teori psikologieprints.unm.ac.id/6801/1/2. bab i - bab v.docx · web viewbab i pendahuluan latar...

153
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu yang sangat berharga dan dibutuhkan dalam rangka menghadapi tantangan di masa depan. Pendidikan di masa depan memiliki peranan yang sangat fundamental di mana cita-cita suatu bangsa dan negara dapat diraih. Dijelaskan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Pasal 3 Nomor 21 Tahun 2016 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengatur: Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk berkembangnya potensi-potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokrasi serta bertanggung jawab. Berangkat dari landasan yuridis di atas, tujuan dan fungsi pendidikan adalah untuk memberikan bekal yang

Upload: vuongkhanh

Post on 26-Jun-2019

226 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Teori psikologieprints.unm.ac.id/6801/1/2. BAB I - BAB V.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu yang sangat berharga dan dibutuhkan dalam

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu yang sangat berharga dan dibutuhkan dalam

rangka menghadapi tantangan di masa depan. Pendidikan di masa depan memiliki

peranan yang sangat fundamental di mana cita-cita suatu bangsa dan negara dapat

diraih. Dijelaskan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

(Permendikbud) Pasal 3 Nomor 21 Tahun 2016 tentang Sistem Pendidikan Nasional

mengatur:

Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk berkembangnya potensi-potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokrasi serta bertanggung jawab.

Berangkat dari landasan yuridis di atas, tujuan dan fungsi pendidikan adalah

untuk memberikan bekal yang diperlukan oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari.

Melalui pendidikan siswa diharapkan mendapatkan hasil belajar yang baik.

Tercapainya tujuan pendidikan nasional dapat dilihat dari hasil belajar, perubahan

perilaku dan penguasaan keterampilan di bidang tertentu. Keberhasilan itu secara

akademik dikaitkan dengan tinggi rendahnya nilai yang dicapai siswa, daya serap

siswa dan prestasi siswa. Sedangkan secara praktik berupa perilaku siswa sehari-hari

dan penguasaan keterampilan dan kecakapan hidup. Jadi pendidikan dapat dimaknai

1

Page 2: Teori psikologieprints.unm.ac.id/6801/1/2. BAB I - BAB V.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu yang sangat berharga dan dibutuhkan dalam

2

sebagai proses mengubah tingka laku siswa agar menjadi dewasa yang mampu hidup

sendiri sebagai anggota masyarakat dalam lingkungan sekitar dimana individu itu

berada.

Sejalan dengan itu Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

(Permendikbud) Pasal 4 Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan

menyatakan:

Penilaian hasil belajar oleh pendidik bertujuan untuk memantau dan mengevaluasi proses, kemajuan belajar dan perbaikan hasil belajar siswa secara berkesinambungan. Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidik bertujuan untuk menilai pencapaian Standar Kompetensi Lulusan untuk semua mata pelajaran. Penilaian hasil belajar oleh pemerintah bertujuan untuk menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu.

Berangkat dari landasan yuridis di atas, dapat dipahami bahwa pendidikan

memegang peran penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang

berkualitas. Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional perlu diimbangi dengan

peningkatan mutu pendidikan. Mutu pendidikan sangatlah erat kaitannya dengan

mutu guru dan mutu siswa. Guru sebagai pengelola kegiatan pembelajaran

merupakan faktor penentu kunci keberhasilan dalam pelaksanaan pendidikan.

Seorang guru yang profesional tidak cukup hanya dengan menguasai materi pelajaran

saja, akan tetapi seorang guru harus mampu mengayomi, menjadi contoh, dan selalu

mendorong siswa untuk lebih baik dan maju. Selain faktor guru, dalam mewujudkan

peningkatan mutu pendidikan juga tidak terlepas dari faktor siswa karena siswa

merupakan titik pusat proses pembelajaran. Oleh karena itu, dalam meningkatkan

Page 3: Teori psikologieprints.unm.ac.id/6801/1/2. BAB I - BAB V.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu yang sangat berharga dan dibutuhkan dalam

3

mutu pendidikan haruslah pula diikuti dengan peningkatan mutu siswa. Peningkatan

mutu siswa dapat dilihat pada tingkat hasil belajar siswa.

Bagi seorang siswa mendapatkan hasil belajar yang baik merupakan sebuah

kebanggaan. Siswa yang mendapatkan hasil belajar yang baik akan selalu berusaha

untuk menjaga dan meningkatkan hasil belajar yang telah diperolehnya. Akan tetapi,

untuk mendapatkan hasil belajar yang baik bukanlah hal yang mudah, karena

keberhasilan belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor dan memerlukan usaha

yang besar untuk meraihnya.

Menurut Dalyono (2012: 55) menyebutkan bahwa:

Berhasil atau tidaknya seseorang dalam belajar disebabkan beberapa faktor yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar yaitu berasal dari dalam diri orang yang belajar (internal) meliputi kesehatan, intelegensi dan bakat, minat dan motivasi, dan cara belajar serta ada pula dari luar dirinya (eksternal) meliputi lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, dan lingkungan sekitar.

Sejalan dengan itu, Hamalik (2015:32) menyatakan bahwa “salah satu faktor

penting yang sangat mempengaruhi hasil belajar (tentu saja termasuk hasil belajar

IPS) adalah motivasi belajar siswa. Motivasi belajar dikatakan sebagai penggerak

tingkah laku menuju suatu tujuan, didasari adanya suatu kebutuhan”.

Satu diantara faktor yang berasal daridalam diri siswa yang belajar adalah

motivasi. Menurut Sardiman (2014:75) menyebutkan bahwa “motivasi adalah

keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar

yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah sehingga

tujuan yang dikehendaki dapat tercapai”. Sejalan dengan itu Uno (2016:23)

menyebutkan bahwa “motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik,

Page 4: Teori psikologieprints.unm.ac.id/6801/1/2. BAB I - BAB V.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu yang sangat berharga dan dibutuhkan dalam

4

berupa hasrat dan keinginan untuk berhasil, dorongan dan kebutuhan belajar,

harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya

penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik”.

Selanjutnya, Sardiman (2014:75) bahwa “peran yang khas dari motivasi adalah

menumbuhkan gairah, merasa senang, semangat, dan mempunyai banyak energi

untuk belajar”. Sehingga dapat dikatakan bahwa motivasi inilah yang akan

mendorong siswa untuk melakukan kegiatan belajar. Oleh karena itu, apabila siswa

belajar dengan motivasi tinggi, maka akan belajar dengan sungguh-sungguh, senang,

dan semangat untuk mencapai tujuan belajar yang tinggi. Akan tetapi, jika siswa

belajar dengan motivasi rendah, maka akan belajar dengan perasaan malas dan tidak

bersemangat, sehingga tujuan belajar yang dicapai kurang maksimal.

Hasil belajar yang rendah bukan hanya karena kemampuan siswa yang

kurang, tetapi karena kurangnya motivasi belajar. Menurut Sardiman (2014:75)

menyebutkan bahwa “seorang siswa yang memiliki intelegensi cukup tinggi, boleh

jadi gagal karena kekurangan motivasi”. Setiap siswa memiliki motivasi belajar yang

berbeda, ada yang tinggi dan rendah. Oleh karena itu, motivasi belajar siswa harus

selalu ditumbuhkan karena kegagalan dalam belajar tidak hanya disebabkan oleh

pihak siswa, tetapi mungkin dari guru yang tidak berhasil menumbuhkan motivasi

pada siswa agar semangat belajar. Sehingga seorang guru dituntut agar mampu

berperan sebagai motivator yang sangat berperan penting dalam meningkatkan

kegairahan dan pengembangan kegiatan belajar siswa.

Page 5: Teori psikologieprints.unm.ac.id/6801/1/2. BAB I - BAB V.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu yang sangat berharga dan dibutuhkan dalam

5

Salah satu aspek yang penting yang harus diperhatikan oleh guru adalah

teknik memotivasi dalam pembelajaran. Penerapan teknik memotivasi dalam

pembelajaran akan berdampak kepada hasil belajar siswa. Dengan menerapkan teknik

memotivasi dalam pembelajaran maka dapat menggugah semangat belajar siswa,

terutama bagi para siswa yang malas belajar sebagai akibat pengaruh negatif dari luar

diri siswa. Selanjutnya dapat membentuk kebiasaan siswa senang belajar, sehingga

hasil belajarnya pun dapat meningkat.

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang

diajarkan di SD yang membantu siswa mempelajari tentang konsep-konsep dasar

kehidupan sosial di masyarakat dan lingkungannya.

Menurut Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang standar isi menyatakan bahwa Mata pelajaran IPS bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut: 1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya, 2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial, 3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, 4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global

Materi pelajaran IPS yang cakupannya sangat luas dan terdiri dari gabungan

beberapa cabang ilmu, menyebabkan banyak siswa yang menganggap IPS adalah

mata pelajaran yang sulit. Oleh karena itu, siswa menjadi tidak semangat dan malas

belajar, sehingga hasil belajar IPS yang diperoleh juga kurang optimal.

Berdasarkan hasil observasi awal peneliti kepada guru Madrasah Ibtidaiyah

Negeri 1 Kota Makassar pada tanggal 2 Februari 2017, ditemukan fakta bahwa saat

proses pembelajaran IPS menunjukan motivasi belajar siswa masih rendah. Menurut

Page 6: Teori psikologieprints.unm.ac.id/6801/1/2. BAB I - BAB V.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu yang sangat berharga dan dibutuhkan dalam

6

Ormrod (2013:63) “teori motivasi dari Abraham Maslow merupakan aspek sentral

dari humanisme”. Sejalan dengan itu, Uno (2016:40) “hierarki kebutuhan Maslow

didasarkan pada anggapan bahwa pada waktu orang telah memuaskan suatu

tingkat kebutuhan tertentu, mereka ingin bergeser ketingkat yang lebih tinggi.

Maslow (Djaali, 2013:102) mengungkapkan bahwa “kebutuhan dasar hidup

manusia terbagi atas lima tingkatan, yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan

keamanan, kebutuhan sosial, kebutuhan akan harga diri, dan kebutuhan akan

aktualisasi diri”.

Materi IPS di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Kota Makassar banyak

menuntut siswa untuk dapat menghafal, akan tetapi siswa tidak senang membaca,

sehingga tidak dapat menghafal materi IPS. Siswa yang ingin melepaskan energinya

yang tertahan (kebutuhan fisiologis dari hierarki kebutuhan Maslow) menjadi sangat

gelisah di kelas, bicara dengan temannya, bermain dengan teman, memainkan buku

dan pensil, tidak ikut aktif dalam pembelajaran, duduk dengan posisi yang tidak

benar, dan tidak mencatat materi yang dijelaskan guru meskipun telah diperintah

untuk mencatat (dengan begitu kebutuhannya untuk mendapat penghargaan dari

orang lain tidak terpenuhi), kurangnya rasa percaya diri (self confident) siswa

sehingga siswa takut dan malu untuk bertanya, ada pula siswa yang malas kesekolah

karena menghindari teman-teman yang suka berbuat jahil (kebutuhan keamanan dari

hierarki kebutuhan Maslow), mengindikasikan bahwa siswa tidak bersemangat dan

tidak bersungguh-sungguh dalam mengikuti pelajaran IPS.

Page 7: Teori psikologieprints.unm.ac.id/6801/1/2. BAB I - BAB V.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu yang sangat berharga dan dibutuhkan dalam

7

Hal ini menunjukkan bahwa siswa belum memiliki dorongan, belum

adanya hasrat dan keinginan siswa untuk berhasil. Faktor lain yang membuat

motivasi belajar siswa rendah adalah metode pembelajaran yang digunakan guru saat

menjelaskan materi pelajaran belum bervariasi. Selama proses pembelajaran guru

menggunakan metode yang bersifat monoton yaitu terpusat pada guru dan belum

melibatkan siswa. Sedangkan, saat proses pembelajaran yang lain seperti mata

pelajaran IPA siswa terlihat lebih semangat karena siswa dapat terlibat langsung saat

praktek, sehingga mudah memahami materi pelajaran. Selain itu, media pembelajaran

IPA dapat diperoleh dengan mudah di lingkungan sekolah, walaupun terkadang

masih ada siswa yang berbicara dengan temannya saat proses pembelajaran yang

menunjukkan bahwa belum adanya kegiatan belajar yang menarik.

Hal ini dapat terlihat dari hasil belajar IPS siswa Madrasah Ibtidaiyah Negeri

1 Kota Makassar pada tahun ajaran 2015/2016 yang umumnya di bawah nilai standar

ketuntasan. Umumnya hanya mendapat nilai rata-rata 56,6 atau 18,75% di bawah

nilai ketuntasan yang diharapkan. Di mana Standar KKM yang ditentukan untuk mata

pelajaran IPS adalah 70. Fakta inilah yang kemudian dijadikan sebagai salah satu

bahan pertimbangan bagi peneliti untuk memilih Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Kota

Makassar sebagai lokasi penelitian. Maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul “Pengaruh Penerapan Teknik Memotivasi dalam Pembelajaran

Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Kota Makassar”.

Page 8: Teori psikologieprints.unm.ac.id/6801/1/2. BAB I - BAB V.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu yang sangat berharga dan dibutuhkan dalam

8

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah :

1. Bagaimana gambaran penerapan teknik memotivasi dalam pembelajaran IPS

siswa Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Kota Makassar?

2. Bagaimana gambaran hasil belajar IPS siswa Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Kota

Makassar sebelum dan sesudah penerapan teknik memotivasi dalam

pembelajaran?

3. Apakah ada pengaruh penerapan teknik memotivasi dalam pembelajaran

terhadap hasil belajar IPS siswa Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Kota Makassar?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan yang ingin dicapai dalam

penelitian ini yaitu untuk :

1. Mengetahui gambaran penerapan teknik memotivasi dalam pembelajaran siswa

Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Kota Makassar.

2. Mengetahui gambaran hasil belajar IPS siswa Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Kota

Makassar sebelum dan sesudah penerapan teknik memotivasi dalam

pembelajaran.

3. Menguji pengaruh penerapan teknik memotivasi dalam pembelajaran terhadap

hasil belajar IPS siswa Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Kota Makassar.

Page 9: Teori psikologieprints.unm.ac.id/6801/1/2. BAB I - BAB V.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu yang sangat berharga dan dibutuhkan dalam

9

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi dunia

pendidikan pada umumnya dan Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Kota Makassar pada

khususnya. Adapun manfaat secara teoretis dan praktis adalah sebagai berikut:

1. Manfaat teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah keilmuan dan untuk

menambah pengetahuan khususnya tentang adanya pengaruh pelaksanaan teknik

memotivasi dalam pembelajaran terhadap hasil belajar IPS siswa Madrasah

Ibtidaiyah Negeri 1 Kota Makassar.

2. Manfaat praktis

a. Bagi siswa

1) Siswa dapat meningkatkan kemampuan dalam mengingat, berkonstrasi, dan

membuat catatan yang efektif.

2) Siswa dapat termotivasi agar aktif dalam proses pembelajaran.

3) Siswa dapat meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran Ilmu

Pengetahuan Sosial (IPS).

b. Bagi Guru

1) Diharapkan dapat menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran dan

melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan teknik memotivasi.

2) Sebagai bahan pertimbangan dalam meningkatkan hasil belajar menerapkan

teknik memotivasi dalam pembelajaran.

Page 10: Teori psikologieprints.unm.ac.id/6801/1/2. BAB I - BAB V.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu yang sangat berharga dan dibutuhkan dalam

10

c. Bagi kepala sekolah

Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar pengambilan

kebijakan dalam upaya untuk meningkatkan kompetensi siswa.

Page 11: Teori psikologieprints.unm.ac.id/6801/1/2. BAB I - BAB V.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu yang sangat berharga dan dibutuhkan dalam

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teknik Memotivasi

Motivasi tidak selalu timbul dengan sendirinya. Motivasi dapat ditumbuhkan,

dikembangkan, dan diperkuat atau ditingkatkan. Makin kuat motivasi seseorang

makin kuat usaha untuk mencapai tujuan. Selain itu, motivasi juga harus diberikan

dengan cara yang tepat dan waktu yng tepat pula.

Menurut Uno (2015:2) bahwa “teknik adalah jalan, alat, atau media yang

digunakan oleh guru untuk mengarahkan kegiatan siswa kearah tujuan yang ingin

dicapai”. Hasan, dkk (2005:1158) menyebutkan dalam KBBI bahwa “teknik diartikan

sebagai metode atau sistem mengerjakan sesuatu, cara membuat atau melakukan

sesuatu yang berhubungan dengan seni”. Sedangkan menurut Diwyarthi (2014)

tercantum bahwa teknik adalah cara kongkret yang dipakai saat proses pembelajaran

berlangsung.

Beberapa definisi tentang motivasi di atas, dapat disimpulkan bahwa teknik

yaitu merupakan cara atau metode yang digunakan oleh seseorang dalam proses

pembelajaran dalam usaha mencapai suatu tujuan.

Menurut Handoko (2015:9) menyebutkan bahwa “motivasi yaitu suatu tenaga

atau faktor yang terdapat didalam diri manusia yang menimbulkan, mengarahkan dan

mengorganisasikan tingkah lakunya”. Sejalan dengan itu, Ormrod (2013:58) bahwa

11

Page 12: Teori psikologieprints.unm.ac.id/6801/1/2. BAB I - BAB V.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu yang sangat berharga dan dibutuhkan dalam

12

“motivasi adalah sesuatu yang menghidupkan (energize), mengarahkan dan

mempertahankan perilaku. Motivasi membuat siswa bergerak, menempatkan mereka

dalam suatu arah tertentu, dan menjaga mereka agar terus bergerak”. Selanjutnya,

Santrock (2013:510) bahwa “motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah,

dan kegigihan perilaku”.

Kesimpulan peneliti berdasarkan beberapa pendapat para ahli mengenai

motivasi yaitu suatu keadaan atau kondisi yang mendorong, merangsang atau

menggerakan seseorang untuk melakukan sesuatu atau kegiatan yang dilakukannya

sehingga ia dapat mencapai tujuannya.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas tentang teknik dan motivasi,

maka peneliti menyimpulkan bahwa teknik memotivasi merupakan cara atau metode

yang dilakukan untuk menggerakkan tingkah laku seseorang agar melakukan suatu

hal yang dituju. Tujuan yang ingin dicapai inilah yang menggerakkan minat dan

antusias terhadap sesuatu yang menjadi motivasi dalam dirinya dengan melakukan

berbagai cara untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai.

1. Landasan teori teknik memotivasi

Teori yang menjadi pendukung teknik memotivasi ini adalah: a. Teori

Psikologi Hierarki Kebutuhan (Abraham Maslow), dan b. Teori Psikologi Motivasi

Prestasi (McClelland, Heckhausen, Clark dan Lowell).

Page 13: Teori psikologieprints.unm.ac.id/6801/1/2. BAB I - BAB V.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu yang sangat berharga dan dibutuhkan dalam

13

a. Teori psikologi hierarki kebutuhan

Maslow (Santrock, 2013:511) memandang bahwa “kebutuhan individual

harus dipuaskan dalam urutan sebagai berikut: fisiologis, keamanan, cinta dan rasa

memiliki, harga diri, dan aktualisasi diri”.

Maslow (Ormrod, 2013:63) menyebutkan bahwa :

Semua manusia memiliki lima jenis kebutuhan dasar:1) Fisiologis: kebutuhan yang berkaitan dengan keberlangsungan hidup fisik

(makanan, air, oksigen, kehangatan, dan lain-lain).2) Keamanan: kebutuhan akan rasa aman dan nyaman di lingkungan.3) Kasih Sayang dan Hubungan: kebutuhan untuk memiliki hubungan kasih

sayang dengan orang lain dan diterima sebagai bagian dari suatu kelompok.

4) Penghargaan: kebutuhan untuk merasa diri begitu berharga (self-esteem) dan juga percaya bahwa orang lain memandangnya dengan baik (penghargaan dari orang lain).

5) Aktualisasi diri: kebutuhan untuk mencapai potensi diri sepenuhnya untuk mencapai apapun yang mampu dicapai seseorang

Maslow (Djaali, 2013:101) memandang bahwa :

Kebutuhan dasar hidup manusia itu terbagi atas lima tingkatan, yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan keamanan, kebutuhan sosial, kebutuhan akan harga diri dan kebutuhan akan aktualisasi diri. Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan pokok yang harus dipenuhinya dengan segera seperti keperluan untuk makan, minum, berpakaian dan bertempat tinggal. Kebutuhan keamanan adalah kebutuhan seseorang untuk memperoleh keselamatan, keamanan, jaminan, atau perlindungan dari ancaman yang membahayakan kelangsungan hidup dan kehidupan dengan segala aspeknya. Kebutuhan sosial adalah kebutuhan seseorang untuk disukai dan menyukai, dicintai dan mencintai, bergaul, berkelompok, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kebutuhan akan harga diri adalah kebutuhan seseorang untuk memperoleh kehormatan, penghormatan, penghargaan dan pengakuan. Kebutuhan akan aktualisasi diri adalah kebutuhan seseorang untuk memperoleh kebanggaan, kekaguman, dan kemasyhuran sebagai pribadi yang mampu dan berhasil mewujudkan potensi bakatnya dengan hasil prestasi yang luar biasa.

Page 14: Teori psikologieprints.unm.ac.id/6801/1/2. BAB I - BAB V.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu yang sangat berharga dan dibutuhkan dalam

14

b. Teori Psikologi Motivasi Prestasi

McClelland (Djaali, 2013:103) menyebutkan bahwa “motivasi berprestasi

merupakan motivasi yang berhubungan dengan pencapaian beberapa standar

kepandaian atau standar keahlian”.

Heckhausen (Djaali, 2013:103) mengemukakan bahwa :

Motivasi berprestasi adalah suatu dorongan yang terdapat dalam diri siswa yang selalu berusaha atau berjuang untuk meningkatkan atau memelihara kemampuannya setinggi mungkin dalam semua aktivitas dengan menggunakan standar keunggulan. Standar keunggulan ini terbagi atas tiga komponen, yaitu standar keunggulan tugas, standar keunggulan diri, dan standar keunggulan siswa lain.

Sementara itu Ausubel (Djaali, 2013:104) mengemukakan bahwa :

Motivasi berprestasi terdiri atas tiga komponen, yaitu dorongan kognitif, An ego-enhancing one, dan komponen afiliasi. Dorongan kognitif adalah keinginan siswa untuk mempunyai kompetensi dalam subjek yang ditekuninya serta keinginan untuk menyelesaikan tugas yang dihadapinya dengan hasil yang sebaik-baiknya. An ego-enhanching one maksudnya keinginan siswa untuk meningkatkan status dan harga dirinya (self-esteem), misalnya dengan jalan berprestasi dalam segala bidang, sedangkan komponen afiliasi adalah keinginan siswa untuk selalu berafiliasi dengan siswa lain.

Beberapa pendapat dari para ahli di atas, peneliti dapat menarik kesimpulan

bahwa motivasi berprestasi merupakan suatu dorongan yang terdapat dalam diri siswa

yang selalu berusaha atau berjuang untuk meningkatkan atau memelihara

kemampuannya setinggi mungkin dalam semua aktivitas dengan pencapaian beberapa

standar dan tiga komponen, yaitu dorongan kognitif, An ego-enhacing one, dan

komponen afiliasi.

Page 15: Teori psikologieprints.unm.ac.id/6801/1/2. BAB I - BAB V.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu yang sangat berharga dan dibutuhkan dalam

15

2. Cara atau teknik memotivasi

Pemberian motivasi belajar oleh guru terhadap siswanya sangat penting dalam

proses belajar mengajar agar terjadi pembelajaran yang menyenangkan. Sardiman

dalam Sumantri (2015:383) berpendapat cara-cara pemberian motivasi ada 11

macam, antara lain:

Memberi angka/symbol nilai dari kegiatan belajarnya, memberi hadiah, saingan atau kompetisi untuk mendorong siswa aktif dalam belajar, menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan betapa pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga belajar keras dengan mempertaruhkan harga diri, memberi ulangan, mengetahui hasil pekerja atau belajarnya, memberi pujian apabila ada siswa yang sikses menyelesaikan tugasnya dengan baik, hukuman, membangkitkan hasrat untuk belajar kepada siswanya, membangkitkan minat siswa, dan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh siswa yang sangat berguna dan menguntungkan siswa itu sendiri.

Uno (2016:34) beberapa teknik motivasi yang dapat dilakukan dalam

pembelajaran sebagai berikut:

a. Pernyataan penghargaan secara verbal terhadap perilaku yang baik atau hasil kerja atau belajar siswa dengan pernyataan seperti “bagus sekali”, “hebat”, “menakjubkan”.

b. Menggunakan nilai ulangan sebagai pemacu keberhasilan.c. Menimbulkan rasa ingin tahu dengan membuat siswa merasa penasaran

yang menyebabkan siswa tersebut berupaya keras untuk memecahkannya.d. Memunculkan sesuatu yang tidak diduga oleh siswa dengan memunculkan

rasa ingin tahu siswa.e. Menjadikan tahap dini dalam belajar mudah bagi siswa. Memberikan

semacam hadiah bagi siswa pada tahap pertama belajar yang memungkinkan siswa bersemangat untuk belajar selanjutnya.

f. Menggunakan materi yang dikenal siswa sebagai contoh dalam belajar.g. Gunakan kaitan yang unik, aneh dan tidak terduga untuk menerapkan

suatu konsep dan prinsip yang telah dipahami, sehingga akan lebih dikenang oleh siswa daripada sesuatu yang biasa-biasa saja.

h. Menuntut siswa untuk menggunakan hal-hal yang telah dipelajari sebelumnya.

i. Menggunakan simulasi dan permainan.

Page 16: Teori psikologieprints.unm.ac.id/6801/1/2. BAB I - BAB V.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu yang sangat berharga dan dibutuhkan dalam

16

j. Memberi kesempatan kepada siswa untuk memperlihatkan kemahirannya di depan umum.

k. Mengurangi akibat yang tidak menyenangkan dan keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar.

l. Memahami iklim sosial dalam sekolah. Pemahaman terhadap suasana sekolah sebagai pendorong kemudahan berbuat bagi siswa, sehingga mampu memperoleh bantuan yang tepat dalam mengatasi masalah atau kesulitan.

m. Memanfaatkan kewibawaan guru secara tepat.n. Memperpadukan motif-motif yang kuat, seperti motif berprestasi selain

dari itu ingin menonjolkan diri dan mendapatkan hadiah.o. Memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai.p. Merumuskan tujuan-tujuan sementara.q. Memberitahukan hasil kerja yang telah dicapai. Dalam belajar, hal ini

dapat dilakukan dengan selalu memberitahukan nilai ujian atau nilai pekerjaan rumah.

r. Membuat suasana persaingan yang sehat di antara para siswa.s. Mengembangkan persaingan dengan diri sendiri. Semacam memberikan

tugas dalam berbagai kegiatan yang dilakukan sendiri.t. Memberikan contoh yang positif. Dengan memberikan pengawasan dan

pembimbingan yang memadai.

Berdasarkan sajian teori tentang teknik memotivasi yang dipaparkan oleh

beberapa ahli di atas, dapat di uraikan beberapa tahapan penerapan teknik memotivasi

dalam pembelajaran sebagaimana berikut ini :

1) Kontrak pembelajaran

2) Penyampaian tujuan pembelajaran

3) Penjelasan materi pembelajaran

4) Menghadirkan permainan dalam pembelajaran

5) Menciptakan suasana persaingan belajar yang sehat

6) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperlihatkan kemahirannya di

depan siswa lainnya

Page 17: Teori psikologieprints.unm.ac.id/6801/1/2. BAB I - BAB V.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu yang sangat berharga dan dibutuhkan dalam

17

7) Pemberian pernyataan secara verbal dan non verbal

8) Merefleksi kegiatan pembelajaran

3. Motivasi belajar

Uno (2015:11) menyebutkan bahwa “motivasi belajar dapat diartikan sebagai

suatu dorongan yang ada pada diri seseorang sehingga seseorang mau melakukan

aktivitas atau kegiatan belajar guna mendapatkan beberapa keterampilan dan

pengalaman”. Sardiman (2014:75) mengemukakan bahwa “motivasi belajar

merupakan suatu perasaan yang muncul dalam diri seseorang yang umumnya ditandai

dengan perasaan senang dan bergairah saat melakukan aktivitas belajar”. Winkel

(Wahyullah, 2015:44) menyebutkan bahwa “motivasi belajar memegang peranan

penting dalam memberikan gairah atau semangat dalam belajar, sehingga siswa yang

termotivasi kuat memiliki energi banyak untuk melakukan kegiatan belajar”.

Berdasarkan pendapat di atas, secara sederhana dapat disimpulkan bahwa

motivasi belajar merupakan adanya gairah/keinginan siswa dalam menerima dan

menyerap materi pembelajaran untuk mencapai suatu tujuan yang baik atau yang

diharapkan.

Ormrod (2013:60) mengemukakan bahwa “motivasi belajar dibedakan dalam

motivasi ekstrintik dan motivasi instrinsik”.

a. Motivasi intrinsik yaitu motivasi yang disebabkan oleh faktor-faktor didalam diri atau melekat dalam tugas yang sedang dilakukan. Siswa yang termotivasi secara intrinsik mengerjakan tugas yang diberikan dengan sukarela dan antusias mempelajari materi-materi di kelas, lebih mungkin memproses informasi dengan cara-cara efektif (misalnya dengan terlibat dalam

Page 18: Teori psikologieprints.unm.ac.id/6801/1/2. BAB I - BAB V.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu yang sangat berharga dan dibutuhkan dalam

18

pembelajaran yang bermakna) dan lebih mungkin berhasil di level yang tinggi.

b. Motivasi ekstrinsik yaitu motivasi yang disebabkan oleh faktor-faktor eksternal individu dan tidak berkaitan dengan tugas yang sedang dilakukan. Siswa yang termotivasi secara ekstrinsik mungkin harus dibujuk atau didorong dulu agar melakukan sesuatu tugas, mungkin hanya memproses informasi sepintas lalu, dan seringkali hanya tertarik mengerjakan tugas-tugas yang mudah dan memenuhi persyaratan minimum kelas.

Motivasi ektrinsik timbul pada siswa tergantung pada penyajian proses belajar

mengajar oleh guru, yaitu dengan cara penyajian kegiatan pembelajaran yang menarik

dan menyenangkan. Salah satu proses kegiatan belajar yang menyenangkan siswa

yaitu dengan menggunakan media pembelajaran, pengelolaan kelas, penempatan

posisi tempat duduk siswa yang bervariasi dan yang paling penting adalah tahapan-

tahapan kegiatan belajar dalam proses pembelajaran yaitu dengan menggunakan

metode pembelajaran sebagai alur yang memudahkan siswa dalam menerima dan

memahami pembelajaran yang diterimanya. Melalui metode pembelajaran siswa akan

lebih ikut aktif dan berperan penting dalam memecahkan masalah atau topik

pembelajaran yang sedang dipelajari.

4. Fungsi motivasi dalam belajar

Proses belajar mengajar tentunya diperlukan adanya aktivitas sebagai daya

penggerak motivasi dalam diri anak sehingga dalam menerima materi pelajaran dapat

diserapnya dengan baik. Untuk memperoleh hasil belajar yang baik tentunya

diperlukan motivasi yang tinggi pula dari siswa karena melalui motivasi yang mereka

miliki akan lebih mudah mencapai suatu tujuan yang ingin dicapai. Motivasi akan

Page 19: Teori psikologieprints.unm.ac.id/6801/1/2. BAB I - BAB V.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu yang sangat berharga dan dibutuhkan dalam

19

muncul pada diri anak apabila dalam proses pembelajaran itu, guru mengemasnya

dalam bentuk proses belajar yang menarik yaitu salah satunya dengan menggunakan

metode pembelajaran yang mengikutsertakan keaktifan siswa dalam proses

pembelajaran.

Sardiman (2014:85) menyebutkan bahwa:

Ada tiga fungsi motivasi : (1) mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi, (2) menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai, (3) menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

Menurut peneliti bahwa fungsi motivasi yaitu menggerakkan hati kita dengan

perasaan senang dan adanya keinginan untuk melakukan suatu hal untuk mencapai

tujuan, dengan adanya motivasi lebih memudahkan kita untuk mencapai lebih cepat

dan hasil yang baik, motivasi memberikan semangat yang tinggi melakukan suatu hal,

dan dengan anya motivasi akan Nampak lebih jelas tujuan yang akan dicapai.

5. Ciri-ciri motivasi

Motivasi yang dimiliki tentunya siswa akan memberikan gairah dan keinginan

dalam belajar, sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Sardiman (2014:83)

mengemukakan adanya beberapa cirri motivasi yang ada pada diri setiap orang,

sebagai berikut :

a)Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai); b) Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa dan tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapainya); c) Lebih senang bekerja mandiri; d) tidak cepat bosan pada

Page 20: Teori psikologieprints.unm.ac.id/6801/1/2. BAB I - BAB V.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu yang sangat berharga dan dibutuhkan dalam

20

tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang begitusaja, sehingga kurang kreatif); e) Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu); f) Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu; g) Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.

Keller (2010) dalam kajian ilmiahnya menyusun seperangkat prinsip-prinsip

motivasi yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran, yang disebut sebagai

ARCS model yakni Attention (perhatian), Relevance (relevansi), Confidence

(kepercayaan diri), dan Satisfaction (kepuasan).

a. Attension (tingkat perhatian siswa), muncul didorong rasa ingin tahu

seseorang yang diransang melalui elemen-elemen yang baru, aneh, lain dari

yang sudah ada. Dengan strategi untuk merangsang minat dan perhatian

yaitu: gunakan metode, media penyampaian yang bervariasi, humor dalam

penyajian pembelajaran, gunakan peristiwa nyata untuk memperjelas

konsep yang diutarakan, dan gunakan teknik bertanya untuk melibatkan

siswa.

b. Relevance (tingkat relevansi pembelajaran dengan kebutuhan siswa),

menunjukkan adanya hubungan materi pembelajaran dengan kebutuhan dan

kondisi siswa, dengan strategi untuk menunjukkan relevansi dalam

pembelajaran yaitu : sampaikan kepada siswa apa yang akan dapat mereka

lakukan setelah mempelajari materi pelajaran, jelaskan manfaat

pengetahuan atau keterampilan yang akan dipelajari, berikan contoh,

latihan atau tes yang langsung berhubungan dengan kondisi siswa.

Page 21: Teori psikologieprints.unm.ac.id/6801/1/2. BAB I - BAB V.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu yang sangat berharga dan dibutuhkan dalam

21

c. Confidence (tingkat keyakinan dan percaya diri siswa terhadap

kemampuannya dalam mengerjakan tugas-tugas pembelajaran),

meningkatkan harapan siswa untuk berhasil dengan memperbanyak

pengalaman berhasil dan tumbuh kembangkan kepercayaan diri siswa

dengan pertanyaan-pertanyaan yang membangun.

d. Statisfaction (tingkat kepuasan siswa terhadap proses pembelajaran yang

telah dilaksanakan, meliputi perasaan senang, puas dan keinginan

berprestasi), gunakan pujian secara verbal, umpan balik, berikan

kesempatan kepada siswa untuk segera menggunakan atau mempraktekkan

pengetahuan yang baru dipelajari, minta kepada siswa yang telah

menguasai untuk membantu teman-temannya yang belum berhasil,

bandingkan prestasi siswa dengan prestasinya sendiri dimasa lalu dengan

suatu standar tertentu, bukan dengan siswa lain.

Apabila seseorang memiliki ciri-ciri seperti di atas, berarti orang itu selalu

memiliki motivasi yang cukup kuat. Ciri-ciri motivasi seperti itu akan sangat penting

dalam kegiatan belajar mengajar. Ketika cirri motivasi itu sudah dimiliki oleh siswa

maka pembelajaran akan berhasil yang ditandai dengan prestasi belajar yang baik.

6. Faktor-faktor yang memengaruhi motivasi belajar

Motivasi belajar terjadi dari tindakan perbuatan persiapan mengajar. Dimyati

(Koreshinfo, 2016) faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar adalah sebagai

berikut:

Page 22: Teori psikologieprints.unm.ac.id/6801/1/2. BAB I - BAB V.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu yang sangat berharga dan dibutuhkan dalam

22

a. Cita-cita atau aspirasi siswa

Motivasi belajar tampak pada keinginan anak sejak kecil, seperti keinginan

untuk bermain. Keberhasilan mencapai keinginan tersebut menumbuhkan keinginan

bergiat. Bahkan dikemudian hari menimbulkan cita-cita dalam kehidupan yang

dibarengi oleh perkembangan akal, moral, kemauan, bahasa dan nilai-nilai kehidupan.

b. Kemampuan siswa

Keinginan seorang anak perlu dibarengi kemampuan dan kecakapan

mencapainya. Keinginan membaca perlu dibarengi kemampuan mengenal dan

mengucapkan huruf “R” yang benar. Dengan kemampuan mengucapkan huruf ‘R”

akan terpenuhi keinginan dan kemampuan belajar yang akan memperkuat anak-anak

untuk melaksanakan tugas-tugas perkembangan.

c. Kondisi siswa

Kondisi siswa yang meliputi kondisi jasmani dan rohani yang mempengaruhi

motivasi belajar. Seorang yang sakit, lapar atau marah-marah akan mengganggu

perhatian belajar. Sebaliknya seorang siswa yang sehat, kenyang dan gembira akan

memusatkan perhatian pada pelajaran dan akan termotivasi untuk belajar.

d. Kondisi lingkungan siswa

Lingkungan siswa dapat berubah keadaan alam, lingkungan tempat tinggal,

pergaulan sebaya, dan kehidupan masyarakat. Sebagai anggota masyarakat maka

siswa dapat terpengaruh oleh lingkungan sekitar, bencana alam, tempat tinggal yang

kumuh, ancaman teman yang nakal akan mengganggu kesungguhan belajar,

sebaliknya kampus, sekolah yang indah, pergaulan siswa yang rukun akan

Page 23: Teori psikologieprints.unm.ac.id/6801/1/2. BAB I - BAB V.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu yang sangat berharga dan dibutuhkan dalam

23

memperkuat motivasi belajar. Dengan lingkungan yang aman, tenteram, tertib dan

indah maka semangat belajar akan mudah diperkuat.

e. Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran

Siswa memiliki perasaan, perhatian, kemauan, ingatan dan pikiran yang

mengalami perubahan berkat pengalaman hidup, pengalaman teman sebayanya

berpengaruh pada motivasi dan perilaku belajar. Lingkungan siswa yang berupa

lingkungan alam, tempat tinggal dan pergaulan juga mengalami perubahan.

Lingkungan budaya siswa yang berupa surat kabar, majalah, rasio, ke semua

lingkungan tersebut mendinamiskan motivasi belajar.

f. Upaya guru dalam mengelola kelas

Upaya guru dalam membelajarkan siswa terjadi di sekolah maupun di luar

sekolah. Upaya pembelajaran di sekolah meliputi menyelenggarakan tata tertib

belajar di sekolah, membina disiplin belajar dalam proses pembelajaran dalam setiap

kesempatan, membina belajar tertib bergaul, dan membina belajar tertib lingkungan

sekolah.

B. Definisi Belajar dan Pembelajaran

1. Pengertian belajar

Banyak definisi belajar seperti yang dikutip oleh Soemanto (2012:104)

mengemukakan bahwa “Belajar merupakan proses dasar dari perkembangan hidup

manusia”. Dengan belajar menurut Soemanto, manusia melakukan perubahan-

perubahan kualitatif individu sehingga tingkah lakunya berkembang. Begitu juga

Page 24: Teori psikologieprints.unm.ac.id/6801/1/2. BAB I - BAB V.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu yang sangat berharga dan dibutuhkan dalam

24

sebagaimana yang dikutip oleh Pupuh & Sobry (2010:6) menyatakan bahwa “Belajar

pada hakikatnya adalah perubahan yang terjadi dalam diri seseorang setelah

melakukan aktivitas tertentu”. Aktivitas ini dimaksudkan oleh Pupuh adalah aktivitas

yang dilakukan akibat dari adanya kegiatan belajar, sedangkan menurut Muhibbin

(2013:68) menyebutkan bahwa “Belajar merupakan tahapan perubahan tingkah laku

individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan

lingkungan yang melibatkan proses kognitif”. Belajar menurut Muhibbin terjadi

karena adanya pengaruh dari interaksi lingkungan dengan melibatkan proses kognitif

seorang individu. Dalam hal ini, tingkah laku individu lahir dari interaksi lingkungan

serta proses kognitif yang di alami oleh individu tersebut.

Sejalan dengan Muhibbin (Sumantri, 2015:2) yaitu:

Belajar adalah suatu perubahan masa lalu ataupun dari pembelajaran yang bertujuan atau direncanakan. Pengalaman diperoleh seseorang dalam interaksi dengan lingkungannya, baik yang tidak direncanakan ataupun yang direncanakan sehingga menghasilkan perubahan yang bersifat relatif menetap.

Pengertian belajar menurut Sumantri lebih memperjelas bahwa interaksi yang

dilakukan oleh individu dalam belajar dapat merupakan sesuatu yang direncanakan

dan tidak direncanakan yang dapat menghasilkan perubahan bagi diri individu

tersebut yang sifatnya menetap. Selanjutnya ditambahkan oleh Eveline & Nara

(Sumantri, 2015:2) bahwa:

Belajar adalah proses yang kompleks yang di dalamnya terkandung beberapa aspek. Aspek tersebut meliputi: 1) bertambahnya jumlah pengetahuan, 2) adanya kemampuan mengingat dan memproduksi, 3) adanya penerapan pengetahuan, 4) menyimpulkan makna, 5) menafsirkan dan mengkaitkan dengan realitas.

Page 25: Teori psikologieprints.unm.ac.id/6801/1/2. BAB I - BAB V.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu yang sangat berharga dan dibutuhkan dalam

25

Merujuk pada paparan Eveline & Nara, dapat disimpulkan bahwa belajar

merupakan proses yang kompleks dalam diri individu yang menyebabkan perubahan

tingkah laku pada diri individu seperti bertambahnya pengetahuan, kemampuan

mengingat, penerapan pengetahuan, menyimpulkan makna dan samapi kepada

menafsirkan dan mengaitkan dengan kenyataan yang terjadi dalam lingkungannya.

Beberapa definsi belajar yang sudah dikemukakan seperti dikutip di atas,

dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses kompleks yang dialami

oleh individu dalam pengalamannya yang menghasilkan perubahan tingkah laku.

Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar adalah adanya perubahan tingkah

laku pada diri orang itu yang disebabkan oleh terjadinya perubahan pada tingkat

pengetahuan, keterampilan, atau sikapnya.

2. Pengertian pembelajaran

Istilah pembelajaran berhubungan erat dengan pengertian belajar dan

mengajar. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud)

Pasal 1 Nomor 23 Tahun 2016 Tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan

bahwa “pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan pendidik dan sumber

belajar pada suatu lingkungan belajar”. Pengertian pembelajaran menurut sisdiknas

telah memberikan gambaran bahwa adanya interaksi guru dan siswa dalam

pembelajaran dengan memanfaatkan sumber belajar pada lingkungan belajar.

Kemudian pengertian pembelajaran (instruction) menurut Diaz (Sumantri, 2015:2)

merupakan “akumulasi dari konsep mengajar (teaching) dan konsep belajar

Page 26: Teori psikologieprints.unm.ac.id/6801/1/2. BAB I - BAB V.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu yang sangat berharga dan dibutuhkan dalam

26

(learning)”. Penekanan pengertian menurut Diaz tertumpu pada dua kata yaitu

padauan dari kata mengajar dan belajar, sehingga dalam pengertian ini bahwa

pembelajaran merupakan gabungan dari kegiatan mengajar dan belajar.

Sejalan dengan pendapat Diaz, menurut Syaiful (Sumantri, 2015:2)

menjelaskan bahwa pembelajaran merupakan “komunikasi dua arah, mengajar

dilakukan oleh pihak guru sedangkan belajar dilakukan oleh siswa”. Komunikasi dua

arah ini yaitu interaksi umpan balik yang diberikan dari guru ke siswa dan begitu pun

sebaliknya. Ditambahkan oleh Duffy & Roehler (Amri, 2013:229) yang menyatakan

bahwa “pembelajaran adalah suatu usaha yang sengaja melibatkan dan menggunakan

pengetahuan profesional yang dimiliki guru untuk mencapai tujuan kurikulum”. Lain

halnya dengan Komalasari (2011:3) yang mendefinisikan pembelajaran sebagai suatu

sistem sebagai berikut:

Suatu sistem atau proses membelajarkan subjek didik/pembelajar yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan dan dievaluasi secara sistematis agar subjek didik/ pembelajar dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efesien. Pembelajaran dapat dipandang dari dua sudut, pertama: pembelajaran dipandang sebagai suatu sistem, pembelajaran terdiri dari sejumlah komponen yang terorganisasi antara lain tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, strategi dan metode pembelajaran, media pembelajaran/ alat peraga, pengorganisasian kelas, evaluasi pembelajaran, dan tindak lanjut pembelajaran (remidial dan pengayaan). Kedua: pembelajaran dipandang sebagai suatu proses, maka pembelajaran merupakan serangkaian upaya atau kegiatan guru dalam rangka membuat siswa belajar.

Pembelajaran menurut Komalasari menunjukkan bahwa siswa sebagai subjek

didik/ pembelajar merupakan salah satu komponen utama dalam pembelajaran yang

direncanakan atau didesain, dilaksanakan dan dievaluasi secara sistematis guna

Page 27: Teori psikologieprints.unm.ac.id/6801/1/2. BAB I - BAB V.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu yang sangat berharga dan dibutuhkan dalam

27

subjek didik/ pembelajar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang efektif dan

efisien. Sehingga dalam hal ini guru hanya sebagai seorang perancang, desainer,

pelaksana dan evaluator dalam rangka membuat siswa mencapai tujuan

pembelajaran. Dengan kata lain, menurut Sugiyar (Sumantri, 2015:2) bahwa

“pembelajaran sebagai suatu sistem yang bertujuan, perlu direncanakan oleh guru

berdasarkan kurikulum yang berlaku”. Pengertian pembelajaran menurut Sugiyar,

menambahkan bahwa segala upaya yang dilakukan oleh guru merupakan suatu sistem

yang bertujuan sesuai dengan kurikulum yang berlaku dalam rangka membuat siswa

belajar.

Merujuk dari beberapa pengertian pembelajaran yang telah dikemukakan,

dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi antara siswa dengan

lingkungannnya yang menghasilkan perubahan perilaku ke arah yang lebih baik dan

harus dilakukan dengan suatu perencanaan yang sistematis. Pembelajaran sebagai

proses interaksi antara siswa dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan

perilaku kearah yang lebih baik. Dalam pembelajaran tugas guru yang paling utama

adalah mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku

bagi siswa. Proses pembelajaran prinsip utamanya adalah adanya proses keterlibatan

seluruh atau sebagian besar potensi diri siswa (fisik dan non fisik) dan

bermaknaannya bagi diri dan kehidupan saat ini dan dimasa yang akan datang (life

skill).

Page 28: Teori psikologieprints.unm.ac.id/6801/1/2. BAB I - BAB V.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu yang sangat berharga dan dibutuhkan dalam

28

3. Ciri-ciri dan prinsip pembelajaran

Adapun ciri-ciri pembelajaran menurut Amri (2013: 230) yaitu sebagai

berikut:

a. Merupakan upaya sadar dan disengaja.b. Pembelajaran harus membuat siswa belajar.c. Tujuan harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan.d. Pelaksanaannya terkendali, baik isinya, waktu, proses maupun hasilnya.

Ciri-ciri pembelajaran yang dinyatakan oleh Amri merupakan ciri-ciri yang

sangat melekat pada pengertian pembelajaran itu sendiri. Di mana pembelajaran

merupakan suatu sistem di mana di dalamnya adanya interaksi antara guru dan siswa

yang merupakan usaha sadar dan terencana yang dilakukan oleh guru sebagai tugas

utama profesionalnya dalam menciptakan lingkungan yang memungkinkan siswa

untuk belajar.

Prinsip pembelajaran menurut Suparman yang mengadaptasi dari pemkiran

Fillbeck (Amri, 2013:231) sebagai berikut:

1) Respon baru (new responses) diulang sebagai akibat dari respons yang terjadi sebelumnya.

2) Perilaku tidak hanya dikontrol oleh akibat dari respons, tetapi juga di bawah pengaruh kondisi atau tanda-tanda di lingkungan siswa.

3) Perilaku yang timbul oleh tanda-tanda tertentu akan hilang atau berkurang frekuensinya bila tidak diperkuat dengan akibat yangmenyenangkan.

4) Belajar yang terbentuk respons terhadap tanda-tanda yang terbatas akan ditransfer kepada situasi lain yang terbatas pula.

5) Belajar menggeneralisasikan dan membedakan adalah dasar untuk belajar sesutau yang kompleks seperti berkenaan dengan pemecahan masalah.

6) Situasi mental siswa untuk menghadapi pelajaran akan mempengaruhi perhatian dan ketekunan siswa selama proses siswa belajar.

7) Kegiatan belajar yang dibagi menjadi langkah-langkah kecil dan disertai umpann balik menyelesaikan tiap langkah, akan membantu siswa.

8) Kebutuhan memecah materi kompleks menjadi kegiatan-kegiatan kecil dapat dikurangi dengan mewujudkan dalam suatu model.

Page 29: Teori psikologieprints.unm.ac.id/6801/1/2. BAB I - BAB V.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu yang sangat berharga dan dibutuhkan dalam

29

9) Keterampilan tingkat tinggi (kompleks) terbentuk dari keterampilan dasar yang lebih sederhana.

10) Belajar kan lebih cepat, efisien dan menyenangkan bila siswa diberi informasi tentang kualitas penampilannya dan cara meningkatkannya.

11) Perkembangan dan kecepatan belajar siswa sangat bervariasi, ada yang maju dengan cepat dan ada yang lambat.

12) Dengan persiapan, siswa dapat mengembangkan kemampuan mengorganisasikan kegiatan belajarnya sendiri dan menimbulkan umpan balik bagi dirinya untuk membuat respon yang benar.

Prinsip pembelajaran yang dikemukan oleh Suparman merupakan prinsip

pembelajaran mengharapkan siswa dapat belajar mengorganisasikan kemampuan

belajarnya sendiri, dimana dalam pembelajaran terdapat respon baru serta respon

yang tidak terkontrol dari adanya perubahan tingkah laku siswa dari proses belajar.

Respon ini pula menyangkut kepada perkembangan dan kecepatan belajar siswa yang

bervariasi sehingga mengindasikan bahwa pembelajaran harus dirahakan pada

pembelajaran yang efektif, efisien dan menyenangkan bagi siswa, yang nantinya

berujung kepada peningkatan hasil belajar serta kemampuan siswa.

Gagne (Amri, 2013:231) mengemukakan sembilan prinsip pembelajaran yang

dapat dilakukan oleh guru dalam melaksanakan pembelajaran, sebagai berikut:

a) Menarik perhatian (gaining attention): hal yang menimbulkan minat siswa dengan mengemukakan sesuatu yang baru, aneh, kontradiksi, atau kompleks.

b) Menyampaikan tujuan pembelajaran (informing learner of the objectives): memberitahukan kemapuan yang harus dikuasai siswa setelah selesai mengikuti pelajaran.

c) Mengingatkan konsep/prinsip yang telah dipelajari (stimulaing recall or prior learning): merangsang ingatan tentang pengetahuan yang telah dipelajari yang menjadi prasyarat untuk mempelajari materi yang baru.

d) Menyampaikan materi pelajaran (presenting the stimulus): menyampaikan materi-materi pembelajaran yang telah direncanakan.

Page 30: Teori psikologieprints.unm.ac.id/6801/1/2. BAB I - BAB V.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu yang sangat berharga dan dibutuhkan dalam

30

e) Memberikan bimbingan belajar (providing learner guidances): memberikan pertanyaan-pertanyaan yang membimbing proses/ alur berpikir siswa agar memiliki pemahaman yang lebih baik.

f) Memperoleh kinerja/ penampilan siswa (elicting performace): siswa diminta untuk menunjukkan apa yang telah dipelajari atau penguasaaannya terhadap materi.

g) Memberikan balikan (providing feedback): memberitahu seberapa jauh ketepatan performance siswa.

h) Menilai hasil belajar (assesing performance): memberitahukan tes/tugas untuk mengetahui seberapa jauh siswa menguasai tujuan pembelajaran.

i) Memperkuat retensi dan transfer belajar (enhancing retenton and transfer): merangsang kemampuan mengingat-ingatdan mentransfer dengan memberikan rangkuman. Mengadakan review atau mempraktikkan apa yang telah dipelajari.

Kesembilan prinsip ini yang telah dikemukakan oleh Gagne menunjukkan

bahwa dalam pembelajaran diperlukan keterlibatan utama seorang guru sebagai

tenaga profesional dan perencana dalam menimbulkan kesempatan yang sebesar-

besarnya kepada siswa untuk dapat menciptakan suasana belajar bagi dirinya sendiri,

baik itu dalam menarik perhatian, menyampaikan tujuan pembelajaran, mengingatkan

konsep/ materi yang telah dipelajari, meyampaikan materi yang dipelajari,

memberikan bimbingan belajar, memperoleh kinerja/ penampilan siswa, memberikan

balikan, menilai hasil belajar dan memperkuat retensi dan transfer belajar.

Kesembilan prinsisp ini merupakan pedoman dalam menciptakan suasana

pembelajaran yang nantinya mengarahkan siswa agar belajar sehingga berdampak

pada hasil belajarnya.

Berdasarkan prinsip-prinsip pembelajaran yang telah diuraikan tersebut,

dapat disimpulkan bahwa prinsip-prinsip pembelajaran berkenaan pada siswa sebagai

subjek utama/ pembelajar, dimana pembelajaran dirancang, didesain serta diciptakan

Page 31: Teori psikologieprints.unm.ac.id/6801/1/2. BAB I - BAB V.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu yang sangat berharga dan dibutuhkan dalam

31

semarik mungkin, efisien dan seefektif mungkin oleh guru dalam melaksanakan tugas

utama atau profesionalannya agar dari kegiatan pembelajaran tersebut siswa dalam

proses pembelajaran dapat menerima inti atau materi pembelajaran yang diajarkan

saat itu yang kemudian memberikan feedback atau umpan balik dari proses

pembelajaran. Feedback atau umpan balik dapat berupa perubahan tingkah laku dari

diri siswa karena meningkatnya pengetahuan serta kemmapuan dalam dirinya yang

kemudian berdampak pada hasil belajarnya.

C. Hasil Belajar

1. Pengertian hasil belajar

Menurut Sabri (2010:32) menyebutkan bahwa “belajar adalah suatu proses

yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang”. Perubahan sebagai

hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk, seperti kecakapan,

kebiasaan, sikap, pengertian, pengetahuan atau apreasiasi (penerima atau

penghargaan). Perubahan tersebut dapat meliputi keadaan dirinya, pengetahuan atau

perbuatannya.

Menurut Sahabuddin (2007:56) menyebutkan bahwa “belajar adalah

perubahan perilaku, sedangkan perilaku itu adalah tindakan yang dapat diamati”.

Dengan kata lain, perilaku adalah suatu tindakan yang dapat diamati atau hasil yang

diakibatkan oleh tindakan atau beberapa tindakan yang dapat diamati.

Hasil belajar menurut Winkel (Nurhidaya, 2008:23) merupakan sebagai

berikut:

Page 32: Teori psikologieprints.unm.ac.id/6801/1/2. BAB I - BAB V.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu yang sangat berharga dan dibutuhkan dalam

32

Terminologi dengan cakupan yang cukup luas, karena dengan mengacu pada taksonomi Bloom, maka aspek belajar yang harus di ukur keberhasilannya adalah aspek kognitif, afektif dan psikomotorik, sehingga penggambaran hasil belajar esensinya terkait dengan ketiga aspek tersebut. Pencapaian hasil belajar dapat diukur dengan melihat prestasi belajar yang diperoleh maupun pada proses pembelajaran.

Prestasi belajar sebagai tolok ukur kemampuan kognitif (intelektual) siswa

tidak terlepas dari proses pembelajaran di kelas dan berbagai bentuk interaksi belajar

lainnya. Merujuk kepada pemikiran Gagne (Suprijono, 2014:5-6) yang menyatakan

hasil belajar sebagai berikut:

a. Informasi verbal yaitu kapasitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespon secara spesifik terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah maupun penerapan aturan.

b. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mmpresentasikan konsep dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi, kemampuan analitis-sintesis fakta-konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan. Keterampilan intelektual merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat khas.

c. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.

d. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.

e. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku.

Hasil belajar menurut Gagne, menunjukkan bahwa hasil belajar merupakan

serangkaian kemampuan yang telah dimiliki oleh siswa yang meliputi memiliki

informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, keterampilan motorik dan

Page 33: Teori psikologieprints.unm.ac.id/6801/1/2. BAB I - BAB V.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu yang sangat berharga dan dibutuhkan dalam

33

sikap. Dari pengertian Gagne ini dapat disimpulkan bahwa hasil belajar dapat

mencakup seluruh aspek yang ada pada diri siswa mulai kognitif,

psikomotorik/keterampilan dan sikap. Pendapat Gagne sejalan dengan pendapat

Bloom (Suprijono, 2014:6) yang mengemukakan bahwa “hasil belajar mencakup

kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik”. Lebih lanjutnya kemampuan ini

menurut Bloom (Sardiman, 2007:63) yaitu:

1) Ranah Kognitif (Cognitif Domain), meliputi:a) Knowledge (pengetahuan dan ingatan), tujuan instruksional pada level ini

menuntut siswa untuk mampu mengingat (recall) informasi yang telah diterima sebelumnya contoh: siswa dapat menyebutkan kembali rumus matematika yang telah diberikan oleh guru, siswa mampu menyelesaikan masalah-masalah yang berkaitan dengan IPS (ekonomi).

b) Comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas contoh), kategori pemahaman dihubungkan dengan kemampuan untuk menjelaskan pengetahuan, informasi yang telah diketahui dengan kata-kata sendiri. Dalam hal ini siswa diharapkan menerjemahkan, atau menyebutkan kembali yang telah didengar dengan kata-kata sendiri.

c) Analysis (menguraikan, menentukan hubungan), analisis kemampuan untuk mengidentifikasi, memisahkan dan membedakan komponen-komponen atau elemen suatu fakta, konsep, pendapat, asumsi, hipotesis atau kesimpulan, dan memeriksa setiap komponen tersebut untuk melihat ada tidaknya kontradiksi. Dalam hal ini siswa diharapkan menunjukkan hubungan di antara berbagai gagasan dengan cara membandingkan gagasan tersebut dengan standar, prinsip atau prosedur yang telah dipelajari.

d) Synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru), membentuk bangunan baru sama juga dengan mencipta, mencipta disini diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam mengaitkan dan menyatukan berbagai elemen dan unsur pengetahuan yang ada sehingga terbentuk pola yang lebih menyeluruh.

e) Evaluation (menilai),menilai merupakan level ke 5 menurut revisi Anderson, yang mengharapkan siswa mampu membuat penilain dan keputusan tentang nilai suatu gagasan, metode, produk atau benda menggunakan kriteria tertentu. Jadi evaluasi disini lebih condong ke bentuk biasa daripada sistem evaluasi.

f) Application (menerapkan), penerapan merupakan kemampuan untuk menggunakan atau menerapkan informasi yang telah dipelajari ke dalam

Page 34: Teori psikologieprints.unm.ac.id/6801/1/2. BAB I - BAB V.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu yang sangat berharga dan dibutuhkan dalam

34

situasi yang baru, serta memecahkan berbagai masalah yang timbul dalam kehidupan sehari-hari.

2) Ranah Psikomotorik (Psycomotor Domain), meliputi:a) Gross Body Movement (gerakan seluruh badan), gerakan seluruh badan

adalah perilaku seseorang dalam suatu kegiatan yang memerlukan gerakan fisik secara menyeluruh.

b) Coordination Movement (gerakan yang terkoordinasi), gerakan yang terkoordinasi adalah gerakan yang dihasilkan dari perpaduan antara fungsi salah satu atau lebih dari indera manusia dengan salah satu anggota badan.

c) Nonverbal Communication (komunikasi nonverbal), komunikasi nonverbal adalah hal-hal yangberkenaan dengan komunikasi yang menggunakan simbol-simbol atau isyarat,misalnya: isyaratdengan tangan, anggukan kepala,ekspresi wajah, dll. Contoh: perilaku siswa yang mengacungkan jarinya ketika dia ingin menjawab pertanyaan yang guru ajukan.

d) Speech Behavours (kebolehan dalam berbicara), kebolehan dalam berbicara dalam hal-hal yang berhubungan dengan koordinasi gerakan tangan atau anggota badan lainnya dengan ekspresi muka dan kemampuan berbicara.

3) Ranah Afektif (affective domain), meliputi:a) Receiving (sikap menerima), menerima disini adalah diartikan sebagai

proses pembentukan sikap dan perilaku dengan cara membangkitkan kesadaran tentang adanya stimulus) tertentu yang mengandung estetika.

b) Responding (memberikan respon), tanggapan atau jawaban (responding) mempunyai beberapa pengertian, antara lain:(1) Tanggapan dilihat dari segi pendidikan diartikan sebagai perilaku

baru dari sasaran didik (siswa) sebagai manifestasi dari pendapatnya yang timbul karena adanya perangsang pada saat ia belajar.

(2) Tanggapan dilihat dari segi psikologi perilaku (behavior psychology) adalah segala perubahan perilaku organisme yang terjadi atau yang timbul adanya perangsang dan perubahan tersebut dapat diamati.

(3) Tanggapan dilihat dari segi adanya kemauan dan kemampuan untuk bereaksi terhadap suatu kejadian (stimulus) denggan cara berpartisipasi dalam berbagai bentuk.

c) Valuing (menilai), menilai dapat diartikan sebagai:(1) Pengakuan secara obyektif (jujur) bahwa siswa itu obyek, sistem atau

benda tertentu mempunyai kadar manfaat.(2) Kemampuan untuk menerima suatu obyek atau kenyataan setelah

seseorang itu sadar bahwa obyek tersebut mempunyai nilai atau kekuatan, dengan cara menyatakan dalam bentuk sikap atau perilaku positif atau negatif.

d) Organization (organisasi), organisasi dapat diartikan sebagai:

Page 35: Teori psikologieprints.unm.ac.id/6801/1/2. BAB I - BAB V.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu yang sangat berharga dan dibutuhkan dalam

35

(1) Proses konseptualisasi nilai-nilai dan menyusun hubungan antar nilai-nilai tersebut, kemudian memilih nilai-nilai yang terbaik untuk diterapkan.

(2) Kemungkinan untuk mengorganisasikan nilai-nilai,menentukan hubungan antar nilai dan menerima bahwa suatu nilai itu lebih domain dibanding nilai yang lain apabila kepadanya diberikan berbagai nilai.

e) Characterisation (karakterisasi), karakterisasi adalah sikap dan perbuatan yang secara konsisten dilakukan oleh seseorang selaras dengan nilai-nilai yang dapat diterimanya, sehingga sikap dan perbuatan itu seolah-olah telah menjadi ciri-ciri perilakunya.

Hasil belajar tersebut telah menjabarkan dan membagi-bagi hasil belajar

dalam tiga ranah utama, dimana ranah tersebut telah diberikan setiap indikator pada

setiap ranahnya. Sehingga Hasil belajar menurut menurut Bloom telah secara

kompleks dan jelas memisahkan pembagian hasil belajar siswa dari proses

pembelajaran. Selanjutnya, menurut Mappasoro (2012:1-2) menyebutkan bahwa

“hasil belajar adalah sejumlah perubahan yang terjadi pada diri seseorang yang

disebabkan oleh faktor lain di luar belajar seperti perubahan karena kematangan,

perubahan karena kelelahan fisik, dan sebagainya”. Hasil belajar menurut Mappasoro

(2012:4) “mengindikasikan kepada perubahan yang terjadi pada diri siswa disebabkan

dari faktor dari diri siswa itu sendiri sampai ke faktor-faktor di luar siswa”.

Melihat dari hal itu, menurut Suprijono (2014:5) menyatakan bahwa “hasil

belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap,

apresiasi dan keterampilan”. Pola, nilai, pengertian, sikap, apresiasi serta

keterampilan merupakan hasil dari proses belajar, sehingga hasil belajar menurut

Suprijono merupakan dampak yang dapat dipetik oleh siswa apabila siswa tersebut

Page 36: Teori psikologieprints.unm.ac.id/6801/1/2. BAB I - BAB V.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu yang sangat berharga dan dibutuhkan dalam

36

belajar. Jadi, hasil belajar tidak akan didapatkan jika siswa tersebut tidak mengalami

proses belajar.

Berdasarkan hal tersebut, hasil belajar yang dimaksudkan dalam penelitian ini

adalah prestasi belajar yang diperoleh dari kegiatan pembelajaran IPS pada ranah

kognitif. Dengan demikian, jika indikator pembelajaran dipandang sebagai suatu

harapan yang akan diperoleh siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran IPS,

maka prestasi belajar dalam penelitian ini adalah seberapa besar indikator

pembelajaran IPS tersebut tercapai. Hasil belajar juga merupakan refleksi seberapa

besar indikator pembelajaran atau tujuan intruksional umum dan khusus telah

tercapai. Jadi dalam hal ini, hasil belajar yang dimaksud adalah sejauh mana tujuan

pembelajaran telah tercapai sesuai dengan materi yang diajarakan dalam

pembelajaran IPS pada ranah kognitif.

2. Fungsi hasil belajar

Fungsi hasil belajar dalam dunia pendidikan tidak dapat dilepaskan dari tujuan

evaluasi pendidikan itu sendiri. Evaluasi pendidikan dimaksudkan untuk

mendapatkan data pembuktian yang akan menunjukan sampai dimana tingkat

kemampuan dan keberhasilan siswa dalam pencapaian tujuan kurikuler. Di samping

itu, juga dapat digunakan oleh guru-guru dan para pengawas pendidikan untuk

mengukur atau menilai sampai dimana keefektifan pengalaman-pengalaman

mengajar, kegiatan-kegiatan belajar dan metode-metode mengajar yang digunakan.

Page 37: Teori psikologieprints.unm.ac.id/6801/1/2. BAB I - BAB V.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu yang sangat berharga dan dibutuhkan dalam

37

Dengan demikian dapat dikatakan betapa penting peranan dan fungsi hasil belajar

dalam proses belajar-mengajar.

Menurut Wingkel (Nurhidaya, 2008:11) hasil belajar dapat digunakan untuk

sebagai berikut:

a. Mendapatkan informasi tentang masing-masing siswa, sampai sejauh mana mereka telah mencapai tujuan-tujuan intruksional. Hasil belajar pada tahap evaluasi formatif merupakan bahan informasi untuk memonitor kemajuan siswa sejauh menyangkut pencapaian tujuan intruksional untuk unit pelajaran tertentu, pada tahap evaluasi sumatif dapat digunakan sebagai bahan informasi untuk menentukan tingkat keberhasilan siswa dalam beberapa tujuan intruksional yang diuji bersama-sama

b. Mendapatkan informasi tentang suatu kelompok siswa sampai berapa jauh kelompok siswa mencapai tujuan-tujuan intruksional, misalnya satu satuan kelas di bidang studi sains (IPA). Informasi ini diperoleh dengan menerapkan evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Hasil evaluasi tersebut juga bersifat diagnosis yaitu membantu menemukan faktor kesulitan dan kesukaran yang masih dialami siswa dalam mencapai tujuan intruksional tertentu, dimana faktor tersebut mungkin terdapat pada pribadi siswa dan mungkin juga terletak dalam model proses pembelajaran itu sendiri.

Berdasarkan pendapat ahli mengenai fungsi hasil belajar tersebut, dapat

disimpulkan bahwa fungsi hasil belajar terdiri dari dua yaitu mendapatkan informasi

mengenai siswa sebagai hasil dari proses pembelajaran sebagai individu serta

mendapatkan informasi mengenai kelompok siswa dalam mencapai tujuan-tujuan

instruksional tertentu.

3. Faktor- faktor yang memengaruhi hasil belajar siswa

Menurut Sabri (2010:44) menyebutkan bahwa “hasil belajar yang dicapai oleh

siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor kemampuan dan faktor

lingkungan”. Faktor kemampuan besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar

Page 38: Teori psikologieprints.unm.ac.id/6801/1/2. BAB I - BAB V.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu yang sangat berharga dan dibutuhkan dalam

38

yang dicapai. Sungguhpun demikian hasil yang diraih masih juga bergantung dari

lingkungan. Artinya, ada faktor- faktor yang berada di luar diri siswa yang dapat

menentukan atau mempengaruhi hasil belajar yaitu faktor lingkungan. Menurut

Caroll (Sabri, 2010:46) menyebutkan bahwa “hasil belajar dipengaruhi oleh lima

faktor, yaitu (a) bakat pelajar, (b) waktu yang tersedia untuk belajar, (c) waktu yang

diperlukan siswa untuk menjelaskan pelajaran, (d) kualitas pengajaran, dan (e)

kemampuan individu”. Faktor dari bakat, waktu yang tersedia untuk belajar dan

diperlukan siswa untuk menjelaskan pelajaran serta kemampuan individu merupakan

kemampuan yang berkenaan dengan kemampuan individu dan faktor akan kualitas

pengajaran merupakan faktor di luar individu (lingkungan). Kedua faktor tersebut

yaitu kemampuan dan lingkungan mempunyai hubungan berbanding lurus dengan

hasil belajar siswa. Artinya, makin tinggi kemampuan siswa dan kualitas pengajaran,

maka tinggi pula hasil belajar siswa.

Keadaan awal merupakan faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa,

menurut Winkel (Nurhidaya, 2008:12) yang meliputi:

a. Pribadi siswa, yang mencakup hal-hal seperti taraf intelegensi, daya kreatifitas, kemampuan berbahasa, kecepatan belajar, kadar motivasi belajar, sikap terhadap tugas belajar, minat dalam belajar, perasaan dalam belajar, kondisi mental dan fisik.

b. Pribadi guru, yang mencakup hal-hal seperti sifat-sifat kepribadian, penghayatan nilai-nilai kehidupan, motivasi kerja, keahlian dalam penguasaan materi dan penggunaan prosedur-prosedur didaktis, gaya memimpin, dan kemampuan bekerjasama dengan tenaga pendidik lainnya.

c. Struktur jaringan hubungan sosial di sekolah, yang mencakup hal-hal seperti sistem sosial, status sosial siswa, interaksi sosial antarsiswa dan antara guru dengan siswa, serta suasana dalam kelas.

d. Sekolah sebagai institusi pendidikan, yang mencakup hal-hal seperti disiplin sekolah, pembentukan satuan-satuan kelas, pembagian tugas di

Page 39: Teori psikologieprints.unm.ac.id/6801/1/2. BAB I - BAB V.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu yang sangat berharga dan dibutuhkan dalam

39

antara para guru, penyusunan jadwal belajar, dan hubungan dengan orang tua siswa.

e. Faktor-faktor situasional, yang mencakup hal-hal seperti keadaan sosial ekonomis, keadaan sosio-politik, keadaan musim dan iklim, regulasi terhadap pengelolaan pendidikan.

Beberapa pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa ada dua faktor utama

yang mempengaruhi hasil belajar siswa yaitu faktor kemampuan siswa dan faktor

lingkungan. Faktor kemampuan siswa meliputi kecakapan, intelektual, pengetahuan

awal, pengetahuan yang dikembangkan, bakat siswa, waktu yang tersedia dalam

belajar, waktu yang diperlukan dalam memahami pelajaran, motivasi belajar, minat

dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan serta faktor lainnya yang

berada dalam diri siswa. Faktor yang kedua tidak kalah pentingnya dengan faktor

kemampuan siswa, dimana faktor lingkungan (faktor yang berada di luar diri siswa)

turut menentukan atau mempengaruhi hasil belajar siswa. Faktor lingkungan meliputi

peran guru, kualitas pengajaran, hubungan sosial, sekolah, instansi pendidikan,

motivasi oarang tua dan faktor lainnya dalam lingkungan siswa.

D. Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar

1. Definisi mata pelajaran IPS

Banks (Susanto, 2013:141) menyebutkan bahwa “hakikat IPS di SD adalah

memberikan pengetahuan dasar dan keterampilan sebagai media pelatihan bagi siswa

sebagai warga Negara sendini mungkin”. Somantri (Sapriya, 2012:11) menyebutkan

bahwa “pendidikan IPS adalah seleksi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan kegiatan

Page 40: Teori psikologieprints.unm.ac.id/6801/1/2. BAB I - BAB V.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu yang sangat berharga dan dibutuhkan dalam

40

dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk

tujuan pendidikan”. Di pihak lain, dengan memperoleh pendidikan IPS ini, menurut

Freenkel (Susanto (2013:142) menyebutkan bahwa “dapat membantu para siswa

menjadi lebih mampu mengetahui tentang diri mereka dan dunia di mana mereka

hidup”.

Kesimpulan bahwa IPS adalah suatu disiplin ilmu sosial yang mempelajari

masalah-masalah sosial yang berhubungan dengan kehidupan bersosial dalam

masyarakat, yang mengatur tatacara berprilaku dan bersosialisasi antar manusia dan

lingkungannya.

2. Tujuan pembelajaran ilmu pengetahuan sosial di sekolah dasar

Trianto (2013:176) mengemukakan bahwa “tujuan utama Ilmu Pengetahuan

Sosial adalah untuk mengembangkan potensi siswa agar peka terhadap masalah sosial

yang terjadi di masyarakat, memiliki mental positif terhadap perbaikan segala

ketimpangan yang terjadi dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-

hari, baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat”. Sejalan

dengan itu Susanto (2013:145) menjelaskan bahwa:

Tujuan IPS adalah untuk mengembangkan potensi siswa agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat.

Menurut Gunawan (2011:39) mengemukakan bahwa:

Mata pelajaran IPS bertujuan agar anak didik memiliki kemampuan sebagai berikut: (1) mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan

Page 41: Teori psikologieprints.unm.ac.id/6801/1/2. BAB I - BAB V.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu yang sangat berharga dan dibutuhkan dalam

41

masyarakat dengan lingkungannya, (2) memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial, (3) memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai social dan kemanusiaan, dan (4) memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetensi dalam masyarakat yang majemuk ditingkat lokal, nasional dan global.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan

pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah mengenalkan berbagai konsep

terhadap anak didik untuk mengembangkan kemampuannya agar dapat menghadapi

berbagai masalah sosial yang terjadi baik dalam dirinya maupun masyarakat.

3. Ruang lingkup pembelajaran ilmu pengetahuan sosial di sekolah dasar

Ruang lingkup pelajaran IPS di Sekolah Dasar yang tercantum dalam

kurikulum, menurut Depdiknas (2006:35), “(1) manusia, tempat dan lingkungan, (2)

waktu, keberlanjutan, dan perubahan, (3) system sosisal dan budaya, dan (4) perilaku

ekonomi dan kesejahteraan”.

Dijelaskan lebih lanjut oleh Susanto (2013:137) bahwa:

Ada beberapa karakteristik yang terdapat pada ruang lingkup materi IPS di sekolah dasar, antara lain: (1) Ilmu pengetahuan sosial merupakan dari unsur-unsur geografi, sejarah, ekonomi, hukum, politik, kewarganegaraan, sosiologi, budaya, dan psikologi, (2) Standar kompetensi dan kompetensi dasar IPS berasal dari struktur keilmuan geografi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi, yang dikemassedemikian rupa sehingga menjadi pokok bahasan atau topic (tema) tertentu, (3) Standar kompetensi dan kompetensi dasar IPS juga menyangkut berbagai masalah sosial yang dirumuskan dengan pendekatan interdisipliner dan multidisipliner, dan (4) Standar kompetensi dan kompetensi dasar dapat menyangkut peristiwa dan perubahan kehidupan masyarakat dengan prinsip sebab akibat, kewilayahan, adaptasi dan pengolahan lingkungan, struktur,

Page 42: Teori psikologieprints.unm.ac.id/6801/1/2. BAB I - BAB V.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu yang sangat berharga dan dibutuhkan dalam

42

proses dan masalah sosial serta upaya-upaya perjuangan hidup seperti pemenuhan kebutuhan, kekuasaan, keadilan, dan jaminan keamanan.

4. Hasil penelitian yang relevan

a. Berdasarkan hasil penelitian Afriza (2007) dengan judul “Hubungan antara

Teknik Memotivasi dan Kreativitas Dosen dengan Komitmen Dosen di

Universitas Pancasila”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) terdapat

hubungan antara teknik memotivasi (X1) dengan komitmen dosen (Y), atau

dengan kata lain, semakin tinggi teknik memotivasi akan mengakibatkan

semakin tingginya komitmen dosen; (2) tidak terdapat hubungan antara

kreativitas dosen (X2) dengan komitmen dosen (Y); (3) dari hasil pengujian

hipotesis 3 (H3) yang ditunjukkan dalam model persamaan Ŷ= 10,746 + 0,685 X1

– 0,144 X2 menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif teknik memotivasi dan

hubungan negatif kreativitas dosen secara bersama-sama dengan komitmen

dosen. Persentasi variasi yang terjadi pada komitmen dosen dijelaskan oleh

teknik memotivasi dan kreativitas dosen sebesar 81,5%, sisanya 18,5% oleh

faktor lain.

b. Berdasarkan hasil penelitian Waluyo (2013) dengan judul “Pengaruh Teknik

Motivasi Guru dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil belajar IPS siswa di SMK

Muhammadiyah 2 Moyudan Sleman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

teknik motivasi guru berpengaruh positif dan signifikan terhadap hasil belajar

IPS siswa. Hasil uji-t diperoleh t hitung sebesar 2,039 dengan sig. sebesar 0,049 (p

Page 43: Teori psikologieprints.unm.ac.id/6801/1/2. BAB I - BAB V.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu yang sangat berharga dan dibutuhkan dalam

43

< 0,05). Motivasi belajar siswa memiliki pengaruh positif dan signifikan

terhadap hasil belajar IPS siswa. Hasil Uji-t diperoleh nilai t hitung sebesar 2,233

dengan sig. sebesar 0,032 (p < 0,05). Secara simultan teknik motivasi guru dan

motivasi belajar siswa mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap hasil

belajar IPS siswa dengan nilai signifikansi F hitung sebesar 6,765 dengan sig.

sebesar 0,003 (p < 0,05). Sedangkan kontribusi variabel teknik motivasi guru dan

motivasi belajar siswa terhadap nilai hasil belajar siswa sebesar 0,26 yang berarti

bahwa kedua variabel tersebut memberikan kontribusi pada variabel hasil belajar

siswa sebesar 26%, sedangkan sisanya sebesar 74% dipengaruhi oleh varian lain

di luar model penelitian yang tidak termasuk dalam batasan penelitian ini.

E. Kerangka Pikir

Penelitian dilaksanakan berdasarkan teori-teori psikologi oleh Hamzah B.

Uno. Di sekolah seringkali terdapat anak yang malas, tidak menyenangkan, suka

membolos dan sebagainya. Dalam hal demikian berarti bahwa guru tidak berhasil

memberikan motivasi yang tepat untuk mendorong agar ia bekerja dengan segenap

tenaga dan pikirannya. Banyak bakat anak tidak berkembang karena tidak diperoleh

motivasi yang tepat, jika seorang mendapat motivasi yang tepat, maka paduan tenaga

yang luar biasa, sehingga tercapai hasil-hasil yang semula tidak terduga.

Tingkat keberhasilan dalam pencapaian tujuan suatu kegiatan tergantung dari

pelaksanaan atau proses kegiatan tersebut. Pencapaian hasil belajar siswa

dipengaruhi oleh faktor yang dari dalam diri orang yang belajar (internal) serta

Page 44: Teori psikologieprints.unm.ac.id/6801/1/2. BAB I - BAB V.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu yang sangat berharga dan dibutuhkan dalam

44

ada pula yang berasal dari luar dirinya (eksternal). Satu diantara faktor internal

tersebut adalah motivasi belajar.

Olehnya itu dengan adanya motivasi belajar yang kuat, akan menumbuhkan

gairah, merasa senang, semangat, dan mempunyai banyak energi untuk belajar.

Sehingga dapat dikatakan bahwa motivasi inilah yang akan mendorong siswa untuk

melakukan kegiatan belajar. Dengan demikian, apabila siswa belajar dengan

motivasi tinggi, siswa akan belajar dengan sungguh-sungguh, senang dan semangat

untuk mencapai tujuan belajar yang tinggi. Akan tetapi, jika siswa belajar dengan

motivasi rendah, siswa akan belajar dengan perasaan malas dan tidak bersemangat,

sehingga tujuan belajar yang dicapai kurang maksimal.

Tindakan memotivasi akan lebih dapat berhasil, apabila tujuannya jelas dan

disadari oleh yang dimotivasi serta sesuai dengan kebutuhan orang yang dimotivasi.

Oleh karena itu, setiap orang (pendidik) yang akan memberi motivasi harus mengenal

dan memahami benar-benar latar belakang kehidupan, kebutuhan dan kepribadian

orang yang akan dimotivasi serta teori-teori bagaimana motivasi bisa berhasil.

Motivasi belajar yang dimiliki oleh siswa akan berdampak pada hasil belajarnya. Di

mana hasil belajar dapat dipertahankan apabila hasil belajar yang didapatkan siswa

cenderung tetap atau meningkat.

Berkenaan dengan hal tersebut, peneliti menaruh perhatian pada Madrasah

Ibtidaiyah Negeri 1 Kota Makassar. Di mana penerapan teknik memotivasi menjadi

salah satu cara yang dilakukan oleh guru dalam proses pembelajaran dalam

meningkatkan hasil belajar siswa. Hal tersebut merupakan prakondisi yang harus ada

Page 45: Teori psikologieprints.unm.ac.id/6801/1/2. BAB I - BAB V.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu yang sangat berharga dan dibutuhkan dalam

45

pada diri sendiri dalam usaha untuk memotivasi siswa untuk belajar, yang selanjutnya

berimplikasi pada hasil belajar. Hal ini berarti bahwa adanya pengaruh penerapan

teknik memotivasi terhadap peningkatan hasil belajar. Berdasarkan uraian tersebut

dapat ditarik suatu kerangka berpikir, dengan bagan sebagai berikut:

Gambar 2.1. Skema Kerangka Pikir

Pembelajaran IPS

Tahapan Teknik Memotivasi dalam

Pembelajaran

1. Kontrak pembelajaran2. Penyampaian tujuan pembelajaran3. Penjelasan materi pembelajaran4. Menghadirkan permainan dalam

pembelajaran5. Menciptakan suasana persaingan belajar

yang sehat6. Memberikan kesempatan kepada siswa

untuk memperlihatkan kemahirannya di depan siswa lainnya

7. Pemberian pernyataan secara verbal dan non verbal

8. Merefleksi kegiatan pembelajaran

Hasil Belajar

IPS Meningkat

Page 46: Teori psikologieprints.unm.ac.id/6801/1/2. BAB I - BAB V.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu yang sangat berharga dan dibutuhkan dalam

46

F. Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah ada pengaruh

positif dan signifikan penerapan teknik memotivasi dalam pembelajaran terhadap

hasil belajar IPS siswa Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Kota Makassar.

Page 47: Teori psikologieprints.unm.ac.id/6801/1/2. BAB I - BAB V.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu yang sangat berharga dan dibutuhkan dalam

47

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Penelitian ini adalah jenis penelitian true experiment (experiment penuh).

Penelitian ini dirancang untuk mendapatkan pengaruh penerapan teknik memotivasi

dalam pembelajaran IPS terhadap hasil belajar siswa Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1

Kota Makassar. Yusuf (2014:30) True experiment adalah suatu jenis penelitian yang

sesungguhnya, di mana peneliti mengotrol variabel-variabel yang diteliti dengan baik

serta mengendalikan situasi penelitian dari ancaman yang mungkin merusak

penelitian dari keadaan yang sesungguhnya. Ini berarti bahwa dalam eksperimen yang

sesungguhnya, validitas internal dan eksternal merupakan kondisi utama yang perlu

mendapat perhatian oleh peneliti dalam menata rancangan penelitian yang dilakukan.

Menurut Sugiyono (2014:75) dikatakan true experimental (eksperimen yang

betul-betul) desain ini peneliti dapat mengotrol semua variabel luar yang

mempengaruhi jalannya eksperimen. Dengan demikian validitas internal (kualitas

pelaksanaan rancangan peneliti) dapat menjadi tinggi. Ciri utama dari true

experimental adalah sampel digunakan untuk eksperimen maupun sebagai kelompok

kontrol diambil secara random dari populasi tertentu. Jadi cirinya adalah adanya

kelompok kontrol dan sampel dipilih secara random.

47

Page 48: Teori psikologieprints.unm.ac.id/6801/1/2. BAB I - BAB V.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu yang sangat berharga dan dibutuhkan dalam

48

Desain penelitian eksperimen yang digunakan adalah pretest-posttest control

group design didasarkan pada teori Sugiyono (2014) yang melibatkan dua kelompok

yaitu satu kelompok sebagai kelompok kontrol dan satu sebagai kelompok

eksperimen yang dipilih secara random kemudian diberikan pretest untuk mengetahui

keadaan awal. Dalam kelompok eksperimen dilakukan dengan menggunakan

penerapan teknik memotivasi dalam pembelajaran IPS pada kelas kontrol siswa kelas

IV Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Kota Makassar. Desain penelitian ini dapat dilihat

padaTabel 3.1 berikut.

Tabel 3.1 Desain Penelitian Pretest-Posttest Control Group Design

Kelompok Pretest Perlakuan PostestAB

O1

O3

X O2

O4

Sumber: Sugiyono (2014: 76)

Keterangan :

A : kelompok/kelas eksperimen

B : kelompok/kelas kontrol

X : Treatmen. (Kelompok eksperimen yang diberi treatmen yaitu penerapan teknik memotivasi dalam pembelajaran)

O1&O3 : Kedua kelompok diobservasi dengan pretest untuk mengetahui hasil belajar awal

O2 : Hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran menggunakan penerapan teknik memotivasi dalam pembelajaran

O4 : Hasil belajar siswa yaitu yang tidak diberikan perlakuan melalui penerapan teknik memotivasi dalam pembelajaran

Page 49: Teori psikologieprints.unm.ac.id/6801/1/2. BAB I - BAB V.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu yang sangat berharga dan dibutuhkan dalam

49

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Kota Makassar

pada pembelajaran IPS Tahun Ajaran 2016/2017. Penelitian ini dilakukan pada

Semester Genap (II) dan dimulai pada 25 April 2017 sampai 29 Mei 2017.

C. Variabel Penelitian

Adapun dalam penelitian ini, terdapat dua jenis variabel yaitu variabel bebas

(independen) atau variabel perlakuan dan variabel terikat (dependen) atau variabel

yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas.

1. Variabel bebas (X)

Variabel bebas (independent variable) adalah variabel yang memengaruhi atau

variabel penyebab. Variabel bebas (X) dalam penelitian ini adalah penerapan

teknik memotivasi dalam pembelajaran.

2. Variabel terikat (Y)

Variabel terikat (dependent variabel) adalah variabel yang dipengaruhi atau

variabel akibat. Variabel terikat (Y) dalam penelitian ini adalah hasil belajar IPS

siswa.

Page 50: Teori psikologieprints.unm.ac.id/6801/1/2. BAB I - BAB V.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu yang sangat berharga dan dibutuhkan dalam

50

Adapun hubungan variabel bebas dan variabel terikat digambarkan sebagai

berikut:

Gambar 3.2. Variabel Penelitian

Keterangan:

X = Variabel Bebas

Y = Variabel Terikat

D. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel pelaksanaan penerapan teknik memotivasi dalam

pembelajaran dan hasil belajar IPS adalah sebagai berikut:

1. Penerapan teknik memotivasi dalam pembelajaran merupakan cara atau metode

yang dilakukan untuk menggerakkan tingkah laku siswa agar dapat terbangun

motivasinya dalam belajar yang dilakukan dengan 8 tahapan dalam teknik

memotivasi yaitu kontrak pembelajaran, penyampaian tujuan pembelajaran,

penjelasan materi pembelajaran, menghadirkan permainan dalam pembelajaran,

menciptakan suasana persaingan belajar yang sehat, memberikan kesempatan

kepada siswa untuk memperlihatkan kemahirannya di depan siswa lainnya,

pemberian pernyataan secara verbal dan non verbal serta merefleksi kegiatan

pembelajaran. Dengan menerapkan teknik memotivasi dalam pembelajaran maka

YX

Page 51: Teori psikologieprints.unm.ac.id/6801/1/2. BAB I - BAB V.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu yang sangat berharga dan dibutuhkan dalam

51

dapat menggugah semangat belajar siswa, terutama bagi para siswa yang malas

belajar sebagai akibat pengaruh negatif dari luar diri siswa. Selanjutnya dapat

membentuk kebiasaan siswa senang belajar. Dengan menerapkan teknik

memotivasi dalam pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada

pelajaran IPS

2. Hasil belajar IPS adalah suatu penilaian akhir yang diperoleh siswa dari proses

pembelajaran IPS yang diukur dengan tes atau evaluasi sesuai dengan tujuan

pembelajaran yang telah ditetapkan dalam memahami materi pembelajaran IPS.

Hasil belajar tersebut berupa skor yang dicapai dari hasil tes tertulis (ranah

kognitif) yang dikembangkan berdasarkan indikator kompetensi dari materi

pembelajaran IPS. Tes ini diberikan untuk mengukur kemampuan siswa setelah

pelaksanaan eksperimen (posttest).

E. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Jadi populasi dalam penelitian

ini adalah seluruh individu yang dijadikan responden dalam penelitian ini. Dalam

penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh siswa kelas IV Madrasah

Ibtidaiyah Negeri 1 Kota Makassar yang terdiri atas 2 rombel dengan jumlah siswa 61

orang. Jumlah siswa kelas IVA sebanyak 32 orang dan kelas IVB sebanyak 29 orang.

Page 52: Teori psikologieprints.unm.ac.id/6801/1/2. BAB I - BAB V.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu yang sangat berharga dan dibutuhkan dalam

52

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Dalam penelitian ini

ditetapkan dua kelas kegiatan pembelajaran IPS yaitu yang menggunakan penerapan

teknik memotivasi dalam pembelajaran dan yang tidak menggunakan penerapan

teknik memotivasi dalam pembelajaran pada siswa kelas IV di Madrasah Ibtidaiyah

Negeri 1 Kota Makassar. Jumlah siswa yang dipilih untuk dinilai adalah 25 siswa dari

29 siswa (kelas IVa) pada kelas eksperimen dan 25 siswa dari 32 siswa (kelas IVb)

pada kelas kontrol. Terlebih dahulu peneliti melakukan teknik maching group pada

dua rombel dari kelas IV di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Kota Makassar untuk

membentuk kelompok yang anggotanya sepadan baik kemampuan belajar,

kepemilikan fasilitas belajar, jenis kelamin dan tingkatan usia. Setelah diasumsikan

bahwa kelompok sudah homogen, maka dilakukan pengambilan sampel dengan

menggunakan teknik acak sederhana yakni memberikan gulungan kertas yang berisi

nomor 1-25, dan yang mendapat nomor tersebut akan dimasukkan sebagai sampel.

Tabel 3.2 Sampel Penelitian

Kelompok KelasEksperimen

KontrolTotal Sampel

Jumlah Sampel dalam Kelompok Kelas252550

Page 53: Teori psikologieprints.unm.ac.id/6801/1/2. BAB I - BAB V.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu yang sangat berharga dan dibutuhkan dalam

53

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara yang digunakan oleh peneliti untuk

mengumpulkan data dalam penelitian dan untuk mendapatkan data yang akurat dalam

penelitian ini, peneliti menyususn dan menyiapkan beberapa teknik pengumpulan

data untuk menjawab pertanyaan penelitian ini, yaitu:

a. Tes, dilakukan untuk memperoleh data tentang hasil belajar IPS siswa baik pada

pretest maupun posttes. Baik pretest maupun posttes dalam penelitian

menggunakan jenis tes pilihan ganda yang disusun sendiri oleh peneliti dengan

mengacu pada standar kompetensi maupun kompetensi dasar untuk mata

pelajaran IPS di kelas IV. jawaban yang benar akan diberikan skor 1, sedangkan

jawaban yang salah akan diberikan skor 0. Selanjutnya hasil dari pretest dan

posttest ini kemudian digunakan untuk mengetahui pengaruh penerapan teknik

memotivasi dalam pembelajaran IPS terhadap hasil belajar siswa.

b. Observasi dilakukan untuk memperoleh data dengan menggunakan pengamatan

langsung di lapangan dan mencatat fenomena yang terjadi secara sistematis

proses pembelajaran IPS dengan penerapan teknik memotivasi. Observasi ini

ditujukan untuk melihat bagaimana kemampuan guru dalam mengelola

pembelajaran IPS dengan penerapan teknik memotivasi. Teknik penilaian

menggunakan skala 1 sampai 5 untuk setiap aspek yang diamati. Jika

pelaksanaannya dilakukan dengan sangat baik, maka akan diberikan skor 5. Jika

dilakukan dengan baik akan diberikan skor 4, jika dilakukan dengan cukup baik

Page 54: Teori psikologieprints.unm.ac.id/6801/1/2. BAB I - BAB V.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu yang sangat berharga dan dibutuhkan dalam

54

akan diberikan skor 3, jika dilakukan tapi kurang baik akan diberikan skor 2 dan

jika dilakukan dengan tidak baik akan diberikan skor 1.

G. Instrumen Penelitian

Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan dengan mempergunakan

instrumen-instrumen sebagai berikut:

1. Tes hasil belajar

Tes diberikan sebelum dan sesudah pembelajaran IPS dengan penerapan teknik

memotivasi dalam pembelajaran untuk kelompok eksperimen dan pembelajaran

konvensional untuk kelompok kontrol. Tes yang diberikan berbentuk pilihan ganda

sebanyak 20 soal. Skor setiap soal adalah 1 jika benar dan 0 jika salah.

2. Lembar observasi guru dan siswa

Observasi dilakukan untuk melihat bagaimana proses pembelajaran

berlangsung dengan penerapan teknik memotivasi. Aktivitas apa saja yang sedang

dilakukan oleh guru dan siswa selama pelaksanaan pembelajaran dengan penerapan

teknik memotivasi dalam pembelajaran. Aspek-aspek aktivitas guru yang diamati

adalah:

a. Bagian Pendahuluan

Pada bagian ini aktivitas guru yang diamati difokuskan dalam hal:

1) Guru menyiapkan kelas

2) Guru bersama merumuskan kontrak pembelajaran yang akan

dijalankan selama proses pembelajaran berlangsung

Page 55: Teori psikologieprints.unm.ac.id/6801/1/2. BAB I - BAB V.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu yang sangat berharga dan dibutuhkan dalam

55

3) Guru memberikan motivasi

4) Guru melakukan apersepsi

5) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai

b. Bagian inti

Pada bagian ini aktivitas guru yang diamati difokuskan dalam hal:

1) Guru menjelaskan materi pembelajaran.

2) Sebelum pemberian tugas pengerjaan soal siswa diajak untuk

merilekskan pikirannya sejenak dalam kegiatan permainan senam otak

yang diinstruksikan oleh guru.

3) Guru membagi siswa secara heterogen kedalam 4 kelompok

4) Guru memberikan tugas dalam bentuk diskusi kelompok dan setiap

kelompok saling berdiskusi dengan kelompok belajar yang lain untuk

menciptakan suasana persaingan belajar yang sehat.

5) Setelah siswa melakukan kegiatan diskusi, guru selanjutnya

memberikan kesempatan kepada seluruh siswa khususnya yang ingin

menunjukkan kemahirannya dalam menjelaskan kembali kesimpulan

dari kegiatan diskusinya.

c. Bagian penutup

Pada bagian ini aktivitas guru yang diamati difokuskan dalam hal:

1) Guru dan siswa merefleksi kegiatan pembelajaran yang baru saja

dilakukan.

2) Guru bersama siswa menyimpulkan materi pelajaran.

Page 56: Teori psikologieprints.unm.ac.id/6801/1/2. BAB I - BAB V.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu yang sangat berharga dan dibutuhkan dalam

56

3) Guru memberikan pesan-pesan moral dengan memotivasi siswa.

4) Menutup pelajaran dengan doa.

Aspek-aspek aktivitas siswa yang diamati adalah:

1) Siswa memiliki motivasi dalam memulai pembelajaran.

2) Respon siswa terhadap apersepsi yang disampaikan oleh guru.

3) Siswa memperhatikan guru menyampaikan kontrak pembelajaran, indikator dan

tujuan pembelajaran.

4) Siswa memperhatikan materi pelajaran.

5) Respon siswa terhadap kegiatan permainan senam otak.

6) Siswa mengikuti kegiatan diskusi kelompok.

7) Siswa menunjukkan kemahirannya dalam menjelaskan kembali kesimpulan dari

kegiatan diskusinya.

8) Siswa yang mengajukan tanggapan/komentar kepada kelompok lain saat

mempersentasekan hasil kerjasama mereka.

9) Siswa megerjakan Lembar Kerja Siswa (LKS)

Teknik analisis data terhadap kemampuan guru mengelola pembelajaran dan

kemampuan siswa menerima pembelajaran digunakan analisis rata-rata. Artinya

tingkat kemampuan guru dan siswa dihitung dengan cara menjumlah nilai tiap aspek

kemudian dibagi dengan banyaknya aspek yang dinilai. Pengkategorian kemampuan

guru dan siswa tersebut disusun berdasarkan skala penelitian pada instrument lembar

observasi aktivitas guru dan siswa yang disajikan dalam tabel berikut ini

Page 57: Teori psikologieprints.unm.ac.id/6801/1/2. BAB I - BAB V.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu yang sangat berharga dan dibutuhkan dalam

57

Tabel 3.3 Kategorisasi Tingkat Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran dan Tingkat Kemampuan Siswa dalam Menerima Pembelajaran

No Rata-Rata Kategori1 1,00 ≤ TKGTKS ≤ 1,50 Tidak Baik2 1,50 < TKGTKS ≤ 2,50 Kurang Baik3 2,50 < TKGTKS ≤ 3,50 Cukup4 3,50 < TKGTKS ≤ 4,50 Baik5 4,50 < TKGTKS ≤ 5,00 Sangat Baik

Sumber: Hasratuddin (dalam Nur Qalbi Rusdin, 2013)

Kriteria kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dan kemampuan

siswa dalam menerima pembelajaran dikatakan efektif apabila rata-rata tingkat

kemampuan guru mengelola pembelajaran berada pada ketegori baik.

H. Validasi dan Reliabilitas Instrumen

1. Uji Validasi

Di dalam mengukur valiasi perhatian ditunjukkan pada isi dan kegunaan

instrumen. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan

data itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa

yang seharusnya diukur. Uji validasi penelitian ini dilakukan dengan uji validasi isi

dan uji validasi butir soal, sebagai berikut:

a. Hasil Uji Validasi Isi

Salah satu kriteria utama dalam menetukan suatu perangkat pembelajaran

dapat digunakan apabila memiliki kriteria kevalidan yang baik. perangkat

pembelajaran yang digunakan yaitu, (1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),

Page 58: Teori psikologieprints.unm.ac.id/6801/1/2. BAB I - BAB V.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu yang sangat berharga dan dibutuhkan dalam

58

(2) Lembar Kegiatan Siswa (LKS), (3) Lembar Observasi Guru, (4) Lembar

Observasi Siswa, (5) Hasil Belajar Siswa.

Penilaian para validator ahli pada umumnya berupa catatan-catatan kecil pada

bagian yang perlu diperbaiki, serta saran. Sehingga hasil validasi ini digunakan

sebagai dasar untuk melakukan revisi perangkat pembelajaran. Adapun yang

disarankan oleh validator ahli adalah sebagai berikut:

1. Dalam penyusunan RPP pada materi ajar, hendaknya disesuaikan dengan

tujuan pembelajaran.

2. Dalam menyusun RPP, hendaknya menyesuaikan sistematika penyusunan

rencana pembelajaran.

3. Dalam menyusun LKS, hendaknya menyesuaikan materi pembelajaran dengan

tujuan pembelajaran.

4. Dalam menyusun tes hasil belajar, hendaknya mencakup materi pembelajaran

secara keseluruhan.

5. Dalam menyusun tes hasil belajar, hendaknya memakai bahasa yang mudah

dipahami oleh siswa.

Dalam prosess perbaikan penelitian mengacuh pada saran serta petunjuk dari

para validator ahli di atas. Adapun Validator ahli dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

Page 59: Teori psikologieprints.unm.ac.id/6801/1/2. BAB I - BAB V.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu yang sangat berharga dan dibutuhkan dalam

59

Tabel 3.4 Nama-nama Validator Ahli

No Nama Validator Jabatan Keterangan1 Prof. Dr. H. Alimuddin Mahmud, M.Pd Guru Besar

Universitas Negeri Makassar

Validator I

2 Dr. Herman, S.Pd., M.Si Ketua Jurusan Pendidikan IPS

Validator II

Berikut ini adalah data hasil validasi perangkat dan instrumen pembelajaran

yang digunakan dalam penelitian

Tabel 3.5 Hasil Validasi Perangkat dan Instrumen Pembelajaran yang digunakan dalam Penelitian

No Indikator Validasi Nilai Keterangan1 RPP 3.7 Sangat Valid2 LKS 3.8 Sangat Valid3 Lembar Observassi Aktivitas Guru 3.9 Sangat Valid4 Lembar Observassi Aktivitas Siswa 3.5 Valid5 Tes Hasil Belajar 4 Sangat Valid

Sumber: Lampiran C.1 Halaman 241

Berdasarkan Tabel di atas dapat disimpulkan bahwa perangkat dan instrumen

untuk mata pelajaran IPS dengan menggunakan penerapan teknik memotivasi dalam

pembelajaran layak untuk digunakan karena dinyatakan memenuhi kriteria kevalidan

dan dapat digunakan dengan sedikit revisi.

b. Hasil Uji Validasi Butir Soal

Instrumen butir soal pada penelitian ini berupa pilihan ganda. Uji validitas

dilakukan dengan menggunakan rumus “korelasi point biserial”. Rumus korelasi

point biserial digunakan karena soal bersifat dikotomi dan diaplikasikan untuk

menguji validitas hasil uji coba tes dalam bentuk jawaban benar = 1 dan jawaban

Page 60: Teori psikologieprints.unm.ac.id/6801/1/2. BAB I - BAB V.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu yang sangat berharga dan dibutuhkan dalam

60

salah = 0. Berikut ini merupakan rumus untuk mencari validitas dengan menggunakan

rumus korelasi point biserial: seperti dikemukakan oleh Sutetyo (2012: 141), sebagai

berikut.

rpbis ¿Mp−Mt

St √ pq

Keterangan:

rpbis = koefisien korelasi biserial

Mp = mean skor dari subyek yang menjawab betul butir soal yang dicari

Mt = mean total

St = standar deviasi skor total

p = proporsi resonden yang menjawab benar butir soal yang dicari

q = proporsi resonden yang menjawab salah butir soal yang dicari

Rumus korelasi point biserial dalam penelitian ini menggunakan bantuan

Microsoft Exel dengan rumus fungsi CORREL, dengan bentuk rumus

=CORREL(Array1,Array2), dimana Array 1 = range untuk item soal (tiap butir soal

dan Array2= range untuk skor soal.

Berdasarkan uji coba instrumen hasil belajar IPS pada siswa Kelas IV

Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Kota Makassar, terdapat 30 butir soal pilihan ganda.

Berdasarkan hasil validasi butir soal, 10 diantaranya dinyatakan tidak valid karena

nilai rpbis-nya kurang dari nilai rtabel (0,361). Nomor soal yang dinyatakan tidak valid

adalah 1, 3, 7, 8, 12, 16, 18, 19, 22, dan 27. Adapun 20 nomor lainnya dinyatakan

valid karena nilai rpbis-nya lebih besar dari nilai rtabel (0,361). Soal yang dinyatakan

Page 61: Teori psikologieprints.unm.ac.id/6801/1/2. BAB I - BAB V.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu yang sangat berharga dan dibutuhkan dalam

61

valid yaitu butir soal nomor 2, 4, 5, 6, 9, 10, 11, 13, 14, 15, 17, 20, 21, 23, 24, 25, 26,

28, 29, dan 30. (Hasil analisis dapat dilihat pada Lampiran D.1 Halaman. 247)

2. Uji Reliabilitas

Pengujian reliabilitas dilakukan dengan menggunakan metode Alpha-

Cronbach. Standar dalam menentukan reliabel tidaknya suatu instrument penelitian

umumnya adalah perbandingan nilai Thitung dengan rtabel pada taraf kepercayaan 95%

atau tingkat signifikan 5%. Tingkat reliabilitas dengan menggunakan metode Alpha-

Cronbach diukur berdasarkan skala alpha 0 sampai dengan 1. Tingkat skala alhpa

tersebut dapat dikelompokkan ke dalam lima kelas yang dapat diinterpretasikan

sebagai berikut:

Tabel 3.6 Tingkat Realibilitas Berdasarkan Nilai Alpha

Alhpa Tingkat Reliabilitas0,00 s.d 0,20 Kurang reliable

>0,20 s.d 0,40 Agak reliable>0,40 s.d 0,60 Cukup reliable>0,60 s.d 0,80 Reliable>0,80 s.d 1,00 Sangat reliable

Sumber : Hardiyanti Rizka, 2016

Analisis untuk uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan SPSS versi

21,0 (hasil analisis SPSS dapat dilihat pada lampiran D.3 Halaman 251). Hasil uji

reliabilitas tersebut diperoleh nilai Alpha Cronbach sebesar 0,81.

Page 62: Teori psikologieprints.unm.ac.id/6801/1/2. BAB I - BAB V.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu yang sangat berharga dan dibutuhkan dalam

62

Berdasarkan pada tabel di atas maka tingkat reabilitas instrumen tes hasil

belajar yang dilakukan pada penelitian ini berada pada derajat sengat reliabel karena

diperoleh nilai alpha sebesar 0,81.

I. Teknik Analisis Data

Analisi data yang digunakan adalah analisis deskriptif, dan analisis inferensial

1. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif kuantitatif digunakan untuk memperoleh gambaran umum

tentang hasil belajar IPS siswa sebelum dan sesudah diberi perlakuan yaitu penerapan

teknik memotivasi dalam pembelajaran dengan perhitungan rata-rata (mean) skor

siswa yang sebelumnya tidak ditentukan persentasenya terlebih dahulu

P fn

x100 Me=∑ xiN

Di mana: Di mana:

P : Persentase Me : Mean (rata-rata)

F : Frekuensi Xi : Nilai X ke I sampai ke-n

N : Jumlah sampel N : Banyak Sampel

(Intisari, 2013: 47)

Analisis hasil belajar ini diarahkan pada pencapaian hasil belajar secara

individual dan klasikal. Siswa dikatakan berhasil dalam belajar jika memperoleh nilai

Page 63: Teori psikologieprints.unm.ac.id/6801/1/2. BAB I - BAB V.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu yang sangat berharga dan dibutuhkan dalam

63

minimal 70 berdasarkan KKM yang telah ditetapkan di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1

Kota Makassar untuk mata pelajaran IPS Kelas IV, dan secara klasikal pembelajaran

dikatakan berhasil jika minimal 80% siswa mencapai skor minimum 70. Hasil belajar

siswa selanjutnya dibandingkan dengan mengelompokkan hasil belajar berikut

Depdiknas (dalam Andariana, 2014)

Tabel 3.7 Pedoman Pengkategorian Hasil Belajar Siswa

Interval Skor Kategori0 – 34 Sangat Rendah35 – 54 Rendah55 – 64 Sedang65 – 84 Tinggi85 – 100 Sangat Tinggi

Sumber: Depdiknas (dalam Andariana, 2014)

Selanjutnya untuk melihat bagaimana gambaran hasil belajar IPS siswa

sesudah diberi perlakuan yaitu penerapan teknik memotivasi dalam pembelajaran dan

siswa yang tidak diberi perlakuan yaitu menerapkan pembelajaran konvensional

dengan data statistik, data dianalisis dengan bantuan SPSS versi 21.0.

2. Analisis Statistik Inferensial

Analisis data statistik inferensial ini menggunakan program SPSS windows

versi 21.0. Analisis ini meliputi prasyarat yaitu uji normalitas data dan uji

homogenitas kemudian data uji hipotesis.

Page 64: Teori psikologieprints.unm.ac.id/6801/1/2. BAB I - BAB V.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu yang sangat berharga dan dibutuhkan dalam

64

a. Uji Prasyarat

1) Uji Normalitas Data

Pengujian normalitas data hasil penelitian dengan menggunakan uji

Kolmogorov-Smirnov dengan ketentuan jika hasil yang diperoleh > 0,05 maka data

berdistribusi normal, jika hasil yang diperoleh < 0,05 maka data tidak berdistribusi

normal. Adapu hasil uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 3.8 berikut:

Tabel 3.8 Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Pretest Kelas

Eksperimen

Postest Kelas

Eksperimen

Pretest Kelas

Kontrol

Postest Kelas

Kontrol

N 25 25 25 25

Normal Parametersa,bMean 56,6000 80,8000 57,2000 73,0000

Std. Deviation 8,00000 6,72062 8,54888 7,50000

Most Extreme Differences

Absolute ,155 ,147 ,148 ,175

Positive ,155 ,147 ,132 ,175

Negative -,105 -,134 -,148 -,145

Kolmogorov-Smirnov Z ,777 ,737 ,742 ,877

Asymp. Sig. (2-tailed) ,583 ,649 ,641 ,425

Sumber: Hasil Olah SPSS

Hasil uji normalitas dilihat pada nilai Kolmogorov-Smirnov Z. Nilai yang

diperoleh lebih besar dari 0,05 baik pada kelompok eksperimen maupun pada

kelompok kontrol. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa data yang diperoleh

berdistribusi normal.

Page 65: Teori psikologieprints.unm.ac.id/6801/1/2. BAB I - BAB V.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu yang sangat berharga dan dibutuhkan dalam

65

2) Uji Homogenitas Data

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah penelitian berangkat

dari kondisi yang sama (homogen) atau tidak, yang selanjutnya digunakan untuk

menentukan statistik pengujiannya. Uji homogenitas dilakukan dengan menyelidiki

apakah kedua sampel mempunyai variansi yang sama atau tidak.

Uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan tes homogenty of variance

dengan ketentuan jika hasil yang diperoleh > 0,05 maka data berasal dari varian yang

sama (homogen), jika hasil yang diperoleh < 0,05 maka data berasal dari varian yang

tidak sama (tidak homogen). Adapun hasil uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 3.9

berikut:

Tabel 3.9 Hasil Uji Homogenitas

Test of Homogeneity of Variances

Levene Statistic df1 df2 Sig.

1,603 5 17 ,213

Sumber: Hasil Olah SPSS

Hasil uji homogenitas yang diperoleh adalah 0,213> 0,05. Dengan demikian

dapat dikemukakan bahwa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berasal dari

varian yang sama atau homogen.

Page 66: Teori psikologieprints.unm.ac.id/6801/1/2. BAB I - BAB V.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu yang sangat berharga dan dibutuhkan dalam

66

b. Uji Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan dengan mengetahui pengaruh penerapan teknik

memotivasi dalam pembelajaran terhadap hasil belajar IPS siswa Kelas IV Madrasah

Ibtidaiyah Negeri 1 Kota Makassar. Perhitungan dilakukan dengan bantuan SPSS

21.0 for windows. Adapun hipotesis statistik yang diuji dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut: 1) H0 : µ1 = µ2 : tidak terdapat perbedaan hasil belajar IPS siswa

Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Kota Makassar antara yang diajar dengan

menerapkan teknik memotivasi dalam pembelajaran dengan menerapkan

pembelajaran konvensional. 2) H1: µ1≠ µ2 : terdapat perbedaan hasil belajar IPS

siswa Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Kota Makassar antara yang diajar

dengan menerapkan teknik memotivasi dalam pembelajaran dengan menerapkan

pembelajaran konvensional.

Page 67: Teori psikologieprints.unm.ac.id/6801/1/2. BAB I - BAB V.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu yang sangat berharga dan dibutuhkan dalam

67

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Bab ini menyajikan gambaran mengenai hasil analisis data. Semua data

yang diperoleh melalui instrument-instrumen penelitian dianalisis untuk menjawab

pertanyaan penelitian yang ada pada rumusan masalah. Jawaban atas pertanyaan-

pertanyaan tersebut dapat diperoleh dengan menganalisis data secara deskriptik dan

inferensial.

1. Gambaran pelaksanaan pembelajaran

a. Gambaran penerapan teknik memotivasi dalam pembelajaran siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Kota Makassar

Teknik memotivasi dalam pembelajaran merupakan teknik yang dijadikan

sebagai bahan perlakuan dalam peningkatan hasil belajar siswa. Penelitian ini

dilaksanakan di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Kota Makassar yang dimulai pada

tanggal 25 April – 29 Mei 2017. Pemberian perlakuan teknik memotivasi dalam

pembelajaran dilakukan sebanyak 4 pertemuan dan pelaksanaan pembelajaran

konvensional juga 4 pertemuan. Sebelum menerapkan perlakuan, terlebih dahulu

peneliti mengadakan pretest diluar jadwal pertemuan untuk penelitian. Setelah

67

Page 68: Teori psikologieprints.unm.ac.id/6801/1/2. BAB I - BAB V.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu yang sangat berharga dan dibutuhkan dalam

68

pertemuan dilakukan sebanyak 4 kali kemudian dilakukan posttest. Sebelum

penerapan teknik memotivasi dalam pembelajaran diterapkan di kelas ekperimen

terlebih dahulu dilakukan observasi.

Langkah-langkah penerapan teknik memotivasi dalam pembelajaran

1) Persiapan

Tahap persiapan ini, peneliti menyiapkan perangkat pembelajaran mulai dari

pesiapan RPP, media pembelajaran, materi bacaan dan seluruh penunjang selama

proses pembelajaran berlangsung yang akan dilakukan dalam rangka mengumpulkan

data-data yang diperoleh untuk melengkapi penelitian. Peneliti menentukan jadwal

pemberian tindakan, mengecek kembali instrument yang telah disediakan serta

menggandakan naskah soal yang akan di bagikan kepada siswa untuk dijawab.

2) Kegiatan awal

Kegiatan awal dilakukan untuk memberikan orientasi awal kepada siswa dan

dibantu dengan guru kelas tersebut yakni peneliti menyiapkan siswa dengan

mengucapkan salam, memberi doa dan mengabsen, bersama siswa merumuskan

kontrak pembelajaran yang akan dijalankan selama proses pembelajaran berlangsung,

memotivasi siswa agar terlibat aktif dalam pembelajaran serta menyampaikan tujuan

pembelajaran yang hendak dicapai. Setelah itu peneliti memberi pertanyaan stimulus

yang berhubungan dengan materi pembelajaran. Sesuai dengan rancangan lembar

observasi guru, peneliti telah melaksanakan beberapa indikator yang telah

Page 69: Teori psikologieprints.unm.ac.id/6801/1/2. BAB I - BAB V.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu yang sangat berharga dan dibutuhkan dalam

69

direncanakan sesuai dengan langkah-langkah teknik memotivasi dalam pembelajaran

dan relatif sama hingga akhir pertemuan.

Dari lembar observasi siswa, indikator yang dilaksanakan pada proses

pembelajaran berlangsung mulai dari awal pertemuan sampai pada akhir pertemuan

menunjukkan kategori baik. Dan relatif mengalami peningkatan disetiap pertemuan.

3) Kegiatan inti

Kegiatan inti sesuai dengan rencana pembelajaran yang dibuat dengan

langkah-langkah teknik memotivasi dalam pembelajaran. kegiatan yang dilakukan

peneliti pada pembelajaran ini, yaitu menjelaskan materi pembelajaran sebagai

pengantar, mengelolah pengetahuan awal siswa dan menghubungkan materi dengan

lingkungan keseharian siswa.

Selanjutnya menerapkan langkah-langkah teknik memotivasi dalam

pembelajaran sebagai berikut ;

Tahap 1 : Penjelasan materi pelajaran.

Tahap ini peneliti menjelaskan materi pelajaran yaitu tentang kegiatan

ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya alam dan potensi lain di daerah.

Tahap 2 : Menghadirkan permainan dalam pembelajaran.

Tahap ini, sebelum pemberian tugas pengerjaan soal, peneliti mengajak siswa

untuk merilekskan pikirannya sejenak dalam kegiatan permainan senam otak yang

diinstruksikan oleh peneliti.

Page 70: Teori psikologieprints.unm.ac.id/6801/1/2. BAB I - BAB V.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu yang sangat berharga dan dibutuhkan dalam

70

Tahap 3 : Menciptakan suasana persaingan belajar yang sehat

Pada tahap ini peneliti membagi siswa secara heterogen kedalam 4 kelompok

kemudian peneliti memberikan tugas dalam bentuk diskusi kelompok dan setiap

kelompok saling berdiskusi dengan kelompok belajar yang lain.

Tahap 4 : Memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperlihatkan

kemahirannya di depan siswa lainnya.

Setelah siswa melakukan kegiatan diskusi, peneliti selanjutnya memberikan

kesempatan kepada seluruh siswa khususnya yang ingin menunjukkan kemahirannya

dalam menjelaskan kembali kesimpulan dari kegiatan diskusinya.

Tahap 5 : Pemberian pernyataan secara verbal dan non verbal

Peneliti memberikan pernyataan secara verbal dan atau pernyataan secara non

verbal terkait hasil belajar siswa baik secara kelompok maupun secara individu.

Tahap 6 : Memberikan LKS

Tahap ini peneliti membagikan LKS sesuai dengan materi pelajaran yang

telah dipelajari.

Tahap 7 : Siswa mengerjakan LKS dengan pengawasan

Setelah peneliti membagikan LKS, peneliti mengawasi siswa mengerjakan

LKS.

4) Penutup

Page 71: Teori psikologieprints.unm.ac.id/6801/1/2. BAB I - BAB V.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu yang sangat berharga dan dibutuhkan dalam

71

Kegiatan penutup, merefleksi kegiatan pembelajaran yaitu peneliti memberi

kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan terhadap materi yang belum

diketahui, peneliti bersama siswa menyimpulkan materi pelajaran, memberikan

pesan-pesan moral dengan memotivasi siswa, dan menutup pelajaran dengan doa.

a) Hasil observasi aktivitas guru dalam pembelajaran IPS dengan teknik

memotivasi pada kelompok eksperimen

Pengamatan dilakukakan terhadap aktivitas guru dalam menerapkan teknik

memotivasi dalam pembelajaran IPS. Lembar observasi diisi oleh guru kelas yang

bertindak sebagai observer. Keseluruhan hasil observasi aktivitas guru dapat dilihat

pada lampiran D.10 halaman 264. Adapun ringkasan hasil observasi dapat dilihat

pada table 4.1 berikut:

Tabel 4.1 Rekapitulasi hasil observasi aktivitas guru pada kelompok eksperimen

Rata-Rata Pertemuan Kategori1 2 3 4

1,00 ≤ TKG ≤ 1,50 Tidak Baik1,50 < TKG ≤ 2,50 Kurang Baik2,50 < TKG ≤ 3,50 3,5 Cukup3,50 < TKG≤ 4,50 3,6 Baik4,50 < TKG≤ 5,00 4,2 4,5 Sangat Baik

Sumber : Lampiran D.10 Halaman 264

Pertemuan pertama, aktivitas guru dengan rata-rata 3,5 berada pada kategori

cukup. Pertemuan kedua, aktivitas guru dengan rata-rata 3,6 berada pada kategori

baik. Pertemuan ketiga, aktivitas guru dengan rata-rata 4,2 berada pada kategori

Page 72: Teori psikologieprints.unm.ac.id/6801/1/2. BAB I - BAB V.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu yang sangat berharga dan dibutuhkan dalam

72

sangat baik. Pertemuan keempat, aktivitas guru dengan rata-rata 4,5 berada pada

kategori sangat baik.

b) Hasil observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS dengan teknik

memotivasi pada kelompok eksperimen

Pengamatan dilakukakan terhadap aktivitas siswa dalam penerapan teknik

memotivasi dalam pembelajaran IPS. Lembar observasi diisi oleh guru kelas yang

bertindak sebagai observer. Keseluruhan hasil observasi aktivitas siswa dapat dilihat

pada lampiran D.20 halaman 284. Adapun ringkasan hasil observasi dapat dilihat

pada table 4.2 berikut:

Tabel 4.2 Rekapitulasi hasil observasi aktivitas siswa pada kelompok eksperimen

Rata-Rata Pertemuan Kategori1 2 3 4

1,00 ≤ TKS ≤ 1,50 Tidak Baik1,50 < TKS ≤ 2,50 Kurang Baik2,50 < TKS ≤ 3,50 3,3 Cukup3,50 < TKS ≤ 4,50 3,6 Baik4,50 < TKS ≤ 5,00 4,1 4,5 Sangat Baik

Sumber : Lampiran D.20 Halaman 284

Pertemuan pertama, aktivitas guru dengan rata-rata 3,3 berada pada kategori

cukup. Pertemuan kedua, aktivitas guru dengan rata-rata 3,6 berada pada kategori

baik. Pertemuan ketiga, aktivitas guru dengan rata-rata 4,1 berada pada kategori

sangat baik. Pertemuan keempat, aktivitas guru dengan rata-rata 4,5 berada pada

kategori sangat baik.

Page 73: Teori psikologieprints.unm.ac.id/6801/1/2. BAB I - BAB V.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu yang sangat berharga dan dibutuhkan dalam

73

b. Gambaran pelaksanaan pembelajaran konvensional di kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Kota Makassar

Pembelajaran dengan pelaksanaan pembelajaran konvensional merupakan

pembelajaran yang digunakan untuk kelas kontrol. Pembelajaran dilakukan sebanyak

4 pertemuan dan sebelum melakukan pembelajaran dilakukan pretest, setelah

pertemuan dilakukan sebanyak 4 kali kemudian dilakukan posttest. Adapun langkah-

langkah pelaksanaan pembelajaran konvensional sebagai berikut :

1) Persiapan.

Tahap persiapan ini, peneliti menyiapkan perangkat pembelajaran mulai dari

persiapan RPP, media pembelajaran, materi bacaan dan seluruh penunjang selama

proses pembelajaran berlangsung yang akan dilakukan dalam rangka mengumpulkan

data-data yang diperoleh untuk melengkapi penelitian. Peneliti menentukan jadwal

pemberian tindakan, mengecek kembali instrument yang telah disediakan serta

menggandakan naskah soal yang akan di bagikan kepada siswa untuk dijawab.

2) Kegiatan awal.

Kegiatan awal dilakukan untuk memberi orientasi awal kepada siswa dan

dibantu dengan guru kelas yakni dengan memberi salam, berdoa, mengabsen,

memberikan apersepsi, dan mengkomunikasikan garis besar kompetensi dasar,

indikator, dan tujuan pembelajaran. Sesuai dengan rancangan lembar observasi guru,

Page 74: Teori psikologieprints.unm.ac.id/6801/1/2. BAB I - BAB V.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu yang sangat berharga dan dibutuhkan dalam

74

peneliti telah melaksanakan beberapa indikator yang telah direncanakan sesuai

langkah-langkah metode ceramah dan relatif sama hingga akhir pertemuan.

Dari lembar observasi siswa, indikator yang dilaksanakan pada proses

pembelajaran berlangsung mulai dari awal pertemuan sampai pada akhir pertemuan

menunjukkan kategori baik dan relatif mengalami peningkatan disetiap pertemuan.

3) Kegiatan inti

Kegiatan inti sesuai dengan rencana pembelajaran yang dibuat dengan

langkah-langkah pembelajaran konvensional. kegiatan yang dilakukan peneliti pada

pembelajaran ini, yaitu menjelaskan materi pembelajaran sebagai pengantar,

mengelolah pengetahuan awal siswa dan menghubungkan materi dengan lingkungan

keseharian siswa.

Selanjutnya menerapkan langkah-langkah pembelajaran konvensional:

a) Memberikan arahan materi pelajaran yang akan dipelajari.

Tahap ini guru memberi pengetahuan awal kepaa siswa tentang materi apa

yang akan dipelajari, sehingga siswa mempersiapkan buku tulis dan alat tulisnya,

dan ada beberapa siswa yang memiliki buku cetak sehingga dapat dimanfaatkan

untuk pembelajaran.

b) Dengan metode ceramah guru menjelaskan secara singkat mengenai kegiatan

ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya alam dan potensi di daerah

c) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan

pertanyaan/tanggapan

Page 75: Teori psikologieprints.unm.ac.id/6801/1/2. BAB I - BAB V.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu yang sangat berharga dan dibutuhkan dalam

75

d) Guru memberikan kesempatan kepada siswa mencatat

e) Guru memberikan reinforcement (penguatan) kepada siswa

f) Memberikan LKS

g) Siswa mengerjakan LKS dengan pengawasan guru

4) Penutup

Guru memberikan tes akhir pembelajaran secara individu, mengarahkan

siswa menyimpulkan materi pelajaran dan memberikan pesan - pesan moral dan

diakhiri dengan doa bersama.

a) Hasil observasi aktivitas guru dalam pembelajaran IPS dengan pembelajaran

konvensional

Pengamatan dilakukakan terhadap aktivitas guru dalam menerapkan

pembelajaran konvensional dalam pembelajaran IPS. Lembar observasi diisi oleh

guru kelas yang bertindak sebagai observer. Keseluruhan hasil observasi aktivitas

guru dapat dilihat pada lampiran D.15 halaman 274. Adapun ringkasan hasil

observasi dapat dilihat pada table 4.3 berikut:

Tabel 4.3 Rekapitulasi hasil observasi aktivitas guru pada kelompok kontrol

Rata-Rata Pertemuan Kategori1 2 3 4

1,00 ≤ TKG ≤ 1,50 Tidak Baik1,50 < TKG ≤ 2,50 Kurang Baik2,50 < TKG ≤ 3,50 3,1 3,5 Cukup3,50 < TKG ≤ 4,50 4,0 Baik4,50 < TKG ≤ 5,00 4,4 Sangat Baik

Sumber : Lampiran D.15 Halaman 274

Page 76: Teori psikologieprints.unm.ac.id/6801/1/2. BAB I - BAB V.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu yang sangat berharga dan dibutuhkan dalam

76

Pertemuan pertama, aktivitas guru dengan rata-rata 3,1 berada pada kategori

cukup. Pertemuan kedua, aktivitas guru dengan rata-rata 3,5 berada pada kategori

cukup. Pertemuan ketiga, aktivitas guru dengan rata-rata 4,0 berada pada kategori

baik. Pertemuan keempat, aktivitas guru dengan rata-rata 4,4 berada pada kategori

sangat baik.

b) Hasil observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS dengan pembelajaran

konvensional

Pengamatan dilakukakan terhadap aktivitas siswa dalam penerapan

pembelajaran konvensional dalam pembelajaran IPS. Lembar observasi diisi oleh

guru kelas yang bertindak sebagai observer. Keseluruhan hasil observasi aktivitas

guru dapat dilihat pada lampiran D.25 halaman 293. Adapun ringkasan hasil

observasi dapat dilihat pada table 4.4 berikut:

Tabel 4.4 Rekapitulasi hasil observasi aktivitas siswa pada kelompok kontrol

Rata-Rata Pertemuan Kategori1 2 3 4

1,00 ≤ TKS ≤ 1,50 Tidak Baik1,50 < TKS ≤ 2,50 Kurang Baik2,50 < TKS ≤ 3,50 3 3,2 3,4 Cukup3,50 < TKS ≤ 4,50 3,6 Baik4,50 < TKS ≤ 5,00 Sangat Baik

Sumber : Lampiran D.25 Halaman 293

Pertemuan pertama, aktivitas guru dengan rata-rata 3 berada pada kategori

cukup. Pertemuan kedua, aktivitas guru dengan rata-rata 3,2 berada pada kategori

cukup. Pertemuan ketiga, aktivitas guru dengan rata-rata 3,4 berada pada kategori

Page 77: Teori psikologieprints.unm.ac.id/6801/1/2. BAB I - BAB V.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu yang sangat berharga dan dibutuhkan dalam

77

cukup. Pertemuan keempat, aktivitas guru dengan rata-rata 3,6 berada pada kategori

baik.

2. Gambaran hasil belajar IPS siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Kota Makassar

Hasil belajar siswa diukur dengan menggunakan instrument berupa soal

pilihan ganda yang berjumlah 20 soal. Sebelum soal diberikan kepada kelas

eksperimen dan kelas kontrol terlebih dahulu soal sebanyak 30 item divalidasi oleh

ahli pembelajaran IPS, yang selanjutnya diuji cobakan kepada 50 siswa diluar sampel

tetapi dalam lingkungan yang homogen. Dan diperoleh 20 soal yang dianggap valid

yang dapat dilihat pada lampiran B.2 Halaman 196. Setelah instrument soal pilihan

ganda diujikan diperoleh data data pretest dan posttest sebagai berikut :

a. Gambaran hasil belajar pretest IPS siswa pada kelas eksperimen

Penggambaran hasil belajar awal siswa pada kelas eksperimen untuk mata

pelajaran IPS diperoleh berdasarkan hasil pengerjaan soal-soal pretest yang

dikerjakan oleh siswa pada tanggal 25 April 2017 sebelum aktivitas pembelajaran IPS

dalam penelitian ini dilaksanakan melalui pelaksanaan teknik memotivasi.

Berikut ini disajikan pada tabel 4.5 mengenai data hasil belajar pretest siswa

pada kelas eksperimen sehubungan dengan aspek capaian hasil belajar awal siswa

setelah melakukan pengerjaan soal-soal tes hasil belajar IPS.

Page 78: Teori psikologieprints.unm.ac.id/6801/1/2. BAB I - BAB V.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu yang sangat berharga dan dibutuhkan dalam

78

Tabel 4.5 Data Hasil Belajar Pretest IPS Siswa Kelas Eksperimen

No. Tingkat Penguasaan

Hasil Belajar Pretest KategoriFrekuensi Persentase (%)1 85 – 100 0 0 % Sangat Tinggi2 65 – 84 6 24 % Tinggi3 55 – 64 11 44 % Sedang4 35 – 54 8 32 % Rendah5 0 – 34 0 0 % Sangat Rendah

Jumlah 25 100 %Sumber: Data Hasil Penelitian Tahun 2017 (Lampiran D.29 Halaman 297)

Data tabel 4.5 ini, menunjukkan gambaran hasil belajar pretest IPS siswa pada

kelas eksperimen cenderung berada pada kategori penilaian “sedang” yang

disebabkan oleh banyaknya siswa yaitu 11 orang siswa dengan persentase 44% yang

memeroleh skor tes hasil belajar dengan tingkat penguasaan 55 sampai 64 yang

apabila dalam proses pembelajarannya belum diberikan perlakuan berupa

pelaksanaan teknik memotivasi.

b. Gambaran hasil belajar pretest IPS siswa pada kelas kontrol

Penggambaran hasil belajar awal siswa pada kelas kontrol diperoleh

berdasarkan hasil pengerjaan soal-soal pretest yang dikerjakan oleh siswa pada

tanggal 25 April 2017 sebelum aktivitas pembelajaran matematikanya dilaksanakan

dengan tetap mengikuti cara pengajaran yang umumnya dilaksanakan oleh guru

dalam artian selain pelaksanaan teknik memotivasi.

Page 79: Teori psikologieprints.unm.ac.id/6801/1/2. BAB I - BAB V.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu yang sangat berharga dan dibutuhkan dalam

79

Berikut ini disajikan pada tabel 4.6 mengenai data hasil belajar pretest siswa

pada kelas kontrol setelah melakukan pengerjaan soal-soal pretest guna mengetahui

hasil tes belajar awal siswa dalam pembelajaran IPS.

Tabel 4.6 Data Hasil Belajar Pretest IPS Siswa Kelas Kontrol

No. Tingkat Penguasaan

Hasil Belajar Pretest KategoriFrekuensi Persentase (%)1 85 – 100 0 0 % Sangat Tinggi2 65 – 84 5 20 % Tinggi3 55 – 64 7 28 % Sedang4 35 – 54 13 52 % Rendah5 0 – 34 0 0 % Sangat Rendah

Jumlah 25 100 %Sumber: Data Hasil Penelitian Tahun 2017 (Lampiran D.29 Halaman 298)

Pada data tabel 4.6 di atas, menunjukkan gambaran hasil belajar pretest IPS

siswa pada kelas kontrol cenderung berada pada kategori penilaian “rendah” yang

disebabkan oleh banyaknya siswa yaitu 13 orang siswa dengan persentase 52% yang

memeroleh skor tes hasil belajar dengan tingkat penguasaan 35 sampai 54 yang

apabila dalam proses pembelajarannya belum diberikan perlakuan pembelajaran

selain pelaksanaan teknik memotivasi.

c. Gambaran hasil belajar posttest IPS siswa pada kelas eksperimen

Penggambaran hasil belajar IPS siswa untuk penilaian posttest pada kelas

eksperimen diperoleh berdasarkan hasil pengerjaan soal-soal posttest yang dikerjakan

oleh siswa pada tanggal 29 Mei 2017 setelah aktivitas pembelajaran IPS dalam

penelitian ini selama 4 x pertemuan dilaksanakan melalui teknik memotivasi.

Page 80: Teori psikologieprints.unm.ac.id/6801/1/2. BAB I - BAB V.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu yang sangat berharga dan dibutuhkan dalam

80

Berikut ini disajikan pada tabel 4.7 mengenai data hasil belajar posttest siswa

pada kelas eksperimen sehubungan dengan capaian hasil belajar siswa setelah

melakukan pengerjaan soal-soal tes hasil belajar IPS.

Tabel 4.7 Data Hasil Belajar Posttest IPS Siswa Kelas Eksperimen

No. Tingkat Penguasaan

Hasil Belajar Posttest KategoriFrekuensi Persentase (%)1 85 – 100 15 60 % Sangat Tinggi2 65 – 84 10 40 % Tinggi3 55 – 64 0 0 % Sedang4 35 – 54 0 0 % Rendah5 0 – 34 0 0 % Sangat Rendah

Jumlah 25 100 %Sumber: Data Hasil Penelitian Tahun 2017 (Lampiran D.29 Halaman 297)

Sebagaimana data tabel 4.7 di atas, menunjukkan gambaran hasil belajar

posttest IPS siswa pada kelas eksperimen cenderung berada pada kategori penilaian

“sangat tinggi” dikarenakan banyaknya siswa yaitu 15 orang siswa dengan persentase

60% yang memeroleh skor tes hasil belajar dengan tingkat penguasaan 85 sampai

100.

Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan hasil belajar IPS siswa

yang apabila dalam proses pembelajarannya telah diberikan perlakuan berupa

pelaksanaan teknik memotivasi.

d. Gambaran hasil belajar posttest matematika siswa pada kelas kontrol

Penggambaran hasil belajar IPS siswa untuk penilaian posttest pada kelas

kontrol diperoleh berdasarkan hasil pengerjaan soal-soal posttest yang dikerjakan

Page 81: Teori psikologieprints.unm.ac.id/6801/1/2. BAB I - BAB V.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu yang sangat berharga dan dibutuhkan dalam

81

oleh siswa pada tanggal 29 Mei 2017 setelah aktivitas pembelajaran matematika

dalam penelitian ini dilaksanakan selain pelaksanaan teknik memotivasi.

Berikut ini disajikan pada tabel 4.8 mengenai data hasil belajar posttest siswa

pada kelas kontrol sehubungan dengan aspek capaian hasil belajar siswa setelah

melakukan pengerjaan soal-soal tes hasil belajar IPS.

Tabel 4.8 Data Hasil Belajar Posttest IPS Siswa Kelas Kontrol

No. Tingkat Penguasaan

Hasil Belajar Posttest KategoriFrekuensi Persentase (%)1 85 – 100 0 0 % Sangat Tinggi2 65 – 84 5 20 % Tinggi3 55 – 64 20 80 % Sedang4 35 – 54 0 0 % Rendah5 0 – 34 0 0 % Sangat Rendah

Jumlah 25 100 %Sumber: Data Hasil Penelitian Tahun 2017 (Lampiran D.29 Halaman 298)

Merujuk pada data tabel 4.8 di atas, menunjukkan gambaran hasil belajar

posttest IPS siswa pada kelas kontrol cenderung berada pada kategori penilaian

“sedang” dikarenakan banyaknya siswa yaitu 20 orang siswa dengan persentase 80%

yang memeroleh skor tes hasil belajar dengan tingkat penguasaan 55 sampai 64.

Penggambaran ini juga menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan hasil

belajar IPS siswa pada kelas kontrol meskipun dalam proses pembelajarannya tidak

diberikan perlakuan berupa pelaksanaan teknik memotivasi. Hanya saja, peningkatan

hasil belajarnya tidak terjadi secara signifikan yang apabila dibandingkan dengan

peningkatan hasil belajar posttest IPS siswa pada kelas eksperimen.

Page 82: Teori psikologieprints.unm.ac.id/6801/1/2. BAB I - BAB V.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu yang sangat berharga dan dibutuhkan dalam

82

e. Rekapitulasi hasil belajar pretest-posttest IPS siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol

Gambaran umum terkait hasil belajar siswa pada kelas eksperimen dan kelas

kontrol dapat dilihat pada tabel 4.9 dan diagram hasil belajar IPS Pretest-Posttest

siswa pada gambar 4.1 di bawah ini.

Tabel 4.9 Rekapitulasi Hasil belajar IPS Pretest-Posttest Siswa

Kelas Eksperimen Statistik Deskriptif Kelas KontrolPretest Posttest Pretest Posttest

25 25 Ukuran Sampel 25 2556 80 Mean 57 7375 95 Nilai Maksimal 75 8045 70 Nilai Minimal 40 60

Sumber: Data Hasil Penelitian Tahun 2017 (Lampiran D.26 Halaman 294)

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol0

1020304050607080

5657

8073

PretestPosttest

Gambar 4.3 Skema Diagram Hasil belajar IPS Pretest-Posttest Siswa

Adapun untuk menetapkan pengualifikasian hasil tes belajar matematika siswa

berdasarkan nilai prestest dan posttest, baik pada kelas eksperimen maupun kelas

kontrol secara distributif disajikan dalam tabel 4.10 berikut ini.

Page 83: Teori psikologieprints.unm.ac.id/6801/1/2. BAB I - BAB V.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu yang sangat berharga dan dibutuhkan dalam

83

Tabel 4.10 Distribusi Tingkat Persentase Skor Tes Hasil Belajar Pretest dan Posttest IPS Siswa

Kelompok EksperimenTingkat

Penguasaan/Kategori

Kelompok KontrolPretest Posttest Pretest Posttest

F % F % F % F %

0

6

11

8

0

0

24

44

32

0

15

10

0

0

0

60

40

0

0

0

85-100Sangat Tinggi

65-84Tinggi 55-64

Sedang 35-54

Rendah 0 – 34

Sangat Rendah

0

5

7

13

0

0

20

28

52

0

0

5

20

0

0

0

20

80

0

0

25 100 25 100 ∑ 25 100 25 100Sumber: Data Hasil Penelitian Tahun 2017

Merujuk pada sajian data tabel 4.10 tersebut menunjukkan gambaran hasil

belajar IPS siswa, baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol yang pada dasarnya

menunjukkan hasil belajar IPS siswa untuk hasil penilaian posttest mengalami

peningkatan hasil belajar yang lebih baik dibandingkan hasil belajar siswa

sebelumnya (hasil pretest IPS siswa). Dimana pada hasil belajar posttest siswa pada

kelas eksperimen menunjukkan peningkatan hasil belajar yang jauh lebih baik dengan

rata-rata tingkat penguasaan siswa yaitu 60% atau berada pada kategori penilaian

yang “sangat tinggi”, sedangkan untuk hasil belajar posttest siswa yang ada pada

Page 84: Teori psikologieprints.unm.ac.id/6801/1/2. BAB I - BAB V.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu yang sangat berharga dan dibutuhkan dalam

84

kelas kontrol rata-rata hanya berada pada tingkat penguasaan 80% atau dengan

kategori penilaian “sedang”.

Tingginya tingkat penguasaan siswa yang dilihat dari penilaian hasil belajar

posttest IPS siswa kelas eksperimen dibandingkan siswa kelas kontrol disebabkan

oleh adanya intervensi kegiatan pembelajaran yang diberikan selama proses

pembelajaran matematika di kelas eksperimen yaitu dengan dilaksanakannya

pelaksanaan teknik memotivasi.

3. Pengaruh penerapan teknik memotivasi dalam pembelajaran terhadap hasil belajar IPS

Pengujian hipotesis data hasil pembelajaran siswa diperoleh dari nilai

gainscore. Uji gainscore dilakukan untuk mengetahui pengaruh penerapan teknik

memotivasi dalam pembelajaran dengan melihat rata-rata selisih hasil belajar siswa

pada kelompok kontrol dan eksperimen. Hasil uji gainscore kelompok eksperimen

dan kontrol dapat dilihat pada Tabel 4.11 berikut:

Page 85: Teori psikologieprints.unm.ac.id/6801/1/2. BAB I - BAB V.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu yang sangat berharga dan dibutuhkan dalam

85

Tabel 4.11 Hasil Uji Gainscore

Group StatisticsKelas N Mean Std. Deviation Std. Error

Mean

Nilai PostestEksperimen 25 80,80 6,721 1,344

Kontrol 25 73,00 7,500 1,500

Independent Samples TestLevene's Test for

Equality of Variances

t-test for Equality of Means

F Sig. T df Sig. (2-

tailed)

Mean Difference

Std. Error Difference

95% Confidence Interval of the

DifferenceLower Upper

Nilai Postest

Equal variances assumed

,224 ,638 3,873 48 ,000 7,800 2,014 3,750 11,850

Equal variances not assumed

3,873 47,433 ,000 7,800 2,014 3,749 11,851

Sumber: Hasil olah SPSS

Tabel 4.11 bahwa nilai rata-rata dari gainscore hasil belajar IPS siswa

kelompok eksperimen adalah 80,8, sedangkan pada kelompok kontrol adalah lebih

73,0. Hasil ini menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar IPS siswa kelompok

eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar IPS siswa kelompok

kontrol.

Hasil uji t menunjukkan thitung sebesar 3,873. Nilai ttabel dari α = 0,05 dan dk =

50 – 2 = 48 adalah 2,009 maka diperoleh hasil thitung> ttabel yaitu 3,873 > 2,009.

Page 86: Teori psikologieprints.unm.ac.id/6801/1/2. BAB I - BAB V.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu yang sangat berharga dan dibutuhkan dalam

86

Berdasarkan hasil tersebut, maka H0 ditolak. Dengan demikian dapat dikemukakan

bahwa ada perbedaan penerapan teknik memotivasi dengan tidak menerapkan teknik

memotivasi oleh karena mean atau rata-rata kelompok eksperimen lebih tinggi dari

kelompok kontrol maka terjadi pengaruh positif penerapan teknik memotivasi dalam

pembelajaran terhadap hasil belajar IPS siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1

Kota Makassar.

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Bagian ini akan membahas hasil analisis data penelitian tentang pengaruh

penerapan teknik memotivasi dalam pembelajaran siswa kelas IV Madrasah

Ibtidaiyah Negeri 1 Kota Makassar. Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara

deskripstif untuk mengetahui gambaran penerapan teknik memotivasi dalam

pembelajaran IPS dan untuk mengetahui gambaran hasil belajar siswa. Data juga

dianalisis secara inferensial untuk mengetahui pengaruh penerapan teknik memotivasi

dalam pembelajaran terhadap hasil belajar IPS.

Gambaran penerapan teknik memotivasi dalam pembelajaran IPS diperoleh

melalui data hasil observasi aktivitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran.

Penerapan teknik memotivasi dalam pembelajaran diawali dengan guru menjelaskan

materi pelajaran yaitu tentang kegiatan ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya

alam dan potensi lain di daerah. Sebelum pemberian tugas pengerjaan soal, guru

mengajak siswa untuk merilekskan pikirannya sejenak dalam kegiatan permainan

senam otak yang diinstruksikan oleh guru. Guru membagi siswa secara heterogen

Page 87: Teori psikologieprints.unm.ac.id/6801/1/2. BAB I - BAB V.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu yang sangat berharga dan dibutuhkan dalam

87

kedalam 4 kelompok kemudian peneliti memberikan tugas dalam bentuk diskusi

kelompok dan setiap kelompok saling berdiskusi dengan kelompok belajar yang lain.

Setelah siswa melakukan kegiatan diskusi, guru selanjutnya memberikan kesempatan

kepada seluruh siswa khususnya yang ingin menunjukkan kemahirannya dalam

menjelaskan kembali kesimpulan dari kegiatan diskusinya. Guru memberikan

pernyataan secara verbal dan atau pernyataan secara non verbal terkait hasil belajar

siswa baik secara kelompok maupun secara individu. Guru membagikan LKS sesuai

dengan materi pelajaran yang telah dipelajari. Setelah guru membagikan LKS, guru

mengawasi siswa mengerjakan LKS. Hal ini dilaksanakan sebagaimana langkah-

langkah teknik motivasi yang dikemukakan oleh (Uno, 2016) yang terdiri dari

pernyataan penghargaan secara verbal, menggunakan nilai ulangan sebagai pemacu

keberhasilan, menimbulkan rasa ingin tahu dengan membuat siswa merasa penasaran

yang menyebabkan siswa tersebut berupaya keras untuk memecahkannya,

memunculkan sesuatu yang tidak diduga oleh siswa dengan memunculkan rasa ingin

tahu siswa, menjadikan tahap dini dalam belajar mudah bagi siswa. Memberikan

semacam hadiah bagi siswa pada tahap pertama belajar yang memungkinkan siswa

bersemangat untuk belajar selanjutnya, menggunakan materi yang dikenal siswa

sebagai contoh dalam belajar, menggunakan simulasi dan permainan, memberi

kesempatan kepada siswa untuk memperlihatkan kemahirannya di depan umum,

mengurangi akibat yang tidak menyenangkan dan keterlibatan siswa dalam kegiatan

belajar, memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai, membuat suasana

persaingan yang sehat di antara para siswa, mengembangkan persaingan dengan diri

Page 88: Teori psikologieprints.unm.ac.id/6801/1/2. BAB I - BAB V.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu yang sangat berharga dan dibutuhkan dalam

88

sendiri. Semacam memberikan tugas dalam berbagai kegiatan yang dilakukan sendiri,

dan memberikan contoh yang positif yaitu dengan memberikan pengawasan dan

pembimbingan yang memadai.

Gambaran hasil belajar siswa diperoleh melalui tes yang diberikan sebelum

dan sesudah pembelajaran pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Menurut K. Brahim (Susanto Ahmad, 2016: 5) menyebutkan bahwa “hasil belajar

dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan murid dalam mempelajari materi

pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes

mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu”. Hasil pretest dan posttest kemudian

dikategorikan untuk melihat tingkat pencapaian siswa dalam menguasai materi

pelajaran. Hasil belajar siswa yang diperoleh dari pretest dan posttest pada kelompok

eksperimen mengalami peningkatan yang signifikan. Pada pretest berada pada

kategori sedang sedangkan pada posttest berada pada kategori sangat tinggi.

Sebaliknya pada kelompok kontrol tidak mengalami peningkatan yang signifikan.

Pada pretest berada pada kategori rendah sedangkan pada posttest tetap berada pada

kategori sedang. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan teknik memotivasi dalam

pembelajaran mampu membantu siswa menguasai materi dengan baik sehingga hasil

belajar siswa meningkat. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Waluyo (2013) yang menyimpulkan bahwa penerapan teknik motivasi guru dan

motivasi belajar dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Beberapa faktor yang menyebabkan hal tersebut adalah: 1) cakupan materi

yang diajarkan memiliki tingkat kesukaran yang cukup tinggi; 2) Kurangnya

Page 89: Teori psikologieprints.unm.ac.id/6801/1/2. BAB I - BAB V.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu yang sangat berharga dan dibutuhkan dalam

89

pengertian murid terhadap materi tentang kegiatan ekonomi yang berkaitan dengan

sumber daya alam dan potensi lain di daerah disebabkan oleh murid dalam

mempelajari materi dengan cara menerima informasi kemudian menghafal. Oleh

karena itu apa yang dipelajari cepat dilupakan. Hal ini sesuai dengan apa yang

dinyatakan oleh Muchtar (Kasim, 2008:2) menemukan IPS Lebih menekankan aspek

pengetahuan, berpusat pada guru, mengarahkan bahan berupa informasi yang tidak

mengembangkan berpikir nilai serta hanya membentuk budaya menghafal dan bukan

berpikir kritis. Sedangkan menurut Sumaatmadja (Kasim, 2008:2) mengemukakan

bahwa guru IPS itu sendiri wajib berusaha secara optimum merebut minat siswa

karena minat merupakan modal utama untuk keberhasilan Pembelajaran IPS. 3)

Kondisi kelas dengan jumlah siswa yang banyak sehingga kelas menjadi sempit dan

sulit di kontrol.

Pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah dan penugasan pada

kelompok kontrol menunjukkan situasi yang berbeda. Dalam proses pembelajaran,

siswa kurang tertarik terhadap materi yang diajarkan dan kurang bergairah dalam

mengerjakan tugas-tugas. Pembelajaran yang monoton membosankan bagi siswa

apalagi siswa kurang dilibatkan dalam pembelajaran. Akibatnya, siswa kurang

memahami materi dengan baik sehingga hasil belajar yang diperoleh juga tidak

mengalami peningkatan. Kondisi ini juga dijumpai dalam penelitian yang dilakukan

oleh Kafit (2009) bahwa pembelajaran yang didominasi oleh guru dengan

memberikan penjelasan terus menerus tidak menarik perhatian siswa. Siswa

Page 90: Teori psikologieprints.unm.ac.id/6801/1/2. BAB I - BAB V.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu yang sangat berharga dan dibutuhkan dalam

90

cenderung mengalihkan perhatiannya pada hal lain yang lebih menarik sehingga tidak

memperhatikan penjelasan guru.

Siswa pada kelompok eksperimen lebih aktif daripada kelas kontrol

disebabkan dalam proses belajar mengajar yang menggunakan teknik memotivasi

dalam pembelajaran menuntut siswa bekerja sama dan mengambil peran yang sesuai

dengan tugasnya, selain itu siswa terdorong untuk bertanya yang dipicu dari

persaingan antar kelompok dalam proses tanya jawab. Media berupa bahan bacaan

yang disertai dengan gambar menambah keaktifan siswa dalam proses belajar.

Berdasarkan lembar observasi siswa dengan kategori sangat baik

menunjukkan siswa aktif dalam proses pembelajaran sehingga secara berkala mampu

meningkatkan proses kognitif, afektif dan psikomotor sesuai tujuan yang diharapkan.

Dalam hal kognitif siswa diajak untuk berpikir sendiri dalam menemukan inti dari

bahan atau materi yang disajikan dan ditunjang dengan bentuk kerja sama kelompok

sehingga proses pembelajaran di kelas menjadi kondusif oleh interaksi sesama siswa.

Teknik memotivasi dalam pembelajaran dalam rana afektif dan psikomotor

terlihat dari tanggungjawab setiap siswa dalam proses kerja kelompok dan reaksi

saling menghargai dalam proses belajar mengajar. Misalnya siswa tidak merasa

keberatan saat mendapat giliran naik persentasi, saat pembagian kelompok dan saling

membantu saat proses tanyajawab kelompok.

Berbeda halnya dengan kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran

konvensional, yang membuat siswa menjadi pendengar pasif sebab guru

mendominasi proses belajar mengajar. Sehingga hasil belajar tidak sama dengan

Page 91: Teori psikologieprints.unm.ac.id/6801/1/2. BAB I - BAB V.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu yang sangat berharga dan dibutuhkan dalam

91

menggunakan teknik memotivasi dalam pembelajaran. Perbedaan aktifitas siswa pada

kelas eksperimen maupun kontrol diperoleh dari perbedaan dalam pengelolaan kelas.

Pada kelas eksperimen yang menggunakan teknik memotivasi dalam pembelajaran

dapat mengaktifkan siswa dalam belajar dan suasana kelas lebih interaktif sedangkan

pada kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional siswa cenderung

pasif dan terkadang ribut saat proses pembelajaran.

Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa penerapan teknik

memotivasi dalam pembelajaran berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.

Berdasarkan data yang diperoleh dari pretest dan posttest menunjukkan hasil belajar

siswa pada kelompok eksperimen lebih tinggi dari pada siswa pada kelompok

kontrol. Hal ini didukung dengan hasil penelitian Afriza (2007) yang mengemukakan

bahwa terdapat hubungan positif teknik memotivasi dan hubungan negatif kreativitas

dosen secara bersama-sama dengan komitmen dosen. Demikian pula yang

dikemukakan oleh Waluyo (2013) bahwa teknik motivasi guru berpengaruh positif

dan signifikan terhadap hasil belajar IPS siswa. Secara simultan teknik motivasi guru

dan motivasi belajar siswa mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap hasil

belajar siswa. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa penerapan teknik

memotivasi dalam pembelajaran berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar

siswa.

Page 92: Teori psikologieprints.unm.ac.id/6801/1/2. BAB I - BAB V.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu yang sangat berharga dan dibutuhkan dalam

92

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Pada bagian bab ini akan dipaparkan beberapa kesimpulan sekaligus menjadi

jawaban dari rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini dengan merujuk

pada hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan.

1. Gambaran penerapan teknik memotivasi dalam pembelajaran IPS siswa kelas IV

Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Kota Makassar dilaksanakan dengan berdasar

pada delapan tahapan teknik memotivasi seperti: (a) kontrak pembelajaran, (b)

penyampaian tujuan pembelajaran, (c) penjelasan materi pembelajaran, (d)

menghadirkan permainan dalam pembelajaran, (e) menciptakan suasana

persaingan belajar yang sehat, (f) memberikan kesempatan kepada siswa untuk

memperlihatkan kemahirannya di depan siswa lainnya, (g) pemberian pernyataan

secara verbal dan non verbal; dan pada tahapan terakhir (i) merefleksi kegiatan

pembelajaran. Dengan merujuk pada hasil penelitian yang telah dilakukan,

secara keseluruhan untuk setiap tahapan pelaksanaan pembelajaran mulai pada

pertemuan I sampai pada pertemuan IV yang tergambar dari aspek aktivitas

92

Page 93: Teori psikologieprints.unm.ac.id/6801/1/2. BAB I - BAB V.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu yang sangat berharga dan dibutuhkan dalam

93

mengajarnya guru dan aspek belajarnya siswa dapat dikatakan terlaksana dengan

kategori penilaian yang “sangat baik”.

2. Gambaran hasil belajar IPS siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Kota

Makassar yang dilihat berdasarkan hasil pengualifikasian penilaian hasil belajar

IPS siswa, baik pada kelas eksperimen maupun pada kelas kontrol dapat

digambarkan bahwa telah terjadi peningkatan hasil belajar IPS siswa berdasarkan

hasil perolehan posttest belajar IPS siswa apabila dibandingkan dengan hasil

belajar IPS siswa sebelumnya (pretest). Hanya saja, peningkatan hasil belajar

IPS untuk kelas kontrol tidak terjadi secara signifikan sebab rata-rata hasil

belajar posttest siswa cenderung berada pada tingkat penguasaan dengan kategori

penilaian yang sedang. Sedangkan, hasil belajar IPS siswa pada kelas

eksperimen justru meningkat secara signifikan sebab rata-rata hasil belajar

posttest siswa cenderung berada pada tingkat penguasaan dengan kategori

penilaian yang sangat tinggi.

3. Dengan berdasar pada hasil pengujian tes belajar belajar IPS siswa kelas kontrol

dan kelas eksperimen dalam penelitian ini, menunjukkan nilai hasil uji hipotesis

statistik dan gain score pada kelas eksperimen jauh lebih besar daripada nilai

gain score kelas kontrol, sehingga dapat dinyatakan bahwa penerapan teknik

memotivasi dapat berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap hasil

belajar IPS siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Kota Makassar.

92

Page 94: Teori psikologieprints.unm.ac.id/6801/1/2. BAB I - BAB V.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu yang sangat berharga dan dibutuhkan dalam

94

B. Saran

Saran-saran yang perlu dipertimbangkan bagi semua pihak yang

berkepentingan terkait hasil penelitian adalah sebagai berikut:

1. Bagi para guru, teknik memotivasi dalam pembelajaran dapat dipilih sebagai

salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan untuk meningkatkan hasil

pembelajaran khususnya pembelajaran IPS.

2. Bagi kepala sekolah, hendaknya berperan sebagai inisiator agar guru

menggunakan teknik memotivasi dalam pembelajaran.

3. Bagi sekolah atau lembaga pendidikan, hasil penelitian ini dapat dijadikan

sebagai salah satu dasar dalam mengambil keputusan dalam peningkatan hasil

pembelajaran khususnya pembelajaran IPS, akan tetapi penerapan satu atau lebih

model pembelajaran sebaiknya dilakukan minimal satu semester atau lebih

sehingga siswa lebih mengetahui tujuan pembelajaran.

Page 95: Teori psikologieprints.unm.ac.id/6801/1/2. BAB I - BAB V.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu yang sangat berharga dan dibutuhkan dalam

95

DAFTAR PUSTAKA

Afriza. 2007. Hubungan antara Teknik Memotivasi dan Kreativitas Dosen dengan Komitmen Dosen di Universitas Pancasila. Tesis. Tidak diterbitkan. Jakarta: Magister Manajemen Universitas Pancasila.

Amri, Sofan. 2013. Peningkatan Mutu Pendidikan Sekolah Dasar & Menengah: Dalam Teori, Konsep dan Analisis. Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya.

Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Pt. Rineka Cipta.

Djaali. 2013. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Depdiknas. 2006. Rencana strategis Depdiknas Menuju Pembangunan Pendidikan Nasional Jangka panjang. Jakarta: Depdiknas RI.

Dwyarthi, Santi. 2014. Metode, Dan Teknik Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Edi, Waluyo. 2013. Pengaruh Teknik Motivasi Guru dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil belajar IPS Siswa di SMK Muhammadiyah 2 Moyudan Sleman.Tesis. Tidak diterbitkan. Yogyakarta: Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta.

Fatimah, Waddi. 2014. Keefektifan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) terhadap Hasil Belajar IPS Siswa SD Inpres Kampus IKIP Makassar. Tesis. Tidak diterbitkan. Makassar: Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Makassar.

Gunawan, R. 2011. Pendidikan IPS Filosofis, Konsep dan Aplikasi. Jakarta: Alfabeta.

Hasan, Alwi dkk. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Balai Pustaka.

Hamalik, Oemar, 2015. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Page 96: Teori psikologieprints.unm.ac.id/6801/1/2. BAB I - BAB V.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu yang sangat berharga dan dibutuhkan dalam

96

Handoko, Martin. 2015. Motivasi Daya Penggerak Tingkah Laku. Yogyakarta: Kanisius.

Kafit. 2009. Pengaruh Penerapan Teknik memotivasi Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SDN II Sudirman Kota Makassar. Skripsi. Tidak diterbitkan. Makassar: Universitas Negeri Makassar

Kasim. 2008. Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Metode Karya Wisata Pada Murid Kelas IV SD Negeri 1 Watampone. Tesis. Tidak diterbitkan. Makassar: Program Pasca Sarjana Universitas Negari Makassar.

Keller. 2010. Motivasi Belajar. Jakarta: Referensi (GP Press Group).

Komalasari, Kokom. 2011. Pembelajaran Kontekstual: Konteks dan Aplikasi. Bandung: PT Refika Aditama.

Mappasoro. 2012. Strategi Pembelajaran. Makassar: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Makassar.

Muhibbin, Syah. 2013. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Musdalifah. 2015. Perbandingan Keefektifan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Divisions (STAD) dengan Tipe Think Pair Share (TPS) terhadap Hasil Belajar IPS Siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Unggulan Mongisidi 1 Kecamatan Makassar Kota Makassar. Tesis. Tidak diterbitkan. Makassar: Program Pasca Sarjana Universitas Negari Makassar.

Nurhidaya. 2008. Pengaruh Model Pembelajaran Group Investigation (Kelompok Penyelidik) Terhadap Hasil belajar IPS Siswa Kelas V SD Negeri 36 Sepong Kabupaten Luwu. Tesis. Tidak diterbitkan. Makassar: Program Pascasarjana Universitas Negeri Makassar.

Ormrod, Ellis Jeanne. 2013. Psikologi Pendidikan Membantu Siswa Tumbuh dan Berkembang. Jakarta: Erlangga.

Pupuh, Fathurrohman & Sobry Sutikno. 2010. Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami. Bandung: PT. Refika Aditama.

95

Page 97: Teori psikologieprints.unm.ac.id/6801/1/2. BAB I - BAB V.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu yang sangat berharga dan dibutuhkan dalam

97

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 21 Tahun 2016 Tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Sisdiknas.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2016 Tentang Standar Penilaian Pendidikan. Jakarta: Sisdiknas.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi. Jakarta: Sisdiknas.

Sabri, Ahmad. 2010. Strategi Belajar Mengajar & Micro Teaching. Ciputat: PT Ciputat Press

Sahabuddin. 2007. Mengajardan Belajar: Dua Aspek Dari Suatu Proses yang disebut Pendidikan. Makassar: Badan Penerbit Universitas Negeri Makassar

Santrock. 2013. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Sardiman. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers.

________. 2014. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta

Sumantri, S. 2015. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.

Susanto Ahmad. 2013. Pengembangan Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar. Jakarta: Prenada Media Group (Kencana)

____________. 2016. Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana.

Suprijono, Agus. 2014. Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta : Pustaka Belajar.

Soemanto. 2012. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Trianto. 2013. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Uno, Hamzah B. 2015. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.

______________. 2016. Teori Motivasi & Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara.

Page 98: Teori psikologieprints.unm.ac.id/6801/1/2. BAB I - BAB V.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu yang sangat berharga dan dibutuhkan dalam

98

Wahyullah. 2015. Pengaruh Penggunaan Media Animasi Dalam Pembelajaran IPS Terhadap Motivasi Belajar Siswa SD. Tesis. Tidak diterbitkan. Makassar: Program Pascasarjana UNM.

Yusuf, Muri. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan penelitian Gabungan. Jakarta: Bumi Aksara.