bab i pendahuluan -...

66
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyelenggaraan transportasi sungai dan danau yang terkait dengan operasi, pembangunan dermaga serta perambuan dan navigasi masin terkait dengan perhubungan laut. Sehubungan dengan hal tersebut diatas dinilai masih terjadi tarik menarik kewenangan dan wilayah operasi antar transportasi laut, pemerintah daerah dan PT. ASDP Indonesia Ferry (Persero), oleh karena itu diperlukan pedoman yang baku dan tidak saling tumpang tindih kewenangan. Wacana Direktorat LLASDP Ditjen Perhubungan Darat perlu dialihkan ke Ditjen Perhubungan Laut, merupakan isu yang cukup lama dalam penyempurnaan struktur organisasi guna mengoptimalkan penyelenggaraan transportasi air. Tugas pokok dan fungsi Direktorat LLASDP Ditjen Perhubungan Darat selama ini tidak hanya membina kapal pada pelayaran jarak dekat, tetapi juga jarak jauh. Dalam domain regulasi keselamatan pelayaran menjadi tanggung jawab Ditjen Perhubungan Laut. Dengan adanya kewenangan dan tanggung jawab yang berbeda dalam penyelenggaraan angkutan sungai dan danau diatas, maka perlu adanya harmonisasi antara Direktorat LLASDP Ditjen Perhubungan Darat dan Ditjen Perhubungan Laut agar keselamatan pada transportasi publik menjadi perhatian bersama secara serius. Dengan adanya permasalahan dan ketentuan tersebut diatas perlu dirumuskan suatu pedoman pedoman di bidang transportasi sungai dan danau agar pelayanan terhadap masyarakat lebih terjamin terhadap keselamatan, keamanan dan kenyamanan. B. Rumusan Masalah Berdasarkan kondisi tersebut di atas, maka perlu disusun konsep pedoman di bidang transportasi Sungai dan Danau yang pada umumnya mengacu pada UU No. 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran, UU No. 34 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, Peraturan Pemerintah No. 102 Tahun 2000 Tentang Standardisasi Nasional, Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2010 Tentang Angkutan di Perairan, Keputusan Menteri No. 73 Tahun 2004 Tentang Penyelenggaraan Angkutan Sungai dan Danau dan Juknis Direktorat Perhubungan Darat serta mengadopsi standar internasional seperti International Maritime Organization (IMO). Khusus pengadopsian pedoman internasional harus disesuaikan dengan kondisi di Indonesia.

Upload: lamthu

Post on 03-Feb-2018

249 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-091500000000139... · Pedoman pembangunan pelabuhan sungai dan danau, 3 b. Pedoman pengoperasian

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyelenggaraan transportasi sungai dan danau yang terkait dengan operasi, pembangunan dermaga serta perambuan dan navigasi masin terkait dengan perhubungan laut. Sehubungan dengan hal tersebut diatas dinilai masih terjadi tarik menarik kewenangan dan wilayah operasi antar transportasi laut, pemerintah daerah dan PT. ASDP Indonesia Ferry (Persero), oleh karena itu diperlukan pedoman yang baku dan tidak saling tumpang tindih kewenangan. Wacana Direktorat LLASDP Ditjen Perhubungan Darat perlu dialihkan ke Ditjen Perhubungan Laut, merupakan isu yang cukup lama dalam penyempurnaan struktur organisasi guna mengoptimalkan penyelenggaraan transportasi air. Tugas pokok dan fungsi Direktorat LLASDP Ditjen Perhubungan Darat selama ini tidak hanya membina kapal pada pelayaran jarak dekat, tetapi juga jarak jauh. Dalam domain regulasi keselamatan pelayaran menjadi tanggung jawab Ditjen Perhubungan Laut. Dengan adanya kewenangan dan tanggung jawab yang berbeda dalam penyelenggaraan angkutan sungai dan danau diatas, maka perlu adanya harmonisasi antara Direktorat LLASDP Ditjen Perhubungan Darat dan Ditjen Perhubungan Laut agar keselamatan pada transportasi publik menjadi perhatian bersama secara serius. Dengan adanya permasalahan dan ketentuan tersebut diatas perlu dirumuskan suatu pedoman pedoman di bidang transportasi sungai dan danau agar pelayanan terhadap masyarakat lebih terjamin terhadap keselamatan, keamanan dan kenyamanan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan kondisi tersebut di atas, maka perlu disusun konsep pedoman di bidang transportasi Sungai dan Danau yang pada umumnya mengacu pada UU No. 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran, UU No. 34 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, Peraturan Pemerintah No. 102 Tahun 2000 Tentang Standardisasi Nasional, Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2010 Tentang Angkutan di Perairan, Keputusan Menteri No. 73 Tahun 2004 Tentang Penyelenggaraan Angkutan Sungai dan Danau dan Juknis Direktorat Perhubungan Darat serta mengadopsi standar internasional seperti International Maritime Organization (IMO). Khusus pengadopsian pedoman internasional harus disesuaikan dengan kondisi di Indonesia.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-091500000000139... · Pedoman pembangunan pelabuhan sungai dan danau, 3 b. Pedoman pengoperasian

2

Permasalahan transportasi sungai dan danau bukan merupakan permasalahan yang bersifat parsial, melainkan sebuah pendekatan yang bersifat komprehensif. Hal ini disebabkan karena penyusunan pedoman transportasi sungai dan danau akan mencakup 2 (dua) aspek, yaitu: struktural (kedalam) dan kinerja (keluar). Untuk itulah pedoman ini harus dapat terintegrasi dan dilaksanakan oleh semua stake holder yang terkait pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.

C. Maksud dan Tujuan

Penyusunan pedoman di bidang transportasi sungai dan danau dipandang perlu dilaksanakan untuk mewujudkan transportasi sungai dan danau yang selamat, aman, cepat, lancar, tertib dan teratur, nyaman dan efisien dengan pedoman yang benar dan harmonis. Maksud studi ini adalah melakukan studi penyusunan pedoman di bidang transportasi sungai dan danau. Tujuan studi ini adalah merumuskan konsep pedoman di bidang transportasi sungai dan danau yang efektif, efisien, tepat dan berbasis kinerja serta dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat untuk mendukung kebijaksanaan dalam perencanaan bidang keselamatan transportasi sungai dan danau.

D. Ruang Lingkup

Uraian kegiatan/ ruang lingkup studi ini adalah :

1. Pengumpulan data untuk kegiatan ini dilakukan di Medan, Palembang, Banjarmasin, Palangkaraya, Pontianak, Samarinda, Jayapura dan Merauke serta tranportasi di luar negeri seperti Sungai Chao di Bangkok, Thailand.

2. Inventarisasi kegiatan-kegiatan bidang transportasi sungai dan danau yang terkait dengan instansi lain,

3. Inventarisasi kebijakan pengembangan transportasi sungai dan danau di masing-masing instansi terkait,

4. Inventarisasi dan mengevaluasi pedoman di bidang transportasi angkutan sungai dan danau,

5. Menganalisis dan mengevaluasi tingkat kepentingan masing-masing instansi,

6. Menganalisis permasalahan yang dihadapi dalam penyelenggaraan operasional transportasi sungai dan danau sebagai akibat kurangnya koordinasi dan efektifitas pedoman di bidang transportasi sungai dan danau,

7. Menyusun rancangan naskah akademik konsep pedoman di bidang transportasi sungai dan danau,

8. Merumuskan rancangan naskah akademik konsep pedoman di bidang transportasi sungai dan danau, meliputi: a. Pedoman pembangunan pelabuhan sungai dan danau,

Page 3: BAB I PENDAHULUAN - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-091500000000139... · Pedoman pembangunan pelabuhan sungai dan danau, 3 b. Pedoman pengoperasian

3

b. Pedoman pengoperasian pelabuhan sungai dan danau, c. Pedoman perawatan pelabuhan sungai dan danau, d. Pedoman pengusahaan pelabuhan sungai dan danau, e. Pedoman berlalu lintas di alur pelayaran sungai dan danau,

Batasan kegiatan Studi Penyusunan Pedoman di Bidang Transportasi Sungai dan Danau adalah berupa penyusunan konsep pedoman di bidang transportasi sungai dan danau yang efektif, efisien, tepat dan berbasis kinerja serta dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat untuk mendukung kebijaksanaan dalam perencanaan bidang keselamatan transportasi sungai dan danau.

E. Hasil yang Diharapkan

Keluaran (output) dari kegiatan studi ini adalah tersusunnya 5 konsep pedoman di bidang transportasi sungai dan danau sehingga dapat digunakan sebagai acuan dalam kegiatan transportasi di sungai dan danau yang efektif, efisien, tepat dan berbasis kinerja serta dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat untuk mendukung kebijakan di bidang transportasi sungai dan danau.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-091500000000139... · Pedoman pembangunan pelabuhan sungai dan danau, 3 b. Pedoman pengoperasian

4

Page 5: BAB I PENDAHULUAN - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-091500000000139... · Pedoman pembangunan pelabuhan sungai dan danau, 3 b. Pedoman pengoperasian

5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi dan Ketentuan Umum Transportasi Sungai dan Danau

Pada UU 17/2008 Tentang Pelayaran dan KM 73/2004 Tentang Penyelenggaraan Angkutan Sungai dan Danau tercantum beberapa definisi dan ketentuan umum yang perlu dipahami dalam menyusun pedoman di bidang transportasi sungai dan danau, yaitu: 1. Angkutan di Perairan adalah kegiatan mengangkut dan/atau

memindahkan penumpang dan/atau barang dengan menggunakan kapal (pasal 1 (3) UU 17/2008);

2. Angkutan Sungai dan Danau adalah kegiatan angkutan dengan menggunakan kapal yang dilakukan di sungai, danau, waduk, rawa, banjir, kanal dan terusan untuk mengangkut penumpang, barang dan/atau hewan yang diselenggarakan oleh pengusaha angkutan sungai dan danau;

3. Angkutan Sungai dan Danau Khusus adalah kegiatan angkutan sungai dan danau yang dilakukan untuk melayani kepentingan sendiri dalam menunjang usaha pokoknya serta tidak melayani pihak lain;

4. Kapal Sungai dan Danau adalah kapal yang dilengkapi dengan alat penggerak motor atau bukan motor yang digunakan untuk angkutan sungai dan danau;

5. Trayek Angkutan Sungai dan Danau yang selanjutnya dalam ketentuan ini disebut trayek adalah lintasan untuk pelayanan jasa angkutan umum sungai dan danau yang mempunyai asal dan tujuan perjalanan tetap, lintasan tetap dan jadwal tetap maupun tidak berjadwal.

6. Kepelabuhanan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan pelaksanaan fungsi pelabuhan untuk menunjang kelancaran, keamanan, dan ketertiban arus lalu lintas kapal, penumpang dan/atau barang, keselamatan dan keamanan berlayar, tempat perpindahan intra-dan/atau antarmoda serta mendorong perekonomian nasional dan daerah dengan tetap memperhatikan tata ruang wilayah (pasal 1 (14) UU 17/2008);

7. Pelabuhan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan pengusahaan yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, naik turun penumpang, dan/atau bongkar muat barang, berupa terminal dan tempat berlabuh kapal yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra-dan antarmoda transportasi.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-091500000000139... · Pedoman pembangunan pelabuhan sungai dan danau, 3 b. Pedoman pengoperasian

6

8. Rencana Induk Pelabuhan adalah pengaturan ruang pelabuhan berupa peruntukan rencana tata guna tanah dan perairan di Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan pelabuhan.

Angkutan sungai dan danau merupakan salah satu jenis dari Angkutan di Perairan (pasal 6 UU 17/2008). Di mana substansi pokok mengenai pengaturan penyelenggaraan angkutan sungai dan danau dalam pasal 18 s.d 20 UU 17/2008. Untuk dapat melaksanakan kegiatan usaha angkutan sungai dan danau setiap operator harus memiliki (1) izin usaha angkutan sungai dan danau dan (2) izin trayek yang diberikan oleh Bupati/Walikota atau Gubernur atau Menteri sesuai kewenangannya masing-masing (pasal 28 (3, 4) UU 17/2008).

B. Pengembangan Pelabuhan Sungai dan Danau

Pelabuhan sungai dan danau merupakan salah satu jenis pelabuhan (pasal 70 (1) UU 17/2008). Penetapan penggunaan wilayah daratan dan perairan tertentu sebagai lokasi pelabuhan dilakukan oleh Menteri yang disertai dengan Rencana Induk Pelabuhan serta Daerah Lingkungan Kerja (DLKr) dan Daerah Lingkungan Kepentingan (DLKp) pelabuhan (pasal 72 UU 17/2008). Berdasarkan pasal 79 s.d pasal UU 17/2008, maka secara umum terdapat 2 jenis kegiatan di pelabuhan, yaitu kegiatan dan kegiatan pengusahaan. Sesuai pasal 98 UU 17/2008, pemberian izin pembangunan dan izin pengoperasian pelabuhan sungai dan danau dilakukan oleh bupati/walikota.

1. Rencana Induk Pelabuhan

Di dalam infrastruktur angutan sungai dan danau terdapat pula pelabuhan tempat bersandar kapal-kapal angkutan sungai dan danau. Untuk memahami gambaran mengenai pelabuhan sungai dan danau perlu diketahui prinsip-prinsip yang ada di Rencana Induk Pelabuhan sesuai dengan KM (Keputusan Menteri) No.61 tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan Penyeberangan (pasal 6).

2. Klasifikasi Pelabuhan Sungai dan Danau

Klasifikasi Pelabuhan sesuai dengan Keputusan Menteri Perhubungan No.61 tahun 2009 tentang Tatanan Kepelabuhanan. Klasifikasi pelabuhan ditetapkan dengan memperhatikan: a. Fasilitas pelabuhan yang terdiri dan fasilitas pokok dan fasilitas

penunjang, b. Volume operasional pelabuhan, c. Peran dan fungsi pelabuhan.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-091500000000139... · Pedoman pembangunan pelabuhan sungai dan danau, 3 b. Pedoman pengoperasian

7

C. Pengoperasian Pelabuhan Sungai dan Danau

1. Penyelenggaraan Angkutan Sungai dan Danau

Sesuai pasal 14 PP 82/1999 dan Kepmen 73/2004, Penyelenggaraan angkutan sungai dan danau dilakukan: a. oleh perusahaan angkutan sungai dan danau; b. dengan menggunakan kapal berbendera Indonesia yang

memenuhi persyaratan kelaikan dan diperuntukkan bagi angkutan sungai dan danau; dan di wilayah operasi perairan daratan.

Wilayah operasi angkutan sungai dan danau meliputi sungai, danau, waduk, rawa, banjir kanal dan terusan. Dalam penyelenggaraan angkutan sungai dan danau harus memperhatikian keselamatan dan keamanan pelayaran meliputi keselamatan dan keamanan angkutan di (1) perairan, (2) pelabuhan, serta (3) perlindungan lingkungan maritim (pasal 116 (1) UU 17/2008). Adapun pengertian dari masing-masing elemen keselamatan dan keamanan pelayaran tersebut adalah sebagai berikut: a. Keselamatan dan keamanan angkutan perairan yaitu kondisi

terpenuhinya persyaratan: (a) kelaiklautan kapal yang ditunjukkan melalui sertifikat dan surat kapal, dan (b) kenavigasian (pasal 117, 118 UU 17/2008);

b. Keselamatan dan keamanan pelabuhan yaitu kondisi terpenuhinya manajemen keselamatan dan sistem pengamanan fasilitas pelabuhan meliputi: (a) prosedur pengamanan fasilitas pelabuhan, (b) sarana dan prasarana pengamanan pelabuhan, (c) sistem komunikasi, dan (d) personel pengaman (pasal 121 UU 17/2008);

c. Perlindungan lingkungan maritim yaitu kondisi terpenuhinya prosedur dan persyaratan pencegahan dan penanggulangan pencemaran dari kegiatan: (a) kepelabuhanan, (b) pengoperasian kapal, (c) pengangkutan limbah, bahan berbahaya, dan beracun di perairan, (d) pembuangan limbah di perairan, dan (e) penutuhan kapal (pasal 123 UU 17/2008).

2. Persyaratan Operasional Angkutan Sungai dan Danau

Setiap kapal yang melayani angkutan sungai dan danau, wajib memenuhi persyaratan pasal 4 KM 73/2004. Selain itu, semua kapal angkutan sungai dan danau wajib memenuhi persyaratan seperti disampaikan pada pasal 5 dan 6 KM 73/2004.

D. Pemeliharaan Kepelabuhanan

Sesuai PP No.61 tahun 2009 tentang kepelabuhan, pada pasal 44 ayat 4 disebutkan; dalam kondisi tertentu pemeliharaan kolam pelabuhan dan

Page 8: BAB I PENDAHULUAN - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-091500000000139... · Pedoman pembangunan pelabuhan sungai dan danau, 3 b. Pedoman pengoperasian

8

alur-pelayaran dapat dilaksanakan oleh pengelola terminal untuk kepentingan sendiri yang dituangkan dalam perjanjian konsesi untuk kelancaran operasional atau olah gerak kapal. Pemeliharaan kolam pelabuhan dilakukan secara berkala agar tetap berfungsi. Pada pasal 55 PP No.61 tahun2009 disebutkan pemeliharaan alur-pelayaran yang dilakukan oleh Otoritas Pelabuhan dan Unit Penyelenggara Pelabuhan Pasal 44 dilakukan agar perjalanan kapal keluar dari atau masuk ke pelabuhan berlangsung dengan lancar. Pemeliharaan alur-pelayaran di pelabuhan dilakukan secara berkala agar tetap berfungsi. Dalam PP No.61 tahun 2009 pasal 63 pemeliharaan fasilitas pelabuhan dilakukan sesuai dengan Rencana Induk Pelabuhan. pemeliharaan fasilitas pelabuhan, penerapannya didasarkan pada rencana desain konstruksi untuk fasilitas pokok dan fasilitas penunjang.

1. Perlindungan Lingkungan Perairan

Sesuai pasal 226 UU 17/2008, maka penyelenggaraan perlindungan lingkungan Perairan dilakukan oleh Pemerintah melalui: a. pencegahan dan penanggulangan pencemaran dari pengoperasian

kapal; b. pencegahan dan penanggulangan pencemaran dari kegiatan

kepelabuhanan; c. pembuangan limbah di perairan dan penutuhan kapal.

2. Pengerukan dan Reklamasi

Untuk membangun dan memelihara alur-pelayaran dan kolam pelabuhan serta kepentingan lainnya (misalnya: pembangunan pelabuhan, penahan gelombang, penambangan, dlsb) dapat dilakukan pekerjaan pengerukan (pasal 99 PP 5/2010). Pelaksanaan pekerjaan pengerukan tersebut wajib memenuhi persyaratan teknis yang meliputi:

a. keselamatan dan keamanan berlayar; b. kelestarian lingkungan; c. tata ruang perairan; dan d. tata pengairan khusus untuk pekerjaan di sungai dan danau.

Pekerjaan pengerukan di alur-pelayaran sungai dan danau harus mendapat izin dari: Menteri untuk pekerjaan pengerukan di alur-pelayaran Kelas I, gubernur untuk pekerjaan pengerukan di alur-pelayaran Kelas II, dan bupati/walikota untuk pekerjaan pengerukan di alurpelayaran Kelas III (pasal 101 PP 5/2010). Untuk membangun pelabuhan dan terminal khusus yang berada di perairan dapat dilaksanakan pekerjaan reklamasi (pasal 103 (1) PP

Page 9: BAB I PENDAHULUAN - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-091500000000139... · Pedoman pembangunan pelabuhan sungai dan danau, 3 b. Pedoman pengoperasian

9

5/2010). Pelaksanaan pekerjaan reklamasi tersebut harus memenuhi persyaratan teknis yang meliputi (pasal 103 (4) PP 5/2010):

a. kesesuaian dengan Rencana Induk Pelabuhan bagi kegiatan reklamasi yang lokasinya berada di dalam daerah lingkungan kerja dan daerah lingkungan kepentingan pelabuhan atau rencana umum tata ruang wilayah kabupaten/kota yang bersangkutan bagi kegiatan pembangunan terminal khusus;

b. keselamatan dan keamanan berlayar; c. kelestarian lingkungan; dan d. desain teknis.

E. Pengusahaan Pelabuhan Sungai dan Danau

1. Penyelenggaraan Angkutan Barang Dan/Atau Hewan

Ketentuan umum mengenai penyelenggaraan angkutan barang dan/atau hewan adalah sebagai berikut: a. Pengangkutan barang dan/atau hewan tidak dibatasi trayeknya,

yang dimulai dari tempat pemuatan sampai ke tempat tujuan pembongkaran (ps 18 KM 73/2004);

b. Pengangkutan barang dan/atau hewan dilakukan dengan menggunakan kapal berbendera Indonesia (ps 19 KM 73/2004);

c. Pengangkutan barang dan/atau hewan terdiri dari: (a) barang umum dan/atau hewan, dan (b) barang khusus dan bahan berbahaya (ps 20 KM 73/2004).

Angkutan sungai dan danau khusus ini dapat dilakukan oleh badan hukum Indonesia yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT), Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), Koperasi atau perorangan Warga Negara Indonesia.

2. Perizinan Angkutan Sungai dan Danau

Terdapat sejumlah perizinan yang harus dipenuhi oleh pengusaha untuk dapat melakukan kegiatan angkutan sungai dan danau, diantaranya: a. Izin usaha angkutan b. Prosedur perolehan izin usaha angkutan

3. Persetujuan Pengoperasian Kapal

Sesuai ketentuan pasal 43 KM 73/2004, untuk dapat mengoperasikan kapal pada trayek yang telah ditetapkan, maka pengusaha yang telah mendapatkan izin usaha angkutan harus mengajukan permohonan persetujuan pengoperasian kapal angkutan sungai dan danau yang diberikan untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-091500000000139... · Pedoman pembangunan pelabuhan sungai dan danau, 3 b. Pedoman pengoperasian

10

Adapun prosedur untuk mendapatkan persetujuan pengoperasian kapal sesuai ketentuan pada pasal 43, 44 KM 73/2004.

F. Lalu-lintas di Sungai dan Danau

1. Jaringan Transportasi Sungai dan Danau

Pada pasal 2 KM 73/2004 disampaikan bahwa penetapan trayek dilakukan dengan memperhatikan pengembangan wilayah potensi angkutan dan jaringan jalan dan/atau jaringan jalur kereta api yang tersusun dalam satu kesatuan tatanan transportasi nasional. Selanjutnya, untuk pelayanan angkutan sungai dan danau dalam trayek tetap dan teratur diatur pada pasal 12 (1,2) KM 73/2004. Selanjutnya penetapan jaringan trayek angkutan sungai dan danau tersebut dilakukan dengan pertimbangan menurut KM 73/2004. Sedangkan untuk angkutan tidak dalam trayek yang tetap dan teratur (untuk penumpang, barang, dan hewan) dapat dilakukan dengan cara sewa/charter. Pelaksanaannya tidak dibatasi dalam trayek. Termasuk di dalamnya adalah angkutan wisata. (pasal 15 dan 16 KM 73/2004).

2. Lingkup Kegiatan Lalu-lintas Sungai dan Danau

Lingkup kegiatan suatu sistem lalu-lintas akan terkait dengan obyek yang dikelola, subyek pengelola, dan lokasi dari pelaksanaan lalu lintas tersebut. Hal yang paling penting untuk diperhatikan dalam menyusun pedoman di bidang transportasi sungai dan danau tersebut adalah dengan menyediakan penjelasan sedetail-detailnya mengenai wewenang, tugas, dan tanggung jawab dari setiap pihak terkait berikut dengan sistem organisasinya serta tata cara serta prosedur dalam melaksanakan kegiatan atau peran yang menjadi tanggung jawabnya. Kondisi penting lainnya yang harus diperhatikan adalah bahwa untuk melaksanakan kebijakan manajemen lalu lintas di suatu sungai dan danau, harus dengan sangat spesifik diketahui mengenai karakteristik sarana, prasarana, serta alur pelayaran yang ada, sehingga kebijakan pengaturan yang ditetapkan sesuai dengan kebutuhan pengaturan yang ada di lapangan.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-091500000000139... · Pedoman pembangunan pelabuhan sungai dan danau, 3 b. Pedoman pengoperasian

11

3. Benchmarking Regulasi Manajemen Lalu-lintas Sungai dan Danau di Negara Lain

Pada beberapa sub bab berikut disampaikan perbandingan regulasi manajemen lalu lintas sungai dan danau (atau sering disebut sebagai inland-waterway) yang diaplikasi di beberapa negara. a.

Regulasi mengenai manajemen lalu lintas sungai dan danau di AS diatur dalam US Federal Waterway Regulation Title 33 CFR 161 - Vessel Traffic Management.

Regulasi manajemen lalu lintas sungai dan danau di Amerika Serikat

b.

Karena di UE banyak terdapat aliran sungai yang lintas negara maka dibentuklah Inland Transport Committee yang mengeluarkan beberapa regulasi. Adapun regulasi pokok yang sangat terkait dengan kegiatan ini adalah (1) Resolution No. 24 CEVNI-European Code for Inland Waterways (TRANS/SC.3/115/Rev.2), (2) Resolution No. 58 Guidelines And Criteria For Vessel Traffic Services On Inland Waterways (TRANS/SC.3/166).

Regulasi manajemen lalu lintas sungai dan danau di Uni Eropa (UE)

4. Lalu-lintas Sungai dan Danau Dalam PP 5/2010 Tentang Kenavigasian

Pada dasarnya manajemen lalu lintas sungai dan danau merupakan bagian dari sistem navigasi yang secara umum bertujuan untuk menciptakan kelancaran dan keselamatan lalu lintas kapal di alur pelayaran sungai dan danau. Pengaturan mengenai sistem kenavigasian di Indonesia disampaikan pada PP 5/2010 tentang Kenavigasian. Dalam PP 5/2010 ini secara umum dibahas mengenai navigasi di seluruh perairan, baik laut maupun sungai dan danau, namun jika dilihat substansinya, sebagian besar mengatur mengenai kenavigasian di perairan laut, sedangka pembahasan untuk lalu lintas sungai dan danau relatif terbatas. Sehingga dalam kegiatan ini diharapkan beberapa hal yang belum diatur detail untuk kenavigasian di alur pelayaran sungai dan danau perlu dikaji dan disampaikan aturannya dalam rancangan peraturan menteri yang akan disusun.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-091500000000139... · Pedoman pembangunan pelabuhan sungai dan danau, 3 b. Pedoman pengoperasian

12

a. Tujuan dan ruang lingkup kenavigasian b. Alur dan perlintasan c. Sarana bantu navigasi pelayaran d. Fasilitas alur pelayaran sungai dan danau e. Telekomunikasi pelayaran f. Bangunan atau instalasi di perairan

5. Faktor-Faktor Sebagai Pertimbangan Berlalu-lintas di Sungai dan Danau

Dalam penyusunan pedoman di bidang trasnportasi sungai dan danau sebaiknya memperhatikan beberapa hal seperti berikut : a. Faktor–faktor kontribusi terhadap keselamatan pelayaran kapal

angkut kendaraan dan penumpang (Mathiesen, 1990). b. Legalitas Keselamatan Kapal Niaga

Aspek keselamatan kapal niaga diatur oleh Konvensi Internasional yaitu Konvensi SOLAS (Safety of Life at Sea) 1974 beserta amandemennya yang telah diratifikasi oleh Indonesia melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor. 65/1980 Tahun 1980 Tentang RATIFIKASI SOLAS 1974. Sedangkan pengawakan dan dinas jaga kapal niaga diatur oleh Konvensi Internasional yaitu Konvensi STCW (Standard Training, Certification, and Watchkeeping) 1978 beserta amandemennya yang telah diratifikasi oleh Indonesia melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 60/1986 Tahun 1986 tentang RATIFIKASI STCW 1978.

c. Proses Terjadinya Kecelakaan Proses terjadinya kecelakaan merupakan sebuah proses yang melibatkan beberapa lapisan menggunakan model reason (1990).

Page 13: BAB I PENDAHULUAN - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-091500000000139... · Pedoman pembangunan pelabuhan sungai dan danau, 3 b. Pedoman pengoperasian

13

BAB III METODE PENELITIAN

A. Metode Pelaksanaan

Kegiatan studi penyusunan pedoman di bidang transportasi sungai dan danau dilaksanakan melalui survei di lapangan dalam pengumpulan data primer dan sekunder sesuai dengan lokasi survei dan diskusi interaktif dengan pakar di bidang transportasi sungai dan danau baik di pusat maupun di daerah. Diharapakan dengan survei langsung di lapangan, maka akan mendapatkan data primer yang sebenarnya. Ditambah lagi dengan adanya diskusi dengan pakar, sehingga data yang dihasilkan diharapkan memenuhi target (lihat Gambar 3.1).

B. Lokasi dan Waktu

Penyusunan pedoman di bidang transportasi sungai dan danau dipandang perlu dilaksanakan untuk mewujudkan transportasi sungai dan danau yang selamat, aman, cepat, lancar, tertib dan teratur, nyaman dan efisien dengan pedoman yang benar dan harmonis. Studi penyusunan pedoman di bidang transportasi sungai dan danau dilaksanakan di Jakarta. Namun untuk survei lapangan, disesuaikan dengan lapangan yang telah disepakati sebelumnya. Lokasi survei kegiatan ini dilakukan di Medan, Palembang, Banjarmasin, Palangkaraya, Pontianak, Samarinda, Jayapura dan Merauke serta tranportasi di luar negeri seperti Sungai Chao di Bangkok, Thailand. Jangka waktu pelaksanana pekerjaan Studi penyusunan pedoman di bidang transportasi sungai dan danau adalah selama 7 (tujuh) bulan.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-091500000000139... · Pedoman pembangunan pelabuhan sungai dan danau, 3 b. Pedoman pengoperasian

14

Gambar 3.1 Bagan Alir Pekerjaan

Page 15: BAB I PENDAHULUAN - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-091500000000139... · Pedoman pembangunan pelabuhan sungai dan danau, 3 b. Pedoman pengoperasian

15

C. Pendekatan Pelaksanaan Pekerjaan

Pendefinisian Kata Kunci

Sesuai judul dari pekerjaan ini, maka pada dasarnya terdapat beberapa kata kunci yang harus dipahami dalam konteks pekerjaan ini, yaitu: a. Pedoman adalah acuan yang bersifat umum yang harus

dijabarkan lebih lanjut dan dapat disesuaikan dengan karakteristik dan kemampuan daerah setempat (PP 25/2000)

b. Angkutan Sungai dan Danau adalah kegiatan angkutan dengan menggunakan kapal yang dilakukan di sungai, danau, waduk, rawa, banjir kanal, dan terusan untuk mengangkut penumpang dan/atau barang yang diselenggarakan oleh perusahaan angkutan sungai dan danau (pasal 1 (14 PP 61/2009 tentang Kepelabuhanan)

Artinya, yang dibuat dalam kegiatan ini adalah suatu pedoman terkait dengan kegiatan kepelabuhanan dan lalu lintas di sungai dan danau, di mana substansinya berkenaan dengan metoda-metoda (prosedur dan tata kerja) dalam mengelola pelabuhan dan arus lalu lintas kapal di suatu alur pelayaran sungai dan danau.

D. Prosedur Pelaksanaan Analisis

1. Metoda Penyelesaian Ruang Lingkup Pekerjaan

Sesuai KAK Butir 2.2 terdapat 8 batasan/lingkup kegiatan yang diembankan kepada konsultan untuk dilaksanakan yang secara umum dapat dikelompokkan sebagai: (1) Pengumpulan data untuk kegiatan ini dilakukan di Medan, Palembang, Banjarmasin, Palangkaraya, Pontianak, Samarinda, Jayapura dan Merauke serta tranportasi di luar negeri seperti Sungai Chao di Bangkok, Thailand (2) Inventarisasi kegiatan-kegiatan bidang transportasi sungai dan danau yang terkait dengan instansi lain, (3) Inventarisasi kebijakan pengembangan transportasi sungai dan danau di masing-masing instansi terkait, (4) Inventarisasi dan mengevaluasi pedoman di bidang transportasi angkutan sungai dan danau, (5) Menganalisis dan mengevaluasi tingkat kepentingan masing-masing instansi, (6) Menganalisis permasalahan yang dihadapi dalam penyelenggaraan operasional transportasi sungai dan danau sebagai akibat kurangnya koordinasi dan efektifitas pedoman di bidang transportasi sungai dan danau, (7) Menyusun rancangan naskah akademik konsep pedoman di bidang transportasi sungai dan danau, dan (8) Merumuskan rancangan naskah akadernik konsep Pedoman di bidang transportasi sungai dan danau.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-091500000000139... · Pedoman pembangunan pelabuhan sungai dan danau, 3 b. Pedoman pengoperasian

16

2. Tahapan pelaksanaan analisis (framework of analysis)

Berdasarkan hasil pemetaan terhadap lingkup kegiatan serta metoda penyelesaian yang diusulkan, maka dapat disusun suatu bagan alir kerangka kerja (framework) pelaksanaan analisis yang akan dilakukan seperti yang disampaikan pada Gambar 3.2.

Gambar 3.2 Tahapan pelaksanaan analisis (framework of analysis)

E. Metoda Pengumpulan Data

Untuk menyelesaikan seluruh kegiatan pada studi ini sesuai dengan framework of analysis yang telah disusun pada Gambar 3.2 dibutuhkan data-data penunjang. Data-data ini dikumpulkan dengan berbagai metoda pengumpulan data. Namun untuk lebih mengefektifkan waktu dan biaya perlu diidentifikasi terlebih dahulu kebutuhan data yang disesuaikan dengan analisis yang dilakukan. Dari listing kebutuhan data dapat diidentifikasi metoda pengumpulan data yang dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan data tersebut.

SURVEI/PENYIGIAN

Data Pengemb. Pelabuhan SD

• Kondisi eksisting • Rencana induk • Fasilitas • Tata ruang,dsb

Data Perawatan Pelabuhan SD

• Pelabuhan • Alur pelayaran • Fasilitas alur • Fasilitas Dermaga

Data Operasional Pelabuhan SD

• Volume lalu lintas • Jumlah Kapal • Fasilitas dermaga • Kriteria kinerja,dsb

Data lalulintas kapal SD

• Volume lalu lintas • Asal-tujuan • Alur lalu-lintas • Rambu Navigasi

ANALISIS

PENGELOLAAN ANALISIS

KEWENANGAN

Data Pengusahaan Pelabuhan SD

• Trayek kapal • Jumlah Kapal • Tarif Kapal • Dsb.

ANALISIS SISTEM LALULINTAS

GAP ANALYSIS

Analisis kegiatan di bidang transportasi sungai dan danau

• Pemenuhan kriteria/ standar teknis • Pelaksanaan prosedur perencanaan,

pembangunan, pengoperasian, perawatan dan pengusahaan

• Indikator kinerja sistem lalu lintas

PERUMUSAN

Draft produk legal

• Naskah akademis • Draft pedoman di bidang

transportasi sungai&danau

Page 17: BAB I PENDAHULUAN - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-091500000000139... · Pedoman pembangunan pelabuhan sungai dan danau, 3 b. Pedoman pengoperasian

17

1. Data-Data yang Dibutuhkan

Jenis data dan sumber potensial untuk setiap data yang dibutuhkan untuk kegiatan ini disampaikan pada Tabel 3.1. Data yang dibutuhkan dikelompokkan sesuai dengan karakteristiknya seperti data dokumen perencanaan, peraturan terkait, data dan informasi lapangan, literatur/studi terdahulu

Tabel 3.1 Jenis data yang dibutuhkan dan potensi sumbernya

No Kelompok Data Jenis Data Sumber Potensial 1. Data

pembangunan pelabuhan sungai dan danau

1.a Data statistik sosial ekonomi 1.b Dokumen tata ruang (RTRW) 1.c Data pelabuhan eksisting 1.d Data rencana induk pelabuhan 1.e Data fasilitas pelabuhan, dsb.

- BPS - Bappeda/Bappenas - Dept/dinas Perhubungan - PT. Indonesia Ferry

2. Data pengoperasian pelabuhan sungai

2.a Jaringan trayek angkutan SD 2.b Volume lalulintas kapal SD 2.c Fasilitas dermaga 2.d Kinerja pelayanan, dsb.

- Dept/dinas Perhubungan - Operator angkutan - Survei wawancara - Survei lapangan

3. Data terkait perawatan pelabuhan sungai dan danau

3.a Kondisi pelabuhan dan perwatannya 3.b Kondisi alur pelayaran dan perwatannya 3.c Penyediaan fasilitas alur 3.d Fasilitas Dermaga dan perwatannya, dsb.

- Dept/dinas Perhubungan - Operator angkutan - Survei lapangan

4. Data terkait pengusahaan pelabuhan sungai dan danau

4.a Jaringan trayek angkutan SD 4.b Jumlah dan kualifikasi kapal 4.c Sistem/tata kerja/SOP 4.d Data tarif kapal, dsb.

- Dept/dinas Perhubungan - Operator angkutan - Survei wawancara - Survei lapangan

5 Data berlalu lintas di alur pelayaran Sungai dan danau

5.a Volume lalulintas kapal SD 5.b Asal-Tujuan angkutan SD 5.c Alur Lalu-lintas kapal 5.d Rambu Navigasi, dsb.

- Dept/dinas Perhubungan - Operator angkutan - Survei wawancara - Survei lapangan

Selain data-data diatas yang terkait dengan transportasi di sungai dan danau juga diperlukan beberapa data pendukung (data sekunder) sebagai referensi seperti berikut: a. Data regulasi yang ada (UU, PP dan Kepmen), b. Standar-standar internasional yang terkait.

Survei lapangan dilakukan pada lokasi yang telah ditentukan dengan metodologi survei adalah pengamatan lapangan dan wawancara mendalam dengan pihak-pihak yang berkompeten dalam penyelenggaraan Angkutan Sungai dan Danau di lapangan.

2. Metoda Survei Yang Digunakan

Untuk mempermudah proses mendapatkan data yang dibutuhkan di atas, maka perlu disusun suatu metoda pengumpulan data yang

Page 18: BAB I PENDAHULUAN - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-091500000000139... · Pedoman pembangunan pelabuhan sungai dan danau, 3 b. Pedoman pengoperasian

18

komprehensif dan terstruktur sehingga dapat memanfaatkan waktu yang disediakan sesuai arahan dalam KAK. Untuk itu dalam kegiatan ini digunakan sejumlah metoda survei sebagai berikut: a. Survei data sekunder (instansional) b. Survei primer (lapangan) c. Survei wawancara/kuisioner stakeholders

F. Tata Cara Penyusunan Pedoman

1. Perumusan Pedoman

Prinsip dasar yang harus diterapkan dalam proses perumusan pedoman: a. transparansi dan keterbukaan b. konsensus dan tidak memihak c. efektif dan relevan d. koheren e. dimensi pengembangan

Perumusan pedoman harus memperhatikan sejumlah ketentuan sebagai berikut. a. Tidak dimaksudkan atau berpotensi menimbulkan hambatan

perdagangan yang berlebihan atau yang tidak diperlukan. b. Sedapat mungkin harmonis dengan standar internasional yang

telah ada (mengadopsisatu standar internasional yang relevan) sejauh ketentuan tersebut memenuhi kebutuhan dan obyektif yang ingin dicapai serta sesuai dengan faktor-faktor kondisi klimatik, lingkungan, geologi dan geografis, kemampuan teknologi serta kondisi nasional yang spesifik lainnya.

c. Apabila tidak mengacu pada satu standar internasional yang relevan (ada beberapa standar yang digunakan) maka harus dilakukan validasi terhadap hasil rumusan tersebut.

d. Ketentuan sejauh mungkin menyangkut pengaturan kinerja dan menghindarkan ketentuan yang menyangkut pengaturan cara pencapaian kinerja (bersifat preskriptif).

2. Ketentuan Teknis Dalam Perumusan Pedoman

Perumusan pedoman perlu memperhatikan sejumlah aspek di bawah ini. a. Satuan ukuran yang dipergunakan adalah Satuan Sistem

Internasional sesuai SNI 19-2746, Satuan sistem internasional. b. Ketentuan tentang pelaksanaan penilaian kesesuaian terhadap

persyaratan, pedoman, karakteristik, dan ketentuan teknis lain sebaiknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1) cara pengambilan contoh termasuk pemilihan contoh dan

metode pengambilannya;

Page 19: BAB I PENDAHULUAN - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-091500000000139... · Pedoman pembangunan pelabuhan sungai dan danau, 3 b. Pedoman pengoperasian

19

2) batas dan toleransi untuk parameter pengukuran; 3) urutan pengujian apabila mempengaruhi hasil pengujian; 4) jumlah spesimen yang perlu diuji; 5) metode dan jenis pengujian parameter yang tepat, benar,

konsisten dan tervalidasi; 6) spesifikasi yang jelas dari peralatan pengujian yang tidak

dapat diperoleh secara komersial (customized product). c. Metode pengujian sejauh mungkin mengacu metode pengujian

yang baku, baik yang telah ditetapkan dalam SNI, standar internasional, atau standar lain yang telah umum dipergunakan. Apabila metode uji yang dipergunakan bukan metode uji baku, metode tersebut harus divalidasi oleh laboratorium yang kompeten.

3. Adopsi Standar Internasional dan Publikasi Internasional

Standar secara umum mencerminkan pengalaman terbaik dari industri, para peneliti, konsumen, dan regulator secara menyeluruh, dan mencakup kebutuhan berbagai negara, maka standar merupakan salah satu unsur penting dalam penghapusan hambatan teknis dalam perdagangan. Hal ini dinyatakan secara eksplisit dalam Perjanjian TBT-WTO (WTO-TBT Agreement). a. Metode Adopsi

1) Beberapa metode adopsi Standar ISO/IEC mempunyai tingkat kesetaraan identik atau modifikasi

2) Setiap pedoman yang mengadopsi standar ISO/IEC dengan metode apapun harus menjamin bahwa identitas standar ISO/IEC dinyatakan dengan jelas.

3) Jika pedoman mengadopsi standar ISO/IEC, seluruh amandemen yang ada dan ralat teknis dari standar ISO/IEC harus tercakup dalam pedoman tersebut. Amandemen dan ralat teknis yang dipublikasikan setelah pengadopsian standar ISO/IEC harus diadopsi sesegera mungkin.

4) Dengan berkembangnya standar dalam bentuk elektronik, mungkin diperlukan metoda adopsi baru atau penggabungan beberapa metoda yang ditetapkan oleh BSN yang tidak tercakup dalam pedoman ini.

G. Metoda Perumusan Naskah Akademis dan Draft Pedoman

1. Metoda Perumusan Naskah Akademis

Perumusan naskah akademis akan mengikuti prosedur yang ada dalam Perpres Nomor 68 Tahun 2005 dan Keputusan Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional Nomor G-159.PR.09.10 Tahun 1994

Page 20: BAB I PENDAHULUAN - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-091500000000139... · Pedoman pembangunan pelabuhan sungai dan danau, 3 b. Pedoman pengoperasian

20

tentang Petunjuk Teknis Penyusunan Naskah Akademik Peraturan Perundang-undangan. Adapun hasilnya akan berupa suatu dokumen naskah akademis yang berisi beberapa substansi, isi dan muatan dari naskah akademis yang mengatur secara legal dan akademis serta implementable.

2. Metoda Perumusan Draft Pedoman

Penulisan draft pedoman akan meningkuti peraturan yang berlaku di lingkungan Departemen Perhubungan dimana substansinya akan terdiri dari:

a. Dasar hukum penetapan peraturan: terkait dengan sejumlah peraturan perundangan yang dirujuk dalam peraturan;

b. Definisi-definisi: beberapa definisi penting yang harus diperhatikan dalam peraturan yang dijadikan sebagai acuan pengertian dalam ketentuan selanjutnya;

c. Ketentuan pokok: berisi mengenai pokok-pokok pengaturan yang dimuat dalam peraturan;

d. Ketentuan peralihan: berisi mengenai konsekuensi legal dari pengaturan ini terhadap kondisi eksisting maupun pengaturan yang telah ada;

e. Ketentuan penutup: berisi mengenai pemberlakukan dari peraturan ini.

Penyusunan pedoman ini, khususnya mengenai metoda-metoda dan prosedur di bidang transportasi sungai dan danau akan mengikuti tatacara penyusunan Pedoman yang ditetapkan oleh BSN.

Page 21: BAB I PENDAHULUAN - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-091500000000139... · Pedoman pembangunan pelabuhan sungai dan danau, 3 b. Pedoman pengoperasian

21

BAB IV HASIL SURVEI LOKASI STUDI

Pada bab ini disampaikan kondisi di transportasi sungai dan danau di lokasi studi yang telah disepakati, diantaranya: Medan, Palembang, Banjarmasin, Palangkaraya, Merauke dan Jayapura.

A. Medan

Gambaran Umum Wilayah

Lokasi studi di Medan yang dimaksud dalam studi ini adalah Transportasi Sungai dan Danau di Danau Toba Provinsi Sumatera Utara. Danau Toba secara adsministrasi terletak sebagian di Kabupaten Toba Samosir dan sebagian di Kabupaten Samosir. Kabupaten Toba Samosir berada pada 2º.27' - 2º.47' Lintang Utara dan 98º.35' - 98º.44' Bujur Timur, Kabupaten Toba Samosir memiliki luas wilayah 2.021,8 Km2. Kabupaten Toba Samosir berada diantara lima kabupaten yaitu sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Simalungun, sebelah Timur berbatasan dengan Labuhan Batu dan Asahan, sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Utara serta sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Samosir. Kabupaten Toba Samosir terletak pada wilayah dataran tinggi, dengan ketinggian antara 900 - 2.200 meter di atas permukaan laut, dengan topografi dan kontur tanah yang beraneka ragam, yaitu datar, landai, miring dan terjal. Struktur tanahnya labil dan berada pada wilayah gempa tektonik dan vulkanik. Sesuai dengan letaknya yang berada di garis khatulistiwa, Kabupaten Toba Samosir tergolong ke dalam daerah beriklim tropis basah dengan suhu berkisar antara 170C - 290

B. Palembang

C dan rata-rata kelembaban udara 85,04 persen. Rata-rata tinggi curah hujan yang terjadi di Kabupaten Toba Samosir per bulan tahun 2007 berdasarkan data pada 3 stasiun pengamatan sebesar 155 mm dengan jumlah hari hujan sebanyak 14 hari.

Gambaran Umum Wilayah

Sungai Musi adalah sebuah sungai yang terletak di Palembang provinsi Sumatra Selatan, Indonesia. Palembang sendiri merupakan salah satu kota metropolitan di Indonesia yang secara geografis terletak antara 2o 52′ sampai 3o 5′ Lintang Selatan dan 104o 37′ sampai 104o 52′ Bujur Timur dengan ketinggian rata-rata 8 meter dari permukaan air laut.

Page 22: BAB I PENDAHULUAN - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-091500000000139... · Pedoman pembangunan pelabuhan sungai dan danau, 3 b. Pedoman pengoperasian

22

Dari segi kondisi hidrologi, Kota Palembang terbelah oleh Sungai Musi menjadi dua bagian besar disebut Seberang Ulu dan Seberang Ilir. Kota Palembang mempunyai 108 anak sungai. Terdapat 4 sungai besar yang melintasi Kota Palembang. Sungai Musi adalah sungai terbesar dengan lebar rata-rata 504 meter (lebar terpanjang 1.350 meter berada disekitar Pulau Kemaro, dan lebar terpendek 250 meter berlokasi di sekitar Jembatan Musi II). Ketiga sungai besar lainnya adalah Sungai Komering dengan lebar rata-rata 236 meter; Sungai Ogan dengan lebar rata-rata 211 meter, dan Sungai Keramasan dengan lebar rata-rata 103 meter. Disamping sungai-sungai besar tersebut terdapat sungai-sungai kecil lainnya terletak di Seberang Ilir yang berfungsi sebagai drainase perkotaan (terdapat ± 68 anak sungai aktif). Sungai-sungai kecil tersebut memiliki lebar berkisar antara 3 – 20 meter. Pada aliran sungai-sungai tersebut ada yang dibangun kolam retensi, sehingga menjadi bagian dari sempadan sungai. Permukaan air Sungai Musi sangat dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Pada musim kemarau terjadi penurunan debit sungai, sehingga permukaan air Sungai Musi mencapai ketinggian yang minimum.

C. Banjarmasin

Gambaran Umum Wilayah

Propinsi Kalimantan Selatan secara geografis terletak diantara 114 19’ 13” – 116 33’ 28” bujur timur dan 1 21’ 49” – 4 10’ 14” lintang selatan. Secara administratif propinsi Kalimantan selatan terletak dibagian selatan Pulang Kalimantan Berdasarkan letak tersebut, luas wilayah Propinsi Kalimantan Selatan hanya 6,98 % dari luas Pulang Kalimantan secara keseluruhan. Secara administratif wilayah Propinsi Kalimantan Selatan dengan ibukota Banjarmasin meliputi 11 Kabupaten dan 2 Kota, kabupaten terbaru adalah kabupaten Tanah Bumbu (pecahan Kabupaten Kotabaru) dan Kabupaten Belangan (pecahan Kabupaten Hulu Sungai Utara. Beberapa dermaga yang terhubung dengan Banjarmasin adalah :

a. Dermaga Amandit / Pasar Burung b. Dermaga Ujung Murung c. Dermaga Taman Sari / Antasari d. Dermaga Pasar Baru e. Dermaga Sudirapi / Pasar Lima f. Dermaga Pasar Baru / Pasar Ayam g. Dermaga Banjar Raya h. Dermaga Alalak i. Dermaga Kuin Selatan

Page 23: BAB I PENDAHULUAN - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-091500000000139... · Pedoman pembangunan pelabuhan sungai dan danau, 3 b. Pedoman pengoperasian

23

D. Palangkaraya

Gambaran Umum Wilayah

Secara geografis, Kota Palangka raya terletak pada 6°40’ - 7°20’ BT dan 1°30’ - 2°30’ LS. Wilayah administasi Kota Palangka Raya terdiri dari 5 (lima) wilayah kecamatan yaitu Kecamatan Pahandut, Sebangau, Jekan raya, Bukit Batu, dan Rakupit. Kota Palangka Raya mempunyai luaswilayah 2.678,51 Km2 (267.851 Ha) dibagi ke dalam 5 Kecamatan yaitu: Kecamatan Pahandut, Sebangau, Jekan Raya, Bukit Batu dan Rakumpit denganluas masing-masing 117,25 Km2, 583,50 Km2, 352,62 Km2, 572,00 Km2 dan1.053,14 Km2. Luas wilayah sebesar 2.678,51 Km2

a. Pelabuhan Sungai Danau Mare, Kuala Kapuas

. Pelabuhan yang berada di Palangkaraya adalah :

b. Pelabuhan Sungai Patih Rumbih, Kuala Kapuas

E. Pontianak

Gambaran Umum Wilayah

Pontianak adalah Ibukota Provinsi Kalimantan Barat yang dijuluki ‘Provinsi Seribu Sungai’ karena kondisi geografis yang memiliki ratusan sungai besar dan kecil yang diantaranya dapat dan sering dilayari. Beberapa sungai besar sampai saat ini masih merupakan urat nadi dan jalur utama untuk angkutan daerah pedalaman, walaupun prasarana jalan darat telah dapat menjangkau sebagian besar kecamatan. Sungai besar utama adalah Sungai Kapuas, yang juga merupakan sungai terpanjang di Indonesia (1.086 km) dengan alur sepanjang 942 km yang dapat dilayari. Sungai-sungai besar lain di antaranya adalah Sungai Melawi (417 km), Sungai Pawan (197 km), Sungai Kendawangan (128 km), Sungai Jelai (135 km), Sungai Sekadau (117 km), Sungai Sambas (233 km), dan Sungai Landak (178 km). Kalimantan Barat selain juga memiliki potensi besar dengan dua danau besar yaitu Danau Sentrum dan Danau luar I yang berada di Kabupaten Kapuas Hulu. Danau Sentarum mempunyai luas 117.500 Ha yang kadang-kadang nyaris kering dimusim kemarau, serta Danau Luar I yang mempunyai luas sekitar 5.400 Ha. Kedua danau tersebut berfungsi sebagai tempat pariwisata sehingga dibutuhkan penataan transportasi yang baik.

Page 24: BAB I PENDAHULUAN - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-091500000000139... · Pedoman pembangunan pelabuhan sungai dan danau, 3 b. Pedoman pengoperasian

24

F. Samarinda

Gambaran Umum Wilayah

Kota Samarinda merupakan ibukota Provinsi Kalimatan Timur dan berbatasan langsung dengan Kabupaten Kutai Kertanegara. Luas wilayah Kota Samarinda adalah 718,00 km² dan terletak antara 117º03’00” Bujur Timur dan 117º18’14” Bujur Timur serta diantara 00º19’02” Lintang Selatan dan 00º42’34” Lintang Selatan. Secara administratif, Kota Samarinda terbagi menjadi 6 kecamatan, yaitu Kecamatan Palaran, Samarinda Ilir, Samarinda Seberang, Sungai Kunjang, Samarinda Ulu Dan Samarinda Utara. Sedangkan jumlah desa di Kota Samarinda sebanyak 53 Desa.

G. Jayapura

Gambaran Umum Wilayah

Kabupaten Jayapura terletak di antara 129°00’16”-141°01’47” Bujur Timur dan 2°23’10” Lintang Utara dan 9°15’00” Lintang Selatan. Luas wilayah Kabupaten Jayapura 17.516.60 km2 terbagi dalam 19 distrik, 139 kampung, dan 5 kelurahan. Populasi wilayah tersebut pada 2009 berjumlah 134.604 jiwa dan kepadatan penduduk 6,73 jiwa/km2. Penduduk terbanyak dan terpadat berada di Distrik Sentani, yaitu sebanyak 48.339 jiwa (35,39%) dengan kepadatan 178,75 jiwa/km2 dan penduduk paling sedikit/kepadatan terendah adalah Distrik Airu yaitu sebanyak 1.031 jiwa (1,55%) dengan kepadatan kurang dari 1 jiwa/km2

H. Merauke

. Sungai besar yang melintas di wilayah Kabupaten Jayapura sebanyak 4 buah, sebagian besar muara menuju ke pantai utara (Samudera Pasifik) dan pada umumnya sangat tergantung pada fluktuasi air hujan. Disamping itu terdapat sungai-sungai kecil yang merupakan sumber air permukaan yang mengalir di wilayah ini. Danau yang berada di wilayah Kabupaten Jayapura adalah Danau Sentani seluas 9.630 Ha terdapat di Distrik Sentani, Sentani Timur, Ebungfauw, dan Waibu.

Gambaran Umum Wilayah

Kabupaten Merauke sebagai kabupaten terluas di Provinsi Papua memiliki luas wilayah mencapai 45.071 km2 dan terletak di antara 137˚ - 141˚ BT dan 5˚ - 9˚ LS. Distrik yang paling luas di wilayah ini adalah Kimaam yaitu 14.357 km2 atau 31,85% luas Kabupaten

Page 25: BAB I PENDAHULUAN - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-091500000000139... · Pedoman pembangunan pelabuhan sungai dan danau, 3 b. Pedoman pengoperasian

25

Merauke. Sedangkan distrik terkecil yaitu Jagebob dengan luas 367 km2

I. Kondisi Angkutan Sungai Di Negara Lain

atau 0,81% dari luas Kabupaten Merauke. Topografi Kabupaten Merauke mempunyai kelas ketinggian bervariasi antara 0 sampai dengan 100 meter di atas permukaan laut. Suhu udara rata-rata berkisar pada angka 26,7˚C dengan suhu maksimum 31,0̊C dan suhu minimum 23,2˚C. Hujan rerata di Stasiun Merauke menunjukkan angka 227,7 mm dengan jumlah hari hujan sebanyak 114 hari.

1. Angkutan Sungai di Thailand

Angkutan perairan di Thailand dapat dibedakan menjadi 2 moda: a. Angkutan Sungai (Inland waterway Transportation) dan b. Angkutan Laut (Coastal Transportation)

Angkutan sungai terdiri dari jalur yaitu jalur nasional (domestic transportation) dan jalur lintas Negara (overseas transportation).

Gambar 4.1 Jaringan lintas angkutan Perairan di Thailand

Page 26: BAB I PENDAHULUAN - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-091500000000139... · Pedoman pembangunan pelabuhan sungai dan danau, 3 b. Pedoman pengoperasian

26

Chao Phraya (Thailand : แม่นํ้า เจา้พระยา, RTGS : Maenam Chao Phraya, diucapkan [mɛ ː na ː m tɕâ ː w p ʰ ráʔ.ja ː] atau [tɕâ ː w p ʰ ra.ja ː] , mendengarkan ) adalah besar sungai di Thailand , dengan dataran rendah aluvial yang membentuk pusat dari negara. Sungai Chao Phraya Mengalir melalui Ibukota Bangkok dan berakhir di teluk Thailand. Pada banyak peta Eropa kuno, sungai tersebut bernama Menam atau Mae Nam (Thailand: แม่นํ�า ), Thailand untuk "sungai". Inggris H. Warington Smyth , yang menjabat sebagai Direktur Departemen Pertambangan di Siam from 1891-1896, menyebutnya dalam bukunya pertama kali diterbitkan pada tahun 1898 sebagai "Me Nam Chao Phraya." Thailand kerajaan dan mulia judul Chao Phraya dapat diterjemahkan sebagai " Grand Duke.

Chao Phraya dimulai pada

Dalam bahasa Inggris media di Thailand, nama ini sering diterjemahkan sebagai Sungai Raja.

pertemuan dari Ping dan Nan sungai di Nakhon Sawan (juga disebut Pak Nam Pho) di provinsi Nakhon Sawan. Kemudian mengalir ke selatan untuk 372 kilometer (231 mil) dari dataran pusat ke Bangkok dan Teluk Thailand. Dalam Chainat, sungai terbagi menjadi program utama dan Chin Tha sungai, yang kemudian mengalir sejajar dengan sungai utama dan keluar di Teluk Thailand sekitar 35 kilometer (22 mil) barat Bangkok di Samut Sakhon. Dalam rendah dataran aluvial yang dimulai di bawah bendungan Chainat, kanal kecil ( Khlong ) memisahkan diri dari sungai utama. Khlongs digunakan untuk irigasi sawah di kawasan itu.

2. Teknologi Jembatan di atas Sungai (Water Bridge) Magdeburg

di Jerman

Salah satu contoh angkutan perairan yang dapat disampaikan pada laporan ini adalah contoh angkutan perairan di Jerman, berupa Jembatan Saluran (Water Bridge). Prasarana ini membuktikan besar peran Pemerintah Jerman dalam mengembangkan Angkutan Perairan (Inland Waterways) di negaranya. Jembatan air Magdeburg merupakan jalur lintasan perairan yang menghubungkan Saluran Elbe Haval ke Kanal Mittelland, dan memungkinkan kapal-kapal untuk melintasi Sungai Elbe. Dengan panjang 918 meter, jembatan air ini merupakan jembatan air terpanjang di dunia. Pekerjaan ini menelan biaya sebesar 500 juta Euro (setara 67 Triliun rupiah). Elbe Havel dan Mittelland sebelumnya bertemu di dekat wilayah Magdeburg tetapi pada arah berlawanan dengan Elbe. Sebelum ada jembatan air ini harus menempuh jarak 12 km. Pelaksanaan pembangunan jalur perairan ini telah dirintis dan dimulai pada awal tahun 1930 kemudian karena terjadinya Perang Dunia

Page 27: BAB I PENDAHULUAN - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-091500000000139... · Pedoman pembangunan pelabuhan sungai dan danau, 3 b. Pedoman pengoperasian

27

kedua, pelaksanaannya dihentikan hingga dimulai lagi pelaksanaan pembangunnaya pada tahun 1997. Pekerjaan ini akhirnya selesai dan resmi dibuka pada tahun 2003.

Page 28: BAB I PENDAHULUAN - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-091500000000139... · Pedoman pembangunan pelabuhan sungai dan danau, 3 b. Pedoman pengoperasian

28

Page 29: BAB I PENDAHULUAN - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-091500000000139... · Pedoman pembangunan pelabuhan sungai dan danau, 3 b. Pedoman pengoperasian

29

BAB V PEMBAHASAN

A. Permasalahan Yang Dihadapi Dalam Penyelenggaraan Operasional Transportasi Sungai Dan Danau

Transportasi Sungai dan Danau merupakan angkutan massa yang tidak lepas dari berbagai masalah yang senantiasa mengiringi perkembangan transportasi air tersebut. Beberapa masalah dan kendala dihadapi dalam penyelenggaraan operasional transportasi sungai dan danau. Berikut penjelasan & informasi permasalahan-permasalahan yang di hadapi di beberapa lokasi survei :

1. Medan

Permasalahan yang terjadi di Danau Toba cenderung ke permasalahan lingkungan. Seperti yang disampaikan dalam profil danau Indonesia oleh Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) pada tahun 2006, permasalahan yang muncul di Danau Toba adalah pencemaran air akibat limbah penduduk dan perikanan. Sedangkan yang berpengaruh bagi transportasi danau adalah masalah erosi dan sedimentasi akibat lahan kritis Daerah Tangkapan Air (DTA) Toba, yang akan berimbas pada pendangkalan alur. Selain pemasalahan pendangkalan di Danau Toba. Permasalahan yang lain adalah peningkatan jumlah wisatawan yang berkunjung di areal wisata Danau Toba tidak diimbangi dengan jumlah kapal yang melayani angkutan di Danau Toba itu sendiri. Dan fasilitas pokok dan pendukung di beberapa dermaga tidak terawatt dengan baik, karena terbatasnya alokasi anggaran pembangunan daerah.

2. Palembang

Secara umum permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan transportasi sungai di Palembang terbentur kondisi yang cukup kompleks dan banyaknya pihak yang berkepentingan dan terlibat langsung baik dalam upaya pengelolaan maupu penyelenggaraan transportasi sungai. Factor alam dan manusia menjadi dominan dalam setiap permasalahan transportasi sungai yang ditemui, dan beberapa permasalahan tersebut adalah: a. Adanya pendangkalan alur sungai dengan dasar sungai batuan

keras sehingga sulit untuk dilakukan penggalian (sungai lematang).

Page 30: BAB I PENDAHULUAN - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-091500000000139... · Pedoman pembangunan pelabuhan sungai dan danau, 3 b. Pedoman pengoperasian

30

b. Keberadaan dermaga pada daerah erosi yang terjadi terus menerus dapat menyebabkan keruntuhan bangunan dermaga khususnya tiang-tiang-penyangga dermaga pontoon.

c. Faktor keselamatan dan kenyamanan pengguna angkutan sungai masih diabaikan dengan minimnya fasilitas keamanan pada kapal.

d. Pembagian fungsi kapal sebagai pengangkut penumpang atau barang belum terpenuhi, sehingga kapal barang digunakan juga untuk mengangkut penumpang dan sebaliknya kapal penumpang digunakan juga untuk mengangkut barang.

e. Kontribusi dari angkutan sungai kepada pemerintah daerah yang mengelola masih sangat minim.

3. Pontianak

Permasalahan umum yang dihadapi oleh infrastruktur transportasi sungai di Pontianak hampir sama dengan yang dihadapi transportasi sungai di Kalimantan Barat, permasalahan-permasalahan tersebut diantaranya: a. Kurangnya keterpaduan pembangunan jaringan transportasi

sungai dengan rencana pembangunan daerah; b. Kondisi sarana yang telah berumur tua dan masih terdapat

dermaga yang berlantai kayu; c. Masih rendahnya peran dunia usaha dalam pembangunan dan

pengelolaan angkutan sungai dan danau; d. Masih rendahnya fasilitas keselamatan angkutan sungai dan

danau; e. Perkembangan moda transportasi jalan yang tidak seimbang

dengan transportasi sungai, mengakibatkan perpindahan moda karena biaya yang lebih murah.

Pengurangan kapasitas aliran pada sungai dapat disebabkan oleh erosi. Erosi yang berlebihan terjadi karena tidak adanya vegetasi penutup dan adanya pengolahan tanah. Sedimentasi ini menyebabkan berkurangnya draft kapal yang dapat menggangu kelancaran pelayaran.

4. Palangkaraya

Berikut permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam penyenggaraan transportasi sungai di palangkaraya : a. Alur sungai, banjir / kanal kurang perawatan, banjir macet akibat

sedimentasi; b. Kekurangan fasilitas prasarana sungai seperti rambu sungai

dimana 90 % alur pelayaran tidak ada rambu; c. Dermaga yang ada masih konvensional dan sudah banyak yang

rusak;

Page 31: BAB I PENDAHULUAN - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-091500000000139... · Pedoman pembangunan pelabuhan sungai dan danau, 3 b. Pedoman pengoperasian

31

d. Degradasi hutan di catchment area, sehingga mengakibatkan perbedaan muka air pasang dan surut terlalu tinggi;

e. Peralihan moda sungai ke angkutan darat sehingga meninggalkan peranan sungai;

f. Adanya aktivitas Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI) di sepanjang sungai yang mengakibatkan alur pelayaran sungai sempit, dangkal dan berubah – ubah.

5. Banjarmasin

Karena mudahnya masyarakat untuk memiliki kendaraan bermotor sebagai sarana transportasi darat, menyebabkan kondisi dermaga pelabuhan sungai tidak seramai pada waktu-waktu sebelumnya, menurut penuturan masyarakat disana, kondisi ini terasa setelah tahun 2005. Sedangkan penggunaan moda transportasi sungai digunakan untuk kawasan-kawasan yang masih sulit dijangkau oleh kerdaraan jalan raya seperti Banjarmasin-Tamban, Banjarmasin-Catur dan Banjarmasin-Mangkatif maupun penyeberangan-penyeberangan sungai yang dikelola oleh masyarakat. Selain itu, banyaknya perusahaan-perusahaan yang bergerak dibidang perkayuan yang sudah tidak beroperasi lagi, juga turut mengurangi penggunaan lalu-lintas sungai khususnya untuk penyeberangan masyarakat. Sebelumnya masyarakat yang bekerja di perusahaan-perusahaan tersebut menggunakan jasa angkutan air “taksi klotok” dengan biaya Rp. 3000,00 per orang. Kini, angkutan sungai “taksi klotok” masih beroperasi terbatas untuk jarak dekat dengan penumpang yang tidak terlalu banyak, sementara mata pencaharaian masyarakat yang masih menggunakan jasa taksi klotok lebih terarah pada jasa penyewaan untuk para wisatawan yang hendak menuju pasar apung tradisional seperti yang berada di kawasan Kuin-Alalak dan Lok Baintan. Berdasarkan hasil pengamatan lapangan serta penuturan dari masyarakat sekitar, banyak rambu-rambu sungai yang hilang. Atau tidak ada, seperti di daerah gosong atau dangkal antara Muara Kuin-Alalak-Jelapat-pulau Kembang. Sedangkan Sarana Bantu Navigasi berupa rambu suar untuk membantu navigasi tidak dijumpai. Bahkan untuk membantu pelayaran, masyarakat setempat membuat sarana bantu navigasi sendiri berupa lampu isyarat yang mirip dengan lampu yang biasa digunakan untuk kendaraan ambulan. Hal ini dijumpai di dermaga Muara Kuin dimana banyak aktivitas penyeberangan Muara Kuin-Jelapat masyarakat dengan frekuensi dan muatan yang cukup padat yang melintasi sungai Barito. Masalah pentingnya keberadaan rambu-rambu sungai khususnya di daerah jembatan juga perlu mendapatkan perhatian , meski itu adalah jembatan yang berada diatas sungai-sungai kecil yang ternyata cukup padat untuk aktifitas masyarakat. Terutama ketika air pasang, banyak

Page 32: BAB I PENDAHULUAN - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-091500000000139... · Pedoman pembangunan pelabuhan sungai dan danau, 3 b. Pedoman pengoperasian

32

perahu masyarakat yang memaksa melintas dibawah jembatan sungai ketika air pasang. Akibatnya terjadi situasi dimana perahu masyarakat yang tersangkut dibawah jembatan.

6. Samarinda

Untuk Samarinda umumnya Provinsi Kalimantan Timur, transportasi sungai memegang peranan yang penting dalam menghubungkan pusat-pusat produksi dan distribusi, khususnya untuk pelayanan ke kawasan tengah (pedalaman) dimana jaringan jalan belum tersedia ataupun karena kondisi jalan yang rusak/kurang memadahi terutama pada kondisi musim penghujan. Untuk mendukung transportasi sungai, tersedia sekitar 56 (limapuluh enam) buah dermaga sungai, dimana ada beberapa kawasan yang masih memerlukan ketersediaan dermaga. Permasalahan lain, yaitu adanya pendangkalan alur sungai akibat adanya erosi dari daratan akibat perubahan tata guna lahan yang ada, sehingga menyebabkan peningkatan biaya untuk pengerukan. Yang perlu mendapatkan perhatian, adalah permasalahan dengan pelabuhan yang ada di perairan sungai, adalah pemeliharaan alur pelayaran terkait dengan biaya pengerukan sungai yang membutuhkan dana yang tidak kecil, sehingga dalam pemilihan lokasi seharusnya dilakukan kajian kelayakan yang tidak memandang batas administrasi, agar pembangunan pelabuhan tersebut, benar-benar memberikan manfaat bagi masyarakan dalam lingkup provinsi.

7. Jayapura

Danau sentani yang luasnya 9.630 ha diprogramkan Pemerintah Kota Jayapura sebagai objek wisata, permasalahan danau sentani adalah pendangkalan akibat sedimentasi yang mencapai 90 ton per tahun. Menurut KLH (2006) pendangkalan tahun 1999 – 2002 mencapai 15 meter atau kurang 5 meter setiap tahun. Kedalaman danau telah menyusut dari 175 m menjadi 160 m. Danau yang indah sebagai sumber daya perikanan dan pariwisata tersebut tanpa disadari telah menjadi tempat buangan sampah terbesar, serta terbuangnya berbagai sisa lahan dan bahan. Selain itu danau tipe medium dan dalam yang terjadi dalam bentuk danau vulkanik dan danau tektonik, banyak yang berada pada DTA yang curam, sehingga longsoran juga telah menyebabkan pendangkalan.

8. Merauke

Transportasi sungai di merauke merupakan transportasi semi-laut, karena lintasan dari kapal yang beroperasi berpindah dari satu sungai ke sungai yang lain harus melintasi laut arafuru.

Page 33: BAB I PENDAHULUAN - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-091500000000139... · Pedoman pembangunan pelabuhan sungai dan danau, 3 b. Pedoman pengoperasian

33

Permasalahan yang dihadapi transportasi sungai di wilayah ini adalah harus dapat memperkirakan kondisi pasang surut di selat kimaan untuk trayek angkutan dari merauke ke tanah merah. Apabila operator tidak dapat memperkirakan hal tersebut mungkin akan kandas di selat kimaam tersebut. Selain permasalahan pasang surut, transportasi sungai di merauke memiliki kendala dengan cuaca yaitu tinggi gelombang di laut arafuru yang mencapai lebih dari 3 meter. Dan kendala ada sampah kayu di perlintasan menuju Getentiri. Kayu tersebut berwujud kayu gelondongan (utuh) yang merupakan kayu bahan material triplek pabrik KORINDO yang terjatuh saat pemuatan. Hal tersebut menyulitkan bagi operator kapal untuk melintasi sungai tersebut, karena harus berhati-hati.

Dari hasil survei di beberapa lokasi, permasalahan yang dihadapi dalam penyelenggaraan operasional transportasi sungai dan danau di Indonesia ada dua faktor yaitu faktor fisik dan manusia non-fisik. Faktor alam yang dapat menghambat perkembangan dari transportasi sungai dan danau seperti halnya sedimentasi yang besar, erosi yang besar, sungai yang terpengaruh pasang surut dan isu pencemaran lingkungan. Sedangkan faktor non-fisik adalah kendala navigasi, kurangnya kualitas SDM dan pengelolaan sarana dan prasarana transportasi sungai dan danau yang kurang optimal.

B. Kegiatan dan Kebijakan Bidang Transportasi Sungai dan Danau

Untuk menunjang keberlanjutan system transportasi sungai dan danau, pemerintah selaku pemegang pengelolaan dan penyelenggara angkutan sungai dan danau melakukan beberapa kegiatan dan kebijakan di bidang sungai dan danau. Beberapa kebijakan dan kegiatan yang dilakukan di beberapa lokasi yang di survey dijelaskan sebagai berikut :

1. Medan

Di dalam RPJMD kabupaten Toba Samosir tahun 2011-2015 dipaparkan beberapa kebijakan mengendai transportasi Danau di Danau Toba. Kebijakan tersebut adalah: a. Meningkatkan sarana prasarana dan fasilitas keselamatan serta

kualitas pelayanan angkutan sungai; b. Mengembangkan angkutan sungai untuk menunjang program

wisata dan peningkatan ekonomi masyarakat; c. Mendorong peran serta swasta dalam penyelenggaraan

pembangunan dan pengelolaan angkutan sungai. Untuk menujang kebijakan tersebut dibuatlah program, diantaranya adalah program pembangunan prasarana dan fasilitas perhubungan, program peningkatan pelayanan angkutan.

Page 34: BAB I PENDAHULUAN - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-091500000000139... · Pedoman pembangunan pelabuhan sungai dan danau, 3 b. Pedoman pengoperasian

34

Sedangkan untuk mengatasi permasalah pencemaran lingkungan yang terjadi di Danau Toba. Di bidang lingkungan juga dibuat kebijakan mengenai peningkatan pengendalian dampak lingkungan dari aktifitas industry, peningkatan penataan regulasi pengelolaan air limbah rumah tangga dengan mengupayakan pembangunan Instalasi Pengelolaan Air Limbah Rumah Tangga. Beberapa program juga dirancang untuk mengatasi permasalahan lingkungan di sekitar Danau Toba, seperti program pengembangan kinerja pengelolaan persampahan, program pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan hidup, program perlindungan dan konservasi sumber daya alam, program peningkatan kualitas dan akses informasi SDA dan LH, program pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH).

2. Palembang

Pemkot Palembang telah merencanakan pengembangan transportasi massal terpadu, yang dinamai Trans Musi. Moda transportasi tersebut akan hubungkan dengan potensi angkutan Sungai Musi, yang juga akan dibantu Pemerintah Pusat. Kegiatan yang dilakukan dalam rangka pengembangan angkutan sungai LLASDP Sumatera Selatan pada tahun 2011 adalah pembangunan dermaga

3. Pontianak

Sungai Bayung Lencir Kabupaten Musi Banyuasin Tahap IV dan Pembangunan Dermaga Sungai Kertapati Kota Palembang Tahap I serta Pembangunan Rambu Sungai sebanyak 100 buah di Kota Palembang.

Kebijakan Kota Pontianak di bidang transportasi sungai dan danau mengikuti kebijakan dari Provinsi Kalimantan Barat disusun dalam jangka pendek sampai menengah sebagai berikut; a. Kebijaksanaan Jangka Pendek Dan Menengah

1) Diarahkan untuk mengangkut barang dan volume yang besar dan juga dapat melayani angkutan penumpang terutama pada kawasan yang peranan angkutan sungainya dominan.

2) Dalam memperluas jaringan sungai, untuk menghubungkan dua sungai yang berdekatan dapat di kembangkan kanal.

3) Meningkatkan dan memelihara sarana bantu navigasi perhubungan.

b. Kebijaksanaan Jangka Menengah. 1) Pengerukan dan pelebaran alur sungai guna meningkatkan

arus pergerakan dan angkutan. 2) Pemasangan dan penggantian rambu-rambu guna

meningkatkan keselamatan pelayaran.

Page 35: BAB I PENDAHULUAN - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-091500000000139... · Pedoman pembangunan pelabuhan sungai dan danau, 3 b. Pedoman pengoperasian

35

Sedangkan Kebijaksanaan Trasportasi Angkutan Sungai Di Wilayah Kapuas Hilir dijabarkan sebagai berikut; a. Penataan dan pengembangan angkutan sungai b. Penataan dan pengembangan sistem keterbukaan angkutan

sungai. Penataan dan pengembangan sistem transportasi perlu dilakukan dan atau dikendalikan oleh pihak-pihak berkompeten. Memperlancar pola pergerakan arus orang dan barang antar kawasan dengan dilakukan penataan dan pengembangan system angkutan barang dan orang, meningkatkan keterpaduan antar moda dan mengembangkan sistem outletnya.

Arahan-arahan yang akan ditetapkan dalam sistem transportasi sungai adalah sebagai berikut: a. Pembangunan Fasilitas-fasilitas penunjang Pelabuhan sungai di

Kapuas. b. Perbaikan kualitas terminal penumpang dan barang. c. Pembangunan fasilitas penunjang di terminal angkutan sungai. d. Merehabilitasi dermaga-dermaga di masing-masing kampung

yang dilalui oleh kapal bus air. e. Peningkatan managemen pengelolaan angkutan sungai. f. Pembangunan dermaga.

4. Palangkaraya

Untuk mengatasi permasalahan tranportasi sungai di Palangkaraya dibuat strategi penganagan sebagai berikut: a. Perlu adanya normalisasi anjir/terusan untuk menghubungkan

antar sungai; b. pemasangan rambu sungai untuk keselamatan pelayaran; c. Pembangunan dan rehabilitasi dermaga yang rusak; d. Perlu adanya model angkutan barang antar Provinsi (Palangka

Raya – Banjarmasin) melalui Anjir sehingga bisa kompetitif dengan angkutan jalan raya;

e. Sosialisasi kepada masyarakat tentang keselamatan alur pelayaran;

Dalam paparan bidang transportasi sungai danau dan penyebrangan dijelaskan strategi dan kebijakan yang dilakukan untuk perkembangan transportasi bidang sungai dan danau sebagai berikut: a. Peningkatan sarana dan prasarana Transportasi Sungai, Danau

dan Penyeberangan. b. Melakukan koordinasi dan perencanaan dermaga dan fasilitas

transportasi Sungai, Danau dan Penyeberangan dengan Kabupaten/Kota di seluruh wilayah Kabupaten/Kota di seluruh wilayah Kalimantan Tengah.

Page 36: BAB I PENDAHULUAN - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-091500000000139... · Pedoman pembangunan pelabuhan sungai dan danau, 3 b. Pedoman pengoperasian

36

c. Melakukan koordinasi dalam pengawasan keselamatan dan teknik sarana transportasi Sungai, Danau dan Penyeberangan dengan Kabupaten/Kota se-Kalimantan Tengah.

d. Melakukan koordinasi dan pengawasan pengguna jaringan transportasi Sungai jaringan transportasi sungai, Danau dan Penyeberangan dengan Kabupaten/Kota di wilayah Kalimantan Tengah

5. Banjarmasin

Kegiatan Pemeliharaan Rambu-Rambu Lalu Lintas Angkutan Sungai;

Program rehabilitasi dan pemeliharaan prasarana dan fasilitas

Tahun Anggaran 2010 dilakukan pemeliharaan terhadap 64 buah rambu terdiri-dari penggantian daun rambu, pemeliharaan pengecatan tiang rambu dan daun rambu. Lokasi tersebar: Sungai Baru/Ujung Murung, didermaga Ujung Murung, Muara Sungai Kuin, didepan kantor Gubernur, Muara Antasan Bromo. Sejak Tahun Anggaran 2008 belum dilaksanakan pemasangan rambu yang baru, sedangkan jumlah rambu yang harus ditangani berjumlah kurang lebih 200 rambu.

Kegiatan Pemeliharaan Dermaga dan Pos Lalu Lintas Angkutan Sungai; Tahun Anggaran 2010 pemeliharaan dermaga dilaksanakan pada pos LLAS Ujung Murung yang mengalami musibah kebakaran. Perbaikan yang dilakukan antara lain perbaikan dinding, perbaikan plafond, perbaikan atap dan pengecatan pos.

Kegiatan Pemeliharaan Alur Sungai Wilayah Kota Banjarmasin;

Program peningkatan pelayanan angkutan

Tahun Anggaran 2010 jumlah sampah (sampah industri, rumah tangga, tanaman ilung/eceng gundog) sebanyak 2.270 M³. Pemeliharaan difokuskan pada bagian atas sungai (upper section) yang merupakan tugas Dinas Perhubungan berdasarkan petunjuk pemeliaharaan, pembersihan dan pengerukan alur perairan daratan dan penyeberangan dari Dirjen Perhubungan Darat Direktorat LLASDP Tahun 1999. Pekerjaan pembersihan alur sungai terfokus pada sungai besar yaitu sungai Martapura. Dalam pekerjaan pembersihan

Page 37: BAB I PENDAHULUAN - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-091500000000139... · Pedoman pembangunan pelabuhan sungai dan danau, 3 b. Pedoman pengoperasian

37

alur seharusnya memiliki dan menggunakan kapal pembersih alur, dengan peralatan pengangkat / Crane. Yang dibersihkan antara lain, balok-balok kayu, tonggak, rumput, batu-batuan, dll

Kegiatan Penertiban, Pengawasan lalu Lintas Angkutan Sungai dan SAR

Program peningkatandan pengamanan lalu lintas

Lebih ditekankan pada terciptanya ketertiban, keamanan Lalu Lintas dan SAR.

6. Samarinda

Pengembangan sistem angkutan angkutan sungai di Provinsi Kalimantan Timur akan mencakup program pemeliharaan alur sungai. Mengingat fenomena pendangkalan alur sungai akan selalu terjadi, akibat erosi air permukaan, maka dalam pemeliharaan alur pelayaran sungai tersebut selain dilakukan pengerukan secara periodik, juga perlu pengendalian tata guna lahan untuk meminimalkan terjadinya erosi permukaan tanah oleh pergerakan air permukaan. Rencana pengembangan transportasi sungai didasarkan pada tiga tahapan utama. Sasaran kegiatan yang dilakukan pada tahapan awal adalah mengoptimalkan kegiatan transportasi sungai pada ruas potensial yang telah ada sesuai dengan perkembangan wilayah dan mempersiapkan kegiatan transportasi sungai menuju konsep pelayanan moda transportasi yang prima dalam suatu jaringan transportasi multimoda.

7. Merauke

Pembangunan Transportasi Sungai, Danau dan Penyeberangan diprioritaskan pada: a. Mengarahkan pengembangan simpul jaringan penyeberangan

lintas provinsi dengan interaksi kuat, meliputi Sorong-Patani, Sorong-Wahai, Fak-Fak-Wahai, Sorong-Biak, Dobo (Maluku)-Timika;

b. Mengarahkan pengembangan pelayanan penyeberangan lintas kabupaten/kota dengan interaksi kuat, meliputi Jeffman-Kalobo, Sorong-Seget, Seget-Mogem, Seget-Taminabuan, Serui-Waren, Agats-Ewer, Biak-Numfor, Merauke-Atsy, AtsyAsgon, Atsy-Agats, Merauke-Poo, Tanah Merah-Kepi.

Dari semua kegiatan dan kebijakan yang dilakukan pemerintah terhadap perkembangan transportasi sungai dan danau mengarah ke pembangunan dermaga beserta rambu navigasi dan pengangaturan sistem jaringan moda

Page 38: BAB I PENDAHULUAN - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-091500000000139... · Pedoman pembangunan pelabuhan sungai dan danau, 3 b. Pedoman pengoperasian

38

transportasi sehingga dapat menjadi moda transportasi dengan pelayanan yang prima dalam suatu jaringan transportasi multimoda. Pembangunan transportasi multi moda memerlukan kesiapan dari masing-masing moda. Untuk moda transportasi sungai dan danau diperlukan suatu keseragaman dalam pembangunan, pengoperasian, perawatan sampai kepengusahaannya. Untuk itu diperlukan suatu pedoman yang dapat menjadi acuan dalam pengelolaan sistem transportasi sungai dan danau tersebut, utamanya standart keseragaman untuk pelabuhan operasionalnya. Selain pedoman untuk pelabuhan sungai dan danau diperlukan pula adanya pedoman berlalu lintas di sungai dan danau untuk mengurangi angka kecelakaan yang terjadi di dalam transportasi sungai dan danau.

C. Identifikasi dasar hukum

Dari dasar hukum yang berlaku saat ini, khususnya UU 17/2008 tentang Pelayaran, PP 61/2009 tentang Kepelabuhanan, serta PP 5/2010 tentang Kenavigasian, kesemuanya tidak memandatkan adanya suatu Peraturan Menteri yang mengatur manajemen lalu lintas sungai dan danau. Artinya Peraturan Menteri yang disusun sifatnya bukan “mandatory” dan “spesifik” untuk suatu lingkup pengaturan yang diamanatkan dalam peraturan yang lebih tinggi. Dalam UU dan PP yang terkait dengan penyelenggaraan lalu lintas sungai dan danau terdapat beberapa mandat pengaturan lebih lanjut dalam bentuk Peraturan Menteri, karena pengaturan dalam manajemen lalu lintas sungai dan danau yang disusun ini bersifat tidak spesifik, maka dimungkinkan bahwa Peraturan Menteri ini akan merangkum beberapa hal berkenaan dengan amanat dalam UU dan PP tersebut untuk diatur lebih lanjut dalam Peraturan Menteri. Dalam Peraturan Menteri tentang transportasi Sungai dan Danau ini ada dimuat sejumlah pengaturan yang relevan dengan operasional lalu lintas kapal di alur pelayaran dan daerah perairan di sungai dan danau untuk mencapai tujuan tertentu, yakni terciptanya kelancaran, keselamatan, dan keamanan lalu lintas kapal dan perlindungan lingkungan sungai dan danau dari akibat operasional kapal di sungai dan danau. Dengan mengacu peraturan yang ada tersebut pedoman di bidang transportasi sungai dan danau diharapkan dapat merangkum ketentuan-ketentuan yang tersebar dalam peraturan pemerintah diatas.

D. Tingkat Kepentingan Dalam Bidang Transportasi Sungai Dan Danau

Dalam lampiran Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, Dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, mengenai pembagian urusan pemerintahan bidang

Page 39: BAB I PENDAHULUAN - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-091500000000139... · Pedoman pembangunan pelabuhan sungai dan danau, 3 b. Pedoman pengoperasian

39

perhubungan, sub bidang perhubungan darat, sub-sub bidang Lalu Lintas Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan (LLASDP), pada kolom kewenangan Pemerintah Kabupaten/Kota angka 21 secara jelas menyebutkan : ”Penyelenggaraan pelabuhan sungai dan danau”. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, Dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, telah mengatur “pembagian urusan pemerintahan bidang perhubungan”. Dalam hal yang menyangkut ”Lalu Lintas Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan (LLASDP)” telah diatur pembagian kewenangan Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. Berdasarkan Peraturan Pemerintah tersebut yang berwenang menyelenggarakan pelabuhan sungai dan danau adalah Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota ”satu-satunya”. Perhatikan pada kolom Pemerintah Kabupaten/Kota angka 21 dari cuplikan lampiran PP 38/2007 yang secara jelas-jelas menyebutkan bahwa : “Penyelenggaraan pelabuhan sungai dan danau” merupakan “urusan pemerintahan” Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. Berdasarkan observasi di lapangan, didapatkan suatu kenyataan bahwa pengelolaan pelabuhan sungai ini ”tuannya banyak”. In casu terdapat PT (Persero) Pelabuhan Indonesia (III), Dirjen Perhubungan Laut berupa Administrasi Pelabuhan (Adpel) dan Kantor Pelayanan (Kanpel), dan Pemerintah Daerah Kota melalui Dinas Perhubungan. Masing-masing badan hukum yang mempunyai kepentingan terhadap angkutan sungai (ada yang bergerak dalam bidang karet, garam, batu bara, bengkel kapal (dok), dll) tampak seperti menjadi “tuan” sendiri yang ditunjukkan dengan memiliki ”dermaga” sendiri. Usulan untuk dibuatnya suatu skenario pembagian peran agar ada sebuah wacana baru dalam mengelola pelabuhan di sungai adalah sangat tepat. Secara das sollen Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, Dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, telah mengatur ”pembagian urusan pemerintahan bidang perhubungan”. Dalam hal yang menyangkut ”Lalu Lintas Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan (LLASDP)” telah diatur pembagian kewenangan Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. Berdasarkan Peraturan Pemerintah tersebut yang berwenang menyelenggarakan pelabuhan sungai dan danau adalah Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota ”satu-satunya”.

Berdasarkan PP 38/2007 tersebut di atas, kewenangan ”pemerintah” dalam LLASDP yang berkaitan langsung dengan pelabuhan Sungai, Danau, dan Penyeberangan adalah : 1. Membuat pedoman penyelenggaraan pelabuhan SDP ; 2. Membuat pedoman penetapan lokasi pelabuhan SDP ; 3. Membuat pedoman pembangunan pelabuhan SDP ;

Page 40: BAB I PENDAHULUAN - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-091500000000139... · Pedoman pembangunan pelabuhan sungai dan danau, 3 b. Pedoman pengoperasian

40

4. Pembangunan pelabuhan SDP ; 5. Pedoman penyusunan rencana induk, Daerah Lingkungan Kerja

(DLKr)/Daerah Lingkungan Kepentingan (DLKp) pelabuhan SDP ; 6. Pedoman sertifikasi pelabuhan SDP ; 7. Penetapan sertifikasi pelabuhan SDP ; 8. Pedoman tarif jasa kepelabuhanan SDP. Keterangan yang ada kaitannya dengan istilah ”pemerintah” ini, dalam PP 38/2007 tersebut adalah bunyi Pasal 1 butir 1 yang berbunyi : Pemerintah Pusat selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Berdasarkan survey lapangan ditemukan fakta bahwa Dirjen Perhubungan Laut dan BUMN in casu PT (Persero) Pelabuhan Indonesia itulah yang secara nyata memiliki akses terhadap penyelenggaraan pelabuhan sungai dan danau. Apakah BUMN ini bisa dikategorikan ”pemerintah” berdasarkan PP 38/2007? Jika pun BUMN itu dapat diinterpretasikan sebagai ”wakil pemerintah” tetapi berdasarkan PP 38/2007 tersebut tetap ”tidak berwenang” untuk menyelenggarakan pelabuhan sungai dan danau. Satu-satunya pihak yang berwenang menurut PP 38/2007 adalah Pemerintah Kabupaten/Kota. Di samping itu, jika ditinjau dari sudut Hukum Tata Negara dan Hukum Tata Pemerintahan baik Departemen maupun Badan Usaha Milik Negara memang keduanya adalah Badan Hukum Publik. Tetapi yang paling murni memiliki ciri ”servis public” dan ”servis good” adalah Departemen. BUMN walaupun memiliki fungsi ”servis public” tetapi bersamaan dengan itu mempunyai fungsi ”profit oriented”. Dengan demikian Direktorat Perhubungan Darat lah yang paling mendekati konsep ”wakil pemerintah” yang berperan dalam ”regulasi” pengelolaan pelabuhan sungai dan danau (hal ini pun sesuai dengan penunjukkan PP 38/2007 yaitu masuk Sub Bidang Perhubungan Darat). Itu juga seperti yang telah di uraikan di atas sebatas berperan dalam 8 (delapan) kewenangan seperti yang telah diuraikan di atas. Dengan demikian dari studi ini dapat ditemukan eksistensi kewenangan perhubungan darat dalam pengelolaan pelabuhan sungai yaitu sebagai regulator dan wakil dari Pemerintah Pusat. Dengan demikian seperti yang diperintahkan oleh Pasal 9 PP 38/2007 maka Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria harus dibuat Peraturan Menterinya paling lama 2 tahun setelah keluarnya PP 38/2007 itu dengan inisiatif Dirjen Perhubungan Darat in casu ASDP.

Page 41: BAB I PENDAHULUAN - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-091500000000139... · Pedoman pembangunan pelabuhan sungai dan danau, 3 b. Pedoman pengoperasian

41

BAB VI PENYUSUNAN RANCANGAN KONSEP PEDOMAN DI

BIDANG TRANSPORTASI SUNGAI DAN DANAU

A. Latar Belakang

Kondisi hasil survei yang dilakukan di lapangan dan pembahasan di sub-bab sebelumnya menunjukkan kondisi yang masih memprihatinkan di mana pengelolaan pelabuhan dan sistem berlalu lintas di sungai dan danau, penyediaan prasarana dan sarana serta kelembagaan yang ada di sejumlah sungai besar di Indonesia masih belum diperhatikan selayaknya. Hal ini berdampak kepada rendahnya kinerja dan peran angkutan sungai dalam sistem transportasi di Indonesia, dilihat dari aspek aksesibilitas, kapasitas, maupun kualitas terkait dengan keselamatan dan keamanan. Dari hasil survei di lapangan dan wawancara dengan petugas setempat, diketahui tidak adanya suatu pedoman baku yang digunakan untuk pembangunan, pengoperasian, perawatan, pengusahaan dan berlalu lintas di sungai dan danau. Adanya kebutuhan pengaturan lebih lanjut dalam bentuk peraturan menteri berkenaan dengan penyelenggaraan pelabuhan transportasi sungai dan danau serta sistem berlalulintasnya pada alur pelayaran sungai dan dan danau khususnya yang diamanatkan dalam UU 17/2008 dan PP 61/2009. Pengaturan secara khusus untuk kepelabuhanan perlu dipisahkan dengan pengaturan pelayaran laut karena secara spesifik terdapat perbedaan mendasar dalam aplikasinya di lapangan. Dengan permasalahan yang terjadi dan tidak seragamnya pembangunan dari pembangunan sarana dan prasarana angkutan sungai dan danau maka diperlukan suatu pedoman untuk mengatur hal tersebut.

B. Finalisasi Konsep Pedoman

Tahapan akhir laporan studi adalah finalisasi konsep pedoman di bidang transportasi sungai dan danau. Perumusan pedoman harus memperhatikan sejumlah ketentuan sebagai berikut. a. Tidak dimaksudkan atau berpotensi menimbulkan hambatan

perdagangan yang berlebihan atau yang tidak diperlukan. b. Sedapat mungkin harmonis dengan standar internasional yang telah

ada (mengadopsi satu standar internasional yang relevan) sejauh ketentuan tersebut memenuhi kebutuhan dan obyektif yang ingin dicapai serta sesuai dengan faktor-faktor kondisi klimatik,

Page 42: BAB I PENDAHULUAN - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-091500000000139... · Pedoman pembangunan pelabuhan sungai dan danau, 3 b. Pedoman pengoperasian

42

lingkungan, geologi dan geografis, kemampuan teknologi serta kondisi nasional yang spesifik lainnya.

c. Apabila tidak mengacu pada satu standar internasional yang relevan (ada beberapa standar yang digunakan) maka harus dilakukan validasi terhadap hasil rumusan tersebut.

d. Ketentuan sejauh mungkin menyangkut pengaturan kinerja dan menghindarkan ketentuan yang menyangkut pengaturan cara pencapaian kinerja (bersifat preskriptif).

Selain ketentuan-ketentuan diatas, Perumusan pedoman perlu memperhatikan sejumlah aspek di bawah ini. a. Satuan ukuran yang dipergunakan adalah Satuan Sistem Internasional

sesuai SNI 19-2746, Satuan sistem internasional. d. Ketentuan tentang pelaksanaan penilaian kesesuaian terhadap

persyaratan, pedoman, karakteristik, dan ketentuan teknis lain sebaiknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1) cara pengambilan contoh termasuk pemilihan contoh dan metode

pengambilannya; 2) batas dan toleransi untuk parameter pengukuran; 3) urutan pengujian apabila mempengaruhi hasil pengujian; 4) jumlah spesimen yang perlu diuji; 5) metode dan jenis pengujian parameter yang tepat, benar,

konsisten dan tervalidasi; 6) spesifikasi yang jelas dari peralatan pengujian yang tidak dapat

diperoleh secara komersial (customized product). e. Metode pengujian sejauh mungkin mengacu metode pengujian yang

baku, baik yang telah ditetapkan dalam SNI, standar internasional, atau standar lain yang telah umum dipergunakan. Apabila metode uji yang dipergunakan bukan metode uji baku, metode tersebut harus divalidasi oleh laboratorium yang kompeten.

Penulisan konsep pedoman dalam bentuk Rapermen/Raperdirjen akan meningkuti peraturan yang berlaku di lingkungan Departemen Perhubungan dimana substansinya akan terdiri dari: a. Dasar hukum penetapan peraturan: terkait dengan sejumlah peraturan

perundangan yang dirujuk dalam peraturan; b. Definisi-definisi: beberapa definisi penting yang harus diperhatikan

dalam peraturan yang dijadikan sebagai acuan pengertian dalam ketentuan selanjutnya;

c. Ketentuan pokok: berisi mengenai pokok-pokok pengaturan yang dimuat dalam peraturan;

d. Ketentuan peralihan: berisi mengenai konsekuensi legal dari pengaturan ini terhadap kondisi eksisting maupun pengaturan yang telah ada;

e. Ketentuan penutup: berisi mengenai pemberlakukan dari peraturan ini.

Page 43: BAB I PENDAHULUAN - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-091500000000139... · Pedoman pembangunan pelabuhan sungai dan danau, 3 b. Pedoman pengoperasian

43

Karena substansi yang ditulis dalam Rapermen ini sangat banyak, sehingga tidak memungkinkan jika semuanya dituangkan dalam pasal-pasal, sehingga akan lebih baik dibentuk dalam pedoman sebagai lampiran yang tak terpisahkan dari batang tubuh rapermen yang disusun. Penyusunan pedoman ini, khususnya mengenai metoda-metoda dan prosedur manajemen lalulintas sungai dan danau akan mengikuti tatacara penyusunan Pedoman.

C. Penyusunan Rancangan Naskah Akademik Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Sungai Dan Danau

1. Metoda pendekatan Penulisan naskah akademis ini dilakukan dengan menggabungkan 3 pendekatan yang umum dilakukan, yakni: a. Dengan melakukan proses pengkajian dan penelitian yang

dilakukan pada beberapa lokasi sungai dan danau di Indonesia. b. Melakukan serangkaian diskusi dengan pihak terkait, khususnya

pejabat di Lingkungan Direktorat LLASDP dan Biro Hukum Ditjen Perhubungan Darat untuk menentukan ruang lingkup dan materi pengaturan yang disusun;

c. Melakukan benchmarking dengan memperhatikan lingkup pengaturan mengenai transportasi di sungai dan danau yang ada di negara lain.

2. Materi muatan Muatan pengaturan dalam pedoman di bidang transportasi sungai dan danau ini adalah untuk menindaklanjuti amanat UU No. 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran, UU No. 34 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, Peraturan Pemerintah No. 102 Tahun 2000 Tentang Standardisasi Nasional, Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2010 Tentang Angkutan di Perairan, Keputusan Menteri No. 73 Tahun 2004 Tentang Penyelenggaraan Angkutan Sungai dan Juknis Direktorat Perhubungan Darat serta mengadopsi standar internasional seperti International Maritime Organization (IMO). Materi muatan dari pedoman ini akan menyangkut beberapa hal pokok berikut ini: a. Kriteria teknis untuk setiap item kegiatan dalam bidang

transportasi sungai dan danau mulai dari kelaikan kapal, penetapan alur dan perlintasan, penyelenggaraan fasilitas alur pelayaran, bangunan dan instalasi di perairan, pengerukan dan reklamasi, serta salvage dan pekerjaan bawah air, dsb;

b. Tugas dan kewenangan setiap pihak yang terkait dengan transportasi sungai dan danau baik selaku operator (penyediaan (perencanaan, pembangunan, pengoperasian, dan perawatan) dan

Page 44: BAB I PENDAHULUAN - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-091500000000139... · Pedoman pembangunan pelabuhan sungai dan danau, 3 b. Pedoman pengoperasian

44

pengusahaan) maupun selaku regulator (pengaturan, pengendalian, pengawasan);

c. Prosedur pelaksanaan kegiatan dalam bidang transportasi sungai dan danau (siapa, melakukan apa, kapan, di mana, dan bagaimana);

Dengan demikian bentuk hukum (atau legal standing) yang tepat untuk mengatur manajemen lalu lintas sungai dan danau ini adalah pada level Peraturan Menteri (Permen) Perhubungan. Setidaknya terdapat 2 alasan pemilihan bentuk hukum ini, yakni: a. Dalam pedoman ini dimuat sejumlah pengaturan yang

merupakan tindak lanjut langsung dari UU No. 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran, UU No. 34 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, Peraturan Pemerintah No. 102 Tahun 2000 Tentang Standardisasi Nasional, Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2010 Tentang Angkutan di Perairan, Keputusan Menteri No. 73 Tahun 2004 Tentang Penyelenggaraan Angkutan Sungai yang mengamanatkan pengaturan melalui Peraturan Menteri;

b. Pedoman ini diberlakukan pada tataran operasional di lapangan dan menjadi acuan bagi aparatur di Daerah (aparatur Pemprov, Pemkab, dan Pemkot) serta masyarakat luas pengguna sungai dan danau (baik sebagai operator angkutan ataupun untuk kepentingan sendiri). Dengan kata lain sifat pengaturannya adalah eksternal Kementerian, sehingga bentuk pengaturannya minimal adalah Peraturan Menteri.

3. Ruang lingkup Naskah Akademis a.

Terdapat beberapa pengertian pokok yang harus disepakati kesamaan pengertian atau definisinya terlebih dahulu. Pengertian pokok ini sebagian besar diadopsi dari UU 17/2008 tentang Pelayaran dan PP 5/2010 tentang Kenavigasian, serta dari KM 17/2004 tentang Penyelenggaraan Angkutan Sungai dan Danau, serta diadopsi dari peraturan yang berlaku secara internasional, dan hasil pendefinisian oleh tim penyusunan.

Pengertian-pengertian terkait

b. Secara teoretis bagian ini akan mengungkapkan semua substansi apa yang perlu diatur, termasuk kelembagaan, kewenangan, hak-hak, dan kewajiban, persyaratan, hal-hal yang dilarang dan dibolehkan disusun secara sistematis. Lebih lengkap substansi pengaturan yang pokok-pokoknya disampaikan pada tabel tersebut dalam bentuk draft peraturan menteri pasal per pasal disampaikan pada Lampiran 1 Draft Pedoman di Bidang Transportasi Sungai dan Danau.

Materi (substansi pengaturan)

Page 45: BAB I PENDAHULUAN - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-091500000000139... · Pedoman pembangunan pelabuhan sungai dan danau, 3 b. Pedoman pengoperasian

45

c. Agar suatu peraturan perundang-undangan yang ditetapkan dapat berlaku efektif, maka dalam peraturan itu perlu adanya unsur memaksa, yaitu pemikiran tentang pemberian sanksi atas pelanggaran terhadap apa yang diwajibkan atau disyaratkan. Pemikiran sanksi dimaksud dapat berupa: sanksi pidana, sanksi perdata, dan sanksi administratif.

Sanksi

d. Pada bagian peralihan, memuat pemikiran tentang kemungkinan adanya ketentuan peralihan dan akibat-akibat hukum yang dapat timbul adalah apabila materi hukum yang hendak diatur telah pernah diatur, maka perlu adanya pemikiran tentang adanya ketentuan peralihan. Sejauh ini belum pernah ada peraturan perundang-undangan yang secara spesifik mengatur mengenai manajemen lalu lintas sungai dan danau, atau peraturan ini bukan pengganti dari peraturan sebelumnya. Namun demikian terdapat kemungkinan adanya overlap pengaturan dengan KM 73/2004 tentang Penyelenggaraan Angkutan Sungai dan Danau. Sehingga diperlukan adanya pemikiran mengenai ketentuan peralihan secara terbatas untuk beberapa pasal yang berkaitan.

Peralihan

e. Bagian penutup memuat beberapa pengaturan berupa: Penutup

1) Pernyataan tidak berlaku atau pencabutan peraturan yang ada sebelumnya. Namun berdasarkan penelitian yang dilakukan dalam hal ini tidak ada peraturan yang telah sebelumnya yang dicabut sebagai konsekuensi logisnya;

2) Pemikiran tentang kapan efektif berlakunya peraturan yang akan diberlakukan berdasarkan analisis kemampuan/kesiapan dari berbagai aspek. Masa efektif berlakunya peraturan mengenai pedoman manajemen lalu lintas sungai ini idealnya sejak tanggal ditetapkan, namun melihat kondisi lapangan yang belum banyak disiapkan, maka: a) Ketentuan mengenai sumber daya manusia (pengawakan,

pejabat pemerintah, dlsb) sebaiknya efektif dilakukan 5 tahun setelah Peraturan Menteri ini ditetapkan. Artinya sanksi akan diberlakukan setelah 5 tahun untuk memberikan waktu bagi kegiatan pendidikan, sertifikasi, dlsb;

b) Ketentuan mengenai alur pelayaran, pelabuhan, telekomunikasi pelayaran, dan sarana prasarana lainnya sebaiknya diberlakukan 3 tahun setelah peraturan menteri ini ditetapkan. Hal ini ditetapkan untuk memberikan waktu bagi Pemerintah/Pemda untuk menyiapkan sarana dan prasarana yang dibutuhkan sesuai ketentuan.

Page 46: BAB I PENDAHULUAN - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-091500000000139... · Pedoman pembangunan pelabuhan sungai dan danau, 3 b. Pedoman pengoperasian

46

4. Kesimpulan dan saran a.

Memperhatikan bahwa sampai dengan saat ini belum ada pengaturan mengenai pembangunan pelabuhan sungai dan danau sampai berlalu lintas di sungai dan danau, maka pengaturan melalui Peraturan Menteri ini sangatlah urgent, dalam konteks bahwa:

Perlunya pengaturan

1) Jika tidak segera diatur maka kondisi penyelenggaraan transportasi sungai dan danau di Indonesia akan semakin tidak teratur, sehingga tingkat keselamatan, keamanan, kelancaran, dan perlindungan lingkungan perairan tidak dapat diwujudkan. Hal ini akan sangat mempengaruhi eksistensi transportasi sungai dan danau di Indonesia untuk masa yang akan datang;

2) Dalam UU 17/2008 tentang Pelayaran dan PP 5/2010 mengenai Kenavigasian terdapat mandat pengaturan lebih lanjut dalam Peraturan Menteri, substansi pengaturan tersebut ini harus dilakukan secara spesifik untuk lalu lintas sungai dan danau karena sifat pergerakannya serta kelembagaan penyelenggaraannya sangat berbeda dengan penyelenggaraan kenavigasian laut;

b. Memperhatikan substansi pengaturan sebagai tindak lanjut dari UU dan PP terkait serta lingkup berlakunya pedoman ini adalah internal dan eksternal Kementerian Perhubungan maka sangat disarankan bahwa legal standing untuk Pedoman di Bidang Transportasi Sungai dan Danau ini adalah dalam bentuk Peraturan Menteri.

Jenis/bentuk pengaturan

c. Pokok-pokok materi yang perlu diatur di dalam Peraturan Menteri tentang Pedoman di Bidang Transportasi Sungai dan Danau ini antara lain adalah terkait dengan:

Pokok-pokok materi yang perlu diatur

1) SDM dan lembaga 2) Sarana dan prasarana 3) Tata cara/kerja

5. Lampiran daftar acuan Dalam menyusun pedoman ini diacu sejumlah kepustakaan baik secara teoretis maupun perundang-undangan yang berlaku. Adapun daftar kepustakaan yang diacu antara lain adalah: a.

1) UU No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran; Peraturan perundang-undangan:

2) PP No. 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan; 3) PP No. 5 Tahun 2010 Tentang Kenavigasian; 4) Keppres No. 17 Tahun 1985 tentang Keselamatan Pelayaran; 5) KM No. 53 Tahun 2004 tentang Tatanan Kepelabuhanan

Nasional;

Page 47: BAB I PENDAHULUAN - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-091500000000139... · Pedoman pembangunan pelabuhan sungai dan danau, 3 b. Pedoman pengoperasian

47

6) KM No. 73 Tahun 2004 tentang Penyelenggaraan Angkutan Sungai dan Danau;

b. 1) TRANS/SC.3/115/Rev.2 CEVNI European Code for Inland

Waterway;

Peraturan/hukum internasional negara lain:

2) US Federal Waterway Regulation Title 33 CFR 161 - Vessel Traffic Management

D. Ketentuan Teknis pada Pedoman

1. Pembangunan Pelabuhan a.

Ada beberapa jenis dermaga yang biasa di gunakan yaitu : Jenis-Jenis Dermaga

1) Dermaga Quay Wall 2) Dermaga Dolpin 3) Dermaga Apung/Sistem Jetty

b. Pembangunan pelabuhan umum dilaksanakan setelah memenuhi persyaratan :

Persyaratan Pembangunan Pelabuhan Sungai dan Danau

1) administrasi; 2) bukti penguasaan tanah dan perairan; 3) memiliki penetapan lokasi pelabuhan; 4) memiliki rencana induk pelabuhan; 5) disain teknis pelabuhan meliputi kondisi tanah, konstruksi,

kondisi hidrooseanografi, topografi, penempatan dan konstruksi sarana bantu navigasi, alur pelayaran dan kolam pelabuhan serta tata letak dan kapasitas peralatan di pelabuhan;

Persyaratan Teknis Kepelabuhanan 1) Pembangunan pelabuhan hanya dapat dilakukan

berdasarkan Rencana Induk Pelabuhan Nasional dan Rencana Induk Pelabuhan.

2) Persyaratan teknis kepelabuhanan meliputi: a) Studi kelayakan;

Studi kelayakan paling sedikit memuat: (1) kelayakan teknis; dan (2) kelayakan ekonomis dan finansial.

b) Desain teknis. Desain teknis paling sedikit memuat mengenai: (1) kondisi tanah; (2) konstruksi; (3) kondisi hidrooceanografi; (4) topografi; dan (5) penempatan dan konstruksi Sarana Bantu Navigasi-

Pelayaran, alur-pelayaran, dan kolam pelabuhan

Page 48: BAB I PENDAHULUAN - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-091500000000139... · Pedoman pembangunan pelabuhan sungai dan danau, 3 b. Pedoman pengoperasian

48

serta tata letak dan kapasitas peralatan di pelabuhan.

3) Pembangunan pelabuhan sungai dan danau dilaksanakan berdasarkan persyaratan teknis kepelabuhanan, kelestarian lingkungan, dengan memperhatikan keterpaduan intra-dan antarmoda transportasi.

4) Persyaratan kelestarian lingkungan berupa studi lingkungan yang dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang lingkungan hidup.

c. Sebelum proses pembangunan dilakukan, terlebih dahulu harus di buat desain. Dasar petimbangan dalam perencanaan dermaga adalah sebagai berikut :

Desain Dermaga

1) Posisi dermaga di tentukan oleh ketersediaan lahan ndan kestabilan tanah di sekitar sungai.

2) Panjang dermaga disesuaikan atau di hitung berdasarkan kebutuhan kapal yang akan berlabuh. Dasar pertimbangan desain panjang dermaga yang biasanya dijadikan acuan adalah 1.07 sampai 1,16 panjang kapal (LOA).

3) Lebar dermaga di sesuaikan dengan kemudahan aktifitas bongkar muat kapal dan pergerakan kendaraan pengangkutan di darat.

4) Letak dermaga harus dekat dengan fasilityas penunjang yang ada di daratan.

5) Elevasi dermaga di tentukan memperhatikan kondisi elevasi permukaan air sungai/pasang surut.

d. Berikut ini perlengkapan khusus dalam pembangunan dermaga, antara lain :

Perlengkapan/ Peralatan Pembangunan

1) Lampu, tongkang, dan rakit. 2) Tugs (kapal penarik). 3) Kendaraan Amphibi. 4) Crane apung. 5) Penggerak Pile Apung. 6) Bidang mesin dan perlengkapan, elektrik, reparasi mesin,

tukang kayu, tukang besi, pipa, dan peralatan las. 7) Landasan pendaratan.

e. Penyediaan material untuk konstruksi teknis bagi pembangun adalah kegiatan yang besar, kompleks, dan mahal. Jika memungkinkan penyediaan dari lokal/ sekitar lebih baik. Pejabat proyek harus mengatur persediaan secara terus menerus untuk stok bahan konstruksi dan peralatan yang tersedia secara lokal. Contoh material yang diharapkan bisa disediakan secara lokal antara lain : kayu, semen, baja struktural, pasir, kerikil, batu, pipa dan perlengkapan listrik, perangkat keras, dan cat.

Ketersediaan Material di Sekitar

Page 49: BAB I PENDAHULUAN - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-091500000000139... · Pedoman pembangunan pelabuhan sungai dan danau, 3 b. Pedoman pengoperasian

49

Detail dari ketentuan – ketentuan dalam Pedoman pembangunan Pelabuhan dapat dilihat dalam Konsep Pedoman.

2. Operasional Pelabuhan

a. Pengoperasian pelabuhan oleh penyelenggara pelabuhan dilakukan setelah diperolehnya izin, yang diajukan oleh penyelenggara pelabuhan kepada:

Pengoperasian Pelabuhan

1) Menteri untuk pelabuhan utama dan pengumpul; 2) Gubernur untuk pelabuhan pengumpan regional; dan 3) Bupati/walikota untuk pelabuhan pengumpan local dan

pelabuhan sungai dan danau. Pengoperasian pelabuhan dilakukan sesuai dengan frekuensi kunjungan kapal, bongkar muat barang, dan naik turun penumpang. Pengoperasian pelabuhan dapat ditingkatkan secara terus menerus selama 24 (dua puluh empat) jam dalam 1 (satu) hari atau selama waktu tertentu sesuai kebutuhan. Pengoperasian pelabuhan dilakukan dengan ketentuan: 1) adanya peningkatan frekuensi kunjungan kapal, bongkar

muat barang, dan naik turun penumpang; dan 2) tersedianya fasilitas keselamatan pelayaran, kepelabuhanan,

dan lalu lintas angkutan sungai/danau. b.

1) kesiapan kondisi alur; Persyaratan Operasional

2) kesiapan pelayanan pemanduan bagi perairan pelabuhan yang sudah ditetapkan sebagai perairan wajib pandu;

3) kesiapan fasilitas pelabuhan; 4) kesiapan gudang dan/atau fasilitas lain di luar pelabuhan; 5) kesiapan keamanan dan ketertiban; 6) kesiapan sumber daya manusia operasional sesuai

kebutuhan; 7) kesiapan tenaga kerja bongkar muat dan naik turun

penumpang atau kendaraan; 8) kesiapan sarana transportasi darat; dan 9) rekomendasi dari Syahbandar pada pelabuhan setempat.

c. 1) Pelayanan

Prosedur pelayanan pelabuhan sungai dan danau

Pelabuhan sungai dan danau diselenggarakan untuk pelayanan terhadap : a) Penumpang

Pelabuhan sungai dan danau untuk penumpang meliputi : (1) Keberangkatan Penumpang

Syarat-syarat untuk mengatur keberangkatan penumpang meliputi :

Page 50: BAB I PENDAHULUAN - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-091500000000139... · Pedoman pembangunan pelabuhan sungai dan danau, 3 b. Pedoman pengoperasian

50

(a) Memberi pelayanan sesuai dengan fasilitas yang ada di pelabuhan;

(b) Pemberitahuan keberangkatan kapal. (c) System penjualan tiket, meliputi :

• Tiket sekali jalan; • Tiket pulang pergi; • Tiket berlangganan/ abonemen.

(2) Kedatangan Penumpang (a) Memberi pelayanan sesuai dengan fasilitas

yang ada di pelabuhan; (b) Memberikan informasi alur keluar

penumpang; (c) Pemberitahuan kedatangan kapal.

b) Kendaraan beserta muatannya; Pelayanan pelabuhan sungai dan danau untuk kendaraan beserta muatannya, diatur sebagai berikut: (1) Kendaraan penumpang,

Pelayanan untuk kendaraan penumpang meliputi: (a) Pengaturan arus kedatangan kendaraan; (b) Penjualan tiket di loket; (c) Pengaturan di area parkir; (d) Pengaturan masuk ke kapal.

(2) Kendaraan barang; Pelayanan untuk kendaraan barang meliputi: (a) Pengaturan arus kedatangan kendaraan; (b) Penimbangan kendaraan serta muatannya; (c) Penjualan tiket di loket; (d) Pengaturan di area parkir; (e) Pengaturan masuk ke kapal.

(3) Kendaraan angkutan alat berat. Pelayanan untuk angkutan alat berat antara lain : (a) Pembatasan berat maksimum yang tidak

melebihi kernampuan MB dan cardeck kapal; (b) Pengaturan arus kedatangan kendaraan; (c) Penimbangan kerdaraan serta muatannya; (d) Penjualan tiket di loket; (e) Pengaturan di area parkir; (f) Pengaturan dan pengamanan masuk ke kapal

c) Kapal. Pelayanan pelabuhan sungai dan danau terhadap kapal diatur sebagai berikut : (1) Sandar dan bongkar muat kapal; (2) Pengaturan jadwal kapal; (3) Pengisian BBM dan air tawar; (4) Pembuangan Iimbah kapal; (5) Komunikasi kapal dengan pelabuhan dan SBNP.

Page 51: BAB I PENDAHULUAN - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-091500000000139... · Pedoman pembangunan pelabuhan sungai dan danau, 3 b. Pedoman pengoperasian

51

2) Pelayanan dalam Keadaan darurat

Selain pelayanan sungai dan danau disediakan pelayanan kegiatan penunjang, dan sungai dan danau yang dalam keadaan darurat. Kegiatan pelayananan penunjang yang dimaksud adalah : a) Kegiatan penyediaan perkantoran untuk kepentingan

pengguna jasa pelabuhan; b) Kegiatan penyediaan kawasan pertokoan; c) Kegiatan penyediaan tempat bermaln dan rekreasi. d) Kegiatan penyediaan tempat pengaduan bagi pengguna

jasa pelabuhan yang kehilangan sesuatu di areal pelabuhan;

e) Jasa pariwara; f) Kegiatan perawatan dan perbaikan kapal; g) Penyediaan fasilitas penanpungan dan/atau pengolahan

limbah; h) Penyediaan angkutan dari dan ke kapal di pelabuhan; i) Jasa pembersihan dan pemiliharaan gedung dan kantor; j) Kegiatan,Perhotelan restoran pariwisata pos

Kegiatan diatas dilaksanakan oleh : a) Unit Pelaksana Teknis Pelabuhan pada pelabuhan

sungai dan danau yang diselengarakan oleh pemerintah;

b) Badan Usaha Pelabuhan sungai dan danau, untuk pelabuhan sungai dan danau yang diusahakan;

c) Badan Hukum Indonesia atau Warga Negara Indonesia, atas persetujuan Unit Pelaksana Teknis atau Badan Usaha Pelabuhan.

Kegiatan penunjang di dalam daerah lingkungan kerja dan daerah lingkungan kepentingan pelabuhan, diwajibkan : a) Menjaga ketertiban dan kebersihan wilayah pelabuhan

yang dipergunakan; b) Menghindarkan terjadinya gangguan keamanan dan

hal-hal lain yang dapat mengganggu kelancaran kegiatan pengoperasian palabuhan;

c) Bertanggung jawab untuk menjaga keamanan fasilitas yang dimiliki dan ketertiban di lingkungan kerja masing-masing;

d) Melaporkan kepada petugas yang berwenang di pelabuhan apabila mengetahui telah terjadi peristiwa yang dapat mengganggu keamanan, ketertiban dan kelancaran operasional pelabuhan;

e) Menjaga kelestarian lingkungan.

Page 52: BAB I PENDAHULUAN - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-091500000000139... · Pedoman pembangunan pelabuhan sungai dan danau, 3 b. Pedoman pengoperasian

52

f) Pelaksana usaha kegiatan penunjang pelabuhan yang tidak mematuhi kewajiban, dapat dikenakan sanksi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

d. Hal-hal yang harus diatur pada pelabuhan sungai dan danau adalah sebagai berikut:

Prosedur pengaturan pelabuhan sungai dan danau

1) Pihak pengelola pelabuhan harus memberi papan inforrnasi bagi penumpang di pelabuhan;

2) Pihak pengelola pelabuhan harus memasang tanda/papan pengumuman yang sekurang-kurangnya berisi nama dan jadwal keberangkatan kapal serta tarif di tempat yang mudah terlihat;

3) Pihak pengelola pelabuhan/petugas pelabuhan yang sedang bertugas harus memakai pakaian dan atribut yang telah ditentukan sesuai aturan yang berlaku;

4) Pihak pengelola pelabuhan harus memberikan pelayanan dan menyediakan jasa fasilitas pelabuhan sejak penumpang masuk area pelabuhan sampai dengan masuk ke kapal;

5) Pihak pengelola pelabuhan harus menyiapkan petugas selama jam dinas dan setiap pergantian petugas, harus diadakan serah terima dan membuat daftar absensi.

e.

Penyelenggaraan sungai dan danau yang dalam keadaan darurat. Kegiatan yang dilakukan dibagi menjadi dua Peristiwa.

Penyelenggaraan pelabuhan sungai dan danau dalam keadaan darurat

1) Keadaan darurat di perairan a) Keadaan darurat yang terjadi di kapal; b) Akibat cuaca buruk.

2) Keadaan darurat didarat a) Kebakaran di pelabuhan; b) Kemacetan lalu lintas di pelabuhan; c) Kerusuhan masal di pelabuhan; d) Penanganan bahan peledak/ancaman terorisme di

pelabuhan

3. Perawatan Pelabuhan a.

Pada dasarnya pekerjaan perawatan adalah tindakan perbaikan yang tergantung dari besarnya kerusakan yang ditemukan pada saat dilakukan inspeksi rutin maupun inspeksi khusus.

Perawatan

b. Kerusakan saluran secara fisik dikategorikan sebagai berikut: 1) kerusakan ringan, 2) kerusakan sedang, 3) kerusakan berat,

Tipe kerusakan

Page 53: BAB I PENDAHULUAN - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-091500000000139... · Pedoman pembangunan pelabuhan sungai dan danau, 3 b. Pedoman pengoperasian

53

c. Prinsip dasar penanganan perawatan, antara lain: Prinsip dasar penanganan

1) perawatan dilakukan terhadap fasilitas pokok maupun fasilitas pendukung yang terkait dengan keamanan dan kenyamanan operasional kepelabuhan (sandar, tambat, bongkar-muat barang, dan tempat layanan penumpang)

2) mengangkut dan membuang material sisa perawatan ke daerah yang tepat dan tidak mengganggu lingkungan sekitar kelancaran aktifitas pelabuhan;

3) melakukan perbaikan fasilitas pelabuhan sesuai dengan tingkat kerusakan yang terjadi dengan memperhatikan cara menyimpan bahan maupun sisa perbaikan.

d. Personil yang diperlukan dalam pekerjaan perawatan mempunyai kriteria sebagai berikut: 1) pekerjaan perawatan ringan dan sedang:

Personil

a) berpengalaman dalam hal pekerjaan konstruksi bangunan kepelabuhanan;

b) mampu mengikuti petunjuk teknisi/tenaga ahli lapangan; 2) pekerjaan perawatan besar:

a) berpengalaman dalam hal pekerjaan konstruksi bangunan kepelabuhanan;

b) mampu mengikuti petunjuk teknisi/tenaga ahli lapangan; c) didampingi tenaga ahli/engineer yang cukup

berpengalaman; dalam bidang kepelabuhanan dan pekerjaan konstruksi serta mampu menterjemahkan laporan dari inspektur kegiatan inspeksi.

e. Ketentuan mengenai inspeksi rutin secara umum dapat dikemukakan sebagai berikut: 1) inspeksi merupakan kegiatan pengamatan secara langsung

untuk mengetahui secara visual dengan mencatat kondisi pelabuhan dan kondisi bangunan beserta sarana pelengkapnya;

2) inspeksi rutin dilaksanakan minimum dua kali satu tahun, pada awal musim hujan dan akhir musim hujan;

3) hasil inspeksi perlu dicatat dengan cara yang mudah, jelas dan standar/baku, sehingga dapat dipakai sebagai bahan/data untuk evaluasi dalam penyusunan program kegiatan perawatan;

4) dalam melakukan inspeksi rutin harus memperhatikan: a) aspek efisiensi dan koordinasi; b) aspek keselamatan; c) aspek kelancaran lalulintas kapal / aktifitas dermaga.

Inspeksi rutin

Page 54: BAB I PENDAHULUAN - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-091500000000139... · Pedoman pembangunan pelabuhan sungai dan danau, 3 b. Pedoman pengoperasian

54

f. Ketentuan mengenai inspeksi khusus pada prinsipnya adalah sebagai berikut:

1) akibat adanya peristiwa/kejadian tertentu (luar biasa) seperti: bencana alam, kecelakaan dan atau informasi dari masyarakat sekitarnya;

2) merupakan kegiatan pengamatan secara langsung untuk mengetahui secara visual kondisi pelabuhan dan kondisi bangunan beserta sarana pelengkapnya.

3) hasil inspeksi perlu dicatat dengan cara yang mudah, jelas dan standar/baku, sehingga dapat digunakan sebagai bahan/data untuk evaluasi dalam penyusunan program kegiatan perawatan khusus.

Detail dari ketentuan-ketentuan mengenai perawatan pelabuhan dapat dilihat dalam Pedoman Perawatan Pelabuhan Sungai dan Danau.

Inspeksi khusus

4. Pengusahaan pelabuhan a.

Kegiatan pengusahaan di pelabuhan terdiri atas penyediaan dan/atau pelayanan jasa kepelabuhanan dan jasa terkait dengan kepelabuhanan meliputi penyediaan dan/atau pelayanan jasa kapal, penumpang, dan barang. yang terdiri atas:

Kegiatan Pengusahaan di Pelabuhan

1) penyediaan dan/atau pelayanan jasa dermaga untuk bertambat;

2) penyediaan dan/atau pelayanan pengisian bahan bakar dan pelayanan air bersih;

3) penyediaan dan/atau pelayanan fasilitas naik turun penumpang dan/atau kendaraan;

4) penyediaan dan/atau pelayanan jasa dermaga untuk pelaksanaan kegiatan bongkar muat barang dan peti kemas;

5) penyediaan dan/atau pelayanan jasa gudang dan tempat penimbunan barang, alat bongkar muat, serta peralatan pelabuhan;

6) penyediaan dan/atau pelayanan jasa terminal peti kemas, curah cair, curah kering, dan Ro-Ro;

7) penyediaan dan/atau pelayanan jasa bongkar muat barang; 8) penyediaan dan/atau pelayanan pusat distribusi dan

konsolidasi barang; dan/atau 9) penyediaan dan/atau pelayanan jasa penundaan kapal.

Kepengusahaan di pelabuhan sungai dan danau meliputi kegiatan yang menunjang kelancaran operasional dan memberikan nilai tambah bagi pelabuhan.

b. Izin usaha diberikan setelah memenuhi persyaratan: Izin Pengusahaan

1) memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak;

Page 55: BAB I PENDAHULUAN - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-091500000000139... · Pedoman pembangunan pelabuhan sungai dan danau, 3 b. Pedoman pengoperasian

55

2) berbentuk badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, atau perseroan terbatas yang khusus didirikan di bidang kepelabuhanan;

3) memiliki akte pendirian perusahaan; dan 4) memiliki keterangan domisili perusahaan.

c. Konsesi diberikan kepada Badan Usaha Pelabuhan untuk kegiatan penyediaan dan/atau pelayanan jasa kapal, penumpang, dan barang yang dituangkan dalam bentuk perjanjian. Pemberian konsesi kepada Badan Usaha Pelabuhan dilakukan melalui mekanisme pelelangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dengan jangka waktu konsesi disesuaikan dengan pengembalian dana investasi dan keuntungan yang wajar.

Konsesi atau Bentuk Lainnya

d. Perjanjian pengusahaan pelabuhan paling sedikit memuat: Perjanjian Pengusahaan

1) lingkup pengusahaan; 2) masa konsesi pengusahaan; 3) tarif awal dan formula penyesuaian tarif; 4) hak dan kewajiban para pihak, termasuk resiko yang dipikul

para pihak dimana alokasi resiko harus didasarkan pada prinsip pengalokasian resiko secara efisien dan seimbang;

5) standar kinerja pelayanan serta prosedur penanganan keluhan masyarakat;

6) sanksi dalam hal para pihak tidak memenuhi perjanjian pengusahaan;

7) penyelesaian sengketa; 8) pemutusan atau pengakhiran perjanjian pengusahaan; 9) sistem hukum yang berlaku terhadap perjanjian pengusahaan

adalah hukum Indonesia; 10) keadaan kahar; dan 11) perubahan-perubahan.

e. 1) Dalam hal masa konsesi telah berakhir, fasilitas pelabuhan

hasil konsesi beralih atau diserahkan kembali kepada penyelenggara pelabuhan.Fasilitas pelabuhan yang sudah beralih kepada penyelenggara pelabuhan, pengelolaannya diberikan kepada Badan Usaha Pelabuhan untuk kegiatan penyediaan dan/atau pelayanan jasa kapal, penumpang, dan barang berdasarkan kerjasama pemanfaatan melalui mekanisme pelelangan.

Peralihan Pengusahaan

2) Badan Usaha Pelabuhan yang telah ditetapkan melalui mekanisme pelelangan dalam melaksanakan kegiatan pengusahaannya di pelabuhan harus dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Page 56: BAB I PENDAHULUAN - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-091500000000139... · Pedoman pembangunan pelabuhan sungai dan danau, 3 b. Pedoman pengoperasian

56

3) Kerjasama pemanfaatan pelelangan diberikan dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) tahun sejak perjanjian kerjasama pemanfaatan ditandatangani.

f. Dalam kegiatan penyediaan dan/atau pelayanan jasa terkait dengan kepelabuhanan adalah penyelenggara pelabuhan dapat melakukan kerjasama dengan orang perseorangan warga negara Indonesia dan/atau badan usaha. Kerjasama dapat dilakukan dalam bentuk:

Kerjasama Pengusahaan

1) penyewaan lahan; 2) penyewaan gudang; dan/atau 3) penyewaan penumpukan.

Penyewaan harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

g. Pendapatan konsesi dan kompensasi yang diterima oleh Otoritas Pelabuhan merupakan penerimaan negara yang penggunaannya dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Detail dari ketentuan-ketentuan mengenai pengusahaan pelabuhan dapat dilihat dalam Pedoman pengusahaan Pelabuhan Sungai dan Danau.

Hasil Kerjasama Pengusahaan

5. Berlalu-lintas di Sungai dan Danau a.

Setiap kapal sungai dan danau yang digunakan untuk angkutan sungai dan danau dan berlayar di alur pelayaran sungai dan danau di Indonesia wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut:

Kapal Untuk Berlalu Lintas di Sungai

1) Telah diukur dan didaftarkan yang ditunjukkan dengan dimilikinya surat ukur, surat tanda pendaftaran, tanda pendaftaran, dan pas sungai dan danau;

2) Telah memenuhi memenuhi persyaratan kelaikan kapal yang ditunjukkan dengan dimilikinya setifikat kelaikan kapal;

3) Diawaki oleh awak kapal berkewarganegaraan Indonesia dan telah memenuhi persyaratan kompetensi yang ditunjukkan dengan dimilikinya sertifikat profesi dan/atau sertifikat kecakapan;

4) Telah mendapatkan surat persetujuan berlayar. b.

Kewenangan pemberian surat ukur, surat tanda pendaftaran, tanda pendaftaran, pas sungai dan danau, serta sertifikat kelaikan kapal diberikan kepada Gubernur/Bupati/Walikota sebagai tugas pembantuan, dengan pembagian tugas sebagai berikut:

Surat Ijin Kapal

1) Untuk kapal dibawah GT 35 (< 35 GT) kewenangannya diberikan kepada Bupati/Walikota;

Page 57: BAB I PENDAHULUAN - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-091500000000139... · Pedoman pembangunan pelabuhan sungai dan danau, 3 b. Pedoman pengoperasian

57

2) Untuk kapal GT 35 atau lebih (> 35 GT) atau lebih kewenangannya diberikan kepada Gubernur.

Pelaksananaan pemberian surat ukur, surat tanda pendaftaran, tanda pendaftaran, pas sungai dan danau, serta sertifikat kelaikan kapal dilakukan berdasarkan pada pedoman dan prosedur yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal

c. Daerah lalu lintas pedalaman adalah bagian tertentu dari alur pelayaran sungai dan danau yang dapat dilayari oleh kapal laut.. Daerah lalu lintas pedalaman merupakan perairan di sisi darat laut teritorial yang diukur dari sisi dalam garis penutup muara sungai dan danau sampai dengan lokasi pelabuhan sungai dan danau yang terjauh yang menjadi tujuan kapal laut. Daerah lalu lintas pedalaman ditetapkan dengan mempertimbangkan:

Daerah Lalu Lintas Pedalaman

1) Lebar, kedalaman, radius tikungan, ruang bebas, dan kecepatan arus air di alur pelayaran.

2) Jenis kapal laut yang diperbolehkan menggunakan alur pelayaran tersebut;

3) Kelas, lokasi dan kondisi perairan pelabuhan sungai dan danau yang dituju;

4) Kondisi lingkungan perairan dan area di sekitar sungai dan danau.

Bagian alur pelayaran sungai dan danau yang ditetapkan sebagai daerah lalu lintas pedalaman harus: 1) Ditandai batasan pemberlakuannya dengan menempatkan

rambu petunjuk batas lokasi; 2) Dicantumkan dalam peta sungai dan danau dan buku

petunjuk pelayaran sungai dan danau. Kapal laut yang berlayar pada daerah lalu lintas pedalaman harus mendapatkan izin dari Syahbandar dan Kepala Unit Pengoperasian Alur Pelayaran Sungai dan Danau

d.

Daerah kewaspadaan adalah bagian tertentu dari alur pelayaran sungai dan danau di mana kapal harus berlayar dengan penuh kehati-hatian. Daerah kewaspadaan ditetapkan untuk mengurangi resiko terjadinya kecelakaan kapal dan dapat menimbulkan gangguan terhadap perlindungan lingkungan di perairan tersebut. Daerah kewaspadaan ditetapkan pada bagian alur pelayaran tertentu yang secara teknis operasional kenavigasian berpotensi membahayakan keselamatan pelayaran, misalnya:

Daerah Kewaspadaan

1) Pada bagian alur pelayaran yang sempit, berada di tikungan tajam, dan dengan kecepatan arus air cukup tinggi;

Page 58: BAB I PENDAHULUAN - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-091500000000139... · Pedoman pembangunan pelabuhan sungai dan danau, 3 b. Pedoman pengoperasian

58

2) Pada bagian alur pelayaran yang lalu lintas kapalnya padat, merupakan lokasi perlintasan, dan sekitar perairan pelabuhan;

3) Pada bagian alur pelayaran yang terdapat banyak gangguan dan/atau halangan dari instalasi atau bangunan, kerangka kapal, pendangkalan, kabut, logging, dan lain sebagainya.

e.

Setelah mendapatkan surat persetujuan berlayar, maka sesaat sebelum berlayar Nakhoda wajib melaporkan keberangkatan kapalnya kepada Kepala Unit Pengoperasian Alus Pelayaran Sungai dan Danau melalui stasiun radiotelepon sungai dan danau setempat. Nakhoda wajib membawa peta sungai dan buku petunjuk berlayar serta mematuhi ketentuan mengenai sistem rute yang ditetapkan dan mematuhi perintah yang diberikan oleh Petugas Pengawas Alur Pelayaran Sungai dan Danau. Selama berlayar di alur pelayaran sungai dan danau, secara berkala nakhoda harus melaporkan status perjalanannya kepada Kepala Unit Pengoperasian Alur Pelayaran Sungai dan Danau melalui stasiun radiotelepon sungai dan danau setempat berkenaan posisi kapal serta informasi yang berkaitan dengan keselamatan pelayaran.

Prinsip Berlayar di Alur Pelayaran dan Pelabuhan Sungai dan Danau

f. Sikap kapal secara umum dalam berlalu lintas di alur pelayaran sungai dan danau yang harus diperhatikan oleh Nakhoda adalah sebagai berikut:

Sikap Kapal Secara Umum

1) Semua nakhoda harus berada dalam kondisi siaga dan penuh perhatian dengan mendengarkan isyarat bunyi dan memperhatikan isyarat lampu yang dikeluarkan oleh kapal lain, memperhatikan keadaan di sekitarnya termasuk memperhatikan gerakan kapal yang sedang mendekat agar tidak terjadi tubrukan.

2) Pada perairan yang tenang, apabila dua buah kapal bertemu pada situasi depan, maka kapal yang berukuran lebih kecil harus mengambil gerakan menghindar dari dari kapal yang lebih besar.

3) Pada perairan yang dipengaruhi oleh arus air, apabila dua buah kapal bertemu pada situasi depan, maka kapal ke arah hulu harus mengambil gerakan menghindar dari kapal ke arah hilir.

4) Setiap kapal harus berlayar dengan kecepatan yang aman sehingga memungkinkan baginya untuk melakukan gerakan menghindar yang tepat untuk mencegah terjadinya tubrukan.

5) Jika bertemu dengan kapal lain, atau didahului oleh kapal lain atau melalui daerah dimana diperlukan pengurangan

Page 59: BAB I PENDAHULUAN - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-091500000000139... · Pedoman pembangunan pelabuhan sungai dan danau, 3 b. Pedoman pengoperasian

59

kecepatan, setiap kapal harus mengendalikan kecepatannya dan menjaga jarak sejauh mungkin dari kapal yang mendahului atau daerah dimaksud untuk menghindari terjadinya tubrukan atau timbulnya gelombang yang membahayakan.

g. Jika kapal berlayar pada kondisi jarak pandang bebas, maka terdapat beberapa prinsip berlalu lintas yang harus diperhatikan nakhoda, yakni:

Sikap Kapal Pada Kondisi Jarak Pandang Bebas

1) Kecuali ditentukan lain oleh sistem rute, maka jika terjadi pertemuan kapal pada situasi depan, maka kapal harus mengambil sikap sebagai berikut: a) Di alur pelayaran sungai, kapal ke arah hulu harus

memberikan jalan kepada kapal ke arah hilir; b) Di alur pelayaran danau, kapal yang bertemu harus

melakukan tindakan saling menghindar ke arah kanan; 2) Kapal dilarang saling mendahului di alur pelayaran sungai

dan danau yang sempit atau di tikungan atau jeram atau di sekitar jembatan atau pada lokasi yang ditetapkan melalui rambu.

3) Kapal dapat saling mendahului pada bagian alur sungai dan danau yang diizinkan dengan tetap mengutamakan prinsip keselamatan, memberikan isyarat, dan menjaga jarak aman.

4) Kapal yang akan menyeberangi alur pelayaran sungai dan danau harus mengutamakan lalu lintas utama dan memberikan isyarat sesuai ketentuan.

5) Kapal yang berlayar secara beriringan harus tetap menjaga jarak aman dan dilengkapi dengan tanda awal dan akhir dari iring-iringan.

6) Kapal yang akan mengubah haluan dan/atau berputar balik harus memperhatikan situasi dan kondisi alur yang ada dan harus memberikan isyarat sesuai dengan ketentuan.

h. Jika kapal berlayar pada kondisi jarak pandang terbatas atau malam hari, maka terdapat beberapa prinsip berlalu lintas yang harus diperhatikan nakhoda, yakni:

Sikap Kapal Pada Kondisi Jarak Pandang Terbatas

1) Jika jarak pandang terbatas, kapal sebaiknya tidak melanjutkan pelayaran dan mencari tempat yang aman untuk berlabuh/membuang jangkar.

2) Pelayaran pada malam hari hanya diijinkan pada alur pelayaran sungai dan danau yang dapat dilayari pada malam hari sebagaimana ditunjukkan melalui rambu yang dipasang.

3) Kapal yang tidak dilengkapi dengan penerangan/lampu dan peralatan isyarat bunyi tidak diijinkan berlayar pada malam hari.

Page 60: BAB I PENDAHULUAN - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-091500000000139... · Pedoman pembangunan pelabuhan sungai dan danau, 3 b. Pedoman pengoperasian

60

i.

Ketentuan untuk pergerakan kapal di perairan pelabuhan dan daerah labuh adalah sebagai berikut:

Ketentuan Pergerakan Kapal di Perairan Pelabuhan dan daerah labuh

4) Sebelum sandar atau bertolak untuk berlayar, kapal harus memperhatikan situasi dan kondisi alur yang ada dan memastikan bahwa tidak akan mengganggu pergerakan kapal lain yang telah berlayar dan memberikan isyarat sesuai dengan ketentuan.

5) Setiap kapal dilarang untuk membuang sauh di alur yang sempit atau alur yang berbelok atau perairan lainnya dimana tindakan kapal tersebut akan mengganggu pelayaran kapal lainnya.

6) Kapal yang beroperasi di perairan pelabuhan dan di daerah labuh harus menjaga kecepatannya agar tidak menimbulkan gelombang yang dapat menggangu keselamatan kapal lainnya.

Secara detail, gambaran penjelasan mengenai tata cara berlalu lintas di alur pelayaran sungai dan danau yang akan disajikan dalam Lampiran Pedoman Berlalu-lintas di Sungai dan Danau.

Page 61: BAB I PENDAHULUAN - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-091500000000139... · Pedoman pembangunan pelabuhan sungai dan danau, 3 b. Pedoman pengoperasian

61

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari proses analisis yang dilakukan terhadap sistem transportasi sungai dan danau dapat disimpulkan beberapa hal penting berikut ini: 1. Kondisi yang diamati di lapangan memberikan gambaran

permasalahan sebagai berikut: a. Belum ada batasan yang jelas mengenai batas antara pelabuhan

laut dan sungai di muara sungai bahkan di hulu sehingga mempengaruhi kegiatan penyelenggaraannya;

b. Belum terdapat pedoman kelembagaan mengenai pengaturan pembangunan, pengoperasian, perawatan, dan pengusahaan pelabuhan SD;

c. Akibat belum adanya SOP perawatan pelabuhan, mengakibatkan beberapa daerah tidak ada anggaran untuk perawatan pelabuhan yang ada, sehingga banyak kondisinya yang tidak terawat, bahkan tidak layak untuk digunakan;

d. Kurang koordinasinya pembangunan infrastruktur yang melintang sungai dengan pengelola/penyelenggara angkutan sungai mengakibatkan terganggunya lalu lintas angkutan sungai, seperti permasalahan gelagar jembatan yang rendah;

e. Sistem rute dan tata cara berlalu lintas belum ditetapkan dan dijalankan sebagaimana mestinya;

2. Isi dari pedoman di bidang transportasi sungai dan danau antara lain mengenai : a. Kriteria teknis untuk setiap item kegiatan dalam

kepelabuhanan dan berlalu lintas di sungai dan danau mulai dari perizinan, persyaratan-persyaratan, material/bahan;

b. Tugas dan kewenangan setiap pihak yang terkait dengan dalam kepelabuhanan dan berlalu lintas di sungai dan danau baik selaku operator (penyediaan (pembangunan, pengoperasian, dan perawatan) dan pengusahaan) maupun selaku regulator (pengaturan, pengendalian, pengawasan);

c. Prosedur pelaksanaan kegiatan dalam kepelabuhanan sungai dan danau dan berlalu lintas di sungai dan danau (siapa, melakukan apa, kapan, di mana, dan bagaimana);

3. Kegiatan kepelabuhanan dan berlalu lintas di sungai dan danau merupakan kegiatan teknis operasional yang sebaiknya dilakukan oleh suatu unit tersendiri yang berbentuk UPT (Unit Pelaksana Teknis)

Page 62: BAB I PENDAHULUAN - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-091500000000139... · Pedoman pembangunan pelabuhan sungai dan danau, 3 b. Pedoman pengoperasian

62

B. Saran

Dari kesimpulan tersebut di atas terkait dengan penyusunan pedoman umum di bidang transportasi sungai dan danau, maka direkomendasikan beberapa kebijakan dan tindak lanjut sebagai berikut: 1. Penetapan batasan alur pelayaran antara laut dengan sungai dan

danau perlu segera dilakukan untuk mendukung pelaksanaan penyelenggaraannya;

2. Peraturan mengenai kepelabuhanan sungai dan danau sangat diperlukan untuk meningkatkan produktifitas dan efektifitas pelabuhan-pelabuhan di sungai dan danau;

3. Peraturan mengenai lalu lintas sungai dan danau sangat diperlukan untuk meningkatkan keselamatan, keamanan, dan perlindungan perairan;

4. Kajian teknis kelembagaan dan pembatasan wilayah transportasi sungai dan danau pada sejumlah alur pelayaran yang strategis perlu segera dilakukan agar dapat ditetapkan sistem rute dan tata cara berlalu lintasnya.

5. Perkuatan kelembagaan dalam pengoperasian alur pelayaran sangat diperlukan.

Page 63: BAB I PENDAHULUAN - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-091500000000139... · Pedoman pembangunan pelabuhan sungai dan danau, 3 b. Pedoman pengoperasian

63

DAFTAR PUSTAKA

Abubakar, Iskandar, Dkk, 2010, “Transportasi Penyeberangan (Suatu Pengantar)”,

Abubakar, Iskandar, Hedjan Kenasin, B. Barzach, 2011, “Suatu Pengantar: Pelayaran Perairan Daaratan”, Trasindo Gastama Media

NSW Government: Maritime, 2010, “Boating Handbook 2010-2011 ” , Minister for Ports and Waterways

Australian Standard, 2005, “Guidelines for The Design of Maritime Strustures”, Australian Standard Committee CE-030, Maritime Structures

Kramidibrata, Soedjono, 2002, “Perencanaan Pelabuhan”, Penerbit ITB

Kementerian Lingkungan Hidup, 2006, Profil Danau Indonesia, Jakarta

Deliarnoor, N. A., 2008, Kebijakan pengelolaan pelabuhan khusus di sungai, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjadjaran, Bandung

Mathiesen, T.C., 1990, Ro-ro safety a need for a total approach, SenW 57STEIAARGANG NR 7, 387-389.

Maine State Planning Office, 1997, “The Waterfront Construction Handbook : Guidelines Design And Construction of Waterfront Facilities”, Maine State Planning Office , Maine Coastal Program

Pemerintah Republik Indonesia. 2008. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran. Jakarta.

Pemerintah Republik Indonesia. 2004. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Jakarta.

Pemerintah Republik Indonesia. 1996. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia. Jakarta.

Pemerintah Republik Indonesia. 2001. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2001 tentang Pelabuhan. Jakarta.

Pemerintah Republik Indonesia. 2010. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang Kenavigasian. Jakarta.

Page 64: BAB I PENDAHULUAN - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-091500000000139... · Pedoman pembangunan pelabuhan sungai dan danau, 3 b. Pedoman pengoperasian

64

Pemerintah Republik Indonesia. 2000. Peraturan Pemerintah Nomor 102 Tahun 2000 tentang Standar Nasional. Jakarta.

Pemerintah Republik Indonesia. 2010. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 tentang Angkutan Perairan. Jakarta.

Pemerintah Republik Indonesia. 2004. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor: KM 52 Tahun 2004 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan. Jakarta.

Pemerintah Republik Indonesia. 1980. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor: KM 65 Tahun 1980 tentang Ratifikasi Solas 1974. Jakarta.

Pemerintah Republik Indonesia. 1986. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor: KM 60 Tahun 1986 tentang Ratifikasi STCW 1978. Jakarta.

Pemerintah Republik Indonesia. 2004. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor: KM 73 Tahun 2004 tentang Penyelenggaraan Angkutan Sungai dan Danau. Jakarta.

Pemerintah Republik Indonesia. 2006. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor: KM 14 Tahun 2006 tentang Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas di Jalan. Jakarta.

Pemerintah Republik Indonesia. 1994. Keputusan Kepala Badan Pembinaan Hukum Nomor: G-159 PR.09.10 Tahun 1994 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan Naskah Akademik Peraturan Perundang-undangan. Jakarta

Pemerintah Republik Indonesia. 2002. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor: KM 53Tahun 2002 tentang Tatanan Kepelabuhan Nasional. Jakarta.

Pemerintah Republik Indonesia. 2001. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor: KM 32 Tahun 2001 tentang Penyelenggaraan Angkutan Penyeberangan. Jakarta.

Pemerintah Republik Indonesia. 2006. Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor: SK. 2681/AP.005/DRJD/2006 tentang Pengoperasian Penyeberangan. Jakarta.

Pemerintah Republik Indonesia. 2003. Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor: SK. 73/AP.005/DR/DRJD/2003 tentang Persyaratan Pelayanan Minimal Angkutan Penyeberangan. Jakarta.

Page 65: BAB I PENDAHULUAN - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-091500000000139... · Pedoman pembangunan pelabuhan sungai dan danau, 3 b. Pedoman pengoperasian

65

US Army, 2001, “Maintanance and Operation : Maintanance of Waterfront Facilities”, US Army Corps Of Engineers

US Army, 2001, “Unified Fasilities Criteria : General Criteria For Waterfront Construction”, US Army Corps Of Engineers

US Army, 1990, “Port Construction And Repair FM 5-480”, US Army Corps Of Engineers

US Federal Waterway Regulation Title 33 CFR 161 - Vessel Traffic Management. NYS (New York State) Marine Service, 2010, “New York State Boaters

Guide ”, State Of New York, Office of Parks, Recreation, And Historic Preservation, Bureu of Marine and Recreational Vehicles

Page 66: BAB I PENDAHULUAN - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-091500000000139... · Pedoman pembangunan pelabuhan sungai dan danau, 3 b. Pedoman pengoperasian

66