bab i limfadenopati colli

29
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelenjar getah bening merupakan bagian dari sistem pertahanan tubuh kita dan terdapat di beberapa tempat di tubuh kita. Tubuh memiliki kurang lebih 600 kelenjar getah bening, namun pada orang sehat yang normal hanya teraba di daerah submandibula, aksila, atau inguinal. Seringkali timbul benjolan-benjolan di daerah tempat kelenjar getah bening berada dan seringkali pula hal itu menimbulkan kecemasan baik pada pasien, ataupun orang tua pasien apakah pembesaran ini merupakan hal yang normal, penyakit yang berbahaya ataukah merupakan suatu gejala dari keganasan. Sekitar 55% pembesaran kelenjar getah bening terjadi pada daerah kepala dan leher. Organ ini sangat penting untuk fungsi sistem kekebalan tubuh, dimana tugasnya adalah menyerang infeksi dan menyaring cairan getah bening (Bazemore, 2002 dan Ferrer, 1998). Angka kejadian limfadenopati di Amerika Serikat belum diketahui, tetapi diperkirakan limfadenopati pada anak-anak berkisar 38-45%. Dari studi di Belanda terdapat 2.556 kasus limfadenopati yang tidak dapat dijelaskan dan 10% dirujuk kepada subspesialis, 3,2% membutuhkan biopsi dan 1,1% mengalami keganasan. Studi

Upload: yogi-dwi-irawan

Post on 29-Jan-2016

216 views

Category:

Documents


27 download

DESCRIPTION

tht

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I Limfadenopati Colli

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kelenjar getah bening merupakan bagian dari sistem pertahanan tubuh kita

dan  terdapat di beberapa tempat di tubuh kita. Tubuh memiliki kurang lebih 600

kelenjar getah bening, namun pada orang sehat yang normal hanya teraba di daerah

submandibula, aksila, atau inguinal. Seringkali timbul benjolan-benjolan di daerah

tempat kelenjar getah bening berada dan seringkali pula hal itu menimbulkan

kecemasan baik pada pasien, ataupun orang tua pasien apakah pembesaran ini

merupakan hal yang normal, penyakit yang berbahaya ataukah merupakan suatu

gejala dari keganasan. Sekitar 55% pembesaran kelenjar getah bening terjadi pada

daerah kepala dan leher. Organ ini sangat penting untuk fungsi sistem kekebalan

tubuh, dimana tugasnya adalah menyerang infeksi dan menyaring cairan getah

bening (Bazemore, 2002 dan Ferrer, 1998).

Angka kejadian limfadenopati di Amerika Serikat belum diketahui, tetapi

diperkirakan limfadenopati pada anak-anak berkisar 38-45%. Dari studi di Belanda

terdapat 2.556 kasus limfadenopati yang tidak dapat dijelaskan dan 10% dirujuk

kepada subspesialis, 3,2% membutuhkan biopsi dan 1,1% mengalami keganasan.

Studi kedokteran keluarga di Amerika Serikat tidak ada dari 80 pasien dengan

limfadenopati yang tidak dapat dijelaskan yang mengalami keganasan dan tiga dari

238 pasien yang mengalami keganasan dari limadenopati yang tidak dapat

dijelaskan. Pasien usia >40tahun dengan limfadenopati yang tidak dapat dijelaskan

memiliki risiko keganasan 4% dibanding risiko keganasan 0,4% bila ditemukan

pada pasien <40tahun (Bazemore, 2002 dan Ferrer, 1998).

Page 2: BAB I Limfadenopati Colli

2

1.2 Tujuan

1.2.1 Mengetahui anatomi dan fisiologi kelenjar limfe pada leher

1.2.2 Mengetahui level kelenjar getah bening pada leher

1.2.3 Mengetahui gambaran klinis, diagnosis serta penatalaksanaan limfadenopati

colli

1.3   Manfaat

1.3.1 Menambah wawasan mengenai ilmu kedokteran pada umumnya, dan ilmu

THT-KL

1.3.2 Sebagai proses pembelajaran bagi dokter muda yang sedang mengikuti

kepaniteraan klinik bagian ilmu THT KL

Page 3: BAB I Limfadenopati Colli

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Limfadenopati

Limfadenopati merupakan pembesaran kelenjar getah bening dengan

ukuran lebih besar dari 1 cm.2 Kepustakaan lain mendefinisikan limfadenopati

sebagai abnormalitas ukuran atau karakter kelenjar getah bening (Bazemore, 2002).

2.2 Kelenjar Getah Bening Normal

2.2.1 Anatomi Kelenjar Limfa pada Leher

Menurut Fletcher, 2010 pembesaran KGB dapat dibedakan menjadi

pembesaran KGB local (limfadenopati lokalisata) dan pembesaran KGB umum

(limfadenopati generalisata). Limfadenopati lokalisata didefinisikan sebagai

pembesaran KGB hanya pada satu daerah saja, sedangkan limfadenopati

generalisata apabila pembesaran KGB pada dua atau lebih daerah yang berjauhan

dan simetris. Ada sekitar 300 KGB di daerah kepala dan leher, gambaran lokasi

terdapatnya KGB pada daerah kepala dan leher adalah sebagai berikut :

Gambar 1. Lokasi kelenjar getah bening (KGB) di daerah kepala dan leher.

Page 4: BAB I Limfadenopati Colli

4

Gambar 2. Lokasi kelenjar getah bening leher dan daerah drainasenya

Secara anatomi aliran getah bening aferen masuk ke dalam KGB melalui

simpai (kapsul) dan membawa cairan getah bening dari jaringan sekitarnya dan

aliran getah bening eferen keluar dari KGB melalui hilus. Cairan getah bening

masuk kedalam kelenjar melalui lobang-lobang di simpai. Di dalam kelenjar, cairan

getah bening mengalir dibawah simpai di dalam ruangan yang disebut sinus perifer

yang dilapisi oleh sel endotel (Ferrer, 1998).

Jaringan ikat trabekula terentang melalui sinus-sinus yang menghubungkan

simpai dengan kerangka retikuler dari bagian dalam kelenjar dan merupakan alur

untuk pembuluh darah dan syaraf (Ferrer, 1998 dan Fletcher, 2010).

Dari bagian pinggir cairan getah bening menyusup kedalam sinus

penetrating yang juga dilapisi sel endotel. Pada waktu cairan getah bening di dalam

sinus penetrating melalui hilus, sinus ini menempati ruangan yang lebih luas dan

disebut sinus meduleri. Dari hilus cairan ini selanjutnya menuju aliran getah bening

eferen (Ferrer, 1998 dan Fletcher, 2010).

Page 5: BAB I Limfadenopati Colli

5

Pada dasarnya limfosit mempunyai dua bentuk, yang berasal dari sel T

(thymus) dan sel B (bursa) atau sumsum tulang. Fungsi dari limfosit B dan sel-sel

turunanya seperti sel plasma, imunoglobulin, yang berhubungan dengan humoral

immunity, sedangkan T limfosit berperan terutama pada cell-mediated immunity

(Ferrer, 1998 dan Fletcher, 2010).

Terdapat tiga daerah pada KGB yang berbeda: korteks, medula, parakorteks,

ketiganya berlokasinya antara kapsul dan hilus. Korteks dan medulla merupakan

daerah yang mengandung sel B, sedangkan daerah parakorteks mengandung sel T

(Ferrer, 1998 dan Fletcher, 2010).

Dalam korteks banyak mengandung nodul limfatik (folikel), pada masa

postnatal, biasanya berisi germinal center. Akibatnya terjadi stimulasi antigen, sel B

didalam germinal centers berubah menjadi sel yang besar, inti bulat dan anak inti

menonjol. Yang sebelumnya dikenal sebagai sel retikulum, sel-selnya besar yang

ditunjukan oleh Lukes dan Collins (1974) sebagai sel noncleaved besar, dan sel

noncleaved kecil. Sel noncleaved yang besar berperan pada limphopoiesis atau

berubah menjadi immunoblas, diluar germinal center, dan berkembang didalam sel

plasma (Ferrer, 1998 dan Fletcher, 2010).

2.2.2 Fungsi Kelenjar Getah Bening

Fungsi utama KGB adalah sebagai penyaring (filtrasi) dari berbagai

mikroorganisme asing dan partikel-partikel akibat hasil dari degradasi sel-sel atau

metabolism (Ferrer, 1998).

2.3 Epidemiologi

Insiden limfadenopati belum diketahui dengan pasti. Sekitar 38% sampai

45% pada anak normal memiliki KGB daerah servikal yang teraba. Limfadenopati

adalah salah satu masalah klinis pada anak-anak. Pada umumnya limfadenopati

pada anak dapat hilang dengan sendirinya apabila disebabkan infeksi virus

(Bazemore, 2002).

Page 6: BAB I Limfadenopati Colli

6

Studi yang dilakukan di Amerika Serikat, pada umumnya infeksi virus

ataupun bakteri merupakan penyebab utama limfadenopati. Infeksi mononukeosis

dan cytomegalovirus (CMV) merupakan etiologi yang penting, tetapi kebanyakan

disebabkan infeksi saluran pernafasan bagian atas. Limfadenitis lokalisata lebih

banyak disebabkan infeksi Staphilococcus dan Streptococcus beta-hemoliticus

(Bazemore, 2002).

Dari studi yang dilakukan di Belanda, ditemukan 2.556 kasus limadenopati

yang tidak diketahui penyebabnya. Sekitar 10% kasus diantaranya dirujuk ke

subspesialis, 3,2% kasus membutuhkan biopsi dan 1.1% merupakan suatu

keganasan. Penderita limfadenopati usia >40 tahun memiliki risiko keganasan

sekitar 4% dibandingkan dengan penderita limfadenopati usia <40 tahun yang

memiliki risiko keganasan hanya sekitar 0,4% (Bazemore, 2002).

2.4 Klasifikasi Limfadenopati

Menurut Bazemore, 2002 berdasarkan luas limfadenopati dibagi menjadi 2

yaitu :

1. Generalisata: limfadenopati pada 2 atau lebih regio anatomi yang berbeda.

2. Lokalisata: limfadenopati pada 1 regio.

Dari semua kasus pasien yang berobat ke sarana layanan kesehatan primer,

sekitar ¾ penderita datang dengan limfadenopati lokalisata dan 1/4 sisanya datang

dengan limfadenopati generalisata (Ferrer, 1998).

Limfadenopati generalisata lebih sering disebabkan oleh infeksi serius,

penyakit autoimun, dan keganasan, dibandingkan dengan limfadenopati lokalisata.

Penyebab jinak pada anak adalah infeksi adenovirus. Limfadenopati generalisata

dapat disebabkan oleh leukemia, limfoma, atau penyebaran kanker padat stadium

lanjut. Limfadenopati generalisata pada penderita luluh imun

(immunocompromised) dan AIDS dapat terjadi karena tahap awal infeksi HIV,

tuberkulosis, kriptokokosis, sitomegalovirus, toksoplasmosis, dan sarkoma Kaposi.

Sarkoma Kaposi dapat bermanifestasi sebagai limfadenopati generalisata sebelum

timbulnya lesi kulit (Ferrer, 1998).

Page 7: BAB I Limfadenopati Colli

7

2.5 Level Kelenjar Getah Bening Leher

Lokasi kelenjar getah bening daerah leher dapat dibagi menjadi 6 level.

Pembagian ini berguna untuk memperkirakan sumber keganasan primer yang

mungkin bermetastasis ke kelenjar getah bening tersebut dan tindakan diseksi leher

(Robbins, 2002). Pembagian level kelenjar getah bening dapat dilihat pada tabel 1

dan gambar 5.

Page 8: BAB I Limfadenopati Colli

8

Gambar 3. Level kelenjar getah bening leher

Page 9: BAB I Limfadenopati Colli

9

Tabel 1. Kelompok kelenjar getah bening leher berdasarkan level

2.6 Etiologi

Penyebab yang paling sering limfadenopati adalah:

A. Infeksi

1. Infeksi virus

Infeksi yang disebabkan oleh virus pada saluran pernapasan bagian

atas seperti Rinovirus, Parainfluenza Virus, influenza Virus, Respiratory

Syncytial Virus (RSV), Coronavirus, Adenovirus ataupun Retrovirus. Virus

lainnya Ebstein Barr Virus (EBV), Cytomegalo Virus (CMV), Rubela,

Page 10: BAB I Limfadenopati Colli

10

Rubeola, Varicella-Zooster Virus, Herpes Simpleks Virus, Coxsackievirus,

dan Human Immunodeficiency Virus (HIV) (Bazemore, 2002).

Infeksi HIV sering menyebabkan limfadenopati serivikalis yang

merupakan salah satu gejala umum infeksi primer HIV. Infeksi primer atau

akut adalah penyakit yang dialami oleh sebagian orang pada beberapa hari

atau minggu setelah tertular HIV. Gejala lain termasuk demam dan sakit

kepala, dan sering kali penyakit ini dianggap penyakit flu (influenza like

illness) (Fletcher, 2010).

Segera setelah seseorang terinfeksi HIV, kebanyakan virus keluar

dari darah. Sebagian melarikan diri ke sistem limfatik untuk bersembunyi

dan menggandakan diri dalam sel di KGB, diperkirakan hanya sekitar 2%

virus HIV ada dalam darah. Sisanya ada pada sistem limfatik, termasuk

limpa, lapisan usus dan otak (Fletcher, 2010).

Pada penderita HIV positif, aspirat KGB dapat mengandung

immunoblas yang sangat banyak. Pada beberapa kasus juga tampak sel-sel

imatur yang banyak. Pada fase deplesi, pada aspirat sedikit dijumpai sel

folikel, immunoblas dan tingible body macrophage, tetapi banyak dijumpai

sel-sel plasma (Spleman, 2010).

Limfadenopati generalisata yang persisten (persistent generalized

lymphadenopathy/PGL) adalah limfadenopati pada lebih dari dua tempat

KGB yang berjauhan, simetris dan bertahan lama. PGL adalah gejala khusus

infeksi HIV yang timbul pada lebih dari 50% Orang Dengan HIV/AIDS

(ODHA) dan PGL ini sering disebabkan oleh infeksi HIV-nya itu sendiri

(Fletcher, 2010).

PGL biasanya dialami waktu tahap infeksi HIV tanpa gejala, dengan

jumlah CD4 di atas 500, dan sering hilang bila kadar CD4 menurun hingga

kadar CD4 200. Kurang lebih 30% orang dengan PGL juga mengalami

splenomegali (Fletcher, 2010).

Batasan limfadenopati pada infeksi HIV adalah sebagai berikut:

a. Melibatkan sedikitnya dua kelompok kelenjar getah bening

Page 11: BAB I Limfadenopati Colli

11

b. Sedikitnya dua kelenjar yang simetris berdiameter lebih dari 1 cm dalam

setiap kelompok

c. Berlangsung lebih dari satu bulan

d. Tidak ada infeksi lain yang menyebabkannya

Pembengkakan kelenjar getah bening bersifat tidak sakit, simetris

dan kebanyakan terdapat di leher bagian belakang dan depan, di bawah

rahang bawah, di ketiak serta di tempat lain, tidak termasuk di inguinal.

Biasanya kulit pada kelenjar yang bengkak karena PGL akibat HIV tidak

berwarna merah. Kelenjar yang bengkak kadang kala sulit dilihat, dan lebih

mudah ditemukan dengan cara menyentuhnya. Biasanya kelenjar ini

berukuran sebesar kacang polong sampai sebesar buah anggur (Fletcher,

2010).

2. Infeksi bakteri

Peradangan KGB (limfadenitis) dapat disebabkan Streptokokus beta

hemolitikus Grup A atau stafilokokus aureus. Bakteri anaerob bila

berhubungan dengan caries dentis dan penyakit gusi, radang apendiks atau

abses tubo-ovarian (Ferrer, 1998 dan Fletcher, 2010).

Tabel 2. Penyebab Infeksi pada Limfadenopati Servikalis

Bacteria

Gram-positive cocci

—Staphylococcus aureus

—Streptococcus pyogenes (group A)

—Streptococcus agalactiae (group B)

—Anaerobic organisms

Peptococcus sp

Peptostreptococcus sp

Gram-positive rods

—Bacillus anthracis

—Corynebacterium diphtheriae

Gram-negative rods

—Bartonella henselae

Viruses

DNA enveloped viruses

—Cytomegalovirus

—Epstein-Barr virus

—Herpes simplex virus types 1 and 2

—Human herpesvirus 6

—Varicella-zoster virus

DNA nonenveloped viruses

—Adenovirus

RNA enveloped viruses

—Human immunodeficiency virus

—Influenza virus

—Measles virus

Page 12: BAB I Limfadenopati Colli

12

—Calymmatobacterium granulomatis

—Haemophilus influenzae

—Serratia marcescens

—Associated with the enteric tract

Acinetobacter sp

Escherichia coli

Proteus sp

Pseudomonas aeruginosa

Salmonella typhi

Shigella sp

—Associated with zoonoses

Brucella sp

Francisella tularensis

Yersinia pestis

Yersinia enterocolitica

Yersinia pseudotuberculosis

—Anaerobic

Bacteroides sp

Mycobacteria and Actinomycetes

Actinomyces israelii

Mycobacterium tuberculosis

Mycobacterium avium-intracellulare

Mycobacterium scrofulaceum

Nocardia asteroids

—Mumps virus

—Parainfluenza virus

—Respiratory syncytial virus

—Rubella virus

RNA nonenveloped viruses

—Coxsackieviruses

—Rhinoviruses

Fungi

Aspergillus fumigatus

Candida sp

Cryptococcus neoformans

Dermatophytes

Histoplasma capsulatum

Paracoccidioides brasiliensis

Sporothrix schenckii

Protozoa

Leishmania sp

Toxoplasma gondii

Trypanosoma brucei gambiense

Trypanosoma brucei rhodesiense

Spirochetes

Leptospira interrogans

Treponema pallidum

Rickettsiae

Rickettsia tsutsugamushi

B. Penyebab Lain

Penyakit lainnya yang salah satu gejalanya adalah limfadenopati adalah

penyakit Kawasaki, penyakit Kimura, penyakit Kikuchi, penyakit Kolagen,

penyakit Cat-scratch, penyakit Castleman, Sarcoidosis, Rhematoid arthritis dan

Sisestemic lupus erithematosus (SLE) (Ferrer, 1998 dan Fletcher, 2010).

Obat-obatan dapat menyebabkan limfadenopati generalisata.

Limfadenopati dapat timbul setelah pemakaian obat-obatan seperti fenitoin dan

isoniazid. Obat-obatan lainnya seperti allupurinol, atenolol, captopril,

Page 13: BAB I Limfadenopati Colli

13

carbamazepine, cefalosporin, emas, hidralazine, penicilin, pirimetamine,

quinidine, sulfonamida, sulindac). Imunisasi dilaporkan juga dapat menyebabkan

limfadenopati di daerah leher, seperti setelah imunisasi DPT, polio atau tifoid.

Meskipun demikian, masing-masing penyebab tidak dapat ditentukan hanya dari

pembesaran KGB saja, melainkan dari gejala-gejala lainnya yang menyertai

pembesaran KGB tersebut (Ferrer, 1998 dan Fletcher, 2010).

Banyak keadaan yang dapat menimbulkan limfadenopati. Keadaan-

keadaan tersebut dapat diingat dengan mnemonik MIAMI: malignancies

(keganasan), infections (infeksi), autoimmune disorders (kelainan autoimun),

miscellaneous and unusual conditions (lain-lain dan kondisi tak-lazim), dan

iatrogenic causes (sebab-sebab iatrogenik) (Bazemore, 2002).

2.7 Diagnosis

Menurut Bazemore, 2002 dan Ferrer, 1998 diagnosis limfadenopati

memerlukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang apabila

diperlukan.

2.7.1 Anamnesis

Dari anamnesis dapat diperoleh keterangan lokasi, gejala-gejala penyerta,

riwayat penyakit, riwayat pemakaian obat dan riwayat pekerjaan.

a. Lokasi

Lokasi pembesaran KGB pada dua sisi leher secara mendadak biasanya

disebabkan oleh infeksi virus saluran pernapasan bagian atas. Pada infeksi oleh

penyakit kawasaki umumnya pembesaran KGB hanya satu sisi saja. Apabila

berlangsung lama (kronik) dapat disebabkan infeksi oleh Mikobakterium,

Toksoplasma, Ebstein Barr Virus atau Citomegalovirus.

b. Gejala penyerta

Demam, nyeri tenggorok dan batuk mengarahkan kepada penyebab infeksi

saluran pernapasan bagian atas. Demam, keringat malam dan penurunan berat

badan mengarahkan kepada infeksi tuberkulosis atau keganasan. Demam yang

Page 14: BAB I Limfadenopati Colli

14

tidak jelas penyebabnya, rasa lelah dan nyeri sendi meningkatkan kemungkinan

oleh penyakit kolagen atau penyakit serum (serum sickness), ditambah adanya

riwayat pemakaian obat-obatan atau produk darah.

c. Riwayat penyakit

Riwayat penyakit sekarang dan dahulu seperti adanya peradangan tonsil

sebelumnya, mengarahkan kepada infeksi oleh Streptococcus; luka lecet pada

wajah atau leher atau tanda-tanda infeksi mengarahkan penyebab infeksi

Staphilococcus; dan adanya infeksi gigi dan gusi juga dapat mengarahkan

kepada infeksi bakteri anaerob. Transfusi darah sebelumnya dapat

mengarahkan kepada Citomegalovirus, Epstein Barr Virus atau HIV.

d. Riwayat pemakaian obat

Penggunaan obat-obatan Limfadenopati dapat timbul setelah pemakaian obat-

obatan seperti fenitoin dan isoniazid. Obat-obatan lainnya seperti allupurinol,

atenolol, captopril, carbamazepine, cefalosporin, emas, hidralazine, penicilin,

pirimetamine, quinidine, sulfonamida, sulindac. Pembesaran karena obat

umumnya seluruh tubuh (limfadenopati generalisata).

e. Riwayat pekerjaan

Paparan terhadap infeksi paparan/kontak sebelumnya kepada orang dengan

infeksi saluran napas atas, faringitis oleh Streptococcus, atau tuberculosis turut

membantu mengarahkan penyebab limfadenopati. Riwayat perjalanan atau

pekerjaan, misalnya perjalanan ke daerah-daerah di Afrika dapat

mengakibatkan penyakit Tripanosomiasis, orang yang bekerja dalam hutan

dapat terkena Tularemia.

2.7.2 Pemeriksaan Fisik

Secara umum malnutrisi atau pertumbuhan yang terhambat mengarahkan

kepada penyakit kronik seperti tuberkulosis, keganasan atau gangguan system

kekebalan tubuh.

Karakteristik dari KGB dan daerah sekitarnya harus diperhatikan. KGB

harus diukur untuk perbandingan berikutnya. Harus dicatat ada tidaknya nyeri

Page 15: BAB I Limfadenopati Colli

15

tekan, kemerahan, hangat pada perabaan, dapat bebas digerakkan atau tidak dapat

digerakkan, apakah ada fluktuasi, konsistensi apakah keras atau kenyal.

a. Ukuran: normal bila diameter 0,5 cm dan lipat paha >1,5 cm dikatakan

abnormal.

b. Nyeri tekan: umumnya diakibatkan peradangan atau proses perdarahan.

c. Konsistensi: keras seperti batu mengarahkan kepada keganasan, padat seperti

karet mengarahkan kepada limfoma; lunak mengarahkan kepada proses infeksi;

fluktuatif mengarahkan telah terjadinya abses/pernanahan.

d. Penempelan/bergerombol: beberapa KGB yang menempel dan bergerak

bersamaan bila digerakkan. Dapat akibat tuberkulosis, sarkoidosis atau

keganasan.

Pembesaran KGB leher bagian posterior biasanya terdapat pada infeksi

rubela dan mononukleosis. Supraklavikula atau KGB leher bagian belakang

memiliki risiko keganasan lebih besar daripada pembesaran KGB bagian anterior.

Pembesaran KGB leher yang disertai daerah lainnya juga sering disebabkan

oleh infeksi virus. Keganasan, obat-obatan, penyakit kolagen umumnya dikaitkan

degnan pembesaran KGB generalisata.

Pada pembesaran KGB oleh infeksi virus, umumnya bilateral lunak dan

dapat digerakkan. Bila ada infeksi oleh bakteri, kelenjar biasanya nyeri pada

penekanan, baik satu sisi atau dua sisi dan dapat fluktuatif dan dapat digerakkan.

Adanya kemerahan dan suhu lebih panas dari sekitarnya mengarahkan infeksi

bakteri dan adanya fluktuatif menandakan terjadinya abses. Bila limfadenopati

disebabkan keganasan tanda-tanda peradangan tidak ada, KGB keras dan tidak

dapat digerakkan oleh karena terikat dengan jaringan di bawahnya.

Pada infeksi oleh mikobakterium, pembesaran kelenjar berjalan berminggu-

minggu sampai berbulan-bulan, walaupun dapat mendadak, KGB menjadi fluktuatif

dan kulit diatasnya menjadi tipis, dan dapat pecah dan terbentuk jembatan-jembatan

kulit di atasnya.

Adanya tenggorokan yang merah, bercak-bercak putih pada tonsil,

bintikbintik merah pada langit-langit mengarahkan infeksi oleh bakteri

Page 16: BAB I Limfadenopati Colli

16

streptokokus. Adanya selaput pada dinding tenggorok, tonsil, langit-langit yang

sulit dilepas dan bila dilepas berdarah, pembengkakan pada jaringan lunak leher

(bull neck) mengarahkan kepada infeksi oleh bakteri difteri. Faringitis, ruam-ruam

dan pembesaran limpa mengarahkan kepada infeksi Epstein Barr Virus (EBV).

Adanya radang pada selaput mata dan bercak koplik mengarahkan kepada

campak. Adanya pucat, bintik-bintik perdarahan (bintik merah yang tidak hilang

dengan penekanan), memar yang tidak jelas penyebabnya, dan pembesaran hati dan

limpa mengarahkan kepada leukemia. Demam panjang yang tidak berespon dengan

obat demam, kemerahan pada mata, peradangan pada tenggorok, strawberry

tongue, perubahan pada tangan dan kaki (bengkak, kemerahan pada telapak tangan

dan kaki) dan limfadenopati satu sisi (unilateral) mengarahkan kepada penyakit

Kawasaki.

2.7.3 Pemeriksaan Penunjang

a. Ultrasonografi (USG)

USG merupakan salah satu teknik yang dapat dipakai untuk mendiagnosis

limfadenopati servikalis. Penggunaan USG untuk mengetahui ukuran, bentuk,

echogenicity, gambaran mikronodular, nekrosis intranodal dan ada tidaknya

kalsifikasi.

USG dapat dikombinasi dengan biopsi aspirasi jarum halus untuk

mendiagnosis limfadenopati dengan hasil yang lebih memuaskan, dengan nilai

sensitivitas 98% dan spesivisitas 95%.

b. CT Scan

CT scan dapat mendeteksi pembesaran KGB servikalis dengan diameter 5

mm atau lebih. Satu studi yang dilakukan untuk mendeteksi limfadenopati

supraklavikula pada penderita nonsmall cell lung cancer menunjukkan tidak ada

perbedaan sensitivitas yang signifikan dengan pemeriksaan menggunakan USG

atau CT scan.

Page 17: BAB I Limfadenopati Colli

17

c. Biopsi Kelenjar

Jika diputuskan tindakan biopsi, idealnya dilakukan pada kelenjar yang

paling besar, paling dicurigai, dan paling mudah diakses dengan pertimbangan

nilai diagnostiknya. Kelenjar getah bening inguinal mempunyai nilai diagnostik

paling rendah. Kelenjar getah bening supraklavikular mempunyai nilai

diagnostik paling tinggi. Meskipun teknik pewarnaan imunohistokimia dapat

meningkatkan sensitivitas dan spesifi sitas biopsi aspirasi jarum halus, biopsi

eksisi tetap merupakan prosedur diagnostik terpilih. Adanya gambaran arsitektur

kelenjar pada biopsi merupakan hal yang penting untuk diagnostik yang tepat,

terutama untuk membedakan limfoma dengan hyperplasia reaktif yang jinak.

Skema 1. Alur Diagnosis (Royal Children Hospital)

Page 18: BAB I Limfadenopati Colli

18

2.8 Terapi

Pengobatan limfadenopati KGB leher didasarkan kepada penyebabnya.

Banyak kasus dari pembesaran KGB leher sembuh dengan sendirinya dan tidak

membutuhkan pengobatan apapun selain observasi (Bazemore, 2002).

Kegagalan untuk mengecil setelah 4-6 minggu dapat menjadi indikasi untuk

dilaksanakan biopsi KGB. Biopsi dilakukan terutama bila terdapat tanda dan gejala

yang mengarahkan kepada keganasan. KGB yang menetap atau bertambah besar

walau dengan pengobatan yang adekuat mengindikasikan diagnosis yang belum

tepat (Bazemore, 2002).

Antibiotik perlu diberikan apabila terjadi limfadenitis supuratif yang biasa

disebabkan oleh Staphyilococcus. aureus dan Streptococcus pyogenes (group A).

Pemberian antibiotik dalam 10-14 hari dan organisme ini akan memberikan respon

positif dalam 72 jam. Kegagalan terapi menuntut untuk dipertimbangkan kembali

diagnosis dan penanganannya (Bazemore, 2002).

Pembedahan mungkin diperlukan bila dijumpai adanya abses dan evaluasi

dengan menggunakan USG diperlukan untuk menangani pasien ini (Bazemore,

2002).

Page 19: BAB I Limfadenopati Colli

19

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Limfadenopati merupakan pembesaran kelenjar getah bening dengan ukuran

lebih besar dari 1 cm. Limfadenopati dapat disebabkan oleh infeksi dan penyebab lain

seperti keganasan, penyakit autoimun, dan iatrogenik (obat-obatan). Berdasarkan

luasnya limfadenopati dibagi menjadi 2 yaitu lokalisata dan generalisata, dan lokasi

kelenjar getah bening di daerah leher dapat dibagi menjadi 6 level.

Diagnosis limfadenopati dapat ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan

fisik, dan pemeriksaan penunjang. Anamnesis penting untuk mengevaluasi usia

penderita, lokasi, karakteristik, dan lamanya limfadenopati, serta gejala lain yang

menyertai untuk mengarahkan pada penyebab limfadenopati. Pemeriksaan fisik

penting untuk mengevaluasi ukuran, bentuk, konsistensi dan penempelannya. Serta

untuk pemeriksaan penunjang dapat dilakukan melalui USG, CT-Scan dan biopsi,

biopsi eksisi merupakan prosedur diagnostik terpilih bila dicurigai keganasan.

Pengobatan limfadenopati KGB leher didasarkan kepada penyebabnya dan

pembedahan mungkin diperlukan bila dijumpai adanya abses.

Page 20: BAB I Limfadenopati Colli

20

DAFTAR PUSTAKA

Bazemore AW. Smucker DR. Lymphadenopathy and malignancy. Am Fam Physician. 2002;66:2103-10.

Ferrer R. Lymphadenopathy: Diff erential diagnosis and evaluation. Am Fam Physician. 1998;58:1315.

Fletcher RH. Evaluation of peripheral lymphadenopathy in adults [Internet]. 2010 Sep [cited 2015 Mar 23]. Available from: www.uptodate.com.

Robbins KT, Clayman G, Levine PA, Medina J, Sessions R. Neck dissetion clasifi cation update. Revision proposed by the American Head and Neck Society and the American Academy of Otolaryngology-Head and Neck Surgery. Arch Otolaryngol Head Neck Surg. 2002;128:751-8.

Royal Children Hospital. Cervical Lymhadenopathy. Diakses dari http://www.rch.org.au/clinicalguide/cpg.cfm?doc_id=5166

Spelman D. Tuberculous lymphadenitis. 2010 Sep [cited 2015 Mar 23]. Available from: www.uptodate.com.