bab 2 landasan teori - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/ecolls/ethesisdoc/bab2/2012-2-00160-mn...
TRANSCRIPT
8
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Kepemimpinan
Menurut Rivai (2005:2), dalam beberapa bukunya yang berjudul
“Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi” menyatakan bahwa definisi
kepemimpinan secara luas adalah meliputi proses mempengaruhi dalam
menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk
mencapai tujuan, mempengaruhi interpretasi mengenai peristiwa-peristawa
para pengikutnya, pengorganiasasian dan aktivitas untuk mencapai
sasaran, memelihara hubungan kerja sama dan kerja kelompok, perolehan
dukungan dan kerja sama dari orang-orang di luar kelompok atau
organiasasi.
Menurut Hasibuan (2003:170) “Kepemipinan adalah cara seorang
pemimpin mempengaruhi perilaku bawahan agar mau bekerja sama dan
bekerja secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan organiasasi”.
Menurut Robbins (2006), kepemimpinan adalah kemampuan untuk
mempengaruhi suatu kelompok ke arah suatu tujuan. Kepemimpinan
adalah pengaruh antara pribadi yang dijalankan dalam situasi tertentu,
9
serta diarahkan melalui proses komunikasi kearah pencapaian satu atau
beberapa tujuan tersebut.
Menurut (Davis dalam Sutisna, 2000:301) kepemimpinan adalah
proses mempengaruhi seseorang atau kelompok dalam usaha-usaha ke
arah pencapaian tujuan dalam situasi tertentu.
Menurut Nurkolis (2003) kepemimpinan adalah proses mempengaruhi
atau member contoh pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya
mencapai tujuan organiasasi.
Selanjutnya menurut Istianto (2009:87) dalam bukunya “Manajemen
Pemerintahan” ada beberapa definisi kepemimpinan yang dapat mewakili
tentang kepemimpinan, yaitu sebagai berikut:
1. Kepemimpinan adalah suatu kegiatan dalam memimpin
sedangkan pemimpin adalah orangnya yang memiliki
kemampuan untuk mempengaruhi orang lain, sehingga orang
lain tersebut mengikuti apa yang diinginkannya. Oleh karena
itu pemimpin harus mampu mengatur dan mempengaruhi
orang lain untuk mencapai tujuan bersama
2. Kepemimpinan merupakan proses berorientasi kepada
manusia dan dapat diukur dari pengaruhnya terhadap perilaku
organisasi
10
3. Kepemimpinan merupakan subyek penting di dalam
manajemen dan ilmu administrasi karena kepemimpinan
terkait dengan hubungan antara atasan dan bawahan di dalam
organisasi.
4. Kepemimpinan adalah dimana seorang pemimpin harus
mampu mengatur dan mempengaruhi orang lain untuk
mencapai tujuan bersama.
Dari berbagai pengertian di atas dapat ditarik
kesimpulan bahwa pengertian kepemimpinan adalah suatu cara
seorang pemimpin dalam usahanya untuk mempengaruhi para
bawahan agar secara bersama-sama bekerja untuk mencapai
tujuan organisasi.
2.1.1 Fungsi-fungsi Kepemimpinan
Fungsi kepemimpnan berhubungan dengan situasi sosial
dalam kehidupan kelompok/organiasasi dimana fungsi
kepemimpinan harus diwujudkan dalam interaksi antar individu.
Menurut Rivai (2005:53) secara operasional fungsi pokok
kepemimpinan dapat dibedakan sebagai berikut:
1. Fungsi instruktif
Fungsu ini bersifat komunikasi satu arah. Pemimpin sebagai
komunikator merupakan pihak yang menentukan apa, bagaimana,
bilamana dan dimana perintah itu dikerjakan agar keputusan dapat
11
dilaksanakan secara efektif. Kepemimpinan yang efektif
memerlukan kemampuan untuk menggerakkan dan memotivasi
orang lain agar mau melaksanakan perintah
2. Fungsi konsultif
Fungsi ini bersifat komunikasi dua arah. Pada tahap pertama
dalam usaha menetapkan keputusan, pemimpin kerap kali
memerlukan bahan pertimbangan yang mengharuskannya
berkonsultasi dengan orang-orang yang dipimpinnya yang dinilai
mempunyai berbagai bahan informasi yang diperlukan dalam
menetapkan keputusan. Tahap berikutnya konsultasi dari
pimpinan pada orang-orang yang dipimpin dapat dilakukan
setelah keputusan diteteapkan dan dalam pelaksanaan. Konsultasi
ini dimaksudkan untuk memperoleh masukan berupa umpan
balik (feedback) untuk memperbaikin dan menyempurnakan
keputusan-keputusan yang telah diteteapkan dan dilaksanakan.
Dengan menjalankan fungsi konsultatif dapat diharapkan
keputusan-keputusan pimpinan, akan mendapat dukungan dan
lebih mudah menginstruksikannya sehingga kepemimpinan
berlangsung efektif.
3. Fungsi partisipasi
Dalam menjalankan fungsi ini pemimpin berusaha
mengaktifkan orang-orang yang dipimpinnya, baik dalam
12
keikutsertaan mengambil keputusan maupun dalam
melaksanakannya. Partisipasi tidak berarti bebas berbuat
semaunya, tetapi dilakukan secara terkendali dan terarah berupa
kerjasama dengan tidak mencampuri atau mengambil tugas
pokok orang lain. Keikutsertaan pemimpin harus tetap dalam
fungsi sebagai pemimpin dan bukan pelaksana.
4. Fungsi delegasi
Fungsi ini dilaksanakan dengan memberikan pelimpahan
wewenang membuat atau menetapkan keputusan, baik melalui
persetujuan maupun tanpa persetujuan dari pimpinan. Fungsi
delegasi pada dasarnya berarti kepercayaan. Orang-orang
penerima delegasi itu harus diyakini merupakan pembantu
pemimpin yang memiliki kesamaan prinsip, persepsi dan
aspirasi.
5. Fungsi pengendalian
Fungsi pengendalian bermaksud bahwa kepimpinan yang
sukses/efektif mampu mengatur aktivitas anggotanya secara
terarah dan dalam koordinasi yang efektif, sehingga
memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara maksimal.
Fungsi pengendalian ini dapat diwujudkan melalui kegiatan
bimbingan, pengarahan, koordinasi, dan pengawasan
13
1.1.2 Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan merupakan perilaku yang digunakan
seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi orang
lain seperti yang Ia lihat. Menurut Siagian (2003:14) bahwa gaya
kepemimpinan seseorang adalah identik dengan tipe
kepemimpinan orang yang bersangkutan.
Gaya kepemimpinan seorang pemimpin itu mempunyai sifat,
kebiasaan, temperamen, watak dan kepribadian tersendiri yan unik
dan khas, hingga tingkah laku dan gaya yang membedakan dirinya
dengan orang lain. Menurut Nawawi (2003) yang dikutip dari
Sugeng Mulyono dan Zai Dani Almas (2009), membagi gaya
kepemimpinan menjadi 3, yaitu:
1. Gaya Kepemimpinan Otokratis
2. Gaya Kepemimpinan Demokratis
3. Gaya Kepemimpinan Kendali Bebas (Laissez-Faire)
Menurut Kartini Kartono (2006:p.34), menentukan watak dan tipe
pemimpin atas setidaknya ada tiga pola dasar, yaitu:
1. Berorientasi pada tugas (task orientation)
2. Berorientasi hubungan kerja (relationship orientation)
3. Berorientasi hasil yang dicapai (effectivess orientation)
14
Berdasarkan tiga orientasi di atas, dapat ditentukan bahwa terdapan
delapan tipe gaya kepemimpinan:
• Tipe deserter (pembelot)
Sifatnya: bermoral rendah, tidak memiliki rasa keterlibatan,
tanpa loyalitas dan ketaatan
• Tipe birokrat
Sifatnya: kaku, patuh pada peraturan dan norma-norma
• Tipe misionaris (missionary)
Sifatnya: terbuka, penolong, ramah-tamah
• Tipe developer (pembangun)
Sifatnya: kreatif, dinamis, inovatif, memberikan wewenang dan
menaruh kepercayaan kepada bawahan
• Tipe otokrat
Sifatnya: keras, diktatoris, mau menang sendiri, keras kepala
• Benevolent autocrat (otokrat yang bijak)
Sifatnya: lancar, tertib, ahli dalam mengorganisasikan
• Tipe compromiser (kompromis)
Sifatnya: tidak punya pendirian, berpikir pendek dan sempit,
tidak mempunyai keputusan
• Tipe eksekutif
Sifatnya: bermutu tinggi, dapat memberikan motivasi, tekun
15
2.1.3 Gaya Kepemimpinan Otoriter
Menurut Griffin dan Ebert (2007), menjabarkan bahwa tipe
pemimpin otoriter memberikan perintah dan mengharapkan mereka
mematuhinya tnapa ragu-ragu dan peran karyawan sangat lemah
dalam proses pengambilan keputusan (Widiyono & Mukhaer
Pakkanna 2011:70) Pemimpin otoriter memiliki sifat:
• Memegang teguh prinsip yang telah ditetapkan
• Tidak mau mendelegasikan wewenang
• Tidak menyenangi inisiatif atau masukan dari bawahan
• Pekerja keras
• Bersifat berusaha mendominasi orang lain
2.1.4 Gaya Kepemimpinan Demokratis
Gaya Kepemimpinan Demokratis menurut Widiyono &
Mukhaer Pakkanna (2011:70) diartikan bahwa kepemimpinan jenis
ini memberikan ruang kepada karyawan untuk menyampaikan
keluhan dan keluhan yang dihadapi. Pemimpin dengan gaya
demokratis memiliki sifat:
• Mau mendengarkan masukan dari bawahan
• Menekankan rasa tanggung jawab
• Mampu bekerja sama dengan tiap anggota atau bawahan
• Bersifat terbuka
16
2.1.5 Gaya Kepemimpinan Kendali Bebas (Laissez-Faire)
Gaya Kepemimpinan Kendali Bebas (Laissez-Faire) menurut
William G. Nickels (2009:251) memberikan pernyataan bahwa
pemimpin disini menetapkan sasaran-sasaran dan karyawan
relatif memiliki kebebasan untuk mencapai sasaran-sasaran
tersebut . Ini adalah beberapa contoh ciri dan sifat pemimpin
Laissez-faire:
• Inisiatif dan prakarsa karyawan
• Dewasa dan memberikan kepercayaan penuh kepada bawahan
• Tidak banyak ikut campur tangan
2.2 Kreativitas
Kreativitas merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia, yaitu
kebutuhan akan perwujudan diri (aktualisasi diri) dan merupakan
kebutuhan paling tinggi bagi manusia (Maslow, dalam Munandar, 2009).
Pada dasarnya, setiap orang dilahirkan di dunia dengan memiliki potensi
kreatif. Kreativitas dapat diidentifikasi dan dipupuk melalui pendidikan
yang tepat (Munandar, 2009)
2.2.1 Definisi Kreativitas
1. Menurut West, kreativitas adalah pengetahuan dari berbagai
bidang pengalaman yang berlainan untuk menghasilkan ide-
17
ide yang baru dan lebih baik. Kreativitas adalah salah satu
bagian mendasar dari usaha manusia (Marizar 2005:10)
2. Menurut Munandar (2004:25), kreativitas pada intinya
merupakan kemampuan umum untuk menciptakan sesuatu
yang baru yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah,
atau sebagai kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan
baru antara unsur-unsur yang telah ada sebelumnya. (S.C.
Utami Munandar. (2004). Kreativitas & Keberbakatan. PT.
Gramedia Pustaka Utama )
3. Menurut Hurlock (dalam Basuki, 2010), kreativitas adalah
proses yang menghasilkan sesuatu yang baru, dalam bentuk
gagasan atau suatu objek dalam suatu bentuk atau susunan
yang baru.
4. Menurut Clark (dalam Basuki, 2010) kreativitas adalah
ekspresi tertinggi keterbakatan dan sifatnya terintegrasikan,
yaitu sintesa dari semua fungsi dasar manusia, yaitu: berfikir,
merasa, menginderakan dan intuisi
2.2.2 Teori Kreativitas
Menurut Dedi Supriadi (dalam Yuliana W., 2010) kreativitas
didefinisikan secara berbeda-beda. Keberagaman definisi itu,
18
sehingga pengertian kreativitas itu tergantung pada bagaimana
orang mendefinisikannya “creativity is a matter of definition”.
Tidak ada satu definisi pun yang dianggap dapat mewakili
pemahaman yang beragam tentang kreativitas. Hal ini disebabkan
oleh dua alasan, yaitu:
1. Kreativitas merupakan ranah psikologis yang
kompleks dan multidimensional, yang mengandung
berbagai tafsiran yang beragam
2. Definisi-definisi kreativitas memberikan
tekanan yang berbeda-beda, tergantung dasar teori
yang menjadi acuan pembuat definisi
Pada intinya kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk
melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya
nyata yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya.
Terdapat lima sifat yang mejadi ciri kemempauan berfikir
kreatif antar lain adalah:
1. Kelancaran : Kemampuan untuk menghasilkan
banyak gagasan
2. Keluwesan : Kemampuan untuk mengemukakan
bermacam-macam pemecahan atau pendekatan
terhadap masalah
19
3. Keaslian : Kemampuan menciptakan sesuatu yang asli
karya sendiri
4. Elaborasi atau penguraian : Kemampuan untuk
menguraikan sesuatu secara terinci
5. Perumusan kembali : Kemampuan untuk meninjau
suatu persoalan berdasarkan perspektif yang berbeda
dengan apa yang sudah diketahui oleh banyak orang
Penentuan kriteria kreativitas menyangkut dua dimensi antara
lain adalah:
1. Dimensi proses : segala produk yang dihasilkan dari
proses yang dianggap sebagai produk kreatif. Kriteria
produk yang dianggap sebagai produk kreatif
menunjuk pada hasil perbuatan, kinerja, atau, karya
sesorang dalam bentuk barang atau gagasan. Dalam
buku Dedi Supiadi yang dikutip oleh McPherson
menyebutkan ada 11 indiktor yaitu : patents, patent
disclosures, publications, improved process, new
instrument, new compounds. Pada semua indikator
tersebut tampak bahwa kualitas produk kreatif
ditentukan oleh sejauh manakah produk memiliki
20
kebaruan atau orisini, bermanfaat, dan dapat
memecahkan masalah.
2. Dimensi person : sering dikatakan sebagai
kepribadian kreatif yang meliputi dimensi kognitif
(bakat) dan dimensi non-kognitif (minat, skiap, dan
kualitas temperamental). Sehingga dapat disimpulkan
bahwa orang-orang kreatif memiliki ciri-ciri
kepribadian yang signifikan, berbeda dengan orang-
orang yang kurang kreatif. Selain itu, terdapat 7 ciri
sikap, kepercayaan, dan nilai-nilai yang melekat pada
orang-orang kreatif, yaitu : terbuka terhadap
pengalaman baru dan luar biasa, luwes dalam berpikir
dan bertindak, bebas dalam mengekspresikan diri,
dapat mengapresiasi fantasi, berminat pada kegiatan-
kegiatan kreatif, percaya pada gagasan sendiri, dan
mandiri.
2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kreativitas
Menurut Rogers (dalam Munandar, 2009), faktor-faktor yang
dapat mendorong terwujudnya kreativitas individu diantaranya:
a) Dorongan dari dalam diri sendiri (motivasi interinsik)
21
Menurut Roger (dalam Munandar, 2009) setiap individu
memiliki kecenderungan atau dorongan dari dalam dirinya
untuk berkreativitas, mewujudkan potensi, mengungkapkan
dan mengaktifkan semua kapasitas yang dimilikinya.
Dorongan ini merupakan motivasi primer atau kreativitas
ketika individu membentuk hubungan-hubungan baru dengan
lingkungannya dalam upaya menjadi dirinya sepenuhnya
(Rogers dalam Munandar, 2009). Hal ini juga didukung oleh
pendapat Munandar (2009) yang menyatakan individu harus
memiliki motivasi interinsik untuk melakukan sesuatu atas
keinginan dari dirinya sendiri selain didukung oleh perhatian,
dorongan dan pelatihan dari lingkungan. Menurut Rogers
(dalam Zulkarnain, 2002), kondisi internal yang dapat
mendorong seseorang untuk berkreasi diantaranya:
1. Keterbukaan terhadap pengalaman
Keterbukaan terhadap pengalaman adalah
kemampuan untuk membuka diri, menerima informasi
dari pengalaman dalam bentuk apapun yang berasal
dari dalam tanpa ada bentuk tindakan untuk menolak
pengalaman-pengalaman tersebut. Karena pribadi
yang kreatif adalah individu yang terbuka yang
mampu meresapi perbedaan
22
2. Kemampuan untuk menilai situasi sesuai dengan
patokan pribadi seseorang (internal locus of
evaluation)
Penilaian terhadap produk ciptaan seseorang terutama
ditentukan oleh diri sendiri, bukan karena kritik dan
pujian dari orang lain. Walaupun demikian individu
tidak tertutup dari kemungkinan masukan dan kritikan
dari orang lain.
3. Kemampuan untuk bereksperimen atau “bermain”
dengan konsep-konsep
Kemampuan seseorang untuk bereksperimen terhadap
konsep juga mencirikan pribadi yang kreatif. Karena
pribadi yang kreatif cenderung mau “membuka”
dirinya terhadap hal-hal dan pengalaman baru.
b) Dorongan dari lingkungan (motivasi ekstrinsik)
Munandar (2009) mengemukakan bahwa lingkungan yang
dapat mempengaruhi kreativitas individu dapat berupa
lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Lingkungan
keluarga merupakan kekuatan yang penting dan merupakan
sumber pertama dan utama dalam pengembangan kreativitas
individu. Pada lingkungan sekolah, pendidikan di setiap
jejaringnya mulai dari pra sekolah sampai dengan perguruan
23
tinggi dapat berperan dalam menumbuhkan dan
meningkatkan kreativitas individu. Pada lingkungan
masyarakat, kebudayaan-kebudayaan yang berkembang
dalam masyarakat juga turut mempengaruhi kreativtas
individu.
Rogers (dalam Munandar, 2009) menyatakan kondisi
lingkungan yang dapat mengembangkan kreativitas ditandai
dengan adanya:
1. Keamanan psikologis
Keamanan psikologis dapat terbentuk melalui 3 proses yang
saling berhubungan, yaitu:
a) Menerima individu sebagaimana adanya dengan segala
keterbatasannya
b) Mengusahakan suasana yang didalamnya tidak terapat
evaluasi eksternal (atau sekurang-kurangnya tidak
bersifat atau mempunyai efek mengancam)
c) Memberikan pengertian secara empatis, ikut
menghayati perasaan, pemikiran, tindakan individu,
dan tanpa melihat dari sudut pandang mereka dan
menerimanya
2. Kebebasan psikologis
24
Lingkungan yang bebas secara psikologis, memberikan
kesempatan kepada individu untuk bebas mengekspresikan
secara simbolis pikiran-pikiran atau perasaan-perasaannya.
Munandar (dalam Zulkarnain, 2002) menyatakan faktor-
faktor yang mempengaruhi kreativitas dapat berupa kemampuan
berpikir dan sifat kepribadian yang berinteraksi dengan lingkungan
tertentu. Faktor kemampuan berpikir terdiri dari kecerdasan
(intigensi) dan pemerkayaan bahan berpikir berupa pengalamann
dan keterampilan. Faktor kepribadian terdiri dari ingin tahu, harga
diri dan kepercayaan diri, sifat mandiri, mengambil resiko dan sifat
asertif (Kuwato dalam Zulkarnain, 2002).
Selain faktor-faktor yang telah disebutkan di atas, terdapat
pula berbagai faktor lainnya yang dapat menyebabkan munculnya
variasi atau perbedaan kreativitas yang dimiliki individu, yaitu:
a) Jenis kelamin
Anak laki-laki menunjukkan kreativitas yang lebih besar
daripada anak perempuan, terutama setelah berlalunya masa
kanak-kanak. Untuk sebagian besar hal ini disebabkan oleh
perbedaan perlakuan terhadap anak laki-laki dan anak
perempuan. Anak laki-laki diberi kesempatan untuk mandiri,
didesak oleh teman sebaya untuk lebih mengambil resiko dan
25
didorong oleh para orangtua dan guru untuk lebih
menunjukkan inisiatif dan orisinalitas.
b) Status sosial ekonomi
Anak dari kelompok sosial ekonomi yang lebih tinggi
cenderung lebih kreatif daripada anak yang berasal dari sosial
ekonomi kelompok yang lebih rendah. Lingkungan anak
kelompok sosioekonomi yang lebih tinggi memberi lebih
banyak kesempatan untuk memperoleh pengetahuan dan
pengalaman yang diperlukan bagi kreativitas.
c) Urutan kelahiran
Anak dari berbagai urutan kelahiran menunjukkan tingkat
kreativitas yang berbeda. Perbedaan ini lebih menekankan
lingkungan daripada bawaan. Anak yang lahir di tengah, lahir
belakangan dan anak tunggal mungkin memiliki kreativitas
yang tinggi dari pada anak pertama. Umumnya anak yang
lahir pertama lebih ditekan untuk menyesuaikan diri dengan
harapan orangtua, tekanan ini lebih mendorong anak untuk
menjadi anak yang penurut daripada pencipta.
d) Ukuran keluarga
Anak dari keluarga kecil bilamana kondisi lain sama
cenderung lebih kreatif daripada anak dari keluarga besar.
Dalam keluarga besar, cara mendidik anak yang otoriter dan
26
kondisi sosioekonomi kurang menguntungkan mungkin lebih
mempengaruhi dan menghalangi perkembangan kreativitas.
e) Lingkungan kota vs. lingkungan pedesaan
Anak dari lingkungan kota cenderung lebih kreatif daripada
anak lingkungan pedesaan.
f) Intelegensi
Setiap anak yang lebih pandai menunjukkan kreativitas yang
lebih besar daripada anak yang kurang pandai. Mereka
mempunyai lebih banyak gagasan baru untuk menangani
suasana sosial dan mampu merumuskan lebih banyak
penyelesaian bagi konflik tersebut.
2.3 Kinerja Karyawan
Menurut Siswanto (2002:235) menyatakan bahwa kinerja adalah hasil
karya secara kualitas dan kuantitas yang dicapai seseorang dalam
melaksanakan tugas dan pekerjaan yang diberikan kepadanya.
Menurut Rivai (2005:309) kinerja merupakan perilaku nyata yang
ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh
karyawan sesuai dengan perannya dalam perusahaan
Menurut Tika (2006:121) dalam bukunya “Budaya Organiasasi dan
Peningkatan Kinerja Perusahaan” menyebut kinerja sebagai hasil-hasil
fungsi pekerjaan seseorang atau kelompok dalam suatu organiasasi yang
27
dipengaruhi oleh berbagai faktor untuk mencapai tujuan organisasi dalam
periode waktu tertentu
Menurut Bambang Guritno dan Waridin (2005:63) kinerja merupakan
perbandingan hasil kerja yang dicapai oleh karyawan dengan standard
yang telah ditentukan.
2.3.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Karyawan
Menurut Sjafri Mangkuprawira dan Aida Vitayala dalam
Yamin (2007:155). Kinerja merupakan suatu konstruksi multi-
dimensi yang mencakup banyak faktor yang mempengaruhinya,
faktor tersebut adalah:
1. Faktor personal/individu, meliputi unsur ilmu pengetahuan,
keterampulan (skill), kemampuan, kepercayaan diri, motivasi
dan komitmen yang dimiliki oleh tiap individu
2. Faktor kepemimpinan, meliputi aspek kualitas manajer dan
tim leader dalam memberikan dorongan, semangat, arahan
dan dukungan kerja
3. Faktor tim, meliputi kualitas dukungan dan semangat yang
diberikan oleh rekan dalam satu tim, kepercayaan terhadap
sesama anggota tim, kekompakan dan keeratan anggota tim
4. Faktor system, meliputi system kerja, fasilitas kerja yang
diberikan oleh pimpinan sekolah, proses organisasi dan kultur
kerja dalam organisasi
28
5. Faktor konstekstual (situasional), meliputi tekanan dan
perubahan lingkungan eksternal dan internal
Sedangkan menurut Mahsun (2006) ada beberapa elemen
pokok, yaitu:
1. Menetapkan tujuan, sasaran dan strategi organisasi
2. Merumuskan indikator dan ukuran kinerja
3. Mengukur tingkat ketercapaian tujuan dan sasaran-sasaran
organisasi
4. Evaluasi kinerja/feed back, penilaian kemajuan organiasasi,
meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan
akuntabilitas
Dalam konteks pemerintahan sebagai sektor publik ada
beberapa aspek yang dapat dinilai kinerjanya (Mahsun:2006)
1. Kelompok Masukan (input)
2. Kelompok Proses (process)
3. Kelompok Keluaran (output)
4. Kelompok Hasil (outcome)
5. Kelompok Manfaat (benefit)
6. Kelompok Dampak (impact)
29
2.3.2 Pengukuran Kinerja Karyawan
Pengukuran prestasi kinerja adalah proses yang meliputi:
penetapan standar prestasi kerja, pengukuran prestasi kerja aktual
karyawan dalam hubungan dengan standar-standar ini dan memberi
umpan balik kepada karyawan dengan tujuan memotivasi orang
tersebut untuk menghilangkan kemerosotan prestasi kerja (Eko
Nurmanto, Nurhadi Siswanto: 2006)
Menurut Gomes (2003:142) dalam melakukan penelitian
terhadap kinerja kerja karyawan, maka ada delapan dimensi yang
perlu mendapat perhatian, antara lain:
1. Quality of Work (kualitas kerja)
Kualitas ini akan dicapai berdasarkan syarat-syarat
kesesuaian dan kesiapan. Meliputi:
1. Tingkat kualitas kerja
2. Tingkat kemampuan mencapai standar kualitas yang
diinginkan perusahaan
3. Tingkat rasa malu kalau kualitas lebih buruk dari yang
lain
4. Tingkat konsistensi memenuhi komitmen dan batas
waktu penyelesaian pekerjaan
2. Quantity of Work (kuantitas kerja)
30
Jumlah kerja yang dilakukan dalam suatu periode waktu yang
ditentukan. Meliputi:
1. Tingkat frekuensi melebihi volume kerja atau jumlah
tugas yang telah ditetapkan
2. Tingkat penyelesaian tugas dengan baik dan memuaskan
3. Job Knowledge (pengetahuan pekerjaan)
Luasnya pengetahuan mengenai pekerjaan dan keterampilan.
Meliputi:
1. Tingkat pengetahuan yang mendukung pelaksanaan
tugas sehari-hari
2. Tingkat pemahaman terhadap pedoman kerja sehari-hari
3. Tingkat kebanggaan prestasi kerja yang dicapai
4. Creativeness (kreativitas)
Keaslian gagasan-gagasan yang dimunculkan dan tindakan-
tindakan menyelesaikan persoalan-persoalan yang timbul.
Meliputi:
Tingkat kreativitas dalam bekerja sudah diakui oleh siapa
saja, termasuk gagasan dalam penyelesaian persoalan dalam
bekerja
5. Cooperative (kerjasama)
Kesadaran untuk bekerja sama dengan orang lain. Meliputi:
31
1. Tingkat kesedian bekerja sama dengan rekan sekerja
agar kinerja baik
2. Tingkat pembinaan kerja sama dengan atasan
6. Initiative (inisiatif)
Keaslian ide-ide yang disampaikan sebagai program
organisasi di masa mendatang
1. Tingkat ketanggapan mengenali masalah-masalah yang
berkaitan dengan pekerjaan dan memprakarsai tindakan
korektif
2. Tingkat pengajuan saran sedikitnya satu saran guna
peningkatan penerimaan tanggung jawab untuk
menyelesaikan tugas-tugas yang belum diberikan
7. Dependerability (ketergantungan)
Kesadaran dapat dipercaya dalam hal kehadiran dan
penyelesaian kerja. Tingkat kehadiran di kantor sehingga
mempengaruhi jumlah pekerjaan yang dapat diselesaikan
8. Personal Quality (kualitas personil)
Menyangkut kepribadian, kepemimpinan, dan kemampuan
pribadi. Meliputi:
1. Tingkat frekuensi menggunakan jam istirahat sepanjang
untuk kepentingan
32
2. Tingkat kesediaan tidak akan pulang kantor bila
pekerjaan belum selesai
3. Tingkat kepuasan atas pekerjaan yang dikerjakan
2.4 Inovasi Produk
Secara konvensional istilah inovasi diartikan sebagai suatu terobosan
yang berhubungan dengan produk-produk baru.
Menurut Sumarwan (2010) menyatakan inovasi sebagai sebuah ide,
praktek atau obyek yang dipahami sebagai sesuatu yang baru oleh masing-
masing individu atau unit pengguna lainnya. Proses keputusan inovasi
pada prinsipnya merupakan kegiatan pencarian dan pemrosesan informasi
dimana individu termotivasi untuk mengurangi ketidakpastian tentang
keuntungan dan kekurangan motivasi.
Menurut Hernard & Szymanski (2001), dalam Helmy Aditya (2004,
hal 314) menyebut inovasi produk merupakan cara peningkatan nilai
sebuah komponen kunci kesuksesan sebuah operasi bisnis yang dapat
membawa perusahaan memiliki keunggulan komptetitif dan menjadi
pemimpin pasar.
Menurut Hurley and Hult dalam Kusumo (2006:22) mendefinisikan
inovasi sebagai sebuah mekanisme perusahaan untuk beradaptasi dalam
lingkungan yang dinamis, oleh karena itu perusahaan dituntut untuk
mampu menciptakan pemikiran-pemikiran baru, gagasan-gagasan baru dan
33
menawarkan produk yang inovatif serta peningkatan pelayanan yang
memuaskan pelanggan
Menurut Wess & Farr (dalam De Jong & Kemp, 2003) menyatakan
inovasi adalah semua perilaku individu yang diarahkan untuk
menghasilkan, memperkenalkan, mengaplikasikan hal-hal ‘baru’ yang
bermanfaat dalam berbagai level organisasi
Menurut Fontana (2009) merangkum inovasi dalam 12 macam
definisi sebagai berikut:
1. Menciptakan sesuatu yang baru
2. Menghasilkan ide-ide baru
3. Menghasilkan ide, metode dan alat baru
4. Memperbaiki sesuatu yang sudah ada
5. Menyebarkan ide-ide baru
6. Mengadopsi sesuatu yang sudah dicoba secara sukses di
tempat lain
7. Melakukan sesuatu dengan cara yang baru
8. Mengikuti pasar
9. Melakukan perubahan
10. Menarik orang-orang inovatif
11. Melihat sesuatu dari perspektif yang berbeda
34
2.4.1 Teori Inovasi
De Jong & Den Hartog (2010) membagi proses inovasi
menjadi 4 tahap, yaitu:
1. Melihat kesempatan. bagi karyawan untuk mengidentifikasi
kesempatan-kesempatan. Kesempatan dapat berawal dari
ketidak-kongruenan dan dikontinuitas yang terjadi karena
adanya ketidaksesuaian dengan pola yang diharapkan,
misalnya timbulnya masalah pada pola kerja yang sudah
berlangsung, adanya kebutuhan konsumen yang belom
terpenuhi atau adanya indikasi trends yang sedang berubah
2. Mengeluarkan ide. Dalam fase ini karyawan mengeluarkan
konsep baru dengan tujuan menambah peningkatan. Hal ini
meliputi mengeluarkan ide sesuatu yang baru atau
memperbaharui pelayanan, pertemanan dengan klien dan
teknologi pendukung. Kunci dalam mengeluarkan ide adalah
mengombinasikan dan mere-organisasikan informasi dan
konsep yang telah ada sebelumnya untuk memecahkan
masalah dan meningkatkan kinerja. Proses inovasi biasanya
diawali dengan adanya kesenjangan kinerja yaitu
ketidaksesuaian kinerja aktual dengan kinerja potensial
3. Implementasi. Dalam fase ini, ide di-transformasi terhadap
hasil yang konkret. Pada tahapan ini sering disebut tahap
35
konvergen. Untuk mengembangkan ide dan
mengimplementasikan ide, karyawan harus memiliki perilaku
yang mengacu pada hasil. Perilaku inovasi konvergen
meliputi usaha menjadi juara dan bekerja keras. Seorang yang
berperilaku juara mengeluarkan seluruh usahanya pada ide
kreatif. Usaha menjadi juara juga meliputi membujuk dan
mempengaruhi karyawan dan juga menekan dan
bernegoisasi. Untuk mengimplementasikan inovasi, sering
dibutuhkan koalisi, mendapatkan kekuatan dengan menjual
ide kepada rekan yang berpotensi
4. Aplikasi. Dalam fase ini meliputi perilaku karyawan yang
ditujukan untuk membangun, menguji dan memasarkan
perilaku baru. Hal ini berkaitan dengan membuat inovasi
dalam bentuk proses kerja yang baru ataupun dalam proses
rutin yang biasa dilakukan.
Sedangkan mengacu pada De Meyer dan Garg (2005),
terdapat beberapa prinsip manajamen inovasi yang bersifat
universal, yaitu:
1. Tidak ada inovasi tanpa kepemimpinan
Inovasi yang berhasil membutuhkan visi yang jelas yang
didefiniskan oleh kepemimpinan dalam organisasi dan oleh
penciptaan lingkungan yang memungkinkan visi tersebut
36
disebarkan, dibagikan dan dimiliki oleh semua orang dalam
organisasi dan semua kolaborator organisasi. Visi juga harus
diiringi dengan kemampuan untuk melakukan internalisasi
visi tersebut keseluruh bagian organisasi serta mampu
merespons perubahan lingkungan eksternal serta menguasai
konteks strategis yang memberikan tujuan, arah dan model
peran yang ideal.
2. Inovasi membutuhkan integrasi organisasi
Integrasi organisasi merupakan konsep kunci dalam proses
inovasi. Prose inovasi harus didukung oleh seluruh unit
dalam organisasi dan tidak bisa hanya dibebankan pada unit
tertentu. Proses inovasi merupakan rangkaianproses
sekuensial yang terdiri dari tahap penggalian ide,
pengembangan konsep, pendefinisian produk,
pengembangan produk/proses dan peluncuran produk. Di
atastahapan inovasi tersebut terdapat kotak strategi yang
mewakili visi jangka panjang organisasi. Di bawah
rangkaian tahapan inovasi terdapat 4 kelompok dalam
memberikan support dalam setiap tahapan inovasi, yaitu:
manajemen puncak, pemasaran dan purna jual, R&D, back
office (keuangan, unit operasional dll)
37
3. Informasi adalah sumber daya penting untuk efetivitas
inovasi
Informasi sangat penting karena informasi dan ide
merupakan bahan baku yang akan ditransformasi menjadi
produk. Untuk itu terdapat 4 tindakan yang perlu
diperhatikan dalam rangka memperoleh akses informasi:
1. Melakukan akses informasi dengan kotak langsung
(face to face contact) dengan cara menempatkan
orang-orang yang relevan di lokasi yang sama atau
berdekatan. Cara lain adalah memanfaatkan teknologi
informasi dan teknologi komunikasi untuk
memastikan komunikasi efektif dengan seluruh
organisasi
2. Merancang struktur fisik organisasi sedemikian rupa
sehingga penempatan orang-orang dan tim di suatu
tempat atau kantor menunjang komunukasi sesama
anggota tim dan antar anggota dari unit lain
3. Merancang struktur organiasasi yang menunjang pola
komunikasi, integrasi dan keterbukaan
4. Memilih gatekeeper yang handal yang bisa
memperoleh akses informasi terbaru dan relevan bagi
proyek inovatif
38
2.4.2 Proses Inovasi Produk
1. Mengeluarkan ide yaitu meliputi pembentukan rancangan
teknis dan desain
2. Resolusi masalah, yaitu meliputi keputusan memecah ide ke
dalam kompenen yang lebih kecil, menentukan prioritas
untuk tiap komponen atau elemen, membagi alternatif
masalah dan menilai desain alternatif menggunakan kriteria
yang telah dipaparkan dalam tahap pertama fase yang
menciptakan penemuan dalam proses inovasi adalah adopsi
dalam implementasi
1. Tahap-tahap inovasi produk:
1. Inisiasi yaitu kegiatan yang mencakup keputusan
dalam organisasi untuk mengadopsi inovasi
2. Pengembangan yaitu kegiatan yang meliputi desain
dan inovasi jadi fase ini meliputi mengeluarkan ide
dan pemecahan masalah
3. Implementasi yaitu kegiatan penerapan desain inovasi
yang telah dibuat sebelumnya dalam fase
pengembangan
2. Fase-fase dalam tahap inovasi:
39
1. Generating ideas. Keterlibatan individu dan tim
dalam menghasilkan ide untuk memperbaiki produk,
proses dan layanan yang ada dan menciptakan
sesuatu yang baru
2. Harvesting ideas. Melibatkan sekumpulan orang
untuk mengumpulkan dan mengevaluasi ide-ide
3. Developing and implementing these ideas.
Mengembangkan ide-ide yang telah terkumpul dan
telah terkumpul selanjutnya mengomplementasikan
ide tersebut
Menurut Hussey (2003), Ia berupaya membentuk tahapan-
tahapan dalam akronim EASIER, yaitu:
a. Envisioing, yaitu proses penyamaan pandangan mengenai
masa depan untuk membentuk tujuan berinovasi. Visi ini
harus meliputi ukuran, inovasi apa yang dilakukan untuk
organiasasi, ruang lingkup inovasi dan bagaimana visi
tersebut sesuai dengan visi organisasi
b. Activating, yaitu penyampaian visi ke pulik agar tercapai
sebuah komitmen terhadap visi sehingga strategi akan relevan
dengan visi begitu pula dengan implementasi vital
c. Supporting, yaitu tahapan mengupayakan seorang pemimpin
tidak hanya di dalam memberikan perintah dan instruksi
40
kepada bawahan, namun juga keterampilan di dalam
menginspirasi bawahannya untuk bertidak inovatif. Dalam
hal ini diperlukan kepekaan pemimpin dalam memahami
bawahannya. Oleh karena itu, pemimpin hendaknya bersikap
empatik
d. Installing, yaitu pada tahapan ini merupakan tahap
implementasi. dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah
kompleksitas strategi yang diperlukan dalam berinovasi dan
konsekuensi yang diterima. Berikut ini beberapa hal yang
dapat membantu seseorang di dalam memberikan masukan
dalam implementasi sebuah inovasi sebagai berikut:
1. Meyakinkan bahwa konsekuensi yang terjadi dapat
dipahami kemudian
2. Mengidentifikasi apakah tidakan-tindakan yang
dilakukan membawa perubahan
3. Mengalokasikan tanggung jawab dari berbagai tindakan
yang diterima
4. Memprioritaskan tindakan yang diterima
5. Memberikan anggaran yang sesuai, mengatur tim kerja
dan struktur yang dibutuhkan
6. Mengalokasikan orang-orang yang tepat
41
7. Menentukan kebijakan yang dibutuhkan untuk
memperlancar implementasi inovasi
e. Ensuring, yaitu kegiatan yang meliputi monitoring dan
evaluasi. Hal ini dilakukan untuk meyakinkan bahwa
tindakan sudah tepat waktu dan sesuai rencana. Apabila tidak
sesuai dengan rencana maka rencana alternatif apa yang dapat
diambil. Selain itu, tahapan ini juga dipergunakan untuk
memantau apakah hasil sesuai dengan yang diharapkan
sehingga apabila tidak, maka akan dibuat langkah
penyesuaian
f. Recognizing, yaitu tahapan yang meliputi segala macam
bentuk penghargaan terhadap bentuk inovasi. Hal ini tidak
hanya meliputi reward dalam bentuk finansial tapi dapat juga
berbentuk kepercayaan, ucapan terima kasih yang tulus, serta
bentuk promosi.
2.4.3 Jenis-jenis Inovasi Produk
Lukas dan Ferrel (dalam Agung Raharjo Wibowo Kusumo,
2006) “Studi pada Industri Batik di Kota dan Kabupaten
Pekalongan” menjelaskan adanya tiga kategori dalam inovasi
produk :
42
1. Perluasan lini (line extension) yaitu, produk yang dihasilkan
perusahaan tidaklah benar-benar baru bagi tetapi relatif baru
untuk sebuah pasar.
2. Produk baru (me-too product) yaitu, produk baru bagi
perusahaan, tetapi tidak baru bagi sebuah pasar.
3. Produk benar-benar-baru (new-to-the-world-product) yaitu,
produk yang termasuk baru baik bagi perusahaan maupun
pasar.
2.6 Peneliti Terdahulu
2.6.1 Pengaruh Kepemimpinan terhadap Kinerja Karyawan
Menurut penelitian yang dilakukan oleh A. Soegihartono
(2012) yang berjudul “Pengaruh Kepemimpinan dan Kepuasan
Kerja Terhadap Kinerja dengan Mediasi Komitmen (di PT Alam
Kayu Sakti Semarang)”, dimana terdapat kesimpulan bahwa
kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja
karyawan yang ditunjukkan oleh koefisien jalur (α= 0,023<0,05)
yang artinya kepemimpinan secara positif berpengaruh terhadap
kinerja karyawan
2.6.2 Pengaruh Kreativitas terhadap Kinerja Karyawan
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Mita Andini Putri
(2012) yang berjudul “Analisis Pengaruh Kreativitas dan Perilaku
Inovatif Terhadap Kinerja Karyawan (PT Trias Sena Bhakti),
43
dimana terdapat kesimpulan bahwa kreativitas berpengaruh positif
dan signifikan terhadap kinerja karyawan yang ditunjukkan oleh
(sig= 0,000<0,05), dimana Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti
bahwa kreativitas memilki hubungan yang kuat dengan kinerja
karyawan, sehingga semakin tinggi kreativitas yang dilakukan
maka akan semakin meningkat pula kinerja karyawan.
2.6.3 Pengaruh Kepemimpinan dan Kreativitas Terhadap Kinerja
Karyawan
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Arnety Nantris
Ramadhani (2007) yang berjudul “Pengaruh Gaya Kepemimpinan
dan Kreativitas Atasan Terhadap Kinerja Karyawan”, dimana
terdapat kesimpulan bahwa kepemimpinan dan kreativitas
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Hal
ini dibuktikan dengan (sig= 0,000<0,05) dengan nilai hitung F
sebesar 26,087, nilai koefisien yang dimiliki adalah 0,809 dan
koefisien determinasi (Adjusted R Square) sebesar 0,603. Sehingga
atasan atau pimpinan menerapkan sistem kepemimpinan yang
fleksibel yang memusatkan perhatian pada bawahannya sehingga
kinerja yang dihasilkan oleh para karyawan akan tepat dan efektif.
Selain itu kreativitas atasan juga perlu ditingkatkan sehingga dapat
mencapai kinerja yang maksimal.
44
2.6.4 Pengaruh Kepemimpinan dan Inovasi Produk
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Farida Indirani, SE,
MM dan Eko Prasetyowati, SE, MM (2008) yang berjudul “Studi
Mengenai Inovasi Produk Pada Usaha Kerajinan Ukiran di Jepara”,
terdapat kesimpulan bahwa semakin tinggi kepemimpinan maka
akan semakin tinggi inovasi produk. Dibuktikan dengan nilai CR
sebagai variabel kemampuan pimpinan dengan variabel inovasi
sebesar 2,974 nilai P sebesar 0,003. Kedua nilai ini menunjukan
hasil yang memenuhi syarat, yaitu diatas 2,0 untuk CR dan
dibawah 0,005 untuk P.
Pada hubungan kepemimpinan terhadap inovasi produk,
semakin tinggi kemampuan kepemimpinan maka akan membuat
tingkat inovasi produk pasaran akan lebih baik atau lebih tinggi.
2.6.5 Pengaruh Kreativitas dan Inovasi Produk
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Lale Gumusluoglu
dan Arzu Ilsev (2009) yang berjudul “Transformasi
Kepemimpinan, Kreativitas, dan Inovasi Keorganisasian”, dimana
kreativitas tidak signifikan terhadap inovasi produk. Terdapat
pembuktian dengan (sig = 0,000 < 0,005) dimana nilai hitung P
0,003. Variabel kreativitas tidak berpengaruh terhadap variabel
inovasi produk, karena kreativitas harus ditunjang dengan adanya
variabel kepemimpinan supaya dapat menunjang inovasi produk.
45
Jika variabel kreativitas ditambahkan dengan variabel
kepemimpinan, maka variabel inovasi produk menjadi signifikan.
2.6.6 Pengaruh Kepemimpinan dan Kreativitas Terhadap Inovasi
Produk
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Lale Gumusluoglu
dan Arzu Ilsev (2009) yang berjudul “Transformasi
Kepemimpinan, Kreativitas, dan Inovasi Keorganisasian”, terdapat
adanya hubungan yang positif antara kepemimpinan dan kreativitas
yang menunjang nilai inovasi produk. Sebagaimana telah
dibuktikan dimana kepemimpinan dan kreativitas mempunyai
pembuktian dengan (sig = 0,000 < 0,05) dimana nilai hitung P
0,25. Keduanya mempunyai nilai yang memenuhi syarat. Sehingga
tingkat kepemimpinan dan kreativitas sangat berpengaruh terhadap
inovasi produk. Semakin tinggi nilai dari kepemimpinan dan
kreativitas yang dimiliki, maka tingakt inovasi produk akan
semakin baik.
2.7 Kerangka Pemikiran
Sumber daya manusia merupakan salah satu sumber daya yang
mempunyai peran penting dalam suatu organisasi, karena dalam rangka
pencapaian tujuan organisasi, faktor manusia memegang peranan yang paling
dominan. Setiap motivasi dan training dalam suatu perusahaan akan
46
mempengaruhi produktivitas karyawan serta inovasi pada perusahaan
tersebut.
Hal ini juga bergantung dari kepimpinan seorang pemimpin di perusahaan
serta kreativitas karyawan, seperti apa kepemimpinan yang mereka terapkan
dan kreativitas karyawan dapat mempengaruhi kinerja serta dampaknya
terhadap inovasi produk . Berdasarkan teori-teori yang ada, maka dapat
dirumuskan suatu model kerangka pemikiran yang digunakan pada penilitian
ini adalah sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Kepemimpinan
(X1)
Kreativitas
(X2)
Kinerja Karyawan
(Y)
Inovasi Produk
(Z)
47
2.8. Rancangan Hipotesis
Hipotesis pengujian secara simultan antara X1, X2, Y dan Z
Hipotesis 1:
Ho: Variabel Kepemimpinan dan Kreativitas tidak berkontribusi secara
simultan terhadap variabel Kinerja Karyawan
Ha: Variabel Kepemimpinan dan Kreativitas berkontribusi secara simultan
terhadap variabel Kinerja Karyawan.
Hipotesis 2:
Ho: Variabel Kepemimpinan, Kreativitas dan Kinerja Karyawan tidak
berkontribusi secara simultan terhadap variabel Inovasi Produk
Ha: Variabel Kepemimpinan, Kreativitas dan Kinerja Karyawan berkontribusi
secara simultan terhadap variabel Inovasi Produk