tugas compounding dan dispensing sk menkes 1027/2004

29
SK MENKES 1027/2004 ttg Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek Program Profesi Apoteker Universitas Padjadjaran 2014

Upload: ferani-cendrianti

Post on 24-Nov-2015

96 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

  • SK MENKES 1027/2004 ttg Standar Pelayanan Kefarmasian di ApotekProgram Profesi Apoteker Universitas Padjadjaran2014

  • Kelompok 4 :Ina Amalia(260112130538)Denny (260112130539)Ika Suhaidah(260112130540)Nurul (260112130541)Risa Nurfatihani(260112130542)Angga Budi(260112130543)Danni Nurmaliasari(260112130544)Bagus Dwi P. (260112130545)Syf Octy F.A.(260112130546)Fika Nurihanah Z.(260112130547)Riskita Asari A.(260112130548)Ferani Cendrianti(260112130549)Nurul Ulya (260112130550)

  • PendahuluanPengelolaan obat sebagai komoditiPelayanan komprehensif untuk meningkatkan kualitas hidup pasien (pharmaceutical care)

  • Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek (SPKA)Menurut SK MENKES 1027/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek Apotek adalah tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat.

  • Apotek berlokasi pada daerah yang dengan mudah dikenali, dan dengan mudah diakses oleh masyarakat. Selain itu, apotek harus memiliki: Ruang tunggu yang nyaman bagi pasien.Tempat untuk mendisplai informasi bagi pasien, termasuk penempatan brosur/materi informasi.Ruangan tertutup untuk konseling bagi pasien yang dilengkapi dengan meja dan kursi serta lemari untuk menyimpan catatan medikasi pasien. Ruang racikan. Tempat pencucian alat.

  • Apoteker Menurut SK MENKES 1027/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, adalah sarjana farmasi yang telah lulus pendidikan profesi dan telah mengucapkan sumpah berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku dan berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai apoteker.

  • Menurut SK MENKES 1027/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, pharmaceutical care adalah bentuk pelayanan dan tanggung jawab langsung profesi apoteker dalam pekerjaan kefarmasian untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.

  • Peran dan Tugas Apoteker

  • Pelayanan oleh Apoteker

  • 1. Pelayanan Resep

  • 2. Promosi dan Edukasi

  • 3. Pelayanan Residensial (Home Care)

  • Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Perbekalan KesehatanA. PerencanaanPola penyakit.Kemampuan/daya beli masyarakat Budaya masyarakat (kebiasaan masyarakat setempat) Pola penggunaan obat yang lalu

  • B. PengadaanApotek hanya membeli sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan yang telah memiliki izin edar atau nomor registrasi.Mutu sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan dapat dipertanggung jawabkan.Pengadaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan dari jalur resmi, yaitu pedagang besar farmasi, industri farmasi, apotek lain.Dilengkapi dengan persyaratan administrasi seperti faktur, dll

  • C. PenyimpananPemeriksaan organoleptik.Pemeriksaan kesesuaian antara surat pesanan dan faktur.Kegiatan administrasi penyimpanan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan. Menyimpan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan pada tempat yang dapat menjamin mutu

    Pengeluaran obat dilakukan dengan sistem FIFO (first in first out) dan FEFO(first expire first out)

  • Evaluasi Mutu PelayananTingkat Kepuasan KonsumenDimensi Waktu (lama pelayanan)Posedur Tetap di Apotek

  • Bagaimana Implementasi SPKA pada kenyataannya?

  • Berdasarkan Jurnal PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK DAN KEBUTUHAN PELATIHAN BAGI APOTEKERNYA (Supardi et al, 2011)

  • Rancangan penelitian : pendekatan kualitatif terhadap 70 apoteker pengelola apotek (APA) di Kota Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, Medan, Padang, Banjarmasin dan Makassar, masing-masing kota 10 APA pada tahun 2008, dengan pengumpulan data dengan cara diskusi kelompok terarah 1. PELAKSANAAN SPKA DI APOTEKAPA telah mengetahui dan mempunyai dokumen SPKA tetapi belum dapat melaksanakan dengan berbagai alasan. Pertama, Dinas Kesehatan Kabupaten/ kota setempat belum memberikan petunjuk teknis untuk melaksakan SPKA. Kedua, pelaksanaan SPKA membutuhkan kehadiran APA, padahal umumnya pekerjaan utama APA sebagai Pegawai negeri.

    Hasil Penelitian

  • Presentase APA di Apotek/hari

  • 2. INFORMASI DAN KONSELING OBATUmumnya APA telah memberikan informasi obat (jenis obat, kegunaan, cara penggunaan dan harga) kepada pasien, namun sifatnya masih searah. Hambatan: belum tersedia ruang konseling, keterbatasan waktu APA, pengetahuan AP A dalam farmasi klinik, pedoman konseling, dan adanya patient medical record.

  • Survey atas apotek wilayah DKI tahun 2004

    prosentaseKetersedian ruang konseling dan jadwal konseling1,5 %Informasi obat90% swamedikasi oleh AA10% APA dalam PIO obat bebasKonseling utk pasien kondisi ttt7,4% konsultasi TBC4,4% asma15% konsultasi KB

    Brosur/booklet kesehatan88,2% ikut aktif menyediakanPromosi kesehatan95,6% ikut aktif

  • 3. MONITORING PENGGUNAAN OBATAPA belum melakukan monitoring penggunaan obat secara menyeluruh, terdapat beberapa APA yang melakukan monitoring melalui telepon dan dengan cara mempunyai buku catatan pasien.Umumnya APA berpendapat bahwa seharusnya monitoring dilakukan terhadap pasien penyakit kronik yang menggunakan obat berulang dari apotek, misalnya pasien diabetes, kardiovaskuler, TBC, asma dan penyakit degeneratif lainnya. Hambatan : Monitoring melalui telepon, ada pasien yang merasa senang karena diperhatikan, tetapi ada juga yang ketakukan/curiga karena ditanyatanya melalui telepon.

  • 4. PELAYANAN RESIDENSIALAPA belum melakukan pelayanan residensial (home care). Kunjungan ke rumah pasien dilakukan apabila terjadi kesalahan obat atau mengantar. Ada juga APA yang meminta asisten apotekemya untuk pelayanan residensial pasien TBC yang lokasi rumahnya di dekat apotek. Hambatan : Beberapa AP A belum mengetahui apa yang dimaksud dengan pelayanan residensial oleh apotek. Home care jarang dilakukan, kecuali bagi pasien yang sudah kenal baik dan pasien yang memerlukan pengobatan secara khusus. AP A menyatakan bahwa untuk itu diperlukan tenaga ,waktu dan sarana ekstra, yang pada umumnya terbatas. Hal yang dikerjakan saat home care adalah mememantau perkembangan pengo batan pasien.

  • 5. PELATIHAN APAMateri pelatihan yang dibutuhkan untuk melaksanakan SPKA mencakup materi kefarmasian dan materi manajemen. Materi kefarmasian terkait konseling untuk melaksanakan swamedikasi. Untuk pelayanan obat memerlukan nama obat baru yang beredar serta produsennya, demikian pula informasi obat yang ditarik dari peredaran serta alasannya. Untuk penyuluhan obat memerlukan ilmu komunikasi.

  • KesimpulanPelaksanaan SPKA di apotek belum berjalan dengan baik dan disarankan agar SPKA ditindak lanjuti dengan petunjuk teknis oleh Dinas Kesehatan Provinsi maupun Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sehingga dapat berjalan untuk kepentingan profesi maupun pasien.

  • Terima Kasih