bab 4 revisi

7
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengamatan Tabel 1. Data Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Tabel 2. Data Pengukuran Absorban Sampel dan Larutan Standar Konsentrasi (mg/mL) Absorban (A) 0,04 0,378 0,06 0,506 0,08 0,676 Panjang Gelombang (nm) Absorban (A) 600 0,472 610 0,478 620 0,484 630 0,488 640 0,494 650 0,496 660 0,500 670 0,498 680 0,496

Upload: ekha-kartika

Post on 14-Nov-2015

3 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Penentuan Kadar Protein, Pembahasan!

TRANSCRIPT

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN4.1 Hasil PengamatanTabel 1. Data Penentuan Panjang Gelombang MaksimumPanjang Gelombang (nm)Absorban (A)

6000,472

6100,478

6200,484

6300,488

6400,494

6500,496

6600,500

6700,498

6800,496

Tabel 2. Data Pengukuran Absorban Sampel dan Larutan StandarKonsentrasi (mg/mL)Absorban (A)

0,040,378

0,060,506

0,080,676

0,100,820

Sampel (50 kali)0,392

4.2 GrafikGrafik 1. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum

Grafik2. Pengukuran Absorban Sampel dan Larutan Standar

Persamaan garisnya y = 0,133x - 0,009Dimana y = absorbansi sampel x = konsentrasi sampelslope (a) = 0,133intersept(b) = -0,009Sampel (50 kali)y = 0,133x - 0,0090,392 = 0,133x - 0,009 x = = 3,015Kadar protein dalam sampel = x . FP = 3,015 x 50= 150,7518 mg/mL= 0,1507 g/mL

4.3 Reaksi

4.4 PembahasanDalam percobaan ini akan ditentukan kadar protein dalam suatu sampel melalui metode Lowry dengan menggunakan spektrofotometer. Dalam penentuan kadar protein ini didasarkan pada reaksi protein dengan asam fosfotungstat-fosfomolibdat pada suasana alkalis akan memberikan warna biru yang mana intensitas dari warnanya bergantung pada konsentrasi dari protein tersebut. Berdasarkan hal inilah sehingga kita dapat mengukur absorbannya dengan menggunakan spektrofotometer. Pada percobaan ini dilakukan tiga persiapan yang penting sebelum diukur, yaitu mempersiapkan larutan induk, larutan standar, larutan sampel dan pereaksi yang akan digunakan.Dalam larutan standar yang digunakan dalam percobaan kali ini berasal dari larutan induk (BSA 1 mg/mL) yang telah disediakan sebelumnya, yang diencerkan dengan konsentrasi yang berbeda. Larutan standar ini dibuat dengan berbagai konsentrasi yaitui 0,02 mg/mL, 0,04 mg/mL, 0,06 mg/mL, 0,08 mg/mL, dan 0,1 mg/mL. Dalam pembuatan larutan sampel, dilakukan pengenceran dengan faktor pengenceran sebesar 50 kali. Pada pembuatan pereaksi Lowry A digunakan larutan follin-clocalteus yang diencerkan dengan menggunakan akuades dengan perbandingan 1:1. Asam fosfotungstat-fosfomolibdat disini berfungsi memberikan warna pada larutan, yaitu warna biru, dimana intensitas warnanya bergantung pada konsentrasi dari protein itu sendiri. Sedangkan pada pembuatan pereaksi Lowry B yaitu dengan pencampuran antara Na2CO3 dalam NaOH 0,1 N, CuSO4.5H2O 1 %, dan Na-K-tartrat 2 % dengan perbandingan 100:1:1. Bahan-bahan dalam pereaksi Lowry B ini memiliki fungsi yang berbeda-beda dimana CuSO4 disini mereduksi fosfomolibdat-fosfotongstat, Na-K-Tartrat berfungsi mencegah terjadinya pengendapan kupro oksida dalam reagen lowry B, sedangkan Na2CO3 digunakan sebagai garam yang mengkoordinasikan reaksi dalam suasana basa bersama dengan NaOH. Setelah mempersiapkan bahan-bahan, kemudian reagen Lowry B dicampurkan pada larutan sampel, larutan sampel dan blanko kemudian dihomogenkan agar bercampur dengan baik dan didiamkan selama 10-20 menit agar reaksinya berjalan dengan sempurna. Setelah itu ditambahkan reagen Lowry A, dihomogenkan dan didiamkan selama 20-30 menit. Pada suhu kamar. Hal ini dilakukan agar reaksi berjalan dengan sempurna. Prinsip metode Lowry adalah reaksi antara Cu2+ dengan ikatan peptida dan reduksi asam fosfomolibdat asam fosfotungstat oleh tirosin dan triptofan (merupakan residu protein) akan menghasilkan warna biru. Warna yang terbentuk terutama dari hasil fosfomolibdat dan fosfotungstat. Oleh karena itu, warna yang terbentuk tergantung dari tirosin dan triptofan yang terdapat dalam protein.Setelah itu diukur dengan menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang maksimum (660 nm). Dari hasil perhitungan diperoleh kandungan protein dalam sampel sebesar 0,1507 g/mL. Dari hasil percobaan yang diperoleh berdasarkan metode Lowry dengan menggunakan alat spektrometer 20D+, dapat diketahui bahwa semakin tinggi konsentrasi maka semakin besar pula nilai absorbannya, hal ini dikarenakan konsentrasi dan nilai absorbansi berbanding lurus. Kesalahan-kesalahan yang terjadi dalam hasil percobaan mungkin disebabkan karena kesalahan dalam memipet, kesalahan dalam melakukan pengenceran, kurang teliti dalam membaca skala pada buret, dan mungkin kesalahan pada saat melakukan pengukuran absorbansinya.