bab per bab 1

Upload: riandymariskaroefyanii

Post on 06-Jul-2015

566 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air merupakan sumber kehidupan, setiap makhluk hidup membutuhkan air untuk kelangsungan hidupnya. Manusia membutuhkan air untuk minum, mandi mencuci dan keperluan lainya. Pentingya peranan air bagi manusia membuat pengadaanya harus memenuhi beberapa syarat, diantaranya sehat, bersih dan berkelanjutan. Ketiga syarat tersebut merupakan syarat mutlak yang harus di penuhi bagi instansi penyedia jasa layanan air bersih seperti Badan Pengolah Air Minum (BPAM). Penyediaan Air Bersih Pengadaan air bersih di Kota Taluk Kuantan dikelola oleh Badan Pengelola Air Minum (BPAM) Unit Taluk Kuantan. BPAM mengontrol, dan menyalurkan air ke rumah-rumah warga. Air baku yang diambil berasal dari Sungai Kuantan yang diolah dan diproses hingga menghasilkan air bersih dan didistribusikan melalui sistem perpipaan sampai ke konsumen. Seiring dengan perkembangan kota, secara otomatis jumlah penduduk disuatu kawasan juga akan meningkat. Begitu pula halnya yang akan terjadi dengan Kota Taluk Kuantan. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, kebutuhan penduduk akan air bersih secara otomatis juga akan mengalami peningkatan. Peningkatan jumlah kebutuhan air bersih tersebut harus sesuai dengan total produksi air bersih BPAM. Oleh karena itu, diperlukan sebuah evaluasi terhadap jumlah produksi air bersih di BPAM Unit Taluk Kuantan yang didasarkan pada kebutuhan akan air bersih penduduk Kota Taluk Kuantan yang mengalami peningkatan dimasa yang akan datang. 1.2. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Berapa besar jumlah penduduk Kota Taluk Kuantan tahun 2011 2025? 2. Berapa besar kebutuhan air bersih penduduk Kota Taluk Kuantan tahun 2011 2025?

2

3. Di tahun berapakah debit produksi BPAM Unit Taluk Kuantan tidak lagi mampu mencukupi kebutuhan air bersih penduduk Kota Taluk Kuantan akibat meningkatnya jumlah penduduk di kota tersebut ? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: 1. Memprediksi jumlah penduduk Kota Taluk Kuantan di tahun 2011 2025. 2. Menentukan besar kebutuhan air bersih penduduk Kota Taluk Kuantan tahun 2011 2025. 3. Membandingkan jumlah kebutuhan air bersih penduduk Kota Taluk Kuantan dengan produksi air bersih BPAM Unit Taluk Kuantan di tahun 2011 2025. 4. Memberikan solusi apabila ditemukan ketidakstabilan antara jumlah produksi air bersih BPAM Unit Taluk Kuantan dengan kebutuhan penduduk Kota Taluk Kuantan akan air bersih. 1.4. Batasan Masalah Adapaun batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagau berikut : 1. Data jumlah penduduk yang digunakan adalah data jumlah penduduk lima tahun terakhir yaitu dari tahun 2006 2010 yang diperoleh Kantor Kecamatan Kuantan Tengah Kabupaten Kuantan Singingi. 2. Analisa kebutuhan air bersih BPAM untuk 15 tahun yang akan datang yaitu dari tahun 2011 sampai dengan 2025. 3. Analisa proyeksi jumlah penduduk Kota Taluk Kuantan 15 tahun mendatang menggunakan metode Geometrik. 1.5. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Mengetahi bagaimana cara menganalisa sistem pendistribusian jaringan air bersih di suatu kawasan.

3

2. Bagi BPAM Unit Kota Taluk Kuantan, penelitian ini dapat dijadikan pedoman atau bahan pertimbangan dalam mengevaluasi sistem jaringan pendistribusian air bersih untuk masyarakat Kota Taluk Kuantan. 3. Dapat dijadikan sebagai salah satu bahan masukan atau tambahan ilmu pengetahuan serta sebagai referensi untuk tulisan sejenis.

4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Penelitian ini menggunakan tinjauan pustaka dari penelitian-penelitian yang telah ada sebelumnya, yaitu : Deny (2010), Evaluasi Jaringan Pipa Distribusi Air Bersih PDAM Kab. Kampar Kota Bangkinang. Kota Bangkinang merupakan daerah berpenduduk terpadat di kabupaten Kampar. Kebutuhan air bersih sangat besar sehingga diperlukan suatu badan pengolahan air bersih untuk pendistribusian kepada masyarakat Bangkinang yang dalam hal ini dikerjakan oleh PDAM Kabupaten Kampar. Sumber air berasal dari sungai Kampar. Dalam penelitian ini, analisa kapasitas pipa menggunakan metode Hazen-William dan analisa proyeksi jumlah penduduk menggunakan metode Aritmatika. Dari hasil analisa diperoleh bahwa air yang mampu diproduksi oleh PDAM sebesar 10.368.000 liter/hari atau 120 liter/detik, cukup untuk memenuhi kebutuhan air bersih untuk Kota Bangkinang yang berjumlah 7.883.200,80 liter/hari atau 91,24 liter/detik tetapi tidak mampu mencukupi kebutuhan air bersih hingga tahun 2020 yang berjumlah 10.410.052,12 liter/hari atau 121,01 liter/detik. Masri (2010), Tinjauan Kebutuhan Air Bersih dan Pendistribusian Pada Perumahan Handayani Kelurahan Kampung Besar Kota Kecamatan Rengat. Dengan meningkat angka pertumbuhan penduduk dari tahun ke tahun di Perumahan Handayani, maka kebutuhan akan air bersih di perumahan tersebut juga meningkat. Untuk itu perlu adanya pendistribusian air bersih. Dalam penelitian ini, analisa proyeksi jumlah penduduk menggunakan metode Aritmatika dan perhitungan jumlah air yang disalurkan pada daerah distribusi pada tahun 2009 sampai 2020 dengan data jumlah penduduk pada tahun 2005 s/d 2009 dan kelayakan diameter pipa menggunakan metode Hazen-William. Dari hasil analisa diperoleh bahwa ketersediaan debit air yang mampu diproduksi PDAM Tirta Indra adalah sebesar 172800 liter/hari, cukup untuk memenuhi kebutuhan air bersih hingga tahun 2014 dengan debit sebesar 120999,74 liter/hari.

5

Namun pada tahun 2017-2020, kapasitas debit air yang diproduksi PDAM tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan air bersih untuk perumahan Handayani. Ardino (2009), "Tinjauan Pendistribusian Air Bersih pada Kelurahan Air Molek Kabupaten Indragiri Hulu. Kelurahan Air Molek Kabupaten Indragiri Hulu merupakan pusat kota dan memiliki jumlah penduduk yang sangat padat sehingga kebutuhan air bersihnya sangat besar pula. Pendistribusian air bersih di kelurahan ini dikelola seluruhnya oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Indragiri Hulu Cabang Air Molek. Dalam penelitian ini, analisa proyeksi jumlah penduduk menggunakan metode Aritmatika dan perhitungan jumlah air yang disalurkan pada daerah distribusi pada tahun 2007 sampai 2020 dan kelayakan diameter pipa menggunakan metode Hazen-William. Dari hasil analisa diperoleh bahwa air yang mampu diproduksi oleh PDAM sebesar 982.453,40 liter/hari artinya dapat memenuhi jumlah air yang disalurkan pada tahun 2007 yaitu sebesar 786.441,60 liter/detik. Namun pada tahun 2020 debit air yang diproduksi PDAM tidak dapat lagi memenuhi kebutuhan masyarakat sebesar 1.320.297,60 liter/detik.

6

BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Umum Air merupakan kebutuhan utama dalam kehidupan sehari-hari. Manusia, binatang, dan tumbuhan memerlukan air untuk kehidupannya. Air dapat pula digunakan sebagai pelarut, pembersih dan keperluan lain seperti rumah tangga, industri maupun usaha-usaha lainnya. Untuk keperluan industri air berfungsi sebagai pendingin mesin, bahan baku maupun pembersih atau penggelontor limbah. Disamping itu air juga berfungsi untuk usaha-usaha pertanian, perikanan, olahraga, rekreasi, pemadam kebakaran dan lain sebagainya. Dalam dunia kesehatan khususnya kesehatan lingkungan, perhatian air dikaitkan sebagai faktor perpindahan/penularan penyebab penyakit (agent). Air membawa penyebab penyakit dari kotoran (faeces) penderita, kemudian sampai ke tubuh orang lain melaui makanan, susu dan minuman. Air juga berperan untuk membawa penyebab penyakit non mikrobial seperti bahan-bahan toxic yang dikandungnya. Penyakit-penyakit infeksi yang biasanya ditularkan melalui air adalah thypus abdominalis, cholera, dysentri baciller, dan lain-lain. Peracunan logam juda dapat terjadi melalui air (Chatib, 2004). Merupakan tantangan bagaimana memperlakukan air agar diperoleh daya guna yang sebesar-besarnya dan menekan kerusakan pada sumber daya air sekecil-kecilnya. Dengan demikian maka akan tercapai pemenuhan penyediaan air bersih yang memenuhi syarat kualitas, kuantitas dan harga yang terjangkau oleh masyarakat. Air merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia, tanpa air tidak akan ada kehidupan di bumi. Tubuh manusia 65%-nya terdiri atas air. Bumi mengandung sejumlah besar air, lebih kurang 1,4 x 109 km 3, yang terdiri atas samudera, laut, sungai, danau, gunung es, dan sebagainya. Namun dari sekian banyak air yang terkandung di bumi, hanya 3 % yang berupa air tawar yang terdapat dalam sungai, danau, dan air tanah. Karena pentingnya kebutuhan akan air bersih, maka adalah hal yang wajar jika sektor air bersih

7

mendapatkan prioritas penanganan utama karena menyangkut kehidupan orang banyak (Sutrisno, 1987). Peradaban suatu kota tergantung pada penyediaan air bersih. Suatu kota cenderung akan tumbuh menjadi besar dan pertumbuhan industrinya juga ikut berkembang, maka peranan hidrologi juga akan semakin penting untuk dipakai sebagai alat menganalisa besarnya permintaan dan penyediaan air bagi penduduk yang semakin membesar jumlahnya. Meningkatnya jumlah penduduk akan menyebabkan meningkatnya keperluan akan air bersih, air limbah, air industri, air untuk pembangkitan tenaga listrik dan irigasi untuk meningkatkan penyediaan pangan.

3.2. Definisi dan Persyaratan Dalam Penyediaan Air Bersih Pengertian air bersih menurut Ketentuan Umum PERMENKES RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990 adalah air yang digunakan untuk keperluan seharihari dan dapat diminum setelah dimasak. Sebagai batasannya, air bersih adalah air yang memenuhi persyaratan bagi sistem penyediaan air minum, dimana persyaratan yang dimaksud adalah persyaratan dari segi kualitas fisik, kimia, biologis dan radiologist, sehingga apabila dikosumsi tidak menyebabkan efek samping. Sedangkan pengertian air minum menurut Ketentuan Umum PERMENKES RI No.907/MENKES/SK/VII/2002 adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan (bakteriologis, kimiawi, radioaktif, dan fisik) dan dapat langsung diminum (Noerbambang, 2005). Air baku adalah air yang digunakan sebagai sumber/bahan baku dalam penyediaan air bersih. Sumber air baku yang dapat digunakan untuk penyediaan air bersih yaitu air hujan, air permukaan (air sungai, air danau/rawa), air tanah (air tanah dangkal, air tanah dalam, mata air). Standar kualitas air bersih yang ada di Indonesia saat ini menggunakan Permenkes Air dan RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990 Pencemaran Air, tentang serta Syarat-syarat RI dan No. Pengawasan Kualitas Air, PP RI No.82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Pengendalian Kepmenkes

8

907/MENKES/SK/VII/2002 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum untuk standar kualitas air minum (Noerbambang, 2005). Dalam memilih air baku bersih, maka harus diperhatikan persyaratan utamanya yang meliputi kualitas, kuantitas, kountinuitas dan biaya yang murah dalam proses pengambilan sampai pada proses pengolahan (Sasongko, 1995). 1. Persyaratan Kualitas Persyaratan kualitas menggambarkan mutu dari air baku air bersih, yaitu : a. Persyaratan fisik Secara fisik air bersih harus jernih, tidak berbau dan tidak berasa. Selain itu suhu air bersih sebaiknya sama dengan suhu udara atau kurang lebih 25oC, dan apabila terjadi perbedaan, maka batas yang diperbolehkan adalah 25o C - 30o C. b. Persyaratan kimiawi Air bersih tidak boleh mengandung bahan-bahan kimia dalam jumlah yang melampaui batas. Beberapa persyaratan kimia antara lain adalah : pH, total solid, zat organik, CO2 agresif, kesadahan, kalsium (Ca), besi (Fe), mangan (Mn), tembaga (Cu), seng (Zn), chlorida (Cl), nitrit, flourida (F), serta logam berat. c. Persyaratan bakteriologis Air bersih tidak boleh mengandung kuman patogen dan parasitik yang mengganggu kesehatan. Persyaratan bakteriologis ini ditandai dengan tidak adanya bakteri E. coli atau fecal coli dalam air. d. Persyaratan radioaktifitas Air bersih tidak boleh mengandung zat yang menghasilkan bahanbahan yang mengandung radioaktif, seperti sinar alfa, beta dan gamma. 2. Persyaratan Kuantitas Persyaratan kuantitas dalam penyediaan air bersih adalah ditinjau dari banyaknya air baku yang tersedia. Artinya air baku tersebut dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan kebutuhan daerah dan jumlah penduduk yang akan dilayani. Selain itu, jumlah air yang

9

dibutuhkan tergantung pada tingkat kemajuan teknologi dan sosial ekonomi masyarakat setempat. Negara-negara maju memerlukan air yang lebih banyak dibandingkan dengan masyarakat di negara-negara sedang berkembang. Persyaratan kuantitas juga dapat ditinjau dari standar debit air bersih yang dialirkan ke konsumen sesuai dengan jumlah kebutuhan air bersih. Kebutuhan air bersih masyarakat bervariasi, tergantung pada letak geografis, kebudayaan, tingkat ekonomi, dan skala perkotaan tempat tinggalnya. 3. Persyaratan Kontinuitas Air baku untuk air bersih harus dapat diambil terus menerus dengan fluktuasi debit yang relatif tetap, baik pada saat musim kemarau maupun musim hujan. Kontinuitas juga dapat diartikan bahwa air bersih harus tersedia 24 jam per hari, atau setiap saat diperlukan, kebutuhan air tersedia. Akan tetapi kondisi ideal tersebut hampir tidak dapat dipenuhi pada setiap wilayah di Indonesia, sehingga untuk menentukan tingkat kontinuitas pemakaian air dapat dilakukan dengan cara pendekatan aktifitas konsumen terhadap prioritas pemakaian air. Prioritas pemakaian air yaitu minimal selama 12 jam per hari, yaitu pada jam-jam aktifitas kehidupan, yaitu pada pukul 06.00 18.00. Kontinuitas aliran sangat penting ditinjau dari dua aspek. Pertama adalah kebutuhan konsumen. Sebagian besar konsumen memerlukan air untuk kehidupan dan pekerjaannya, dalam jumlah yang tidak ditentukan. Karena itu, diperlukan pada waktu yang tidak ditentukan. Karena itu, diperlukan reservoir pelayanan dan fasilitas energi yang siap setiap saat. Sistem jaringan perpipaan didesain untuk membawa suatu kecepatan aliran tertentu. Kecepatan dalam pipa tidak boleh melebihi 0,61,2 m/dt. Ukuran pipa harus tidak melebihi dimensi yang diperlukan dan juga tekanan dalam sistem harus tercukupi. Dengan analisis jaringan pipa distribusi, dapat ditentukan dimensi atau ukuran pipa yang diperlukan sesuai dengan tekanan minimum yang diperbolehkan agar kuantitas aliran terpenuhi.

10

4. Persyaratan Tekanan Air Konsumen memerlukan sambungan air dengan tekanan yang cukup, dalam arti dapat dilayani dengan jumlah air yang diinginkan setiap saat. Untuk menjaga tekanan akhir pipa di seluruh daerah layanan, pada titik awal distribusi diperlukan tekanan yang lebih tinggi untuk mengatasi kehilangan tekanan karena gesekan, yang tergantung kecepatan aliran, jenis pipa, diameter pipa, dan jarak jalur pipa tersebut. Dalam pendistribusian air, untuk dapat menjangkau seluruh area pelayanan dan untuk memaksimalkan tingkat pelayanan maka hal wajib untuk diperhatikan adalah sisa tekanan air. Sisa tekanan air tersebut paling rendah adalah 5 mka (meter kolom air) atau 0,5 atm (satu atm = 10 m), dan paling tinggi adalah 22 mka (setara dengan gedung 6 lantai). Menurut standar dari DPU, air yang dialirkan ke konsumen melalui pipa transmisi dan pipa distribusi, dirancang untuk dapat melayani konsumen hingga yang terjauh, dengan tekanan air minimum sebesar 10 mka atau 1 atm. Angka tekanan ini harus dijaga, idealnya merata pada setiap pipa distribusi. Jika tekanan terlalu tinggi akan menyebabkan pecahnya pipa, serta merusak alat-alat plambing (kloset, urinoir, faucet, lavatory, dll). Tekanan juga dijaga agar tidak terlalu rendah, karena jika tekanan terlalu rendah maka akan menyebabkan terjadinya kontaminasi air selama aliran dalam pipa distribusi. 3.3. Sumber/Asal Air Baku Utama Peninjauan terhadap sumber-sumber air yang ada dapat dikaji melalui pemahaman akan kondisi hidrologi dan hidrogeologi di wilayah tersebut. Pada saat ini sumber air untuk air minum penduduk sebagian besar berasal dari air atmosfer (air hujan). Air yang dikonsumsi masyarakat bukan air sembarangan, apalagi air untuk minum harus memenuhi syarat standar kesehatan dari dinas terkait. Oleh karena itu pengolahan air tanah menjadi air bersih sangat diperlukan. Beberapa sumber air baku yang dapat digunakan untuk penyediaan air bersih dikelompokkan sebagai berikut (Sasongko, 1995) :

11

1. Air hujan. Air hujan disebut juga dengan air angkasa. Beberapa sifat kualitas dari air hujan adalah sebagi berikut: a. Bersifat lunak karena tidak mengandung larutan garam dan zat-zat mineral. b. Air hujan pada umumnya bersifat lebih bersih. c. Dapat bersifat korosif karena mengandung zat-zat yang terdapat di udara seperti NH3CO2 agresif, ataupun SO2. Adanya konsentrasi SO2 yang tinggi di udara yang bercampur dengan air hujan akan menyebabkan terjadinya hujan asam (acid rain). Dari segi kuantitas, air hujan tergantung pada besar kecilnya curah hujan. Sehinnga air hujan tidak dapat mencukupi untuk persediaan umum karean jumlahnya berfluaktuasi. Begitu pula dilihat dari segi kountinuitasnya, air hujan tidak dapat diambil secara terus-menerus karena tergantung pada musim. Pada musim kemarau kemungkinan air akan menurun karena tiadk ada penambahan air hujan. 2. Air Permukaan Air permukaan yang biasanya dimamfaatkan sebagai sumber atau bahan baku air bersih adalah: a. Air waduk (berasal dari air hujan) b. Air sungai (berasal dari air hujan dan mata air) c. Air danau (berasal dari air hujan, air sungai dan mata air) Pada umumnya air permukaan telah terkontaminasi dengan berbagai zatzat yang berbahaya bagi kesehatan, sehingga memerlukan pengolahan terlebih dahulu sebelum dikosumsi oleh masyarakat. Kontaminan atau zat pencemar ini berasal dari buangan domestik, buangan industri dan limbah pertanian. Zat-zat pencemar tersebut antara lain Total Suspended Solid (TSS) yang berpengaruh pada kekeruhan, zat-zat organik sebagai KMnO4, serta logam berat dari air limbah industri misalnya industri baterai yang menghasilkan Pb (timbal).

12

Kountinuitas dan kuantitas dari air permukaan dapat dianggap tidak menimbulkan masalah yang besar untuk penyediaan air bersih yang memakai bahan baku air permukaan. 3. Air Tanah Air tanah banyak mengandung garam dan mineral yang terlarut pada waktu air melalui lapisan-lapisan tanah. Secara praktis air tanah bebas dari polutan karena terletak dibawah permukaan tanah. Tetapi tidak menutup kemungkinan air tanah dapat tercemar oleh zat-zat yang mengandung kesehatan seperti kandungan Fe, Mn, dan kesadahan yang terbawa oleh aliran permukaan tanah. Bila ditinjau dari kedalamannya, maka air tanah dibedakan menjadi air tanah dangkal dan air tanah dalam. Air tanah dangkal mempunyai kualitas lebih rendah dibanding kualitas air tanah dalam. Hal ini disebabkan oleh air tanah dangkal lebih mudah terkontaminasi dari luar dan fundsi tanah sebagi penyaring lebih sedikit. Dari segi kuantitas, apabila air tanah dipakai sebagai sumber air baku air bersih adalah reltif cukup. Tetapi bila bila dilihat dari segi kontinuitas maka pengambilan air tanah harus dibatasi. Karena dikhawatirkan dengan pengambilan secara terus menerus akan menyebabkan penurunan muka air tanah. Karena air dialam merupakan siklus hidrologi, maka bila terjadi penurunan muka air tanah kemungkinan kekosongan diisi oleh air laut. Kondisi ini banyak dijumpai khususnya didaerah-daerah dekat pantai atau laut seperti Jakarta dan Surabaya. 4. Mata Air Dari segi kualitas, mata air adalah sangat baik bila dipakai sebagai air baku, karena berasal dari dalam tanah yang muncul ke permukaan tanah akibat tekanan, sehingga belum terkontaminasi oleh zat-zat pencemar. Biasanya lokasi mata air merupakan daerah terbuka, sehingga mudah terkontaminasi oleh lingkungan sekitar. Contohnya banyak ditemukan bakteri E. Coli pada mata air.

13

Dilihat dari segi kuantitasnya, jumlah dan kapasitas mata air sangat terbatas sehingga hanya mampu memenuhi kebutuhan sejumlah penduduk tertentu. Begitu pula bila mata air tersebut terus-menerus kita ambil semakin lama akan habis dan terpaksa penduduk mencari mata air baru. 3.4. Sistem Pengambilan Air Baku Sistem pengambilan air baku terbagi atas sistem individual dan sistem komunal. Sistem individual dan sistem komunal dalam penyediaan air bersih masih dapat dikumpai pada masyarakat pedesaan (rural urban) maupun masyarakat perkotaan (urban). Sistem individual dititikberatkan pada pengusahaan pemenuhan kebutuhan air bersih secara individu atau perorangan. Sedangkan sistem kumunal pemenuhannya dilakukan secara terorganisir melalui sistem pipanisasi (Sutrisno, 1987). Sarana penyediaan air bersih secara individual diantaranya adalah : 1. Sumur a. Sumur Gali (Dug Well) Sumur ini dibuat dengan penggalian tanah sampai kedalaman tertentu maksimum 20 meter. Umunya tidak terlalu dalams ehingga hanya mencapai air tanah di lapisan atas. Oleh karena itu air yang diperoleh sering berkurang pada musim kemarau yang secara kuantitatif sulit terjamin kontiniutasnya. b. Sumur Pompa Tangan Dalam (Drilled Well) Sumur ini dibuat dengan kedalaman pipa 30 meter. Kedalaman muka air lebih dari 7 meter dan dapat digunakan untuk melayani kebutuhan beberapa kelaurga. c. Sumur Bor (Bored Well) Sumur ini dibuat dengan bantuan auger dengan kedalaman minimum 100 m. d. Sumur Pompa Tanah Dangkal Sumur ini dibuat dengan kedalaman pipa maksimum 18 m dan sesuai untuk kedalaman muka air lebih kecil dari 7 m.

14

2. Bak Penampung Air Hujan Pada daerah-daerah tertentu yang tidak atau sedikit memiliki sumber air, air hujan dimamfaatkan untuk persediaan air bersih untuk keperluan air minum dan keperluan sehari-hari yang lain terutama pada musim hujan, disamping juga untuk persediaan air pada waktu musim kemarau. Untuk penyimpanan air hujan ditampung dalam suatu bejana atau Penampung Air Hujan (PAH). Bak penampung air hujan ini juga dapat digunakan untuk penyediaan air bersih secara komunal. Beberapa Sistem penyediaan air bersih secara komunal adalah sebagai berikut : 1. Melalui Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) PDAM atau yang sekarang dikenal dengan nama Badan Pengolah Air Minum (BPAM) merupakan orgainsasi pengelola air pada daerah tingkat II dimana pendistribusian air bersih dilakukan dengan sistem perpipaan kepada masyarakat yang berminat dan mampu membayar sambungan. Air besih yang didistribusikan telah melalui pengolahan terlebih dahulu dan memenuhi syarat kesehatan. 2. HIPPAM (Himpunan Petani Pemakai Air) HIPPAM merupakan organisasi pengelola air di daerah perdesaan yang memanfaatkan sumber mata air di wilayah masing-masing melalui pembinaan dari departemen Pekerjaan Umum Cipta Karya Sub Teknik Penyehatan dan Lingkungan, terutama untuk masalah teknis pembuatan bangunan pengolahan. Sehingga dengan demikian, maka pengelolaan selanjutnya merupakan tanggung jawab masyarakat desa dan aparat pengelola yang telah ditetapkan oleh Kepala Daerah Tingakat II masingmasing. Bagi masyarakat yang ingin mendapatkan pelayanan melalui HIPPAM akan dikenai iuran bulanan sesuai dengan ketentuan masingmasing pengelola. HIPPAM ini nantinya dapat menjadi embrio dari PDAM setelah melalui serangkaian studi kelayakan sumber air baku dan kelayakan dari segi ekonomisnya.

15

3. Pembangunan Hidran Umum, Kran umum dan Terminal air Program pembangunan ini terutama untuk mengantisipasi semakin mahalnya harga air relatif terhadap tingkat penghasilan masyarakat serta untuk daerah kumuh dan terpencil yang rawan air. 4. Perlindungan Mata Air (PMA). Perlindungan Mata air merupakan sistem penyediaan air bersih dengan memanfaatkan sumber mata air. Cakupan pelayanan maksimum (PMA) adalah 500 jiwa. Umumnya PMA digunakan di wilayah atau daerah pedesaan dimana masih dijumpai adanya sumber mata air. Secara umum diplisit penyediaan air bersih komunal dapat digambarkan sebagai berikut :

Sumber Air

Instalasi Penjernih Air Jaringan Distribusi

Air Bersih Gambar 3.1. Sistem Penyediaan Air Bersih Komunal (Sutrisno, 1987)

3.5. Sistem Pendistribusian Air Oleh PDAM Penanganan akan pemenuhan kebutuhan air bersih dapat dilakukan dengan berbagai cara, disesuaikan dengan sarana dan prasarana yang ada. Di daerah perkotaan, sistem penyediaan air bersih dilakukan dengan sistem perpipaan dan non perpipaan. Sistem perpipaan dikelola oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) atau yang sekarang dikenal dengan nama Badan Pengolah Air Minum (BPAM), dan sistem non perpipaan dikelola oleh masyarakat baik secara individu maupun kelompok. Kehadiran BPAM dimungkinkan melalui Undang-undang No. 5 tahun 1962 sebagai kesatuan usaha milik Pemda yang memberikan jasa pelayanan dan menyelenggarakan kemanfaatan umum di bidang air minum. BPAM dibutuhkan masyarakat perkotaan untuk mencukupi kebutuhan air bersih yang layak

16

dikonsumsi. Karena air tanah di perkotaan pada umumnya telah tercemar. Penggunaan air tanah secara berlebihan telah menurunkan permukaan air tanah dan intrusi air laut, yang mengakibatkan menurunnya kualitas air tanah. Masyarakat sering mengeluh air yang disalurkan BPAM sering macet, keruh. Masyarakat di beberapa wilayah pelayanan akhirnya hanya menggunakan air BPAM untuk mandi dan mencuci. Sedangkan untuk minum dan memasak mereka mengeluarkan uang ekstra untuk membeli AMDK (Air Minum Dalam Kemasan). Dalam perencanaan sistem distribusi air bersih, beberapa faktor yang harus diperhatikan antara lain adalah : 1. Daerah layanan dan jumlah penduduk yang akan dilayani. Daerah layanan ini meliputi wilayah IKK (Ibukota Kecamatan) atau wilayah Kabupaten/Kotamadya. Jumlah penduduk yang dilayani tergantung pada kebutuhan, kemauan/minat, dan kemampuan atau tingkat sosial ekonomi masyarakatnya. Dapat disimpulkan bahwa tidak semua penduduk terpenuhi dalam suatu daerah layanan. 2. Kebutuhan air yaitu debit air yang harus disediakan untuk distribusi daerah pelayanan. 3. Letak topografi daerah layanan, yang akan menentukan sistem jaringan dan pola aliran yang sesuai. 4. Jenis sambungan sistem. Jenis sambungan dalam sistem distribusi air bersih dibedakan menjadi : a. b. c. Sambungan Halaman, yaitu sambungan pipa distribusi dari pipa induk/pipa utama ke tiap-tiap rumah atau halaman. Sambungan Rumah, yaitu sambungan pipa distribusi dari pipa induk/utama ke masing-masing utilitas rumah tangga. Hidran Umum, merupakan pelayanan air bersih yang digunakan secara komunal pada suatu daerah tertentu untuk melayani 100 orang dalam setiap hidran umum. d. Terminal Air, yaitu distribusi air melalui pengiriman tangkitangki air yang diberikan pada daerah-daerah kumuh, daerah terpencil atau daerah yang rawan air bersih.

17

e. secara

Kran Umum, merupakan pelayanan air bersih yang digunakan komunal minat pada akelompok kurang masyarakat mampu tertentu, yang mempunyai tetapi dalam membiayai

penyambungan pipa ke masing-masing rumah. Biasanya 1 (satu kran umum dipakai untuk melayani kurang lebih 20 orang. 3.5.1. Tipe Pengaliran Tipe pengaliran sistem distribusi air bersih meliputi aliran gravitasi dan aliran secara pemompaan. Tipe pengaliran secara gravitasi diterapkan bila tekanan air pada titik terjauh yang diterima konsumen masuh mencukupi, artinya topografi instalasi pengolahan air/reservoir lebih tinggi dari pada daerah distribusi. Topografi adalah suatu gambaran topografis areal atau persil, guna untuk mengetahui posisi benda-benda yang terdapat di permukaan bumi. Jika kondisi ini tidak terpenuhi, maka pengaliran harus menggunakan sistem pemompaan. Sistem pemompaan digunakan untuk membantu mengalirkan air ke daerah distribusi yang daerahnya datar atau lebih tinggi dari reservoir (Noerbambang, 2005). 3.5.2. Pola Jaringan Sistem jaringan distribusi air bersih dapat dilakukan dengan beberapa pola, diantaranya : 1. Pola Bercabang Pada sistem ini ujung pipa percabangan dari pipa utama biasanya tertutup sehingga menyebabkan tertutupnya kotoran yang mengganggu pendistribusian air. Kerugiannya adalah bila terjadi kebocoran pada salah satu pipa, maka pipapipa lain akan berhenti, bila pipa yang bocor tersebut diperbaiki. Keuntungan dari pipa pencabangan antara lain dari segi perhitungan lebih mudah, lebih ekonomis, dan lebih mudah dilaksanakan.

18

Pipa Cabang

Pipa Induk

Gambar 3.2. Pola Distribusi Pipa Percabangan (Sasongko, 1995)

2. Sistem Petak (Grid) Pada sistem ini ujung-ujung pipa cabang diasambungkan satu sama lain. Sistem ini lebih baik dari sistem pipa bercabang karena sirkulasinya lebih baik dan kecil kemungkinan aliran menjadi tertutup atau staguasi. Kerugian dari sistem grid adalah agak sulit dalam pelaksanaannya karena pada akhir sambungan, terdapat dua sambungan yang saling terbalik arah ataupun membuka, serta tidak ekonomis karena banyak menggunakan sambungan seperti elbow, T dan sebagainya. Keuntungan dari sistem grid adalah sirkulasi airnya baik, pipa sulit tersumbat apabila terdapat kotoran karena air didalam pipa terus mengalir dan selalu terjadi pergantian air sehingga sulit terjadi pengendapan.

Pipa Cabang Pipa Induk

Gambar 3.3. Sistem Distribusi Pipa Grid (Sasongko, 1995)

19

3. Sistem Berbingkai (Ring) Pada sistem ini pipa induknya dibuat melingkar dibandingkan sistem yang lain, sistem ini lebih baik dan bilamana ada kerusakan pada saat perbaikan maka distribusi air tidak terhenti. Kerugian sistem ini diantaranya agak sulit dalam pelaksanaannya karena prinsipnya sama dengan sistem petak yaitu terdapat dua sambungan yang terbalik arah pada pipa yang paling luar atau pipa pembentuk lingkaran, tidak ekonomis karena jaringan sistem berbingkai untuk perumahan yang besar sehingga banyak menggunakan pipa dan sambungan-sambungan. Keuntungan sistem ini adalah tidak terjadi penghentian aliran pada saat perbaikan pipa yang bocor karena air masih dapat mengalir melalui pipa cabang yang lainnya, dan tidak terjadi penyumbatan pada pipa.

Pipa Cabang

Pipa Induk

Gambar 3.4. Sistem Distribusi Pipa Berbingkai/Ring (Sasongko, 1995) 3.5.3. Bangunan Pendistribusian Air Bersih Bangunan dan perlengkapan yang terdapat pada sistem penyediaan air bersih sangat tergantung dari sistem dan proses pengolahan yang digunakan pada sistem penyediaan air bersih tersebut. Sebagai contoh, sistem penyediaan air bersih yang berasal dari mata air mungkin hanya mempunyai bangunan penangkap air (bronkaptering) dan fasilitas pembubuhan kaporit serta jaringan pipa distribusi saja. Tapi mungkin pula sistem penyediaan air bersih dengan sumber air baku dari mata air, akan dilengkapi dengan bangunan lain selain bangunan yang telah disebutkan diatas, seperti pipa

20

trasmisi, reservoir penampungan air, fasilitas pembubuhan kapur, pompa, generator dan sebagainya. Dengan demikian terlihat bahwa sistem penyediaan air bersih mempunyai sumber air baku dari jenis yang sama (misalnya mata air) tidak terlalu dilengkapi dengan bangunan/fasilitas pengolahan air yang dilakukan pada sistem penyediaan air bersih tersebut. Secara umum bangunan yang mungkin terdapat pada sistem penyediaan air bersih adalah sebagai berikut :

Intake Pipa Transmisi Bangunan Pengolahan Pipa Penyalur Reservoir

Pipa Induk Pipa Cabang Pipa Dinas Pipa Dinas Pipa Cabang Pipa Dinas Pipa Dinas

Gambar 3.5. Skema Jaringan Sistem Penyediaan Air Bersih (Raswari, 1986) Keterangan : 1. Bangunan pengambilan air baku untuk penyediaan air bersih disebut dengan bangunan penangkap atau intake. Kapasitas intake ini dibuat sesuai dengan debit yang diperlukan untuk pengolahan. Fungsi utama bangunan intake adalah untuk menangkap air dari sumber air untuk diolah dalam instalasi pengolahan air bersih. Untuk air baku yang diambil dari air permukaan, bangunan intake-nya dibedakan atas :

21

a. b.

River Intake yaitu intake yang digunakan untuk menyadap air Direct Intake yaitu intake yang dipakai bila muka air dari air

baku yang berasal dari sungai atau danau. baku sangat dalam seperti sungai dan danau atau pada tanggul yang kondisinya sangat resisten terhadap erosi dan sedimentasi. Bentuk ini lebih mahal biayanya bila dibanding dengan tipe lain. c. Canal Intake yaitu intake yang dipakai bila air baku disadap dari kanal. Suatu bak yang memiliki bukaan dibangun pada satu sisi dari tanggul kanal yang dilengkapi saringan kasar. Dari bak, air dialirkan melalui pipa dengan ujung berbentuk bell mouth yang tertutup saringan berbentuk parabola. d. Reservoir Intake (Dam) yaitu intake yang digunakan untuk air baku dari danau, baik yang alamiah maupun buatan (beton). Bangunan ini dilengkapi beberapa inlet dengan ketinggian yang bervariasi untuk mengatasi adanya fluktuasi muka air. Dapat juga dibuat menara intake yang terpisah dengan dam pada bagian upstream. Jika air di reservoir dapat mengalir secara gravitasi ke pengolahan, maka tidak diperlukan pemompaan dari menara. Untuk air baku yang diambil dari mata air, bangunan intake-nya disebut Spring Intake (Bround Captering). Dalam pengumpulan mata air, hendaknya dijaga supaya kondisi tanah tidak terganggu. 2. Pipa Transmisi (pipa air baku/raw water pipa) adalah pipa yang berfungsi mengalirkan air baku dari sumber air menuju bangunan pengolahan. Halhal yang perlu diperhatikan dalam menentukan sistem transmisi adalah : a. Menentukan tempat Bak Pelepas Tekan. Bak pelepas tekan dibuat untuk menghindari tekanan yang tinggi, sehingga tidak akan merusakkan sistem perpipaan yang ada. Bak ini dibuat di tempat dimana tekanan tertinggi mungkin terjadi atau pada stasiun penguat (boaster jump) sepanjang jalur pipa transmisi.

22

b. Menghitung panjang dan diameter pipa. Panjang pipa dihitung berdasarkan jarak dari bangunan penangkap air ke bangunan pengolahan. Sedangkan diameter pipa ditentukan sesuai dengan debit hari maksimum. c. Jalur pipa sebaiknya mengikuti jalan raya dan dipilih jalur yang tidak memerlukan banyak perlengkapan. Perlengkapan yang ada pada sistem transmisi perpipaan air bersih diantaranya Wash Out yang berfungsi untuk penggelontor sedimen atau endapan yang ada pada pipa, Air Valve yang berfungsi untuk mengurangi tekanan pada pipa sehingga pipa tidak pecah, Blow off, ,Gate Valve yang berfungsi untuk mengatur debit aliran, dan pompa. 3. Bangunan Pengolahan adalah bangunan tempat pengolahan air baku diproses seperti koagulasi, flokulasi, sedimentasi dan filtrasi sehingga menjadi air bersih sebelum dialirkan ke reservoir. 4. Reservoir adalah bangunan yang berfungsi menampung sementara air bersih dari pengolahan sebelum di distribusikan ke konsumen. 5. Pipa Induk adalah pipa yang mengalirkan air bersih dari bangunan reservoir kemudian dialirkan dengan sistem gravitasi atau pemompaan menuju pipa cabang. 6. Pipa Cabang adalah pipa yang berfungsi untuk mendistribusikan air dari pipa Induk ke tempat-tempat pelayanan. 7. Pipa Dinas adalah pipa yang membagikan air dari pipa cabang ke konsumen atau sambungan rumah. Selain bangunan-bangunan diatas, pada pendistribusian air bersih oleh PDAM diperlukan bangunan-bangunan pelengkap yang diantaranya (Sutrisno, 1987) : 1. Valve Berfungsi untuk mengatur arah aliran air di dalam pipa dan menghentikan aliran air pada suatu daerah apabila terjadi kerusakan. 2. Meter Air Berfungsi untuk mengukur besar aliran yang melalui suatu pipa.

23

3.

Flow Restrictor

Berfungsi untuk pembatas air baik untuk rumah maupun kran umum agar aliran merata. 4. Sarana Penunjang Pipa Selain jenis-jenis pipa yang telah disebutkan diatas terdapat juga beberapa sarana penunjang yang sering dipergunakan dalam suatu jaringan perpipaan antara lain : A. Sambungan pipa Untuk menggabungkan dua buah pipa atau lebih diperlukan sambungan pipa, baik sambungan antara pipa yang berdiameter sama maupun yang tidak sama. Jenis sambungan pipa antara lain : a. b. c. d. Mangkok (bell) dan lurus (spingot) Sambungan mekanik Sambungan dorong (push and joint) Sambungan pinggiran roda (flange)

Sambungan pipa yang dipakai menyesuaikan dengan kebutuhan di lapangan. Saat pemasangan pipa, di lapangan ditambah dengan perlengkapan sambungan yaitu : a. Belokan (bend) Digunakan untuk mengubah arah dari arah lurus dengan sudut perubahan standar yang merupakan sudut dari belokan tersebut. Sudut bend yang tersedia 90, 450, 221/2, 111/4. b. Perlengkapan T Untuk pipa sekunder dipasang tegak lurus (90o) pada pipa primer berbentuk T. Untuk ujung-ujungnya perlengkapan dapat terdiri dari kombinasi spigot, socket dan flens . c. Perlengkapan Y Pipa sekunder dipasang pada pipa primer dengan sudut 450. d. Socket Berfungsi umtuk menyambung pipa pada posisi lurus.

24

Socket dibedakan menjadi socket turunan yang menghubungkan dua buah pipa yang mempunyai diameter berbeda dan socket adaptor yang menghubungkan dua buah pipa mempunyai tipe berbeda, misalnya PVC dengan Galvanize Iron (GI). e. Flens Berfungsi untuk menyambung pipa. Penyambungan dengan flens dilakukan untuk pipa yang kedudukannya di atas permukaan tanah dengan diameter yang lebih besar dari 50 mm. f. Water mul dan nipel Berfungsi umtuk menyambung pipa pada posisi lurus akan tetapi pipa yang disambung dapat dibuka kembali meskipun kedudukan pipa-pipa yang disambung dalam keadaan mati. g. h. Penyambung Gibault Dop dan Plug Khusus dipakai untuk menyambung pipa asbestos cement. Berfungsi untuk menutup ujung akhir pada pipa. B. Pintu dan Katup Aliran air yang baik di dalam pipa sangat ditunjang oleh katup yang bekerja pada sambungan antar pipa. Berbagai jenis katup memiliki fungsi berbeda yang penggunaanya disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi lapangan agar suatau rangkaian pipa berfungsi dengan baik. Beberapa macam katup dalam rangkaian jaringan pipa adalah : a. Flow Control Valve (FCV) Digunakan untuk membatasi aliran maksimum rata-rata yang melalui katup dari hulu ke hilir. Dimaksudkan untuk melindungi suatu komponen tertentu yang letaknya di hilir agar tidak rusak akibat aliran yang terlalu besar. b. Pressure Reducer Valve (PRV) Digunakan untuk menangulangi tekanan yang terlalu besar dari hilir katup. Jika tekanan naik hingga melebihi nilai batas, maka

25

PRV akan menutup dan akan terbuka penuh bila tekanan di hulu rendah dari nilai yang telah ditetapkan pada katup tersebut. c. Pressure Sustaining Valve (PSV) Digunakan untuk menanggulangi penurunan secara drastis pada tekanan di hulu dari nulai yang telah ditetapkan. Jika tekanan di hulu lebih rendah dari batas minimnya, maka katup akan menutup. d. Pressure Breaker Valve ( PBV ) Digunakan untuk memberikan tekanan tambahan pada tekanan yang menurun di katup. Disamping itu, katup jenis ini juga dapat memberikan tambahan tekanan pada aliran yang berbalik arah (karena tekanan di hilir lebih tinggi daripada tekanan di hulu) sehingga tekanan di hilir lebih rendah daripada tekanan di hulu. e. Throttle Control Valve ( TCV ) Katup jenis ini digunakan untuk mengontrol minor losses yang berubah setiap waktu. f. Pompa Pompa merupakan alat untuk menaikkan tekanan atau energi potensial air. Pompa dapat menambah tekanan pada aliran sehingga air dapat mengalir sesuai dengan yang diharapkan. Pompa mengalirkan air ke satu arah dengan menaikkan tinggi tekanan di daerah rendah menuju yang lebih tinggi. Fungsi pompa mengalirkan air di dalam jaringan perpipaan, baik dari unit air baku menuju unit produksi maupun dari unit produksi ke unit jaringan distribusi. Jenis pompa yang banyak digunakan pada sistem penyediaan air minum adalah pompa Axial-Flow, pompa Centrifugal, dan pompa Submersible. Pompa jenis Axial-Flow memiliki baling-baling yang tegak lurus dengan casing yang berbentuk silinder dengan aliran axial. Jenis pompa ini biasanya digunakan untuk memompa air dengan jumlah yang besar dan tekanan rendah. Pompa Centrifugal mengalirkan air dari tengah menuju tepi casing. Kecepatan aliran

26

air menggunakan pompa ini sangat besar, yang kemudian sebagian dari kecepatan ini di transfer menjadi tenaga dorong untuk mengalirkan air. Pompa Submersible adalah pompa yang dioperasikan di dalam air dan akan mengalami kerusakan jika dioperasikan dalam keadaan tidak terbenam air berkelanjutan. Maka pompa submersible mempunyai tinggi minimal air permukaan sumur intake yang dapat dipompa sehingga pompa tetap terjaga untuk terbenam. 3.5.4. Jenis Pipa Pada suatu sistem jaringan air bersih, pipa merupakan komponen yang utama. Pipa ini berfungsi mengalirkan air dari sumber air ke tendon, maupun dari tendon ke konsumen. Pipa tersebut memiliki bentuk penampang lingkaran dengan diameter yang bermacam-macam. Dalam pelayanan penyediaan air bersih lebih banyak mengunakan pipa bertekanan karena lebih sedikit kemungkinan tercemar dan biayanya lebih murah dibandingkan menggunakan saluran terbuka atau talang (Noerbambang, 2005). Pipa yang digunakan untuk mengalirkan air baku dari mata air ke bak penampungan, maupun dari penampungan ke konsumen memiliki bentuk bulat. Pipa yang digunakan dapat dibuat dari berbagai macam bahan, antara lain (Sutrisno, 1987) : 1. Besi Tuang (Cast Iron) Jenis pipa ini termasuk yang paling lama digunakan, biasanya akan tercelup dalam larutan anti karat untuk perlindungan pipa itu sendiri dari proses perkaratan. Pipa ini diproduksi dengan diameter 40 mm - 200 mm dengan panjang pipa antara 4 - 6 meter, dan dapat mencapai umur 100 tahun. Pipa besi tuang telah digunakan lebih dari 200 tahun yang lalu. Keuntungan penggunaan pipa ini adalah : a. Harga pipa cukup murah dan banyak tersedia di pasaran b. Mudah dalam proses penyambungan c. Tahan terhadap daya korosi

27

Sedangkan kerugian dari penggunaan jenis pipa ini adalah : a. Konstruksi pipa keras mudah pecah b. Pipa berat sehingga berpengaruh terhadap daya pengangkutan ke lokasi 2. Besi Galvanis (Galvanized Iron Pipe) Pipa jenis ini bahannya terbuat dari pipa besi yang dilapisi seng. Umurnya relatif pendek antara 7-10 tahun, Pipa ini dipakai secara luas untuk jaringan pelayanan yang kecil di dalam suatu distribusi. Keuntungan penggunan pipa ini adalah : a. Harga terjangkau dan banyak terdapat di pasaran. b. Ringan sehingga mudah diangkut ke lokasi pekerjaan. c. Mudah dalam proses penyambungan Kerugian dari penggunaan pipa ini adalah mudah terjadi korosi atau perkaratan. 3. Pipa Plastik (PVC) Pipa ini lebih dikenal dengan sebutan Pipa PVC dan dipasaran mudah didapat dengan berbagai ukuran. Umur pipa dapat mencapai 75 tahun, namun berdasarkan pengalaman yang ada di lapangan umur efektif pipa ini hanya 20 tahun. Polyvinil Chloride (PVC) adalah bahan plastik. Oleh karena itu pipa PVC sangat rapuh dibandingkan dengan jenis pipa lainnya. Pipa PVC dibuat dengan diameter 12 mm - 400 mm dan panjang 4 - 6 meter, untuk kuat tekan 4 kp/sq.cm, 6 kp/sq.cm, 10 kp/sq.cm. Kekuatan pipa akan terpengaruh oleh panas, tekanan pada saat pengangkutan dan waktu penyimpanan yang terlalu lama. Penyimpanan pipa PVC harus terhindar dari sinar matahari, karena sinar ultraviolet dapat merusak struktur dari bahan PVC. Keuntungan penggunaan pipa ini adalah: a. Umur pipa dapat mencapai 75 tahun b. Banyak tersedia di pasaran dan harga cukup murah c. Sangat ringan da mudah dalam proses pemasangannya

28

d. Bahan terbuat dari plastic, sehingga PVC sangat tahan terhadap karat e. Mudah dalam pengangkutan ke lokasi pemasangan Kelemahan dari jenis pipa PVC adalah kefisien muai yang cukup besar sehingga tidak tahan terhadap suhu yang terlalu tinggi. 4. Pipa Baja (Steel Pipe) Pipa ini terbuat dari baja lunak dan mempunyai banyak ragam di pasaran. Pipa baja telah digunakan dengan berbagain ukuran hingga lebih dari 6 m diameternya. Umur pipa baja ini cukup terlindungi paling sedikit 40 tahun. Penggunaan pipa baja pada sistem penyediaan air minum menghasilkan jaringan pipa yang lebih dapat diandalkan karena dapat dilakukan penyambungan yang sempurna dengan pengelasan yang tidak berakibat menurunkan kekuatan pipanya. Pipa steel dibuat dari campuran iron, carbon, silicon dan mangan. Pipa steel diproduksi dalam diameter antara 10 mm- 2200 mm, dan memiliki kuat tekan 20-160 kp/sq.cm bahkan bisa mencapai 600 N/sq.cm. Keuntungan penggunaan pipa ini adalah: a. Tersedia dalam berbagai ukuran b. Umur pipa bisa sampai 40 tahun Kerugiannya penggunaan pipa baja adalah : a. Berat sehingga berpengaruh terhadap biaya pengangkutan b. Tidak tahan perkaratan c. Untuk ukuran yang besar sistim penyambungan agak sulit. Kelemahan pipa steel adalah mudah korosi, oleh karena itu membutuhkan lapisan pelindung. Jenis lapisan pelindung untuk pipa steel antara lain : a. Asphalt b. Coal Tar Enamel c. Coal Tar Epoxy d. Cement Mortar e. Galvanize

29

3.5.5. Proses Pengolahan Air Bersih. Proses pengolahan air bersih tergantung dari kualitas sumber daya air yang digunakan sebagai air baku dan kualitas air minum yang diinginkan. Secara umum, proses pengolahan air minum dibagi atas 2 golongan, yaitu (Raswari, 1986) : 1. Pengolahan Lengkap (Air Permukaan) yaitu pengolahan yang melibatkan pengolahan fisik, kimia dan biologis. Pengolahan fisik yaitu pengolahan untuk menurunkan parameter-parameter fisik, seperti kekeruhan, total disolved solid, warna dan bau. Pengolahan kimiawi yaitu pengolahan untuk menurunkan parameter-parameter kimiawi, seperti kesadahan, nitrat, magnesium, Mn, Fe, dan lain-lain. Sedangkan pengolahan biologis yaitu pengolahan untuk menurunkan parameter-parameter biologis, seperti bakteri E. Coli dan Coli Tinja. Adapun bangunan pengolahan yang diperlukan untuk proses produksi pengolahan ini meliputi : a. Bangunan Penangkap Air (intake). Bangunan ini berfungsi untuk menangkap air dari badan air (sungai) sesuai dengan debit yang diperlukan bagi pengolahan air bersih. b. Bangunan Penenang dan Bak Pembagi. Berfungsi untuk menenangkan air baku jika digunakan perpompaan pada bangunan sedap (intake). Bak Pembagi berfungsi untuk membagikan air jika digunakan lebih dari 1 (satu) unit bangunan pengolahan (paralel). c. Bangunan Prasedimentasi. Berfungsi sebagai tempat proses pengendapan partikel diskrit seperti pasir, lempung dan zat-zat padat lainnya yang bisa mengendap secara gravitasi. d. Bangunan Pengaduk Cepat (Rapid Mixing).

30

Berfungsi sebagai tempat proses pencampuran koagulan dengan air baku sehingga terjadi proses koagulasi. Proses koagulasi adalah dimaksudkan untuk melarutkan bahan kimia atau koagulan, membuat homogen campuran, mendorong terbentuknya partikel yang berbentuk flok. e. Bangunan Pengaduk Lambat (Slow Mixing). Berfungsi sebagai tempat proses tebentuknya flok-flok, dimana prosesnya disebut proses flokulasi. Pada bak pengaduk lambat, flokflok yang terbentuk pada bak pengaduk cepat yang telah terbentuk akan bergabung membentuk flok-flok yang lebih besar dan akhirnya mengendap secara gravitasi. f. Bangunan Sedimentasi. Berfungsi sebagai tempat proses mengendapnya partikel-partikel flokulen (flok-flok) dari bak flokulasi. g. Bangunan Filtrasi. Berfungsi untuk tempat proses penyaringan butir-butir yang tidak ikut terendap pada bak sedimentasi dan juga berfungsi sebagai penyaring mikroorganisme/bakteri yang ikut larut dalam air. Beberapa jenis filtrasi adalah sebagai berikut : Rapid Sand Filter, menggunakan media pasir (single media), antrasit dan pasir yang terpisah (dual media) dan pasir dan antrasit yang bercampur (mixed media). Slow Sand Filter, digunakan untuk pengolahan air tanpa melalui unit koagulasi, flokulasi dan sedimentasi. Pressure Filtration, dilakukan untuk air baku air tanah. Pompa distribusi yang memompa air dari filter akan menyebabkan berkurangnya tekanan pada filter sehingga air bisa mengalir ke filter. Keuntungan adalah menghemat pemompaan ganda. Direct Filtration, digunakan untuk pengolahan air baku dengan kadar kekeruhan yang rendah misal air baku dari instalasi pengolahan air buangan.

31

h. Unit Pembubuhan Bahan Kimia Berfungsi untuk tempat ke melarutkan bahan-bahan kimia dan membubuhkannya dalam bangunan pengolahan. Untuk

pembubuhan bahan kimia ini diantaranya adalah berfungsi sebagai bak pembubuhan desinfektan yaitu Chlor sebagai kaporit. Desinfektan selain digunakan untuk membunuh mikroorganisme patogen, serta dapat bermanfaat pula sebagai pengoksidasi zat organik, mengurangi bau, dan mencegah berkembangbiaknya bakteri. Pemilihan chlor sebagai desinfektan adalah karena mudah tersedia dan mudah penangannya, biaya operasi dan investasi murah, serta lebih aman. Selain Chlor, yang dipakai sebagai desinfeksi ada beberapa jenis desinfeksi yaitu pemanasan (biasanya dilakukan terbatas pada skala kecil, yaitu rumah tangga), Sinar ultra violet (tidak sempurna karena timbul endapan), Getaran Ultrasonik, dan Ozon (tidak bersifat karsinogenik, tetapi harganya mahal). i. Bangunan reservoir Berfungsi untuk tempat penampungan air bersih sebelum didistribusikan dan tempat penampungan air bersih untuk instalasi. 2. Pengolahan tidak lengkap (Air Tanah) yaitu sistem pengolahan yang hanya melibatkan salah satu atau dua diantara proses pengolahan fisik, kimia dan biologis. Proses pengolahan air baku air tanah adalah proses yang tidak selengkap pengolahan air permukaan. Beberapa proses pengolahan yang tidak lengkap adalah proses pengolahan untuk menghilangkan kesadahan dengan penambahan kapus dan soda, sehingga bangunan yang diperlukan adalah bak pengaduk cepat, flokulator, bak pengendap disamping bak recarbonisasi untuk penambahan CO2 dan seterusnya. Beberapa alternatif proses pengolahan dengan air baku air tanah adalah sebagai berikut : a. Air tanah yang sifatnya Aerobik

32

Untuk air tanah yang sifatnya aerobik. Kualitas atau kandungan bahanbahan kimia yang ditemui masih mampu memenuhi persyaratan, tetapi sedikit bersifat asam sehingga diperlukan pengolahan terhadap kadar pH agar pH menjadi naik. b. Air tanah yang sifatnya Ananaerobik Biasanya banyak mengandung unsur-unsur besi, mangan, amonia, dan H2S. Sistem yang sesuai adalah adalah aerasi yang berfungsi untuk mendapatkan oksigen, me-remove H2S dan CH4, serta mereduksi konsentrasi CO2. 3.6. Kebutuhan Air Bersih Pada kawasan perumahan, kebutuhan akan air bersih membentuk pola tersendiri yang sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk di kawasan perumahan tersebut dan karakteristik masyarakat yang ada, menyangkut tingkat ekonomi, topografi dan kebiasaan sosial masyarakat pada khususnya. Sistem penyediaan air bersih yang dikelola PDAM dalam memperoleh air bersih akan menghasilkan kualitas dan kuantitas pelayanan yang berbeda dari satu kota/kabupaten dengan kota/kabupaten lainnya. Terdapat beberapa permasalahan yang timbul dalam proses penyediaan air selama ini, yaitu : a. Sistem distribusi tidak mampu memenuhi kebutuhan air seluruh pelanggan yang dapat dilihat dari pasokan air tidak dalam 24 jam. Bahkan menurut survei sementara yang telah dilakukan, air PDAM hanya mengalir dalam 2 hari sekali, dan lama waktu pengaliran maksimal hanya 2 jam. b. Debit pengambilan dari sumber air baku tidak bisa maksimal sehingga tidak mampu mencukupi kebutuhan pelanggan. Disamping permasalahanpermasalahan yang timbul dalam sistem penyediaan air minum, PDAM juga menghadapi tantangan untuk meningkatkan kinerja sistem dalam rangka mengatasi peningkatan konsumsi air masyarakat. Konsumsi air akan selalu mengalami peningkatan seiring dengan pertumbuhan populasi. Pertumbuhan penduduk akan meningkatkan jumlah

33

kebutuhan air secara umum karena bertambahnya konsumsi air. Melihat kondisi dan kenyataan tersebut, perlu adanya perbaikan sistem penyediaan air minum PDAM secara keseluruhan untuk meningkatkan kemampuan pelayanan dalam memenuhi kebutuhan air minum masyarakat. Untuk merumuskan penggunaan air oleh masing-masing komponen secara pasti sulit dilakukan sehingga dalam perencanaan dan perhitungan digunakan asumsi-asumsi atau pendekatan-pendekatan berdasarkan kategori kota seperti pada tabel 3.1. Tabel 3.1. Kebutuhan Air Bersih di Daerah Perkotaan (Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, 2002) Kategori Ukuran Kota Jumlah Penduduk Kebutuhan Air (Jiwa) I II III IV V Kota Metropolitan Kota Besar Kota Sedang Kota Kecil Kota Kecamatan > 1.000.000 500.000 1.000.000 100.000 20.000 > 500.000 100.000 20.000 (lt/orang/hari) 190 170 150 130 100

Manusia dan makhluk hidup lain di alam ini memerlukan air untuk prosesproses psikologis yang dibedakan antara lain : 1. Kebutuhan Domestik, adalah kebutuhan air bersih untuk pemenuhan kegiatan sehari-hari atau rumah tangga seperti: untuk minum, memasak, kesehatan individu (mandi, cuci dan sebagainya, menyiram tanaman, halaman, pengangkut air buangan (buangan dapur dan toilet). 2. Kebutuhan Non Domestik adalah kebutuhan air yang digunakan untuk beberapa kegiatan seperti : a. Kebutuhan Institusional. Adalah kebutuhan air bersih untuk kegiatan perkantoran dan tempat pedidikan atau sekolah. b. Kebutuhan Komersil dan Industri

34

Adalah kebutuhan air bersih untuk kegiatan hotel, pasar, pertokoan, restoran. Sedangkan kebutuhan air bersih untuk Industri biasanya digunakan untuk air pendingin, air pada boiler untuk pemanas, bahan baku proses. 3. Kebutuhan Fasilitas Umum Adalah kebutuhan air bersih untuk kegiatan tempat-tempat ibadah, rekreasi, terminal. Unit konsumsi kebutuhan air rata-rata untuk sarana dan prasarana non domestik disesuaikan dengan standar Dirjen Cipta Karya seperti yang terlihat pada Tabel 3.2. Tabel 3.2. Klasifikasi dan Struktur Kebutuhan Air (Chatib, 1994)No. 1. 2. Parameter Tingkat Pelayanan (Target) Kebutuhan Domestik (lt/org/hari) : * Sambungan Rumah (SR) * Hidran Umum (Kran Umum) Kebutuhan Non Domestik * Industri (lt/org/hari) : - Berat - Sedang - Ringan * Komersial (lt/org/hari) : - Pasar (lt/unit/hari) - Hotel (lt/kamar/hari) * Sosial dan Institusi : - Universitas (lt/siswa/hari) - Sekolah (lt/siswa/hari) - Masjid (m3/hari/unit) - Rumah Sakit (lt/org/hari) - Puskesmas (m3/hari/unit) - Kantor (lt/org/hari) - Militer (m3/hari/unit) Kehilangan Air * Sistem Baru Metr o 100 % 190 30 Besar 100 % 170 30 Sedang 100 % 150 30 Kecil 80 % 90 30

3.

0,50 1,00 0,25 0,50 0,10 1,00 400 1000 20 15 1 s/d 2 400 1 s/d 2 0,01 10 * 20 % x (Kebutuhan Domestik + Kebutuhan Non Domestik) 20 % x Kebutuhan Domestik

4.

35

* Sistem Lama

* 30 % x (Kebutuhan Domestik + Kebutuhan Non Domestik) Kebutuhan Domestik + Kebutuhan Non Domestik + Kehilangan Air Faktor Harian Maksimum (115 % 120 %) x Total Kebutuhan Air Faktor Jam Puncak (165 % s/d 200 %) x Total Kebutuhan Air

5. 6. 7.

Total Kebutuhan Air Kebutuhan Maksimum Kebutuhan Jam Puncak

Pada beberapa BPAM, pelanggannya dibagi atas 3 kategori, yaitu : 1. Sosial (Sos) a. Hidran umum / kran umum b. Yayasan-yayasan sosial c. Puskesmas d. Rumah Sakit Umum Pemerintah e. Tempat ibadah f. Sekolah negeri dan swasta. 2. Niaga Kecil (NK) a. Toko / depot, b. Kantor badan usaha swasta c. Salon kecantikan d. Usaha servis atau bengkel kendaraan maupun elektronik e. Tempat pendidikan formal swasta f. Tempat fitness g. Rumah makan biasa, apotik dan usaha lain sejenisnya. 3. Non Niaga (NN) a. Rumah dinas / mess pemerintah, b. Kantor / instansi / lembaga pemerintah, c. Asrama milik pemerintah dan TNI POLRI, BUMN dan BUMD. d. Sambungan rumah tangga. 3.7. Proyeksi Pertumbuhan Penduduk.

36

Beberapa metode proyeksi penduduk yang digunakan dalam perencanaan system penyediaan air bersih adalah sebagai berikut : 1. Metode rata-rata AritmatikPn = Po + K a ( Tn To ) ...........................................................

(3.1) (3.2)

Ka =

( P2 P1 ) ( T2 T1 ) .......................................................................

Dimana : Pn Po Tn To Ka P1 P2 T1 T2 = Jumlah Penduduk pada akhir rencana = Jumlah Penduduk pada awal rencana = Tahun ke-n = Tahun awal = Konstanta Aritmatik = Jumlah penduduk yang diketahui pada tahun pertama = Jumlah penduduk yang diketahui pada tahun berikutnya = Tahun pertama yang diketahui = Tahun Berikutnya

2. Metode Geometrik Metode ini banyak dipakai karena mudah dan mendekati kebenaran.Pt = Po (1 + r ) ....................................................................n

(3.3) (3.4)

(1 + r ) nDimana, Pt Po r n

=

PT ......................................................................... Po

= Jumlah penduduk pada akhir rencana = Jumlah penduduk pada awal rencana = Tingkat pertumbuhan penduduk ( % ) = Umur perencanaan

37

3. Metode Pertumbuhan Seragam metode ini mengasumsi bahwa prosen pertambahan penduduk dari dekade ke dekade adalah konstan dan perhitungan didasarkan pada proses pertumbuhan rata-rata. Metode ini hanya cocok bagi kota yang relative muda dengan pertumbuhan penduduk yang cepat. 4. Metode Selisih Pertumbuhan. Yaitu jumlah penduduk saat ini di tambah dengan rataa-rata pertambahan penduduk dalam sepuluh tahun dan rata-rata selisih pertambahan. 5. Metode Grafis. Proyeksi penduduk dihitung dengan menggunakan kurva, ploting antara waktu, tahun dan populasi. Dari data yang dikumpulkan dan terbentuk kurva, kemudian direntangkan kedepan sesuai dengan bentuk nature kurva, akan diperoleh populasi dari tahun yang diinginkan.

38

BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan pada kota Taluk Kuantan Kecamatan Kuantan Tengah Kabupaten Kuantan Singingi. Pendistribusian air bersih untuk kota Taluk Kuantan dilakukan oleh BPAM Kuantan Singingi Unit Taluk Kuantan. Lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.1.

39

Gambar 4.1. Lokasi Penelitian 4.2. Topografi Kota Taluk Kuantan merupakan ibu kota Kabupaten Kuantan singingi. Kota Taluk Kuantan terletak di 10102' BT - 10155' BT dan 000' LU - 100' LS dengan luas wilayah 7.656,03 km2. Kota Taluk Kuantan sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Kampar dan Pelalawan, sebelah selatan berbatasan dengan Provinsi Jambi, sebelah barat berbatasan dengan Provinsi Sumatera Barat, dan sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Indragiri Hulu. Berdasarkan ketinggian, kelandaian dan kenampakan bentang alamnya, kawasan Kota Taluk Kuantan menempati daerah dataran alluvial dan sebagian merupakan daerah perbukitan bergelombang lembah. Daerah dataran alluvial sebagian mencakup kawasan kota bagian utara, yaitu sepanjang daerah pengaliran sungai Kuantan dengan ketinggian 50-100 m, sedangkan untuk daerah perbukitan bergelombang lembah mencakup kawasan kota bagian selatan dengan ketinggian 75-150 m di atas permukaan laut. Kondisi topografi secara umum relatif melandai ke arah utara barat daya. 4.3. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan 2 cara, yaitu : 1. Studi Literatur Studi literatur dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai datadata yang diperlukan dalam penelitian. Studi literatur juga berguna untuk menjelaskan konsep dalam penelitian. Hasil studi literatur berupa referensi dari bacaan-bacaan yang berisikan dasar-dasar teori, rumus-rumus dari buku-buku atau tulisan-tulisan di dunia maya (internet) yang yang berhubungan dengan pendistribusian air bersih dan dapat mendukung penulisan penelitian.

40

2. Observasi Lapangan Observasi lapangan tidak hanya berguna untuk mendapatkan data tertulis yang dibutuhkan dalam perencanaan, tetapi juga dapat membantu Penulis dalam memahami lebih lanjut mengenai konsep dari perencanaan. Dari observasi lapangan Penulis dapat mengamati langsung proses pelaksanaan serta melakukan tanya jawab dengan narasumber sehingga dapat dipahami hubungan antara kondisi di lapangan dengan teori yang ada. Dari hasil observasi di lapangan juga diperoleh data-data. 4.4. Tahapan Penelitian 1. Persiapan Tahapan ini meliputi pengurusan izin / surat pengantar berkaitan dengan pengumpulan data. 2. Observasi Lapangan Pada tahap ini Penulis melakukan peninjauan secara langsung ke BPAM Kabupaten Kuantan Singingi Unit Taluk Kuantan. 3. Pengumpulan Data Adapun data-data yang berhasil dikumpulkan antara lain : B. Data jumlah penduduk Kota Taluk Kuantan 5 tahun terakhir yaitu dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 yang diperoleh dari Kantor Camat Kuantan Tengah Kabupaten Singingi. C. Data jumlah pelanggan yang dilayani oleh BPAM Kabupaten Kuantan Singingi Unit Taluk Kuantan 5 tahun terakhir yaitu dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 yang diperoleh dari BPAM Kuantan Kuantan Singingi Unit Taluk Kuantan. Pelanggan BPAM Unit Taluk Kuantan dibagi atas 3 kategori, yaitu : a. Sosial (Sos) Yang termasuk dalam kategori pelanggan Sosial adalah hidran umum / kran umum, yayasan-yayasan sosial, rumah sakit umum, pemerintah dan Puskesmas, tempat ibadah, Sekolah negeri dan swasta.

41

a.

Niaga Kecil (NK)

Yang termasuk dalam kategori pelanggan Niaga Kecil adalah toko / depot, kantor badan usaha swasta, salon kecantikan, tempat fitness, usaha servis atau bengkel kendaraan maupun elektronik, tempat pendidikan formal swasta, rumah makan biasa, apotik dan usaha lain sejenisnya. c. Non Niaga (NN) Yang termasuk dalam kategori pelanggan Non Niaga adalah, rumah dinas / mess pemerintah, kantor / instansi / lembaga pemerintah, asrama milik pemerintah dan TNI POLRI, BUMN dan BUMD, serta sambungan rumah tangga. D. Data jumlah produksi air BPAM Kabupaten Kuantan Singingi Unit Taluk Kuantan yang diperoleh dari BPAM Kuantan Kuantan Singingi Unit Taluk Kuantan. 4. Pada tahapan ini, Penulis mulai mengolah data-data sesuai dengan metodemetode penelitian yang diperoleh dari hasil studi literatur dan observasi di lapangan. Adapun analisa-analisa tersebut yaitu : b. Analisa proyeksi jumlah penduduk Kota Taluk Kuantan 15 tahun mendatang yaitu dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2025 dengan metode Geometrik. c. Analisa total kebutuhan air bersih penduduk Kota Taluk Kuantan dalam 15 tahun yang akan datang berdasarkan 80 % jumlah penduduk. 5. Hasil dan Pembahasan Pada tahapan ini akan dibahas perbandingan total kebutuhan penduduk Kota Taluk Kuantan akan air bersih BPAM dalam 15 tahun mendatang dengan jumlah produksi air BPAM Unit Taluk Kuantan. Apabila debit produksi air BPAM lebih kecil dari total kebutuhan penduduk Kota Taluk Kuantan akan air bersih BPAM dalam 15 tahun yanag akan datang maka diusulkan beberapa solusi penanganannya. 6. Kesimpulan

42

Tahapan penelitian digambarkan dengan Bagan Alir. Bagan alir berfungsi untuk mempermudah Pembaca memahami langkah-langkah penelitian. Bagan alir (flow chart) penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4.2.

Mulai

Pengumpulan Data

Data Produksi BPAM

Data Pelanggan BPAM

Data Jumlah Penduduk

SR < 80 % Jumlah Pendudu k

Tidak

Ya

Analisa Proyeksi Jumlah Penduduk Tahun 2011 - 2025 Analisa Kebutuhan Air Bersih Penduduk Tahun 2011 - 2025 Ya Qpenduduk Qproduksi >

Solusi

Tidak

Kesimpulan Selesa i

43

Gambar 4.2. Bagan Alir Penelitian BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Perbandingan Jumlah Pelanggan BPAM Unit Taluk Kuantan Terhadap Jumlah Penduduk Kota Taluk Kuantan Tahun 2006 2010. Kota Taluk Kuantan setiap tahunnya mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Perkembangan tersebut akan meningkatan kemampuan eknonomi masyarakat serta jumlah penduduknya. Berdasarkan hal tersebut dapat diprediksikan bahwa jumlah pelanggan BPAM Unit Taluk Kuantan akan meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk kota tersebut setiap tahunnya. Hal tersebut dapat dilihat dari data pelanggan BPAM Unit Taluk Kuantan dan data jumlah penduduk 5 tahun terakhir. Persentase kenaikan jumlah penduduk Kota Taluk Kuantan dihitung dengan menggunakan metode Geometrik. Persentase rata-rata pertumbuhan penduduk kota Taluk Kuantan tahun 2006 2010 adalah sebesar 3,9 %. Dari data jumlah pelanggan BPAM Unit Taluk Kuantan 5 tahun terakhir (2006 2010) diketahui bahwa setiap tahunnya jumlah pelanggan sambungan Non Niaga (Sambungan rumah) meningkat sebanyak 10,2 %. Jumlah jiwa dalam satu keluarga berkisar antara 4 8. Bila diasumsikan 1 Sambungan Rumah (Non Niaga) = 5 jiwa (1 Ayah, 1 Ibu, 3 Anak), maka dapat dibuatkan perbandingan antara jumlah pelanggan BPAM Unit Taluk Kuantan

44

terhadap jumlah penduduk Kota Taluk Kuaantan dalam kurun waktu 5 tahun terakhir yaitu dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2010. Perbandingan tersebut dapat digambarkan dengan grafik seperti yang terlihat pada Gambar 5.1. Dari data tersebut diketahui bahwa jumlah pelanggan BPAM Unit Taluk Kuantan masih kurang dari 80 % jumlah penduduk Kota Taluk Kuantan sebagai target pelayanan yang ditetapkan oleh Pemerintah. Hal tersebut anatara lain disebabkan oleh kondisi ekonomi masyarakat yang belum memadai, buruknya kualitas maupun pelayanan BPAM Unit Taluk Kuantan sehingga penduduk di Kota Taluk Kuantan lebih cenderung menggunakan sumur bor atau memanfaatkan secara langsung air sungai Kuantan yang jelas sangat tidak layak untuk dikonsumsi baik untuk mencuci, apalagi untuk diminum.70000 65000 60000 55000 50000 45000 40000 35000 30000 25000 20000 15000 10000 5000 0 2006 2007 2008Tahun

52418

54314

56381

58594

61118

3138

3753

4246

44662009

45992010

Jumlah Pelanggan

Jumlah Penduduk

Gambar 5.1. Grafik Perbandingan Jumlah Pelanggan BPAM Terhadap Jumlah Penduduk Tahun 2006 2010.

5.2. Pertumbuhan Penduduk Proyeksi jumlah penduduk Kota Taluk Kuantan 15 tahun yang akan datang menggunakan metode Geometrik berdasarkan data jumlah penduduk 5 tahun terakhir.

45

Dari hasil analisa diperoleh bahwa jumlah penduduk Kota Taluk Kuantan tahun 2011 2025 mengalami peningkatan setiap tahunnya seperti yang terlihat pada Tabel A.3. Grafik pertumbuhan penduduk tersebut dapat dilihat pada Gambar 5.2.

120000 100000 80000 60000 40000 20000 0 Jumlah Penduduk

Gambar 5.2. Grafik Proyeksi Jumlah Penduduk Tahun 2011 2025. 5.3. Hasil Analisa Kebutuhan Air Penduduk Kota Taluk Kuantan Tahun 2011 2025. Analisa kebutuhan air penduduk dilakukan terhadap 3 kategori, yaitu Kebutuhan Domestik, Kebutuhan Non Domestik, dan Faktor Kehilangan Air. Rekapitulasi perhitungan kebutuhan air bersih harian rata-rata penduduk Kota Taluk Kuantan tahun 2011 sampai dengan tahun 2025 dapat dilihat pada Tabel 5.2.

93 84 10 21 44 10 01 05 10 729 96 097 93

3 60 89 0 24 86 3 00 83 87 8 79 9 88 76 3 00 74 5 22 71 1 55 68 8 97 65 1 50 63

25 20 4 2 20 23 20 2 2 20 21 20 0 2 20 19 20 18 20 17 20 16 20 15 20 14 20 13 20 12 20 11 20

Tahun

46

Tabel 5.1. Rekapitulasi Kebutuhan Air Penduduk Tahun 2011 - 2025Jumlah Pendudu k (Jiwa) 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 63,501 65,978 68,551 71,225 74,003 76,889 79,887 83,003 86,240 89,603 93,097 96,729 100,501 104,421 108,493 Kebutuhan Domestik Tingkat Pelayanan % 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 Kebutuhan Air (ltr/org/hari ) 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 Kebutuhan Non Domestik Tingkat Pelayanan % 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 Kebutuhan Domestik Harian Rata-Rata (ltr/hari) 4,572,072 4,750,416 4,935,672 5,128,200 5,328,216 5,536,008 5,751,864 5,976,216 6,209,280 6,451,416 6,702,984 6,964,488 7,236,072 7,518,312 7,811,496 Kebutuhan Non Domestik Harian Rata-Rata (ltr/hari) 914,414 950,083 987,134 1,025,640 1,065,643 1,107,202 1,150,373 1,195,243 1,241,856 1,290,283 1,340,597 1,392,898 1,447,214 1,503,662 1,562,299 Kehilangan Air Total Kebutuhan Air

Tahun

(ltr/hari) 1,097,297 1,140,100 1,184,561 1,230,768 1,278,772 1,328,642 1,380,447 1,434,292 1,490,227 1,548,340 1,608,716 1,671,477 1,736,657 1,804,395 1,874,759

(ltr/hari) 6,583,784 6,840,599 7,107,368 7,384,608 7,672,631 7,971,852 8,282,684 8,605,751 8,941,363 9,290,039 9,652,297 10,028,863 10,419,944 10,826,369 11,248,554

47

5.4. Produksi Air Bersih BPAM Unit Taluk Kuantan Dari hasil survey di lapangan, diketahui bahwa BPAM Unit Taluk Kuantan menggunakan 2 buah reservoar berkapasitas 300 m3 dan 1 buah reservoar berkapasitas 200 m3 sehingga total kapasitas reservoar BPAM Unit Taluk Kuantan adalah sebesar 800 m3 = 800.000 ltr. Dalam pengoperasiannya digunakan 3 buah pompa submersible dengan kapasitas produksi masing-masing pompa adalah sebesar 60 ltr/det. Lama operasional pompa dalam satu hari adalah 14 jam. Dari data tersebut dapat dihitung besar produksi air bersih BPAM Unit Taluk Kuantan, yaitu :3 60 ltr / det 3600 det 14 jam = 9.072 .000 ltr / hari

5.5. Perbandingan Produksi Air BPAM Terhadap Total Kebutuhan Air Bersih Penduduk Tahun 2011 2025. Perbandingan produksi air BPAM terhadap total kebutuhan air bersih penduduk yang telah diprediksikan akan meningkat di tahun 2011 2025 dapat dilihat pada Tabel 5.7. Tabel 5.2. Perbandingan Produksi Air BPAM Unit Taluk Kuantan Terhadap Total Kebutuhan Air Bersih Penduduk di Tahun 2011 2025.Produksi Air BPAM Tahun 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 (ltr/hari) 9,072,000 9,072,000 9,072,000 9,072,000 9,072,000 9,072,000 9,072,000 9,072,000 9,072,000 9,072,000 9,072,000 9,072,000 9,072,000 9,072,000 9,072,000 Kebutuhan Air Penduduk (ltr/hari) 6,583,784 6,840,599 7,107,368 7,384,608 7,672,631 7,971,852 8,282,684 8,605,751 8,941,363 9,290,039 9,652,297 10,028,863 10,419,944 10,826,369 11,248,554

48

Pebandingan tersebut dapat digambarkan melalui grafik seperti yang terlihat pada Gambar 5.3.12,000,000 10,000,000 8,000,000 6,000,000 4,000,000 2,000,000 0 2011 2012 2019 2020 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2021 2022 2023 2024 2025

Produksi Air BPAM Kebutuhan Air Penduduk

Gambar 5.3. Grafik Perbandingan Jumlah Produksi BPAM Terhadap Proyeksi Jumlah Kebutuhan Air Penduduk di Tahun 2011 2025. 5.6. Pembahasan Dari grafik perbandingan antara produksi air BPAM terhadap prediksi jumlah kebutuhan air bersih penduduk di tahun 2011 2025 diketahui bahwa mulai dari tahun 2020 hingga tahun-tahun berikutnya, produksi air BPAM Unit Taluk Kuantan tidak lagi mampu memuhi kebutuhan air penduduk Kota Taluk Kuantan. Oleh karena itu, jumlah produksi air BPAM harus ditingkatkan. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan, diantaranya : 1. Menambah Jam Operasional Pompa Seperti yang diketahui, jam operasional pompa di BPAM Unit Taluk Kuantan adalah selama 14 jam dalam satu hari. Hal tersebut dapat disebabkan oleh faktor usia pompa atau faktor instalasi listrik/genset, sehingga tidak memungkinkan pompa untuk beroperasi lebih lama.

49

Misalkan jam operasional pompa dinaikkan menjadi 15 jam dalam satu hari, maka produksi air menjadi :3 60 ltr / det 3600 det 15 jam = 9.720 .000 ltr / hari

Jumlah tersebut masih mampu memenuhi kebutuhan air bersih penduduk hingga tahun 2022. Pertambahan jam operasional pompa juga bisa dilakukan pada saat-saat jam puncak, dimana penggunaaan air pada jam tersebut meningkat. 2. Menambah jumlah pompa Submersible Saat ini jumlah pompa submersible yang beroperasi di BPAM Unit Taluk Kuantan adalah 3 buah. Jika produksi air dilakukan dengan 4 atau lebih pompa, maka jumlah produksi air bersih secara otomatis akan meningkat. Misalkan dioperasikan 4 buah pompa submersible dengan lama jam operasional pompa dalam satu hari tetap 14 jam, maka jumlah produksi air bersih menjadi :4 60 ltr / det 3600 det 14 jam =12 .096 .000 ltr / hari

Jumlah produksi air tersebut akan mampu memenuhi kebutuhan air penduduk hingga tahun 2025 mendatang. 3. Mencari sumber air baru. Bila ketersediaan air dari sungai Kuantan tidak lagi mampu memenuhi jumlah air yang harus diproduksi, maka perlu dicari sumber air lain, seperti air tanah menggunakan sumur intake, dll. Disamping kedua hal tersebut, untuk mengoptimalkan jumlah produksi air BPAM dapat dilakukan usaha-usaha berikut : 1. Mengganti pompa submersible yang mulai lemah daya kerjanya dengan tujuan untuk menjaga kesetabilan debit. Lemahnya daya kerja pompa dapat menyebabkan berkurangnya jumlah produksi dari kapasitas produksi maksimum pompa. 2. Mengurangi tingkat kebocoran yang terjadi pada jaringan instalasi pengolahan air dan jaringan distribusi.

50

Pembesaran dimensi pipa hanya terjadi pada pipa cabang dan pipa induk. Pembesaran dimensi pipa cabang dilakukan berdasarkan total debit dari tiap-tiap pipa dinas yang dilayaninya, yang secara otomatis akan berdampak pada kapasitas pipa induk yang dialayani tiap-tiap pipa cabangnya.

51

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Berdasarkan uraian pada bab-bab diatas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. BPAM Unit Taluk Kuantan memproduksi air menggunakan 3 buah pompa submersible dengan kapasitas masing-masing pompa adalah 60 ltr/det dengan lama pengoperasian pompa dalam satu hari selama 14 jam. Dari hasil analisa diperoleh total produksi air bersih BPAM Unit Taluk Kuantan adalah sebesar 9,072,000 ltr/hari. 2. Penduduk Kota Taluk Kuantan setiap tahunnya mengalami peningkatan dengan persentase pertumbuhan rata-rata per tahunnya adalah sebesar 3,9 %. Dari persentase pertumbuhan penduduk tersebut diprediksikan jumlah penduduk dan kebutuhan air bersih penduduk di tahun 2011 2025 mendatang. 3. Dari hasil analisa dapat disimpulkan bahwa produksi air BPAM Unit Taluk Kuantan tidak lagi dapat memenuhi kebutuhan air penduduk di tahun 2020 hingga tahun-tahun berikutnya sehingga perlu dilakukan evaluasi jumlah produksi air bersihnya dengan cara menambah jam operasional pompanya di jam-jam puncak pemakaian air oleh penduduk serta menambah jumlah pompa submersible menjadi 4 buah yang dioperasikan. 6.2. Saran 1. Untuk mendapatkan tingkat akurasi yang lebih tinggi sebaiknya dalam menganalisa kebutuhan air bersih penduduk menggunakan data yang lebih kompleks mengenai jumlah sambungan non domestiknya, seperti jumlah instansti/kantor pemerintah, tempat ibadah, rumah sakit, tempat-tempat industri, dsb yang dilayani oleh BPAM Unit Taluk Kuantan dikarenakan

52

ada perbedaan yang besar terhadap faktor kebutuhan air bersih oleh masing-masing sambungan tersebut. 2. Untuk mendapatkan tingkat akurasi perhitungan yang lebih tinggi atau nilai kesalahan yang kecil, sebaiknya diperhitungkan faktor kehilangan air sebesar 2 % sebagai faktor kemungkian adanya penggunaan air oleh BPAM sendiri maupun akibat kebocoran instalasi jaringan (pipa) yang kerap terjadi di lapangan.

53

DAFTAR PUSTAKA Ardino. 2009. Analisis Kebutuhan dan Pendistribusian Air Bersih PDAM di Kota Selat Panjang Kabupaten Bengkalis Propinsi Riau. Pekanbaru : Tugas Akhir Jurusan Teknik Sipil Universitas Islam Riau. Babbitt, Harold E, M.S, James J Donald, M.S., C.E., D.Sc., and John L Cleasby, Ph.d. 1967. Water Supply Engineering. 6th ed. New York : McGrawHill Book Co. Boediono, Dr., dan Ir. Wayan Koster, MM. 2004. Teori dan Aplikasi Statistik Probabilitas. Bandung : PT. Remaja Kosda Karya. Chatib, DR. Ir. Benny, M.Sc. 1994. Sistem Penyediaan Air Minum. Bandung : ITB Press. Irawan, Masri. 2010. Tinjauan Kebutuhan air Bersih dan Pendistribusian Pada Perumahan Handayani Kelurahan Kampung Besar Kota Kecamatan Rengat. Pekanbaru : Tugas Akhir Jurusan Teknik Sipil Universitas Islam Riau. Linsley, K. Ray. 1991. Teknik Sumber Daya Air Edisi Ke-II Jilid I. Jakarta : Penerbit Erlangga. Linsley, K. Ray. 1991. Teknik Sumber Daya Air Edisi Ke-III Jilid I. Jakarta : Penerbit Erlangga. Keputusan Menteri Kesehatan RI. No. 907/MENKES/VII/2002. Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum. Kodoatie, Robert J. 1993. Hidrolika Terapan. Jakarta : Penerbit Erlangga. Noerbambang, Soufyan. 2005. Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing. Jakarta : Penerbit Pradnya Paramita. Peraturan Pemerintah RI. No. 82 Tahun 2001. Pengelolahan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Raswari. 1986. Perencanaan dan Penggambaran Sistem Perpipaan. Jakarta : UIPress.

54

Sandra, Deny Monika. 2010. Evaluasi Jaringan Pipa Distribusi Air Bersih PDAM Kab.Kampar Kota Bangkinang. Pekanbaru : Tugas Akhir Jurusan Teknik Sipil Universitas Islam Riau. Sasongko, Djoko. 1995. Teknik Sumber Daya Air jilid 2. Jakarta : Penerbit Erlangga. Soemarto, CD. 1987. Hidrologi Teknik. Surabaya : Penerbit Usaha Nasional. Sosrodarsono, Suyono. 2003. Hidrologi Untuk Pengairan. Jakarta : Penerbit Pradnya Paramita. Susanti, Aprilia. 2006. Bangunan Pengolahan Air Minum. Serpong : Reguler Training. Sutrisno, Totok dan Eny Suciastuti. 1987. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta : Bina Aksara. Tambunan, Tommy Oskandar. 2008. Tinjauan Pendistribusian Air Bersih Pada Kelurahan Pasir Pengarayan. Pekanbaru : Tugas Akhir Jurusan Teknik Sipil Universitas Islam Riau. Triatmodjo, Bambang. 2003. Hidraulika II. Yogyakarta : Penerbit Beta Offset.