119381968 proposal ptk bab i ii iii

40
Tugas Proposal Penelitian Tindakan Kelas Upaya Meningkatkan Keaktifan Dan Prestasi Belajar Matematika KD Pecahan Sederhana Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Problem Possing Pada Siswa Kelas III SDN 01 Kanigoro DISUSUN OLEH : NUGRAHENI YUNI ASTUTI ( 09141152) PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

Upload: nathan-turner

Post on 27-Oct-2015

46 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: 119381968 Proposal Ptk Bab i II III

Tugas Proposal Penelitian Tindakan Kelas

Upaya Meningkatkan Keaktifan Dan Prestasi Belajar

Matematika KD Pecahan Sederhana Dengan Menggunakan

Model Pembelajaran Problem Possing Pada Siswa Kelas III

SDN 01 Kanigoro

DISUSUN OLEH :

NUGRAHENI YUNI ASTUTI

( 09141152)

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

IKIP PGRI MADIUN

2012

Page 2: 119381968 Proposal Ptk Bab i II III

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Permasalahan pendidikan yang dihadapi bangsa Indonesia adalah masih

rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan.

Rendahnya mutu pendidikan tersebut dipengaruhi oleh sejumlah faktor, antara

lain mutu proses pembelajaran yang belum mampu menciptakan proses

pembelajaran yang berkualitas, kinerja guru yang hanya berorientasi pada

penguasaan teori dan hafalan, menyebabkan kemampuan siswa tidak dapat

berkembang secara optimal dan utuh” (Hanafiah dan Cucu Suhana, 2009:01).

Sebagai contohnya proses pembelajaran di SDN 01 Kanigoro, model

pembelajaran yang umum diterapkan adalah model pembelajaran yang cenderung

bersifat searah, artinya guru memberikan pelajaran dan siswa menerimanya

sehingga siswa terlihat kurang aktif. Untuk mengatasi hal itu dibutuhkan suatu

model pembelajaran yang dirasa cukup alternatif yang tak hanya baik dalam

membantu siswa untuk menumbuhkan kemampuan kerjasama, berpikir kritis,

kemauan untuk membantu teman serta ketrampilan sosial lainnya tetapi juga perlu

menjamin komunikasi antar siswa maupun guru dan siswa.

Hasil belajar Matematika siswa kelas III di SDN 01 Kanigoro masih

rendah. Hal ini dibuktikan dengan data nilai mata pelajaran matematika yang

menunjukkan bahwa 56,25% atau 18 siswa dari 32 siswa belum mencapai KKM

(kriteria ketuntasan minimal) yang telah di tentukan, yaitu 65 (Daftar Nilai

matematika Siswa Kelas III SDN 01 Kanigoro, 2012). Berdasarkan kenyataanya

mata pelajaran matematika kelas III SD Negeri 1 Kanigoro, disimpulkan bahwa

rendahnya hasil belajar siswa kelas III tersebut ternyata di pengaruhi oleh dua

faktor, yaitu tingkat keaktifan siswa dalam proses pembelajaran masih sangat

kurang. Kekurang aktifan siswa dalam pembelajaran ini akhirnya menimbulkan

berbagai masalah, seperti konsentrasi belajar rendah, kondisi kelas tidak kondusif,

Page 3: 119381968 Proposal Ptk Bab i II III

proses belajar mengajar tersendat, hingga berakibat prestasi belajar Matematika

yang rendah.

Salah satu penyebab kurang aktifan siswa sehingga berdampak hasil

belajar siswa rendah. Karena pada umumnya guru masih menggunakan metode

ceramah. Metode ceramah merupakan suatu cara penyajian materi belajar secara

lisan yang bersifat satu arah, dimana guru sebagai pembicara dan siswa sebagai

pendengar. Hal ini menyebabkan siswa menjadi pasif dan tidak jarang

mengakibatkan siswa menjadi bosan dan jenuh, sehingga hasil yang dicapai siswa

masih kurang memuaskan.

Berangkat dari permasalahan tersebut perlu diterapkan suatu metode

pembelajaran yang mampu mengaktifkan siswa sehingga dapat meningkatkan

kemampuan kognitif dan hasil belajar. Salah satu metode yang cocok untuk

meningkatkan keaktifan adalah metode Problem Posing. Problem Posing merupakan

model pembelajaran yang mengharuskan siswa menyusun pertanyaan sendiri atau

memecahkan suatu soal menjadi pertanyaan-pertanyaan yang lebih sederhana yang

mengacu pada penyelesaian soal tersebut., dimana strategi ini berorientasi untuk

menggali dan mengembangkan potensi terbesar siswa dengan metodologi pembelajaran

yang mengedepankan keaktifan anak, mendorong kreatifitas yang ditandai dengan siswa

mampu berpikir kritis, efektif dalam pencapaian target dan kualitas, serta menyenangkan

dalam prosesnya. Sehingga anak bisa memahami materi dengan nyaman dan senang.

Berdasarkan uraian di atas, maka upaya untuk meningkatkan keaktifan dan

prestasi siswa, maka peneliti perlu melakukan penelitian dengan judul ” Upaya

meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar matematika KD Pecahan Sederhana

dengan menggunakan model pembelajaran problem possing pada siswa kelas III

SDN 01 Kanigoro”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, maka dapat

diidentifikasikan masalah sebagai berikut:

Page 4: 119381968 Proposal Ptk Bab i II III

1. keaktifan dan prestasi belajar yang dimiliki para siswa kelas III Kanigoro

untuk pelajaran matematika masih kurang.

2. Standar ketuntasan belajar minimal matematika yang ditetapkan oleh sekolah

belum tercapai.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang maka peneliti merumusan masalah

seperti berikut ini:

a. Bagaimanakah penerapan pembelajaran Matematika dengan menggunakan

model pembelajaran problem possing yang dapat meningkatkan keaktifan dan

prestasi belajar matematika siswa kelas III SDN 01 Kanigoro kota Madiun?

b. Apakah penerapan model pembelajaran problem possing dapat meningkatka

keaktifan dan prestasi belajar matematika siswa kelas III SDN 01 Kanigoro

Kota Madiun?

Untuk mengatasi permasalahan yang terdapat pada rumusan masalah

maka dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

Guru menjelaskan materi pelajaran kepada para siswa. Penggunaan alat

peraga untuk memperjelas konsep sangat disarankan.

Guru memberikan latihan soal secukupnya.

Siswa diminta mengajukan 1 atau 2 buah soal yang menantang, dan siswa

yang bersangkutan harus mampu menyelesaikannya. Tugas ini dapat pula

dilakukan secara kelompok.

Selanjutnya secara acak, guru menyuruh siswa untuk menyajikan soal

temuannya di depan kelas. Dalam hal ini, guru dapat menentukan siswa secara

selektif berdasarkan bobot soal yang diajukan oleh siswa.

Guru memberikan tugas rumah secara individual.

D. Tujuan Penelitian

Page 5: 119381968 Proposal Ptk Bab i II III

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini di

rumuskan sebagai berikut:

a. Mendeskripsikan penerapan pembelajaran matematika dengan menggunakan

model pembelajaran problem possing yang dapat meningkatkan keaktifan dan

prestasi belajar matematika siswa kelas III 01 Kanigoro Kota Madiun.

b. Mendeskripsikan keberhasilan penerapan model pembelajaran problem

possing pada mata pelajaran matematika siswa kelas III 01 Kanigoro Kota

Mdiun.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan bagi para

pihak-pihak berikut :

a. Manfaat teoritik : Memberikan sumbangan pada khasah pengetahuan

khususnya pada bidang pembelajaran di SD.

b. Manfaat bagi siswa : Dalam proses pembelajaran siswa akan lebih aktif untuk

mengerjakan soal-soal yang di berikan oleh guru.

c. Manfaat bagi guru : Guru akan mendapatkan wawasan bahwa keaktifan siswa

dan prestasi belajar matematika dapat di tingkatkan salah satunya dengan

memberikan reward dan punishment selama proses pembelajaran berlangsung.

d. Manfaat bagi kepala sekolah : Memberikan inspirasi dan sosialisasi untuk

pembelajaran pada siswa sekolah dasar lasinya.

Page 6: 119381968 Proposal Ptk Bab i II III

BAB II

Kajian Pustaka

A. Karakteristik siswa kelas III SD

Teori Piaget cenderung banyak digunakan dalam proses pembelajaran,

walaupun teori ini bukan teori mengajar. Teori piaget adalah teori kognitif,

peserta didik harus dibimbing agar aktif menemukan sesuatu yang dipelajarinya.

Dalam menyajikan materi harus menarik minat peserta didik sehingga mereka

senang terlibat dalam proses pembelajaran. Piaget dalam Trianto mengemukakan

ada empat tahap perkembangan kognitif, yaitu ; 1). 0 – 2 tahun adalah tahap

sensori motor, ciri pokok perkembangannya berdasarkan tindakan dan langkah

demi langkah, 2 ). 2 – 7 tahun adalah tahap pra operasional, ciri

perkembangannya menggunakan symbol atau bahasa tanda dan konsep intuitif,

3 ). 8 – 11 tahun atau lebih adalah tahap operasi konkrit, ciri perkembangannya

memakai aturan jelas atau logis dan reversible dan kekebalan, 4 ). 11 tahun atau

lebih adalah tahap oerasi formal, ciri perkembangannya abstrak, murni

simbolis,deduktif, induktif dan logis.

Siswa kelas III SD berada dalam tahap operasional konkret, dengan

demikian dalam memberikan materi pelajaran, guru diharapkan lebih

menitikberatkan pada alat peraga atau media yang lebih bersifat konkret dan

logis. Keterlibatan dan penerimaan dalam kehidupan kelompok bagi anak usia

sekolah dasar merupakan minat dan perhatiannya pada kompetensi–kompetensi

sosial yang positif dan produktif yang akan berkembang pada usia ini. Hasil

pergaulan dengannya dengan kelompok teman sebaya, anak cenderung meniru

kelompok teman sebaya baik dalam hal penampilan maupun bahasa. Selama masa

perkembangannya, pada anak tumbuh berbagai sarana yang dapat

menggambarkan dan mengolah pengalaman dalam dunia di sekeliling mereka.

Dengan memperhatikan karakteristik kognitif siswa kelas III Sekolah Dasar

dengan segala aspek dimensi perkembangannya, maka diharapkan system

Page 7: 119381968 Proposal Ptk Bab i II III

pengajaran yang dikembangkan mampu melayani kebutuhan belajar yang

bermakna bagi siswa. penyampaian materi pelajaran yang tepat, maka peserta

didik dapat mengikuti pelajaran dengan baik, sehingga siswa antusias untuk

belajar, menjadikan matematika sebagai pelajaran yang menyenangkan dan tujuan

dari pembelajaran itu sendiri dapat tercapai dengan maksimal dan memuaskan.

B. Pengertian Problem Posing

Dalam bahasa Inggris problem posing terdiri dari dua kata yaitu. ” Problem”

berarti masalah atau soal, dan “Posing” berasal dari kata “ to pose” yang artinya

mengajukan atau membentuk. Ada dua usulan lagi untuk “ Problem Posing” yaitu

membentuk soal (Sutiarso dalam Srini M. Iskandar, 1999) dan pengkonstruksian masalah

(Suharta dalam Srini M. Iskandar, 2000). Pembentukan soal adalah pada kata yang

diusulkan oleh As’ari dalam Srini M. iskandar (2000).

Problem Posing dalam pembelajaran mempunyai banyak arti. Diantara

arti sepadan dalam bahasa Indonesia untuk problem posing adalah mengajukan

pertanyaan, merumuskan masalah atau membuat masalah. Problem Posing dapat

pula diartikan membangun atau membentuk permasalahan.

Problem Posing merupakan model pembelajaran yang mengharuskan

siswa menyusun pertanyaan sendiri atau memecahkan suatu soal menjadi

pertanyaan-pertanyaan yang lebih sederhana yang mengacu pada penyelesaian

soal tersebut.

Problem Posing dikatakan sebagai inti terpenting dalam disiplin ilmu murni

(matematika, fisika, dan kimia). Silver dan Cai menulis bahwa ”Problem Posing is

central important in the discipline of mathematics and in the nature of mathematical

thinking”. Suryanto menjelaskan tentang Problem Posing adalah perumusan soal agar

lebih sederhana atau perumusan ulang soal yang ada dengan beberapa perubahan agar

lebih sederhana dan dapat dikuasai. Hal ini terutama terjadi pada soal-soal yang rumit.

(Pujiastuti, 2001:3)

Pada prinsipnya, model pembelajaran Problem Posing adalah suatu model

pembelajaran yang mewajibkan para siswa untuk mengajukan soal sendiri melalui

belajar soal (berlatih soal) secara mandiri. Dengan demikian, penerapan model

Page 8: 119381968 Proposal Ptk Bab i II III

pembelajaran Problem Posing menurut Suyitno, (2004:31-32) adalah sebagai

berikut:

a. Guru menjelaskan materi pelajaran kepada para siswa. Penggunaan alat

peraga untuk memperjelas konsep sangat disarankan.

b. Guru memberikan latihan soal secukupnya.

c. Siswa diminta mengajukan 1 atau 2 buah soal yang menantang, dan siswa

yang bersangkutan harus mampu menyelesaikannya. Tugas ini dapat pula

dilakukan secara kelompok.

d. Selanjutnya secara acak, guru menyuruh siswa untuk menyajikan soal

temuannya di depan kelas. Dalam hal ini, guru dapat menentukan siswa secara

selektif berdasarkan bobot soal yang diajukan oleh siswa.

e. Guru memberikan tugas rumah secara individual.

Dalam model pembelajaran pengajuan soal (Problem Posing) siswa dilatih

untuk memperkuat dan memperkaya konsep-konsep dasar. Menurut Suyitno

(2003:7-8), kekuatan-kekuatan model pembelajaran Problem Posing sebagai

berikut:

a. Memberi penguatan terhadap konsep yang diterima atau memperkaya konsep-

konsep dasar.

b. Diharapkan mampu melatih siswa meningkatkan kemampuan dalam belajar.

c. Orientasi pembelajaran adalah investigasi dan penemuan yang pada dasarnya

adalah pemecahan masalah.

Pembelajaran dengan metode Problem Posing digunakan untuk

meningkatkan keterampilan mental siswa menghadapi suatu kondisi dimana

diberikan suatu permasalahan dan siswa memecahkan masalah tersebut. Model

pembelajaran Problem Posing (pengajuan soal) dapat dikembangkan dengan

memberikan suatu masalah yang belum terpecahkan dan meminta siswa untuk

menyelesaikannya.

Kegiatan siswa dalam menghasilkan pertanyaan baru dari suatu konsep

yang diberikan dapat menjadi aktivitas utama dalam mengajukan permasalahan.

Page 9: 119381968 Proposal Ptk Bab i II III

Melalui latihan membentuk soal diharapkan merupakan pendekatan yang efektif

dalam meningkatkan kemampuan siswa untuk menerapkan konsep.

Dalam rangka mengembangkan model pembelajaran Problem Posing

yang berkualitas dan terstruktur pada suatu pembelajaran, dapat diterapkan

dengan prinsip-prinsip dasar berikut:

a. Pengajuan soal harus berhubungan dengan apa yang dimunculkan dari

aktivitas siswa di dalam kelas.

b. Pengajuan soal harus berhubungan dengan proses pemecahan masalah siswa

c. Pengajuan soal dapat dihasilkan dari permasalahan yang ada dalam buku teks,

dengan memodifikasikan dan membentuk ulang karakteristik bahasa dan

tugas.

Guru dapat melakukan modifikasi dalam memberikan tugas dengan pendekatan

Problem Posing, yaitu dengan membentuk kelompok. Hal ini dimaksudkan agar guru

mudah memantau aktifitas siswa selama pelaksanaan pemberian tugas berlangsung, dan

memudahkan guru dalam pemeriksaan hasil kegiatan. Soal yang dibuat siswa adalah

yang mirip dengan contoh yang telah diberikan guru. Dengan kata lain soal itu sedikit

berbeda dari contoh yang diberikan guru.

Agar kemampuan siswa dalam menerapkan suatu konsep pelajaran

meningkat, kegiatan pemberian tugas dengan pendekatan Problem Posing dapat

dikembangkan dan dimodifikasi dimana siswa bukan hanya membuat soal dan

menyelesaikan saja, tetapi setiap kelompok akan mengerjakan juga soal-soal yang

telah dibuat oleh kelompok lain.

Selain itu agar suasana pemberian tugas dengan Problem Posing ini lebih

menarik dan menyenangkan, maka kelompok yang mampu membuat soal dan

menyelesaikannya lebih dari satu atau lebih dari ketentuan guru akan diberi

bonus. Demikian pula pada saat mengerjakan soal buatan kelompok lain, apabila

dapat mengerjakan lebih dari satu atau lebih dari ketentuan guru maka kelompok

itu akan mendapat bonus dari guru.

Page 10: 119381968 Proposal Ptk Bab i II III

Dari uraian di atas, tampak bahwa keterlibatan siswa untuk turut belajar

dengan cara menerapkan model pembelajaran Problem Posing merupakan salah

satu indikator keefektifan belajar. Siswa tidak hanya menerima saja materi dari

guru, melainkan siswa juga berusaha menggali dan mengembangkan sendiri.

Hasil belajar tidak hanya menghasilkan peningkatan pengetahuan tetapi juga

meningkatkan keterampilan berpikir.

Kemampuan siswa untuk mengerjakan soal-soal sejenis uraian perlu dilatih, agar

penerapan model pembelajaran Problem Posing dapat optimal. Kemampuan tersebut

akan tampak dengan jelas bila siswa mampu mengajukan soal-soal secara mandiri

maupun berkelompok. Kemampuan siswa untuk mengerjakan soal tersebut dapat

dideteksi lewat kemampuannya untuk menjelaskan penyelesaian soal yang diajukannya

di depan kelas. Dengan penerapan model pembelajaran Problem Posing dapat melatih

siswa belajar kreatif, disiplin, dan meningkatkan keterampilan berpikir siswa.

Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan Problem Posing

Pembelajaran melalui pendekatan Problem Posing mempunyai

beberapa kelebihan dan kelemahan (Rahayuningsih, 2002:18), diantaranya

adalah:

a. Kelebihan Problem Posing

1) Kegiatan pembelajaran tidak terpusat pada guru, tetapi dituntut

keaktifan siswa.

2) Minat siswa dalam pembelajaran fisika lebih besar dan siswa lebih

mudah memahami soal karena dibuat sendiri.

3) Semua siswa terpacu untuk terlibat secara aktif dalam membuat soal.

4) Dengan membuat soal dapat menimbulkan dampak terhadap

kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah.

5) Dapat membantu siswa untuk melihat permasalahan yang ada dan yang

baru diterima sehingga diharapkan mendapatkan pemahaman yang

mendalam dan lebih baik, merangsang siswa untuk memunculkan ide

yang kreatif dari yang diperolehnya dan memperluan bahasan/

Page 11: 119381968 Proposal Ptk Bab i II III

pengetahuan, siswa dapat memahami soal sebagai latihan untuk

memecahkan masalah.

6) Pembelajaran di kelas tidak membuat siswa jenuh.

Kekurangan Problem Posing

1) Guru membutuhkan persiapan yang lebih banyak, karena menyiapkan

informasi apa yang dapat disampaikan (guru dituntut untuk berperan aktif

dan kreatif dalam mencari dan merancang media/bahan ajar yang sesuai

dengan metode Problem Posing).

2) Waktu yang digunakan lebih banyak untuk membuat soal dan

penyelesaiannya sehingga materi yang disampaikan lebih sedikit.

3) Dibutuhkan kemampuan mengelola kelas yang lebih besar agar suasana

pembelajaran tetap kondusif.

C. Keaktifan Siswa

1. Pengertian Keaktifan

Menurut Anton M. Mulyono (2001:26), “keaktifan adalah kegiatan atau

aktivitas atau segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik

fisik maupun non fisik.” Menurut Sanjaya (2007:101-106), “aktivitas tidak hanya

ditentukan oleh aktivitas fisik semata, tetapi juga ditentukan oleh aktivitas non fisik

seperti mental, intelektual dan emosional.” Keaktifan yang dimaksudkan di sini

penekanannya adalah pada siswa, sebab dengan adanya keaktifan siswa dalam proses

pembelajaran akan tercipta situasi belajar aktif.

Menurut Rochman Natawijaya “belajar aktif adalah suatu sistem belajar

mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental intelektual dan

emosional guna memperoleh hasil belajar yang berupa perpaduan antara aspek

kognitif, afektif, dan psikomotor.” Belajar aktif sangat diperlukan oleh siswa untuk

mendapatkan hasil belajar yang maksimum. Ketika siswa pasif atau hanya menerima

informasi dari guru saja, akan timbul kecenderungan untuk cepat melupakan apa

yang telah diberikan oleh guru, oleh karena itu diperlukan perangkat tertentu untuk

dapat mengingatkan yang baru saja diterima dari guru.

Page 12: 119381968 Proposal Ptk Bab i II III

Proses pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas merupakan aktivitas

mentransformasikan pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Dalam kegiatan

pembelajaran ini sangat dituntut keaktifan siswa, dimana siswa adalah subjek yang

banyak melakukan kegiatan, sedangkan guru lebih banyak membimbing dan

mengarahkan. Aunurrahman (2009:119) mengungkapkan bahwa “keaktifan belajar

ditandai oleh adanya keterlibatan secara optimal, baik intelektual, emosional, dan

fisik jika dibutuhkan.”

Menurut Raka Joni (1992:19-20) dan Martinis Yamin (2007:80-81)

menjelaskan bahwa keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran dapat dilaksanakan

manakala :

a.Pembelajaran yang dilakukan lebih berpusat pada siswa

b. Guru berperan sebagai pembimbing supaya terjadi pengalaman dalam belajar

c.Tujuan kegiatan pembelajaran tercapai kemampuan minimal siswa (kompetensi

dasar)

d. Pengelolaan kegiatan pembelajaran lebih menekankan pada kreativitas siswa,

meningkatkan kemampuan minimalnya, dan mencapai siswa yang kreatif serta

mampu menguasai konsep-konsep dan

e.Melakukan pengukuran secara kontinu dalam berbagai aspek pengetahuan, sikap,

dan keterampilan.

Keaktifan yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran memiliki

pengaruh yang berbeda-beda terhadap daya ingat siswa. Vernon Magnesen (Anni,

2004 :85) dalam penelitiannya menemukan bahwa ingatan yang diperoleh dari

belajar melalui membaca sebesar 20%, mendengar sebesar 30%, melihat sebesar

40%, mengucapkan sebesar 50%, melakukan sebesar 60%, dan gabungan dari

melihat, mengucapkan, mendengar, dan melakukan sebesar 90%.

Jadi keaktifan siswa yang dimaksud adalah segala aktifitas fisik maupun non

fisik yang terpusat pada siswa supaya terjadi pengalaman dalam belajar, mampu

menguasai konsep-konsep dan selalu melakukan pengukuran dalam berbagai aspek

pengetahuan, sikap, dan keterampilannya.

Page 13: 119381968 Proposal Ptk Bab i II III

2. Jenis-Jenis Keaktifan Dalam Belajar

Menurut Paul D. Dierich (dalam Oemar Hamalik, 2001:172) keaktifan

belajar dapat diklasifikasikan dalam delapan kelompok, yaitu:

a. Kegiatan-kegiatan visual

Membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi,

pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau bermain.

b. Kegiatan-kegiatan lisan

Mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu tujuan,

mengajukan suatu pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat,

wawancara, diskusi, dan interupsi.

c. Kegiatan-kegiatan mendengarkan.

Mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi

kelompok, mendengarkan suatu permainan, mendengarkan radio.

d. Kegiatan-kegiatan menulis

Menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan copy,

membuat rangkuman, mengerjakan tes, dan mengisikan angket.

e. Kegiatan-kegiatan menggambar

Menggambar, membuat grafik, chart, diagram peta, dan pola.

f. Kegiatan-kegiatan metrik

Melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, menari dan

berkebun.

g. Kegiatan-kegiatan mental

Merenungkan, mengingatkan, memecahkan masalah, menganalisa faktor-faktor,

melihat hubungan-hubungan, dan membuat keputusan.

h. Kegiatan-kegiatan emosional

Minat, membedakan, berani, tenang, dan lain-lain. Kegiatan-kegiatan dalam

kelompok ini terdapat dalam semua jenis kegiatan overlap satu sama lain.

3. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Keaktifan Belajar

Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dapat merangsang dan

mengembangkan bakat yang dimilikinya, siswa juga dapat berlatih untuk berfikir

kritis, dan dapat memecahkan permasalahan-permasalahan dalam kehidupan sehari-

Page 14: 119381968 Proposal Ptk Bab i II III

hari. Di samping itu, guru juga dapat merekayasa sistem pembelajaran secara

sistematis, sehingga merangsang keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.

Gagne dan Briggs (dalam Martinis, 2007:84) menyebutkan bahwa faktor-

faktor yang dapat menumbuhkan timbulnya keaktifan siswa dalam proses

pembelajaran, adalah:

a. Memberikan motivasi atau menarik perhatian siswa, sehingga mereka berperan

aktif dalam kegiatan pembelajaran.

b. Menjelaskan tujuan intruksional (kemampuan dasar) kepada siswa.

c. Mengingatkan kompetensi belajar kepada siswa.

d. Memberikan stimulus (masalah, topik, dan konsep yang akan dipelajari).

e. Memberi petunjuk kepada siswa cara mempelajarinya.

f. Memunculkan aktivitas, partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran.

g. Memberi umpan balik (feed back)

h. Melakukan tagihan-tagihan terhadap siswa berupa tes, sehingga kemampuan

siswa selalu terpantau dan terukur.

i. Menyimpulkan setiap materi yang disampaikan diakhir pembelajaran.

D. Prestasi belajar matematika

Untuk memahami tentang pengertian belajar di sini akan di awali dengan

mengemukakan beberapa devinisi tentang belajar. Ada beberapa pendapat para

ahli tentang deviunisi belajar. Cronbach, Harold Spears dan Geoch (dalam

http://sunartombs.wordperss.com/2009/01/05/pengertian-prestasi-belajar) sebagai

berikut:

1) Cronbach memberikan definisi:

“Learning is shown by change in behavior as a result of experience”.

“Belajar adala memperlihatkan perubahan dalam perilaku sebagai hasil

pengalaman”.

Harold Spears memberikan batasan:

“Learning is to observe, to read, to initiate, to try something

themselves, to listen, to follow direction”. Belajar adalah mengamati,

Page 15: 119381968 Proposal Ptk Bab i II III

membaca, berinisiasi, mencoba sesuatu sendiri, mendengarkan, mengikuti

petunjuk atau pengarahan.

2) Geoch, mengatakan:

“Learning is a change in performance as a result of practice”. Belajar

adalah perubahan dalam penampilan sebagai hasil praktek.

selain pengertian belajar di atas, pengertian lain tentang belajar

menurut Sunaryo (1989:4) adalah merupakan suatu kegiatan, di mana

sesorang membuat atau menghasilakn suatu perubahan tingkah laku yang ada

pada dirinya dalam pengetahuan, sikap dan ketrampilan. Sudah barang tentu

tingkah laku tersebut adalah tingkah laku yang positif artinya untuk mencapai

kesempurnaan hidupnya.

Dalam kamus besar bahasa Indonesia (2008:1101) menyebutkan

bahwa prestasi adalah hasil yang telah di capai (dari yang telah dilakukan, di

kerjakan, dsb). Sdelanjutnya, prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan

atau ketrampilan yang di kembangkan melalui mata pelajaran lazimnya di

tunjukkan dengan nilai tes atau nilai yang di berikan oleh guru.

Sedangkan menurut poerwanto (dalam

http://ridwan202.wordpress.com/2008/05/03/ketercapaian-prestasi-belajar/)

memberikan pengertian “prestasi belajar yaitu hasil yang di capai oleh

seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang di nyatakan dalam raport”.

Selanjutnya Winkel (dalam

http://ridwan202.wordpress.com/2008/05/03/ketercapaian-prestasi-belajar/)

mengatakan bahwa “prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar

atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya

sesuai dengan bobot yang di capainya.”

Selain beberapa pencdapat di atas, pengertian prestasi belajar menurut

S. Nasuition (dalam

http://ridwan202.wordpress.com/2008/05/03/ketercapaian-prestasi-belajar/)

adalah kesempurnaan yang telah di capai seseorang dalam berpikir, merasa

Page 16: 119381968 Proposal Ptk Bab i II III

dan berbuat. Prestasi belajar di katakana sempurna apabila memenuhi tiga

aspek yakni: kognitif, afektif dan psikomotor, sebaliknya di katakan prestasi

kurang memuaskan jika sesorang belum mampu memenuhi target dala ketiga

kriteria tersebut.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat di simpulkan, prestasi belajar

adalah penguasaan seorang siswa terhadap tiga aspek yakni kognitf, afekti dan

psikomotor dengan di tunjukkan oleh hasil nilai tes atau nilai yang di berikan

oleh guru.

Hipotesis tindakan

Jika siswa kelas III SDN 01 Kanigoro Kota Madiun di belajarkan pecahan

sederhana dengan penerapan model pembelajaran problem possing maka akan

meningkatkan keaktifan di dalam kelas.

Jika siswa kelas III SDN 01 Kanigoro Kota Madiun di belajarkan pecahan

sederhana dengan penerapan model pembelajaran problem possing maka akan

meningkatkan prestasi belajar matematika.

Page 17: 119381968 Proposal Ptk Bab i II III

BAB III

Metode Penelitian

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SDN 01 Kanigoro Kota Madiun Tahun

Pelajaran 2012/2013

2. Waktu penelitian

Waktu penelitian dimulai sejak bulan September 2012 sampai bulan

desember 2012/2013

B. Subjek Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada siswa-siswi kelas III yang bejumlah 32

siswa, yang terdiri dari 12 siswi putri dan 20 siswa putra SDN 01 Kanigoro Kota

Madiun Tahun Pelajaran 2012/2013

C. Prosedur Penelitian

Jenis penelitian ini adalah PTK (Classroom Action Research). McNiff

(dalam Suroso, 2007:19) mengemukakan bahwa PTK merupakan bentuk

penelitian reflektif yang dilakukan oleh guru sendiri yang hasilnya dapat

dimanfaatkan sebagai alat untuk pengembangan kurikulum, pengembangan

sekolah, pengembangan keahlian mengajar, dan sebagainya. Penelitian ini

memberikan tindakan kelas untuk langsung mempraktekkan model pembelajaran

problem possing pada siswa kelas III SDN 01 Kanigoro khususnya mata pelajaran

matematika.

Rancangan Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan dalam beberapa tahap,

yaitu melalui 2 siklus. Penggunaan siklus ini dengan tujuan apabila pada siklus

awal dalam pelaksanaan tindakan belum diketahui hasilnya secara nyata maka

dilakukan pengulangan untuk siklus-siklus berikutnya yaitu siklus kedua sehingga

akan diketahui hasil yang nyata dari beberapa siklus tersebut. Masing-masing

Perencanaan

Pelaksanaan

observasi

refleksi

Perencanaan

Pelaksanaanrefleksi

observasi

?

Siklus I

Siklus II

Page 18: 119381968 Proposal Ptk Bab i II III

siklus terdiri dari 4 tahap yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap

pengamatan, dan tahap refleksi. Adapun model dan penjelasan untuk masing-

masing tahap adalah sebagai berikut.

Tahap pelaksanaan kegiatan pembelajaran tiap siklusnya adalah sebagai berikut:

siklus 1

silklus 1 terdiri dari atas perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi

dan refleksi, dan perbaikan rencana.

1. Perencanaan

Pada tahap perencanaan, peneliti melakukan studi pendahuluan

dengan melakukan refleksi tahapan praktik pembelajaran pecahan

sederhanadi kelas III SDN 01 Kanigoro kota Madiun. Peneliti berupaya

meningkatkan kembali berbagai peristiwa pembelajaran yang telah

berlangsung selama ini, dengan cara mewawancarai siswa kelas III SDN

01 Kanigoro untuk mengetahui kesulitan-kesulitan apa yang di alami

siswa dan di rasakan mereka ketika belajar matematika tentang pecahan

sederhana. Pada siklus perencanaan ini peneliti melakukan pembuatan

Page 19: 119381968 Proposal Ptk Bab i II III

desain pembelajaran yang berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP).

2. Pelaksanaan Tindakan dan observasi

Pada tahap ini peneliti mempraktikkan pembelajaran sesuai dengan

desain pembelajaran (RPP) yang telah di susun.

Guru menjelaskan materi pelajaran kepada para siswa. Penggunaan

alat peraga untuk memperjelas konsep sangat disarankan.

Guru memberikan latihan soal secukupnya.

Siswa diminta mengajukan 1 atau 2 buah soal yang menantang, dan

siswa yang bersangkutan harus mampu menyelesaikannya. Tugas ini

dapat pula dilakukan secara kelompok.

Selanjutnya secara acak, guru menyuruh siswa untuk menyajikan soal

temuannya di depan kelas. Dalam hal ini, guru dapat menentukan

siswa secara selektif berdasarkan bobot soal yang diajukan oleh siswa.

Guru memberikan tugas rumah secara individual.

3. Pengamatan

Pengamatan dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung sesuai

dengan instrument yang telah dipersiapkan. Pada tahap ini guru kelas

bertindak sebagai observer.

4. Refleksi

Berdasarkan kegiatan pembelajaran di atas, guru yang bertindak

sebagai peneliti mengulas kekurangan selama proses pembelajaran, apa

yang belum di lakukan, apa yang belum di capai, masalah apa yang belum

terpecahkan,. Dari kekurangan pada siklus 1 maka guru melakukan

perbaikan kualitas pembelajaran pada siklus yang ke II.

Page 20: 119381968 Proposal Ptk Bab i II III

Siklus II

1. Perencanaan Tindakan

Perencanaan tindakan pada siklus II sama seperti pada

perencanaan tindakan pada siklus I tetapi dalam penyusunannya peneliti

memperhatikan kekurangan atau kelemahan yang ada pada tindakan siklus

I dan berusaha memperbaiki kekurangan atau kelemahan yang ada pada

tindakan siklus I.

2. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan pada siklus II sama dengan pelaksanaan

tindakan pada siklus I tetapi dalam penyusunannya peneliti

memperhatikan kekurangan atau kelemahan yang ada pada tindakan siklus

I dan berusaha memperbaiki kekurangan atau kelemahan yang ada pada

tindakan siklus I.

3. Pengamatan

Pelaksanaan pengamatan pada siklus II sama dengan pelaksanaan

pengamatan pada siklus I yaitu melakukan pengamatan terhadap

pelasanaan pembelajaran sesuai dengan instrumen yang telah

dipersiapkan.

4. Refleksi

Refleksi pada siklus II sama dengan refleksi pada siklus I tetapi

dalam penyusunannya peneliti memperhatikan kekurangan atau

kelemahan yang ada pada refleksi siklus I dan berusaha memperbaiki

kekurangan atau kelemahan yang ada pada tindakan siklus I untuk

meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa. Hasil refleksi pada pada

siklus II merupakan hasil akhir dari penelitian.

Page 21: 119381968 Proposal Ptk Bab i II III

D. Data dan Teknik Pengumpulan Data

1. Data

Dalam penelitian ini data yang akan diambil adalah

a. Keaktifan belajar siswa

b. Prestasi belajar siswa

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang di gunakan dalam penelitian ini terdiri

atas observasi, wawancara, dokumentasi dan tes.

Teknik observasi di gunakan untuk mengamati gejala-gejala yang tampak

dalam proses pembelajaran tentang kesungguhan siswa ketika mengikuti

pembelajaran, keseringan siswa beetanya, kemauan siswa mgerjakan soal yang di

berikan oleh guru serta keaktifan siswa selama proses pembelajaran.

Teknik wawancara digunakan untuk mewawancarai siswa tentang kesan-

kesan pengungkapan persaan siswa ketika belajar menghitung penjumlahan dan

pengurangan sistem menyimpan pada bilangan tiga angka.

Teknik dokumentasi adalah di gunakan untuk mendukumentasikan data

tentang keaftifan siswa selama proses pembelajaran matematika berlangsung.

Data terfokus pada masalah tentang keaktifan siswa dan prestasi belajar siswa.

dokumen yang dimaksutkan dalam penelitian ini mencakup tentang dokumentasi

fortofolio LKS siswa.

Teknik lainya adalah tes yang digunakan untuk mengumpulkan data

tentang kemampuan siswa mengerjakan soal-soal tes untuk menghitung bilangan

pecahan.

F. Jadwal penelitian

Penelitian ini akan di lakukan pada tanggal 7 desember 2012, pukul 07.00-

08.00 di ruang kelas III SDN 01 Kanigoro kota Madiun.

Page 22: 119381968 Proposal Ptk Bab i II III

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Penerapan model Problem Posing tidak hanya unggul dalam membantu siswa

memahami konsep, tetapi juga sangat berguna bagi siswa untuk

menumbuhkan kemampuan keaktifan dan prestasi belajar matematika.

2. Pembelajaran model Problem Posing dapat meningkatkan keaktifan siswa

pada mata pelajaran matematika.

3. Pembelajaran model Problem Posing dapat meningkatkan prestasi belajar

siswa pada mata pelajaran matematika.

B. Saran

1. Terhadap guru

a. Guru hendaknya dalam proses pembelajaran jangan membentuk kelompok

yang terlalu banyak, misal dalam 1 kelas ada 25 siswa maka jumlah

kelompok yang dibentuk 5 kelompok dan setiap kelompok terdiri dari 5

siswa.

b. Sebelum memulai kegiatan pembelajaran guru hendaknya menjelaskan

langkah-langkah kegiatan pembelajaran model Problem Posing agar siswa

tidak mengalami kebingungan ketika menghadapi sebuah metode

pembelajaran yang berbeda.

2. Terhadap siswa

a. Siswa hendaknya lebih aktif dalam bertanya dan aktif mencoba menjawab

pertanyaan dari guru.

b. Siswa hendaknya lebih serius dalam proses pembelajaran agar proses

pembelajaran bisa berjalan dengan efektif dan efisien

Page 23: 119381968 Proposal Ptk Bab i II III

Daftar pustaka

Depdikbut, 1999. Penelitian Tindakan Kelas (classroom action research), Jakarta :

dirjen dikti.

http:// http://sunartombs.wordperss.com/2009/01/05/pengertian-

prestasi ridwan202.wordpress.com/2008/05/03/ketercapaian-prestasi-belajar/ )

Aunurrahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: AlfaBeta.

Hanafiah dan Cucu Suhana. 2009. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: Refika Aditama

____________. 2009. Model Pembelajaran Problem Posing, (Online),

(http://herdian.blogspot.com) diakses 14 Agustus 2011

____________. 2008. Makalah Kolaborasi Metode Pembelajaran Problem Posing, (Online),

(http://setyono.blogspot.com) diakses 14 Agustus 2011