bab 1 kiah

13
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kualitas tenaga kesehatan ditentukan oleh kualitas lulusan pendidikan kesehatan khususnya keperawatan, dimana keperawatan merupakan salah satu unsur tenaga kesehatan yang memiliki peranan penting. Seseorang yang memilih profesi sebagai perawat memiliki motivasi yang berbeda-beda, sedangkan persepsi seseorang terhadap figur perawat akan mempengaruhi motivasi tersebut. Untuk meraih prestasi akademik yang baik, banyak orang yang berpendapat perlunya mempunyai inteligensi yang tinggi sebagai bekal potensial yang akan memudahkan dalam belajar dan pada akhirnya menghasilkan prestasi yang optimal (Adriani, 2010). Keberhasilan belajar mahasiswa dapat dilihat dari prestasi belajarnya. Keunggulan prestasi belajar selalu menjadi penilaian utama masyarakat terhadap suatu instansi atau lembaga pendidikan. Hal ini tidak terlepas dari keberhasilan pelaksanaan proses belajar 1

Upload: zul-rahmansyah

Post on 14-Dec-2015

217 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

sd

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 1 KIAH

BAB 1PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kualitas tenaga kesehatan ditentukan oleh kualitas lulusan pendidikan

kesehatan khususnya keperawatan, dimana keperawatan merupakan salah satu

unsur tenaga kesehatan yang memiliki peranan penting. Seseorang yang memilih

profesi sebagai perawat memiliki motivasi yang berbeda-beda, sedangkan persepsi

seseorang terhadap figur perawat akan mempengaruhi motivasi tersebut. Untuk

meraih prestasi akademik yang baik, banyak orang yang berpendapat perlunya

mempunyai inteligensi yang tinggi sebagai bekal potensial yang akan

memudahkan dalam belajar dan pada akhirnya menghasilkan prestasi yang optimal

(Adriani, 2010).

Keberhasilan belajar mahasiswa dapat dilihat dari prestasi belajarnya.

Keunggulan prestasi belajar selalu menjadi penilaian utama masyarakat terhadap

suatu instansi atau lembaga pendidikan. Hal ini tidak terlepas dari keberhasilan

pelaksanaan proses belajar mengajar. Prestasi belajar menentukan berhasil

tidaknya pendidikan, karena itu prestasi memiliki fungsi sebagai indikator

kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai. Fungsi prestasi juga dapat menentukan

suatu kualitas dalam dunia pendidikan, karena dengan prestasi akan dapat

diketahui seberapa besar mutu dan kualitas yang dimiliki oleh mahasiswa maupun

instansi pendidikan. Prestasi belajar tidak akan tercapai tanpa adanya faktor-faktor

yang mendukung baik dari faktor eksternal maupun internal. Dosen sebagai

pendidik merupakan salah satu faktor eksternal yang dapat mempengaruhi hasil

belajar siswa (Yuliarti, 2012)

1

Page 2: BAB 1 KIAH

2

Menurut Dalyono (2009) faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

adalah faktor yang berasal dari internal (berasal dari dalam diri mahasiswa) dan

eksternal (dari luar diri mahasiswa). Faktor yang berasal dari internal meliputi

kesehatan, inteligensi dan bakat, minat dan motivasi, dan cara belajar. Sedangkan

faktor eksternalnya adalah keluarga (pendidikan orangtua, besar kecilnya

penghasilan, dll), sekolah (kualitas pengajar, metode mengajar, keadaan ruangan

dll), masyarakat, dan lingkunngan sekitar.

Dosen yang profesional adalah dosen yang memiliki kompetensi

(kemampuan sesuai dengan wewenang) yang dipersyaratkan untuk melakukan

tugas pendidikan dan pengajaran. Dosen diharapkan bukan hanya sebatas

menjalankan profesinya, tetapi harus memiliki keterpanggilan untuk melaksanakan

tugasnya dengan melakukan perbaikan kualitas pelayanan terhadap mahasiswa

dari segi intelektual dan kompetensi profesional lainnya yang akan menunjang

perbaikan dan pelaksanaa kegiatan belajar mengajar dan akan menghasilkan

prestasi yang baik bagi mahasiswanya.

Sebagai seorang ilmuwan dosen juga dituntut untuk menguasai suatu

bidang keahlian atau profesi tertentu. Tetapi sebagai dosen, dituntut untuk

menguasai keahlian atau profesi kedua, yaitu sebagai dosen, pembimbing, pelatih

dan pembina, yang harus mampu membelajarkan para peserta didik/mahasiswa,

sehingga terjadi transformasi nilai, sikap dan kemampuan pada diri mereka. Tugas

pembelajaran ini merupakan suatu tugas profesional sebagai dosen

(Syafruddin,2010)

Page 3: BAB 1 KIAH

3

Menurut Miarso (2006) didalam Suharto (2011) bahwa di Amerika

Serikat, program pengembangan profesionalisme dosen mulai mendapat perhatian

sejak pertengahan tahun 60-an yang dikenal dengan istilah faculty development.

Program itu muncul setelah ditemukannya anomali, yaitu bahwa pengajaran di

perguruan tinggi telah berlangsung secara tidak efektif, bahkan terkadang

diberikan tanpa kewenangan. Sebagian besar mahasiswa merasa resah disebabkan

oleh pengajaran yang kurang baik, dan kepentingan mahasiswa telah diabaikan.

Demikian pula di Eropa, program pengembangan tenaga dosen sudah

berlangsung sejak permulaan tahun 70-an. Langkah-langkah yang ditempuh

masing-masing perguruan tinggi dalam program pengembangan tersebut tidak

seragam. Dalam skala lokal di beberapa universitas di Eropa terdapat pusat-pusat

pengembangan profesionalisme dosen. Namun secara umum pada level Eropa,

program tersebut dijalankan secara terpadu. Negara-negara Eropa sepakat

membentuk sebuah pusat pengembangan profesi dan peningkatan kualitas dosen

perguruan tinggi. Selain itu juga terdapat semacam jaringan organisasi jaminan

mutu dosen perguruan tinggi yang meliputi seluruh negara Eropa. Program

pengembangan mutu dosen juga telah dikenal di Indonesia sejak tahun 70-an.

Beberapa perguruan tinggi telah menyelenggarakan kegiatan yang termasuk dalam

kategori pembinaan dosen, seperti penataran khusus untuk semua dosen baru.

Bahkan universitas-universitas tertentu mendirikan pusat pelatihan staf dosen dan

menyelenggarakan kegiatan-kegiatan pembinaan dosen dalam level regional

maupun nasional (Suharto, 2011).

Page 4: BAB 1 KIAH

4

Data yang dimiliki Litbang Depdiknas didalam Suharto (2011)

menunjukkan, dari 120.000 dosen tetap PTS Dan PTN di Indonesia, masih ada

50,56 persen atau sekitar 60.000 diantaranya belum berpendidikan S2 atau baru

S1. Data lain juga menunjukkan jumlah seluruh dosen di PTN sebanyak 240.000

orang, 50 persen diantaranya belum memiliki kualifikasi pendidikan setara S2.

Diantara jumlah tersebut baru 15 persen dosen yang bergelar doktor. Jika

dibandingkan dengan perguruan tinggi di Malaysia, Singapura, dan Filipina yang

jumlah doktornya mencapai angka 60 persen lebih, maka tampak dosen

diperguruan tinggi Indonesia masih jauh tertinggal ( Nursyam, 2006) .

Dalam suatu penilaian tingkat kompetensi profesional, dapat juga di

pengaruhi oleh bermacam-macam keadaan lain seperti kompetensi pengajaran

atau yang lebih dikenal dengan kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian

seorang dosen tersebut, dan kompetensi sosial. Dari bermacam kompetensi sangat

memungkinkan akan berpengaruh terhadap kompetensi profesionalisme seorang

dosen (Za-in, 2010).

Profesionalisme tenaga pengajar tampak pada empat indikator yang

terfokus pada perguruan tinggi yaitu : penguasaan bidang kepakaran dan

pemahaman teori-teori pendidikan serta aplikasinya pada pembelajaran dewasa

(andragogi), penerapan pengetahuan kependidikan pada proses belajar mengajar

tingkat universitas, mempraktekkan otonomi pengajaran secara akuntabel, dan

tumbuhnya etos profesional di lingkungan kampus (Suharto, 2011).

Menurut Nursyam (2013) sertifikasi dosen bertujuan menilai

profesionalisme dosen, guna meningkatkan mutu pendidikan. Sesuai Undang-

Page 5: BAB 1 KIAH

5

Undang RI No 12 tahun 2012 tentang pendidikan tinggi , juga peraturan

pemerintah nomor 47 tahun 2007 tentang sertifikasi, diketahui sertifikasi dosen

memang sangat diperlukan. Setelah keluarnya Undang-Undang RI No 12 tahun

2012 Program sarjana wajib memiliki Dosen yang berkualifikasi akademik

minimum lulusan program magister (S2) atau sederajat.

Problem yang dialami hampir oleh semua perguruan tinggi adalah zigzag

kepakaran akibat lemahnya kepatuhan terhadap bidang studi. Banyak tenaga

pengajar yang memiliki gelar S1, S2, dan S3 dalam disiplin yang berbeda.

Memang yang bersangkutan menjadi seorang generalis, mengetahui banyak hal

namun dangkal. Profesionalisme tenaga pengajar juga mesti akuntabel di mata

kolega dan legawa jika dinilai oleh mahasiswanya (Syafruddin, 2010)

Hasil studi Komang (2013) menunjukkan bahwa dari 122 sampel

mahasiswa, ia menemukan kompetensi profesional dan kinerja dosen berpengaruh

terhadap indeks prestasi kumulatif mahasiswa sebesar 47,2%. Untuk lebih

meningkatkan kompetensi profesional mahasiswa, salah satu upaya yang

dilakukan perlu dilakukan adalah meningkatkan kompetensi profesional dosen

melalui pendidikan formal ataupun nonformal sesuai dengan tuntutan Undang-

undang No. 14/2005.

Menurut penelitian yang dilakukan Metri (2011), bahwa peningkatan atau

penurunan prestasi belajar 72,9% dipengaruhi oleh profesionalisme dosen dan

menurut peneliti hasil ini cukup besar sebab ada banyak faktor lain yang

mempengaruhi hasil belajar. Dan faktor lain yang mempengaruhi hasil belajar

hanya 20,8 % saja.

Page 6: BAB 1 KIAH

6

Salah satu mata kuliah keperawatan yang diberikan di STIKes Flora

Medan adalah mata kuliah Kebutuhan Dasar Manusia (KDM). Mata kuliah KDM

merupakan mata kuliah yang wajib dipahami bagi semua mahasiswa S1

Keperawatan dan harus memiliki kompetensi pada mata kuliah tersebut. Mata

kuliah KDM ada tiga macam yaitu KDM 1 dan KDM 2 yang merupakan teori

serta KDM 3 yang merupakan praktikum. Dari hasil rekap nilai mata kuliah KDM

pada mahasiswa angkatan 2012-2013 sebanyak 39 orang diperoleh nilai A

sebanyak 1 orang, nilai B 6 orang, nilai C 24 orang, nilai D 3 orang, dan nilai E 4

orang pada mata kuliah KDM 1 . Pada mata kuliah KDM 2 mahasiswa yang

memperoleh nilai A sebanyak 11 orang, nilai B 26 orang, nilai C dan D tidak ada,

dan nilai E 2 orang. Kemudian pada mata kuliah KDM 3 mahasiswa yang

memperoleh nilai A sebanyak 6 orang, nilai B 38 orang, nilai C, D, dan E yang

merupakan nilai gagal sebanyak 15 orang Penelitian ini mengarah kepada

kemampuan mahasiswa dalam mata kuliah KDM berdasarkan fenomena

bervariasinya nilai prestasi mahasiswa.

Berdasarkan survey awal yang dilakukan kepada 15 orang mahasiswa

terdapat 12 mahasiswa mengatakan sulit memahami mata kuliah KDM karena cara

berinteraksi dosen kepada mahasiswa saat mengajar berbeda antara mahasiswa

yang pintar dengan yang bodoh dan 3 orang mengatakan bahasa dosen dalam

menjelaskan materi KDM sulit dipahami. Dan dari 15 mahasiswa yang disurvey

ada 14 orang yang mengatakan tidak semua cara mengajar dosen KDM mudah

dipahami dan 1 orang mengatakan cara setiap dosen KDM mengajar mudah

dipahami.

Page 7: BAB 1 KIAH

7

Dosen mata Kuliah KDM masih ada yang belum melewati jenjang

pendidikan S2 yang merupakan dosen yang tidak profesional menurut PP RI No

12 Tahun 2012 karena tidak berkompeten (memiliki kemampuan sesuai

wewenang) dalam memberikan mata kuliah KDM. Berdasarkan uraian masalah di

atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan

Profesionalisme Dosen Dengan Prestasi Belajar Mahasiswa Dalam Mata Kuliah

KDM di STIKes Flora Medan”

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti menyimpulkan rumusan masalah

dalam penelitian ini : Apakah ada hubungan profesionalisme dosen dengan

prestasi belajar mahasiswa S1 Keperawatan dalam mata kuliah KDM di STIKes

FLORA Medan?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Untuk mengidentifikasi profesionalisme dosen Prodi S1 Keperawatan pada

mata kuliah KDM di STIKes Flora Medan

1.3.2 Untuk mengidentifikasi prestasi belajar mahasiswa S1 Keperawatan pada

mata kuliah KDM di STIKes Flora Medan

1.3.2 Untuk mengetahui hubungan profesionalisme dosen dengan prestasi belajar

mahasiswa S1 Keperawatan pada mata kuliah KDM di STIKes Flora

Medan

Page 8: BAB 1 KIAH

8

1.4 Hipotesa

Adapun Hipotesa yang dapat diangkat dalam penelitian ini adalah adanya

hubungan profesionalisme dosen dengan prestasi belajar mahasiswa S1

Keperawatan pada mata kuliah KDM di STIKes Flora Medan.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan ataupun acuan untuk

pengembangan ilmu khususnya hubungan profesionalisme dosen dengan prestasi

belajar mahasiswa S1 Keperawatan pada mata kuliah KDM 1 di STIKes Flora

Medan

1.5.2 Bagi Tenaga Pengajar

Bahan masukan untuk meningkatkan profesionalisme dosen dalam

meningkatkan prestasi belajar mahasiswa pada mata kuliah KDM.

1.5.3 Bagi Penelitian Keperawatan

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan informasi dan

pengembangan bagi penelitian sejenis yang berkelanjutan tentang profesionalisme

dosen dan prestasi belajar mahasiswa pada mata kuliah KDM.

1.5.4 Bagi Peneliti

Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan mengenai profesionalisme

dosen dan hubungannya dengan prestasi belajar mahasiswa pada mata kuliah

keperawatan KDM.