisi Pencatatan Sektor Jasa.
5) Direktur Perdagangan, membawahi dua divisi yaitu: Divisi Perdagangan,
Divisi Riset dan Pengembangan.
6) Direktur Keanggotaan memimpin Divisi Keanggotaan.
43
7) Direktur Administrasi, membawahi empat divisi yaitu: Divisi Keuangan,
Divisi Umum, Divisi Sumber Daya Manusia, dan Divisi Teknologi
Informasi.
8) Direktur Komunikasi Perusahaan.
9) Direktur Sekretaris Perusahaan
10) Peneliti Senior.
3. Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Berikut ini disajikan sejarah singkat perusahaan - perusahaan yang menjadi
sampel penelitian :
a. PT Astra Internasional Tbk
Astra berdiri pada tahun 1957 sebagai perusahaan perdagangan. Seiring
dengan perjalanan waktu, Astra membentuk kerja sama dengan sejumlah perusahaan
kelas dunia. Saat ini Astra bergerak dalam enam bidang usaha yaitu: Otomotif; Jasa
Keuangan; Alat Berat dan Pertambangan, Agribisnis, Teknologi Informasi,
Infrastruktur dan Logistik. Di usia yang ke-55 tahun saat ini, Astra telah berkembang
menjadi salah satu perusahaan terbesar nasional yang diperkuat dengan 185.580
orang karyawan di 170 perusahaan termasuk anak perusahaan, perusahaan asosiasi
dan jointly controlled entities.
b. PT Astra Grafhia Tbk
Astragraphia mengawali perjalanan bisnis pada tahun 1971 sebagai Divisi
Xerox di PT Astra Internasional yang kemudian dipisahkan menjadi badan hokum
44
sendiri pada tahun 1975. Pada tanggal 22 April 1976 Astragraphia ditunjuk secara
langsung sebagai distributor ekslusif dari Fuji Xerox Co. Ltd. Jepang di seluruh
Indonesia dengan ruang lingkup usaha sebagai penyedia perangkat perkantoran.
Sejalan dengan tuntutan kebutuhan pelanggan yang dinamis dan
perkembangan teknologi khususnya teknologi informasi & komunikasi, sejak tahun
1990-an Astragraphia mulai merintis transformasi bisnis menjadi penyedia Solusi
Teknologi Informasi. Saat ini astragraphia memantapkan ruang lingkup usaha sebagai
penyedia bisnis berbasis teknologi dokumen, informasi & komunikasi atau yang
dikenal dengan sebutan DICT (Document, Information & Communication
Technology). Kantor pusat Astragraphia terletak di Jalan Kramat Raya 43, Jakarta
10450, dan memiliki 77 titik layan di 22 kantor cabang yang tersebar di seluruh
Indonesia.
c. PT Astra Autoparts Tbk
PT Astra Otoparts Tbk (Astra Otoparts) adalah perusahaan komponen
otomotif terkemuka Indonesia yang memproduksi dan mendistribusikan suku cadang
kendaraan bermotor baik kendaraan roda dua maupun roda empat. Saat ini
perusahaan telah bertransformasi menjadi perusahaan industri komponen otomotif
terbesar di Indonesia yang didukung oleh 6 unit bisnis dan 33 anak perusahaan
dengan 34.566 orang karyawan.
d. PT Kalbe Farma Tbk
PT Kalbe Farma Tbk, merupakan perusahaan multinasional yang
memproduksi farmasi, suplemen, nutrisi dan layanan kesehatan yang bermarkas
45
di Jakarta, Indonesia. Perusahaan ini menghasilkan berbagai macam-macam
bahan farmasi. Kalbe Farma telah berhasil memposisikan merek-mereknya sebagai
pemimpin di dalam masing-masing kategori terapi dan segmen industri tidak hanya di
Indonesia namun juga di berbagai pasar internasional, dengan produk-produk
kesehatan dan obat-obatan yang telah senantiasa menjadi andalan keluarga seperti
Promag, Mixagrip, Woods, Komix, Prenagen dan Extra Joss.
e. PT Lion Metal Works Tbk
PT Lion Metal Works Tbk (‘Perseroan’) didirikan pada tanggal 16 Agustus
1972 di Jakarta dalam rangka Penanaman Modal Asing yang merupakan kerjasama
antara pengusaha Idonesia, perusahaan Singapura dan Malaysia, Pada awal kegiatan
operasi, Perseroan memproduksi peralatan perkantoran dan kemudian berkembang
dengan memproduksi peralatan pergudangan, kanal ‘C’, bahan bangunan dan
konstruksi, peralatan rumah sakit, brankas dan peralatan pengaman (safe and security
equipment).
Dan kemudian dikategorikan dalam kelompok produk. Pada awalnya
Perseroan hanya memiliki plant di Jakarta, kemudian pada tahun 1997 menambah 1
plant di Jakarta, dan 1 plant di Sidoarjo, Jawa Timur. Luas tanah di Jakarta 37.130 m2
dengan luas bangunan sekitar 28.500m2 sedangkan luas tanah di Sidoarjo sebesar
26.000m2 dengan bangunan seluas 1.017m2. Pada tahun 2007, Perseroan membeli
sebuah gudang di Sidoarjo, Jawa Timur dengan luas
46
544m2. Pada tahun 2011, Pemerintah menyatakan bahwa daerah Sidoarjo merupakan
daerah bencana sehingga plant di Sidoarjo diambil alih oleh Pemerintah pada tahun
2012. Sampai dengan saat ini Perseroan mempunyai kapasitas produksi terpasang
60.000 ton per tahun yang terbagi dalam 5 kelompok produk.
f. PT Lion Mesh Prima Tbk
PT Lionmesh Prima Tbk ( perseroan ) semula bernama PT Lion Weldmesh Prima,
didirikan di Jakarta pada Tanggal 14 Desember 1982 dalam rangka Penanaman Modal Dalam
Negeri (PMDN), bergerak dalam bidang industri jarring kawat baja las. Perseroan ini mulai
memproduksi Jaring kawat Baja Las (Welded Wire Mesh) sejak pertengahan tahun 1984
dengan merek LIONMESH yang diproduksi dalam berbagai ukuran dengan permukaan
kawat atau ulir. Produk tersebut dikemas dalam bentuk lembaran atau gulungan. Perseroan
merupakan perusahaan pertama yang memproduksi dan memasarkan jarring kawat baja las
ulir di pasaran Indonesia.
g. PT Merck Tbk
Merck adalah sebuah perusahaan farmasi, bahan kimia dan ilmu hayati (life science)
global, yang berdiri sejak tahun 1668. Di seluruh dunia, grup Merck mamiliki sekitar 40.000
karyawan di 67 negara. Produk-produk Merck dikenal dan diproduksi diseluruh dunia. Obat-
obat inovatif baik kimia dan biologi, poduk obat bebas, Kristal cair untuk display LC, Merck
pigment untuk pelapis, plastik dan industry cetak, serta produk dan layanan untuk riset
farmasi dan bioteknologi. Produk dan layanan Merck sangatlah terpercaya dimanapun.
h. PT Semen Gresik Tbk
47
PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (dahulu PT Semen Gresik (Persero) Tbk)
adalah pabrik semen yang terbesar di Indonesia. Saat ini kapasitas terpasang Semen
Indonesia sebesar 29 juta ton semen per tahun, dan menguasai sekitar 42% pangsa
pasar semen domestik. Semen Indonesia memiliki anak perusahaan PT Semen
Padang PT Semen Tonasa dan Thang Long Cement.
i. PT Selamat Sempurna Tbk
PT Selamat Sempurna Tbk. (“Perseroan”) didirikan di Indonesia pada tanggal
19 Januari 1976. Pada tahun 1994, Perseroan mengakuisisi PT Andhi Chandra
Automotive Products (ACAP). Selanjutnya pada tahun 1995, Perseroan juga
melakukan kegiatan investasi pada PT Panata Jaya Mandiri, suatu.
Perusahaan patungan (joint venture) bersama Donaldson Company Inc, USA.
Untuk terus mendukung rencana pengembangan Perseroan, maka pada akhir tahun
2000 Perseroan telah mendirikan dan meresmikan Training Center, sebuah fasilitas
pengembangan sumber daya manusia untuk mencetak tenaga teknis dan manajemen
yang handal. Pada bulan Januari 2012, Perseroan menandatangani perjanjian
kerjasama dengan Tokyo Radiator MFG. Co., Ltd., (Tokyo Radiator), untuk
membentuk PT Tokyo Radiator Selamat Sempurna (TRSS). TRSS bergerak dalam
bidang industri radiator dan produk terkait dan berdomisili di Tangerang, Indonesia.
j. PT United Tractor Tbk
48
PT Uited Tractors Tbk merupakan distributor tunggal alat berat komatsu yang
mulai beroperasi di Indonesia pada tahun 1972. Selain dikenal sebagai distributor alat
berat terkemuka di Indonesia United Tractors juga aktif bergerak di bidang kontraktor
penambangan dan usaha pertambangan. Pendapatan United Tractors berasal dari
penjualan alat berat (mesin konstruksi) Komatsu, Nissan Diesel, Scania, Bomag,
Valmet dan Tadano.
k. PT Unilever Tbk
PT Unilever Indonesia Tbk bergerak dalam bidang produksi sabun, deterjen,
margarin, minyak sayur dan makanan yang terbuat dari susu, es krim, makanan dan minuman
dari teh, produk-produk kosmetik, dan produk rumah tangga. Unilever Indonesia didirikan
pada tahun 1933 sebagai Zeepfabrieken N.V. Lever. Pada tahun 1997, nama perusahaan
diubah menjadi PT Unilever Indonesia Tbk. Beberapa merek terkenal milik Unilever adalah:
Rinso, Sunsilk, Dove, dan Clear.
4. Pusat Informasi Pasar Modal (PIPM)
Pusat Informasi Pasar Modal (PIPM) merupakan tempat yang menyediakan
jasa/pelayanan komunikasi dan edukasi bagi komunitas bisnis dan masyarakat umum
yang tertarik akan informasi pasar modal. PIPM juga menyediakan jasa konsultasi
khusus bagi perusahaan yang akan go public. Aktivitas utamanya antara lain transaksi
perdagangan dengan informasi terbaru, training/workshop, dan seminar-seminar pasar
modal.
PIPM Makassar merupakan perpanjangan tangan dari Bursa Efek Indonesia (BEI) di
Makassar dalam memperkenalkan pasar modal. PIPM merupakan sub unit
49
pengembangan pasar modal. PIPM Makassar didirikan pada tanggal 27 Agustus
1997. Struktur organisasi PIPM Makassar terdiri dari Kuasa Perwakilan PT Bursa
Efek Indonesia (BEI) dan Staf Komunikasi Publik.
B. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Penyajian Data
a. Current Rasio
Current Rasio merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan
aktiva yang dimiliki. Semakin tinggi rasio ini menunjukkan bahwa likuiditas suatu
perusahaan semakin baik dan hal tersebut dapat menjadi daya tarik investor untuk
menanamkan sahamnya pada perusahaan. Sehingga harga saham pada perusahaan
yang bersangkutan dapat mengalami peningkatan. Current rasio dapat diukur dengan
rumus seperti yang telah dikemukakan sebelumnya yaitu :
Current Rasio= TotalUtang LancarTotal Aktiva Lancar
x 100 %
Adapun hasil perhitungannya ditampilkan pada tabel berikut :
Tabel 3 : Hasil Perhitungan Current Rasio (CR) tahun 2008-2012 pada
Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI ( Dalam Satuan Persen (%) ).
No. Kode 2008 2009 2010 2011 2012
Perusahaan
1 ASGR 124,7 144,7 151,0 159,2 159,3
2 ASII 1,3 1,4 1,3 1,3 1,4
3 AUTO 2,1 2,2 1,7 1,3 1,2
4 KLBF 333,4 298,7 439,4 365,3 340,6
50
5 LION 8,7 8,0 8,7 7,0 9,3
6 LMSH 2,6 2,1 2,3 2,3 4,0
7 MERK 7,8 5,0 6,2 7,5 3,9
8 SMGR 338,6 358,2 291,8 264,7 170,6
9 SMSM 182 159 217 240 194
10 UNTR 1,6 1,7 1,6 1,7 2,0
11 UNVR 310,3 100,3 85,1 68,4 66,8
Rata-rata 182 159 271 240 194
Min. 1,3 1,4 1,3 1,3 1,2
Max. 338,6 358,2 439,4 365,3 340,6
Sumber: Laporan Keuangan Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (data diolah).
Berdasarkan rata – rata tabel diatas, PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) merupakan
perusahaan yang memiliki kontribusi yang paling besar terhadap Current Rasio
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Untuk tahun 2009, diantara sebelas perusahaan yang ada pada tabel diatas
enam diantaranya mengalami penurunan Current Rasio, penurunan tersebut
kemungkinan besar disebabkan oleh menurunnya jumlah aktiva lancar yang akan
digunakan untuk menutupi kewajiban lancar yang dimiliki oleh perusahaan tersebut.
Sedangkan lima perusahaan lainnya pada tahun 2009 mengalami peningkatan
Current Rasio, hal ini menunjukkan bahwa perusahaan memiliki aktiva lancar yang
cukup besar untuk memenuhi kewajiban lancar, serta hal tersebut menunjukkan
bahwa perusahaan tersebut tingkat likuiditasnya baik.
Pada tahun 2010 keadaan Current Rasio tidak berbeda jauh dari periode
sebelumnya dimana ada lima perusahaan yang mengalami penurunan Current Rasio.
Pada tahun 2011 keadaan Current Rasio masih seperti pada keadaan periode
sebelumnya yang dimana hanya ada lima perusahaan yang mengalami penurunan
51
Current Rasio dan enam lainnya justru mengalami peningkata. Pada tahun 2012
keadaan Current Rasio tetap tidak berbeda jauh dari periode – periode sebelumnya
dimana sebagian besar perusahaan mengalami penurunan Current Rasio.
Dari lima periode tersebut, terlihat bahwa di tahun 2009 angka Current Rasio
untuk sebagian perusahaan mengalami penurunan dan hal tersebut terjadi hingga
tahun 2012. Diperkirakan keadaan tersebut disebabkan oleh kurangnya kemampuan
perusahaan untuk menutupi kewajiban lancar yang akan segera jatuh tempo dengan
menggunakan aktiva yang dimiliki. Sehingga dengan melihat keadaan Current Rasio
dari tahun 2009 sampai 2012 yang terus mengalami penurunan disebagian perusahaan
maka diprediksikan pada periode selanjutnya hal tersebut bias saja kembali terjadi.
b. Return On Invesment
Return On Invesment merupakan rasio keuangan yang menggambarkan
kemampuan perusahaan dalam memperoleh keuntungan atas aktiva yang dimiliki.
Semakin tinggi rasio ini akan menggambarkan semakin baik kinerja manajemen
dalam mengelolah aktiva yang dimilki. Selain itu Return On Invesment juga
menggambarkan tingkat profitabilitas suatu perusahaan, semakin tinggi rasionya
maka akan semakin menarik buat para investor untuk melakukan penanaman modal
dalam bentuk saham dan secara otomatis harga saham untuk perusahaan yang
rasionya tinggi akan mengalami kenaikan. Return On Invesment dapat diukur dengan
rumus seperti yang telah dikemukakan sebelumnya yaitu :
ReturnOn Invesment=Laba set . bunga dan pajakTotal Aktiva
x 100 %
Adapun hasil perhitungannya dapat ditampilkan pada tabel berikut:
52
Tabel 4 : Hasil Perhitungan Return On Invesment (ROI) tahun 2008-2012 pada
Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI ( Dalam Satuan Persen (%) ).
No. Kode 2008 2009 2010 2011 2012
Perusahaan
1 ASGR 7,4 8,6 12,0 12,4 13,8
2 ASII 14 14 15 14 12
3 AUTO 14,2 16,5 22 16 13
4 KLBF 12,4 14,3 18,3 18,0 18,4
5 LION 16,3 20,1 15,5 16,4 22,2
6 LMSH 25,5 5,3 9,4 11,1 32,1
7 MERK 26,1 33,8 27,3 39,6 18,9
8 SMGR 23,8 25,7 23,3 19,9 18,2
9 SMSM 11 15 15 18 19
10 UNTR 18,2 21,2 14,3 15,5 11,9
11 UNVR 52,7 56,3 52,2 53,1 54,2
Rata-rata 12,5 14,5 17,3 16 14,7
Min. 7,4 5,3 9,4 11,1 11,9
Max. 52,7 56,3 52,2 53,1 54,2
Sumber: Laporan Keuangan Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (data diolah).
Tabel 3 diatas menunjukkan rentabilitas perusahaan yang diukur dengan
menggunakan Return On Invesment (ROI), dimana nilai ROI akan menjukkan
seberapa besar kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba, semakin tinggi nilai
ROI menunjukkan bahwa perusahaan mampu menghasilkan laba atas akitva yang
dimiliki. Laba yang dihasilkan tersebut dapat mempengaruhi harga saham
perusahaan.
Pada tahun 2009 dari sebelas perusahaan, sepuluh diantaranya nilai Return
On Invesmentnya mengalami peningkatan, sedangkan pada PT Lionmesh Prima
(LMSH) mengalami penurunan nilai Return On Invesment kemungkinan besar
penurunan tersebut disebabkan menurunnya laba yang dihasilkan oleh perusahaan
53
tersebut. Beda halnya yang terjadi pada tahun 2010 dimana dari sebelas perusahaan
terdapat lima perusahaan yang mengalami penurunan nilai Return On Invesment, dan
pada tahun 2011 nilai dari Return On Invesment dari sebels perusahaan meningkat di
tujuh perusahaan sedangkan empat diantara mengalami penurunan.
Hal tersebut menunjukkan bahwa laba yang dihasilkan oleh perusahaan
mengalami fluktuasi sehingga keuntungan yang dihasilkan atas aktiva yang dimiliki
juga mengalami fluktuasi. Hal yang tidak berbeda juga terjadi ditahun 2012 dimana
lima dari sebelas perusahaan mengalami penurunan nilai Return On Invesment dan
enam diantaranya mengalami penurunan.
Dari hal tersebut dapat dilihat bahwa di lima periode pada tahun 2009 hanya
PT Lionmesh Prima (LMSH) yang nilai Return On Invesmentnya mengalami
penurunanan dan sisanya mengalami kenaikan, dan ditahun 2010 sampai 2012 hanya
sebagian perusahaan yang mengalami kenaikan dan sebagian lagi mengalami
penurunan nilai Return On Invesment. Kemungkinan besar hal tersebut di sebabkan
oleh nilai aktiva yang menurun sehingga keuntungan yang diperoleh akan ikut
menurun juga.
c. Earning Per Share
Earning Per Share merupakan rasio keuangan yang menggambarkan tingkat
keuntungan yang diperoleh oleh pemegang saham dari setiap lembar saham yang
dimiliki. Earning Per Share juga menunjukkan keberhasilan manajemen dalam
mencapai keuntungan bagi pemegang saham, semakin tinggi nilai Earning Per Share
akan memberikan dampak yang baik bagi perusahaan, sebab Earning Per Share yang
54
tinggi menunjukkan adanya keberhasilan dalam mencapai keuntungan yang
diperuntukkan bagi para pemegang saham. Earning Per Share dapat diukur dengan
rumus seperti yang telah dikemukakan sebelumnya yaitu :
EPS= Laba bersih set . pajakJumlahSaham BiasaYang Beredar
x Rp 1
Adapun hasil perhitungannya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 5 : Hasil Perhitungan Earning Per Share (EPS) tahun 2008-2012 pada
Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI ( Dalam Satuan Rupiah (Rp) ).
No. Kode 2008 2009 2010 2011 2012
Perusahaan
1 ASGR 46 50 88 103 127
2 ASII 227 248 355 439 480
3 AUTO 734 996 1480 2610 2730
4 KLBF 37 158 137 158 37
5 LION 727 646 743 1010 1641
6 LMSH 926 250 766 1135 4300
7 MERK 4400 6549 5303 10320 4813
8 SMGR 426 566 613 662 817
9 SMSM 64 92 104 147 162
10 UNTR 884 1147 1164 1657 1549
11 UNVR 315 399 444 549 634
Rata-rata 798.7273 1009.182 1017.909 1708.182 1571.818Min. 37 50 88 103 37
Max. 4400 6549 5303 10320 4813
Sumber: Laporan Keuangan Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (data diolah).
Tabel 4 diatas menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
laba atas saham yang dimiliki. Hal tersebut diukur dengan menggunakan rasio
keuangan Earning Per Share (EPS). Dimana nilai EPS yang semakin tinggi
menandakan bahwa perusahaan tersebut mampu memberikan tingkat kesejahteraan
yang lebih baik kepada pemegang saham, sedangkan nilai EPS yang rendah
55
menandakan bahwa perusahaan tersebut gagal memberikan kemanfaatan
sebagaimana yang diharapkan oleh pemegang saham.
Hal tersebut akan memberikan dampak pada harga saham, dimana EPS yang
tinggi maka harga sahamnya akan meningkat juga dan begitu pula sebaliknya
Pada tahun 2009 delapan dari sebelas perusahaan nilai Earning Per Sharenya
mengalami peningkatan dan tiga lainnya mengalami penurunan kemungkinan besar
hal tersebut disebabkan menurunya jumlah laba yang dihasilkan. Hal yang tidak
berbeda jauh juga terjadi ditahun 2010 dimana, Sembilan dari sebelas perusahaan
mengalami peningkatan nilai Earning Per Share dan dua diantaranya mengalami
penurunan nilai Earning Per Share. Dan ditahun 2011 nilai Earning Per Share
mengalami peningkatan di semua perusahaan. Sedangkan ditahun 2012 peningkatan
nilai Earning Per Share terjadi di delapan perusahaan dari sebelas perusahaan
Hal tersebut menunjukkan bahwa laba yang dihasilkan serta jumlah saham
yang beredar di pasar mengalami peningkatan jumlah sehingga laba yang dihasilkan
untuk setiap lembar saham juga mengalami peningkatan di hamper semua
perusahaan, namun ada pula perusahaan yang mengalami EPSnya mengalami
fluktuasi.
Dari gambaran tersebut dapat dilihat bahwa pada periode 2009-2012 nilai
Earning Per Share delapan dari sebelas perusahaan mengalami peningkatan
sedangkan tiga lainnya yaitu : PT Kalbe Farma Tbk. (KLBF), PT Lion Metal Works
Tbk. (LION) dan PT. Merck Tbk. (MERCK) mengalami fluktuasi nilai Earning Per
56
Share. Kemungkinan hal tersebut disebabkan oleh laba yang dihasilkan juga
mengalami fluktuasi sehingga laba per lembar sahamnya juga berfluktuasi.
d. Harga Saham
Harga saham merupakan harga saham yang berlaku di pasar yang terbentuk dari
kesepakatan antara penjual yang merupakan bukti dari kepemilikan suatu saham.
Harga saham mencerminkan nilai perusahaan, semakin tinggi nilai harga saham
semakin tinggi pula nilai perusahaan tersebut begitupun sebaliknya. Harga saham
dapat diukur dengan rumus yang telah dikemukakan sebelumnya yaitu :
P 0= DIVir
Adapun hasil perhitungannya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 6 : Hasil Perhitungan Harga Saham (HS) tahun 2008-2012 pada
Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI ( Dalam Satuan Rupiah (Rp) ).
No. Kode 2008 2009 2010 2011 2012
Perusahaan
1 ASGR 200 315 690 1140 1370
2 ASII 10.550 34700 54550 7400 7600
3 AUTO 3500 5750 17850 3400 3700
4 KLBF 400 1300 3250 680 1060
5 LION 3075 2100 3800 5250 10400
6 LMSH 3600 2400 4800 5000 10500
7 MERK 35500 80000 96500 132500 152000
8 SMGR 4175 7750 9450 11450 15850
9 SMSM 650 750 1070 1360 2525
10 UNTR 4400 15500 23800 26350 19700
11 UNVR 7800 11050 16500 18800 20850
Rata-rata 5755.505 14692.27 21114.55 19393.64 22323.18Min. 200 315 690 680 1370
Max. 35500 80000 96500 132500 152000
Sumber: Laporan Keuangan Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (data diolah).
57
Tabel 5 diatas menunjukkan nilai perusahaan yang diukur dengan harga
saham, dimana nilai harga saham yang semakin tinggi maka akan semakin tinggi pula
nilai perusahaan tersebut begitupun sebaliknya.Pada periode 2008-2012 Dari sebelas
perusahaan yang menjadi sampel empat diantaranya yaitu PT Lion Mesh Prima Tbk.
(LMSH), PT Merck Tbk. (MERK), PT Semen Gresik Tbk. (SMGR), PT Selamat
Sempurna Tbk. (SMSM) dan PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR) mengalami
peningkatan nilai harga saham.
Hal ini kemungkinan besar karena perusahaan – perusahaan tersebut pada
tahun 2008-2012 memperoleh keuntungan atau laba dari penjualan saham.Dimana
laba atas saham tersebut merupakan tanda atau informasi bagi investor mengenai
prospek perusahaan dimasa yang akan datang dan dianggap sebagai signal yang
menguntungkan investor, sehingga menimbulkan reaksi pada pasar modal.
Hal tersebut,tidak lepas dari makanisme yang dibentuk oleh pasar yang
tergantung pada permintaan dan penawaran. Bila permintaan terlalu tinggi maka
harapan pasar sangat optimis terhadap suatu perusahaan, mungkin karena perusahaan
sejatinya memang bagus, jadilah harga saham perusahaan tersebut tinggi. Sedangkan
untuk tujuh perusahaan lainnya, harga sahamnya mengalami fluktuasi. Hal ini
diperkirakan pada tahun tertentu kondisi pasar menurun,baik karena kondisi
perekonomian atau memang prospek kegiatan operasional perusahaan menurun,
sehingga laba dan pembagian deviden perusahaan ikut menurun.
Hal ini merupakan signal negative bagi para investor. Karena dapat
mempengaruhi prospek perusahaan kedepannya untuk menghindari kerugian para
58
investor menjual atau mengalihkan investasinya. Secara umum, harga saham pada
perusahaan manufaktur mengalami fluktuasi. Hal tersebut dapat dilihat dari kesebelas
perusahaan yang harga sahamnya mengalami peningkatan atau penurunan pada tahun
– tahun tertentu.
2. Analisis Data
a. Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
Uji ini bertujuan untuk menguji data variabel bebas (X) dan data variabel
terikat (Y) pada persamaan regresi yang dihasilkan. Persamaan regresi dikatakan baik
jika mempunyai data variabel bebas dan data variabel terikat berdistribusi mendekati
normal atau normal sama sekali. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual
berdistribusi normal yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik. Variabel (bebas atau
terikat) berdistribusi normal jika Z hitung < Z table, sedangkan variabel berdistribusi
tidak normal jika Z hitung > Z table. Untuk menguji normalitas dalam penelitian ini
menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov, dengan uji ini dapat diketahui bahwa data
yang digunakan dalam penelitian ini berdistribusi normal atau tidak.
Tabel 7 : Uji Normalitas dengan menggunakan One Sampel Kolmogorov –
Smirnov
59
Tabel One Sample Kolmogorov - Smirnov
Unstandardized Residual
N 11
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation 6.03111959E3
Most Extreme Differences
Absolute .204
Positive .134
Negative -.204
Kolmogorov-Smirnov Z .678
Asymp. Sig. (2-tailed) .748
a. Test distribution is Normal.Sumber : Hasil Olah Data SPSS
Pada tabel 7 dapat dilihat nilai probabilitas sebesar 0,748
atau sebesar 74,8%, nilai tersebut lebih besar dari 0,05 yang berarti
sebaran data berdistribusi normal. Karena data tersebut
berdistribusi normal maka model regresi yang ada layak untuk
dipakai.
2. Uji multikolinieritas
Uji Multikolinieritas dilakukan untuk mengetahui tingkat ke-eratan hubungan
antar variabel bebas. Model yang baik seharusnya tidak terjadi diantara variabel
indpendennya. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas dalam model
regresi adalah untuk menggunakan analisis matriks korelasi antara variabel bebas dan
60
perhitungan nilai VIF dan nilai Tolerance. Pedoman suatu model regresi yang bebas
multikolinieritas mempunyai tolerence value di atas angka 0,1, sedangkan batas VIF
adalah 10.. Hasil perhitungan korelasi dengan program SPSS dapat dilihat pada
tabel 8 berikut ini :
Tabel 8: Hasil Uji Multikoliniearitas
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
CR .141 7.080
ROI .143 6.998
EPS .494 2.025
a. Dependent Variabel : HSSumber : Hasil Olah Data SPSS
Dengan melihat hasil pengujian multikolinearitas pada tabel 8, diketahui
bahwa tidak ada satupun dari variabel bebas yang mempunyai nilai Tolerance lebih
kecil dari 0,10. Begitu juga dengan nilai VIF masing-masing variabel bebas tidak ada
yang lebih besar dari 10. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa antar variabel
bebas tidak terjadi masalah multikolinearitas.
3. Uji Autokolerasi
61
Menguji suatu korelasi dalam suatu model bertujuan untuk mengetahui ada
tidaknya korelasi antar variabel pengganggu (t) pada periode tertentu dengan varibel
penggangu periode sebelumnya (t-1). Cara mudah untuk mendeteksi autokorelasi
dapat dilakukan dengan uji Durbin Watson. Untuk mempercepat proses ada tidaknya
autokorelasi dalam suatu model dapat digunakan patokan nilai dari Durbin Watson
hitung mendekati angka 2. berikut ini disajikan tabel perhitungan nilai D-W :
Tabel 9 : Hasil uji Autokolerasi dengan menggunakan uji Durbin Watson
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate Durbin-Watson
1 .800a .639 .485 7208.56668 3.104
a.Predictors: (Constant), EPS, ROI, CRb.Dependent Variable : HSSumber : Hasil Data olah SPSS
Dari hasil pengujian Durbin-Watson dengan SPSS dilihat nilai DW < 2,35.
Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi antara masing-masing
variabel bebas.
b. Analisis Regresi Berganda
Pengaruh Current Rasio, Return On Invesment dan Earning Per Share terhadap harga
saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dapat
dilihat dari analisis regresi berganda dengan menggunakan program SPSS. Berikut
data yang diregresi dengan menggunakan program SPSS.
62
Tabel 10 : Data yang diinput ke Program SPSS 20
No Kode Tahun CR ROI EPS HS
1 ASGR
2008
12,7 7.4 46 2002 ASII 1,3 14 227 105503 AUTO 2,1 14,2 734 35004 KLBF 333,35 12,4 72 4005 LION 8,7 16,3 727 30756 LMSH 2,6 25,5 926 36007 MRCK 7,8 26,1 4400 355008 SMGR 338,6 23,8 426 41759 SMSM 182 11 64 65010 UNTR 1,6 18,2 884 440011 UNVR 3103 52,7 315 78001 ASGR
2009
144,7 8,6 50 3152 ASII 1,4 14 248 105503 AUTO 2,2 16,5 996 57504 KLBF 298,70 14,3 97 13005 LION 8,0 20,1 646 21006 LMSH 2,1 5,3 250 24007 MRCK 5,0 33,8 6549 800008 SMGR 358,2 25,7 566 77509 SMSM 159 15 92 75010 UNTR 1,7 21,2 1147 1550011 UNVR 100,3 56,3 399 110501 ASGR
2010
151,0 12,0 88 6902 ASII 1,3 15 355 545503 AUTO 1,7 22 1480 178504 KLBF 439,36 18,3 137 32505 LION 8,7 15,5 743 38006 LMSH 2,3 9,4 766 48007 MRCK 6,2 27,3 5303 965008 SMGR 291,8 23,3 613 94509 SMSM 217 15 104 107010 UNTR 1,6 14,3 1164 2380011 UNVR 85,1 52,2 444 165001 ASGR 2011 159,2 12,4 103 1140
63
2 ASII 1,3 14 439 74003 AUTO 1,3 16 2610 34004 KLBF 365,27 18,0 158 6805 LION 7,0 16,4 1010 52506 LMSH 2,3 11,1 1135 50007 MRCK 7,5 39.6 10320 1325008 SMGR 264,7 19,9 662 114509 SMSM 240 18 147 136010 UNTR 1,7 15,5 1657 2635011 UNVR 68,4 53,1 546 188001 ASGR 159,3 13,8 127 13702 ASII 1,4 12 480 7600 3 AUTO 1,2 13 2730 37004 KLBF 340,54 18,4 37 10605 LION 2012 9,3 22,2 1641 104006 LMSH 4,0 32,1 4300 105007 MRCK 3,9 18,9 4813 1520008 SMGR 170,6 18,2 817 158509 SMSM 194 19 162 252510 UNTR 2,0 11,9 1549 1970011 UNVR 66,8 54,2 634 20850
Sumber: Data Olahan Laporan Keuangan Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Dan berikut hasil uji regresi linear berganda dengan menggunakan program SPSS.
Tabel 11 : Hasil Uji Regresi Linear Berganda
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant)
CR
ROI
EPS
-9772.155
-21.575
1711.090
-22.421
6067.491
6.633
486.729
9.802
-1.964
2.111
-.739
-1.611
-3.253
3.515
-2.287
.151
.014
.010
.056
a. Dependent Variable: HSSumber : Hasil Olah Data SPSS
64
Berdasarkan hasil regresi yang tertera pada ringkasan tabel 11 maka diperoleh
persamaan regresi yaitu :
Ý = -9772,155 – 21,575CR + 1711,090ROI – 22,421EPS
Dari persamaan regresi berganda diatas dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Nilai konstanta yaitu sebesar -9772,155. Hal ini menunjukkan bahwa apabila
CR, ROI dan EPS konstan, maka perubahan harga saham akan menurun
sebesar Rp 9772,155
b. Koefisien regresi variabel CR bernilai negative yaitu sebesar 21,575. Hal ini
berarti apabila nilai CR meningkat sebesar 1 persen, maka harga saham pada
perusahaan manufaktur turun sebesar 21,575%
c. Koefisien regresi variabel ROI bernilai positif yaitu sebesar 1711,090. Hal ini
berarti apabila nilai ROI meningkat sebesar 1 persen, maka harga saham pada
perusahaan manufaktur meningkat sebesar 1711,090%
d. Koefisien regresi variabel EPS bernilai negative yaitu sebesar 22,421. Hal ini
berarti apabila nilai EPS meningkat sebesar 1 persen, maka harga saham pada
perusahaan manufaktur menurun sebesar 22,241%
c. Uji T ( parsial)
Uji-t dilakukan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel
independen secara individu terhadap variabel dependen. Pengujian regresi digunakan
pengujian dua arah (Two tailed test) dengan menggunakan tingkat signifikan 5%.
65
Berikut hasil pengujian parsial (uji-t) dengan menggunakan program SPSS sebagai
berikut:
Tabel 12 : Hasil perhitungan nilai t-hitung
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.B Std. Error Beta
(Constant) -9772.155 6067.491 -1.611 .151
CR -21.575 6.633 -1.964 -3.253 .014
ROI 1711.090 486.729 2.111 3.515 .010
EPS -22.421 9.802 -.739 -2.287 .056
a. Dependent Variable: Hs Sumber : Hasil olah data SPSS
Berdasarkan tabel 12, maka dapat diuraikan pengaruh masing – masing variabel
independent terhadap variabel dependent sebagai berikut :
a. Pengaruh Current Rasio (CR) terhadap harga saham
Berdasarkan tabel 12 dapat dlihat besarnya t-hitung untuk variabel CR
adalah -1,661 dan Sig sebesar 0,151. Oleh karena nilai Sig 0,151 lebih besar
dari 0,05, Hipotesis yang diajukan ditolak, yang berarti bahwa variabel CR
66
tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
b. Pengaruh Return On Invesment (ROI) terhadap harga saham
Berdasarkan tabel 12 dapat dilihat besarnya t-hitung untuk variabel ROI
adalah -3,253 dan Sig sebesar 0,014. Oleh karena Sig 0,014 lebih kecil dari
0,05, hipotesis yang diajukan diterima,yang berarti bahwa variabel ROI
berpengaruh signifikan terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
c. Pengaruh Earning Per Share (EPS) terhadap harga saham
Berdasarkan tabel 12 dapat dilihat besarnya t-hitung untuk variabel EPS
adalah -2,827 dan Sig sebesar 0,010. Oleh karena Sig 0,010 lebih kecil dari
0,05, hipotesis yang diajukan diterima, yang berarti bahwa variabel EPS
berpengaruh signifikan terhadap harga saham pada perusahaann manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
d. Uji F (simultan)
Untuk menganalisis besarnya pengaruh variabel independen (Current Rasio,
Return On Invesment dan Earning Per Share) secara bersama-sama terhadap variabel
dependen (harga saham) digunakan uji F dengan tingkat signifikan 5% atau 0,05.
Berikut hasil pengujian simultan (uji-F) dengan menggunakan SPSS sebagai berikut:
Tabel 13 :Hasil Perhitungan F-Hitung
67
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 6.449E8 3 2.150E8 4.137 .056a
Residual 3.637E8 7 5.196E7
Total 1.009E9 10
a. Predictors: (Constant), EPS, ROI, CR
b. Dependent Variable: HS
Pada tabel 13 diketahui bahwa nilai F-Hitung adalah sebesar 4,137 dan signifikan
sebesar 0,056, karena nilai signifikan F-hitung sebesar 0,056 lebih besar dari 0,05.
Maka dengan demikian terbukti bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan dari CR,
ROI dan EPS secara bersama – sama terhadap harga saham pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
68
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian pengaruh current rasio, return on investment dan
earning per share terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur yang tedaftar di
Bursa Efek Indonesia,maka disimpulkan sebagai berikut :
1. Hasil regresi linear berganda menunjukkan :
Ý = -9772,155 – 21,575CR + 1711,090ROI – 22,421EPS hal ini berarti :
a. Nilai konstanta yaitu sebesar -9772,155. Hal ini menunjukkan bahwa
apabila CR, ROI dan EPS konstan, maka perubahan harga saham akan
menurun sebesar Rp 9772,155
b. Koefisien regresi variabel CR bernilai negative yaitu sebesar 21,575.
Hal ini berarti apabila nilai CR meningkat sebesar 1 persen, maka harga
saham pada perusahaan manufaktur turun sebesar 21,575%
c. Koefisien regresi variabel ROI bernilai positif yaitu sebesar 1711,090.
Hal ini berarti apabila nilai ROI meningkat sebesar 1 persen, maka harga
saham pada perusahaan manufaktur meningkat sebesar 1711,090%
69
d. Koefisien regresi variabel EPS bernilai negative yaitu sebesar 22,421.
Hal ini berarti apabila nilai EPS meningkat sebesar 1 persen, maka harga
saham pada perusahaan manufaktur menurun sebesar 22,241%
2. Hasil uji hipotesis secara parsial ( uji t ) menunjukkan bahwa variabel Current
Rasio berpengaruh tidak signifikan terhadap harga saham. Sementara variabel
Return On Invesment dan variabel Earning Per Share berpengaruh signifikan
terhadap harga saham.
3. Hasil uji hipotesis secara simultan ( uji F ) menunjukkan tidak ada pengaruh
yang signifikan dari variabel Current Rasio, Retrun On Invesment dan
Earning Per Share terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
B. Saran
1. Bagi investor diharapkan lebih teliti mengamati perkembangan kinerja
perusahaan, terutama pada rasio keuangan khususnya current rasio, return on
investment sehingga dapat memberikan nilai maksimal bagi perusahaan.
2. Untuk meningkatkan current rasio, return on investment dan earning per
share, sebaiknya perusahaan memperbaiki manajemen aktiva dan pasiva
sehingga dapat menari minat investor untuk menanamkan sahamnya.
3. Bagi peneliti berikutnya diharapkan menggunakan semua jenis perusahaan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebagai sampel penelitian sehingga
dapat mencerminkan reaksi pasar modal secara keseluruhan.
70
4. Bagi penelitian berikutnya diharapkan manambah rasio keuangan lainnya
sebagai variabel independent, karena sangat dimungkinkan rasio keuangan
lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini berpengaruh terhadap harga
saham.
DAFTAR PUSTAKA
Anoraga. 2001. Metode Penelitian Ekonomi. Jakarta: Bumi Aksara.
Arifin. 2001. Analisa Kritis Atas Laporan Keuangan. Jakarta: Persada
Brealey. Myers dan Marcus. 2007. Dasar – dasar Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta: Erlangga.
Brigham dan Houston. 2010. Dasar – dasar Manajemen Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.
Gujarati, Damodar. 2003. Basic Economertrics. New york: Mc Graw Hill
Harmono. 2011. Manajemen Keuangan. Jakarta : Bumi Aksara.
Imam Ghozali. 2001. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang: Universitas Diponegoro.
Jogiyanto. 2000. Teori Investasi dan Manajemen Portofolio. Yogyakarta: BPFE.
Kasmir & Jakfar. 2007. Studi kelayakan bisnis. Jakarta : Kencana.
Kasmir. 2010. Pengantar Manajemen Keuangan. Jakarta : Kencana.
Lukas Setia Atmaja. 2003. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: Andi
Mangani, Ktut Silvanita. 2009. Bank dan Lembaga keuangan lainnya. Jakarta : Erlangga.
M. Arif, Tiro dan Ilyas, Baharuddin, 2002. StatistikaTerapan. Makasar: Andira Publisher
71
Sawir, Agnes, 2009. Analisa Kinerja Keuangan dan Perencanaan keauangan Perusahaan, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Sugiyono. 2001. Statistik Nonparametris. Bandung: ALFABETA.
Sugiyono. 2012. Statistika untuk penelitian. Bandung ALFABETA.
Suharsimi Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian. Yogyakarta: Rineka Cipta.
Syafri Harahap, Sofyan, 2008. Analisa Kritis atas Laporan Keuangan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Syamsuddin,Lukman. 2011. Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta : Rajawali pers.
Walsh, Ciaran. 2003. Key management rations. Jakarta : Erlangga.
Wild John, Subramanyam K.R dan Hasley Robert. 2005. Financial Statment Analysis,8thed. Jakarta: Salemba Empat.
Sumber lain :
Denies Priatinah & Prabandaru Adhe Kusuma. 2012. Pengaruh Current Rasio, Return On Invesment dan Earning Per Share Terhadap Harga Saham Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2008-2010. Jurnal Akuntansi Keuangan. Diterbitkan oleh Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Surabaya, Surabaya
Herlina & Bram Hadianto. 2007. Pengaruh Rasio Fundamental Terhadap Harga Saham Sektor Telekomunikasi pada periode 1997-2005 di Bursa Efek Jakarta. Proceeding Seminar Nasional SMART Membaca Jaman Dalam Perspektif Manajemen, 99-116
Iin Indarti. 2011. Analisis Perbandingan Harga Saham dan Volume Perdagangan Saham Sebelum dan Sesudah Stock Split. Jurnal Akuntansi keuangan. Diterbitkan oleh Sekolah Tinggi Ilmu Widya Manggala. Semarang
Imron Rosyadi. 2002. Keterkaitan Kinerja Keuangan Dengan Harga Saham (Study Pada 25 Emiten 4 Rasio Keuangan di BEJ). Jurnal Akuntansi Keuangan. Diterbitkan oleh Jurusan Akuntansi UNS. Surakarta.
http://www.fe.uns.ac.id, 3 Februari 2009
72
http://www.idx.co.id, 27 Januari 2009
http://www.okasatria.blogspot.com, 27 Januari 2009.
http:// www.seputar-indonesia.com , 27 Januari 2009.
Robin Wiguna & Anastasia S Mendari. 2008. Pengaruh Earning Per Share Dan Tingkat Bunga SBI Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di LQ45 BEI. Jurnal Keuangan Dan Bisnis. Vol 6. No. 2. Hal. 130-142
Wijayani, W. & A. Wijayanto. 2005. Pengaruh Nilai Tukar Rupiah, Tingkat Suku Bunga Deposito, dan Volume Perdagangan Saham Terhadap Harga Saham. Jurnal keuangan dan perbankan. Vol 9 (3): 884-903.
Yogo Purnomo. 1998. Keterkaitan Kinerja Keuangan Dengan Harga Saham (Studi
Kasus 5 Rasio Keuangan 30 Emiten di BEJ Pengamatan 1992-1996). Usahawan.
Th XXVII No. 12.