bab ii tinjauan pustaka -...

44
II-1 Studi Peningkatan Pelayanan Angkutan Sungai Danau Dan Penyeberangan Dalam Mendukung Pariwisata BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PARIWISATA DI INDONESIA. Pariwisata merupakan salah satu sektor ekonomi penting di Indonesia. Pada tahun 2009, pariwisata menempati urutan ketiga dalam hal penerimaan devisa setelah komoditi minyak dan gas bumi serta minyak kelapa sawit. Berdasarkan data tahun 2010, jumlah wisatawan manca negara yang datang ke Indonesia sebesar 7 juta lebih atau tumbuh sebesar 10,74% dibandingkan tahun sebelumnya, dan menyumbangkan devisa bagi negara sebesar 7.603,45 juta dolar Amerika Serikat. Kekayaan alam dan budaya merupakan komponen penting dalam pariwisata di Indonesia. Alam Indonesia memiliki kombinasi iklim tropis, 17.500 pulau yang 6.000 diantaranya tidak dihuni, serta garis pantai terpanjang ketiga di dunia setelah Kanada dan Uni Eropa. Indonesia juga merupakan negara kepulauan terbesar dan berpenduduk ke empat besar terbanyak di dunia. Pantai- pantai di Bali, tempat menyelam di Bunaken, Gunung Rinjani di Lombok, dan berbagai taman nasional di Sumatera merupakan contoh tujuan wisata alam di Indonesia. Tempat-tempat wisata itu didukung dengan warisan budaya yang kaya yang mencerminkan sejarah dan keberagaman etnis Indonesia yang dinamis dengan 719 bahasa daerah yang dituturkan di seluruh kepulauan tersebut. Candi Prambanan dan Borobudur, Toraja, Yogyakarta, Minangkabau, dan Bali merupakan contoh tujuan wisata budaya di Indonesia. Hingga 2010, terdapat 7 lokasi di Indonesia yang telah ditetapkan oleh UNESCO yang masuk dalam daftar Situs Warisan Dunia. Sementara itu, empat wakil lain juga ditetapkan UNESCO dalam Daftar Representatif Budaya Takbenda Warisan Manusia yaitu wayang, keris, batik dan angklung. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, sebelas provinsi yang paling sering dikunjungi oleh para turis adalah Bali, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, DKI Jakarta, Sumatera Utara, Lampung, Sulawesi Selatan, Sumatera Selatan, Banten, dan Sumatera Barat. Sekitar 59% turis berkunjung ke Indonesia

Upload: truongdan

Post on 05-May-2018

219 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

II-1 Studi Peningkatan Pelayanan Angkutan Sungai Danau Dan Penyeberangan

Dalam Mendukung Pariwisata

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PARIWISATA DI INDONESIA.

Pariwisata merupakan salah satu sektor ekonomi penting di Indonesia. Pada tahun

2009, pariwisata menempati urutan ketiga dalam hal penerimaan devisa setelah

komoditi minyak dan gas bumi serta minyak kelapa sawit. Berdasarkan data

tahun 2010, jumlah wisatawan manca negara yang datang ke Indonesia sebesar 7

juta lebih atau tumbuh sebesar 10,74% dibandingkan tahun sebelumnya, dan

menyumbangkan devisa bagi negara sebesar 7.603,45 juta dolar Amerika Serikat.

Kekayaan alam dan budaya merupakan komponen penting dalam pariwisata di

Indonesia. Alam Indonesia memiliki kombinasi iklim tropis, 17.500 pulau yang

6.000 diantaranya tidak dihuni, serta garis pantai terpanjang ketiga di dunia

setelah Kanada dan Uni Eropa. Indonesia juga merupakan negara

kepulauan terbesar dan berpenduduk ke empat besar terbanyak di dunia. Pantai-

pantai di Bali, tempat menyelam di Bunaken, Gunung Rinjani di Lombok, dan

berbagai taman nasional di Sumatera merupakan contoh tujuan wisata alam di

Indonesia. Tempat-tempat wisata itu didukung dengan warisan budaya yang kaya

yang mencerminkan sejarah dan keberagaman etnis Indonesia yang dinamis

dengan 719 bahasa daerah yang dituturkan di seluruh kepulauan tersebut. Candi

Prambanan dan Borobudur, Toraja, Yogyakarta, Minangkabau, dan Bali

merupakan contoh tujuan wisata budaya di Indonesia. Hingga 2010, terdapat 7

lokasi di Indonesia yang telah ditetapkan oleh UNESCO yang masuk dalam

daftar Situs Warisan Dunia. Sementara itu, empat wakil lain juga ditetapkan

UNESCO dalam Daftar Representatif Budaya Takbenda Warisan Manusia yaitu

wayang, keris, batik dan angklung.

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, sebelas provinsi yang paling sering

dikunjungi oleh para turis adalah Bali, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa

Timur, DKI Jakarta, Sumatera Utara, Lampung, Sulawesi Selatan, Sumatera

Selatan, Banten, dan Sumatera Barat. Sekitar 59% turis berkunjung ke Indonesia

II-2 Studi Peningkatan Pelayanan Angkutan Sungai Danau Dan Penyeberangan

Dalam Mendukung Pariwisata

untuk tujuan liburan, sementara 38% untuk tujuan bisnis. Singapura

dan Malaysia adalah dua negara dengan catatan jumlah wisatawan terbanyak

yang datang ke Indonesia dari wilayah ASEAN. Sementara dari

kawasan Asia (tidak termasuk ASEAN) wisatawan Jepang berada di urutan

pertama disusul RRC, Korea Selatan, Taiwan dan India. Jumlah pendatang

terbanyak dari kawasan Eropa berasal dari negara Britania Raya disusul oleh

Perancis, Belanda dan Jerman. Pengelolaan kepariwisataan, kebijakan

nasional, urusan pemerintahan di bidang kebudayaan dan kepariwisataan di

Indonesia diatur oleh Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Indonesia.

Indonesia memiliki sejarah kebudayaan pariwisata sejak abad sejak abad 14.

Kakawin Nagarakretagama mencatat bahwa Raja Hayam Wuruk telah

mengelilingi Kerajaan Majapahit yang kini menjadi daerah Jawa Timur

menggunakan pedati dengan iring-iringan pejabat negara. Setelah masuknya

Bangsa Belanda ke Indonesia pada awal abad ke-19, daerah Hindia Belanda

mulai berkembang menjadi daya tarik bagi para pendatang yang berasal dari

Belanda. Gubernur Jenderal pada saat itu memutuskan pembentukan biro wisata

yang disebut Vereeging Toeristen Verkeer yang gedung kantornya juga

digunakan untuk maskapai penerbangan Koninklijke Nederlansch Indische

Luchtfahrt Maatschapijj (kini disebut dengan KLM). Hotel-hotel mulai

bermunculan seperti Hotel des Indes di Batavia, Hotel Oranje di Surabaya

dan Hotel De Boer di Medan. Tahun 1913, Vereeneging Touristen Verkeer

membuat buku panduan mengenai objek wisata di Indonesia. Sejak saat

itu, Bali mulai dikenal oleh wisatawan mancanegara dan jumlah kedatangan

wisman meningkat hingga lebih dari 100% pada tahun 1927. Pada 1 Juli 1947,

pemerintah Indonesia berusaha menghidupkan sektor pariwisata Indonesia

dengan membentuk badan yang dinamakan HONET (Hotel National & Tourism)

yang diketuai oleh R. Tjitpo Ruslan. Badan ini segera mengambil alih hotel -

hotel yang terdapat di daerah sekitar Jawa dan seluruhnya dinamai Hotel

Merdeka. Setelah Konferensi Meja Bundar, badan ini berganti nama menjadi NV

HORNET. Tahun 1952 sesuai dengan keputusan presiden RI, dibentuk Panitia

II-3 Studi Peningkatan Pelayanan Angkutan Sungai Danau Dan Penyeberangan

Dalam Mendukung Pariwisata

Inter Departemental Urusan Turisme yang bertugas menjajaki kemungkinan

terbukanya kembali Indonesia sebagai tujuan wisata.

Pada masa Orde Baru, jumlah kunjungan wisman ke Indonesia bertumbuh secara

perlahan. Pemerintah pernah mengadakan program untuk meningkatkan jumlah

kedatangan wisatawan asing ke Indonesia yang disebut dengan Tahun Kunjungan

Indonesia. Program ini meningkatkan kunjungan turis internasional hingga

400.000 orang. Selain itu pada tahun 1992, pemerintah mencanangkan Dekade

Kunjungan Indonesia, yaitu tema tahunan pariwisata sampai dengan tahun 2000.

Kepercayaan dunia internasional terhadap pariwisata Indonesia mulai mengalami

penurunan pada insiden pengeboman Bali tahun 2002 yang menyebabkan

penurunan wisatawan yang datang ke Bali sebesar 32%. Aksi teror lainnya

seperti Bom JW Marriott 2003, Pengeboman Kedutaan Besar Australia, Bom

Bali 2005 dan Bom Jakarta 2009 juga mempengaruhi jumlah kedatangan wisman

ke Indonesia. Aksi terorisme di Indonesia ini mengakibatkan dikeluarkannya

peringatan perjalanan oleh beberapa negara seperti Australia dan Britania

Raya pada tahun 2006. Pada tahun 2008, pemerintah Indonesia mengadakan

program Tahun Kunjungan Indonesia 2008 untuk meningkatkan jumlah

wisatawan nusantara dan wisatawan asing ke Indonesia, selain itu program ini

sekaligus untuk memperingati 100 tahun kebangkitan nasional Indonesia. Dana

yang dikeluarkan untuk program ini sebesar 15 juta dolar Amerika Serikat yang

sebagian besar digunakan untuk program pengiklanan dalam maupun luar

negeri. Hasil dari program ini adalah peningkatan jumlah wisatawan asing yang

mencapai 6,2 juta wisatawan dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 5,5 juta

wisatawan. Sebagai upaya dalam meningkatkan jumlah wisatawan ke Indonesia,

Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Indonesia melanjutkan program "Tahun

Kunjungan Indonesia" pada tahun 2009 dengan target 6,4 juta wisatawan dan

perolehan devisa sebesar 6,4 miliar dolar Amerika Serikat, sedangkan pergerakan

wisatawan nusantara ditargetkan 229,95 juta perjalanan dengan total pengeluaran

lebih dari 128,77 triliun rupiah. Program ini difokuskan ke "pertemuan, insentif,

konvensi dan pertunjukan serta wisata laut". Pada tahun 2010, pemerintah

II-4 Studi Peningkatan Pelayanan Angkutan Sungai Danau Dan Penyeberangan

Dalam Mendukung Pariwisata

Indonesia mencanangkan kembali "Tahun Kunjungan Indonesia serta Tahun

Kunjung Museum 2010". Program ini dilakukan untuk mendorong kesadaran

masyarakat terhadap museum dan meningkatkan jumlah pengunjung

museum. Pada tahun 2011, pemerintah Indonesia menetapkan Wonderful

Indonesia sebagai manajemen merek baru pariwisata Indonesia, sementara untuk

tema pariwisata dipilih "Eco, Culture, and Mice". Logo pariwisata tetap

menggunakan logo "Tahun Kunjungan Indonesia" yang dipergunakan sejak tahun

2008. Berikut Data statistik kunjungan wisatawan mancanegara dan wisatawan

nusantara di Indonesia Tahun 2004-2010.

Tabel. 2.1

Dari data statistik di atas dapat disimpulkan bahwa jumlah kedatangan wisatawan mancanegara

dan pendapatan devisa per tahunnya terus meningkat, hanya pada tahun 2005-2006 saja yang

mengalami penurunan.

II-5 Studi Peningkatan Pelayanan Angkutan Sungai Danau Dan Penyeberangan

Dalam Mendukung Pariwisata

Tabel. 2.2

Dari data statistik di atas dapat disimpulkan bahwa jumlah wisatawan nusantara ke berbagai

tujuan di Indonesia setiap tahunnya terus mengalami peningkatan serta jumlah rupiah

pengeluaran yang juga mengalami peningkatan.

Perkembangan pembangunan ekonomi pariwisata Indonesia dapat dijabarkan pada uraian

dibawah ini :

1. Ekonomi Pariwisata.

a. Pembangunan Ekonomi

Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan

pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

penduduk dan disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur

ekonomi suatu negara dan pemerataan pendapatan bagi penduduknya suatu

negara. Pembangunan ekonomi tak dapat lepas dari pertumbuhan

ekonomi (economic growth); pembangunan ekonomi mendorong

pertumbuhan ekonomi, dan sebaliknya, pertumbuhan ekonomi

memperlancar proses pembangunan ekonomi. Yang dimaksud dengan

pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan kapasitas produksi suatu

perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan

nasional. Suatu negara dikatakan mengalami pertumbuhan ekonomi apabila

II-6 Studi Peningkatan Pelayanan Angkutan Sungai Danau Dan Penyeberangan

Dalam Mendukung Pariwisata

terjadi peningkatan GNP riil di negara tersebut. Pertumbuhan peningkatan

GNP riil ini juga tak bisa lepas dari meningkatnya jumlah wisatawan.

Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan

pembangunan ekonomi. Perbedaan antara keduanya adalah pertumbuhan

ekonomi keberhasilannya lebih bersifat kuantitatif, yaitu adanya kenaikan

dalam standar pendapatan dan tingkat output produksi yang dihasilkan,

sedangkan pembangunan ekonomi lebih bersifat kualitatif, bukan hanya

pertambahan produksi, tetapi juga terdapat perubahan-perubahan dalam

struktur produksi dan alokasi input pada berbagai sektor perekonomian

seperti dalam lembaga, pengetahuan, sosial dan teknik. Selanjutnya

pembangunan ekonomi diartikan sebagai suatu proses yang menyebabkan

pendapatan perkapita penduduk meningkat dalam jangka panjang. Di sini

terdapat tiga elemen penting yang berkaitan dengan pembangunan

ekonomi, Pembangunan sebagai suatu proses, Pembangunan sebagai suatu

usaha untuk meningkatkan pendapatan perkapita, Peningkatan pendapatan

perkapita harus berlangsung dalam jangka panjang.

Tabel 2.3

II-7 Studi Peningkatan Pelayanan Angkutan Sungai Danau Dan Penyeberangan

Dalam Mendukung Pariwisata

b. Pembangunan sebagai suatu proses

Pembangunan sebagai suatu proses, artinya bahwa pembangunan merupakan

suatu tahap yang harus dijalani oleh setiap masyarakat atau bangsa. Sebagai

contoh, manusia mulai lahir, tidak langsung menjadi dewasa, tetapi untuk

menjadi dewasa harus melalui tahapan-tahapan pertumbuhan. Demikian pula,

setiap bangsa harus menjalani tahap-tahap perkembangan untuk menuju

kondisi yang adil, makmur, dan sejahtera.

c. Pembangunan sebagai suatu usaha untuk meningkatkan pendapatan

Perkapita

Sebagai suatu usaha, pembangunan merupakan tindakan aktif yang harus

dilakukan oleh suatu negara dalam rangka meningkatkan pendapatan

perkapita. Dengan demikian, sangat dibutuhkan peran serta masyarakat,

pemerintah, dan semua elemen yang terdapat dalam suatu negara untuk

berpartisipasi aktif dalam proses pembangunan. Hal ini dilakukan karena

kenaikan pendapatan perkapita mencerminkan perbaikan dalam kesejahteraan

masyarakat.

d. Peningkatan pendapatan perkapita harus berlangsung dalam

jangka panjang

Suatu perekonomian dapat dinyatakan dalam keadaan berkembang apabila

pendapatan perkapita dalam jangka panjang cenderung meningkat. Hal ini

tidak berarti bahwa pendapatan perkapita harus mengalami kenaikan terus

menerus. Misalnya, suatu negara terjadi musibah bencana alam ataupun

kekacauan politik, maka mengakibatkan perekonomian negara tersebut

mengalami kemunduran. Namun, kondisi tersebut hanyalah bersifat sementara

yang terpenting bagi negara tersebut kegiatan ekonominya secara rata-rata

meningkat dari tahun ke tahun.

Ada beberapa faktor yang memengaruhi pertumbuhan dan pembangunan

ekonomi, namun pada hakikatnya faktor-faktor tersebut dapat dikelompokan

menjadi dua, yaitu faktor ekonomi dan faktor nonekonomi. Faktor ekonomi

yang memengaruhi pertumbuhan dan pembangunan ekonomi diantaranya

II-8 Studi Peningkatan Pelayanan Angkutan Sungai Danau Dan Penyeberangan

Dalam Mendukung Pariwisata

adalah sumber daya alam, sumber daya manusia, sumber daya modal, dan

keahlian atau kewirausahaan. Sumber daya alam, yang meliputi tanah dan

kekayaan alam seperti kesuburan tanah, keadaan iklim/cuaca, hasil

hutan, tambang, dan hasil laut, sangat memengaruhi

pertumbuhan industri suatu negara, terutama dalam hal penyediaan bahan baku

produksi. Sementara itu, keahlian dan kewirausahaandibutuhkan untuk

mengolah bahan mentah dari alam, menjadi sesuatu yang memiliki nilai lebih

tinggi (disebut juga sebagai proses produksi). Sumber daya manusia juga

menentukan keberhasilan pembangunan nasional melalui jumlah dan kualitas

penduduk. Jumlah penduduk yang besar merupakan pasar potensial untuk

memasarkan hasil-hasil produksi, sementara kualitas penduduk menentukan

seberapa besar produktivitas yang ada. Sementara itu, sumber

daya modal dibutuhkan manusia untuk mengolah bahan mentah tersebut.

Pembentukan modal dan investasi ditujukan untuk menggali dan mengolah

kekayaan. Sumber daya modal berupa barang-barang modal sangat penting

bagi perkembangan dan kelancaran pembangunan ekonomi karena barang-

barang modal juga dapat meningkatkan produktivitas. Faktor nonekonomi

mencakup kondisi sosial kultur yang ada di masyarakat, keadaan politik,

kelembagaan, dan sistem yang berkembang dan berlaku.

2. Perbedaaan Pertumbuhan Ekonomi dan Pembangunan Ekonomi.

a. Pertumbuhan ekonomi

Pertumbuhan ekonomi yang dimaksud diatas dapat dijabarkan sebagai berikut:

- Merupakan proses naiknya produk per kapita dalam jangka panjang.

- Tidak memperhatikan pemerataan pendapatan.

- Tidak memperhatikan pertambahan penduduk

- Belum tentu dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat.

- Pertumbuhan ekonomi belum tentu disertai dengan pembangunan ekonomi

- Setiap input dapat menghasilkan output yang lebih banyak

II-9 Studi Peningkatan Pelayanan Angkutan Sungai Danau Dan Penyeberangan

Dalam Mendukung Pariwisata

b. Pembangunan ekonomi

Pembangunan ekonomi yang dimaksud diatas dapat dijabarkan sebagai

berikut:

- Merupakan proses perubahan yang terus menerus menuju perbaikan

termasuk usaha meningkatkan produk per kapita.

- Memperhatikan pemerataan pendapatan termasuk pemerataan

pembangunan dan hasil-hasilnya.

- Memperhatikan pertambahan penduduk.

- Meningkatkan taraf hidup masyarakat.

- Pembangunan ekonomi selalu dibarengi dengan pertumbuhan ekonomi.

- Setiap input selain menghasilkan output yang lebih banyak juga terjadi

perubahan – perubahan kelembagaan dan pengetahuan teknik.

Dampak Positif dan Negatif Pembangunan Ekonomi

Pembangunan ekonomi yang berlangsung di suatu negara membawa dampak,

baik positif maupun negatif, yaitu :

a) Pengaruh Positif Pembangunan Ekonomi.

Pengaruh Positif Pembangunan Ekonomi yang dimaksud diatas dapat

dijabarkan sebagai berikut:

- Melalui pembangunan ekonomi, pelaksanaan kegiatan perekonomian

akan berjalan lebih lancar dan mampu mempercepat proses

pertumbuhan ekonomi.

- Adanya pembangunan ekonomi dimungkinkan terciptanya lapangan

pekerjaan yang dibutuhkan oleh masyarakat, dengan demikian akan

mengurangi pengangguran.

- Terciptanya lapangan pekerjaan akibat adanya pembangunan ekonomi

secara langsung bisa memperbaiki tingkat pendapatan nasional.

- Melalui pembangunan ekonomi dimungkinkan adanya perubahan

struktur perekonomian dari struktur ekonomi agraris menjadi struktur

II-10 Studi Peningkatan Pelayanan Angkutan Sungai Danau Dan Penyeberangan

Dalam Mendukung Pariwisata

ekonomi industri, sehingga kegiatan ekonomi yang dilaksanakan oleh

negara akan semakin beragam dan dinamis.

- Pembangunan ekonomi menuntut peningkatan kualitas SDM sehingga

- dalam hal ini, dimungkinkan ilmu pengetahuan dan teknologi akan

berkembang dengan pesat. Dengan demikian, akan makin

meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Pengaruh Negatif Pembangunan Ekonomi

Pengaruh Negatif Pembangunan Ekonomi yang dimaksud diatas dapat

dijabarkan sebagai berikut:

- Adanya pembangunan ekonomi yang tidak terencana dengan baik

mengakibatkan adanya kerusakan lingkungan hidup.

- Industrialisasi mengakibatkan berkurangnya lahan pertanian.

- Hilangnya habitat alam baik hayati atau hewani.

3. Perkembangan Sektor Pariwisata Nasional.

Sektor Pariwisata merupakan Urutan kelima komoditas yang berkontribusi

terbesar terhadap pendapatan negara. Sektor pariwisata menyumbang

penerimaan negara sebesar 8,554 miliar dolar AS. Artinya, urutan kelima dari

komoditas yang memberikan kontribusi terbesar bagi pendapatan negara.

Berdasarkan data yang dirilis Badan Pusat Statistik pada tahun 2012, sektor

pariwisata sepanjang tahun 2011 mengkontribusikan 8,554 miliar dolar AS

bagi devisa Negara. Kontribusi sektor pariwisata itu meningkat dibandingkan

tahun sebelumnya, yang tercatat sebesar 7,6 miliar dolar AS. Nilai kontribusi

tersebut menempatkan pariwisata dalam ranking kelima di bawah migas, batu

bara, minyak kelapa sawit, dan karet olahan. Kontribusi PDB Pariwisata pada

2011 sebesar Rp. 296,97 triliun atau 4 persen. Dari sisi penyerapan tenaga

kerja pada 2011 sebanyak 8,53 juta orang bergerak di bidang pariwisata atau

mencapai kontribusi 7,72 persen. Pajak tak langsung dari sektor pariwisata

pada 2011 mencapai Rp10,72 triliun atau berkontribusi 3,85 persen. Upah dari

sektor pariwisata pada 2011 mencapai Rp96,57 triliun atau naik dibandingkan

II-11 Studi Peningkatan Pelayanan Angkutan Sungai Danau Dan Penyeberangan

Dalam Mendukung Pariwisata

2010 yang sebesar Rp. 84,80 triliun. Berdasarkan data Kemenparekraf,

kontribusi PDB pariwisata terhadap PDB nasional pada 2011 mencapai 2,91

persen (angka sangat sementara). Dari persentase itu, restoran

menyumbangkan kontribusi terbesar yakni 2,28 persen disusul hotel 0,35

persen serta rekreasi dan hiburan 0,28 persen.

B. KAJIAN TEORI.

1. Pengertian Pariwisata

Istilah pariwisata dalam etimologi berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri

dari dua kata yaitu pari´ dan wisata´. Pari berarti banyak, berkali-kali atau

berkeliling. Sedangkan wisata berarti bepergian. Maka kita dapat mengartikan

pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan dari satu tempat ke tempat yang

lainnya. Menurut Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang

Kepariwisataan, Wisata adalah perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau

kelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi,

pengembangan pribadi, atau mempelajari daya tarik wisata yang dikunjunginya

dalam jangka waktu sementara. Selain batasan tersebut diatas, banyak definisi

lain yang dikemukakan para ahli pariwisata menurut :

a. Menurut Robert McIntosh bersama Shaskinant Gupta dalam Oka A.Yoeti

(1992:8) adalah gabungan gejala dan hubungan yang timbul dari interaksi

wisatawan, bisnis, pemerintah tuan rumah serta masyarakat tuan rumah

dalam proses menarik dan melayani wisatawan-wisatawan serta para

pengunjung lainnya.

b. Menurut Richard Sihite dalam Marpaung dan Bahar (2000:46-47)

menjelaskan definisi pariwisata sebagai berikut : Pariwisata adalah suatu

perjalanan yang dilakukan orang untuk sementara waktu, yang

diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain meninggalkan tempatnya

semula, dengan suatu perencanaan dan dengan maksud bukan untuk berusaha

atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk

II-12 Studi Peningkatan Pelayanan Angkutan Sungai Danau Dan Penyeberangan

Dalam Mendukung Pariwisata

menikmati kegiatan pertamsyaan dan rekreasi atau untuk memenuhi

keinginan yang beraneka ragam.

c. Menurut H.Kodhyat (1983:4) adalah sebagai berikut : Pariwisata adalah

perjalanan dari satu tempat ke tempat yang lain, bersifat sementara,

dilakukan perorangan maupun kelompok, sebagai usaha mencari

keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup

dalam dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu.

d. Salah Wahab (1975:55) mengemukakan definisi pariwisata, yaitu :

pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang mampu mempercepat

pertumbuhan ekonomi dan penyediaan lapangan kerja, peningkatan

penghasilan, standar hidup serta menstimulasi sektor-sektor produktif

lainnya. Selanjutnya, sebagai sektor yang komplek, pariwisata juga

merealisasi industri-industri klasik seperti industri kerajinan tangan dan

cinderamata, penginapan dan transportasi.

e. Menurut pendapat dari James J. Spillane (1982:20) mengemukakan bahwa

pariwisata adalah kegiatan melakukan perjalanan dengan tujuan

mendapatkan kenikmatan, mencari kepuasan, mengetahui sesuatu,

memperbaiki kesehatan, menikmati olahraga atau istirahat, menunaikan

tugas, berziarah dan lain-lain.

f. Definisi yang di kemukakan oleh A.J. Burkart dan S. Medik (1987)

Pariwisata adalah perpindahan orang untuk sementara dan dalam jangka

waktu pendek ke tujuan- tujuan diluar tempat dimana mereka biasanya

hlidup dan bekerja dan kegiatan-kegiatan mereka selama tinggal di tempat-

tempat tujuan itu.

g. Definisi yang dikemukakan oleh Prof. Salah Wahab dalam Oka Yoeti (1994,

116.) Pariwisata adalah suatu aktivitas manusia yang dilakukan secara sadar

yang mendapat pelayanan secara bergantian diantara orang-orang dalam

suatu Negara itu sendiri/ diluar negeri, meliputi pendiaman orang-orang dari

daerah lain untuk sementara waktu mencari kepuasan yang beraneka ragam

dan berbeda dengan apa yang dialaminya, dimana ia memperoleh pekerjaan

tetap.

II-13 Studi Peningkatan Pelayanan Angkutan Sungai Danau Dan Penyeberangan

Dalam Mendukung Pariwisata

h. Menurut pendapat Anonymous (1986) Pariwisata adalah kegiatan seseorang

dari tempat tinggalnya untuk berkunjung ke tempat lain dengan perbedaan

pada waktu kunjungan dan motivasi kunjungan.

i. Menurut pendapat yang dikemukakan oleh Yoeti, (1991:103).Pariwisata

berasal dari dua kata, yakni Pari dan Wisata. Pari dapat diartikan sebagai

banyak, berkali-kali, berputar-putar atau lengkap. Sedangkan wisata dapat

j. diartikan sebagai perjalanan atau bepergian yang dalam hal ini sinonim

dengan kata ”travel” dalam bahasa Inggris. Atas dasar itu, maka kata

”Pariwisata” dapat diartikan sebagai perjalanan yang dilakukan berkali-kali

atau berputar-putar dari suatu tempat ke tempat yang lain, yang dalam bahasa

Inggris disebut dengan ”Tour”.

k. Menurut pendapat RG. Soekadijo (1997:8), Pariwisata ialah segala kegiatan

dalam masyarakat yang berhubungan dengan wisatawan.

l. Suyitno (2001) tentang Pariwisata sebagai berikut :

- Bersifat sementara, bahwa dalam jangka waktu pendek pelaku wisata

akan kembali ke tempat asalnya.

- Melibatkan beberapa komponen wisata, misalnya sarana transportasi,

akomodasi, restoran, obyek wisata, souvenir dan lain-lain.

- Memiliki tujuan tertentu yang intinya untuk mendapatkan kesenangan.

- Tidak untuk mencari nafkah di tempat tujuan, bahkan keberadaannya

dapat memberikan kontribusi pendapatan bagi masyarakat atau daerah

yang dikunjungi, karena uang yang di belanjakannya dibawa dari tempat

asal.

m. Richardson and fluker (2004) Tourism comprises the activities or

persons, travelling to and staying in place outside their usual environment for

not more than one consecutive year for leisure,bussines and other purpose.

n. Franklin (2003) Tourism becomes absolutely everyting associable with acts

of tourist,or put into it’s proper tantological form “tourism is touri”. (Editor :

Rafans Manado – dari berbagai sumber).

II-14 Studi Peningkatan Pelayanan Angkutan Sungai Danau Dan Penyeberangan

Dalam Mendukung Pariwisata

o. Menurut Oka Yoeti, Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk

sementara waktu, yang diselenggarakan dari satu tempat ketempat

lain, dengan maksud bukan untuk berusaha atau mencari nafkah ditempat

yang dikunjungi tetapi semata-mata untuk menikmati perjalanan hidup guna

bertamasya dan rekreasi atau memenuhi keinginan yang beraneka ragam.

p. Menurut Herman V. Schularad, Pariwisata adalah sejumlah kegiatan

terutama yang ada kaitannya dengan kegiatan perekonomian yang

secara langsung berhubungan dengan masuknya, adanya pendiaman

dan bergeraknya orang-orang keluar masuk suatu kota atau daerah dan

negara.

q. Menurut Salah Wahab (1975:55), Pariwisata yaitu pariwisata adalah salah

satu jenis industri baru yang mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi

dan penyediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standar hidup

serta menstimulasi sektor-sektor produktif lainnya. Selanjutnya, sebagai

sektor yang komplek, pariwisata juga merealisasi industri-industri klasik

seperti industri kerajinan tangan dan cinderamata, penginapan dan

transportasi.

2. Pariwisata Dan Wisatawan

Pariwisata atau turisme adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk rekreasi

atau liburan, dan juga persiapan yang dilakukan untuk aktivitas ini.

Seorang wisatawan atau turis adalah seseorang yang melakukan perjalanan

paling tidak sejauh 80 km (50 mil) dari rumahnya dengan tujuan rekreasi,

merupakan definisi oleh Organisasi Pariwisata Dunia. Definisi yang lebih

lengkap, turisme adalah industri jasa yang menangani jasa mulai

dari transportasi, jasa keramahan, tempat tinggal, makanan, minuman, dan jasa

bersangkutan lainnya seperti bank, asuransi, keamanan, dll. Dan juga

menawarkan tempat istrihat, budaya, pelarian, petualangan, dan pengalaman

baru dan berbeda lainnya. Banyak negara, bergantung banyak dari industri

pariwisata ini sebagai sumber pajak dan pendapatan untuk perusahaan yang

II-15 Studi Peningkatan Pelayanan Angkutan Sungai Danau Dan Penyeberangan

Dalam Mendukung Pariwisata

menjual jasa kepada wisatawan. Oleh karena itu pengembangan industri

pariwisata ini adalah salah satu strategi yang dipakai oleh Organisasi Non-

Pemerintah untuk mempromosikan wilayah tertentu sebagai daerah wisata untuk

meningkatkan perdagangan melalui penjualan barang dan jasa kepada orang non

lokal. Menurut Undang Undang No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan,

yang

dimaksud dengan pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata yang

didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan masyarakat,

pengusaha, Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

Menurut Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 2009 tentang

Kepariwisataan, pariwisata diartikan sebagai segala sesuatu yang berhubungan

dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-

usaha yang terkait di bidang tersebut. Wisata diartikan sebagai kegiatan

perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela

dan bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik wisata (Direktorat

Jenderal Pariwisata 1990).

Pariwisata (tourism) adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara

waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain, dengan maksud

bukan untuk berusaha (business) atau mencari nafkah di tempat yang

dikunjungi, tetapi semata – mata untuk menikmati perjalanan tersebut, guna

pertamasyaan dan rekreasi atau memenuhi keinginan yang beranekaragam

(Yoeti 1980). Secara umum pariwisata itu adalah segala kegiatan dalam

masyarakat yang berhubungan dengan wisatawan (Soekadijo 2000).

Tujuan dari penyelenggaraan kepariwisataan adalah untuk memperkenalkan,

mendayagunakan, melestarikan, dan meningkatkan mutu objek dan daya tarik

wisata; memupuk rasa cinta tanah air dan meningkatkan persahabatan antar

bangsa; memperluas dan memeratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja;

meningkatkan pendapatan nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan

dan kemakmuran rakyat; dan mendorong pendayagunaan produksi nasional

Menurut undang – undang pemerintah nomor 10 tahun 2009 tentang

II-16 Studi Peningkatan Pelayanan Angkutan Sungai Danau Dan Penyeberangan

Dalam Mendukung Pariwisata

kepariwisataan; Wisata adalah perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau

kelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi,

pengembangan pribadi, atau mempelajari daya tarik wisata yang dikunjunginya

dalam jangka waktu sementara. Wisatawan adalah orang yang melakukan

wisata.

Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata yang didukung berbagai

fasilitas serta layanan yang disediakan masyarakat, pengusaha, Pemerintah dan

Pemerintah Daerah. Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait

dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul

sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara

wisatawan dan masyarakat setempat sesama wisatawan, pemerintah, pemerintah

daerah dan pengusaha. Daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki

keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam

budaya dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan

wisatawan. Daerah tujuan wisata atau Destinasi Pariwisata adalah kawasan

geografis yang berada dalam satu atau atau lebih wilayah administrasi yang di

dalamnya terdapat daya tarik wisata. Asas Kepariwisataan yaitu :

Kepariwisataan diselenggarakan berdasarkan asas : manfaat, kekeluargaan, adil

dan merata, keseimbangan, kemandirian, kelestarian, partisipatif, berkelanjutan,

demokratis, kesetaraan dan kesatuan. Tujuan pariwisata adalah sebagai berikut:

- Kepariwisataan bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi

- Meningkatkan kesajhteraan rakyat

- Menghapus kemiskinan

- Mengatasi pengangguran

- Melestarikan alam, lingkungan, dan sumber daya

- Memajukan kebudayaan

- Mengangkat citra bangsa

- Memupuk rasa cinta tanah air

II-17 Studi Peningkatan Pelayanan Angkutan Sungai Danau Dan Penyeberangan

Dalam Mendukung Pariwisata

- Memperkukuh jadi diri dan kesatuang bangsa

- Mempererat persahabatan antar bangsa

3. Industri Pariwisata

Bila orang mendengar kata industri, gambaran dari kebanyakan orang adalah

suatu bangunan pabrik dengan segala perlengkapannya yang mempunyai

cerobong asap dengan menggunakan mesin dalam proses produksinya.

Demikianlah gambaran industri pada umumnya, tetapi tidak demikian dengan

industri pariwisata (Herman Bahar, 2002 : 23). Kalau kita ikuti pengertian-

pengertian kata industri seperti yang telah diuraikan dalam bagian terdahulu, maka

kita cendrung untuk memberikan batasan terhadap industri pariwisata yaitu: industri

pariwisata adalah kumpulan bermacam-macam perusahaan yang secara bersama-

sama menghasilkan barang dan jasa ( goods and services) yang dibutuhkan

wisatawan pada khususnya dan traveler pada umumnya. Menurut R.S Darmajadi

(2002:8), Industri pariwisata merupakan rangkuman dari berbagai macam bidang

usaha yang secara bersama sama mengahasilkan produk-produk maupun jasa

atau pelayanan atau service yang nantinya baik langsung maupun tidak

langsung akan dibutuhkan wisatawan nantinya. Pengertian industri pariwisata

akan lebih jelas bila kita mempelajari dari jasa atau produk yang dihasilkan atau

pelayanan yang diharapkan wisatawan ketika melakukan perjalanan. Dengan

demikian akan terlihat tahap-tahap wisatawan sebagai konsumen yang

memerlukan pelayanan tertentu. Menurut Yoeti (1980) industri pariwisata yaitu

sebagai kumpulan dari bermacam– macam perusahaan yang secara bersama

menghasilkan barang – barang dan jasa – jasa (goods and services) yang

dibutuhkan wisatawan pada khususnya dan traveller pada umumnya, selama

dalam perjalanan. Inti dari definisi ini adalah bahwa selama perusahaan tertentu

menghasilkan produk dan jasa yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan dari

wisatawan dan traveller, maka perusahaan itu merupakan bagian dari industri

pariwisata. Pariwisata sebagai industri yang dikemukakan oleh Soekadijo (2000).

Industri pariwisata memiliki tiga produk utama, yaitu atraksi wisata (festival,

pantai dan lainnya), jasa wisata (hotel, restoran dan lainnya), dan angkutan

II-18 Studi Peningkatan Pelayanan Angkutan Sungai Danau Dan Penyeberangan

Dalam Mendukung Pariwisata

wisata (kapal, mobil dan lainnya). Ketiga produk ini saling terkait satu sama lain

dan ketiganya harus ada agar suatu aktivitas bisa dikatakan sebagai pariwisata.

Aspek pemasaran berfungsi agar antara penawaran dari produsen dan permintaan

dari konsumen bertemu dan menghasilkan aktivitas wisata. Soekadijo (2000)

mengungkapkan bahwa industri pariwisata memiliki perbedaan bila

dibandingkan dengan industri yang lain yaitu :

a. Pariwisata tidak dapat dibawa ke tempat kediaman wisatawan.

Produk pariwisata harus dinikmati di tempat dimana produk itu

tersedia.

b. Wujud dari produk pariwisata akhirnya ditentukan oleh konsumen itu

sendiri, yaitu wisatawan. Bagaimana bentuk-bentuk komponen produk

wisata itu akhirnya tersusun menjadi suatu produk pariwisata yang utuh,

pada dasarnya wisatawan yang menyusunnya. Sebagai contoh, wisatawanlah

yang menentukan media transportasi, lokasi penginapan, dan atraksi yang

ingin dilihat.

c. Apa yang diperoleh oleh konsumen setelah ”mengkonsumsi” produk

pariwisata adalah pengalaman.

4. Pariwisata Bahari

Pembangunan pariwisata bahari pada hakikatnya adalah upaya

mengembangkan dan memanfaatkan objek serta daya tarik wisata bahari

dikawasan pesisir dan lautan Indonesia berupa kekayaan alam yang indah,

keragaman flora dan fauna seperti terumbu karang dan berbagai jenis ikan

hias. Objek wisata bahari yang memiliki potensi besar salah satunya adalah

wilayah pantai. Pada umumnya Indonesia memiliki kondisi pantai yang alami,

terutama memiliki pantai yang landai, ombak yang besar dan

berkesinambungan (Syah; 2003).

Namun dilihat dari kontribusi wisata bahari terhadap dunia pariwisata di

Indonesia secara umum masih sangat minim, padahal di Negara tetangga

II-19 Studi Peningkatan Pelayanan Angkutan Sungai Danau Dan Penyeberangan

Dalam Mendukung Pariwisata

seperti Malaysia wisata bahari mampu menyumbang 60% terhadap sektor

kepariwisataan.

Wisata bahari adalah jenis wisata khusus yang memiliki aktivitas yang

berkaitan dengan kelautan, baik diatas permukaan laut (marine) maupun

kegiatan yang dilakukan dibawah permukaan laut (sub marine). Daya tarik

yang paling penting dalam wisata bahari didasarkan pada daya tarik

sumberdaya alam dan kelautan (marine attractions). Selain itu, adat istiadat

dan budaya masyarakat pesisir juga dapat merupakan bagian dari objek dan

daya tarik wisata bahari. Wisata bahari (marine tour) adalah suatu kunjungan

ke objek wisata, khususnya untuk menyaksikan keindahan lautan, wreck

diving (menyelam) dengan perlengkapan selam lengkap (Suwantoro 2001)

diacu dalam Hadi (2003). Wisata bahari (marine tourism) adalah wisata yang

objek dan daya tariknya bersumber dari potensi bentang laut (seascape)

maupun bentang darat pantai (coastal seascape). Di wilayah pantai dapat

dilakukan berbagai kegiatan wisata bahari, baik pada bentang laut maupun

pada bentang darat pantai (Hadi 2003).

5. Pemasaran Pariwisata

Wahab (2003) membatasi pemasaran wisata sebagai upaya – upaya sistematis

dan terpadu yang dilakukan oleh organisasi pariwisata nasional dan atau badan

usaha pariwisata pada taraf internasional, nasional dan lokal guna memenuhi

kepuasan wisatawan baik secara kelompok maupun pribadi masing – masing

dengan maksud meningkatkan pertumbuhan pariwisata.

Cooper et al (1993) mengatakan bahwa produk pariwisata memiliki tiga

karakteristik, yaitu :

a. Intangibility, artinya produk tidak bisa dengan mudah dilihat atau dinilai.

Kendala tempat dan waktu menyulitkan para pemasar untuk menunjukkan

nilai tambah produk yang mereka jual.

b. Perishability, yang berarti bahwa produk pariwisata tidak dapat disimpan

untuk dijual dimasa depan. Sebagai contoh, kamar hotel atau cottage yang

kosong, kursi pesawat yang tidak terisi penuh menunjukkan pendapatan

II-20 Studi Peningkatan Pelayanan Angkutan Sungai Danau Dan Penyeberangan

Dalam Mendukung Pariwisata

yang hilang dan tidak dapat diperoleh kembali.

c. Inseparability, artinya produk diproduksi dan dikonsumsi secara

d. bersamaan. Semisal pertunjukkan kesenian, dimana produk ini diproduksi

ketika diadakan dan dikonsumsi pada saat yang bersamaan oleh wisatawan

yang menonton. Implikasinya adalah sulit untuk memastikan kepuasan

seluruh konsumen. Cooper et al (1993) menyampaikan bahwa produk

pariwisata terkait dengan proses pengambilan keputusan yang kompleks

karena konsumen menghadapi berbagai resiko ketika akan memutuskan

untuk mengkonsumsi produk pariwisata. Resiko – resiko tersebut yaitu :

1) Resiko ekonomi atau finansial, ketika produk pariwisata yang dibeli

tidak memberikan manfaat yang sebelumnya diharapkan.

2) Resiko fisik seperti kecelakaan dan penyakit.

3) Resiko psikologi, yaitu resiko yang muncul ketika calon konsumen

melihat bahwa pembelian produk wisata tertentu mungkin tidak

mengapresiasikan citra yang mereka ingin dapatkan.

C. TRANSPORTASI.

1. Pengertian Transportasi

Transportasi adalah suatu proses pemindahan melalui jalur perpindahan baik

melalui prasarana alami seperti udara, sungai, laut, atau buatan manusia (man

made) seperti jalan raya, jalan rel, dan jalan pipa. Objek yang diangkut dapat

berupa orang maupun barang dengan menggunakan alat/sarana angkutan serta

sistem pengaturan dan kendali tertentu yakni adanya manajemen lalu lintas,

sistem operasi, maupun prosedur perangkutan. Dalam sistem transportasi,

jalan merupakan unsur yang paling mendukung keberlangsungan sarana

transportasi. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 tahun

2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, yang dimaksud dengan jalan

adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,

termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi

lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di

II-21 Studi Peningkatan Pelayanan Angkutan Sungai Danau Dan Penyeberangan

Dalam Mendukung Pariwisata

bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan ait, kecuali jalan

kereta api, jalan lori, dan jalan kabel.

Secara umum definisi transportasi adalah pemindahan manusia atau barang

dari satu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan sebuah wahana yang

digerakkan oleh manusia atau mesin (Nasution, 2004). Transportasi dapat

dikatakan sebagai sebuah kebutuhan turunan karena transportasi timbul

disebabkan adanya maksud atau tujuan yang ingin dicapai melalui

transportasi. Misalnya pengiriman barang, berpergian, bekerja dan lain-lain.

Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan antara asal dan tujuan.

Perjalanan dilakukan melalui suatu lintasan tertentu yang menghubungkan asal

dan tujuan, menggunakan alat angkut atau kedaraan dengan kecepatan

tertentu. (Nasution:2004). Transportasi adalah kegiatan pemindahan barang

(muatan) dan penumpang dari satu tempat ke tempat yang lainnya. Unsur-unsur

transportasi meliputi :

a. Manusia yang membutuhkan

b. Barang yang dibutuhkan

c. Kendaraan sebagai alat/sarana

d. Jalan dan terminal sebagai prasarana transportasi

e. Pengelola transportasi

Transportasi memiliki tiga fungsi diantaranya :

a. Melancarkan arus barang dan jasa

b. Menunjang perkembangan pembangunan

c. Sebagai sarana penunjang industri pariwisata

2. Moda Transportasi

Moda transportasi terbagi menjadi tiga yaitu :

a. Transportasi udara adalah salah satu sarana atau angkutan yang digunakan

untuk memindahkan barang atau jasa dari satu tempat ke tempat yang

lainnya melalui jalur udara.Adapun jenis-jenis alat transportasi udara

diantaranya pesawat dan helicopter.

b. Transportasi laut adalah sarana atau angkutan yang dipergunakan

II-22 Studi Peningkatan Pelayanan Angkutan Sungai Danau Dan Penyeberangan

Dalam Mendukung Pariwisata

untuk memindahkan barang atau jasa dari satu tempat ke tempat lainnya

dengan memalui jalur laut. Jenis kendaraan yang biasa digunakan adalah

kapal atau perahu.

c. Transportasi darat adalah sarana yang digunakan sebagai alat pemindah

baik barang atau jasa dengan melalui jalur darat. Transportasi darat

merupakan sarana yang biasa digunakan sebagia besar masyarakat karena

sering kita jumpai di jalan-jalan seperti mobil pribadi atau kendaraan

umum, sepedamotor. Dan ada juga kereta api yang khusus berjalan di atas

rel.

Transportasi darat sangat diminati para wisatawan dalam berwisata karena

sangat mudah dan terjangkau. Semua orang tentu pernah menaiki sepeda motor,

mobil, sepeda atau kereta api. Karena jenis alat transportasi ini sangat sering

kita jumpai di hadapan kita. Bila kita berjalan pasti kita melihat jenis kendaraan

ini lalu lalang di sekitar kita. Dalam berpariwisata alat transportasi ini juga yang

umum digunakan para wisatawan karena sangat mudah didapat dan akses

perjalannya juga sangat beragam. Di area wisata juga sering kita jumpai

prasarana berupa parkir gratis serta adanya akses jalan tol yang dapat

mempermudah perjalanan.

3. Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan.

Kata ASDP yang berarti “Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan”

merupakan istilah yang terdiri dari dua aspek yaitu “Angkutan Sungai dan

Danau” atau ASD dan “Angkutan Penyeberangan. Sistem transportasi terdiri

dari 5 macam yaitu moda yaitu moda angkutan jalan (jalan raya), moda

angkutan udara, moda angkutan kereta api, moda angkutan pipa (yang mungkin

belum dikenal luas), dan moda angkutan laut.

Angkutan Perairan Daratan atau angkutan perairan pedalaman merupakan istilah

lain dari Angkutan Sungai dan Danau (ASD). Jenis angkutan ini telah lama

dikenal oleh manusia bahkan terbilang tradisional. Sebelum menggunakan

angkutan jalan dengan mengendarai hewan seperti kuda dan sapi, manusia telah

memanfaatkan sungai untuk menempuh perjalanan jarak jauh. Demikian juga di

II-23 Studi Peningkatan Pelayanan Angkutan Sungai Danau Dan Penyeberangan

Dalam Mendukung Pariwisata

Indonesia, sungai merupakan wilayah favorit sehingga banyak sekali pusat

pemukiman, ekonomi, budaya maupun kota-kota besar yang berada di tepian

sungai seperti Palembang.

Angkutan Perairan Daratan merupakan sebuah istilah yang diserap dari bahasa

Inggris yaitu Inland Waterways atau juga dalam bahasa Perancis yaitu

Navigation d’Interieure atau juga voies navigables yang memiliki makna yang

sama yaitu pelayaran atau aktivitas angkutan yang berlangsung di perairan yang

berada di kawasan daratan seperti sungai, danau dan kanal.

Menurut Undang-undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, dapat

dijabarkan sebagai berikut:

Bagian Ketiga

Angkutan Sungai dan Danau

Pasal 18

(1) Kegiatan angkutan sungai dan danau di dalam negeri dilakukan oleh orang

perseorangan warga negara Indonesia atau badan usaha dengan menggunakan

kapal berbendera Indonesia yang memenuhi persyaratan kelaiklautan kapal

serta diawaki oleh Awak Kapal berkewarganegaraan Indonesia.

(2) Kegiatan angkutan sungai dan danau antara Negara Republik Indonesia dan

negara tetangga dilakukan berdasarkan perjanjian antara Pemerintah Republik

Indonesia dan pemerintah negara tetangga yang bersangkutan.

(3) Angkutan sungai dan danau yang dilakukan antara dua negara sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dilakukan oleh kapal berbendera

Indonesia dan/atau kapal berbendera negara yang bersangkutan.

(4) Kegiatan angkutan sungai dan danau disusun dan dilakukan secara terpadu

dengan memperhatikan intra-dan antarmoda yang merupakan satu kesatuan

sistem transportasi nasional.

(5) Kegiatan angkutan sungai dan danau dapat dilaksanakan dengan menggunakan

trayek tetap dan teratur atau trayek tidak tetap dan tidak teratur.

(6) Kegiatan angkutan sungai dan danau dilarang dilakukan di laut kecuali

mendapat izin dari Syahbandar dengan tetap memenuhi persyaratan

kelaiklautan kapal.

II-24 Studi Peningkatan Pelayanan Angkutan Sungai Danau Dan Penyeberangan

Dalam Mendukung Pariwisata

Pasal 19

(1) Untuk menunjang usaha pokok dapat dilakukan kegiatan angkutan

sungai dan danau untuk kepentingan sendiri.

(2) Kegiatan angkutan sungai dan danau sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dapat dilakukan oleh orang perseorangan warga negara Indonesia atau badan

usaha dengan izin Pemerintah.

Pasal 20

Ketentuan lebih lanjut mengenai kegiatan angkutan sungai dan danau diatur dengan

Peraturan Pemerintah.

Bagian Keempat

Angkutan Penyeberangan

Pasal 21

(1) Kegiatan angkutan penyeberangan di dalam negeri dilakukan oleh badan

usaha dengan menggunakan kapal berbendera Indonesia yang memenuhi

persyaratan kelaiklautan kapal serta diawaki oleh Awak Kapal

berkewarganegaraan Indonesia.

(2) Kegiatan angkutan penyeberangan antara Negara Republik Indonesia dan

negara tetangga dilakukan berdasarkan perjanjian antara Pemerintah Republik

Indonesia dan pemerintah negara yang bersangkutan.

(3) Angkutan penyeberangan yang dilakukan antara dua negara sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dilakukan oleh kapal berbendera

Indonesia dan/atau kapal berbendera negara yang bersangkutan.

Pasal 22

(1) Angkutan penyeberangan merupakan angkutan yang berfungsi sebagai

jembatan yang menghubungkan jaringan jalan atau jaringan jalur kereta

api yang dipisahkan oleh perairan untuk mengangkut penumpang dan

kendaraan beserta muatannya.

(2) Penetapan lintas angkutan penyeberangan sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) dilakukan dengan mempertimbangkan:

a. pengembangan jaringan jalan dan/atau jaringan jalur kereta api

yang dipisahkan oleh perairan;

II-25 Studi Peningkatan Pelayanan Angkutan Sungai Danau Dan Penyeberangan

Dalam Mendukung Pariwisata

b. fungsi sebagai jembatan;www.legalitas.org

c. hubungan antara dua pelabuhan, antara pelabuhan dan terminal, dan

antara dua terminal penyeberangan dengan jarak tertentu;

d. tidak mengangkut barang yang diturunkan dari kendaraan

pengangkutnya;

e. Rencana Tata Ruang Wilayah; dan

f. jaringan trayek angkutan laut sehingga dapat mencapai optimalisasi

keterpaduan angkutan antar-dan intramoda.

(3) Angkutan penyeberangan dilaksanakan dengan menggunakan trayek tetap dan

teratur.

Pasal 23

Ketentuan lebih lanjut mengenai kegiatan angkutan penyeberangan diatur dengan

Peraturan Pemerintah.

Moda angkutan ini tentunya tidak mempergunakan perairan laut sebagai

prasarana utamanya namun perairan daratan. Dalam kamus Himpunan Istilah

Perhubungan, istilah perairan daratan didefinisikan sebagai semua perairan

danau, terusan dan sepanjang sungai dari hulu sampai dengan muara

sebagaimana dikatakan undang-undang atau peraturan tentang wilayah

perairan daratan.

Angkutan penyeberangan adalah angkutan yang berfungsi sebagai jembatan

bergerak yang menghubungkan jaringan jalan dan/atau jaringan kereta api yang

terputus karena adanya perairan. Dalam bahasa Inggris, moda ini dikenal dengan

istilah ferry transport. Lintas penyeberangan Merak – Bakauheni dan

Palembang – Bangka bahkan juga Inggris – Perancis adalah beberapa contoh

yang sudah dikenal masyarakat.

Jadi angkutan sungai dan danau serta angkutan penyeberangan adalah dua moda

angkutan yang berbeda. Kedua angkutan ini tidak dapat disamakan. Perbedaan

ini akan berbeda pula pada sarana (kapal) dan prasarananya (pelabuhan), dan

tentunya akan berbeda pula pada standar kualitas dan pelayanannya. Di

Indonesia, sebagai negara kepulauan, angkutan penyeberangan atau ferry

II-26 Studi Peningkatan Pelayanan Angkutan Sungai Danau Dan Penyeberangan

Dalam Mendukung Pariwisata

transport merupakan jembatan antar-pulau yang melintasi lautan. Oleh

karenanya, sarana prasarana angkutan penyeberangan lebih menyerupai sarana

prasarana angkutan pelayaran. Di dalam penelitian ini akan lebih banyak

menyoroti angkutan sungai danau yang berbeda dengan angkutan pelayaran.

Beberapa pengertian lain yang menyangkut transportasi Sungai Danau dalam

peraturan perundang-undangan adalah sebagai berikut:

1) Angkutan Sungai dan Danau Untuk Kepentingan Sendiri adalah kegiatan

angkutan sungai dan danau yang dilakukan untuk melayani kepentingan

sendiri dalam menunjang usaha pokoknya (PP No. 22 tahun 2011).

2) Angkutan sungai dan danau adalah kegiatan angkutan dengan

menggunakan kapal yang dilakukan di sungai, danau, waduk, rawa,

anjir, kanal dan terusan untuk mengangkut penumpang, barang dan/atau

hewan, yang diselenggarakan oleh perusahaan angkutan sungai dan

danau.

3) Termasuk dalam perairan Indonesia adalah perairan daratan antara lain

sungai, danau, waduk, kanal, dan terusan (UU No. 17 tahun 2008,

Penjelasan Pasal 4).

4) Salah satu jenis angkutan di perairan adalah angkutan sungai dan danau

(UU No. 17 tahun 2008, Pasal 6 huruf b).

5) Yang dimaksud perairan sungai dan danau meliputi sungai, danau,

waduk, kanal, terusan, dan rawa. (UU No. 17 tahun 2008, penjelasan

Pasal 163 Ayat (3)).

6) Alur dan perlintasan sebagaimana diatur dalam pasal 187 UU No. 17

tahun 2008 tentang Pelayaran:

a) Pada alur-pelayaran sungai dan danau ditetapkan kriteria klasifikasi

alur.

b) Penetapan kriteria klasifikasi alur-pelayaran sungai dan danau

dilakukan dengan memperhatikan saran dan pertimbangan teknis

dari Menteri yang terkait.

c)

II-27 Studi Peningkatan Pelayanan Angkutan Sungai Danau Dan Penyeberangan

Dalam Mendukung Pariwisata

4. Pengelompokan Angkutan Sungai.

Angkutan sungai dan danau dapat dikelompokkan dalam beberapa kategori sebagai

berikut:

a. Muara sungai dan bagian sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut. Seperti

yang terjadi di Palembang, Banjarmasin dan beberapa daerah daerah lain, di

mana kondisi perairan yang ada sangat dipengaruhi oleh pasang surut air

sungai. Dapat digunakan oleh kapal-kapal atau pelayaran laut, sepanjang

kedalaman alur mencukupi. Cocok untuk angkutan barang curah serta peti

kemas.

b. Sungai besar yang tidak dipengaruhi oleh pasang surut, bisa dilayari kapal laut

sepanjang dilengkapi dengan pintu/ lock yang sesuai dengan ukuran kapal.

c. Perairan lebar atau danau yang tidak dipengaruhi oleh pasang surut, angkutan

dengan kapal khusus sungai, tongkang yang dilengkapi pintu/lock atau kolam

pemindahan kapal, sehingga bisa digunakan untuk angkutan peti kemas.

d. Terusan/ kanal sempit, merupakan alur pelayaran buatan digunakan untuk

angkutan ukuran kecil, tidak cocok untuk peti kemas.

Prinsipnya, semua perairan sungai, danau atau kanal, bisa dilayari oleh jenis

angkutan ini sepanjang kedalaman alur dan lebarnya memadai agar bisa

dikendalikan dengan baik. Di berbagai negara maju, jenis angkutan yang

digunakan dilengkapi kolam pemindahan kapal (lock) yang bisa mengendalikan

kedalaman alur pelayaran sungai dan danau, sehingga daerah yang bisa

dihubungkan dengan pelayaran perairan daratan menjadi lebih luas.

Di negara negara Eropa, jenis angkutan perairan daratan ini bisa dikembangkan

menjadi sub sistem transportasi yang terpadu. Berdasarkan pengalaman tersebut, di

Indonesia yang juga terdapat banyak sungai besar dan danau, jenis angkutan ini

perlu dikembangkan.

Tak hanya untuk angkutan barang dan penumpang, pelayaran perairan daratan juga

dapat dimanfatkan untuk berbagai tujuan. Misalnya untuk tujuan wisata air dengan

menelusuri sungai yang sangat diminati oleh wisatawan. Tak terkecuali untuk

berpetualang menikmati keindahan alam di daerah-daerah pedalaman.

II-28 Studi Peningkatan Pelayanan Angkutan Sungai Danau Dan Penyeberangan

Dalam Mendukung Pariwisata

Namun selama ini, angkutan perairan daratan ini banyak dimanfaatkan untuk

angkutan barang seperti yang banyak dijumpai di Sungai Musi, Sungai Barito,

Sungai Kahayan, sungai Kapuas, Sungai Mahakam, Sungai Membramo, serta

sungai besar lainnya. Selain barang juga banyak digunakan untuk angkutan

penumpang.

5. Klasifikasi Terminal Penyeberangan.

Untuk kepentingan penyelenggaraan pelabuhan sungai, danau dan penyeberangan

ditetapkan klasifikasi pelabuhan. Klasifikasi pelabuhan ditetapkan dengan

memperhatikan:

a. fasilitas pelabuhan yang terdiri dan fasilitas pokok dan fasilitas penunjang;

b. volume operasional pelabuhan;

c. peran dan fungsi pelabuhan.

Fasilitas pokok meliputi:

a. perairan tempat labuh termasuk alur pelayaran;

b. kolam pelabuhan;

c. fasilitas sandar kapal;

d. penimbangan muatan;

e. terminal penumpang;

f. akses penumpang dan barang ke dermaga;

g. perkantoran untuk kegiatan perkantoran pemerintahan dan pelayanan jasa;

h. fasilitas penyimpanan bahan bakar (Bunker);

i. instalasi air, listrik dan komunikasi;

j. akses jalan dan atau rel kereta api;

k. fasilitas pemadam kebakaran;

l. tempat tunggu kendaran bermotor sebelum naik ke kapal.

Fasilitas penunjang meliputi:

a. kawasan perkantoran untuk menunjang kelancaran pelayanan jasa

kepelabuhanan;

II-29 Studi Peningkatan Pelayanan Angkutan Sungai Danau Dan Penyeberangan

Dalam Mendukung Pariwisata

b. tempat penampungan limbah;

c. fasilitas usaha yang menunjang kegiatan pelabuhan;

d. area pengembangan pelabuhan.

Klasifikasi angkutan penyeberangan menurut PP No. 61 Tahun 2009 ayat 1 point

13 dapat djelaskan:

Angkutan penyeberangan adalah angkutan yang berfungsi sebagai jembatan yang

menghubungkan jaringan jalan dan atau jaringan jalur kereta api yang dipisahkan

oleh perairan untuk mengangkut penumpang dan kenderaan beserta muatannya.

Selanjutnya pada point 14 dapat diselaskan:

Angkutan sungai dan danau adalah kegiatan angkutan dengan menggunakan kapal

yang dilakukan di sungai, danau, waduk, rawa, banjir kanal, dan terusan untuk

mengangkut penumpang dan atau barang yang diselenggarakan oleh perusahaan

angkutan sungai dan danau.

Selanjutnya dapat dijelaskan:

Pasal 6

(1) Jenis pelabuhan terdiri atas:

a. Pelabuhan laut; dan

b. Pelabuhan sungai dan danau

(2) Pelabuhan laut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf (a) digunakan untuk

melayani:

a. Angkutan laut; dan/ atau

b. Angkutan penyeberangan

(3) Pelabuhan laut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf (a) secara hierarki

terdiri atas:

a. Pelabuhan utama

b. Pelabuhan pengumpul; dan

c. Pelabuhan pengumpan

(4) Kebijakan Transportasi Sungai, Danau dan Penyeberangan.

Kebijakan Transportasi Sungai Danau dan Penyeberangan sebagai berikut :

II-30 Studi Peningkatan Pelayanan Angkutan Sungai Danau Dan Penyeberangan

Dalam Mendukung Pariwisata

a. Memperbaiki keselamatan dan kualitas pelayanan prasarana dan sarana

serta pengelolaan angkutan SDP;

b. Meningkatkan kelancaran dan kapasitas pelayanan di lintas yang telah jenuh

dan memperbaiki tatanan pelayanan angkutan antar moda dan kesinambungan

transportasi darat yang terputus di dalam pulau (sungai dan danau) dan antar

pulau;

c. Pengembangan pelayanan ASDP di Jawa dan Madura diarahkan untuk

mendukung pariwisata dan angkutan lokal pada lintas penyeberangan antar

provinsi antar pulau seperti: Merak - Bakauheni, Jakarta - Pangkal Pinang,

Semarang-Banjarmasin, Lamongan-Balikapapan, Lamongan-Makassar-Takalar

dan Ketapang-Gilimanuk.

d. Selain itu dilanjutkan dengan pengembangan lintas penyeberangan antar

Kabupaten/Kota;

e. Pengembangan ASDP di Bali dan Nusa Tenggara diarahkan untuk kegiatan

transportasi lokal dan menunjang pariwisata di danau Bedugul, Batur dan

Kelimutu; lintas penyeberangan antarnegara seperti Kupang-Dili, dan rencana

kajian untuk Kupang-Darwin, serta lintas penyeberangan antar provinsi antar

pulau menuju pulau Jawa dan pulau Sulawesi. Pengembangan lintas

penyeberangan antar Kabupaten/Kota diperlukan keterpaduantar moda dan

dikembangkan sesuai dengan tingkat perkembangan permintaan pada jaringan

transportasi jalan;

f. Pengembangan ASDP di Kalimantan diarahkan pada jaringan transportasi

sungai untuk menjangkau seluruh daerah pedalaman dan terpencil yang

didominasi oleh perairan yang tersebar luas; jaringan transportasi pe-

nyeberangan pada lintas antar provinsi dan antar pulau terutama dengan pulau

Sulawesi, seperti Balikpapan-Mamuju, Nunukan-Manado, serta dengan pulau

Jawa dan Sumatera, dan perencanaan lintas internasional Tarakan-Nunukan-

Tawao;

II-31 Studi Peningkatan Pelayanan Angkutan Sungai Danau Dan Penyeberangan

Dalam Mendukung Pariwisata

g. Pengembangan ASDP di Sulawesi diarahkan pada jaringan transportasi danau

dengan prioritas tinggi di danau Tempe, danau Towuti, dan danau Matano; serta

pada lintas penyeberangan dalam provinsi dan antar provinsi;

h. Pengembangan ASDP di Maluku dan Papua diarahkan untuk meningkatkan

lintas antar provinsi dan antar kepulauan dalam provinsi;

i. Meningkatkan aksesibilitas pelayanan ASDP dengan mengembangkan angkutan

sungai di Kalimantan, Sumatera dan Papua yang memiliki sungai cukup besar;

mengembangkan angkutan danau untuk menunjang program wisata;

meningkatkan pelayanan penyeberangan sebagai penghubung jalur jalan yang

terputus di perairan, terutama pada lintasan ASDP di Sabuk Selatan (Sumatera-

Jawa-Bali-NTB-NTT);

10) Mendorong peran serta pemerintah daerah dan swasta dalam penyelenggaraan

ASDP; mendorong penyelesaian revisi UU. No. 21 tahun 1992 tentang

Pelayaran serta peraturan pelaksanaannya; melaksanakan restrukturisasi

kelembagaan dalam moda ASDP, agar tercapai efisiensi, transparansi serta

meningkatkan peran swasta di bidang ASDP.

II. Penetapan terminal penyeberangan .

a. Penetapan Terminal Penyeberangan Kelas I

1) volume angkutan: penumpang > 2000 orang/hari dan kendaraan > 500

unit/hari;

2) frekuensi > 12 trip/hari;

3) dermaga > 1000 GRT;

4) waktu operasi > 12jam/hari;

5) fasilitas pokok sekurang-kurangnya meliputi:

perairan tempat labuh termasuk alur pelayaran;

kolam pelabuhan;

fasilitas sandar kapal;

fasilitas penimbangan muatan;

terminal penumpang;

II-32 Studi Peningkatan Pelayanan Angkutan Sungai Danau Dan Penyeberangan

Dalam Mendukung Pariwisata

akses penumpang dan barang ke dermaga;

perkantoran untuk kegiatan perkantoran pemerintahan dan pelayanan

jasa;

fasilitas penyimpanan bahan bakar (bunker);

instalasi air, listrik dan komunikasi;

akses jalan dan/atau rel kereta api;

fasilitas pemadam kebakaran;

tempat tunggu kendaraan bermotor sebelum naik ke kapal.

b. Penetapan terminal penyeberangan kelas II:

1) volume angkutan:penumpang : 1.000 – 2.000 orang/hari dan kendaraan :

250 – 500 unit/hari;

2) frekuensi 6 -12 trip/hari;

3) dermaga 500 – 1000 GRT;

4) waktu operasi 6 -12 jam/hari;

5) fasilitas pokok sekurang-kurangnya meliputi:

perairan tempat labuh termasuk alur pelayaran;

kolam pelabuhan;

fasilitas sandar kapal;

fasilitas penimbangan muatan,

terminal penumpang;

akses penumpang dan barang ke dermaga;

perkantoran untuk kegiatan perkantoran pemerintahan dan pelayanan

jasa;

fasilitas penyimpanan bahan bakar (bunker).

c. Penetapan pelabuhan penyeberangan kelas III:

1) volume angkutan: penumpang < 1000 orang/hari; dan kendaraan < 250

unit/hari;

2) frekuensi < 6 trip/hari;

3) dermaga < 500 GRT;

4) waktu operasi < 6 jam/hari;

II-33 Studi Peningkatan Pelayanan Angkutan Sungai Danau Dan Penyeberangan

Dalam Mendukung Pariwisata

5) fasilitas pokok sekurang-kurangnya meliputi:

perairan tempat labuh termasuk alur pelayanan;

Kolam pelabuhan;

fasilitas sandar kapal;

fasilitas penimbangan muatan;

terminal

perkantoran untuk kegiatan perkantoran pemerintahan dan pelayanan

jasa.

III. Hirarki, Peran dan Fungsi Pelabuhan Penyeberangan.

Hirarki peran dan fungsi pelabuhan penyeberangan terdiri dari:

a. pelabuhan penyeberangan lintas Propinsi/antar Negara;

b. pelabuhan penyeberangan lintas Kabupaten/Kota;

c. pelabuhan penyeberangan lintas dalam kabupaten/Kota;

Pelabuhan penyeberangan lintas Propinsi dan antar Negara ditetapkan dengan

memperhatikan fungsi jalan yang dihubungkannya yaitu jalan nasional dan jalan

antar Negara.

Pelabuhan penyeberangan lintas Kabupaten/Kota ditetapkan dengan memperhatikan

fungsi jalan yang dihubungkannya yaitu jalan Propinsi.

Pelabuhan penyeberangan lintas dalam Kabupaten/Kota ditetapkan dengan

memperhatikan fungsi jalan yang dihubungkannya yaitu jalan Kabupaten /Kota.

Pelabuhan sungai dan danau menurut peran dan fungsi terdiri dari:

1. pelabuhan sungai dan danau yang melayani angkutan antar propinsi;

2. pelabuhan sungai dan danau yang melayani angkutan antar kabupaten/Kota

dalam propinsi;

3. pelabuhan sungai dan danau yang melayani angkutan dalam Kabupaten/Kota.

D. PELAYANAN

1. Pelayanan

Menurut Hodges (dalam Sutarto, 2002:123) secara etimologis, kata pelayanan

berasal dari kata melayani, yang berarti orang yang pekerjaannya melayani

II-34 Studi Peningkatan Pelayanan Angkutan Sungai Danau Dan Penyeberangan

Dalam Mendukung Pariwisata

kepentingan dan kemauan orang lain. Selanjutnya menurut Sinambela

(2007:5) dalam Kepmenpan No.63/KEP/M.PAN/7/2003, dikatakan bahwa

pelayanan publik adalah segala kegiatan pelayanan dilaksanakan oleh

penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan

penerima layanan maupun pelaksanaan ketentuan perundang-undangan.

Beberapa unsur yang terkandung dalam pengertian pelayanan yaitu :

Pelayanan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh suatu badan lembaga

atau aparat pemerintah maupun swasta.

Objek yang dilayani adalah masyarakat (publik) berdasarkan

kebutuhannya

Bentuk pelayanan yang diberikan berupa barang atau jasa

Ada aturan atau sistem dan tata cara yang jelas dalam pelaksanaannya.

Menurut Komaruddin (1993:448), bahwa pelayanan adalah alat-alat pemuas

kebutuhan yang tidak berwujud atau prestasi yang dilakukan atau dikorbankan

untuk memuaskan permintaan dan kebutuhan konsumen. Lebih jauh

dikemukakan oleh Daviddow dan Uttal (dalam Lukman, 2001:5) bahwa

pelayanan merupakan usaha apa saja yang mempertingi kepuasan pelanggan

(whatever enhances customer satisfaction). Pendapat tersebut dipertegas oleh

Sianipar (1999:4), bahwa pelayanan dikatakan sebagai cara melayani,

membantu menyiapkan, mengurus, menyelesaikan keperluan, kebutuhan

seseorang atau kelompok orang. Obyek yang dilayani adalah masyarakat yang

terdiri dari individu, golongan, dan organisasi (sekelompok orang anggota

organisasi).

Upaya pemerintah untuk memberikan pelayanan publik yang optimal

menjadi sangat penting untuk dilakukan. Pelayanan publik harus memperoleh

perhatian dan penanganan yang sungguh-sungguh karena merupakan tugas

dan fungsi yang melekat pada setiap aparatur pemerintah. Tingkat kualitas

kinerja pelayanan publik memiliki dampak yang luas dalam berbagai aspek

kehidupan, terutama untuk mencapai tingkat kesejahteraan masyarakat. Oleh

karena itu, upaya penyempurnaan pelayanan publik harus dilakukan secara

II-35 Studi Peningkatan Pelayanan Angkutan Sungai Danau Dan Penyeberangan

Dalam Mendukung Pariwisata

terus menerus dan berkelanjutan dan dilaksanakan oleh seluruh jajaran

aparatur pemerintah baik di pusat maupun di daerah.

2. Kualitas.

Istilah kualitas menurut Crosby (dalam Nasution, 2001:16) merupakan

Conformance to Requirement, yaitu sesuai dengan yang di syaratkan atau di

standarkan. Suatu produk memiliki kualitas apabila sesuai dengan apa yang

diharapkan konsumen atas suatu produk. Menurut Deming (dalam Nasution,

2001:16) kualitas adalah kesesuaian dengan kebutuhan sepenuhnya. Suatu

produk dikatakan berkualitas apabila dapat memberikan kepuasan sepenuhnya

pada konsumen, yaitu sesuai dengan apa yang diharapkan konsumen atas

suatu produk.

Dalam pandangan lain, Tjiptono (1996:51) mengemukakan konsep

kualitas sebagai ukuran relatif kebaikan suatu produk yang terdiri atas kualitas

desain dan kualitas kesesuaian yang memuaskan konsumen. Tjiptono

(1997:129) berpendapat bahwa keunggulan suatu produk jasa adalah

tergantung dari keunikan serta kualitas yang diperlihatkan oleh jasa tersebut,

apakah sudah sesuai dengan harapan konsumen sebab kepuasan konsumen

sangat tergantung pada kualitas suatu produk serta kualitas pelayanan yang

diberikan oleh pengelolanya-Garvin (dalam Nasution, 2001:16) mengatakan

bahwa kualitas adalah kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa

manusia atau tenaga kerja, proses dan tugas, serta lingkungan yang memenuhi

atau melebihi harapan pelanggan atau konsumen. Dengan demikian mutu

adalah kondisi dinamis yang bisa menghasilkan pelayanan yang lebih baik,

lebih murah, lebih cepat, lengkap dan tuntas. Dengan kata lain jika suatu

produk, jasa atau proses yang dihasilkan tidak memenuhi harapan pelanggan

berarti produk, jasa atau proses itu kurang bermutu. Maka pelayanan kepada

pelanggan dikatakan bermutu bila memenuhi atau melebihi harapan

pelanggan. Sejalan dengan itu dikatakan pula bahwa pengertian mutu dapat

diartikan sebagai hasil kinerja untuk suatu proses pekerjaan yang sesuai

standar sebagaimana diharapkan oleh pelanggan.

II-36 Studi Peningkatan Pelayanan Angkutan Sungai Danau Dan Penyeberangan

Dalam Mendukung Pariwisata

Eduarson (dalam Tjiptono, 1997:53) menyatakan bahwa kualitas lebih

menekankan aspek kepuasan pelanggan dan pendapatan. Kualitas memiliki

hubungan erat dengan kepuasan pelanggan. Kepuasan memberikan suatu

dorongan kepada pelanggan untuk menjalin ikatan hubungan yang kuat

dengan perusahaan. Dalam jangka panjang ikatan seperti ini memungkinkan

perusahaan untuk memahami dengan seksama harapan pelanggan serta

kebutuhan mereka.

3. Kualitas Pelayanan

Menurut Sianipar (1999:32) kualitas pelayanan difokuskan kepada cara

penyerahan dan pada saat penggunaan sejauhmana dapat memenuhi

ketentuan-ketentuan dasar desain atau kesepakatan serta waktu pemeliharaan

dan perbaikan. Kualitas jasa atau pelayanan berpusat pada pemenuhan

kebutuhan dan keinginan pelanggan serta ketetapan pengabdiannya untuk

mengimbangi harapan pelanggan.

Menurut Wyekof (dalam Tjiptono, 1997:59) kualitas jasa atau pelayanan

adalah tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat

keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan. Dengan kata lain

ada 2 (dua) faktor utama yang mempengaruhi kualitas jasa atau pelayanan

yaitu pelayanan yang diharapkan, dan pelayanan yang dipersepsikan.Dengan

memiliki kualitas pelayanan yang baik maka pada akhirnya timbul kesesuaian

antara harapan konsumen dengan kinerja yang dirasakan. Layanan yang baik

menjadi dambaan setiap orang yang berurusan dengan badan / instansi yang

bertugas melayani masyarakat.

Kualitas Pelayanan merupakan penilaian atas sejauhmana suatu jasa sesuai

dengan apa yang seharusnya diberikan atau disampaikan (Tjiptono, 1997:45).

Lebih lanjut Tjiptono (1997:45) mengatakan bahwa kualitas diukur melalui

penelitian konsumen mengenai persepsi pelanggan terhadap kualitas

pelayanan sebuah organisasi. Kualitas pelayanan merupakan salah satu

indikator dalam mengukur efektifitas kinerja organisasi baik swasta maupun

publik.

II-37 Studi Peningkatan Pelayanan Angkutan Sungai Danau Dan Penyeberangan

Dalam Mendukung Pariwisata

Menurut Vincent Gasperz (dalam Sianipar, 1999:18-19) ada 10 (sepuluh)

dimensi yang harus diperhatikan dalam perbaikan kualitas jasa pelayanan :

a. Kepastian waktu pelayanan. Ketepatan waktu yang diharapkan berkaitan

dengan waktu proses atau penyelesaian, pengiriman, penyerahan,

pemberian jaminan atau garansi dan menanggapi keluhan.

b. Akurasi pelayanan. Hal ini berkaitan dengan realibilitas pelayanan, bebas

dari kesalahan.

c. Kesopanan dan keramahan dalam memberikan pelayanan. Personil yang

berada pada garis depan yang berinteraksi langsung dengan pelanggan

eksternal harus dapat memberikan sentuhan pribadi yang menyenangkan

yang tercermin melalui penampilan pribadi, bahasa tubuh, tutur kata, dan

sopan santun.

d. Tanggung jawab. Bertanggung jawab dalam penerimaan pesan atau

permintaan dan penanganan keluhan masyarakat.

e. Kelengkapan. Kelengkapan pelayanan menyangkut lingkup pelayanan,

ketersediaan prasarana pendukung dan pelayanan komplementer.

f. Kemudahan mendapatkan pelayanan. Hal ini berkaitan dengan banyaknya

outlet petugas yang melayani dan fasilitas pendukung.

g. Variasi model pelayanan. Hal ini berkaitan dengan inovasi untuk

memberikan pola-pola baru pelayanan.

h. Pelayanan pribadi. Hal ini berkaitan dengan kemampuan dalam

memberikan dan menanggapi kebutuhan khas.

i. Kenyamanan dalam memperoleh pelayanan. Kenyamanan memperoleh

pelayanan berkaitan dengan tempat pelayanan, kemudahan, ketersediaan

data dan petunjuk.

j. Atribut pendukung pelayanan.

Moenir (2000:47), mengatakan bahwa pelayanan adalah kunci keberhasilan

dalam berbagai usaha atau kegiatan yang bersifat jasa. Dalam hal ini perannya

akan lebih besar dan bersifat menentukan manakala dalam kegiatan-kegiatan

jasa di masyarakat terdapat kompetisi atau persaingan dalam usaha merebut

II-38 Studi Peningkatan Pelayanan Angkutan Sungai Danau Dan Penyeberangan

Dalam Mendukung Pariwisata

pelanggan. Garvin (dalam Nasution, 2001:17) mengemukakan 5 (lima) macam

perspektif yang digunakan untuk mewujudkan kualitas suatu produk :

1) Transcendental Approach, dalam pendekatan ini kualitas dapat dirasakan

atau diketahui, tetapi sulit untuk dioperasionalisasikan. Sudut pandang ini

biasanya diterapkan dalam dunia seni.

2) Product - Based Approach, menganggap bahwa kualitas sebagai

karakteristik atau atribut yang dapat dikuantifikasikan dan dapat diukur

3) User - Based Approach, didasarkan pada pemikiran bahwa kualitas

tergantung pada orang yang menggunakannya dan produk yang paling

memuaskan preferensi seseorang merupakan produk yang berkualitas

paling tinggi.

4) Manufacturing - Based Approach, memperhatikan praktek - praktek

perekayasaan dan pemanufakturan, serta mendefenisikan kualitas sebagai

kesesuaian atau sama dengan persyaratan.

5) Value - Based Approach, memandang kualitas dari segi nilai dan harga.

Kualitas dalam perspektif ini bersifat relatif sehingga produk yang

memiliki kualitas paling tinggi belum tentu produk yang paling bernilai.

Akan tetapi, yang paling bernilai adalah barang dan jasa yang tepat dibeli.

Christoper (dalam Sianipar, 1999:6) mengatakan pelayanan pelanggan

(masyarakat yang menjadi sasaran pelayanan) yang berkesinambungan antara

waktu pemesanan dan waktu barang dan jasa diterima, digunakan dengan tujuan

memuaskan pelanggan dalam jangka waktu yang panjang.

Menurut Granroos (dalam Sutopo, 2002:11) ada 6 (enam) kriteria untuk menilai

kualitas pelayanan yang baik, yaitu :

a. Profesionalisme dan Keterampilan.

Para pelanggan menyadari bahwa pemberi pelayanan dan para petugas

memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk memecahkan

masalah secara profesionalisme.

II-39 Studi Peningkatan Pelayanan Angkutan Sungai Danau Dan Penyeberangan

Dalam Mendukung Pariwisata

b. Sikap dan Perilaku

Para pelanggan merasakan bahwa para petugas pelayanan memperhatikan dan

tertarik untuk memecahkan masalah secara spontan dan ramah.

c. Aksesibilitas dan Fleksibilitas

Para pelanggan merasakan bahwa pemberi pelayanan, lokasinya, waktu,

kegiatan para pegawai dan sistem operasionalnya dirancang dan beroperasi

dengan baik, sehingga mudah memiliki akses kepada konsumen, dan

kesemuanya dipersiapkan agar sesuai dengan permintaan dan keinginan

pelanggan.

d. Reliabilitas dan Kepercayaan

Para pelanggan mengetahui bahwa mereka mempercayai pemberi pelayanan,

para petugas pelayanan akan menepati janjinya dan melakukan pekerjaannya

dengan sepenuh hati.

e. Perbaikan

Para pelanggan menyadari apabila ada kesalahan, dan terjadi hal-hal tidak

diperhitungkan sebelumnya, maka pihak pemberi pelayanan akan segera

mengambil tindakan untuk mengatasi permasalahan.

f. Reputasi dan Kredibilitas

Para pelanggan percaya bahwa kegiatan-kegiatan yang dilakukan para pemberi

pelayanan dapat dipercaya dan berusaha memiliki kinerja yang baik.

Jika suatu organisasi ingin berkualitas, maka apa yang ingin dilakukan oleh

sebuah organisasi perlu disesuaikan dengan kebutuhan anggota organisasinya

dan masyarakat luas sebagai pengguna jasa. Apa yang menjadi tujuan, minat,

dari karyawan dan apa yang masyarakat inginkan seharusnya merupakan

feedback pada sebuah organisasi.

Dimensi-dimensi jasa yang digunakan oleh pelanggan dalam mengevaluasi

jasa, seperti yang dikemukakan oleh Zeithaml, Berry, dan Parasuraman (dalam

Nasution 2001:18) adalah sebagai berikut:

a. Bukti langsung (Tangibles), meliputi fasilitas fisik, perlengkapan,

pegawai, dan sarana komunikasi.

II-40 Studi Peningkatan Pelayanan Angkutan Sungai Danau Dan Penyeberangan

Dalam Mendukung Pariwisata

b. Keandalan (Reliability), yakni kemampuan memberikan pelayanan yang

c. dijanjikan dengan segera dan memuaskan.

d. Daya tanggap (Responsiveness), yaitu keinginan para staf untuk membantu

para pelanggan dan memberikan pelayanan dengan tanggap.

e. Jaminan (Assurance), mencakup kemampuan, kesopanan, dan sifat dapat

dipercaya yang dimiliki para staf, bebas dari bahaya, resiko atau keragu-

raguan.

f. Empati, meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan komunikasi

yang baik, perhatian pribadi, dan memahami kebutuhan para pelanggan.

Kualitas menurut Kottler harus dimulai dari kebutuhan pelanggan dan berakhir

pada persepsi pelanggan (dalam Tjiptono 1997:61) hal ini berarti bahwa citra

kualitas yang baik bukanlah berdasarkan sudut pandang atau persepsi pihak

penyedia jasa, melainkan sudut pandang atau persepsi pelanggan.

Pelangganlah yang mengkonsumsi dan menikmati jasa perusahaan sehingga

merekalah yang seharusnya menentukan kualitas jasa. Sebagai pihak yang

ingin memperoleh pelayanan yang baik dan memuaskan maka perwujudan

pelayanan menurut Moenir (2000:41) yang didambakan adalah :

a. Adanya kemudahan dalam kepentingan dan pelayanan yang cepat dalam

arti tanpa hambatan yang kadang-kadang dibuat-buat.

b. Memperoleh pelayanan secara wajar tanpa gerutu, sindiran, atau kata-kata

lain yang nadanya mengarah pada permintaan sesuatu baik dengan alasan

untuk dinas atau alasan untuk kesejahteraan.

c. Mendapat perlakuan yang sama dalam pelayanan terhadap kepentingan

yang sama, tertib, dan tidak pandang bulu.

d. Pelayanan yang jujur. Terus terang apabila ada hambatan karena sesuatu

masalah yang tidak dapat dihindarkan hendaknya diberitahukan sehingga

orang tidak menunggu sesuatu yang tidak menentu.

II-41 Studi Peningkatan Pelayanan Angkutan Sungai Danau Dan Penyeberangan

Dalam Mendukung Pariwisata

E. KAJIAN SEBELUMNYA

Mendukung Studi Peningkatan Pelayanan Angkutan Sungai Danau Dan

Penyeberangan Dalam Mendukung Pariwisata”, diperlukan referensi

berupa kajian-kajian sebelumnya yang berkaitan dengan pelayanan ASDP

dalam mendukung pariwisata. Tim konsultan mencoba mengambil beberapa

kajian yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam studi ini. Kajian dimaksud

dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Penelitian Kajian Pelayanan Minimal Angkutan Penyeberangan

Pada Kawasan Pariwisata (2008).

Penelitian ini dilakukan oleh Satuan Kerja Pengembangan Transportasi

Sungai Danau dan Penyeberangan, Direktorat Lalu Lintas Dan Angkutan

Sungai, Danau, Dan Penyeberangan Direktorat Jenderal Perhubungan

Darat pada tahun 2008, bertujuan untuk:

a. Mengetahui kondisi angkutan penyeberangan yang terdapat pada

kawasan pariwisata.

b. Menilai tingkat kepuasan dan kebutuhan konsumen terhadap pelayanan

angkutan penyeberangan pada kawasan pariwisata.

c. Menilai potensi pengembangan lintas penyeberangan dalam

mendukung kegiatan pariwisata.

d. Menyusun langkah akademik (konstruksi) standar pelayanan minimal

angkutan penyeberangan pada kawasan pariwisata.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah berdasarkan analisis

perundangan dan ruang lingkup Penelitian Kajian Pelayanan Minimal

Angkutan Penyeberangan Pada Kawasan Pariwisata, maka dapat

disimpulkan bahwa penting dan urgent untuk segera dilakukan melalui

penerbitan Peraturan Menteri Perhubungan yang akan menjadi landasan

hukum bagi pelaksanaannya dilapangan. Isi peraturan Menteri tersebut

dapat mengacu pada materi yang terkandung didalam ruang lingkup

naskah akademik yang penyusunannya sudah didasarkan pada analisis

perundangan, analisis konsepsional dan analisis hasil survey lapangan.

II-42 Studi Peningkatan Pelayanan Angkutan Sungai Danau Dan Penyeberangan

Dalam Mendukung Pariwisata

Rekomendasi dari penelitian ini adalah berdasarkan analisis

perundangan dan ruang lingkup Penelitian Kajian Pelayanan Minimal

Angkutan Penyeberangan Pada Kawasan Pariwisata, maka dapat

direkomendasikan Penerbitan Peraturan Menteri Perhubungan tentang

standar pelayanan minimal angkutan penyeberangan pada kawasan wisata

perlu dilakukan setelah melalui proses public hearing dengan penyedia

jasa angkutan penyeberangan dikawasan wisata, pengelola objek wisata,

dan Dinas Pemerintah Daerah setempat. Selain itu juga dapat ditempuh

melalui sosialisasi yang intensif perihal perlunya Standar Pelayanan

Minimal ini bagi kemajuan layanan angkutan penyeberangan, kemajuan

pariwisata daerah, yang pada akhirnya berimplikasi pada perbaikan

kesejahteraan seluruh stakeholder angkutan dan pariwisata di Indonesia.

2. Penelitian Pra Studi Kelayakan Lintas Penyeberangan Kepulauan

Kangean – Bali Utara (2010).

Penelitian ini dilakukan oleh Satuan Kerja Pengembangan Transportasi

Sungai Danau dan Penyeberangan, Direktorat Lalu Lintas Dan Angkutan

Sungai, Danau, Dan Penyeberangan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat

pada tahun 2010. Output yang dihasilkan dari prastudi ini antara lain:

a. Penetapan Kriteria Lintas Penyeberangan

Dalam menetapkan lintas penyeberangan, terlebih dahulu perlu dilihat

definisi dari angkutan penyeberangan yang berfungsi sebagai jembatan

yang menghubungkan jaringan jalan dana atau jaringan jalur kereta api

yang dipisahkan oleh perairan untuk mengangkut penumpang dan

kenderaan beserta muatannya (PP No. 22 Th 2011 Tentang Angkutan

di Perairan).

Penetapan lintas penyeberangan dilakukan dengan memperhatikan

pengembangan jaringan jalan dan atau jaringan jalur kereta api yang

telah ada maupun yang direncanakan dan tersusun dalam satu kesatuan

tatanan transportasi nasional. Lintas penyeberangan berfungsi untuk

menghubungkan simpul pada jaringan jalan dan atau jaringan jalur

II-43 Studi Peningkatan Pelayanan Angkutan Sungai Danau Dan Penyeberangan

Dalam Mendukung Pariwisata

kereta api. (Permen No. KM 26 Tahun 2012 Tentang Angkutan

Penyeberangan). Dalam menetapkan lintas penyeberangan perlu

ditetapkan terlebih dahulu kriteria penilaian yang digunakan dalam

kajian ini antara lain:

1) Apakah dipergerakan asal tujuan perjalanan pelayaran termasuk

kedalam lintas penyeberangan eksisting.

2) Apakah dipergerakan asal tujuan merupakan pergerakan yang

terjadi pada jaringan jalan dan atau jalur kereta api yang

dipisahkan oleh perairan.

3) Apakah dilokasi asal tujuan terdapat pelabuhan.

4) Apakah pengembangan asal tujuan sesuai dengan dokumen

perencanaan di pusat, propinsi, dan kabupaten.

5) Apakah pengembangan asal tujuan sesuai dan termasuk kedalam

rencana pengembangan penyeberangan dalam cetak biru

transportasi penyeberangan.

6) Apakah dipergerakan asal tujuan perjalanan memiliki kebutuhan

akan angkutan penyeberangan (potential demand).

b. Perkiraan kebutuhan trip perjalanan

Dalam menghitung perkiraan trip perjalanan digunakan pendekatan

penggunaan beberapa alternatif sarana kapal termasuk kapasitas kapal.

Alternatif penggunaan kapal penyeberangan cukup banyak dan

disesuaikan kebutuhan dengan mempertimbangkan beberapa aspek

potensi demand, aspek alur pelayaran, aspek keselamatan, dan aspek

ekonomis. Dengan menggunakan alternatif penggunaan kapal

penyeberangan dengan mempertimbangkan potensi demand penumpang

diatas, selanjutnya dapat diperoleh perkiraan trip perjalanan pada

masing-masing usulan lintas penyeberangan.

c. Perkiraan kebutuhan sarana kapal penyeberangan

Sebagaimana disampaikan diatas, alternatif penggunaan sarana kapal

penyeberangan cukup banyak. Dengan menggunakan alternatif

penggunaan kapal penyeberangan dan dengan mempertimbangkan

II-44 Studi Peningkatan Pelayanan Angkutan Sungai Danau Dan Penyeberangan

Dalam Mendukung Pariwisata

potensi demand penumpang selanjutnya dapat diperoleh perkiraan

kebutuhan sarana kapal penyeberangan pada masing-masing usulan

lintas penyeberangan.

d. Kebutuhan pelabuhan penyeberangan

Kebutuhan pelabuhan penyeberangan dilakukan berdasarkan kriteria

lokasi pelabuhan penyeberangan yaitu:

1) Sesuai dengan RTRW Nasional, propinsi, kabupaten/ kota.

2) Sesuai potensi dan perkembangan sosial ekonomi wilayah.

3) Potensi sumber daya alam.

4) Perkembangan lingkungan strategi baik nasional maupun

nasional.

5) Keterpaduan intra dan antar moda.

6) Adanya aksesibilitas terhadap hinterland.

7) Untuk pelabuhan utama berpedoman pada pada jaringan jalan

nasional dan jalur kereta api nasional.

8) Untuk pelabuhan pengumpul berpedoman pada pada jaringan

jalan nasional dan jalur kereta api nasional.

9) Untuk pelabuhan pengumpan regional berpedoman pada pada

jaringan jalan propinsi dan jalur kereta api propinsi.

10) Untuk pelabuhan pengumpan lokal berpedoman pada pada

jaringan jalan kabupaten/ kota dan jalur kereta api kabupaten/

kota.