bab 4.docx

8
BAB IV PEMBAHASAN Dalam bab ini penulis akan mencoba membahas mengenai masalah-masalah yang timbul selama penulis melaksanakan asuhan keperawatan pada klien post operasi apendiktomi dengan melihat kesenjangan atau perbedaan yang terjadi antara teori menjadi rujukan dengan kasus yang penulis jumpai langsung di lapangan melalui tahap pendekatan proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. A. Pengkajian Menurut tinjauan teoritis pengkajian pre operasi apendiksitis adalah nyeri abdomen kuadran kanan bawah, abdomen kaku, bising usus menurun atau tidak ada, muntah, konstipasi atau diare yang dapat terjadi, anoreksia,

Upload: mhdsandanovan

Post on 29-Sep-2015

225 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

BAB IV PEMBAHASAN

Dalam bab ini penulis akan mencoba membahas mengenai masalah-masalah yang timbul selama penulis melaksanakan asuhan keperawatan pada klien post operasi apendiktomi dengan melihat kesenjangan atau perbedaan yang terjadi antara teori menjadi rujukan dengan kasus yang penulis jumpai langsung di lapangan melalui tahap pendekatan proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.A.PengkajianMenurut tinjauan teoritis pengkajian pre operasi apendiksitis adalah nyeri abdomen kuadran kanan bawah, abdomen kaku, bising usus menurun atau tidak ada, muntah, konstipasi atau diare yang dapat terjadi, anoreksia, takikardia, pernafasan cepat dan dangkal, pucat, letargi, peka rangsang, postur bungkuk.Pada tinjauan kasus pre operasi tidak di kaji karena pasien sudah dilakukan operasi,tapi pada tinjauan teoritisdi masukan pengkajian untuk perbedaan saja. Sedangkan pada tinjauan teoritis data pengkajian operasi adalah nyeri, kaji adanya tanda-tanda infeksi. Pada tinjauan kasus hal tersebut juga muncul. Pada tinjauan kasus di dapatkan data anak tidak nafsu makan, hal tersebut ada maka dimunculkan pada tinjauan kasus. B.Diagnosa Keperawatan Berdasarkan tinjauan kepustakaan menurut Wong (2004, hal. 491), diagnosa keperawatan yang timbul pada klien post operasi Apendiktomi adalah nyeri berhubungan dengan insisi bedah, resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan nafsu makan, mual dan muntah, resiko tinggi penyebaran infeksi berhubungan dengan adanya organisme infektif di dalam abdomen,perubahan proses keluarga berhubungan dengan krisis situasi.Berdasarkan hasil pengkajian yang penulis lakukan pada klien dengan kasus Post operasi apendiktomi, penulis menganalisa beberapa permasalahan yang timbul dan menyimpulkan beberapa diagnosa keperawatan yaitu : Kerusakan integritas jaringan. Nyeri akut Post Operasi Apendiktomi berhubungan dengan insisi bedah yang ditandai dengan wajah meringis, skala nyeri 7. Dan diagnosa resiko tinggi penyebaran infeksi berhubungan dengan adanya luka insisi bedah yang di tandai dengan An. R mengatakan badannya hangat, temperature 38,2oC. Perubahan pola nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang proses penyakit yang ditandai dengan klien dan keluarga tampak cemas.Dari data penulis peroleh melalui pengkajian langsung pada klien, dari empat diagnosa yang disebutkan pada tinjauan teoritis, hanya dua diagnosa yang muncul pada tinjauan kasus, yaitu: nyeri berhubungan dengan insisi bedah, resiko tinggi penyebaran infeksi berhubungan dengan luka insisi bedah. Ini terjadi karena klien baru pertama kali menderita penyakit apendiksitis, sehingga keluarga kurang mengerti informasi tentang penyakit, tindakan pencegahan dan pelaksanaan sehingga keluarga tidak mampu melakukan perawatan pada klien. C. Perencanaan Apabila ditinjau dari tinjauan kasus pada bagian perencanaan keperawatan tidak jauh berbeda dengan tinjauan teoritis. Perencanaan tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan disesuaikan dengan diagnosa keperawatan berdasarkan teoritis agar kebutuhan klien terpenuhi. Adapun rencana tindakan yang tertulis pada perencanaan keperawatan adalah sebagai berikut :Untuk diagnosa I : Nyeri berhubungan dengan insisi bedah intervensi yang dilakukan adalah jangan menunggu anak sampai anak mengalami nyeri hebat, hindari mempalpasi area operasi kecuali jika di perlukan, dorong untuk berkemih, beri analgesik sesuai ketentuan untuk nyeri. Sedangkan perencanaan pada tinjauan kasus adalah jangan menunggu sampai anak mengalami nyeri hebat, hindari mempalpasi area operasi kecuali jika diperlukan, pasang selang rectal, dorong untuk berkemih, berikan perawatan mulut, lumasi lubang hidung, berikan posisi yang nyaman pada anak bila tidak dikontraindikasikan, berikan analgesik sesuai ketentuan untuk nyeri, beri antiemetik sesuai instruksi untuk mual dan muntah. namun ada beberapa intervensi yang terdapat di tinjauan teoritis tidak muncul pada tinjauan kasus yaitu pasang selang rectal, lumasi lubang hidung, beri antiemetic untuk mual dan muntah tidak direncanakan untuk dilakukan implementasi karena klien tidak mengalami gangguan saat BAB, lubang hidung dalam keadaan bersih dan mulut tidak kotor.Untuk diagnosa 2: resiko tinggi penyebaran infeksi berhubungan dengan luka insisi bedah intervensi yang dilakukan pada tinjauan teoritis adalah kaji tanda-tanda infeksi, bebat sisi operasi dengan tangan atau bantal bila mungkin sebelum batuk, bantu dalam perawatan luka, kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat antibiotic. Sedangkan intervensi yang dilakukan pada tinjauan kasus adalah kaji tanda-tanda infeksi, bantu dalam perawatan luka, kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat antibiotik. Namun ada beberapa intervensi yang terdapat di tinjauan teoritis tidak muncul pada tinjauan kasus yaitu bebat sisi operasi dengan tangan atau bantal bila mungkin sebelum batuk karena tidaak direncanakan untuk dilakukan intervensi karena klien tidak mengalami batu-batuk.D. Penatalaksanaan Pada tahap pelaksanaan tidak semua intervensi yang telah ada pada tinjauan teoritis dapat diterapkan karena disesuaikan lagi dengan kondisi dan peralatan/ fasilitas yang tersedia dirumah sakit.Pelaksanaan Asuhan Keperawatan yang dilakukan banyak mempunyai kesamaan antara teori dan kasus. Dapat dikatakan bahwa pelaksanaan Asuhan Keperawatan yang dilaksanakan disesuaikan dengan intervensi yang sudah ada dilaksanakan secara bertahap hampir sama, terdapat dan berkesinambungan seperti yang disebutkan pada landasan teori bahwa pelaksanaan Asuhan Keperawatan selain harus disesuaikan dengan intervensi yang ada, juga harus diperhatikan keadaan klien pada saat kita melakukan pelaksanaan keperawatan tersebut.,E. Evaluasi Evaluasi yang didapatkan dari ke empat diagnosa yang dilakukan tindakan keperawatan selama tiga hari maka evaluasi yang didapatkan adalah tidak semua masalah teratasi dan dua masalah yang tidak teratasi. Masalah yang teratasi yaitu resiko tinggi penyebaran infeksi dan kurang pengetahuan keluarga, namun yang tidak teratasi yaitu kerusakan integritas jaringan, nyeri berhubungan dengan insisi bedah, perubahan pola nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat. Ini terjadi karena dalam masa perawatan yang dilakukan oleh penulis selama tiga hari terhitung dari tanggal 21 Mei 2013-23 Mei 2013 klien masih mengeluh nyeri nafsu makan masih dalam keadaan kurang baik dan intervensi dilanjutkan oleh perawat ruangan.