bab 2 landasan teori - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/ecolls/ethesisdoc/bab2/lkn2006-50-bab...
TRANSCRIPT
8
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Jasa
Pada umumnya produk dapat diklasifikasikan dengan berbagai cara salah satu cara
yang banyak digunakan adalah klasifikasi berdasarkan daya taha atau berwujud
tidaknya suatu produk. Berdasarkan kriteria ini produk dibagi mejadi 3, yaitu barang
tahan lama, barang tidak tahan lama dan jasa.
2.1.2 Definisi dan Karakteristik Jasa
Sebenarnya pembedaan secara tegas antara barang dan jasa sering sekali sukar
dilakukan, hal ini dikarenakan pembelian suatu barang sering disertai dengan jasa-jasa
tertentu. Meskipun demikian jasa dapat didefinisikan sebagai berikut :
• Menurut Kotler, jasa (service) adalah aktivitas atau manfaat yang ditawarkan oleh
satu pihak kepada pihak lain yang terikat atau tidak pada produk fisik.
• Menurut ISO 8402 diartikan suatu hasil dari diciptakan melalui keterkaitan
diantara pemasok dan pelanggan dan melalui aktivitas internal pemasok untuk
memenuhi kebutuhan pelanggan.
Jasa atau pelayanan merupakan suatu kinerja penampilan, tidak berwujud dan cepat
hilang, lebih dapat dirasakan daripada dimiliki, serta pelanggan lebih dapat
berpartisipasi aktif dalam proses mengkonsumsi jasa tersebut.
9
Jasa memiliki empat karakteristik utama, yaitu tidak berwujud (intangibility), tidak
terpisah (inseparibility), bervariasi (variability), dan mudah lengkap (perishability).
• Tidak berwujud
Sifat jasa tidak berwujud (service intangibility), artinya jasa tidak dapat dilihat,
dikecap, dirasakan, didengar, dan dicium sebelum dibeli. Untuk mengurangi
ketidakpastian pembeli mencari “tanda” dari mutu jasa. Mereka menyimpulkan
mengenai mutu dari “tanda” berupa tempat, orang, harga peralatan, dan materi
komunikasi yang dapat mereka lihat.
• Tidak terpisahkan
Pada umumnya jasa dihasilkan dari dikonsumsi secara bersamaan. Jasa tidak
terpisahkan (service inseparability), berarti bahwa jasa tidak dapat terpisahkan dari
penyediaannya , baik penyediaannya itu manusia atau mesin.
• Keanekaragaman
Keanekaragaman jasa (service variability) berarti bahwa mutu jasa tergantung
pada siapa yang menyediakan jasa disamping waktu, tempat, dan bagaimana
disediakan.
• Tidak tahan lama
Jasa tidak tahan lama (service perishability) berarti bahwa jasa tidak dapat
disimpan untuk dijual atau dipakai kemudian.
10
2.1.3 Kerangka Kerja Jasa
Dalam merancang proses industri jasa dibutuhkan suatu kerangka kerja dasar,
dimana terdapat empat elemen yang harus dipertimbangkan dalam memproduksi jasa
yaitu pelanggan, manusia, strategi, dan sistem.
Strategi
Manusia Sistem
Pelanggan
Gambar 2.1 Gambar Segitiga Jasa
Pelanggan harus berada ditengah-tengah segitiga jasa karena pelayanan jasa harus
selalu berpusat pada kebutuhan pelanggan. Manusia adalah tenaga kerja perusahaan
jasa. Sistem adalah sistem fisik dan prosedur yang digunakan dalam memberikan
pelayanan terhadap pelanggan.
2.1.4 Kualitas Jasa (Service Quality)
Salah satu pendekatan kualitas pelayanan yang banyak dijadikan acuan dalam riset
pemasaran adalah model SERQUAL (Service Quality) yang dikembangkan oleh
Parasuraman, Zeithanlidan, dan Berry.
11
SERQUAL dibangun atas adanya perbandingan dua faktor utama yaitu persepsi
pelanggan atas layanan yang nyata mereka terima (perceived service) dengan layanan
yang sesungguhnya diharapkan atau diinginkan (expected service).
Jika kenyataan lebih dari yang diharapkan, maka layanan dapat dikatakan bermutu
sedangkan jika kenyataan kurang dari yang diharapkan, maka layanan dikatakan tidak
bermutu. Dan apabila kenyataan sama dengan yang harapan, maka layanan disebut
memuasakan. Dengan demikian Service Quality dapat didefinisikan sebagai seberapa
jauh perbedaan antara kenyataan dan harapan pelanggan atas layanan yang mereka
terima atau peroleh (Parasuraman, et.all, 1998).
Harapan para pelanggan pada dasarnya sama dengan layanan seperti apakah yang
seharusnya diberikan oleh perusahaan kepada pelanggan. Harapan para pelanggan ini
didasarkan pada informasi yang disampaikan dari mulut ke mulut kebutuhan pribadi,
pengalaman di masa lampau, dan komunikasi eksternal (iklan dan berbagai bentuk
promosi). Dimensi kualitas pelayanan (service quality), sebagai berikut :
1. Tangibles atau bukti fisik yaitu kemampuan suatu perusahaan dalam menunjukkan
eksistensinya kepada pihak eksternal.
2. Reliability atau keandalan yaitu kemampuan perusahaan untuk memberikan
pelayanan sesuai dengan yang dijanjikan secara akurat dan terpercaya.
3. Responsiveness atau ketanggapan yaitu suatu kemampuan untuk membantu dan
memberikan pelayanan yang cepat (responsif) dan tepat kepada pelanggan dengan
penyampaian informasi yang jelas.
12
4. Assurance atau jaminan dan kepastian yaitu pengetahuan, kesopan santunan, dan
kemampuan para pegawai perusahaan untuk menumbuhkan rasa percaya para
pelanggan perusahaan.
5. Emphaty atau memberikan perhatian yang tulus dan bersifat individual atau
pribadi yang diberikan kepada para pelanggan dengan berupaya memahami
keinginan konsumen.
2.1.5 Manajemen Kualitas dalam Industri Jasa
Banyak usahatelah dirumuskan para pakar manajemen kualitas untuk
mendefinisikan kualitas jasa atau pelayanan, agar dapat didesain, dikendalikan dan
dikelola sebagaimana halnya dengan kualitas barang. Secara konseptual manajemen
kualitas dapat diterapkan baik pada barang maupun jasa, karena yang ditekankan
dalam penerapan manajemen kualitas adalah perbaikan sistem kualitas, bukan sekedar
perbaikan kualitas barang atau jasa.
Beberapa dimensi atau atribut yang harus diperhatikan dalam perbaikan kualitas
jasa, adalah :
- Ketepatan waktu pelayanan hal-hal yang perlu diperhatikan disini berkaitan
dengan waktu tunggu dan waktu proses.
- Akurasi pelayanan yang berkaitan dengan reliabilitas pelayanan dan bebas
kesalahan-kesalahan.
- Kesopanan dan keramahan dalam memberikan pelayanan yang berhubungan
langsung dengan pelanggan eksternal.
13
- Tanggung jawab berkaitan dengan penerimaan pesanan dan penanganan keluhan
dari pelanggan eksternal.
- Kelengkapan menyangkut lingkup pelayanan dan ketersediaan sarana pendukung
serta pelayanan komplementer lainnya.
- Kemudahan mendapatkan pelayanan berkaitan dengan banyaknya outlet,
banyaknya petugas, dan lain-lain.
- Variasi model pelayanan berkaitan dengan inovasi untuk memberikan pola-pola
baru dalam pelayanan.
- Pelayanan pribadi berkaitan dengan fleksibilitas, penanganan permintaan khusus,
dan lain-lain.
- Kenyamanan dalam memperoleh pelayanan berkaitan dengan lokasi ruangan
tempat pelayanan, tempat parkir, dan lain-lain.
- Atribut pendukung pelayanan lainnya, seperti lingkungan, kebersihan, dan lain-
lain.
Collier (1994) mendefinisikan manajemen kualitas pelayanan sebagai studi tentang
bagaimana pemasaran dan operasional secara bersama melalui teknologi dan orang-
orang mampu merencanakan, menciptakan, dan menyerahkan suatu paket yang
bermanfaat bagi pelanggan dan berkaitan dengan pelayanan mereka. Terdapat
kesulitan pelangan dalam mengevaluasi kualitas dari barang dan jasa, dimulai dari
derajat paling mudah sampai paling sulit dari beberapa jenis barang dan jasa.
14
Derajat Kesulitan Evaluasi Kualitas Jenis Barang dan Jasa
Skala Paling Mudah - Pakaian - Rumah
- Perhiasan - Mobil
- Furniture - Makanan Restoran
- Pariwisata - Salon Rambut
- Penjagaan Anak - Reparasi Televisi
- Reparasi Mobil
Skala Paling Sulit - Diagnosis Medik
Dari tabel diatas tampak bahwa pelanggan mendapat kesulitan dalam mengevaluasi
kualitas dari pelayanan, sehingga dala hal ini manajemen industri jasa yang
berorientasi pada kepuasan pelanggan membutuhkan komitmen dan tindakan nyata
dalam memberikan pelayanan prima kepada pelanggan, terdapat sejumlah kriteria
yang mencirikan pelayanan sekaligus membedakan dari barang, yaitu :
1. Pelayanan merupakan output tak berbentuk
2. Pelayanan merupakan output variabel, tidak standar.
3. Pelayanan tidak dapat disimpan dalam inventori tetapi tidak dikonsumsi dalam
produksi.
4. Terdapat hubungan langsung yang erat dengan pelanggan melalui proses
pelayanan.
5. Pelanggan berpartisipasi dalam proses memberikan layanan.
6. Keterampilan personel diserahkan atau diberikan secara langsung kepada
pelanggan.
7. Pelayanan tidak dapat diproduksi secara massal.
15
8. Membutuhkan pertimbangan pribadi yang tinggi dari individu yang memberikan
layanan.
9. Perusahaan jasa pada umumnya bersifat padat karya.
10. Fasilitas pelayanan berada dekat lokasi pelanggan.
11. Pengukuran efektifitas pelayanan bersifat subyektif.
12. Pengendalian kualitas terutama dibatasi pada pengendalian proses.
13. Option penetapan harga adalah lebih rumit.
Untuk meningkatkan kualitas pelayanan, manajemen kualitas jasa modern
memfokuskan perhatian pada strategi pelayanan 7P, seperti berikut :
No. Strategi Pelayanan 7P Isu-isu Manajemen Kualitas
1 Product (Produk) - Ide-ide pengembangan produk.
- Variasi dan model produk.
- Spesifikasi kualitas produk.
- Pengepakan atau pembungkusan.
- Logo produk, mark dagang dan persepsi produk.
- Pelayanan pendukung dan kompelementer.
- Derajat pelayanan (full service / self service).
2 Price (Harga) - Analisa kompetitif.
- Strategi penetapan harga, tingkat dan perubahan
harga target pasar.
- Diskon pemberian kupon berhadiah,
kebijaksanaan penjualan.
- Metode atau cara pembayaran.
3 Place (Tempat) - Strategi dan rencana saluran distribusi.
- Manajemen dan alokasi tempat pamer.
- Manajemen gudang, dan inventory
16
- Derajat integrasi vertikal dan horisontal.
- Kebijaksanaan dan standar tingkat pelayanan.
- Kenyamanan dan lokasi fasilitas.
4 Promotion (Promosi) - Strategi periklanan, target pasar, media iklan
yang digunakan, jadwal dan waktu.
- Penjualan langsung dan bersifat pribadi.
- Tema posisi pasar.
- Manajemen dan posisi produk.
5 Physical Evidence - Tata letak fasilitas (interior dan eksterior), tema
dekorasi, peneranan, service counter,
kebersihan.
- Penampilan dan kesehatan karyawan.
- Kenyamanan peralatan, reliabilitas, keterkaitan,
kemudahan penggunaan.
- Kecocokan kapasitas eksterior seperti tempat
parkir.
- Kredibilitas profesional seperti apoteker atau
pasien apoteker yang melayani pembelian obat
pada apotek.
6 Process Design - Prosedur operasi berperinci, manual dan
deskripsi pekerjaan.
- Prosedur untuk resolusi masalah pelanggan.
- Prosedur pelatihan sebagai bagian dari
pekerjaan.
- Penetapan standar performasi untuk fasilita,
proses peralatan dan pekerjaan yang
menciptakan pelayanan kepada pelanggan.
17
7 Participants - Pelatihan tentang keterampilan interaksi dan
resolusi masalah pelanggan.
- Sistem dan prosedur balas jasa karyawan.
- Personel selling.
- Prosedur partisipasi kelompok pelayanan atau
pribadi dan norma-norma perilaku.
- Eksekusi simultan dari keterampilan interaksi
pribadi dan teknik pada titik kontak dengan
pelanggan.
2.1.6 Prinsip Dasar Kepuasan Pelanggan
Kepuasan pelanggan dapat didefinisikan secara sederhana, yaitu suatu keadaan
dimana kebutuhan, keinginan, dan harapan pelanggan dapat terpenuh melalui produk
yang dikonsumsi. Dengan demikian, apabila kepuasan pelanggan sebagai suatu rasio
atau perbandingan, maka kita dapat merumuskan persamaan kepuasan pelanggan,
yaitu z = x / y, dimana z adalah kepuasan pelanggan, x adalah kualitas yang dirasakan
oleh pelanggan, dan y adalah kebutuhan keinginan, dan harapan pelanggan. Jika
pelanggan merasakan bahwa kualitas produk melebihi kebutuhan, keinginan, dan
harapannya, maka kepuasan pelanggan menjadi tinggi atau paling sedikit bernilai
lebih dari satu (z > 1). Pada sisi lain, apabila pelanggan merasakan bahwa kualitas
produk lebih rendah atau lebih kecil dari kebutuhan, keinginan, dan harapannya maka
kepuasan pelanggan akan menjadi lebih rendah atau bernilai lebih kecei dari satu (z <
1).
18
2.1.7 Proses Mengetahui Harapan Pelanggan
Proses pembelajaran kebutuhan, keinginan, harapan, dan tingkat kepuasan
pelanggan ini pada umumnya disebut sebagai “mendengarkan suara pelanggan”
(listening to the customer voice of thr customer). Berikut cara untuk mengetahui
harapan pelanggan :
- Karakteristik produk yang diinginkan pelanggan.
Pada umumnya pelanggan menginginkan produk yang memiliki karakteristik yang
lebih cepat, lebih murah, dan lebih baik. Dalam hal ini terdapat tiga dimensi yang
perlu diperhatikan yaitu dimensi waktu, dimensi biaya, dan dimensi kualitas.
- Tingkat performa yang dibutuhkan untuk memenuhi harapan pelanggan.
Harapan pelanggan dapat juga ditentukan melalui pengajuan pertanyaan tentang
berapa tingkat performa yang diharapkan pelanggan dapat dipandang sebagai
suatu hierarki progresif dari tiga tingkat, yaitu harapan dasar, spesifikasi, dan
kebutuhan, serta kesenangan atau kegembiraan. Ketiga tingkat ekspektasi
pelanggan ini sering dikenal sebagai harapan implisit, harapan eksplisit, dan
harapan tersembunyi. Ketiga tingkat harapan pelanggan tersebut dapat
dikelompokkan dalam gambar berikut :
Senang
Spesifikasi dan Kebutuhan
Harapan Pasar
Tingkat 3 :Nilai tambah dari karakteristik dan featuresyang tidak diketahui sebelumnya olehpelanggan (Ekspektasi tersembunyi)
Tingkat 2 :Pilihan-pilihan dan trade off yangtersedia untuk dipilih oleh pelangan(Harapan Eksplotasi)
Tingkat 3 :Tingkat performaminimum yang selaludiasumsikan ada (HarapanImplisit)
Gambar 2.2 Gambar Tingkat Harapan Pelanggan
19
2.1.8 Mekanisme Memahami Harapan Pelanggan
Pemahaman terhadap harapan pelanggan ialah prasyarat untuk meningkatkan
kualitas dan mencapai kepuasan total pelanggan. Mekanisme untuk memahami
harapan pelanggan dapat menggunakan suatu kerangka kerja berdimensi dua, dimensi
pertama mengklasifikasikan pendekatan yang dilakukan oleh perusahaan bergerak dari
mode reaktif ke proaktif, sedangkan dimensi kedua mengindikasikan tingkat
pemahaman yang mungkin dicapai oleh setiap mekanisme. Kedua dimensi ini
ditunjukkan dalam gambar dibawah ini, tampak bahwa mekanisme untuk memahami
harapan pelanggan dapat dibagi dalam tiga tingkat yaitu pemahaman tingkat satu,
pemahaman tingkat dua, dan pemahaman tingkat tiga. (Gaspersa, 1997, p44).
ProaktifReaktif
Tinggi
Rendah
Tingkat 3 :Wawancara pribadi, kelompok fokus, surveiterstruktur
Tingkat 2:Survei tidak terstruktur, analisis datapenjualan, umpan balik daripelanggan
Tingkat 1 :MenampungKeluhan
Ting
kat P
emah
aman
Har
apan
Pel
angg
an
Gambar 2.3 Gambar Mekanisme Memahami Pelanggan
1. Pemahaman tingkat satu merupakan tingkat pemahaman terendah dari perusahaan
terhadap harapan pelanggan yang dicirikan oleh mode reaktif. Pendekatan ini
terutama hanya ditujukan untuk menampung keluhan dari pelanggan, kemudian
baru dicari langkah penyelesaiannya.
20
2. Pemahaman tingkat dua merupakan pemahaman terhadap harapan pada tingkat
yang lebih tinggi, ditandai dengan pendekatan aktif dari pemasok untuk
mendengarkan pelanggan, tetapi masih memandang harapan pelanggan sebagai
tujuan kedua, bukan sasaran utama yang ingin dipahami.
3. Pemahaman tingkat tiga merupakan pemahaman terhadap harapan pelanggan pada
tingkat yang paling tinggi dan ditandai dengan pendekatan proaktif dan perusahaan
untuk mendengarkan harapan pelanggan, pendekatan ini khusus didesain secara
spesifik untuk menjaring informasi dari pelanggan.
2.1.9 Sejarah Quality Function Deployment (QFD)
QFD muncul pada tahun 1965 – 1967 ketika Yuji Akao dan Katsuyoshi Ishihara
mempraktekkannya pada bidang pengendalian kualitas. Untuk memajukan Total
Quality Management (TQM), mereka menyebarkan definisi yang hampir sama dengan
QFD, dimana fungsi-fungsi dari kualitas dikerahkan untuk mencapai kualitas itu
sendiri.
QFD dikembangkan pertama kali di Jepang oleh Mitsubhishi’s Kobe Shipyard
pada tahun 1972, yang kemudian diadopsi oleh Toyota. Konsep QFD dibawa ke
Amerika Serikat pada tahun 1986 oleh Ford Motor Company dan Xerox. Semenjak
itu, konsep QFD banyak diterapkan oleh perusahaan-perusahaan di Jepang, Amerika,
dan Eropa. Perusahaan-perusahaan besar seperti General Motors, Digital Equipment
Coorporation, Hewlett Packard dan AT&T kini menggunakan konsep QFD untuk
memperbaiki komunikasi pengembangan produk serta proses dan system pengukuran.
21
2.1.10 Konsep dan Manfaat QFD
QFD adalah suatu metode dimana tim fungsional menterjemahkan kebutuhan
pelanggan ke dalam desain yang tepat untuk memenuhi keinginan pelanggan di tiap-
tiap tingkatan dari proses pengembangan produk.
Fokus utama dari QFD adalah melibatkan pelanggan dalam proses pengembangan
produk sedini mungkin. Filosofinya adalah bahwa pelanggan tidak akan puas dengan
suatu produk, meskipun suatu produk telah dihasilkan dengan sempurna, bila mereka
tidak menginginkan atau membutuhkannya.
Berdasarkan definisinya, QFD merupakan praktik untuk merancang suatu proses
sebagai tanggapan apa yang dibutuhkan pelanggan menjadi apa yang dihasilkan oleh
organisasi (perusahaan), sehingga memungkinkan perusahaan untuk memprioritaskan
kebutuhan pelanggan, menemukan tanggapan inovatif terhadap kebutuhan tersebut
dan memperbaiki proses hingga tercapai efektifitas maksimal. Aktivitas QFD adalah
sebagai berikut :
1. Penjabaran kebutuhan pelanggan akan berkualitas.
2. Penjabaran karakterisitk kualitas yang dapat diukur.
3. Penentuan hubungan antara kebutuhan kualitas dan karakteristik.
4. Penetapan target berdasarkan nilai tertentu terhadap masing-masing karakteristik
kualitas.
5. Penyatuan karakteristik kualitas ke dalam produk.
6. Perancangan, produksi dan pengendalian kualitas produk.
22
Penerapan QFD akan mengurangi waktu desain sebesar 40% dan biaya desain
sebesar 60% secara bersamaan dengan dipertahankan dan ditingkatkannya kualitas
perusahaan yang akan meningkatkan kualitas dan produktivitasnya, antara lain :
1. Fokus pada pelanggan.
Organisasi TQM merupakan organisasi yang berfokus kepada pelanggan. QFD
memerlukan masukkan dan umpan balik dari pelanggan. Informasi tersebut
kemudian diterjemahkan ke dalam persyaratan pelanggan yang spesifik. Kinerja
organisasi dan pesaing dalam memenuhi persyaratan tersebut dipelajari dan
diteliti, sehingga organisasi (perusahaan) dapat mengetahui sejauh mana
perusahaan dan pesaingnya memenuhi kebutuhan pelanggan.
2. Efisiensi Waktu.
QFD dapat mengurangi waktu pengembangan produk, karena memfokuskan pada
persyaratan pelanggan yang spesifik dan telah diidentifikasi dengan jelas.
3. Orientasi Kerjasama Tim (Team Work Oriented)
QFD merupakan pendekatan kerjasama tim. Semua keputusan dalam proses
didasarkan pada konsesus dan dicapai melalui diskusi mendalam dan
brainstorming. Oleh karena itu setiap individu memahami posisi yang paling tepat
dalam proses tersebut, sehingga pada gilirannya hal ini dapat mendorong
kerjasama tim yang lebih baik.
4. Orientasi pada Dokumentasi.
Salah satu produk yang dihasilkan pada proses QFD adalah dokumen
komprehensif mengenai semua data yang berhubungan dengan segala proses yang
ada dan perbandingannya dengan persyaratan pelanggan. Dokumentasi ini
23
berubah secara konstan apabila ada informasi baru yang dipelajari dan informasi
lama yang disingkirkan. Informasi yang up to date mengenai persyaratan
pelanggan dan proses internal sangat berguna jika terjadi turn over.
2.1.11 Struktur dan Proses QFD
Analogi yang paling sering digunakan untuk menggambarkan struktur QFD adalah
suatu matriks yang berbentuk rumah atau disebut house of quality.
2Technical Response
(Substitute Quality Characteristics)
4Relationships
(Impact of technical response oncustomer needs & benefit)
1Customer needs
and benefits
3Planning matrix
(Market research &strategic planning)
5Technical Matrix- Technical response priorities- Competitive technicals benchmarks- Technical targets
6
Technical Correlations
Gambar 2.4 Gambar House of Quality
24
Angka-angka pada matriks tersebut merupakan urutan pengisian matriks, antara
lain :
Komponen 1 (tembok rumah sebelah kiri), berisikan daftar kebutuhan dan keinginan
konsumen. Biasanya daftar tersebut didapat dari hasil riset pasar yang bersifat
kualitatif.
Komponen 2 (plafon atau langit-langit rumah), berisikan bahasa teknik dari
perusahaan suatu pendeskripsian mengenai produk atau pelayanan yang direncanakan
akan dikembangkan. Biasanya dikembangkan dari keinginan pelanggan.
Komponen 3 (tembok rumah sebelah kanan), berisikan tindakan-tindakan yang akan
dilakukan oleh perusahaan mengenai perbaikan yang dibutuhkan dalam proses
pemanufakturan, tingkat kepuasaan pelanggan terhadap produk dari perusahaan dan
dari pesaing yang sekarang sedang beredar.
Komponen 4 (bagian tengah rumah), berisikan mengenai penilaian tim pengembang
mengenai tingkat hubungan masing-masing antara komponen 1 dan komponen 2.
Komponen 5 (bagian bawah rumah), berisikan mengenai hasil perhitungan
berdasarkan tingkat kepentingan konsumen dari komponen 1 dengan tingkat hubungan
dari komponen 4, dan juga mengenai target kemampuan teknik dari komponen 2, juga
perbandingan dengan kemampuan teknik dari pesaing.
Komponen 6 (atap rumah), berisikan mengenai tingkat kepentingan dari hubungan-
hubungan antar elemen dari komponen 2.
Ada beberapa alat yang biasa digunakan dalam melaksanakan proses QFD. Alat-
alat itu mencakup alat-alat yang spesifik untuk QFD dan alat-alat yang digunakan
dalam penerapan TQM, misalnya diagram sebab akibat, flowchart, diagram pareto,
25
run chart, histogram, scatter diagram, dan control chart, sedangkan alat-alat yang
spesifik untuk QFD adalah sebagai berikut :
1. Diagram afinitas.
Suatu metode brainstorming yang digunakan untuk mengelompokkan data yang
kualitatif menjadi ide-ide yang terstruktur. Alat ini sangat bermanfaat dalam
mengatasi rintangan yang timbul akibat kegagalan masa lalu dan membantu orang
meninggalkan paradigma lama yang dapat menghambat penemuan baru. Proses
kreaktif dalam diagram afinitas tersusun dalam struktur tertentu dimana semua
anggota tim mendiskusikan, memperbaiki dan mempengaruhi ide-ide yang
diajukan.
Diagram afinitas paling sesuai digunakan jika dalam kondisi :
- Bila isu yang dihadapi sangat kompleks dan fakta-fakta yang diketahui
terorganisasi.
- Bila diperlukan usaha untuk membangkitkan proses pemikiran, mengatasi
paradigma masa lalu yang telah mendarah daging dan melupakan kenangan
mental yang tidak menyenangkan karena kegagalan solusi masa lalu.
- Bila dibutuhkan konsesus atas solusi masa lalu.
2. Tree Diagram.
Menggambarkan tugas-tugas yang perlu dilakukan agar dapat memecahkan
masalah yang dihadapi.
26
3. The Matrix Diagram.
Diagram untuk menandakan adanya hubungan antar sekelompok item yang
kesemuanya memiliki sebuah topik utama yang sama dengan sekelompok item
lain yang memiliki topik utama yang lain.
4. The Prioritization Matrix.
Merupakan perluasan dari diagram matrix. Dengan diagram ini dapat diketahui
tingkat hubungan antar sekelompok item dengan kelompok item lainnya yang
sedang dibandingkan. Dengan memberikan pembobotan untuk tiap-tiap hubungan
dapat diketahui tingkat kepentingan sekelompok item terhadap sekelompok item
lainnya yang sedang dibandingkan.
Unsur terpenting dalam QFD adalah informasi dari pelanggan. Informasi dari
pelanggan dapat dikelompokkan menjadi :
1. Informasi kuantitatif.
Merupakan informasi yang dapat diukur bila informasi dikumpulkan dari
pelangggan, maka perlu dibentuk mekanisme sedemikian rupa sehingga data
bersifat kuantitatif. Biasanya didapat dengan mengadakan survai atau polls.
2. Informasi kualitatif.
Bersifat subjektif dan tidak dapat diukur secara pasti karena informasi ini biasanya
bersifat pendapat dan preferensi. Informasi kualitatif dapat dibagi menjadi 2, yaitu
:
27
a. Proactive mode.
Informasi yang disengaja dicari oleh perusahaan. Pencarian informasi dapat
berbentuk focus group, one-on-one interview, survai kepuasan pelanggan test
terhadap potensial.
b. Reactive mode.
Informasi yang diperoleh perusahaan tanpa mencari atau memintanya.
Biasanya informasi ini berasal dari keluhan-keluhan konsumen dan dapat juga
berupa surat penghargaan yang diberikan oleh konsumen yang merasa puas
dengan produk dari perusahaan.
Menurut Griffin dan Hauser ada 3 metode yang biasa digunakan untuk
mengumpulkan data acak dari pelanggan, yaitu :
1. Interviews.
Satu atau lebih anggota tim pengembangan memerlukan diskusi dengan pelanggan
tunggal. Interviews biasanya dilakukan dalam lingkungan pelanggan dan
berlangsung selama 1 sampai 2 jam.
2. Focus group.
Moderator menyiapkan diskusi selama 2 jam dengan sebuah kelompok yang terdiri
dari 8 sampai 12 orang pelanggan. Focus group biasanya diadakan didalam
ruangan khusus yang dilengkapi dengan kaca 2 arah, dihadapkan dengan beberapa
anggota tim pengembangan untuk mengamati kelompok tersebut.
3. Observing the product in use.
Mengamati pelanggan menggunakan produk yang ada atau melakukan tugas untuk
produk baru yang diharapkan dapat menyatakan perincian yang penting
28
tentang kebutuhan pelanggan. Pengamatan mungkin pasif sama sekali tanpa
interaksi langsung dari pelanggan, atau mungkin melibatkan pekerjaan yang
berdampingan dengan pelanggan. Anggota-anggota dari tim pengembangan
diperbolehkan untuk mengembangkan pengalaman menggunakan produk.
Riset oleh Griffin dan Hauser menunjukkan bahwa sebuah focus group selama 2
jam menunjukkan hasil yang kurang lebih sama dengan 2 kali interview masing-
masing selama 1 jam. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut :
020406080
100120
1 2 3 4 5 6 7 8 9
number of interviews or groups
perc
ent n
eeds
id
entif
ied
one-on-one interview (1 hour) focus group (2 hour)
Gambar 2.5 Gambar Presentasi Kebutuhan Konsumen
29
Dalam QFD terdapat 4 tahap, sebagai berikut
Tabel 2.1 Tabel Tahap-tahap dalam QFD dan alat-alat pendukung
Quality Function Deloyment Phase Tools, Technique and Sources of Information
Phase 1 : Production Planning
- Determine customer requirements.
- Translate customer requirements into design
requirements.
- Customer surveys, interview, focus grous, etc.
- Warranty records, customer complaint records.
- Regulatory requirements.
- Competitive benchmarking.
- Fishbone diagram.
Phase 2 : Product Design
- Develop alternative process design concepts.
- Evaluate each concept; choose the best one.
- Examine the relationship between each
product part and design requirements.
- Identify the critical part characteristic.
- Competitive benchmarking; engineering assessment
of competitor product design.
- Tanaka’s functional evaluation system.
- Fault tree analysis.
- Failure mode effects and criticality analysis.
- Taguchi methods.
Phase 3 : Process Planning
- Develop alternative process concepts.
- Evaluate each concept; choose the best one.
- Examine the relationship between process
parameters and critical part characteristics.
- Identify the critical process parameters.
- Master flow diagram.
- Taguchi methods.
- Fault tree analysis.
- Failure mode effects and criticality analysis.
Phase 4 : Process Control Planning
- Develop specific production process controls,
training requirements.
- Statistical process control (control chart).
- Foolproof mechanism (poka yoke).
- Operating instruction sheets.
- Preventive maintenance schedules.
2.1.12 Implementasi
Proses implementasi QFD harus sistematis. Langkah-langkah yang biasa digunakan
adalah sebagai berikut :
1. Membentuk tim proyek.
Anggota tim sebaiknya orang-orang yang telah berpengalaman pada bidangnya
dan diambil dari tiap-tiap bagian perusahaan. Oleh sebab itu dukungan dari tiap-
30
tiap bagian perusahaan sangat diperlukan dalam pembentukkan tim proyek, karena
merupakan kunci kesuksesan. Perlu diperhatikan juga jumlah anggota tim proyek,
semakin banyak anggota, maka semakin banyak waktu yang diperlukan karena tim
yang lebih kecil akan dapat memproses data lebih cepat.
2. Menyusun prosedur pemantauan.
Manajemen perlu memantau setiap kemajuan yang dicapai tim proyek. Agar
pemantauan dapat dilakukan dengan baik, maka dibutuhkan perencanaan dan
pengembangan prosedur pemantauan. Ada 3 pertanyaan yang perlu dijawab dalam
melakukan hal tersebut, yaitu :
a. Apa yang akan dipantau ?
b. Bagaimana memantaunya ?
c. Berapa kali frekuensi pemantauannya ?
3. Memilih proyek.
Pada awalnya sebaiknya dimulai dengan proyek perbaikan atau penyempurnaan
daripada proyek pengembangan produk baru. Proyek perbaikan memiliki
keuntungan berapa tersedianya informasi mengenai produk yang sudah ada dan
telah ada pengalaman yang berhubungan dengan produk yang bersangkutan bila
tim QFD baru menangani produk baru, maka setiap anggota tim akan menghadapi
banyak hal baru, yaitu mengenai QFD itu sendiri, informasi dari pelanggan, serta
informasi mengenai produk yang akan dikembangkan.
4. Menyelenggarakan pertemuan untuk memulai QFD.
Merupakan pertemuan tim secara resmi, dimana ada beberapa hal yang perlu
dikerjakan, yaitu :
31
a. Mengusahakan agar semua peserta memahami misi tim proyek tersebut.
b. Mengupayakan agar semua peserta memahami peranan masing-masing dan
peranan rekan-rekannya.
c. Menyusun parameter-parameter (lamanya, waktu, dan frekuensi pertemuan).
5. Melatih tim.
Semua anggota tim harus diberi pelatihan asas dan fundamental QFD, anggota tim
perlu mempelajari cara menggunakan berbagai alat kualitas dan alat-alat spesifik
seperti diagram afinitas, interrelationship diagram, tree diagram, dan diagram
matriks.
6. Mengembangkan matriks-matriks.
Bila setiap anggota tim telah memahami QFD, alat-alat QFD, dan format suatu
matriks QFD, maka proses pengembangan matriks dapat dimulai.
2.1.13 Pembentukan Matriks QFD
Tahap-tahap pembentukan matriks QFD, antara lain :
1. Identifikasi kebutuhan-kebutuhan konsumen (bisa didapatkan melalui wawancara
atau dengan kuisioner) sehubungan dengan karakteristik dan produk yang
diinginkan. Susun semua keinginan dalam suatu daftar dengan memperhatikan
kebutuhan-kebutuhan dasar yang biasanya terabaikan. Identifikasi juga hal-hal
yang tidak disukai oleh pelanggan. Kelompokkan daftar kebutuhan tersebut
menjadi kebutuhan-kebutuhan primer, sekunder, bahkan tersier.
2. Kebutuhan-kebutuhan tersebut kemudian diberi bobot berdasarkan kepentingan
oleh konsumen itu sendiri, tingkat kepentingan konsumen memiliki skala 1
32
sampai 5, dimana nilai 5 menunjukkan bahwa karakteristik yang ada sangat
dibutuhkan dan karakteristik tersebut harus ada pada produk yang diinginkan.
Tingkatan ini menurun seiring dengan menurunnya nilai yang diberikan, dimana
nilai 1 berarti karakteristik tersebut tidak harus ada pada produk tersebut.
3. Menterjemahkan kebutuhan-kebutuhan tersebut ke dalam kebutuhan-kebutuhan
desain, yang dapat diketahui kualitas dan kuantitasnya untuk menghasilkan produk
sesuai dengan karakteristik yang diinginkan. Susunlah kebutuhan-kebutuhan
desain tersebut ke dalam kelompok-kelompok tertentu.
4. Menentukan hubungan-hubungan yang terjadi antara kebutuhan konsumen (whats)
dan kebutuhan desain (hows), dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Tidak ada hubungan (tidak ada lambang; bobot = 0).
Menunjukkan banyak perubahan atau sedikit perubahaan kuantitas atau
kualitas HOWs tidak mengakibatkan terjadinya perubahaan pada tingkat
kepuasaan konsumen yang berarti.
b. Hubungan yang lemah (lambang ∆; bobot = 1)
Menunjukkan bahwa perubahan besar pada kuantitas atau kualitas HOWs
mengakibatkan sedikit atau tidak ada perubahaan pada tingkat kepuasaan
konsumen.
c. Hubungan yang sedang (lambang ○; bobot = 3)
Menunjukkan bahwa perubahan besar pada kuantitas atau kualitas HOWs
mengakibatkan perubahaan pada tingkat kepuasaan konsumen yang cukup
berarti, tetapi tidak banyak.
33
d. Hubungan yang kuat (lambang ●; bobot = 9)
Menunjukkan bahwa sedikit perubahan pada kuantitas atau kualitas HOWs
mengakibatkan terjadinya perubahaan yang significant pada tingkat kepuasaan
konsumen.
5. Menjabarkan nilai-nilai target dari kebutuhan desain, yang mana nilai ini
merupakan suatu nilai unit pengukuran (measurement unit) yang berhubungan
dengan kebutuhan desain yang dapat dihasilkan oleh perusahaan. Tingkat kesulitan
perusahaan dalam memenuhi target, dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Paling mudah (1).
Dalam merealisasikan tidak terdapat kendala yang berarti.
b. Mudah (2).
Timbul kendala yang masih mudah diatasi.
c. Cukup sulit (3).
Cukup sulit dalam merealisasikan karena timbul kendala yang sulit dan
banyak.
d. Sulit (4).
Sulit dalam merealisasikan karena terdapat kendala-kendala seperti variabel
teknis yang tidak dapat dikontrol.
e. Sangat sulit (5).
Paling sulit direalisasikan, bahkan ada kemungkinan tidak dapat dilakukan
karena biasanya kendala yang dihadapi merupakan efek samping teknologi
yang digunakan.
34
6. Nilai-nilai target dapat meningkat atau menurun sesuai dengan pengembangan
yang dilakukan untuk menunjukkan peningkatan atau penurunan dari nilai target
digunakan tanda panah. Bila pengembangan pada target tidak sesuai dan target
terbaik merupakan gambaran nominal, maka representasinya menggunakan ○.
↑ berarti semakin besar semakin baik.
↓ berarti semakin kecil semakin baik.
○ berarti nominal adalah yang terbaik.
7. Menunjukkan korelasi yang terjadi antara setiap kebutuhan desain. Adapun
penjabatannya, sebagai berikut :
a. Korelasi yang sangat positif (simbol ●).
Menunjukkan perubahaan yang terjadi pada satu kebutuhan desain dapat
langsung memberikan dampak positif terhadap kebutuhan desain yang lain.
b. Korelasi yang positif (simbol ○).
Menunjukkan perubahaan yang terjadi pada satu kebutuhan desain dapat
langsung memberikan dampak positif terhadap kebutuhan desain yang lainnya
dengan kadar yang lebih rendah.
c. Korelasi yang negatif (simbol ν).
Menunjukkan perubahaan yang terjadi pada satu kebutuhan desain dapat
langsung memberikan dampak negatif terhadap kebutuhan desain yang lainnya
dengan kadar yang lebih rendah daripada korelasi yang sangat negatif.
35
d. Korelasi yang sangat negatif (simbol ٱ).
Menunjukkan perubahaan yang terjadi pada satu kebutuhan desain dapat
langsung memberikan dampak negatif terhadap kebutuhan desain yang
lainnya.
8. Kebutuhan-kebutuhan konsumen tersebut kemudian dibandingkan dengan pesaing
dan hasilnya diranking oleh konsumen. Hal ini untuk mengetahui posisi kita
terhadap pesaing. Apakah kita lebih unggul atau lebih buruk. Garis putus-putus
menggambarkan posisi kita terhadap pesaing.
9. Membandingkan setiap HOWs dengan suatu benchmark kompetitif secara teknis.
Akan terdapat korelasi antara dua penilaiaan kompetitif ini, apa yang terlihat lebih
baik pada keinginan konsumen akan berkorelasi.
10. Dengan melakukan perhitungan matematis dengan mengganti lambang-lambang
dengan nilai bobotnya, maka keseluruhan penilaiaan dapat disusun berdasarkan
kepentingan relatif dari setiap kebutuhan konsumen. Nilai relatif yang didapat
merupakan tingkat kepentingan yang harus diperhatikan oleh pihak perusahaan
terhadap setiap kebutuhan desain primer yang ada, dimana kebutuhan desain yang
memiliki nilai lebih tinggi harus mendapat prioritas untuk pengembangan produk.
Perhitungannya adalah sebagai berikut, untuk setiap kolom, kalikan nilai tingkat
kepentingan pelanggan dengan setiap nilai masukkan yang berhubungan dengan
bobotnya masing-masing. Total setiap kolom akan menghasilkan nilai absolut,
nilai absolut yang dikonversikan dalam persen (%) dari nilai-nilai absolut.
36
2.2 Kerangka Pemikiran
House of Quality
Karakteristik pelayanan yangdiharapkan dari konsumen dan
perusahaan
Keinginan Konsumen,(Dimensi SERQUAL) :- Tangibles- Reliability- Responsiveness- Assurance- Emphaty
Substitute QualityCharacteristics(Karakteristik
pelayanan yangditawarkan oleh
perusahaan)
Membandingkan danmengkombinasikan antarakeinginan konsumen dankarakteristik perusahaan
Menganalisa karakteritikpelayanan tersebut
Ya
Peningkatan kualitas pelayanan
Tidak
Meningkat ?
Memberikankarakteristik pelayanan
yang baru
Gambar 2.6 Gambar Diagram Aliran Proses
Input dari aliran proses tersebut ada dua, yaitu sebagai berikut :
1. Dari Keinginan Konsumen (Dimensi SERQUAL).
a. Tangibles atau bukti fisik, seperti tersedianya teknisi yang handal, kelengkapan
peralatan yang digunakan oleh teknisi tersebut.
37
b. Reliability atau keandalan, seperti adanya kesesuaian pelaksanaan service
dengan jadwal yang telah disepakati.
c. Responsiveness atau ketanggapan, seperti kecepatan dalam menyelesaikan
suatu service, kecepatan teknisi dalam menanggapi keluhan yang disampaikan
pelanggan.
d. Assurance atau jaminan, seperti kemampuan teknisi terhadap pelanggan
(sopan, sabar, dan ramah), kemampuan service center dalam menanggapi
pelanggan.
e. Emphaty, seperti adanya tanggung jawab teknisi terhadap pelayanan yang telah
dilakukan.
2. Karakteristik pelayanan yang ditawarkan, seperti peningkatan jumlah teknisi yang
handal, sistem penjadwalan service yang baik, pengadaa pelatihan terhadap teknisi
yang ada.
Input-input yang telah diperoleh maka dilakukan suatu proses perbandingan dan
penggabungan antara keinginan konsumen dengan karakteristik perusahaan yang
ditawarkan dengan menggunakan metode house of quality atau rumah kualitas untuk
mendapatkan suatu karakteristik pelayanan yang diharapkan, karakteristik pelayanan
yang diperoleh kemudian dianalisa lebih lanjut untuk menghasilkan peningkatan
kualitas yang lebih baik, jika karakteritik yang dihasilkan belum baik maka
karakteristik tersebut diproses kembali dengan memberikan atau menambahkan
karakteritik pelayanan yang baru sampai mendapatkan hasil yang lebih baik.