eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5035/1/bab i - bab v.docx · web viewsastra merupakan suatu...

91
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra merupakan suatu refleksi dari kehidupan nyata yang diolah dalam dunia imajinasi pengarang dan dideskripsikan melalui karya sastra. Hal tersebut dimaksudkan untuk menyampaikan suatu ide, gagasan dan pesan secara terselubung (tidak langsung), dengan menggunakan medium bahasa. Sastra merupakan suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya, dengan menggunakan bahasa sebagai medianya, sehingga kreatifitas sastra harus mampu melahirkan kreasi yang indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia (Semi, 1988: 8). Karya sastra muncul dari proses kontemplasi pengarang dari fenomena-fenomena yang terjadi didalam realitas sosial budaya dan politik dimana seorang pengarang itu menciptakan karyanya. Pengarang

Upload: lynga

Post on 07-Jun-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5035/1/BAB I - BAB V.docx · Web viewSastra merupakan suatu bentuk dan ... dapat dipahami sesuai dengan tingkat pengetahuan pembaca dengan karya

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sastra merupakan suatu refleksi dari kehidupan nyata yang diolah dalam

dunia imajinasi pengarang dan dideskripsikan melalui karya sastra. Hal tersebut

dimaksudkan untuk menyampaikan suatu ide, gagasan dan pesan secara

terselubung (tidak langsung), dengan menggunakan medium bahasa. Sastra

merupakan suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah

manusia dan kehidupannya, dengan menggunakan bahasa sebagai medianya,

sehingga kreatifitas sastra harus mampu melahirkan kreasi yang indah dan

berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia (Semi, 1988: 8).

Karya sastra muncul dari proses kontemplasi pengarang dari fenomena-

fenomena yang terjadi didalam realitas sosial budaya dan politik dimana seorang

pengarang itu menciptakan karyanya. Pengarang menuangkan ekspresinya melalui

teks yang berupa karya sastra seperti prosa,drama dan puisi.Pengarang

menuangkan ekspresi,ide dan gagasan tidak secara gamblang yang dapat langsung

dimengerti oleh pembaca.Sebuah karya sastra hanya dapat dipahami sesuai

dengan tingkat pengetahuan pembaca dengan karya tersebut.Karya sastra berasal

dari perpaduan antara dunia nyata dengan dunia imajinasi pengarang.Sehingga

memunculkan kebenaran yang spekulatif, hanya dapat dipahami secara empiris.

Salah satu pengarang yang karya sastranya banyak memuat fenomena realitas

sosial budaya dan politik adalah Pramoedya Ananta Toer. Karya Pramoedya yang

1

Page 2: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5035/1/BAB I - BAB V.docx · Web viewSastra merupakan suatu bentuk dan ... dapat dipahami sesuai dengan tingkat pengetahuan pembaca dengan karya

2

menunjukkan fenomena tersebut adalah novel Gadis Pantai. Dalam novel Gadis

Pantai ditemukan teks yang bermuatan dekonstruktif. Salah satu contoh teks

dekonstruktif dalam novel Gadis Pantai yaitu “Bendoro” tokoh dalam novel yang

digambarkan seseorang yang berbudi luhur tetapi setelah didekonstruksi tokoh

“Bendoro” dalam novel Gadis Pantai tidak berbudi luhur, dilihat dari trace(jejak -

jejak teks) yang menjelaskan makna dekonstruktif yang paradoks, kontradiktif

terhadap tokoh “Bendoro” yang digambarkan oleh pengarang.

Adanya indikasi teks dekonstruksi dalam novel Gadis Pantai berdasarkan

identifikasi awal tersebut. Menunjukkan unsur aporia yang dapat ditelusuri

melalui teks hierarki oposisi yang terkandung dalam teks novel Gadis Pantai.

Oleh karena itulah novel Gadis Pantai digunakan sebagai objek material atau

objek kajian dalam penelitian ini.

Dekonstruksi adalah suatu metode pembacaan teks yang berorientasi bahwa

tidak ada teks yang mempunyai makna absolut (makna tunggal). Ketika sebuah

teks mempunyai makna maka teks tersebut akan menghasilkan makna baru yang

meruntuhkan makna pertama yang telah ada. Merujuk pada oposisi biner (system

of differen) dalam dekonstruksi Derrida, pembaca dapat mendekonstruksi makna

dari sebuah karya sastra dan meruntuhkan pemaknaan yang telah dibangun oleh

pengarang.Derrida telah menyusun langkah-langkah dekonstruksi yaitu pertama,

mengindentifikasi hirarki oposisi dalam teksyang diistimewakan secara sistematis

dan yang tidak.Kedua, oposisi-oposisi itu dibalik dengan menunjukkan adanya

saling ketergantungan atau saling bertentangan (prevalies-nya

Page 3: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5035/1/BAB I - BAB V.docx · Web viewSastra merupakan suatu bentuk dan ... dapat dipahami sesuai dengan tingkat pengetahuan pembaca dengan karya

3

dibalik).Ketiga,memperkenalkan sebuah istilah atau gagasan baru yang ternyata

tidak bisa dimasukkan ke dalam kategori oposisi lama (Norris, 2006:13).

Pembacaan karya sastra menurut paham Dekonstruksi, tidak

dimaksudkan untuk menegaskan makna sebagaimana yang

lazim dilakukan.Sebab, sekali lagi tak ada makna yang

dihadirkan oleh suatu yang sudah menentu.Melainkan justru

untuk menemukan makna kontradiktifnya, makna

ironisnya.Pendekatan dekonstruksi bermaksud untuk melacak

unsur aporia, yaitu yang berupa makna paradoksal, makna

kontradiktif, makna ironi, dalam karya sastra yang dibaca.Unsur

dan bentuk-bentuk dalam karya itu dicari dan dipahami justru

dalam arti kebalikannya. Unsur-unsur yang tidak penting dilacak

dan kemudian dipentingkan, diberi makna, peran, sehingga akan

terlihat (atau: menonjol) peranannya dalam karya yang

bersangkutan.

Adapun penelitian yang relevan yaitu penelitian yang ditulis oleh Mahmudi

Arif, tahun 2013, dengan judul “ Bentuk-Bentuk Hierarki dan Pembalikan Teks

Oposisi dalam novel Cala Ibi karya Nukila Amal (Sebuah Analisis Dekonstruksi

Jacques Derrida).Berdasarkan hasil analisis dalam novel Cala Ibi karya Nukila

Amal ditemukan oposisi yang dominan oposisi binnear atau Hierarki Oposisi

berupa konsepkodrat, mimpi, keluarga (desakan keluarga), keharusan untuk

menikah, dan sifat penyayang keluarga. Istilah-istilah tersebut mengaburkan

posisi dari istilah kebalikannya atau oposisinya yang berupa: Pemikiran, realitas,

Page 4: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5035/1/BAB I - BAB V.docx · Web viewSastra merupakan suatu bentuk dan ... dapat dipahami sesuai dengan tingkat pengetahuan pembaca dengan karya

4

maya (tokoh Maya), penolakan terhadap pernikahan, dan sifat arogan Maya.

Dari identifikasi oposisi-oposisi binner tersebut dan setelah di temukan oposisi

yang dominan langkah selanjutnya adalah membalik oposisi tersebut dan

meruntuhkan argument yang menguatkannya.Hal ini dimaksudkan untuk mencari

makna paradoks atau makna ironi (makna kebalikan yang ditutupi oleh

pengarang).Dalam teori dekonstruksi hal ini disebut aporia atau keseimbangan.

Bahwa setiap oposisi memiliki ketergantungan satu sama lain.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka masalah yang akan

dibahas dalam penelitian ini yaitu :

1. Bagaimanakah bentuk-bentuk teks hierarki oposisi atau teks dominan dalam

novel Gadis Pantai karya Pramoedya Ananta Toer?

2. Bagaimanakah bentuk teks pembalikan oposisi dalam novel Gadis Pantai

karya Pramoedya Ananta Toer?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang diajukan, tujuan dari penelitian ini

untuk:

1. Mendeskripsikan bentuk-bentuk teks hierarki oposisi atau teks dominan dalam

novel Gadis Pantai karya Pramoedya Ananta Toer.

2. Menentukan bentuk teks pembalikan oposisi dalam novel Gadis Pantaikarya

Pramoedya Ananta Toer.

D. Manfaat Penelitian

Page 5: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5035/1/BAB I - BAB V.docx · Web viewSastra merupakan suatu bentuk dan ... dapat dipahami sesuai dengan tingkat pengetahuan pembaca dengan karya

5

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi para pembaca,

baik bersifat teoritis maupun praktis.

1. Manfaat teoritis

a. Menjadi sumber refrensi bagi peneliti lain yang mengkaji novel Gadis

Pantai karya Pramoedya Ananta Toer menggunakan pendekatan

dekonstruksi Jacques Derrida.

b. Sebagai kontribusi ilmu pengetahuan dibidang sastra khususnya di

Indonesia.

2. Manfaat praktis

a. Bagi pembaca penelitian ini dapat menambah minat baca dalam

mengapresiasikan karya sastra.

b. Penelitian ini dapat memperkaya wawasan sastra dan menambah khasanah

penelitian sastra Indonesia sehingga bermanfaat bagi perkembangan sastra

Indonesia.

Page 6: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5035/1/BAB I - BAB V.docx · Web viewSastra merupakan suatu bentuk dan ... dapat dipahami sesuai dengan tingkat pengetahuan pembaca dengan karya

6

Page 7: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5035/1/BAB I - BAB V.docx · Web viewSastra merupakan suatu bentuk dan ... dapat dipahami sesuai dengan tingkat pengetahuan pembaca dengan karya

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka yang akan diuraikan dalam penelitian ini merupakan acuan

untuk mendukung dan memperjelas penelitian ini. Sehubungan dengan masalah

yang akan diteliti, kerangka teori yang dianggap relevan dengan penelitian ini

diuraikan sebagai berikut :

1. Sastra

Sastra merupakan sebuah ciptaan, sebuah kreasi, bukan pertama-tama sebuah

imitasi. Sang seniman menciptakan sebuah dunia baru, meneruskan proses

penciptaan di dalam semesta alam, bukan menyempurnakannya. Sastra terutama

merupakan suatu luapan emosi yang spontan.Dalam puisi terungkapkan nafsu-

nafsu kodrat yang menyala-nyala, hakikat hidup dan alam (Ballads dalam

Luxemburg, 1984:5).

Sastra berbeda dengan karya lain, dalam penulisan karya sastra, pencerita

yang dalam hal ini merupakan penulis, mencoba melukiskan hidup senyata-

nyatanya. Hal ini dilakukan oleh pencerita agar pembaca dapat mengambil

hikmah dari isi cerita yang diceritakan oleh pencerita (Rosidi, 1983:27).

2. Novel

Novel adalah gambaran dari kehidupan dan perilaku yang nyata, dari zaman

pada saat novel itu ditulis. Novel bersifat realistis, novel berkembang dari bentuk-

bentuk naratif nonfiksi: surat, jurnal, memoir atau biografi,kronik atau sejarah.

Dengan kata lain, novel berkembang dengan dokumen-dokumen. Secara stilistika,

6

Page 8: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5035/1/BAB I - BAB V.docx · Web viewSastra merupakan suatu bentuk dan ... dapat dipahami sesuai dengan tingkat pengetahuan pembaca dengan karya

8

novel menekankan pentingnya detil dan bersifat “mimesis” dalam arti yang sempit

(Wellek dan Warren, 1988:282-283).

Novel tidak dapat mewarisi kesatuan padat yang dimiliki cerpen.Novel juga

tidak mampu menjadikan topiknya menonjol seperti prinsip mikrokosmis

cerpen.Sebaliknya, novel mampu menghadirkan perkembangan satu karakter,

situasi sosial yang rumit, hubuungan yang melibatkan banyak atau sedikit

karakter, dan berbagai peristiwa ruwet yang terjadi beberapa tahun silam secara

lebih mendetail (Stanton, 2007:90).

3. Pascastruktural

Pascastrukturalisme muncul dari revisi pemikiran strukturalisme.

Strukturalisme dimunculkan oleh Ferdinand de Sausure dalam bidang linguistik

umum, lalu diikuti Chomsky, aliran Praha dengan meletakkan struktur dalam dan

struktur luar pada teori struktur bahasa. Kemudian Levi-Strauss yang dikenal

sebagai bapak strukturalisme Perancis, meletakkan dasar antropologi struktural

dengan menggunakan oposisi binner sebagai strktur alaminya.Tokoh yang

berpengaruh dalam strukturalisme lainnya adalah Jacques Lacan, Roland Barthes,

Roman Jakobson, dan Michael Faucault (Lane dalam Rusbiantoro, 2001: 6-7).

Pascastrukturalisme bukanlah melakukan pertentangan

terhadapstrukturalisme.Pascastrukturalisme lahir dari perbaikan terhadap

strukturalisme.Istilah pascastrukturalisme pada hakikatnya bersifat plural.Hal ini

memiliki makna bahwa tidak ada pascastrukturalisme yang bersifat

tunggal.Semua pendekatan yang dibawah pohon pascastrukturalisme ini sangat

beragam.Pascastrukturalisme seringkali dikacaukan dengan istilah

Page 9: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5035/1/BAB I - BAB V.docx · Web viewSastra merupakan suatu bentuk dan ... dapat dipahami sesuai dengan tingkat pengetahuan pembaca dengan karya

9

pascamodern.Persamaan antara pascastrukturalisme dan strukturalisme terletak

pada segi, konsep tentang budaya dan konsep kematian subjek.Kedua konsep ini

mendapat kesepakatan dari kedua paham pemikiran tersebut. Baik

pascastrukturalisme dan strukturalisme sama-sama menggunakan bahasa dan

model-model tekstual yang sama.

Meskipun demikian, antara pascastruktural dengan strukturalisme memiliki

beberapa perbedaan.Hal yang paling utama dari perbedaan keduanya terletak

dalam usaha yang kuat dalam menyelidiki pengetahuan, kebenaran, epistimologi,

kekuasaan dan sejarah.Strukturalisme lebih pada usaha yang terarah untuk

mengungkapkan kebenaran yang sifatnya tunggal yang bersifat terdalam dan

objektif.Usaha itu diwujudkan dengan memunculkan subjek yang utama yang

tunggal, yakni terjebak dalam memanfaatkan berbagai konsep Marxis dan

Sigmund Freud.Pascastrukturalisme menganggap langkah-langkah kaum

strukturalis dengan menerapkan studi yang objektif, ilmiah, dan universal itu

merupakan langkah yang menyesatkan.Kritik-kritik kaum pascastruktural

terhadap kaum strukturalis diantaranya adalah persoalan konstruksi sosial dan

historis dari para pembaca dan sistem pengetahuan yang mereka miliki dalam

menentukan langkah dan teori yang ada.Untuk itu, pascastrukturalis berusaha

mengeksplorasi sistem kuasa pengetahuan melalui kondisi-kondisi sosiologis.

Pascastruturalisme mengembangkan satu pemikiran bahwa segala teks budaya

baik sastra dan yang bukan sastra dapat ditafsirkan dengan beraneka ragam cara

dan hasil yang berbeda ataupun hasil yang saling bertentangan. Selain itu, bila

kaum strukturalis hanya berbicara pada persoalan hukum-hukum yang terpolakan

Page 10: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5035/1/BAB I - BAB V.docx · Web viewSastra merupakan suatu bentuk dan ... dapat dipahami sesuai dengan tingkat pengetahuan pembaca dengan karya

10

secara matematis, pascastrukturalis justru sebaliknya.Pascastrukturalis merayakan

hasrat, kesenangan, dan permainan sebagai bagian dari pembaca mereka. Bila

hasil kebudayaan merupakan suatu produk sosial melalui kesepakatan dan ikatan-

ikatan tertentu, pascastrukturalisme memiliki pandangan bahwa hal itu adalah

produk dari kekuasaan dengan berbagai operasinya. Bila strukturalisme

mengusung kematian subjek, pascastrukturalisme justru memproklamasikan

kelahiran subjek (Susanto, 2012:225-226).

4. Dekonstruksi

Dekonstruksi adalah bagian dari kelompok postmodernis atau pascastruktural

yang ingin lepas putus dengan modernitas, maka pandangan dari modernitas

itulah yang jadi intinya.Oleh karena itu pandangan Derrida terhadap modernitas

tak dapat dilepaskan.Dekonstruksi yang dikembangkan Derrida adalah

penyangkalan terhadap oposisi ucapan atau tulisan, ada atau tak ada, murni atau

tercemar dan akhirnya penolakan terhadap kebenaran tunggal atau logos itu

sendiri. Tulisan menurut Derrida, bila dilihat dengan cara lain, merupakan

prakondisi dari bahasa, dan bahkan telah ada sebelum ucapan oral. Dengan

demikian, bisa dikatakan, tulisan malah lebih istimewa ketimbang tuturan.Tulisan

adalah bentuk permainan bebas unsur-unsur bahasa dan komunikasi. Dia

merupakan proses perubahan makna terus menerus dan perubahan ini

menempatkan dirinya diluar jangkauan kebenaran mutlak (logos). Dalam hal ini

Derrida melihat tulisan sebagai jejak.Bekas-bekas tapak kaki yang harus kita

telusuri terus menerus jika ingin tahu siapa si empunya kaki. Proses berpikir,

Page 11: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5035/1/BAB I - BAB V.docx · Web viewSastra merupakan suatu bentuk dan ... dapat dipahami sesuai dengan tingkat pengetahuan pembaca dengan karya

11

menulis, dan berkarya berdasarkan jejak inilah yang disebut Derrida sebagai

differance (Norris, 2006: 8-10)

Pada awalnya dekonstruksi adalah cara atau metode dalam membaca teks.

Adapun yang khas dalam carabaca dekonstruktif, sehingga dalam perjalanan

selanjutnya dia sangat bermuatan filosofis, adalah bahwa unsur-unsur yang

dilacaknya, untuk kemudian dibongkar, pertama-tama bukanlah inkonsistensi

logis, argumen yang lemah, ataupun premis yang tidak akurat yang terdapat dalam

teks, sebagai mana yang biasa dilakukan pemikiran moderenisme, melainkan

unsur yang secara filosofis menjadi penentu atau unsur yang memungkinkan teks

tersebut menjadi filosofis.Kasarnya, kemungkinan-kemungkinan filsafat itu

sendiri yang dipersoalkan (Norris, 2006:12).

Secara keseluruhan, proyeksi Derrida merupakan dekonstruksi terhadap

sejarah metafisika dan metafisika sejarah.Dengan membokong gagasan Heidegger

tentang destruksi, Derrida memaknai dekonstruksi tidak hanya sebagai

penghancuran, tetapi sebagai usaha positif yang menjaga dan mengedepankan

kenyataan yang tak tersuarakan, terlupakan, dan subordinat dari tradisi

filsafat.Derrida mencoba mengguncang dan mendesedimen warisan filsafat untuk

membiarkan ide-ide yang sebernanya ada semenjak lama tetapi dibisukan oleh

tradisi muncul ke permukaan (Asyhadie, 2004:11).

Tugas dekonstruksi adalah membongkar (deconstruire) struktur-struktur

metafisis dan retoris yang bermain di dalam teks, bukannya untuk menolak atau

menyingkirkan struktur-struktur tersebut, melainkan untuk menginskripsikannya

kembali dengan cara lain (Chakravorty Spivak, 2003: 149).

Page 12: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5035/1/BAB I - BAB V.docx · Web viewSastra merupakan suatu bentuk dan ... dapat dipahami sesuai dengan tingkat pengetahuan pembaca dengan karya

12

Dekonstruksi Derrida selalu diawali dengan hal-hal yang tidak terpikirkan

atau tidak boleh dipikirkan.Jadi, paham ini menolak pandangan bahwa bahasa

memiliki makna yang pasti, sebagaimana yang disodorkan oleh

strukturalisme.Tidak ada ungkapan atau bentuk-bentuk kebahasaan yang

dipergunakan untuk membahasakan objek dan yang bermakna tertentu dan

pasti.Oleh karena itulah dekonstruksi termasuk dalam aliran

poststrukturalisme.Jika strukturalisme dipandang sebagai sesuatu yang sistematik,

bahkan dianggap sebagai the science of sign maka poststrukturalisme menolak hal

tersebut.Sedangkan tujuan yang diinginkan metode dekonstruksi adalah

menunjukkan ketidakberhasilan upaya penghadiran kebenaran absolut, dia

menelanjangi agenda tersembunyi yang mengandung banyak kelemahan dan

kepincangan di balik teks-teks (Norris, 2006: 13).

Pendekatan dekonstruksi ini bisa diterapkan dalam menganalisis karya sastra

maupun filsafat.Dalam pembacaan karya sastra, dekonstruksi bukan dimaksudkan

untuk menegaskan makna sebagaimana yang biasa dilakukan.Derrida selalu ingin

memulai filsafat dekonstruksinya dari hal-hal yang tidak terpikirkan atau hal-hal

yang tidak boleh dipikirkan.Maksudnya, bahwa unsur-unsur yang dilacaknya,

untuk kemudian dibongkar, bukanlah hal yang remeh temeh, melainkan unsur

yang secara filosofis menjadi penentu atau unsur yang menjadikan teks tersebut

menjadi filosofis (Norris, 2006:12).

“Sastra dan kritik sastra, dimana perbedaan keduanya amat susah ditemukan.

Telah ditakdirkan (takdir ini sekaligus menjadi keistimewaannya) untuk

selamanya menjadi bahasa yang rigid dan, sebagai akibatnya, bahasa yang paling

Page 13: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5035/1/BAB I - BAB V.docx · Web viewSastra merupakan suatu bentuk dan ... dapat dipahami sesuai dengan tingkat pengetahuan pembaca dengan karya

13

labil tempat manusia menamai dan mentransformasikan dirinya” (De mann dalam

Norris2006: 17).

Kalimat yang dilontarkan kritikus sastra Paul de Mann ini adalah contoh yang

nyata tentang bagaimana carapikir kita terhadap sastra yang sekarang disebut

dekonstruksi.Cara ini meskipun paradoks, mengatakan bahwa ternyata pikiran

tidak hanya bekerja dalam teks sastra saja, melainkan juga dalam kritik sastra,

filsafat dan berbagai macam diskursus lainnya, termasuk dekonstruksi itu sendiri

(Norris, 2006:17).

Dekonstruksi tidaklah operasi tekstual yang tidak jelas yang diisyaratkan

dengan gaya prosa khas orang berkuasa, tetapi merupakan sebuah intervensi

konkret di dalam konteks yang dikendalikan oleh sebuah keprihatinan akan

keadilan yang tidak bisa terdekonstruksi (Derrida, 2005: 5)

Dekonstruksi tidak mencari hubungan antara pembacaan tertutup yang pas

untuk teks “sastrawi” dengan strategi-strategi yang diperlukan untuk mengetahui

implikasi-implikasi takterduga bahasa kritik.Karena seluruh bentuk tulisan

muncul dalam rangka melawan kerancuan makna dan maksud, maka tidak ada

pertanyaan yang ditujukan menggoyang status istimewa yang dimiliki dan peran

sekunder dan tertutup bahasa kritik sastra. De Mann menerima bulat-bulat prinsip

Derridean bahwa “tulisan”, dengan dialektika “kegelapan” dan “cahayanya”

mendahului segala kategori yang dicoba lekatkan oleh kebijaksanaan

konvensional terhadap tulisan (Norris, 2006:62).

Dekonstruksi bukanlah sebuah teori dalam pengertian normal, melainkan teori

yang membuka diri untuk ditafsirkan oleh siapapun lantaran dimensinya yang

Page 14: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5035/1/BAB I - BAB V.docx · Web viewSastra merupakan suatu bentuk dan ... dapat dipahami sesuai dengan tingkat pengetahuan pembaca dengan karya

14

amatlah luas. Setiap upaya untuk mendefinisikan dekonstruksi akan terbentur,

karena Derrida sendiri menolak membatasi pengertian dekonstruksi dalam satu

defenisi per se. Dekonstruksi adalah strategi tekstual yang hanya bisa diterapkan

langsung jika kita membaca teks lalu mempermainkannya dalam parodi-parodi.

Lebih jauh bisa dikatakan bahwa dekonstruksi bersifat anti teori atau bahkan anti

metode, karena yang menjadi analisis didalamnya adalah permainan (play) dan

parodi.

Karena cenderung antiteori atau antimetode, kemunculan dekonstruksi pun

mendapat tanggapan serius dari sebagian besar ilmuwan, terutama bagi mereka

yang masih memegang kuat positivisme dan para “modernis”, baik yang

revisionis maupun dogmatis. Keberatan utama terhadap dekonstruksi adalah

bahwa “metode” ini cenderung relativis atau bahkan nihilistik terhadap diskursus,

sehingga takjarang dikatakan bahwa dekonstruksi hanyalah intellectual gimmick

(tipu muslihat intelektual) yang tidak berisi apa-apa selain permainan kata-

kata.Salah seorang profesor di Amerika, dengan setengah sinis, mengejek kaum

dekonstruksionis telah keracunan virus bernama derridium.Ini adalah kata

plesetan dari delirium, yakni sejenis gangguan mental yang mengakibatkan

halusinasi, kesintingan, dan delusi, yang melambangkan bahwa penderitanya

mengalami instabilitas emosi dan pikiran.Ejekan dan sinisme semacam ini

sebenarnya tidak beralasan jika kita meletakkan pemikiran Derrida dalam konteks

yang lebih luas (Al-Fayyadl, 2005: 8-9).

Sebuah teks selalu memiliki wajah ganda. Ketika kita berpikir mengenai

sebuah makna dan menarik kesimpulan dari makna tersebut, sering kali di saat

Page 15: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5035/1/BAB I - BAB V.docx · Web viewSastra merupakan suatu bentuk dan ... dapat dipahami sesuai dengan tingkat pengetahuan pembaca dengan karya

15

itulah teks menorehkan makna lain yang berbeda dari makna yang telah kita

ambil. Makna itu sering kali tidak terpikirkan karena mungkin merupakan makna

sekunder yang tidak dikehendaki oleh pengarang. Akan tetapi, keberadaan makna

itu sudah membuktikan bahwa pemahaman kita terhadap sebuah teks tidak pernah

tunggal dan menyimpan potensi penafsiran baru yang kerap kali tak

terduga.Penampakan sebuah teks tidak sedatar penampang

permukaannya.Pengertian-pengertian teks juga tidak sebatas pada pemaknaan

denotatif yang ingin menangkap makna tersurat, tapi juga pemaknaan konotatif

yang tak tersurat, atau logika yang dengan sengaja disembunyikan dibalik teks.

Dekonstruksi Derrida adalah sebentuk upaya untuk memberdayakan pemaknaan

tersirat-logika yang cenderung dilupakan atau diparkir karena prioritas dan pilihan

tertentu dari sebuah teks (Al-Fayyadl, 2005:78)

Dekonstruksi bisa dikatakan salah satu bentuk strategi literer terhadap teks-teks

filsafat. Selama ini, ada kesenjangan antara teks filsafat dan teks sastra. Teks

filsafat merefresentasikan kebenaran dengan bahasa rigoris yang disajikan dalam

bentuk logis, sistematis, dan konferehensip. Sementara itu, pretensi akan

kebenaran yang absolut hampir sulit ditemukan dalam teks sastra, karena di sini

makna tekstual di produksi dalam berbagai tingkat hubungan yang kerap kali

ambigu dan tidak berpusat pada satu kutub penafsiran saja. Dekonstruksi Derrida

mungkin bisa dibilang serangan langsung terhadap gaya berpikir logosentris yang

biasa ditemukan dalam teks-teks filsafat. Kemungkinan-kemungkinan yang

terciptamelalui cara baca dekonstruktif, hingga batas tertentu, akan turut membuat

teks filsafat tak ubahnya teks sastra dan melumerkan garis demarkasi yang secara

Page 16: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5035/1/BAB I - BAB V.docx · Web viewSastra merupakan suatu bentuk dan ... dapat dipahami sesuai dengan tingkat pengetahuan pembaca dengan karya

16

sewenang-wenang memisahkan dan menempatkan filsafat diatas sastra.

Kompartementalisasi yang diam-diam dibuat antara teks filsafat dan teks sastra

mengabaikan karasteristik teks yang intertekstual dan memiliki struktur yang

terbuka terhadap penafsiran-penafsiran yang takterbatas. Oleh karenanya,

mengembalikan pemikiran atau sistem diskurtif apapun kepada teks dan watak

intertekstualnya bukan saja mengaburkan batas antara filsafat dan sastra, tapi juga

merelatifkan setiap kecenderungan absolut yang hendak ditegakkan dalam sebuah

pemikiran (Al-fayyadl, 2005: 79:80).

Dekonstruksi adalah bentuk perwujudan teks lewat grammatology yang dalam

kehadirannya nanti memiliki ciri-ciri spesifik.Kekhususan itu ditentukan oleh

sikap, intensitas, maupun pengolahan bentuk oleh pengarangnya. Pada sisi lain

membaca teks juga memiliki sifat dekonstruktif. Perolehan makna lewat bentuk

teks harus diangkat ke luar, dibandingkan dengan logika berpikir maupun dengan

kemungkinan tanggapan yang diberikan pengarang terhadap fenomena yang

diolahnya. Dari situ juga akan hadir penafsiran presuposisi yang memperkaya

perolehan makna itu sendiri sehingga de- atau “jarak” terkurangi (Aminuddin,

2010: 129).

a. Teks sebagai Medan Pembacaan/Penulisan

Ditinjau dari pemanfaatannya, dekonstruksi merupakan “ the first instance a

philosophical theory and a theory directed towards the reading of philosophical

writing.” Philosophical writing tersebut bukan hanya terbatas melainkan juga

karya ilmiah maupun karya sastra. Konsepsi demikian diajukan berdasarkan

pemikiran bahwa karya ilmiah, karya filsafat maupun karya sastra penentuannya

Page 17: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5035/1/BAB I - BAB V.docx · Web viewSastra merupakan suatu bentuk dan ... dapat dipahami sesuai dengan tingkat pengetahuan pembaca dengan karya

17

didasarkan atas kaidah, kesepakatan, maupun institusi kesejarahan (Aminuddin

dkk, 2002 : 173).

Pemusatan perhatian pada medan teks, bukan berarti bahwa dekonstruksi

mengabaikan Phisical World. Pemusatan perhatian pada teks dilandasi pemikiran

bahwa dunia luar ternyatakan dalam kesadaran hanya melalui bahasa. Konsepsi

demikian dapat disejajarkan dengan wawasan semiotik yang menentukan

hubungan sign (tanda) ataupun Symbol bukan dengan objek sebagai realitas

konkret, melainkan dengan referent (acuan sebagaimana tergambar oleh simbol)

atau significatum (gambaran makna sebagai mana dihadirkan sign).

Sebagai double science (penulisan kembar) atau double reading (pembacaan

kembar) dekonstruksi telah membuka perspektif pemaknaan yang baru yang tidak

tersentuh semiotik sebagai kajian yang berhenti pada pemahaman sistem

lambang.Pada sisi lain kebermaknaan bahasa dalam teks secara inheren terkait

dengan tata bahasa dan retorik. Tata bahasa dalam teks dalam hal merujuk pada

hubungan sintagmatik, pada kebermaknaan relasi, dan komposisi. Sementara

retorik menjadikan bahasa dalam teks dapat menampilkan pengertian dan intense

tertentu sejalan dengan keberadaan untaian kata dan untaian kalimat tersebut

sebagai teks. Akan tetapi antara tata bahasa dan retorik tidak selalu menunjukkan

kesejajaran (Aminuddin dkk, 2002 :175).

b. Differance

Istilah differance pertama kali diperkenalkan oleh Derrida dalam ceramahnya

di depan Societe Francaise de Philosophie 27 Januari 1968. Kosakata ini

Page 18: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5035/1/BAB I - BAB V.docx · Web viewSastra merupakan suatu bentuk dan ... dapat dipahami sesuai dengan tingkat pengetahuan pembaca dengan karya

18

merupakan kosakata yang khusus diciptakan oleh Derrida untuk menggantikan

kosakata-kosakata yang lama dan menurutnya sudah usang atau tidak memadai.

Derrida mengakui bahwa differencesama sekali bukanlah kata-kata atau

konsep yang selalu menunjuk pada referens yang tetap.Karena itu, differance

tidak memiliki eksistensi atau esensi, dan tidak dapat dikategorikan sebagai

bentuk kehadiran atau absensi.Differance hanyalah strategi untuk memperlihatkan

perbedaan-perbedaan yang implisit sekaligus menyodorkan tantangan terhadap

totalitas makna dalam teks (Al-fayadl, 2005:111).

Differance adalah ruang mencari berbagai perspektif terhadap teks. Karena

yang dipentingkan adalah proses, maka tak diperlukan lagi upaya untuk

menyelamatkan teks. Teks harus dibiarkan apa adanya: centang-perenang tidak

stabil, ambigu, rentan dengan paradoks (Al-fayadl, 2005: 112).

Differance adalah kata Prancis.Berasal dari kata differer, yang berarti

“berbeda” sekaligus “menangguhkan”.Di sinilah letak perbedaan kata ini yang

sekaligus membuktikan tulisan lebih unggul ketimbang tuturan, sebagai mana

yang diyakini Derrida.Differance adalah permainan perbedaan-perbedaan,

penjarakan yang dengan cara tersebut unsur-unsur dikaitkan satu sama lain.

Bila dikaitkan dengan linguistik-struktural Sausurean proses differance ini

adalah penolakan terhadap adanya makna absolut, makna transendental, makna

universal, yang diklaim oleh pemikiran moderen umumnya. Dengan demikian,

apa yang dicari dan diburu manusia modern selama ini, yaitu kepastian tunggal

yang ada “di depan” tidak ada, tidak satupun bisa dijadikan pegangan, karena satu

satunya yang bisa dikatakan pasti, ternyata menurut Derrida adalah

Page 19: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5035/1/BAB I - BAB V.docx · Web viewSastra merupakan suatu bentuk dan ... dapat dipahami sesuai dengan tingkat pengetahuan pembaca dengan karya

19

ketidakpastian. Semua harus ditangguhkan (differed) sembari kita terus bermain

bebas dengan perbedaan (to differ). Hal tersebut yang ditawarkan Derrida adalah

permainan ketidakpastian (Norris, 2003:11).

c. Oposisi Biner

Oposisi biner adalah cara pandang yang mirip ideologi. Ideologi menarik

batas yang tegas di antara oposisi konseptual, seperti kebenaran dan kekeliruan,

bermakna dan tidak bermakna, pusat dan pinggiran. Derrida mengatakan kita

harus menghancurkan oposisi yang bisa kita gunakan untuk berpikir dan

melestarikan metafisika dalam pola pikir kita, seperti misalnya: materi atau roh,

subjek atau objek, topeng atau kebenaran, tubuh atau jiwa, teks atau makna,

interior atau eksterior, representasi atau kehadiran, kenampakan atau esensi, dan

lain-lain. Derrida menambahkan, fonosentrisme dan logosentrisme berkaitan

dengan sentrisme itu sendiri; yakni hasrat manusia untuk menempatkan yang

sentral di titik berangkat dan titik akhir.Hasrat pada pusat, tekanan yang memberi

otoritas, inilah yang melahirkan konsep oposisi hierarki.Pengertian yang lebih

tinggi kedudukannya dalam oposisi tersebut masuk dalam kategori kehadiran dan

logos, sementara pengertian yang lebih rendah berfungsi mendefenisiskan

statusnya dan berarti kemunduran. Oposisi antara yang dapat diindra dan yang

dapat dinalar, jiwa dan tubuh, tampaknya mengakhiri “sejarah filsafat Barat”,

dengan mewariskan bebannya pada linguistik modern melalui oposisi makna dan

kata. Oposisi ujaran dan tulisan terjadi dalam pola tersebut (Derrida dalam Sarup,

2003: 62).

Page 20: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5035/1/BAB I - BAB V.docx · Web viewSastra merupakan suatu bentuk dan ... dapat dipahami sesuai dengan tingkat pengetahuan pembaca dengan karya

20

d. Aporia

Istilah “aporia” adalah istilah yang popular dalam kritik dekonstruktif.Secara

harfiah artinya adalah situasi seimbang.Menunjukkan adanya semacam simpul di

dalam teks yang tidak dapat diuraikan dan dituntaskan.Barthes mengatakan

bahwa, didalam teks segalanya harus diungkai, tak ada yang diartikan. Namun

aporia adalah simpul tekstual yang menolak untuk diungkai, dan beberapa unsur

yang dibahas diatas sebagai kontradiksi, paradoks, atau pergeseran dapat sama-

sama diklasifikasi dibawah tajuk aporia yang bersifat lebih umum( Barry, 2010 :

93 ).

Pembacaan karya sastra menurut paham Dekonstruksi, tidak dimaksudkan

untuk menegaskan makna sebagaimana yang lazim dilakukan.Sebab, sekali lagi

tak ada makna yang dihadirkan oleh suatu yang sudah menentu.Melainkan justru

untuk menemukan makna kontradiktifnya, makna ironisnya.Pendekatan

dekonstruksi bermaksud untuk melacak unsur aporia, yaitu yang berupa makna

paradoksal, makna kontradiktif, makna ironi, dalam karya sastra yang

dibaca.Unsur dan bentuk-bentuk dalam karya itu dicari dan dipahami justru dalam

arti kebalikannya. Unsur-unsur yang tidak penting dilacak dan kemudian

dipentingkan, diberi makna, peran, sehingga akan terlihat (atau: menonjol)

peranannya dalam karya yang bersangkutan. Misalnya seorang tokoh cerita yang

tidak penting berhubungan hanya sebagai tokoh periperial, tokoh kelompok

pinggiran saja, setelah didekonstruksi ia menjadi tokoh yang penting, yang

Page 21: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5035/1/BAB I - BAB V.docx · Web viewSastra merupakan suatu bentuk dan ... dapat dipahami sesuai dengan tingkat pengetahuan pembaca dengan karya

21

memiliki fungsi dan makna yang menonjol sehingga tak dapat ditinggalkan begitu

saja dalam memaknai karya itu (Nurgiantoro, 2000: 61).

Cara pembacaan dekonstruksi oleh Levy-Strauss dipandang sebagai sebuah

pembacaan kembar, double reading. Di satu pihak terdapat adanya makna (semu,

maya, pura-pura) yang ditawarkan, dilain pihak dapat pula dilacak adanya makna

kontradiktif, makna ironis. Kesemuanya itu menunjukkan bahwa setiap teks

mengandung suatu aporia, sesuatu yang justru menumbangkan landasan dan

koherensinya sendiri, menggugurkan makna yang pasti ke dalam

ketidakmenentuan. Tiap teks akan mendekonstruksikan dirinya sendiri namun

sekaligus mendekonstruksi teks-teks yang lain (Nurgiantoro, 2000:60-61).

Dalam penerapannya, langkah-langkah dekonstruksi dapat disistematiskan

sebagai berikut:

a. Mengidentifikasi hierarki oposisi dalam teks, di mana biasanya terlihat

peristilahan mana yang diistimewakan secara sistematis dan yang mana yang

tidak.

b. Oposisi-oposisi tersebut dibalik, dengan menunjukkan adanya saling

ketergantungan di antara yang saling bertentangan.

c. Memperkenalkan sebuah istilah atau gagasan baru yang ternyata tidak bisa

dimasukkan ke dalam kategori oposisi lama (Norris, 2006: 14).

Derrida sudah memberikan sebuah metode pembacaan cermat sebuah teks

yang mirip dengan pendekatan-pendekatan psikoanalitik terhadap gejala-gejala

neurotik.Pembacaan cermat dekonstruktruktif itu, sesudah mengintrogasi teksnya,

menghancurkan pertahanannya, dan menunjukkan bahwa seperangkat oposisi

Page 22: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5035/1/BAB I - BAB V.docx · Web viewSastra merupakan suatu bentuk dan ... dapat dipahami sesuai dengan tingkat pengetahuan pembaca dengan karya

22

berpasangan ditemukan di dalamnya.Oposisi itu tersusun secara hierarkis dengan

menempatkan salah satu pasang sebagai yang istimewa. Dekonstruktor kemudian

menunjukkan bahwa identitas yang istimewa itu tergantung pada

pengeksklusiannya atas yang lain dan menunjukkan bahwa keutamaan terletak

pada yang justru disubordinasikan (Faruk, 2012: 217-218).

Dekonstruksi memang berpusar pada teks.Ia tak lepas dari teks, tetapi faham

yang dipegang lebih luas.Teks tak dibatasi maknanya.Bahkan Dekonstruksi juga

menolak struktur lama yang telah lazim.Bagi dekonstruksionis, menganggap

bahwa bahasa teks bersifat logis dan konsisten. Misalkan, sebuah tema besar

bahwa kejahatan akan terkalahkan dengan kebaikan oleh faham dekonstruksi tak

selalu dibenarkan. Di era sekarang sastra boleh saja membalik tema besar

itu.Karenanya, pemahaman teks tak selalu berurutan, melainkan bolak-balik

(Endraswara, 2003: 169).

B. Kerangka Pikir

Kerangka pikir dalam penilitian ini adalah pertama karya sastra terbagi atas

tiga bagian yaitu puisi, prosa dan drama. Kemudian novel Gadis Pantai karya

Pramoedya Ananta Toer yang termasuk dalam prosa dan objek kajian dalam

penelitian ini, teori dekonstruksi sebagai objek formal atau pisau bedah yang

digunakan dalam penelitian pada novel Gadis Pantai karya Pramoedya Ananta

Toer, kemudian masuk ke dalam tahap analisis hierarki teks oposisi, kemudian

menentukan teks pembalikan oposisi sehingga menghasilkan temuan.

Page 23: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5035/1/BAB I - BAB V.docx · Web viewSastra merupakan suatu bentuk dan ... dapat dipahami sesuai dengan tingkat pengetahuan pembaca dengan karya

23

Bagan kerangka pikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

DramaPuisi Prosa

Novel Gadis Pantai

Dekonstruksi Jacques Derrida

Teks Pembalikan Oposisi

Herarki Teks Oposisi

Temuan

Karya Sastra

Page 24: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5035/1/BAB I - BAB V.docx · Web viewSastra merupakan suatu bentuk dan ... dapat dipahami sesuai dengan tingkat pengetahuan pembaca dengan karya

24

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup dan Desain Penelitian

1. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hal yang berkaitan

dengan cara kerja guna mendapatkan data hingga menarik kesimpulan. Penelitian

ini merupakan penelitian pustaka yang bersifat deskriptif kualitatif. Masalah yang

akan dianalisis adalah teks dekonstruktif dalam novel Gadis Pantai karya

Pramoedya Ananta Toer menggunakan pendekatan dekonstruksi Derrida. Dalam

metode penelitian ini akan dijelaskan beberapa aspek yang meliputi desain

penelitian, data dan sumber data penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik

analisis data.

2. Desain Penelitian

Penelitian kualitatif dimaksud sebagai jenis penelitian yang temuan-

temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan

lainnya. Selanjutnya, dipilihnya penelitian kualitatif karena kemantapan peneliti

berdasarkan pengalaman penelitiannya dan metode kualitatif dapat memberikan

rincian yang lebih kompleks tentang fenomena yang sulit diungkapkan oleh

metode kuantitatif. Maka dari itu penelitian kualitatif digunakan dalam

menganalisis teks novel Gadis Pantai karya Pramoedya Ananta Toer dengan

menggunakan pendekatan dekonstruksi sebagai objek formal atau pisau bedah

dalam penelitian deskriptif kualitatif,untuk membedah teks dalam novel Gadis

23

Page 25: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5035/1/BAB I - BAB V.docx · Web viewSastra merupakan suatu bentuk dan ... dapat dipahami sesuai dengan tingkat pengetahuan pembaca dengan karya

25

Pantai karya Pramoedya Ananta Toer sebagai objek material (objek kajian) dalam

penelitian.

B. Definisi Istilah

Tujuan definisi istilah yaitu memberikan pemahaman istilah-istilah yang

digunakan dalam penelitian agar penelitian ini menjadi jelas.Novel Gadis

Pantaimenjadi objek kajian.Penelitian ini menggunakan pendekataan

dekonstruksi yaitu metode pembacaan teks Derrida yang memfokuskan kajiannya

pada hirarki oposisi dan pembalikan oposisi dalam teks novel Gadis

Pantai.Peneliti akan memberikan batasan penelitian agar lebih mudah untuk

dipahami.

1. Dekonstruksi adalah sebuah metode sekaligus melampaui metode itu

sendiri. Dekonstruksi tidak hanya menggambarkan teks, baik teks literatur

ataupun teks sebagai realitas, apa adanya, melainkan juga mau

mengungkap kontradiksi yang terletak di dalam detil teks, sehingga

pemaknaan dan arti baru yang sebelumnya tidak terungkapkan bisa tampil

dan justru menjadi dominan.

2. Oposisi bineradalah sistem perbedaan (system of difference) misalnya

oposisi antara penanda/petanda, tuturan/tulisan, baik/buruk, dan

sebagainya. Dalam oposisi binner ini, menurut tradisi filsafat Barat,

istilah-istilah yang pertama lebih superior dari yang kedua. Oposisi biner

merupakancara pandang yang mirip ideologi. Ideologi menarik batas yang

tegas di antara oposisi konseptual, seperti kebenaran dan kekeliruan,

bermakna dan tidak bermakna, pusat dan pinggiran.

Page 26: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5035/1/BAB I - BAB V.docx · Web viewSastra merupakan suatu bentuk dan ... dapat dipahami sesuai dengan tingkat pengetahuan pembaca dengan karya

26

3. Hierarki oposisiatau teks dominan adalah peristilahan dari oposisi biner

dalam teks yang diistimewakan secara sistematis, dengan penataan

sedemikian rupa sehingga bisa tampil utuh dimana, teks diarahkan pada

kesimpulan yang bersifat tunggal.

4. Pembalikan oposisi adalah upaya meruntuhkan anggapan terhadap suatu

teks yang berpusat pada kecendrungan pada oposisi tertentu atau

kecenderungan terhadap suatu pusat tertentu (logosentrisme), pembalikan

oposisi menunjukkan adanya ketergantungan diantara yang saling

bertentangan. Hal-hal yang ditutupi oleh pengarang, kemudian

ditampilkan berdasarkan makna kebalikan dari apa yang di istimewakan.

Hal ini bertujuan untuk menunjukkan bahwa anggapan terhadap suatu teks

tidak pernah utuh, karena akan selalu hadir makna lain dari makna yang

sebenarnya yang ingin dihadirkan.

C. Data dan Sumber Data

1. Data

Data yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kutipan-kutipan yang

mengandung hierarki oposisi yang dominan dan pembalikan oposisi di

dalam teks novel Gadis Pantai karya Pramoedya Ananta Toer.

2. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah novel Gadis

Pantai karya Pramoedya Ananta Toer (Lentera Dipantara, 2003).

Page 27: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5035/1/BAB I - BAB V.docx · Web viewSastra merupakan suatu bentuk dan ... dapat dipahami sesuai dengan tingkat pengetahuan pembaca dengan karya

27

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah teknik yang digunakan untuk

mengumpulkan data yang relevan dengan penelitian. Pengumpulan data dalam

penelitian ini menggunakan banyak refrensi yang beraneka ragam yang bersifat

ilmiah antara lain buku teori, jurnal, artikel, skripsi, novel dan sebagainya yang

bersifat ilmiah yang mempunyai relevansi dengan penelitian yang dilakukan.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik baca

dan teknik catat. Dibawah ini akan diuraikan :

1. Teknik Baca

Teknik baca dilakukan dengan membaca semua refrensi yang relevan

dengan penelitian khususnya teori dekonstruksi dan sumber data yang

utama yaitu novel Gadis Pantai karya Pramoedya Ananta Toer.

2. Teknik catat

Mencatat semua kutipan-kutipan teks dari novel yang mengandung hirarki

oposisi yang akan dijadikan objek kajian sesuai dengan pendekatan

dekonstruksi.

E. Teknik Analisis Data

Data yang didapatkan melalui proses pengumpulan data selanjutnya,dianalisis

dan hasil analisisnya disajikan secara deskriptif. Tahap analisis data dalam

penelitian ini antara lain :

Berdasarkan pembacaan tersebut dilakukan identifikasi, pengklasifikasian

kemudian data dianalisis sesuai dengan teori dekonstruksi Jacques Derrida sebagai

berikut :

Page 28: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5035/1/BAB I - BAB V.docx · Web viewSastra merupakan suatu bentuk dan ... dapat dipahami sesuai dengan tingkat pengetahuan pembaca dengan karya

28

a. Menentukan teks yang mengandung hirarki oposisi yang dominan dalam teks

novel Gadis Pantai karya Pramoedya Ananta Toer.

b. Teks yang mengandung hirarki oposisi dalam novel yang telah ditentukan

sebagai objek kajian, kemudian dilakukan pembalikan oposisi. Pembalikan

oposisi menunjukkan adanya ketergantungan diantara yang saling

bertentangan. Hal-hal yang ditutupi oleh pengarang, kemudian ditampilkan

berdasarkan makna kebalikan dari apa yang diistimewakan. Hal ini bertujuan

untuk menunjukkan bahwa anggapan terhadap suatu teks tidak pernah utuh,

karena akan selalu hadir makna lain dari makna yang sebenarnya yang ingin

dihadirkan dalam novel Gadis Pantai karya Pramoedya Ananta Toer.

c. Dari langkah-langkah yang dilakukan diatas akandiberikansebuah pemaknaan

baru terhadap teks yang terkandung dalam Novel Gadis Pantai karya

Pramoedya Ananta Toer.

Page 29: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5035/1/BAB I - BAB V.docx · Web viewSastra merupakan suatu bentuk dan ... dapat dipahami sesuai dengan tingkat pengetahuan pembaca dengan karya

29

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Penyajian Hasil Analisis Data

Pembacaan teks dalam sebuah novel dengan menggunakan pendekataan

dekonstruksi tidak seperti pembacaan teks yang biasa dilakukan, sehingga tidak

dapat memaknai teks secara unity. Derrida berpendapat bahwa tidak ada teks yang

mempunyai makna absolut, ketika sebuah teks telah diberi makna, maka akan

muncul makna lain selain makna yang telah ada sebelumnya.Pembacaan biasa

selalu mencari makna sebenarnya dari teks, atau bahkan kadang berusaha mencari

makna yang lebih benar yang teks itu sendiri barangkali tidak memuatnya.

Pembacaan dekonstruktifhanya ingin mencari keutuhan atau kegagalan tiap upaya

teks menutupi diri dengan makna atau kebenaran tunggal.

Pendekatan dekonstruksi bermaksud untuk melacak unsur aporia, yaitu yang

berupa makna paradoksal, makna kontradiktif, makna ironi, dalam karya sastra

yang dibaca.Unsur dan bentuk-bentuk dalam karya itu dicari dan dipahami justru

dalam arti kebalikannya. Unsur-unsur yang tidak penting dilacak dan kemudian

dipentingkan, diberi makna, peran, sehingga akan terlihat (atau: menonjol)

peranannya dalam karya yang bersangkutan. Misalnya seorang tokoh cerita yang

tidak penting berhubungan hanya sebagai tokoh periperial, tokoh kelompok

pinggiran saja, setelah didekonstruksi tokoh tersebut menjadi tokoh yang penting,

yang memiliki fungsi dan makna yang menonjol sehingga tak dapat ditinggalkan

begitu saja dalam memaknai karya itu (Nurgiantoro, 2000: 61).

28

Page 30: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5035/1/BAB I - BAB V.docx · Web viewSastra merupakan suatu bentuk dan ... dapat dipahami sesuai dengan tingkat pengetahuan pembaca dengan karya

30

Dari uraian diatas untuk dapat memaknai novel “Gadis Pantai “ secara

konferehensif dan mendalam maka dilakukakan analisis dengan menggunakan

pendekatan dekonstruksi Jacques Derrida.

Langkah-langkah dekonstruksi yang telah disistematiskan oleh Derrida

sebagai berikut: pertama, mengidentifikasi hirarki oposisi dalam teks di mana

biasanya terlihat peristilahan mana yang diistimewakan secara sistematis dan

mana yang tidak. Kedua, oposisi-oposisi itu dibalik dengan menunjukkan adanya

saling ketergantungan diantara yang saling bertentangan atau privilise-

nya(Derridadalam Norris,2006:13).

1. Hierarki Oposisi atau Teks Dominan dalam Teks Novel “Gadis Pantai”

(Teks Dominan/yang Diistimewakan dalam Teks)

Oposisi biner adalah cara pandang yang mirip ideologi. Ideologi menarik

batas yang tegas di antara oposisi konseptual, seperti kebenaran dan kekeliruan,

bermakna dan tidak bermakna, pusat dan pinggiran. Derrida mengatakan kita

harus menghancurkan oposisi yang biasa kita gunakan untuk berpikir dan

melestarikan metafisika dalam pola pikir kita, seperti misalnya: materi/roh,

subjek/objek, topeng/kebenaran, tubuh/jiwa, teks/makna, interior/eksterior,

representasi/kehadiran, kenampakan/esensi, dan lain-lain. Derrida menambahkan,

fonosentrisme dan logosentrisme berkaitan dengan sentrisme itu sendiri; yakni

hasrat manusia untuk menempatkan yang sentral di titik berangkat dan titik akhir.

Hierarki Oposisi adalah peristilahan dari oposisi binner dalam teks yang

diistimewakan secara sistematis, dengan penataan sedemikian rupa sehingga bisa

tampil utuh dimana, teks diarahkan pada kesimpulan yang bersifat tunggal.

Page 31: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5035/1/BAB I - BAB V.docx · Web viewSastra merupakan suatu bentuk dan ... dapat dipahami sesuai dengan tingkat pengetahuan pembaca dengan karya

31

Untuk menentukan hierarki oposisi dalam teks novel “Gadis Pantai” pertama

yang dilakukan yaitu membaca novel “Gadis Pantai” dengan metode pembacaan

normal dan menentukan hierarki oposisi. Kemudian membuat konsep dikotomi

dalam oposisi biner mendasar dalam dua hal yang berlawanan Derrida (dalam

Ratna,2004:225).

Dikotomi oposisi biner dalam novel “Gadis Pantai” sebagai berikut :

TABEL IDikotomi Oposisi Biner

“Gadis Pantai”

Kerinduan gadis pantai Keterasingan gadis pantai

Pendamping hidup/istri Pemuas nafsu

Bendoro yang berbudi luhur Bendoro tidak berbudi luhur

Penduduk kampung nelayan

yang bodoh

Penduduk kampung nelayan

yang cerdas

Analisis Data

a. Kerinduan Gadis Pantai

Hierarki Oposisi atau teks dominan yang dimunculkan pengarang adalah

kerinduan Gadis Pantai. Setelah Gadis Pantai tinggal di rumah Bendoro suami

yang baru dikenal yang menikahinya dengan diwakili sebilah keris. Tempat yang

baru baginya, orang –orang yang asing baginya, ditambah lagi Gadis Pantai tidak

bisa lagi melakukan kebiasaannya seperti dikampung nelayan, seperti mandi di

laut, membantu ibunya menumbuk udang untuk dibuat terasi, membantu

bapaknya memperbaiki jala yang tersangkut karang saat bapaknya pulang melaut.

Page 32: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5035/1/BAB I - BAB V.docx · Web viewSastra merupakan suatu bentuk dan ... dapat dipahami sesuai dengan tingkat pengetahuan pembaca dengan karya

32

Gadis Pantai sangat merindukan kampung nelayan tanah kelahirannya, tanah

dimana dia tumbuh dewasa berikut kutipannya.

(1) Ia masih teringat waktu tong-tong bambu kepala kampung bertalu tanpa hentinya sampai bayi terakhir dapat melarikan dirikampung yang terkepung maut. Dan dalam gelap itu daun-daun kelapa tua beterbangan cari kepala manusia menjadi korbannya. Waktu penduduk kampung pulang ke tempatnya, tak sebatang rumputpun tinggal berdiri. Batang-batang kelapa silang melintang memagari pantai. Batang kelapa bapak sendiri tinggal satu yang baru saja berbuah, begitu rendah, rasanya bisa dijolok begitu mudah. Tapi seluruh buahnya telah jadi cokelat dan dua minggu kemudian pada rontok. Busuk isinya. Pada waktu itulah iamenderita kelaparan. Tak kurang dari seminggu. Tebat-tebat lenyap dan tanggul-tanggulnya hilang tanpa bekas. Tak seekor bibit bandeng tinggal di tempatnya. Tapi kelaparan waktu itu hanya kelaparan karena tak makan beras-jagung. Setidaknya laut masih memberi makan, kerang-kerangan panjang, kepiting, ganggang laut. Gadis Pantai melompat. Waktu dilihatnya Emak memasuki pintu, ia lari menubruk wanita tua itu dan merangkulnya,“Mak, emak mari pulang.” (Gadis Pantai, 2003 : 43-44)

Kerinduan Gadis Pantai ditonjolkan oleh pengarang, membangun sebuah

persepsi makna bahwa Gadis Pantai sangat merindukan kampung halamannya. Di

kampung nelayan ia dapat berbuat sesuka hatinya, tanpa ada yang mengatur dan

tanpa pengawasan, tanpa ada aturan nilai-nilai kemapanan dan kesopanan yang

membelenggu pikiran serta eksistensinya sebagai seorang manusia yang utuh yang

memiliki hak atas kemauan dan dirinya sendiri.

Kemudian rasa simpatik kepada orang tua Gadis Pantai yang ditinggalkannya

di kampung nelayan, membuatnya risau sangsi kepada dirinya sendiri, ia tidak

bisa lagi membantu kedua orang tuanya di kampung nelayan bekerja untuk

menghidupi keluarganya berikut kutipannya.

(2) Kedua orang wanita itu terdiam. Dan ombak laut berdebur-deburan riuh. Sedang angin bersuling-suling tiada henti-hentinya, membuat Gadis Pantai teringat pada bapak. Tiba-tiba ia bertanya

Page 33: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5035/1/BAB I - BAB V.docx · Web viewSastra merupakan suatu bentuk dan ... dapat dipahami sesuai dengan tingkat pengetahuan pembaca dengan karya

33

sendiri, “siapa yang masak buat bapak sekarang?”Bujang itu diam saja. Gadis Pantai berbicara sendiri, “mestinya aku. Sekarang bapak tinggal seorang diri. Emak ada di sini.”“Jangan pikirkan orang lelaki, Mas Nganten, biarpun bapak sendiri. Lelaki tahu bawa diri, biarpun di neraka.”

“Dia bapakku, mbok.” (Gadis Pantai, 2003 : 65)

Gadis Pantai yang dulunya wanita yang aktif dalam kehidupan sehari-harinya.

sering bekerja membantu orang tuanya di kampung nelayan, kini ia telah menjadi

seorang istri pembesar (Bendoro), yang tak dibiarkan untuk bekerja, istri seorang

pembesar cuma harus berdandan cantik merawat kecantikan wajah dan tubuh,

belajar keterampilan seperti membatik dan mengaji. Istri seorang pembesar tabuh

untuk ke dapur mengerjakan pekerjaan layaknya ibu rumahtangga segala sesuatu

keperluannya diurus oleh bujang atau pelayannya berikut kutipannya.

(3) Tak tahulah aku,” kata Gadis Pantai, tapi dalam pikirannya terbayang emak yang kini terpaksa menumbuk jagung sendirian. Dan kalau bapak pergi ke laut, dan jam tujuh pagi mulai tidur, ia harus gantungkan sendiri jala pada tiang jemuran dari balok berat yang tinggi itu. Ia harus tarik sendiri talinya, ia harus bikin katrol itu berputar. Tak ada yang bantu menaikkan jala dengan cabang kayu. Sekarang emak harus menumbuk sendiri udang kering buat dapatkan uang beberapa benggol dari orang tionghoa dari kota itu.”Apa sesungguhnya dikerjakan di sini?”(Gadis Pantai, 2003: 69)

Kerinduan Gadis Pantai dikuatkan dominasinya oleh pengarang dengan

mendeskripsikan kerisauan Gadis Pantai yang memikirkan tentang kesenjangan

antara kehidupan di kota tempatnya ia tinggal dengan kehidupan di kampung

nelayan tempatnya ia dibesarkan berikut kutipannya.

(4) Dan ia pun kenangkan kembali kampung nelayan nun jauh di tepi pantai, hari-hari yang penuh tawa, keringat yang mengucur rela, tangan-tangan yang cokelat kuat, dan lemah lembut dan kasar yang pada saling membantu. Ia tersedan-sedan di sini. Semua pada banting membanting. Buat apa? Buat apa? Ia merintih buat kehormatan dan nasi. Di sana di kampung nelayan tetesan deras

Page 34: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5035/1/BAB I - BAB V.docx · Web viewSastra merupakan suatu bentuk dan ... dapat dipahami sesuai dengan tingkat pengetahuan pembaca dengan karya

34

keringat membuat orang tak sempat membuat kehormatan, bahkan tak sempat mendapatkan nasi dalam hidupnya terkecuali jagung tumbuk yang kuning. Betapa mahalnya kehormatan dan nasi! (Gadis Pantai, 2003 : 133)

Kerinduan Gadis Pantai adalah peristilahan yang diistimewakan oleh

pengarang, yang telah diatur sedemikian rupa dan sistematis agar tampak utuh dan

mengarahkan kepada suatu pemaknaan tunggal. Pengarang dalam novel Gadis

Pantai membangun sebuah makna bahwa Gadis Pantai rindu akan kampung

nelayan tempat di mana dia tumbuh dewasa.

b. Pendamping Hidup/Istri

Hierarki oposisi atau oposisi dominan yang diistimewakan oleh pengarang

adalah pendamping hidup/istri. Pengarang menonjolkan Gadis Pantai adalah

seorang pendamping hidup/istri Bendoro. Seorang wanita dari kampung nelayan

yang dinikahi oleh Bendoro seorang pembesar keturunan ningrat yang bekerja di

kantor adminitrasi Belanda berikut kutipannya.

(5) Kemarin malam ia telah dinikahkan. Dinikahkan dengan sebilah keris. Detik itu dia tahu. Kini ia bukan anak bapaknya lagi. Ia bukan anak emaknya lagi. Kini ia istri sebilah keris, wakil seorang yang tak pernah dilihatnya seumur hidup.(Gadis Pantai, 2003 : 12)

Pernikahan adalah suatu bentuk pelembagaan cinta, dimana dua manusia yang

berbeda genre bersatu dan membangun sebuah keluarga, hidup berdampingan

menjalani kehidupan dan meneruskan keturunan secara biologis. Pasangan yang

telah menikah disebut suami dan istri. Pengarang menonjolkan predikat istri yang

disandang oleh Gadis Pantai, istri seorang terhormat yang bernama Bendoro.

Page 35: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5035/1/BAB I - BAB V.docx · Web viewSastra merupakan suatu bentuk dan ... dapat dipahami sesuai dengan tingkat pengetahuan pembaca dengan karya

35

Predikat istri yang disandang Gadis Pantai lebih diistimewakan lagi oleh

pengarang dengan menggambarkan dalam cerita kebiasaan yang dilakukan oleh

istri-istri pembesar berikut kutipannya.

(6) “ceh, ceh, ceh. Itu tidak layak lagi bagi wanita utama, Mas Nganten. Wanita utama cukup menggerakkan jari dan semua akan terjadi. Tapi sekarang ini, sahaya inilah yang mengurus Mas Nganten. Sebelum Bendoro memberi izin, Mas Nganten belum bisa bertemu. Mari, mari sahaya mandikan. Pakai selop itu.”(Gadis Pantai, 2003 : 28)

Istri seorang Bendoro tidak lagi bekerja semua keperluannya harus dilayani

oleh pelayannya. Faham kemapanan ditampilkan oleh pengarang mengarahkan

kita kepada persepsi Gadis Pantai adalah istri seorang Bendoro yang mempunyai

kekayaan dan kekuasaan berikut kutipannya.

(7) Tanpa melihat dirasainya orang itu membuka kelambu dan didengarnya bisikan perlahan:“Mas Nganten.”Rasanya jutaan semut rangrang berkerumun di setiap titik dari kulitnya.Ia tak menjawab.“Mas Nganten,” sekali lagi.Seperti boneka otomat ia bergerak memusatkan diri kearah datangnya suara. Kemudian duduk membungkuk berjagangkan kedua belah tangan di atas kasur.“Sahaya Bendoro,” ia berbisik.“Akulah suamimu.”“Sahaya Bendoro.”“Mengucaplah.”Gadis Pantai tak mengerti“Syukur pada Allah.”(Gadis Pantai, 2003 :32)

Pada malam pertama Bendoro dan Gadis Pantai bertemu, Bendoro

memperkenalkan dirinya kepada Gadis Pantai bahwa dia adalah suaminya.

Bendoro telah menikahinya, pengakuan Bendoro kepada Gadis Pantai bahwa dia

adalah suaminya yang menikahinya dengan diwakili sebilah keris, memperkuat

bahwa oposisi Gadis Pantai pendamping hidup/istri adalah oposisi dominan.

Page 36: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5035/1/BAB I - BAB V.docx · Web viewSastra merupakan suatu bentuk dan ... dapat dipahami sesuai dengan tingkat pengetahuan pembaca dengan karya

36

Saat percakapan Gadis Pantai dengan Bendoro, Gadis Pantai meminta izin

pulang ke kampung nelayan karena rindu dengan keluarganya. Pengarang

menonjolkan predikat Gadis Pantai sebagai istri dari Bendoro berikut kutipannya.

(8) “Kau tak boleh pergi seorang diri.”“Sahaya, Bendoro.”“Kau milikku. Aku yang menentukan apa yang kau boleh dan tidak boleh, harus dan mesti kerjakan. Diamlah kau sekarang.Malam semakin larut,” lalu seperti ada yang terlupa, “tapi kau belum punya persiapan.”“Apalah yang perlu dipersiapkan Bendoro?”“Husy, kau harus selalu ingat-ingat, tak boleh ada sesuatu yang terjadi yang menyebabkan penghormatan orang berkurang padaku.Bawalah juga beras sekarung.(Gadis Pantai, 2003 :136)

Pada saat Gadis Pantai pulang ke kampung nelayan, Gadis Pantai harus

menjaga kehormatan suaminya. Ia harus mencerminkan tingkah laku dan sikap

sebagaimana istri orang yang terhormat. Peristilahan pendamping hidup/istri

diistimewakan oleh pengarang.

c. Bendoro yang Berbudi Luhur

Hierarki Oposisi atau teks dominan adalah Bendoro yang berbudi luhur.

Pengarang mengistimewakan peristilahan Bendoro yang berbudi luhur. Karakter

Bendoro digambarkan sebagai seorang yang berkharisma, lemah-lembut,

bijaksana, mempunyai kekuasaan dan kekayaan, taat beribadah serta memiliki

jiwa yang sosial berikut kutipannya.

(9) Ia angkat pandangnya sekilas ke depan sana ketika dari samping Bendoro masuk. Ia mengenakan sorban, teluk belanga sutera putih, sarung bugis hitam, selembar selendang berenda melibat lehernya. Selopnya tak dikenakannya pada tangan kanannya ia membawa tasbih, pada tangan kirinya ia membawa bangku lipat tempat menaruhkan Qur’an. Tanpa bicara sepatah pun. Bahkan tanpa menengok kepada seorang lain di dalam khalwat itu, langsung ia menuju ke permadani di depan, meletakkan bangku lipat di

Page 37: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5035/1/BAB I - BAB V.docx · Web viewSastra merupakan suatu bentuk dan ... dapat dipahami sesuai dengan tingkat pengetahuan pembaca dengan karya

37

samping kiri dan tasbih di samping kanan dan mulai bersembahyang.(Gadis Pantai, 2003 : 36)

Bendoro mengajarkan Gadis Pantai mendirikan shalat. Di kampung nelayan

Gadis Pantai tak pernah shalat bahkan menyucikan diri dengan air whudu tidak

pernah ia lakukan. Pengarang menonjolkan peristilahan Bendoro yang berbudi

luhur, yang mengajari istrinya Gadis Pantai untuk belajar tentang ilmu agama dan

mendirikan shalat. Bendoro tidak hanya mengajarkan shalat tetapi Gadis Pantai

juga diajar membaca ayat suci Qur’an berikut kutipannya.

(10) Ia menggigil waktu Bendoro mengubah duduk menghadapinya, membuka bangku lipat tempat Qur’an, mengeluarkan bilah bambu kecil dari dalam kitab dan ia rasai pandangnya mengawasinya memberi perintah. Seumur hidup baru sekali ia menggigil. Kenangan pada belaian tangannya yang lembut dan lunak lenyap. Tiba-tiba didengarnya ayam dibelakang rumah berkokok kembali. Moga-moga matari telah terbit seperti kemarin, ia mendoa. Dan Bendoro telah menyelesaikan “Bismillahirohmanirrohim”, sekali lagi menatapnya dari permadani sana. Ia tak mampu mengulang menirukan. Ia tak pernah diajarkandemikian. Tanpa setahunya air matanya telah menitik membasahi lubang rukuhnya.(Gadis Pantai, 2003 : 37)

Bendoro mengetahui latar belakang istrinya yang berasal dari kampung

nelayan yang di mana penduduknya tidak berpendidikan. Budi luhur Bendoro

memberikan pendidikan kepada istrinya khususnya pendidikan keagamaan dan

keterampilan seperti membatik, merajut suatu pengetahuan baru yang tidak

didapatkan Gadis Pantai di kampung nelayan tempat ia berasal. Bendoro yang

berbudi luhur dijadikan peristilahan yang dominan oleh pengarang yang

ditampilkan pada redaksi percakapan Gadis Pantai dan Bapaknya di kampung

nelayan berikut kutipannya.

(11) Bapak mengikuti arah tudingan, menggeleng.“aku bawakan benang jala.”

Page 38: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5035/1/BAB I - BAB V.docx · Web viewSastra merupakan suatu bentuk dan ... dapat dipahami sesuai dengan tingkat pengetahuan pembaca dengan karya

38

“Ya, setiap orang bawa benang jala dari kota.”“Dan tasbih.”“Dari Bendoro, buat bapak saja. Hitam.Dari kayu keras buatan Mekah.”“buat apa tasbih? Bendoro menyampaikan salam. Kalau kampung belum punya surau, Bendoro bersedia membiayai pendiriannya.”(Gadis Pantai, 2003 : 177)

Selanjutnya, Bendoro ingin membangun surau di kampung nelayan, Bendoro

ingin merubah penduduk kampung nelayan menjadi manusia yang bertaqwa dan

mengenal keyakinan lebih dalam khususnya islam, Bendoro tidak hanya ingin

membangun surau di kampung nelayan. Bendoro juga ingin mengirim guru

mengaji ke kampung nelayan agar semua penduduk kampung nelayan bisa

membaca Qur’an, mempelajari ajaran-ajaran agama islam dan mengamalkannya

berikut kutipannya.

(12) “:Bendoro bilang bisa kirim guru ngaji.”“Bagaimana kita bisa upahi dia?”“Bendoro yang upahi.”“Barangkali ikan akan lebih jinak kalau kita ngaji, ya?”“Barangkali Belum dicoba.”(Gadis Pantai, 2003 : 178)

Budi luhur Bendoro yang dijadikan oposisi dominan yang ditonjolkan oleh

pengarang, tidak hanya dalam konteks keagamaan tetapi juga dalam konteks

sosial. Bendoro memberikan fasilitas pendidikan, tempat tinggal kepada

keponakan-keponakannya. Memberikan tenaga pengajar yang terbaik dalam

bidang pendidikan untuk keponakan-keponakannya berikut kutipannya.

(13) Dengar!orangtuamu telah kirimkan kau kemari. Aku telah berikan rumah, sekolah, segalanya terbaik bagimu. Aku berikan guru ngaji terbaik di kota ini. Aku berikan pengajaran baik di dunia ini. Sabda Allah dan nabi apakah yang masih kurang? Kalau semua ini masih tidak mencukupi bagi pendidikanmu.(Gadis Pantai, 2003 : 118)

Page 39: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5035/1/BAB I - BAB V.docx · Web viewSastra merupakan suatu bentuk dan ... dapat dipahami sesuai dengan tingkat pengetahuan pembaca dengan karya

39

Hierarki Oposisi atau oposisi dominan Bendoro yang berbudi luhur sangat

ditonjolkan oleh pengarang dari kutipan-kutipan di atas yang disebut Derrida

sebagai sebuah jejak-jejak teks. Setelah ditinjau dari redaksi narasi dalam novel

Gadis Pantai peristilahan Bendoro yang berbudi luhur adalah peristilahan yang

dominan yang ditampilkan oleh pengarang secara sistematis.

d. Penduduk Kampung Nelayan yang Bodoh

Hierarki Oposisi atau teks dominan adalah penduduk kampung nelayan yang

bodoh. Penduduk kampung nelayan yang miskin, kotor, tidak pernah beribadah

dan tidak berpendidikan. Oposisi tersebut didominankan oleh pengarang dalam

novel Gadis Pantai berikut kutipannya.

(14) “Mas Nganten,” Mardinah memanggil lagi. Dan tanpa menunggu reaksi ia meneruskan.”Mas Nganten bisa membaca bukan?”Mengerti kelemahannya sendiri Gadis Pantai Terdiam.“Ada surat buat Mas Nganten.”“Aku tak membutuhkan surat dari siapapun.”“Tapi surat ini sangat penting.”(Gadis Pantai, 2003 : 129)

Mardinah merendahkan Gadis Pantai yang tidak dapat membaca. Mardinah

sengaja karena mengetahui latar belakang kehidupan Gadis Pantai yang tidak

pernah mengenyam bangku pendidikan. Pada zaman kolonial Belanda, hanya

anak keturunan bangsawan dan pejabat yang dapat mengenyam bangku

pendidikan. Sedangkan pribumi tidak dapat mengenyam pendidikan karena

fasilitas pendidikan yang ada semua milik kolonial Belanda, pribumi hanya

menjadi buruh dalam kerja paksa (Rodi) simak kutipan di bawah ini.

(15) “Anakku pergi kalau benar ada bukti. Berikan surat itu.”“Ya, berikan.”Pria-pria pengiring itu pun mengundurkan diri ketakutan melihat orang banyak masuk. Dan Mardinah terpaksa menyerahkan surat itu kepada bapak.

Page 40: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5035/1/BAB I - BAB V.docx · Web viewSastra merupakan suatu bentuk dan ... dapat dipahami sesuai dengan tingkat pengetahuan pembaca dengan karya

40

”Siapa tadi yang bilang bisa baca?”“Aku tapi duapuluh tahun aku tak pernah baca.”Ia pandang-pandang surat itu, mencoba membacanya.“Ayo apa katanya?”“lama benar.”“Aku bilang duapuluh tahun aku tak membaca.”“Kami sudah dengar tapi apa katanya?”“Tapi ini bukan tulisan Jawa.”“Lantas tulisan apa.”“Tulisan iblis kali.”Mardinah mendengus menghinakan.”Tadi sudah kubacakan tapi kalian tak percaya.”“Hitung ada berapa baris surat itu,” bapak meminta.“satu, dua, tiga, ..... duapuluh.”“Yang dibaca Cuma sebaris tadi.Mengapa baris-baris lain tidak?”(Gadis Pantai, 2003 :204-205)

Hierarki Oposisi atau oposisi dominan penduduk kampung nelayan yang

bodoh jelas dalam kutipan di atas. Penduduk kampung nelayan tidak ada satupun

yang mampu membaca dan menulis. Bagaimana pengarang mendeskripsikan

keterbelakangan penduduk kampung nelayan dalam konteks pendidikan. Oposisi

ini sangat jelas di tonjolkan pengarang sebagai oposisi dominan. Penduduk

kampung nelayan yang bodoh setelah diidentifikasi adalah oposisi dominan yang

diistimewakan pengarang dalam teks novel Gadis Pantai.

2. Pembalikan Hierarki Oposisi

Dalam novel “Gadis Pantai” telah diidentifikasi oposisi-oposisi yang dominan

yaitu pernikahan bahagia gadis pantai, kerinduan Gadis Pantai, pendamping

hidup/istri, bendoro yang berbudi luhur dan penduduk kampung nelayan yang

bodoh.Oposisi-oposisi yang disebutkan tadi adalah oposisi dominan yang

diistimewakan sehingga mengesampingkan peristilahan yang kedua sebagaimana

yang dituliskan dalam dikotomi oposisi binner diatas.

Page 41: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5035/1/BAB I - BAB V.docx · Web viewSastra merupakan suatu bentuk dan ... dapat dipahami sesuai dengan tingkat pengetahuan pembaca dengan karya

41

Setelah menentukan hierarki oposisi yang dominan dalam novel Gadis

Pantai.maka langkah selanjutnya yaitu pembalikan hierarki oposisi dan

meruntuhkannya.Pendekatan dekonstruksi bermaksud untuk melacak unsur aporia

yaitu yang berupa makna paradoks, kontradiktif, dan makna ironi dari sebuah

karya sastra yang dibaca.Makna paradoks, kontradiktif, dan ironi dilihat dari

hierarki oposisi dominan yang direfresentasikan oleh pengarang dengan

mengistimewakan salah satu oposisi dalam penceritaannya. Oposisi kedua atau

peristilahan kedua dalam tabel dikotomi oposisi biner di atas yang

dikesampingkan pengarang dan dijadikan sebagai pemaknaan skunder, akan

meruntuhkan oposisi pertama atau peristilahan pertama dalam tabel dikotomi

oposisi biner yang diistimewakan oleh pengarang dalam teks novel Gadis Pantai,

berikut tabel pembalikan hierarki oposisi dalam novel Gadis Pantai.

TABEL IIPembalikan Hierarki Oposisi

“Gadis Pantai”Keterasingan gadis pantai Kerinduan gadis pantai

Pemuas nafsu Pendamping hidup/istri

Bendoro tidak berbudi luhur Bendoro yang berbudi luhur

Penduduk kampung nelayan

yang cerdas

Penduduk kampung nelayan

yang bodoh

Page 42: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5035/1/BAB I - BAB V.docx · Web viewSastra merupakan suatu bentuk dan ... dapat dipahami sesuai dengan tingkat pengetahuan pembaca dengan karya

42

Ananlisis Data

a. Pembalikan Hierarki Oposisi (Oposisi Biner) Kerinduan Gadis Pantai

MenjadiKeterasingan Gadis Pantai

Kerinduan Gadis Pantai dalam konteks psikologi sangat mendasar, karena

ketika seseorang berada pada sebuah tempat yang baru dengan lingkungan sosial

yang baru, memerlukan waktu untuk menyesuaikan diri atau beradaptasi. Gadis

Pantai merasa rindu kepada kedua orangtuanya, saudara-saudara dan keluarga di

kampung nelayan. Memori kenangan dan kebiasaan yang dilakukannya saat masih

berada di kampung nelayan selalu mengusik pikirannya. Secara intuitif gadis

pantai sangat tertekan karena di usianya yang belia dia harus meninggalkan orang

tuanya yang belum sempat ia bahagiakan. Di samping itu lingkungan yang baru

rumah Bendoro suaminya sangat tidak ramah. Ia harus mengikuti nilai-nilai

kemapanan yang berlaku di dalam rumah Bendoro seorang pembesar yang

dinikahinya. Kerinduan Gadis Pantai juga disebabkan oleh anggapan terhadap

dirinya sendiri bahwa ia tak membutuhkan kekayaan dan kehormatan untuk

mendapatkan kebahagiaan. Oposisi kerinduan Gadis Pantai tersebut yang

didominankan oleh pengarang.

Teks dominan kerinduan Gadis Pantai yang diistimewakan pengarang

diruntuhkan oleh oposisi yang kedua yaitu keterasingan Gadis Pantai, yang

dikesampingkan oleh pengarang. Hal ini dapat dilihat dari peninjauan jejak-jejak

teks (trace). Menjelaskan bahwa, bukan kerinduan yang dirasakan Gadis Pantai

tetapi keterasingan berikut kutipannya.

(16) Di ruangan ini tak ada lesung. Tak ada bau udang kering. Tak ada babon tongkol tergantung di atas pengasapan. Tak ada

Page 43: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5035/1/BAB I - BAB V.docx · Web viewSastra merupakan suatu bentuk dan ... dapat dipahami sesuai dengan tingkat pengetahuan pembaca dengan karya

43

yang bergantung di dinding kecuali kaligrafi-kaligrafi Arab yang tak mengeluarkan bau. (Gadis Pantai, 2003 : 26)

Dari kutipan di atas terproyeksikan bahwa oposisi dominan kerinduan Gadis

Pantai yang diistimewakan pengarang terimplikasi oleh oposisi kedua yang

dikesampingkan oleh pengarang yaitu keterasingan Gadis Pantai. Di dalam

oposisi binner peristilahan pertama memiliki kedudukan yang lebih tinggi dari

peristilahan kedua dengan kata lain oposisi pertama adalah suatu pemaknaan

primer sedangkan oposisi kedua adalah suatu makna sekunder. Pengarang dalam

novel Gadis Pantai, menonjolkan kerinduan Gadis Pantai sebagai oposisi dominan

setelah dilakukan pembalikan hierarki oposisi, oposisi kerinduan Gadis Pantai

diruntuhkan oleh peristilahan kedua yaitu keterasingan Gadis Pantai, dengan

meninjau jejak-jejak teks (trace) dalam novel Gadis Pantai. Implikasi peristilahan

kedua terhadap oposisi dominan diperkuat dalam kutipan berikut.

(17) “Aku tak suka di sini, mak.”“Segalanya harus dipelajari, nak.Lama-kelamaan kau akan suka.”“Mak bawa aku pulang.”(Gadis Pantai, 2003 :44)

(18) “Makan, mas Nganten! Mengapa melamun saja?”Gadis Pantai berhenti makan.Ia bangkit.Tanpa menengok masuk ke dalam kamar, langsung masuk ke kasur kesayangan dan mengucurkan air matanya.Ia rasai bagaimana dirinya seperti seekor ayam yang direnggut dari rumpunnya.Harus hidup seorang diri, di tengah orang yang begitu banyak.Tak boleh punya sahabat, Cuma boleh menunggu perintah, Cuma boleh memerintahkan. Betapa sunyi! Betapa dingin.Dan iklim seperti ini tak pernah dirasainya di pantai, betapapun cuaca pagi telah membekukan seluruh minyak kelapa di dalam botol.Ia puaskan tangisnya sampai tertidur.(Gadis Pantai, 2003 :46)

Di tinjau dari jejak-jejak teks dalam novel Gadis Pantai, ditemukan unsur

aporia yaitu makna kontradiktif, makna ironi dan makna paradoks. Kontruksi

Page 44: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5035/1/BAB I - BAB V.docx · Web viewSastra merupakan suatu bentuk dan ... dapat dipahami sesuai dengan tingkat pengetahuan pembaca dengan karya

44

makna tunggal yang dibangun oleh pengarang Kerinduan Gadis Pantai

diruntuhkan oleh oposisi kedua keterasingan Gadis Pantai. Peninjauan dari jejak-

jejak teks dalam novel Gadis pantai memberikan pemaknaan baru yaitu

keterasingan Gadis Pantai. Bukan kerinduan yang dirasakan oleh gadis pantai

tetapi rasa keterasingan dimana ia berada disebuah tempat dan lingkungan sosial

yang baru. Gadis pantai di hadapkan dengan hal-hal baru dan harus mengikuti

nilai-nilai kemanapan yang tak biasa baginya. Itulah yang menyebabkan Gadis

pantai tak betah tinggal dirumah bendoro dan ingin pulang ke kampung nelayan

bukan kerinduannya yang membuatnya ingin pulang tetapi rasa keterasingannya.

Oposisi dominan yang ditampilkan sedemikian utuh dan sistematis oleh

pengarang yang mengarahkan pembaca kepada pemaknaan tunggal diruntuhkan

setelah dilakukan pembalikan hierarki oposisi terhadap oposisi dominan.

b. Pembalikan Hierarki Oposisi (Oposisi Biner) Pendamping Hidup/istri

Menjadi Pemuas Nafsu

Gadis Pantai adalah seorang istri dari Bendoro seorang bangsawan dan pejabat

tinggi yang bekerja di kantor adminitrasi Belanda. Gadis Pantai dinikahi oleh

Bendoro kemudian di bawa ke kota untuk tinggal bersama. Meninggalkan tanah

kelahirannya kampung nelayan dan tinggal di kota sebagai istri pembesar. Latar

belakang keluarga Gadis Pantai yang sederhana membuatnya sulit untuk

menyesuaikan diri dengan kehidupan barunya. Sebagai istri seorang bangsawan

dan pejabat tinggi, Gadis Pantai harus menjaga sikapnya memaksakan ia menjadi

dewasa sebelum waktunya. Sebagai seorang nyonya kehidupan Gadis Pantai yang

sederhana berubah menjadi kehidupan yang mapan. Segala keperluan kebutuhan

Page 45: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5035/1/BAB I - BAB V.docx · Web viewSastra merupakan suatu bentuk dan ... dapat dipahami sesuai dengan tingkat pengetahuan pembaca dengan karya

45

dalam kehidupannya terpenuhi bahkan Gadis Pantai mempunyai bujang atau

pelayan untuk membantu menyiapkan segala keperluannya.

Pengarang membangun sebuah pemaknaan bahwa gadis pantai adalah

pendamping hidup /istri Bendoro. Peristilahan Gadis Pantai adalah pendamping

hidup/istri bendoro didominankan oleh pengarang dalam novel Gadis Pantai.

Pendamping hidup/istri menjadi oposisi dominan yang mengarahkan kita kepada

pemaknaan tunggal, bahwa Gadis Pantai adalah pendamping hidup/istri Bendoro,

sesuai pembahasan hierarki oposisi sebelumnya.

Setelah menemukan hierarki oposisi/oposisi dominan yaitu pendamping

hidup/istri dilakukan pembalikan hierarki oposisi. Oposisi binner pendamping

hidup/istri-pemuas nafsu sesuai dengan dikotomi oposisi binner pada tabel di atas

menunjukkan pendamping hidup/istri adalah oposisi dominan yang diistimewakan

pengarang. Oposisi dominan tersebut diruntuhkan oleh oposisi kedua yaitu

pemuas nafsu dengan dasar peninjauan jejak-jejak teks (trace) dalam novel Gadis

Pantai berikut kutipannya.

(19) Bulan demi bulan lewat. Dan Bendoro hampir tak pernah di temuinya.Tak pernah memasuki kamarnya.Perkawinan Bendoro Bupati semakin dekat.Dan Bendoro semakin jarang di rumah.Kota mulai dihias.Putri dari kraton Solo harus disambut lebih hebat dari putri kabupaten Jepara.(Gadis Pantai, 2003 : 71)

Dari kutipan di atas dapat diorientasikan bahwa oposisi dominan pendamping

hidup/istri terimplikasi oleh oposisi kedua yaitu pemuas nafsu. Dalam kutipan di

atas mendeskripsikan bahwa Bendoro tidak pernah menemui istrinya selama

berbulan-bulan. Nilai-nilai yang terdapat dalam sebuah pernikahan dimarjinalkan.

Dalam ikatan suami-istri, suami harus menafkahi istrinya lahir maupun batin.

Page 46: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5035/1/BAB I - BAB V.docx · Web viewSastra merupakan suatu bentuk dan ... dapat dipahami sesuai dengan tingkat pengetahuan pembaca dengan karya

46

Tetapi bendoro tidak melakukannya. Hal tersebut mengarahkan kita pada suatu

pemaknaan bahwa Gadis Pantai hanya merupakan objek seksual Bendoro dengan

kata lain pemuas nafsu. Identifikasi oposisi dominan yang terimplikasi oleh

oposisi kedua deperkuat lagi dengan teks berikut.

(20) Dan jam tiga pagi ia terbangun. Bujang tak ada di bawah ranjangnya lagi.tapi Bendoro telah tergolek di sampingnya.Pada jam lima subuh, waktu bujang masuk ke dalam kamar, dilihatnya Mas Ngantennya masih tergolek. Ia sedang mendekat dan didengarnya suara memanggilnya:Wanita itu meraihkan lengannya, di bawah tengkuk Gadis Pantai, mendudukkannya, merapikan rambutnya yang kacau balau, membenahi baju dan kainnya yang lepas porak-poranda, menarik-narik seprai yang berkerut sana-sini.“Ooh! Mas Nganten tidak sakit,” katanya bujang sekali lagi, dan menurunkannya dari ranjang.“mbok,” sepantun panggilan dengan suara lembut.“Tidak apa-apa Mas Nganten yang sudah terjadi ini takkan terulang lagi.”“Apa yang sudah terjadi.Mbok?”Dan setelah Gadis Pantai terpapah berdiri, bujang menunjukkan seprai yang dihiasi beberapa titik merah kecoklatan , berkata,”Sedikit kesakitan Mas Nganten, dan beberapa titik darah setelah setahun ini tidaklah apa-apa.” (Gadis Pantai, 2003 : 72-73)

(21) “Sahaya, Bendoro.”“Aku terlalu lelah, Mas Nganten.Buatlah aku bermimpi tanpa tertidur.”“Inilah sahaya Bendoro.”“Naiklah ke ranjang, Mas Nganten.”“Sahaya, Bendoro.”Dan naiklah Gadis Pantai ke atas kasur.Ia duduk termangu sambil duduk.“Tidaklah kau lelah seperti aku, Mas Nganten?”“Tidak Bendoro.”“Biarpun begitu, Bertidurlah.”(Gadis Pantai, 2003 : 101)

Gadis pantai hanya bertemu dengan Bendoro pada malam hari di kamar

tidurnya, sesekali saat suaminya memberi tahu bahwa ia tidak pulang hari ini.

Teks di atas menerangkan bahwa oposisi dominan Gadis Pantai sebagai

Page 47: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5035/1/BAB I - BAB V.docx · Web viewSastra merupakan suatu bentuk dan ... dapat dipahami sesuai dengan tingkat pengetahuan pembaca dengan karya

47

pendamping hidup/istri bendoro ditangguhkan. Inilah yang disebut dengan istilah

differencedalam pembacaan dekonstruktif. Kontruksi makna tunggal yang

dibangun oleh pengarang yaitu Gadis Pantai adalah pendamping hidup/istri

Bendoro ditangguhkan dan diruntuhkan oleh oposisi kedua yaitu pemuas nafsu

yang dikesampingkan oleh pengarang, hal tersebut dilihat dari peninjauan jejak-

jejak teks dalam novel Gadis Pantai berikut kutipannya.

(22) Pagi sebelum matari bayi itu mandi. Kini sudah jam sembilan pagi. Dan Bendoro belum juga datang menengok. Di kampungnya sana, seorang bapak takkan turun ke laut tiga hari sebelum anaknya lahir, dan tiga hari sesudahnya. Si bapak akan tunggu anaknya, akan jaga keselamatannya dan ibunya. Ia ingat tetangganya-baru sekali istrinya melahirkan. Ia berjaga siang malam di luar rumah. Dan waktu bayinya lahir menangis kencang, ia tubruk pintu. Lupa pada wajahnya yang bercorengan air mata.Sekarang kepada siapa anak ini kuserahkan kalau tidak pada bapaknya sendiri?Tidak, tidak mungkin, dia bapaknya, bapaknya sendiri.Tapi mengapa tak juga datang, sekalipun Cuma buat menengok?(Gadis Pantai, 2003 : 252)

Oposisi kedua yaitu pemuas nafsu dikesampingkan oleh pengarang, dan

mengistimewakan oposisi pertama yaitu Gadis Pantai pendamping hidup/istri.

Pada teks di atas menerangkan bahwa Gadis Pantai bukan pendamping Hidup/istri

Bendoro, hanya merupakan objek seksual Bendoro. Pada saat kelahiran anaknya

Bendoro tak ada, sedikitpun tak peduli pada keselamatan bayi dan istrinya.

Perlakuan Gadis Pantai sebagai seorang istri tidak didapatkannya. Setelah

diidentifikasi oposisi dominan dalam teks Gadis Pantai, kemudian dilakukan

pembalikan hierarki oposisi sesuai dengan peninjauan jejak-jejak teks (trace)

maka didapatkanlah pemaknaan baru. Oposisi dominan Gadis Pantai sebagai

pendamping hidup/istri diruntuhkan oleh oposisi kedua yaitu pemuas nafsu. Dapat

Page 48: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5035/1/BAB I - BAB V.docx · Web viewSastra merupakan suatu bentuk dan ... dapat dipahami sesuai dengan tingkat pengetahuan pembaca dengan karya

48

disimpulkan bahwa Gadis Pantai bukan pendamping hidup/istri Bendoro, Gadis

Pantai hanya merupakan objek seksual/pemuas nafsu Bendoro.

c. Pembalikan Hierarki Oposisi (Oposisi Biner) Bendoro yang Berbudi Luhur

Menjadi Bendoro Tidak Berbudi Luhur

Pengarang mengistimewakan peristilahan Bendoro yang berbudi luhur.

Karakter Bendoro digambarkan sebagai seorang yang berkharisma, lemah-lembut,

bijaksana, mempunyai kekuasaan dan kekayaan, taat beribadah serta memiliki

jiwa yang sosial. Oposisi yang didominankan pengarang yang diidentifikasi dalam

pembahasan hierarki oposisi di atas, pada tahapan ini akan dilakukan pembalikan

teks hierarki oposisi sesuai dengan dikotomi oposisi binner yang telah ditentukan

pada tabel di atas. Oposisi yang telah ditentukan dalam dikotomi oposisi binner

yaitu oposisi Bendoro yang berbudi luhur-Bendoro tidak berbudi luhur. Oposisi

Bendoro yang berbudi luhur yang didominankan oleh pengarang akan dibalikkan

dan diruntuhkan oleh oposisi kedua yaitu Bendoro tidak berbudi luhur sesuai

dengan peninjauan jejak-jejak teks dalam novel Gadis Pantai berikut kutipannya.

(23) Ia lihat orang itu membangunkan bujang dengan kakinya. Dan bujang itu bangun, cepat-cepat menggulung tikar dengan bantal didalamnya, merangkak mundur kemudian berdirimembungkuk,keluar dari pintu lenyapdari pandangan.(Gadis Pantai, 2003 : 31)

Dari teks tersebut menerangkan bahwa oposisi dominan Bendoro berbudi luhur

terimplikasi oleh oposisi kedua Bendoro tidak berbudi luhur. Kutipan di atas

merefresentasekan bahwa Bendoro tidak mengikuti nilai-nilai luhur yang berlaku

sesama manusia. Bendoro membangunkan pelayannya dengan menggunakan kaki.

Hal tersebut adalah suatu tindakan yang melanggar nilai-nilai etika kesopanan.

Page 49: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5035/1/BAB I - BAB V.docx · Web viewSastra merupakan suatu bentuk dan ... dapat dipahami sesuai dengan tingkat pengetahuan pembaca dengan karya

49

Tindakan itu tidak menggambarkan budi luhur yang dimiliki Bendoro. Dari

peninjauan jejak-jejak teks tersebut maka oposisi dominan Bendoro berbudi luhur

yang diistimewakan pengarang diruntuhkan oleh oposisi kedua yaitu Bendoro

tidak berbudi luhur. Runtuhnya kontruksi pemaknaan yang dibangun pengarang

diperkuat dengan teks berikut berikut kutipannya.

(24) “Sahaya belum lagi mempersembahkan anak ini kepada Bendoro. Inilah putri tuanku Bendoro. Putri tuanku sendiri, bukan anak orang lain.”“Tidurkan dia di tempatnya.”“Sahaya adalah emaknya, sahaya yang hina ini, tuanku. Bagaimana sahaya harus urus dia di kampung nelayan sana? Ia anak seorang bangsawan, tak mungkin diasuh secara kampung.”“Aku tak suruh kau asuh anakku.”“Haruskah sahaya pergi tanpa anak sahaya sendiri, tuanku?”“Kau tak pernah sebanyak itu bicara.”“Apakah yang takkan diperbuat oleh seorang ibu buat anaknya?”“Kau tinggalkan rumah ini!bawa seluruh perhiasan dan pakaian. Semua yang telah kuberikan padamu.Bapakmu sudah kuberikan uang kerugian, cukup untuk membeli dua perahu sekaligus dengan segala perlengkapannya.Kau sendiri ini...,” Bendoro mengeluarkan kanrong berat berisikan mata uang...pesangon.” carilah suami yang baik, dan lupakan segala dari gedung ini.Lupakan aku ngerti?”“Sahaya, Bendoro.”“Dan ingat.Pergunakan pesangon itu baik-baik. Dan...tak boleh sekali-kali kau menginjakkan kaki di kota ini. Terkutuklah kau bila melanggarnya.Kau dengar?”(Gadis Pantai, 2003 : 257-258)

Bendoro mengusir Gadis Pantai dari rumahnya setelah melahirkan bayi

perempuan, dan memisahkan Gadis Pantai dengan anaknya. Hal tersebut tidak

sesuai dengan oposisi yang didominankan oleh pengarang. Pengarang

membangun konstruksi pemaknaan Bendoro yang berbudi luhur diistimewakan

dalam cerita. Setelah diidentifikasi melalui jejak teks maka kontruksi pemaknaan

Page 50: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5035/1/BAB I - BAB V.docx · Web viewSastra merupakan suatu bentuk dan ... dapat dipahami sesuai dengan tingkat pengetahuan pembaca dengan karya

50

tersebut diruntuhkan dengan pembalikan hierarki oposisi. Oposisi dominan

Bendoro berbudi luhur diruntuhkan oleh oposisi kedua Bendoro tidak berbudi

luhur ditinjau dari jejak-jejak teks(trace) dalam novel Gadis Pantai. Setelah

dilakukan pembalikan hierarki oposisi maka ditemukan unsur aporia yaitu makna

kontadiktif, makna ironis dan makna paradoks dalam teks novel Gadis Pantai.

Bendoro yang berbudi luhur sebagai oposisi dominan yang diistimewakan

diruntuhkan oleh oposisi kedua Bendoro tidak berbudi luhur.

d. Pembalikan Hierarki Oposisi (Oposisi Biner) Penduduk Kampung Nelayan

yang Bodoh Menjadi Penduduk Kampung Nelayan yang Cerdas

Pengarang merefresentasekan penduduk kampung nelayan yang tidak

berpendidikan, kotor, miskin dan tidak pernah beribadah. Penduduk kampung

yang hanya tahu bagaimana menutupi kebutuhan hidup dengan cara melaut.

Penduduk kampung nelayan tak punya waktu untuk menuntut ilmu atau

mengeyam pendidikan di bangku sekolah. Peristilahan penduduk kampung

nelayan yang bodoh diistimewakan oleh pengarang dan setelah diidentifikasi

peristilahan tersebut menjadi oposisi dominan dalam teks novel Gadis Pantai.

Oposisi binner sesuai dengan dikotomi oposisi dalam tabel di atas yaitu penduduk

kampung nelayan yang bodoh – penduduk kampung nelayan yang cerdas. Oposisi

dominan penduduk kampung nelayan yang bodoh diruntuhkan oleh oposisi kedua

yaitu penduduk kampung nelayan yang cerdas. Hal tersebut dilihat dari jejak-jejak

teks yang menerangkan bahwa oposisi dominan terimplikasi oleh oposisi kedua

atau pemaknaan kedua yang sengaja atau tidak sengaja ditutupi oleh pengarang

berikut kutipannya.

Page 51: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5035/1/BAB I - BAB V.docx · Web viewSastra merupakan suatu bentuk dan ... dapat dipahami sesuai dengan tingkat pengetahuan pembaca dengan karya

51

(25) Waktu matari sudah menjalankan dinasnya, orang-orang pria telah kumpul kembali di rumah bapak.“Jadi bagaimana?”“Ya, begitulah, semua menurut rencana.”“Benar, dua kuda itu di bunuh?”“Tidak, Cuma dipindahkan ke tempat lain.”“Tapi kusr-kusir itu...”“Cuma ruji gerobaknya kami gergaji tandas.”“Kusir-kusir itu... katanya kuda-kuda dibunuh.”“Ah, memang kuda-kuda itu terpaksa dipukuli agak keras.”“Di mana kuda-kuda itu sekarang.”“Dibawa, ke hutan ditinggalkan di sana.”“Anakku sudah mendarat?”“Sudah tapi ditahan dulu.”“bagaimana pengiring-pengiring itu?”“Mereka semua bersenjata tajam, dalam kegelapan kami pukuli mereka dengan dayung.”“Apa kata mereka?”“Anak bapak akan dibunuh di tengah jalan.”“Apa alasannya?”“Mereka tidak tahu.Mereka hanya tahu melaksanakan perintah dari Demak.”(Gadis Pantai, 2003 : 211).

Teks di atas menerangkan bahwa penduduk kampung nelayan tidak bodoh,

karena mereka bisa membuat suatu rencana yang cerdas untuk menahan agar

Gadis Pantai tidak dibawa pulang ke kota oleh Mardinah utusan kerajaan Demak

yang ingin membunuh Gadis Pantai. Bapak Gadis Pantai dan penduduk kampung

membuat rencana agar Mardinah yang mempunyai niat jahat tidak membawa

pulang Gadis Pantai kembali ke kota. Dokar yang mengantar Mardinah ke

kampung nelayan dihancurkan dan kuda-kudanya disembunyikan ke hutan.

Kampung nelayan seolah-olah diserang oleh bajak laut Mardinah dan

pengiringnya diajak lari ketengah laut, di tengah laut pengiring Mardinah dipaksa

mengakui niat jahatnya oleh penduduk kampung. Setelah pengiring itu mengakui

niat jahatnya mereka di tenggelamkan di tengah laut oleh penduduk kampung dan

Page 52: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5035/1/BAB I - BAB V.docx · Web viewSastra merupakan suatu bentuk dan ... dapat dipahami sesuai dengan tingkat pengetahuan pembaca dengan karya

52

Mardinah ditahan di kampung nelayan agar tidak ke kota untuk melapor ke polisi

atau marsose.

Rencana yang dibuat oleh penduduk kampung adalah sebuah rencana yang

cerdas, terstruktur dan sistematis. Dari jejak-jejak teks tersebut maka oposisi

dominan penduduk kampung nelayan yang bodoh yang diistimewakan oleh

pengarang diruntuhkan oleh oposisi kedua yaitu penduduk nelayan yang cerdas.

Teks di atas mengarahhkan kita pada refresentasi makna kontradiktif dari

pemaknaan tunggal yang dibangun oleh pengarang. Oposisi dominan penduduk

kampung nelayan yang bodoh setelah dilakukan pembalikan hierarki oposisi,

diruntuhkan oleh oposisi kedua penduduk kampung nelayan yang cerdas.

Kontruksi pemaknaan tunggal yang dibangun oleh pengarang terimplikasi oleh

pemaknaan kedua, setelah dilakukan pembalikan hierarki oposisi maka ditemukan

pemaknaan baru yang kontradiktif, ironi dan paradoks terhadap pemaknaan

tunggal yang dibangun pengarang. Makna baru yang ditemukan yaitu penduduk

kampung nelayan yang cerdas.

B. Pembahasan

Pembacaan karya sastra menurut faham Dekonstruksi, tidak dimaksudkan

untuk menegaskan makna sebagaimana yang lazim dilakukan.Sebab, sekali lagi

tak ada makna yang dihadirkan oleh suatu yang sudah menentu.Melainkan justru

untuk menemukan makna kontradiktifnya, makna ironisnya. Pendekatan

dekonstruksi bermaksud untuk melacak hierarki oposisi atau teks dominan

kemudian dilakukan pembalikan teks oposisi yang memberikan sebuah

pemaknaan baru dari sebuah karya sastra.

Page 53: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5035/1/BAB I - BAB V.docx · Web viewSastra merupakan suatu bentuk dan ... dapat dipahami sesuai dengan tingkat pengetahuan pembaca dengan karya

53

Dalam penerapannya, langkah-langkah dekonstruksi dapat di sistematiskan

sebagai berikut. Pertama, mengidentifikasi hierarki oposisi dalam teks, di mana

biasanya terlihat peristilahan mana yang diistimewakan secara sistematis dan yang

mana yang tidak. Kedua, Oposisi-oposisi itu dibalik, dengan menunjukkan adanya

saling ketergantungan di antara yang saling bertentangan. Ketiga,

Memperkenalkan sebuah istilah atau gagasan baru yang ternyata tidak bisa

dimasukkan ke dalam kategori oposisi lama (Norris, 2006: 14).

Muatan-muatan teori dekonstruksi ketika diaplikasikan ke dalam teks Novel

Gadis Pantai karya Pramoedya Ananta Toer, telah kita bagi dalam pembahasan

sebelumnya. Namun akan kita bahas lebih lanjut tentang korelasi antara teori dan

objek.

Dalam penelitian novel Gadis Pantai dengan menggunakan teori

dekonstruksi maka dapat dinyatakan pengarang membangun konstruksi makna

bahwa keterasingan seseorang dalam lingkungan sosial yang tidak ramah dan

tidak memberikan rasa nyaman. Akan mewujudkan suatu keinginan untuk

kembali ke tempat atau lingkungan sosial di mana seseorang tersebut berasal,

tempat yang tak asing dan memberikan rasa nyaman serta keakraban. Konstruksi

makna tersebut yang sejatinya dikonstruk oleh pengarang dalam novel Gadis

Pantai. Kerinduan Gadis Pantai yang menjadi hierarki oposisi atau teks dominan

dalam novel Gadis pantai diruntuhkan oleh oposisi kedua yang dipinggirkan atau

dimarjinalkan oleh pengarangyaitu keterasingan Gadis Pantai. Bukan rasa

kerinduan yang membuat Gadis Pantai ingin kembali ke kampung nelayan

melainkan rasa keterasingannya di rumah Bendoro suaminya. Gadis Pantai harus

Page 54: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5035/1/BAB I - BAB V.docx · Web viewSastra merupakan suatu bentuk dan ... dapat dipahami sesuai dengan tingkat pengetahuan pembaca dengan karya

54

mengikuti norma-norma kenangsawanan yang berlaku di rumah Bendoro yang

tidak sama pada saat dia tinggal bersama keluarganya di kampung nelayan.

Dalam suatu pernikahan seorang istri adalah pendamping hidup seorang

suami, dan mempunyai hak sesuai dengan kedudukannya sebagai istri. Jika hak-

hak seorang istri diabaikan dan nilai-nilai ikatan suami istri dikesampingkan atau

dimarjinalkan. Maka seorang istri hanya akan menjadi objek seksual atau pemuas

nafsu tidak lagi menjadi istri atau pendamping hidup seorang suami. Konstruksi

makna tersebut yang sejatinya dikonstruk oleh pengarang dalam novel Gadis

Pantai. Istilah bahwa Gadis Pantai adalah pendamping hidup/istri Bendoro yang

menjadi teks dominan dalam novel Gadis Pantai diruntuhkan oleh peristilahan

kedua yaitu Gadis Pantai Hanya menjadi pemuas nafsu atau objek seksual

Bendoro. Bendoro hanya menemui Gadis Pantai pada malam hari di dalan

kamarnya. Bendoro menemui Gadis Pantai pada saat Bendoro ingin melepas

hasrat birahinya. Gadis Pantai menjadi pemuas nafsu atau objek seksual untuk

melayani suaminya Bendoro.

Budi luhur manusia dilihat dari tingkah laku tidak dilihat dari garis

keturunan atau kekayaan dan kekuasaan yang dimiliki. Budi luhur seorang

manusia dilihat dari bagaimana seorang manusia memperlakukan manusia lain

dengan nilai-nilai luhur yang berlaku dalam kehidupan. Kontstruksi makna

tersebut yang sejatinya dikonstruk oleh pengarang dalam novel Gadis Pantai.

Bendoro yang berbudi luhur adalah merupakan hierarki oposisi atau teks dominan

dalam novel Gadis Pantai tetapi teks dominan tersebut diruntuhkan oleh oposisi

kedua yaitu Bendoro tidak berbudi luhur. Proses runtuhnya teks dominan

Page 55: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5035/1/BAB I - BAB V.docx · Web viewSastra merupakan suatu bentuk dan ... dapat dipahami sesuai dengan tingkat pengetahuan pembaca dengan karya

55

diidentifikasi dari jejak-jejak teks dalam novel Gadis Pantai yaitu ketika Bendoro

menceraikan Gadis Pantai setelah melahirkan seorang bayi perempuan. Kemudian

Gadis Pantai dipisahkan dari anak yang baru saja dilahirkan. Gadis pantai diusir

dari rumah oleh Bendoro dan dilarang untuk menginjakkan kaki di rumah

Bendoro. Hal tersebut tidak menunjukkan budi yang luhur dari seorang Bendoro

yang mempunyai darah bangsawan yang terkenal sosial dan religius.

Selanjutnya, tidak semua penduduk yang tinggal di desa yang jauh dari kota

adalah orang yang bodoh. Karena kecerdasan adalah persoalan bagaimana

menggunakan instrumen pikir (akal) untuk berpikir. Cara menggunakan instrumen

pikir (akal) tidak semua didapatkan dari proses belajar mengajar dalam bentuk

formal, bisa juga didapatkan dari pengalaman secara empiris. Dengan cara

mempelajari peristiwa dan fenomena yang terjadi, serta mempelajari situasi dan

kejadian-kejadian yang telah lalu. Pengarang membangun kontruksi makna bahwa

tidak semua penduduk desa bodoh tetapi ada sebagian penduduk desa yang

cerdas, pemaknaan tersebut yang sejatinya dikonstruk oleh pengarang kepada

pembaca dalam novel Gadis Pantai. Penduduk kampung nelayan yang bodoh

adalah hierarki oposisi atau teks dominan dalam novel Gadis Pantai, yang

diruntuhkan oleh oposisi kedua yaitu penduduk kampung nelayan yang cerdas.

Hal tersebut diidentifikasi dari cerita pada saat penduduk kampung nelayan

membuat rencana yang sangat cerdik dan terstruktur ketika merencanakan

membunuh semua utusan Bendoro yang ingin membawa kembali Gadis Pantai

pulang ke kota untuk kembali tinggal bersama Bendoro. Rencana yang sangat

strategis yang dibuat oleh penduduk kampung nelayan secara logika, tidak

Page 56: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5035/1/BAB I - BAB V.docx · Web viewSastra merupakan suatu bentuk dan ... dapat dipahami sesuai dengan tingkat pengetahuan pembaca dengan karya

56

mungkin dilakukan oleh orang-orang yang bodoh. Oleh karena itu teks dominan

penduduk kampung nelayan yang bodoh diruntuhkan oleh oposisi kedua yaitu

penduduk kampung nelayan yang cerdas.

Dekonstruksi membongkar konstruksi makna tunggal yang dibangun oleh

pengarang dalam novel Gadis Pantai kemudian dimaknai dengan makna

kebalikannya. Makna tunggal atau makna primer diruntuhkan oleh makna skunder

yang dikesampingkan atau dimarjinalkan oleh pengarang dalam novel Gadis

Pantai. Sehingga makna yang dipinggirkan atau sengaja ditutupi oleh pengarang

dapat dimunculkan sebagai bentuk eksistensi atau keberadaan dalam teks novel

Gadis Pantai.

Page 57: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5035/1/BAB I - BAB V.docx · Web viewSastra merupakan suatu bentuk dan ... dapat dipahami sesuai dengan tingkat pengetahuan pembaca dengan karya

57

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil penelitian dan rumusan masalah dalam penelitian ini

yang menggunakan teori dekonstruksi sebagai objek formal atau pisau bedah

maka dapat disimpulkan bentuk-bentuk hierarki oposisi atau teks dominan dalam

novel Gadis Pantai yaitu Kerinduan Gadis Pantai, Pendamping hidup/istri,

Bendoro yang berbudi luhur, dan penduduk kampung nelayan yang bodoh.

Oposisi-oposisi tersebut yang diistimewakan atau didominankan oleh pengarang

dalam teks novel Gadis Pantai. Pengarang membangun konstruksi pengarang yang

telah diatur sedemikian rupa yang mengarahkan pembaca pada suatu pemaknaan

yang diinginkan oleh pengarang dan mengesampingkan makna-makna yang

dipinggirkan atau dikesampingkan oleh pengarang.

Setelah menentukan hierarki oposisi atau teks dominan dalam teks novel

Gadis Pantai kemudian dilakukan proses pembalikan teks oposisi sesuai dengan

dikotomi oposisi binner yang berkonsep pada hierarki oposisi atau teks dominan.

Dari proses pembalikan teks oposisi maka dapat disimpulkan bentuk teks

pembalikan oposisi yaitu keterasingan Gadis Pantai, pemuas nafsu, Bendoro tidak

berbudi luhur, dan penduduk kampung nelayan yang cerdas.

Teks dominan kerinduan Gadis Pantai diruntuhkan oleh oposisi kedua yaitu

keterasingan Gadis Pantai, Gadis Pantai sebagai pendamping hidup/istri Bendoro

diruntuhkan oleh oposisi kedua yaitu Gadis Pantai hanya sebagai pemuas nafsu

56

Page 58: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5035/1/BAB I - BAB V.docx · Web viewSastra merupakan suatu bentuk dan ... dapat dipahami sesuai dengan tingkat pengetahuan pembaca dengan karya

58

atau objek seksual Bendoro, teks dominan Bendoro berbudi luhur diruntuhkan

oleh oposisi kedua yaitu Bendoro tidak berbudi luhur, dan teks dominan penduduk

kampung nelayan yang bodoh diruntuhkan oleh oposisi kedua yaitu penduduk

kampung nelayan yang cerdas. Dari proses penentuan hierarki oposisi atau teks

dominan kemudian dilakukan pembalikan teks oposisi maka didapatkan

pemaknaan baru yang kontradiktif dari pemaknaan yang telah ada dalam teks

novel Gadis Pantai.

B. Saran

Berdasarkan hasil dan kesimpulan yang didapatkan dari penelitian ini,

diharapkan adanya penelitian selanjutnya dengan teori dekonstruksi, guna

memberikan tambahan gagasan dan keberagaman teori dalam menganalisis karya

sastra bagi Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah. Juga

sebagai langkah penyempurnaan dari penelitian yang telah peneliti lakukan.

Selainitu, juga diharapkan adanya penelitian selanjutnya pada novel Gadis Pantai

karya Pramoedya Ananta Toer dengan menggunakan teori-teori lainnya sehingga

novel Gadis Pantai dapat dimaknai secara konferehensif dengan beragam sudut

pandang dari teori-teori lain yang digunakan untuk meneliti novel Gadis Pantai.