bab 2 landasan teori - library & knowledge...

18
6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengembangan Produk Proses pengembangan produk secara umum terdiri dari tahapan-tahapan atau sering juga disebut sebagai fase. Menurut Ulrich dan Eppinger (2012) dalam bukunya yang berjudul “Product Design and Development”, proses pengembangan produk secara keseluruhan terdiri dari 6 fase, yaitu: 1. Fase 0 (Perencanaan) Disebut sebagai ‘zero phase’ karena kegiatan ini mendahului persetujuan proyek dan proses peluncuran pengembangan produk aktual. 2. Fase 1 (Pengembangan Konsep) Konsep di sini adalah uraian dari bentuk, fungsi, dan tampilan produk dan disertai dengan sekumpulan spesifikasi, analisis produk-produk pesaing serta pertimbangan ekonomis proyek. 3. Fase 2 (Perancangan Tingkatan Sistem) Output fase ini meliputi tata letak bentuk produk, spesifikasi secara fungsional dari tiap subsitem produk, serta diagram aliran proses pendahuluan untuk proses rakitan akhir. 4. Fase 3 (Perancangan Detail) Output fase ini adalah pencatatan pengendalian untuk produk, gambar tiap komponen produk dan peralatan produksinya, spesifikasi komponen- komponen yang dapat dibeli, serta rencana untuk proses pabrikasi dan perakitan produk. 5. Fase 4 ( Pengujian dan Perbaikan) Fase pengujian dan perbaikan melibatkan konstruksi dan evaluasi dari bermacam-macam versi produksi awal produk. Prototipe awal (alpha) dibuat menggunakan komponen dalam bentuk dan jenis meterial pada produksi sesungguhnya, namun tidak memerlukan proses sama dengan yang dilakukan pada proses pabrikasi sesungguhnya. Prototipe beta dibuat dengan komponen yang dibutuhkan pada produksi namun tidak dirakit menggunakan proses perakitan akhir seperti pada perakitan akhir seperti

Upload: trinhbao

Post on 08-Jul-2018

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00092-TI Bab2001.pdf · Sebagai tambahan sasaran proyek yang mendukung strategi

6

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Pengembangan Produk

Proses pengembangan produk secara umum terdiri dari tahapan-tahapan

atau sering juga disebut sebagai fase. Menurut Ulrich dan Eppinger (2012)

dalam bukunya yang berjudul “Product Design and Development”, proses

pengembangan produk secara keseluruhan terdiri dari 6 fase, yaitu:

1. Fase 0 (Perencanaan)

Disebut sebagai ‘zero phase’ karena kegiatan ini mendahului

persetujuan proyek dan proses peluncuran pengembangan produk aktual.

2. Fase 1 (Pengembangan Konsep)

Konsep di sini adalah uraian dari bentuk, fungsi, dan tampilan produk

dan disertai dengan sekumpulan spesifikasi, analisis produk-produk pesaing

serta pertimbangan ekonomis proyek.

3. Fase 2 (Perancangan Tingkatan Sistem)

Output fase ini meliputi tata letak bentuk produk, spesifikasi secara

fungsional dari tiap subsitem produk, serta diagram aliran proses

pendahuluan untuk proses rakitan akhir.

4. Fase 3 (Perancangan Detail)

Output fase ini adalah pencatatan pengendalian untuk produk, gambar

tiap komponen produk dan peralatan produksinya, spesifikasi komponen-

komponen yang dapat dibeli, serta rencana untuk proses pabrikasi dan

perakitan produk.

5. Fase 4 ( Pengujian dan Perbaikan)

Fase pengujian dan perbaikan melibatkan konstruksi dan evaluasi dari

bermacam-macam versi produksi awal produk. Prototipe awal (alpha)

dibuat menggunakan komponen dalam bentuk dan jenis meterial pada

produksi sesungguhnya, namun tidak memerlukan proses sama dengan

yang dilakukan pada proses pabrikasi sesungguhnya. Prototipe beta dibuat

dengan komponen yang dibutuhkan pada produksi namun tidak dirakit

menggunakan proses perakitan akhir seperti pada perakitan akhir seperti

Page 2: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00092-TI Bab2001.pdf · Sebagai tambahan sasaran proyek yang mendukung strategi

7

pada perakitan sesungguhnya. Prototipe beta dievaluasi secara internal dan

juga diuji oleh konsumen dengan menggunakannya secara langsung.

6. Fase 5 ( Produksi Awal)

Tujuan produksi awal ini adalah melatih tenaga kerja dalam

memecahkan permasalahan yang mungkin timbul pada proses produksi

sesungguhnya. Peralihan dari produksi awal menjadi produksi

sesungguhnya harus melewati tahap demi tahap.

Telah banyak perusahaan yang mengubah cara pengembangan produk-

produknya sebagai dampak telah meningkatnya pemahaman terhadap

pengembangan produk yang berkelanjutan (Sousa & Wallace, 2006)

Sumber: Ulrich-Eppinger (2012)

Gambar 2.1 Fase Pengembangan Produk Menurut Ulrich & Eppinger

2.2 Pernyataan Misi

Pernyataan misi mencakup beberapa dari keseluruhan informasi sebagai

berikut yaitu :

• Uraian Produk Ringkas

Mencakup manfaat produk utama untuk pelanggan namun

menghindari penggunaan konsep produk secara spesifik, berupa pernyataan

visi produk.

• Sasaran Bisnis Utama

Sebagai tambahan sasaran proyek yang mendukung strategi

perusahaan, sasaran ini biasanya mencakup waktu, biaya dan kualitas

(contoh penentuan waktu pengenalan produk, informasi finansial yang

diinginkan, target pangsa pasar).

• Pasar target untuk produk

Bagian ini mengidentifikasikan pasar utama dan pasar kedua yang

perlu dipertimbangkan dalam usaha pengembangan.

• Asumsi batasan untuk mengarahkan usaha pengembangan

Fase 0 Perencanaan

Fase 1 Pengembangan

konsep

Fase 2 Peranangan

Tingkat Sistem

Fase 3 Perancangan

Deatail

Fase 4 Pengujian dan Perbaikan

Fase 5 Produksi Awal

Page 3: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00092-TI Bab2001.pdf · Sebagai tambahan sasaran proyek yang mendukung strategi

8

Asumsi-asumsi harus dibuat dengan hati-hati, meskipun dibatasi

kemungkinan jangkauan konsep produk, mereka membantu untuk menjaga

lingkup proyek yang terkelola. Untuk itu dibutuhkan informasi-informasi

untuk pencatatan keputusan mengenai asumsi dan batasan.

• Stakeholder

Satu cara untuk menjamin bahwa banyak permasalahan

pengembangan ditujukan untuk mendaftar secara eksplisit seluruh

stakeholder dari produk, yaitu sekumpulan orang yang dipengaruhi oleh

keberhasilan dan kegagalan produk. Daftar stakeholder terdiri dari

pengguna akhir dan pelanggan eksternal yang membuat keputusan tentang

produk. Stakeholder juga mencakup pelanggan produk yang mendampingi

perusahaan seperti tenaga penjual, organisasi pelayanan dan departemen

produksi.

Tabel 2.1 Contoh Format Pernyataan Misi

Pernyataan Misi : ***

Deskripsi Produk • ***

Sasaran Bisnis Utama • ***

• ***

• ***

Pasar Utama • ***

Pasar Kedua • ***

• ***

Asumsi-asumsi dan Batasan-batasan • ***

• ***

Stakeholder • ***

• ***

(Sumber : Ulrich-Eppinger, 2012)

2.3 Anthropometri

Anthropometri menurut Stevenson dan Nurmianto (Nurmianto, 2008)

adalah suatu kumpulan data numeric yang berhubungan dengan karakteristik

fisik tubuh manusia ukuran, bentuk dan kekuatan serta penerapan dari data

tersebut untuk penanganan masalah desain.

Page 4: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00092-TI Bab2001.pdf · Sebagai tambahan sasaran proyek yang mendukung strategi

9

Distribusi normal ditandai adanya nilai mean (rata-rata) dan SD

(standard deviasi). Sedangkan persentil adalah suatu nilai yang menyatakan

bahwa persentase tertentu dari sekelompok orang yang dimesinya sama dengan

atau lebih rendah dari nilai tersebut. Di dalam anthropometri, persentil 95

menunjukan ukuran tubuh yang besar, sedangkan untuk persentil 5

menunjukan ukuran tubuh kecil.

Perancangan tinggi meja sering kali dirumitkan dengan adanya interaksi

dengan tempat duduk. Dalam perancangan meja kerja salah satu kriterianya

adalah tinggi permukaan meja kerja tetap berada dibawah siku, akan tetapi

perancangan tersebut akan memperpersempit ruang untuk lutut bergerak.

Kadang-kadang pengetik akan menjadi terbiasa, sehingga hal ini lebih

fleksibel untuk memperoleh ukuran meja dengan kemiringan serta mempunyai

ruang yang cukup untuk gerak lutut.

Namun meja yang tidak dapat disetel sesuai dengan ketinggian yang

diinginkan akan mengakibatkan pada operator yang memiliki ukuran tubuh

yang lebih kecil. Operator yang memiliki tubuh lebih kecil dari pada rata-rata

perlu menaikan ketinggian bangkunya agar siku mereka akan pada posisi

tepat, sehingga kaki operator akan menggantung yang mengakibatkan

kelelahan pada otot bagian paha operator. Perlunya pengadaan sadaran kaki

dianggap cukup layak. Pendekatan ini digunakan E. Grandjean (1986), yang

dijelaskan berikut ini;

Untuk menjamin cukup ruang bagi lutut orang dewasa (besar) maka

direkomendasikan menggunakan persentil 95 dari ukuran-ukuran telapak kaki

sampai puncak lutut (tinggi lutut) dan menambahakan kelonggaran-

kelonggaran lainnya.

Kebanggaan orang adalah dengan memiliki kursi yang bisa disetel dan

mempunyai sandaran kaki. Untuk penyederhanaan dan untuk memberikan

pengertian yang mudah dari posisinya lebih baik menghindari sandaran kaki

dan hal ini biasanya dapat dicapai dengan membuat tinggi meja yang dapat

disetel.

Untuk kegiatan membaca dan menulis, orang biasanya mengistirahakan

lengan mereka pada meja sehingga perlu permukaan yang lebih tinggi.

Granjean memberikan nilai antara 740-780 mm untuk laki-laki dan untuk

perempuan 700-740 mm.

Page 5: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00092-TI Bab2001.pdf · Sebagai tambahan sasaran proyek yang mendukung strategi

10

2.4 Arsitektur Produk

Arsitektur produk adalah skema elemen-elemen fungsional dari produk

disusun menjadi chunk yang bersifat fisik dan menjelaskan bagaimana setiap

chunk berinteraksi. Elemen fisik produk dibagi beberapa building blocks utama

yang disebut chunks. Setiap chunk terdiri dari sekumpulan komponen yang

mengimplementasikan fungsi dari produk (Ulrich-Eppinger,2012).

Semua produk terdiri dari elemen fungsional dan fisik. Elemen-elemen

fungsional dari produk terdiri dari operasi dan transformasi yang menyumbang

terhadap kinerja keseluruhan produk. Elemen-elemen fisik dari sebuah produk

adalah bagian-bagian, komponen, dan sub rakitan yang pada akhirnya

diimplementasikan terhadap fungsi produk.

Langkah-langkah dalam menetapkan arsitektur produk adalah dengan

(Ulrich-Eppinger, 2012):

1. Membuat skema produk, yaitu diagram yang menggambarkan pengetian

terhadap elemn-elemen penyusun produk, yakni berupa elemen fisik,

komponen kritis dan elemen fungsional.

Sumber: Ulrich-Eppinger, 2012

Gambar 2.2 Skema Produk

2. Mengelompokkan elemen-elemen pada skema, yaitu menugaskan setiap

elemen yang ada pada skema menjadi chunk. Setiap chunk memiliki satu

fungsi. Elemen yang memiliki fungsi yang sama dapat digabungkan dalam

satu chunk.

Page 6: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00092-TI Bab2001.pdf · Sebagai tambahan sasaran proyek yang mendukung strategi

11

Sumber: Ulrich-Eppinger, 2012

Gambar 2.3 Function Diagram

3. Membuat susunan Geometris yang masih kasar,yaitu susunan geometris

dibuat dalam bentuk gambar, model komputer atau model fisik yang terdiri

dari 2 dan 3 dimensi, penyusunan Geometri yang masih berbentuk kotak

dapat memberikan beberapa alternatif penyusunan sehingga tidak ada

hubungan antara chunk yang paling saling bertentangan.

2.5 Design for Manufacturing (DFM)

Design for manufacturing (DFM) merupakan metode yang memiliki

tujuan mengurangi biaya manufaktur dengan tetap menjaga fungsi dan kualitas

yang diinginkan dengan mengoptimalkan rancangan suatu produk hingga

pabrikasi (Widodo, 2003).

Page 7: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00092-TI Bab2001.pdf · Sebagai tambahan sasaran proyek yang mendukung strategi

12

Perkiraan biaya – biaya

manufaktur

Mengurangi biaya

– biaya komponen

Mengurangi biaya

– biaya perakitan

Mengurangi niaya

-biaya penunjang

produksi

Mempertimbangkan

pengaruh terhadap

keputusan DFM

terhadap faktor lain

Menghitung ulang biaya

manufaktur

Cukup

Baik ?

Tidak

Ya

Desain yang

Diterima

Usulan

Rancangan

Sumber: Widodo, 2003.

Gambar 2.4 Metode Design For Manufacturing

Metode DFM terdiri dari 5 langkah (Ulrich-Eppinger, 2012)

1. Memperkirakan biaya manufaktur.

Input biaya manufaktur meliputi bahan mentah komponen yang dibeli,

usaha-usaha karyawan, energi manufaktur merupakan jumlah seluruh biaya

untuk input dari sistem dana untuk proses pembuangan output yang

dihasilkan oleh sistem.

Biaya manufaktur dari suatu produk yang terdiri dari biaya-biaya dalam tiga

kategori :

a Biaya-biaya komponen

Beberapa komponen pesanan dibuat di pabrik sendiri, yang lain

dihasilkan oleh pemasok berdasarkan spesifikasi rancangan pembuat.

Page 8: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00092-TI Bab2001.pdf · Sebagai tambahan sasaran proyek yang mendukung strategi

13

b Biaya-biaya perakitan

Barang-barang diskrit dirakit dari komponen-komponen. Proses

perakitan mencakup biaya upah tenaga kerja dan biaya peralatan serta

perlengkapan.

c Biaya-biaya overhead

Overhead merupakan kategori yang digunakan untuk mencakup seluruh

biaya-biaya lainnya. Biaya overhead terbagi 2 tipe: biaya pendukung

dan alokasi tidak langsung.

Cara lain untuk membagi biaya manufaktur adalah dengan

menggunakan biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang

tercakup dalam jumlah yang telah ditentukan sebelumnya, tanpa

menghiraukan beberapa banyak unit produk yang dibuat. Biaya variable

adalah biaya yang mencakup dalam proposi langsung dari jumlah unit yang

dihasilkan. Biaya variabel mencakup material,waktu mesin, dan upah. Biaya

tetap terdiri dari peralatan dan biaya yang tidak berulang seperti peralatan

khusus dan biaya set up.

2. Mengurangi biaya komponen.

a. Memahami batasan-batasan proses dan dasar-dasar biaya.

Beberapa komponen dapat ditentukan harganya secara sederhana,

karena perancang tidak memahami kemampuan biaya dasar, dan

batasan-batasan proses produksi. Dalam merancang ulang komponen

untuk mendapatkan kinerja yang sama dan menghindari langkah

manufaktur yang menimbulkan biaya, perancang harus mengetahui tipe

operasi yang sulit dilakukan dalam produksi, dan dengan dasar biaya.

b. Merancang ulang komponen untuk mengurangi langkah pemrosesan.

Kecermatan rancangan yang diusulkan mengarah pada usulan

rancangan ulang menghasilkan penyederhanaan proses produksi.

Dengan mengurangi jumlah langkah dalam proses pabrikasi umumnya

memberikan hasil pengurangan biaya.

c. Pemilihan skala ekonomi yang sesuai untuk pemrosesan komponen.

Biaya manufaktur suatu produk turun bila volume produksi meningkat,

yaitu pengertian dari skala ekonomi. Skala ekonomi untuk suatu

komponen yang dibuat terjadi karena dua alasan berikut:

1. Biaya tetap dibagi di antara lebih banyak unit

Page 9: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00092-TI Bab2001.pdf · Sebagai tambahan sasaran proyek yang mendukung strategi

14

2. Biaya variabel menjadi lebih rendah karena perusahaan dapat

mempertimbangkan penggunaan proses-proses dan peralatan yang

lebih luas dan efisien.

d. Menstandarkan komponen-komponen dan proses-proses.

Prinsip skala ekonomis juga digunakan dalam pemilihan komponen dan

proses. Jika volume produksi bertambah, biaya perunit komponen akan

berkurang. Kualitas dan kinerja meningkat dengan bertambahnya

jumlah produksi karena pihak penghasil komponen dapat

menginvestasikan dalam proses pembelajaran dan perbaikan dalam

perancangan komponen dan proses produksinya.

3. Mengurangi Biaya Perakitan.

Untuk kebanyakan produk, perakitan memberikan total biaya yang

relatif kecil. Walaupun demikian, dengan memfokuskan perhatian pada

biaya perakitan akan memberikan manfaat tidak langsung.

4. Mengurangi Biaya Pendukung Produksi.

Biaya manufaktur sering tidak sensitif untuk kebanyakan faktor yang

secara aktual menyebabkan beban overhead. Meskipun demikian, sasaran

rancangan untuk hal ini seharusnya mengurangi biaya aktual pendukung

produksi, walaupun perkiraan biaya overhead tidak berubah.

5. Mempertimbangkan Pengaruh Keputusan DFM Pada Faktor Lainnya.

Keterkaitan di antara DFM dan waktu pengembangan adalah

kompleks. Penggunaaan beberapa petunjuk DFM dapat menghasilkan

komponen-komponen yang sangat kompleks.

2.6 Assembly Chart

Peta rakitan adalah gambaran grafis dari urutan-urutan aliran komponen

dan rakitan-bagian (sub assembly) ke rakitan suatu produk (Apple, 1990). Akan

terlihat bahwa peta rakitan menunjukkan cara yang mudah untuk memahami:

1. Komponen-komponen yang membentuk produk.

2. Bagaimana komponen-komponen ini bergabung bersama.

3. Komponen yang menjadi bagian suatu rakitan-bagian.

4. Aliran komponen ke dalam sebuah rakitan.

5. Keterkaitan antara komponen dengan rakitan-bagian.

6. Gambaran menyeluruh dari proses rakitan.

Page 10: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00092-TI Bab2001.pdf · Sebagai tambahan sasaran proyek yang mendukung strategi

15

7. Urutan waktu komponen bergabung bersama.

8. Suatu gambaran awal dari pola aliran bahan.

Tujuan dari Assembly Chart terutama untuk menunjukkan keterkaitan

antara komponen.

Sumber : Apple, 1990.

Gambar 2.5 Assembly Chart

2.7 Operation Process Chart

Operation Proses Chart (OPC) akan menunjukkan langkah-langkah

secara kronologis dari semua operasi inspeksi, waktu longgar, dan bahan baku

yang digunakan di dalam satu proses manufaktur yaitu mulai datangnya bahan

baku sampai ke proses pembungkusan dari produk jadi yang dihasilkan. Dalam

membuat OPC ini ada 3 simbol yang digunakan yaitu simbol lingkaran yang

menggambarkan aktivitas operasi, persegi yang menunjukan inspeksi dan

segitiga yang menunjukan penyimpanan. Pada pembuatan OPC ini garis

vertikal menggambarkan aliran proses yang dilakukan, garis horizontal yang

mengarah pada garis vertikal menggambarkan material yang bergabung dengan

komponen yang dibuat.

Page 11: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00092-TI Bab2001.pdf · Sebagai tambahan sasaran proyek yang mendukung strategi

16

Sumber : Wignjosoebroto, 2009

Gambar 2.6 Operation Process Chart

2.8 Struktur Produk

Struktur produk dapat didefinisikan sebagai cara komponen-komponen

bergabung ke dalam suatu produk selama proses manufaktur. Struktur produk

menggambarkan proses perakitan yang dilakukan untuk memperoleh suatu

produk jadi dalam bentuk tingkatan.

Penyajian struktur produk dibedakan menjadi dua yaitu metode explotion

dan implotion. Metode explotion adalah penyajian struktur produk, dimana

pada level 0 terdapat produk jadi, hingga pada level paling bawah

menunjukkan komponen paling awal dirakit. Sebaliknya, struktur produk

implotion merupakan kebalikan dari struktur produk explotion. Perbedaan

antara struktur produk explotion dan implotion hanya pada penyusunan

levelnya.

Manfaat dari struktur produk adalah memberikan informasi mengenai

material, komponen atupun sub-assembly yang diperlukan dalam pembuatan

suatu produk.

2.9 Bill Of Material (BOM)

Bill of material (BOM) merupakan daftar dari semua material, parts, dan

sub assembly, serta kuantitas dari masing-masing yang dibutuhkan untuk

memproduksi satu unit produk atau parent assembly (Ulrich-Eppinger, 2012).

Tiga jenis BOM yang digunakan dalam dunia perindustrian, yaitu:

Page 12: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00092-TI Bab2001.pdf · Sebagai tambahan sasaran proyek yang mendukung strategi

17

1. Phantom Bill, merupakan jenis bill yang digunakan untuk material yang

tidak untuk disimpan atau untuk material yang hanya lewat saja.

2. Modular Bill, digunakan untuk material dalam menyusun produk dengan

sejumlah option yang berbeda.

3. Pseudo Bill, digunakan untuk menyusun daftar kebutuhan material yang

bukan untuk disusun menjadi produk melainkan untuk dikelompokkan

berdasarkan kriteria tertentu.

Jenis bill dapat juga dibagi berdasarkan tingkatan level yang

disampaikannya, yaitu single level BOM dan multilevel BOM. Jenis bill

lainnya adalah planning bill, yang merupakan jenis bill yang digunakan untuk

keperluan peramalan dan perencanaan.

Manfaat dari BOM adalah sebagai alat pengendali produksi yang

menspesifikasikan bahan-bahan kandungan yang penting dari suatu produk,

2.10 Prototipe

Prototipe didenifisikan sebagai tiruan dari produk berhubungan dengan

satu atau lebih dimensi kepentingan (Ulrich-Eppinger,2012). Dimensi

kepentingan tersebut meliputi fungsi, penampilan, manfaat dan keamanan

produk jika telah digunakan oleh konsumen.

Prototipe dapat dibedakan dalam dua kategori yaitu berdasarkan alam/sifatnya

dan berdasarkan cakupannya:

a. Berdasarkan alam/sifatnya.

Berdasarkan alam/sifatnya prototipe dapat dibedakan dalam dua kategori

untama, yaitu :

1) Prototipe fisik: merupakan obyek yang tangible yang dapat dilihat dan

dipegang.

2) Prototipe analitik: merupakan prototipe yang non-tangible, seperti

model matematika, simulasi, 3D video image, dan lain – lain.

b. Berdasarkan pandangannya (cakupan).

Berdasarkan pandangannya prototipe terbagi atas dua, yaitu :

1) Prototipe terfokus: menggambarkan hanya sebagian dari produk,

untuk memenuhi kepentingan tertentu.

2) Prototipe komprehensif: menggambarkan seluruh bagian produk,

meliputi seluruh fungsi dan tampilannya.

Page 13: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00092-TI Bab2001.pdf · Sebagai tambahan sasaran proyek yang mendukung strategi

18

2.11 Analisa Komparatif k Sampel Independen untuk Data Interval/Rasio

Untuk data interval atau rasio independen yang terdiri dari k sampel,

analisis komparatifnya menggunakan Uji One Way Anova dan Two Way Anova

(Ihsan, 2009).

a. One Way Anova untuk k Sampel Independen

Merupakan pengujian hipotesis komperatif untuk data interval atau rasio

dari k sampel (lebih dari dua sampel) yang berkorelasi dengan satu faktor

yang berpengaruh. One Way Anova dibedakan menjadi dua yaitu :

1) One Way Anova dengan sampel yang sama banyaknya yaitu di mana

setiap kelompoknya memliki jumlah atau ukuran sampel sama

banyaknya.

2) One Way Anova dengan sampel yang tidak sama banyaknya yaitu di

mana setiap kelompoknya memiliki jumlah atau ukuran sampel yang

tidak sama banyak.

b. Two Way Anova untuk k Sampel Independen

Merupakan pengujian hipotesis komperatif untuk data interval atau rasio

dari k sampel (lebih dari dua sampel) yang independen dengan dua faktor

yang berpengaruh. Two Way Anova dibedakan menjadi dua yaitu :

1) Two Way Anova Tanpa Interaksi

Merupakan pengujian hipotesis komperatif untuk data interval atau

rasio dari k sampel (lebih dari dua sampel) yang independen dengan

dua faktor yang berpengaruh sedangkan interaksi kedua faktor tidak

dihitung.

2) Two Way Anova dengan Interaksi

Merupakan pengujian hipotesis komperatif untuk data interval atau

rasio dari k sampel (lebih dari dua sampel) yang independen dengan

dua faktor yang berpengaruh sedangkan interaksi kedua faktor

diperhitungkan.

2.12 Nordic Musculoskeletal Questionnaire (NMQ)

Tujuan dari Nordic Musculoskeletal Questionnaire (NMQ) yaitu untuk

mengembangkan dan menguji metode standar kuesioner yang meliputi

Page 14: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00092-TI Bab2001.pdf · Sebagai tambahan sasaran proyek yang mendukung strategi

19

perbandingan dari punggung, leher, bahu dan keluhan secara umum untuk

digunakan dalam pembelajaran epidemiologis.

Sumber: (Dickinson, Campion, Foster, Newman, O'Rourke, & Thomas, 1992)

Gambar 2.7 Nordic Musculoskeletal Quetionnaire (NMQ)

2.13 Rapid Upper Limb Assessment (RULA)

RULA (Rapid Upper Limb Assessment) adalah sebuah metode untuk

menilai postur, gaya dan gerakan suatu aktivitas kerja yang berkaitan dengan

penggunaan anggota tubuh bagian atas (upper limb) (McAtamney & Corlett,

1993). RULA dapat membantu untuk mengurangi resiko cedera pada seorang

pekerja. RULA digunakan dengan cara mengevaluasi postur tubuh, kekuatan

yang dibutuhkan dan gerakan otot pekerja pada saat sedang bekerja. Analisa

RULA dapat dilakukan sebelum dan sesudah percobaan untuk mengetahui

apakah resiko cedera sudah berkurang. Terdapat 5 faktor eksternal yang dapat

menjadi faktor resiko yang berhubungan dengan terjadinya cedera pada tubuh

bagian atas, yaitu:

Page 15: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00092-TI Bab2001.pdf · Sebagai tambahan sasaran proyek yang mendukung strategi

20

1. Jumlah gerakan

2. Kerja otot statis

3. Beban

4. Dimensi perlatan

5. Lama kerja tanpa istirahat

Terdapat 3 langkah untuk mendapatkan hasil dari metode RULA:

1. Merekam postur tubuh ketika sedang bekerja.

Bagian tubuh yang dianalisa meliputi: lengan (lengan atas), siku

tangan (lengan bawah), pergelangan tangan, leher, trunk, dan kaki.

Padalangkah ini, peneliti merekam dan memasukkan data postur tubuh

pekerja pada software RULA. Kemudian, dari data tersebut dapat

diketahui bagian tubuh yang mempunyai kemungkinan terbesar

mengalami cedera.

2. Menghitung nilai

Data hasil rekaman yang telah dimasukkan software, dihitung nilainya

untuk masing-masing bagian tubuh.

3. Action Level .

Dari hasil nilai yang didapatkan, kemudian diklasifikasikan menurut

action level yang dibedakan menjadi 4 action level sebagai berikut :

a. Action Level 1: Skor 1 atau 2 menunjukkan bahwa postur dapat

diterima selama tidak dijaga atau berulang untuk waktu yang lama.

b. Action Level 2: Skor 3 atau 4 menunjukkan bahwa penyelidikan lebih

jauh dibutuhkan dan mungkin saja perubahan diperlukan.

c. Action Level 3: Skor 5 atau 6 menunjukkan bahwa penyelidikan dan

perubahan dibutuhkan segera.

d. Action Level 4: Skor 7 menunjukkan bahwa penyelidikan dan

perubahan dibutuhkan sesegera mungkin (mendesak).

Page 16: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00092-TI Bab2001.pdf · Sebagai tambahan sasaran proyek yang mendukung strategi

21

Sumber: (McAtamney & Corlett, 1993)

Gambar 2.8 RULA Employee Assessment Worksheet

2.14 Titik Impas (Breakeven Point) pada Permasalahan Produksi

Nilai suatu parameter atau variabel yang menyebabkan dua atau lebih

alternative sama baiknya disebut nilai titik impas (breakeven point). Aplikasi

analisa titik impas pada permasalahan produksi biasanya digunakan untuk

menentukan tingkat produksi yang bisa mengakibatkan perusahaan pada

kondisi impas. Untuk mendapatkan titik impas ini maka harus dicari fungsi-

fungsi biaya manapun pendapatannya. Pada saat kedua fungsi tersebut

bertemu maka total biaya sama dengan total pendapatan. Ada tiga komponen

biaya yang dipertimbangkan dalam analisa ini yaitu :

1. Biaya-biaya tetap (fixed cost) yaitu biaya-biaya yang besarnya tidak

dipengaruhi oleh volume produksi. Beberapa yang termasuk biaya tetap

adalah biaya gudang, biaya tanah, biaya mesin, dan peralatan dan

sebagainya

2. Biaya-biaya variabel (variable cost) yaitu biaya yang besarnya

tergantung pada tingkat volume produksinya. Biaya-biaya yang

tergolong biaya variabel diantanya adalah biaya bahan baku dan biaya

tenaga kerja langsung.

3. Biaya total adalah penjumlahan biaya tetap dan biaya variabel.

Page 17: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00092-TI Bab2001.pdf · Sebagai tambahan sasaran proyek yang mendukung strategi

22

Bila dimisalkan X adalah volume produk yang dibuat, dan c adalah

ongkos variabel yang terlibat dalam pembuatan satu buah produk maka

ongkos variabel untuk membuat X buah produk adalah (Pujawan, 2004):

VC= cX

Karena ongkos total adalah jumlah dari ongkos-ongkos tetap dan

ongkos-ongkos variabel maka berlaku hubungan (Pujawan, 2004):

TC = FC + Vc

= FC + cX

Dimana :

TC = ongkos total untuk membuat X produk

FC = ongkos tetap

VC = ongkos variabel untuk membuat X produk

c = ongkos variabel untuk mebuat satu produk

Dalam analisa titik impas selalu diasumsikan bahwa total pendapantan

(total revenue) diperoleh dari penjualan semua produk yang diproduksi. Bila

harga satu buah produk adalah p maka harga X buah produk akan menjadi

total pendapatan, atau (Pujawan, 2004) :

TR = pX

Dimana ;

TR = total pendapatan dari penjualan X buah produk

p = harga jual per satuan produk

Titik impas akan diperoleh apabila total ongkos-ongkos yang terlibat

persis sama dengan total pendapatan, atau;

Page 18: BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00092-TI Bab2001.pdf · Sebagai tambahan sasaran proyek yang mendukung strategi

23

TR=TC

Atau

pX = FC + cX

X= FC/p-c

Dimana x dalah hal ini adalah volume produksi yang menyebabkan

perusahaan pada titik impas (BEP). Tentu saja perusahaan akan mendapat

untung apabila bisa berproduksi diatas X.