kata pengantar -...
TRANSCRIPT
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
i
KATA PENGANTAR
Laporan Ringkasan Eksekutif (Executive Summary Report) ini
diajukan untuk memenuhi pekerjaan “Studi Sistranas pada Tataran
Transportasi Lokal (Tatratalok) di Wilayah Propinsi Maluku Utara
Dalam Rangka Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra
Produksi di Koridor Ekonomi Maluku-Papua”. Adapun dalam
penyusunan laporan ini dibagi menjadi 6 (enam) Volume, yaitu:
Volume 1 : Kota Ternate
Volume 2 : Kota Tidore Kepulauan
Volume 3 : Kabupaten Halmahera Barat
Volume 4 : Kabupaten Halmahera Tengah
Volume 5 : Kabupaten Halmahera Timur
Volume 6 : Kabupaten Pulau Morotai
Penyusunan Laporan Ringkasan Eksekutif ini, untuk tiap-tiap
volume dibahas beberapa hal, yaitu: (1) pendahuluan, (2) tinjauan
pustaka, (3) metodologi studi, (4) kondisi wilayah dan jaringan
transportasi saat ini, (5) perkiraan kondisi mendatang, dan (6) arah
pengembangan jaringan. Semuanya ini disesuaikan dengan
Kerangka Acuan Kerja yang ada dan Panduan Penyusunan
Sistranas pada Tatralok.
Pada kesempatan ini, konsultan menyampaikan terima kasih
kepada semua pihak yang telah banyak membantu pelaksanaan
kegiatan ini, serta mengharapkan kritik dan saran untuk
pelaksanaan kegiatan-kegiatan pada tahap selanjutnya.
Bandung, November 2013
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
ii
PT. GIRI AWAS
DAFTAR ISI
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
BAB 1 PENDAHULUAN 1 - 1
1.1 Latar Belakang 1 - 1
1.2 Maksud dan Tujuan 1 - 6
1.3 Ruang Lingkup Studi 1 - 6
1.4 Batasan Kegiatan 1 - 8
1.5 Indikator Keluaran Dan Keluaran 1 - 8
1.6 Lokasi Dan Waktu Pelaksanaan Kegiatan 1 - 9
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2 - 1
2.1 Pendekatan Studi 2 - 1
2.2 Masterplan Percepatan Dan
Perluasan Pembangunan Ekonomi
Indonesia (MP3EI) 2011 – 2025 2 - 2
2.2.1 Percepatan dan Perluasan Pembangunan
Ekonomi Indonesia 2 - 2
2.2.2 Peningkatan Potensi Ekonomi Wilayah
Melalui Koridor Ekonomi 2 - 4
2.2.3 Koridor Ekonomi Indonesia 2 - 5
2.2.4 Arahan Pengembangan Kegiatan
Ekonomi Utama 2 - 6
2.2.5 Koridor Ekonomi papua – Kepulauan Maluku 2 - 7
2.3 Penguatan Konektivitas Nasional 2 - 9
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
iii
BAB 3 METODOLOGI STUDI 3 - 1
3.1 Metodologi Studi 3 - 1
3.2 Pola Pikir Studi 3 - 5
3.3 Analisis Pengembangan Wilayah 3 - 8
3.4 Pemodelan Transportasi 3 - 9
3.4.1 Struktur Model 3 - 9
3.4.2 Proses Pemodelan Transportasi 3 - 13
3.4.2.1 Penetapan Sistem Zona dan Sistem
Jaringan 3 - 13
3.4.2.2 Estimasi dan Prediksi Trip-ends dan
MAT 3 - 14
3.4.2.3 Simulasi Jaringan 3 - 16
3.5 Analisis Normatif 3 - 17
3.6 Azas Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) 3 - 18
BAB 4 KONDISI WILAYAH DAN JARINGAN TRANSPORTASI
SAAT INI 4 - 1
4.1 Letak Geografis dan Wilayah Administrasi 4 - 1
4.2 Kependudukan 4 - 4
4.3 Produk Domestik Regional Bruto 4 - 6
4.4 Kinerja Pelayanan, Jaringan Pelayanan Dan
Jaringan Prasarana Transportasi Wilayah Saat Ini 4 - 7
4.4.1 Jaringan Jalan 4 - 8
4.4.2 Angkutan Darat 4 - 9
4.4.3 Angkutan Penyeberangan 4 - 14
4.4.4 Angkutan Laut 4 - 14
4.4.5 Angkutan Udara 4 - 19
4.5 Bangkitan Dan Tarikan Pergerakan Orang dan
Barang 4 - 34
4.5.1 Bangkitan dan Tarikan Pergerakan Orang
Eksisting 4 - 35
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
iv
4.5.2 Bangkitan dan Tarikan Pergerakan Barang
Eksisting 4 - 38
BAB 5 PERKIRAAN KONDISI MENDATANG 5 - 1
5.1 Rencana Proyek MP3EI 5 - 1
5.2 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Halmahera Tengah 5 - 2
5.2.1 Rencana Struktur Ruang Kabupaten
Halmahera Tengah 5 - 3
5.2.2 Rencana Pola Ruang Wilayah Kab.
Halmahera Tengah 5 - 4
5.3 Pola Aktivitas Dan Proyeksi Penduduk 5 - 6
5.3.1 Metode Proyeksi Penduduk 5 - 6
5.3.2 Proyeksi Jumlah Penduduk 5 - 7
5.4 Bangkitan Dan Distribusi Arus Barang Dan
Penumpang 5 - 11
5.4.1 Proyeksi Asal dan Tujuan Pergerakan Orang 5 - 13
5.4.2 Proyeksi Asal Dan Tujuan Pergerakan
Barang 5 - 14
BAB 6 ARAH PENGEMBANGAN JARINGAN
TRANSPORTASI 6 - 1
6.1 Arah Pengembangan Jaringan Transportasi 6 - 1
6.1.1 Arah Pengembangan Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Halmahera Tengah 6 - 1
6.1.2 Arah Pengembangan Jaringan Transportasi
Wilayah Kabupaten Halmahera Tengah 6 - 4
6.1.2.1 Sistem Jaringan Transportasi Darat 6 - 4
6.1.2.2 Sistem Jaringan Transportasi Laut 6 - 5
6.1.2.3 Sistem Jaringan Transportasi Udara 6 - 6
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
v
6.2 Kebijakan Dan Strategi Pengembangan Jaringan
Transportasi 6 - 7
6.2.1 Kebijakan Penataan Ruang Kab. Halmahera
Tengah 6 - 7
6.2.2 Strategi Pengembangan Jaringan
Transportasi 6 - 7
6.3 Rancangan Peraturan Bupati Tentang Sistem
Transportasi Nasional Pada Tataran Transportasi
Lokal Kabupaten Halmahera Tengah 6 - 8
DAFTAR PUSTAKA
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
1 - 1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Keberhasilan pembangunan sangat dipengaruhi oleh peran
transportasi. Karenanya sistem transportasi nasional (SISTRANAS)
diharapkan mampu menghasilkan jasa transportasi yang
berkemampuan tinggi dan diselenggarakan secara efisien dan
efektif dalam menunjang dan sekaligus menggerakan dinamika
pembangunan; mendukung mobilitas manusia dan barang serta
jasa; mendukung pola distribusi nasional serta mendukung
pengembangan wilayah, peningkatan hubungan nasional dan
internasional yang lebih memantapkan perkembangan kehidupan
berbangsa dan bernegara dalam rangka perwujudan Wawasan
Nusantara.
MP3EI (Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan
Ekonomi Indonesia) merupakan arahan strategis dalam percepatan
dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia untuk periode 15
(lima belas) tahun terhitung sejak tahun 2011 sampai dengan tahun
2025 dalam rangka pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional 2005 – 2025 dan melengkapi dokumen
perencanaan.
Suksesnya pelaksanaan Percepatan dan Perluasan Pembangunan
Ekonomi Indonesia tersebut sangat tergantung pada kuatnya
derajat konektivitas ekonomi nasional (intra dan inter wilayah)
maupun konektivitas ekonomi internasional Indonesia dengan
pasar dunia. Dengan pertimbangan tersebut MP3EI menetapkan
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
1 - 2
penguatan konektivitas nasional sebagai salah satu dari tiga
strategi utama (pilar utama).
Konektivitas Nasional merupakan pengintegrasian 4 (empat)
elemen kebijakan nasional yang terdiri dari Sistem Logistik
Nasional (Sislognas), Sistem Transportasi Nasional (Sistranas),
Pengembangan wilayah (RPJMN/RTRWN), Teknologi Informasi
dan Komunikasi (TIK/ICT). Upaya ini perlu dilakukan agar dapat
diwujudkan konektivitas nasional yang efektif, efisien, dan terpadu.
Sebagaimana diketahui, konektivitas nasional Indonesia
merupakan bagian dari konektivitas global. Oleh karena itu,
perwujudan penguatan konektivitas nasional perlu
mempertimbangkan keterhubungan Indonesia dengan dengan
pusat-pusat perekonomian lokal, regional dan dunia (global) dalam
rangka meningkatkan daya saing nasional. Hal ini sangat penting
dilakukan guna memaksimalkan keuntungan dari keterhubungan
lokal, regional dan global/internasional.
Implementasi pelaksanaan MP3EI dalam fase pertama kurun waktu
tahun 2011 – 2014 yaitu pembentukan dan operasionalisasi
institusi pelaksana MP3EI yang terdiri dari :
Penyusunan rencana aksi untuk debottlenecking regulasi,
perizinan, insentif, dan pembangunan dukungan infrastruktur
yang diperlukan, serta realisasi komitmen investasi (quick-
wins).
Penetapan hubungan internasional untuk pelabuhan dan
bandar udara.
Penguatan lembaga litbang dan pelaksanaan riset di masing-
masing koridor.
Pengembangan kompetensi SDM sesuai kegiatan ekonomi
utama koridor.
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
1 - 3
Di sisi lain, sebagai unsur pendorong dalam pengembangan
transportasi berfungsi menyediakan jasa transportasi yang efektif
untuk menghubungkan daerah terisolasi, tertinggal dan perbatasan
dengan daerah berkembang yang berada di luar wilayahnya,
sehingga terjadi pertumbuhan perekonomian yang sinergis.
Sistem Transportasi Nasional (Sistranas) pada hakekatnya
merupakan suatu Konsep Pembinaan Transportasi dalam
pendekatan kesisteman yang mengintegrasikan sumber daya dan
memfasilitasi upaya-upaya untuk mencapai tujuan nasional. Dalam
hal ini adalah penting untuk secara berkelanjutan memperkuat
keterkaitan fungsi atau keterkaitan aktivitas satu sama lainnya baik
langsung maupun tidak langsung dengan penyelenggaraan
transportasi baik pada Tataran Transportasi Nasional (Tatranas),
Tataran Transportasi Wilayah (Tatrawil), maupun Tataran
Transportasi Lokal (Tatralok).
Sistranas diwujudkan dalam Tataran Transportasi Nasional
(TATRANAS) ditetapkan oleh pemerintah, Tataran Transportasi
Wilayah (TATRAWIL) ditetapkan oleh pemerintah propinsi, dan
Tataran Transportasi Lokal (TATRALOK) ditetapkan oleh
pemerintah kabupaten/kota. Keterkaitan ketiga tataran tersebut
tidak dapat dipisahkan yang pada akhirnya akan menjadi acuan
bagi semua pihak terkait dalam penyelenggaraan transportasi
untuk perwujudan pelayanan transportasi yang efektif dan efisien
baik pada tataran lokal, wilayah maupun nasional.
Dalam kaitan tersebut dan dalam rangka perwujudan SISTRANAS
dalam mendukung MP3EI perlu disusun jaringan transportasi pada
tataran Nasional, Propinsi dan Lokal Kabupaten/Kota agar tercipta
harmonisasi dan sinkronisasi penyelenggaraan transportasi. Pada
Tataran wilayah Propinsi (Tatrawil) telah disusun secara simultan
pada tahun 2012 yang perlu di tindak lanjuti dengan penyusunanan
Tatralok pada tahun 2013 ini khususnya pada wilayah
Kabupaten/Kota yang belum berkembang dengan baik. Dengan
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
1 - 4
demikian diperoleh arah pembangunan jaringan pelayanan dan
jaringan prasarana yang dapat berperan dalam mendukung
perekonomian wilayah dan mendorong pertumbuhan wilayah yang
belum berkembang baik pada tataran lokal, propinsi hingga
nasional/internasional.
Secara makro, perkembangan ekonomi dan transportasi di wilayah
Maluku Utara tidak lepas dari perkembangan ekonomi
nasional, regional dan internasional di sekitarnya. Secara
nasional, Program Master Plan Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) 2011-2025 seperti
yang diatur dalam Perpres Nomor 32 tahun 2011 diperkirakan
dapat menjadi rujukan baru dan penting bagi Propinsi Maluku
Utara dalam menata sistem dan layanan transportasinya sehingga
selaras dengan program MP3EI guna mendukung program
penguatan ekonomi koridor enam di aras Propinsi Papua, Maluku
dan Maluku Utara yang berbasiskan inovasi (innovation driven
economy) dan bukan hanya berdasarkan kebutuhan (needed
driven economy). Berdasarkan rencana MP3EI tersebut
diperkirakan besaran nilai investasi yang berpotensi dilakukan
di wilayah Maluku Utara seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 1.1 di bawah ini diperkirakan sekitar Rp 113,5 Trilyun.
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
1 - 5
Sumber: Bappenas (2011)
Gambar 1.1. Rencana dan Nilai Investasi MP3EI di Maluku
Utara (nomor 1 dan 2)
Atas dasar tersebut di atas maka perlu dilakukan Penyusunan
Tatralok dalam upaya peningkatan pelayanan transportasi baik
jaringan pelayanan maupun jaringan prasarana transportasi, serta
peningkatan keterpaduan antar dan intramoda transportasi,
disesuaikan dengan perkembangan ekonomi, tingkat kemajuan
teknologi, kebijakan tata ruang dan lingkungan.
Adapun Penyusunan Tatralok tersebut mengacu pada PerPres No.
32 Tahun 2011 Tentang Masterplan Percepatan Dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) 2011-2025, UU No. 26
Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang, UU No. 23 Tahun 2007
Tentang Perkeretaapian, UU No. 17 Tahun 2008 Tentang
Pelayaran, UU No. 1 Tahun 2009 Tentang Angkutan Udara, dan
UU No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
1 - 6
1.2 MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud dari kegiatan ini adalah menyusun, mengevaluasi dan
meninjau ulang Tataran Transportasi Lokal sejalan dengan
dinamika perkembangan ekonomi, wilayah sebagai pedoman
pengaturan dan pembangunan transportasi wilayah.
Tujuannya dari kegiatan ini adalah agar rencana dan program
pengembangan transportasi di wilayah lokal kabupaten/kota,
propinsi dan nasional efektif dan efisien sesuai dengan Masterplan
Percepatan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)
dan rencana pengembanganan jaringan pada Tatranas dan
Tatrawil.
1.3 RUANG LINGKUP STUDI
Ruang lingkup studi ini adalah :
a. Identifikasi permasalahan yang ada pada sistem transportasi
lokal;
b. Evaluasi pelayanan, jaringan pelayanan dan jaringan
prasarana transportasi secara terpadu;
c. Analisis permintaan transportasi lokal terkait dengan rencana
tata ruang wilayah kabupaten / kota dan rencana
pembangunan dalam MP3EI dan Tatrawil, Tatranas;
d. Pengkajian Model pengembangan jaringan transportasi wilayah
kabupaten/kota;
e. Merumuskan alternatif pengembangan jaringan transportasi;
f. Menetapkan prioritas dan tahapan pengembangan jaringan
transportasi lokal dalam kurun waktu 2014, 2019, 2025 dan
2030;
g. Merumuskan kebijakan pelayanan jaringan transportasi lokal;
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
1 - 7
h. Menyusun rancangan peraturan Bupati/Walikota tentang
Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok);
i. Mengadakan FGD di Ibu Kota Kabupaten/Kota untuk
mendapatkan masukan alternatif pengembangan jaringan
transportasi lokal;
j. Menyelenggarakan seminar penyempurnaan laporan akhir dan
legalitas Tatralok di Ibu Kota Propinsi.
Kegiatan ini dilaksanakan dengan metode survei pada
Kabupaten/Kota, selanjutnya hasil survey kemudian dianalisis dan
dilakukan FGD serta serangkaian pembahasan pada tiap tahapan
laporan dengan tim pengarah dan pendamping yang dibentuk
dengan SK Kepala Badan Litbang Perhubungan sehingga akan
menghasilkan keluaran. Pada akhir kegiatan studi ini
diselenggarakan seminar pada wilayah studi.
Tahapan pelaksanaan dan pelaporan kegiatan ini dilakukan
sebagai berikut:
1) Tahapan Laporan Pendahuluan (Inception Report)
Penyusunan laporan pendahuluan ini berisi penjabaran dari
kerangka acuan yang meliputi metodologi dan pendekatan atau
teori yang akan diterapkan, rencana kerja dan jadual kegiatan
serta daftar kuesioner yang akan digunakan dalam penelitian.
2) Tahapan Laporan Antara (Interim Report)
Penyusunan laporan antara memuat hasil-hasil pengumpulan
data serta penjelasan metode pengolahan/analisis serta
penyusunan langkah selanjutnya analisis lengkap.
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
1 - 8
3) Tahapan Rancangan Laporan Akhir (Draft Final Report)
Penyusunan rancangan laporan akhir berisi pengolahan data,
analisis dan evaluasi dari hasil pengumpulan data pada laporan
antara serta draft rekomendasi.
4) Tahapan Laporan Akhir (Final Report)
Penyusunan pada tahap laporan akhir merupakan
perbaikan/penyempurnaan dari Rancangan Laporan Akhir
setelah melalui serangkaian diskusi dan pembahasan.
1.4 BATASAN KEGIATAN
Kegiatan studi ini dibatasi hanya dalam lingkup penyusunan
Tataran Transportasi Lokal kabupaten/kota terkait untuk
mendukung prioritas pembangunan sentra produksi di koridor
ekonomi Maluku – Papua.
1.5 INDIKATOR KELUARAN DAN KELUARAN
Indikator keluaran dari kegiatan ini adalah tersedianya Dokumen
Tataran Transportasi Lokal (TATRALOK) dan konsep legalitas
penetapannya di dua kota (Ternate dan Tidore Kepulauan) dan
empat kabupaten (Halmahera Tengah, Halmahera Timur,
Halmahera Barat, dan Morotai).
Keluaran dari kegiatan ini adalah 1 (satu) laporan hasil penelitian
berikut legalitasnya yaitu dua kota (Ternate dan Tidore Kepulauan)
dan empat kabupaten (Halmahera Tengah, Halmahera Timur,
Halmahera Barat, dan Morotai).
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
1 - 9
1.6 LOKASI DAN WAKTU PELAKSANAAN KEGIATAN
Kegiatan studi ini dilaksanakan di dua Kota dan empat Kabupaten,
yaitu Kota Ternate, Kota Tidore Kepulauan, Kabupaten Halmahera
Tengah, Kabupaten Halmahera Timur, Kabupaten Halmahera
Barat, dan Kabupaten Morotai. Adapun kegiatan pelaksanaan studi
akan dilaksanakan selama 7 (tujuh) bulan kalender (27 Maret – 26
Oktober 2013), berdasarkan No. Kontrak : PL.102/15/2-BLT-2013
dan No. SPMK : PL.102/15/9-BLT-2013.
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
2 - 1
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PENDEKATAN STUDI
Pendekatan yang memayungi studi ini secara sinergi adalah
melalui MP3EI (Masterplan Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi Indonesia) yang merupakan arahan
strategis dan percepatan pembangunan ekonomi khususnya di
wilayah studi tersebut. MP3EI menetapkan penguatan konektivitas
nasional sebagai salah satu dari 3 strategi utama. Konektivitas
nasional merupakan pengintegrasian 4 elemen kebijakan nasional
yang terdiri dari sistem logistik nasional (Sislognas), sistem
transportasi nasional (Sistranas), pengembangan wilayah
(RPJMN/RTRWN), dan teknologi informasi dan komunikasi (TIK).
Strategi ini untuk mewujudkan konektivitas nasional yang efektif,
efisien dan terpadu. Berarti pada wilayah studi ini perlu memahami
pula keterkaitannya baik secara lokal, kabupaten/kota, wilayah
propinsi, maupun nasional, bahkan regional dan global.
Untuk memahami semuanya ini, perlu pengertian-pengertian dasar
tentang istilah kunci, seperti: Definisi Sistranas, Tujuan dan
Sasaran Sistranas, serta Tataran Transportasi (Tatranas, Tatrawil,
dan Tatralok) yang dirangkum dalam kerangka pemikiran Pola
Dasar Sistranas. Begitu juga halnya dengan Cetak Biru
Transportasi Antarmoda/Multimoda, yang menggambarkan Alur
Pikir Cetak Biru Transportasi Antarmoda/Multimoda, Visi dan Misi
Transportasi Antarmoda/ Multimoda, Strategi Pengembangan
Transportasi Antarmoda/Multimoda, dan Program Pengembangan
Transportasi Antarmoda/Multimoda dalam rangka mendukung
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
2 - 2
prioritas pembangunan sentra produksi di koridor ekonomi Papua-
Kepulauan Maluku yang dirajut dalam MP3EI.
Kegiatan ini perlu alasan dan landasan atau acuan normatif yang
mendasarkan pada PP No. 32 Tahun 2011 Tentang Masterplan
Percepatan Dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia
(MP3EI) 2011-2025, UU No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan
Ruang, UU di Bidang Transportasi yaitu UU No. 23 Tahun 2007
Tentang Perkeretaapian, UU No. 17 Tahun 2008 Tentang
Pelayaran, UU No. 1 Tahun 2009 Tentang Angkutan Udara dan UU
No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan.
2.2 MASTERPLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN
PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA (MP3EI) 2011-
2025
2.2.1 Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi
Indonesia
Selaras dengan visi pembangunan nasional sebagaimana tertuang
dalam Undang-Undang No. 17 tahun 2007 Tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005 – 2025, maka visi
Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia
adalah “Mewujudkan Masyarakat Indonesia yang Mandiri, Maju,
Adil, dan Makmur”.
Melalui langkah MP3EI, percepatan dan perluasan pembangunan
ekonomi akan menempatkan Indonesia sebagai negara maju pada
tahun 2025 dengan pendapatan per kapita yang berkisar antara
USD 14.250 – USD 15.500 dengan nilai total perekonomian (PDB)
berkisar antara USD 4,0 – 4,5 triliun. Untuk mewujudkannya
diperlukan pertumbuhan ekonomi riil sebesar 6,4 – 7,5 persen pada
periode 2011 – 2014, dan sekitar 8,0 – 9,0 persen pada periode
2015 – 2025. Pertumbuhan ekonomi tersebut akan dibarengi oleh
penurunan inflasi dari sebesar 6,5 persen pada periode 2011 –
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
2 - 3
2014 menjadi 3,0 persen pada 2025. Kombinasi pertumbuhan dan
inflasi seperti itu mencerminkan karakteristik negara maju.
Sumber: MP3EI, 2011.
Gambar 2.1. Aspirasi Pencapaian PDB Indonesia
Visi 2025 tersebut diwujudkan melalui 3 (tiga) misi yang menjadi
fokus utamanya, yaitu:
1. Peningkatan nilai tambah dan perluasan rantai nilai proses
produksi serta distribusi dari pengelolaan aset dan akses
(potensi) SDA, geografis wilayah, dan SDM, melalui penciptaan
kegiatan ekonomi yang terintegrasi dan sinergis di dalam
maupun antar-kawasan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi.
2. Mendorong terwujudnya peningkatan efisiensi produksi dan
pemasaran serta integrasi pasar domestik dalam rangka
penguatan daya saing dan daya tahan perekonomian nasional.
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
2 - 4
3. Mendorong penguatan sistem inovasi nasional di sisi produksi,
proses, maupun pemasaran untuk penguatan daya saing
global yang berkelanjutan, menuju innovation-driven economy.
2.2.2 Peningkatan Potensi Ekonomi Wilayah Melalui Koridor
Ekonomi
Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia
diselenggarakan berdasarkan pendekatan pengembangan pusat-
pusat pertumbuhan ekonomi, baik yang telah ada maupun yang
baru. Pendekatan ini pada intinya merupakan integrasi dari
pendekatan sektoral dan regional. Setiap wilayah mengembangkan
produk yang menjadi keunggulannya. Tujuan pengembangan
pusat-pusat pertumbuhan ekonomi tersebut adalah untuk
memaksimalkan keuntungan aglomerasi, menggali potensi dan
keunggulan daerah serta memperbaiki ketimpangan spasial
pembangunan ekonomi Indonesia.
Sumber: MP3EI, 2011.
Gambar 2.2. Ilustrasi Koridor Ekonomi
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
2 - 5
Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dilakukan
dengan mengembangkan klaster industri dan Kawasan Ekonomi
Khusus (KEK). Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan tersebut
disertai dengan penguatan konektivitas antar pusat-pusat
pertumbuhan ekonomi dan antara pusat pertumbuhan ekonomi
dengan lokasi kegiatan ekonomi serta infrastruktur pendukungnya.
Secara keseluruhan, pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dan
konektivitas tersebut menciptakan Koridor Ekonomi Indonesia.
Peningkatan potensi ekonomi wilayah melalui koridor ekonomi ini
menjadi salah satu dari tiga strategi utama (pilar utama).
2.2.3 Koridor Ekonomi Indonesia
Pembangunan koridor ekonomi di Indonesia dilakukan berdasarkan
potensi dan keunggulan masing-masing wilayah yang tersebar di
seluruh Indonesia. Sebagai negara yang terdiri atas ribuan pulau
dan terletak di antara dua benua dan dua samudera, wilayah
kepulauan Indonesia memiliki sebuah konstelasi yang unik, dan
tiap kepulauan besarnya memiliki peran strategis masing-masing
yang ke depannya akan menjadi pilar utama untuk mencapai visi
Indonesia tahun 2025. Dengan memperhitungkan berbagai potensi
dan peran strategis masing-masing pulau besar (sesuai dengan
letak dan kedudukan geografis masing-masing pulau), telah
ditetapkan 6 (enam) koridor ekonomi seperti yang tergambar pada
Gambar 2.3.
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
2 - 6
Sumber: MP3EI, 2011.
Gambar 2.3. Peta Koridor Ekonomi Indonesia
2.2.4 Arahan Pengembangan Kegiatan Ekonomi Utama
Sebagai dokumen kerja, MP3EI berisikan arahan pengembangan
kegiatan ekonomi utama yang sudah lebih spesifik, lengkap
dengan kebutuhan infrastruktur dan rekomendasi perubahan/revisi
terhadap peraturan perundang-undangan yang perlu dilakukan
maupun pemberlakuan peraturan-perundangan baru yang
diperlukan untuk mendorong percepatan dan perluasan investasi.
Selanjutnya MP3EI menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.
MP3EI bukan dimaksudkan untuk mengganti dokumen
perencanaan pembangunan yang telah ada seperti Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005 – 2025 (UU No. 17
Tahun 2007) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional, namun menjadi dokumen yang terintegrasi dan
komplementer yang penting serta khusus untuk melakukan
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
2 - 7
percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi, seperti yang
terlihat pada Gambar 2.4. MP3EI juga dirumuskan dengan
memperhatikan Rencana Aksi Nasional Gas Rumah Kaca (RAN-
GRK) karena merupakan komitmen nasional yang berkenaan
dengan perubahan iklim global..
Sumber: MP3EI, 2011.
Gambar 2.4. Posisi MP3EI dalam Rencana Pembangunan
Pemerintah
2.2.5 Koridor Ekonomi Papua-Kepulauan Maluku
Koridor Ekonomi Papua – Kepulauan Maluku terdiri dari Propinsi
Papua, Propinsi Papua Barat, Propinsi Maluku dan Propinsi Maluku
Utara. Sesuai dengan tema pembangunannya, Koridor Ekonomi
Papua – Kepulauan Maluku merupakan pusat pengembangan
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
2 - 8
pangan, perikanan, energi, dan pertambangan nasional. Secara
umum, Koridor Ekonomi Papua – Kepulauan Maluku. Maluku
memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah, namun di sisi
lain terdapat beberapa masalah yang harus menjadi perhatian
dalam upaya mendorong perekonomian di koridor ini, antara lain:
1. Laju pertumbuhan PDRB di Koridor Ekonomi Papua –
Kepulauan Maluku dari tahun 2006 – 2009, tergolong relatif
tinggi, yakni sebesar 7 persen, namun besaran PDRB tersebut
relatif kecil dibanding dengan koridor lainnya;
2. Disparitas yang besar terjadi di antara kabupaten di Papua.
Sebagai contoh, PDRB per kapita Kabupaten Mimika adalah
sebesar IDR 240 juta, sementara kabupaten lainnya berada di
bawah rata-rata PDB per kapita nasional (IDR 24,26 juta);
3. Investasi yang rendah di Papua disebabkan oleh tingginya
risiko berusaha dan tingkat kepastian usaha yang rendah;
4. Produktivitas sektor pertanian belum optimal yang salah
satunya disebabkan oleh keterbatasan sarana pengairan;
5. Keterbatasan infrastruktur untuk mendukung pembangunan
ekonomi;
6. Jumlah penduduk yang sangat rendah dengan mobilitas tinggi
memberikan tantangan khusus dalam pembuatan program
pembangunan di Papua. Kepadatan populasi Papua adalah
12,6 jiwa/km2, jauh lebih rendah dari rata-rata kepadatan
populasi nasional (124 jiwa/km2).
Strategi pembangunan ekonomi Koridor Ekonomi Papua –
Kepulauan Maluku (Gambar 2.5) difokuskan pada 5 kegiatan
Ekonomi utama, yaitu Pertanian Pangan - MIFEE (Merauke
Integrated Food & Energy Estate), Tembaga, Nikel, Migas, dan
Perikanan.
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
2 - 9
Sumber: MP3EI, 2011.
Gambar 2.5. Peta Koridor Ekonomi Papua-Kepulauan Maluku
2.3 PENGUATAN KONEKTIVITAS NASIONAL
Suksesnya pelaksanaan Percepatan dan Perluasan Pembangunan
Ekonomi Indonesia tersebut sangat tergantung pada kuatnya
derajat konektivitas ekonomi nasional (intra dan inter wilayah)
maupun konektivitas ekonomi internasional Indonesia dengan
pasar dunia. Dengan pertimbangan tersebut Masterplan
Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
2 - 10
(MP3EI) menetapkan penguatan konektivitas nasional sebagai
salah satu dari tiga strategi utama (pilar utama).
Konektivitas Nasional merupakan pengintegrasian 4 (empat)
elemen kebijakan nasional yang terdiri dari Sistem Logistik
Nasional (Sislognas), Sistem Transportasi Nasional (Sistranas),
Pengembangan wilayah (RPJMN/RTRWN), Teknologi Informasi
dan Komunikasi (TIK/ICT). Upaya ini perlu dilakukan agar dapat
diwujudkan konektivitas nasional yang efektif, efisien, dan terpadu.
Sebagaimana diketahui, konektivitas nasional Indonesia
merupakan bagian dari konektivitas global. Oleh karena itu,
perwujudan penguatan konektivitas nasional perlu
mempertimbangkan keterhubungan Indonesia dengan dengan
pusat-pusat perekonomian regional dan dunia (global) dalam
rangka meningkatkan daya saing nasional. Hal ini sangat penting
dilakukan guna memaksimalkan keuntungan dari keterhubungan
regional dan global/internasional.
Konektivitas Nasional menyangkut kapasitas dan kapabilitas suatu
bangsa dalam mengelola mobilitas yang mencakup 5 (lima) unsur
sebagai berikut:
1. Personel/penumpang, yang menyangkut pengelolaan lalu lintas
manusia di, dari dan ke wilayah.
2. Material/barang abiotik (physical and chemical materials) yang
menyangkut mobilitas komoditi industri dan hasil industri.
3. Material/unsur biotik/species, yang mencakup lalu lintas unsur
mahluk hidup di luar manusia seperti ternak, Bio Toxins, Veral,
Serum, Verum, Seeds, Bio-Plasma, BioGen, Bioweapon1.
4. Jasa dan Keuangan, yang menyangkut mobilitas teknologi,
sumber daya manusia dan modal pembangunan bagi wilayah.
5. Informasi, yang menyangkut mobilitas informasi untuk
kepentingan pembangunan wilayah yang saat ini sangat terkait
dengan penguasaan teknologi informasi dan komunikasi.
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
2 - 11
Peningkatan pengelolaan mobilitas terhadap lima unsur tersebut
diatas akan meningkatkan kemampuan nasional dalam
mempercepat dan memperluas pembangunan dan mewujudkan
pertumbuhan yang berkualitas sesuai amanat UU No. 17 Tahun
2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
2005 – 2025.
Maksud dan tujuan Penguatan Konektivitas Nasional adalah
sebagai berikut:
1. Menghubungkan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi utama
untuk memaksimalkan pertumbuhan berdasarkan prinsip
keterpaduan, bukan keseragaman, melalui inter-modal supply
chains systems.
2. Memperluas pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan
aksesibilitas dari pusat-pusat pertumbuhan ekonomi ke wilayah
belakangnya (hinterland).
3. Menyebarkan manfaat pembangunan secara luas
(pertumbuhan yang inklusif dan berkeadilan) melalui
peningkatan konektivitas dan pelayanan dasar ke daerah
tertinggal, terpencil dan perbatasan dalam rangka pemerataan
pembangunan.
Untuk mencapai tujuan tersebut perlu diintegrasikan beberapa
komponen konektivitas yang saling berhubungan kedalam satu
perencanaan terpadu. Beberapa komponen dimaksud merupakan
pembentuk postur konektivitas secara nasional (Gambar 2.7), yang
meliputi: (a) Sistem Logistik Nasional (SISLOGNAS); (b) Sistem
Transportasi Nasional (SISTRANAS); (c) Pengembangan Wilayah
(RPJMN dan RTRWN); (d) Teknologi Informasi dan Komunikasi
(TIK/ICT). Rencana dari masing-masing komponen tersebut telah
selesai disusun, namun dilakukan secara terpisah. Oleh karena itu,
Penguatan Konektivitas Nasional berupaya untuk
mengintegrasikan keempat komponen tersebut.
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
2 - 12
Hasil dari pengintegrasian keempat komponen konektivitas
nasional tersebut kemudian dirumuskan visi konektivitas nasional
yaitu ‘Terintegrasi Secara Lokal, Terhubung Secara Global
(Locally Integrated, Globally Connected)’, seperti yang terlihat
pada Gambar 2.8
Yang dimaksud Locally Integrated adalah pengintegrasian sistem
konektivitas untuk mendukung perpindahan komoditas, yaitu
barang, jasa, dan informasi secara efektif dan efisien dalam
wilayah NKRI. Oleh karena itu, diperlukan integrasi simpul dan
jaringan transportasi, pelayanan inter-moda tansportasi,
komunikasi dan informasi serta logistik.
Simpul-simpul transportasi (pelabuhan, terminal, stasiun, depo,
pusat distribusi dan kawasan pergudangan serta bandara) perlu
diintegrasikan dengan jaringan transportasi dan pelayanan sarana
inter-moda transportasi yang terhubung secara efisien dan efektif.
Jaringan komunikasi dan informasi juga perlu diintegrasikan untuk
mendukung kelancaran arus informasi terutama untuk kegiatan
perdagangan, keuangan dan kegiatan perekonomian lainnya
berbasis elektronik.
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
2 - 13
Sumber: MP3EI, 2011.
Gambar 2.7. Komponen Konektivitas Nasional
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
2 - 14
Sumber: MP3EI, 2011.
Gambar 2.8. Visi Konektivitas Nasional
Selain itu, sistem tata kelola arus barang, arus informasi dan arus
keuangan harus dapat dilakukan secara efektif dan efisien, tepat
waktu, serta dapat dipantau melalui jaringan informasi dan
komunikasi (virtual) mulai dari proses pengadaan, penyimpanan/
pergudangan, transportasi, distribusi, dan penghantaran barang
sesuai dengan jenis, kualitas, jumlah, waktu dan tempat yang
dikehendaki produsen dan konsumen, mulai dari titik asal (origin)
sampai dengan titik tujuan (destination).
Visi ini mencerminkan bahwa penguatan konektivitas nasional
dapat menyatukan seluruh wilayah Indonesia dan mendorong
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
2 - 15
pertumbuhan ekonomi secara inklusif dan berkeadilan serta dapat
mendorong pemerataan antar daerah. Sedangkan yang dimaksud
globally connected adalah sistem konektivitas nasional yang efektif
dan efisien yang terhubung dan memiliki peran kompetitif dengan
sistem konektivitas global melalui jaringan pintu internasional pada
pelabuhan dan bandara (international gateway/exchange) termasuk
fasilitas custom dan trade/industry facilitation.
Efektivitas dan efisiensi sistem konektivitas nasional dan
keterhubungannya dengan konektivitas global akan menjadi tujuan
utama untuk mencapai visi tersebut. Untuk mewujudkan visi
tersebut diperlukan penguatan konektivitas secara terintegrasi
antara pusatpusat pertumbuhan dalam koridor ekonomi dan juga
antar koridor ekonomi, serta keterhubungan secara internasional
terutama untuk memperlancar perdagangan internasional maupun
sebagai pintu masuk bagi para wisatawan mancanegara. (Gambar
2.9).
Dalam pelaksanaannya, perlu diperhatikan beberapa prinsip utama
sebagai berikut: (1) meningkatkan kelancaran arus barang, jasa
dan informasi, (2) menurunkan biaya logistik, (3) mengurangi
ekonomi biaya tinggi, (4) mewujudkan akses yang merata di
seluruh wilayah, dan (5) mewujudkan sinergi antar pusat-pusat
pertumbuhan ekonomi.
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
2 - 16
Sumber: MP3EI, 2011.
Gambar 2.9. Kerangka Kerja Konektivitas Nasional
Dalam konteks ini akan dilakukan pembangunan Kawasan
Perhatian Investasi (KPI) dengan tujuan membangun pusat
perhatian baru. KPI juga ditujukan untuk mempermudah integrasi
dengan kegiatan-kegiatan yang terkait infrastruktur, sumber daya
manusia (SDM), Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) serta
regulasi. Dimana Sentra produksi adalah 1 (satu) kegiatan investasi
dalam lokasi tertentu. KPI merupakan satu atau kumpulan
beberapa sentra produksi/kegiatan investasi yang beraglomerasi di
area yang berdekatan, seperti yang terlihat pada Gambar 2.10.
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
2 - 17
Sumber: Bahan Paparan Koordinasi SISTRANAS dan MP3EI 2013
Gambar 2.10. Integrasi KPI
Sumber: Bahan Paparan Koordinasi SISTRANAS dan MP3EI 2013
Gambar 2.12. KPI dan Nilai Investasi Sektor Riil
3
2
NILAI INVESTASI
Rp 125,46 TKPIHALMAHERA
NILAI INVESTASI
Rp 30,36 TKPI
MOROTAI
NILAI INVESTASI
Rp 0,78 TKPI
MANOKWARI
NILAI INVESTASI
Rp 0,76 TKPI
NABIRE
NILAI INVESTASI
Rp 160,85 TKPI
TIMIKA
NILAI INVESTASI
Rp 57,55 TKPI
MERAUKE
NILAI INVESTASI
Rp 10,26TKPI
AMBON
NILAI INVESTASI
Rp 108 TKPI
TELUK BINTUNI
KPI
REGULASI (PUSAT + DAERAH)
SDM&
IPTEK
KONEKTIVITASKPIIlustrasi Hipotetis
Sentra Produksi
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
2 - 18
Tabel 2.1. KPI Prioritas Sektor Riil
NO KPI
NAMA KPI NILAI INVESTASI
1 Merauke (MIFEE) 57,7 T
2 Timika 160,9 T
3 Halmahera 125,5 T
4 Bintuni 108 T
5 Morotai 30,4 T
6 Ambon 10,3T
7 Nabire 764 M
8 Manokwari 784 M
Sumber: Bahan Paparan Koordinasi SISTRANAS dan MP3EI 2013
KPI Prioritas
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
3 - 1
BAB 3
METODOLOGI STUDI
3.1 METODOLOGI STUDI
Untuk dapat melaksanakan seluruh lingkup kajian dalam konteks
materi dan waktu yang disyaratkan, maka dalam pekerjaan
Penelitian Penyusunan Tataran Transportasi Lokal Kab/Kota
disusun metodologi studi yang disajikan dalam bentuk bagan alir
(Gambar 3.1), dengan susunan tahapan pelaksanaan sebagai
berikut:
1) Tahap Persiapan, yang hasilnya disampaikan pada Laporan
Pendahuluan, dengan lingkup kegiatan meliputi:
a) Identifikasi Masalah & Tujuan Studi
b) Identifikasi Pelayanan
c) Identifikasi Jaringan Pelayanan
d) Identifikasi Jaringan Prasarana Transportasi Terpadu.
Keempat identifikasi tersebut merupakan inisiasi studi,
termasuk studi literatur dan peraturan perundangan yang
berlaku.
2) Tahap Pengumpulan Data & Analisis Awal, yang hasilnya
disampaikan pada Laporan Antara, dengan lingkup kegiatan
meliputi:
a) Pengumpulan Data Primer & Sekunder, yang diawali
dengan persiapan survei.
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
3 - 2
b) Survei Pola Bangkitan & Tarikan
c) Survei Pergerakan Transportasi Luar & Dalam Kab/Kota
d) Survei Wawancara dan Survei Instansional untuk Laporan
Kegiatan Serupa Terdahulu (antara lain: tinjau ulang
jaringan transportasi Propinsi khususnya pada wilayah
studi, inventarisasi rencana umum dan teknis, kebijakan
nasional dan daerah di wilayah studi).
e) Matriks Asal Tujuan, termasuk kompilasi data yang
terkumpul.
f) Analisis Permintaan Transportasi, sebagai analisis awal
dari analisis Tatrawil dan Tatralok.
g) Kajian Model Pengembangan Jaringan Transportasi
Wilayah Kab/Kota, yang meliputi:
Pemetaan potensi dan kendala
Analisis wilayah
Analisis teknis dan analisis normatif
3) Tahap Analisis, yang hasilnya disampaikan pada Laporan Akhir
Sementara, dengan lingkup kegiatan meliputi:
a) Merumuskan Kebijakan Strategi dan Program
Pengembangan Jaringan Prasarana Pelayanan
Transportasi
b) Merumuskan Alternatif Pengembangan Jaringan
Transportasi
c) Menetapkan Prioritas dan Tahapan Pengembangan
Jaringan Lokal dengan Kurun Waktu 2014, 2019, 2025,
2030.
4) Tahap Penyempurnaan & Finalisasi, yang hasilnya
disampaikan pada Laporan Akhir, dengan lingkup kegiatan
meliputi:
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
3 - 3
a) Menyusun Rancangan Peraturan Bupati/Walikota tentang
Sistranas pada Tatralok
b) Mengadakan FGD di Ibukota Kab/Kota untuk Mendapat
Masukan Alternatif
c) Menyelenggarakan Seminar untuk Penyempurnaan
Laporan Akhir dan Legalitas Tatralok di Ibukota Propinsi.
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
3 - 4
Identifikasi
Pelayanan
Identifikasi Jaringan
Pelayanan
Identifikasi Jaringan Prasarana Transportasi
Terpadu
Pengumpulan Data & Informasi
Primer & Sekunder
Pemahaman RTRW Kab/Kota
Survei Pergerakan
Transportasi Luar & Dalam Kab/Kota
Survei Wawancara
Survei Instansional untuk Laporan Kegiatan Serupa Terdahulu
Pemantapan RTRW Kab/Kota
Analisis Potensi &
Pengembangan Trans
Kajian Model Pengembangan Jaringan Transportasi Wilayah
Kab/Kota
Merumuskan Kebijakan Strategi dan Program Pengembangan Jaringan Prasarana Pelayanan Transportasi
Merumuskan Alternatif Pengembangan
Jaringan Transportasi
Menetapkan Prioritas dan Tahapan Pengembangan Jaringan Lokal dengan Kurun Waktu 2014, 2019, 2025, 2030
Menyusun Rancangan Peraturan Bupati/Walikota tentang Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal
(Tatralok)
Mengadakan FGD di Ibukota Kab/Kota untuk Mendapat
Masukan Alternatif
Menyelenggarakan Seminar untuk Penyempurnaan FR & Legalitas Tatralok di Ibukota Propinsi
LAPORAN PENDAHUL
UAN
Bulan 1
LAPORAN ANTARA
Bulan 4
RANCANGAN LAPORAN
AKHIR
Bulan 5
LAPORAN
AKHIR
Bulan 7
Identifikasi Masalah
& Tujuan Studi
Program pengembangan transportasi di wilayah lokal
kabupaten/kota, propinsi dan nasional efektif dan efisien
sesuai dengan MP3EI
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
3 - 5
Gambar 3.1. Bagan Alir Metodologi Studi
3.2 POLA PIKIR STUDI
Pola pikir pelaksanaan studi ini dikembangkan atas dasar latar
belakang, maksud dan tujuan, sasaran dan lingkup studi yang
disampaikan pada KAK (lihat Bab I). Untuk dapat menyusun suatu
studi yang komprehensif maka perlu dipahami konteks studi secara
holistik yang menyangkut semua issue, aspek normatif, lingkungan
strategis, dan semua elemen sistem yang terkait dengan
pengembangan Tatralok di Propinsi Maluku Utara.
Diagram pola pikir umum studi ini secara garis besar disampaikan
pada Gambar 3.3. Dimulai dari review hasil studi terdahulu dalam
dokumen perencanaan eksisting MP3EI, (RTRW Nasional/ Propinsi
Maluku Utara), SISTRANAS/WIL, Renstra Propinsi Maluku Utara,
dan studi terdahulu) sejumlah data eksisting serta rencana dan
program eksisting dapat ditelusuri. Pemetaan terhadap peran
masing-masing stakeholders (Pemkab, Swasta, dan Masyarakat)
dalam lingkungan strategis yang dikoridori oleh aspek normatif
berupa peraturan perundangan yang berlaku merupakan langkah
penting untuk dapat memahami konteks, lingkup, serta identifikasi
masalah yang dihadapi dalam pengembangan Tatralok di Propinsi
Maluku Utara.
Elaborasi hasil pemetaan peran serta kondisi obyektif dari sistem
transportasi yang ada saat ini diharapkan dapat menjadi dasar
dalam penyusunan strategi umum (grand strategy) pengembangan
Tatralok di Propinsi Maluku Utara yang komprehensif dan terpadu
(antar moda, antar wilayah, antar stakeholders, dll.). Dalam strategi
umum ini termaktub sejumlah program pokok (main programs)
yang harus dijabarkan dalam tahapan jangka pendek, menengah,
dan panjang.
Sebagai goal/tujuan akhir dari semua kegiatan tersebut adalah
terciptanya tujuan pengembangan Tatralok di Propinsi Maluku
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
3 - 6
Utara dalam jangka waktu yang direncanakan dengan sejumlah
kriteria atau karakteristik jaringan prasarana dan jaringan
pelayanan yang handal (efektif dan efisien), cepat, tertib, aman,
lancar, dan terjangkau masyarakat.
Untuk mendukung semua proses pengembangan Tatralok di
Propinsi Maluku utara, bagaimanapun juga diperlukan adanya
kajian kuantitatif dan kualitatif yang dilengkapi oleh data-data terkait
dengan pola permintaan perjalanan, kondisi dan kinerja jaringan
transportasi yang ada, konstelasi sosial-ekonomi yang ada, serta
prediksi perubahannya ke depan dalam lingkup situasi tantangan,
peluang, dan hambatan yang berkembang dari waktu ke waktu.
Hal ini merujuk kepada kebutuhan akan adanya pemahaman
mendasar mengenai konteks penyusun Tatralok, serta adanya
analisis (dan pengumpulan data) yang lengkap dan mendalam
untuk memperoleh gambaran atau pemetaan mengenai situasi
transportasi dan pola kegiatan ekonomi yang ada dan
kemungkinan perubahannya di Propinsi Maluku Utara dan di
wilayah sekitarnya yang saling mempengaruhi.
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
3 - 7
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
3 - 8
3.3 ANALISIS PENGEMBANGAN WILAYAH
Transportasi merupakan kebutuhan turunan (derived demand)
akibat tersebarnya tata ruang (spasial separation) di mana
kebutuhan/ kegiatan manusia dan proses ekonomi barang tidak
dapat diakomodasi hanya di satu ruang saja, sehingga timbul
kebutuhan pergerakan melalui berbagai moda transportasi.
Penataan ruang yang mempengaruhi pola dan intensitas kegiatan
sosio-ekonomi merupakan indikator yang merepresentasikan
pattern dari sistem kegiatan yang harus dilayani oleh sistem
transportasi. Dengan demikian, bagaimana setting tata ruang yang
akan dituju di masa datang akan sangat mempengaruhi bagaimana
pola dan intensitas permintaan perjalanan, yang pada gilirannya
akan menentukan kebutuhan akan jaringan prasarana dan jaringan
pelayanan transportasi. Dalam konteks penyusunan Tatralok
Propinsi Maluku Utara ini, maka pemahaman terhadap arahan
penggunaan ruang yang dituangkan dalam RTRW menjadi sangat
penting. Apalagi dalam struktur dokumen perencanaan Tatralok
merupakan pengejawantahan RTRW untuk sektor transportasi.
Pada Gambar 3.4 disajikan bagaimana interaksi antara
perkembangan wilayah dengan transportasi. Terlihat bahwa
korelasi antara transportasi dan perubahan atau perkembangan
wilayah sangatlah besar, sehingga arahan pengembangan tata
ruang dan perkembangan alamiah sesuai mekanisme pasar akan
sangat menentukan bagaimana pola permintaan perjalanan wilayah
di Propinsi Maluku Utara ini akan berkembang di masa datang.
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
3 - 9
Gambar 3.4. Interaksi Perkembangan Wilayah dengan
Kebutuhan Transportasi
3.4 PEMODELAN TRANSPORTASI
3.4.1 Struktur Model
Dalam studi perencanaan sistem transportasi, sebagaimana halnya
dalam Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok)
di Wilayah Propinsi Maluku Utara ini, sangat diperlukan adanya
pemahaman mengenai besaran dan pola permintaan perjalanan.
Permintaan perjalanan umumnya ditentukan oleh pola interaksi
ekonomi dalam pengaturan ruang yang ada, karakteristik suplai
jaringan transportasi yang ada (kapasitas, flow vs speed, dan
konfigurasinya), serta interaksi yang terjadi dalam ruang lalulintas
yang disediakan. Untuk itu diperlukan suatu model yang dapat
merepresentasikan interaksi antara elemen tata ruang, ekonomi,
permintaan perjalanan, jaringan transportasi, dan lalu lintas yang
terjadi.
Perkembangan
wilayah
Kebijakan perencanaan (MP3EI, RTRW, Renstra,
Tatrawil, dll)
Mekanisme pasar
(natural setting)
REGIONAL DEVELOPMENT
Faktor Sosio
Ekonomi
Pola Tata Guna
Lahan
Jumlah dan Pola Perjalanan
Kebutuhan Transportasi
TRANSPORT DEMAND
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
3 - 10
Dalam studi ini digunakan model transportasi empat tahap (four
stages transport model) yang terdiri dari tahap bangkitan perjalanan
(trip generation), sebaran perjalanan (trip distribution), pemisahan
moda (modal split), dan pemilihan rute (route choice). Model ini
dipilih karena: mudah dalam aplikasinya, cukup baik
merepresentasikan karakteristik dan interaksi penting pada sistem
transportasi, dan mampu menggambarkan dampak dari intervensi
yang dilakukan terhadap sistem transportasi di wilayah studi.
Secara umum skema struktur model perencanaan empat tahap ini
ditunjukkan pada Gambar 3.6.
Pendekatan model dimulai dengan menetapkan sistem zona dan
jaringan transportasi, termasuk di dalamnya adalah karakteristik
sosial-ekonomi di tiap zona dan karakteristik suplai jaringan yang
ada. Dengan menggunakan informasi tersebut kemudian diestimasi
total perjalanan yang dibangkitkan dan/atau yang ditarik oleh suatu
zona tertentu (trip ends) atau disebut dengan proses bangkitan
perjalanan (trip generation). Tahap ini menghasilkan persamaan
trip generation yang menghubungkan jumlah perjalanan dengan
karakteristik zona yang bersangkutan.
Selanjutnya diprediksi dari/ke mana tujuan perjalanan yang
dibangkitkan atau yang ditarik oleh suatu zona tertentu atau disebut
tahap distribusi perjalanan (trip distribution). Dalam tahap ini akan
dihasilkan matriks asal-tujuan (MAT). Pada tahap pemilihan moda
(modal split) MAT tersebut kemudian dialokasikan sesuai dengan
moda transportasi yang digunakan para pelaku perjalanan untuk
mencapai tujuan perjalanannya. Dalam tahap ini dihasilkan MAT
per moda.
Terakhir, pada tahap pemilihan rute (trip assignment) MAT
didistribusikan ke setiap ruas/link moda yang tersedia di dalam
jaringan sesuai dengan kinerja rute yang ada. Tahap ini
menghasilkan estimasi arus lalu lintas dan waktu perjalanan di
setiap ruas. Hasil inilah yang digunakan sebagai dasar analisis
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
3 - 11
dalam mengevaluasi serangkaian alternatif kebijakan
pengembangan jaringan transportasi yang diusulkan.
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
3 - 12
Gambar 3.6. Pemodelan Perencanaan Transportasi 4 Tahap
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
3 - 13
3.4.2 Proses Pemodelan Transportasi
3.4.2.1 Penetapan Sistem Zona dan Sistem Jaringan
Penetapan detail sistem zona dan sistem jaringan transportasi
dilakukan sebagai kompromi antara tingkat akurasi, biaya,
ketersediaan data, dan aplikabilitas model. Berdasarkan
pengalaman yang dilakukan dari studi terdahulu, maka dalam studi
ini ditetapkan bahwa:
1. Batas wilayah studi adalah batas wilayah administrasi
Kabupaten/Kota di Prop. Maluku Utara, di mana wilayah di
sekitarnya diasumsikan sebagai zona eksternal.
2. Agregasi zona di dalam wilayah studi adalah kecamatan, yang
selanjutnya disebut sebagai zona internal.
3. Model jaringan diutamakan untuk jaringan jalan, sedangkan
jaringan angkutan umum diperlakukan sebagai fixed-flow,
moda transportasi lain diintegrasikan melalui simpul terminal
(moda darat), pelabuhan (moda air), dan bandara (moda
udara).
Sistem zona tersebut dapat diilustrasikan dalam bentuk gambar
sederhana yang dapat dilihat pada Gambar 3.7.
Kec. A
Zona Internal Zona Eksternal Zona Eksternal
Batas Kab/Kota
Kec. B
Kec. E Kec. C Kec. D Kec. F
Kec. G Kec. H
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
3 - 14
Keterangan:
Kec. A B = pergerakan orang/barang antar kecamatan dalam satu
kab/kota.
Kec. E C = pergerakan orang/barang dari suatu kecamatan diluar
kab/kota menuju ke kecamatan di dalam kab/kota.
Kec. D F = pergerakan orang/barang dari suatu kecamatan di dalam
kab/kota menuju ke kecamatan di luar kab/kota.
Kec. D F = pergerakan orang/barang dari dan ke kecamatan di luar
kab/kota.
Gambar 3.7. Sistem Zona Kecamatan
Dengan penetapan sistem zona tersebut, maka akan terbentuk
Matriks Asal-Tujuan Antar Kecamatan. Matriks Asal-Tujuan ini
dikelompokkan berdasarkan pergerakan orang dan barang, dimana
pergerakan barang ini diuraikan lagi berdasarkan jenis barang yang
diproduksi, meliputi hasil produksi pangan, sayur-sayuran dan
buah-buahan, perkebunan, peternakan, perikanan, pertambangan
dan penggalian, industri pengolahan, dan kehutanan..
Untuk model jaringan transportasi yang diintegrasikan melalui
simpul-simpul moda transportasi yang dibatasi dalam suatu
kabupaten/kota, dapat terbentuk dari pengumpulan dan
pengolahan data kedalam bentuk Matriks Asal-Tujuan Antar Simpul
Moda Transportasi.
3.4.2.2 Estimasi dan Prediksi Trip-ends dan MAT
Secara skematis bagan alir proses estimasi trip-ends dan MAT
yang dilakukan pada studi ini ditunjukkan oleh Gambar 3.8.
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
3 - 15
Gambar 3.8. Mekanisme Estimasi Trip Ends dan MAT di
Propinsi Maluku Utara
Prior Matrix MAT 2013
Traffic Count Hasil survey primer
SATURN (via Program
Simulasi Jaringan
Transportasi)
Base Matrix
MAT di Prov. Malut
Tahun 2014
summation
Base Trip ends Produksi perjalanan di Prov. Malut 2014
Data sosial ekonomi Statistik di Prov. Malut:
Penduduk, PDRB, dll
Analisis
regresi linier
Model bangkitan
perjalanan
Prediksi data sosial ekonomi Prov. Malut
Growth rate
Trip ends
prediction
Trip ends Prov. Malut:
2014, 2015, 2016, 2017, 2018, 2019, 2025, 2030
Jarak, waktu, dan
biaya transportasi
antar zona
Model
Furness/Gravity
MAT Prov. Malut: 2014, 2019, dst
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
3 - 16
3.4.2.3 Simulasi Jaringan
Simulasi jaringan transportasi (dalam hal ini dititikberatkan untuk
jaringan jalan) dilakukan dalam konteks untuk:
1. Mengidentifikasi permasalahan yang terjadi secara makro
dalam jaringan transportasi di wilayah Propinsi Maluku Utara,
seperti: kemacetan, besarnya biaya transportasi, dan disparitas
suplai jaringan.
2. Memprediksi permasalahan yang akan timbul di masa datang
seiring dengan adanya pertumbuhan penduduk, perkembangan
ekonomi, dan perubahan intensitas penggunaan ruang.
3. Mengevaluasi kinerja dari sejumlah kebijakan perencanaan
yang akan diterapkan di masa datang, misal: pembangunan
jalan lingkar, jalan tol, maupun pengembangan moda laut, dan
udara.
MAT
perjalanan Data jaringan transportasi
Model Pemilihan Rute
Arus, kecepatan,
waktu, jarak
Analisis Lanjutan
I I N P U T
O U T P U T
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
3 - 17
Gambar 3.9. Struktur Umum Model Pemilihan Rute pada
Program Simulasi Jaringan Transportasi
3.5 ANALISIS NORMATIF
Analisis normatif dilakukan untuk memperoleh idealisasi pola
jaringan pelayanan, hirarki prasarana, dan sistem operasi bagi
pengembangan Tatralok di Propinsi Maluku Utara yang efektif dan
efisien dalam rangka menunjang pengembangan wilayah,
pemerataan pembangunan, dan pertumbuhan ekonomi di wilayah
Propinsi Maluku Utara. Aspek normatif ini dikembangkan
berdasarkan review atas peraturan perundangan yang berlaku di
setiap moda transportasi (jalan, angkutan umum, laut, dan udara)
serta kajian konseptual secara teoteris mengenai sistem
transportasi yang ideal. Analisis ini diperlukan untuk memberikan
gambaran arahan pengembangan jaringan transportasi di Propinsi
Maluku Utara di masa yang akan datang sesuai dengan konsep
yang lebih ideal.
Adapun kegiatan yang dilakukan dalam analisis normatif secara
berurutan disampaikan sebagai berikut:
1. Melakukan kajian konsep pengembangan jaringan prasarana
dan jaringan pelayanan untuk setiap moda transportasi (jalan,
angkutan umum, laut, dan udara) sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku/terbaru (UU, PP, Kepmen, Perda,
dll),
2. Melakukan kajian teoretis hasil penelitian dan studi terdahulu
baik di dalam maupun luar negeri mengenai idealisasi pola
jaringan transportasi wilayah,
3. Melakukan analisis konsep Tatralok di Propinsi Maluku Utara
yang mengelaborasikan aspek normatif secara praktis (dari
butir a.) dan aspek teoritis (dari butir b.),
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
3 - 18
4. Mengidentifikasi simpul, link dan zona yang strategis dan
penting untuk dikembangkan dalam rangka mewujudkan
Tatralok Propinsi Maluku Utara di masa yang akan datang.
3.6 AZAS TATARAN TRANSPORTASI LOKAL (TATRALOK)
Berdasarkan Pedoman Teknis yang telah ditetapkan, Tataran
Transportasi Lokal (Tatralok) harus disusun dengan berasaskan
pada beberapa prinsip dasar berikut:
1. Azas Keadilan, dimana tataran transportasi yang disusun
harus dapat menunjang kelancaran perhubungan di semua
sektor pembangunan dan berpihak pada tiap lapisan
masyarakat.
2. Azas Transparansi, tataran transportasi yang disusun
disosialisasikan dan diterapkan secara terpadu serta
transparasi pada semua sektor pembangunan dan diketahui
oleh pejabat pelaksana dilapangan.
3. Azas Akuntabilitas, tataran transportasi yang disusun harus
dianalisis secara teliti guna mendapatkan keserasian dan
keterpaduan kesisteman transportasi yang sesuai dengan
kebutuhan masyarakat dalam lingkup wilayah perencanaan.
4. Azas Realistis, tataran transportasi yang disusun harus
ditunjang oleh kondisi eksisting yang sebenarnya sehingga
hasil kebijakan yang diperoleh nantinya dapat sesuai dengan
kondisi yang ada dan dapat dilaksanakan secara suistainable.
5. Azas Kesisteman, tataran transportasi yang disusun harus
dapat menggambarkan keterkaitan dan keterpaduan
hubungan/kesisteman transportasi antar wilayah/kawasan
dalam lingkup kajiannya, serta harus disesuaikan dengan
kebijakan sistem transportasi diatasnya.
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
3 - 19
6. Azas Keunggulan Moda, tataran transportasi yang disusun
harus dapat menggambarkan dan mengkaji potensi-potensi
guna menemukan moda unggulan.
7. Azas Keterpaduan Intra dan Antar Moda, tataran transportasi
yang disusun harus dapat memberikan keterpaduan intra dan
antara moda yang ada, sehingga sinkronisasi sistem
transportasi antara moda tersebut dapat berjalan sesuai
dengan kebutuhan yang ada.
8. Azas Koordinasi dan Sinkronisasi, tataran transportasi yang
disusun harus dapat memberikan gambaran dan arahan
koordinasi yang jelas dan sinkronisasi yang terpadu dalam
mengakomodasi perkembangan dan kebutuhan disemua sektor
pembangunan.
9. Azas Tinjau Ulang Secara Berkala, tataran trasnportasi yang
disusun harus dilakukan tinjauan secara berkala guna menjaga
konsistensi dalam pelaksanaannya.
Lebih jelasnya, untuk Azas Penyusunan Tataran Transportasi Lokal
(Tatralok) dapat dilihat pada Gambar 3.11.
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
3 - 20
Gambar 3.11. Azas Penyusunan Tataran Transportasi Lokal
(Tatralok)
TATRALOK
KEADILAN
TRANSPARANSI REALISTIS
AKUNTABILITAS KESISTIMAN
TINJAUAN ULANG SECARA
BERKALA
KOORDINASI DAN
SINKRONISASI
KETERPADUAN INTRA & ANTAR
MODA
KEUNGGULAN
MODA
TATRALOK
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
4 - 1
BAB 4
KONDISI WILAYAH DAN JARINGAN
TRANSPORTASI SAAT INI
4.1 LETAK GEOGRAFIS DAN WILAYAH ADMINISTRASI
Secara geografis, Kabupaten Halmahera Tengah terletak antara
0o45′ LU ‐ 0o15′ LS dan 127o45′ BT ‐ 129o26′ BT, dengan luas
wilayah 8.381,48 km2 terdiri dari luas daratan 2.276,83 km2 (27 %)
dan luas lautan 6.104,65 km2 (73 %).
Kabupaten Halmahera Tengah memiliki batas‐batas wilayah
sebagai berikut :
Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Halmahera
Timur
Sebelah Timur berbatasan dengan Provinsi Irian Jaya Barat
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Halmahera
Selatan
Sebelah Barat berbatasan dengan Kota Tidore Kepulauan
Ibukota Kabupaten Halmahera Tengah adalah Weda. Pada saat
pelaksanaan Sensus Penduduk 2010, jumlah desa di Kabupaten
Halmahera Tengah tercatat sebanyak 48. Informasi menyangkut
daftar Kecamatan dan jumlah Desa di Kabupaten Halmahera
Tengah dapat dilihat pada Tabel 4.1. adapun peta administrasi
Kabupaten Halmahera Tengah ditunjukkan oleh Gambar 4.1.
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
4 - 2
Tabel 4.1. Kecamatan dan Jumlah Desa di Kabupaten
Halmahera Tengah Tahun 2012
No. Kecamatan Ibukota Jumlah Desa
1 Weda Were 7
2 Weda Selatan Wairoro 8
3 Weda Utara Sagea 9
4 Weda Tengah Lelilef 7
5 Pulau Gebe Kapaleo 8
6 Patani Kipae 5
7 Patani Utara Tepeleo 12
8 Patani Barat Banemo 5
Jumlah 61 Sumber: Halmahera Tengah Dalam Angka 2012
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
4 - 3
Sumber: Halmahera Tengah Dalam Angka 2012
Gambar 4.1 Peta Administrasi Kabupaten Halmahera Tengah
Kec. Weda Utara Kec. Patani Utara
Kec. Patani
Kec. Weda Selatan
Kec. Weda
Kec. Patani Barat
Kec. Weda Tengah
Kec. Pulau Gebe
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
4 - 4
4.2 KEPENDUDUKAN
Jika dilihat dari kepadatan penduduknya (Tabel 4.3), wilayah yang
paling padat penduduknya adalah Kecamatan Weda sebesar 30
jiwa/km2, sedangkan wilayah yang paling sedikit kepadatan
penduduknya adalah Kecamatan Weda Utara sebesar 10 jiwa/km2.
Dari sini dapat dibuktikan bahwa wilayah yang paling banyak
penduduknya belum tentu merupakan wilayah yang paling padat
penduduknya.
Tabel 4.3. Kepadatan Penduduk di Kabupaten Halmahera
Tengah Menurut Kecamatan Tahun 2011
No. Kecamatan Jumlah Penduduk
(jiwa) Luas Wilayah
(km2) Kepadatan (jiwa/km2)
1 Weda 7488 253.28 30
2 Weda Selatan 5079 237.43 21
3 Weda Utara 6408 624.62 10
4 Weda Tengah 4148 253.28 16
5 Pulau Gebe 4371 223.85 20
6 Patani 3914 233.36 17
7 Patani Utara 8864 217.66 41
8 Patani Barat 3575 233.36 15
Jumlah 43847 2276.84 19 Sumber: Halmahera Tengah Dalam
Angka 2012
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
4 - 5
Gambar 4.2 Peta Kepadatan Penduduk Kabupaten Halmahera Tengah
Kec. Weda Utara
Kec. Patani Utara
Kec. Patani
Kec. Weda Selatan
Kec. Weda
Kec. Patani Barat
Kec. Weda Tengah
Kec. Pulau Gebe
30 jiwa/km2
21 jiwa/km2
10 jiwa/km2
16 jiwa/km2
20 jiwa/km2
17 jiwa/km2
41 jiwa/km2
15 jiwa/km2
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
4 - 6
4.3. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah keseluruhan nilai
tambah barang dan jasa yang dihasilkan dalam waktu satu tahun di
wilayah tertentu. Nilai Produk Domestik Regional Bruto dapat
dihitung melalui tiga pendekatan, yaitu:
Segi Produksi, merupakan jumlah nilai tambah bruto atas suatu
barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi dalam
suatu wilayah dan biasanya dalam jangka waktu tertentu (satu
tahun). Nilai tambah bruto yang terdiri dari biaya faktor produksi
(upah/gaji, bunga netto, sewa tanah, keuntungan), penyusutan
barang modal dan pajak tak langsung netto.
Segi Pendapatan, merupakan balas jasa (pendapatan) yang
diterima faktor-faktor produksi karena ikut sertanya dalam proses
produksi dalam suatu wilayah, dan biasanya dalam jangka waktu
tertentu (satu tahun).
Segi Pengeluaran, merupakan jumlah pengeluaran yang
dilakukan oleh rumah tangga, Pemerintah dan Lembaga Swasta
Non Profit, pembentukan modal tetap, perubahan stok serta
Ekspor Netto, biasanya dalam jangka waktu tertentu.
Berdasarkan “Halmahera Tengah Dalam Angka 2012”, PDRB
Kabupaten Halmahera Tengah atas dasar harga berlaku pada
tahun 2011 tercatat sebesar 499.651,08 juta rupiah (lihat Tabel
4.13) dengan kontribusi terbesar diberikan oleh sektor pertanian,
yakni sebesar 37,53 %, disusul oleh sektor pertambangan dan
penggalian dengan sumbangan 19,62 %.
PDRB Kabupaten Halmahera Tengah atas dasar harga konstan
pada tahun 2011 adalah sebesar 250.397,11 juta rupiah (lihat
Tabel 4.14).
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
4 - 7
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Halmahera Tengah pada tahun
2011 adalah 7,06 dan PDRB perkapita (atas dasar harga berlaku)
sebesar 11,4 juta rupiah.
Tabel 4.13. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut
Lapangan Usaha di Kabupaten Halmahera Tengah
Tahun 2009-2011
No. Lapangan Usaha PDRB / Tahun (Juta Rupiah)
2009 2010* 2011**
1 Pertanian 155.808,14 170.380,28 187.540,57
2 Pertambangan dan Penggalian
64.805,35 81.901,82 98.051,43
3 Industri Pengolahan 27.495,32 35.785,71 37.855,64
4 Listrik, Gas dan Air Bersih
566,84 629,30 672,74
5 Bangunan/ Konstruksi 13.986,40 16.716,33 20.768,53
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran
66.594,62 78.614,52 92.861,64
7 Angkutan dan Komunikasi
12.571,09 14.586,55 16.605,59
8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
4.269,14 5.151,74 5.853,37
9 Jasa-jasa 29.247,21 35.966,62 39.441,57
PDRB 375.344,11 439.732,88 499.651,08 *) Angka Sementara Sumber: Halmahera Tengah Dalam
Angka 2012
**) Angka Sangat Sementara
4.4 KINERJA PELAYANAN, JARINGAN PELAYANAN DAN
JARINGAN PRASARANA TRANSPORTASI WILAYAH
SAAT INI
Transportasi merupakan salah satu aspek vital dalam
pembangunan prasarana dan sarana daerah guna menunjang
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
4 - 8
pembangunan di segala bidang. Penataan bidang transportasi tidak
hanya dalam bentuk penyediaan dan pembangunan infrastruktur
yang dibutuhkan akan tetapi sangat berkorelasi dengan sektor-
sektor lain baik berhubungan dengan kondisi sosial masyarakat,
kesadaran hukum, budaya perilaku maupun lingkungan.
4.4.1 Jaringan Jalan
Jalan merupakan prasarana angkutan darat yang sangat penting
untuk memperlancar kegiatan perekonomian. Usaha pembangunan
yang makin meningkat membutuhkan ketersediaan akses
penghubung antar wilayah yang aman dan berkondisi baik. Selain
itu, ketersediaan prasarana jalan yang baik akan meningkatkan
mobilitas penduduk dan kelancaran distribusi barang antar wilayah
sehingga roda perekonomian terus bergerak dan dapat
ditingkatkan.
Berdasarkan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Halmahera
Tengah Tahun 2012, kondisi jalan menurut fungsi jalan dapat
dilihat pada Tabel 4.18.
Tabel 4.18. Daftar Ruas Jalan Provinsi Di Kabupaten
Halmahera Tengah Tahun 2011/2012
NO KELAS JALAN
SATUAN
TAHUN
2008 2009 2010 2011 2012
1 PANJANG
Jalan Arteri Km 234,8 234,
8 234,
8 234,
8 234,8
Jalan Kolektor Km 224 224 224 224 224
2 KONDISI
Baik
Jalan Arteri Km 11 11 11 11 11
Jalan Kolektor Km 13 13 13 13 13
Rusak
Jalan Arteri Km 223.8 223.
8 223.
8 223.
8 223.8
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
4 - 9
NO KELAS JALAN
SATUAN
TAHUN
2008 2009 2010 2011 2012
Jalan Kolektor Km 211 211 211 211 211
3 PERMUKAAN
Aspal
Jalan Arteri Km 48.3 48.3 48.3 48.3 48.3
Jalan Kolektor Km 106.5 106.
5 106.
5 106.
5 106.5
Kerikil
Jalan Arteri Km 59.3 59.3 59.3 59.3 59.3
Jalan Kolektor Km - - - - -
Tanah / Lain-Lain
Jalan Arteri Km 130.5 130.
5 130.
5 130.
5 130.5
Jalan Kolektor Km
130.7 130.
7 130.
7 130.
7 130.7
Sumber Data : Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kabupaten Halmahera Tengah Tahun 2012
4.4.2 Angkutan Darat
Seiring dengan bertambahnya panjang jalan yang berkondisi baik
dan semakin mudahnya fasilitas kepemilikan kendaraan bermotor,
maka semakin banyak pula kendaraan di Kabupaten Halmahera
Tengah. Berdasarkan data dari “Dinas Perhubungan Komunikasi
dan Informatika Provinsi Maluku Utara”, jenis kendaraan terbanyak
di Kabupaten Halmahera Tengah adalah jenis sepeda motor (lihat
Tabel 4.19).
Tabel 4.19. Jumlah Kendaraan Menurut Jenis Kendaraan di
Kabupaten Halmahera Tengah Tahun 2008-2012
NO
JENIS KENDARAAN
SATUAN
TAHUN 2008 - 2012
2008 2009 2010 2011 201
2
1. Sepeda Motor UNIT 926
1,349
1,086
1,677
-
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
4 - 10
NO
JENIS KENDARAAN
SATUAN
TAHUN 2008 - 2012
2008 2009 2010 2011 201
2
2. Mobil Penumpang UNIT 43 32 20 78 -
3. Mobil Jeep UNIT 57 56 55 - -
4 Mobil Pick Up UNIT 41 40 51 - -
5. Bus Kecil UNIT 4 1 1 - -
6. Bus Sedang UNIT - - 3 - -
7. Bus UNIT - - 7 5 -
8. Truk Kecil UNIT - - 6 - -
9. Truk Sedang UNIT - - 10 45 -
10. Truk Besar UNIT - - - - -
11. Sepeda UNIT - - - - -
12. Becak UNIT - - - - -
13. Bentor UNIT - - - - -
14. Dokar UNIT - - - - -
15. Gerobak UNIT - - - - -
16. Lainnya UNIT - 1 4 - -
JUMLAH UNIT 1,07
1 1,07
1 1,47
9 1,24
3 -
Sumber: Dinas Perhubungan Kabupaten
Halmahera Tengah 2012
Perlu diketahui, pada saat ini di Kabupaten Halmahera Tengah
terdapat 4 trayek angkutan Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP)
dengan rute seperti disampaikan pada Tabel 4.20.
Tabel 4.20. Daftar Trayek Angkutan Antar Kota Dalam
Provinsi (AKDP) di Kabupaten Halmahera
Tengah
NO TRAYEK URAIAN TRAYEK
JARAK TRAYEK
(Km)
KODE
TRAYEK
JUMLAH ARMADA
A B C D E
1. Wairoro - Sofifi Wairoro - Sofifi - - - 1 7 - -
2. Weda - Gita Weda - Gita - - - 12
- -
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
4 - 11
NO TRAYEK URAIAN TRAYEK
JARAK TRAYEK
(Km)
KODE
TRAYEK
JUMLAH ARMADA
A B C D E
3. Weda - Sofifi Weda - Sofifi - - -
2 - -
4. Weda - Tobelo Weda - Tobelo 301 A6 - 6
1 -
JUMLAH
- 19 9 1 -
Keterangan : A = Pick Up; B = MPU; C = Bus Kecil; D = Bus Sedang; E = Bus Besar
Adapun data volume lalu lintas harian tahun 2012 ditunjukkan oleh
Tabel 4.21.
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
4 - 12
Tabel 4.21. Data Volume Lalu Lintas Harian Rata-Rata Tahun 2012
No Ruas Jalan Kode
Ruas
Jalan
Rata-Rata Volume Kendaraan (Unit/Hari) Jumlah
KTB SM MP BB BS TB TS TR
I Kecamatan Patani
a. Ruas Patani – Gemia 4 4 3 1 1 0 1 2 16
b. Ruas Patani – Mareala 3 6 4 1 1 0 2 2 19
II Kecamatan Patani Utara
a. Ruas Gemia – Tapeleo 1 3 2 1 1 0 1 1 10
b. Ruas Tepeleo - Peniti 8 4 3 1 1 0 1 2 20
III Kecamatan Patani Barat
b. Ruas Patani – Mareala 8 7 5 1 2 0 2 2 27
IV Kecamatan Weda
a. Ruas Weda - Nuslika 0 133 91 13 23 0 26 39 325
b. Ruas Nuslika - Tidore 2 136 93 14 24 0 27 40 336
c. Ruas Weda – Kobe 7 59 40 6 10 0 12 18 152
V Kecamatan Weda Selatan
a. Ruas Nuslka - Wairoro
Indah
1 51 35 5 9 0 10 15 126
VI Kecamatan Weda Tengah
a. Ruas Kobe - Lelief 8 59 40 6 10 0 12 18 153
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
4 - 13
b. Ruas Lelief - Sagea 4 29 20 3 5 0 6 9 76
c. Ruas Lelief - Lelief
Waibulen
10 0 0 0 0 0 0 0 10
VII Kecamatan Weda Utara
a. Ruas Sagea - Ani 4 34 23 4 6 0 7 10 88
b. Ruas Ani – Waleh 9 31 21 3 6 0 6 9 85
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
4 - 14
4.4.3 Angkutan Penyeberangan
Wilayah Kabupaten Halmahera Tengah yang terdiri dari pulau-
pulau menyebabkan transportasi antar kabupaten memerlukan
kapal sebagai salah satu angkutan penyeberangan.
Di Kabupaten Halmahera Tengah terdapat dua pelabuhan
penyeberangan, yaitu
1) Pelabuhan penyebrangan Patani; dan
2) Pelabuhan penyebrangan Pulau Gebe.
4.4.4 Angkutan Laut
Salah satu pelabuhan laut di Kabupaten Halmahera Tengah adalah
pelabuhan Weda yang merupakan pelabuhan regional dengan
kelas pelabuhan IV yang dikelola oleh Dinas Perhubungan
Kabupaten Halmahera Tengah. Dimana pelabuhan ini memiliki
dermaga dengan konstruksi beton yang berukuran 50 x 8 m. Untuk
kapal-kapal pelayaran nasional dan regional yang singgah di
Pelabuhan Weda adalah :
1) KM. Kie Raha I dengan rute pelayaran nasional : Ternate –
Soasio – Moti – Makian – Saketa – Babang – Bisui – Maffa –
Weda – Mesa – Banemo –Patani – Gebe – Kabare – Seonek –
Sorong (PP).
2) KM. Pahala dengan rute pelayaran nasional : Ternate – Soasio
– Gita – Kayoa – Bisui – Mafa – Weda – Mesa – Benemo –
Patani – Gebe – Kabare – Yabekaki – Saonek – Sorong (PP).
Berdasarkan “Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika
Provinsi Maluku Utara”, informasi mengenai saran dan prasarana
Pelabuhan Weda, ditunjukkan oleh Tabel 4.21.
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
4 - 15
Tabel 4.21. Informasi Sarana dan Prasarana Pelabuhan
Weda Kabupaten Halmahera Tengah
NO
URAIAN SATU
AN VOLUME
DATA
1. UMUM
a. Lokasi Pelabuhan (Kecamatan/Desa)
- Kec. Weda
b. Status Pelabuhan (Nasional/Regional/Lokal)
- PL
c. Kelas Pelabuhan (I/II/III/IV/V) - IV
d. Pengelola Pelabuhan - DISHUB
2. DERMAGA
a. Panjang M 50
b. Lebar M 8
c. Luas M2 400
d. Konstruksi (Beton/Kayu) - BETON
e. Rata-Rata Kedalaman Kolam Dermaga
M 70
Sumber: Kantor Pelabuhan Kabupaten Halmahera Tengah Tahun 2012
Untuk informasi mengenai daftar pelabuhan laut dan tambatan
perahu di Kabupaten Halmahera Tengah ditunjukkan oleh Tabel
4.22.
Tabel 4.22. Daftar Pelabuhan Laut dan Tambatan Perahu di
Kabupaten Halmahera Tengah
NO NAMA
PELABUHAN LOKASI
KLASIFIKASI
KELAS DERMAG
A
UKURAN DERMAGA
(P x L)
KONSTRUKSI
DERMAGA (BETON /
KAYU)
PENGELOLA
1. PEL. WEDA WEDA KEC. WEDA
PR IV 50 X 80 M BETON DISHUB
2. TP. SAGEA WEDA KEC. WEDA
TP V 40 M KAYU SWADA
YA
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
4 - 16
3. TP. GEMAF WEDA KEC. WEDA
TP V 40 M KAYU SWADA
YA
4. TP. MESSA WEDA KEC. WEDA
TP V 40 M KAYU SWADA
YA
5. TP. WAILEGI WAILEGI KEC. PATANI
TP V 100 M KAYU SWADA
YA
6. TP. BANEMO BANEMO KEC. PATANI
TP V 50 M KAYU SWADA
YA
7. TP. MOREALA MOREALA KEC. PATANI
TP V 40 M KAYU SWADA
YA
8. TP. YOI YOI KEC. P. GEBE
TP V 40 M KAYU SWADA
YA
9. TP. UMERA UMERA KEC. P. GEBE
TP V 40 M KAYU SWADA
YA
10. PEL. PATANI PATANI PL IV 15 X 3 BETON /
KAYU DISHUB
11. PEL. GEBE GEBE PL IV - TONGKANG PT.
ANTAM
12. PEL. LELILEF WEDA KEC. WEDA
TP IV 40 X 4 KAYU PEMDA
Sumber Data : Kantor Pelabuhan Kabupaten Halmahera Tengah Tahun 2012 Catatan : Untuk Kolom "Klasifikasi" disesuaikan berdasarkan klasifikasi pelabuhan berikut : PIH = Pelabuhan Internasional Hub, PI = Pelabuhan Internasional, PR = Pelabuhan Regional, PL = Pelabuhan Lokal, PK = Pelabuhan Khusus, TP = Tambatan Perahu
Tahun 2011, jumlah penumpang yang berangkat dari Pelabuhan
Weda adalah sebanyak 867 orang dan yang datang adalah
sebanyak 888 orang, sedangkan jumlah penumpang yang
berangkat dari Pelabuhan Gebe adalah sebanyak 975 orang dan
yang datang adalah sebanyak 784 orang. Untuk kegiatan bongkar /
muat barang, jumlah barang yang dibongkar tercatat sebesar
11.673 ton dan yang dimuat sebanyak 113.671 ton di Pelabuahn
Weda, sedangkan jumlah barang yang dibongkar di Pelabuhan
Gebe tercatat sebesar 1.048 ton dan yang dimuat sebanyak 919
ton. Berdasarkan “Halmahera Tengah Dalam Angka 2012”,
informasi mengenai rincian lalulintas penumpang dan kegiatan
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
4 - 17
bongkar / muat kapal motor di Pelabuhan Weda dan Gebe tahun
2011, ditunjukkan oleh Tabel 4.23 dan Tabel 4.24.
Tabel 4.23. Lalulintas Penumpang di Pelabuhan Weda dan
Gebe Tahun 2011
Bulan Turun Naik
Weda Gebe Weda Gebe
Januari 160 48 110 95
Februari 95 - 61 -
Maret 70 60 52 64
April 119 119 78 78
Mei 31 31 8 8
Juni 106 49 114 115
Juli 81 162 121 77
Agustus 10 73 161 175
September 100 86 25 114
Oktober 30 80 10 151
November 53 76 80 98
Desember 33 - 47 -
Jumlah 888 784 867 975 Sumber: Halmahera Tengah Dalam Angka 2012
Tabel 4.24. Kegiatan Bongkar / Muat Kapal Motor di
Pelabuhan Weda dan Gebe Tahun 2011
Bulan Bongkar (ton) Muat (ton)
Weda Gebe Weda Gebe
Januari 534 - 624 -
Februari 557 5 368 15
Maret 850 - 177 -
April - - - -
Mei 67 67 - -
Juni 793 168 315 22
Juli 730 186 2344 32
Agustus 1305 - 45 804
September 964 201 - -
Oktober 892 202 113 8
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
4 - 18
Bulan Bongkar (ton) Muat (ton)
Weda Gebe Weda Gebe
November 1309 68 53804 6
Desember 3672 151 55881 32
Jumlah 11673 1048 113671 919 Sumber: Halmahera Tengah Dalam Angka 2012
Untuk rincian arus kunjungan kapal barang dan bongkar / muat
barang serta kunjungan kapal penumpang dan naik turun
penumpang di Pelabuhan Weda Kabupaten Halmahera Tengah
tahun 2008-2011, ditunjukkan oleh Tabel 4.25.
Tabel 4.25. Arus Kunjungan Kapal Barang dan Bongkar / Muat
Barang serta Kunjungan Kapal Penumpang dan
Naik Turun Penumpang di Pelabuhan Weda
Kabupaten Halmahera Tengah Tahun 2088-2011
NO KEGIATAN SATUA
N
TAHUN
2008 2009
2010
2011
1. KAPAL BARANG/PENUMPANG
a. Dalam Negeri
1). Kunjungan Kapal Call 181 176 191 169
2). Jumlah Penumpang
A. Naik Orang 462 1,22
2 1,87
1 867
B. Turun Orang 1,19
6 1,95
8 1,13
2 888
2. MUATAN BARANG
a. Dalam Negeri
1). Bongkar Ton 8,98
0 9,41
0 9,41
7 11,673
2). Muat Ton 48,707.9
26,256
45,019
159,430
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
4 - 19
NO KEGIATAN SATUA
N
TAHUN
2008 2009
2010
2011
3
b. Luar Negeri
1). Eksport Ton - - - -
Sumber: Kantor Pelabuhan Kabupaten
Halmahera Tengah 2012
4.4.5 Angkutan Udara
Untuk bandara yang terdapat di Kabupaten Halmahera Tengah
terdapat sebanyak 2 bandara, yakni Bandara Weda di Desa Lelilef
dan Bandara Gebe di Pulau Gebe. Kedua bandara tersebut
memilik status Bandara Perintis dan dikelola oleh Pemerintah
Daerah bersama Perusahaan Tambang.
Kedua bandara tersebut kebanyakan dipergunakan untuk
kepentingan misionaris milik Yayasan Misi Masyarakat
Perkampungan (YMPP Suku Terasing), dan kegiatan
pertambangan di Pulau Gebe (bandara ini dapat dikembangkan
sebagai bandara pelayanan perintis atau kelas yang lebih tinggi).
Bandara Weda yang tepatnya berada di Desa Lelilef berjarak
kurang lebih 32 km dari Kota Weda Ibukota Kabupaten Halmahera
Tengah, memiliki panjang Runway saat ini sepanjang 850 x 23 m.
Sedangkan untuk Bandara Gebe yang tepatnya berada di Pulau
Gebe Kabupaten Halmahera Tengah, memiliki panjang Runway
saat ini sepanjang 900 x 23 m. Kedua bandara ini memiliki
frekwensi penerbangan masing-masing sebanyak 1 kali/minggu
dengan menggunakan pesawat jenis Cassa 212 oleh maskapai
penerbangan Merpati Air Lines dengan rute Ternate – Weda (PP)
dan Ternate – Gebe.
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
4 - 20
Berdasarkan “Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika
Provinsi Maluku Utara”, informasi mengenai sarana dan prasarana
Bandara Gebe di Kabupaten Halmahera Tengah ditunjukkan oleh
Tabel 4.26, sedangkan untuk informasi mengenai data lalulintas
udara domestik Bandara Gebe di Kabupaten Halmahera Tengah
ditunjukkan oleh Tabel 4.27.
Tabel 4.26. Informasi Sarana dan Prasarana Bandara Gebe
Kabupaten Halmahera Tengah
NO
URAIAN SATUA
N VOLUME DATA
1. UMUM
a. Lokasi Bandara - DS. KAPALEO
b. Status Bandara - BPP
c. Kelas Bandara - C
d. Pelayanan Bandara - PERINTIS
e. Pengelola Bandara - PT.ANTAM
f. Jadwal Penebangan dalam 1 Minggu
Trip 2
g. Jumlah Pelayanan Maskapai Penebangan
Prshn 1
h. Mulai Beroperasi Tahun 1981
i. Lama Waktu Beroperasi Dalam 1 Hari
Jam 120 MENIT
2. BANGUNAN KANTOR
Jumlah Pegawai Kantor Bandara
Orang 2
3. LANDASAN / RUNWAY
a. Panjang M 900
b. Lebar M 22
c. Luas M2
d. Konstruksi Perkerasan Landasan
- BATU KARANG
e. Jumlah Jalur Runway Jalur 1
4 TERMINAL KEDATANGAN / KEBERANGKATAN
a. Panjang M 15 b. Lebar M 8
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
4 - 21
NO
URAIAN SATUA
N VOLUME DATA
c. Luas M2 120 d. Kapasitas Orang 25. - 50 5 RUANG TUNGGU VIP
a. Panjang M 4 b. Lebar M 4 c. Luas M2 16 d. Kapasitas Orang 15.- 20
6 PERALATAN PELAYANAN BANDARA
Jumlah Toilet Umum Unit 1
7 SARANA/PRASARANA KESELAMATAN & KEAMANAN
a. Jumlah Alat PMK Unit 1 b. Jumlah Mobil PMK Unit 1
c. Jumlah Personil Keamanan Bandara
Orang 2
d. Jumlah Personil Tim PMK Orang 2
Sumber: Kantor Bandara Gebe Kabupaten Halmahera Tengah Tahun 2012
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
4 - 22
Tabel 4.27. Data Lalulintas Angkutan Udara Domestik
Bandara Gebe Kabupaten Halmahera Tengah
Tahun 2088-2011
NO PERGERAKAN SATUAN TAHUN
2008 2009 2010 2011
1. PESAWAT
a. Datang Kali - - - -
b. Berangkat Kali - - - -
2. PENUMPANG
a. Datang Orang 837 476 - 604
b. Berangkat Orang 832 705 - 704
3. BAGASI
a. Bongkar Kg 10,562 5,538 - 6,297
b. Muat Kg 10,265 9,145 - 6,908
JUMLAH 22,496 15,866 - 14,513
Sumber: Kantor Bandara Gebe Kabupaten Halmahera Tengah Tahun 2012
Berikut adalah Gambar 4.10 Peta Prasarana Transportasi di
Kabupaten Halmahera Tengah (hal 4 – 23)
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
4 - 23
Kec. Weda Utara Kec. Patani Utara
Kec. Patani
Kec. Weda Selatan
Kec. Weda
Kec. Patani Barat
Kec. Weda Tengah
Kec. Pulau Gebe
Bandara Kelas Perintis Bandara Gebe
Bandara Kelas Perintis Bandara By Nikel
Dermaga Kelas IV Dermaga Weda
Dermaga Kelas V Dermaga Gemaf
Dermaga Kelas V Dermaga Sagea
Dermaga Kelas V Dermaga Messa
Dermaga Kelas V Dermaga Wailegi
Dermaga Kelas V Dermaga Banemo
Dermaga Kelas V Dermaga Moreala
Dermaga Kelas V Dermaga Yoi
Dermaga Kelas V Dermaga Umera
Dermaga Kelas IV Dermaga Patani
Dermaga Kelas IV Dermaga Gebe
Dermaga Kelas IV Dermaga Lelilef
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
4 - 34
4.5 BANGKITAN DAN TARIKAN PERGERAKAN ORANG
DAN BARANG
Bangkitan dan tarikan pergerakan dibedakan untuk pergerakan
orang dan barang. Bangkitan pergerakan merupakan seluruh
pergerakan yang dihasilkan/diproduksi dan berasal dari suatu zona
tertentu. Sedangkan tarikan pergerakan merupakan jumlah seluruh
pergerakan yang tertarik/menuju ke suatu zona tertentu. Besarnya
bangkitan/tarikan pergerakan ini sangat dipengaruhi oleh tataguna
lahan, karakteristik penduduk dan sistem transportasi yang
tersedia.
Salah satu cara dalam melakukan pendekatan analisis untuk
distribusi perjalanan antar wilayah adalah dengan metoda sintesis,
yang merupakan cara analisis dengan mencari hubungan antar
pelaku perjalanan, dengan pembangkit, penarik dan faktor-faktor
yang mempengaruhi perjalanan. Model sintesis yang umumnya
digunakan adalah model Gravitasi dengan mendasarkan pada
hukum gravitasi Newton. Untuk transportasi, perjalanan yang
dilakukan akan dipengaruhi besar bangkitan dan penarik
perjalanan, serta waktu/jarak/biaya perjalanan.
Rumus umum model gravitasi adalah sebagai berikut:
tij = k.Ai.Aj / f (Zij)
dengan:
tij = jumlah perjalanan dari i ke j
k = konstanta
Ai = daya tarik zona asal
Aj = daya tarik zona tujuan
f (Zij) = fungsi yang mempengaruhi perjalanan
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
4 - 35
4.5.1 Bangkitan dan Tarikan Pergerakan Orang Eksisting
Untuk menentukan jumlah perjalanan orang antar kecamatan dapat
menggunakan rumus berikut ini:
tij = (k x JPA x JPT) / (d2)
dengan:
tij = jumlah perjalanan orang antar kecamatan
k = konstanta = 0,00004034
JPA = jumlah penduduk asal di kecamatan
JPT = jumlah penduduk tujuan di kecamatan
Adapun jumlah penduduk di masing-masing kecamatan di
Kabupaten Halmahera Tengah tahun 2011 dapat dilihat
pada Tabel 4.2.
d = jarak antar ibukota kecamatan. Adapun jarak antar
ibukota kecamatan di Kabupaten Halmahera Tengah
dapat dilihat pada Tabel 4.28.
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
4 - 36
Tabel 4.28. Matriks Jarak Antar Ibukota Kecamatan
di Kabupaten Halmahera Tengah (Km)
Ke Patani
Patani Utara
Weda Weda
Selatan Weda Utara
P. Gebe Dari
Patani - 12 110 130 90 84
Patani Utara 12 - 96 114 44 108
Weda 110 96 - 25,9 52 185
Weda Selatan 130 114 25,9 - 77,9 183
Weda Utara 90 44 52 77,9 - 155
P. Gebe 84 108 185 183 155 -
Dengan perhitungan seperti di atas, hasil distribusi perjalanan
orang antar kecamatan di Kabupaten Halmahera Tengah dapat
dilihat pada Tabel 4.29. Adapun gambar Desire Line Asal-Tujuan
dapat dilihat pada Gambar 4.11.
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
4 - 36
Tabel 4.29. Matriks Asal-Tujuan (MAT) Perjalanan Orang Antar Kecamatan di Kabupaten Halmahera
Tengah
(orang perjalanan/tahun) Tahun 2012
Zona Tujuan
I II III IV V VI VII VIII IX X XI Jumlah
Asa
l
I Patani - 361 421 667 667 330 361 435 162 581 8674 12659
II Patani Utara 361 - 253 352 352 329 352 435 122 436 6517 9509
III Patani Barat 421 573 - 201 244 239 308 330 116 415 6197 9044
IV Weda 667 352 201 - 1286 1469 674 896 276 993 14851 21665
V Weda Selatan 667 352 244 1286 - 382 355 435 185 667 9964 14537
VI Weda Tengah 350 329 239 1469 382 - 442 212 171 614 9165 13373
VII Weda Utara 361 352 308 674 355 442 - 435 146 525 7834 11432
VIII P. Gebe 435 435 330 896 435 212 435 - 159 570 8506 12413
IX Halmahera Timur 188 159 116 320 215 196 169 183 - 1238 1220 4004
X Halmahera
Selatan 536 453 329 911 611 559 481 523 981 - 3298 8682
XI Tidore 7599 6419 4651 12930 8675 7933 6821 7407 917 3129 - 66481
Jumlah 11585 9785 7092 19706 13222 12091 10398 11291 3235 9168 76226 183799
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
4 - 37
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
4 - 38
Diatas adalah Gambar 4.11. Desire Line Asal-Tujuan Perjalanan Orang Antar Kecamatan di Kabupaten
Halmahera Tengah Tahun 2012
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
4 - 38
4.5.2 Bangkitan dan Tarikan Pergerakan Barang Eksisting
Untuk menentukan jumlah perjalanan barang antar kecamatan di
Kabupaten Halmahera Tengah dapat menggunakan rumus berikut
ini:
tij = (k x JPA x JPT) / (d2)
dengan:
tij = jumlah perjalanan barang antar kecamatan
k = konstanta = 0,00004034
JPA = jumlah produksi asal di kecamatan
JPT = jumlah produksi tujuan di kecamatan
Adapun jumlah produksi di masing-masing kecamatan di
Kabupaten Halmahera Tengah tahun 2011 diperoleh dari
hasil penjumlahan dan pengolahan data dari hasil
produksi di masing-masing kecamatan di Kabupaten
Halmahera Tengah dari berbagai sektor.
d = jarak antar ibukota kecamatan. Adapun jarak antar
ibukota kecamatan di Kabupaten Halmahera Tengah
dapat dilihat pada Tabel 4.28.
Dengan perhitungan seperti di atas, hasil distribusi perjalanan
barang antar kecamatan di Kabupaten Halmahera Tengah dapat
dilihat pada Tabel 4.30. Adapun gambar Desire Line Asal-Tujuan
dapat dilihat pada Gambar 4.12.
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
4 - 39
Tabel 4.30. Matriks Asal-Tujuan (MAT) Perjalanan Barang Antar Kecamatan di Kabupaten Halmahera
Tengah (ton/tahun) Tahun 2012
Zona Tujuan
I II III IV V VI VII VIII IX X XI Jumlah
Asa
l
I Patani - 2184 2547 4036 4036 1997 2184 2632 981 3515 52475 76587
II Patani Utara 2184 - 1531 2130 2130 1991 2130 2632 739 2638 39426 57531
III Patani Barat 2547 3467 - 1216 1477 1446 1864 1997 702 2511 37490 54717
IV Weda 4036 2130 1216 - 7780 8887 4078 5421 1670 6008 89844 131070
V Weda Selatan 4036 2130 1477 7780 - 2311 2148 2632 1120 4036 60279 87949
VI Weda Tengah 2118 1991 1446 8887 2311 - 2674 1283 1035 3715 55446 80906
VII Weda Utara 2184 2130 1864 4078 2148 2674 - 2632 884 3177 47393 69164
VIII P. Gebe 2632 2632 1997 5421 2632 1283 2632 - 962 3449 51459 75099
IX Halmahera
Timur 1138 962 702 1936 1301 1186 1023 1108 - 7490 7381 24227
X Halmahera
Selatan 3243 2741 1991 5512 3697 3382 2910 3164 5935 - 19952 52527
XI Tidore 45972 38833 28137 78222 52481 47992 41265 44810 5548 18930 - 402190
Jumlah 70090 59200 42908 119218 79993 73149 62908 68311 19576 55469 461145 1111967
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
4 - 40
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
4 - 41
Gambar 4.12. Desire Line Asal-Tujuan Perjalanan Barang Antar Kecamatan di Kabupaten Halmahera
Tengah Tahun 2012
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
4 - 41
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
5 - 1
BAB 5
PERKIRAAN KONDISI MENDATANG
5.1 RENCANA PROYEK MP3EI
Dalam MP3EI ditetapkan bahwa Propinsi Maluku Utara merupakan
bagian dari Koridor Ekonomi Papua – Kepulauan Maluku. Adapun
produksi unggulan dan investasi Nasional di koridor tersebut
khususnya di wilayah Propinsi Maluku Utara adalah pertambangan
nikel dan perikanan. Tabel 5.1 menunjukkan daftar investasi
infrastruktur yang teridentifikasi di koridor Papua-Maluku (MP3EI),
khususnya di wilayah Kabupaten Halmahera Tengah. Dari Tabel
5.1 disebutkan proyek pembangunan infrastruktur MP3EI adalah
pembangunan pelabuhan Gebe yang berinvestasi sebesar Rp 134
miliar.
Sementara untuk pertambangan, sebagai Kawasan Perhatian
Investasi (KPI) di Kabupaten Halmahera Tengah adalah PT. Weda
Bay, Weda, dengan nilai investasi Rp 48.600 M.
Adapun peta lokasi proyek MP3EI di Pulau Gebe tersebut dapat
dilihat pada Gambar 5.1.
Tabel 5.1. Daftar Investasi Infrastruktur yang Teridentifikasi di
Koridor Papua-Maluku, Khususnya di Wilayah Kabupaten
Halmahera Tengah
No Proyek MP3EI
Nilai Investasi
(IDR Miliar)
Periode Mulai
Periode Selesai
Lokasi
1 Pelabuhan Gebe 134 2011 2014 Kec. P. Gebe, Kab. Halteng
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
5 - 2
Gambar 5.1. Peta Lokasi Proyek MP3EI di Kabupaten
Halmahera Tengah
5.2 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN
HALMAHERA TENGAH
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera
Tengah telah dimuat didalam Peraturan Daerah Kabupaten
Halmahera Tengah Nomor 1 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten Halmahera Tengah Tahun 2012 – 2032.
Penataan ruang wilayah Kabupaten Halmahera Tengah bertujuan
untuk:
“Mewujudkan wilayah yang aman, nyaman, produktif dan
berkelanjutan melalui peningkatan kesejahteraan masyarakat
Pelabuhan Gebe Nilai Investasi Rp 134 M
PT. Weda Bay Nickel Nilai Investasi Rp 48.600 M
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
5 - 3
dengan mengembangkan potensi sumberdaya laut, pertanian,
pertambangan dan pariwisata dengan tetap mewujudkan
keharmonisan lingkungan alam dan buatan, serta keserasian antar
wilayah dan sektor.“
Untuk mewujudkan tujuan penataan ruang tersebut, disusun
kebijakan penataan ruang wilayah Kabupaten Halmahera Tengah
yang terdiri atas:
a. pengembangan sektor Potensial secara berkelanjutan;
b. peningkatan akses dan tingkat pelayanan fasilitas publik;
c. pemerataan pembangunan;
d. pemeliharaan dan perwujudan kelestarian lingkungan hidup;
e. pencegahan dampak negatif kegiatan yang dapat menimbulkan
kerusakan lingkungan hidup;
f. Pemantapan dan pengendalian kawasan lindung; dan
g. Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan
negara.
5.2.1 Rencana Struktur Ruang Kabupaten Halmahera Tengah
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Halmahera Tengah
Nomor 1 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Halmahera Tengah Tahun 2012 – 2032, dimana
didalam Pasal 5 ayat (1) disebutkan bahwa Rencana struktur ruang
wilayah Kabupaten Halmahera Tengah meliputi :
a. Sistem pusat-pusat kegiatan;
b. Sistem jaringan prasarana utama; dan
c. Sistem jaringan prasarana lainnya.
Pusat-pusat kegiatan tersebut terdiri atas :
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
5 - 4
a. Pusat Kegiatan Wilayah Promosi (PKWp), yaitu kawasan
perkotaan Weda.
b. Pusat Kegiatan Lokal (PKL), yaitu Kecamatan Patani Desa
Kipae, Kecamatan Pulau Gebe Desa Kapaleo, dan Kecamatan
Weda Tengah Desa Lelilef.
c. Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp), yaitu Desa Wairoro.
d. Pusat Pelayanan Pawasan (PPK), terdiri atas :
a) Kawasan Perkotaan Kobe di Kecamatan Weda Tengah;
b) Kawasan Perkotaan Sagea dan Mesa di Kecamatan Weda
Utara;
c) Kawasan Perkotaan Loleo di Kecamatan Weda Selatan;
d) Kawasan Perkotaan Banemo di Kecamatan Patani Barat;
dan
e) Kawasan Perkotaan Tepeleo dan Peniti di Kecamatan
Patani Utara.
e. Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL), terdiri atas :
a) Desa Kluting Jaya Kecamatan Weda Selatan;
b) Desa Gemaf dan Desa Waleh Kecamatan Weda Utara;
c) Desa Moreala Kecamatan Patani Barat;
d) Desa Masure Dan Desa Sakam Kecamatan Patani Utara;
dan
e) Desa Kacepi dan Umera Kecamatan Pulau Gebe.
5.2.2 Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten Halmahera
Tengah
Di dalam Peraturan Daerah Kabupaten Halmahera Tengah Nomor
1 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
5 - 5
Halmahera Tengah Tahun 2012 – 2032, Pasal 16 ayat (1)
menyebutkna bahwa Rencana pola ruang wilayah Kabupaten
Halmahera Tengah meliputi :
a. Rencana kawasan lindung; dan
b. Rencana kawasan budidaya.
Kawasan lindung terdiri atas :
a. Kawasan hutan lindung;
b. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan
bawahannya;
c. Kawasan perlindungan setempat;
d. Kawasan suaka alam, pelestarian dan cagar budaya;
e. Kawasan rawan bencana alam;
f. Kawasan lindung geologi.
Sedangkan kawasan budidaya terdiri atas :
a. Kawasan peruntukan hutan produksi;
b. Kawasan peruntukan hutan rakyat;
c. Kawasan peruntukan pertanian;
d. Kawasan peruntukan perikanan;
e. Kawasan peruntukan pertambangan;
f. Kawasan peruntukan industri;
g. Kawasan peruntukan pariwisata;
h. Kawasan peruntukan permukiman; dan
i. Kawasan peruntukan lainnya.
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
5 - 6
5.3 PROYEKSI PENDUDUK DAN POLA AKTIVITASNYA
Berdasarkan hasil pengamatan aktivitas penduduk di Kabupaten
Halmahera Tengah, diketahui bahwa penduduk di di Kabupaten
Halmahera Tengah memiliki kecenderungan yang reguler dalam
melakukan pergerakan antar wilayah, dimana tujuan
pergerakan/perjalanan tersebut sebagian besar untuk tujuan sosial
dan budaya, juga terdapat tujuan pergerakan penduduk untuk
bekerja (reguler) dan berbelanja. Tujuan pergerakan lainnya adalah
untuk berbisnis, berekreasi, dan bersekolah (reguler). Hal ini
secara langsung menuntut ketersediaan sarana transportasi yang
cukup setiap harinya.
5.3.1 Metode Proyeksi Penduduk
Proyeksi penduduk dilakukan guna memudahkan dalam
memperkirakan besarnya kebutuhan pelayanan transportasi
dimasa mendatang, dimana sektor sosial kependudukan dan
transportasi saling mempengaruhi dalam perkembangan wilayah.
Metode analisis proyeksi penduduk dilakukan untuk memperoleh
perkiraan jumlah penduduk ditahun rencana. Dimana untuk model
proyeksinya yang digunakan sesuai dengan kecenderungan (trend)
perubahan jumlah penduduk di Provinsi Maluku Utara. Yakni
dengan menggunakan Metode Bunga Berganda (Eksponensial)
yang menggunakan asumsi bahwa penduduk akan berganda
dengan sendirinya dari tahun sebelumnya, sehingga perubahan
penduduk tidak bertambah secara konstan/linier. Rumusan yang
digunakan adalah :
Pt = Po (1 + r)t
dimana :
Pt = Jumlah penduduk yang direncanakan pada tahun t
Po = Jumlah penduduk pada tahun dasar/awal
r = Pertambahan/perubahan penduduk dalam persentase (%)
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
5 - 7
t = Tambahan tahun yang direncanakan
kemudian untuk kepadatan penduduk pada tahun proyeksi
digunakan rumus perbandingan antara jumlah penduduk dengan
luas wilayah yang ada, dimana rumus tersebut adalah :
Kpt = Pt / Lw
dimana :
Kpt = Kepadatan Penduduk pada tahun t (Jiwa/Ha)
Pt = Jumlah penduduk pada tahun t (Jiwa)
Lw = Luas Wilayah (Ha)
5.3.2 Proyeksi Jumlah Penduduk
Semakin besar jumlah penduduk disuatu wilayah maka makin
besar pula kebutuhan pelayanan fasilitas dan utilitas seperti sarana
dan prasarana pendidikan, kesehatan, ekonomi, transportasi dan
sebagainya. Karena itu diharapkan sebagian besar penduduk akan
terkonsentrasi lebih tinggi pada lokasi pusat-pusat pertumbuhan
pada suatu wilayah. Jumlah dan kepadatan penduduk di
Kabupaten Halmahera Tengah dari tahun ketahun akan semakin
meningkat. Hingga pada tahun 2030 jumlah dan kepadatan
penduduk diperkirakan akan terus meningkat seiring dengan
membaiknya kondisi perekonomian nasional dan daerah.
Berdasarkan hasil proyeksi jumlah penduduk, diketahui bahwa
pada tahun 2030, jumlah penduduk terbesar berada di Kecamatan
Patani Utara yakni sebesar 15.543 atau 20% dari jumlah penduduk
di Kabupaten Halmahera Tengah yang berjumlah 76.886.
Sedangkan untuk jumlah penduduk di Kecamatan Weda sebagai
ibukota kabupaten, diproyeksikan jumlah penduduk pada tahun
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
5 - 8
2030 sebesar 13.130 atau 17% dari jumlah penduduk di Kabupaten
Halmahera Tengah.
Untuk lebih jelasnya mengenai hasil proyeksi jumlah penduduk di
Kabupaten Halmahera Tengah dapat dilihat pada Tabel 5.2 dan
grafiknya pada Gambar 5.2.
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
5 - 9
Tabel 5.2. Proyeksi Jumlah Penduduk di Kabupaten Halmahera Tengah
No. Kecamatan
Penduduk
Thn Dasar 2011 (jiwa)
Proyeksi Penduduk (Jiwa)
2014 2015 2016 2017 2018 2019 2025 2030
1 Weda 7.488 8.182 8.428 8.681 8.941 9.209 9.486 11.326 13.130
2 Weda Selatan 5.079 5.550 5.716 5.888 6.065 6.247 6.434 7.682 8.906
3 Weda Utara 6.408 7.002 7.212 7.429 7.651 7.881 8.117 9.693 11.236
4 Weda Tengah 4.148 4.533 4.669 4.809 4.953 5.102 5.255 6.274 7.274
5 Pulau Gebe 4.371 4.776 4.920 5.067 5.219 5.376 5.537 6.612 7.665
6 Patani 3.914 4.277 4.405 4.537 4.674 4.814 4.958 5.920 6.863
7 Patani Utara 8.864 9.686 9.977 10.276 10.584 10.902 11.229 13.408 15.543
8 Patani Barat 3.575 3.906 4.024 4.144 4.269 4.397 4.529 5.408 6.269
Jumlah 43.847 47.913 49.350 50.831 52.356 53.926 55.544 66.323 76.886
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
5 - 10
Gambar 5.1. Grafik Proyeksi Jumlah Penduduk di Kabupaten Halmahera Tengah
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
5 - 11
5.4 BANGKITAN DAN DISTRIBUSI ARUS BARANG DAN
PENUMPANG
Pergerakan adalah aktivitas yang dilakukan sehari-hari. Kita
bergerak setiap hari untuk berbagai macam alasan dan tujuan.
Jarak perjalanan juga sangat beragam, dari perjalanan yang sangat
panjang (misalnya perjalanan antar benua) sampai ke perjalanan
yang sangat pendek (misalnya perjalanan ke toko di seberang
jalan). Mudah dipahami bahwa jika terdapat kebutuhan akan
pergerakan yang besar, tentu dibutuhkan pula sistem jaringan
transportasi yang cukup untuk dapat menampung kebutuhan akan
pergerakan tersebut. Dengan kata lain, kapasitas jaringan
transportasi harus dapat menampung pergerakan.
Analisa bangkitan dan tarikan perjalanan dilakukan untuk
mendapatkan acuan arah pengembangan jaringan transportasi
dengan menggunakan Metode Perencanaan Transportasi Empat
Tahap seperti yang telah diuraikan sebelumnya. Adapun
ketentuan-ketentuan yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Perkiraan bangkitan perjalanan, menggunakan metode time
series, regresi ganda atau teori elastisitas.
2. Perkiraan asal dan tujuan penumpang dilakukan dengan
menggunakan data asal-tujuan yang nantinya digunakan untuk
membangun Model Furness guna memperkirakan pola
distribusi pergerakan dimasa mendatang.
3. Pemilihan moda transportasi dilakukan dengan menggunakan
metode pemilihan moda.
4. Perencanaan trayek atau rute operasional sarana dilakukan
setelah diketahui bangkitan perjalanan, distribusi asal tujuan
serta pilihan moda transportasinya dimasa mendatang.
Pola pergerakan dalam sistem transportasi sering di jelaskan
dalam bentuk arus pergerakan (kendaraan, penumpang, dan
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
5 - 12
barang) yang bergerak dari zona asal ke zona tujuan di dalam
daerah tertentu dan selama periode waktu tertentu. Matriks
Pergerakan atau Matriks Asal-Tujuan (MAT) sering digunakan oleh
perencana transportasi untuk menggambarkan pola pergerakan
tersebut. Selain menggunakan bentuk matriks, pola pergerakan
dapat juga dinyatakan dengan bentuk lain secara grafis yang biasa
disebut Garis Keinginan (desire line). Nama ini diberikan karena
pola pergerakan selain mempunyai dimensi jumlah pergerakan,
juga mempunyai dimensi spasial (ruang) yang lebih mudah
digambarkan secara grafis.
Kemudian dalam proses pembentukan matrik asal tujuan, untuk
kasus ini, metode yang digunakan adalah Metode Furness.
Furness (1965) mengembangkan metode yang ada saat sekarang,
metode ini sangat sering digunakan dalam proses perencanaan
transportasi karena metode ini dikenal sangat sederhana dan
mudah digunakan. Pada metode ini, sebaran pergerakan pada
masa mendatang didapatkan dengan mengalikan sebaran
pergerakan pada saat sekarang dengan tingkat pertumbuhan zona
asal atau zona tujuan yang dilakukan secara bergantian. Secara
matematis, Metode Furness dapat dinyatakan dengan persamaan
berikut :
Tij = tij . Ei
Iterasi Ke-1
Tij = tij (Hasil Iterasi Ke-1) . Ej
Iterasi Ke-2
Tij = tij (Hasil Iterasi Ke-2) . Ei
Iterasi Ke-3
Tij = tij (Hasil Iterasi Ke-3) . Ej
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
5 - 13
dan seterusnya secara selang-seling
Dimana :
Tij = Jumlah Perjalanan Pada Masa Mendatang dari Zona Asal i ke
Zona Tujuan j.
tij = Jumlah Perjalanan Pada Masa Sekarang dari Zona Asal i ke
Zona Tujuan j.
Ei = Faktor Pertumbuhan di Zona Asal i.
Ej = Faktor Pertumbuhan di Zona Tujuan j.
Pada metode ini, pergerakan awal (masa sekarang) pertama kali
dikalikan dengan tingkat pertumbuhan zona asal. Hasilnya
kemudian dikalikan dengan tingkat pertumbuhan zona tujuan dan
zona asal secara bergantian (modifikasi harus dilakukan setelah
setiap perkalian) sampai total sel MAT untuk setiap arah (baris atau
kolom) kira-kira sama dengan total sel MAT yang diinginkan yakni
Ti = Tj.
Dimana berdasarkan hasil proyeksi bangkitan dan tarikan
pergerakan dalam Matriks Asal-Tujuan pada tiap periode tahun
rencana dimasa mendatang, dapat digambarkan kondisinya
sebagai berikut :
5.4.1 Proyeksi Asal dan Tujuan Pergerakan Orang
Berdasarkan hasil proyeksi jumlah asal dan tujuan pergerakan
orang antar kecamatan di Kabupaten Halmahera Tengah (Tabel
5.7 – Tabel 5.14) mengalami peningkatan yakni pada tahun 2014
sebesar 17.257 orang perjalanan/tahun dan pada tahun 2019
sebesar 20.006 orang perjalanan/tahun. Sedangkan pada tahun
2025 mencapai sebesar 23.888 orang perjalanan/tahun dan pada
tahun 2030 mencapai sebesar 27.693 orang perjalanan/tahun.
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
5 - 14
5.4.2 Proyeksi Asal dan Tujuan Pergerakan Barang
Berdasarkan hasil proyeksi jumlah asal dan tujuan pergerakan
barang antar kecamatan di Kabupaten Halmahera Tengah (Tabel
5.15 – Tabel 5.22) mengalami peningkatan yakni pada tahun 2014
sebesar 53.498 ton/tahun dan pada tahun 2019 sebesar 62.019
ton/tahun. Sedangkan pada tahun 2025 mencapai sebesar 74.054
ton/tahun dan pada tahun 2030 mencapai sebesar 85.849
ton/tahun.
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
5 - 15
Tabel 5.7. Proyeksi Matriks Asal-Tujuan (MAT) Perjalanan Orang Antar Kecamatan di Kabupaten
Halmahera Tengah
(orang perjalanan/tahun) Tahun 2014
Zona Tujuan
I II III IV V VI VII VIII IX X XI Jumlah
Asal
I Patani - 408 475 753 753 373 408 491 183 656 9780 14280
II Patani Utara 408 - 286 397 397 371 397 491 138 492 7348 10725
III Patani Barat 475 647 - 227 276 270 348 373 131 468 6988 10203
IV Weda 753 397 227 - 1450 1657 760 1011 312 1120 16745 24432
V Weda Selatan 753 397 276 1450 - 431 401 491 209 753 11235 16396
VI Weda Tengah 395 371 270 1657 431 - 499 240 193 693 10334 15083
VII Weda Utara 408 397 348 760 401 499 - 491 165 592 8833 12894
VIII P. Gebe 491 491 373 1011 491 240 491 - 180 643 9591 14002
IX Halmahera Timur
212 180 131 361 243 221 191 207 - 1396 1376 4518
X Halmahera Selatan
605 511 371 1028 689 631 543 590 1107 - 3719 9794
XI Tidore 8568 7238 5244 14579 9782 8945 7691 8352 1034 3528 - 74961
Jumlah 13068 11037 8001 22223 14913 13638 11729 12737 3652 10341 85949 207288
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
5 - 16
Tabel 5.8. Proyeksi Matriks Asal-Tujuan (MAT) Perjalanan Orang Antar Kecamatan di Kabupaten
Halmahera Tengah
(orang perjalanan/tahun) Tahun 2015
Zona Tujuan
I II III IV V VI VII VIII IX X XI Jumlah
Asal
I Patani - 488 569 901 901 446 488 588 219 785 11709 17094
II Patani Utara 488 - 342 476 476 445 476 588 165 589 8798 12843
III Patani Barat 569 774 - 272 330 323 416 446 157 561 8366 12214
IV Weda 901 476 272 - 1736 1983 910 1210 373 1341 20047 29249
V Weda Selatan 901 476 330 1736 - 516 480 588 250 901 13450 19628
VI Weda Tengah 473 445 323 1983 516 - 597 287 231 829 12372 18056
VII Weda Utara 488 476 416 910 480 597 - 588 198 709 10575 15437
VIII P. Gebe 588 588 446 1210 588 287 588 - 215 770 11482 16762
IX Halmahera Timur
254 215 157 432 291 265 229 248 - 1672 1647 5410
X Halmahera Selatan
724 612 445 1230 825 755 650 706 1325 - 4452 11724
XI Tidore 10258 8665 6279 17454 11711 10709 9208 9999 1238 4224 - 89745
Jumlah 15644 13215 9579 26604 17854 16326 14042 15248 4371 12381 102898 248162
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
5 - 17
Tabel 5.9. Proyeksi Matriks Asal-Tujuan (MAT) Perjalanan Orang Antar Kecamatan di Kabupaten
Halmahera Tengah
(orang perjalanan/tahun) Tahun 2016
Zona Tujuan
I II III IV V VI VII VIII IX X XI Jumlah
Asal
I Patani - 539 629 996 996 493 539 649 242 867 12941 18891
II Patani Utara 539 - 378 526 526 491 526 649 183 651 9723 14192
III Patani Barat 629 855 - 300 365 357 460 493 174 620 9245 13498
IV Weda 996 526 300 - 1919 2192 1006 1337 412 1482 22156 32326
V Weda Selatan 996 526 365 1919 - 570 530 649 276 996 14865 21692
VI Weda Tengah 523 491 357 2192 570 - 660 317 256 916 13673 19955
VII Weda Utara 539 526 460 1006 530 660 - 649 218 784 11687 17059
VIII P. Gebe 649 649 493 1337 649 317 649 - 238 851 12690 18522
IX Halmahera Timur
281 238 174 478 321 293 253 274 - 1847 1821 5980
X Halmahera Selatan
800 676 491 1360 912 834 718 781 1464 - 4921 12957
XI Tidore 11337 9577 6939 19290 12942 11835 10176 11050 1369 4668 - 99183
Jumlah 17289 14603 10586 29404 19730 18042 15517 16848 4832 13682 113722 274255
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
5 - 18
Tabel 5.10. Proyeksi Matriks Asal-Tujuan (MAT) Perjalanan Orang Antar Kecamatan di Kabupaten
Halmahera Tengah
(orang perjalanan/tahun) Tahun 2017
Zona Tujuan
I II III IV V VI VII VIII IX X XI Jumlah
Asal
I Patani - 596 695 1100 1100 545 596 718 268 958 14302 20878
II Patani Utara 596 - 418 581 581 543 581 718 202 719 10745 15684
III Patani Barat 695 945 - 332 403 395 508 545 192 685 10218 14918
IV Weda 1100 581 332 - 2121 2422 1112 1478 456 1638 24486 35726
V Weda Selatan 1100 581 403 2121 - 630 586 718 306 1100 16428 23973
VI Weda Tengah 578 543 395 2422 630 - 729 350 282 1013 15111 22053
VII Weda Utara 596 581 508 1112 586 729 - 718 241 866 12917 18854
VIII P. Gebe 718 718 545 1478 718 350 718 - 263 940 14025 20473
IX Halmahera Timur
310 263 192 528 355 324 279 302 - 2042 2012 6607
X Halmahera Selatan
884 747 543 1502 1008 922 794 863 1618 - 5438 14319
XI Tidore 12529 10584 7669 21318 14303 13080 11246 12213 1512 5159 - 109613
Jumlah 19106 16139 11700 32494 21805 19940 17149 18623 5340 15120 125682 303098
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
5 - 19
Tabel 5.11. Proyeksi Matriks Asal-Tujuan (MAT) Perjalanan Orang Antar Kecamatan di Kabupaten
Halmahera Tengah
(orang perjalanan/tahun) Tahun 2018
Zona Tujuan
I II III IV V VI VII VIII IX X XI Jumlah
Asal
I Patani - 658 768 1216 1216 602 658 793 296 1059 15806 23072
II Patani Utara 658 - 461 642 642 600 642 793 223 795 11875 17331
III Patani Barat 768 1045 - 367 445 436 562 602 212 757 11292 16486
IV Weda 1216 642 367 - 2344 2677 1229 1633 503 1810 27061 39482
V Weda Selatan 1216 642 445 2344 - 697 647 793 338 1216 18156 26494
VI Weda Tengah 638 600 436 2677 697 - 806 387 312 1119 16700 24372
VII Weda Utara 658 642 562 1229 647 806 - 793 267 957 14275 20836
VIII P. Gebe 793 793 602 1633 793 387 793 - 290 1039 15499 22622
IX Halmahera Timur
343 290 212 584 392 358 308 334 - 2256 2223 7300
X Halmahera Selatan
977 826 600 1660 1114 1019 877 953 1788 - 6010 15824
XI Tidore 13847 11697 8475 23560 15807 14455 12429 13497 1671 5702 - 121140
Jumlah 21114 17835 12928 35912 24097 22037 18951 20578 5900 16710 138897 334959
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
5 - 20
Tabel 5.12. Proyeksi Matriks Asal-Tujuan (MAT) Perjalanan Orang Antar Kecamatan di Kabupaten
Halmahera Tengah
(orang perjalanan/tahun) Tahun 2019
Zona Tujuan
I II III IV V VI VII VIII IX X XI Jumlah
Asal
I Patani - 727 848 1344 1344 665 727 876 327 1170 17468 25496
II Patani Utara 727 - 510 709 709 663 709 876 246 878 13124 19151
III Patani Barat 848 1154 - 405 492 482 621 665 234 836 12480 18217
IV Weda 1344 709 405 - 2590 2959 1358 1805 556 2000 29907 43633
V Weda Selatan 1344 709 492 2590 - 770 715 876 373 1344 20066 29279
VI Weda Tengah 705 663 482 2959 770 - 891 427 345 1237 18457 26936
VII Weda Utara 727 709 621 1358 715 891 - 876 295 1058 15776 23026
VIII P. Gebe 876 876 665 1805 876 427 876 - 321 1148 17129 24999
IX Halmahera Timur
379 321 234 645 433 395 341 369 - 2494 2457 8068
X Halmahera Selatan
1080 913 663 1835 1231 1126 969 1054 1976 - 6642 17489
XI Tidore 15303 12927 9366 26038 17470 15976 13736 14916 1847 6302 - 133881
Jumlah 23333 19708 14286 39688 26630 24354 20943 22740 6520 18467 153506 370175
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
5 - 21
Tabel 5.13. Proyeksi Matriks Asal-Tujuan (MAT) Perjalanan Orang Antar Kecamatan di Kabupaten
Halmahera Tengah
(orang perjalanan/tahun) Tahun 2025
Zona Tujuan
I II III IV V VI VII VIII IX X XI Jumlah
Asal
I Patani - 1325 1545 2448 2448 1211 1325 1597 595 2132 31828 46454
II Patani Utara 1325 - 929 1292 1292 1208 1292 1597 448 1600 23913 34896
III Patani Barat 1545 2103 - 738 896 877 1131 1211 426 1523 22739 33189
IV Weda 2448 1292 738 - 4719 5391 2474 3288 1013 3644 54493 79500
V Weda Selatan 2448 1292 896 4719 - 1402 1303 1597 679 2448 36561 53345
VI Weda Tengah 1285 1208 877 5391 1402 - 1622 778 628 2253 33630 49074
VII Weda Utara 1325 1292 1131 2474 1303 1622 - 1597 536 1927 28746 41953
VIII P. Gebe 1597 1597 1211 3288 1597 778 1597 - 584 2092 31212 45553
IX Halmahera Timur
690 584 426 1175 789 720 621 672 - 4543 4477 14697
X Halmahera Selatan
1967 1663 1208 3343 2242 2052 1765 1920 3600 - 12102 31862
XI Tidore 27883 23554 17066 47445 31832 29109 25029 27179 3365 11482 - 243944
Jumlah 42513 35910 26027 72313 48520 44370 38159 41436 11874 33644 279701 674467
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
5 - 22
Tabel 5.14. Proyeksi Matriks Asal-Tujuan (MAT) Perjalanan Orang Antar Kecamatan di Kabupaten
Halmahera Tengah
(orang perjalanan/tahun) Tahun 2030
Zona Tujuan
I II III IV V VI VII VIII IX X XI Jumlah
Asal
I Patani - 2184 2547 4036 4036 1997 2184 2632 981 3515 52475 76587
II Patani Utara 2184 - 1531 2130 2130 1991 2130 2632 739 2638 39426 57531
III Patani Barat 2547 3467 - 1216 1477 1446 1864 1997 702 2511 37490 54717
IV Weda 4036 2130 1216 - 7780 8887 4078 5421 1670 6008 89844 131070
V Weda Selatan 4036 2130 1477 7780 - 2311 2148 2632 1120 4036 60279 87949
VI Weda Tengah 2118 1991 1446 8887 2311 - 2674 1283 1035 3715 55446 80906
VII Weda Utara 2184 2130 1864 4078 2148 2674 - 2632 884 3177 47393 69164
VIII P. Gebe 2632 2632 1997 5421 2632 1283 2632 - 962 3449 51459 75099
IX Halmahera Timur
1138 962 702 1936 1301 1186 1023 1108 - 7490 7381 24227
X Halmahera Selatan
3243 2741 1991 5512 3697 3382 2910 3164 5935 - 19952 52527
XI Tidore 45972 38833 28137 78222 52481 47992 41265 44810 5548 18930 - 402190
Jumlah 70090 59200 42908 119218 79993 73149 62908 68311 19576 55469 461145 1111967
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
5 - 23
Tabel 5.15. Proyeksi Matriks Asal-Tujuan (MAT) Perjalanan Barang Antar Kecamatan di Kabupaten
Halmahera Tengah
(ton/tahun) Tahun 2014
Zona Tujuan
I II III IV V VI VII VIII IX X XI Jumlah
Asal
I Patani - 1258 2888 2328 2328 1191 1258 1521 182 781 10690 24425
II Patani Utara 1258 - 3151 1232 1232 1199 1232 1521 154 662 9060 20701
III Patani Barat 2888 3151 - 1493 1289 1985 2222 794 197 845 11571 26435
IV Weda 2328 1232 1493 - 4494 6788 2354 3132 309 1333 18267 41730
V Weda Selatan 2328 1232 1289 4494 - 2471 1242 1521 207 891 12202 27877
VI Weda Tengah 1191 1199 1985 6788 2471 - 3301 1085 255 1101 15086 34462
VII Weda Utara 1258 1232 2222 2354 1242 3301 - 1521 187 802 10990 25109
VIII P. Gebe 1521 1521 794 3132 1521 1085 1521 - 157 678 9289 21219
IX Halmahera Timur
348 295 376 592 395 490 357 303 - 2025 2161 7342
X Halmahera Selatan
1269 1075 1373 2166 1448 1790 1304 1103 1835 - 7405 20768
XI Tidore 9016 7640 9758 15405 10290 12723 9269 7834 1565 5338 - 88838
Jumlah 23405 19835 25329 39984 26710 33023 24060 20335 5048 14456 106721 338906
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
5 - 24
Tabel 5.16. Proyeksi Matriks Asal-Tujuan (MAT) Perjalanan Barang Antar Kecamatan di Kabupaten
Halmahera Tengah
(ton/tahun) Tahun 2015
Zona Tujuan
I II III IV V VI VII VIII IX X XI Jumlah
Asal
I Patani - 1506 3457 2787 2787 1426 1506 1821 218 935 12799 29242
II Patani Utara 1506 - 3772 1475 1475 1435 1475 1821 184 793 10847 24783
III Patani Barat 3457 3772 - 1788 1543 2376 2660 951 235 1012 13853 31647
IV Weda 2787 1475 1788 - 5380 8127 2818 3749 370 1596 21870 49960
V Weda Selatan 2787 1475 1543 5380 - 2958 1487 1821 248 1067 14609 33375
VI Weda Tengah 1426 1435 2376 8127 2958 - 3952 1299 306 1318 18062 41259
VII Weda Utara 1506 1475 2660 2818 1487 3952 - 1821 223 960 13158 30060
VIII P. Gebe 1821 1821 951 3749 1821 1299 1821 - 188 812 11121 25404
IX Halmahera Timur
416 353 450 709 473 586 427 362 - 2425 2587 8788
X Halmahera Selatan
1519 1287 1643 2594 1734 2143 1561 1321 2197 - 8865 24864
XI Tidore 10794 9147 11682 18444 12319 15232 11096 9379 1874 6391 - 106358
Jumlah 28019 23746 30322 47871 31977 39534 28803 24345 6043 17309 127771 405740
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
5 - 25
Tabel 5.17. Proyeksi Matriks Asal-Tujuan (MAT) Perjalanan Barang Antar Kecamatan di Kabupaten
Halmahera Tengah
(ton/tahun) Tahun 2016
Zona Tujuan
I II III IV V VI VII VIII IX X XI Jumlah
Asal
I Patani - 1664 3821 3080 3080 1576 1664 2013 241 1033 14144 32316
II Patani Utara 1664 - 4169 1630 1630 1586 1630 2013 203 876 11987 27388
III Patani Barat 3821 4169 - 1976 1706 2626 2939 1051 260 1118 15310 34976
IV Weda 3080 1630 1976 - 5945 8981 3114 4143 409 1764 24170 55212
V Weda Selatan 3080 1630 1706 5945 - 3269 1643 2013 274 1179 16145 36884
VI Weda Tengah 1576 1586 2626 8981 3269 - 4367 1436 338 1457 19961 45597
VII Weda Utara 1664 1630 2939 3114 1643 4367 - 2013 247 1061 14541 33219
VIII P. Gebe 2013 2013 1051 4143 2013 1436 2013 - 208 897 12290 28077
IX Halmahera Timur
460 390 497 784 523 648 472 400 - 2680 2859 9713
X Halmahera Selatan
1679 1422 1816 2866 1916 2368 1725 1460 2428 - 9797 27477
XI Tidore 11929 10109 12911 20383 13615 16834 12263 10366 2071 7063 - 117544
Jumlah 30966 26243 33512 52902 35340 43691 31830 26908 6679 19128 141204 448403
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
5 - 26
Tabel 5.18. Proyeksi Matriks Asal-Tujuan (MAT) Perjalanan Barang Antar Kecamatan di Kabupaten
Halmahera Tengah
(ton/tahun) Tahun 2017
Zona Tujuan
I II III IV V VI VII VIII IX X XI Jumlah
Asal
I Patani - 1839 4223 3403 3403 1742 1839 2225 266 1141 15632 35713
II Patani Utara 1839 - 4607 1801 1801 1753 1801 2225 225 968 13248 30268
III Patani Barat 4223 4607 - 2183 1885 2902 3248 1161 287 1235 16920 38651
IV Weda 3403 1801 2183 - 6571 9926 3441 4579 452 1949 26711 61016
V Weda Selatan 3403 1801 1885 6571 - 3613 1816 2225 302 1303 17843 40762
VI Weda Tengah 1742 1753 2902 9926 3613 - 4826 1587 373 1610 22060 50392
VII Weda Utara 1839 1801 3248 3441 1816 4826 - 2225 273 1173 16071 36713
VIII P. Gebe 2225 2225 1161 4579 2225 1587 2225 - 230 991 13583 31031
IX Halmahera Timur
508 431 550 866 578 716 521 442 - 2962 3159 10733
X Halmahera Selatan
1855 1572 2007 3168 2117 2617 1906 1613 2683 - 10828 30366
XI Tidore 13184 11172 14269 22527 15047 18605 13553 11456 2289 7806 - 129908
Jumlah 34221 29002 37035 58465 39056 48287 35176 29738 7380 21138 156055 495553
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
5 - 27
Tabel 5.19. Proyeksi Matriks Asal-Tujuan (MAT) Perjalanan Barang Antar Kecamatan di Kabupaten
Halmahera Tengah
(ton/tahun) Tahun 2018
Zona Tujuan
I II III IV V VI VII VIII IX X XI Jumlah
Asal
I Patani - 2032 4667 3761 3761 1925 2032 2459 294 1261 17276 39468
II Patani Utara 2032 - 5091 1990 1990 1937 1990 2459 248 1070 14641 33448
III Patani Barat 4667 5091 - 2413 2083 3207 3590 1283 318 1365 18699 42716
IV Weda 3761 1990 2413 - 7262 10970 3803 5061 500 2154 29521 67435
V Weda Selatan 3761 1990 2083 7262 - 3993 2007 2459 334 1440 19719 45048
VI Weda Tengah 1925 1937 3207 10970 3993 - 5334 1753 412 1779 24380 55690
VII Weda Utara 2032 1990 3590 3803 2007 5334 - 2459 301 1296 17761 40573
VIII P. Gebe 2459 2459 1283 5061 2459 1753 2459 - 254 1096 15011 34294
IX Halmahera Timur
562 476 607 957 638 791 576 489 - 3273 3492 11861
X Halmahera Selatan
2050 1737 2218 3501 2340 2892 2107 1783 2965 - 11966 33559
XI Tidore 14570 12347 15769 24896 16629 20561 14978 12661 2530 8626 - 143567
Jumlah 37819 32049 40928 64614 43162 53363 38876 32866 8156 23360 172466 547659
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
5 - 28
Tabel 5.20. Proyeksi Matriks Asal-Tujuan (MAT) Perjalanan Barang Antar Kecamatan di Kabupaten
Halmahera Tengah
(ton/tahun) Tahun 2019
Zona Tujuan
I II III IV V VI VII VIII IX X XI Jumlah
Asal
I Patani - 2246 5158 4157 4157 2127 2246 2717 325 1394 19093 43620
II Patani Utara 2246 - 5627 2200 2200 2141 2200 2717 274 1183 16181 36969
III Patani Barat 5158 5627 - 2667 2302 3545 3968 1418 351 1509 20666 47211
IV Weda 4157 2200 2667 - 8025 12123 4203 5593 552 2381 32625 74526
V Weda Selatan 4157 2200 2302 8025 - 4413 2218 2717 369 1591 21793 49785
VI Weda Tengah 2127 2141 3545 12123 4413 - 5895 1938 456 1966 26945 61549
VII Weda Utara 2246 2200 3968 4203 2218 5895 - 2717 333 1432 19629 44841
VIII P. Gebe 2717 2717 1418 5593 2717 1938 2717 - 280 1211 16590 37898
IX Halmahera Timur
621 526 671 1058 705 874 637 540 - 3617 3859 13108
X Halmahera Selatan
2266 1920 2451 3869 2586 3196 2328 1970 3277 - 13225 37088
XI Tidore 16102 13646 17428 27514 18378 22724 16554 13992 2796 9534 - 158668
Jumlah 41797 35423 45235 71409 47701 58976 42966 36319 9013 25818 190606 605263
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
5 - 29
Tabel 5.21. Proyeksi Matriks Asal-Tujuan (MAT) Perjalanan Barang Antar Kecamatan di Kabupaten
Halmahera Tengah
(ton/tahun) Tahun 2025
Zona Tujuan
I II III IV V VI VII VIII IX X XI Jumlah
Asal
I Patani - 4092 9398 7574 7574 3875 4092 4950 591 2540 34789 79475
II Patani Utara 4092 - 10253 4007 4007 3901 4007 4950 500 2154 29483 67354
III Patani Barat 9398 10253 - 4859 4195 6458 7229 2584 639 2749 37655 86019
IV Weda 7574 4007 4859 - 14623 22090 7658 10190 1006 4338 59447 135792
V Weda Selatan 7574 4007 4195 14623 - 8040 4040 4950 672 2899 39710 90710
VI Weda Tengah 3875 3901 6458 22090 8040 - 10741 3530 830 3582 49096 112143
VII Weda Utara 4092 4007 7229 7658 4040 10741 - 4950 606 2609 35765 81697
VIII P. Gebe 4950 4950 2584 10190 4950 3530 4950 - 511 2206 30228 69049
IX Halmahera Timur
1131 958 1222 1927 1285 1593 1160 984 - 6591 7031 23882
X Halmahera Selatan
4128 3497 4466 7049 4712 5824 4242 3589 5970 - 24097 67574
XI Tidore 29340 24864 31755 50134 33487 41405 30162 25495 5093 17371 - 289106
Jumlah 76154 64536 82419 130111 86913 1E+05 78281 66172 16418 47039 347301 1102801
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
5 - 30
Tabel 5.22. Proyeksi Matriks Asal-Tujuan (MAT) Perjalanan Barang Antar Kecamatan di Kabupaten
Halmahera Tengah
(ton/tahun) Tahun 2030
Zona Tujuan
I II III IV V VI VII VIII IX X XI Jumla
h
Asal
I Patani - 6746 15494 12487 12487 6389 6746 8161 974 4187 57357 131028
II Patani Utara
6746 - 16903 6607 6607 6431 6607 8161 823 3552 48609 111046
III Patani Barat
15494 16903 - 8010 6915 10648 11918 4259 1053 4532 62082 141814
IV Weda 12487 6607 8010 - 24108 36419 12626 16800 1658 7151 98011 223877
V Weda Selatan
12487 6607 6915 24108 - 13255 6661 8161 1108 4780 65470 149552
VI Weda Tengah
6389 6431 10648 36419 13255 - 17708 5820 1368 5905 80945 184888
VII Weda Utara
6746 6607 11918 12626 6661 17708 - 8161 999 4302 58966 134694
VIII
P. Gebe 8161 8161 4259 16800 8161 5820 8161 - 841 3636 49837 113837
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
5 - 31
IX Halmahera Timur
1864 1579 2015 3177 2118 2626 1912 1622 - 10866 11592 39371
X Halmahera Selatan
6806 5766 7363 11622 7768 9601 6994 5917 9843 - 39729 111409
XI Tidore 48373 40993 52354 82657 55210 68265 49729 42033 8397 28640 - 476651
Jumlah 12555
3 10640
0 13587
9 21451
3 14329
0 17716
2 12906
2 10909
5 2706
4 77551 57259
8 181816
7
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
5 - 32
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
6 - 1
BAB 6
ARAH PENGEMBANGAN JARINGAN
6.1 ARAH PENGEMBANGAN JARINGAN TRANSPORTASI
Guna mendukung Negara Kesatuan Republik Indonesia yang adil
dan demokratis, pembangunan dan pengembangan jaringan
transportasi di wilayah Kabupaten Halmahera Tengah dimasa
mendatang diarahkan untuk menjembatani kesenjangan antar
wilayah dan mendorong pemerataan hasil-hasil pembangunan.
Pengembangan jaringan transportasi akan membuka peluang
kegiatan perdagangan dan mengurangi perbedaan harga,
meningkatkan mobilitas tenaga kerja untuk mengurangi konsentrasi
keahlian dan keterampilan pada beberapa wilayah, sehingga
mendorong terciptanya kesempatan melaksanakan pembangunan
di segala bidang. Pemerataan pelayanan transportasi secara adil
dan demokratis terkait dengan peluang yang sama bagi setiap
orang untuk berperan serta dalam penyelenggaraan transportasi.
6.1.1 Arah Pengembangan Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Halmahera Tengah
Keserasian dan keselarasan pengembangan transportasi disini
haruslah seiring dengan pengembangan tata ruang wilayah
Kabupaten Halmahera Tengah secara keseluruhan. Jaringan
transportasi pada suatu wilayah terjadi sebagai interaksi antara
transportasi, tata guna lahan (land use), populasi (jumlah
penduduk) dan kegiatan ekonomi di suatu wilayah perkotaan.
Transportasi sangat berhubungan dengan adanya pembangkitan
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
6 - 2
ekonomi di suatu wilayah, guna memacu perekonomian setempat,
untuk menciptakan lapangan kerja, dan untuk menggerakkan
kembali suatu wilayah. Mengacu pada RTRW Kabupaten
Halmahera Tengah Tahun 2012 – 2032, arah pengembangan
kawasan sentra produksi (andalan) di Kabupaten Halmahera
Tengah dibagi menjadi beberapa arahan pengembangan sesuai
dengan karakteristik dan potensi di masing-masing kawasan, yaitu :
1. Arahan Pengembangan Kawasan Budidaya Perkotaan
Pengembangan kawasan budidaya perkotaan didasarkan atas
pertimbangan kemampuan lahan dan kesesuaian lahan bagi
pembangunan dan pembangunan dan pengembangan fisik
perkotaan.
2. Arahan Pengembangan Sumberdaya Alam Hutan
Pengembangan sumberdaya alam hutan adalah untuk
meningkatkan produksi hasil hutan kayu dan non kayu secara
lestari, perluasan lapangan kerja, dan peningkatan
kesejahteraan masyarakat khususnya di sekitar kawasan
hutan.
3. Arahan Pengembangan Pengelolaan Hutan Alam Tropis
Pengembangan pengelolaan hutan alam tropis adalah untuk
meningkatkan pengelolaan hutan alam tropis yang sudah ada
pada kawasan yang memiliki limitasi dan kendala dalam daya
dukung wilayah yang sangat terbatas dengan silvikultur sesuai
dengan kondisi setempat dan pembatasan-pembatasan khusus
lainnya yang berkaitan dengan masalah pelestarian dan
perlindungan sumberdaya alam.
4. Arahan Pengembangan Kawasan Pertanian Pangan
Pengembangan kawasan pertanian pangan dilakukan pada
wilayah yang memiliki kesesuaian lahan secara optimal.
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
6 - 3
5. Pengembangan Kawasan Budidaya Pertanian Pangan Lahan
Basah
Pengembangan kawasan budidaya pertanian pangan lahan
basah dilakukan terutama diarahkan pada komoditas padi
sawah melalui intensifikasi maupun ekstensifikasi.
6. Pengembangan Kawasan Budidaya Pertanian Pangan Lahan
Kering
Pengembangan kawasan budidaya pertanian pangan lahan
kering dilakukan pada wilayah yang memiliki kesesuaian lahan
optimal dan prospektif bagi pengembangan tanaman palawija,
holtikultura atau tanaman pangan lainnya.
7. Pengembangan Kawasan Perkebunan
Pengembangan kawasan perkebunan dilakukan pada wilayah
yang memiliki kesesuaian lahan optimal dan prospektif bagi
pengembangan perkebunan (tanaman tahunan dan tanaman
semusim) dengan jenis komuditi pala, kelapa, cengkeh, kopi,
jambu, mente, kelapa sawit, nilam dan lain-lain.
8. Pengembangan Kawasan Peternakan
Pengembangan kawasan peternakan dilakukan terutama pada
wilayah yang memiliki lokasi transmigrasi, pusat-pusat
permukiman di perdesaan dan pusat pengembangan
peternakan yang meliputi Desa Sosowomo.
9. Pengembangan Kawasan Budidaya Perikanan
Pengembangan kawasan budidaya perikanan dilakukan pada
lokasi-lokasi yang sudah ada maupun lokasi potensial melalui
pengembangan budidaya ikan karang, udang, rumput laut, dan
lainnya.
10. Pengembangan Kawasan Budidaya Perikanan Wajib
Pengembangan kawasan budidaya perikanan wajib
memperhatikan pengelolaan sumberdaya perikanan dan
kelautan secara lestari.
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
6 - 4
11. Pengembangan Kawasan Kawasan Pertambangan
Pengembangan kawasan pertambangan dilakukan pada
wilayah yang memiliki potensi mineral dan/atau batubara
dengan memperhatikan aspek keberlanjutan dan berwawasan
lingkungan.
12. Pengembangan Industri Besar Dan Kecil
Pengembangan ini dilakukan pada industri besar dan kecil
yang sudah ada, serta mengembangkan industri besar dan
menengah baru untuk mengolah bahan baku yang berasal dari
hasil pertambangan, pertanian tanaman pangan, peternakan,
perikanan, perkebunan dan hasil hutan.
13. Pengembangan pariwisata alam hutan dan panorama alam
serta wisata budaya/sejarah
Pengembangan pariwisata alam hutan dan panorama alam
serta wisata budaya/sejarah di seluruh obyek wisata potensial
dengan memperhatikan kelestarian lingkungan.
6.1.2 Arah Pengembangan Jaringan Transportasi Wilayah
Kabupaten Halmahera Tengah
6.1.2.1 Sistem Jaringan Transportasi Darat
Merujuk dari RTRW Kabupaten Halmahera Tengah, Sistem
Jaringan Transportasi Darat di Kabupaten Halmahera Tengah
meliputi:
1. Jaringan jalan
a. Jaringan jalan kolektor primer K1, yaitu ruas jalan Weda-
Payahe.
b. Jaringan jalan kolektor primer K3, yaitu ruas jalan Weda-
Sagea, Weda-Mafa, dan Sagea-Gotowasi.
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
6 - 5
c. Jaringan jalan kolektor primer K4, yaitu ruas jalan Sagea-
Patani dan lingkar Pulau Gebe.
d. Jaringan jalan kolektor sekunder, yaitu ruas jalan Patani-
Piniti-Sakam-Bicoli.
e. Jaringan jalan lokal dan/atau lingkungan, yaitu ruas jalan
dalam wilayah ibukota kabupaten, kecamatan dan desa.
2. Jaringan prasarana lalu lintas
a. Terminal penumpang tipe B terdapat di Weda; dan
b. Terminal penumpang tipe C terdapat di Wairoro, Lelilef,
dan Patani.
3. Jaringan layanan lalu lintas
a. Trayek angkutan barang, meliputi sofifi – Weda – Wairoro;
dan
b. Trayek angkutan barang, meliputi Weda – Lelilef – Patani.
4. Jaringan sungai, danau dan penyeberangan
a. lintas penyeberangan Bitung-Ternate -Patani-Gebe-Raja
Ampat-Sorong;
b. pelabuhan penyeberangan, yaitu pelabuhan penyebrangan
Patani dan pelabuhan penyebrangan Pulau Gebe.
6.1.2.2 Sistem Jaringan Transportasi Laut
Merujuk dari RTRW Kabupaten Halmahera Tengah, Sistem
Jaringan Transportasi Laut di Kabupaten Halmahera Tengah
meliputi:
1. Tatanan kepelabuhanan
a. Pelabuhan pengumpan, terdiri atas :
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
6 - 6
1) Pelabuhan Weda di Kecamatan Weda
2) Pelabuhan Sepo di Kecamatan Weda Utara;
3) Pelabuhan Patani di Kecamatan Patani;
4) Pelabuhan Masure di Kecamatan Patani utara; dan
5) Pelabuhan Pulau Gebe di Kecamatan Pulau Gebe.
b. Terminal Khusus, terdiri atas :
1) Terminal Khusus Lelilef di Kecamatan Weda Tengah;
dan
2) Terminal Khusus P. Gebe di Kecamatan P.Gebe.
2. Alur pelayaran, yaitu alur pelayaran nasional
a. Weda-Bisui-Tidore-Ternate-Bitung PP;
b. Weda-Patani-Gebe-Kab. Raja Ampat-Sorong PP;
c. Ternate-Tidore-Gita-kayoa-Bisui-Mafa-Weda-Mesa-Benemo-
Patani-Gebe-Kabare-Yabekaki-Sawnek-Sorong PP;
d. Ternate-Patani-Buli PP; dan
e. Ternate-Dama-Wayabula-Daruba-Bere-bere-Wasile-
Lolasita-Wayamli-Buli-Bicoli-Peniti-Gemia-Gebe –P. Gag-
P.Pam-Saonek-Sorong PP.
6.1.2.3 Sistem Jaringan Transportasi Udara
Merujuk dari RTRW Kabupaten Halmahera Tengah, Sistem
Jaringan Transportasi Udara di Kabupaten Halmahera Tengah
terdapat 3 bandara sebagai bandara pengumpan, yaitu:
1. Bandar Udara Weda di Kecamatan Weda;
2. Bandar Udara Tapeleo di Kecamatan Patani Utara; dan
3. Bandar Udara Pulau Gebe di Kecamatan Pulau Gebe.
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
6 - 7
6.2 KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN
JARINGAN TRANSPORTASI
6.2.1 Kebijakan Penataan Ruang Kabupaten Halmahera
Tengah
Di dalam RTRW Kabupaten Halmahera Tengah Tahun 2012 –
2032, kebijakan penataan ruang Kabupaten Halmahera Tengah,
terdiri atas:
a. pengembangan sektor Potensial secara berkelanjutan;
b. peningkatan akses dan tingkat pelayanan fasilitas publik;
c. pemerataan pembangunan;
d. pemeliharaan dan perwujudan kelestarian lingkungan hidup;
e. pencegahan dampak negatif kegiatan yang dapat menimbulkan
kerusakan lingkungan hidup;
f. pemantapan dan pengendalian kawasan lindung; dan
g. peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan
negara.
6.2.2 Strategi Pengembangan Jaringan Transportasi
Strategi yang dilakukan Pemerintah Daerah Kabupaten Halmahera
Tengah terhadap pengembangan jaringan transportasi, seperti
disebutkan dalam RTRW Kabupaten Halmahera Tengah Tahun
2012 – 2032, yaitu:
a. meningkatkan akses pelayanan jaringan jalan antar pusat-
pusat perdesaan serta kawasan potensial pariwisata;
b. meningkatkan pengembangan dan peningkatan kualitas
jangkauan pelayanan sistem jaringan transportasi darat;
c. mengembangkan dan meningkatkan kualitas jangkauan
pelayanan sistem jaringan transportasi laut dan
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
6 - 8
mengembangkan fungsi pelabuhan-pelabuhan laut untuk
mendukung pengembangan wilayah, terutama yang erat
kaitannya dengan pusat-pusat pengembangan kawasan;
d. mengembangkan dan peningkatan kualitas transportasi udara.
6.3 RANCANGAN PERATURAN BUPATI TENTANG SISTEM
TRANSPORTASI NASIONAL PADA TATARAN
TRANSPORTASI LOKAL KABUPATEN HALMAHERA
TENGAH
Rancangan Peraturan Bupati Tentang Tatralok di Kabupaten
Halmahera Tengah yang disusun telah didiskusikan dengan para
SKPD Kabupaten Halmahera Barat dalam FGD (16 Desember
2013) dan Seminar (30 Desember 2013). Adapun kebijakan dan
strategi pengembangan jaringan prasarana transportasi lokal serta
rencana peningkatan dan pembangunan prasarana masing-masing
moda transportasi yang tertuang di dalam Rancangan Peraturan
Bupati Tentang Tatralok di Kabupaten Halmahera Tengah sebagai
berikut:
Bagian Kelima
Kebijakan Pengembangan Jaringan Prasarana Transportasi
Lokal
Pasal 16
Kebijakan pengembangan jaringan prasarana transportasi lokal
terdiri atas:
1. Mendorong pengembangan sektor Potensial secara
berkelanjutan;
2. Mendorong peningkatan akses dan tingkat pelayanan fasilitas
publik;
3. Mendorong pemerataan pembangunan;
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
6 - 9
Bagian Keenam
Strategi Pengembangan Jaringan Prasarana Transportasi
Lokal
Pasal 17
Strategi pengembangan jaringan prasarana transportasi lokal terdiri
atas:
1. Meningkatkan akses pelayanan jaringan jalan antar pusat-
pusat perdesaan serta kawasan potensial pariwisata;
2. Meningkatkan pengembangan dan peningkatan kualitas
jangkauan pelayanan sistem jaringan transportasi darat;
3. Mengembangkan dan meningkatkan kualitas jangkauan
pelayanan sistem jaringan transportasi laut dan
mengembangkan fungsi pelabuhan-pelabuhan laut untuk
mendukung pengembangan wilayah, terutama yang erat
kaitannya dengan pusat-pusat pengembangan kawasan;
4. Mengembangkan dan peningkatan kualitas transportasi udara.
Bagian Ketujuh
Rencana Peningkatan dan Pembangunan Prasarana
Masing-masing Moda Transportasi
Pasal 18
(1) Rencana peningkatan dan pembangunan prasarana
transportasi darat di Kabupaten Halmahera Tengah meliputi:
a) Pengembangan jalan akses ke pelabuhan Gebe;
b) Pengembangan jaringan jalan kolektor primer K1: Weda-
Payahe;
c) Pengembangnan jaringan kolektor primer K3: Weda-
Sagea, Weda-Mafa, dan Sagea-Gotowasi;
d) Pengembangnan jaringan jalan kolektor primer K4: Sagea-
Patani dan lingkar P. Gebe;
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
6 - 10
e) Pengembangan jaringan jalan kolektor sekunder: Patani-
Piniti-Sakam-Bicoli;
f) Pengembangan jaringan jalan lokal dan/atau lingkungan;
g) Pengembangan terminal penumpang tipe B di Weda;
h) Pengembangan terminal penumpang tipe C di Wairoro,
Lelilef, dan Patani;
i) Pengembangan jalan akses ke ODTW Gua Boki – Maruru
– Sagea;
j) Peningkatan jalan lintas Weda – Wairoro;
k) Peningkatan jalan akses ke ODTW Weda Resort;
l) Pengembangan fasilitas pelabuhan penyeberangan Weda;
m) Pengembangan fasilitas pelabuhan penyeberangan Patani;
n) Pengembangan fasilitas pelabuhan penyeberangan Gebe;
o) Pengembangan fasilitas pelabuhan penyeberangan
Sakam;
p) Pembangunan dan pengembangan fasilitas rambu navigasi
pelabuhan penyeberangan Patani;
(2) Rencana peningkatan dan pembangunan prasarana
transportasi laut di Kabupaten Halmahera Tengah meliputi:
a) Pengembangan fasilitas pelabuhan Weda;
b) Pengembangan fasilitas pelabuhan Gebe;
c) Pengembangan fasilitas pelabuhan Patan;
d) Pengembangan fasilitas pelabuhan Sagea
e) Pengembangan fasilitas pelabuhan Peniti;
f) Pengembangan fasilitas pelabuhan Tepeleo;
g) Pengembangan fasilitas pelabuhan Mesa;
h) Pengembangan fasilitas pelabuhan Wale;
i) Pengembangan fasilitas pelabuhan Sakam;
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
6 - 11
j) Pengembangan fasilitas pelabuhan Sayafi;
k) Pengembangan fasilitas pelabuhan Gemia;
l) Pengembangan fasilitas pelabuhan Banemo;
m) Pengembangan fasilitas pelabuhan Umiyal;
n) Pengembangan fasilitas pelabuhan Sepoh.
(3) Rencana peningkatan dan pembangunan prasarana
transportasi udara di Kabupaten Halmahera Tengah meliputi:
a) Pembangunan fasilitas bandara Weda di Loleo;
b) Pembangunan fasilitas bandara Gebe;
c) Pembangunan fasilitas bandara Patani di Tepeleo.
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik Kabupaten Halmahera Tengah, 2012,
Halmahera Tengah Dalam Angka 2012, Weda.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Halmahera Timur, 2012,
Halmahera Timur Dalam Angka 2012, Maba.
Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara, 2012, Laporan Triwulanan:
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara: Triwulan IV-
2012, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku
Utara, Tenate.
Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan Informasi Provinsi Maluku
Utara, 2012, Dokumen Perhubungan Dalam Angka Provinsi
Maluku Utara Tahun 2008-2012, Ternate.
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, 2011, Masterplan
Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia
2011-2025, Jakarta.
Kementerian Perhubungan, 2004, Keputusan Menteri Perhubungan
Nomor KM 20 Tahun 2004 Tentang Penetapan Kelas Jalan di
Propinsi Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur,
Maluku, Maluku Utara, dan Papua, Jakarta.
Kementerian Perhubungan, 2005, Peraturan Menteri Perhubungan
Nomor KM 49 Tahun 2005 Tentang Sistem Transportasi
Nasional (SISTRANAS), Jakarta.
Kementerian Perhubungan, 2006, Peraturan Menteri Perhubungan
Nomor KM 31 Tahun 2006 Tentang Pedoman dan Proses
Perencanaan di Lingkungan Departemen Perhubungan,
Jakarta.
EXECUTIVE SUMMARY – KAB. HALMAHERA TENGAH
Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
Kementerian Perhubungan, 2010, Peraturan Menteri Perhubungan
Nomor KM 15 Tahun 2010 Tentang Cetak Biru Transportasi
Antarmoda/Multimoda Tahun 2010-2030, Jakarta.
McNally, M.G., 2007, The Four Step Model, Department of Civil
and Environmental Engineering and Institute of Transportation
Studies, University of California, Irvine, USA.
Pemerintah Daerah Kabupaten Halmahera Tengah, 2012,
Peraturan Daerah Kabupaten Halmahera Tengah Nomor 1
Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Halmahera Tengah Tahun 2012 – 2032, Weda.
Pemerintah Republik Indonesia, 2007, Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang,
Jakarta.
Pemerintah Republik Indonesia, 2008, Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran, Jakarta.
Pemerintah Republik Indonesia, 2009, Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan,
Jakarta.
Pemerintah Republik Indonesia, 2009, Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan, Jakarta.
Presiden Republik Indonesia, 2011, Peraturan Presiden Republik
Indonesia Nomor 32 Tahun 2011 Tentang Masterplan
Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia
2011-2025, Jakarta.
Tamin, O.Z., 2008, Perencanaan Pemodelan & Rekayasa
Transportasi, Program Studi Teknik Sipil, FTSL Institut
Teknologi Bandung, Bandung.