bab i, bab ii, bab iii
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer (STMIK)
Bumigora merupakan salah satu perguruan tinggi atau instansi di Mataram
yang akan terus berusaha untuk menghasilkan mahasiswa – mahasiswi yang
ahli dalam bidang Teknologi Informasi (IT). Dimana diharapkan kepada
alumni – alumni STMIK Bumigora agar kedepannya mampu bersaing
didalam dunia kerja dan dapat menciptakan lapangan kerja baik untuk dirinya
dan masyarakat sekitarnya. Atas dasar tujuan inilah maka STMIK Bumigora
Mataram mengadakan mata kuliah KKP ( Kuliah Kerja Praktek ), dimana
mahasiswa/i yang dapat mengambil mata kuliah ini diberi kesempatan untuk
terjun langsung ke lapangan yakni dalam dunia kerja dan mengamati kegiatan
kerja secara langsung.
Dalam penerapannya, STMIK Bumigora memberikan kesempatan
kepada mahasiswa/i untuk menentukan sendiri tempat KKP mereka sesuai
dengan keinginan mahasiswa/i dan tentunya sesuai dengan jurusan atau
kopetensi setiap mahasiswa/i . Dalam hal ini saya sebagai mahasiswa memilih
PT PLN (Persero) Wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB) Area Mataram Jln.
Yos Sudarso No. 2 Mataram. Hal ini disebabkan karena PT.PLN (Persero)
merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang telah lama berdiri dan
1
merupakan salah satu perusahaan besar di Indonesia. Selain itu PT.PLN
(Persero) sebagai satu-satunya perusahaan penyedia listrik dan merupakan
salah satu perusahaan yang paling berpengaruh dan tetap bertahan di
Indonesia.
Pada saat ini PT PLN (Persero) Wilayah NTB Area Mataram masih
memiliki kekurangan dalam manajemen jaringan komputer seperti, sistem
pengalamatan jaringan yang belum terstruktur.
Dari penjelasan diatas penulis mencoba memberikan alternatif solusi
“Desain Pengalamatan Jaringan Komputer pada PT. PLN (PERSERO)
WILAYAH NTB AREA MATARAM Menggunakan Teknik VLSM”.
1.2 Definisi Kuliah Kerja Praktek (KKP)
KKP merupakan salah satu bentuk kegiatan yang dilaksanakan oleh
perguruan tinggi baik swasta maupun negeri yang bertujuan untuk
memberikan pengalaman kepada mahasiswa. Pengalaman yang dimaksud
mencakup bagaimana mengimplementasikan pengetahuan yang diperoleh di
bangku kuliah untuk dipergunakan dalam dunia kerja yang sesungguhnya.
Peserta KKP dituntut memiliki kemandirian, disiplin, bertanggung jawab serta
menyelesaikan tugas – tugas yang diberikan secara benar dan tepat. Hal ini
dimaksudkan agar mahasiswa mampu menjadi sumber daya manausia yang
berkualitas di tengah persanigan dunia kerja yang semakin ketat. KKP juga
menjadi sarana belajar yang efektif untuk menambah wawasan dan
2
keterampilan mahasiswa sesuai dengan bidang ilmu yang dikuasai masing –
masing.
1.3 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam melakukan KKP adalah mengetahui
proses kegiatan kerja bagian Transaksi Energi Listrik (TEL) dibidang jaringan
pada PT PLN (Persero) Wilayah Nusa Tenggara Barat Area Mataram.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang ingin diperoleh dari KKP ini adalah :
a. Bagi Mahasiswa
- Menerapkan mata kuliah teori serta praktek yang diperoleh selama
perkuliahan
- Menambah wawasan dan pengalaman serta ilmu pengetahuan
penulis.
- Dengan KKP ini mahasiswa bisa mendapatkan pengalaman kerja
sehingga menjadi bekal untuk menghadapi dunia kerja nantinya.
b. Bagi PT PLN (Persero) Wilayah Nusa Tenggara Barat Area Mataram
Mahasiswa bisa membantu instansi dalam melaksanakan tugas
maupun pekerjaan yang diminta serta dapat membantu pada bidang
pekerjaan lain terutama pekerjaan yang terkait dengan pelanggan
ataupun tugas yang menyangkut dengan komputer.
3
1.5 Pelaksanaan Kuliah Kerja Praktek (KKP)
Kegiatan KKP dilaksanakan selama 1 bulan terhitung mulai tanggal 18
Desember 2013 sampai tanggal 18 Januari 2014. Dimana pelaksanaan
kegiatan KKP merupakan syarat wajib yang harus diikuti oleh mahasiswi
maupun mahasiswi Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer
(STMIK) dalam memenuhi persyaratan mata kuliah.
1.6 Tempat Kuliah Kerja Praktek (KKP)
Kegiatan KKP dilaksanakan pada Kantor PT PLN (Persero) Wilayah
Nusa Tenggara Barat Area Mataram. Dalam melaksanakan KKP penulis
ditempatkan pada bagian Transaksi Energi Listrik (TEL) dibidang jaringan
selama 1 (satu) bulan.
4
BAB II
PROFIL PT PLN (Persero) Wilayah NTB Area Mataram
2.1 Sejarah PT PLN (Persero) Wilayah NTB Area Mataram
Industri kelistrikan di Mataram dimulai pada tahun 1933 yang ditandai
dengan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) pemerintah
Belanda. PLTD pertama ini berlokasi di Kampung Melayu, Ampenan. Merk
mesin pembangkit yang dipasang adalah MAN sebanyak 2 unit. Kemudian
diikuti dengan pembangunan gardu – gardu distribusi di 5 lokasi,yaitu :
1. Gardu No.1 berlokasi di depan PLTD Ampenan ( sekarang Gudang
Ampenan, Kampung Melayu).
2. Gardu No.2 berlokasi di depan Pertamanan Ampenan ( bekas
terminal Ampenan, Jln. Yos Sudarso).
3. Gardu No.3 berlokasi di Kampung Kapitan.
4. Gardu No.4 berlokasi di depan Pendopo Gubernur - Mataram.
5. Gardu No.5 berlokasi di Cakranegara.
Wilayah kelistrikan pada saat itu meliputi kota Ampenan dan
Cakranegara. Kota Ampenan sebagai kota perdagangan memiliki pelabuhan
laut ( dikenal dengan nama Pelabuhan Ampenan ) sebagai penghubung anta
propinsi, yang sekarang menjadi obyek wisata Pelabuhan Lama. Setelah
pembangunan beberapa infrastruktur tersebut, ketenagalistrikan di Mataram
masih dikuasai oleh pihak asing, seperti Rusia, Belanda dan Perancis.
5
NO Nama Pimpinan Kebangsaan Tahun
1. Nicolay Rusia 1939-1945
2. Guldenar Belanda 1945-1948
3. Lava Leftte Perancis 1948-1952
4. Vanlar Belanda 1952-1955
Selain mataram, 2 kota lain di pulau Lombok, yaitu Praya dan Selong,
diserahterimakan pemerintah Belanda ke pemerintah Indonesia pada tahun
1958. Jadi sejak saat itu, kelistrikan di pulau Lombok sepenuhnya oleh
pemerintah Indonesia.
Pada tahun 1955, sector ketenagalistrikan di wilayah Ampenan mulai
dipegang oleh warga Indonesia, yaitu Suranadi, namanya berubah menjadi
PLN cabang Mataram.
2.2 Identitas PT PLN (Persero) Wilayah NTB Area Mataram
Nama Perusahaan : PT PLN (Persero) Wilayah NTB Area
Mataram
Alamat Instansi : Jln. Yos Sudarso No. 2 Mataram
Kode Pos : 83114
Telepon : (0370) 622793, 632346, 636802, 636804
Website : http://www.pln.co.id/ntb/
6
Facsimile : (0370) 632029
E-mail : [email protected]
2.3 Visi dan Misi
2.3.1 Visi
Visi dari PT. PLN (Persero) adalah “Diakui sebagai
Perusahaan Kelas Dunia yang bertumbuh-kembang,Unggul dan
Terpercaya dengan bertumpu pada Potensi insani”.
Ciri Perusahaan Kelas Dunia :
1. Merupakan barometer standar kualitas pelayanan dunia.
2. Memiliki cakrawala pemikiran yang mutakhir
3. Terdepan dalam pemanfaatan teknologi.
4. Haus akan kesempurnaan kerja dan perilaku.
5. Merupakan perusahaan idaman bagi pencari kerja.
Tumbuh Kembang :
1. Mampu mengantisipasi berbagai peluang dan tantangan
usaha.
2. Konsisten dalam pengembangan standar kerja.
7
Unggul :
1. Terbaik, terkemuka dan mutakhir dalam bisnis kelistrikan.
2. Fokus dalam usaha mengoptimalkan potensi insane.
3. Peningkatan kualitas input, proses dan output produk dan
jasa pelayanan secara berkesinambungan.
Terpercaya :
1. Memegang teguh etika bisnis.
2. Konsisten memenuhi standar layanan yang dijanjikan.
3. Menjadi perusahaan favorit para pihak yang
berkepentingan.
Potensi Insani :
1. Berorientasi pada pemenuhan standar etika dan kualitas.
2. Kompeten, professional dan berpengalaman.
2.3.2 Misi
A. Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait,
berorientasi pada kepuasan pelanggan, anggota perusahaan
dan pemegang saham.
B. Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk
meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat.
8
C. Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong
kegiatan ekonomi.
D. Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan.
9
BAB III
DESKRIPSI TUGAS
3.1 Uraian Kegiatan
Sejak mulai Kuliah Kerja Praktek (KKP) tehitung mulai tanggal 18
Desember 2013 sampai dengan tanggal 18 Januari 2014 , jadi kegiatan
kuliah kerja praktek dilaksanakan selama 4 minggu dengan 5 hari kerja, 2 hari
libur dan hari-hari libur nasional. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan selama
KKP bervariasi dari :
Tabel 3.1 Uraian Kegiatan
No Tanggal Uraian kegiatan
1. Rabu, 18 Desember 2013 Registrasi pembuatan absensi finger
print pegawai PT. PLN (Persero)
Wilayah NTB Area Mataram Rayon
Cakra menggunakan tool Time Tech
T88.
2. Kamis,19 Desember 2013 Rekapitulasi data daftar pelanggan
tagihan pasang baru CV. Hamun Abadi
3. Jumat, 20 Desember 2013 Analisa troubleshoot jaringan antara PT.
PLN (Persero) Wilayah NTB Area
Mataram dengan PT. PLN (Persero)
Wilayah NTB Area Mataram Rayon
10
Cakra.
4. Senin, 23 Desember 2013 Mengatasi troubleshoot koneksi
jaringan yang terputus pada gudang PT.
PLN (Persero) Wilayah NTB Area
Mataram Rayon Ampenan.
5. Selasa, 24 Desember 2013 Pelatihan CISCO I di Hotel Santika
Membahas tentang kelas IP dan teknik
VLSM
6. Jumat, 27 Desember2013 Pelatihan CISCO II di Hotel Santika
Membahas tentang IP Routing dan
Access Control Lists.
07. Senin, 30 Desember 2013 Membuat Kabel Straight dan kabel
Crossover.
08. Selasa, 31 Desember 2013 Rekapitulasi data daftar pelanggan
tagihan Pasang Baru CV TUNAS
MUDA ELEKTRIK.
09. Kamis, 2 Januari 2014 Mengatasi Troubleshoot Personal
Computer (PC) dan Installasi Sistem
Operasi Windows 7.
10. Jumat, 3 Januari 2014 Mengatasi Troubleshoot Personal
Computer (PC) dan Installasi Sistem
11
Operasi Windows 7.
11. Senin, 6 Januari 2014 Mengatasi Troubleshoot Jaringan antara
PT. PLN (Persero) Wilayah NTB Area
Mataram dengan PT. PLN (Persero)
Wilayah NTB Area Mataram Rayon
Ampenan.
12. Selasa, 7 Januari 2014 Mengatasi troubleshoot koneksi
jaringan yang terputus pada PT. PLN
(Persero)Wilayah NTB Area Mataram
Rayon Cakra.
13. Rabu, 8 Januari 2014 Rekapitulasi data daftar pelanggan
tagihan Pasang Baru CV. WINATA
MANDIRI Pringgabaya.
14. Kamis, 9 Januari 2014 Mengatasi Troubleshoot Personal
Computer (PC) dan Installasi Sistem
Operasi Windows 7.
15. Jumat, 10 Januari 2014 Rekapitulasi data daftar pelanggan
tagihan Pasang Baru CV. ADITAMA
TEKHNIK.
16. Senin, 13 Januari 2014 Mengatasi Troubleshoot Personal
Computer (PC) dan Installasi Sistem
Operasi Windows 7.
17. Rabu, 15 Januari 2014 Analisa troubleshoot jaringan pada
12
sektor
PT. PLN (Persero) Wilayah NTB Area
Mataram.
18. Kamis,16 Januari 2014 Setting konfigurasi Speedy pada PT.
PLN (Persero) Wilayah NTB Area
Mataram.
19. Jumat, 17 Januari 2014 Membuat kabel straight dan mengatasi
troubleshoot personal computer (PC)
pada PT. CUMP.
BAB IV
Representasi IPv4
13
IP Address versi 4 umumnya diekspresikan dalam notasi desimal bertitik
(dotted-decimal notation), yang dibagi ke dalam empat buah oktet
berukuran 8-bit. Format bentuknya adalah w.x.y.z. Karena setiap oktet
berukuran 8bit, maka nilainya berkisar antara 0 hingga 255.
Table 1.1 Konversi Binary-decimal
Contoh: 192.168.10.2
Binary Decimal11000000 19210101000 16800001010 1000000010 2
Table 1.2 Notasi IP Address dalam Desimal. Ekspresi Desimal
(Decimal)
192 . 168 . 10 . 2
Table 1.3 Notasi IP addreas dalam biner Ekspresi Biner (Binary)
11000000 . 10101000 . 000001010 . 00000010
Kelas-kelas IP Address
IP Address terdiri atas dua bagian yaitu; Network ID dan Host ID, yaitu
Network ID menentukan alamat jaringan, sedangkan Host ID
menentukan alamat host atau komputer. Oleh sebab itu, IP Address
memberikan alamat lengkap suatu komputer berupa alamat jaringan dan
alamat host.
Untuk dapat membedakan kelas satu dengan kelas yang lain, maka
dibuat beberapa peraturan sebagai berikut:
1. Oktat pertama kelas A harus dimulai dengan angka binary 0
14
2. Oktat pertama kelas B harus dimulai dengan angka binary 10
3. Oktat pertama kelas C harus dimulai dengan angka binary 110
4. Oktat pertama kelas D harus dimulai dengan angka
binary 1110
5. Oktat pertama kelas E harus dimulai dengan angka binary 1111
Oleh sebab itu, IP address masing-masing kelas harus di mulai
dengan angka desimal atau binary pada oktat pertama.
Tabel1.1 Kelompok Oktat pertama dari IP Addreas
Kelas
Kelompok oktat
pertama berupa
Kelompok oktat
pertama berupa
A 1 – 126 00000001 - 01111110B 128 – 191 10000000 - 10111111C 192 – 223 11000000 - 11011111D 224 – 239 11100000 - 11101111E 240 – 247 11110000 - 11110111
1. IP Address Kelas A
IP Address kelas A memiliki range network address 0 – 127,seperti
contoh pada tabel 2.5.
Contoh: Tabel1.2 contoh ip address kelas A
123.12.10.3
Oktet pertama IP Address, yaitu bernilai “123”. Nilai masuk pada range
0-127 sehingga 123.12.10.3 merupakan IP Address kelas A.
Catatan: Address yang dimulai dengan “127” merupakan Loopback
Address, dimana kita tidak disarankan melakukan addressing host normal.
Oleh karena itu, pada network kelas A hanya memiliki kesempatan memberi
nilai antara 0 – 126.
Jumlah host yang bisa dibentuk kelas A seperti pada tabel2.6:
15
Tabel1.3 Jumlah host dari IP address Kelas A
224 – 2 = 16.777.214
2. IP Address Kelas B
IP Address kelas B memiliki range network address 128– 91,seperti
pada tabel 2.7 sedang untuk mengetahui berapa host dr kelas B dapat
dilhat pada tabel 2.8:
Contoh: Tabel1.4 contoh ip adress kelas B.
143.12.10.3
Jumlah host yang bisa dibentuk kelas B adalah:
Tabel 1.5 Jumlah dari IP Address kelas B
216 – 2 = 65.534
3. IP Address Kelas C
IP Address kelas C memiliki range network address 192–223,seperti
dapat kita lihat pada tabel 2.9,dimana kita juga bisa mengetahui berapa
jumlah host dalam kelas C bisa dilihat pada tabel 2.10:
Contoh: Tabel1.6 Contoh IP Addreas kelas C
198.12.10.3
Jumlah host yang bisa dibentuk kelas C adalah:
Tabel1.7 Jumlah Host dari IP address kelas C
28 – 2 = 254
IP Address Kelas Khusus
1. IP Address Private
Beberapa IP address tertentu di kelompokan sebagai ip address privat
16
(private IP address),dimana mereka tidak dirutekan melintasi Internet.seperti
dapat kita lihat pada tabel
2.11.
Tabel 1.8 IP Address Private
Kelas A 10.0.0.0 - 10.255.255.255Kelas B 172.16.0.0 - 172.31.255.255Kelas C 192.168.0.0 - 192.168.255.255
2. IP Address Localhost
Komputer memiliki sebuah card interface (adapter) jaringan
atau tidak, mereka pada dasarnya sudah memiliki IP address builtin,
IP address builtin memungkinkan aplikasi yang membutuhkan
konektivitas jaringan dapat berkomunikasi satu dengan lain.
IP address builtin pada umumnya berupa 127.0.0.1 dan dikenal IP
address localhost.
b. IP Subnet
Mengingat tak terkendalinya pertumbuhan Internet, penerapan IP
Address ‘tradisional’ menjadi sangat tidak fleksibel, terutama saat menghadapi
perubahan pada konfigurasi network.Perubahan ini biasanya timbul manakala:
1. Terdapat physical network baru yang baru diinstal pada sebuah
lokasi.
2. Perluasan host yang mensyaratkan pemecahan network local
menjadi bagian-bagian kecil yang berbeda.
Sebagai solusi untuk menangani berbagai kasus diatas, maka
diperkenalkanlah konsep subnet yang dapat mengantisipasi
penambahan address baru dalam network.
Dalam konteks subnet, nomor Host yang menjadi bagian dari IP Address
dipecah menjadi sebuah nomor Network dan nomor Host. Network
kedua ini disebut subnetwork (disingkat subnet) sedangkan
langkahnya disebut subnetting.
17
Subnet dibuat dengan meminjam bit porsi host dan menjadikannya
sebagai subnet. Jumlah bit yang dipinjam bervariasi, tergantung pada nilai
subnet mask.
Representasi Subnet Mask
Ada dua metode yang dapat digunakan untuk merepresentasikan
subnet mask, yakni:
1. Notasi Desimal Bertitik
2. Notasi Panjang Prefiks Jaringan
1. Desimal Bertitik
Sebuah subnet mask biasanya diekspresikan di dalam notasi desimal
bertitik (dotted decimal notation), seperti halnya alamat IP. Setelah semua bit
diset sebagai bagian network identifier dan host identifier, hasil nilai 32 bit
tersebut akan dikonversikan ke notasi desimal bertitik. Perlu dicatat, bahwa
meskipun direpresentasikan sebagai notasi desimal bertitik, subnet mask
bukanlah sebuah alamat IP.
Subnet mask default dibuat berdasarkan kelas-kelas alamat IP dan
digunakan di dalam jaringan TCP/IP yang tidak dibagi ke alam beberapa
subnet,yang dapat dilihat pada tabel
2.12.
Tabel 1.9 Daftar Subnet Mask default
Kelas Subnet Mask (Biner)
Subnet
Mask
Kelas A 11111111.00000000.00000000.00000000 255.0.0.0
Kelas B 11111111.11111111.00000000.00000000 255.255.0.0
Kelas C 11111111.11111111.11111111.00000000 255.255.255.0
18
Nilai subnet mask default di atas dapat dikustomisasi oleh administrator jaringan, saat
melakukan proses pembagian jaringan (subnetting atau supernetting). Sebagai
contoh, alamat 192.168.10.0 merupakan sebuah network identifier dari kelas C yang
telah dibagi ke beberapa subnet dengan menggunakan bilangan 8bit. Kedelapan bit
tersebut yang digunakan sebagai host identifier akan digunakan untuk menampilkan
network identifier yang telah dibagi ke dalam subnet. Subnet yang digunakan adalah
total 24 bit sisanya (255.255.255.0) yang dapat digunakan untuk
mendefinisikan custom network identifier. Network identifier yang
telah disubnetkan tersebut serta subnet mask yang digunakannya selanjutnya akan
ditampilkan dengan menggunakan notasi pada tabel 2.13.
Tabel 1.10 Contoh Subnet mask bertitik
192.168.10.0, 255.255.255.0
2. panjang prefiks (prefix length)
Representasi panjang prefiks (prefix length) dari sebuah subnet
mask. Karena bit-bit network identifier harus selalu dipilih di dalam
sebuah bentuk yang berdekatan dari bit-bit ordo tinggi, maka ada
sebuah cara yang digunakan untuk merepresentasikan sebuah
subnet mask dengan menggunakan bit yang mendefinisikan network
identifier sebagai sebuah network prefix dengan menggunakan notasi
network prefix seperti tercantum di dalam tabel di bawah ini. Notasi
network prefix juga dikenal dengan sebutan notasi Classless Inter-
Domain Routing (CIDR). Formatnya dapat dilihat pada tabel 2.14 dan
contoh daftar subnet mask dengan notasi prefix length dapat dilihat pada
tabel 2.15.
Tabel 1.11Format Notasi Prefix Length
/<jumlah bit yang digunakan sebagai network identifier>
Tabel 1.12 Daftar Subnet mask dengan prefix Length
19
Kelas Subnet Mask (Biner) Subnet mask Prefix
Length
Kelas A 1
1111111.00000000.00000000.00000000
255.0.0.0 /8
Kelas B 1
1111111.11111111.00000000.00000000
255.255.0.0 /16
Kelas C 1
1111111.11111111.11111111.00000000
255.255.255.0 /24
Sebagai contoh, network identifier kelas B dari 138.96.0.0 yang
memiliki subnet mask 255.255.0.0 dapat direpresentasikan di dalam notasi
prefix length sebagai 138.96.0.0/16.
Karena semua host yang berada di dalam jaringan yang sama menggunakan
network identifier yang sama,maka semua host yang berada di dalam jaringan yang
sama harus menggunakan network identifier yang sama yang didefinisikan oleh
subnet mask yang sama pula. Sebagai contoh, notasi 138.23.0.0/16 tidaklah
sama dengan notasi 138.23.0.0/24, dan kedua jaringan tersebut tidak berada di
dalam ruang alamat yang sama. Network identifier 138.23.0.0/16 memiliki range
alamat IP yang valid mulai dar 138.23.0.1 hingga 138.23.255.254; sedangkan
network identifier 138.23.0.0/24 hanya memiliki range alamat IP yang valid
mulai dari 138.23.0.1 hingga 138.23.0.254.
Subnetting
1. Subnetting IP Address kelas A
Tabel berikut berisi subnetting yang dapat dilakukan pada alamat IP
dengan network identifier kelas A,seperti pada tabel 2.16
20
Tabel 1.13 Daftar subnetting dengan IP address kelas A
Jumlah Subnet Jumlah
Subnet
Bit
Subnet Mask Jumlah
host tiap
subnet
Dotted
Decimal
Prefix
Length
1-2 1 255.128.0.0 /9 8388606
3-4 2 255.192.0.0 /10 4194302
5-8 3 255.224.0.0 /11 2097150
9-16 4 255.240.0.0 /12 1048574
17-32 5 255.248.0.0 /13 524286
33-64 6 255.252.0.0 /14 262142
65-128 7 255.254.0.0 /15 131070
129-256 8 255.255.0.0 /16 65534
257-512 9 255.255.128.0 /17 32766
513-1024 10 255.255.192.0 /18 16382
1025-2048 11 255.255.224.0 /19 8190
2049-4096 12 255.255.240.0 /20 4094
4097-8192 13 255.255.248.0 /21 2046
8193-16384 14 255.255.252.0 /22 1022
16385-32768 15 255.255.254.0 /23 510
32769-65536 16 255.255.255.0 /24 254
65537-131072 17 2
55.255.255.128
/25 126
131073-262144 18 2
55.255.255.192
/26 62
262145-524288 19 2
55.255.255.224
/27 30
524289-1048576 20 2
55.255.255.240
/28 14
1048577- 21 2 /29 6
21
2097152 55.255.255.248
2097153-
4194304
22 2
55.255.255.252
/30 2
2. Subnetting IP Address kelas B
Tabel berikut berisi subnetting yang dapat dilakukan pada alamat IP
dengan network identifier kelas B,seperti pada table 2.17.
Tabel 1.14 Daftar subnetting dengan IP address kelas B
Jumlah Subnet Jumlah
Subnet
Bit
Subnet Mask Jumlah
host tiap
subnet
Dotted
Decimal
Prefix
Length
1-2 1 255.255.128.0 /17 32766
3-4 2 255.255.192.0 /18 16382
5-8 3 255.255.224.0 /19 8190
9-16 4 255.255.240.0 /20 4094
17-32 5 255.255.248.0 /21 2046
33-64 6 255.255.252.0 /22 1022
65-128 7 255.255.254.0 /23 510
129-256 8 255.255.255.0 /24 254
257-512 9 255.255.255.128 /25 126
513-1024 10 255.255.255.192 /26 62
1025-2048 11 255.255.255.224 /27 30
2049-4096 12 255.255.255.240 /28 14
4097-8192 13 255.255.255.248 /29 6
8193-16384 14 255.255.255.252 /30 2
3. Subnetting IP Address kelas C
Tabel berikut berisi subnetting yang dapat dilakukan pada alamat IP
22
dengan network identifier kelas C.seperti terlihat pada
tabel 2.18.
Tabel 1.15 Daftar Subnetting dengan IP address kelas C
Jumlah Subnet Jumlah
Subnet
Bit
Subnet Mask Jumlah
host tiap
subnet
Dotted
Decimal
Prefix
Length
1-2 1 2
55.255.255.128
/25 126
3-4 2 2
55.255.255.192
/26 62
5-8 3 2
55.255.255.224
/27 30
9-16 4 2
55.255.255.240
/28 14
17-32 5 2
55.255.255.248
/29 6
33-64 6 2
55.255.255.252
/30 2
Variable-length Subnet Mask (VLSM)
Bahasan di atas merupakan sebuah contoh dari subnetting yang
memiliki panjang tetap (fixed length subnetting), yang akan
menghasilkan beberapa sub jaringan dengan jumlah host yang sama.
Meskipun demikian, dalam kenyataannya segmen jaringan tidaklah seperti
itu. Beberapa segmen jaringan membutuhkan lebih banyak alamat IP
dibandingkan lainnya, dan beberapa segmen jaringan membutuhkan
lebih sedikit alamat IP.
23
Jika proses subnetting yang menghasilkan beberapa sub jaringan
dengan jumlah host yang sama telah dilakukan, maka ada kemungkinan di
dalam segmen-segmen jaringan tersebut memiliki alamat-alamat yang tidak
digunakan atau membutuhkan lebih banyak alamat. Karena itulah, dalam
kasus ini proses subnetting harus dilakukan berdasarkan segmen
jaringan yang dibutuhkan oleh jumlah host terbanyak. Untuk
memaksimalkan penggunaan ruangan alamat yang tetap, subnetting pun
diaplikasikan secara rekursif untuk membentuk beberapa sub jaringan
dengan ukuran bervariasi, yang diturunkan dari network identifier yang
sama. Teknik subnetting seperti ini disebut juga variable-length subnetting.
Subjaringan-subjaringa yang dibuat dengan teknik ini menggunakan subnet
mask yang disebut sebagai Variable- length Subnet Mask (VLSM).
Karena semua subnet diturunkan dari network identifier yang
sama, jika subnet-subnet tersebut berurutan, rute yang ditujukan ke
subnet-subnet tersebut dapat diringkas dengan menyingkat network
identifier yang asli. Teknik variable-length subnetting harus dilakukan
secara hati-hati sehingga subnet yang dibentuk pun unik, dan dengan
menggunakan subnet mask tersebut dapat dibedakan dengan subnet
lainnya, meski berada dalam network identifer asli yang sama. Kehati-
hatian tersebut melibatkan analisis yang lebih terhadap segmen-segmen
jaringan yang akan menentukan berapa banyak segmen yang akan
dibuat dan berapa banyak jumlah host dalam setiap segmennya.
Dengan menggunakan variable-length subnetting, teknik subnetting
dapat dilakukan secara rekursif: network identifier yang sebelumnya telah
disubnetkan, disubnetkan kembali. Ketika melakukannya, bit-bit network
identifier tersebut harus bersifat tetap dan subnetting pun dilakukan dengan
mengambil sisa dari bit-bit host.
24