proposal oja bab ii edisi 25 feb 2015

32
BAB II TINJAUAN PUSTAKA II. 1. Pengaruh Merokok Terhadap Kesehatan Umum Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan merupakan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita- cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Kesehatan sangat penting bagi pembentukan sumber daya manusia Indonesia, peningkatan ketahanan, daya saing bangsa, dan pembangunan nasional. Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan nasional diarahkan guna mencapai kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi- tingginya. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 40 Tahun 2013 tentang Peta Jalan Pengendalian Dampak Konsumsi Rokok Bagi Kesehatan, ditegaskan dalam kaitan pencapaian tujuan bidang kesehatan, konsumsi rokok 8

Upload: ahmaddhani

Post on 16-Dec-2015

213 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

lskdfl

TRANSCRIPT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. 1. Pengaruh Merokok Terhadap Kesehatan Umum

Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan merupakan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita- cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Kesehatan sangat penting bagi pembentukan sumber daya manusia Indonesia, peningkatan ketahanan, daya saing bangsa, dan pembangunan nasional. Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan nasional diarahkan guna mencapai kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi- tingginya.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 40 Tahun 2013 tentang Peta Jalan Pengendalian Dampak Konsumsi Rokok Bagi Kesehatan, ditegaskan dalam kaitan pencapaian tujuan bidang kesehatan, konsumsi rokok merupakan epidemi yang mengancam kelangsungan generasi di Indonesia. Konsumsi rokok meningkat secara pesat dari tahun ke tahun dan saat ini Indonesia merupakan negara nomor 3 (tiga) dengan jumlah perokok tertinggi di dunia setelah Cina dan India. Perokok mempunyai risiko 2-4 kali lipat untuk terkena penyakit jantung koroner dan risiko lebih tinggi untuk penyakit kanker paru, di samping penyakit tidak menular lain yang sebenarnya dapat dicegah.

Konsumsi rokok membunuh satu orang setiap 10 detik (WHO,2002). Penyebab kematian satu dari dua orang perokok disebabkan oleh penyakit yang berhubungan dengan konsumsi rokok (Global Smoke Free Partnership, 2009). Konsumsi rokok di Indonesia telah sampai pada situasi yang mengkhawatirkan. Dilihat dari sisi manapun merokok tetap mengakibatkan dampak yang negatif bagi kehidupan manusia. Dari sisi kesehatan, bahaya rokok sudah tidak terbantahkan lagi. Di samping WHO, lebih dari 70 ribu artikel ilmiah membutikan hal itu. Dalam kepulan asap rokok terkandung 4000 racun kimia berbahaya, dan43 diantaranya bersifat karsinogenik (merangsang tumbuhnya kanker). Dampak bahaya rokok memang antik dan klasik, asap rokok merupakan penyebab berbagai penyakit. Tidak ada orang mati mendadak karena merokok. Dampaknya tidak instant, berbeda dengan minuman keras dan narkoba. Dampak rokok akan terasa setelah 10-20 tahun pasca digunakan. Paparan asap rokok yang terus menerus pada orang dewasa yang sehat dapat menambah resiko terkena penyakit jantung dan paru paru sebesar 20 30 persen. Selain itu lingkungan asap rokok dapat memperburuk kondisi seseorang yang mengidap penyakit asma, menyebabkan bronkitis dan pneumonia (Amstrong dalam Susanna, 2003).

Beberapa penyakit yang ditimbulkan akibat merokok antara lain gangguan jantung, impotensi dan beberapa jenis kanker. Baik perokok itu sendiri maupun orang yang tidak merokok namun terpapar asap rokok (passive smoker). Menurut survei Global Youth Tobacco Survey (GYTS) Indonesia pada tahun 2006, sebanyak 81,6% pelajar usia SMP di Jakarta tercemar asap rokok di luar rumah. Ironisnya, di dalam rumah pun mereka juga punya pengaruh yang besar untuk tercemari. Data terkini menunjukan bahwa Indonesia adalah negara terbesar mengkonsumsi rokok menempati urutan ke-5 di dunia. Jumlah perokok di Indonesia mencapai 34,5% pada tahun 2004 atau sekitar 60 juta jiwa. (dalam Aditama, 2006).

Di tengah hangatnya isu pengharaman rokok bagi umat Islam yang dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia pada awal tahun 2009 lalu dan juga perundangan yang dikeluarkan oleh WHO khususnya yang dirumuskan oleh Framework Convention on Tobacco Control (FCTC) pada tanggal 27 Februari 2007 lalu mengenai pengaturan penggunaan tembakau, ternyata peringatan itu ternyata tidak mengurangi jumlah perokok di Indonesia, meskipun beberapa orang telah berhasil melepaskan diri dari kebiasaan merokok dengan beberapa alasan masing-masing.II. 2. Tipe Perokok

Mereka yang dikatakan perokok sangat berat adalah bila mengkonsumsi rokok lebih dari 31 batang perhari dan selang merokoknya lima menit setelah bangun pagi. Perokok berat merokok sekitar 21-30 batang sehari dengan selang waktu sejak bangun pagi berkisar antara 6 - 30 menit. Perokok sedang menghabiskan rokok 11 21 batang dengan selang waktu 31-60 menit setelah bangun pagi. Perokok ringan menghabiskan rokok sekitar 10 batang dengan selang waktu 60 menit dari bangun pagi.

Menurut Tomkins (www.affecttherapy.co.uk/Tomkins.Affect_htm) ada 4 tipe perilaku merokok berdasarkan Management of affect theory, yaitu :

1. Tipe perokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif. Dengan merokok seseorang merasakan penambahan rasa yang positif. Green (1978) menambahkan ada 3 sub tipe ini, yaitu :

a. Pleasure relaxation, perilaku merokok hanya untuk menambah atau meningkatkan kenikmatan yang sudah didapat, misalnya merokok setelah minum kopi atau makan.

b. Stimulation to pick them up. Perilaku merokok hanya dilakukan sekedarnya untuk menyenangkan perasaan.

c. Pleasure of handling the cigarette. Kenikmatan yang diperoleh dengan memegang rokok. Sangat spesifik pada perokok pipa. Perokok pipa akan menghabiskan waktu untuk mengisi pipa dengan tembakau sedangkan untuk menghisapnya hanya dibutuhkan waktu beberapa menit saja. Atau perokok lebih senang berlama-lama untuk memainkan rokoknya dengan jari- jarinya lama sebelum ia nyalakan dengan api.2. Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasaan negatif. Banyak orang yang menggunakan rokok untuk mengurangi perasaan negatif, misalnya bila ia marah, cemas, gelisah, rokok dianggap sebagai penyelamat. Mereka menggunakan rokok bila perasaan tidak enak terjadi, sehingga terhindar dari perasaan yang lebih tidak enak.

3. Perilaku merokok yang adiktif. Oleh Green disebut sebagai psychological Addiction. Mereka yang sudah adiksi, akan menambah dosis rokok yang digunakan setiap saat setelah efek dari rokok yang dihisapnya berkurang. Mereka umumnya akan pergi keluar rumah membeli rokok, walau tengah malam sekalipun, karena ia khawatir kalau rokok tidak tersedia setiap saat ia menginginkannya.

Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan. Mereka menggunakan rokok sama sekali bukan karena untuk mengendalikan perasaan mereka, tetapi karena benar-benar sudah menjadi kebiasaannya rutin. Dapat dikatakan pada orang-orang tipe ini merokok sudah merupakan suatu perilaku yang bersifat otomatis, seringkali tanpa dipikirkan dan tanpa disadari. Ia menghidupkan api rokoknya bila rokok yang terdahulu telah benar-benar habis.

II. 3. Motivasi

Motivasi merupakan satu penggerak dari dalam hati seseorang untuk melakukan atau mencapai sesuatu tujuan. Motivasi juga bisa dikatakan sebagai rencana atau keinginan untuk menuju kesuksesan dan menghindari kegagalan hidup. Dengan kata lain motivasi adalah sebuah proses untuk tercapainya suatu tujuan. Seseorang yang mempunyai motivasi berarti ia telah mempunyai kekuatan untuk memperoleh kesuksesan dalam kehidupan.Motivasi dapat berupa motivasi intrinsic dan ekstrinsic. Motivasi yang bersifat intinsik adalah manakala sifat pekerjaan itu sendiri yang membuat seorang termotivasi, orang tersebut mendapat kepuasan dengan melakukan pekerjaan tersebut bukan karena rangsangan lain seperti status ataupun uang atau bisa juga dikatakan seorang melakukan hobbynya. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah manakala elemen elemen diluar pekerjaan yang melekat di pekerjaan tersebut menjadi faktor utama yang membuat seorang termotivasi seperti status ataupun kompensasi.

Banyak teori motivasi yang dikemukakan oleh para ahli yang dimaksudkan untuk memberikan uraian yang menuju pada apa sebenarnya manusia dan manusia akan dapat menjadi seperti apa. Landy dan Becker membuat pengelompokan pendekatan teori motivasi ini menjadi 5 kategori yaitu teori kebutuhan,teori penguatan,teori keadilan,teori harapan,teori penetapan sasaran.

1. Teori Abraham H. Maslow (Teori Kebutuhan)Teori motivasi yang dikembangkan oleh Abraham H. Maslow pada intinya berkisar pada pendapat bahwa manusia mempunyai lima tingkat atau hierarki kebutuhan, yaitu :

(1) kebutuhan fisiologikal (physiological needs), seperti : rasa lapar, haus, istirahat dan sex

(2) kebutuhan rasa aman (safety needs), tidak dalam arti fisik semata, akan tetapi juga mental, psikologikal dan intelektual; (3) kebutuhan akan kasih sayang (love needs)

(4) kebutuhan akan harga diri (esteem needs), yang pada umumnya tercermin dalam berbagai simbol-simbol status

(5) aktualisasi diri (self actualization), dalam arti tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi kemampuan nyata.

2. Teori McClelland (Teori Kebutuhan Berprestasi)Dari McClelland dikenal tentang teori kebutuhan untuk mencapai prestasi atau Need for Achievement (N.Ach) yang menyatakan bahwa motivasi berbeda-beda, sesuai dengan kekuatan kebutuhan seseorang akan prestasi. Murray sebagaimana dikutip oleh Winardi merumuskan kebutuhan akan prestasi tersebut sebagai keinginan : Melaksanakan sesuatu tugas atau pekerjaan yang sulit. Menguasai, memanipulasi, atau mengorganisasi obyek-obyek fisik, manusia, atau ide-ide melaksanakan hal-hal tersebut secepat mungkin dan seindependen mungkin, sesuai kondisi yang berlaku, mengatasi kendala-kendala, mencapai standar tinggi, mencapai performa puncak untuk diri sendiri, mampu menang dalam persaingan dengan pihak lain, meningkatkan kemampuan diri melalui penerapan bakat secara berhasil.

Menurut McClelland karakteristik orang yang berprestasi tinggi (high achievers) memiliki tiga ciri umum yaitu :(1) sebuah preferensi untuk mengerjakan tugas-tugas dengan derajat kesulitan moderat; (2) menyukai situasi-situasi di mana kinerja mereka timbul karena upaya-upaya mereka sendiri, dan bukan karena faktor-faktor lain, seperti kemujuran misalnya; dan (3) menginginkan umpan balik tentang keberhasilan dan kegagalan mereka, dibandingkan dengan mereka yang berprestasi rendah.

3. Teori Clyton Alderfer (Teori ERG)Teori Alderfer dikenal dengan akronim ERG . Akronim ERG dalam teori Alderfer merupakan huruf-huruf pertama dari tiga istilah yaitu : E = Existence (kebutuhan akan eksistensi), R = Relatedness (kebutuhanuntuk berhubungan dengan pihak lain, dan G = Growth (kebutuhan akan pertumbuhan)

Jika makna tiga istilah tersebut didalami akan tampak dua hal penting. Pertama, secara konseptual terdapat persamaan antara teori atau model yang dikembangkan oleh Maslow dan Alderfer. Karena Existence dapat dikatakan identik dengan hierarki pertama dan kedua dalam teori Maslow; Relatedness senada dengan hierarki kebutuhan ketiga dan keempat menurut konsep Maslow dan Growth mengandung makna sama dengan self actualization menurut Maslow. Kedua, teori Alderfer menekankan bahwa berbagai jenis kebutuhan manusia itu diusahakan pemuasannya secara serentak. Apabila teori Alderfer disimak lebih lanjut akan tampak bahwa :

Makin tidak terpenuhinya suatu kebutuhan tertentu, makin besar pula keinginan untuk memuaskannya. Kuatnya keinginan memuaskan kebutuhan yang lebih tinggi semakin besar apabila kebutuhan yang lebih rendah telah dipuaskanSebaliknya, semakin sulit memuaskan kebutuhan yang tingkatnya lebih tinggi, semakin besar keinginan untuk memuasakan kebutuhan yang lebih mendasar.

Tampaknya pandangan ini didasarkan kepada sifat pragmatisme oleh manusia. Artinya, karena menyadari keterbatasannya, seseorang dapat menyesuaikan diri pada kondisi obyektif yang dihadapinya dengan antara lain memusatkan perhatiannya kepada hal-hal yang mungkin dicapainya.

4. Teori Herzberg (Teori Dua Faktor)Ilmuwan ketiga yang diakui telah memberikan kontribusi penting dalam pemahaman motivasi Herzberg. Teori yang dikembangkannya dikenal dengan Model Dua Faktor dari motivasi, yaitu faktor motivasional dan faktor hygiene atau pemeliharaan.

Menurut teori ini yang dimaksud faktor motivasional adalah hal-hal yang mendorong berprestasi yang sifatnya intrinsik, yang berarti bersumber dalam diri seseorang, sedangkan yang dimaksud dengan faktor hygiene atau pemeliharaan adalah faktor-faktor yang sifatnya ekstrinsik yang berarti bersumber dari luar diri yang turut menentukan perilaku seseorang dalam kehidupan seseorang.

Menurut Herzberg, yang tergolong sebagai faktor motivasional antara lain ialah pekerjaan seseorang, keberhasilan yang diraih, kesempatan bertumbuh, kemajuan dalam karier dan pengakuan orang lain. Sedangkan faktor-faktor hygiene atau pemeliharaan mencakup antara lain status seseorang dalam organisasi, hubungan seorang individu dengan atasannya, hubungan seseorang dengan rekan-rekan sekerjanya, teknik penyeliaan yang diterapkan oleh para penyelia, kebijakan organisasi, sistem administrasi dalam organisasi, kondisi kerja dan sistem imbalan yang berlaku.Salah satu tantangan dalam memahami dan menerapkan teori Herzberg ialah memperhitungkan dengan tepat faktor mana yang lebih berpengaruh kuat dalam kehidupan seseorang, apakah yang bersifat intrinsik ataukah yang bersifat ekstrinsik.

5. Teori KeadilanInti teori ini terletak pada pandangan bahwa manusia terdorong untuk menghilangkan kesenjangan antara usaha yang dibuat bagi kepentingan organisasi dengan imbalan yang diterima. Artinya, apabila seorang pegawai mempunyai persepsi bahwa imbalan yang diterimanya tidak memadai, dua kemungkinan dapat terjadi, yaitu : seorang akan berusaha memperoleh imbalan yang lebih besar, atau mengurangi intensitas usaha yang dibuat dalam melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya.

Dalam menumbuhkan persepsi tertentu, seorang pegawai biasanya menggunakan empat hal sebagai pembanding, yaitu :

1. Harapannya tentang jumlah imbalan yang dianggapnya layak diterima berdasarkan kualifikasi pribadi, seperti pendidikan, keterampilan, sifat pekerjaan dan pengalamannya;

2. Imbalan yang diterima oleh orang lain dalam organisasi yang kualifikasi dan sifat pekerjaannnya relatif sama dengan yang bersangkutan sendiri; Imbalan yang diterima oleh pegawai lain di organisasi lain di kawasan yang sama serta melakukan kegiatan sejenis;

3. Peraturan perundang-undangan yang berlaku mengenai jumlah dan jenis imbalan yang merupakan hak para pegawai.4. Pemeliharaan hubungan dengan pegawai dalam kaitan ini berarti bahwa para pejabat dan petugas di bagian kepegawaian harus selalu waspada jangan sampai persepsi ketidakadilan timbul, apalagi meluas di kalangan para pegawai. Apabila sampai terjadi maka akan timbul berbagai dampak negatif bagi organisasi, seperti ketidakpuasan, tingkat kemangkiran yang tinggi, sering terjadinya kecelakaan dalam penyelesaian tugas, seringnya para pegawai berbuat kesalahan dalam melaksanakan pekerjaan masing-masing, pemogokan atau bahkan perpindahan pegawai ke organisasi lain.

6. Teori penetapan tujuan (goal setting theory)Edwin Locke mengemukakan bahwa dalam penetapan tujuan memiliki empat macam mekanisme motivasional yakni : (a) tujuan-tujuan mengarahkan perhatian

(b) tujuan-tujuan mengatur upaya

(c) tujuan-tujuan meningkatkan persistensi

(d) tujuan-tujuan menunjang strategi-strategi dan rencana-rencana kegiatan7. Teori Victor H. Vroom (Teori Harapan )Victor H. Vroom, dalam bukunya yang berjudul Work And Motivation mengetengahkan suatu teori yang disebutnya sebagai Teori Harapan. Menurut teori ini, motivasi merupakan akibat suatu hasil dari yang ingin dicapai oleh seorang dan perkiraan yang bersangkutan bahwa tindakannya akan mengarah kepada hasil yang diinginkannya itu. Artinya, apabila seseorang sangat menginginkan sesuatu, dan jalan tampaknya terbuka untuk memperolehnya, yang bersangkutan akan berupaya mendapatkannya.

Dinyatakan dengan cara yang sangat sederhana, teori harapan berkata bahwa jika seseorang menginginkan sesuatu dan harapan untuk memperoleh sesuatu itu cukup besar, yang bersangkutan akan sangat terdorong untuk memperoleh hal yang diinginkannya itu. Sebaliknya, jika harapan memperoleh hal yang diinginkannya itu tipis, motivasinya untuk berupaya akan menjadi rendah.

Di kalangan ilmuwan dan para praktisi manajemen sumber daya manusia teori harapan ini mempunyai daya tarik tersendiri karena penekanan tentang pentingnya bagian kepegawaian membantu para pegawai dalam menentukan hal-hal yang diinginkannya serta menunjukkan cara-cara yang paling tepat untuk mewujudkan keinginannnya itu. Penekanan ini dianggap penting karena pengalaman menunjukkan bahwa para pegawai tidak selalu mengetahui secara pasti apa yang diinginkannya, apalagi cara untuk memperolehnya.8. Teori Penguatan dan Modifikasi PerilakuBerbagai teori atau model motivasi yang telah dibahas di muka dapat digolongkan sebagai model kognitif motivasi karena didasarkan pada kebutuhan seseorang berdasarkan persepsi orang yang bersangkutan berarti sifatnya sangat subyektif. Perilakunya pun ditentukan oleh persepsi tersebut.

Padahal dalam kehidupan organisasional disadari dan diakui bahwa kehendak seseorang ditentukan pula oleh berbagai konsekwensi ekstrernal dari perilaku dan tindakannya. Artinya, dari berbagai faktor di luar diri seseorang turut berperan sebagai penentu dan pengubah perilaku.

Dalam hal ini berlakulah apaya yang dikenal dengan hukum pengaruh yang menyatakan bahwa manusia cenderung untuk mengulangi perilaku yang mempunyai konsekwensi yang menguntungkan dirinya dan mengelakkan perilaku yang mengibatkan perilaku yang mengakibatkan timbulnya konsekwensi yang merugikan.

Contoh yang sangat sederhana ialah seorang juru ketik yang mampu menyelesaikan tugasnya dengan baik dalam waktu singkat. Juru ketik tersebut mendapat pujian dari atasannya. Pujian tersebut berakibat pada kenaikan gaji yang dipercepat. Karena juru ketik tersebut menyenangi konsekwensi perilakunya itu, ia lalu terdorong bukan hanya bekerja lebih tekun dan lebih teliti, akan tetapi bahkan berusaha meningkatkan keterampilannya, misalnya dengan belajar menggunakan komputer sehingga kemampuannya semakin bertambah, yang pada gilirannya diharapkan mempunyai konsekwensi positif lagi di kemudian hari.

Contoh sebaliknya ialah seorang pegawai yang datang terlambat berulangkali mendapat teguran dari atasannya, mungkin disertai ancaman akan dikenakan sanksi indisipliner. Teguran dan kemungkinan dikenakan sanksi sebagi konsekwensi negatif perilaku pegawai tersebut berakibat pada modifikasi perilakunya, yaitu datang tepat pada waktunya di tempat tugas.Penting untuk diperhatikan bahwa agar cara-cara yang digunakan untuk modifikasi perilaku tetap memperhitungkan harkat dan martabat manusia yang harus selalu diakui dan dihormati, cara-cara tersebut ditempuh dengan gaya yang manusiawi pula.

9. Teori Kaitan Imbalan dengan Prestasi.Bertitik tolak dari pandangan bahwa tidak ada satu model motivasi yang sempurna, dalam arti masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan, para ilmuwan terus menerus berusaha mencari dan menemukan sistem motivasi yang terbaik, dalam arti menggabung berbagai kelebihan model-model tersebut menjadi satu model. Tampaknya terdapat kesepakan di kalangan para pakar bahwa model tersebut ialah apa yang tercakup dalam teori yang mengaitkan imbalan dengan prestasi seseorang individu .

Menurut model ini, motivasi seorang individu sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang bersifat internal maupun eksternal. Termasuk pada faktor internal adalah :(a) persepsi seseorang mengenai diri sendiri

(b) harga diri

(c) harapan pribadi

(d) kebutuhaan

(e) keinginan

(f) kepuasan kerja

(g) prestasi kerja yang dihasilkan.Sedangkan faktor eksternal mempengaruhi motivasi seseorang, antara lain ialah :(a) jenis dan sifat pekerjaan

(b) kelompok kerja dimana seseorang bergabung

(c) organisasi tempat bekerja

(d) situasi lingkungan pada umumnya

(e) sistem imbalan yang berlaku dan cara penerapannya.

II. 4. Faktor-Faktor yang Memotivasi Berhenti Merokok

Faktor faktor Motivasi kebiasaan merokoknya. Berikut adalah proses perubahan 1. Proses Perubahan Experiential

a) Consciousness Raising (Increasing awareness)b) Dramatic Relief (Emotional arousal)c) Environmental Reevaluation (Social reappraisal) d) Social Liberation (Environmental opportunities) e) Self Reevaluation (Self reappraisal)2. Proses Perubahan Behaviorala. Stimulus Control [Re-engineering]b. Helping Relationship [Supporting]

c. Counter Conditioning [Substituting]

d. Reinforcement Management [Rewarding]

e. Self Liberation [Committing]

II. 5. Pengukuran/Strategi Tingkat Motivasi Berhenti Merokok A. Strategi Berhenti Merokok.

Ada beberapa langkah yang harus dilakukan bagi seseorang yang bertekad hendak berhenti merokok. Strategi menghentikan perilaku merokok yang dianjurkan adalah dengan mengandalkan kekuatan otak, memiliki beberapa tahap, yaitu :

1.Susun daftar alasan yang mendasari kita berhenti merokok dari yang paling kuat sampai dengan yang paling lemah. Misalkan saja :

a) Demi kehidupan yang lebih panjang, karena anak-anak masih kecilb) Kesehatan (menghindari kanker, dan serangan jantung)

c) Demi kehidupan yang lebih baik, dsb.

2. Penghapusan situasi kondusif, yaitu melakukan pemeriksaan diri dan situasi terhadap kebiasaan-kebiasaan merokok yang dilakukan selama ini, dan menghilangkannya. Sebagai misal apabila setiap hari tersedia rokok dimeja, tersedia asbak, apabila merokok selalu duduk di kursi teras, maka ketika berhenti merokok tidak tersedia lagi asbak dan rokok dimeja, serta kursi di teras diubah letaknya.

3. Nyatakan pada diri sendiri bahwa saya berhenti merokok, dan saya hidup sehat. Hal inilah yang biasa disebut dengan tekad diri, niat atau afirmasi diri. Kalimat yang dinyatakan diri sendiri harus memiliki unsur 3

P yaitu personal (menyatakan dengan keyakinan diri saya yang

berhenti merokok); struktur waktu present tense (menyatakan waktu saat ini juga); dan kalimat positive (tanpa kata tidak atau jangan). Personal adalah sesuatu yang penting karena kekuatan niat terletak pada diri sendiri. Bayangkan juga niat tersebut tidak dalam kata-kata akan tetapi dalam kenyataan bahwa saudara tidak merokok pada berbagai acara. Bayangkan juga bahwa saudara hidup sehat. Mewujudkan niat harus dimulai sekarang juga. Mewujudkan niat tidak perlu mempergunakan waktu nanti, ingin atau akan, karena dengan niat yang kuat, sekarang juga seseorang dapat memulai. Afirmasi yang baik adalah dengan kalimat positif, karena otak alam bawah sadar akan lebih menerima kalimat yang positif, bukan saya tidak merokok apalagi kalimat saya tidak ingin merokok lagi.

Proses afirmasi dan membayangkan harus diulangi dan dilakukan paling tidak lima kali dalam satu hari untuk 3 minggu, dengan kondisi badan yang nyaman dan tenang, dengan demikian semakin lama dirasakan niat semakin kuat.

4. Lakukanlah afirmasi sekarang juga. Untuk membantu realisasi niat, ada baiknya mendeklarasikan niat tersebut kepada orang-orang disekitar, dengan tujuan agar memperoleh dukungan sosial. Di samping sosialisasi niat tersebut, ada baiknya menyatakan juga sanksi yang harus ditangung apabila sampai jatuh ke perilaku lama (misal memberikan bonus Rp 20.000,- atau lebih besar lagi apabila sampai ketahuan merokok lagi).Selain afirmasi diri dan sosialisasi niat, ada permainan yang dapat membantu penyadaran seseorang bahwa untuk tujuan tertentu selalu ada hambatan dan dukungan dari orang-orang yang berada di sekitar, salah satunya adalah permainan target dan handicap

B. Permainan Target dan Handicap.

Permainan ini dapat dipergunakan pada kelompok besar maupun kelopok kecil, dengan jumlah peserta minimal adalah 3 orang.

II. 6. Pengukuran Tingkat Ketergantungan Merokok.

Ada beberapa penyebab mengapa seseorang merokok, yaitu faktor sosial, faktor psikologis maupun faktor biologis (Sarafino, 1990). Seseorang mulai merokok karena faktor sosial antara lain karena pengaruh orang tua, karena teman sekelompok (takut tidak diterima dalam kelompok tertentu) maupun karena adanya contoh dari saudara, orang tua, guru maupun media massa. Faktor ini terkait dengan pengalaman dan pengetahuan manusia. Hal ini sejalan dengan penelitian yang pernah dilakukan (Trihandini dan Wismanto, 2000) yang menunjukkan bahwa remaja yang merokok dipengaruhi oleh persepsinya terhadap gaya hidup modern. Gaya hidup modern ini dipersepsi dari teman-teman sekelompoknya.

Seseorang merokok karena faktor psikologis antara lain karena merasa kesepian, tidak ada orang yang diajak berbicara, karena putus cinta atau masalah lain, maupun karena hanya ingin mencoba semata (iseng). Seseorang merokok karena faktor biologis misalnya karena kedinginan, meskipun hal ini kecil persentasenya.

Sebagian besar anggota masyarakat telah mengetahui bahaya yang ditimbulkan karena perilaku merokok. Sudah semestinya mereka yang mempunyai pengetahuan ini, mereka yang terdidik dengan baik (memiliki tingkat pendidikan yang tinggi), mereka yang bekerja di bidang kesehatan akan menghindarkan diri dari perilaku merokok. Namun dalam kenyataannya mereka yang memiliki pengetahuan tentang bahaya merokok, mereka yang berpendidikan tinggi bahkan sebagian dari mereka yang bekerja di bidang kesehatanpun (seperti perawat dan dokter) juga memiliki kebiasaan merokok. Terlebih lagi sebenarnya peringatan akan bahaya merokok telah tertulis secara jelas dan besar di setiap bungkus rokok yang diproduksi, namun kenyataannya perilaku merokok tidak berkurang.

II. 7. Program /Teknik Berhenti Merokok.Keinginan untuk terus merokok disebabkan karena kuatnya ketergantungan terhadap nikotin. Dibutuhkan kemauan yang kuat untuk berhenti merokok disamping dukungan lingkungan dan bantuan medik.

Beberapa teknik untuk berhenti merokok adalah:

1. Pendekatan perilaku (dengan konseling) dengan beberapa pilihan:

Berhenti seketika (cold turkey) atau berhenti bertahap melalui pengurangan bertahap dari jumlah rokok yang diisap dan penundaan waktu mulainya merokok setiap hari

2. Pendekatan farmako terapi:

Terapi Pengganti Nikotin (plester, permen karet, spray dan inhaler).

Di Indonesia pada akhir tahun 2003 beredar obat NiQuitin plester (7 mg, 14 mg dan 21 mg). Untuk perokok sedang dan berat, pengobatan diberikan selama 10 minggu dengan pengurangan dosis bertahap; Harga 1 paket tanpa biaya konsultasi adalah Rp 1.478.400, dan untuk perokok ringan, pengobatan diberikan selama 8 minggu, harga 1 paket pengobatan tanpa penghitungan biaya konsultasi adalah Rp 1.062.600.-

Tablet Bupropion yang merupakan obat anti depresan. Obat ini tidak terdapat di pasaran Indonesia.

Tablet Varenicline yaitu obat generasi baru yang khusus dikembangkan untuk obat berhenti merokok (Nama dagangnya adalah Champix). Tidak mengandung nikotin sama sekali. Berfungsi agonis parsial yaitu mengikat reseptor nikotin di otak; nikotin di blok sehingga pelepasan Dopamin dikurangi secara parsial. Efek ini mengurangi gejala craving (keinginan yang kuat untuk merokok) dan sakau. Kurangnya Dopamin juga mengakibatkan kurangnya kepuasan sesaat yang ditimbulkan rokok (disebut efek antagonis). Pengobatan selama 12 minggu (starter pack 1-2 minggu, maintenance 3-12 minggu); Harga Champix masih cukup mahal, per 2 box untuk 2 minggu adalah Rp 756,663. Jadi untuk 1 paket pengobatan dibutuhkan biaya 6 x Rp 756,663 = lebih dari Rp 4,5 juta.

819