repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/163/1/bab i-v.docx · web viewsumber inspirasi yang...

77
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penciptaan Dewasa ini perkembangan musik instrumental gitar di Indonesia dapat dikatakan sudah memiliki tempat di khalayak ramai. Beberapa bukti seperti berkembangnya komunitas (khususnya gitar), media cetak, album, merchandise, dan pertunjukan yang difokuskan hanya untuk gitar merupakan penanda bahwa fenomena tersebut sangat menarik untuk direspon oleh para insan akademis. Pertumbuhan industri musik instrumental hampir dapat dirasakan di seluruh kota besar di Indonesia, tidak terkecuali kota Bandung. Tidak dapat dipungkiri jika kota Bandung menyumbangkan banyak musisi yang mempengaruhi perkembangan musik di Indonesia. Sebagai kota kreatif, banyak juga lahir musisi-musisi solo (tidak mempunyai grup band) yang fokus menciptakan lagu- lagu instrumental yang berorientasi gitar, kemudian mereka distribusikan sendiri kepada masyarakat bahkan tidak sedikit juga yang menyebarkannya secara gratis untuk maksud dan tujuan tertentu. 1

Upload: others

Post on 26-Nov-2020

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/163/1/BAB I-V.docx · Web viewSumber inspirasi yang paling mudah untuk dijadikan landasan pembuatan karya ialah pengalaman empiris dari

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang PenciptaanDewasa ini perkembangan musik instrumental gitar di Indonesia

dapat dikatakan sudah memiliki tempat di khalayak ramai. Beberapa

bukti seperti berkembangnya komunitas (khususnya gitar), media

cetak, album, merchandise, dan pertunjukan yang difokuskan hanya

untuk gitar merupakan penanda bahwa fenomena tersebut sangat

menarik untuk direspon oleh para insan akademis. Pertumbuhan

industri musik instrumental hampir dapat dirasakan di seluruh kota

besar di Indonesia, tidak terkecuali kota Bandung. Tidak dapat

dipungkiri jika kota Bandung menyumbangkan banyak musisi yang

mempengaruhi perkembangan musik di Indonesia. Sebagai kota

kreatif, banyak juga lahir musisi-musisi solo (tidak mempunyai grup

band) yang fokus menciptakan lagu-lagu instrumental yang

berorientasi gitar, kemudian mereka distribusikan sendiri kepada

masyarakat bahkan tidak sedikit juga yang menyebarkannya secara

gratis untuk maksud dan tujuan tertentu.

Sumber inspirasi yang paling mudah untuk dijadikan landasan

pembuatan karya ialah pengalaman empiris dari seniman itu sendiri

baik dalam segi musikal maupun segi non musikal. Hal itu pun menjadi

acuan utama yang selama bertahun-tahun dijalankan penulis.

Terlepas dari proses pembelajaran musik penulis di Jurusan Seni

Musik Unpas, terdapat beberapa musisi dunia yang memberi

pengaruh dalam gaya bermusik penulis. Salah satunya adalah karya

dari Neil Zaza yang berjudul Baroque Sky, menurut penulis potongan-

1

Page 2: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/163/1/BAB I-V.docx · Web viewSumber inspirasi yang paling mudah untuk dijadikan landasan pembuatan karya ialah pengalaman empiris dari

potongan kalimat dari pada karya Neil Zaza ini sangat easy listening

(mudah dipahami dan mudah diingat) bagi pendengar. Selain itu

penguasaan instrumen serta teknik permainannya memberikan

banyak pengaruh kepada penulis dalam menciptakan sebuah

komposisi.

Salah satu hal yang menginspirasi penulis dalam pembuatan

karya ini adalah berangkat dari keresahan yang penulis rasakan, yaitu

untuk selalu berfikir positif dalam persoalan kehidupan khususnya di

dalam persoalan cinta. Kegagalan yang penulis alami dalam persoalan

cinta membuat penulis harus melupakan kegagalan tersebut agar

penulis bisa mendapatkan cinta yang baru. Pengalaman yang penulis

alami ini dikenal luas oleh khalayak ramai dengan istilah "Move On".

Move on adalah kata serapan dari bahasa inggris yang artinya adalah

melangkah. Oleh karena itu penulis ingin mengekspresikan kata move

on tersebut kedalam sebuah karya musik khususnya instrumental

gitar.

Selain sebagai syarat untuk menyelesaikan tugas akhir S1

Jurusan Seni Musik FISS UNPAS Bandung, penulis juga mempunyai

keinginan untuk memperkenalkan gaya bermusik penulis kepada

masyarakat umum dengan harapan karya musik yang penulis ciptakan

dapat dipublikasikan dalam format album instrumental. Keinginan

inilah yang senantiasa mendorong penulis untuk terus berkarya

dengan segala keterbatasan ilmu dan media pendukung.

Ide dan gagasan tersebut penulis kembangkan menjadi suatu

karya musik yang diberi judul "Move On!". Karya ini merupakan

penggambaran sebuah kondisi penulis dalam upaya untuk tetap berdiri

dan melangkah tanpa melihat ke belakang (masa lalu). Penulis

berharap judul yang sederhana ini dapat menggambarkan karya ini

2

Page 3: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/163/1/BAB I-V.docx · Web viewSumber inspirasi yang paling mudah untuk dijadikan landasan pembuatan karya ialah pengalaman empiris dari

dengan jelas, sehingga orang lain pun dapat memahami apa yang

disampaikan penulis lewat karya ini.

1.2. Tujuan PenciptaanAdapun tujuan karya musik “Move On!” ini adalah sebagai

berikut:

1. Mempresentasikan pengalaman penulis kedalam bentuk karya

musik.

2. Salah satu syarat mengikuti ujian sidang akhir S1

1.3. Sistematika PenulisanSistematika penulisan ini disajikan dengan maksud untuk

memberikan gambaran secara garis besar mengenai isi dari komposisi

yang terbagi menjadi lima bab. Masing-masing bab berhubungan satu

sama lain akan saling melengkapi dengan rincian sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUANBab ini mencakup penjelasan singkat penulis tentang

latar belakang komposisi, tujuan penciptaan, dan sistematika

penulisan.

BAB II LANDASAN KONSEPTUALBab ini berisikan mengenai uraian konsep yang dijadikan

landasan penciptaan/komposisi musik. Uraiannya bisa berupa

teori atau pun rujukan-rujukan yang bersumber dari buku atau

sumber-sumber lain yang telah diakui kebenarannya dan

dijadikan acuan atau landasan ketika menjelaskan/

mendeskripsikan komposisi.

3

Page 4: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/163/1/BAB I-V.docx · Web viewSumber inspirasi yang paling mudah untuk dijadikan landasan pembuatan karya ialah pengalaman empiris dari

BAB III PROSES PENCIPTAANBab ini berisikan penjelasan tentang ide/gagasan dan

konsep garap karya musik "Move On!".

BAB IV PROSES PRODUKSI PERTUNJUKANBab ini berisikan tentang konsep proses produksi

pertunjukan seperti proses latihan, desain panggung, konsep

pementasan, tata busana, dan sarana-sarana lainnya yang

digunakan dalam pementasan.

BAB V PENUTUPBerisikan tentang pengalaman-pengalaman empiris

mahasiswa selama pembuatan dan pementasan karya.

4

Page 5: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/163/1/BAB I-V.docx · Web viewSumber inspirasi yang paling mudah untuk dijadikan landasan pembuatan karya ialah pengalaman empiris dari

BAB IILANDASAN KONSEPTUAL

2.1. Acuan KaryaDi dalam proses pembuatan karya, seorang komposer pasti

mempunyai referensi atau acuan karya yang banyak dipengaruhi oleh

musisi-musisi lain karena sebuah karya tidak akan lepas dari apa yang

didengar, dilihat, dan dirasakan oleh seorang komposer. Begitu juga

dengan penulis, dalam proses pembuatan komposisi musik “Move On!” penulis banyak dipengaruhi oleh karya-karya dari musisi lain,

diantaranya:

- Neil Zaza (Zaza, instrumental guitarist) – Baroque Sky

- Andy Timmon (ex. Danger Danger, instrumental guitarist) – Cry For

you

- Andy James (Sacred Mother Tongue, Instrumental guitarist) – Burn

It Down

“Baroque Sky” merupakan salah satu lagu yang terdapat dalam

album instrumental “212” dengan label Melodik. Dirilis pada 12

February 2011 oleh Neil Zaza dan diproduseri oleh Neil Zaza. Lagu ini

diisi oleh Neil (Guitar), Walter Cerasani (Bass), Fabio Colella (Drum).

(https://en.wikipedia.org/wiki/212_(album) ; diakses pada Rabu, 23

Juni 2015, pukul 13.00 WIB).

Secara struktural potongan-potongan melodi maupun ritmis

yang terdapat dalam lagu ini banyak menggunakan teknik repetisi

sehingga jadi mudah dipahami dan mudah diingat (easy listening). Hal

5

Page 6: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/163/1/BAB I-V.docx · Web viewSumber inspirasi yang paling mudah untuk dijadikan landasan pembuatan karya ialah pengalaman empiris dari

ini sangat menginspirasi penulis untuk membuat sebuah komposisi

dengan konsep yang sama yaitu menggunakan teknik repetisi.

“Cry for You” merupakan salah satu lagu yang terdapat dalam

album instrumental “Ear X-Tacy”. Dirilis pada 1994, lagu ini diisi oleh

Andy Timmon (Guitar), Mike Daane (Bass), Mitch Marine (Drum).

(https://en.wikipedia.org/wiki/Ear_X-Tacy; di akses pada Rabu, 23 Juni

2015 pukul 13.30 WIB).

Penulis mengadopsi teknik permainan drum di bagian intro pada

lagu ini menjadi part intro pada lagu “Move On!” dengan sedikit

pengembangan yang penulis kembangkan.

Gambar 1. Drum part intro komposisi Cry for You (Andy Timmon)

Sumber : (Transkrip Pribadi)

Gambar 2. Drum part intro komposisi “Move On!”

"Burn it Down" merupakan salah satu lagu yang terdapat dalam

album instrumental yang bertajuk “Andy James”. Dirilis pada tahun

2011 oleh Andy James.

Potongan motif melodi yang terdapat dalam lagu ini merupakan

motif melodi yang penulis kembangkan ke dalam komposisi "Move On!" pada bagian bridge.

6

Page 7: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/163/1/BAB I-V.docx · Web viewSumber inspirasi yang paling mudah untuk dijadikan landasan pembuatan karya ialah pengalaman empiris dari

Gambar 3. Part bridge komposisi Burn it Down (Andy James)

Sumber : (Transkrip Pribadi)

Gambar 4. Part bridge komposisi “Move On!”

Selain pengaruh dari karya-karya musik di atas, dalam

pembuatan karya musik "Move On!" ini penulis juga didukung oleh

ilmu-ilmu yang meliputi teknik dan teori-teori musik sebagai berikut:

2.1.1. Pengertian KomposisiMenurut Kusumawati (2004: ii), komposisi merupakan

proses kreatif musikal yang melibatkan beberapa persyaratan,

yaitu bakat, pengalaman, dan nilai rasa. Pendapat lain

mengatakan komposisi adalah gubahan musik instrumental

maupun vokal (Syafiq, 2003: 165). Dari beberapa pendapat

tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa komposisi adalah

suatu pengembangan ide musikal dan penggabungan dari

elemen-elemen musik melalui pengetahuan, pengalaman, rasa,

dan estetika untuk menjadikan sebuah sajian musik yang

original.

7

Page 8: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/163/1/BAB I-V.docx · Web viewSumber inspirasi yang paling mudah untuk dijadikan landasan pembuatan karya ialah pengalaman empiris dari

Rasa adalah daya penggerak dan pewarna tingkah laku

dan kreasi manusia. Rasa atau sense adalah salah satu daya-

daya khusus tubuh manusia, yang dengan apa seseorang

menyadari sesuatu melalui penglihatan, pendengaran,

penciuman, sentuhan, pengecap atau gabungan dari dua atau

lebih dari indra-indra tersebut (Marianto, 2006 : 43). Dengan

rasa seseorang tidak hanya mengartikan realitas seperti apa

adanya, tetapi dengan rasa seseorang dapat memilah-milah

realitas itu menjadi bagian-bagian yang kemudian

memadukannya kembali menjadi sebuah pola baru, yang bagi

orang bersangkutan lebih bermakna.

Begitu juga dengan komposisi musik, rasa dalam proses

kreatif tidak hanya melibatkan perasaan komposernya, namun

juga melibatkan perasaan dan keadaan sekitarnya.

Pengalaman rasa estetika tidak lepas dari minat yang diberikan

pada representasi.

2.1.2. Unsur-Unsur MusikDalam pembentukan musik secara utuh, unsur-unsur

dan struktur musik mempunyai peranan penting dan keterkaitan

yang kuat antara satu dan yang lainnya. Pada dasarnya unsur

musik dapat dikelompokan menjadi unsur-unsur pokok dan

unsur-unsur ekspresi.

1) Unsur Pokok

a) Irama

Irama adalah urutan rangkaian gerak yang

menjadi unsur dalam sebuah musik (Jamalus, 1988: 7).

Irama dalam musik terbentuk oleh bunyi dan diam,

8

Page 9: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/163/1/BAB I-V.docx · Web viewSumber inspirasi yang paling mudah untuk dijadikan landasan pembuatan karya ialah pengalaman empiris dari

dengan bermacam-macam lama waktu atau panjang

pendeknya, membentuk pola irama, bergerak menurut

pulsa dalam ayunan irama. Irama dapat dirasakan dan

didengar (Soeaherto, 1975: 51).

Irama berhubungan dengan panjang pendeknya

not dan berat ringannya tekanan atau aksen pada not,

namun demikian oleh teraturnya gerak maka irama tetap

dapat dirasakan meskipun melodi diam. Keteraturan

gerak ini menyebabkan lagu lebih indah didengar dan

dirasakan (Jamalus, 1988: 56).

b) Melodi

Melodi adalah rangkaian dari beberapa nada atau

sejumlah nada yang berbunyi atau dibunyikan secara

berurutan (Soeharto, 1992: 1), lebih lanjut Miller

(Penerjemah Bramantyo, tanpa tahun: 37) mengatakan

bahwa melodi adalah suatu rangkaian nada-nada, serta

nada-nada dari melodi membentuk suatu ide musikal

yang komplit. Sedangkan Jamalus (1988: 16)

berpendapat bahwa melodi adalah susunan rangkaian

nada (bunyi dengan getaran teratur) yang terdengar

berurutan serta berirama dan mengungkapkan suatu

pikiran dan perasaan.

Dalam pengertian yang singkat, Ratner (1977: 29)

mengatakan bahwa melodi adalah garis dari nada-nada.

Melodi dapat naik dan turun, serta melodi juga dapat

tetap ditempatnya untuk waktu singkat dan lama dalam

9

Page 10: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/163/1/BAB I-V.docx · Web viewSumber inspirasi yang paling mudah untuk dijadikan landasan pembuatan karya ialah pengalaman empiris dari

suatu nada, serta melodi juga mempunyai wilayah nada

yang luas dan sempit.

c) Harmoni

Harmoni atau paduan nada ialah bunyi gabungan

dua nada atau lebih, yang berbeda tinggi rendahnya dan

dibunyikan secara serentak. Dasar dari paduan nada

tersebut ialah triad (Jamalus, 1988: 90). Paduan nada

tersebut merupakan gabungan tiga nada yang terdiri atas

satuan nada dasar akor, nada terts dan nada kwint nya.

Lebih lanjut Kodijat (1986: 32) mengatakan harmoni

adalah selaras, sepadan, bunyi serentak menurut

harmoni, yaitu pengetahuan tentang hubungan nada-

nada dalam akor, serta hubungan antara masing-masing

akor. Sedangkan Miller (penerjemah Bramantyo, tanpa

tahun: 48) mengatakan bahwa, harmoni adalah elemen

musikal yang didasarkan atas penggabungan secara

simultan dari nada-nada, sebagaimana dibedakan oleh

rangkaian nada-nada dari melodi. Melodi merupakan

sebuah konsep horizontal, sedangkan harmoni adalah

konsep vertikal.

2) Unsur Ekspresi

a) Tempo

Tempo adalah kecepatan lagu yang dituliskan

berupa kata-kata dan berlaku untuk seluruh lagu dan

istilah itu ditulis pada awal tulisan lagu (Soeharto, 1975:

57). Fungsi dari tempo ini dimaksudkan untuk

10

Page 11: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/163/1/BAB I-V.docx · Web viewSumber inspirasi yang paling mudah untuk dijadikan landasan pembuatan karya ialah pengalaman empiris dari

mempermudah dalam menyanyikan lagu yang ada

(Soeharto, 1992: 56). Sementara Miller (penerjemah

Bramantyo, tanpa tahun: 24) mengatakan bahwa, tempo

adalah sebuah istilah dari bahasa Italia yang secara

harfiah berarti waktu, di dalam musik menunjukan pada

kecepatan.

Macam-macam tanda tempo menurut Miller

(penerjemah Bramantyo, tanpa tahun : 24) yaitu :

Presto : Sangat Cepat

Allegro : Cepat

Vivace : Hidup

Moderato : Sedang

Adante : Agak Lambat

Adagio : Lebih lambat dari Adante

Lento : Lambat

Largo : Sangat Lambat

b) Dinamik

Dinamik adalah kekuatan bunyi, dan tanda

dinamik adalah tanda pernyataan kuat dan lemahnya

penyajian bunyi (Soeharto, 1992: 30). Dinamik

memainkan peranan yang besar dalam menciptakan

ketegangan (tensi) musik. Pada umumnya semakin

keras suatu musik, maka semakin kuat ketegangan yang

dihasilkan dan sebaliknya, semakin lembut suatu musik

maka semakin lemah ketegangannya (Miller, penerjemah

Bramantyo, tanpa tahun: 81).

11

Page 12: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/163/1/BAB I-V.docx · Web viewSumber inspirasi yang paling mudah untuk dijadikan landasan pembuatan karya ialah pengalaman empiris dari

Macam-macam dinamik menurut Miller

(penerjemah Bramantyo, tanpa tahun: 80) yaitu:

Fortissimo : Sangat keras

Forte : Keras

Mezzo Forte : Agak keras

Mezzo Piano : Agak lembut

Piano : Lembut

Pianissimo : Sangat Lembut

Tidak seperti tempo yang dapat dibatasi atau

ditentukan dengan pasti dan tepat dengan petunjuk

metronom, dinamik merupakan nilai-nilai yang relatif

tidak ada tingkatan yang mutlak untuk piano dan forte.

c) Warna Nada

Warna nada ialah ciri khas bunyi yang terdengar

bermacam-macam, yang dihasilkan oleh bahan sumber

bunyi yang berbeda-beda, dan yang dihasilkan oleh cara

memproduksi nada yang bermacam-macam pula

(Jamalus, 1988: 40).

2.1.3. Bentuk MusikKata bentuk diartikan sebagai bangun, rupa, sistem,

wujud yang ditampilkan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1988:

135), sementara struktur diartikan sebagai susunan serta

hubungan antara unsur-unsur musik dalam suatu lagu,

sehingga menghasilkan sebuah komposisi lagu yang bermakna.

12

Page 13: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/163/1/BAB I-V.docx · Web viewSumber inspirasi yang paling mudah untuk dijadikan landasan pembuatan karya ialah pengalaman empiris dari

Masing-masing bagian tersebut akan diteliti menurut tema,

harmoni dan tanda dinamik.

Dalam musik, bentuk berdasarkan susunan rangka lagu

yang ditentukan menurut bagian-bagian kalimatnya (Banoe,

2003: 151). Sebuah karya musik yang mempunyai struktur frase

dan struktur periode adalah bagian-bagian yang luas atau

panjang dari struktur musik. Dalam proses analisis sebuah

karya musik, bentuk dibagi dalam:

1) Bentuk lagu satu bagian, terdiri atas satu buah kalimat saja

(A). Banyak ditemui dalam komposisi lagu anak.

2) Bentuk lagu dua bagian, adalah lagu yang terdiri dari dua

kalimat utuh yang berbeda. Sehingga jika ada kalimat yang

diulang secara utuh belum termasuk lagu dua bagian (A B).

3) Bentuk lagu tiga bagian adalah terdapatnya tiga kalimat

kontras atau berbeda dari satu dan yang lainnya (A B C).

4) Bentuk nyanyian (song form) apabila satu dari sebuah

bentuk tiga bagian yang sederhana diulang (A A B A),

struktur demikian dikenal dengan bentuk nyanyian (song

form), karena banyaknya lagu rakyat yang memiliki struktur

ini, atau dikenal dengan nama binner melingkar (rounded

binary).

Apabila dalam sebuah karya musik tidak terdapat

pengulangan yang sama, baik dari tema, motif, maupun

kalimatnya disebut bentuk tidak beraturan. Biasanya dijumpai

dalam karya-karya musik modern dan kontemporer. Keterangan

bentuk lagu tersebut telah mencakup dalam semua karya

musik, artinya setiap karya musik akan mempunyai bentuk

seperti keterangan tersebut.

13

Page 14: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/163/1/BAB I-V.docx · Web viewSumber inspirasi yang paling mudah untuk dijadikan landasan pembuatan karya ialah pengalaman empiris dari

2.1.4. Teori DesainPrinsip-prinsip desain merupakan cara kerja yang

digunakan oleh seorang komposer dalam mewujudkan

komposisinya. Cara-cara itu bersifat estetis-psikologis. Artinya,

cara itu dapat menghadirkan keindahan pada komposisi atau

karya musik yang diciptakan, dan cara itu umum dijumpai dalam

berbagai hal yang tergolong ekstramusikal. Winold dalam

Robby R Meka (Diktat Ilmu Bentuk dan Analisis, 2011)

membedakan cara-cara tersebut menjadi 4, yaitu repetisi,

kontras, variasi dan return.

1. Repetisi merupakan ulangan langsung pernyataan

(statement) atau material musikal pokok yang diperkenalkan

sebelumnya.

2. Kontras merupakan presentasi material musikal baru, yang

tidak berhubungan dengan material asli.

3. Variasi merupakan prinsip ketiga yang berposisi diantara

repetisi dan kontras; dengan variasi, sejumlah aspek

karyanya berubah, tetapi kita masih mampu mengenal

keasliannya.

4. Return merupakan pemakaian kembali material pernyataan

sesudah adanya material kontras dan/atau variasi.

2.1.5. Pengertian Tangga NadaAllen Winold dan John Rehn (1971: 206) berpendapat

bahwa tangga nada adalah susunan titi nada yang berturut-turut

dari urutan nada rendah ke nada tinggi atau nada tinggi ke nada

rendah. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa

nada sebagai bagian dari tangga nada merupakan bunyi yang

14

Page 15: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/163/1/BAB I-V.docx · Web viewSumber inspirasi yang paling mudah untuk dijadikan landasan pembuatan karya ialah pengalaman empiris dari

memiliki tinggi rendah yang pada dasarnya merupakan getaran

yang teratur dan dibakukan. Sebagai contoh, nada A yang

dipakai saat ini ditentukan memiliki frekuensi 440 Hz/second.

Hal ini berarti bahwa dalam satu detik terjadi getaran sebanyak

440 kali. Saat ini yang dipakai dalam sistem nada internasional

ada 12 nada pokok yang sudah dibakukan yaitu C - C# - D - D#

- E - F - F# - G - G# - A - A# dan B. Nada-nada tersebut dapat

disusun menjadi sebuah tangga nada dengan menentukan satu

nada sebagai tonika dan memasukan interval-interval

pembentuk tangga nada. Secara garis besar tangga nada dapat

dibedakan menjadi 2 yaitu:

1) Tangga nada Diatonik

Menurut Allen Winold (1971: 206) tangga nada

adalah satu nada (tonic) yang berurutan ke tujuh nada

lainnya secara berurutan (tonic, super tonic, median,

subdominant, dominant, submediant, leading tone, octave).

Tangga nada diatonik adalah sebuah sistem tangga nada

yang masing-masing nada dalam tangga nada tersebut

mempunyai jarak 1 tone (whole tone) dan jarak ½ tone

(semitone/halftone) secara bervariasi. Tangga nada diatonik

memiliki 7 nada pokok dan masing-masing nada pokok

tersebut memiliki hubungan keluarga harmoni. Selain itu,

nada-nada pokok tersebut juga bisa disusun menjadi akor-

akor dalam keluarga harmoni (Byrnside, 1985: 33). Secara

garis besar tangga nada diatonik memiliki 2 jenis yaitu:

a) Tangga Nada Mayor

Wyatt (1988: 11) menjelaskan bahwa tangga nada

mayor disebut juga tangga nada diatonik, yang berarti

15

Page 16: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/163/1/BAB I-V.docx · Web viewSumber inspirasi yang paling mudah untuk dijadikan landasan pembuatan karya ialah pengalaman empiris dari

terdiri dari tujuh buah nada dalam lambang alpabet yang

disusun dengan rangkaian jarak nada tertentu (whole

step and half). Pernyataan tersebut mengacu pada

gambar 2.1. dengan whole step adalah jarak 1, dan half

adalah jarak ½. Tangga nada disusun ke atas atau ke

bawah dimulai dari nada tonika sampai oktaf dengan

interval antar nadanya dari bawah ke atas adalah 1 - 1 -

½ - 1 - 1 -1 - ½. Misalnya dalam tangga nada C Mayor

(mayor natural) berikut ini:

Gambar 5. Tangga nada mayor natural (C Mayor)

Sumber: (Transkrip Pribadi)

b) Tangga nada Minor

i. Tangga Nada Minor Asli

Wyatt (1998: 43) mengatakan bahwa tangga

nada minor dibentuk dari rangkaian jarak nada whole

step (1) dan half step (½) dengan komposisi jarak

nadanya 1 - ½ - 1 - 1 - ½ - 1 - 1. Berikut contoh

dalam tangga nada A minor natural:

Gambar 6. Tangga nada minor natural (A Minor)

Sumber: (Transkrip Pribadi)

16

Page 17: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/163/1/BAB I-V.docx · Web viewSumber inspirasi yang paling mudah untuk dijadikan landasan pembuatan karya ialah pengalaman empiris dari

Mengacu pada gambar di atas bahwa tangga

nada minor natural merupakan tangga nada yang

memiliki 8 nada yang disusun mulai dari nada tonika

sampai oktaf dengan interval nadanya dari bawah ke

atas adalah 1 - 1/2 - 1 - 1 - 1/2 - 1 - 1. Maka nada

yang tersusun dalam tangga nada minor asli /

natural (A minor asli) adalah A - B - C - D - E - F - G -

A' tanpa ada nada yang mendapat tanda aksidental

(♯ atau ♭).

ii. Tangga nada Minor Harmonis

Brandt (1980 : 174) "The Harmonic Minor

scales structure consist of minor second between

degrees 2-3, 5-6, and 7-1, major second between

degrees 1-2, 3-4, and 4-5, and augmented second

between degrees 6-7". Pernyataan tersebut

mengacu pada gambar dibawah ini, minor second

berarti jarak ½ dan major second berarti jarak 1

dan augmented second berarti berjarak 1 ½ .

Berikut contoh dalam tangga nada A minor

harmonis.

Gambar 7. Tangga nada A minor harmonis

Sumber: (Transkrip Pribadi)

17

Page 18: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/163/1/BAB I-V.docx · Web viewSumber inspirasi yang paling mudah untuk dijadikan landasan pembuatan karya ialah pengalaman empiris dari

Pernyataan seperti diatas didefinisikan dalam

bahasa yang lebih lugas oleh Burstein

(musictheorysources.com) yang menyatakan

bahwa, tangga nada minor harmonis adalah hampir

sama dengan nada-nada pada tangga nada minor

asli, namun pada nada yang ke-7 nya dinaikan 1

semitone (setengah nada) agar menjadi leading

tone.

iii. Tangga nada Minor Melodis

Brandt (1980 : 149) mengatakan bahwa,

tangga nada minor melodis adalah sama dengan

tangga nada minor asli yang nada ke-6 dan ke-7

nya dinaikan 1 semitone (setengah nada) untuk naik

(ascending), dan kembali menjadi minor asli saat

turun (descending). Nada-nada yang tersusun

dalam tangga nada minor melodis natural (A minor

melodis) adalah sebagai berikut:

Gambar 8. Tangga nada A minor melodis (ascending)

Sumber: (Transkrip Pribadi)

Gambar 9. Tangga nada A minor melodis (descending)

Sumber: (Transkrip Pribadi)

18

Page 19: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/163/1/BAB I-V.docx · Web viewSumber inspirasi yang paling mudah untuk dijadikan landasan pembuatan karya ialah pengalaman empiris dari

2) Tangga Nada Pentatonik

Dalam kamus musik Pono Banoe (2003 : 330)

dijelaskan bahwa pentatonik adalah rangkaian 5 nada,

sedangkan Pentatonic Scale adalah tangga nada pentatonik

yaitu rancangan sebuah tangga nada yang terdiri dari 5

nada berjenjang. Ada beberapa jenis tangga nada

pentatonik yang mendominasi karya musik di dunia ini,

namun dalam pembahasan ini akan di batasi dengan 2 jenis

tangga nada pentatonik yang diambil dari tangga nada

diatonic yaitu pentatonik mayor dan minor.

a) Pentatonik Mayor

Formula dari nada pentatonik mayor adalah 1 - 2 - 3 - 5 -

6 - 1'.

Gambar 10. Tangga nada pentatonik mayor natural (C pentatonik

mayor)

Sumber: (Transkrip Pribadi)

b) Pentatonik Minor

Formula dari nada pentatonik minor adalah 1 - 3♭- 4 - 5 -

7♭- 1'

Gambar 11. Tangga nada pentatonik minor natural (A pentatonik

minor)

Sumber: (Transkrip Pribadi)

19

Page 20: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/163/1/BAB I-V.docx · Web viewSumber inspirasi yang paling mudah untuk dijadikan landasan pembuatan karya ialah pengalaman empiris dari

2.1.6. IntervalDalam musik ada yang dinamakan dengan Interval.

Interval adalah sebuah jarak dari nada satu ke nada yang

lainnya, baik jarak nada ke atas maupun nada ke bawah (Karl

Edmund dalam ilmu harmoni, 2014: 28). Interval memiliki

beberapa nama dan ciri khas, yaitu:

1) Prim : Jarak nada yang sama

Contoh : C ke C

Kesan : Kompak, Polos

2) Sekon : satu dengan dua.

Contoh : C ke D

Kesan : melangkah

3) Terts : jarak nada satu dengan tiga.

Contoh : C ke E (besar), atau C ke E♭ (kecil)

Kesan : Cerah (terts besar), sempit, gelap, sedih, (terts

kecil)

4) Kwart : jarak nada satu dengan empat.

Contoh : C ke F

Kesan : selaras

5) Kwint : jarak nada satu dengan lima.

Contoh : C ke G

Kesan : selaras

6) Sekst : jarak nada satu dengan enam.

Contoh : C ke A

Kesan : meyakinkan

7) Septim : jarak nada satu dengan tujuh.

Contoh : C ke B

Kesan : keterlaluan dan ingin diselesaikan

20

Page 21: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/163/1/BAB I-V.docx · Web viewSumber inspirasi yang paling mudah untuk dijadikan landasan pembuatan karya ialah pengalaman empiris dari

8) Oktaf : jarak nada satu dengan delapan.

Contoh : C ke C’ (oktaf tinggi)

Kesan : megah, meyakinkan

2.1.7. Teknik PermainanSeseorang memerlukan teknik untuk bermain musik,

bukan hanya perasaan dan pemikiran saja yang digunakan.

Teknik dalam bermain musik memerlukan waktu yang tidak

singkat untuk mendapatkan teknik yang bagus.

Menurut Banoe (2003: 409), teknik permainan adalah

cara atau teknik sentuhan pada alat musik atas nada tertentu

sesuai petunjuk atau notasinya, seperti : legato, staccato,

accent, bend, glisando, dan sebagainya. Menurut Kurniasari

(2012: 11), teknik permainan merupakan cara atau petunjuk

yang digunakan dalam memainkan suatu alat musik untuk

memainkan atau mempertunjukan sebuah karya musik sesuai

notasinya dengan benar sehingga menghasilkan suatu karya

musik dengan komposisi yang harmonis.

Dalam pembahasan ini penulis hanya menggunakan

teknik permainan seperti :

a. Legato lebih dikenal sebagai sebutan slur dan dibagi

menjadi dua teknik yaitu slur turun dan slur naik

(Wicaksono, 2010: 5). Berikut penulisan legato dalam

notasi balok :

Gambar 12. Legato

21

Page 22: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/163/1/BAB I-V.docx · Web viewSumber inspirasi yang paling mudah untuk dijadikan landasan pembuatan karya ialah pengalaman empiris dari

b. Glisando adalah teknik permainan musik dengan cara

menggelicirkan satu nada ke nada lain yang berjarak

jauh secara berjenjang, baik jenjang diatonic maupun

jenjang chromatic (Banoe, 2003: 166). Dalam permainan

gitar elektrik glisando dimainkan dalam satu senar untuk

menghasilkan nada menyeret secara lembut dan halus.

Gambar 13. Glisando

c. Vibrato adalah bergetar, dengan gelombang getaran

menurut pilihan pemain atau sesuatu nada tertentu

(Banoe, 2003: 403). Vibrato merupakan teknik tangan kiri

dengan menggerakan jari tangan kiri yang menekan

pada satu nada, dan menggerakan maju dan mundur

secara cepat sehingga menimbulkan suara yang

bergetar.

d. Harmonic adalah teknik yang dapat menghasilkan pitch

yang sangat tinggi dan sulit atau bahkan tidak mungkin

dijangkau hanya dengan memainkan nada-nada pada

fret gitar seperti pada umumnya. (Wicaksono, 2010: 6).

e. Arpeggio adalah akor yang dimainkan not per not secara

berurutan dalam pola tertentu (Kristianto, 2007: 7).

f. Bending adalah teknik permainan gitar elektrik dimana

ada nada yang dimainkan, senarnya dinaikan hingga

nadanya mencapai nada pada fret berikutnya dengan

interval, 12 , 1 , 1

12 .

22

Page 23: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/163/1/BAB I-V.docx · Web viewSumber inspirasi yang paling mudah untuk dijadikan landasan pembuatan karya ialah pengalaman empiris dari

2.2. Dasar PemikiranPenulis menggunakan musik sebagai sarana untuk

mengungkapkan dan menyampaikan perasaan yang dimiliki kepada

pendengar. Bagi sebagian orang, musik yang membawa perasaan

atau emosi hanya musik yang menggunakan vokal, karena dalam

vokal terdapat bahasa verbal yang bisa dimengerti manusia dengan

mudah. Namun demikian pada kenyataannya semua jenis musik

memiliki emosi dan perasaan tersendiri, tidak hanya musik vokal saja,

namun juga musik instrumental. Dari sinilah penulis mencoba

membuat sebuah lagu dengan konsep musik instrumental untuk

memberikan atau mempengaruhi pendengar dari apa yang penulis

rasakan.

Dalam pembuatan komposisi ini terinspirasi oleh pengalaman

empiris penulis, yaitu kegagalan cinta yang penulis alami. Selain itu

penulis ingin mengekspresikan apa yang penulis rasakan kedalam

sebuah komposisi musik instrumental. Hal ini dikarenakan

keterbatasan penulis dalam mengekspresikan apa yang penulis

rasakan kedalam bahasa verbal.

Di samping itu penulis ingin mengembangkan teknik permainan

gitar kedalam sebuah komposisi, dimana teknik gitar itu meliputi

bending, vibrato, slide, tapping, dan whammy bar, agar sebuah

komposisi dengan menggunakan aspek tersebut terdengar lebih

variatif di samping menggunakan tangga nada saja.

23

Page 24: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/163/1/BAB I-V.docx · Web viewSumber inspirasi yang paling mudah untuk dijadikan landasan pembuatan karya ialah pengalaman empiris dari

BAB IIIPROSES PENCIPTAAN

3.1. Ide/GagasanKarya ini merupakan sebuah cerita yang berdasar dari

pengalaman empiris penulis yang kemudian diungkapkan kedalam

sebuah karya musik. Inspirasi dari karya "Move On!" ini berawal dari

timbulnya rasa suka terhadap seorang wanita yang membuat hati dan

perasaan penulis menjadi bergejolak dan semangat. Berbagai upaya

telah dilakukan agar bisa dekat dan menjalin relasi dengannya.

Sampai suatu hari penulis memberikan sebuah lagu sebagai

ungkapan perasaan, namun respon dari wanita tersebut tidak sesuai

dengan yang diharapkan penulis. Setelah itu, penulis merasakan

perasaan bimbang atau biasa disebut dengan galau. Pada akhirnya

penulis menyadari bahwa terlarut dalam kesedihan tidak memberikan

dampak positif. Penulis senantiasa berusaha melupakan kegagalan

yang ada guna mendapatkan sebuah pengalaman cinta yang baru.

Fenomena ini dikenal oleh masyarakat umum dengan istilah move on.

Pengalaman tersebut menjadi sebuah inspirasi sekaligus bentuk

refleksi diri penulis, melihat, dan merasakan segala kemungkinan

mengapa hal ini bisa terjadi. Pemaknaan terhadap kejadian ini

mendorong penulis untuk menjadikan pengalaman ini sebagai ide atau

inspirasi utama dalam penulisan sebuah karya musik.

Selain ide secara non musikal, ide/gagasan musikal pun sangat

mempengaruhi pembuatan karya musik ini. Berbagai referensi lagu

yang penulis dengarkan dapat mengilhami penulis dalam pembuatan

karya musik, baik itu potongan melodi, potongan ritme, ataupun

24

Page 25: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/163/1/BAB I-V.docx · Web viewSumber inspirasi yang paling mudah untuk dijadikan landasan pembuatan karya ialah pengalaman empiris dari

komponen musik lainnya yang terdapat dalam bagian lagu. Setelah

penulis mendapatkan ide/gagasan, penggalan-penggalan kalimat pun

telah terkumpul menjadi satu kesatuan maka terciptalah komposisi

musik "Move On!", yang kemudian diproses dengan menggunakan

media DAW (Digital Audio Workstation). Proses kreatif pembuatan

lagu ini dimulai dengan merekam part-part instrumen seperti gitar,

bass, drum (midi), dan strings. Hal ini penulis lakukan dengan tujuan

untuk meminimalisir hal-hal yang tidak diinginkan.

Di dalam komposisi ini penulis banyak menggunakan tangga

diatonic scale (major scale dan pentatonic scale), karena menurut

penulis suasana yang dibangun dari tangga nada tersebut dapat

mewakili nuansa yang penulis inginkan. Penulis juga memakai

beberapa teknik permainan gitar elektrik yang digunakan seperti;

alternate picking, legato, slide, tapping, whammy bar dan lain

sebagainya.

Komposisi musik "Move On!" yang berdurasi 7:00 menit ini

terdiri dari 5 part yaitu A, A', B, C, B' dan terdapat beberapa part

tambahan seperti intro, bridge, interlude, dan ending. Berikut adalah

susunan part yang terdapat dalam lagu "Move On!":

1. Intro I 9. Bridge II

2. Verse I (A) 10. Interlude I

3. Intro II 11. Interlude II

4. Verse II (A') 12. Bridge III

5. Bridge I 13. Chorus (B')

6. Chorus (B) 14. Ending

7. Intro III

8. Verse III (C)

25

Page 26: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/163/1/BAB I-V.docx · Web viewSumber inspirasi yang paling mudah untuk dijadikan landasan pembuatan karya ialah pengalaman empiris dari

Komposisi ini terdiri dari 206 bar, menggunakan tanda sukat 44

dengan tempo 123 Bpm. Pada komposisi ini penulis menggunakan

beberapa instrumen seperti gitar elektrik, bass elektrik, keyboard, dan

set drum. Tangga nada yang dipakai adalah tangga nada Do = A (♯3),

dengan tuning gitar drop D yaitu D-A-D-G-B-E (dari urutan senar

rendah ke senar tinggi). Alasan penulis menggunakan tuning drop D

adalah untuk memudahkan penulis dalam memainkan komposisi ini.

3.2. Konsep GarapIde awal pembuatan dari komposisi ini penulis dapat dari

tangga nada 1 (do), 2 (re), 3 (mi), 4 (fa), 5 (Sol), 6 (la), 7 (si), 1' (do

oktaf tinggi) di nada dasar Do = A seperti berikut :

Gambar 14. Tangga nada Do = A Komposisi "Move On!"

3.2.1. Intro I

Intro ini diawali dengan permainan gitar sebanyak 4 bar,

yang kemudian diisi oleh penggalan-penggalan melodi pada bar

ke-5 sampai bar ke-16. Progresi akor yang digunakan adalah vi

(F#m) dan VI (D). Melodi yang dimainkan pada bar ke-5 sampai

bar ke-16 menggunakan pedal volume, hal ini bertujuan untuk

mendapatkan ketegangan bunyi dari bunyi lembut menuju bunyi

keras (crescendo). Selain itu dengan ketegangan bunyi tersebut

menimbulkan suasana yang mengambang dalam lagu ini.

Maksud mengambang di sini adalah untuk menggambarkan

suasana awal dimana penulis merasakan kebimbangan.

26

Page 27: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/163/1/BAB I-V.docx · Web viewSumber inspirasi yang paling mudah untuk dijadikan landasan pembuatan karya ialah pengalaman empiris dari

Gambar 15. Part intro I Komposisi “Move On!” Bar 1-8

Gambar 16. Part intro I Komposisi “Move On!” Bar 9-16

27

Page 28: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/163/1/BAB I-V.docx · Web viewSumber inspirasi yang paling mudah untuk dijadikan landasan pembuatan karya ialah pengalaman empiris dari

3.2.2. Part A (Verse I)

Part A terdiri dari 32 bar yang kemudian penulis bagi

menjadi 4 bait. Pada part ini progresi akor masih menggunakan

progresi akor intro yaitu vi (F#m) dan IV (D) yang dimainkan

dengan repetisi. Bait pertama adalah bar 17-24 merupakan

motif melodi awal yang kemudian diolah menggunakan teknik

repetisi pada bait kedua pada bar ke 25-27. Motif melodi pada

bait ketiga (bar 33-40) mengalami variasi melodi dengan

menggunakan interval sekst (1-6) yang terjadi pada nada E-C#,

D-B, C#-A, A-F#, G#-E, dan F#-D. Pada bait keempat (41-48)

terdapat F#m pentatonic scale. Pentatonic minor scale memiliki

formula 1 - 3♭ - 4 - 5 - 7♭ , maka nada pentatonic scale pada

akor F#m adalah F# - A - B - C# - E.

28

Page 29: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/163/1/BAB I-V.docx · Web viewSumber inspirasi yang paling mudah untuk dijadikan landasan pembuatan karya ialah pengalaman empiris dari

Gambar 17. Part A bait pertama komposisi “Move On!” Bar 17-

24

Gambar 18. Part A bait kedua komposisi “Move On!” 25-32

29

Page 30: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/163/1/BAB I-V.docx · Web viewSumber inspirasi yang paling mudah untuk dijadikan landasan pembuatan karya ialah pengalaman empiris dari

Gambar 19. Part A bait ketiga komposisi “Move On!” Bar 33-40

Gambar 20. Part A bait keempat Komposisi “Move On!” Bar

41-48

30

Page 31: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/163/1/BAB I-V.docx · Web viewSumber inspirasi yang paling mudah untuk dijadikan landasan pembuatan karya ialah pengalaman empiris dari

3.2.3. Intro II

Part yang terdiri dari 8 bar ini (bar 49-56) merupakan

pengembangan dari part Intro I, di mana pada bagian

melodinya terjadi variasi melodi. Progresi akor yang digunakan

pada part ini adalah vi (F#m) - vi (F#m) - IV (D) - ii (Bm).

Gambar 21. Part Intro II komposisi “Move On!” Bar 49-56

31

Page 32: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/163/1/BAB I-V.docx · Web viewSumber inspirasi yang paling mudah untuk dijadikan landasan pembuatan karya ialah pengalaman empiris dari

3.2.4. Part A' (Verse II)

Part ini terdiri dari 8 bar dimulai pada bar 57-64, progresi

akor yang digunakan sama seperti pada intro II yaitu vi (F#m) -

vi (F#m) - IV (D) - ii (Bm). Pada part ini terdapat motif melodi

yang menggunakan sistem pedal tone pada nada E (senar 1),

terjadi ketika pergerakan motif melodi naik (ascending) yang

dimulai pada nada E (senar 2) dan dibunyikan bersamaan

dengan nada E pada senar 1 sehingga terjadi interval yaitu E-E

(prim), F#-E (septim kecil), G#-E (sekst kecil), A-E (kwint), B-E

(kwart), C#-E (terst), D-E (sekon), E'-E (oktaf).

Gambar 22. Part A' komposisi “Move On!” Bar 57-64

32

Page 33: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/163/1/BAB I-V.docx · Web viewSumber inspirasi yang paling mudah untuk dijadikan landasan pembuatan karya ialah pengalaman empiris dari

3.2.5. Bridge I

Berikutnya adalah part bridge I, part ini terdiri dari 16 bar

dimulai dari bar 65-80. Pada bar 65-68 adalah motif utama dari

part ini yang kemudian diolah dengan menggunakan teknik

repetisi pada bar ke 73-76. Pada bar 71-72 terdapat harmoni

melodi dengan menggunakan interval terst. Progresi akor yang

digunakan adalah IV (D) - V (E) - vi (F#m) - vi (F#m), IV (D) - ii

(Bm) - vi (F#m) - V (E), yang dimainkan dengan arpeggio. Pada

akor ke V (E) bagian akhir mengalami pembalikan akor tingkat 1

(nada bass menjadi G#), karena pada bar berikutnya adalah

part chorus dan dimulai dengan akor I (A), maka pergerakan

nada bass menjadi naik yaitu F# (vi) - G# (V6) - A (I).

Gambar 23. Part Bridge I komposisi “Move On!” Bar 65-72

33

Page 34: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/163/1/BAB I-V.docx · Web viewSumber inspirasi yang paling mudah untuk dijadikan landasan pembuatan karya ialah pengalaman empiris dari

Gambar 24. Part Bridge I komposisi “Move On!” Bar 73-80

3.2.6. Part B (Chorus)

Part ini adalah part chorus yang merupakan tema inti dari

lagu ini, terdiri dari 16 bar dimulai pada bar 81-96. Pada part ini

melodi dimainkan dengan menggunakan interval terst, kwart,

dan oktaf oleh gitar 2 sehingga membentuk harmoni yang

berbeda-beda. Part chorus ini akan diolah dengan teknik

repetisi pada bar 173-188 (part B'), namun terdapat pola ritmik

pada gitar dan perubahan beat pada drum, pada part B ritmik

gitar yang digunakan adalah not ♩ (14 ) kemudian dikembangkan

menjadi not ♫ (18 ) pada part B’. Progresi akor yang digunakan

34

Page 35: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/163/1/BAB I-V.docx · Web viewSumber inspirasi yang paling mudah untuk dijadikan landasan pembuatan karya ialah pengalaman empiris dari

adalah I (A) - V (E) - vi (F#m) - V (E) - IV (D) diulang sebanyak

dua kali.

Gambar 25. Part Chorus komposisi “Move On!” bar 81-88

35

Page 36: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/163/1/BAB I-V.docx · Web viewSumber inspirasi yang paling mudah untuk dijadikan landasan pembuatan karya ialah pengalaman empiris dari

Gambar 26. Part Chorus komposisi “Move On!” bar 89-96

36

Page 37: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/163/1/BAB I-V.docx · Web viewSumber inspirasi yang paling mudah untuk dijadikan landasan pembuatan karya ialah pengalaman empiris dari

3.2.7. Intro III

Part ini adalah pengantar sebelum masuk ke part C

(verse III), progresi akor yang digunakan adalah I (A) - V (E) - IV

(D) - V (E) dimainkan dengan arpeggio dan menggunakan

sistem pedal tone dimana pada masing-masing akor terdapat

nada yang ditahan yaitu nada A.

Gambar 27. Part Intro III komposisi “Move On!” bar 97-100

3.2.8. Part C (Verse III)

Part ini adalah pengembangan dari part bridge I, namun

beat yang dimainkan cukup pelan. Part ini terdiri dari 16 bar

dimulai pada bar 101-106. Progresi akor yang digunakan

adalah vi (F#m) - IV (D) - Vsus4 (Esus4) - V (E) dan terdapat

akord F diminished (F - G# - B - D) pada bait kedua yaitu untuk

menjembatani akor V (E) ke akor vi (F#m). Ketika iringan melodi

menjumpai akor F diminished maka nada F# pada melodi

dinaturalkan menjadi Nada F♮. Alasannya adalah karena nada F

yang dinaturalkan termasuk dalam chord tones F diminished.

37

Page 38: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/163/1/BAB I-V.docx · Web viewSumber inspirasi yang paling mudah untuk dijadikan landasan pembuatan karya ialah pengalaman empiris dari

Gambar 28. Part C komposisi “Move On!” bar 101-108

38

Page 39: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/163/1/BAB I-V.docx · Web viewSumber inspirasi yang paling mudah untuk dijadikan landasan pembuatan karya ialah pengalaman empiris dari

Gambar 29. Part C komposisi “Move On!” bar 109-116

3.2.9. Bridge II

Part yang terdiri dari 8 bar ini dimulai pada bar 117-124

memiliki progresi akor ii (Bm) - I/iii (A/C#) - IV (D) - I/iii (A/C#) - ii

(Bm) - I/iii (A/C#) - IV (D) - V (E) dimainkan dengan arpeggio.

Terdapat juga beberapa teknik gitar yang dimainkan seperti

bending, alternate picking, vibrato, dan pinch harmonic. Motif

melodi pada bar 121-122 menggunakan interval kwint (1-5), dan

39

Page 40: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/163/1/BAB I-V.docx · Web viewSumber inspirasi yang paling mudah untuk dijadikan landasan pembuatan karya ialah pengalaman empiris dari

terdapat harmoni melodi dengan nada terst (3rd) dari motif

melodi tersebut. Pada bar 123-124 terdapat brocken chord DM7

(D - F# - A - C#) yang dimainkan dengan bentuk sekuens.

Gambar 30. Part Bridge II komposisi “Move On!” bar 117-124

3.2.10. Interlude I

Bagian ini terdiri dari 8 bar dimulai dari bar 125-132, dan

terdapat beberapa teknik permainan gitar seperti; bending (B),

release bending (Rb), tapping, dan whammy bar (dive bomb).

40

Page 41: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/163/1/BAB I-V.docx · Web viewSumber inspirasi yang paling mudah untuk dijadikan landasan pembuatan karya ialah pengalaman empiris dari

Progresi akor yang digunakan adalah vi (F#m) - IV (D) - I (A) - V

(E) diulang sebanyak dua kali, namun pada akor ke V (E)

bagian akhir mengalami pembalikan akor 1 sehingga pada nada

tersebut nada bassnya berganti menjadi nada terst (E/G#).

Gambar 31. Part Interlude I komposisi “Move On!” bar 125-132

3.2.11. Interlude II & Bridge III

Motif melodi dan iringan pada part interlude II merupakan

tema ke dua dari lagu ini, terdiri dari 8 bar dimulai pada bar 133-

140. Progresi akor yang digunakan adalah IV (D) - V (E) - vi

(F#m) - vi (F#m), IV (D) - ii (Bm) - vi (F#m) - V (E). Selanjutnya

41

Page 42: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/163/1/BAB I-V.docx · Web viewSumber inspirasi yang paling mudah untuk dijadikan landasan pembuatan karya ialah pengalaman empiris dari

adalah bridge III yang merupakan bentuk repetisi dari interlude

II, pada bar 141-148 diawali dengan permainan piano, lalu

masuk kembali pada iringan gitar (repetisi bar 133-140), pada

bar 165-172 masih merupakan repetisi interlude II namun motif

melodi yang dimainkan dinaikkan satu oktaf.

Gambar 32. Part Interlude II komposisi “Move On!” bar 133-

140

42

Page 43: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/163/1/BAB I-V.docx · Web viewSumber inspirasi yang paling mudah untuk dijadikan landasan pembuatan karya ialah pengalaman empiris dari

Gambar 33. Pola iringan piano part Bridge III komposisi “Move On!” bar 141-148

Gambar 34. Part Bridge III komposisi “Move On!” Bar 149-156

43

Page 44: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/163/1/BAB I-V.docx · Web viewSumber inspirasi yang paling mudah untuk dijadikan landasan pembuatan karya ialah pengalaman empiris dari

Gambar 35. Part Bridge III komposisi “Move On!” Bar 157-162

Gambar 36. Part Bridge III komposisi “Move On!” Bar 163-170

44

Page 45: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/163/1/BAB I-V.docx · Web viewSumber inspirasi yang paling mudah untuk dijadikan landasan pembuatan karya ialah pengalaman empiris dari

3.2.12. Coda / Ending

Bagian ini merupakan bagian akhir (klimaks) dari lagu ini.

Dimulai pada bar 189-206. Part ini merupakan variasi repetisi

dari part B dan B’ (chorus) karena pola iringan melodi dan akor

yang digunakan hampir sama. Pada bar 190 terdapat unison

yang dimainkan bersamaan dengan instrumen lainnya.

Gambar 37. Part Ending komposisi “Move On!” Bar 189-196

45

Page 46: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/163/1/BAB I-V.docx · Web viewSumber inspirasi yang paling mudah untuk dijadikan landasan pembuatan karya ialah pengalaman empiris dari

Gambar 38. Part Ending komposisi “Move On!” Bar 197-204

46

Page 47: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/163/1/BAB I-V.docx · Web viewSumber inspirasi yang paling mudah untuk dijadikan landasan pembuatan karya ialah pengalaman empiris dari

Gambar 39. Part Ending komposisi “Move On!” Bar 205-206

3.3. PembahasanLagu “Move On!” ini merupakan sebuah komposisi yang

tercipta atas pengalaman priabadi penulis. Di dalam proses

pembuatan lagu ini penulis menggunakan metode rekomposisi atau

mengembangkan sebuah komposisi yang sudah ada. Hal tersebut

dapat meliputi akor, motif melodi, motif ritmis, iringan maupun ritmis

yang digunakan dalam iringan sebuah lagu.

Dalam proses penciptaan lagu in penulis tidak luput dari

beberapa pengaruh ataupun karya musik yang ada sebagai acuan

penulis. Lagu yang menjadi acuan dalam pembuatan komposisi ini

adalah “Cry for You” ciptaan Andy Timmons, “Baroque Sky” ciptaan

Neil Zaza, & “Burn it Down” ciptaan Andy James. Tidak hanya sebuah

karya musik yang diciptakan, beberapa gitaris dunia seperti Steve Vai,

Joe Satriani, John Petrucci pun turut mempengaruhi penulis dalam

berkarya dan mengembangkan permainan gitar penulis. Sehingga

dalam pembuatan karya “Move On!” terdapat beberapa teknik gitar

yang cukup variatif seperti; bending, vibrato, whammy bar,slide,

tapping, legato,alternate picking,dan sweep picking.

47

Page 48: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/163/1/BAB I-V.docx · Web viewSumber inspirasi yang paling mudah untuk dijadikan landasan pembuatan karya ialah pengalaman empiris dari

3.3.1. Etika Kekomposisian

1. Notasi Perspektif

Notasi Perspektif adalah penjelasan dari notasi yang

digunakan oleh penulis didalam pembuatan komposisi “Move On!” dengan menggunakan parameter musik umumnya seperti;

melodi, akor, harmoni, ritme, dan lain-lain.

a) Melodi

Melodi yang penulis gunakan dalam pembuatan komposisi

ini menggunakan diatonic scale dan pentatonic scale.

b) Akor

Akor yang digunakan pada komposisi ini menggunakan akor

Mayor, minor dan diminished. Tidak jarang juga penulis

menggunakan akor-akor pembalikan (inversi) agar

memberikan kesan yang harmonis dari lagu yang telah

penulis ciptakan.

c) Harmoni Melodi

Harmoni melodi yang digunakan pada komposisi ini adalah

harmoni 3rd dan 4th , dan oktaf.

d) Tempo

Tempo yang digunakan adalah 123 Bpm.

e) Sukat

Sukat yang digunakan adalah 44 .

f) Tonalitas

Tonalitas yang digunakan dalam lagu ini adalah Do = A (3♯).

2. Genre Musik / Gaya Permainan

48

Page 49: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/163/1/BAB I-V.docx · Web viewSumber inspirasi yang paling mudah untuk dijadikan landasan pembuatan karya ialah pengalaman empiris dari

Genre musik yang penulis gunkan pada karya ini adalah

genre rock. Musik rock adalah genre musik populer yang mulai

diketahui secara umum pada pertengahan tahun '50-an.

Akarnya berasal dari rhythm and blues, musik country dari

tahun '40 dan '50-an serta berbagai pengaruh lainnya.

Selanjutnya, musik rock juga mengambil gaya dari berbagai

musik lainnya, termasuk musik rakyat (folk music), jazz dan

musik klasik.

Bunyi khas dari musik rock sering berkisar sekitar gitar

listrik atau gitar akustik, dan penggunaan back beat yang

sangat kental dengan rhythm section degan gitar bass, drum,

dan keyboard seperti organ, piano, lalu synthesizer. Di samping

gitar atau keyboard, saxophone kadang digunakan sebagai

instrument musik solo.

Pada akhir tahun '60-an dan awal '70-an, musik rock

berkembang menjadi beberapa jenis yang bercampur dengan

musik folk (musik daerah di Amerika) menjadi folk rock, dengan

blues menjadi blues-rock dan dengan jazz, menjadi Jazz

rock/fusion. Pada tahun '70-an, rock menggabungkan pengaruh

dari soul, funk, dan musik latin. Juga pada tahun '70-an, rock

berkembang menjadi berbagai subgenre (sub kategori) seperti

soft rock, glam rock, heavy metal, hard rock, progressive rock,

dan punk rock. Sub kategori rock yang mencuat pada tahun '80-

an termasuk New Wave, hardcore punk, dan alternative rock.

Pada tahun '90-an terdapat grunge, Britpop, indie rock dan nu

metal. (sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Musik_rock, di

unduh pada tanggal 11 Oktober 2015, pukul 20.00 wib)

BAB IV

49

Page 50: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/163/1/BAB I-V.docx · Web viewSumber inspirasi yang paling mudah untuk dijadikan landasan pembuatan karya ialah pengalaman empiris dari

PROSES PRODUKSI PERTUNJUKAN

4.1. Proses LatihanSebelum memulai sesi latihan penulis harus menentukan

pemain pendukung yang akan membantu dalam pementasan,

diantaranya adalah:

1. Iman K (Guitar), Seni Musik UNPAS 2011.

2. Ovi Madia (Bass), Seni Musik UNPAS 2011.

3. Fajar Maulana Siddiq (Drum, sequencer), Seni Musik UNPAS

2011.

4. Dian (Add: Acoustic Guitar), Seni Musik UNPAS 2013.

5. Riyan N (Add: Shaker), Seni Musik UNPAS 2010.

6. Divo (Add: Vocal), Seni Musik UNPAS 2010.

Setelah menentukan pemain yang akan membantu dalam

pementasan karya “Move On!”, penulis membagikan materi musik

berupa data audio dalam format mp3 kepada masing-masing

pendukung. Penulis memberikan rentang waktu selama 1 bulan

kepada para pendukung untuk mempelajari komposisi “Move On!” dan karya lainnya sebelum memulai proses latihan di studio. Hal ini

penulis lakukan agar masing-masing pendukung dapat lebih fokus

untuk mempelajari materi musik yang penulis berikan, sehingga dapat

memainkannya dengan baik dan tidak memakan waktu terlalu lama

ketika proses latihan di studio tengah berlangsung.

Setelah menghafalkan materi lagu, barulah proses latihan di

studio dimulai. Proses latihan ini dilakukan di studio Escape Jl. Jendral

50

Page 51: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/163/1/BAB I-V.docx · Web viewSumber inspirasi yang paling mudah untuk dijadikan landasan pembuatan karya ialah pengalaman empiris dari

Ahmad Yani, Bandung. Alasan penulis memilih studio Escape sebagai

tempat proses latihan adalah peralatan yang baik dan memadai, serta

telah menjadi tempat latihan rutin yang dilakukan penulis setiap

minggu.

Adapun alasan memilih para pendukung tersebut untuk

membantu kelancaran dalam pementasan penulis adalah hubungan

antar pemain sudah terjalin dengan baik, karena pernah bermain di

dalam sebuah band yang sama sebelumnya.

4.2. Konsep PementasanSetelah penulis melewati proses latihan penulis pun harus

membuat konsep pementasan. Pada pementasan TA ini penulis akan

membawakan 8 buah lagu yaitu 7 lagu ciptaan penulis dan 1 lagu

cover yang akan dimainkan dengan format combo (band). Pada 7 lagu

ciptaan penulis akan bermain gitar solo sebagai pemeran utama dalam

band, namun pada lagu ke 4 (If..) dan lagu ke 5 (One Day) penulis

akan ditemani dengan 2 additional player yaitu pemain gitar akustik

dan pemain shaker, dan pada akhir pementasan penulis akan berduet

dengan vokalis dengan membawakan lagu dari salah satu band

ternama yang sudah di kenal di dunia. Berikut adalah list lagu yang

akan dibawakan dalam pementasan tugas akhir:

1. Ivan F Devota - Ambience Of Dissonance

2. Ivan F Devota - Runaway

3. Ivan F Devota - My way

4. Ivan F Devota - If... (Song For You)

5. Ivan F Devota - One Day

6. Ivan F Devota - I will...

51

Page 52: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/163/1/BAB I-V.docx · Web viewSumber inspirasi yang paling mudah untuk dijadikan landasan pembuatan karya ialah pengalaman empiris dari

7. Ivan F Devota - Move On (TA)

8. AC/DC Band - Highway To Hell

4.2.1. Tata Pentas (Panggung)Tata panggung atau bisa disebut juga dengan scenery

atau pemandangan latar belakang (background) adalah

suasana seputar gerak laku diatas panggung dan semua

elemen-elemen visual, atau yang terlihat oleh mata yang

mengitari talent dalam pementasan. Dalam pementasan TA ini

Penulis berencana menggunakan lahan parkir kampus UNPAS

IV yang bertempat di Jl. Dr. Setiabudhi no.193, Sukasari,

Bandung, sebagai tempat pertunjukan resital. Panggung yang

akan digunakan adalah jenis panggung terbuka (open air stage)

yang sudah tersedia dihalaman kampus, karena ukuran

panggung yang tersedia di halaman tidak cukup untuk

mengcover instrumen yang ada, maka penulis akan mendekor

ulang panggung agar dapat memiliki ruang gerak antar pemain

pendukung yang bermain diatas panggung. Berikut adalah

denah panggung yang akan penulis gunakan dengan

penataannya :

52

Page 53: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/163/1/BAB I-V.docx · Web viewSumber inspirasi yang paling mudah untuk dijadikan landasan pembuatan karya ialah pengalaman empiris dari

Gambar 40. Desain Panggung

Sumber: (Transkrip Pribadi)

Keterangan :

1. Drum & pengiring 5. Additional Guitar

2a. Amplifier Guitar 2 6. Additional Shaker

2b. Gitar pengiring 7. Additional Vocal

3a. Amplifier Bass 8. Sound Monitor

3b Bass pengiring 9a. Speaker P.A L

4a. Amplifier Guitar 1 L 9b. Speaker P.A R

4b. Amplifier Guitar 1 R

4.2.2. Tata Suara Tata Suara adalah suatu teknik pengaturan peralatan

suara atau bunyi pada suatu acara pertunjukan, pertemuan,

rapat dan lain-lain. Tata suara memainkan peranan penting

dalam suatu pertunjukan langsung dan menjadi satu bagian tak

53

Page 54: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/163/1/BAB I-V.docx · Web viewSumber inspirasi yang paling mudah untuk dijadikan landasan pembuatan karya ialah pengalaman empiris dari

terpisahkan dari tata panggung dan bahkan acara pertunjukan

itu sendiri. Tata suara erat kaitannya dengan pengaturan

penguatan suara agar bisa terdengar kencang tanpa

mengabaikan kualitas dari suara-suara yang dikuatkan.

Pengaturan tersebut meliputi pengaturan michrophone,

prosesor dan efek suara, pengaturan konsul mixer, kabel-kabel,

Audio Power amplifier dan speaker-speaker-nya. Maka aspek-

aspek yang dibutuhkan penulis untuk pementasannya adalah:

1 unit stack amplifier, digunakan penulis

1 unit stack amplifier, digunakan gitar pengiring

1 unit bass amplifier, digunakan bass pengiring

1 set drum

Sound monitor

Microphone (dynamic)

Audio mixer (digital)

Audio power amplifier

PA speaker / loudspeaker

4.2.3. Tata Busana (Kostum pentas)Kostum merupakan salah satu aspek penting di dalam

dunia pertunjukan. Kostum menjadi identitas tersendiri bagi

pemain musik di samping permainan musiknya. Bagi penonton,

kostum merupakan hal pertama yang dinilai dari penampilan

seorang performer. Semakin menarik penampilan seorang

performer, maka semakin besar pula ketertarikan penonton

untuk menyaksikan pertunjukannya.

54

Page 55: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/163/1/BAB I-V.docx · Web viewSumber inspirasi yang paling mudah untuk dijadikan landasan pembuatan karya ialah pengalaman empiris dari

Dalam pementasan ini, penulis menggunakan gaya

busana semi formal, dengan menggunakan atasan kemeja

hitam, dan bawahan celana jeans baik bagi dirinya sendiri

maupun bagi para pendukungnya. Hal ini didasarkan pada

komposisi musik yang penulis mainkan, yang mana komposisi

ini diciptakan dalam nuansa musik yang bergenre rock

sehingga gaya busana tersebut dirasa cukup pantas untuk

digunakan dalam pementasan komposisi ini.

55

Page 56: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/163/1/BAB I-V.docx · Web viewSumber inspirasi yang paling mudah untuk dijadikan landasan pembuatan karya ialah pengalaman empiris dari

BAB VPENUTUP

Dalam membuat sebuah komposisi musik, referensi dan pengalaman

empiris seorang komposer sangatlah mempengaruhi bentuk dan warna dari

komposisi yang dibuat. Demikian halnya dengan apa yang penulis alami,

pengalaman mendengar dan mengapresiasi berbagai jenis musik sangat

membantu memperkaya pengetahuan dan wawasan penulis ketika harus

mengembangkan sebuah ide. Selain dari itu, ilmu yang didapat selama

proses perkuliahan pun sangat membantu penulis, terutama yang

menyangkut analisis dan proses memahami sebuah komposisi orang lain.

Sehingga hasil analisa dan pemahaman tersebut membantu dan mendorong

penulis untuk terus berkarya.

Penulis akan menguraikan beberapa hal yang berkaitan dengan

pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya. Pada komposisi “Move On!” ini penulis menggunakan beberapa teknik yang umum dipakai oleh para

gitaris diantaranya; alternate picking, legato, tapping, bending, dan lain

sebagainya. Tuning yang dipakai pun menggunakan tuning drop D (D-A-D-G-

B-E). Komposisi ini juga terdiri dari 5 part yaitu A (verse I) - A' (verse II), - B

(chorus), C (verse III), B' (Chorus), dan terdapat beberapa part tambahan

diantaranya, intro, bridge, interlude dan ending. Komposisi yang terdiri dari

206 bar ini menggunakan tonalitas do = A (♯3).

Dalam proses ini, penulis banyak menemukan hal-hal baru, seperti;

teori (pengolahan motif), metode-metode (revisi), dan lainnya. Tentunya hal

ini sangat bermanfaat bagi penulis, terutama sebagai pembelajaran agar

penulis dapat lebih giat lagi dalam mencari sumber informasi yang kemudian

dijadikan referensi dalam menciptakan sebuah karya. Selain itu, penulis juga

56

Page 57: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/163/1/BAB I-V.docx · Web viewSumber inspirasi yang paling mudah untuk dijadikan landasan pembuatan karya ialah pengalaman empiris dari

mendapatkan banyak pelajaran dari percobaan–percobaan yang penulis

lakukan selama proses pembuatan karya ini, karena di dalam setiap

percobaan tersebut, penulis menemukan kesalahan–kesalahan yang menjadi

pelajaran dan sarana introspeksi diri bagi penulis. Penulis mendapatkan

pengalaman melalui apresiasi terhadap karya–karya musisi sebelumnya, dari

hasil apresiasi tersebut penulis mengerti bahwa di dalam pembuatan karya

seni sebuah ketulusan dan kejujuran adalah hal yang sangat penting.

Ketulusan seorang musisi mampu menciptakan karya seni yang indah,

meskipun harus mengorbankan waktu, tenaga, dan pikiran. Dengan kejujuran

seorang musisi akan mampu menciptakan sebuah karya seni yang orisinil

dan dapat dipertanggung jawabkan, bukan sekedar mengikuti kemauan atau

permintaan orang lain. Selain itu, penulis juga melewati berbagai proses

revisi, yaitu perbaikan ide-ide musikal sesuai dengan tujuan yang ingin

penulis capai.

Inti dari semuanya adalah hasil akhir bukanlah sebuah tolak ukur

keberhasilan penulis, melainkan seluruh proses yang telah dilalui untuk

mendapatkan hasil akhir. Dengan proses itulah penulis mendapatkan banyak

pelajaran yang mendewasakan dan menjadikan pribadi penulis lebih baik

dimasa yang akan datang, Amin.

57