2012-1-00092-mn bab2001

26
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Job Characteristic 2.1.1.1 Pengertian Job Characteristic Setiap pekerjaan selalu memiliki karakteristik-karakteristik yang terkandung dalam pekerjaan tersebut. Suatu pekerjaan adalah suatu pengelompokan tugas didalan suatu satuan-kerja atau unit yang ditentukan. Dalam Simamora, (2004:p.129) model Job Characteristic (Job Characteristics models) merupakan suatu pendekatan terhadap pemerkayaan pekerjaan (job enrichment). Menurut Griffin (2004,p.326), pendekatan Job Characteristic merupakan suatu alternative spesialisasi pekerjaan yang menyarankan agar pekerjaan seharusnya di diagnosiskan dan di tingkatkan sejalan dengan lima dimensi. 2.1.1.2 Dimensi dari sebuah pekerjaan Menurut Hackman dan Oldham (dalam Robbins 2008, p.348-349) dalam setiap pekerjaan setidaknya harus memiliki lima dimensi dari sebuah pekerjaan yaitu:

Upload: aditya-achmad-narendra-whindracaya

Post on 06-Nov-2015

225 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Now a days many professional organizations, including labor unions, operate placementservices for the benefit of other members. Professional organizations serving such variedoccupations as individual engeering, pshchology, acccounting, legal academics publishrosters of a job vacancies. Temporary staffing agencies are providing a quick and cost-effictive way to get...

TRANSCRIPT

  • 6

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

    2.1 Kajian Pustaka

    2.1.1 Job Characteristic

    2.1.1.1 Pengertian Job Characteristic

    Setiap pekerjaan selalu memiliki karakteristik-karakteristik yang

    terkandung dalam pekerjaan tersebut. Suatu pekerjaan adalah suatu

    pengelompokan tugas didalan suatu satuan-kerja atau unit yang ditentukan.

    Dalam Simamora, (2004:p.129) model Job Characteristic (Job

    Characteristics models) merupakan suatu pendekatan terhadap pemerkayaan

    pekerjaan (job enrichment).

    Menurut Griffin (2004,p.326), pendekatan Job Characteristic

    merupakan suatu alternative spesialisasi pekerjaan yang menyarankan agar

    pekerjaan seharusnya di diagnosiskan dan di tingkatkan sejalan dengan lima

    dimensi.

    2.1.1.2 Dimensi dari sebuah pekerjaan

    Menurut Hackman dan Oldham (dalam Robbins 2008, p.348-349)

    dalam setiap pekerjaan setidaknya harus memiliki lima dimensi dari sebuah

    pekerjaan yaitu:

  • 7

    1. Keanekaragaman keterampilan ( skill variety )

    Tingkat sampai mana pekerjaan membutuhkan beragam aktivitas

    sehingga pekerja bisa menggunakan sejumlah keterampilan dan bakat

    yang berbeda. Pekerjaan yang membutuhkan keterampilan dan bakat yang

    lebih banyak aka memiliki nilai yang tinggi dalam keanekaragaman

    keterampilan dibandingkan dengan pekerjaan yang membutuhkan hanya

    satu keterampilan dan bakat saja

    2. Identitas tugas (task identitiy)

    Tingkat dimana pekerjaan menuntut kelengkapan dalam suatu

    kesatuan dan tiap bagian pekerjaan dapat diidentifisir, yaitu

    menyelesaikan pekerjaan mulai dari permulaan hingga akhir dengan hasil

    yang nyata

    3. Signifikansi tugas (task significance)

    Tingkat sampai mana suatu pekerjaan berpengaruh subtansial dalam

    kehidupan atau pekerjaan individu lain. Pengaruh yang dihasilkan oleh

    sebuah pekerjaan memiliki nilai penting. Suatu pekerjaan akan memiliki

    nilai tinggi jika suatu pekerjaan memberikan pengaruh subtansial terhadap

    lingkungan dan pekerjaan individu lain dalam lingkungan kerja.

    4. Otonomi (autonomy)

    Tingkat sampai mana suatu pekerjaan memberikan

    kebebasan,kemerdekaan, serta keleluasaan yang subtansial untuk individu

    dalam merencanakan pekerjaan dan menentukan prosedur-prosedur yang

  • 8

    akan digunakan untuk menjalankan perkerjaan tersebut. Kebebasan yang

    dimiliki individu dalam melakukan pekerjaannya membuat pekerjaan

    tersebut memiliki nilai yang tinggi dibandingkan yang lain.

    5. Umpan balik (feedback)

    Tingkat sampai mana pelaksanaan aktivitas kerja membuat seseorang

    individu mendapatkan informasi yang jelas dan langsung mengenai

    keefektifan kinerjanya. Suatu pekerjaan akan memiliki nilai tinggi dalam

    umpan balik yang jelas mengenai kinerja individu yang menyelesaikan

    pekerjaan tersebut.

    2.1.2 Reward System

    2.1.2.1 Pengertian Reward System

    Suatu organisasi memberikan imbalan kepada karyawan sebagai

    bentuk timbal balik yang diberikan atas kinerja yang diberikan oleh

    karyawan. Imbalan yang diberikan oleh organisasi merupakan hak dari

    setiap karyawan dalam organisasi yang telah memberikan kinerja mereka.

    Hak itu harus diberikan oleh organisasi sebagai bentuk apresiasi atas kinerja

    karyawan. Selain itu, organisasi memberi imbalan kepada karyawan untuk

    mencoba memotivasi kinerja mereka dan mendorong loyalitas dan retensi.

    Penghargaan organisasi memiliki sejumlah bentuk yang berbeda meliputi

    uang (gaji, bonus, insentif), penghargaan, dan tunjangan.

    Uang telah lama dipandang sebagai penghargaan dan untuk beberapa

    orang hal itu lebih penting daripada apapun yang diberikan perusahaan.

  • 9

    Peran uang sebagai penghargaan akan berbeda-beda menurut individu dan

    industri, tetapi suatu hal yang pasti adalah uang merupakan penghargaan

    yang penting (Luthans 2006,p.243). Uang juga dihubungkan dengan dengan

    empat atribut simbolis penting yang diperjuangkan manusia : prestasi dan

    penghargaan, status dan rasa hormat, kebebasan dan kontrol, dan kekuasaan.

    Secara khusus, uang membantu orang mempertahankan tujuan fisik

    (pakaian, mobil, rumah) dan psikologi (status, harga diri, perasaan

    berprestasi). Pada kenyataannya, dalam kebanyakan buku manajemen yang

    berhubungan dengan uang, peneliti fokus pada uang sebagai gaji dan cara di

    mana gaji mempengaruhi motivasi, sikap kerja dan retensi.

    Gaji merupakan penghargaan penting yang tidak perlu dipertanyakan

    lagi. Selain uang, bentuk penghargaan untuk mengidentifikasi dan member

    penghargaan kinerja yang luar biasa menjadi hal vital, tetapi sering menjadi

    bagian Reward System organisasi yang terabaikan. Uang selalu diutamakan

    secara jelas jika seseorang ditanya mengenai motivasi mereka. Akan tetapi,

    penghargaan organisasi formal dan penghargaan sosial yang digunakan

    secara sistematis oleh supervisor dan manajer merupakan hal yang sangat

    penting bagi karyawan dan keberhasilan organisasi (Luthans 2006,p.243).

    Terdapat sejumlah alasan mengapa penghargaan sepenting, atau

    bahkan lebih penting uang sebagai imbalan untuk karyawan saat ini. Ada

    beberapa bentuk penghargaan yang dapat diberikan dalam jumlah kecil atau

    besar, dan dalam banyak hal dapat dikontrol oleh manajer. Sebagai contoh,

    selain penghargaan sosial dan penghargaan formal, manajer dapat memberi

  • 10

    karyawan kenaikan tanggung jawab. Dalam (Luthans 2006,p.135) seorang

    ahli mengenai penghargaan menjelaskannya demikian :

    Anda bisa, jika anda memilih, membuat semua karyawan Anda . . .

    dapat dipilih untuk mendapat penghargaan nonfinansial. Anda juga dapat

    membuat penghargaan ini kelihatan, jika anda mau, dengan kinerja Anda.

    Anda tidak perlu menunggu persetujuan dari tingkat yang lebih tinggi dan

    tanggal peringatan karena penghargaan nonfinansial tidak berasal dari

    anggaran atau pimpinan, dan jarang disebutkan dalam kontrak pekerjaan dan

    persetujuan kolektif. Selanjutnya . . . jika Anda kurang hati-hati memberi

    seseorang kebebasan atau tantangan lebih dari yang dapat dia lakukan, Anda

    dapat mengambilnya kembali. Oleh karena itu, organisasi menjadi tegas dan

    inovatif ketika menggunnakan penghargaan nonmoneter karena karyawan

    tidak harus hidup dengan kesalahan mereka.

    Penelitian menunjukan bahwa terdapat banyak jenis penghargaan yang

    dapat menyebabkan kinerja dan loyalitas yang tinggi (Luthans dan Stajkovic

    2006,p.582). Salah satu yang mendapat perhatian makin besar adalah

    penghargaan terhadap kenyatan bahwa banyak karyawan memiliki tanggung

    jawab atas pekerjaan dan keluarga, dan ketika organisasi membantu mereka

    menangani kewajiban tersebut, loyalitas mereka pun meningkat (Luthans

    2006,p.116).

  • 11

    2.1.2.2 Jenis-Jenis Reward System

    Penghargaan menurut Ivancevich, Konopaske, dan Matteson

    (2006,p.16) diklasifikasikan ke dalam dua kategori luas yakni ekstrinsik dan

    intrinsik. Kemudian, dari masing-masing dari kategori Ivancevich,

    Konopaske, dan Matteson membagi penghargaan seperti berikut :

    A. Ekstrinsik

    Penghargaan ekstinsik adalah penghargaan yang datang dari luar orang

    tersebut.

    1. Penghargaan Finansial : Gaji dan Upah

    Uang merupakan penghargaan ekstrinsik yang utama

    2. Penghargaan Finansial : Tunjangan

    Tunjangan tidak sepenuhnya financial, seperti pusat penitipan

    anak, pusat kebugaran dan perawatan medis

    3. Penghargaan Interpersonal

    Penghargaan yang disistribusikan kepada karyawan seperti status

    dan pengakuan.

    B. Intrinsik

    Penghargaan intrinsik adalah penghargaan yang datang dari diri

    seseorang itu sendiri.

    1. Penyelesaian (Completion)

  • 12

    Kemampuan memulai dan menyelesaikan suatu pekerjaan atau

    proyek merupakan hal yang penting bagi sebagian orang. Bagi

    mereka itu merupakan penghargaan pada diri mereka sendiri.

    2. Pencapaian (Achievement)

    Pencapaian merupakan penghargaan yang muncul dalam diri

    sendiri, yang diperoleh ketika seseorang meraih suatu tujuan yang

    menantang.

    3. Otonomi (Autonomy)

    Perasaan otonomi dapat dihasilka dari kebebasan melakukan apa

    yang dianggap terbaik oleh karyawan dalam suatu situasi tertentu.

    4. Pertumbuhan Pribadi (Personal Growth)

    Penghargaan ini berupa kesempatan dan dorongan yang diberikan

    perusahaan kepada karyawan untuk berkembang dan bertumbuh.

    2.1.2.3 Dimensi dan indikator Reward System

    Menurut Byars dan Rue (2008) dimensi dan indikator di dalam Reward System :

    Tabel 2.1 Dimensi dan indikator Reward System

    Dimensi Indikator Penyesuaian reward dengan kebutuhan karyawan

    Lokasi kerja Peralatan pendukungpekerjaan Tugas istimewa Pengakuan informal

    Penawaran Mix Rewards kepada karyawan

    Umur Jenis kelamin Status perkawianan Jumlah tanggungan Masa kerja

  • 13

    Memperhatikan Faktor eksternal yang membatasi Reward System

    Ukuran organisasi Kondisi lingkungan Pasar tenaga kerja

    Sumber : Byars dan Rue (2008)

    2.1.3 Employee Engagement

    2.1.3.1 Pengertian Employee Engagement

    Komitmen terhadap kesuksesan pekerjaan sering disebut sebagai

    Employee Engagement. Hal ini didefinisikan oleh salah satu organisasi riset

    terkemuka sebagai hubungan emosional yang tinggi yang seorang karyawan

    rasakan terhadap organisasinya yang mempengaruhinya untuk mengerahkan

    usaha yang bebas dan lebih besar untuk pekerjaannya (Risher, 2010, p74)

    Pengertian Employee Engagement menurut Robbins dan Judge (2007,

    p76) adalah sebuah keterlibatan individual karyawan, kepuasan, dan

    antusiasme untuk melakukan pekerjaannya.

    Sedangkan menurut Fraunheim (2009, p20), Employee Engagement

    mengacu pada seberapa berkomitmen para pekerja kepada organisasi mereka

    dan seberapa besar usaha lebih yang mereka rela untuk berikan dalam

    pekerjaanya.

    Employee Engagement menurut Thomas (2007) merupakan suatu

    keadaan psikologis yang stabil dan adalah hasil interaksi antara seorang

    individu dengan lingkungan tempat individu bekerja.

    Robinson et al (2004) mendefinisikan Employee Engagement sebagai

    sikap positif yang dimiliki sikap karyawan terhadap perusahaan tempat dia

    bekerja dan nilai-nilai yang ada didalam perusahaan tersebut.

  • 14

    Employee Engagement secara keseluruhan merupakan suatu komitmen

    karyawan kepada perusahaanya yang didasari oleh sifat emosional seperti

    antuasiasme, mengarahkan usaha yang bebas dan rela memberikan usaha

    lebih besar untuk pekerjaannya.

    2.1.3.2 Langkah-langkah Pembuatan dan Pelaksanaan Promosi Employee

    Engagement

    Langkah-langkah dalam membuat dan melaksanakan promosi

    engagement adalah (nn, Science Letter, 2009, p4152):

    1. Diagnosa dan Survei Engagement

    Aktivitas diagnosa sebelum survey

    Melakukan pemeriksaan latar belakang dan memperoleh bahasa

    komunikasi

    Melibatkan kepemimpinan untuk mendefinisikan engagement strategis

    dan budaya pendukung

    Merancang proses penyampaian pesan engagement

    2. Rencana Kerja dan Intervention

    Interpretasi hasil survei

    Benchmarking

    Umpan balik hasil survei

    Umpan balik pada level eksekutif

  • 15

    2.1.3.3 Penggerak dari Employee Engagement

    Banyak peneliti telah berusaha untuk mengidentifikasi faktor - faktor

    yang mengarah pada Employee Engagement dan mengembangkan model

    untuk menggambarkan implikasinya bagi para manajer. Diagnosa mereka

    bertujuan untuk menentukan penggerak-penggerak yang akan dapat

    meningkatkan Employee Engagement itu.

    Menurut laporan penelitian Penna (2007) dalam Markos, Salomon;

    Sridevi, M Sandhya, (2010, p89-96) makna didalam pekerjaan memiliki

    potensi untuk menjadi cara yang berharga bagi para pengusaha dan

    karyawan untuk lebih dekat bersama-sama untuk keuntungan kedua belah

    pihak dalam mengalami perasaan berkomunitas, perasaan mendapatkan

    ruang untuk menjadi diri mereka sendiri dan kesempatan untuk memberikan

    kontribusi, dengan menemukan makna.

    Peneliti-peneliti tersebut juga menghasilkan suatu model baru yang

    disebut dengan hirarki keterlibatan yang menyerupai hirarki kebutuhan

    Maslow

  • 16

    Gambar 2.1 Hierarchy of Engagement

    Sumber:http://www.b2binternational.com/publications/white-papers/employee-

    satisfaction/

    Gambar 2.2 Hierarchy of Need

    Sumber: http://www.simplypsychology.org/maslow.html

    Pada baris bawah hierarchy of engagement, terdapat kebutuhan dasar

    gaji dan tunjangan. Setelah karyawan merasa puas akan kebutuhan ini, maka

  • 17

    karyawan mencari kesempatan untuk berkembang, kemungkinan untuk

    promosi dan gaya kepemimpinan promosi akan diperkenalkan dalam model.

    Akhirnya, ketika semua kutipan aspirasi tingkat yang lebih rendah diatas telah

    dipenuhi, karyawan akan mencari penyusaian dari nilai-makna, yang

    ditampilkan dengan arti sebenarnya dari koneksi, tujuan umum dan perasaan

    makna ditempat kerja.

    Studi The Blessing White (2006) dalam Markos, Solomon; Sridevi, M

    Sandhya (2010, p89-96) telah menemukan bahwa hampir dua per tiga (60%)

    dari karyawan yang survey ingin memilik lebih banyak kesempatan untuk

    berkembang untuk tetap merasa puas dalam pekerjaan mereka. Hubungan

    manajer-karyawan yang kuat merupakan unsur krusial dalam Employee

    Engagement dan formula retensi. ( Markos, Sridevi, 2010, 89).

    2.1.3.4 Perilaku Umum dari Employee Engagement

    Karyawan yang memiliki Employee Engagement akan

    mendemonstarasikan tiga perilaku umum secara konstan yang meningkatkan

    kinerja organisasi:

    1. Berbicara (Say)

    Karyawan menganjurkan rekan kerja mereka kepada organisasi dan

    mengacu kepada para karyawan dan para pelanggan yang potensial

    2. Bertahan (stay)

    Karyawan memiliki keinginan yang besar untuk menjadi anggota dari

    organisasi walaupun memiliki kesempatan untuk bekerja ditempat lain.

  • 18

    3. Bekerja keras (Strive)

    Karyawan bekerja keras dalam waktu yang lebih lama, berusaha dan

    berinisiatif untuk berkontribusi pada kesuksesan dari bisnis. (Baumruk ana

    Gorman, 2006).

    2.1.3.5 Strategi Employee Engagement

    Untuk menghasilkan karyawan yang memiliki Employee Engagement,

    manajer perlu untuk melihat poin berikut ini:

    Memulainya pada hari pertama

    Memulaianya dari atas

    Meningkatkan Employee Engagement melalui komunikasi dua arah

    Memberikan kesempatan untuk berkembang dan kemajuan yang

    memuaskan

    Memastikan bahwa karyawan memiliki semua yang mereka butuhkan

    untuk melakukan pekerjaan mereka

    Memberikan karyawan pelatihan yang tepat

    Memiliki sistem umpan balik yang kuat

    Memberikan insentif

    Membangun budaya korporat yang istimewa

    Berfokus pada karyawan berkinerja tinggi (Markos, Sridevi, 2010)

  • 19

    2.1.3.6 Dimensi dan Indikator dari Employee Engagement

    Menurut Thomas (2007) dan Gibbons (2006) dimensi dan indikator di

    dalam Employee Engagement:

    Tabel 2.2 Dimensi dan indikator dari Employee Engagement

    Dimensi Indikator

    Kesiapan

    Siap mendedikasikan diri pada pekerjaan

    Memikirkan cara baru untuk bekerja lebih efektif

    Semangat dalam melaksanakan pekerjaan

    Kerelaan

    Kesediaan memotivasi diri untuk mencapai

    keberhasilan

    Kesediaan untuk bekerja keras atau bekerja

    ekstra keras

    Kebanggaan

    Pekerjaan sebagai sumber kebanggan diri

    Pekerjaan dikerjakan secara lengkap dan

    menyeluruh

    Kesiapan mencurahkan jiwa bagi pekerjaan

    Sumber : Thomas (2007) dan Gibbons (2006)

    Tabel 2.3 12 Elemen Engagement yang dikembangkan oleh Gallup Inc

  • 20

    12 Elements of Engagemet 1. Saya mengetahui apa yang diharapkan dari saya pada pekerjaan 2. Saya memiliki peralatan dan materi-materi yang saya butuhkan untuk

    mengerjakan pekerjaan saya dengan baik 3. Dalam bekerja saya memiliki kesempatan untuk mengerjakan apa yang saya

    kerjakan secara baik setiap hari 4. Dalam tujuh hari terakhir, saya menerima penghargaan atau pujian karena

    mengerjakan pekerjaan saya dengan baik 5. Supervisor saya, atau seseorang dalam lingkungan kerja, terlihat peduli

    dengan saya sebagai individu 6. Ada orang dalam lingkungan kerja yang mendorong perkembangan saya 7. Pendapat saya didengar dalam lingkungan kerja 8. Misi dan tujuan perusahaan membuat saya merasa pekerjaan saya penting 9. Rekan sejawat atau rekan kerja saya memiliki komitmen untuk melakukan

    pekerjaan yang berkualitas 10. Saya mempunyai teman baik di lingkungan kerja 11. Dalam enam bulan terakhir, seseorang menanyakan/membicarakan tentang

    perkembangan saya 12. Dalam setahun terakhir saya memiliki keuntungan untuk belajar dan tumbuh

    dalam lingkungan kerja saya Sumber : Copyright 1993-1998 Gallup Inc. All rights reserved

    Salah satu cara meningkatkan Employee Engagement adalah melalui

    pengadaan pelatihan. Metode pelatihan menurut Barry yang dikutip dalam buku yang

    berjudul Manajemen Sumber Daya Manusia (2012,p101) :

    Pelatihan diadakan sehubungan dengan sebab-sebab atau keadaan tertentu

    yang dialami oleh suatu organisasi. Menurut Barry (2012,p107) pelatihan dapat

    terlaksanadisebabkan oleh banyak hal, karena adanya :

    Perubahan staff

    Perubahan teknologi

    Perubahan pekerjaan Perubahan peraturan hukum

  • 21

    Perkembangan ekonomi

    Pola baru pekerjaan Tekanan pasar

    Kebijakan sosial

    Aspirasi pegawai

    Variasi kinerja

    Pelatihan Sumber Daya Manusia berdasarkan tempat pelaksanaannya dapat

    dilaksanakan pada dua tempat (Barry 2012,p107), yaitu:

    1. On the job training atau pelatihan ditempat kerja. Metode utama

    pelatihan ditempat kerja antara lain adalah :

    Demontrasi

    Dilakukan pemberian materi dengan cara praktek dan contoh-

    contoh langsung yang dilakukan oleh pemateri dalam

    menyelesaikan sesuatu pekerjaan. Pemberian materi pelatihan

    melalui contoh dan praktek dalam demonstrasi memungkinkan

    terjadinya peningkatan skill karyawan.

    Praktek langsung

    Metode ini terutama dilakukan pada pelatihan yang bersifat

    menejerial dan pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan

    profesionalitas

    Metode mengerjakan sendiri.

    Dengan metode ini maka karyawan akan mendapatkan materi

    pelatihan melakukan beberapa kesalahan yang dilakukannya

  • 22

    semasa pelatihan dengan tujuan utama karyawan mampu

    melakukan proses adaptasi lebih cepat terhadap pekerjaan yang

    dilakukannya maupun lingkungan kerjanya. Metode ini banyak

    digunakan dalam instansi pemerintah atau pekerjaan pekerjaan

    lain yang bersifat administrative.

    Rotasi kerja

    Metode pelatihan ini digunakan untuk meningkatkan wawasan

    karyawan pada setiap divisi pekerjaan ditempat kerjanya,dan

    sekaligua mengurai kejenuhan karyawan terhadap rutinitas

    kerja yang monoton.

    2. Off the job traning (pelatihan diluar tempat kerja)

    Bebrapa metode dalam pelatihan diluar tempat kerja antara lain :

    Role play

    Jenis pelatihan ini melakukan simulasi oleh para peserta

    pelatihan dengan memerankan pelaku-pelaku yang ada dalam

    pekerjaan di perusahaannya

    Diskusi kelompok

    Memberikan materi-materi melalui kegiatan diskusi dimana

    peserta pelatihan terlibat dan berkontribusi aktif dalam proses

    pelatihan. Metode ini ditentukan oleh tingkat aktivitas peserta

    diskusi, wawasan peserta terhadap materi

  • 23

    pelatihan,kemampuan fasilitator diskusi dalam memberikan

    feedback kepada peserta diskusi.

    2.1.3.7 Tujuan dan evaluasi pelatihan

    Pelatihan dilakukan untuk memberikan manfaat yang sebesa-besarnya

    dari output yang dihasilkan. Beberapa tujuan yang diharapkan dari tujuan

    pelatihan adalah (Barry 2012,p114):

    Untuk memberikan kesempatan bagi segenap karyawan untuk

    mempertahankan dan mengembangkan skill yang selama ini dimiliki

    karyawan ditempat kerjanya.

    Memberikan para karyawan skill-skill baru yang sangat dibutuhkan

    untuk kemajuan perusahaan.

    Meningkatkan kualitas sumber daya manusia di perusahaan.

    Melibatkan karyawan untuk mengembangkan wacana-wacana baru

    yang secara konstruktif dan terencana dapat memberikan dampak

    positif bagi keberlanjutan dan masa depan karyawan.

    2.1.4 Kinerja dan Kinerja karyawan

    2.1.4.1 Pengertian kinerja dan Kinerja Karyawan

    Berikut ini pengertian kinerja karyawan yang memiliki arti yang

    berbeda menurut para ahli, yaiitu:

    Menurut Wibowo (2007,p7) kinerja berasal dari pengertian

    performance. Adapula yang memberikan pengertian performance sebagai

  • 24

    hasil kerja atau prestasi kerja. Namun, sebenarnya kinerja mempunyai makna

    yang lebih luas, bukan hanya hasil kerja, tetapi termasuk bagaimana proses

    pekerjaan secara langsung.

    Mathis dan Jackson (2006,p378) berpendapat bahwa kinerja

    (performance) pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan

    oleh karyawan. Kinerja karyawan yang umum untuk kebanyakan pekerjaan

    meliputi elemen yaitu kuantitas dari hasil, kualitas dari hasil, ketepatan waktu

    dari hasil, kehadiran dan kemampuan bekerja sama.

    Sehingga dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah perilaku yang

    ditunjukkan sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh karyawan sesuai

    dengan perannya dalam perusahaan.

    2.1.4.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Kinerja Karyawan

    Menurut Mathis dan Jackson (2006.pp113-114) , kinerja para

    karyawan adalah awal dari suatu keberhasilan organisasi untuk mencapai

    tujuannya.

    Ada 3 faktor utama yang mempengaruhi kinerja karyawan yaitu :

    1. Kemampuan individual

    Kemampuan individual karyawan ini mencakup bakat , minat dan

    faktor kepribadian. Tungkat keterampilan , merupakan bahan

    mentah yang dimiliki seorang karyawan berupa pengetahuan ,

    pemahaman , kemampuan , kecakapan interpersonal dan

    kecakapan teknis. Dengan demikian , kemungkinan seorang

  • 25

    karyawan akan mempunyai kinerja yang baik , jika karyawan

    tersebut memiliki tingkat keterampilan baik maka karyawan

    tersebut akan menghasilkan kinerja yang baik pula.

    2. Usaha yang dicurahkan

    Usaha yang dicurahkan dari karyawan bagi perusahaan adalah

    etika kerja , kehadiran , dan motivasinya. Tingkat usahanya ,

    merupakan gambaran motivasi yang diperlihatkan karyawan untuk

    menyelesaikan pekerjaan dengan baik. Dari itu , kalaupun

    karyawan mempunyai tingkat keterampilan untuk mengerjakan

    pekerjaan , akan tetapi tidak akan bekerja dengan baik jika hanya

    sedikit upaya. Hal ini berkaitan dengan perbedaan antara tingkat

    keterampilan dengan tingkat upaya. Tingkat keterampilan

    merupakan cermin dari apa yang dilakukan, sedangkan tingkat

    upaya merupakan cermin apa yang dilakukan.

    3. Dukungan organisasional

    Dalam dukungan organisasional , perusahaan menyediakan

    fasilitas bagi karyawan meliputi pelatihan dan

    pengembangan,standar kinerja,peralatan dan teknologi dan

    menejemen dan kerja. Kinerja pada dasarnya adalah apa yang

    dilakukan atau tidak dilakukan karyawan. Kinerja karyawan adalah

    apa yang mempengaruhi sebanyak mereka memberikan kontribusi

    pada organisasi.

  • 26

    2.1.4.3 Unsur unsur Evaluasi Kinerja

    Menurut Mathis dan Jackson (2006, p378), kinerja (performance) pada

    dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh karyawan.

    Kinerja karyawan yang umum untuk kebanyakan pekerjaan meliputi elemen

    sebagai berikut :

    1) Kuantitas dari hasil

    Pencapaian sasaran atau target dalam kuantitas dapat diukur secara

    absolut, dalam presentase atau indeks.

    2) Kualitas dari hasil

    Kualitas bersifat relatif, sehingga tidak mudah diukur, dan sangat

    tergantung pada selera individu. Kualitas dapat dirasakan, dilihat, atau

    diraba.

    3) Ketepatan waktu dari hasil

    Setiap pelaksanaan tugas selalu membutuhkan waktu sebagai masukan.

    Waktu merupakan sumber daya yang mahal, karena dia terbatas, tidak

    dapat disimpan atau ditunda. Oleh karena itu setiap waktu harus

    digunakan secepat mungkin dan secara optimal. Penundaan penggunaan

    waktu dapat menimbulkan berbagai konsekuensi biaya besar dan kerugian.

    4) Kehadiran atau absensi

    5) Kemampuan bekerja sama

  • 27

    2.2 Tinjauan Penelitian terdahulu

    Untuk melakukan penelitian yang dilakukan, maka dilakukan penelusuran

    lebih lanjut terhadap penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini.

    Berikut ini adalah penelitian terdahulu :

    1. Penelitian oleh Padmakumar Ram & Gantasala V. Prabhakar (2011) yang

    bejudul The role of Employee Engagement in work-related outcomes.

    Berdasarkan penelitian tersebut,di temukan bahwa Job Characteristic

    memiliki korelasi positif terhadap Employee Engagement. Namun berbeda

    dengan Reward System, hasil penelitian menunjukkan korelasi negatif

    terhadap Employee Engagement.

    2. Penelitian oleh Solomon Markos & M. Sandhya Sridevi (2010) yang

    berjudul Employee Engagement: The Key to Improving Performance .

    Hasil dari penelitian tersebut di temukan bahwa tingkat Employee

    Engagement didalam organisasi berpengaruh terhadap tinggi atau

    rendahnya kinerja karyawan pada organisasi tersebut.

    3. Penelitian oleh Alan M. Saks (2006) yang berjudul Employee

    Engagement: Antecedents and consequences. Penelitian dilakukan

    dengan tujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang

    mempengaruhi tingkat Employee Engagement di perusahaan. Hasil

    penelitian menemukan Job Characteristic, perceived organizational

    support, perceived supervisor support, Reward System, procedural justice,

    distributive justice berpengaruh positif terhadap Employee Engagement.

    Employee Engagement berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja,

  • 28

    komitmen organisasi, OCB dan intention to quit. Employee Engagement

    secara parsial menghubungkan anteseden dengan konsekuensi.

    2.3 Kerangka Pemikiran

    Berdasarkan teori yang dikemukakan dalam topik sebelumnya maka dapat

    disusun kerangka pemikiran sebagai berikut :

    Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran Sumber: Penulis

    Job Characteristic (X1)

    Reward System (X2)

    Employee Engagement (Y)

    Kinerja Karyawan

    (Z)

  • 29

    2.4 Hipotesis

    Hipotesis dalam penelitian ini disajikan berdasarkan tujuan penelitian ,

    hipotesis yang diuji dalam penelitian ini adalah :

    Hipotesis untuk T-1

    H1. Hipotesis pengujian secara parsial antara X1 dan Y

    H0 = Tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel Job

    Characteristic (X1) terhadap variabel Employee Engagement (Y).

    Ha = Ada pengaruh yang signifikan antara variabel Job Characteristic

    (X1) terhadap variabel Employee Engagement (Y).

    H2. Hipotesis pengujian secara parsial antara X2 dan Y

    H0 = Tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel Reward System

    (X2) terhadap variabel Employee Engagement (Y).

    Ha = Ada pengaruh yang signifikan antara variabel Reward System (X2)

    terhadap variabel Employee Engagement (Y).

    H3. Hipotesis pengujian secara simultan antara X1, X2 dan Y

    H0 = Tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel Job

    Characteristic (X1) dan Reward System (X2) terhadap variabel

    Employee Engagement (Y).

  • 30

    Ha = Ada pengaruh yang signifikan antara variabel Job Characteristic

    (X1) dan Reward System (X2) terhadap variabel Employee

    Engagement (Y).

    Hipotesis untuk T-2

    H4. Hipotesis pengujian secara parsial antara X1 dan Z

    H0 = Tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel Job

    Characteristic (X1) terhadap variabel Kinerja karyawan (Z).

    Ha = Ada pengaruh yang signifikan antara variabel Job Characteristic

    (X1) terhadap variabel Kinerja karyawan (Z).

    H5. Hipotesis pengujian secara parsial antara X2 dan Z

    H0 = Tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel Reward System

    (X2) terhadap variabel Kinerja karyawan (Z).

    Ha = Ada pengaruh yang signifikan antara variabel Reward System (X2)

    terhadap variabel Kinerja karyawan (Z).

    H6. Hipotesis pengujian secara parsial antara Y dan Z

    H0 = Tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel Employee

    Engagement (Y) terhadap variabel Kinerja karyawan (Z).

    Ha = Ada pengaruh yang signifikan antara variabel Employee Engagement

    (Y) terhadap variabel Kinerja karyawan (Z).

    H7. Hipotesis pengujian secara simultan antara X1, X2, Y dan Z

  • 31

    H0 = Tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel Job

    Characteristic (X1), Reward Sytem (X2) dan Employee

    Engagement (Y) terhadap variabel Kinerja karyawan (Z).

    Ha = Ada pengaruh yang signifikan antara variabel Job Characteristic (X1),

    Reward Sytem (X2) dan Employee Engagement (Y) terhadap variabel

    Kinerja karyawan (Z).