revisi 4 magang

33
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kegiatan Magang Mahasiswa merupakan suatu kegiatan mandiri mahasiswa yang dilaksanakan di lingkungan kerja untuk mendapatkan  pengalaman kerja yang ses uai dengan bidangnya masing   masing. Dalam hal ini, sebagai mahasiswa jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam khususnya statistika diharapkan dapat mengaplikasikan ilmu matematika dan statistika yang diperoleh selama perkuliahan dan sekaligus mendapatkan bekal pengalaman di dunia kerja. Pada kegiatan magang ini, penulis melaksanakan Kegiatan Magang Mahasiswa (KMM) di Dinas Kesehatan Kabupaten Wonogiri. Berdasarkan laporan WHO (Global Tuberculosis Control  2011), pada tahun 2011 Indonesia merupakan negara dengan peringkat ke-4 terbesar untuk incident cases Tuberkulosis Paru dengan jumlah penderita 0,37   0,54 juta. Tercatat oleh bidang P2PL, Di wilayah Kabupaten Wonogiri, kasus yang ditemukan pada tahun 2009 adalah sebesar 391 penderita dan mengalami  penurunan menjadi 360 penderita di t ahun 2010. Namun mengalami peningkatan lagi sebesar 446 penderita di tahun 2011. Dan pada tahun 2012 tercatat sebesar 406 penderita Tuberkulosis Paru. Pada laporan ini, dilakukan analisis spasial terhadap penyebaran penyakit Tuberkulosis Paru di Kabupaten Wonogiri. Analisis spasial merupakan suatu metode untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh ruang atau waktu dalam suatu kasus. Dalam hal ini, diteliti apakah keadaan ruang (geografis) per kecamatan wonogiri berpengaruh dalam penyebaran penyakit Tuberkulosis Paru, sehingga dapat memberikan gambaran dan masukan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Wonogiri dalam menentukan strategi untuk menekan pertumbuhan Tuberkulosis Paru di Kabupaten Wonogiri.

Upload: intanmustikaningputri

Post on 12-Oct-2015

51 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Magang 2 sks

TRANSCRIPT

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Kegiatan Magang Mahasiswa merupakan suatu kegiatan mandiri

    mahasiswa yang dilaksanakan di lingkungan kerja untuk mendapatkan

    pengalaman kerja yang sesuai dengan bidangnya masingmasing. Dalam hal ini,

    sebagai mahasiswa jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu

    Pengetahuan Alam khususnya statistika diharapkan dapat mengaplikasikan ilmu

    matematika dan statistika yang diperoleh selama perkuliahan dan sekaligus

    mendapatkan bekal pengalaman di dunia kerja. Pada kegiatan magang ini, penulis

    melaksanakan Kegiatan Magang Mahasiswa (KMM) di Dinas Kesehatan

    Kabupaten Wonogiri.

    Berdasarkan laporan WHO (Global Tuberculosis Control 2011), pada

    tahun 2011 Indonesia merupakan negara dengan peringkat ke-4 terbesar untuk

    incident cases Tuberkulosis Paru dengan jumlah penderita 0,370,54 juta.

    Tercatat oleh bidang P2PL, Di wilayah Kabupaten Wonogiri, kasus yang

    ditemukan pada tahun 2009 adalah sebesar 391 penderita dan mengalami

    penurunan menjadi 360 penderita di tahun 2010. Namun mengalami peningkatan

    lagi sebesar 446 penderita di tahun 2011. Dan pada tahun 2012 tercatat sebesar

    406 penderita Tuberkulosis Paru.

    Pada laporan ini, dilakukan analisis spasial terhadap penyebaran penyakit

    Tuberkulosis Paru di Kabupaten Wonogiri. Analisis spasial merupakan suatu

    metode untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh ruang atau waktu dalam

    suatu kasus. Dalam hal ini, diteliti apakah keadaan ruang (geografis) per

    kecamatan wonogiri berpengaruh dalam penyebaran penyakit Tuberkulosis Paru,

    sehingga dapat memberikan gambaran dan masukan kepada Dinas Kesehatan

    Kabupaten Wonogiri dalam menentukan strategi untuk menekan pertumbuhan

    Tuberkulosis Paru di Kabupaten Wonogiri.

  • 2

    1.2. Tujuan KMM

    Tujuan dari KMM terbagi menjadi dua yaitu tujuan umum dan tujuan

    khusus.

    1.2.1. Tujuan Umum

    a. Memenuhi mata kuliah wajib dari Jurusan Matematika Fakultas Matematika

    dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta.

    b. Mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang didapat selama perkuliahan di

    Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

    Universitas Sebelas Maret Surakarta.

    c. Membekali mahasiswa agar siap dan memiliki daya saing tinggi di dunia

    kerja setelah mereka menyelesaikan pendidikan di bangku kuliah.

    1.2.2. Tujuan Khusus

    a. Menganalisis pola penyebaran penyakit Tuberkulosis Paru yang terjadi di

    Kabupaten Wonogiri

    b. Menganalisis adanya hubungan spasial dalam penyebaran penyakit

    Tuberkulosis Paru yang terjadi di Kabupaten Wonogiri.

    1.3. Manfaat Kegiatan Magang Mahasiswa (KMM)

    1.3.1. Manfaat bagi Instansi

    Manfaat KMM bagi instansi adalah adanya diperoleh informasi tentang

    pola penyebaran penyakit Tuberkulosis di Kabupaten Wonogiri tahun 2012

    dengan menggunakan analisis spasial.

    1.3.2. Manfaat bagi Mahasiswa

    a. Mahasiswa mendapatkan wawasan serta pengalaman tentang dunia kerja di

    Dinas Kesehatan Kabupaten Wonogiri.

    b. Mahasiswa dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang didapat selama

    perkuliahan dalam dunia kerja.

  • 3

    BAB II

    PELAKSANAAN KEGIATAN

    2.1. Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Wonogiri

    2.1.1. Sejarah Singkat

    Dinas Kesehatan merupakan Perangkat Daerah pada pemerintah

    Kabupaten Wonogiri. Berdasarkan hasil catatan dokumen kegiatan, belum

    diketahui secara pasti kapan berdirinya Dinas Kesehatan. Namun, diperkirakan

    sejak tahun 1955 Dinas Kesehatan secara defacto sudah melaksanakan kegiatan

    dan berdiri dengan nama Dinas Kesehatan Rakyat (DKR). Pada awal berdirinya

    keadaan sember daya Dinas Kesehatan masih sangat terbatas, baik segi anggaran

    yang tidak memadai, minimnya sarana, pelayanan kesehatan yang belum

    memadai, serta teknologi kedokteran yang belum maju.

    Secara kronologis perkembangan sejarah Dinas Kesehatan dapat

    digambarkan sebagai berikut:

    a. Periode 1955 1970

    sejarah berdirinya Dinas Kesehatan tidak terlepas pula dari masa

    kepemimpinan Bupati yang menjabat pada waktu itu. Pada awal berdirinya,

    sedikit sekali perhatian yang dicurahkan Pemerintah di Kabupaten pada

    pembangunan di bidang kesehatan. Sebelum konsep Puskesmas diterapkan, dalam

    rangka memberikan pelayanan terhadap masyarakat maka dibangunlah Balai

    Pengobatan (BP) dan Balai Kesejahteraan Ibu dan Anak (BKIA), yang tersebar di

    kecamatan-kecamatan dan pada umumnya dipimpin oleh seorang Mantri senior

    yang telah menyelesaikan pendidikan sebagai Pembantu Perawat maupun

    Perawat.

    Selanjutnya agar tugas-tugas di Dinas Kesehatan Kabupaten Wonogiri

    dapat dikoordinir dengan sebaik-baiknya, maka dilantiklah dr. Widya Harssana

    (Oei Thiam Siong) sebagai pejabat DOKABU (Dokter kabupaten/Kepala Dinas

    Kesehatan) yang pertama yang menjabat dari tahun 1955 sampai dengan tahun

    1970.

  • 4

    Sejalan dengan diterapkannya konsep Puskesmas di Indonesia tahun 1969,

    maka mulailah dibangun Puskesmas di beberapa wilayah yang dipimpin oleh

    seorang Dokter Wilayah (Dokwil) yang membawahi beberapa Kecamatan.

    Pelayanan yang diberikan Puskesmas tersebut adalah pelayanan kesehatan

    menyeluruh (konprehensip) yang meliputi pelayanan pengobatan (kuratif), upaya

    pencegahan (preyentif), peningkatan kesehatan (promotif) dan pemulihan

    kesehatan (rehabilitatif).

    Salah satu kejadian penting pada Januari 1959 adalah ditandatanganinya

    persetujuan pembasmian malaria antara Pemerintah RI, WHO dan USAID.

    Direncanakan tahun 1970 penyakit malaria akan terbasmi dari bumi Indonesia. Di

    Indonesia, khususnya Kabupaten Wonogiri pada waktu itu sedang terjangkit

    Malaria dengan angka kasus yang cukup tinggi, maka dibentuklah Dinas

    Pemberantasan Malaria (DPM) pada tanggal 12 September 1959, yang kemudian

    diubah menjadi Komando Operasi Pembasmian Malaria (KOPEM) pada tanggal

    14 Januari 1963.

    b. Periode 1971 1990

    Pada periode tahun 1971 sampai dengan tahun 1986 Kepala Dinas

    Kesehatan Kabupaten Wonogiri dijabat oleh dr. Liem Ing Hien. Kemudian setelah

    itu digantikan oleh dr. Y. Sumarmo yang menjabat mulai tanggal31 Juli 1986

    sampai dengan 31 Juli 1999.

    Pada saat masa kepimimpinan dr. Liem Ing Hien kegiatan-kegiatan yang

    dilaksanakan semakin komplek, karena masalah-masalah kesehatan yang

    ditemukan sedemikian banyak. Diantaranya adalah masih merajalelanya

    penyakitpenyakit menular seperti Cacar, Malaria, TBC dengan incidence dan

    prevalence yang tinggi. Status gizi terutama pada golongan anak-anak di bawah

    lima tahun dan ibu hamil atau menyusui masih belum memuaskan. Air minum

    yang sehat, pembuangan kotoran dan sanitasi perumahan yang sangat tidak

    memadai. Hal tersebut erat kaitannya dengan kemiskinan yang dicerminkan oleh

    rendahnya tingkat pendidikan, penghasilan perkapita, produksi perkapita dan

    konsumsi perkapita (termasuk konsumsi dalam bidang sanitasi, gizi dan pelayanan

    kesehatan).

  • 5

    Selain hal tersebut masalah tenaga kerja khususnya dokter, jumlahnya juga

    masih sangat terbatas.Untuk itu pada tahun 1976 dikembangkanlah Konsep

    Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD). PKMD adalah bagian

    integral dari Pembangunan desa secara keseluruhan.

    Usaha-usaha PKMD jika dilihat dari kepentingan masyarakat merupakan

    kegiatan swadaya masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan

    masyarakat melalui perbaikan status kesehatan. Jika dilihat dari kepentingan

    pemerintah maka PKMD merupakan usaha untuk memperluas jangkauan

    pelayanan kesehatan baik oleh pemerintah maupun oleh swasta sebagai Health

    Provider dengan peran serta aktif dari masyarakat sendiri. Diharapkan dengan

    pelaksanaan PKMD akan menyediakan pelayanan untuk perbaikan hygiene

    perorangan, kesehatan lingkungan, perbaikan taraf gizi, pengembangan kesadaran

    untuk hidup sehat, penyuluhan kesehatan, pelayanan kuratif dan preventif

    termasuk kesejahteraan ibu dan anak, Keluarga Berencana (KB), Imunisasi,

    Pemberantasan Penyakit Menular, Usaha Kesehatan Sekolah dan lain sebagainya

    sesuai dengan kebutuhan setempat.

    c. Periode 1990 - 2000

    Pada periode ini, tercatat Dinas Kesehatan Kabupaten Wonogiri

    mengalami 2 kali pergantian kepemimpinan yaitu dari dr. Y. Sumarmmo yang

    menjabat mulai tanggal 31 Juli 1986 sampai dengan 31 Juli 1999 kepada dr. TH.

    Sunarto yang menjabat mulai tanggal 2 Oktober 2000. Mulai periode ini

    pembangunan kesehatan di Indonesia telah mengacu pada Undang-Undang

    Kesehatan, Sistem Kesehatan Nasional (SKN), dan Rencana Pokok Program

    Pembangunan Bidang Kesehatan (RP3JPK). Sistem Kesehatan Nasional telah

    ditetapkan untuk digunakan sebagai sumbangan bagi peningkatan

    penyelenggaraan pembangunaan Nasional dan sebagai pedoman bagi

    penyelenggaraan upaya kesehatan di seluruh Indonesia dalam menjalankan tugas-

    tugas pembangunan di bidang kesehatan. Sedangkan RP3JPK merupakan

    pedoman bagi penyusunan rencana lima tahunan dan juga rencana tahunan di

    bidang kesehatan baik dalam bentuk program-program dan proyek pembangunan

    maupun dalam bentuk kegiatan rutin.

  • 6

    Selanjutnya dalam rangka mengoperasionalkan kebijakan Pemerintah

    Pusat, maka berdirilah Kantor Departemen Kesehatan Kabupaten yang bertugas

    melaksanakan pembinaan, pengembangan, pengawasan dan penertiban upaya

    kesehatan di Kabupaten serta Kecamatan. Segala urusan yang dilimpahkan oleh

    Pemerintah Pusat kepada pejabat-pejabatnya di daerah tetap menjadi tanggung

    jawab Pemerintah Pusat baik mengenai perencanaan, pelaksanaan maupun

    pembiayaan. Adapun hubungan fungsional antara Kantor Departemen Kesehatan

    Kabupaten dengan Dinas Kesehatan Kabupaten meliputi :

    (1) Pengarahan perencanaan program desentralisasi

    (2) Penyelenggaraan administrasi kepegawaian

    (3) Pengawasan yang menyeluruh

    (4) Hubungan teknis kesehatan.

    Keberhasilan Program Kesehatan secara nyata dapat dilihat dari semakin

    meningkatnya kualitas upaya Pelayanan Rujukan yang diketahui dari

    meningkatnya strata/score Puskesmas dan RSUD dimana untuk Puskesmas yang

    terakriditasi secara penuh dan RSUD tipe B.

    Peran serta segenap masyarakat dan kerja sama lintas sektoral dan PKK

    dalam upaya pembangunan kesehatan cukup besar. Terbukti dengan semakin

    memasyarakatnya Posyandu dan tercapainya target-target program kesehatan

    khususnya imunisasi/UCI, Kesejahteraan Ibu dan Anak (KIA), Penyuluhan

    Kesehatan Masyarakat (PKM), Pembinaan Kesehatan Lingkungan (PKL),

    Gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), Usaha Perbaikan Gizi Keluarga

    (UPGK), Upaya Kesehatan Rujukan, Penyuluhan Obat Generik, dan lain-lain.

    Keberhasilan program pembangunan Kesehatan merupakan hasil upaya

    terobosan sebagaimana tercermin dalam ungkapan Gerakan Utama yaitu:

    Gemas Immunisasi (Gerakan Masal Immunisasi)

    Memanfaatkan semua potensi sarana sektoral/lintas program dan lintas

    sektoral serta masyarakat yang ada untuk mencapai target Imunisasi/UCI.

    Gerakan Momentum.

    Memanfaatkan hari-hari besar Nasional/Instansi/Organisasi untuk

    pencapaian target program kesehatan terutama UCI, KIA dan kesehatan

  • 7

    lingkungan pada hari ABRI, Bhayangkara, HKN, HKS, HUT Korpri,

    Bulan Bhakti LKMD, hari Ibu, dll.

    Gerakan Catat Lapor.

    Meningkatkan kualitas pencatatan dan pelaporan kegiatan program

    kesehatan yang dilaksanakan Kandepkes, Dinkesda, RSUD, Gudang

    farmasi, dan Puskesmas, dengan komputerisasi serta peningkatan

    pengetahuan dan ketrampilan analisa data dan visualisasi data.

    Gerakan Penghijauan Puskesmas.

    Untuk meningkatkan keberhasilan Program Kesehatan/ Strata Puskesmas

    menjadi strata maju (hijau).

    Gerakan Taat.

    Mentaati semua pedoman dan petunjuk program kesehatan/ prioritasnya,

    yang diberikan tingkat atas (Pusat/Tingkat I/ Tingkat II).

    Gerakan Waskat Program.

    Melaksanakan Monitoring dan Evaluasi program secara ketat dengan feed

    back report/ supervisi oleh atasan langsung masing-masing program.

    Gerakan Porselinisasi Puskesmas.

    Meningkatkan kualitas kebersihan ruang Pelayanan Kesehatan (ruang

    pengobatan, ruang KIA, KB, Kamar Kecil, ruang tunggu dan sebagainya).

    Dimaksudkan agar supaya kebersihan dan sterilitas ruang relatif lebih

    terjamin.

    Shock Therapi dan Kasih Sayang.

    Memberikan penghargaan dan petunjuk agar supaya potensi yang ada pada

    masing-masing petugas kesehatan dapat lebih ditingkatkan lagi.

    Gerakan Cinta Segitiga Emas.

    a. Cinta Imunisasi.

    b. Cinta Ibu dan Anak.

    c. Cinta JPKM/ Dana Sehat/ Pos Obat Desa.

    Gerakan Puskesmas Jaya (Jalan Raya).

  • 8

    Meningkatkan fungsi Puskesmas di sepanjang jalan yang rawan

    kecelakaan, dengan pelayanan gawat darurat selama 24 jam dan fasilitas

    khusus ambulance jalan raya.

    Gerakan Puskesmas Bersih Hatinya.

    Gerakan Puskesmas Bersih, Sehat, Indah dan Nyaman dimaksudkan agar

    secara fisik dan non fisik, kualitas sarana dan prasarana Puskesmas (fisik)

    dan kualitas manusianya (non fisik) sesuai dengan yang dimaksudkan di

    dalam nama gerakan yaitu senantiasa bersih hatinya.

    Gerakan Puskesmas Wisata.

    Meningkatkan kualitas Puskesmas di daerah wisata sedemikian rupa

    sehingga dapat mengantisipasi berbagai masalah kesehatan yang timbul,

    yang pada gilirannya dapat memberikan pelayanan kesehatan yang baik

    pada wisatawan.

    Gerakan Desa Sehat.

    Meningkatkan keberhasilan program kesehatan dengan peran nyata

    LKMD melalui desa percontohan kesehatan di setiap wilayah kerja

    Puskesmas.

    Gerakan Senyum Puskesmas.

    Yaitu gerakan dimana petugas Puskesmas baik Dokter maupun karyawan

    lain, diharapkan lebih ramah, baik hati, atensi (perhatian) pada pasien dan

    memperhatikan etika kedokteran maupun etika keperawatan, kebidanan

    serta memperhatikan norma agama dan adat istiadat setempat.

    Gadis Cantik.

    Gerakan anti Gondok Endemis, cegah keterbelakangan mental dan kretin

    dengan jalan pemasyarakatan garam beriodium dan kapsul beriodium.

    Pada periode ini di Indonesia sedang dilanda Krisis Moneter yang

    memberikan dampaknegatif kepada masyarakat, khususnya keluarga miskin.

    Banyak diantara mereka yang kehilangan pekerjaan, sehingga daya beli merosot

    tajam, tidak mampu berobat ke Puskesmas dan banyak pula yang tidak mampu

    mendapatkan pelayanan Keluarga Berencana (KB). Apabila hal tersebut

    didiamkan berlarut-larut, maka tidak mustahil masa depan generasi mendatang

  • 9

    akan sangat memprihatinkan. Oleh karena itu, untuk meminimkan dampak negatif

    krisis tersebut, pemerintah telah meluncurkan program JPS-BK(Jaring Pengaman

    Sosial Bidang Kesehatan). Dalam kaitan menunjang pengentasan kemiskinan

    dilaksanakan pula pemberian Kartu Sehat bagi penduduk tidak mampu untuk

    memperoleh pelayanan kesehatan secara cuma-cuma.

    d. Periode 2001 - sekarang

    Pada periode 2001 Dinas Kesehatan Kabupaten Wonogiri dipimpin oleh

    dr. TH. Sunarto sampai pada tanggal 8 Februari 2003, setelah dr. TH. Sunarto

    purna tugas Kepala Dinas kabupaten Wonogiri dipimpin oleh dr. Dwi Handoyo

    sampai pada tanggal 16 Juli 2002. Setelah dr. Dwi Handoyo kepala Dinas

    Kesehatan Kabupaten Wonogiri dijabat oleh dr. Sukeksi Hadi Sutanto, M. Kes

    mulai tanggal 9 Juli 2002 sampai dengan 2 Juni 2006. Kemudian periode tahun

    2006 sampai dengan tahun 2011 Dinas Kesehatan Kabupaten Wonogiri dibawah

    kepemimpinan dr. Aug Jarot Budiharso, dan dari periode 2011 sampai sekarang

    dipimpin oleh dr. Widodo, M. Kes.

    Salah satu peristiwa penting yang terjadi pada periode ini adalah

    diberlakukannya Undang-Undang No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan

    Daerah dan Undang-Undang No. 25 tahun 1999 tentang Perimbangan keuangan

    antara pemerintah pusat dan daerah. Adanya Undang-Undang tersebut membawa

    implikasi dimana pola sentralistik dalam pengambilan keputusan maupun dalam

    pembiayaan berubah menjadi pola desentralisasi, yaitu pemberian kewenangan

    untuk melaksanakan pembangunan kesehatan di daerah dengan pendekatan lokal

    spesifik yaitu lebih memperhatikan dan memanfaatkan potensi yang dimiliki

    sehingga Pemerintah Daerah (Pemda) harus dapat menyelesaikan sendiri

    permasalahan di daerah.

    Sesuai dengan pergeseran paradigma di bidang kesehatan dan sejalan

    dengan penerapan desentralisasi sekaligus untuk menghadapi berbagai tantangan

    yang terkait dengan era globalisasi dan informasi yang menuntut transparansi dan

    akuntabilitas. Puskesmas ideal dibangun sebagai salah satu terobosan di bidang

    pengembangan fungsi dan institusi Puskesmas yang mempunyai tujuan akhir pada

    keterjangkauan pelayanan di seluruh lapisan masyarakat. Kualitas pelayanan

  • 10

    diharapkan bermutu serta berorientasi kepada kepuasan pelanggan atau

    masyarakat pengguna.

    Indikator untuk mencapai keberhasilan pembangunan kesehatan dapat

    ditandai dengan atau oleh meningkatnya sarana dan prasarana kesehatan.

    Saranadan prasarana yang dimaksud adalah Rumah Sakit Bersalin, Balai

    Pengobatan, Balai Kesehatan Ibu dan Anak serta Puskesmas Pembantu

    Seiring dengan penerapan otonomi daerah di Kabupaten Wonogiri, telah

    terjadi pula perubahan struktur organisasi dan tata kerja Dinas Kesehatan.Selain

    hal tersebut, penerapan Otonomi Daerah telah berdampak pada Kantor

    Departemen Kesehatan Kabupaten Wonogiri, yakni dengan dileburnya Institusi

    tersebut menjadi satu dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Wonogiri.

    2.1.2. Visi dan Misi Dinas Kesehatan Kabupaten Wonogiri

    Visi merupakan cara pandang jauh ke depan kemana Dinas kesehatan

    Wonogiri akan diarahkan dan apa yang akan dicapai maupun diperoleh, maka visi

    Dinas Kesehatan Kabupaten Wonogiri adalah Terwujudnya masyarakat

    Wonogiri sehat dan mandiri.

    Dalam rangka untuk mewujudkan visi tersebut, maka Dinas Kesehatan

    Kabupaten Wonogiri mempunyai misi yaitu:

    a. menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan;

    b. mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat dengan bertumpu

    pada potensi daerah;

    c. memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata

    dan terjangkau bagi seluruh masyarakat Kabupaten Wonogiri;

    d. mendorong pemeliharaan dan peningkatan kesehatan individu, keluarga dan

    masyarakat beserta lingkunganya.

    2.1.3. Struktur Organisasi

    Berikut ini adalah bagan struktur organisasi Dinas Kesehatan kabupaten

    Wonogiri.

  • 11

    Gambar 2.1 Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Wonogiri

    2.1.4. Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Kabupaten Wonogiri

    Uraian Tugas Jabatan Struktural Dinas Kesehatan Kabupaten Wonogiri

    tertuang dalam Peraturan Bupati Wonogiri Nomor 107 Tahun 2008 Tanggal 30

    Desember 2008. Berikut ini adalah uraian tugas pokok, fungsi dan uraian tugas

    jabatan struktural pada Dinas Kesehatan Kabupaten Wonogiri.

    a. Kepala Dinas

    Kepala dinas memimpin pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Dinas

    Kesehatan. Tugas pokok Kepala Dinas Kesehatan adalah Melaksanakan urusan

    pemerintahan daerah bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi daerah dan tugas

    pembantuan.

    b. Sekretaris

    Tugas pokok Sekretaris adalah melaksanakan penyiapan perumusan

    kebijakan teknis, pembinaan, pengkoordinasian penyelenggaraan secara terpadu,

    pelayanan administrasi, dan pelaksanaan di bidang perencanaan dan pelaporan,

    keuangan serta umum dan kepegawaian. Dalam pelaksanaan tugas pokok dan

    fungsinya, Sekretaris dibantu oleh Sub bagian Umum dan Kepegawaian, Sub

  • 12

    bagian Keuangan, dan Sub bagian Perencanaan dan Pelaporan. Adapun tugas

    pokok masing-masing sub bagian adalah sebagai berikut.

    1. Sub bagian Umum dan Kepegawaian mempunyai tugas melakukan

    penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan,

    pengkoordinasian penyelenggaraan secara terpadu, pelayanan

    administrasi, dan pelaksanaan di bidang umum dan kepegawaian.

    2. Sub bagian Keuangan mempunyai tugas pokok melakukan penyiapan

    bahan perumusan kebiakan teknis, pembinaan, pengkoordinasian

    penyelenggaran secara terpadu, pelayanan administrasi, dan

    pelaksanaan di bidang keuangan.

    3. Sub bagian Perencanaan dan Pelaporan mempunyai tugas pokok

    melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan,

    pengkoordinasian penyelenggaraan secara terpadu, pelayanan

    administrasi, dan pelaksanaan di bidang perencanaan dan pelaporan.

    c. Bidang Upaya Kesehatan

    Bidang Upaya Kesehatan mempunyai tugas pokok yaitu melaksanakan

    penyiapan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang

    upaya kesehatan dasar dan instansi, upaya kesehatan khusus dan rujukan, upaya

    kesehatan keluarga dan gizi. Dalam pelaksaan tugas pokok dan fungsinya, Bidang

    Upaya Kesehatan dibantu oleh Seksi Upaya Kesehatan Dasar dan Instansi, Seksi

    Upaya Kesehatan Keluarga dan Gizi, dan Seksi Upaya Kesehatan Khusus dan

    Kesehatan Rujukan. Adapun tugas pokok masing-masing seksi adalah sebagai

    berikut.

    1. Seksi Upaya Kesehatan Dasar dan Instansi mempunyai tugas pokok

    melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis pembinaan

    dan pelaksanaan di bidang upaya kesehatan dasar dan instansi.

    2. Seksi Upaya Kesehatan Dasar Keluarga dan Gizi mempunyai tugas

    pokok melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis

    pembinaan dan pelaksanaan di bidang upaya kesehatan gizi dan

    keluarga, kesehatan ibu, anak dan lansia, lintas program dan sektoral

    kesehatan keluarga dan perbaikan gizi.

  • 13

    3. Seksi Upaya Kesehatan Khusus dan Kesehatan Rujukan mempunyai

    tugas pokok melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis

    pembinaan dan pelaksanaan di bidang upaya kesehatan khusus dan

    rujukan.

    d. Bidang Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan

    Bidang Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan mempunyai

    tugas pokok yaitu melakukan penyiapan perumusan kebijakan teknis, pembinaan

    dan pelaksanaan di bidang pengendalian penyakit, pencegahan penyakit dan

    penanggulangan kejadian luar biasa, penyehatan lingkungan. Dalam pelaksanaan

    tugas pokok dan fungsinya, Bidang Pencegahan Penyakit dan Penyehatan

    Lingkungan dibantu oleh Seksi Pencegahan Penyakit dan Penanggulangan KLB,

    Seksi Pengendalian Penyakit, dan Seksi Penyehatan Lingkungan. Adapun tugas

    pokok masing-masing seksi adalah sebagai berikut.

    1. Seksi Pencegahan Penyakit dan Penanggulangan KLB mempunyai

    tugas pokok melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis

    pembinaan dan pelaksanaan di bidang pencegahan penyakit dan

    penanggulangan kejadian luar biasa.

    2. Seksi Pengendalian Penyakit mempunyai tugas pokok melakukan

    penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis pembinaan dan pelaksaan

    di bidang kegiatan pengendalian penyakit.

    3. Seksi Penyehatan Lingkungan mempunyai tugas pokok melakukan

    penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis pembinaan dan

    pelaksanaan di bidang penyehatan lingkungan.

    e. Bidang Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

    Bidang Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat mempunyai

    tugas pokok melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan teknis, pembinaan

    dan pelaksaan di bidang pengembangan promosi kesehatan, pemberdayaan

    masyarakat dan kemitraan, jaminan pemeliharaan kesehatan dan pembiayaan

    kesehatan masyarakat. Dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya, Bidang

    Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat dibantu oleh Seksi

    Pengembangan Promosi Kesehatan, Seksi Pemberdayaan Masyarakat dan

  • 14

    Kemitraan, dan Seksi Jaminan Pemeliharaan Kesehatan dan Pembiayaan

    Kesehatan Masyarakat. Adapun tugas pokok masing-masing seksi adalah sebagai

    berikut.

    1. Seksi Pengembangan Promosi Kesehatan mempunyai tugas pokok yaitu

    melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis pembinaan

    dan pelaksanaan di bidang kegiatan pengembangan promosi kesehatan.

    2. Seksi Pemberdayaan Masyarakat dan Kemitraan mempunyai tugas

    pokok yaitu melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis

    pembinaan dan pelaksanaan di bidang pemberdayaan masyarakat dan

    kemitraan.

    3. Seksi Jaminan Pemeliharaan Kesehatan dan Pembiayaan Kesehatan

    Masyarakat mempunyai tugas pokok yaitu melakukan penyiapan bahan

    perumusan kebijakan teknis pembinaan dan pelaksanaan di bidang

    jaminan pemeliharaan kesehatan dan pembiayaan kesehatan

    masyarakat.

    f. Bidang Sumber Daya Kesehatan

    Bidang Sumber Daya Kesehatan mempunyai tugas pokok yaitu

    melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan

    pelaksanaan di bidang farmasi, makanan dan minuman, perbekalan kesehatan,

    pengembangan sumber daya manusia kesehatan dan organisasi profesi. Dalam

    pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya Bidang Sumber Daya Kesehatan dibantu

    oleh Seksi Pengembangan SDM Kesehatan dan Organisasi Profesi, Seksi

    Perbekalan Kesehatan, dan Seksi Farmasi, Makanan dan Minuman. Adapun tugas

    masing-masing seksi adalah sebagai berikut.

    1. Seksi Pengembangan Sumber Daya Manusia Kesehatan dan Organisasi

    Profesi mempunyai tugas pokok yaitu melakukan penyiapan bahan

    perumusan kebijakan teknis pembinaan dan pelaksanaan di bidang

    kegiatan pengembangan sumber daya manusia kesehatan profesi.

    2. Seksi Perbekalan Kesehatan mempunyai tugas pokok yaitu melakukan

    penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis pembinaan dan

    pelaksanaan di bidang perbekalan kesehatan.

  • 15

    3. Seksi Farmasi, Makanan dan Minuman mempunyai tugas pokok yaitu

    melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis pembinaan

    dan pelaksanaan di bidang kegiatan kefarmasian, pengawasan obat,

    makanan dan minuman.

    g. Kelompok Jabatan Fungsional

    Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas sesuai dengan Jabatan

    Fungsional masing-masing berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Wonogiri

    Nomor 11 Tahun 2008 pasal 42.

    1. Kelompok Jabatan Fungsional dipimpin oleh seorang Tenaga

    Fungsional Senior, sebagai Ketua Kelompok dan bertanggung jawab

    kepada Kepala Satuan Organisasi.

    2. Pembentukan jenis, jenjang dan jumllah jabatan fungsional ditetapkan

    oleh Bupati berdasarkan kebutuhan dan beban kerja, sesuai dengan

    ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

    h. UPT Laboratorium

    UPT Laboratorium mempunyai tugas pokok melaksanaan sebagian

    kegiatan teknis operasional dan kegiatan teknis di bidang pengelolaan

    Laboratorium. Dalam pelaksanaan tugas tersebut, UPT Laboratorium dibantu oleh

    Sub Bagian Tata Usaha. Adapun tugas pokok Sub Bagian Tata Usaha adalah

    melakukan penyediaan bahan program, kepegawaian, keuangan, ketatausahaan,

    rumah tangga dan perlengkapan UPT Laboratorium.

    i. UPT Gudang Farmasi

    UPT Gudang Farmasi mempunyai tugas pokok melaksanaan sebagian

    kegiatan teknis operasional dan kegiatan teknis di bidang pengelolaan obat dan

    bahan habis pakai dalam rangka mendukung pelayanan kesehatan. Dalam

    pelaksanaan tugas tersebut, UPT Gudang Farmasi dibantu oleh Sub Bagian Tata

    Usaha. Adapun tugas pokok Sub Bagian Tata Usaha adalah melakukan

    penyediaan bahan program, kepegawaian, keuangan, ketatausahaan, rumah tangga

    dan perlengkapan UPT Gudang Farmasi.

  • 16

    j. UPT Puskesmas

    UPT Puskesmas mempunyai tugas pokok melaksanaan sebagian kegiatan

    teknis operasional dan kegiatan teknis di bidang pengelolaan Puskesmas/

    pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerja masing-masing. Dalam

    pelaksanaan tugas tersebut, UPT Puskesmas dibantu oleh Sub Bagian Tata Usaha.

    Adapun tugas pokok Sub Bagian Tata Usaha adalah melakukan penyediaan bahan

    program, kepegawaian, keuangan, ketatausahaan, rumah tangga dan perlengkapan

    UPT Puskesmas.

    k. UPT Rawat Inap

    UPT Laboratorium mempunyai tugas pokok melaksanaan sebagian

    kegiatan teknis operasional dan kegiatan teknis di bidang pengelolaan pelayanan

    rawat inap medic dasar. Dalam pelaksanaan tugas tersebut, UPT Rawat Inap

    dibantu oleh Sub Bagian Tata Usaha. Adapun tugas pokok Sub Bagian Tata

    Usaha adalah melakukan penyediaan bahan program, kepegawaian, keuangan,

    ketatausahaan, rumah tangga dan perlengkapan UPT Rawat Inap.

    2.2. Uraian Kegiatan Magang Mahasiswa

    Kegiatan Magang Mahasiswa (KMM) dilaksanakan di Dinas Kesehatan

    Kabupaten Wonogiri sejak tanggal 13 Januari 2014 sampai dengan 14 Februari

    2014. Pelaksanaan Kegiatan Magang Mahasiswa (KMM) sesuai dengan hari kerja

    pegawai, yaitu pada hari Senin sampai dengan Kamis dimulai pukul 07.1514.30

    WIB, pada hari Jumat dimulai pukul 07.1511.00 WIB. Selama mengikuti

    Kegiatan Magang Mahasiswa (KMM) di Dinas Kesehatan Kabupaten Wonogiri

    penulis ditempatkan di Sub Bagian Perencanaan dan Pelaporan.

    Pada Sub Bagian Perencanaan dan Pelaporan, penulis di beri tugas yaitu.

    1. Rekap rencana umum pengadaan barang/jasa pemerintah tahun anggaran

    2014.

    2. Rekap data set prioritas.

    3. Koordinasi dengan bidangbidang terkait.

    4. Rekap data lampiran profil kesehatan Kabupaten Wonogiri tahun 2014.

    5. Rekap dan cetak indikator template data set prioritas.

  • 17

    6. Cek DPA yang salah untuk selanjutnya dikembalikan ke masing-masing

    bidang dan sub bidang yang terkait.

    7. Rekap Usulan Program dan Kegiatan SKPD Tahun 2015.

    Beberapa kegiatan dan tugas diberikan dari pembimbing lapangan

    selengkapnya dilampirkan pada Lampiran 4.

  • 18

    BAB III

    LANDASAN TEORI

    3.1. Tuberkulosis Paru

    Tuberkulosis paru adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh

    kuman TB (Mycobacterium tuberculosis), yang menyerang terutama paru dan

    disebut juga tuberkulosis paru. Cara penularan tuberkulosis paru adalah melalui

    percikan dahak (droplet) sumber penularan adalah penderita tuberkulosis paru

    BTA (+), pada waktu penderita tuberkulosis paru batuk atau bersin. Droplet yang

    mengandung kuman TB dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak.

    Faktor resiko yang mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi

    penderita tuberkulosis paru adalah karena daya tahan tubuh yang lemah dan

    keadaan lingkungan sekitar.

    3.2. Analisis Spasial

    3.2.1 Autokorelasi Spasial

    Menurut Curtis dan Lee (2010), Autokorelasi spasial adalah korelasi antara

    variabel dengan dirinya sendiri berdasarkan ruang atau dapat juga diartikan suatu

    ukuran kemiripan dari objek di dalam suatu ruang (jarak, waktu dan wilayah). Jika

    terdapat pola sistematik di dalam penyebaran sebuah variabel, maka terdapat

    autokorelasi spasial. Adanya autokorelasi spasial mengindikasikan bahwa nilai

    atribut pada daerah tertentu terkait oleh nilai atribut tersebut pada daerah lain yang

    letaknya berdekatan atau bertetangga.

    3.2.2 Matriks Pembobot Spasial

    Matriks pembobot spasial dapat ditentukan dengan beragam metode. Salah

    satu metode penentuan matriks pembobot spasial yang digunakan dalam laporan

    ini adalah Queen contiguity. Matrik pembobot berukuran , dimana setiap

    elemen matriks menggambarkan ukuran kedekatan antara pengamatan dan .

    Dengan ketentuan elemen matriks didefinisikan 1 untuk wilayah yang bersisian

    atau titik sudutnya bertemu dengan daerah yang menjadi perhatian, sedangkan

    daerah lainnya didefinisikan elemen matrik pembobot sebesar 0.

  • 19

    3.2.3 Indeks Moran

    Indeks Moran merupakan teknik dalam analisis spasial untuk mengukur

    hubungan spasial yang terjadi dalam ruang unit (Rosli et al., 2010). Indeks Moran

    digunakan ketika suatu data dipengaruhi oleh faktorfaktor yang bersifat spasial

    misalnya kondisi geografis dan lingkungan.

    Menurut Nakhapakorn dan Supet (2006), indeks Moran dinyatakan dalam bentuk

    = ( )

    =1

    =1

    ( )2=1

    dengan

    =

    =1

    =1

    .

    pada persamaan (3.1) merupakan rata rata dari variabel , merupakan

    elemen dari matrik pembobot, dan W adalah jumlahan dari elemen matrik

    pembobot. Menurut Lee dan Wong (2001), nilai dari indeks ini berkisar antara -

    1 dan 1. Identifikasi pola menggunakan kriteria nilai indeks , jika > 0, maka

    kejadian berpola mengelompok (cluster), jika = 0, maka kejadian berpola

    menyebar tidak merata (tidak ada autokorelasi), dan < 0 kejadian berpola

    menyebar. Dimana 0 merupakan nilai ekspektasi dari yang dirumuskan sebagai

    berikut :

    = 0 =1

    1

    Uji signifikansi untuk autokorelasi spasial menggunakan indeks Moran

    dinyatakan pada langkah-langkah berikut.

    1. 0: tidak terdapat autokorelasi spasial.

    2. 1: terdapat autokorelasi spasial.

    3. Tingkat signifikansi .

    4. Daerah Kritis

    0 ditolak jika > 2 atau <

    2

    5. Statistik Uji

  • 20

    = ()

    ()

    dengan

    menyatakan indeks Moran,

    () menyatakan nilai harapan,

    () menyatakan variansi,

    dimana

    =1

    1

    =4 35

    1 ( 2)( )2

    dengan

    1 =1

    2 ( + )

    2

    2 =1

    2 ( + )

    2

    =1

    3 =1 ( )

    4

    (1 ( )2 )2

    4 = 2 3 + 3 1 2 + 3(

    )2

    5 = 1 21 + 6(

    )2

    3.2.4 Morans Scatterplot

    Lee dan Wong (2001) menyebutkan bahwa Moranss Scatterplot adalah

    salah satu cara untuk menginterpretasikan Indeks Moran. Moranss Scatterplot

    merupakan alat untuk melihat hubungan antara (nilai pengamatan yang sudah

    distandarisasi) dengan (nilai rata-rata daerah tetangga yang telah distandardisasi).

    Ilustrasi yang lebih lengkap ditunjukkan pada Gambar 3.1.

  • 21

    Gambar 3.1 Morans Scatterplot

    Kuadran I disebut High-High (HH), menunjukkan daerah yang mempunyai

    nilai pengamatan tinggi dikelilingi oleh daerah yang mempunyai nilai pengamatan

    tinggi. Kuadran II disebut Low-High (LH), menunjukkan daerah dengan

    pengamatan rendah tapi dikelilingi daerah dengan nilai pengamatan tinggi.

    Kuadran III disebut Low-Low (LL), menunjukkan nilai pengamatan renddah dan

    dikelilingi daerah yang juga mempunyai nilai pengamatan rendah. Sementara

    Kuadran IV disebut High-Low (HL), menunjukkan daerah dengan nilai

    pengamatan tinggi dikelilingi oleh daerah dengan nilai pengamatan rendah.

    LH

    Kuadran 1

    HH

    Kuadran IV

    LL Kuadran III

    HL

    Kuadran II

  • 22

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1 Data

    Pada bab ini disajikan hasil analisis data yang diperoleh dari DKK Wonogiri.

    Data tersebut meliputi data jumlah penderita Tuberkulosis Paru di tiap kecamatan

    yang berada di Kabupaten Wonogiri pada tahun 2012. Pada Gambar 4.1 disajikan

    peta penyebaran penderita Tuberkulosis Paru untuk 25 kecamatan di Kabupaten

    Wonogiri. Selengkapnya, untuk data jumlah penderita Tuberkulosis Paru tiap

    kecamatan dapat ditunjukkan pada Lampiran 1.

    Gambar 4.1 Peta penyebaran penderita Tuberkulosis Paru untuk 25 kecamatan di

    Kabupaten Wonogiri

    Berdasarkan Gambar 4.1, terdapat 3 kecamatan dengan 2 sampai 5 penyakit

    Tuberkulosis Paru yang ditemukan. 10 kecamatan dengan 6 sampai 14 kasus

    ditemukan. 7 kecamatan dengan 16 sampai 22 kasus ditemukan, dan 5 kecamatan

    dengan 23 sampai 45 kasus ditemukan.

    4.2 Analisis Spasial

    Langkah pertama yang harus dilakukan dalam analisis data untuk

    menentukan pola kejadian penyebaran penyakit Tuberkulosis Paru di Kabupaten

    Wonogiri adalah dengan menghitung indeks Moran. Dalam menghitung indeks

    Moran terlebih dahulu harus menghitung matrik pembobotan. Untuk menghitung

    matrik pembobotan digunakan queen contiguity, memberi nilai 1 untuk daerah

  • 23

    yang bersinggungan dengan daerah yang menjadi perhatian, dan nilai 0 untuk

    daerah lainnya. Setelah didapatkan matrik 2525 kemudian menghitung indeks

    Moran menggunakan bantuan software OpenGeoda. Hasil perhitungan

    menggunakan rumus indeks Moran didapatkan nilai indeks Moran adalah -0,03

    dan () = -0,04. Karena > 0, maka dapat disimpulkan bahwa pola kejadian

    kasus Tuberkulosis Paru adalah mengelompok (cluster).

    Dari scatterplot dapat dilihat bahwa pola kejadian mengelompok, karena

    titiktitik amatan menyebar berdasarkan pengaruhnya terhadap kecamatan yang

    bersebelahan. Pencaran titiktitik terlihat berkumpul pada kuadran III. Dimana

    kuadran III (LL) menunjukkan kecamatan Tuberkulosis Paru-nya rendah berada di

    antara kecamatankecamatan yang angka Tuberkulosis Paru-nya rendah. Kuadran

    LL mengindikasikan kesamaan karakteristik antar kecamatan (pola

    mengelompok).

    Selanjutnya untuk mengetahui apakah terdapat hubungan spasial dalam

    penyebaran penyakit Tuberkulosis Paru di Kabupaten Wonogiri, perlu dilakukan

    uji signifikansi. Dengan melakukan uji signifikansi tersebut dapat menentukan

    apakah terdapat autokorelasi spasial atau tidak dalam penyebaran penyakit

    Tuberkulosis Paru yang terjadi di Kabupaten Wonogiri.

  • 24

    Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh informasi nilai untuk indeks

    Moran adalah 0,0960. Dengan tingkat signfikansi = 0,01, diperoleh statistik uji

    2 = 0,5359. Karena nilai lebih kecil dari

    2 maka dapat disimpulkan

    bahwa tidak terdapat autokorelasi spasial dalam penyebaran penyakit

    Tuberkulosis Paru di Kabupaten Wonogiri. Hal ini dapat juga dilihat melalui

    Morans scatterplot, terlihat bahwa garis miring mendekati nol yang berarti tidak

    terdapat autokorelasi spasial. Dengan kata lain, dalam penyebaran penyakit

    Tuberkulosis Paru di Kabupaten Wonogiri tidak terdapat hubungan spasial, atau

    keadaan geografis tidak mempengaruhi penyebaran penyakit Tuberkulosis Paru di

    Kabupaten Wonogiri.

  • 25

    BAB V

    PENUTUP

    Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa

    1. pola penyebaran penyakit Tuberkulosis Paru yang terjadi di Kabupaten

    Wonogiri menunjukkan pola mengelompok, dan

    2. tidak terdapat hubungan spasial dalam penyebaran penyakit Tuberkulosis Paru

    yang terjadi di Kabupaten Wonogiri.

  • 26

    DAFTAR PUSTAKA

    Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Pedoman Nasional

    Penganggulangan Tuberkulosis. Edisi 2:cetakan II, Jakarta, 2008

    Curtis, J. A. and Lee, A. W., Spatial Pattern of Diabetes Related Health Problems

    for Vulneral Populations in Los Angeles, USA, 2010

    Lee J. And Wong S.W.D., Statistical Analysis with Arcview GIS, John Willey &

    Sons, Inc., United States of America, 2001

    Rosli, M.H., Er, A.C., Asmahani, A., Naim M.M.R., Harsuzilawati, M., Spatial

    Mapping of Dengue Incident: A case Study in Hulu Langat District, Selangor,

    Malaysia, International Journal of Human and Social Sciences, 2010, Vol. 5,

    No. 6: 410 414.

  • 27

    LAMPIRAN

    Lampiran 1. Data Jumlah Penderita Tuberkulosis Paru per Kecamatan di

    Kabupaten Wonogiri

    Lampiran 2. Peta Administrasi Wonogiri

    Lampiran 3. Surat Persetujuan KMM

    Lampiran 4. Daftar Presensi Mahasiswa KMM

    Lampiran 5. Daftar Presensi Pembimbing

    Lampiran 6. Surat Rekomendasi Kesbangpol

  • 28

    Lampiran 1. Data Jumlah Penderita Tuberkulosis Paru per Kecamatan di

    Kabupaten Wonogiri

    0

    5

    10

    15

    20

    25

    30

    35

    40

    45

    50

    Wo

    no

    giri

    Selo

    giri

    Nga

    dir

    ojo

    Ngu

    nto

    ron

    adi

    Wu

    ryan

    toro

    Man

    yara

    n

    Ero

    mo

    ko

    Pra

    cim

    anto

    ro

    Bat

    ure

    tno

    Tirt

    om

    oyo

    Bat

    uw

    arn

    o

    Kar

    angt

    enga

    h

    Gir

    iwo

    yo

    Gir

    ito

    ntr

    o

    Par

    angg

    up

    ito

    Sid

    oh

    arjo

    Gir

    imar

    to

    Jati

    pu

    rno

    Jati

    sro

    no

    Jati

    roto

    Slo

    goh

    imo

    Pu

    rwan

    toro

    Kis

    man

    toro

    Bu

    luke

    rto

    Pu

    hp

    elem

  • 29

    Lampiran 2. Peta Administrasi Kabupaten Wonogiri

  • 30

    DAFTAR PRESENSI PELAKSANAAN KMM

    JURUSAN MATEMATIKA

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    UNIVERSITAS SEBELAS MARET

    SURAKARTA

    Nama : Intan Mustikaning Putri Instansi : Dinas Kesehatan Kab. Wonogiri

    NIM : M0111046 Bagian : Sub Bagian Perenc. & Pelaporan

    Pembimbing : MT. Bambang I., S. Sos Telp : (0273) 321043

    Tgl. Pelaksanaan : 13 Januari 14 Februari 2014

    No. Hari

    Tanggal

    Kegiatan

    Paraf

    Pembimbing

    Lapangan

    1. Senin, 13 Januari

    2014

    a. Perkenalan staf pada Sub Bagian

    Perencanaan

    b. Memintakan rancangan anggaran

    dana kepada kepala seksi SDM

    4. Kamis, 16 Januari

    2014

    a. Apel

    b. Mengantarkan Dokumen ke Kepala

    Bidang Sumber Daya Kesehatan

    5. Jumat, 17 Januari

    2014

    a. Apel

    b. Memintakan rancangan anggaran

    dana kepada kepala seksi SDM

    c. Mengantarkan surat perjalanan dinas

    ke Kepala Bidang P2Pl

    6. Senin, 20 Januari

    2014

    a. Apel

    b. Membuat Surat keluar perihal materi

    LKPJ Bupati Akhir Tahun Anggaran

    2013

    7. Selasa, 21 Januari

    2014

    a. Apel

    b. Membuat Indikator Templete Data

    Set Prioritas

    8. Rabu, 22 Januari

    2014

    a. Apel

    b. Rekap Rencana Umum Pengadaan

    Barang dan Jasa Pemerintah

    c. Mencetak Form Biodata

  • 31

    9. Kamis, 23 Januari

    2014

    a. Apel

    b. Rekap Rencana Umum Pengadaan

    Barang dan Jasa Pemerintah

    c. Mencetak SPPD dan SPT

    10. Jumat, 24 Januari

    2014

    a. Apel

    b. Mencetak dokumen paparan JKS

    c. Menginputkan Indikator Templete

    Data Set Prioritas

    11. Senin, 27 Januari

    2014

    a. Apel

    b. Menginputkan Indikator Templete

    Data Set Prioritas

    c. Mengantarkan Surat Tugas dan Surat

    Perintah Tugas ke Bagian Sekretariat

    12. Selasa, 28 Januari

    2014

    a. Membuat dan mencetak Surat

    Pengantar data personil penyusun

    pelaporan rutin program

    pembangunan daerah tahun 2014

    b. Menginputkan Indikator Templete

    Data Set Prioritas

    13. Rabu, 29 Januari

    2014

    a. Apel

    b. Rekap Indikator Data Set Prioritas

    c. Mencetak Draft Lampiran PPTK

    Dinas Kesehatan Kabupaten

    Wonogiri

    14. Kamis, 30 Januari

    2014

    a. Apel

    b. Rekap Data Profil 2013

    16. Senin, 3 Februari

    2014

    a. Apel

    b. Rekap Data Profil 2013

    18. Rabu, 5 Februari

    2014

    a. Apel

    b. Rekap Data Profil 2013

    19. Kamis, 6 Februari

    2014

    a. Apel

    b. Pengecekan DPA yang salah

    20. Jumat, 7 Februari

    2014

    a. Apel

    b. Penggandaan Peraturan Bupati

  • 32

    21. Senin, 10 Fbruari

    2014

    a. Apel

    b. Mencetak SKP dan Pantauan BOK

    2013

    22. Selasa, 11

    Februari 2014

    a. Apel

    b. Rekap Usulan Program dan Forum

    Kegiatan SKPD 2015

    23. Rabu, 12 Februari

    2014

    a. Apel

    b. Rekap Usulan Program dan Forum

    Kegiatan SKPD 2015

    24. Kamis, 13

    Februari 2014

    a. Apel

    b. Data Profil 2013

    c. Upload data Simpus ke Sistem

    Pelaporan Terpadu Simkes

    25. Jumat, 14

    Februari 2014 a. Perpisahan

    Mengetahui,

    Kepala Dinas Kesehatan

    Kabupaten Wonogiri

    dr. WIDODO, M.Kes

    Pembina Utama Muda

    NIP. 19580725 198511 1 002

  • 33

    DAFTAR PRESENSI PEMBIMBINGAN

    PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG MAHASISWA

    JURUSAN MATEMATIKA FMIPA UNS

    Nama : Intan Mustikaning Putri

    NIM : M0111046

    Dosen Pembimbing : Dr. Dewi Retno Sari S, S.Si., M.Kom

    No Tanggal Uraian Paraf dosen

    pembimbing

    1. 14 Oktober 2013 Konsultasi tempat magang

    2. 19 November 2013 Konsultasi tempat magang

    3. 29 November 2013 Konsultasi tempat magang

    4. 7 Februari 2014 Konsultasi laporan magang

    5. 19 Maret 2014 Revisi laporan magang

    6. 27 Maret 2014 Revisi laporan magang