refrat limfadenopati colli

24
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelenjar getah bening merupakan bagian dari sistem pertahanan tubuh kita. Tubuh memiliki kurang lebih 600 kelenjar getah bening, namun pada orang sehat yang normal hanya teraba di daerah submandibular, aksila, atau inguinal. Sekitar 55% pembesaran kelenjar getah bening terjadi pada daerah kepala dan leher. Organ ini sangat penting untuk fungsi system kekebalan tubuh, dimana tugasnya adalah menyerang infeksi dan menyaring cairan getah bening. Sebagian besar kelenjar getah bening ada di daerah tertentu, misalnya mulut, leher, lengan bawah, ketiak dan kunci paha (Shyntia, 2012) Angka kejadian limfadenopati di Amerika Serikat belum diketahui, tetapi diperkirakan limfadenopati pada anak-anak berkisar 38-45%. Dari studi di Belanda terdapat 2.556 kasus limfadenopati yang tidak dapat dijelaskan dan 10% dirujuk kepada subspesialis, 3,2% membutuhkan biopsy dan 1,1% mengalami keganasan. Studi kedokteran keluarga di Amerika Serikat tidak ada dari 80 pasien dengan limfedenopati yang tidak dapat dijelaskan yang mengalami keganasan dan tiga dari 238 pasien yang mengalami keganasan dari limfadenopati yang tidak dapat dijelaskan memiliki resiko keganasan 4% disbanding resiko keganasan 0,4% bila ditemukan pada pasien <40 tahun (Shyntia, 2012)

Upload: esaa-felicia

Post on 11-Jan-2016

124 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

REFRAT Limfadenopati Colli

TRANSCRIPT

Page 1: REFRAT Limfadenopati Colli

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kelenjar getah bening merupakan bagian dari sistem pertahanan tubuh kita. Tubuh

memiliki kurang lebih 600 kelenjar getah bening, namun pada orang sehat yang normal

hanya teraba di daerah submandibular, aksila, atau inguinal. Sekitar 55% pembesaran

kelenjar getah bening terjadi pada daerah kepala dan leher. Organ ini sangat penting untuk

fungsi system kekebalan tubuh, dimana tugasnya adalah menyerang infeksi dan menyaring

cairan getah bening. Sebagian besar kelenjar getah bening ada di daerah tertentu, misalnya

mulut, leher, lengan bawah, ketiak dan kunci paha (Shyntia, 2012)

Angka kejadian limfadenopati di Amerika Serikat belum diketahui, tetapi diperkirakan

limfadenopati pada anak-anak berkisar 38-45%. Dari studi di Belanda terdapat 2.556 kasus

limfadenopati yang tidak dapat dijelaskan dan 10% dirujuk kepada subspesialis, 3,2%

membutuhkan biopsy dan 1,1% mengalami keganasan. Studi kedokteran keluarga di

Amerika Serikat tidak ada dari 80 pasien dengan limfedenopati yang tidak dapat dijelaskan

yang mengalami keganasan dan tiga dari 238 pasien yang mengalami keganasan dari

limfadenopati yang tidak dapat dijelaskan memiliki resiko keganasan 4% disbanding resiko

keganasan 0,4% bila ditemukan pada pasien <40 tahun (Shyntia, 2012)

Kelenjar getah bening servikal teraba pada sebagian besar anak, tetapi ditemukan juga

pada 56% orang dewasa. Penyebab utama limfedenopati servikal adalah infeksi. Kelenjar

getah bening servikal yang mengalami inflamasi dalam beberapa hari, kemudian berfluktuasi

(terutama pada anak-anak) khas untuk limfadenopati akibat infeksi stafilokokus dan

streptokokus. Kelenjar getah bening yang keras, terutama pada orang usia lanjut dan perokok

menunjukkan metastasis keganasan kepala dan leher (orofaring, nasofaring, laring, tiroid, dan

esophagus) (Spelman D, 2012)

1.2 Tujuan

1.2.1 Mengetahui anatomi kelenjar limfe pada leher

1.2.2 Mengetahui fisiologis kelenjar limfe pada leher

1.2.3 Mengetahui penatalaksaan limfadenopati colli

Page 2: REFRAT Limfadenopati Colli

1.3 Manfaat

1.3.1 Menambah wawasan mengenai ilmu kedokteran pada umumnya, dan ilmu THT-KL

1.3.2 Sebagai proses pembelajaran bagi dokter muda yang sedang mengikuti kepaniteraan

klinik bagian ilmu THT-KL

Page 3: REFRAT Limfadenopati Colli

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Kelenjar Getah Bening Normal

2.1.1. Anatomi

Leher adalah bagian tubuh yang terletak diantara inferior mandibula dan linea

nuchae superior (diatas), dan incisura jugularis dan tepi superior clavicula (dibawah).

Jaringan leher dibungkus oleh tiga fasia, yaitu fasia colli superficial membungkus m.

sternokleidomastoideus dan berlanjut ke garis tengah di leher untuk bertemu dengan

fasia sisi yang lain. Fasia colli media membungkus otot pretrakeal dan bertemu pula

dengan facia sisi lain di garis tengah dan juga merupakan pertemuan dengan fasia colli

superfisialis. Ke dorsal fasia colli media membungkus a. carotis communis, v.

jugularis interna dan n. vagus menjadi satu. Fasia colli profunda membungkus m.

prevertebralis dan bertemu ke lateral dengan fasia colli lateral.

Pembuluh darah arteri pada leher antara lain a. carotis communis (dilindungi oleh

vagina carotica bersama dengan v. jugularis interna dan n. vagus, setinggi cornu

superior cartilage thyroidea bercabang menjadi a. carotis interna dan a. carotis

externa), a. subclavia (bercabang menjadi a. vertebralis dan a. mammaria interna).

Pembuluh vena antara lain v. jugularis externa dan v. jugularis interna. Vasa

lymphatika meliputi nn. Carvikalis superficialis (berjalan sepanjang v. jugularis

eksterna) dan nnl. Cervikalis profunda (berjalan sepanjang v. jugularis interna).

Inervasi oleh plexsus cervikalis, n. fasialis, n. glossopharingeus dan n. vagus.

Limponodi di daerah kepala dan leher tersusun dalam beberapa kelompok

regional dan terminal. Kelompok regional atau oksipital, retroaurikula, parotis, facial

(buccales), submandibular, submental, cervikalis anterior, cervikalis superfisialis,

retroparingeal, laryngeal, dan trakhealis.

Nodi lympodea kelompok terminal menampung semua pembuluh limfe dari

kepala dan leher, secara langsung ataupun tidak langsung melalui salah satu kelompok

regional. Kelompok terminal berhubungan dengan selubung carotis, terutama dengan

v. jugularis interna dan disebut juga kelompok servikalis profunda.

Page 4: REFRAT Limfadenopati Colli

1. Nodi lymphoidei occipitalis, terletak diatas os occipital pada puncak trigonum

colli posterior dan menampung cairan limfe dari bagian belakang kulit kepala.

Pembuluh limfe eferen bermuara ke nodi lymphoidei cervicalis profunda.

2. Nodi lymphoidei retroauricularis (masteidei), terletak diatas permukaan

lateral processus mastoideus os temporal dan menampung cairan limfe dari

sebagian kulit kepala diatas auricular dan dari dinding posterior meatus

acusticus auiricular dan dari dinding posterior meatus acusticus externus.

Pembuluh limfe eferen bermuara ke nodi lymphoidei cervicales profundi.

3. Nodi lymphoidei buccales (facial), terletak diatas m. buccinators, dekat v.

facialis. Nodi ini terletak sepanjang perjalanan pembuluh limfe yang akhirnya

bermuara ke nodi lympoidei submandibulares.

4. Nodi lymphoidei paratidei, terletak diatas atau diantara glandula paratidea dan

menampung cairan limfe dari sebagian kulit kepala diatas glandula

paratiroidea, dari permukaan lateral aurikula dan dinding anterior meatus

acusticus eksternus, dan dari bagian lateral kelopak mata. Kelenjar yang

terletak profunda terhadap glandula paratiroidea juga menerima cairan limfe

dari telinga tengah pembuluh limfe eferen bermuara ke nodi lympoidei

cervicales profundi.

5. Nodi lymphoidei submandibulares, terletak pada permukaan superficial

glandula submandibular, dibawah lamina superficialis facia colli profundae.

Nodi ini dapat di palpasi tepat dibawah pinggir bawah corpus mandibular, dan

menerima cairan limfe dari area yang luas, termasuk bagian depan kulit

kepala hidung dan daerah pipi yang berdekatan, bibir atas dan bawah (kecuali

bagian tengah) sinus frontalis, maksilaris, dan ethmoidalis, gigi atas dan

bawah (kecuali incisivus bawah), dua pertiga bagian anterior lidah (kecuali

ujung lidah), dasar mulut dan vestibulum, serta gusi. Pembuluh limfe eferen

bermuara ke nodi lympoidei cervicalis profunda.

6. Nodi lymphoidei submental, terletak didalam trigonum submental diantara v.

anterior m. digastrikus kiri dan kanan. Nodi ini menampung cairan limfe dari

ujung lidah, dasar mulut dibawah ujung lidah, gigi incisivus dan gusi yang

Page 5: REFRAT Limfadenopati Colli

berdekatan, bagian tengah bibir bawah, dan kulit diatas dagu. Pembuluh limfe

aferen bermuara ke nodi lympoidei submandibularis dan servikalis profunda.

7. Nodi lymphoidei cervicales anterior, terletak sepanjang v. jugularis anterior.

Nodi ini menampung cairan limfe dari kulit dan jaringan superficial leher

bagian depan. Pembuluh limfe eferen bermuara ke nodi lympoidei cervikalis

profundi.

8. Nodi lymphoidei cervikalis superfisialis, terletak sepanjang v. jugularis

eksterna. Nodi ini menampung cairan limfe dari kulit diatas sudut rahang,

kulit diatas apex glandula paratidea dan lobus telinga. Pembuluh limfe eferen

bermuara ke nodi lympoidei cervikalis profundi.

9. Nodi lymphoidei retropharyngeales, terletak di spatium retropharyngeum,

celah antara dinding phaynx dan lamina prevertebralis. Nodi ini menampung

cairan limfe dari nasopharyng, tuba auditiva, dan bagian atas columna

vertebrae cervicales. Pembuluh limfe eferen bermuara ke nodi lympoidei

cervicales. Pembuluh limfe eferen bermuara ke nodi lympoidei cervicales

profundii.

10. Nodi lymphoidei laryngeales, terletak didepan larynx pada ligamentum

cricothyroideum. Satu atau dua nodus kecil mungkin ditemukan didepan

membrane thyroidea. Nodi ini menampung cairan limfe eferen nya bermuara

ke nodi lympoidei cervicales profundi.

11. Nodi lymphoidei tracheales, terletak lateral terhadap trachea (nodi lymphoidei

para trachealis) dan didepan trachea (nodi lymphoidei pretrachealis).

Keduanya menampung cairan limfe dari struktur yang berdekatan, termasuk

glandula thyroidea. Pembuluh limfe bermuara ke nodi lymphoidei cervicales

profundi.

12. Nodi lymphoidei cervicales profundi, membentuk sebuah rantai sepanjang v.

jugularis interna, dari cranium sampai ke pangkal leher. Nodi ini tertanam

diatas facia selubung carotis dan tunica advantisia v. jugularis interna;

sebagian besar terletak pada aspek anterolateral v. jugularis interna. Dua dari

kelenjar ini sering dirujuk di klinik, yaitu nodus jugulodigastrikus dan jugulo

omohyoideus. Nodus jugulodigastrikus terletak tepat dibawah venter posterior

Page 6: REFRAT Limfadenopati Colli

m. digastrici dan terletak tepat dibawah dan belakang angulus mandibula.

Nodus ini terutama berhubungan dengan aliran limfe dari tonsil dan lidah.

Nodus juguloomohyoideus berhubungan dengan tendo intermedius m.

omohyoideus dan terutama berhubungan dengan aliran limfe lidah. Nodi

lymphoidei cervicales profunsi menerima cairan limfe dari struktur yang

berdekatan dan dari semua nodi lymphoidei kelompok regional di kepala dan

leher. Pembuluh limfe eferen bersatu membentuk truncus jugularis, truncus ini

bermuara kedalam ductus lymphaticus dextra. Selain itu dapat pula bermuara

kedalam truncus subclavius atau kedalam v. brahiosephalica (Vikramjit S

Kanwar, 2014)

2.1.2 Fisiologi

Limfonodi merupakan bagian penting mekanisme pertahanan tubuh yang tersebar

diseluruh tubuh, sepanjang jalur pembuluh limfatik. Limfonodi paling banyak

dijumpai didaerah inguinal dan aksila. Fungsi utamanya adalah menyaring cairan limfe

dan memfagositosis bakteri atau substansi asing dari cairan limfe. Makrofag berada di

anyaman serat retikuler setiap nodus. Jadi, sewaktu cairan limfe di saring, nodul

berperan melokalisasi dan mencegah penyebaran infeksi kedalam sirkulasi umum.

Limfonoduli juga membuat, menyimpan, dan mengalirkan limfosit B dan limfosit T.

limfosit B mengumpul dalam noduli limfoid limfonodi, sedangkan limfosit

Tberkumpul dibawah nodul, yaitu didaerah parakorteks atau kortikal dalam.

Limfonoduli juga merupakan tempat pengenalan antigen dan pengaktifan antigenic

limfosit B yang menghasilkan sel-sel plasma. Sel plasma kemudian membuat dan

mengeluarkan antibody spesifik terhadap antigen tertentu ke dalam darah dam

pembuluh limfe (Guyton, 2009)

2.1.2. Fungsi Kelenjar Getah Bening

Fungsi utama KGB adalah sebagai penyaring (filtrasi) dari berbagai

mikroorganisme asing dan partikel-partikel akibat hasil dari degradasi sel-sel atau

metabolism.

Page 7: REFRAT Limfadenopati Colli

2.2. Definisi Limfadenopati

Limfadenopati merujuk kepada ketidaknormalan kelanjar getah bening dalam ukuran,

konsistensi, maupun jumlahnya. Pada daerah leher (cervical) pembesaran kelenjar getah

bening di definisikan bila kelenjar membesar > diameter 1 cm (Oehadian, Amaylia. 2013)

2.3. Epidemiologi

Insiden limfadenopati belum diketahui dengan pasti. Sekitar 38% sampai 45% pada anak

normal memiliki KGB daerah servikal yang teraba. Limfadenopati adalah salah satu masalah

klinis pada anak-anak. Pada umumnya limfadenopati pada anak dapat hilang dengan

sendirinya apabila disebabkan infeksi virus (Oehadian, Amaylia. 2013)

Studi yang dilakukan di Amerika Serikat, pada umumnya infeksi virus ataupun bakteri

merupakan penyebab utama limfadenopati. Infeksi mononukeosis dan cytomegalovirus

(CMV) merupakan etiologi yang penting, tetapi kebanyakan disebabkan infeksi saluran

pernafasan bagian atas. Limfadenitis lokalisata lebih banyak disebabkan infeksi

Staphilococcus dan Streptococcus beta-hemoliticus (Oehadian, Amaylia. 2013)

Dari studi yang dilakukan di Belanda, ditemukan 2.556 kasus limadenopati yang tidak

diketahui penyebabnya. Sekitar 10% kasus diantaranya dirujuk ke subspesialis, 3,2% kasus

membutuhkan biopsi dan 1.1% merupakan suatu keganasan. Penderita limfadenopati usia

>40 tahun memiliki risiko keganasan sekitar 4% dibandingkan dengan penderita

limfadenopati usia <40 tahun yang memiliki risiko keganasan hanya sekitar 0,4%

(Oehadian, Amaylia. 2013)

2.4. Etiologi

Penyebab yang paling sering limfadenopati adalah:

A. Infeksi

a) Infeksi Virus

Infeksi yang disebabkan oleh virus pada saluran pernapasan bagian atas seperti

Rinovirus, Parainfluenza Virus, influenza Virus, Respiratory Syncytial Virus (RSV),

Coronavirus, Adenovirus ataupun Retrovirus. Virus lainnya Ebstein Barr Virus

(EBV), Cytomegalo Virus (CMV), Rubela, Rubeola, Varicella-Zooster Virus, Herpes

Simpleks Virus, Coxsackievirus, dan Human Immunodeficiency Virus (HIV).

Page 8: REFRAT Limfadenopati Colli

Infeksi HIV sering menyebabkan limfadenopati serivikalis yang merupakan salah

satu gejala umum infeksi primer HIV. Infeksi primer atau akut adalah penyakit yang

dialami oleh sebagian orang pada beberapa hari atau minggu setelah tertular HIV.

Gejala lain termasuk demam dan sakit kepala, dan sering kali penyakit ini dianggap

penyakit flu (influenza like illness).

Segera setelah seseorang terinfeksi HIV, kebanyakan virus keluar dari darah.

Sebagian melarikan diri ke sistem limfatik untuk bersembunyi dan menggandakan diri

dalam sel di KGB, diperkirakan hanya sekitar 2% virus HIV ada dalam darah. Sisanya

ada pada sistem limfatik, termasuk limpa, lapisan usus dan otak.

Pada penderita HIV positif, aspirat KGB dapat mengandung immunoblas yang

sangat banyak. Pada beberapa kasus juga tampak sel-sel imatur yang banyak. Pada

fase deplesi, pada aspirat sedikit dijumpai sel folikel, immunoblas dan tingible body

macrophage, tetapi banyak dijumpai sel-sel plasma.

Limfadenopati generalisata yang persisten (persistent generalized

lymphadenopathy/PGL) adalah limfadenopati pada lebih dari dua tempat KGB yang

berjauhan, simetris dan bertahan lama. PGL adalah gejala khusus infeksi HIV yang

timbul pada lebih dari 50% Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) dan PGL ini sering

disebabkan oleh infeksi HIV-nya itu sendiri.

PGL biasanya dialami waktu tahap infeksi HIV tanpa gejala, dengan jumlah CD4

di atas 500, dan sering hilang bila kadar CD4 menurun hingga kadar CD4 200. Kurang

lebih 30% orang dengan PGL juga mengalami splenomegali.

Batasan limfadenopati pada infeksi HIV adalah sebagai berikut:

Melibatkan sedikitnya dua kelompok kelenjar getah bening

Sedikitnya dua kelenjar yang simetris berdiameter lebih dari 1 cm dalam setiap

kelompok

Berlangsung lebih dari satu bulan

Tidak ada infeksi lain yang menyebabkannya

Pembengkakan kelenjar getah bening bersifat tidak sakit, simetris dan kebanyakan

terdapat di leher bagian belakang dan depan, di bawah rahang bawah, di ketiak serta di

tempat lain, tidak termasuk di inguinal. Biasanya kulit pada kelenjar yang bengkak

karena PGL akibat HIV tidak berwarna merah. Kelenjar yang bengkak kadang kala

Page 9: REFRAT Limfadenopati Colli

sulit dilihat, dan lebih mudah ditemukan dengan cara menyentuhnya. Biasanya

kelenjar ini berukuran sebesar kacang polong sampai sebesar buah anggur.

b) Infeksi Bakteri

Peradangan KGB (limfadenitis) dapat disebabkan Streptokokus beta hemolitikus

Grup A atau stafilokokus aureus. Bakteri anaerob bila berhubungan dengan caries

dentis dan penyakit gusi, radang apendiks atau abses tubo-ovarian.

Pada awal infeksi, aspirat mengandung campuran neutrofil dan limfosit.

Kemudian mengandung bahan pirulen dari neutrofil dan massa debris. Limfadenitis

bakterial akut biasanya menyebabkan KGB berwarna merah, panas dan nyeri tekan.

Biasanya penderita demam dan terjadi leukositosis neutrofil pada pemeriksaan darah

tepi.

Pada infeksi oleh Mikobakterium tuberkulosis, aspirat tampak karakteristik sel

epiteloid dengan latar belakang limfosit dan sel plasma. Sel epiteloid berupa sel bentuk

poligonal yang lonjong dengan sitoplasma yang pucat, batas sel yang tidak jelas,

kadang seperti koma atau inti yang berbentuk seperti bumerang yang pucat, berlekuk

dengan kromatin halus.

Gambar 3. Limfadenitis granulomatosa. Tampak sel epiteloid pasa aspirat penderita limfedenitis tuberkulosis

Page 10: REFRAT Limfadenopati Colli

Keganasan seperti leukemia, neuroblastoma, rhabdomyo-sarkoma dan limfoma

juga dapat menyebabkan limfadenopati. Diagnosis defenitif suatu limfoma

membutuhkan tindakan biopsi eksisi, oleh karena itu diagnosis subtipe limfoma

dengan menggunakan biopsi aspirasi jarum halus masih merupakan kontroversi.

Aspirat Limfoma non-Hodgkin berupa populasi sel yang monoton dengan ukuran sel

yang hamper sama. Biasanya tersebar dan tidak berkelompok.

Diagnostik sitologi Limfoma Hodgkin umumnya dibuat dengan ditemukannya

tanda klasik yaitu sel Reed Sternberg dengan latar belakang limfosit, sel plasma,

eosinofil dan histiosit. Sel Reed Sternberg adalah sel yang besar dengan dua inti atau

multinucleated dengan sitoplasma yang banyak dan pucat.

Gambar 4. Limfoma Hodgkin. Tampak sel Reed Stemberg klasik dengan atar belakang

limfosit dan eosinofi

Metastasis karsinoma merupakan penyebab yang lebih umum dari limfadenopati

dibandingkan dengan limfoma, khususnya pada penderita usia lebih dari 50 tahun.

Dengan teknik biopsi aspirasi jarum halus lebih mudah mendiagnosis suatu metastasis

karsinoma daripada limfoma.

Page 11: REFRAT Limfadenopati Colli

Gambar 5. Metastasis keratinizing squamous cell carcinoma. Tampak sel-sel mengalami

keratinisasi pada aspirat dari penderita karsinoma laring

Penyakit lainnya yang salah satu gejalanya adalah limfadenopati adalah penyakit

Kawasaki, penyakit Kimura, penyakit Kikuchi, penyakit Kolagen, penyakit Cat-

scratch, penyakit Castleman, Sarcoidosis, Rhematoid arthritis dan Sisestemic lupus

erithematosus (SLE).

Obat-obatan dapat menyebabkan limfadenopati generalisata. Limfadenopati dapat

timbul setelah pemakaian obat-obatan seperti fenitoin dan isoniazid. Obat-obatan

lainnya seperti allupurinol, atenolol, captopril, carbamazepine, cefalosporin, emas,

hidralazine, penicilin, pirimetamine, quinidine, sulfonamida, sulindac).

Imunisasi dilaporkan juga dapat menyebabkan limfadenopati di daerah leher,

seperti setelah imunisasi DPT, polio atau tifoid.

Meskipun demikian, masing-masing penyebab tidak dapat ditentukan hanya dari

pembesaran KGB saja, melainkan dari gejala-gejala lainnya yang menyertai

pembesaran KGB tersebut.

Page 12: REFRAT Limfadenopati Colli

2.5. Klasifikasi

2.5.1 Berdasarkan level KGB

Lokasi kelenjar getah bening daerah leher dapat dibagi menjadi 6 level. Pembagian

ini berguna untuk memperkirakan sumber keganasan primer yang mungkin

bermetastasis ke kelenjar getah bening tersebut dan tindakan diseksi leher. Pembagian

level kelenjar getah bening dapat di lihat pada gambar dan tabel dibawah ini:

2.5.2 Berdasarkan luas limfedenopati

Berdasarkan luasnya limfedenopati dibagi menjadi dua, yaitu:

generalisata: limfadenopati pada 2 atau lebih regio anatomi yang berbeda.

lokalisata: limfadenopati pada 1 regio.

Dari semua kasus pasien yang berobat ke sarana pelayanan kesehatan primer,

sekitar ¾ penderita datang dengan limfadenopati lokalisata dan ¼ sisanya datang

dengan limfadenopati generalisata.

Limfadenopati generalisata lebih sering disebabkan oleh infeksi serius, penyakit

autoimun, dan keganasan, dibandingkan dengan limfedenopati lokalisata. Penyebab

jinak pada anak adalah infeksi adenovirus. Limfadenopati generalisata dapat

disebabkan oleh leukemia, limfoma, atau penyebaran kanker padar stadium lanjut.

Limfadenopati generalisata pada pemderita imun rendah (immunocompromised) dan

AIDS dapat terjadi karena tahap awal infeksi HIV, tuberculosis, kriptokokosis,

sitomegalovirus, toksoplasmosis, dan sarcoma Kaposi. Sarcoma Kaposi dapat

bermanifestasi sebagai limfadenopati generalisata sevelum timbulnya lesi kulit.

2.6. Diagnosis

2.6.1. Anamnesis

Dari anamnesis dapat diperoleh keterangan lokasi, gejala-gejala penyerta, riwayat

penyakit, riwayat pemakaian obat dan riwayat pekerjaan.

Lokasi

Lokasi pembesaran KGB pada dua sisi leher secara mendadak biasanya disebabkan oleh

infeksi virus saluran pernapasan bagian atas. Pada infeksi oleh penyakit kawasaki umumnya

Page 13: REFRAT Limfadenopati Colli

pembesaran KGB hanya satu sisi saja. Apabila berlangsung lama (kronik) dapat disebabkan

infeksi oleh Mikobakterium, Toksoplasma, Ebstein Barr Virus atau Citomegalovirus.

Gejala penyerta

Demam, nyeri tenggorok dan batuk mengarahkan kepada penyebab infeksi saluran

pernapasan bagian atas. Demam, keringat malam dan penurunan berat badan mengarahkan

kepada infeksi tuberkulosis atau keganasan. Demam yang tidak jelas penyebabnya, rasa lelah dan

nyeri sendi meningkatkan kemungkinan oleh penyakit kolagen atau penyakit serum (serum

sickness), ditambah adanya riwayat pemakaian obat-obatan atau produk darah.

Riwayat penyakit

Riwayat penyakit sekarang dan dahulu seperti adanya peradangan tonsil sebelumnya,

mengarahkan kepada infeksi oleh Streptococcus; luka lecet pada wajah atau leher atau tanda-

tanda infeksi mengarahkan penyebab infeksi Staphilococcus; dan adanya infeksi gigi dan gusi

juga dapat mengarahkan kepada infeksi bakteri anaerob. Transfusi darah sebelumnya dapat

mengarahkan kepada Citomegalovirus, Epstein Barr Virus atau HIV.

Riwayat pemakaian obat

Penggunaan obat-obatan Limfadenopati dapat timbul setelah pemakaian obat-obatan

seperti fenitoin dan isoniazid. Obat-obatan lainnya seperti allupurinol, atenolol, captopril,

carbamazepine, cefalosporin, emas, hidralazine, penicilin, pirimetamine, quinidine, sulfonamida,

sulindac. Pembesaran karena obat umumnya seluruh tubuh (limfadenopati generalisata).

Riwayat pekerjaan

Paparan terhadap infeksi paparan/kontak sebelumnya kepada orang dengan infeksi

saluran napas atas, faringitis oleh Streptococcus, atau tuberculosis turut membantu mengarahkan

penyebab limfadenopati. Riwayat perjalanan atau pekerjaan, misalnya perjalanan ke daerah-

daerah di Afrika dapat mengakibatkan penyakit Tripanosomiasis, orang yang bekerja dalam

hutan dapat terkena Tularemia.

2.6.2. Pemeriksaan fisik

Secara umum malnutrisi atau pertumbuhan yang terhambat mengarahkan kepada

penyakit kronik seperti tuberkulosis, keganasan atau gangguan system kekebalan tubuh.

Karakteristik dari KGB dan daerah sekitarnya harus diperhatikan. KGB harus diukur

untuk perbandingan berikutnya. Harus dicatat ada tidaknya nyeri tekan, kemerahan, hangat pada

Page 14: REFRAT Limfadenopati Colli

perabaan, dapat bebas digerakkan atau tidak dapat digerakkan, apakah ada fluktuasi, konsistensi

apakah keras atau kenyal.

• Ukuran: normal bila diameter 0,5 cm dan lipat paha >1,5 cm dikatakan abnormal.

• Nyeri tekan: umumnya diakibatkan peradangan atau proses perdarahan.

• Konsistensi: keras seperti batu mengarahkan kepada keganasan, padat seperti karet

mengarahkan kepada limfoma; lunak mengarahkan kepada proses infeksi; fluktuatif

mengarahkan telah terjadinya abses/pernanahan.

• Penempelan/bergerombol: beberapa KGB yang menempel dan bergerak bersamaan bila

digerakkan. Dapat akibat tuberkulosis, sarkoidosis atau keganasan.

Pembesaran KGB leher bagian posterior biasanya terdapat pada infeksi rubela dan

mononukleosis. Supraklavikula atau KGB leher bagian belakang memiliki risiko keganasan lebih

besar daripada pembesaran KGB bagian anterior.

Pembesaran KGB leher yang disertai daerah lainnya juga sering disebabkan oleh infeksi

virus. Keganasan, obat-obatan, penyakit kolagen umumnya dikaitkan degnan pembesaran KGB

generalisata.

Pada pembesaran KGB oleh infeksi virus, umumnya bilateral lunak dan dapat

digerakkan. Bila ada infeksi oleh bakteri, kelenjar biasanya nyeri pada penekanan, baik satu sisi

atau dua sisi dan dapat fluktuatif dan dapat digerakkan. Adanya kemerahan dan suhu lebih panas

dari sekitarnya mengarahkan infeksi bakteri dan adanya fluktuatif menandakan terjadinya abses.

Bila limfadenopati disebabkan keganasan tanda-tanda peradangan tidak ada, KGB keras dan

tidak dapat digerakkan oleh karena terikat dengan jaringan di bawahnya.

Pada infeksi oleh mikobakterium, pembesaran kelenjar berjalan berminggu-minggu

sampai berbulan-bulan, walaupun dapat mendadak, KG menjadi fluktuatif dan kulit diatasnya

menjadi tipis, dan dapat pecah dan terbentuk jembatan-jembatan kulit di atasnya.

Adanya tenggorokan yang merah, bercak-bercak putih pada tonsil, bintik-bintik merah

pada langit-langit mengarahkan infeksi oleh bakteri streptokokus. Adanya selaput pada dinding

tenggorok, tonsil, langit-langit yang sulit dilepas dan bila dilepas berdarah, pembengkakan pada

jaringan lunak leher (bull neck) mengarahkan kepada infeksi oleh bakteri difteri. Faringitis,

ruam-ruam dan pembesaran limpa mengarahkan kepada infeksi Epstein Barr Virus (EBV).

Page 15: REFRAT Limfadenopati Colli

Adanya radang pada selaput mata dan bercak koplik mengarahkan kepada campak.

Adanya pucat, bintik-bintik perdarahan (bintik merah yang tidak hilang dengan penekanan),

memar yang tidak jelas penyebabnya, dan pembesaran hati dan limpa mengarahkan kepada

leukemia. Demam panjang yang tidak berespon dengan obat demam, kemerahan pada mata,

peradangan pada tenggorok, strawberry tongue, perubahan pada tangan dan kaki (bengkak,

kemerahan pada telapak tangan dan kaki) dan limfadenopati satu sisi (unilateral) mengarahkan

kepada penyakit Kawasaki.

2.6.3. Pemeriksaan Penunjang

Ultrasonografi (USG)

USG merupakan salah satu teknik yang dapat dipakai untuk mendiagnosis limfadenopati

servikalis. Penggunaan USG untuk mengetahui ukuran, bentuk, echogenicity, gambaran

mikronodular, nekrosis intranodal dan ada tidaknya kalsifikasi.

USG dapat dikombinasi dengan biopsi aspirasi jarum halus untuk mendiagnosis

limfadenopati dengan hasil yang lebih memuaskan, dengan nilai sensitivitas 98% dan spesivisitas

95%.

Gambar 6. Gray-Scale sonogram metastasis pada KGB. Tampak adanya hypoechoic, round, tanpa echogenic hilus (tanda panah). Adanya nekrosis koagulasi (tanda kepala panah)

Page 16: REFRAT Limfadenopati Colli

CT Scan

CT scan dapat mendeteksi pembesaran KGB servikalis dengan diameter 5 mm atau lebih.

Satu studi yang dilakukan untuk mendeteksi limfadenopati supraklavikula pada penderita

nonsmall cell lung cancer menunjukkan tidak ada perbedaan sensitivitas yang signifikan dengan

pemeriksaan menggunakan USG atau CT scan.

2.7. Pengobatan

Pengobatan limfadenopati KGB leher didasarkan kepada penyebabnya. Banyak kasus

dari pembesaran KGB leher sembuh dengan sendirinya dan tidak membutuhkan pengobatan

apapun selain observasi.

Kegagalan untuk mengecil setelah 4-6 minggu dapat menjadi indikasi untuk dilaksanakan

biopsi KGB. Biopsi dilakukan terutama bila terdapat tanda dan gejala yang mengarahkan kepada

keganasan. KGB yang menetap atau bertambah besar walau dengan pengobatan yang adekuat

mengindikasikan diagnosis yang belum tepat.

Antibiotik perlu diberikan apabila terjadi limfadenitis supuratif yang biasa disebabkan

oleh Staphyilococcus. aureus dan Streptococcus pyogenes (group A). Pemberian antibiotik dalam

10-14 hari dan organisme ini akan memberikan respon positif dalam 72 jam. Kegagalan terapi

menuntut untuk dipertimbangkan kembali diagnosis dan penanganannya.

Pembedahan mungkin diperlukan bila dijumpai adanya abses dan evaluasi dengan

menggunakan USG diperlukan untuk menangani pasien ini.