bab i dan bab ii proposal

Upload: ichan-chan

Post on 16-Jul-2015

712 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB I PENDAHULUAN

1.3

Latar Belakang Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologi yang normal dalam kehidupan. Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial bagi ibu dan keluarga. Peran ibu adalah melahirkan bayinya, sedangakan peran keluarga adalah memberikan bantuan dan dukungan pada ibu ketika terjadinya proses persalinan. Dalam hal ini peran petugas kesehatan tidak kalah pentingnya dalam memberikan bantuan dan dukungan pada ibu agar seluruh rangkaian proses persalinan berlangsung dengan aman baik bagi ibu maupun bagi bayi yang dilahirkan (Sumarah, 2009: 1). Lahirnya anak tidak akan datang begitu saja, tetapi memerlukan persiapan-persiapan seperti persiapan fisik, persiapan mental dan persiapan materi yang cukup, agar kelahiran anak dapat berjalan dengan lancar, menghasilkan ibu dan anak yang sehat. Untuk menghasilkan tenaga ibu yang akan melahirkan serta membuka jalan untuk lahirnya anak, terjadilah rasa sakit yang makin lama makin bertambah kuat sampai anak lahir bahkan sampai beberapa waktu setelah anak lahir. Disinilah pentingnya persiapan untuk mengimbangi apa yang akan terjadi dalam proses melahirkan anak atau

1

2

persalinan itu. Sebenarnya yang dilahirkan bukan saja anak, tetapi juga plasenta dan air ketuban (Ibrahim, 1996: 1). Di dalam persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologi yang normal, sehingga ketika persalinan dimulai, peranan ibu adalah untuk melahirkan bayinya dan peranan petugas kesehatan adalah memantau persalinan untuk mendeteksi dini adanya komplikasi,begitu pula peran keluarga yang sangat penting dalam memberikan bantuan dan dukungan pada ibu bersalin. Tujuan asuhan persalinan normal adalah menjaga kelangsungan hidup dan memberikan derajat kesehatan bagi ibu dan bayinya, melalui upaya yang terintegrasi dan lengkap tetapi dengan intervensi yang seminimal mungkin agar prinsip keamanan dan kwalitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang diinginkan (Sumarah,dkk, 2008 9). Trimester ketiga adalah masa ketika kandungan memasuki minggu ke28 sampai ke-40. Pada trimester ini biasanya ibu makin tersa tidak nyaman akibat berbagai gangguan, seperti sakit lambung, sembelit, varises, sakit pinggang, sulit tidur, sulit bernafas, dan keinginan untuk buang air kecil yang makin kerap. Segala bentuk ketidaknyamanan ini disebabkan oleh

perkembangan janin dalam kandungan. Kadang kadang, pada beberapa Ibu, dapat juag terjadi kontraksi palsu yang merupakan penarikan otot otot rahim menuju persalinan.

3

Pada masa ini, janin telah terbentuk dengan sempurna dan sedang dalam persiapan untuk dilahirkan. Tubuhnya makin berisi karena jaringan lemak mulai ada di bawah kulit janin. Lemak ini akan membantu janin memelihara suhu tubuh saat ia dilahirkan. (Evariany Andriana, 2007:3). Lima kebutuhan wanita dalam persalinan antara lain : Asuhan fisik dan psikologi, Kehadiran seorang pendamping secara terus-menerus, Pengurangan rasa sakit, penerimaan atas sikap dan perilakunya, Informasi kepastian tentang hasil persalinan yang aman. ( Ai Yeyeh Rukiyah, dkk. 2009 : 60) Derajat kesehatan suatu Negara di tentukan dengan perbandingan tinggi rendahnya tingkat angka kematian ibu. Untuk itu diperlukan perhatian yang sangat serius dari berbagai pihak. Tingginya tingkat angka kematian ibu dan angka kematian perinatal tidak dapat dipisahkan dari profil wanita Indonesia.Untuk menurunkan angka kematian ibu secara bermakna, kegiatan deteksi dini ibu hamil beresiko perlu lebih digalakkan di fasilitas pelayanan KIA maupun di masyarakat. Dalam rangka itulah ibu hamil beresiko perlu difokuskan pada keadaan yang menyebabkan kematian ibu bersalin di rumah (Grahacendikia,2009). Angka kematian ibu (AKI) di Kalimantan Barat untuk tahun 2010, Bupati Kapuas Hulu A.M Nasir, SH mengatakan bahwa angka kematian ibu di Kalimantan Barat saat ini cukup tinggi hingga melampaui agka kematian nasional, yaitu 403/100.000 kelahiran hidup, AKB 46/1.000 kelahiran hidup,

4

angka kematian balita 59/1.000 kelahiran hidup (http://www.kalimantannews.com/berita.php?idb=12245) Jadi kondisi Kalimantan Barat untuk angka kematian ibunya cukup tinggi melampaui angka kematian nasional, ungkapnya ketika membuka Musyawarah Cabang Ikata Bidan Indonesia Cabang Kapuas Hulu, di Aula Kantor Bupati, Senin (13/02/2012). Menurut Nasir bahwa pembangunan kesehatan pada saat ini telah berhasil meningkatkan status kesehatan masyarakat. Secara Nasional pada periode 2004 sampai dengan tahun 2007 terjadi penurunan Angka Kematian Ibu (AKI), dari 307 per 100.000 kelahiran hidup, dan Angka Kematian Bayi (AKB) dari 35 per. 1.000 kelahiran hidup menjadi 34 per 1.000 kelahiran hidup. Namun kata Nasir keberhasilan tersebut masih perlu ditingkatkan mengingat AKI dan AKB di Indonesia masih cukup tinggi dibandingkan dengan Negara Asean lainnya. Ketidaksiapan ibu dalam menghadapi persalinan menjadi faktor penyebab tingginya AKI. Hal ini biasa terlihat bila saat persalinan ditemukan adanya komplikasi obstetric dan ibu sama sekali tidak mengerti tentang persiapan yang di butuhkan menjelang persalinan, maka ibu tidak mendapatkan pelayanan yang sesuai dan tepat waktu, sehingga terjadi keterlambatan dalam rujukan.

5

Angka kematian salah satu indicator untuk melihat derajat kesehatan masyarakat disuatu wilayah dapat dilihat dari angka kematian. Angka kematian yang digunakan untuk mengukur derajat kesehatan masyarakat antara lain : kematian ibu (jumlah kasus kematian ibu), angka kematian neonatus (jumlah kasus kematian neonatus), angka kematian bayi, angka kematian kasar dan jumlah kasus kematian balita. Pada tahun 2010 jumlah kasus kematian ibu sebesar 12 kasus (Profil Dinas Kesehatan Kota Pontianak, 2010). Setiap persalinan ditolong atau minimal di dampingi oleh bidan dan pelayanan obstetric sedekat mungkin di berikan kepada semua ibu hamil (Saifudin, 2001). Oleh karena itu, bidan sebagai tenaga kesehatan wajib

mendukung upaya percepatan penurunan KIA yaitu dengan diperlukan suatu usaha yang salah satunya adalah pelayanan antenatal atau Antenatal care (ANC). Dalam persiapan persalinan yang di rencanakan bersama bidan, di harapkan dapat menurunkan kebingungan atau kekacauan pada saat persalinan dan meningkatkan kemampuan dimana ibu akan menerima asuhan yang sesuai serta tepat waktu ( Saifudin,2006). Berdasarkan survey pendahuluan yang telah peneliti lakukan pada tanggal 17 Februari 2012 dapat dinyatakan bahwa tiga dari lima responden kurang mengetahui tentang persiapan fisik, mental dan materi. Dari segi fisik seorang ibu hamil harus lebih mengutamakan kesehatannya maupun janin yang di kandungnya melalui olahraga secara teratur dan pola makan sehat serta

6

istirahat secukupnya. Persiapan mental, dimana seorang ibu hamil harus bisa menghindari rasa stress agar emosinya dapat diredam serta pengurangan rasa sakit dalam proses persalinan, dan persiapan materi contonya yaitu memilih rumah sakit, tenaga kesehatan, persiapan biaya, transportasi, donor darah dan menyediakan perlengkapan ibu dan bayi. Dalam hal ini petugas kesehatan terutama bidan seharusnya dapat memberikan informasi sedini mungkin tentang persiapan persalinan. Berdasarkan uraian diatas peneliti bermaksud mengangkat permasalahan ini dan ingin mengetahui lebih lanjut tentang pengetahuan ibu primigravida trimester III mengenai persiapan persalinan di puskesmas PAL V Kota Pontianak. 1.3.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah diatas, maka rumusan masalah dalm penelitian ini adalah Bagaimanakah pengetahuan dan sikap ibu primigravida trimester III mengenai persiapan persalinan di puskesmas PAL V Pontianak tahun 2012 ? .

7

1.3

Tujuan penelitian

1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui bagaimana pengetahuan ibu primigravida trimester III mengenai persiapan persalinan di puskesmas PAL V Kota Pontianak tahun 2012. 1.3.2 Tujuan khusus Dengan memperhatikan masalah dan permasalahan diatas, maka tujuan khusus dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui pengetahuan ibu primigravida trimester III mengenai persiapan fisik menjelang persalinan di puskesmas PAL V Kota Pontianak tahun 2012. 2. Untuk mengetahui pengetahuan ibu primigravida trimester III mengenai persiapan mental menjelang persalinan di puskesmas PAL V Kota Pontianak tahun 2012. 3. Untuk mengetahui pengetahuan ibu primigravida trimester III mengenai persiapan materi persalinan di puskesmas PAL V Kota Pontianak tahun 2012. 4. Untuk mengetahui sikap ibu primigravida trimester III mengenai persiapan persalinan di puskesmas PAL V Kota Pontianak tahun 2012.

8

1.4

Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan manfaat bagi :

1.4.1 Bagi Peneliti Peneliti dapat mengetahui dengan jelas tentang pengetahuan ibu primigravida trimester III mengenai persiapan persalinan, sehingga dapat menambah pengetahuan serta wawasan tentang ilmu kebidanan, serta sebagai penerapan ilmu yang telah di dapat selama ini. 1.4.2 Bagi Akademi Kebidanan Aisyiyah Adapun manfaat bagi Akademi Kebidanan Aisyiyah Pontianak yaitu: 1. Sebagai bahan evaluasi terhadap teori tentang KIA yang telah di berikan kepada mahasiswa selama mengikuti perkuliahan di Akademi Kebidanan Aisyiyah. 2. Sebagai sumber bahan bacaan dan referensi bagi perpustakaan di institusi pendidikan. 1.4.3 Bagi puskesmas PAL V Kota Pontianak Diharapkan dapat bermanfaat sebagai sumbangan pemikiran dan bahan masukan terhadap peningkatan pelaksanaan program KIA.

9

1.5No 1

Keaslian PenelitianPeneliti Vita Kusuma Wardani, 2010 Judul Pengetahuan Ibu Primigravida trimester III mengenai persiapan persalinan di Puskesmas Sungai Kakap Hasil Penelitian Perbedaan Berdasarkan perhitu- 1.Lokasi penelitian ngan jawaban kuisio- 2.Waktu penelitian 3.Sampel penelitian ner yang diisi oleh reponden tentang pengetahuan Ibu Primigravida trimester III mengenai persiapan persalinan di Puskesmas Sungai Kakap tahun 2010, sebagian dari responden dikategorikan baik dengan jumlah 13 orang tapi masih ada sebagian kecil Ibu hamil kurang mengetahui persiapan persalinan.

2

Sri Kadarwati, 2006

Pengetahuan Ibu Primigravida tentang persiapan menjelang persalinan di BPS Kalirejo, Lampung Selatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Pengetahuan Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan what, misalnya apa air, apa manusia, apa alam, dan sebagainya(Notoatmodjo, 2010 :1). Pengetahuan adalah kumpulan dari pengalaman-pengalaman dan pengetahuan-pengetahuan dari sejumlah orang yang dipadukan secara harmonik dalam suatu bangunan yang teratur (Ircham Machfoedz,2011: 2). Dengan pengetahuan(knowledge) maka manusia dapat mengetahui apa itu air, api, alam dan sebagainya. Ini berarti dengan pengetahuan dapat menjawab pertanyaan yang diajukan seorang manusia. Namun untuk menjawabnya maka manusia mengajukan pertanyaanWhy dan How .

2.1.1 Fungsi Pengetahuan 1. Mengerti dan memahami (to understand) suatu masalah yang sedang dihadapi. 2. Menerangkan atau menjelaskan (to explain) masalah atau fenomena yang sedang terjadi.

10

11

3. Meramal(to predict) suatu kondisi yang akan terjadi bila masalah tidak dicegah atau diatasi dengan sebaik-baiknya. 4. Menguasai (to control) bidang profesi sehingga dapat berkontribusi untuk kesejahteraan manusia. 5. Keberhasilan (to be success) dalam menjalankan tugas . Apabila pengetahuan itu mempunyai sasaran tertentu, mempunyai metode atau pendekatan untuk mengkaji objek tersebut sehingga memperoleh hasil yang dapat disusun secara sistematis dan diakui secara universal, maka terbentuklah ilmu, atau lebih sering disebut ilmu pengetahuan (Notoatmodjo, 2010 : 2). 2.1.2 Tingkat Pengetahuan Menurut Notoatmojo (2003) pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai enam tingkat, yaitu : .1. Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja yang digunakan untuk mengukur bahwa orang tahu antara lain : menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.

12

.2. Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan, menyimpulkan, meramalkan terhadap objek yang dipelajari. .3. Aplikasi (application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hokum-hukum, rumus, metode dan prinsip dalam konteks atau situasi yang lain. .4. Analisis (analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. .5. Sintesis (synthesis) Sintesis adalah menunjuk kepada suatu kemampuan meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu merupakan suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

13

.6. Evaluasi (evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini berdasarkan suatu criteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Dari pengalaman perilaku didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Sebelum orang mengadopsi perilaku baru di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan yaitu :o

Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

o

Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Di sini sikap subjek sudah mulai timbul.

o

Evaluation (menimbang nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

o

Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oelh stimulus.

o

Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

14

2.1.3 Cara memperoleh pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2005), menekankan bahwa untuk mendapatkan pengetahuan dapat ditempuh dengan cara : 1. Cara tradisional atau non ilmiah Cara tradisional ada empat macam yaitu : a. Cara coba salah (trial and error) Cara ini terjadi pada masyarakat yang memiliki pola pikir masih sederhana, maka dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, maka akan dicoba kemungkinan yang lain sampai masalah tersebut benar-benar terpecahkan. Cara ini terjadi pada masyarakat yang pola pikirnya masih sederhana. b. Cara kekuasaan atau otoritas Prinsip ini adalah menerima pendapat yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa terlebih dahulu menguji serta membuktikan kebenarannya, baik berdasarkan fakta empiris ataupun berdasarkan penalaran sendiri. c. Berdasarkan pengalaman sendiri Pengalaman merupakan guru yang terbaik, demikian kata pepatah. Ini mengandung arti bahwa pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan.

15

d. Melalui jalan pikiran Dalam memperoleh pengetahuan, manusia telah banyak

menggunakan jalan pikirnya. 2. Cara modern atau cara ilmiah Dalam memperoleh pengetahuan, cara ini lebih sistematis, lebih logis dan lebih ilmiah dibandingkan dengan cara tradisional. 2.4.2 Faktor faktor yang mempengaruhi pengetahuan 1. Umum Makin tua umur seseorang maka proses-proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berumur belasan tahun. 2. Pendidikan Pendidikan adalah suatu kegiatan atau proses pembelajaran untuk mengembangkan atau meningkatkan kemampuan tertentu sehingga sasaran pendidikan itu dapat berdiri sendiri. Menurut Wied Hary (1996) menyebutkan bahwa tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh, pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang semakin baik pula pengetahuannya.

16

3.

Pengalaman Pengalaman merupakan guru yang terbaik. Pepatah tersebut dapat diartikan bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu.

2.2

Ibu Primigravida Ibu Primigravida adalah seorang wanita yang hamil untuk pertama kali (Wiknjosastro,2006 : 180).

2.2.1 Kehamilan Trisemester III Trisemster III adalah masa ketika kandungan memasuki minggu ke-28 sampai ke-40 minggu. Pada semester ini, biasanya ibbu makin merasa tidak nyaman akibat berbagai gangguan seperti sakit lambung, sembelit, varises, sakit pinggang, sulit tidur, sulit bernapas, dan keinginan untuk buang air kecil yang makin sering(Evariny Andriana,2007 : 3). Pada umumnya, sejak trimester ketiga, para ibu telah mempersiapkan diri untuk menyambut kehadiran si buah hati. Dengan demikian, penting bagi ibu untuk memelihara kebugaran tubuhnya dengan mencoba latihan ringan , seperti senam hamil. Ibu dapat meluangkan waktu beberapa saat untuk berjalan

17

kaki pada pagi hari atau melakukan relaksasi. Selain itu , penting juga untuk mulai menyiapkan barang-barang yang hendak dibawa ketika waktu bersalin telah tiba. 2.3 Persalinan

2.3.1 Pengertian Persalianan Persalinan adalah merupakan proses pergerakan keluarnya janin, plasenta, dan membran dari dalam rahim melalui jalan lahir (Rohani, 2011 : 2). Persalinan adalah proses di mana bayi, pasenta, dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu (Ai Yeyeh Rukiyah, 2009 : 2). Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke dalam jalan lahir (Asri Hidayat, 2010 : 1). Persalinan dan kelahiran merupakan suatu peristiwa yang normal, tanpa disadari dan mau tak mau harus berlangsung. Untuk membantu ibu agar tetap tenang dan rileks sedapat mungkin bidan tidak boleh memaksakan pemilihan posisi yang diinginkan oleh ibu dalam persalinannya. Sebaiknya, peranan bidan adalah untuk mendukung ibu dalam pemilihan posisi apapun yang dipilihnya, menyarankan alternatif alternatif hanya apabila tindakan ibu tidak efektif atau membahayakan bagi dirinya sendiri atau bagi bayinya (Bobak Irene, dkk : 2005). 2.4 Persiapan Persalinan Persiapan persalinan adalah rencana tindakan yang dibuat oleh ibu, anggota keluarga dan bidan. Rencana ini tidak harus dalam bentuk tertulis dan biasanya memang tidak tertulis. Rencana ini lebih hanya sekedar diskusi untuk

18

memastikan bahwa ibu menerima asuhan yang ia perlukan. Dengan adanya rencana persalinan akan mengurangi kebingungan dan kekacauan pada saat persalinan dan meningkatkan kemungkinan ibu akan menerima asuhan yang sesuai dan tepat waktu (Srifati, 2006). Persiapan persalinan membantu orang tua menjaga kesehatan selama kehamilan, menjelang persalinan, saat kelahiran bayi dan cara merawat bayi. 2.4.1 Persiapan Fisik 1. Latihan Fisik a. Posisi jongkok Posisi jongkok adalah posisi yang dapat dicoba dalam persalinan karena akan memudahkan janin untuk melewati jalan lahir. Latihan ini akan membuka rongga panggul ibu dan menegangkan daerah diantara anus dan vagina. Latihan ini akan memperkuat perineum dan mencegah bagian ini robek saat ibu bersalin. b. Posisi Bersila Posisi bersila adalah posisi duduk dengan menyilangkan kaki semampunya. Dengan mengambil posisi ini, otot-otot paha akan menguat dan panggul menjadi lentur.

19

2. Gizi Seimbang

Kesehatan adalah suatu hal dalam kehidupan yang dapat membuat keluarga bahagia. Pada kehamilan terjadi perubahan fisik dan mental yang bersifat alami dimana para calon ibu harus sehat dan mempunyai kecukupan gizi sebelum dan setelah hamil. Agar kehamilan berjalan sukses, keadaan gizi ibu pada waktu konsepsi harus dalam keadaan yang baik dan selama hamil mendapatkan tambahan protein, minimal seperti zat besi dan kalsium, vitamin, asam folat dan energi.

Didalam kandungan terjadi proses tumbuh kembang (tumbang) dalam waktu 40 minggu, yang dimulai dari 2 sel yang kemudian menjadi bayi sempurna dengan BB 2,5-4 Kg. Sejumlah otot, tulang, darah dan alat tubuh lain dibuat dari zat-zat gizi yang berasal dari makanan ibu. Zat-zat gizi tersebut dialirkan melalui plasenta kedalam tubuh janin.

Kekurangan atau kelebihan makanan pada masa hamil dapat berakibat kurang baik bagi ibu, janin yang dikandung serta jalannya persalinan. Oleh karena itu, perhatian terhadap gizi dan pengawasan berat badan (BB) selama hamil merupakan salah satu hal penting dalam pengawasan kesehatan pada masa hamil.

20

Selama hamil, calon ibu memerlukan lebih banyak zat-zat gizi daripada wanita yang tidak hamil, karena makanan ibu hamil dibutuhkan untuk dirinya dan janin yang dikandungnya, bila makanan ibu terbatas janin akan tetap menyerap persediaan makanan ibu sehingga ibu menjadi kurus, lemah, pucat, gigi rusak, rambut rontok dan lain-lain.

Demikian pula, bila makanan ibu kurang, tumbuh kembang janin akan terganggu, terlebih bila keadaan gizi ibu pada masa sebelum hamil telah buruk pula. Keadaan ini dapat mengakibatkan abortus, BBLR, bayi lahir prematur atau bahkan bayi lahir mati. Pada saat bersalin dapat mengakibatkan persalinan lama, perdarahan, infeksi dan kesulitan lain yang mungkin memerlukan pembedahan. Sebaliknya, makanan yang berlebihan dapat mengakibatkan kenaikan BB yang berlebihan, bayi besar, dan dapat pula mengakibatkan terjadinya preeklampsi (keracunan kehamilan). Bila makanan ibu kurang, kemudian diperbaiki setelah bayi lahir, kekurangan yang dialami sewaktu dalam kandungan tidak dapat sepenuhnya diperbaiki.

Makanan ibu sebelum dan selama kehamilan berperan penting dalam ketersediaan asam lemak essensial pada simpanan jaringan lemak ibu. Jenis asam lemak :

y

Asam lemak omega 3, yaitu asam lemak linoleat, yang terdiri dari asam eikosapentaenoat (EPA) dan asam dekosahektaenoat (DHA)

21

y

Asam lemak omega 6, yaitu asam lemak linoleat (LNA), yang didalam tubuh dikonversi menjadi asam lemak arakidonat.

2.4.2 Istirahat yang cukup Istirahat dan tidur merupakan faktor penting bagi pemulihan kondisi tubuh setelah sehari penuh melakukan aktivitas. Tiap individu membutuhkan jumlah yang berbeda untuk istirahat dan tidur. Jika istirahat dan tidur tidak cukup, maka kemampuan untuk berkonsentrasi, berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari akan menurun dan meningkatkan iritabilitas (Potter & Perry, 2005b). Setiap manusia mempunyai kebutuhan dasar fisiologis untuk istirahat teratur. Jumlah kebutuhan istirahat bervariasi, tergantung pada kualitas tidur, kondisi tubuh, pola aktivitas, gaya hidup, dan umur seseorang. Sering pola istirahat tidur mengalami perubahan karena kondisi tertentu (Potter & Perry, 2005a), sehingga kebutuhan akan istirahat tidur berkurang misalnya pada ibu hamil dengan usia kehamilan trimester ketiga. Jika orang memperoleh tidur yang cukup, mereka merasa tenaganya telah pulih kembali. Beberapa ahli tidur yakin bahwa perasaan tenaga yang pulih ini menunjukkan waktu untuk perbaikan dan penyembuhan sistem tubuh untuk periode keterjagaan yang berikutnya (Potter & Perry, 2005b). Menurut Gunawan dalam Sugiarto (2008) kebutuhan tidur yang cukup ditentukan selain oleh faktor jumlah jam tidur (kuantitas tidur), juga oleh

22

faktor kedalaman tidur (kualitas tidur). Sehingga setiap orang dapat tidur dengan waktu yang pendek, namun dengan kedalaman tidur yang cukup. Sulit tidur sering terjadi selama kehamilan, hal ini disebabkan karena perubahan fisik dan psikis yang dialami oleh wanita hamil (Tiran, 2007).

Kehamilan adalah suatu keadaan dimana janin dikandung di dalam tubuh wanita, yang sebelumnya diawali dengan proses pembuahan dan kemudian akan diakhiri dengan proses persalinan (Aditama, 2006). Setiap wanita yang hamil akan diikuti dengan perubahan fisik dan emosional yang kompleks, sehingga memerlukan adaptasi terhadap penyesuaian pola hidup dengan proses kehamilan yang terjadi (Saifuddin, 2002). Kehamilan yang sehat, kondisi fisik yang aman dan keadaan emosi yang memuaskan baik bagi ibu maupun bagi janin adalah hasil akhir yang diharapkan oleh ibu dan perawat maternitas. Banyak adaptasi maternal yang tidak diketahui ibu dan keluarganya sehingga menimbulkan respon tersendiri bagi ibu hamil. Berbagai informasi membangkitkan semangat ibu hamil untuk berpartisipasi dalam perawatannya sendiri. Hal ini tergantung kepada keingintahuannya, kebutuhannya akan pengetahuan dan kesiapannya untuk belajar (Bobak, 2004). Menurut Rahmi (2008) di masa-masa kehamilan, beberapa wanita sering mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan dasar istirahat tidur. Kondisi ini sebenarnya merupakan hal yang normal di awal kehamilan, sebab tubuh sedang bekerja untuk melindungi dan memelihara perkembangan janin.

23

Pada minggu awal kehamilan, plasenta yang akan menjadi tempat bernaung janin, baru terbentuk. Tekanan darah dalam tubuh juga akan meningkat dan jantung memompa dengan cepat, sehingga istirahat tidur akan terganggu. Faktor lainnya yang menyebabkan seorang wanita hamil sulit tidur adalah, perut yang semakin membesar, gerakan bayi dalam kandungan dan rasa tidak enak di ulu hati yang membuat posisi tidur menjadi tidak nyaman. Gangguan tidur juga bisa diakibatkan kekhawatiran calon ibu untuk tidur dalam posisi tertentu, karena takut janin yang ada di dalam perut menjadi tidak nyaman. Ketika usia kehamilannya bertambah, maka berat janin dalam perut bertambah, sehingga perut semakin membesar. Dengan adanya perubahan fisik pada tubuh wanita hamil maka akan menimbulkan emosi yang berbedabeda tergantung pengalaman dan pengetahuan dari ibu hamil. Dengan adanya perubahan emosi, secara fisik tubuh mengalami perubahan, maka kesulitan tidur yang nyaman akan menjadi keluhan yang sering pada ibu hamil. Sehingga hal ini menyebabkan ibu hamil kesulitan dalam memenuhi kebutuhan tidur yang optimal (Bobak, 2004). Keluhan tidur umumnya muncul saat usia kandungan memasuki trimester ketiga, dimana janin sudah tumbuh semakin besar sehingga terasa menyesakkan, perut yang besar juga akan menekan usus ke atas sehingga mendesak diafragma, akibatnya ibu hamil jadi susah bernapas. Janin yang membesar sering kali menekan kandung kemih, akibatnya sebentar-sebentar ibu ingin buang air kecil dan ini membuat ibu harus bolak-balik ke kamar

24

mandi. Keadaan ini semakin membuat ibu hamil menjadi sulit beristirahat dan tidur (Delfi, 2006). Alasan yang paling kuat mengapa kesulitan tidur terjadi adalah karena telah terjadi peningkatan ukuran janin. Bertambah besarnya ukuran pada janin membuat wanita hamil sulit menentukan posisi tidur yang nyaman. Bagi wanita yang terbiasa tidur dengan posisi terlentang atau tengkurap sebelum kehamilan, kehadiran janin tentu akan menyulitkan. Selain masalah kenyamanan, terdapat cukup banyak penyebab lainnya. Beberapa diantaranya, ada yang bersumber dari faktor fisik, sementara sisanya lebih bersifat psikologis. Misalnya beberapa ibu hamil mengeluhkan mengalami mimpi buruk, atau merasa kuatir (stres) memikirkan hari persalinan (Ong Tjandra, 2008). Tidur lelap seolah menjadi 'barang mahal' di masa kehamilan. Wanita hamil yang sudah tidak bisa tidur dengan baik di awal kehamilannya kemungkinan akan merasa sangat sedikit tidur di kehamilan lanjut. Kesulitan dalam pemenuhan istirahat tidur, dapat membuat kondisi ibu hamil menurun, konsentrasi berkurang, mudah lelah, badan terasa pegal, tidak mood bekerja, dan cenderung emosional. Tentu saja hal ini dapat membuat beban kehamilan semakin berat. Selain harus menyesuaikan diri dengan perubahan hormon maupun perubahan fisik, wanita hamil juga harus berjuang menghadapi stamina yang menurun drastis (Bobak, 2004).

25

Salah satu dampak gangguan pemenuhan istirahat tidur adalah terjadinya stres emosional yang dialami oleh wanita hamil, sehingga mengakibatkan peningkatan detak jantung dan peningkatan hormon pemicu stres. Detak jantung yang semakin keras dapat mempengaruhi gerakan pada janin. Akibatnya, janin pun lebih aktif bergerak-gerak didalam rahim. Selain itu stres yang muncul dapat mempengaruhi nafsu makan ibu sehingga kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan oleh ibu dan janin berkurang. Jika intake makanan bergizi kurang, maka dikhawatirkan pertumbuhan janin akan terganggu (Hendra, 2007). Selain itu, kurang tidur memberi efek buruk pada stamina diantaranya sakit kepala dan sulit konsentrasi. Kondisi ini tentu akan membuat pekerjaan menjadi terbengkalai. Kurang tidur juga dapat mengganggu metabolisme tubuh. Seperti yang sudah diketahui, tidur adalah proses pemulihan sel-sel tubuh. Jika proses ini terganggu tentu regenerasi sel-sel tubuh tidak akan maksimal. Akibatnya tubuh menjadi lemas, dan rentan terhadap berbagai penyakit. Keadaan kurang tidur juga dapat mengganggu kesehatan psikis, seperti mudah marah, dan menjadi sangat sensitif (Carolina, 2007). Oleh karena itu wanita hamil dianjurkan untuk merencanakan istirahat tidur yang teratur dan cukup, hal ini dapat dicapai dengan pengaturan posisi tidur untuk mencapai tidur yang berkualitas. Wanita hamil sangat dianjurkan untuk tidur dengan posisi miring ke kiri, terutama dikehamilan 16 minggu, sebab janin akan mendapatkan aliran

26

darah dan nutrisi yang lebih maksimal. Posisi ini juga membantu ginjal membuang sisa produk dan cairan dari tubuh, sehingga mengurangi pembengkakkan di kaki, pergelangan kaki dan tangan (Dewi, 2008). Posisi miring ke kanan juga aman bagi wanita hamil, sehingga bisa berganti posisi dari miring ke kiri atau kekanan, tergantung kenyamanannya. Supaya lebih nyaman dengan posisi ke kiri atau ke kanan dengan cara menaruh bantal diantara lutut dan bantal lainnya di punggung. Jadi manfaat yang diperoleh oleh wanita hamil dengan posisi ini adalah mengurangi resiko edema, darah rendah, dan pusing (Rahmi, 2008). Berbagai sumber mengatakan bahwa banyak wanita hamil trimester III yang berkonsultasi kepada dokter atau petugas kesehatan untuk menanyakan perihal kesulitan menentukan posisi tidur karena takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan pada janin maupun pada ibu hamil sendiri, jika salah menentukan posisi tidur. Sehingga tidur yang dilakukan tidak efektif dan mempengaruhi aktifitas kesehariannya. Selain browsing, dari studi

pendahuluan yang dilakukan pada beberapa pengalaman wanita hamil, mengungkapkan kesulitan tidur selama kehamilan, terutama pada usia kehamilan trimester ketiga. Hal ini dikarenakan membesarnya uterus sehingga sulit dalam menentukan posisi yang nyaman, selain itu sering berkemih dan kram pada kaki juga sering dikeluhkan dan terutama sering terjadi pada malam hari. Selain dari pengalaman wanita hamil

27

2.4.3 Persiapan Mental 1. Psikis Ibu Psikis ibu sangat berpengaruh dari dukungan suami dan anggota keluarga yang lainnya untuk mendampingi ibu selama bersalin dan kelahiran. Anjurkan mereka berperan aktif dalam mendukung dan mendampingi langkah-langkah yang mungkin akan sangat membantu kenyamanan ibu, hargai keinginan ibu untuk didampingi, dapat membantu kenyamanan ibu. 2. Nyeri dalam persalinan Nyeri adalah rasa tidak enak akibat perangsangan ujung-ujung saraf khusus. Selama persalinan dan kelahiran pervaginam, nyeri disebabkan kontraksi rahim, dilatasi servik, dan distensi perineum. Faktorfaktor yang mempengaruhi rasa nyeri dalam persalinan : a. Rasa takut b. Kepribadian ibu berperan penting terhadap rasa sakit c. Faktor social dan budaya juga berperan penting dalam reaksi rasa sakit 3. Penolong Penolong persalinan adalah petugas kesehatan yang mempunyai legalitas dalam menolong persalinan antara lain : Dokter, Bidan serta mempunyai kompetensi dalam menolong peralinan, menangani

kegawatdaruratan serta melakukan rujukan jika diperlukan.

28

Pemilihan tenaga penolong persalinan ditentukan oleh pasien, nilai risiko kehamilan, dan jenis persalinan yang akan direncanakan bagi masing-masing pasien (Ai Yeyeh Rukiyah, 2009 : 26). 4. Memberikan dukungan persalinan a. Lingkungan Suasana yang rileks dan bernuansa rumah akan sangat membantu wanita dan pasangannya merasa nyaman. Sikap bidan adalah sangat penting, mungkin lebih penting dari pada bentuk fisik lingkungan tersebut. Ruangan persalinan harus dibuat sedemikian rupa sehingga pada waktu terjadi keadaan darurat bisa ditangani dengan cepat dan efisien. Selain itu juga, wallpaper dan gordin yang menarik akan dengan warna yang sejuk akan mengurangi keangkeran ruangan tersebut. b. Pendamping persalinan Asuhan kebidanan dukungan persalinan kala I dapat diberikan dengan cara menghadirkan orang yang dianggap penting oleh ibu untuk mendampingi ibu selama proses persalinan seperti suami,

keluarga, atau teman dekat (Ai yeyeh Rukiyah , 2009 : 47). Dukungan suami sangat diperlukan agar psikis istri bisa terangkat saat menjalani proses persalinan. Dengan begitu istri bisa lebih kuat, nyaman, percaya diri, dan ringan ketika bersalin. Saat itu,

29

rasa empati suami pun dapat tumbuh lebih dalam, sehingga penghargaan terhadap perjuangan istri dan rasa sayang kepadanya bisa tumbuh lebih sempurna. Persiapan mental suami untuk menemani istri bersalin bisa dilakukan dengan memperkuat tekad. c. Mobilitas Ibu dianjurkan untuk merubah posisi dari waktu ke waktu agar merasa nyaman dan mungkin persalinan akan berjalan lebih cepat karena ibu merasa menguasai keadaan. 2.4.4 Persiapan Materi 1 . Memilih tempat bersalin a. Mempersiapkan ruangan untuk peralinan dan kelahiran bayi Pemilihan tempat persalinan ditentukan oleh nilai risiko kehamilan dan jenis persalinan yang direncanakan. Persalinan resiko rendah dapat dilakukan di Puskesmas, Polindes atau Rumah Bersalin. Sedangkan persalinan resiko tinggi harus dilakukan di Rumah Sakit yang memilki fasilitas kamar operasi, tranfusi darah dan perawatan bayi risiko tinggi. Persalinan dianjurkan dilaksanakan di Rumah

Sakit / Rumah sakit Ibu dan Anak, lengkap dengan tenaga terlatih dan peralatan yang memadai. Akibat sarana transportasi serta tenaga kesehatan yang masih terbatas, dibeberapa daerah kebanyakan persalinan masih ditolong oleh dukun bersalin dan berlangsung di

30

rumah. Kondisi tersebut merupakan kendala tersendiri yang masih sulit diatasi sampai saat ini. Persalinan dan kelahiran bayi mungkin terjadi dirumah, ditempat bidan, puskesmas, polindes atau rumah sakit. Dimanapun persalinan dan kelahiran bayi terjadi, diperlukan hal-hal pokok seperti : ruangan yang hangat dan bersih, memiliki sirkulasi udara yang baik, sumber air bersih dan mengalir untuk cuci tangan untuk memandikan ibu sebelum dan sesudah melahirkan, penerangan yang cukup dan meja yang bersih untuk menaruh peralatan persalinan. b. Persiapan diperlukan Pastikan kelengkapan jenis dan jumlah bahan-bahan yang diperlukan serta dalam keadaan siap pakai pada setiap persalinan dan kelahiran bayi. Jika tempat persalinan dan kelahiran bayi jauh dari fasilitas kesehatan, bawalah semua keperluan tersebut kelokasi persalinan. perlengkapan bahan-bahan dan obat-obatan yang

31

2.

Perlengkapan ibu dan bayi Perlengkapan ibu a. Menyiapkan 3 4 pasang piama atau daster dengan kancing yang dapat dibuka dari depan b. Sandal c. Handuk mandi d. 4 5 bra untuk menyusui e. Beberapa celana dalam dari bahan katun yang agak longgar f. Kain sebanyak 3 helai g. 3 4 buah gurita h. Pembalut untuk wanita bersalin Perlengkapan bayi a. Baju bayi b. Sarung tangan dan kaki bayi c. Topi d. Popok sekali pakai e. Selimut bayi f. Gendongan bayi

32

3. Persiapan dana Sudah pasti saat melahirkan tentu akan membutuhkan biaya, sekalipun jika anda menggunakan jaminan kesehatan bagi warga miskin. Minimal untuk transportasi dan saat menunggu di rumah sakit atau tempat bersalin. Keluarga dianjurkan untuk menabung sejumlah uang untuk

persediaan dana guna asuhan selama kehamilan dan jika terjadi kegawatdaruratan.Ibu / keluarga hendaknya memiliki tabungan pribadi dan dapat mengaksesnya bila diperlukan. Juga kemungkinan mengakses sarana dan dana cadangan bersama milik masyarakat yang dapat dipakai untuk keperluan gawat darurat. Misal, akses untuk pengobatan murah atau subsidi kesehatan dari pemerintah. 4. Persiapan Transportasi Suami, keluarga dan masyarakat sebaiknya menyiapkan kendaraan jika sewaktu-waktu diperlukan. Mulailah dengan menyusun prioritas kendaraan yang bisa dipakai. Jadi ketika dibutuhkan, kendaraan sudah bisa / siap untuk dipakai. Banyak ibu yang meninggal karena mengalami komplikasi yang serius selama kehamilan, persalinan atau pasca persalinan dan tidak mempunyai jangkauan transportasi yang dapat membawa mereka ke tingkat asuhan kesehatan yang dapat memberikan asuhan yang kompeten untuk menangani masalah mereka.Setiap keluarga

33

seharusnya mempunyai suatu rencana transportasi untuk ibu jika ia mengalami komplikasi dan perlu segera dirujuk ke tingkat asuhan yang lebih tinggi.

5.

Donor Siapkan donor darah, jika sewaktu-waktu diperlukan ibu. Kita tentunya tideak mengharapkan sesuatu yang buruk terjadi, tetapi lebih baik kita bersiap-siap jika ternyata sang calon ibu mengalami kekurangan darah saat melahirkan. Oleh karena itu siapkan pula orang yang bersedia menjai donor darah jika sewaktu-waktu diperlukan.

34

2.5

Kerangka Pemikiran

2.5.1 Kerangka Teori

Faktor Predisposisi 1. Pendidikan 2. Pengetahuan 3. Sikap 4. PersepsiPersiapan 1. Fisik 2. Mental 3. Materi

Faktor Pendukung 1. Lingkungan Fisik 2. Pendapat Keluarga 3. Ketersediaan Waktu

Prilaku

Faktor Pendorong 1. Sikap Petugas 2. Orang tua

Lawrence Green 1980 (Notoatmodjo, 2005:69)

Perilaku dilatarbelakangi atau dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu faktor predisposisi, faktor pendukung dan faktor pendorong. Sedangkan faktor predisposisi itu terdiri dari pendidikan, pengetahuan, dan sikap. Keterangan : Diteliti : Tidak diteliti :

35

2.5.2 Kerangka Konsep Menurut Notoatmodjo (2005) konsep merupakan abstraksi yang terbentuk oleh generalisasi dari hal-hal khusus. Oleh karena konsep merupakan abstraksi, maka konsep tidak dapat langsung diamati atau diukur. Konsep hanya dapat diamati atau diukur melalui kontruks atau yang lebih dikenal dengan nama variabel. Namun kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian penelitian yang akan dilakukan.

Pengetahuan dan sikap ibu Primigravida Trimester III mengenai persiapan persalinan 1. Persiapan fisik 2. Persiapan mental 3. Persiapan materi 4. sikap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1

Desain Penelitian Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan survey yaitu dengan cara pengumpulan data dari jumlah responden dalam waktu tertentu untuk mengetahui pengetahuan ibu primigravida tentang persiapan persalinan ( Notoatmodjo, 2005 : 79 ).

3.2

Waktu dan Tempat Penelitian

3.2.1 Waktu Penelitian Waktu penelitian dimulai pada bulan Februari sampai dengan bulan April 3.2.2 Tempat Penelitian Tempat penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas pal V Kota Pontianak barat 3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Irchan Machfoedz, 2010 : 47). Sedangkan menurut Sulistyaningsih, (2011), populasi adalah sekelompok orang atau obyek dengan satu karakteristik umum yang dapat diobservasi. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah jumlah ibu primigravida yang melakukan ANC di Puskesmas Pal V pada bulan Januari dan Februari 2012 berjumlah 40 orang.

36

37

3.3.2 Sampel Sampel adalah merupakan subset yang dicuplik dari populasi, yang akan diamati dan diukur peneliti (Sulistyoningsih, 2011). Sampel dalam penelitian ini adalah ibu yang memeriksakan kehamilannya di Puskesmas Pal V yang ada pada saat peneliti melakukan penelitian di Puskesmas Pal V berjumlah 32 orang dengan pengambilan sampel penggunaan teknik purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik sampling dengan pertimbangan tertentu. Umpamanya akan meneliti tentang disiplin kerja para perawat di rumah sakit besar. Maka dipilih sampel dari ahli dalam bidang kerja keperawatan. Kriteria Inklusi sampel yaitu : 1. Bersedia menjadi responden 2. Ibu Primigravida Trimester III 3.4. Tehnik dan Instrumen Pengumpulan Data 3.4.1. Tehnik Pengumpulan Data 1. Data Primer Data yang didapat langsung dari responden melalui wawancara dengan kuesioner. 2. Data Sekunder Adalah data penting yang mendukung data primer yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Pontianak dan Puskesmas Pal V Kota Pontianak.

38

3.4.2.Instrumen pengumpulan Data Alat ukur yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah kuesioner yang berupa sejumlah pertanyaan tertulis tentang persiapan persalinan yang meliputi persiapan mental, fisik dan materi. 1. Tehnik Pengolahan Data Pengolahan dan penyajian data dilakukan melalui beberapa tahapan sebagai berikut : 1. Editing Untuk memeriksa kelengkapan data yang didapat melalui kuesioner serta melakukan pengecekan apakah jawaban yang ada dikuesioner telah lengkap terisi dan sesuai antara pertanyaan dan jawaban. 2. Coding Memberikan kode pada masing-masing variable penelitian untuk

memudahkan dalam proses tabulasi dan analisis data selanjutnya. 3. Entry Memasukkan data yang telah dilakukan coding 4. Tabulating Mengelompokkan data kedalam table-tabel sesuai dengan tujuan penelitian.

39

2. Tehnik Analisis Data Pengukuran pengetahuan responden menurut Arikunto, S (2006 : 313), jawaban benar diberi skor 1dan jawaban yang salah diberi skor 0, kemudian jawaban yang benar dihitung. Setelah data terkumpul maka dilakukan pengecekan data kemudian dihitung distribusi frekuensi, selanjutnya dianalisa dengan tehnik perhitungan (Nursalam, 2001 : 9) sebagai berikut : P=

x 100%

Keterangan : P = Prosentase F = Jumlah jawaban benar N = Jumlah soal Pada bagian akhir disimpulkan Arikunto hasil penelitian. S (2002:313), Pengukuran pengukuran

pengetahuan responden

menurut

pengetahuan responden tersebut dipresentasikan sesuai dengan jawaban sebagai berikut : 1. Skor 1 untuk jawaban benar 2. Skor 0 untuk jawaban salah Dikategorikan sebagai berikut : a. b. c. Jawaban baik > 75%

Jawaban cukup 60 75% Jawaban kurang < 60%

40

3.4.5 Skala Likert Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial. Dalam penelitian gejala sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian (Riduan, 2009:12-13). Dengan menggunakan skala Likert, maka variabel yang diukur dijabarkan menjadi dimensi, dimensi dijabarkan menjadi sub variabel, kemudian sub variabel dijabarkan lagi menjadi indikator-indikator yang dapat diukur. Akhirnya indikator-indikator ini dapat dijadikan titik tolak untuk membuat item-item instrumen yang berupa pertanyaan atau pertanyaan yang perlu dijawab oleh responden. Setiap jawaban dihubungkan dengan bentuk pernyataan atau dukungan sikap yang diungkapkan dengan kata-kata sebagai berikut : 1. Sangat setuju 2. Setuju 3. Tidak setuju 4. Sangat tidak setuju 3.4.4 Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini menggunakan variabel tunggal yaitu pengetahuan dan sikap ibu Primigravida Trimester III tentang persiapan persalinan. (SS) (S) (TS) =4 =3 =2

(STS) = 1

41

3.4.5 Definisi OperasionalDefinisi No 1. Variabel Pengetahuan Ibu Primigravida Trimester III tentang Persiapan Persalinan Operasional Pengetahuan dan pemahaman ibu primigravida trimester III tentang persiapan persalinan meliputi persiapan fisik, mental dan materi 2. Sikap Ibu Primigravida Trimester III tentang persiapan persalinan Tingkat pengetahuan Ibu Kuesioner Ordinal Sangat mengerti = 4 Mengerti = 3 Kurang mengerti = 2Sangat tidak mengerti = 1

Alat Ukur Kuesioner

Skala

Hasil Ukur

Ordinal Baik : > 75% Cukup : 60 75% Kurang : < 60%

Primigravida Trimester IIItentang persiapan persalinan