2.1 perancangan rumah sakit - library & knowledge...

Download 2.1 Perancangan Rumah Sakit - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-01230-AR Bab2001.… · Fisioterapi, berfokus pada pemulihan fungsi tubuh

If you can't read please download the document

Upload: ngonhan

Post on 06-Feb-2018

224 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • 16

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    2.1 Perancangan Rumah Sakit

    Definisi kata perancangan dan rumah sakit:

    Perancangan adalah usulan pokok yang mengubah sesuatu yang sudah ada

    menjadi sesuatu yang lebih baik, melalui 3 proses: mengidentifikasi

    masalah-masalah, metode pemecahan masalah dan pelaksanaan pemecahan

    masalah. (John Wade, 1997)

    Rumah sakit adalah suatu bagian menyeluruh dari organisasi sosial dan

    medis, yang berfungsi memberikan pelayanan kesehatan lengkap kepada

    masyarakat baik kuratif maupun rehabilitatif, dengan suatu pelayanan yang

    dapat menjangkau pelayanan seluruh keluarga dan lingkungan di rumah,

    rumah sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan serta

    untuk penelitian biososial; WHO (1957)

    2.2 Klasifikasi Rumah Sakit

    Rumah sakit dapat diklasifikasikan berdasarkan berbagai kriteria sebagai

    berikut:

    Klasifikasi berdasarkan kepemilikan

    berdasarkan kepemilikan rumah sakit terdiri atas rumah sakit yang langsung

    dikelola oleh Departemen Kesehatan, rumah sakit pemerintah daerah, rumah

    sakit militer, rumah sakit BUMN, dan rumah sakit swasta yang dikelola oleh

    masyarakat.

    Klasifikasi berdasarkan Jenis pelayanan

  • 17

    Berdasarkan jenis pelayanannya, rumah sakit terdiri atas: rumah sakit umum

    yang memberi pelayanan kepada pasien dengan beragam jenis penyakit dan

    rumah sakit khusus yang memberi pelayanan pengobatan khusus untuk pasien

    dengan kondisi medik tertentu baik bedah maupun non bedah.

    Klasifikasi berdasarkan lama tinggal

    Berdasarkan lama tinggal, rumah sakit terdiri atas rumah sakit perawatan

    jangka pendek yang merawat penderita kurang dari 30 hari dan rumah sakit

    perawatan jangka panjang yang merawat penderita dalam waktu rata-rata 30

    hari atau lebih.

    Klasifikasi berdasarkan kapasitas tempat tidur

    Rumah sakit pada umumnya diklasifikasikan berdasarkan kapasitas tempat

    tidurnya sesuai pola berikut ; di bawah 50 tempat tidur, 50-99 tempat tidur,

    100-199 tempat tidur, 200-299 tempat tidur, 300-399 tempat tidur, 400-499

    tempat tidur, 500 tempat tidur atau lebih.

    Klasifikasi berdasarkan afiliasi pendidikan

    Rumah sakit berdasarkan afilasi pendidikan terdiri atas 2 jenis, yaitu: rumah

    sakit pendidikan, yaitu rumah sakit yang menyelenggarakan program latihan

    untuk berbagai profesi dan rumah sakit non pendidikan, yaitu rumah sakit

    yang tidak memiliki hubungan kerjasama dengan universitas.

    Klasifikasi berdasarkan status akreditasi

    Rumah sakit telah diakreditasi adalah rumah sakit yang telah diakui secara

    formal oleh suatu badan sertifikasi yang diakui, yang menyatakan bahwa

    suatu rumah sakit telah memenuhi persyaratan untuk melakukan kegiatan

    tertentu.

  • 18

    2.3 Rumah Sakit Khusus

    Rumah sakit khusus adalah rumah sakit yang memberi pelayanan

    pengobatan khusus untuk pasien dengan kondisi medik tertentu baik bedah

    maupun non bedah. Contoh: rumah sakit kanker, rumah sakit bersalin, rumah

    sakit jiwa, rumah sakit ibu dan anak. rumah sakit khusus, diklasifikasikan

    menjadi:

    Rumah sakit khusus kelas A

    Rumah sakit khusus yang mempunyai fasilitas dan kemampuan paling

    sedikit pelayanan medik spesialis dan pelayanan medik subspesialis sesuai

    kekhususan yang lengkap.

    Rumah sakit khusus kelas B

    Rumah sakit khusus yang mempunyai fasilitas dan kemampuan paling

    sedikit pelayanan medik spesialis dan pelayanan medik subspesialis sesuai

    kekhususan yang terbatas.

    Rumah sakit khusus kelas C

    Rumah sakit khusus yang mempunyai fasilitas dan kemampuan paling

    sedikit pelayanan medik spesialis dan pelayanan medik subspesialis sesuai

    kekhususan yang minimal.

    2.4 Jenis-Jenis Terapi

    Jenis-Jenis terapi diberikan kepada pasien rumah sakit tergantung

    pada kebutuhan mereka masing-masing. Beberapa jenis terapi yang dapat

    dilakukan ditaman adalah:

  • 19

    2.4.1 Terapi Okupasi

    Terapi okupasi berpusat pada pendekatan sensori atau motorik atau

    kombinasinya untuk memperbaiki kemampuan anak merasakan sentuhan, rasa,

    bunyi, dan gerakan. Kegiatan terapi meliputi permainan dan keterampilan sosial,

    melatih kekuatan tangan, genggaman, kognitif dan mengikuti arah. Terapi

    okupasi ini juga melatih kemampuan motorik halus seperti memegang pensil,

    menulis, kemampuan aktivitas sehari-hari seperti berpakaian, makan, dan ke

    toilet secara mandiri dan lain-lain.

    Salah satu bagian dari terapi okupasi yaitu terapi sensori integrasi.

    sensori integrasi berarti kemampuan untuk mengolah dan mengartikan seluruh

    rangsangan sensoris yang diterima dari tubuh maupun lingkungan, dan

    kemudian menghasilkan respons yang terarah. Aktivitas fisik yang terarah, bisa

    menimbulkan respons yang adaptif dan berfungsi untuk menstimulasi,

    mengintegrasi, dan mengembangkan semua indera yang terdiri dari indera

    penglihatan (visual), pendengaran (auditory), perabaan (tactile), penciuman, dan

    keseimbangan (vestibular) sehingga membantu anak dalam pengorganisasian

    semua informasi dan merespon lingkungannya.

    Alat yang digunakan serta metode untuk terapi okupasi sangat

    beraneka ragam tergantung dari kebutuhan anak dan diagnosa terapis. Alat dan

    metode yang digunakan mulai dari penggunaan blok-blok berbagai warna, bentuk

    dan tekstur untuk melatih indera penglihatan serta peraba dan menstimulasi

    kreativitas.

  • 20

    Gambar 2.1. Kegiatan bermain untuk terapi okupasi yang menstimulasi semua indera.

    Sumber: http://infinitytherapyforkids.com, diakses tanggal 15 maret 2013

    2.4.2 Fisioterapi/ terapi fisik

    Fisioterapi, berfokus pada pemulihan fungsi tubuh yang mengalami

    kemunduran dan para ahli fisioterapi dilatih dan memiliki pengetahuan

    mengenai anatomi tubuh manusia serta muscoskeletal system sehingga para ahli

    fisioterapi memiliki pemahaman yang baik mengenai cedera otot dan tulang.

    Luasnya area pembelajaran mengenai fisioterapi membuat fisioterapi terbagi

    menjadi beberapa spesialisasi yaitu:

    Cardiovaskular & pulmonary

    Fisioterapi pada bidang ini menangani pasien dengan gangguan jantung dan

    pernafasan atau pasien pasca operasi jantung dan sistem pernafasan. Tujuan

    utama dari terapi ini adalah mengembalikan fungsi jantung dan paru-paru

    yang mengalami kemunduran.

    Fisioterapi cardiovaskular dan pulmonary terbagi menjadi 3 tahap yaitu:

    1. Tahap 1: tahap pertama berupa penyuluhan mengenai kegiatan terapi dan

    dilakukan di dalam rumah sakit. Kegiatan berupa tes kekuatan jantung dan

    paru-paru dengan alat berupa treadmill dan sepeda ergometer dengan efek

    samping adalah sesak nafas khususnya untuk penderita kelainan paru-paru.

  • 21

    2. Tahap 2: tahap kedua dilakukan di ruang luar rumah sakit, dan melibatkan

    kegiatan olahraga ringan sebagai contoh yaitu jogging dan senam dalam

    kelompok kecil.

    3. Tahap 3: kegiatan pada tahap ketiga berupa kegiatan fitness (dilakukan

    diruang fitness) serta olahraga aerobic (bisa dilakukan di ruang terbuka)

    dan pasien yang menjalani tahap ketiga biasanya mulai mandiri sehingga

    tidak diawasi secara ketat seperti pada tahap 1 dan 2

    Gambar 2.2 Mesin untuk mengukur kemampuan jantung dan paru-paru serta Kegiatan test

    Cardiovaskular& pulmonary. Sumber: http://www.newbedfordmedical.com dan http://www.lpch.org, diakses tanggal 15 maret 2013

    Gambar 2.3. Kegiatan fisioterapi cardiovaskular dan pulmonary pada anak-anak dan remaja berupa

    olahraga ringan. Serta kegiatan jogging Sumber: http://www.nationwidechildrens.org dan http://www.choa.org dan http://www.uplandhillshealth.org, diakses tanggal 15 maret 2013

    Neurological

    Fisioterapi pada bidang neurological berfokus pada pasien dengan

    gangguan neurologis (otak). Pasien yang menerima fisioterapi pada bidang

    ini merupakan pasien penderita alzheimer, cerebral palsy, parkinson,

    cedera tulang belakang, stroke, dan cedera otak. Semua penyakit tersebut

    menganggu koordinasi otot bahkan menganggu kemampuan bicara dan

    melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri

  • 22

    Orthopedic

    Fisoterapi dibidang orthophedic sering dilakukan diluar

    ruangan dan berfokus pada pemulihan otot dan tulang. Pasien yang

    menerima fisioterapi bidang orthopedic merupakan pasien pasca operasi

    tulang, menderita fraktur, cedera otot akut akibat kegiatan olehraga,

    arthritis, sakit punggung dan leher, serta pasca amputasi.

    Kegiatan fisioterapi dibidang ini melibatkan kegiatan

    olahraga dan berbagai kegiatan fisik lainnya yang menyebabkan

    kelelahan otot. Satu kali Sesi terapi akan berlangsung selama kurang

    lebih 30-60 menit dengan kegiatan berupa konseling, pemanasan serta

    olahraga ringan.

    Proses fisioterapi orthopedic dapat menyakitkan tergantung

    dari cedera yang diderita pasien namun, seiring dengan berjalannya

    proses terapi, rasa sakit akan hilang karena kekuatan pasien mulai pulih.

    Gambar 2.4 Latihan menaiki tangga dan latihan berjalan. Sumber: http://www.siskinrehab.org,

    https://carmenwiki.osu.edu, dan http://www.amazingkids.org, diakses tanggal 15 maret 2013

    Pediatric

    Fisiterapi pada bidang pediatric berfokus pada pasien anak dengan

    berbagai gangguan otot dan tulang serta pertumbuhan. Terapi berfokus

    pada perbaikan sistem motorik kasar, memulihkan keseimbangan serta

    stamina/ daya tahan.

  • 23

    Gambar 2.5 Latihan keseimbangan, berjalan melalui garis lurus. Sumber:

    http://www.bmhsc.org dan http://www.livestrong.org, diakses tanggal 15 maret 2013

    2.4.3 Terapi Wicara

    Terapi Wicara (speech therapy) merupakan terapi yang dilakukan untuk

    membantu seseorang menguasai kemampuan komunikasi/bicara dengan lebih

    baik. Terapi ini biasa diberikan kepada anak-anak yang mengalami keterlambatan

    bicara (speech delay), anak-anak dengan hambatan tumbuh kembang khusus

    (autis, down syndrome, tuna rungu, cerebral palsy), serta orang dewasa yang

    mengalami gangguan bicara lainnya seperti gagap (stuttering) (Angels Wing,

    2008 dalam Arfianti, 2010:53).

    Terapi wicara dilakukan baik di didalam ruangan maupun diluar ruangan/

    taman dengan fasilitas yang mendukung misalnya seperti kursi dengan setting

    tertentu dimana para pasien bisa bersosialisasi secara berkelompok untuk melatih

    kemampuan bicara mereka dibantu oleh terapis

    2.5 Anak dan Remaja

    Department of Child and Adolescent Health and Development,

    mendefinisikan anak-anak sebagai individu yang berusia di bawah 20 tahun.

    Sedangkan The Convention on the Rights of the Child mendefinisikan anak-

    anak sebagai individu yang berusia di bawah 18 tahun. Klasifikasi usia anak

    menurut Elizabeth B.Hurlock yaitu:

  • 24

    Prenatal:,saat konsepsi sampai lahir.

    Masa neonatus: lahir sampai akhir minggu kedua setelah lahir.

    Masa bayi: akhir minggu kedua sampai akhir tahun kedua.

    Masa kanak-kanak awal : Dua tahun sampai enam tahun

    Masa kanak-kanak akhir: Enam tahun sampai sepuluh atau sebelas tahun

    Pubertas/preadolescence: sepuluh atau duabelas tahun sampai tigabelas atau

    empat belas tahu.

    Masa ramaja awal :tiga belas atau empatbelas tahun sampai tujuhbelas tahun.

    Masa remaja akhir :tujuh belas tahun sampai dua puluh satu tahun. (Elizabeth

    B.Hurlock, 1978:38)

    Anak-anak rentan mengalami berbagai macam penyakit seperti kurang

    gizi, obesitas, gangguan emosional, diabetes melitus, asma dan bahkan gangguan

    jantung. Remaja merupakan salah satu klasifikasi dalam usia anak yang diartikan

    sebagai individu yang berada pada masa peralihan yaitu dari masa kanak-kanak

    ke masa dewasa yang ditandai dengan perubahan fisik, psikis dan pematangan

    fungsi seksual. Emosi pada masa remaja cenderung tidak stabil dan sering

    berubah. Pertumbuhan yang pesat dari aspek fisik, emosi, intelektual dan sosial

    pada masa remaja ditunjukkan dengan rasa ingin tahu yang besar, keinginan

    untuk mencoba sesuatu dan menghadapi tantangan serta berani mengambil

    resiko tanpa pertimbangan terlebih dahulu dimana hal-hal tersebut dapat

    mengancam kesehatan remaja yang contohnya adalah mengkonsumsi narkoba

    dan merokok dimana pada awalnya hanya coba-coba dan berlanjut sampai pada

    tahap ketergantungan yang membahayakan jiwa para remaja. Secara tidak

    langsung, masalah kesehatan remaja menghambat laju pembangunan manusia

    (human development) di Indonesia.

  • 25

    2.6 Healing Garden/ Taman terapi

    Lingkungan alami, cahaya matahari, dan udara segar serta elemen-

    elemen alam lain seperti tanaman merupakan komponen penyembuhan dalam

    setting ruang luar pada masa medieval monastic, pavilion-style pada abad 19,

    dan sanatorium pada awal abad 20 (Marcus dan Barnes, dalam Hebert, 2003:17).

    Marcus dan Barnes (Stigsdotter dan Grahn, 2002:60) mendefinisikan

    healing garden sebagai taman yang dengan cara yang berbeda dapat

    mempengaruhi pengunjung dalam hal yang positif. Roger Ulrich, seorang

    psikolog lingkungan juga menjelaskan bahwa sebuah taman seharusnya

    mengandung banyak elemen alami seperti vegetasi/tanaman, bunga, dan air

    (Marcus dan Barnes, dalam Vappa, 2002:5).

    Healing garden atau taman terapi dirancang untuk mencapai dua

    tujuan yaitu proses penyembuhan dan mendesain suatu lingkungan luar yang

    dapat menunjang proses tersebut (Hebert, 2003). Taman terapi sebagai

    lingkungan alami dibagi dalam beberapa variasi, yaitu

    Contemplative garden: taman yang dapat digunakan untuk menenangkan

    jiwa.

    Restorative garden: taman yang dapat digunakan dalam penyembuhan

    setelah sakit.

    Healing garden: healing garden, menurut Roger S Ulrich merupakan taman

    yang dapat merestorasi penggunanya dari stress dan mempunyai pengaruh

    yang positif baik bagi pasien, pengunjung, maupun perawat.

    Therapeutic garden: taman berimplikasi pada penggunanya untuk melakukan

    suatu hal dengan tujuan tertentu. Sebagai contoh, pada taman ini terdapat

  • 26

    ramps, curbs, atau berbagai variasi permukaan yang didesain bagi pasien

    untuk melatih keahlian motorik.

    Marcus dan Barnes (dalam Arfianti, 2010:9), mengidentifikasi tiga

    aspek dari proses penyembuhan yang dapat diberikan oleh alam atau taman,

    yaitu memberikan pertolongan atau memperingan gejala fisik, mengurangi stress

    dan memperbaiki suasana secara keseluruhan.

    Menurut Marcus (dalam Hidayah, 2010:7-10) kriteria desain untuk

    taman terapeutik/healing garden, yaitu sebagai berikut:

    1. Kesempatan untuk mencari ruang privasi

    Kesempatan yang diberikan dalam mencari ruang privasi bagi pengunjung

    dapat membantu dalam penurunan tingkat stress yang dideritanya karena ada

    peningkatan dalam rasa pengendalian dirinya selain itu, pencarian ruang

    privasi ini dapat menciptakan pengalaman dalam perbedaan susunan elemen

    taman.

    2. Kesempatan yang mendukung untuk bersosialisasi

    Kegiatan bersosialisasi dapat ditingkatkan dengan penyediaan sub-ruang

    dengan susunan tempat duduk bagi pengunjung yang mendukung terjadinya

    sosialisasi.

    3. Kesempatan untuk pergerakan fisik dan gerak tubuh

    Kesempatan ini dapat dibuat dengan adanya sistem sirkulasi loop/melingkar

    dengan beragam jalur, yang dilengkapi pemandangan alami sehingga menarik

    minat pengunjung untuk masuk kedalam taman. jalur pedestrian/jalur jogging

    dan jalur ruang rehabilitasi harus dilengkapi dengan standar keamanan yang

    baik, terutama bagi pengunjung anak-anak, pengunjung berkebutuhan khusus,

    dan pengunjung lanjut usia.

  • 27

    4. Bersentuhan dengan alam

    Taman memiliki beranekaragam tanaman yang dapat menarik satwa liar

    selain itu, taman juga memiliki unsur-unsur alam lain seperti angin sepoi-

    sepoi dan pemandangan alami seperti langit, dan pohon-pohon. Taman juga

    harus memiliki jalur padestrian yang dilengkapi dengan fasilitas bagi

    pengunjung dan menyediakan bermacam pemandangan yang dirancang dan

    dimanfaatkan dengan baik sesuai dengan standar, baik pada penggunaan

    warna, tekstur, ukuran, maupun daya dukungnya.

    5. Menyediakan jarak penglihatan taman yang jelas

    Adapun dua jenis visibilitas yang penting dalam taman adalah (a) pergerakan

    pengunjung selama memasuki jalur/rute utama, baik pada ruang terbuka

    maupun tertutup sehingga dapat melihat taman, hamparan rumput/lapangan,

    atau area alami yang berpotensi untuk digunakan, dan (b) ruang pasien, ruang

    tunggu, dan perkantoran yang mempunyai visual akses ke taman atau area

    alami atau bagian dari lanskap pinjaman.

    6. Menyediakan kenyamanan fisiologis

    Kenyamanan dalam pemanfaatan ruang yang disediakan yaitu dengan adanya

    beberapa pilihan berupa ruang taman dengan cahaya matahari penuh atau

    ruang taman dengan naungan/ shading. Ruang-ruang tersebut harus mampu

    memberikan perlindungan dari angin, dengan penataan tanaman dan struktur

    elemen taman, dan penyediaan ruang khusus bagi pengguna rokok.

    7. Menciptakan ketenangan dan keakraban

    Ketenangan pengunjung taman ditunjang dari keamanan fasilitas taman

    terhadap gangguan dimana rasa tenang ini secara umum disukai karena

  • 28

    pengunjung dapat berekreasi pada focal point taman, melihat aktivitas sosial

    antar pengunjung tanpa adanya gangguan.

    8. Menyediakan kemudahan aksesibilitas

    Kemudahan ini yaitu kemudahan dalam mencapai taman dan ruang taman

    yang disukai oleh pengunjung. Kemudahan ini dilengkapi dengan kondisi

    akses/ jalur pencapaian yang nyaman dengan lebar dan panjang jalur yang

    sesuai dengan kebutuhan pengujung, dan dapat dilalui oleh semua golongan

    umur dan fisik pengunjung.

    9. Menyediakan desain yang jelas dan tidak abstrak.

    Selain Prinsip design taman terapi yang dikemukakan oleh Marcus

    dan Barnes, Stigsdotter dan Grahn (dalam Hidayah, 2010:7) menyatakan

    bahwa terdapat beberapa kriteria desain yang dapat dijadikan sebagai

    pedoman desain pada pembuatan taman terapeutik, yaitu sebagai berikut:

    Mempertimbangkan siapa pengguna utama dan tingkat kekuatan

    mentalnya.

    Menstimulasi panca indera penciuman, penglihatan, peraba, perasa, dan

    pendengaran.

    Mengakomodasi kegiatan aktif dan pasif.

    Menciptakan komunikasi pengguna dengan elemen taman melalui cara

    yang suportif dan positif.

    Mengakomodasi akses yang mudah dicapai.

    Dalam merancang sebuah healing garden, sangat penting untuk

    mengetahui siapa kelompok pengguna suatu ruang. Selain itu, minat dari

    kelompok pengguna sangat penting untuk diketahui dalam tujuan untuk

    memenuhi kebutuhan mereka. Sebagai contoh, anak-anak akan mencari aspek

  • 29

    fungsional dalam suatu lingkungan sedangkan orang dewasa lebih kepada aspek

    keindahan.

    Dalam fasilitas kesehatan, ruang digunakan oleh lebih banyak orang

    dan perancangan taman juga harus memperhatikan kebutuhan ruang dari

    berbagai kelompok pengguna yaitu staff, perawat, pasien, dan pengunjung.

    Sehingga, taman lebih baik ditempatkan di dekat ruang pasien, ruang tunggu,

    dan pintu masuk rumah sakit. Sebuah studi di empat taman rumah sakit di

    California menemukan bahwa pengguna terbanyak dari ruang terbuka adalah

    staff (Cooper, 2007 dalam Susanto, 2011:7).

    2.7 Terapi Ruang Terbuka

    Dalam buku yang berjudul Healing Gardens: Therapeutic Benefits and

    Design Recommendations (1999), Roger S Ulrich menjabarkan beberapa hasil

    penelitian mengenai pengaruh ruang terbuka serta unsur alam terhadap kesehatan

    pasien rumah sakit baik secara fisik ataupun mental. Beberapa hasil penelitian

    yang dijabarkan dalam jurnal tersebut adalah sebagai berikut:

    Para pasien yang diharuskan untuk menjalani rawat inap dirumah sakit lebih

    memilih kamar dengan akses menuju ruang terbuka/ unsur alam dan para

    pasien lebih meminati kamar dengan jendela yang memberikan pemandangan

    alam (Verderber, 1986)

    Coss (1990) melakukan experimen dengan memperlihatkan poster

    pemandangan alam yang ditempel pada plafon ruang tunggu operasi kepada

    pasien yang akan menjalani operasi dalam posisi berbaring dan dalam keadaan

    stress. Hasilnya, tingkat stress dan kecemasan pasien berkurang dan tekanan

    darah pasien turun.

  • 30

    Ulrich (1984) melakukan studi perbandingan antara 2 orang pasien yang baru

    menjalani operasi kantung empedu. Dalam studi ini, 2 orang pasien tersebut

    mendapat ruang dengan jendela namun dengan pemandangan berbeda yaitu 1

    orang dengan pemandangan alam berupa pohon-pohon dan 1 orang lagi dengan

    pemandangan berupa tembok. Hasil dari studi perbandingan tersebut adalah,

    Pasien yang melihat pemandangan alam lebih jarang mengalami komplikasi

    pasca operasi dan lebih sedikit mengkonsumsi obat penahan rasa sakit

    dibandingkan dengan pasien yang melihat tembok. Perbandingan jumlah

    konsumsi obat antara 2 pasien tersebut adalah sebagai berikut:

    Tabel 2.1 Perbandingan dosis obat yang dikonsumsi pasien

    Comparison of Analgesic Doses Per Patient for Wall-View and Tree View Group

    Number of Doses of Pain Drugs Days 0-1 Days 2-5 Days 6-7

    Wall group

    Tree group

    Wall group

    Tree group Wall group

    Tree group

    2.56 2.40 0.22 0.17 4.00 5.00 0.35 0.17 0.23 0.30 0.96 1.09

    Sumber: Healing Garden: Therapeutic Benefits and Design Recommendation (1985:59)

    Pada hari pertama, pasien yang melihat pemandangan alam masih

    mengkonsumsi obat dalam dosis yang lebih tinggi namun, pada hari ke 6,

    dosis obat yang dikonsumsi pasien berkurang

    2.8 Taman Terapi untuk anak-anak

    Dalam jurnal yang berjudul Garden as An environmental Intervention

    in Healing Process of holpitalised Children, Ismail Said (2003:3-4) membahas

    mengenai taman terapi yang dimiliki oleh rumah sakit batu Pahat dan Segamat

    yang ada di malaysia. Taman terapi di rumah sakit ini memiliki beberapa area

  • 31

    bermain serta tanaman-tanaman yang dipilih berdasarkan efek stimulasinya

    pada anak-anak yaitu:

    Semak-semak dedaunan berbagai warna sebagai latar belakang.

    Bunga-bunga berwarna cerah dan memiliki wangi tertentu untuk

    menstimulasi indera penciuman dan indera penglihatan.

    Rumput-rumput dan perkerasan dengann tekstur lembut dan kasar untuk

    menstimulasi indera peraba.

    Pohon-pohon besar yang menandakan batasan serta penanda lokasi tertentu

    Tanaman-tanaman buah.

    Tanaman-tanaman lain yang biasa ada di rumah untuk memberikan kesan

    familiar bagi para pasien.

    Kegiatan bermain di taman terapi melatih kemampuan anak-anak

    untuk menyimpulkan sesuatu, melatih indera penciuman, peraba serta

    penglihatan mereka, dan melatih mereka untuk merefleksikan sesuatu. Ketika

    bermain anak-anak melakukan banyak kegiatan yang melibatkan indera mereka

    dan menuntut mereka bergerak sehingga dapat melatih otot-otot mereka. Selain

    itu, keanekaragaman tanaman, warna, bentuk serta wangi bunga yang ada di

    taman juga menarik rasa ingin tahu anak-anak dimana semua hal tesebut dapat

    mengalihkan perhatian anak dari rasa sakit dan rasa bosan.

    Warna-warna dari tanaman juga turut mempengaruhi kondisi

    psikologis anak-anak sebagai contoh, pada area taman terapi, bunga-bunga

    berwarna cerah seperti merah menarik minat anak-anak dan membuat mereka

    merasa bersemangat, pemilihan aneka ragam tanaman juga harus

    dipertimbangkan dari warna tanaman tersebut. Lebih lanjut, Ismail Said juga

  • 32

    berpendapat bahwa, keberadaan jenis-jenis tanaman yang bisa ditemukan anak-

    anak di lingkungan tempat tinggal mereka juga penting karena dengan adanya

    jenis-jenis tanaman tersebut, anak-anak merasa akan merasa familiar dengan

    lingkungannya dan tidak merasa terisolasi.

    2.9 Pemilihan Jenis Tanaman untuk Taman Terapi

    Tanaman memiliki berbagai bentuk, warna dan tekstur dan aroma

    tertentu dimana hal-hal tersebut juga menjadi pertimbangan dalam pemilihan

    jenis tanaman yang digunakan untuk taman terapi. Beberapa hal lain yang

    harus dipertimbangkan dalam pemilihan tanaman untuk taman terapi anak

    berkaitan dengan keamanan adalah:

    Tanaman tidak boleh beracun

    Tanaman tidak boleh berduri

    Tanaman tidak boleh bergetah

    Hindari penggunaan tanaman yang menyebarkan serbuk bunga yang

    dapat menyebabkan alergi (Hebert, 2003:92)

    2.9.1 Warna

    Warna yang dimiliki tanaman sangat bervariasi dan pengaruh warna

    terhadap kondisi psikologis dan kemampuan warna untuk menstimulasi indera

    penglihatan anak-anak juga menjadi pertimbangan dalam pemilihan jenis

    tanaman. Warna-warna yang berbeda memberikan efek yang spesifik pada

    jiwa dan raga. Sebagai contoh, warna merah,orange dan kuning memberikan

    kesan semangat sedangkan warna biru dan ungu menenangkan sistem saraf

    (Diamond, 1990:246). Beberapa efek dari penggunaan warna terhadap kondisi

    psikologis dan fisik manusia yaitu:

  • 33

    Tabel 2.2 Efek warna pada kondisi psikologis dan fisik.

    NO Warna Efek

    1 Merah 1. Warna merah identik dengan semangat, antusiasme, cinta dan

    kasih sayang

    2. Meningkatkan tekanan darah dan kecepatan pernafasan

    3. Mengaktifkan kelenjar pituitary yang melepas hormon

    adrenalin yang mempertajam indra penciuman, penglihatan,

    pendengaran, perasa dan peraba

    4. Dampak negatif warna merah adalah gangguan emosional,

    mempercepat detak jantung dan pernafasan serta hipertensi

    2 Orange 1. Warna orange diasosiasikan dengan sistem saraf dan

    pernafasan sehingga sering digunakan untuk mengobati

    penyakit yang berhubungan dengan kedua sistem tersebut

    2. Warna orange membantu penyerapan kalsium dan membantu

    proses pencernaan

    3. Warna orange membantu meringankan flu dan pneumonia

    karena memperbesar kapasitas paru-paru

    4. Penyakit ashtma, batuk, bronkitis, epilepsy, tuberculosis,

    dysentry, serta rematik dan penyakit gangguan pernafasan

    lainnya dapat diredakan dengan menggunakan warna orange

    5. Warna orange digunakan untuk meningkatkan fokus/

    konsenterasi

    6. Warna orange digunakan untuk menetralkan efek negatif

    warna biru tua

    7. Terpapar warna orange secara berlebihan mengakibatkan rasa

    gugup dan gelisah dan insomnia

    3 Kuning 1. Warna kuning diasosiasikan dengan organ-organ pencernaan

    dan digunakan untuk mengobati berbagai gejala penyakit yang

    berhubungan dengan sistem pencernaan.

    2. Warna kuning digunakan untuk meredam efek negatif dari

    warna ungu

    3. Warna kuning memberikan efek ceria dan menstimulasi

    kreativitas dan membantu konsentrasi

  • 34

    4. Warna kuning diminati oleh anak-anak dengan penyakit

    asthma dan gangguan pernafasan lainnya.

    5. Terpapar warna kuning secara berlebihan menyebabkan

    mudah tersinggung

    4 Hijau 1. Warna hijau digunakan untuk menetralkan efek negatif warna

    merah

    2. Warna hijau memberikan efek, menenangkan dan sejuk.

    3. Warna hijau membantu mengurangi ketegangan serta rasa

    gugup, mengurangi tekanan darah serta membantu proses

    penyembuhan

    4. Penyakit yang dapat diringankan oleh warna hijau diantaranya

    adalah insomnia

    5 Biru 1. Warna biru digunakan untuk menetralkan efek negative merah

    dan orange

    2. Warna biru banyak digunakan untuk ruang pasien gangguan

    mental dan pelaku kriminal karena memberikan efek sedative.

    Warna biru juga digunakan untuk menenangkan individu yang

    mudah marah

    3. Warna biru dapat menurunkan tekanan darah, meredakan sakit

    kepala dan mengatasi insomnia

    4. Warna biru memberikan efek menenangkan pada detak

    jantung dan sistem pernafasan

    5. Mereduksi stress, rasa cemas, tegang dan depresi.

    6. Terpapar warna biru secara berlebihan dapat mengakibatkan

    depresi dan kelelahan

    6 Ungu 1. Warna ungu digunakan untuk menetralkan efek negative

    warna kuning

    2. Warna ungu memberikan efek menenangkan pada pasien

    gangguan mental serta mengurangi rasa lapar

    3. Warna ungu digunakan untuk meredakan berbagai penyakit

    seperti cramp.

    4. Terpapar warna ungu secara berlebihan pada anak-anak dapat

    menyebabkan depresi dan terlalu banyak berpikir

  • 35

    7 Putih 1. Warna putih melambangkan kebersihan

    2. Warna putih banyak digunakan untuk memberikan kesan

    disiplin khususnya untuk pengidap kleptomania dan

    ketergantungan obat

    3. Warna putih memberikan kesan sejuk serta menurunkan

    tekanan darah

    8 Pink 1. Identik dengan rasa takut pada anak laki-laki usia 9-10 tahun

    2. Warna pink memberikan efek menenangkan dan mengurangi

    rasa takut dan cemas pada anak-anak karena memberikan

    kesan dicintai

    3. Memberikan emosi negative pada perempuan dibandingkan

    laki-laki

    Sumber: Gaines et al, 2011:50-51 dan S.Azeemi, 2007:40-55

    Penelitian dari Wong yang dipublikasikan pada tahun 1988

    menunjukkan beberapa warna yang menurut anak-anak identik dengan rasa

    sakit. Penelitian tersebut melibatkan 150 anak-anak yang dirawat di rumah

    sakit dan berusia 3-18 tahun. dengan hasil pemilihan warna adalah sebagai

    berikut:

    Tabel 2.3 hasil pemilihan warna

    Warna Sangat menyakitkan Sedikit menyakitkan Warna yang diminati

    Hitam

    Biru

    Merah

    Orange

    Hijau

    Ungu

    19

    25

    20

    86

    36

    32

    108

    15

    58

    7

    11

    24

    17

    56

    49

    3

    16

    38

    Sumber: wong (1988:15)

    Dari hasil penelitian tersebut, warna yang diminati anak-anak adalah

    Biru sedangkan warna yang paling identik dengan rasa sakit menurut anak

    adalah hitam dan orange. Pemilihan warna untuk tanaman dalam taman terapi

  • 36

    harus mempertimbangkan minat, efek psikologis yang dihasilkan serta persepsi

    anak terhadap warna tertentu.

    2.9.2 Wangi/ aroma tanaman

    Selain warna, wangi dari tanaman juga turut menjadi pertimbangan

    karena beberapi wangi tertentu juga dapat menimbulkan efek menenangkan

    dan menstimulasi indera penciuman bagi anak sebagai contoh yaitu

    Chamomile, lavender dan geranium. (Hebert, 2003:78)

    Wangi bunga-bunga dapat memberikan efek psikologis tertentu dan

    memiliki efek menyembuhkan bagi individu yang menciumnya sebagai

    contoh, aroma dari eucalyptus meredakan batuk, aroma chamomile untuk

    meredakan stress dan kecemasan, serta orange blossom untuk membantu

    menenangkan pikiran. Beberapa jenis bunga yang memilki aroma dengan

    manfaat tertentu antara lain adalah sebagai berikut:

    1. Lavender ((lavandula angustifolia)

    Aroma lavender memberikan efek menenangkan serta membantu

    meringankan sakit kepala, rematik, dan insomnia.

    Minyak dari lavender memiliki sifat antibakteri dan membantu

    meringankan sakit tenggorokan

    2. Chamomile (matricaria chamomilia)

    Aroma chamomile memberikan efek menenangkan, membantu

    mengurangi kecemasan, mengurangi rasa stress dan depresi serta

    meringankan nyeri otot

    Aroma dan teh chamomile digunakan untuk membantu meringankan

    insomnia serta ashtma

  • 37

    3. Rosemary

    Aroma rosemary memberikan efek menenangkan saraf dan meringankan

    sakit kepala, batuk dan melancarkan sirkulasi darah

    4. Gardenia

    Aroma bunga gardenia meringankan ashtma, menenangkan detak

    jantung, menurunkan tekanan darah, meringankan stress, rasa cemas dan

    ketakutan

    Bunga gardenia yang dikeringkan bisa dijadikan teh dengan fungsi yang

    sama dengan aromanya serta memberikan efek relax

    5. Orange Blossom

    Bunga orange blossom memiliki aroma dengan efek sedative ringan dan

    dapat digunakan untuk mengatasi insomnia serta meringankan rasa stress,

    cemas dan ketakutan.

    Bunga orange blossom yang dijadikan teh dapat digunakan untuk

    meringankan rasa lelah, stress serta melancarkan peredaran darah.

    6. Carnation (dianthus caryopyllus)

    Minyak serta aroma bunga carnation digunakan untuk menenangkan

    sistem saraf dan meringankan rasa cemas

    Kelopak bunga carnation banyak digunakan untuk perawatan kulit

    7. Melati (jasminum officinalis)

    Aroma dan minyak dari bunga melati digunakan untuk relaksasi,

    meringankan stress dan berfungsi sesbagai antidepresant

    Aroma bunga melati juga memiliki efek sedative ringan dan biasa

    digunakan untuk meringankan kelelahan otot.

  • 38

    8. Geranium

    Aroma geranium meringkankan rasa rasa cemas, stress dan depresi.

    2.10 Penempatan Lokasi Tanaman

    Warna dan aroma dari tanaman menjadi pertimbangan dalam

    penentuan lokasi penempatan tanaman yang digunakan untuk terapi berkaitan

    dengan aktivitas pada lokasi tertentu. Contohnya, tanaman-tanaman/ bunga-

    bunga warna cerah seperti merah, pink, kuning, orange dan warna cerah

    lainnya dapat di lokasikan di taman terapi tempat anak-anak bermain karena

    dapat memberikan kesan ceria, kebahagiaan dan semangat, sedangkan

    tanaman-tanaman/ bunga-bunga warna biru, putih , pastel dapat diletakkan di

    dekat kamar anak karena memberikan efek menenangkan.

    2.11 Faktor lingkungan terhadap tanaman

    Faktor lingkungan yang mempengaruhi tanaman terdiri dari temperatur,

    cahaya, PH dan kelembaban dengan masing-masing pengaruh adalah sebagai

    berikut:

    1. Temperatur: temperatur untuk pertumbuhan dan perkembangan setiap jenis

    tanaman berbeda-beda. Temperatur optimum pertumbuhan dan

    perkembangan tumbuhan berkaitan dengan asal wilayah jenis tumbuhan

    tersebut. Tumbuhan yang berasal dari wilayah tropis memerlukan temperatur

    yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan yang berasal dari daerah

    subtropis.

    2. Cahaya matahari: cahaya matahari berperan penting dalam proses fotosintesis

    tanaman yang merupakan proses dasar tanaman untuk menghasilkan

    makanan sebagai sumber energi untuk pertumbuhan dan perkembangan.

  • 39

    3. Curah hujan: curah hujan berkaitan dengan jumlah air yang jatuh ketanah.

    Dimana air akan dimanfaatkan oleh tanaman untuk mendapatkan garam-

    garam mineral yang dibutuhkan untuk pertumbuhannya.

    4. PH: faktor PH (derajat keasaman) yang berpengaruh terhadap pertumbuhan

    tanaman adalah PH tanam. PH tanah, dipengaruhi oleh jenis tanah dimana

    ada tanah yang bersifat asam. Jika PH tidak cocok dengan jenis PH tanah,

    tumbuhan akan mengalami keracunan.

    5. Kelembaban udara: kelembaban udara digunakan untuk memperhitungkan

    masa panen tanaman dan hama yang dapat merugikan tanaman. (Diah,

    2006:12-14 dan Aak, 1983:17-18)

    2.12 Pengaruh sinar matahari pada tanaman

    Pengaruh sinar matahari pada tanaman terbagi menjadi:

    a. Pengaruh teriknya sinar matahari: setiap tanaman berbeda-beda

    pengaruhnya terhadap kerasnya / teriknya sinar matahari; ada tanaman

    yang tumbuh lebih baik pada tempat terbuka (exposed) namun sebaliknya,

    ada beberapa tanaman yang tumbuh lebih baik pada tempat yang teduh

    (sheltered).

    b. Pengaruh lamanya/ panjangnya sinar matahari terhadap tanaman: Menurut

    reaksi tanaman sesuai panjangnya penyinaran, maka, tanaman terbagi

    menjadi 3 jenis yaitu:

    Full sun : tanaman jenis full sun memerlukan lama penyinaran 8-12

    jam/ hari dengan lama penyinaran minimal adalah 6 jam/hari. tanaman

    jenis full sun dapat disinari baik dengan cahaya matahari pagi ataupun

    sore.

  • 40

    Partial sun/ partial shade : tanaman jenis partial shade memerlukan

    lama penyinaran 4-8 jam/hari dengan lama penyinaran minimal adalah

    3 jam/hari. Tanaman jenis partial shade lebih direkomendasikan

    untuk disinari dengan cahaya matahari pagi.

    Full shade : tanaman jenis full shade merupakan tanaman yang harus

    disinari kurang dari 3 jam/hari baik cayaha matahari pagi ataupun

    sore. Beberapa jenis tanaman full shade harus dibayangi oleh tanaman

    lain.

    2.13 Studi Literatur Penerapan Taman Terapi pada Rumah Sakit

    2.13.1 Rusk Play Garden

    Rusk Play garden merupakan salah satu contoh taman terapi yang

    ditujukan untuk anak-anak berkebutuhan khusus yang berlokasi di New York

    University Medical Center. Anak-anak yang melakukan terapi di tempat ini

    terdiri dari berbagai macam keterbatasan meliputi cerebral palsy, limb

    deficience, amputasi, spinal cord injury, spina bifida, muscular dystrophy,

    tumor otak, dan trauma.

    Desain yang ada pada taman terapi tersebut ditujukan untuk

    memotivasi anak-anak dan memberikan kesempatan bagi mereka untuk

    bereksplorasi dan melakukan aktifitas menstimulasi rasa ingin tahu mereka

    serta membangkitkan kemandirian, spontanitas dan kreatifitas secara fisik,

    kognitif, sosial, dan sensori.

    Desain Rusk Play Garden sangat kaya akan berbagai usur alam berupa

    bunga dengan warna-warna cerah dan wangi tertentu, textur halus dan kasar

    serta unsur alam lain seperti angin, cahaya dan air yang berkaitan dengan

    sensori anak-anak selain itu, taman ini juga memancing anak-anak untuk aktif

  • 41

    bergerak. Dalam taman ini anak-anak memiliki variasi pilihan dan tantangan

    yang dapat dilakukan contohnya dengan membuat luncuran (slide) yang dapat

    diakses melalui dua cara, yaitu dengan ramp pada salah satu sisinya dan tangga

    pada sisi lain. Fitur-fitur interaktif yang meliputi bak pasir dan taman dapat

    diakses dengan mudah, dimana pada tempat ini anak-anak dapat duduk dan

    menggali tanah, kebun buah, dan bunga dimana anak-anak dapat menanam,

    ayunan yang dapat menstimulasi pergerakan dan lainnya.

    Gambar 2.6 . site plan dari Rusk Play Garden. Sumber: Johansson, 2004 dalam Arfianti (2010:15)

    Terapi yang dilakukan pada taman terapi ini meliputi integrasi sensori

    (tactile, auditory, dan visual), integrasi sistem vestibular, integrasi kognitif,

    pendidikan lingkungan dan sains, serta pengembangan sosial. Terapi integrasi

    sensori yang berupa perabaan diperoleh dari pengalaman anak merasakan

    variasi tekstur permukaan rumput, pasir, kayu, air, batu, daun, dan bunga serta

    merasakan panas sinar matahari. Sensor auditory/ pendengaran distimulasi

    melalui suara kicauan burung, lebah, gesekan daun, air dan lain-lain.

    Kemampuan visual anak distimulasi dengan melihat ikan berenang, kupu-kupu

    terbang, perubahan cahaya dan bayangan. Terapi integrasi sistem vestibular

    menstimulasi keseimbangan, koordinasi, kemampuan motorik, pergerakan, dan

    gravitasi. Bukit berumput, jembatan, terowongan, ramp, slide, dan tangga akan

    menstimulasi pergerakan anak dan merasakan pengalaman yang berbeda.

  • 42

    Objek yang interaktif serta pengalaman-pengalaman yang didapat oleh anak-

    anak di taman tersebut dapat membantu mensintesiskan kemampuan kognitif

    anak dengan fungsi fisiknya. Melalui hal tersebut anak-anak akan belajar

    mengenai kemampuan merencana, hubungan sebab akibat, dan inisiasi. Dalam

    pendidikan lingkungan dan sains, anak-anak akan belajar mengenai alam serta

    hubungan antara satu elemen natural dengan lainnya, seperti air, udara, bumi,

    cahaya, hewan, dan manusia yang dilakukan melalui terapi hortikultur. Taman

    ini juga mendukung interaksi sosial antara anak dengan kemampuan, umur, dan

    gender yang berbeda.

    2.13.2 Chicagos Scwab Rehabilition Hospital

    Chicagos Scwab Rehabilition Hospital adalah rumah sakit yang

    ditujukan khusus sebagai pusat rehabilitasi baik untuk orang dewasa ataupun

    anak-anak. Layanan rehabilitasi yang diberikan meliputi rehabilitasi pasca

    stroke, rehabilitasi cedera tulang belakang, pelatihan menggunakan kursi roda

    dan lain-lain. Salah satu metode rehabilitasi yang digunakan oleh Chicagos

    Scwab Rehabilition Hospital adalah terapi hortikurtura dengan menggunakan

    taman terapi berupa roof garden yang ada pada lantai paling atas rumah sakit.

    Terapi hortikurtura merupakan suatu bentuk terapi dimana kegiatan

    merawat tanaman serta kegiatan-kegiatan lainnya yang dilakukan ditaman

    meliputi sosialisasi dan bermain dapat meningkatkan kesehatan jiwa dan raga.

    Taman terapi ini ditujukan sebagai sarana terapi bagi para pasien seakaligus

    sebagai sarana untuk mendukung kegiatan bersosialisasi bagi para pasien

    meliputi bermain untuk pasien anak-anak. Beberapa area yang terdapat pada

    taman terapi ini yaitu:

  • 43

    Area bermain untuk anak serta sensory garden dan tempat berkumpul untuk

    keluarga

    Lake side area dimana pada area ini ada air terjun adan sungai buatan dengan

    skala kecil sebagai sarana rekreasi pasien

    Southside dimana pada area ini terdapat banyak jenis tanaman meliputi bunga

    dan sayur serta gazebo-gazebo yang dapat digunakan untuk beristirahat

    Central area dimana pada bagian ini terdapat lapangan basket dan sarana

    olahraga lainnya

    Gambar 2.7 Site plan taman terapi Chicagos Scwab Rehabilition Hospital. Sumber:

    https://landscapeonline.com, diakses tanggal 28 febuari 2013

    Gambar 2.8 Sungai buatan skala kecil pada bagian lake side area. Sumber:

    https://landscapeonline.com, diakses tanggal 28 febuari 2013

    Tanaman- tanaman yang ditanam pada taman terapi Chicagos Scwab

    Rehabilition Hospital sebagain besar, terdiri dari rumput sebagai ground cover dan

    bunga-bunga berbagai jenis seperti cosmos, marigold dan lavender dengan

    ketinggian dibawah 2 m.

  • 44

    Kedalaman tanah pada taman terapi Chicagos Scwab Rehabilition Hospital

    adalah 45 cm. Dengan dimanfaatkannya atap rumah sakit sebagai area tanam maka,

    atap rumah sakit terdiri dari beberapa lapisan seperti water proofing drainase dan

    lapisan-lapisan lain untuk menjaga kelembaban tanah.

    Gambar 2.9. Gambar detail konstruksi sungai buatan pada lake side area. Sumber: https://landscapeonline.com, diakses tanggal 28 febuari 2013

    Gambar 2.10. Gambar detail konstruksi taman terapi pada bagian dinding terluar. Sumber: https://landscapeonline.com, diakses tanggal 28 febuari 2013

    Tanaman hias (rumput dan bunga)

    Tanah sebagai media

    tanam (45cm)

    Tanah sebagai media

    tanam (40cm)

  • 45

    2.14 Studi Banding Rumah Sakit Santosa

    2.15.1 Profil Rumah Sakit Santosa

    Rumah sakit Santosa berlokasi di JL.Kebonjati No.38 dan merupakan

    salah satu rumah sakit di Indonesia yang memiliki taman terapi/ healing garden

    yang digunakan sebagai sarana terapi pasien. Rumah sakit Santosa diresmikan

    pada tanggal 4 november 2006 oleh dr.Siti Fadilah Supaari,Sp.JP (K) dan

    didirikan di atas lahan seluas 1,3 Ha dengan total luas bangunan 36.000 m dan

    terdiri dari 9 lantai dan 2 basement yang difungsikan sebagai lahan parkir.

    2.15.2 Studi banding taman terapi/ healing garden RS.Santosa

    Rumah sakit santosa dilengkapi dengan taman terapi yang terbuka

    untuk pasien, keluarga pasien serta para staff rumah sakit. Taman terapi

    RS.Santosa terletak di lantai 4 dan lantai 9 rumah sakit serta bisa dijangkau

    dengan menggunakan lift.

    Gambar 2.11 Lokasi taman terapi pada bangunan rumah sakit. Sumber: WWW.santosa-hospital.com,

    diakses tanggal 27 maret 2013

    Taman terapi yang terletak dilantai 4 dan lantai 9 dapat dijangkau

    dengan mudah lewat lift dan terbuka untuk pasien, keluarga pasien dan staff

    rumah sakit. Kedua taman terapi di lantai ini digunakan sebagai sarana untuk

    rekreasi dan terapi serta memiliki elemen taman yang beraneka ragam mulai

    dari jenis-jenis tanaman, material serta furniture-furniture taman. Taman

    terapi di lantai 4 dan lantai 9 RS.Santosa dilengkapi dengan satu jalur yang

    Taman Terapi

    lantai 9

    Taman Terapi

    lantai 4

  • 46

    berisi batu-batu untuk refleksi dimana pasien, keluarga ataupun staff bisa

    berjalan diatasnya.

    Taman terapi di lantai 9, dilengkapi dengan ramp sebagai sarana untuk

    terapi, jalur batu refleksi, gazebo untuk istirahat serta alunan musik

    tradisional. Dengan berbagai fasilitas untuk terapi yang ada di taman lantai 9

    maka, dapat disimpulkan kalau taman ini lebih ditujukan untuk terapi pasien

    jika dibandingkan dengan taman yang ada di lantai 4.

    Gambar 2.12 Taman terapi di lantai 4. Sumber: dokumentasi pribadi

    Gambar 2.13 Batu refleksi yang bisa digunakan pasien, keluarga dan staff rumah sakit. Sumber:

    dokumentasi pribadi

    Gambar 2.14 Taman terapi di lantai 9 RS.Santosa. Sumber: dokumentasi pribadi

  • 47

    Gambar 2.15 Ramp dan jalur batu refleksi untuk pengunjung pada taman di lantai 9. Sumber:

    dokumentasi pribadi

    Jenis-jenis tanaman yang ada pada taman terapi dilantai 4 dan 9

    cukup beragam dan terdiri dari pohon-pohon jenis palem yang difungsikan

    sebagai shadding bagi tanaman lain dan terletak di area terluar taman, dekat

    dengan pagar pembatas taman serta bunga-bunga dan semak-semak beraneka

    warna.

    Warna bunga yang terdapat di kedua taman terapi didominasi oleh

    bunga-bunga warna pink, orange, dan ungu muda. Pada lantai 4, bunga warna

    putih diletakkan dekat dengan pintu masuk taman. Jenis bunga terbanyak pada

    taman terapi adalah jenis geranium berwarna pink dan orange. Pada taman

    terapi lantai 4, bunga-bunga teratai ditanam didalam pot yang diletakkan di

    sisi-sisi. Tanaman bunga teratai ini juga memperkaya elemen taman dengan

    menambahkan unsur air.

    Bunga-bunga warna cerah selain didominasi oleh jenis geranium juga

    didominasi oleh jenis euphorbia milli (bunga 8 dewa) warna orange namun,

    bunga tersebut berduri sehingga tidak diletakkan didekat jalur batu refleksi

    untuk mencegah terjadinya cidera. Bunga euphorbia milli diletakkan di tempat-

    tempat dimana sirkulasi sedikit dan hanya berfungsi sebagai elemen estetika.

    Semak-semak yang ditanam di taman terdiri dari warna hijau, ungu dan

    kuning serta banyak diletakkan di dekat jalur batu refleksi.

  • 48

    Gambar 2.16 Bunga Anthurium warna putih, bercampur dengan warna orange dan pink pada entrance

    taman lantai 4. Sumber: dokumentasi pribadi

    Gambar 2.17 Bunga-bunga warna ungu muda serta kuning dan semak di dekat jalur batu refleksi.

    Pada taman lantai 4. Sumber: dokumentasi pribadi

    Gambar 2.18 Bunga euphorbia milli sebagai elemen estetika dan bunga teratai dalam pot yang

    menambah unsur airpada taman lantai 4. Sumber: dokumentasi pribadi

    Pada taman di lantai 9 bunga-bunga berwarna kuning dan orange

    diletakkan dekat dengan pintu masuk taman, bunga-bunga warna merah dan

    pink banyak diletakkan di tengah taman dengan jalur sirkulasi berbentuk loop

    dimana banyak pengguna taman lalu lalang. Semak-semak berwarna hijau,

    ungu dan kuning diletakkan dekat dengan ramp. Pada taman di lantai 9 ini

    juga terdapat bunga berwarna ungu muda yaitu Brunfelsia Pauciflora/ melati

  • 49

    ungu yang memiliki wangi tertentu dengan efek menenangkan sehingga

    bunga ini diletakkan dekat dengan gazebo tempat duduk-duduk.

    Gambar 2.19 Layout taman terapi lantai 9. Sumber: dokumentasi pribadi

    Keterangan:

    1= bunga warna orange, kuning

    dan pink pada entrance

    2= semak warna kuning dan hijau

    3= bunga warna melati

    4=semak warna hijau, kuning,

    ungu dan bunga warna putih,

    orange, pink, ungu, dan merah

    5= bunga euphorbia milli (bunga 8

    dewa)

    6= bunga kembang sepatu dan

    bunga asoka

    7= pohon palem

    Gambar 2.20 Pohon palem disekeliling taman dan semak berwarna hijau dan ungu serta bunga browallia di dekat ramp. Suber: dokumentasi pribadi

    Gazebo

    1

    2 3

    4

    5

    6

    7

    Entrance

  • 50

    Gambar 2.21 Bunga helliconia psittacorum/ pokok sepit udang warna orange dan Bunga allamanda

    cathartica/ bunga alamanda warna kuning pada entrance taman lantai 9. sumber: dokumentasi pribadi

    Gambar 2.22 Bunga saraca asoka dan bunga kembang sepatu warna merah di tengah taman serta

    bunga Brunfelsia Pauciflora didekat gazebo yang terletak pada lantai 9. sumber: dokumentasi pribadi

    Kesimpulan yang bisa didapat mengenai jenis tanaman terkait dengan efek

    psikologis yang diberikan dan lokasi penempatan tanaman adalah sebagai berikut:

    1. Anthurium warna putih : warna putih memberikan kesan bersih, dan

    digunakan untuk mereduksi panas, serta mengobati darah tinggi.

    2. Geranium: geranium pada taman terapi memiliki aneka warna yaitu pink tua

    yang memberikan efek menenangkan dan orange yang memberikan kesan

    ceria dan semangat sehingga banyak diletakkan di jalur-jalur sirkulasi taman

    tempat pengunjung lalu lalang dan beraktivitas.

    3. euphorbia milli (bunga 8 dewa): bunga euphorbia milli yang ditanam pada

    taman terapi berwarna orange dan hanya difungsikan sebagai elemen estetika.

    4. bunga teratai: bunga ini difungsikan sebagai elemen estetika dan memperkaya

    elemen taman dengan menambahkan unsur air.

    5. Bunga browallia: bunga ini, berwarna ungu dan diletakkan dekat dengan

    jalur batu refleksi. Warna ungu memberikan efek menenangkan, mengurangi

  • 51

    rasa lapar, digunakan untuk mengobati obesitas,penyakit ginjal, cramp, dan

    lain-lain.

    6. Bunga helliconia psittacorum: bunga ini berwarna orange menstimulasi

    kreativitas dan mendorong seseorang untuk beraktivitas secara energik.

    Namun, terpapar warna orange terlalu banyak akan menyebabkan seseorang

    merasa gugup dan gelisah sehingga jumlahnya pada taman tidak banyak.

    7. Bunga allamanda cathartica: bunga ini berwarna kuning yang memberikan

    efek ceria namun juga menenangkan bagi pasien dengan gangguan

    pernafasan. Terpapar warna kuning terlalu banyak berdampak pada rasa

    tertarik yang berlebihan yang menyebabkan kelelahan karena itu, jumlahnya

    pada taman tidak terlalu banyak dan hanya di letakkan pada entrance taman.

    8. Bunga saraca asoka: bunga ini berwarna merah yang memberikan kesan

    ceria dan semangat. Oleh karena itu, bunga ini diletakkan ditengah taman

    dimana banyak orang lalu lalang dan beraktivitas namun, jumlahnya tidak

    banyak karena terpapar warna merah terlalu banyak dapat berdampak

    hipertensi.

    9. Bunga kembang sepatu: bunga ini dan bunga saraca asoka pada taman

    terapi keduanya berwarna merah dan sama-sama diletakkan di tengah taman.

    10. Bunga Brunfelsia Pauciflora: Bunga ini berwarna ungu muda yang memberi

    efek menenangkan, mengurangi rasa lapar. terpapar warna ungu terlalu

    banyak dapat menyebabkan depresi sehingga jumlahnya tidak banyak. Wangi

    bunga ini memberikan efek menenangkan sehingga diletakkan dekat dengan

    gazebo.

  • 52

    Kesimpulan dari semua landasan teori diatas adalah sebagai berikut:

    Kriteria design suatu taman terapi banyak dikemukakan oleh para ahli dan semua

    kriteria tersebut berserta fokusnya dapat disimpulkan dalam skema berikut:

    Skema kriteria perancangan taman terapi dan hal-hal yang harus diperhatikan dalam kriteria tersebut sumber: thesis Healing Gardens: Creating Places for Restoration, Meditation,

    and Sanctuary tahun 2002 oleh vappa hal.62-72disajikan dalam bentuk skema oleh penulis

    1. Pengguna harus dilibatkan dalam proses design

    7. Jalur dalam taman harus jelas arahnya

    8. Memberikan rasa lega dan bebas stress pada para

    penggunanya

    6. Pergerakan didalam taman/ kebebasan

    bergerak didalam taman

    9. Taman bersifat menyambut (welcoming)

    4. Bersentuhan dengan alam, mendukung ekosistem,

    mengundang satwa-satwa

    setempat

    3. Pemilihan Jenis Tanaman

    5. Kebebasan untuk memilih ruang bagi pengguna

    berkaitan dengan kegiatan

    dan privasi

    Kegiatan dan

    kebutuhan pengguna Fasilitas

    2. Taman harus menstimulasi panca indera penggunanya

    Indera penglihatan

    Indera peraba

    Indera pendengaran

    Indera penciuman

    Indera perasa

    warna

    Tekstur (material)

    Suara air, burung,

    dedaunan

    Aroma

    Tanaman yang bisa

    dikonsumsi (edible)

    warna

    Aroma

    Kondisi Fisik

    Alur sirkulasi

    Penunjuk arah

    User friendly

    untuk pasien

    disable

    Zoning taman

    berdasarkan aktivitas

    Ruang micro (ruang untuk

    privasi dan sosialisasi

  • 53

    Skema tersebut menunjukkan kriteria perancangan taman terapi dan hal-hal

    yang harus diperhatikan dalam kriteria tersebut. Kotak berwarna merah merupakan

    kriteria yang menjadi fokus dalam penelitian ini

    Dari pengertian rumah sakit dan anak maka dapat disimpulkan kalau rumah

    sakit anak adalah sarana kesehatan yang berfungsi memberikan pelayanan kesehatan

    lengkap kepada anak (individu usia 0-20 tahun) baik kuratif maupun rehabilitatif.

    Ruang terbuka berupa taman rumah sakit dan segala unsur alam yang terdapat

    didalamnya berdampak baik bagi kesehatan dan Tanaman sebagai unsur alam untuk

    taman terapi khususnya untuk anak harus diperhatikan dari warna, aroma, tekstur,

    bentuk, ketinggian serta faktor keamanan berkaitan dengan efek stimulasinya pada

    panca indera anak (Said, 2003)

    Warna dan aroma memberikan efek tertentu pada jiwa dan raga manusia dan

    dapat membantu untuk meredakan penyakit dan emosi negatif tertentu seperti rasa

    cemas, ketakutan, tegang dan lain-lain (lihat tabel fungsi warna hal.33 dan fungsi

    aroma hal 36 ) sehingga dapat mendukung kegiatan terapi dan proses penyembuhan

    pasien serta kegiatan pengguna ruang dalam lingkungan rumah sakit.

    Dari semua uraian tersebut diatas maka, variabel yang mempengaruhi taman

    terapi pada penelitian ini yaitu: fasilitas, berkaitan dengan kegiatan terapi (kebutuhan

    pengguna), material berkaitan dengan tekstur dan jenis tanaman berkaitan dengan

    warna dan aroma yang mendukung kegiatan dalam rumah sakit.