bab i pendahuluan a. latar belakang...

25
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Obat racikan merupakan salah satu komponen pelayanan kefarmasian yang diperlukan untuk memberikan atau menyediakan obat sesuai kondisi tertentu yang dialami pasien. Di Indonesia, peresepan obat racikan oleh dokter sangat sering dilakukan dengan alasan antara lain, dapat menyesuaikan dosis dengan berat badan anak, biaya yang relatif lebih murah, tidak menimbulkan kekhawatiran pasien bila komponen obat terlalu banyak, dan kebiasaan (Setiabudy, 2011). Ada beberapa masalah yang dapat ditimbulkan karena peresepan obat racikan untuk anak antara lain adanya over dose atau under dose, penggunaan formula yang tidak sesuai diberikan untuk anak, memilih senyawa yang tidak tepat, serta ada obat- obat tertentu yang dapat mengalami penurunan stabilitas (Wiedyaningsih, 2013). Selain itu masalah-masalah lain yang ditimbulkan dari peresepan racikan adalah adanya faktor kesalahan tenaga peracik, peningkatan toksisitas, waktu penyediaan yang lebih lama, efektifitas berkurang karena sebagian obat menempel pada mortir, blender, atau pembungkus obat, kurang higienis, serta dapat menimbulkan pencemaran kronis di bagian farmasi (Setiabudy, 2011).

Upload: vukhue

Post on 03-Mar-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAHetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/67063/potongan/S1-2013... · Obat racikan (compounding medicine) adalah obat yang dibentuk dengan

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Obat racikan merupakan salah satu komponen pelayanan kefarmasian yang

diperlukan untuk memberikan atau menyediakan obat sesuai kondisi tertentu yang

dialami pasien. Di Indonesia, peresepan obat racikan oleh dokter sangat sering

dilakukan dengan alasan antara lain, dapat menyesuaikan dosis dengan berat badan

anak, biaya yang relatif lebih murah, tidak menimbulkan kekhawatiran pasien bila

komponen obat terlalu banyak, dan kebiasaan (Setiabudy, 2011).

Ada beberapa masalah yang dapat ditimbulkan karena peresepan obat racikan

untuk anak antara lain adanya over dose atau under dose, penggunaan formula yang

tidak sesuai diberikan untuk anak, memilih senyawa yang tidak tepat, serta ada obat-

obat tertentu yang dapat mengalami penurunan stabilitas (Wiedyaningsih, 2013).

Selain itu masalah-masalah lain yang ditimbulkan dari peresepan racikan adalah

adanya faktor kesalahan tenaga peracik, peningkatan toksisitas, waktu penyediaan

yang lebih lama, efektifitas berkurang karena sebagian obat menempel pada mortir,

blender, atau pembungkus obat, kurang higienis, serta dapat menimbulkan pencemaran

kronis di bagian farmasi (Setiabudy, 2011).

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAHetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/67063/potongan/S1-2013... · Obat racikan (compounding medicine) adalah obat yang dibentuk dengan

2

Obat racikan untuk pediatri merupakan suatu kondisi khusus yang

penanganannya harus sangat mempertimbangkan faktor keamanan dan kesesuaian

pilihan obat, karena sistem imun pada pediatri yang belum sempurna sehingga

berisiko terjadi efek samping yang tidak diinginkan. Namun dalam kenyataannya,

masih terjadi peresepan yang tidak rasional. Faktor keamanan dan kesesuaian pilihan

obat tidak menjadi hal yang selalu diperhatikan, pemberian obat hanya didasarkan

pada jumlah keluhan pasien, semakin banyak keluhan semakin banyak obat yang

diterima tanpa melihat manfaat serta risikonya (Suryawati, 2009). Di Indonesia,

kegiatan penyiapan obat racikan yang mengandung tiga sampai empat obat yang

dijadikan satu adalah hal biasa dalam pengobatan pada pediatri sehingga harus

menelan obat yang pahit dalam dosis yang tidak sama tergantung tenaga peracik

membagi obat. Secara farmakologi pediatri merupakan kelompok yang mempunyai

kebutuhan sendiri dalam pengobatan dan bukan miniatur orang dewasa sehingga

perlu tersedia formulasi obat yang tepat (Gitajali, 2011).

Sejauh ini pengobatan untuk pediatri lebih didasarkan pada pengobatan untuk

dewasa, karena keterbatasan informasi tentang obat dan terapetika pediatri. Peresepan

yang rasional untuk pediatri perlu dilakukan agar memberikan efek terapetik yang

maksimal. Masalah-masalah peresepen pada pediatri dapat menimbulkan

ketidakrasionalan peresepan, antara lain kesalahan pemilihan jenis obat dan

perhitungan dosis, serta kesalahan menentukan frekuensi dan durasi pemakaian obat

(Farmasi Klinik UGM, 2008). Oleh karena itu penggunaan obat racikan sebagai

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAHetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/67063/potongan/S1-2013... · Obat racikan (compounding medicine) adalah obat yang dibentuk dengan

3

sarana untuk mempermudah peracikan dapat menjadi potensi besar ke arah peresepan

yang tidak rasional. Peresepan yang tidak rasional dapat mengakibatkan antara lain,

berkurangnya kualitas pengobatan dari yang diharapkan, kenaikan mortalitas dan

morbiditas pasien, mengurangi bioavailibilitas obat, serta meningkatkan Adverse

Drug Reaction (ADR) dan resistensi obat (WHO, 1994).

Rumah Sakit merupakan tempat pelayanan kesehatan yang dalam

kesehariannya melakukan kontak langsung dengan pasien. Oleh sebab itu suatu

rumah sakit harus dapat memenuhi segala sesuatu yang diperlukan pasien, khususnya

menyediakan segala keperluan yang dibutuhkan untuk peracikan obat untuk

meningkatkan kualitas pelayanannya. Rumah Sakit yang dijadikan tempat penelitian

ini adalah Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Iskak Tulungagung. Alasan

pemilihan Rumah Sakit tersebut karena merupakan Rumah Sakit pusat di Kabupaten

Tulungagung dan belum pernah dilakukan penelitian tentang pola peresepan, struktur

pelayanan dan prosedur pembuatan obat racik untuk pasien pediatri sebelumnya.

Berdasarkan hal-hal tersebut, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui

bagaimana pola peresepan, struktur pelayanan, dan prosedur pembuatan obat racikan

pada pediatri. Sehingga diharapkan dapat memperoleh hasil yang bisa dijadikan

masukan dan bahan evaluasi untuk meningkatkan kualitas praktek pengobatan yang

rasional di masyarakat, khususnya di RSUD Dr. Iskak Tulungagung.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAHetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/67063/potongan/S1-2013... · Obat racikan (compounding medicine) adalah obat yang dibentuk dengan

4

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, dapat diambil rumusan

masalah yaitu:

1. Bagaimana pola peresepan racikan untuk pediatri di Rumah Sakit Umum Daerah

(RSUD) Dr. Iskak Tulungagung?

2. Bagaimana struktur pelayanan resep racikan di Rumah Sakit Umum Daerah

(RSUD) Dr. Iskak Tulungagung ditinjau dari personel peracik obat, fasilitas,

kebersihan, peralatan, dokumentasi dan sumber informasi yang tersedia di RSUD

Dr. Iskak Tulungagung?

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui pola peresepan racikan untuk pediatri di Rumah Sakit Umum Daerah

(RSUD) Dr. Iskak Tulungagung.

2. Mengetahui gambaran struktur pelayanan resep racikan di Rumah Sakit Umum

Daerah (RSUD) Dr. Iskak Tulungagung ditinjau dari personel peracik obat,

fasilitas, kebersihan, peralatan, dokumentasi dan sumber informasi yang tersedia

di RSUD Dr. Iskak Tulungagung.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAHetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/67063/potongan/S1-2013... · Obat racikan (compounding medicine) adalah obat yang dibentuk dengan

5

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Memberikan data pola peresepan racikan untuk pediatri dan struktur pelayanan

resep racikan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Iskak Tulungagung.

2. Membantu peneliti untuk lebih memahami bagaimana pola peresepan racikan

yang rasional, prosedur penyiapan obat racikan, dan struktur pelayanan resep

racikan.

3. Menjadi bahan evaluasi dan referensi untuk mendapatkan pola peresepan racikan,

prosedur pembuatan obat racikan, serta struktur pelayanan resep racikan yang

lebih baik.

E. TINJAUAN PUSTAKA

1. Peresepan

a. Definisi resep

Menurut keputusan Menteri Kesehatan Nomor

1027/MENKES/SK/IX/2004 resep adalah permintaan tertulis dari dokter,

dokter gigi, dokter hewan kepada apoteker untuk menyediakan dan

menyerahkan obat kepada pasien sesuai peraturan perundangan yang

berlaku. Prinsip peresepan obat yang rasional adalah adanya elemen-

elemen esensial untuk pengobatan yang efektif, aman, dan ekonomis

(Joenoes, 2001).

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAHetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/67063/potongan/S1-2013... · Obat racikan (compounding medicine) adalah obat yang dibentuk dengan

6

b. Penulisan Resep

Dalam resep harus memuat: nama dokter, nomor Surat Izin Praktek dokter

alamat dokter, tanggal penulisan resep, tanda tangan dokter, nama pasien

alamat, umur, berat badan, nama obat, dosis, jumlah yang diminta, dan aturan

pakai (Anonim, 2004).

Dalam resep harus memuat :

1. Nama, alamat dan nomor ijin praktik dokter, dokter gigi dan dokter

hewan.

2. Tanggal penulisan resep (inscriptio).

3. Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep (invocatio).

4. Aturan pakai obat (signature).

5. Tanda tangan atau paraf dokter penulis resep, sesuai dengan perundang-

undangan yang berlaku (subscriptio).

6. Jenis hewan, nama dan alamat pemilik untuk resep dokter hewan.

7. Tanda seru dan paraf dokter untuk resep yang mengandung obat yang

jumlahnya melebihi dosis maksimal (Anonim, 2004).

c. Pelayanan Resep Obat

Cara apoteker memproses suatu resep merupakan hal penting dalam rangka

pemenuhan tanggung jawab profesional mereka. Apoteker harus melakukan

skrining resep yang meliputi:

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAHetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/67063/potongan/S1-2013... · Obat racikan (compounding medicine) adalah obat yang dibentuk dengan

7

1). Persyaratan administratif yaitu: nama, nomor Surat Izin Praktek dan

alamat dokter, tanggal penulisan resep, paraf dokter penulis resep, nama,

alamat umur, jenis kelamin, berat badan pasien, nama obat, dosis, dan

jumlah yang diminta, dan cara pemakaian yang jelas.

2). Kesesuaian farmasetis yaitu: bentuk sediaan, dosis, stabilitas,

inkompatibilitas, cara dan lama pemberian.

3). Pertimbangan klinis: efek samping, alergi, interaksi dan kesesuaian dosis

(Anonim, 2004).

2. Obat Racikan

Obat racikan (compounding medicine) adalah obat yang dibentuk

dengan mencampur bahan-bahan aktif serta mengubah suatu bentuk sediaan

menjadi bentuk sediaan lain. Di Indonesia sendiri bentuk racikan terutama

dalam bentuk padat (pulveres) dan cair (beberapa obat yang dicampur dalam

sirup). Peracikan merupakan serangkaian kegiatan penyiapan, penimbangan,

pencampuran, pengemasan serta pemberian etiket. Dalam pelaksanaannya

harus sesuai dengan prosedur tetap yang berlaku untuk menciptakan suatu

obat racik yang sesuai dengan kondisi khusus individu pasien dalam

menanggapi pesanan dari dokter praktek yang sudah berlisensi. Peracikan

bukan merupakan pencampuran produk komersial berdasarkan instruksi

industri farmasi yang membuatnya (Mullarkey, 2009).

Beberapa faktor yang mempengaruhi keputusan peresepan obat

racikan diantaranya karakteristik pasien, dokter, ketersediaan volume obat,

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAHetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/67063/potongan/S1-2013... · Obat racikan (compounding medicine) adalah obat yang dibentuk dengan

8

dan sebagainya. Penting untuk mengetahui apakah alasan dokter memberikan

keputusan untuk meresepkan obat racikan sebagai kontrol pelayanan

kesehatan (Wiedyaningsih, 2013).

Peracikan sudah menjadi bagian dari pelayanan kesehatan sejak

apoteker secara tradisional meracik obat untuk menyesuaikan dengan kondisi

pasien. Food Drug Administration (FDA) menyatakan bahwa peracikan resep

adalah etis dan legal sepanjang diresepkan oleh dokter yang berlisensi untuk

pasien tertentu atau dalam jumlah yang tertentu dan diracik oleh apoteker

yang berlisensi (Pegues, 2006).

Peracikan merupakan bagian penting dari praktek farmasi, sehingga

diperlukan suatu pedoman untuk mengahasilkan sediaan yang aman dan tepat.

Pedoman ini digunakan oleh apoteker atau tenaga kefarmasian untuk

persiapan dan pembuatan sediaan obat racikan. Apoteker atau tenaga

kefarmasian diharapkan dapat memenuhi peraturan sebagai berikut (Anonim,

2006a) :

a. Mempunyai pengetahuan dan ahli dalam bidang peracikan obat.

b. Mempunyai izin untuk melakukan peracikan obat.

c. Memelihara peralatan yang digunakan dalam peracikan obat.

d. Menggunakan prosedur dalam peracikan obat.

e. Tepat dan benar dalam penulisan etiket.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAHetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/67063/potongan/S1-2013... · Obat racikan (compounding medicine) adalah obat yang dibentuk dengan

9

f. Menggunakan pengemas yang tepat untuk sediaan obat racikan.

g. Penyimpanan sediaan obat racikan ditempat yang aman dan kebersihan.

h. Melakukan dokumentasi untuk menjamin sediaan obat racikan.

Perlu suatu lembaga yang membuat standar untuk memastikan kualitas

suatu produk racikan untuk menjamin peracikan yang baik (Allen, 2003).

Kerjasama yang baik antara apotek yang meracik obat, serta dokter penulis

resep dengan apoteker merupakan bagian untuk meningkatkan kualitas racikan

(Wiedyaningsih, 2013).

3. Macam-macam Bentuk Sediaan Obat dan Rute Pemberian

a. Bentuk Sediaan

Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, macam - macam sediaan umum

adalah sebagai berikut (Anonim, 1995) :

1) Aerosol adalah sediaan yang dikemas di bawah tekanan, mengandung zat

aktif terapeutik yang dilepas pada saat sistem katup yang sesuai ditekan.

Sediaan ini digunakan untuk pemakaian topikal pada kulit dan juga untuk

pemakaian lokal pada hidung ( aerosol nasal ), mulut ( aerosol lingual )

atau paru - paru ( aerosol inhalasi) (Anonim, 1995).

Istilah aerosol tersebut digunakan untuk sediaan semprot pada suatu sistem

dengan tekanan tinggi. Ukuran partikel harus dikontrol ketat, dengan

ukuran partikel harus lebih kecil dari 10 µm (Anonim, 1995).

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAHetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/67063/potongan/S1-2013... · Obat racikan (compounding medicine) adalah obat yang dibentuk dengan

10

2) Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras

atau lunak yang dapat larut. Digunakan untuk pemakaian oral. Cangkang

yang digunakan untuk kapsul pada umumnya terbuat dari bahan gelatin,

tetapi ada bahan-bahan lain yang bisa digunakan seperti pati atau bahan

lain yang sesuai. Terdapat ukuran-ukuran cangkang kapsul dengan urutan

ukuran nomor (5) sebagai ukuran paling kecil, sampai nomor (000) yang

merupakan ukuran terbesar (Anonim, 1995).

3) Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa

bahan pengisi. Dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet kempa

menurut cara pembuatannya. Pembuatan tablet cetak dengan cara menekan

massa serbuk lembab dengan kekuatan yang rendah ke dalam suatu tempat

cetakan. Sedangkan tablet kempa dibuat dengan cara memberikan tekanan

tinggi pada serbuk atau granul menggunakan cetakan baja (Anonim, 1995).

4) Krim adalah sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan

obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah ini

digunakan untuk sediaan setengah padat yang mengandung suatu bahan

atau lebih yang larut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai

(Anonim, 1995).

5) Emulsi adalah sistem dua fase, yang salah satu cairannya terdispersi dalam

cairan yang lain, dalam bentuk tetesan kecil (Anonim, 1995).

6) Ekstrak merupakan sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat

aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAHetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/67063/potongan/S1-2013... · Obat racikan (compounding medicine) adalah obat yang dibentuk dengan

11

sesuai, kemudian sebagian besar pelarut diuapkan. Massa atau serbuk yang

tersisa diperlakukan sedemikian rupa sehingga memenuhi syarat baku yang

ditetapkan. Ekstak cair merupakan sediaan cair simplisia nabati, yang

mengandung etanol sebagai pelarut atau pengawetnya (Anonim, 1995).

7) Gel (Jeli) adalah sistem semi padat terdiri dari suspensi yang dibuat dari

partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar ,

terpenetrasi oleh suatu cairan (Anonim, 1995).

8) Imunoserum adalah sediaan yang mengandung immunoglobulin khas yang

diperoleh dari serum hewan dengan pemurnian (Anonim, 1995).

9) Implan atau pelet, adalah sediaan dengan massa padat steril berukuran

kecil, berisi obat dengan kemurnian tinggi (dengan atau tanpa eksipien),

dibuat dengan cara pengempaan atau pencetakan. Implan atau pelet

dimaksudkan untuk ditanam di dalam tubuh (biasanya secara sub kutan)

dengan tujuan untuk memperoleh pelepasan obat secara berkesinambungan

dalam jangka waktu lama (Anonim, 1995).

10) Infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi simplisia

nabati dengan air pada suhu 900 selama 15 menit (Anonim, 1995).

11) Inhalasi, adalah sediaan obat atau larutan atau suspensi terdiri atas satu atau

lebih bahan obat yang diberikan melalui saluran napas hidung atau mulut

untuk memperoleh efek lokal atau sistemik (Anonim, 1995).

12) Injeksi adalah sediaan steril untuk kegunaaan parenteral, yaitu di bawah

atau menembus kulit atau selaput lendir (Anonim, 1995).

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAHetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/67063/potongan/S1-2013... · Obat racikan (compounding medicine) adalah obat yang dibentuk dengan

12

13) Irigasi larutan steril yang digunakan untuk mencuci atau membersihkan

luka terbuka atau rongga - rongga tubuh, penggunaan adalah secara topikal

(Anonim, 1995).

14) Lozenges atau tablet hisap adalah sediaan padat yang mengandung satu

atau lebih bahan obat, umumnya dengan bahan dasar beraroma dan manis,

yang dapat membuat tablet melarut atau hancur perlahan dalam mulut

(Anonim, 1995).

15) Sediaan obat mata :

a) Salep mata, adalah salep steril yang digunakan pada mata.

b) Larutan obat mata, adalah larutan steril, bebas partikel asing,

merupakan sediaan yang dibuat dan dikemas sedemikian rupa hingga

sesuai digunakan pada mata (Anonim, 1995).

16) Pasta adalah sediaan semi padat yang mengandung satu atau lebih bahan

obat yang ditujukan untuk pemakaian topikal (Anonim, 1995).

17) Plester adalah bahan yang digunakan untuk pemakaian luar terbuat dari

bahan yang dapat melekat pada kulit dan menempel pada pembalut

(Anonim, 1995).

18) Serbuk adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang

dihaluskan, berupa serbuk yang dibagi – bagi (pulveres) atau serbuk yang

tak terbagi (pulvis) (Anonim, 1995).

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAHetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/67063/potongan/S1-2013... · Obat racikan (compounding medicine) adalah obat yang dibentuk dengan

13

19) Supositoria, adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang

diberikan melalui rectal, vagina atau uretra, umumnya meleleh, melunak

atau melarut pada suhu tubuh (Anonim, 1995).

20) Solutio atau larutan, adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih

zat kimia yang terlarut. Terbagi atas (Anonim, 1995):

a) Larutan oral, adalah sediaan cair yang dimaksudkan untuk pemberian

oral. Termasuk ke dalam larutan oral ini adalah :

i. Syrup, Larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain kadar

tinggi

ii. Elixir, adalah larutan oral yang mengandung etanol sebagai pelarut.

b) Larutan topikal, adalah sediaan cair yang dimaksudkan untuk

penggunaan topical paad kulit atau mukosa.

c) Larutan otik, adalah sediaan cair yang dimaksudkan untuk penggunaan

dalam telinga

d) Larutan optalmik, adalah sediaan cair yang digunakan pada mata.

e) Spirit adalah larutan mengandung etanol atau hidro alkohol dari zat

yang mudah menguap, umumnya merupakan larutan tunggal atau

campuran bahan.

f) Tingtur adalah larutan mengandung etanol atau hidro alkohol di buat

dari bahan tumbuhan atau senyawa kimia (Anonim, 1995).

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAHetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/67063/potongan/S1-2013... · Obat racikan (compounding medicine) adalah obat yang dibentuk dengan

14

b. Rute Pemberian Obat

Rute pemberian obat turut menentukan cepat lambatnya dan lengkap

tidaknya absorbsi obat oleh tubuh. Pemberian bentuk sediaan obat terdiri dari

2 macam yaitu untuk pemakain luar dan untuk pemakaian dalam tergantung

dari efek yang diinginkan. Penggunaan dalam (efek sistemis) dengan cara oral

yaitu penggunaan obat melalui mulut, tenggorokan, dan masuk ke perut.

Sedangkan untuk tujuan lokal biasanya digunakan secara topikal yaitu melalui

pemakain luar (Siswandono, 1995).

1) Efek Sistemis

a) Oral diberikan melalui mulut, tenggorokan, masuk ke perut

b) Oromukosal diberikan melalui mukosa di rongga mulut. ada dua

macam cara yaitu :

i. Sublingual : Obat ditaruh di bawah lidah.

ii. Bucal : Obat diletakkan diantara pipi dan gusi

c) Injeksi, adalah pemberian obat secara parenteral menembus kulit atau

selaput lendir.

d) Implantasi, Obat dalam bentuk pellet steril dimasukkan di bawah

kulit dengan alat khusus (trocar), digunakan untuk efek yang lama.

e) Rektal pemberian obat melalui rectal atau dubur. Cara ini memiliki

efek sistemik lebih cepat dan lebih besar dibandingkan peroral dan

baik sekali digunakan untuk obat yang mudah dirusak asam lambung.

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAHetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/67063/potongan/S1-2013... · Obat racikan (compounding medicine) adalah obat yang dibentuk dengan

15

f) Transdermal cara pemakaian melalui permukaan kulit berupa plester,

obat menyerap secara perlahan dan kontinue masuk ke dalam

system peredaran darah, langsung ke jantung (Siswandono, 1995).

2) Efek Lokal (pemakaian setempat)

a) Kulit (percutan), obat diberikan dengan jalan mengoleskan pada

permukaan kulit, bentuk obat salep, cream dan lotio.

b) Inhalasi, Obat disemprotkan untuk disedot melalui hidung atau mulut

dan penyerapan dapat terjadi pada selaput mulut, ternggorokkan dan

pernafasan.

c) Mukosa Mata dan telinga, Obat ini diberikan melalui selaput / mukosa

mata atau telinga, bentuknya obat tetes atau salep, obat diresorpsi ke

dalam darah dan menimbulkan efek.

d) Intra vaginal, obat diberikan melalui selaput lendir mukosa vagina,

biasanya berupa obat antifungi dan pencegah kehamilan.

e) Intra nasal, Obat ini diberikan melalui selaput lendir hidung untuk

menciutkan selaput mukosa hidung yang membengkak, contohnya

Otrivin (Siswandono, 1995).

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAHetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/67063/potongan/S1-2013... · Obat racikan (compounding medicine) adalah obat yang dibentuk dengan

16

4. Pediatri

Pediatri berasal dari kata Paedes=anak dan Iztrica=pengobatan. Pediatri

adalah suatu ilmu pengobatan pengobatan anak, tidak hanya mengobati anak

tetapi juga mencakup hal-hal yang lebih luas (Aslam, 2003).Merawat pasien anak

memerlukan pengetahuan dan ketrampilan khusus. Anak belum mempunyai

kematangan psikologis untuk respon terhadap penyakit maupun perawatannya.

Tubuhnya yang masih dalam tahap tumbuh mempunyai ukuran yang lebih kecil

daripada dewasa dapat mengakibatkan kesalahan dalam pengobatan dan

mempertinggi risiko terjadinya komplikasi (Anonim, 2008).Penyakit banyak

menyebabkan kematian pada anak-anak di bawah umur 5 tahun terutama pada

negara dengan perkapita yang rendah dan terbatas karena sulitnya mendapat akses

fasilitas kesehatan (Hoppu dkk., 2009).

The Pediatric Association membagi waktu perkembangan biologis masa

anak-anak untuk menentukan dosis obat. Pembagian tersebut adalah:

a) Neonatus : awal kelahiran sampai usia 1 bulan

b) Bayi : 1 bulan sampai 2 tahun

c) Anak : 2 sampai 12 tahun

d) Remaja : 12 sampai 18 tahun (Aslam dkk., 2003)

a. Terapi Pada Pediatri

Pada usia pediatri, kondisi fisiologis masih belum sempurna. Faktor

fisiologis pada anak dapat merubah farmakokinetik obat-obat, sehingga harus

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAHetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/67063/potongan/S1-2013... · Obat racikan (compounding medicine) adalah obat yang dibentuk dengan

17

membutuhkan pertimbangan terapi yang benar (Novyanti, 2006). Pertimbangan-

pertimbangan yang perlu diperhatikan anatara lain adalah faktor-faktor

farmakokinetik obat yaitu absorsi, distribusi, metabolisme, dan eliminasi.

1) Absorbsi ialah proses penyerapan obat dari tempat pemberian ke sirkulasi

sistemik, yang tergantung pada cara pemberian dan sifat fisiko kimia obat

(Gunawan, 2007).

2) Distribusi adalah proses dimana obat disebarkan ke seluruh tubuh melalui

sirkulasi sistemik yang dipengaruhi antara lain oleh massa jaringan,

kandungan lemak, aliran darah, permeabilitas membrane dan ikatan protein

(Gunawan, 2007).

3) Metabolisme adalah suatu reaksi kimia yang terlibat dalam pengaturan

kehidupan sel dan organisme. Metabolisme dikatalisis oleh suatu enzim.

Pada proses ini, hati merupakan organ terpenting. Perbandingan relative

volume hati terhadap berat badan menurun seiring dengan bertambahnya

usia (Gunawan, 2007).

4) Eliminasi

Filtrasi glomerular dan sekresi tubular berkurang pada saat kelahiran,

perubahan laju filtrasi glomerulur yang paling signifikan adalah selama

seminggu pertama kelahiran. Fungi ginjal akan meningkat bertahap

selama 1-2 tahun pertama kehidupan (Gunawan, 2007).

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAHetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/67063/potongan/S1-2013... · Obat racikan (compounding medicine) adalah obat yang dibentuk dengan

18

Dalam perhitungan dosis untuk pediatri dikenal beberapa rumus sebagai berikut

(Katzung, 2004) :

a. Berdasarkan Berat Badan

Dosis anak = x berat badan pasien

b. Berdasarkan luas permukaan tubuh/ body surface area

Dosis anak = x dosis dewasa

c. Berdasarkan Berat Badan (Clark)

Dosis anak = x dosis dewasa

Atau

Dosis anak = x dosis dewasa

d. Rumus Young

Dosis anak = x dosis dewasa

e. Rumus Cowling

Dosis anak = x dosis dewasa

f. Rumus Bastedo

Dosis anak = x dosis dewasa

g. Rumus Dilling

Dosis anak = x dosis dewasa

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAHetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/67063/potongan/S1-2013... · Obat racikan (compounding medicine) adalah obat yang dibentuk dengan

19

h. Rumus Fried untuk bayi

Dosis anak = x dosis dewasa

Perhitungan dosis yang sering digunakan adalah perhitungan dosis

berdasarkan berat badan. Keberhasilan terapi dengan obat sangat bergantung

pada rancangan aturan dosis. Aturan dosis yang tepat dirancang untuk mencapai

konsentrasi optimum obat pada reseptor, sehingga mencapai terapetik yang

optimal (Shargel dkk., 2005).

Penilaian dari segi terapetik dan toksisitas harus selalu dipertimbangkan

dalam pengobatan untuk pediatri. Konsentrasi obat dalam darah harus tepat

sesuai dengan kondisi fisiologis spesifik pediatri, tidak melebihi dosis terapetik

karena dapat menyebabkan toksisitas yang membahayakan pasien (Joenoes,

2001).

5. Pelayanan Farmasi

Pelayanan farmasi rumah sakit merupakan salah satu kegiatan di rumah

sakit yang menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu. Pelayanan farmasi

berorientasi kepada pelayanan pasien, dan penyediaan obat-obat yang bermutu

dan terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat. Pelayanan kefarmasian dalam

hal memberikan perlindungan terhadap pasien berfungsi antara lain (Anonim,

2004) :

a. Menyediakan informasi tentang obat-obatan kepada tenaga kesehatan

lainnya

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAHetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/67063/potongan/S1-2013... · Obat racikan (compounding medicine) adalah obat yang dibentuk dengan

20

b. Mendapatkan rekam medis untuk digunakan pemilihan obat yang tepat.

c. Memantau efektifitas dan keamanan penggunaan obat dan alat kesehatan

d. Melakukan konseling berkaitan dengan pengobatan kepada pasien maupun

keluarga pasien

e. Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat dan alat

kesehatan

f. Mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan obat dan alat

kesehatan

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1197/MENKES/SK/X/2004 Tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit,

skrining resep merupakan suatu kegiatan pokok pelayanan kefarmasian yang

didalamnya memuat seleksi persyaratan administrasi, persyaratan farmasi dan

persyaratan klinis baik untuk pasien rawat jalan ataupun rawat inap.

a. Persyaratan administrasi meliputi nama pasien, umur pasien, jenis kelamin

pasien, berat badan pasien, nama dokter, nomor ijin dokter, paraf dokter,

tanggal resep, dan unit asal resep.

b. Persyaratan farmasi meliputi: bentuk sediaan, kekuatan sediaan, dosis obat,

jumlah obat, stabilitas, ketersediaan, aturan penggunaan, cara penggunaan,

tenik penggunaan.

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAHetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/67063/potongan/S1-2013... · Obat racikan (compounding medicine) adalah obat yang dibentuk dengan

21

c. Persyaratan klinis, meliputi : ketepatan indikasi, waktu penggunaan obat,

duplikasi pengobatan, alergi, interaksi, efek samping obat, kontra indikasi,

efek aditif (Anonim, 2004).

Instalasi Farmasi merupakan suatu unit / bagian di rumah sakit yang

dipimpin oleh seorang apoteker dan dan dibantu beberapa apoteker yang

memenuhi syarat perundang-undangan yang berlaku, sebagai tempat

penyelenggaraan semua kegiatan pelayanan kefarmasian yang ditujukan untuk

keperluan rumah sakit itu sendiri. Instalasi Farmasi bertugas melakukan

pengelolaan obat dan pelayanan langsung kepada pasien, sampai dengan

pengendalian semua perbekalan kesehatan yang beredar dan digunakan dalam

rumah sakit, baik untuk pasien rawat jalan maupun pasien rawat inap. (Siregar,

2004)

Menurut SK Menkes No. 1197/Menkes/SK/X/2004 fungsi Instalasi

Farmasi Rumah Sakit adalah sebagai tempat pengelolaan perbekalan farmasi

serta memberikan pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat

kesehatan

6. Rumah Sakit

a. Definisi Rumah Sakit

Menurut undang undang Nomer 44 tahun 2009 Rumah Sakit adalah institusi

pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karakteristik tersendiri yang

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAHetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/67063/potongan/S1-2013... · Obat racikan (compounding medicine) adalah obat yang dibentuk dengan

22

dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan

teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang tetap mampu

meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat

agar terwujud derajat derajat kesehatan yang setinggi tingginya.

Rumah sakit menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara

paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat

darurat.

Pelayanan kesehatan paripurna adalah pelayanan kesehatan yang meliputi

promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif (Anonim, 2009a).

b. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit

1) penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai

dengan standar pelayanan rumah sakit

2) pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan

kesehatan melalui pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan

ketiga sesuai kebutuhan medis

3) penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam

rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan

4) penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi

bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan

memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan (Anonim,

2009a).

Page 23: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAHetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/67063/potongan/S1-2013... · Obat racikan (compounding medicine) adalah obat yang dibentuk dengan

23

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

340/MENKES/PER/III/2010 Tentang Klasifikasi Rumah Sakit, Rumah sakit

adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan

kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat

jalan, rawat inap, dan gawat darurat terbagi dua, yaitu:

a) Rumah Sakit Umum

Rumah Sakit Umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan

kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit.

b) Rumah Sakit Khusus

Rumah Sakit Khusus adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan

utama pada satu bidang atau jenis penyakit tertentu, berdasarkan disiplin

ilmu, golongan umur, organ atau jenis penyakit.

Klasifikasi Rumah Sakit Umum berdasarkan fasilitas dan kemampuan

pelayanan terbagi menjadi:

a) Rumah Sakit Kelas A

Rumah Sakit Kelas A adalah rumah sakit yang harus mempunyai fasilitas

dan kemampuan pelayanan medis paling sedikit 4 (empat) Pelayanan

Medis Spesialistik Dasar, 5 (lima) Pelayanan Spesialis Penunjang Medik,

12 (dua belas) Pelayanan Medis Spesialis Lain, dan 13 (tiga belas)

Pelayanan Medik Sub Spesialis.

Page 24: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAHetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/67063/potongan/S1-2013... · Obat racikan (compounding medicine) adalah obat yang dibentuk dengan

24

b) Rumah Sakit Kelas B

Rumah Sakit Kelas B adalah rumah sakit yang harus mempunyai fasilitas

dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) Pelayanan

Medis Spesialis dasar, 4 (empat) Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, 8

(delapan) Pelayanan Medik Spesialis Lainnya dan 2 (dua) Pelayanan

Medik Sub Spesialis Dasar.

c) Rumah Sakit Kelas C

Rumah Sakit Kelas C adalah rumah sakit yang harus mempunyai fasilitas

dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) Pelayanan

Medik Spesialis Dasar dan 4 (empat) Pelayanan Spesialis Penunjang

Medik.

d) Rumah Sakit Kelas D

Rumah Sakit Kelas D adalah rumah sakit yang harus mempunyai fasilitas

dan kemampuan pelayanan medic paling sedikit 2 (dua) Pelayanan Medik

Spesialis Dasar (Anonim, 2010c).

Rumah Sakit dapat dipandang sebagai suatu struktur organisasi yang

menggabungkan bersama-sama semua profesi kesehatan, fasilitas diagnostik,

alat dan perbekalan serta fasilitas fisik ke dalam suatu system terkoordinasi

untuk penghantaran pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Rumah Sakit

dianggap sebagai suatu lembaga yang giat memperluas layanannya kepada

penderita dimanapun lokasinya (Siregar, 2004).

Page 25: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAHetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/67063/potongan/S1-2013... · Obat racikan (compounding medicine) adalah obat yang dibentuk dengan

25

F. KETERANGAN EMPIRIS

Penelitian ini bersifat deskriptif yang memaparkan objek atau keadaan

yang terjadi di lapangan. Pada penelitian ini diharapkan dapat memperoleh data-

data pola peresepan periode tahun 2012 meliputi jumlah R/ racikan dan non

racikan, jumlah pasien yang menerima resep racikan, bentuk sediaan racikan

yang paling sering diresepkan dan bagaimana prosedur pembuatannya. Penelitian

ini juga dilakukan untuk memperoleh gambaran struktur pelayanan resep racikan

yang ditinjau dari personel peracik obat, fasilitas, kebersihan, peralatan,

dokumentasi dan sumber informasi yang tersedia di RSUD Dr. Iskak

Tulungagung.