bab 1 & bab 2

Upload: fajarr-ajahh

Post on 14-Jan-2016

28 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

hidrosefalus

TRANSCRIPT

BAB 1

BAB 1PENDAHULUAN

A. Latar BelakangHidrosefalus merupakan keadaan yang disebabkan gangguan keseimbangan antara produksi dan absorpsi cairan serebrospinal dalam ventrikel otak. Jika sistem produksi cairan serebrospinal lebih besar daripada absorpsi, cairan serebrospinal akan terakumulasi dalam sistem ventrikel, dan biasanya peningkatan tekanan akan menghasilkan dilatasi pasif ventrikel (Wong, 2008). Berdasarkan dua definisi diatas dapat disimpulkan bahwa hidrosefalus adalah peningkatan jumlah volume cairan serebrospinal dalam kepala.Insidensi hidrosefalus antara 0.2-4 setiap 1000 kelahiran. Insidensi hidrosefalus kongenital adalah 0.5-1.8 pada tiap 1000 kelahiran dan 11%-43% disebabkan oleh stenosis aqueductus serebri. Stenosis aquaductus serebri adalah penyempitan pada bagian aqueductus serebri. Tidak ada perbedaan bermakna insidensi untuk kedua jenis kelamin, juga dalam perbedaan ras. Hidrosefalus infantil, 46% adalah akibat abnormalitas perkembangan otak, 50% karena perdarahan subaraknoid dan meningitis, dan kurang dari 4% akibat tumor fossa posterior (Darsono, 2005).Menurut Wong (2008) hidrosefalus disebabkan oleh berbagai keadaan, dapat merupakan penyakit kongenital (gangguan perkembangan janin dalam uterus atau infeksi intrauteri) atau didapat (neoplasma, perdarahan, atau infeksi). Ropper dan Robert (2005) mengatakan bahwa hampir 60-90% penderita hidrosefalus disebabkan karena kongenital. Hidrosefalus kongenital disebabkan karena adanya gangguan perkembangan janin dalam uterus atau infeksi intrauteri. Infeksi yang dapat menyebabkan hidrosefalus adalah terinfeksi Toxoplasma gondii pada saat hamil (Reeder, 2011).Secara statistik ditemukan bahwa dengan penanganan bedah dan penatalaksanaan medis yang baik sekalipun, didapatkan hanya sekitar 40% dari penderita hidrosefalus mempunyai kecerdasan yang normal dan sekitar 60% mengalami cacat kecerdasan dan fungsi motorik yang bermakna. Dari data statistik tersebut dapat dilihat bahwa walaupun dengan penanganan bedah saraf dan pelaksanaan bedah saraf dan pelaksanaan medis yang baik ternyata sekitar 60% penderita masih memiliki sekuel gangguan yang cukup bermakna.Maka berdasarkan uraian data diatas penulis tertarik ingin menegetahui lebih mendalam yang berkaitan dengan hidrosefalus.

B. Tujuan Penulisan1. Tujuan UmumUntuk mengetahui asuhan keperawatan terhadap anak yang menderita hidrosefalus2. Tujuan Khususa. Mahasiswa mampu mendapatkan gambaran tentang asuhan keperawatan terhadap anak yang menderita hidrosefalusb. Mahasiswa mampu mendapatkan gambaran tentang diagnosa keperawatan pada pasien hidrocefalusc. Mahasiswa mampu mendapatkan gambaran tentang intervensi keperawatan pada pasien hidrocefalusd. Mahasiswa mampu mendapatkan gambaran tentang penatalaksanaan pada pasien hidrocefaluse. Mahasiswa mampu mengetahui pemeriksaan diagnostik dan komplikasi pada hidrosefalusf. Mahasiswa mampu mendapatkan gambaran tentang kesenjangan teori dan praktek pada anak yang menderita hirosepfalusg. Mahasiswa mampu memberikan inovasi kepada pasien hidrocefalus

C. Manfaat Penulisan 1. Bagi PenelitiPenulisan ini diharapkan dapat meningkatkan ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan khususnya keperawatan anak mengenai asuhan keperawatan pada klien dengan hidrosefalus.2. Bagi Institusi PendidikanUntuk mengukur kemampuan mahasiswa dalam melakukan penelitian dan untuk menambah bahan bacaan di perpustakaan FIKES Muhammadiyah Tangerang.3. Bagi Rumah SakitPenulisan ini dapat memberikan masukan bagi rumah sakit tentang asuhan keperawatan pada klien dengan hidrosefalus terkait intervensi yang dilakukan terhadap masalah prioritas.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori1. Pengertian HidrosefalusHidrosefalus berasal dari bahasa latin yaitu, hydro yang berarti air dan cephalus yang berarti kepala (Moore, Keith., et al, 2002). Hidrosefalus adalah kelainan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan serebrospinal dengan atau pernah dengan tekanan intrakranial yang meninggi, sehingga terdapat pelebaran ventrikel (Darsono, 2005:209). Hidrocefalus adalah keadaan patologik otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan cerebrospinal dengan adanya tekanan intrakranial (TIK) yang meninggi sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat pengeluaran ligour (Depkes RI, 1989)Pelebaran ventrikuler ini akibat ketidakseimbangan antara produksi dan absorbsi cairan serebrospinal. Hidrosefalus selalu bersifat sekunder, sebagai akibat penyakit atau kerusakan otak. Adanya kelainan-kelainan tersebut menyebabkan kepala menjadi besar serta terjadi pelebaran sutura-sutura dan ubun-ubun (DeVito EE et al, 2007:328).

2. Penyebab HidrosefalusHidrosefalus terjadi bila terdapat penyumbatan aliran cairan serebrospinal (CSS) pada salah satu tempat antara tempat pembentukan CSS dalam sistem ventrikel dan tempat absorbsi dalam ruang subarakhnoid. Akibat penyumbatan, terjadi dilatasi ruangan CSS diatasnya (Allan H. Ropper, 2005). Teoritis pembentukan CSS yang terlalu banyak dengan kecepatan absorbsi yang abnormal akan menyebabkan terjadinya hidrosefalus, namun dalam klinik sangat jarang terjadi.Penyebab penyumbatan aliran CSS yang sering terdapat pada bayi dan anak (Allan H. Ropper, 2005:360) :a. Kelainan bawaan (kongenital)1) Stenosis akuaduktus sylvii2) Spina bifida dan kranium bifida3) Sindrom Dandy-Walker4) Kista araknoid dan anomali pembuluh darahb. InfeksiAkibat infeksi dapat timbul perlekatan meningen. Secara patologis terlihat penebalan jaringan piamater dan arakhnoid sekitar sisterna basalis dan daerah lain. Penyebab lain infeksi adalah toxoplasmosis.c. NeoplasmaHidrosefalus oleh obstruksi mekanik yang dapat terjadi di setiap tempat aliran CSS. Pada anak yang terbanyak menyebabkan penyumbatan ventrikel IV atau akuaduktus Sylvii bagian terakhir biasanya suatu glioma yang berasal dari serebelum, penyumbatan bagian depan ventrikel III disebabkan kraniofaringioma.d. PerdarahanPerdarahan sebelum dan sesudah lahir dalam otak, dapat menyebabkan fibrosis leptomeningen terutama pada daerah basal otak, selain penyumbatan yang terjadi akibat organisasi dari darah itu sendiri.

3. Klasifikasi HidrosefalusKlasifikasi hidrosefalus bergantung pada faktor yang berkaitan dengannya, berdasarkan :a. Gambaran klinis, dikenal hidrosefalus manifes (overt hydrocephalus) dan hidrosefalus tersembunyi (occult hydrocephalus).b. Waktu pembentukan, dikenal hidrosefalus kongenital dan hidrosefalus akuisita.c. Proses terbentuknya, dikenal hidrosefalus akut dan hidrosefalus kronik.d. Sirkulasi CSS, dikenal hidrosefalus komunikans dan hidrosefalus non komunikans.

Hidrosefalus interna menunjukkan adanya dilatasi ventrikel, hidrosefalus eksternal menunjukkan adanya pelebaran rongga subarakhnoid di atas permukaan korteks. Hidrosefalus obstruktif menjabarkan kasus yang mengalami obstruksi pada aliran likuor. Berdasarkan gejala, dibagi menjadi hidrosefalus simptomatik dan asimptomatik. Hidrosefalus arrested menunjukan keadaan dimana faktor-faktor yang menyebabkan dilatasi ventrikel pada saat tersebut sudah tidak aktif lagi. Hidrosefalus ex-vacuo adalah sebutan bagi kasus ventrikulomegali yang diakibatkan atrofi otak primer, yang biasanya terdapat pada orang tua (Darsono, 2005).

Hidrosefalus pada anak atau bayi pada dasarnya dapat di bagi dua:a. KongenitalMerupakan hidrosephalus yang sudah diderita sejak bayi dilahirkan, sehingga:1) Pada saat lahir keadaan otak bayi terbentuk kecil.2) Terdesak oleh banyaknya cairan didalam kepala dan tingginya tekanan intrakranial sehingga pertumbuhan sel otak terganggu.b. Didapat Bayi atau anak mengalaminya pada saat sudah besar, dengan penyebabnya adalah penyakit-penyakit tertentu misalnya trauma, TBC yang menyerang otak dimana pengobatannya tidak tuntas.

Pada hidrosefalus di dapat pertumbuhan otak sudah sempurna, tetapi kemudian terganggu oleh sebab adanya peninggian tekanan intrakranial. Sehingga perbedaan hidrosefalus kongenital dengan di dapat terletak pada pembentukan otak dan pembentukan otak dan kemungkinan prognosisnya.Berdasarkan letak obstruksi CSS (cairan serebrospinal), hidrosefalus pada bayi dan anak ini juga terbagi dalam dua bagian yaitu:a. Hidrosefalus komunikanApabila obstruksinya terdapat pada rongga subarachnoid, sehingga terdapat aliran bebas CSS dalam sistem ventrikel sampai ke tempat sumbatan. Jenis ini tidak terdapat obstruksi pada aliran CSS tetapi villus arachnoid untuk mengabsorbsi CSS terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit atau malfungsional. Umumnya terdapat pada orang dewasa, biasanya disebabkan karena dipenuhinya villus arachnoid dengan darah sesudah terjadinya hemmorhage subarachnoid (klien memperkembangkan tanda dan gejala-gejala peningkatan ICP).b. Hidrosefalus non komunikan Apabila obstruksinya terdapat terdapat didalam sistem ventrikel sehingga menghambat aliran bebas dari CSS. Biasanya gangguan yang terjadi pada hidrosefalus kongenital adalah pada sistem vertikal sehingga terjadi bentuk hidrosefalus non komunikan. Biasanya diakibatkan obstruksi dalam sistem ventrikuler yang mencegah bersikulasinya CSS. Kondisi tersebut sering dijumpai pada orang lanjut usia yang berhubungan dengan malformasi congenital pada sistem saraf pusat atau diperoleh dari lesi (space occuping lesion) ataupun bekas luka. Pada klien dewasa dapat terjadi sebagai akibat dari obstruksi lesi pada sistem ventricular atau bentukan jaringan adhesi atau bekas luka didalam system di dalam system ventricular. Pada klien dengan garis sutura yang berfungsi atau pada anakanak dibawah usia 1218 bulan dengan tekanan intraranialnya tinggi mencapai ekstrim, tandatanda dan gejalagejala kenaikan ICP dapat dikenali. Pada anak-anak yang garis suturanya tidak bergabung terdapat pemisahan /separasi garis sutura dan pembesaran kepala.c. Hidrosefalus bertekanan normal (Normal Pressure Hidrocephalus)Di tandai pembesaran sister basilar dan ventrikel disertai dengan kompresi jaringan serebral, dapat terjadi atrofi serebral. Tekanan intrakranial biasanya normal, gejala gejala dan tanda tanda lainnya meliputi; dimentia, ataxic gait, incontinentia urine. Kelainan ini berhubungan dengan cedera kepala, hemmorhage serebral atau thrombosis, meningitis; pada beberapa kasus (kelompok umur 60 70 tahun) ada kemungkinan ditemukan hubungan tersebut.

4. Patofisiologi HidrosefalusDikarenakan kondisi CSS yang tidak normal, hidrosefalus secara teoritis terjadi sebagai akibat dari tiga mekanisme yaitu produksi likuor yang berlebihan, peningkatan resistensi aliran likuor, dan peningkatan tekanan sinus venosa. Konsekuensi tiga mekanisme di atas adalah peningkatan tekanan intrakranial (TIK) sebagai upaya mempertahankan keseimbangan sekresi dan absorbsi. Mekanisme terjadinya dilatasi ventrikel cukup rumit dan berlangsung berbeda-beda tiap saat selama perkembangan hidrosefalus. Dilatasi ini terjadi sebagai akibat dari kompresi sistem serebrovaskuler, redistribusi dari likuor serebrospinalis atau cairan ekstraseluler, perubahan mekanis dari otak, efek tekanan denyut likuor serebrospinalis, hilangnya jaringan otak, dan pembesaran volume tengkorak karena regangan abnormal sutura kranial. (Darsono, 2005:212).Produksi likuor yang berlebihan disebabkan tumor pleksus khoroid. Gangguan aliran likuor merupakan awal dari kebanyakan kasus hidrosefalus. Peningkatan resistensi yang disebabkan gangguan aliran akan meningkatkan tekanan likuor secara proporsional dalam upaya mempertahankan reasorbsi yang seimbang. Peningkatan tekanan sinus vena mempunyai dua konsekuensi, yaitu peningkatan tekanan vena kortikal sehingga menyebabkan volume vaskuler intrakranial bertambah dan peningkatan tekanan intrakranial sampai batas yang dibutuhkan untuk mempertahankan aliran likuor terhadap tekanan sinus vena yang relatif tinggi. Konsekuensi klinis dari hipertensi vena ini tergantung dari komplians tengkorak (Darsono, 2005:212).

5. Manifestasi Klinis HidrosefalusTanda awal dan gejala hidrosefalus tergantung pada derajat ketidakseimbangan kapasitas produksi dan resorbsi CSS (Darsono, 2005). Gejala-gejala yang menonjol merupakan refleksi adanya hipertensi intrakranial.Manifestasi klinis dari hidrosefalus pada anak dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu:a. Hidrosefalus terjadi pada masa neonatusMeliputi pembesaran kepala abnormal, gambaran tetap hidrosefalus kongenital dan pada masa bayi. Lingkaran kepala neonatus biasanya adalah 35-40 cm, dan pertumbuhan ukuran lingkar kepala terbesar adalah selama tahun pertama kehidupan. Kranium terdistensi dalam semua arah, tetapi terutama pada daerah frontal. Tampak dorsum nasi lebih besar dari biasa. Fontanel terbuka dan tegang, sutura masih terbuka bebas. Tulang-tulang kepala menjadi sangat tipis. Vena-vena di sisi samping kepala tampak melebar dan berkelok. (Peter Paul Rickham, 2003).

b. Hidrosefalus terjadi pada akhir masa kanak-kanakPembesaran kepala tidak bermakna, tetapi nyeri kepala sebagai manifestasi hipertensi intrakranial. Lokasi nyeri kepala tidak khas. Dapat disertai keluhan penglihatan ganda (diplopia) dan jarang diikuti penurunan visus. Secara umum gejala yang paling umum terjadi pada pasien-pasien hidrosefalus di bawah usia dua tahun adalah pembesaran abnormal yang progresif dari ukuran kepala. Makrokrania mengesankan sebagai salah satu tanda bila ukuran lingkar kepala lebih besar dari dua deviasi standar di atas ukuran normal. Makrokrania biasanya disertai empat gejala hipertensi intrakranial lainnya yaitu fontanel anterior yang sangat tegang, sutura kranium tampak atau teraba melebar, kulit kepala licin mengkilap dan tampak vena-vena superfisial menonjol, dan fenomena matahari tenggelam (sunset phenomenon). Gejala hipertensi intrakranial lebih menonjol pada anak yang lebih besar dibandingkan dengan bayi. Gejalanya mencakup: nyeri kepala, muntah, gangguan kesadaran, gangguan okulomotor, dan pada kasus yang telah lanjut ada gejala gangguan batang otak akibat herniasi tonsiler (bradikardia, aritmia respirasi). (Darsono, 2005:213)Kepala bisa berukuran normal dengan fontanela anterior menonjol, lama kelamaan menjadi besar dan mengeras menjadi bentuk yang karakteristik oleh peningkatan dimensi ventrikel lateral dan anterior posterior diatas proporsi ukuran wajah dan bandan bayi. Puncak orbital tertekan ke bawah dan mata terletak agak ke bawah dan ke luar dengan penonjolan putih mata yang tidak biasanya. Tampak adanya dsitensi vena superfisialis dan kulit kepala menjadi tipis serta rapuh.Uji radiologis : terlihat tengkorak mengalami penipisan dengan sutura yang terpisah pisah dan pelebaran vontanela. Ventirkulogram menunjukkan pembesaran pada sistem ventrikel . CT scan dapat menggambarkan sistim ventrikuler dengan penebalan jaringan dan adanya massa pada ruangan occuptional. Pada bayi terlihat lemah dan diam tanpa aktivitas normal. Proses ini pada tipe communicating dapat tertahan secara spontan atau dapat terus dengan menyebabkan atrofi optik, spasme ekstremitas, konvulsi, malnutrisi dan kematian, jika anak hidup maka akan terjadi retardasi mental dan fisik (Darsono, 2005:213). Tanda dan gejala hidrosefalus pada bayi adalah kepala menjadi makin besar dan akan terlihat pada umur 3 tahun; keterlambatan penutupan fontanela anterior, sehingga fontanela menjadi tegang, keras, sedikit tinggi dari permukaan tengkorak. Tanda tanda peningkatan tekanan intracranial antara lain muntah, gelisah, menangis dengan suara tinggi, peningkatan sistole pada tekanan darah, penurunan nadi, peningkatan pernafasan dan tidak teratur, perubahan pupil, lethargi stupor, peningkatan tonus otot ekstrimitas, dahi menonjol bersinar atau mengkilat dan pembuluh-pembuluh darah terlihat jelas, alis mata dan bulu mata ke atas, sehingga sclera telihat seolah-olah di atas iris, bayi tidak dapat melihat ke atas, sunset eyes, strabismus, nystagmus, atropi optic, dan bayi sulit mengangkat dan menahan kepalanya ke atas. Pada anak yang telah menutup suturanya terjadi tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial seperti nyeri kepala, muntah, letargi, lelah, apatis, perubahan personalitas, ketegangan dari sutura cranial dapat terlihat pada anak berumur 10 tahun, penglihatan ganda, kontruksi penglihatan perifer, strabismus, dan perubahan pupil.

6. Pemeriksaan Diagnostik Selain dari gejala-gejala klinik, keluhan pasien maupun dari hasil pemeriksaan fisik dan psikis, untuk keperluan diagnostik hidrosefalus dilakukan pemeriksaan-pemeriksaan penunjang yaitu:a. Rontgen foto kepalaDengan prosedur ini dapat diketahui:1) Hidrosefalus tipe kongenital/infantile, yaitu: ukuran kepala, adanya pelebaran sutura, tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial kronik berupa imopressio digitate dan erosi prosessus klionidalis posterior.2) Hidrosefalus tipe juvenile/adult oleh karena sutura telah menutup maka dari foto rontgen kepala diharapkan adanya gambaran kenaikan tekanan intrakranial.b. TransimulasiSyarat untuk transimulasi adalah fontanela masih terbuka, pemeriksaan ini dilakukan dalam ruangan yang gelap setelah pemeriksa beradaptasi selama 3 menit. Alat yang dipakai lampu senter yang dilengkapi dengan rubber adaptor. Pada hidrosefalus, lebar halo dari tepi sinar akan terlihat lebih lebar 1-2 cm.c. Lingkaran kepalaDiagnosis hidrosefalus pada bayi dapat dicurigai, jika penambahan lingkar kepala melampaui satu atau lebih garis-garis kisi pada chart (jarak antara dua garis kisi 1 cm) dalam kurun waktu 2-4 minggu. Pada anak yang besar lingkaran kepala dapat normal hal ini disebabkan oleh karena hidrosefalus terjadi setelah penutupan suturan secara fungsional. Tetapi jika hidrosefalus telah ada sebelum penutupan suturan kranialis maka penutupan sutura tidak akan terjadi secara menyeluruh.d. VentrikulografiYaitu dengan memasukkan kontras berupa O2 murni atau kontras lainnya dengan alat tertentu menembus melalui fontanela anterior langsung masuk ke dalam ventrikel. Setelah kontras masuk langsung difoto, maka akan terlihat kontras mengisi ruang ventrikel yang melebar. Pada anak yang besar karena fontanela telah menutup untuk memasukkan kontras dibuatkan lubang dengan bor pada kranium bagian frontal atau oksipitalis. Ventrikulografi ini sangat sulit, dan mempunyai risiko yang tinggi. Di rumah sakit yang telah memiliki fasilitas CT Scan, prosedur ini telah ditinggalkan.e. UltrasonografiDilakukan melalui fontanela anterior yang masih terbuka. Dengan USG diharapkan dapat menunjukkan system ventrikel yang melebar. Pendapat lain mengatakan pemeriksaan USG pada penderita hidrosefalus ternyata tidak mempunyai nilai di dalam menentukan keadaan sistem ventrikel hal ini disebabkan oleh karena USG tidak dapat menggambarkan anatomi sistem ventrikel secara jelas, seperti halnya pada pemeriksaan CT Scan.f. CT Scan kepala Pada hidrosefalus obstruktif CT Scan sering menunjukkan adanya pelebaran dari ventrikel lateralis dan ventrikel III. Dapat terjadi di atas ventrikel lebih besar dari occipital horns pada anak yang besar. Ventrikel IV sering ukurannya normal dan adanya penurunan densitas oleh karena terjadi reabsorpsi transependimal dari CSS. Pada hidrosefalus komunikans gambaran CT Scan menunjukkan dilatasi ringan dari semua sistem ventrikel termasuk ruang subarakhnoid di proksimal dari daerah sumbatan.g. MRI (Magnetic Resonance Imaging)Untuk mengetahui kondisi patologis otak dan medula spinalis dengan menggunakan teknik scaning dengan kekuatan magnet untuk membuat bayangan struktur tubuh.

7. Penatalaksanaan Medis Penanganan hidrosefalus masuk pada katagori live saving and live sustaining yang berarti penyakit ini memerlukan diagnosis dini yang dilanjutkan dengan tindakan bedah secepatnya. Keterlambatan akan menyebabkan kecacatan dan kematian sehingga prinsip pengobatan hidrosefalus harus dipenuhi yakni: mengurangi produksi cairan serebrospinal dengan merusak pleksus koroidalis dengan tindakan reseksi atau pembedahan, atau dengan obat azetasolamid (diamox) yang menghambat pembentukan cairan serebrospinal, memperbaiki hubungan antara tempat produksi caira serebrospinal dengan tempat absorbsi, yaitu menghubungkan ventrikel dengan subarachnoid, dan pengeluaran cairan serebrospinal ke dalam organ ekstrakranial, yakni: drainase ventrikule-peritoneal, drainase lombo-peritoneal, drainase ventrikulo-pleural, drainase ventrikule-uretrostomi, dan drainase ke dalam anterium mastoid. Cairan serebrospinal dialirkan ke dalam vena jugularis dan jantung melalui kateter yang berventil (Holter Valve/katup Holter) yang memungkinkan pengaliran cairan serebrospinal ke satu arah. Cara ini merupakan cara yang dianggap terbaik namun, kateter harus diganti sesuai dengan pertumbuhan anak dan harus diwaspadai terjadinya infeksi sekunder dan sepsis. Tindakan bedah pemasangan selang pintasan atau drainase dilakukan setelah diagnosis lengkap dan pasien telah di bius total. Dibuat sayatan kecil di daerah kepala dan dilakukan pembukaan tulang tengkorak dan selaput otak, lalu selang pintasan dipasang. Disusul kemudian dibuat sayatan kecil di daerah perut, dibuka rongga perut lalu ditanam selang pintasan, antara ujung selang di kepala dan perut dihubungakan dengan selang yang ditanam di bawah kulit hingga tidak terlihat dari luar. Pengobatan modern atau canggih dilakukan dengan bahan shunt atau pintasan jenis silicon yang awet, lentur, tidak mudah putus. Ada 2 macam terapi pintas/shunting yaitu eksternal dengan cara CSS dialirkan dari ventrikel ke dunia luar, dan bersifat hanya sementara. Misalnya: fungsi lumbal yang berulang-ulang untuk terapi hidrosefalus tekanan normal. Secara internal, CSS dialirkan dari ventrikel ke dalam anggota tubuh lain dengan cara: ventrikulo-sisternal, CSS dialirkan ke sisterna magna (Thor-Kjeldsen); ventrikulo-atrial, CSS dialirkan ke sinus sagitalis superior; ventrikulo-bronkhial, CSS dialirkan ke bronkus; ventrikulo-mediastinal, CSS dialirkan ke mediastinum; ventrikulo-peritoneal, CSS dialirkan ke rongga peritoneum. Lumbo Peritoneal Shunt dengan cara CSS dialirkan dari Resessus Spinalis Lumbalis ke rongga peritoneum dengan operasi terbuka atau dengan jarum Touhy secara perkutan.

8. KomplikasiKomplikasi sering terjadi karena pemasangan VP shunt adalah infeksi dan malfungsi. Malfungsi disebakan oleh obstruksi mekanik atau perpindahan didalam ventrikel dari bahan bahan khusus (jaringan /eksudat) atau ujung distal dari thrombosis sebagai akibat dari pertumbuhan. Obstruksi VP shunt sering menunjukan kegawatan dengan manifestasi klinis peningkatan TIK yang lebih sering diikuti dengan status neurologis buruk.Komplikasi yang sering terjadi adalah infeksi VP shunt. Infeksi umumnya akibat dari infeksi pada saat pemasangan VP shunt. Infeksi itu meliputi septik, Endokarditis bacterial, infeksi luka, Nefritis shunt, meningitis, dan ventrikulitis. Komplikasi VP shunt yang serius lainnya adalah subdural hematoma yang di sebabkan oleh reduksi yang cepat pada tekanan ntrakranial dan ukurannya. Komplikasi yang dapat terjadi adalah peritonitis abses abdominal, perforasi organ-organ abdomen oleh kateter atau trokar (pada saat pemasangan), fistula hernia, dan ilius.

9. Asuhan keperawatanA. Pengkajian1. Identitas KxBiasanya pada klien hidrosefalus terjadi pada anak usia kurang dari 5 tahun atau bayi yang baru lahir. 2. Keluhan UtamaPada umumnya klien kepalanya membesar, nyeri kepala hebat dan tidak sembuh dengan analgetika cenderung semakin bertambah, mata membesar dan mata selalu melihat kebawah, kelumpuhan anggota gerak, kesadaran menurun, GCS menurun.3. Riwayat Penyakit SekarangKx datang dengan keluhan nyeri kepala hebat, kepala membesar, kesadaran menurun, kelumpuhan anggota gerak, GCS menurun.4. Riwayat Penyakit DahuluHidrosefalus merupakan penyakit bawaan namun hidrosefalus juga merupakan komplikasi dari penyakit meningitis terutama meningitis tuberkulosa.5. Riwayat Penyakit KeluargaPada kx dengan hidrosefalus biasanya keluarga atau orang-orang terdekat pernah mengidap penyakit TB atau juga meningitis TB. Tetapi hidrosefalus merupakan penyakit kelainan bawaan atau adakah keluarga kx untuk ibu kx sewaktu hamil yang menderita demam tifoid dan menularkan kepada janin melalui darah.6. Pola-Pola Fungsi Kesehatana. Pola persepsi dan tata laksana hidupPada kx hidrosefalus biasanya personal hygienenya kurang karena terjadi kelumpuhan anggota gerak dan kesadaran menurun.b. Pola nutrisi dan metabolismePada kx hidrosefalus terjadi gangguan kebutuhan nutrisi apalagi yang sudah mengalami kelumpuhan anggota gerak dan kesadaran menurun, biasanya klien terpasang infus dan NGT.c. Pola eliminasiPada pola eliminasi juga kadang-kadang terjadi gangguan apabila kx sudah mengalami kelumpuhan anggota gerak dan kesadarannya menurun, kx biasanya terpasang dower kateter.d. Pola istirahat dan tidurPada umumnya kx hidrosefalus mengalami gangguan tidur karena adanya cairan cerebrospinal pada waktu pre op dan post op biasanya kx tidak mengalami gangguan pola istirahat dan tidur.e. Pola aktifitas dan latihanPada umumnya kx mengalami gangguan dalam melakukan aktivitasnya.f. Pola Persepsi dan konsep diriBiasanya pada kx dengan hidrosefalus mengalami gangguan dalam pola persepsi dan konsep diri karena kx mengalami gangguan dalam cara menerima gambaran dirinya.

g. Pola sensori dan kognitifPada umumnya kx dengan hidrosefalus daya pengelihatan mengalami gangguan karena adanya cairan yang menumpuk pada otak sehingga terjadi pembesaran pada kepala, sedangkan pendengaran, penciuman, perabaan biasanya tidak mengalami gangguan, kx juga biasanya mengalami nyeri kepala, dan kognitif kx terganggu karena kx dan keluarga tidak mengerti tentang penyakit yang diderita oleh kx.h. Pola reproduksi dan sexualBiasanya kx dengan hidrosefalus mengalami disfungsi sexual dikarenakan kelumpuhan anggota gerak dan kesadaran yang menurun.i. Pola hubungan peranPada umumnya kx dengan hidrosefalus kehilangan perannya sebagai anggota keluarga dan masyarakat sekitarnya.j. Pola penanggulangan stressBiasanya kx dengan hidrosefalus mengalami kecemasan dan gelisahk. Pola tata nilai dan kepercayaanBiasanya klien dengan hidrosefalus yang tidak mengalami gangguan kesadaran dan tidak mengalami kelumpuhan anggota gerak kx tidak mengalami gangguan dalam pola tata nilai dan kepercayaan.

7. Pemeriksaan Fisika. Inspeksi Biasanya pada kx Hydrosephalus kepala tampak membesar, mata melihat kebawah, pupil oedem . Sesak nafas, GCS menurun, dan kecerdasan menurunl.b. PalpasiBiasanya turgor kulit menurun, membran mukosa kering, pada kepala kulit tipis mengkilat.c. PerkusiPada kepala kx apabila dilakukan perkusi maka didapatkan kepala kx terasa lunak.d. AuskultasiBiasanya kx bradikardi dengan tekanan darah naik..e. Pemeriksaan nervusPada pemeriksaan nervus didapatkan kelainan pada nervus III, IV dan VI (menggerakkan bola mata) mata seperti tanda matahari terbit, nervus VII wajah kx tampak akaku karena terdapat tekanan, pada nervus XI kx susah menggerakkan leher dan pundak, pada nervus XII kx tidak dapat menggerakkan lidah.f. Pemeriksaan rangsangan meningealPada pemeriksaan rangsangan meningeal biasanya pada kx dengan hidrosefalus didapatkan kaku kuduk positif, kernik negatif.

B. Diagnosa Keperawatan1. Perfusi jaringan cerebral tidak efektif berhubungan dengan aliran darah menurun2. Nyeri akut berhubungan dengan saraf pusat semakin tertekan3. Hipertermi berhubungan dengan respon inflamasi4. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan penekanan total5. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan berat badan6. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan penekanan total7. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan fungsi kognitif dan psikomotorik8. Risiko infeksi berhubungan dengan adanya port de entry dan benda asing masuk9. Risiko trauma berhubungan dengan kejang10. Kecemasan berhubungan dengan penurunan kesadaran

C. IntervensiNoDiagnosa KeperawatanTujuan dan criteria HasilIntervensi

1Perfusi jaringan cerebral tidak efektif NOC :Circulation statusTissue Prefusion : cerebral

Kriteria Hasil :1. mendemonstrasikan status sirkulasi yang ditandai dengan : Tekanan systole dandiastole dalam rentang yang diharapkan Tidak ada ortostatikhipertensi Tidk ada tanda tanda peningkatan tekanan intrakranial (tidak lebih dari 15 mmHg)2. mendemonstrasikan kemampuan kognitif yang ditandai dengan: berkomunikasi dengan jelas dan sesuai dengan kemampuan menunjukkan perhatian, konsentrasi dan orientasi memproses informasi membuat keputusan dengan benar3. menunjukkan fungsi sensori motori cranial yang utuh : tingkat kesadaran mambaik, tidak ada gerakan gerakan involunter

NIC :Intrakranial Pressure (ICP) Monitoring (Monitor tekanan intrakranial) Berikan informasi kepada keluarga Set alarm Monitor tekanan perfusi serebral Catat respon pasien terhadap stimuli Monitor tekanan intrakranial pasien dan respon neurology terhadap aktivitas Monitor jumlah drainage cairan serebrospinal Monitor intake dan output cairan Restrain pasien jika perlu Monitor suhu dan angka WBC Kolaborasi pemberian antibiotik Posisikan pasien pada posisi semifowler Minimalkan stimuli dari lingkungan

Peripheral Sensation Management (Manajemen sensasi perifer) Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap panas/dingin/tajam/tumpul Monitor adanya paretese Instruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika ada lsi atau laserasi Gunakan sarun tangan untuk proteksi Batasi gerakan pada kepala, leher dan punggung Monitor kemampuan BAB Kolaborasi pemberian analgetik Monitor adanya tromboplebitis Diskusikan mengenai penyebab perubahan sensasi

2.Nyeri akut

NOC : Pain Level, Pain control, Comfort levelKriteria Hasil : Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan) Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri) Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang Tanda vital dalam rentang normal

NIC :Pain Management Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan Kurangi faktor presipitasi nyeri Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan inter personal) Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi Ajarkan tentang teknik non farmakologi Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri Evaluasi keefektifan kontrol nyeri Tingkatkan istirahat Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri

Analgesic Administration Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian obat Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi Cek riwayat alergi Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik ketika pemberian lebih dari satu Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan dosis optimal Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri secara teratur Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala (efek samping)

3.Hipertermi NOC : ThermoregulationKriteria Hasil : Suhu tubuh dalam rentang normal Nadi dan RR dalam rentang normal Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing

NIC :Fever treatment Monitor suhu sesering mungkin Monitor IWL Monitor warna dan suhu kulit Monitor tekanan darah, nadi dan RR Monitor penurunan tingkat kesadaran Monitor WBC,Hb,dan Hct Monitor intake dan output Berikan anti piretik Berikan pengobatan untuk mengatasi penyebab demam Selimuti pasien Lakukan tapid sponge Kolaborasipemberian cairan intravena Kompres pasien pada lipat paha dan aksila Tingkatkan sirkulasi udara Berikan pengobatan untuk mencegah terjadinya menggigilTemperature regulation Monitor suhu minimal tiap 2 jam Rencanakan monitoring suhu secara kontinyu Monitor TD, nadi, dan RR Monitor warna dan suhu kulit Monitor tanda-tanda hipertermi dan hipotermi Tingkatkan intake cairan dan nutrisi Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya kehangatan tubuh Ajarkan pada pasien cara mencegah keletihan akibat panas Diskusikan tentang pentingnya pengaturan suhu dan kemungkinan efek negatif dari kedinginan Beritahukan tentang indikasi terjadinya keletihan dan penanganan emergency yang diperlukan Ajarkan indikasi dari hipotermi dan penanganan yang diperlukan Berikan anti piretik jika perlu

Vital sign Monitoring Monitor TD, nadi, suhu, dan RR Catat adanya fluktuasi tekanan darah Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah aktivitas Monitor kualitas dari nadi Monitor frekuensi dan irama pernapasan Monitor suara paru Monitor pola pernapasan abnormal Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit Monitor sianosis perifer Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar, bradikardi, peningkatan sistolik) Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign

4Gangguan integritas kulitNOC : Tissue Integrity : Skin and Mucous MembranesKriteria Hasil : Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperatur, hidrasi, pigmentasi) Tidak ada luka/lesi pada kulit Perfusi jaringan baik Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya sedera berulang Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan alami

NIC : Pressure Management Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar Hindari kerutan padaa tempat tidur Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali Monitor kulit akan adanya kemerahan Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada derah yang tertekan Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien Monitor status nutrisi pasien Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat

5Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuhNOC : Nutritional Status : food and Fluid IntakeKriteria Hasil : Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi Tidak ada tanda tanda malnutrisiTidak terjadi penurunan berat badan yang berartiNIC :Nutrition Management Kaji adanya alergi makanan Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C Berikan substansi gula Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi Berikan makanan yang terpilih ( sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi) Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan

Nutrition Monitoring BB pasien dalam batas normal Monitor adanya penurunan berat badan Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan Monitor interaksi anak atau orangtua selama makan Monitor lingkungan selama makan Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi Monitor turgor kulit Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah Monitor mual dan muntah Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht Monitor makanan kesukaan Monitor pertumbuhan dan perkembangan Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva Monitor kalori dan intake nuntrisi Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan cavitas oral. Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet

6Kerusakan mobilitas fisikNOC : Joint Movement : Active Mobility Level Self care : ADLs Transfer performanceKriteria Hasil : Klien meningkat dalam aktivitas fisik Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas Memverbalisasikan perasaan dalam meningkatkan kekuatan dan kemampuan berpindah Memperagakan penggunaan alat Bantu untuk mobilisasi (walker)

NIC :Exercise therapy : ambulation Monitoring vital sign sebelm/sesudah latihan dan lihat respon pasien saat latihan Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi sesuai dengan kebutuhan Bantu klien untuk menggunakan tongkat saat berjalan dan cegah terhadap cedera Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain tentang teknik ambulasi Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADLs secara mandiri sesuai kemampuan Dampingi dan Bantu pasien saat mobilisasi dan bantu penuhi kebutuhan ADLs ps. Berikan alat Bantu jika klien memerlukan.Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika diperlukan

7Defisit perawatan diriNOC : Self care : Activity of Daily Living (ADLs)Kriteria Hasil : Klien terbebas dari bau badan Menyatakan kenyamanan terhadap kemampuan untuk melakukan ADLs Dapat melakukan ADLS dengan bantuan

NIC :Self Care assistance : ADLs Monitor kemempuan klien untuk perawatan diri yang mandiri. Monitor kebutuhan klien untuk alat-alat bantu untuk kebersihan diri, berpakaian, berhias, toileting dan makan. Sediakan bantuan sampai klien mampu secara utuh untuk melakukan self-care. Dorong klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang normal sesuai kemampuan yang dimiliki. Dorong untuk melakukan secara mandiri, tapi beri bantuan ketika klien tidak mampu melakukannya. Ajarkan klien/ keluarga untuk mendorong kemandirian, untuk memberikan bantuan hanya jika pasien tidak mampu untuk melakukannya. Berikan aktivitas rutin sehari- hari sesuai kemampuan. Pertimbangkan usia klien jika mendorong pelaksanaan aktivitas sehari-hari.

8Risiko infeksiNOC : Immune Status Knowledge : Infection control Risk controlKriteria Hasil : Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi Mendeskripsikan proses penularan penyakit, factor yang mempengaruhi penularan serta penatalaksanaannya, Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi Jumlah leukosit dalam batas normal Menunjukkan perilaku hidup sehat

NICKontrol infeksi : Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain. Batasi pengunjung bila perlu. Intruksikan kepada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan sesudahnya. Gunakan sabun anti miroba untuk mencuci tangan. Lakukan cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan keperawatan. Gunakan baju dan sarung tangan sebagai alat pelindung. Pertahankan lingkungan yang aseptik selama pemasangan alat. Lakukan perawatan luka, dainage, dresing infus dan dan kateter setiap hari. Tingkatkan intake nutrisi dan cairan berikan antibiotik sesuai program. Jelaskan tanda gejala infeksi dan anjurkan u/ segera lapor petugas Monitor V/SProteksi terhadap infeksi Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal. Monitor hitung granulosit dan WBC. Monitor kerentanan terhadap infeksi.. Pertahankan teknik aseptik untuk setiap tindakan. Inspeksi kulit dan mebran mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase. Inspeksi kondisi luka, insisi bedah. Ambil kultur, dan laporkan bila hasil positip jika perlu Dorong istirahat yang cukup. Dorong peningkatan mobilitas dan latihan sesuai indikasi

9Risiko traumaNOC : Knowledge : Personal Safety Safety Behavior : Faal Prevention Safety Behavior : Falls occurance Safety Behavior : Physical Injury

NIC :Environmental Management safety Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien Identifikasi kebutuhan keamanan pasien, sesuai dengan kondisi fisik dan fungsi kognitif pasien dan riwayat penyakit terdahulu pasien Menghindarkan lingkungan yang berbahaya (misalnya memindahkan perabotan) Memasang side rail tempat tidur Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih Menempatkan saklar lampu ditempat yang mudah dijangkau pasien. Membatasi pengunjung Memberikan penerangan yang cukup Menganjurkan keluarga untuk menemani pasien. Mengontrol lingkungan dari kebisingan Memindahkan barang-barang yang dapat membahayakan Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga atau pengunjung adanya perubahan status kesehatan dan penyebab penyakit.

10KecemasanNOC : Anxiety control CopingKriteria Hasil : Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan tehnik untuk mengontol cemas Vital sign dalam batas normal Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan

NIC :Anxiety Reduction (penurunan kecemasan) Gunakan pendekatan yang menenangkan Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut Berikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan prognosis Dorong keluarga untuk menemani anak Lakukan back / neck rub Dengarkan dengan penuh perhatian Identifikasi tingkat kecemasan Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi Barikan obat untuk mengurangi kecemasan

16UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG