2012-1-00144-mn bab2001

Upload: aninditanurizki

Post on 05-Jul-2018

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/16/2019 2012-1-00144-MN Bab2001

    1/34

     

    BAB 2

    LANDASAN TEORI

    2.1. 

    Kajian Pustaka

    Dalam Kajian pustaka peneliti akan memberikan pembahasan akan teori dan

    literatur yang akan difokuskan pada penemuan dan hasil-hasil peneltiian

    sebelumnya/jurnal-jurnal yang terkait dan relevan, yang akan dijelaskan dengan

     jelas dan singkat. Dan variabel akan difokuskan pada eWOM, Argument Quality,

    Source Credibilty, Brand Image dan Purchase Intention.

    2.1.1. 

    Definisi E-Marketing 

    Apa itu pemasaran? Banyak orang mengatakan pemasaran hanya mencakup

    penjualan dan periklanan dengan iklan komersil di TV, katalog, sales calls  dan

    email, padahal aktivitas-aktivitas tersebut hanyalah puncak dari sebagian bongkahan

    es yang sebenarnya masih banyak aktivitas-aktivitas yang lebih krusial.

    Sumber : Kotler., Armstrong (2012). Principles of Marketing (14th edition).New

    Jersey : Pearson Prentice Hall

    Gambar 2.1 Proses Pemasaran

  • 8/16/2019 2012-1-00144-MN Bab2001

    2/34

    Kotler dan Armstrong (2012) mengatakan Pemasaran adalah proses dimana

    perusahaan menciptakan value bagi konsumen dan membangun hubungan yang kuat

    dengan konsumen dalam rangka untuk mendapatkan value dari konsumen tersebut.

    Dan dengan pengimplementasian marketing pada teknologi cyber  saat ini muncullah

    e-marketing. e-Marketing  menurut Chaffey, Dave et al (2006) adalah bentuk

    penggunaan  Intenet dan teknologi digital yang terkait untuk meraih tujuan

    pemasaran dan mendukung konsep pemasaran modern.

    e-marketing  menurut Kotler dan Armstrong (2012) merupakan usaha

    perusahaan untuk menginformasikan, mengkomunikasikan, mempromosikan dan

    menjual produk dan jasanya melalui internet. 

    Menurut Strauss dan Frost (2012) e-marketing adalah penggunaan teknologi

    informasi dalam proses membuat, berkomunikasi, dan memberikan nilai kepada

    pelanggan.

    Maka dapat disimpulkan bahwa e-Marketing  merupakan usaha perusahaan

    untuk mempromosikan, mengkomunikan, menginformasikan dan menjual produknya

    baik berupa barang ataupun jasa dengan menggunakan aplikasi elektronik salah

    satunya adalah melalui internet. 

    2.1.2.  Definisi Electronic Word-Of-Mouth 

    Secara umum Word of Mouth  adalah oral person-to-person communication 

     /komunikasi lisan antara individu ke individu lainnya / antara pengirim dan penerima

    pesan dimana didalamnya memiliki unsur produk, jasa ataupun brand . Word of

     Mouth adalah pembicaraan yang secara alami terjadi diantara orang-orang, Word of

     Mouth adalah pembicaraan konsumen asli (Sernovitz,2006). Word of mouth (WOM )

  • 8/16/2019 2012-1-00144-MN Bab2001

    3/34

    adalah informasi produk yang ditransmisikan dari oknum kepada oknum lain

    (Solomon, 1999)

    Dan Traditional Word of Mouth telah terbukti mempunyai peran besar pada

    keputusan pembelian konsumen dengan mempengaruhi pilihan konsumen Word of

     Mouth  seringkali dikatakan dengan istilah viral marketing, yaitu sebuah teknik

    pemasaran yang digunakan untuk menyebarkan sebuah pesan pemasaran dari satu

    website atau pengguna-pengguna kepada website atau para pengguna lain, yang mana

    dapat menciptakan pertumbuhan eksponensial yang potensial seperti layaknya

    sebuah virus.

    Tiga tahapan WOM menurut Sumardi (2009) adalah TAPS ( Talking,

    Promoting, Selling).:

    -  Membicarakan adalah tahapan dimana seorang konsumen membicarakan

    sebuah produk atau merek kepada konsumen lain,

    -  Mempromosikan ketika seorang konsumen bukan hanya sekedar

    membicarakan merek/produk tapi juga bersedia untuk

    mempromosikannya kepada konsumen lain,

    -  Menjual adalah tahapan dimana seorang konsumen mau untuk

    menjualkan merek/produk tersebutkepada orang lain

    Menurut Sernovitz (2006) Word of Mouth  begitu efektif karena asal

    kepercayaanya adalah datang dari orang yang tidak mendapatkan keuntungan dari

    rekomendasi mereka. Bagi pengirim, pesan yang diberikan tidak memiliki maksud

    komersil yang kuat (Anderson, 1998; Harrison dan Walker 2001) sehingga inilah

    yang membuat WOM  memiliki tingkat kepercayaan dan kredibilitas yang tinggi dari

    iklan komersil (Herr et al, 1991). WOM  juga diilustrasikan sebagai alat pemasaran

  • 8/16/2019 2012-1-00144-MN Bab2001

    4/34

    yang lebih efektif ketimbang alat pemesaran seperti  personal selling dan media

    periklanan konvensional. WOM   telah diterima di masyarakat sebagai sumber

    informasi non komersil yang memberikan pengaruh yang besar pada pembentukan

    sugesti dan keputusan pembelian (Richins, 1983). WOM   adalah merupakan tipe

    komunikasi interpersonal  yang mempengaruhi keputusan pemasaran (Henning

    Thurau et al, 2004).

    Dengan adanya internet  terciptalah sebuah paradigma baru dalam komunikasi

    Word-Of-Mouth dan inilah awal pemunculan dari istilah electronic Word-of-Mouth 

    atau eWOM .). eWOM . sekarang ini dianggap sebagai evolusi dari komunikasi

    tradisional interpersonal  yang menuju generasi baru dari cyberspace. Dengan

    kemajuan teknologi semakin banyak trend konsumen untuk sibuk mencari informasi

    yang dibutuhkan mengenai suatu produk sebelum mereka melakukan suatu

    pembelian seperti melalui OpenRice.com(review sharing paltform), TokoBagus

    (Online shop), maupun KASKUS (Online Community) dan ini menghasilkan

    aktivitas eWOM . Henning-Thurau et al. (2004) mengatakan eWOM   sebagai

    “pernyataan negatif atau positif yang dibuat oleh konsumen aktual, potential atau

    konsumen sebelumnya mengenai produk atau perusahaan dimana informasi ini

    tersedia bagi orang-orang ataupun institusi melalui via media internet”. Dan

    konsumen mempertimbangkan informasi negatif WOM akan lebih membantu

    daripada informasi yang positif dalam membedakan produk berkualitas tinggi dan

    produk berkualitas rendah (Herr et al., 1991).

    Menurut Arwiedya (2011) dalam media promosi yang berpengaruh terhadap

    keputusan pembelian salah satunya ialah online word of mouth dengan mengatakan

    bahwa word of mouth  adalah komunikasi interpersonal  antara dua bahkan lebih

    individu seperti anggota kelompok referensi atau konsumen dan tenaga penjual

  • 8/16/2019 2012-1-00144-MN Bab2001

    5/34

    dimana semua orang mempunyai pengaruh atas pembelian terus menerus melalui

    suatu komunikasi sedangkan Word of Mouth online  adalah proses word of mouth 

    dengan menggukan media internet   atau web. Jadi dengan aktivitas dalam eWOM ,

    konsumen akan mendapatkan tingkat transparansi pasar yang tinggi, dengan kata lain

    konsumen memiliki peran aktif yang lebih tinggi dalam siklus value chain sehingga

    mampu mempengaruhi produk dan harga berdasarkan preferensi individu (Park dan

    Kirn, 2008)

    Lalu jika dilihat melalui sisi pengirim pesan , para konsumen yang

    mengumpulkan informasi dari diskusi atau forum online  juga menunjukan

    ketertarikan yang tinggi pada topik sebuah produk daripada konsumen yang

    mendapatkan informasi dari sumber yang dilakukan oleh usaha-usaha marketing 

    perusahaan (Bickart dan Schindler, 2001)

    Sedangkan bagi perusahaan eWOM , dapat menjadi sebuah mekanisme timbal

    balik ( feedback ) yang dapat membantu mereka untuk meningkatkan kualitas dari

    produk mereka dan mendapatkan konsumen yang baru. (Dellarocas, 2003)

    2.1.2.1 

    Perbedaan Electronic Word-Of-Mouth dan Word-Of-Mouth 

    eWOM  berbeda dengan WOM  tradisional dalam banyak hal yaitu :

    1.  Komunikasi eWOM   melibatkan multi-way exchanges information  dalam

    mode asynchronous  (Henning, Thurau, 2004) dan dengan berbagai macam

    teknologi seperti forum diskusi online, electronic bulletin boards, newsgroup,

    blogs, review site,  dan social networking  mampu memfasilitasi pertukaran

    informasi diantara komunikator (Christy, 2008).

    2.  Komunikasi eWOM   lebih mudah diakses dan tersedia terus menerus

    ketimbang Tradisional WOM   karena pesan yang disajikan berbasis text  

  • 8/16/2019 2012-1-00144-MN Bab2001

    6/34

    sehingga secara teori pesan tersebut tersedia untuk waktu yang tidak terbatas

    (C.Park, T.Lee, 2009)

    3.  Komunikasi eWOM   lebih mudah untuk diukur daripada Tradisional WOM .

    Dengan format presentasi, kuantitas, dan  persistant   dari eWOM   membuat

    pesan eWOM  lebih mudah diamati.

    4.  Terakhir dalam eWOM , sang penerima pesan memiliki halangan dalam

    menilai apakah pengirim pesan dan pesan yang diberikan dapat dipercaya

    atau memiliki kredibilitas pesan yang tinggi.karena dalam lingkungan online,

    orang-orang hanya dapat menilai kredibilitas seorang komunikator

    berdasarkan sistem reputasi online seperti online rating, atau website

    credibility.

    2.1.2.2. 

    Penelitian sebelumnya mengenai Electronic Word-Of-Mouth 

    Dalam penelitian sebelumnya banyak peneliti melakukan investigasi terhadap

    motif para konsumen dalam aktivitas eWOM   dan sharing  (Goldsmith &

    Horowitz,2006) ataupun mengartikulasi aktivitas eWOM   (Henning-Thurau, 2004;

    Lee, 2009), penelitian – penelitian berikut memberikan pemahaman bagi para

    marketer   dalam perilaku konsumen online. Selain itu juga ditemukannya sebuah

    model terintegrasi pada eksplorasi anteseden dan konsekuensi dari  eWOM   dalam

    konteks komunikasi yang berhubungan dengan musik, penelitian mereka

    menemukan bahwa variabel inovatif, penggunaan internet   dan koneksi internet  

    berpengaruh signifikan dalam perilaku eWOM . Strauss (2009) juga mendiskusikan

    peluang dan ancaman bisnis dengan adanya peningkatan dalam artikulasi konsumen

    online. Dalam survey terbaru juga ditemukan bahwa sebagian konsumen

    mempercayai pendapat secara online  sebagai sebuah merek dari sebuah websites.

    Dan Rowley (2001) juga menyatakan bahwa sebuah perusahaan komersil

  • 8/16/2019 2012-1-00144-MN Bab2001

    7/34

    seharusnya melakukan organisir komunitas online  daripada sekedar melakukan

    periklanan di internet . Selain itu dikatakan juga bahwa konsumen seringkali mencari

    opini dan komen yang diberikan orang lain sebelum mereka memutuskan keputusan

    pembelian.

    Studi diatas mengindikasikan bahwa bagaimana pengaruh dan dampak

    eWOM   dalam proses keputusan konsumen. Seperti penelitian Senecal dan Nantal

    (2004) yang mana dalam penelitian mereka menggunakan studi experimental  pada

    konsumen dalam penggunaan sumber rekomendasi online. Hal-hal yang

    memfasilitasi eWOM   sendiri seperti forum diskusi dan peralatan komunikasi online

    lainnya juga membantu dalam langkah adopsi dan penggunaan produk atau jasa.

    Selain itu juga dalam penelitian lain mengindikasikan bahwa kurangnya informasi

    yang efektif untuk membedakan produk dapat meningkatkan resiko dalam

    melakukan pembelian. Dalam keadaan dan situasi ini sebuah pesan WOM akan

    menjadi sumber referensi yang penting bagi konsumen dalam membangun proses

    pengambilan keputusan. Dan menurut penelitian yang dilakukan oleh DEI

    worldwide, enam dari sepuluh responden yang diwawancarai menyebutkan bahwa

    word of mouth online berpengaruh terhadap keputusan pembelian mereka.

    Dalam studi lainnya yang terkait juga mengindikasikan bahwa sebuah pesan

    eWOM  memiliki arti penting bagi seseorang konsumen dalam mendapatkan sebuah

    informasi mengenai bagaimana suatu kualitas suatu produk ataupun jasa (Chevalier

    dan Mayzlin,2006). Terlebih lagi tipe-tipe pesan yang seperti ini akan dapat secara

    efektif mengurangi resiko dan ketidakpastian yang muncul pada diri konsumen

    dalam mengkonsumsi produk ataupun jasa, sehingga niat pembelian dan

    pengambilan keputusan mereka juga akan terpengaruhi (Chartterjee,2001). Chevalier

    dan Mayzlin (2006) juga meneliti pengaruh dan efek dari review  produk terhadap

  • 8/16/2019 2012-1-00144-MN Bab2001

    8/34

    penjualan dari dua toko buku online yang didasarkan pada ketersedian publisitas data

    dari dua bookseller   online  terkemuka. Dan hasil dari penelitian mereka ini

    menemukan bahwa komunikasi online  berpengaruh secara signifikan terhadap

    perilaku pembelian konsumen.

    Untuk lebih memperkaya literatur untuk menjadi landasan dalam penelitian

    ini yang menyangkut pautkan hubungan pengaruh eWOM terhadap  Brand Image 

    sesuai dengan tujuan penelitian ini ada beberapa peneliti yang melakukan penelitian

    dengan topik yang relevan, Bambauer dan Mangold (2011) meneliti “The Effect Of

     Negative Review: Word-Of-Mouth Communication Based On Customer Based

     Brand Equity” dan hasil penelitian mereka menunjukan bahwa adanya efek

    pengrusak dari akibat review  produk yang negatif terhadap persepsi seorang

    konsumen terhadap sebuah merek dan perilaku mereka terhadapnya.

    Dan dalam penelitian oleh JiXiaofen dan Zhang Yiling (2009) dalam

    Simposium International on Web Information Systems and Applications  dimana

    mereka melakukan penelitian pengaruh eWOM   terhadap intention to buy  dengan

    variabel interfening yaitu  Brand Attitude  pada pembelian pakaian, dan hasilnya

    didapatkan hasil signifikan yang saling mempengaruhi variabel secara signifikan

    antara satu sama lain.

    Dalam jurnal Internet Research yang dilakukan oleh Jumi Lee dan Do-Hyung

    Park (2011) dengan judul “The Different Effect Of Online Consumer Reviews On

    Consumer Purchase Intentions Depending On Trust Un Online Shopping Mall : An

     Advertising Perspective” mengindikasikan adanya pengaruh dari para review

    konsumen terhadap minat pembelian konsumen dengan indikator trust   sebagai

    variabel intervening.

  • 8/16/2019 2012-1-00144-MN Bab2001

    9/34

    Lalu Penelitian Muhammad Reza Jalilvand (2012) dalam  Journal of

     Marketting Intelligence & Planning dengan judul “The Effect of Electronic Word of

     Mouth on Brand Image and Purchase Intention” dengan studi kasus industri otomotif

    di Iran menghasilkan hasil penelitian bahwa eWOM   berpengaruh signifikan dalam

    brand image dan keputusan pembelian sebuah mobil di negara Iran.

    Dalam jurnal  European Journal of Marketing  yang dilakukan Jillian C

    Sweeney dan Geoffrey N Soutar (2011) dengan judul Word Of Mouth: Measuring

    The Power Of Individual Messages” dengan pendekatan penelitian secara kualitatif

    menemukan kesimpulan bahwa sebuah pesan positif ataupun negatif yang

    dibuat/diberikan mampu mempengaruhi dan mengubah persepsi seseorang dan

    perilaku mereka terhadap merek.

    Dan Penelitian yang dilakukan oleh Godes dan Mayzlin (2004) juga

    mengindikasikan bahwa eWOM   lebih mampu mempengaruhi brand attitude  dan

     judgement dari seorang konsumen daripada sumber-sumber lain yang juga ikut

    memperngaruhi.

    Dengan berbagai studi diatas dapat dirasakan bahwa Ewom telah menjadi

    elemen yang permanent dalam marketing mix online  dengan mengkontribusikan

    pengaruh yang besar pada brand image dan minat pembelian konsumen.

    2.1.3. 

    Definisi Brand Image (Citra Merek)

     Brand   merupakan serangkaian asosiasi yang dipersepsikan oleh individu

    sepanjang waktu, sebagai hasil pengalaman langsung maupun tidak langsung atas

    sebuah brand  tertentu. Brand  adalah segala hal yang digambarkan oleh persepsi dan

    perasaan konsumen mengenai produk dan kinerjanya dan segala hal lainnya yang

  • 8/16/2019 2012-1-00144-MN Bab2001

    10/34

    berarti bagi konsumen.(Kotler., Armstorng,2012, p243). Sejumlah teknik kualitatif

    dan kuantitatif telah dikembangkan untuk membantu mengungkapkan persepsi dan

    asosiasi konsumen terhadap sebuah brand   tertentu. Sejak diperkenalkan secara

    formal dalam disiplin pemasaran oleh Gardner dan Levy (1955), komunikasi  Brand

     Image  kepada target segmen  telah menjadi aktivitas pemsaran yang penting. Dan

    bahkan ini menjadi sesuatu yang biasa dalam penelitian perilaku konsumen dari

    tahun 1980an.

    Membicarakan citra /image, maka biasanya bisa menyangkut image produk,

    perusahaan, brand , orang atau apapun yang berada dalam benak seseorang. Menurut

    Zimmer dan Golden dalam Simamora (2004) mengukur image  ada dua kesulitan,

    pertama adalah konseptualisasi image, Image adalah konsep yang mudah dimengerti

    tetapi sulit dijelaskan secara sistematis karena sifatnya abstrak dan yang kedua

    adalah kesulitan dalam pengukuran.

    Dalam Simamora (2004) dijelaskan bahwa ada dua pendekatan yang dapat

    digunakan dalam mengukur image. Pertama adalah merefleksikan image  di benak

    konsumen menurut mereka sendiri. Pendekatan ini disebut pendekatan tidak

    terstuktur (unstructured approach)  karena memang konsumen bebas menjelaskan

    image  suatu objek dibenak mereka. Cara yang kedua adalah peneliti menyajikan

    dimensi yang jelas, kemudian responden merespon terhadap dimensi-dimensi yang

    ditanyakan itu. Ini disebut pendekatan terstuktur (structured approach). 

     Brand Image adalah “bagaimana brand  yang dipersepsikan oleh konsumen”

    (Aaker,1996) dimana terdapat serangkaian asosiasi brand  yang berada pada ingatan

    konsumen.  Brand Image  adalah sekumpulan asosiasi brand   yang terbentuk dalam

    benak konsumen. Berbagai asosiasi yang diingat konsumen dapat dirangkai sehingga

  • 8/16/2019 2012-1-00144-MN Bab2001

    11/34

    membentuk image  tentang brand   atau  Brand   Image  di dalam benak konsumen.

    Konsumen yang terbiasa menggunakan merek tertentu cenderung memiliki

    konsistensi terhadap brand image atau hal ini disebut juga denga kepribadian merek

    atau brand personality.

    Pengertian Brand Image (Keller,2003) :

    1.  bahwa anggapan tentang  Brand  yang direefleksikan konsumen yang berpegang

    pada ingatan konsumen.

    2.  Cara orang berpikir tentang sebuah brand   secara abstrak dalam pemikiran

    mereka, sekalipun pada saat mereka memikirkannya, mereka tidak berhadapan

    langsung dengan produk. Membangun brand image yang positif dapat dicapai

    dengan program pemasaran yang kuat terhadap produk tersebut, yang unik dan

    memiliki kelebihan yang ditonjolkan, yang membedakannya dengan produk lain.

    Kombinasi yang baik dari elemen-elemen yang mendukung dapat menciptakan

    brand image yang kuat bagi konsumen.

    Lalu banyak pakar lainnya yang juga mendefinisikan citra merek menuut

    pandangannya masing-masing diantaranya sebagai berikut :

    1.   Brand Image adalah persepsi tentang suatu brand  yang merupakan hasil

    refleksi dari memori konsumen akan asosiasinya kepada suatu  Brand  

    tersebut.

    2.  Menurut Aaker (1996), brand image  adalah seperangkat aasosiasi unik

    yang ingin diciptakan atau dipelihara oleh/para pemasar/

    3.  Menurut Marcus Burton, brand image merupakan kesan yang tertinggal

    dalam benak konsumen setelah mereka menerima pesan yang

    disampaikan dengan berbagai cara dan kreasi atas sebuah brand .

  • 8/16/2019 2012-1-00144-MN Bab2001

    12/34

    4. 

    Lebih dalam, Kotler (2012) mendefinisikan brand image  sebagai

    seperangkat keyakinan, ide, dan kesan yang dimiliki oleh seseorang

    terhadap suatu brand . Karena itu sikap dan tindakan konsumen terhadap

    suatu brand   sangat ditentukan oleh brand image  tersebut, Kotler juga

    menambahkan bahwa brand image  merupakan syarat dari brand   yang

    kuat,

    5.  Menurut Hawkins, brand image  cenderung kepada skematik memori

    tentang brand  yang berisi intepretasi pasar target terhadap atribut produk,

    manfaat, situasi penggunaan, pengguna dan karakterisitik perusahaan.

    6. 

    Menurut Richard E. Stanley, brand image merupakan segala emosi dan

    kualitas estetik yang diperoleh pada saat para konsumen

    menghubungkannya dengan sebuah nama brand .

    7.  Peter dan Olson menyatakan hal yang senada dengan Hawkins bahwa

    brand image terdiri dari pengetahuan dan kepercayaan (kognitif) terhadap

    atribut brand , konsekuensi penggunaan brand  dan situasi mengkonsumsi,

    seperti evaluasi dari perasaan dan emosi (respon afektif) yang berasosiasi

    dengan brand. 

    Bagaimana Brand Image terbentuk pada konsumen? Menurut Simamora (2004)

     Brand Image  merupakan intepretasi akumulasi berbagai informasi yang diterima

    konsumen. Jadi yang mengiteepretasi adalah konsumen, dan yang diitepretasi adalah

    informasi. Hasil intrepretasi bergantung pada dua hal. Pertama bagaimana konsumen

    melakukan intepretasi dan kedua informasi yang diintepretasi. Perusahaan tidak

    sepenuhnya dapat mengontrol kedua faktor ini. Karena faktor “ Bagaimana

    konsumen melakukan intepretasi” dipengaruhi oleh aspek konsumen sendiri dan

    lingkungan.

  • 8/16/2019 2012-1-00144-MN Bab2001

    13/34

     Brand Image  penting untuk diketahui karena  Brand Image  dibentuk melalui

    kepuasan konsumen. Penjualan dengan sendirinya diperoleh melalui kepuasan

    konsumen, sebab konsumen yang puas selain akan membeli lagi, juga akan mengajak

    calon pembeli lainnya.

    Komunikasi pemasaran, iklan dan promosi mempunyai peran penting dalam

    pembangunan Brand Image. Hal ini disebabkan karena kegiatan ini mempunya target

    audience  luas sehingga dalam waktu relatif singkat pesan yang ingin disampaikan

    tentang brang lebih cepat sampai. Ada banyak kegiatan lain yang juga berdampak

    besar. Contohnya adalah

    1. Desain Kemasan, termasuk isi tulisan/pesan yang disampaikan.

    2. Event, promosi di toko, promosi di tempat umum dan kegiatan below the line

    lainnya.

    3. Iklan tidak langsung yaitu bersifat public relations

    4. Corporate Social Responsibility  (CSR)  yaitu kegiatan-kegiatan sosial untuk

    komunitas yang dilakukan oleh perusahaan.

    5. Customer Service, bagaimana perusahaan menangani keluhan, masukan dari

    konsumen setelah terjadi transaksi.

    6. Bagaimana karyawan yang kerja di lini depan/  front lines (apakah itu bagian

    penjualan, kasir dan resepsionis, dll) bersikap dalam menghadapi

    pelanggan, dll.

    Jenis tipe komunikasi dalam daftar diatas adalah kegiatan-kegiatan yang baik

    buruknya tergantung dari kegiatan perusahaan, semuanya dapat dikontrol atau

    dikendalikan. Komplikasi justru akan muncul dari kegiatan-kegiatan komunikasi

    seputar brand  oleh pihak lain yang tidak bisa dikontrol oleh perusahaam, misalnya

  • 8/16/2019 2012-1-00144-MN Bab2001

    14/34

    komunikasi oleh konsumen langsung. Mereka bisa menyebarkan pada network nya

    dengan berita yang kurang menyenangkan yang mereka alami pada saat berinteraksi

    dengan brand .

    Word of Mouth Communication adalah salah satu jenis komunikasi yang sangat

    efektif dan berbahaya apabila itu menyangkut publisitas buruk. Dalam komunikasi

    pemasaran, iklan dan promosi mempunyai target audience yang luas, sehingga dalam

    waktu relatif singkat pesan yang ingin disampaikan tentang brand   lebih cepat

    sampai. Jadi pada dasarnya perusahaan perlu memperhatikan semua elemen

    komunikasi dalam bentuk apapun yang menghubungkan konsumen dengan brand  

    perusahaan. Minimalkan kemungkinan terjadinya ketidapuasan konsumen, sehingga

    berita seputar brand bisa selalu merupakan berita baik.

    Penyampaian komunikasi yang berbeda mempunyai kekuatan dan juga

    pandangan akan suatu tujuan yang berbeda. Pengembangan  Brand Image  penting

    agar komunikasi yang disampaikan kepada calon pembeli dapat sejajar dengan

    maksud dan tujuan dari produsen.

    Pengembangan  Brand Image  dapat membentuk kesan tersendiri. Beberapa

    kesan yang terbentuk dari sudut pandang konsumen akan mempengaruhi mereka

    tentang bagaimana cara mereka memandang merek tersebut, kemudian masuk

    kedalam ciri dan kepribadian yang khas sehingga terbentuklah citra terhadap suatu

    merek.

    Dalam pengembangan image atau kesan terhadap suatu brand , terhadap ciri

    dan kepribadian yang khas yang harus diutamakan. Dibutuhkan beberapa perubahan

    seperti program pemasaran dengan meningkatkan kekuatan dan keunikan dari suatu

    merek yang akan meningkatkan brand  image tersebut.

  • 8/16/2019 2012-1-00144-MN Bab2001

    15/34

    Selain itu juga mempertahankan image positif dari merek tersebut juga dapat

    menetralisir image  negatif yang terbentuk dari suatu brand . Pengembangan image 

    tersebut dapat berupa promosi ulang produk-produk yang ditawarkan untuk dapat

    menimbulkan familiaritas brand   atau dengan menciptakan suatu promosi seperti

    promosi dari mulut ke mulut, salah satunya melalui pelanggan yang telah

    mendapatkan pengalaman positif dari merek tersebut atau melalui pelanggan yang

    telah loyal terhadap brand   tersebut. Lebih jauh lagi dibutuhkan usaha untuk

    membangun pengalaman positif yang lebih sering dan lebih banyak. Usaha-Usaha

    yang dilakukan dari membentuk citra tersebut tidak lepas dari seperangkat assest dan

    liabilitas mereka yang berkaitan dengan suatu brand  (Brand Equity). 

    2.1.3.1. 

    Elemen-Elemen dan Komponen Brand Image 

    Menurut Joe Kent Kerby, ada beberapa elemen yang terkandung didalam

    brand image suatu produk yaitu :

    1.  Ketahanan (tenacity) berkaitan dengan kualitas dan brand image produk itu

    sendiri.

    2.  Kesesuaian (congruence) berkaitan dengan kesesuaian antara brand image 

    dan karakteristik brand.

    3.  Keseksamaan (precision) menentukan berapa akurat dan jelasnya image 

    yang ingin ditampilkan.

    4.  Konotas (connotative) merupakan pendapat konsumen dari kepribadian

    produk yaitu dari semua karakteristik merek produk sejenis yang diterima,

    konsumen menemukan brand   produk yang satu berbeda dengan brand  

    produk yang lainnya,

  • 8/16/2019 2012-1-00144-MN Bab2001

    16/34

    Pembentukan brand image  dalam benak konsumen tidak terjadi dalam

    waktu sekedap, melainkan dalam waktu bertahun-tahun. Pembentukan brand image 

    ini dipengaruhi oleh :

    1. 

    Kualitas produk yang dihasilkan

    2.  Pelayanan yang disediakan

    3.  Reputasi perusahaan

    4.  Kebijaksanaan perusahaan

    5.  Kegiatan-Kegiatan perusahaan itu sendiri.

     Brand Image  merupakan asosiasi dari semua informasi yang tersedia

    mengenai produk, jasa dan perusahaan dari brand   yang dimaksud.  Informasi ini

    didapat dari dua cara;

    Pertama melalui pengalaman konsumen  secara langsung, yang terdiri dari

    kepuasan fungsional dan kepuasan emosional.  brand   tersebut tidak cuma dapat

    bekerja maksimal dan memberikan performansi  yang dijanjikan tapi juga harus

    dapat memahami kebutuhan konsumen, mengusung nilai-nilai yang diinginkan oleh

    kosumen dan juga memenuhi  kebutuhan individual konsumen – yang akan

    mengkontribusi atas hubungan dengan brand  tersebut.

    Kedua, persepsi yang dibentuk oleh perusahaan dari brand  tersebut melalui

    berbagai macam bentuk komunikasi, seperti iklan, promosi,  hubungan masyarakat

    (public relations),  logo, fasilitas retail, sikap karyawan dalam melayani penjualan,

    dan performa pelayanan. Bagi banyak brand , media dan lingkungan dimana merek

    tersebut dijual dapat mengkomunikasikan atribut atribut  yang berbeda. Setiap alat

    pencitraan ini dapat berperan dalam membina hubungan dengan konsumen. Penting

    demi kesuksesan sebuah brand , jika semua faktor ini dapat berjalan sejajar atau

  • 8/16/2019 2012-1-00144-MN Bab2001

    17/34

    seimbang, ketika nantinya akan membentuk gambaran total dari brand , tersebut.

    Gambaran inilah yang disebut Brand Image atau reputasi brand ,, dan image ini bisa

    berupa image yang positif atau negatif atau bahkan diantaranya. 

     Brand Image  terdiri dari atribut objektif / instrinsik seperti ukuran kemasan

    dan bahan dasar yang digunakan, serta kepercayaan, perasaan dan asosiasi yang

    ditimbulkan oleh brand  produk tersebut.

     Brand Image  merepresentasikan inti dari semua kesan menngenai suatu

    merek yang terbentuk dalam benak konsumen. Kesan-kesan ini terdiri dari:

    1.  Kesan mengenai penampilan fisik dan performansi produk;

    2.  Kesan tentang keuntungan fungsional produk;

    3.  Kesan tentang orang-orang yang memakai produk tersebut;

    4.  Semua emosi dan asosiasi yang ditimbulkan produk itu;

    5.  Semua imajeri dan makna simbolik yang terbentuk dalam benak konsumen

    termasuk juga imajeri dalam istilah karakteristik manusia.

    Sehingga dapat dikatakan bahwa Brand Image merupakan ‘totalitas’ terhadap

    suatu brand yang terbentuk dalam persepsi konsumen.

     Image pada suatu brand  merefleksikan image dari perspektif konsumen dan

    melihat janji yang dibuat brand  tersebut pada konsumennya. Brand Image terdiri atas

    asosiasi konsumen pada kelebihan produk dan karakteristik personal yang dilihat

    oleh konsumen pada brand tersebut. Menurut Davis (2000),  Brand Image memilki

    dua komponen, yaitu:

    1.   Brand Associations (Asosiasi Merek)

    Asosiasi terhadap karakteristik produk atau jasa yang dilekatkan oleh

    konsumen pada brand  tersebut, termasuk persepsi konsumen mengenai janji

  • 8/16/2019 2012-1-00144-MN Bab2001

    18/34

     janji yang dibuat oleh merek tersebut, positif maupun negatif, dan harapan

    mengenai usaha-usaha untuk mempertahankan kepuasan konsumen dari

    merek tersebut. Suatu brand  memiliki akar yang kuat, ketika brand  tersebut

    diasosiasikan dengan nilai-nilai yang mewakili atau yang diinginkan oleh

    konsumen. Asosiasi brand  membantu pemasar mengerti kelebihan dari brand  

    yang tersampaikan pada konsumen.

    2.   Brand Personality (Persona/Kepribadian Merek)

    Menurut Davis  Brand Personality  merupakan serangkaian karakteristik

    manusia yang oleh konsumen diasosiasikan dengan brand   tersebut, seperti,

    kepribadian, penampilan, nilai nilai, kesukaan, jenis kelamin, ukuran, bentuk,

    etnis, inteligensi, kelas sosioekonomi, dan pendidikan. Hal ini membuat

    merek seakan-akan hidup dan mempermudah konsumen mendeskripsikannya,

    serta faktor penentu apakah konsumen ingin diasosiasikan dengan brand  

    tersebut atau tidak. Persona brand   membantu pemasar lebih mengerti

    kelebihan dan kekurangan brand   tersebut dan cara memposisikan brand  

    secara tepat. Menurut Christine Restall, brand personality  menjelaskan

    mengapa orang menyukai brand -brand   tertentu dibandingkan brand   lain

    ketika tidak ada perbedaan atribut fisik yang cukup besar antara merek yang

    satu dengan yang lain. David Ogilvy menyebutkan bahwa kepribadian brand  

    merupakan kombinasi dari berbagai hal – nama brand , kemasan brand , harga

    produk, gaya iklan, dan kualitas produk itu sendiri.

    Menurut Joseph Plummer (dalam Aaker, 1996), citra merek terdiri dari tiga

    komponen yaitu:

  • 8/16/2019 2012-1-00144-MN Bab2001

    19/34

    1. 

    Product Attributes (Atribut Produk) : yang merupakan hal-hal yang berkaitan

    dengan merek tersebut sendiri seperti, kemasan, isi produk, harga, rasa,dll.

    Atribut Produk dapat dikategorikan dalam berbagai cara menurut Keller

    (1993) dalam pandangan luas mengatakan bahwa attribut produk adalah fitur

    deksriptif yang bertujuan untuk mengkarateristik sebuah produk. Sedangkan

    Stokman (1991) dalam pendangan sempitnya mengidikasikan produk bisa

    dilihat sebagai paket atribut intrinsik dan ekstrinsik atau sebuah paket atribut

    yang dirasakan. Atribut instrinsik dari sebuah produk adalah informasi yang

    secara langsung menghubungan dengan produk sedangkan atribut ekstrinsik

    adalah isyarat informasi yang secara tidak langsung terhubung dengan

    produk.

    2.  Perceived Benefits  (Keuntungan yang dirasakan) : yang merupakan sebuah

    kegunaan produk dari brand   tersebut. Perceived Benefit   adalah apa yang

    konsumen pikirkan mengenai sebuah produk tersebut yang mereka

    (produk/merek) dapat lakukan untuk mereka (Keller, 1993) ini berhubungan

    dengan persepsi dari atribut produk dan brand    personality. Dalam

    hubungannya dengan Customer Brand Personality  (CBP), sedangkan

    keuntungan konsumen adalah apa yang konsumen percaya atau customer

    brand personality dapat berikan kepada mereka. Keuntungan adalah apa yang

    konsumen cari ketika membeli sebuah produk atau brand   Keuntungan

    tersebut dapat membimbing pada akhir atau nilai tertentu yang konsumen

    ingin dapatkan

    3.   Brand Personality (Kepribadian Merek) : merupakan asosiasi yang

    membayangkan mengenai kepribadian sebuah brand  apabila merek tersebut

    seorang manusia. Faktor  Brand Personality  membuat konsumen dapat

  • 8/16/2019 2012-1-00144-MN Bab2001

    20/34

    mengekpresikan dirinya sendiri atau dimensi spesifik dari dirinya.  Brand

    Personality  memberikan funsgi simbolik dan membantuk konsumen

    membedakan dirinya dengan yang lain (Keller, 1993). Brand Personality juga

    memproyeksikan nilai brand  dan menciptakan image dari brand   tipikal dari

    penggunanya yang kemungkinan menjadi image  ideal bagi konsumen.

    Informasi merek ini dapat mendorong penggunaan merek yang diberikan

    sebagai alat mengekspresikan diri oleh konsumen yang memiliki kesamaan

    posisi dan ingin memberikan image yang sama atau ideal self .

    Keller (1993) juga mendefinisikan sebuah  Brand Image  sebagai persepsi

    mengenai sebuah brand  sebagaimana direfleksikan oleh asosiasi merek yang terdapat

    di dalam benak konsumen.  Brand Image  terdiri dari komponen-komponen sebagai

    berikut:

    1.  Attributes (Atribut) Merupakan pendefinisian deskriptif tentang fitur-fitur

    yang ada dalam senuah produk atau jasa.

    a.  Product related attributes  (atribut produk): Didefinisikan sebagai

    bahan-bahan yang diperlukan agar fungsi produk yang dicari

    konsumen dapat bekerja. Berhubungan dengan komposisi fisik atau

    persyaratan dari suatu jasa yang ditawarkan, dapat berfungsi.

    b.   Non-product related attributes  (atribut non-produk): Merupakan

    aspek eksternal dari suatu produk yang berhubungan dengan

    pembelian dan konsumsi suatu produk atau jasa. Terdiri dari:

    informasi tentang harga, kemasan dan desain produk, orang, peer

  • 8/16/2019 2012-1-00144-MN Bab2001

    21/34

    group atau selebriti yang menggunakan produk atau jasa tersebut,

    bagaimana dan dimana produk atau jasa itu digunakan.

    2.   Benefits  (Keuntungan) yaitu Nilai personal yang dikaitkan oleh konsumen

    pada atribut-atribut produk atau jasa tersebut.

    a.  Functional benefits : berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan

    dasar seperti kebutuhan fisik dan keamanan atau pemecahan masalah.

    b.   Experiental benefits  : berhubungan dengan perasaan yang muncul

    dengan menggunakan suatu produk atau jasa.  Benefit  ini memuaskan

    kebutuhan bereksperimen seperti kepuasan sensori, pencarian variasi,

    dan stimulasi kognitif.

    c.  Symbolic benefits : berhubungan dengan kebutuhan akan persetujuan

    sosial atau ekspresi personal dan self-esteem  seseorang. Konsumen

    akan menghargai nilai-nilai prestise, eksklusivitas dan gaya fashion

    dari sebuah brand  karena hal-hal ini berhubungan dengan konsep diri

    mereka

    3. 

     Brand Attitude (Sikap merek)

    a.  Didefinisikan sebagai evaluasi keseluruhan atas suatu brand , apa yang

    dipercayai oleh konsumen mengenai brand   tertentu – sejauh apa

    konsumen percaya bahwa produk atau jasa tersebut memiliki atribut

    atau keuntungan tertentu, dan penilaian evaluatif terhadap

    kepercayaan tersebut bagaimana baik atau buruknya suatu produk jika

    memiliki atribut atau keuntungan tersebut.

     Brand image  adalah penting karena kontribusinya dalam memilih

    merek yang cocok untuk dirinya. Sehingga hal ini dapat mempengaruhi

  • 8/16/2019 2012-1-00144-MN Bab2001

    22/34

    perilaku pembelian mereka ataupun Brand Equity. Sebuah brand image yang

    terkomunikasi dengan baik dapat membangun posisi merek yang bagus,

    membedakan merek dari persaingan, meningkatkan performa brand   pasar,

    dan berperan penting pada pembangunan ekuitas brand  (Keller, 1993).

    2.1.3.2 

    Penelitian sebelumnya mengenai Brand Image 

     Brand  merupakan salah satu ekuitas atau sebuah nilai yang dianggap penting

    bagi para konsumen. Sehingga sekarang ini berbagai perusahaan berlomba-lomba

    untuk dapat membangun merek yang mereka sehingga bernilai dan memiliki

     positioning merek yang baik di benak konsumen. 

    Aaker (1996) mengkonsep Brand Equity sebagai “seperangkat aset merek dan

    kewajiban yang terkait dengan merek baik nama atau simbol yang mampu

    menambah atau mengurangi nilai yang diberikan produk atau jasa untuk perusahaan

    dan para pelanggan perusahaan”.

    Dengan hasil kerja dari Aaker, Keller (1993) mengembangkan konsep

    perilaku berdasarkan ekuitas merek / concept of customer based brand equity 

    (CBBE). Dimana terdiri dari dua dimensi yaitu kesadaran merek (brand awareness) 

    dan citra merek (Brand Image)  dan didefinisikan sebagai efek dari pengetahuan

    brand  yang berbeda pada respon konsumen ke pemasaran merek.

     Brand Image  terdiri dari atribut dan manfaat terkait dengan brand   yang

    membuat brand   tersebut menjadi khas, sehingga membedakan sebuah perusahaan

    dari para kompetitor (Keller, 1993). Atribut adalah fitur-fitur yang menjadi

    karakteristik dari sebuah brand , seperti apa yang dipikirkan oleh konsumen terhadap

    merek dan apakah ini terlibat dalam konsumsi pembelian.  Benefit adalah value

  • 8/16/2019 2012-1-00144-MN Bab2001

    23/34

    pribadi konsumen yang melekat pada brand atribut, yaitu apa yang konsumen pikir

    tentang apa yang mampun merek lakukan untuk merek (Keller,1993). Dalam

    hubungan antara perusahaan dan konsumen, setiap interaksi antara perusahaan dan

    konsumen menjadi input dalam brand image. Karena service brand   dapat

    mengkomunikasikan komitmen untuk memberikan pengalaman tertentu, ini sangat

    penting karena layanan dari perusahaan memastikan seluruh individu dalam

    organisasi mengerti akan pentingnya pemberian kinerja yang berkualitas tinggi,

    konsisten dan dapat terprediksi. Dalam pertukaran  Bussiness to Customer (B2C) 

    banyak konsumen yang menghadapi kekecewaan dimana penyedia produk atau jasa

    tidak mencapai ekspektasi dibenak konsumen, sehingga akhirnya banyak konsumen

    yang lebih memilih pada penyedia barang/jasa yang kecil namun dapat secara

    konsisten memberikan layanan berkualitas tinggi. Tujuan dari brand adalah

    membangkitkan kepercayaan, keamanan, kekuatan, ketahanan, kecepatan, status dan

    ekslusivitas (Aaker, 1996; Keller, 1993)

    Wang dan Yang (2010) menginvestigasi pengaruh kredibilitas brand   pada

    consumer brand purchase intention dengan studi kasus industri automobile di China.

    Mereka mengusulkan bahwa kesadaran brand   dan brand image  berperan sebagai

    moderating role di hubungan antar variabel ini. Namun Bian dan Moutinho (2011)

    meneliti tentang pengaruh  perceived brand image terhadap pengaruh langsung atau

    tidak langsung pada  product involvement   dan product knowledge  pada keputusan

    pembelian konsumen. Dan hasil penelitian mereka mengindikasikan bahwa brand

    image  bukanlah sebuah mediator dalam pengaruh involvement/knowlede  pada

    keputusan pembelian.

  • 8/16/2019 2012-1-00144-MN Bab2001

    24/34

    Wu et al (2011) juga menginvestigasi bahwa adanya pengaruh langsung dari

    variabel image  toko dan variabel kualitas jasa pada brand image  dan dampaknya

    pada keputusan pembelian sebuah bentuk  private label brand . Studi mereka ini

    menunjukan bahwa image toko memiliki efek yang positif dan efek bersifat secara

    langsung terhadap variabel brand image dan dampaknya pada keputusan pembelian.

    Lalu juga begitupun dengan variabel kualitas jasa yang juga memiliki pengaruh

    secara langsung dan positif terhadap citra merek/ brand image. 

    Shukla (2010) dalam penelitiannya juga mengindikasikan bahwa bagaimana

    pengaruh sebuah interpersonal dan branding cues  juga mampu membentuk niat

    pembelian konsumen pada sebuah produk mewah. Studi ini menunjukkan bahwa

    pengaruh brand image  menjadi variabel moderator yang berpengaruh secara

    signifikan antara pengaruh normative interpersonal terhadap niat pembelian produk

    mewah.

    Dan sekali lagi dalam Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Reza

    Jalilvand (2012) dalam  Journal of Marketing Planning and Intelligence  yang juga

    meneliti pengaruh eWOM terhadap brand image dan keputusan pembelian dengan

    studi kasus industri otomotif di Iran yang menghasilkan hasil penelitian bahwa brand

    image juga berpengaruh signifikan dalam keputusan pembelian sebuah mobil di

    negara Iran

    2.1.4. 

    Definisi Argument Quality 

    Pentingnya sebuah kualitas informasi dan sumber kredibilitas telah disorot

    dan divalidasi dalam berbagai topik pencarian informasi di penelitian-penelitian

  • 8/16/2019 2012-1-00144-MN Bab2001

    25/34

  • 8/16/2019 2012-1-00144-MN Bab2001

    26/34

    Dunk (2004) menyarankan bahwa relevance  adalah elemen penting dalam

    pengambilan keputusan konsumen. Madu Madu (2002) mengatakan bahwa pengguna

    internet jarang membaca web page  secara mendetail tetapi seringkali konsumen

    hanya sekilas membaca informasi untuk menemukan informasi yang mereka

    butuhkan. Pengguna internet  bisa ingin mendapatkan informasi dengan cepat tanpa

    usaha yang terlalu besar ( Nah & Davis, 2002). sehingga adalah menjadi penting

    sebuah informasi yang relevan di komunitas online. 

    Madu Madu (2002) mengatakan bahwa ada website yang tidak selalu meng-

    update secara konsisten, sehingga website  tidak dapat memberikan kinerja yang

    diharapkan ataupun pemberian value kepada konsumen.

    Tingkat keakuratan pesan (Accuracy) menunjukan bagaimana tingkat

    keandalan pesan tersebut. Berdasarkan media richness theory (Daft & Lengel, 1986)

    kualitas, akurasi dan realibilitas dalam pertukaran informasi sangat penting pada

    medium.

    Comprehensive of message merujuk pada tingkat kelengkapan sebuah pesan.

    Sullivan (1999) mengatakan bahwa semakin detail informasi, tingkat kedalaman

    kategori dan user-orientation  dari sebuah website  dapat berujung pada semakin

    tingginya tingkat akuisisi dan retensi dari para pengguna.

    2.1.4.1. 

    Penelitian Terdahulu mengenai Argumet Quality 

    Dalam jurnal  Internet research  dari penelitian Christy MK Cheung,

    Matthew Ko Lee (2008) tentang dampak Word-of-Mouth  dalam information

  • 8/16/2019 2012-1-00144-MN Bab2001

    27/34

    adoption model di komunitas online OpenRice dengan judul “The adoption of online

    opinions in online customer communities” yang menghasilkan bahwa berbagai

    indikator yang digunakan yaitu  Relevance, Timeliness, Accuracy, dan

    Comprehensiveness menemukan bahwa Comprehensiveness  dan  Relevance  adalah

    komponen yang efektif dalam kualitas argumen atau  Argument Quality  pada

    keputusan pembelian konsumen dan pengaruhnya terhadap brand .

    Lalu juga dalam penelitian lokal yang dilakukan oleh Faila Shofa (2005)

    pada penelitian “Pengaruh Informasi Terhadap Citra Produk, Citra Perusahaan

    Dalam Menentukan Preferensi Konsumen: Suatu Analisa Pada Produk Shampo

    Sunsilk” menemukan adanya pengaruh yang signifikan dari kualitas informasi yang

    konsumen dapatkan pada citra perusahaan dan citra produk.

    Dan dari jurnal  Asia Pacific Journal of Marketing and Logistic  yang

    dilakukan oleh Paul C.S Wu, Yun-Chen Wang (2011) dengan judul “The Influences

    of Electronic Word of Mouth Message Appeal and Message Source Credibility on

     Brand Attitude” yang menggunakan pengumpulan data kuesioner via internet

    mengindikasikan kualitas pesan dengan ketertarikan-ketertarikan tertentu (Message

     Appeal Rational dan Emotional) mampu membangun persepsi merek konsumen,

     jikalau pesan tersebut memiliki unsur negatif maka menimbulkan sikap terhadap

    merek yang yang menurun dan begitupun sebaliknya.

    Dalam  Journal of Advertising  oleh Coulter Keith S (2004) dengan judul

    “The Effects of Cognitive Resource Requirement, Availability and Argument Quality

    on Brand Attitudes” dan  Jurnal of Interactive Advertising  oleh Shu-Chuan Shu

    (2008) dalam judul “ The Effect of Perceived Blogger Credibility and Argument

    Quality on Message Elaboration and Brand Attitudes : An Exploratory Study” juga

  • 8/16/2019 2012-1-00144-MN Bab2001

    28/34

    mengindikasikan adanya pengaruh signifikan dari sebuah argument quality  pada

     preferesi brand  dan brand attitudes. 

    2.1.5 

    Definisi Message Source Credibility 

    Dalam lingkungan online setiap orang memiliki kebebasan tanpa batas untuk

    mengekspresikan perasaan mereka terhadap produk atau jasa tanpa harus

    mengukapkan identitias dirinya. Dan semua tergantung oleh user  untuk menentukan

    apakah kontributor tersebut memiliki tingkat keahlian dan kepercayaan yang tinggi

    untuk dapat menerima atau menolak rekomendasi tersebut. Jikalau pesan atau

    komentar tersebut dibuat oleh seseorang yang memiliki kredibilitas tinggi maka user  

    tersebut akan memiliki persepsi kegunaan yang lebih tinggi dari komentar

    tersebut.Karena semua pesan yang diterima ini berformat text based. Sehingga akan

    sulit bagi konsumen online untuk menggunakan source similarity untuk menentukan

    kredibilitas dari pesan tersebut. (Chatterjee,2001)

    Dalam studi ini source credibility  merujuk pada kredibilitas sang pemberi

    pesan. Source Credibility  secara umum adalah bagaimana seorang penerima pesan

    mempercayai sebuah pesan yang dikirim oleh pengirim pesan. Teori ini menjelaskan

    bahwa seseorang akan lebih menyukai untuk diajak ataupun dibujuk oleh sumber

    yang kredibel. Source Credibility  merujuk pada persepsi dari penerima pesan

    terhadap kredibilitas sumber pesan (Chaiken, 1980). Source Credibility  juga

    didefinisikan sebagai tingkat dimana sebuah sumber informasi dirasa dapat

    dipercaya, dan berkompeten bagi para penerima pesan (Christy, 2008). Selain itu

     juga dikatakan bahwa Source Credibility adalah bentuk perilaku atau respon terhadap

    sumber pesan yang mempengaruhi tingkat kepercayaan oleh penerima pesan

    mengenai sesuatu hal yang diinformasikan oleh pengirim pesan. Source Credibility 

  • 8/16/2019 2012-1-00144-MN Bab2001

    29/34

     juga merupakan faktor penting dalam mempengaruhi keefektifan proses persuasif

    (Hovland,1951). Jika sebuah sumber pesan memiliki kredibilitas tinggi, maka

    konsumen akan mempercayai isi pesan sehingga kredibilitas adalah seberapa besar

    pesan tadi merefleksikan realita pada evaluasi konsumen.

    Kotler dan Keller (2008) dalam Paul CS Wu (2011) mengatakan bahwa

    berbagai tipe message appeals  (rasional dan emosional) dapat mempengaruhi efek

    persuasif pada penerima pesan.

    Peran kredibilitas dalam pengaruh sebuah informasi secara signifikan mampu

    mempengaruhi “arah” pendapat penerima pesan yang dianjurkan dari seorang

    komunikator ketika materi yang diberikan memiliki sumber kredibilitas yang tinggi

    (Hovland, 1951). Selain itu Eagly dan Chaiken (1976) juga menemukan bahwa

    tingkat persuasif sebuah pesan tergantung pada jumlah atribut positif yang dimiliki

    oleh seorang komunikator. Dan Informasi yang diberikan oleh sumber yang memiliki

    kredibilitas tinggi adalah informasi yang dirasakan berguna dan dapat diandalkan dan

    dengan demikian mampu memfasilitas pengiriman pengetahuan.

    Menurut Ohanian (1990) dan Lafferty (2002) sebuah kredibilitas sumber

    pesan yang tinggi memiliki tiga dimensi yaitu trustworthiness, expertness dan

    attractiveness. Trustworthiness  adalah tingkat kepercayaan penerima pesan pada

    pesan yang diberikan oleh pengirim,  Expertiness  adalah pengetahuan professional

    yang pengirim pesan katakan mengenai sebuah produk atau jasa, dan attractiveness 

    adalah ketika pengirim pesan mampu menarik perhatian dari penerima pesan untuk

    mengkonsumsi produk atau jasa.

  • 8/16/2019 2012-1-00144-MN Bab2001

    30/34

    2.1.5.1 

    Penelitian Terdahulu mengenai Message Source Credibility 

    Dalam jurnal Internet research dari penelitian Christy MK Cheung, Matthew

    Ko Lee (2008) tentang dampak Word-of-Mouth dalam information adoption model 

    di komunitas online OpenRice dengan indikator trustworthiness dan expertise  dan

    menemukan bahwa adanya pengaruh dalam model yang mereka buat dengan

    dampaknya pada tingkat kegunaan informasi dan model adopsi informasi dan

    keputusan konsumen atau member komunitas tersebut untuk mengikuti rekomendasi

    yang dianjurkan dari para member lainnya.

    Dalam penelitian Kenneth E. Claw et al dalam  journal of Service and

     Marketing dengan  (2006) judul The relationship of the visual element of an

    advertisement to service quality expectations and source credibility. Source

    Credibility yang dimediasikan oleh Service Quality memiliki pengaruh yang positif

    dan signifikan pada Purchase Intention.

    Dan dari jurnal  Asia Pacific Journal of Marketing and Logistic  yang

    dilakukan oleh Paul C.S Wu, Yun-Chen Wang (2011) dengan judul “The Influences

    of Electronic Word of Mouth Message Appeal and Message Source Credibility on

     Brand Attitude” yang menggunakan pengumpulan data kuesioner via internet

    meneliti mengenai pengaruh sebuah brand yaitu brand attitude dengan menggunakan

    eksperimen message appeal dan mengindikasikan adanya pengaruh message source

    credibility pada brand attitude dan purchase intention konsumen.

    2.1.6. 

    Definisi Komunitas Virtual  

    Menurut Gupta (2004) komunitas vrtual adalah tempat di website  dimana

    orang-orang dapat menemukan dan kemudian secara elektronik “berbicara: kepada

    orang lain yang memiliki minat yang sama.

  • 8/16/2019 2012-1-00144-MN Bab2001

    31/34

    Menurut Wang (2005) Cybercommunities adalah ruang komunitas sosial pada

    dunia maya. Cybercommunities menggunakan sistem percakapan online berdasarkan

    teks didalam dunia maya berdasarkan grafik 2D atau 3D. Cybercommunities

    mungkin dibuat untuk tujuan sosial sampai ke militer. Pertumbuhan cybercomunities 

    adalah fenomena sosial penting, terutama pada kalangan masyarakat. Dalam

    beberapa cybercommunities  lebih teknis progresif, peserta mampu menciptakan

    kembali sendiri, lingkungan, situasi dan masyarakat, menayadari segalam macam

    aktivitas manusia.

    Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan komunitas virtual adalah

    sekumpulan orang yang memiliki suatu kepentingan yang sama yang tergabung

    dalam suatu grup pada dunia maya.

    2.1.7 

    Definisi Purchase Intention 

    Intensi didefinisikan sebagai kemungkinan subyektif individu untuk

    melakukan suatu perilaku (Gunter & Furnham dalam Haryanto, 2009). Intensi juga

    merupakan unit dasar dalam jaringan rencana yang akan muncul ketika seorang

    individu hendak melakukan suatu aktivitas kognitif yang berorientasi kepada masa

    depan, seperti perencanaan, berangan-angan, perenungan, dan simulasi mental

    (Rook, 1987). Menurut Soderlund dan Ohman dalam Haryanto (2009), Intensi

    terbagi menjadi tiga jenis konstruk yaitu :

    1.  intensi sebagai harapan

    2.  intensi sebagai rencana

    3.  intensi sebagai keinginan.

    Kebanyakan orang lebih sering menggunakan konstruk intensi sebagai

    harapan, karena itu konstruk ini lebih popular dibandingkan dengan dua konstruk

  • 8/16/2019 2012-1-00144-MN Bab2001

    32/34

    yang lain (Rook,1987) dalam Haryanto (2009). Bansal et.al (2005) mendefinisikan

    intensi sebagai kemungkinan subyektif individu untuk melakukan suatu perilaku

    tertentu. Biasanya intensi ini akan terbentuk ketika seorang individu membuat

    rencana untuk melakukan suatu perilaku di waktu yang akan datang.

    Purchase Intention  adalah kemungkinan seseorang untuk membeli suatu

    produk . Purchase Intention adalah itentsi seseorang untuk membeli merek tertentu

    yang mereka pilih sendiri setelah melalui berbagai evaluasi (Laroche, 2007).

    Menurut Kotler (2012) Perilaku konsumen terjadi kerika konsumen

    terstimulasi oleh faktor eksternal dan akhirnya akan berujung pada keputusan

    pembelian yang berdasarkan karakteristik personal dan proses pengambilan

    keputusan.

    Faktor-Faktor ini termasuk pemilihan produk, merek, retailer, waktu

    pembelian dan kuantitas pembelian. Ini berarti perilaku pembelian konsumen

    dipengaruhi oleh pilihan produk dan merek mereka. Minat Pembelian Konsumen

    (Consumer’s Purchase Intention) selalu meningkat dan muncul ketika perceived

    value dan perceived benefit dirasakan oleh konsumen.

    2.1.7.1 

    Penelitian Terdahulu mengenai Purchase Intention

    Dengan berbagai penelitian yang sebelumnya telah dijabarkan dan dilakukan

    oleh para ahli, kita dapat menyimpulkan bahwa adanya hubungan yang nyata antara

    variabel-variabel yang digunakan untuk penelitian ini. Bagaimana kombinasi

    pengaruh eWOM, Argument Quality, Message Source Credibility Khususnya Brand

     Image dan Purchase Intention karena banyak konsumen sering membandingkan dan

    memilih produk berdasarkan image produk yang lebih baik karena dirasa produk

  • 8/16/2019 2012-1-00144-MN Bab2001

    33/34

    dengan brand image yang kuat akan membuat konsumen lebih nyaman, reliable dan

    memiliki tingkat kepuasan yang lebih tinggi. Kamins dan Marks (1991) mengatakan

    bahwa ketika tingginya tingkat familiaritas produk, produk yang memiliki  brand

    image yang baik akan memiliki brand attitudes dan  purchase intention yang lebih

    tinggi.

    Laroche et al (2007) juga mengatakan bahwa dengan tingkat familiaritas

    produk yang tinggi dimata konsumen, produk yang memiliki tingkat kepercayaan

    dan sikap yang lebih baik terhadap produk makan niat pembeliannya pun akan

    menjadi lebih tinggi. Laroche et al (2007) juga mengatakan bahwa intensi konsumen

    diselesaikan oleh sikap terhadap merek yang sama atau merek yang lainnya yang

    ada di serangkaian pertimbangann,

  • 8/16/2019 2012-1-00144-MN Bab2001

    34/34

    2.2. Kerangka Pemikiran

    Kerangka pemikiran adalah dasar pemikiran dari penelitian yang

    disintesiskan dari fakta fakta, observasi dan telaah kepustakaan (Riduwan,

    2007).

    Gambar 2.1. Kerangka Teoritis

    Sumber : Penulis, 2012 

    (

    , )

    ( )

     

    (, )

     ( & , )

       ( , )

     ( &

    )

    ( & , )

    ( , )