bab 1 histologi (1)

27
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Histologi berasal dari bahasa Yunani yaituhist os yang berarti jaringan dan logos yang berarti ilmu. Jadi histologi berarti suatu ilmu yang menguraikan struktur dari hewan secara terperinci dan hubungan antara struktur pengorganisasian sel dan jaringan serta fungsi-fungsi yang mereka lakukan. Jaringan merupakan sekumpulan sel yang tersimpan dalam suatu kerangka struktur atau matriks yang mempunyai suatu kesatuan organisasi yang mampu mempertahankan keutuhan dan penyesuaian terhadap lingkungan diluar batas dirinya (Bavelander, 1998). Menurut Wikipedia (2009), histologi adalah bidang biologi yang mempelajari tentang struktur jaringan secara detail menggunakan mikroskop pada sediaan jaringan yang dipotong tipis. Histologi dapat juga disebut sebagai ilmu anatomi mikroskopis. 1

Upload: elvin-giantara-muharam

Post on 26-Jun-2015

2.895 views

Category:

Documents


18 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab 1 Histologi (1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Histologi berasal dari bahasa Yunani yaituhist os yang berarti jaringan dan

logos yang berarti ilmu. Jadi histologi berarti suatu ilmu yang menguraikan

struktur dari hewan secara terperinci dan hubungan antara struktur

pengorganisasian sel dan jaringan serta fungsi-fungsi yang mereka lakukan.

Jaringan merupakan sekumpulan sel yang tersimpan dalam suatu kerangka

struktur atau matriks yang mempunyai suatu kesatuan organisasi yang mampu

mempertahankan keutuhan dan penyesuaian terhadap lingkungan diluar batas

dirinya (Bavelander, 1998).

Menurut Wikipedia (2009), histologi adalah bidang biologi yang

mempelajari tentang struktur jaringan secara detail menggunakan mikroskop pada

sediaan jaringan yang dipotong tipis. Histologi dapat juga disebut sebagai ilmu

anatomi mikroskopis.

Histopatologi adalah cabang biologi yang mempelajari kondisi dan fungsi

jaringan dalam hubungannya dengan penyakit. Histopatologi sangat penting

dalam kaitan dengan diagnosis penyakit karena salah satu pertimbangan dalam

penegakan diagnosis adalah melalui hasil pengamatan terhadap jaringan yang

diduga terganggu.

Ikan mas atau Ikan karper (Cyprinus carpio) adalah ikan air tawar yang

bernilai ekonomis penting dan sudah tersebar luas di Indonesia. Di Indonesia, ikan

mas memiliki beberapa nama sebutan yakni kancra, tikeu, tombro, raja, rayo,

ameh atau nama lain sesuai dengan daerah penyebarannya.

1

Page 2: Bab 1 Histologi (1)

1.2 Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum ini, yaitu:

1. Mengetahui prosedur/metode dalam pembuatan preparat histologi

2. Mengamati preparat histologi ikan mas (Cyprinus carpio)

3. Mengetahui dan membandingkan jaringan insang, ginjal (ren), hati (liver),

dan usus (intestinum) hewan uji normal dan abnormal dari sudut histologi,

1.3 Manfaat praktikum

Manfaat dari diadakannya praktikum histologi ini ialah agar mahasiswa

dapatmengetahui pakah suatu jaringan yang telah terkena pathogen ataupun toksik

yang berada ada suatu lingkunan perairan akan sama dengan yang tidak terkena

pencemaran dan dapat membedakan ciri-ciri dari jaringan yang masih normal

dengan jaringan yang abnormal.

2

Page 3: Bab 1 Histologi (1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Analisis Histologi dan Histopatologi

Histologi adalah ilmu yang menguraikan struktur dari hewan secara

terperinci dan hubungan antara struktur pengorganisasian sel dan jaringan serta

fungsi-fungsi yang mereka lakukan. Jaringan merupakan sekumpulan sel yang

tersimpan dalam suatu kerangka struktur atau matriks yang mempunyai suatu

kesatuan organisasi yang mampu mempertahankan keutuhan dan penyesuaian

terhadap lingkungan diluar batas dirinya (Bavelander, 1998).

Histologi adalah cabang ilmu biologi yang mempelajari tentang jaringan.

Sedangkan analisis histologi adalah analisa tentang sel jaringan mahluk hidup

(Wikipedia Indonesia). Histopatologi adalah cabang biologi yang mempelajari

kondisi dan fungsi jaringan dalam hubungannya dengan penyakit. Histopatologi

sangat penting dalam kaitan dengan diagnosis penyakit karena salah satu

pertimbangan dalam penegakan diagnosis adalah melalui hasil pengamatan

terhadap jaringan yang diduga terganggu (Wikipedia Indonesia).

Analisa organ ikan yang dilakukan pada praktikum adalah menganalisa

bagian tubuh ikan dan membandingkan organ yang normal dengan organ yang

terkena kontaminasi, baik kondisi lingkungan yang terkena pecemar seperti logam

berat (patologi). Perbedaan-perbaedaan antara organ kontrol (sehat/tidak

terkontaminasi) dan ogan patologi sangat jelas sekali dengan analisa histologi ini.

Organ yang terkena pencemar telah mengalami perubahan-perubahan atau

kerusakan-karusakna pada jaringan organ tersebut dilihat secara kasat mata

melalui mikroskop. Organ Ikan yang digunakan untuk analisis histologi pada

3

Page 4: Bab 1 Histologi (1)

praktikum ini adalah ikan mas (Cyprinus carpio). Organ-ogan yang dianalisa

adalah ren (ginjal), insang, intestinum, dan hepar (hati).

2.1.1 Hepar

A B

Gambar 7 : a. Hepar kontrol, b. Hepar patologi

Hepar (hati) antara yang kontrol dengan patologi sangat berbeda jelas, dari

segi warna, kenampakan, bentuk dan ukurannya. Warna hepar kontrol terlihan

cerah, sedangkan yang patologi warnanya terlihat gelap atau merah tua. Pada

jarinagn hepar yang patologi terdapat bercak hitam (necrosis) itu menandakan

bahwa jaringan tersebut rusak atau terkena bahan pencemar. Perbandingan ukuran

,antara hepar yang tidak terkontaminasi logam berat (kontrol) dengan patologi,

hepar patologi lebih besar atau dengan kata lain mengalami pembengkakan

jarinagn karena kontaminasi tersebut. Karakteristik lain dari hepar patologo

adalah, adanya benjolan-benjolan pada jaringan.

2.1.2 Insang

A B

Gambar 8 : a. Insang kontrol, b. Insang patologi

4

Page 5: Bab 1 Histologi (1)

Dari gambar diatas, nampak jelas antara organ insang ikan mas yang

patologi atau terkontaminasi oleh bahan pencemar denagn yang tidak. Gambar

insang normal/kontrol warnanya merah (cerah) sedangkan yang patologi berwarna

gelap, itu menunjukan insang terkena bahana pencemar. Pada organ insang yang

patologi, ukurannya lebih besar atau dengan kata lain insang mengalami

pembengkakan akibat kontaminasi dari lingkungan. Selain itu, ciri dari insang

yang terkena kontaminasi adanya bercak hitam pada bagian lamelanya. Hal lain

yang membedakan antara kontrol dengan patologi adalah dari susunan lamela,

susunan lamela insang kontrol terlihat lebih rapih, sedangkan patologi tidak.

2.1.3 Intestinum

A B

Gambar 9 : a. Intestinum kontrol, b. Intestinum patologi

Organ intestinum yang terkontaminasi baham pencemar seperti logam

berat, mengalami perubahan ukuran. Ukiuran intestinum normal (kontrol)

berbentuk bulat tidak rata, sedangkan yang patologi atau yang terkena

kontaminasi berbentuk oval. Rongga-rongga dalam intestinum kontrol terlihat

lebih renggang, sedangkan yang patologi rapat, dan hampir tidak ada rongga

antara satu dengan yang lainnya. Warna intestinum kontrol nampak lebih cerah

sedangkan yang terkontaminasi/patologi terlihat lebih kusam. Nampak tidak ada

bercak hitam (necrosis) pada jaringan baik yang kontrol maupun patologi.

5

Page 6: Bab 1 Histologi (1)

2.1.4 Ren

A B

Gambar 10 : a. Ren kontrol, b. Ren patologi

Pada organ ini perbedaan antara paologi denagn kontrol, dimana warna ren

kontrol terlihan lebih cerah dibandingkan dengan patologi. Warna ren patologi

nampak gelap, itu dikarenakan akibat dari kontaminasi bahan pencemar seperti

logam berat yang mempengaruhi ren. Ukuran ren patologi lebih besar atau ren

mengalami pembengkakan akibat dari kontamisnasi bahan pencemar

dibandingkan dengan ren kontrol. Selain itu, bercak hitam yang ada pada ren

patologi menunjukan ren tersebut terkoena kontaminasi bahan pencemar,

sedangkan yang kontrol tidak nampak atau tidak ada bercak hitam.

2.2 Tinjauan Umum Kerusakan Jaringan/ Organ Akibat Bahan

Toksik

2.2.1 Hiperplasia

Hiperplasia adalah bertambahnya jumlah sel dalam suatu jaringan atau

organ sehingga jaringan atau organ menjadi lebih besar ukurannya dari normal.

Hiperplasia dapat dikelompokkan menjadi fisiologik dan patologik.

Hiperplasia fisiologis terjadi karena sebab yang fisiologi atau normal

dalam tubuh, seperti hormonal dan kompensatorik (pengangkatan jarinagan atau

6

Page 7: Bab 1 Histologi (1)

penyakit). Contohnya saat hati disekresi sebagian, aktivitas mitotic pada sel yang

tersisa berlangsung paling cepat 12 jam berikutnya.

Hiperplasia patologik disebabkan oleh stimulus hormonal yang berlebihan

atau efek berlebihan dari hormone pertumbuhan pada sel sasaran dan dapat juga

disebabkan oleh virus. Hiperplasia patologik dapat berkembang menjadi tumor

ganas.

Pada hiperplasia, Sel-sel otot tidak mampu membelah secara mitosis,

tetapi bukti-bukti eksperimental mengisyaratkan bahwa serat yang sangat

membesar dapat terputus menjadi dua di tengahnya, sehingga terjadi peningkatan

jumlah serat (splitting).contoh Hiperplasia nodul pada hati. penyebab Hiperplasia

karena radiasi, zat-zat kimia berbahaya.

2.2.2 Hipoplasia

Hipoplasia adalah sebuah kelainan yang mengindikasikan sebuah

perkembangan/pertumbuhan yang terhambat, sehingga organ yang terkena

kelainan tersebut berukuran lebih kecil/mengecil dari ukuran normalnya.

Hipoplasia adalah terhambatnya perkembangan atau pertumbuhan sebagian atau

seluruh jaringan tumbuhan akibat serangan patogen (Abdul Fatah Alu, Rabu, 8

April 2009).

Hipoplasia merupakan perkembangan yang tidak sempurna dari suatu

organ. Suatu organ yang mengalami hipoplasia terbentuk normal. Namun, ukuran

organ terlalu kecil jika dibandingkan dengan ukuran normal. Pada atrofi, alat

tubuh pernah mencapai ukuran normal dan selanjutnya menjadi lebih kecil,

sedangkan pada hipoplasia, dari awal organ tersebut memang berukuran kecil dan

tidak akan mencapai ukuran yang normal (littleaboutme, 19 July 2009).

2.2.3 Necrosis

Nekrosis (dari νεκρός Yunani, “mati”) adalah kematian dini sel dan

jaringan hidup. Nekrosis disebabkan oleh faktor eksternal ke sel atau jaringan,

7

Page 8: Bab 1 Histologi (1)

seperti kerusakan sel akut atau trauma (mis: kekurangan oksigen, perubahan suhu

yang ekstrem, penyumbatan aliran darah ke jaringan otot, dan cedera mekanis),

dimana kematian sel tersebut terjadi secara tidak terkontrol yang dapat

menyebabkan rusaknya sel, adanya respon peradangan dan sangat berpotensi

menyebabkan masalah kesehatan yang serius.

Ciri- ciri nekrosis:

melibatkan sekelompok sel.

mengalami kehilangan integritas membrane,

pada sel yang mengalami nekrosis akan terlihat membengkak untuk

kemudian mengalami lisis, terjadi kebocoran lisosom, kromatinnya

bergerombol dan terjadi agregasi.

Sel yang mengalami nekrosis akan dimakan oleh makrofag.

Pada pemeriksaan histology terlihat respon peradangan yang nyata di

sekitar sel-sel yang mengalami Nekrosis.

tidak disertai proses sintesis makromolekul baru.

pada Nekrosis, fragmentasi terjadi secara random sehingga pada agarose

setelah elektrophoresis akan terlihat menyebar tidak jelas sepanjang

alurnya (DNA smear). Salah satu cara untuk mengamati keberadaan

fragmen DNA di dalam sel yang mengalami apoptosis adalah dengan

menggunakan Uji Tunel.

Sel yang mati karena nekrosis biasanya tidak mengirimkan sinyal-sinyal

kimia yang sama dengan sistem kekebalan. Hal ini mencegah fagosit terdekat dari

lokasi dan menyelimuti sel-sel mati, yang mengarah ke membangun jaringan mati

dan puing-puing sel pada atau dekat lokasi kematian sel.

Nekrosis biasanya dimulai dengan pembengkakan sel, kromatin

pencernaan, gangguan dari membran plasma dan membran organel. Akhir

nekrosis ditandai oleh hidrolisis DNA luas, vacuolation dari retikulum

endoplasma, kerusakan organel, dan lisis sel. Pelepasan konten intraselular setelah

pecahnya membran plasma merupakan penyebab peradangan di nekrosis

8

Page 9: Bab 1 Histologi (1)

Perubahan Mikroskopis

Perubahan pada sel yang nekrotik terjadi pada sitoplasma dan organel-

organel sel lainnya. Inti sel yang mati akan menyusut (piknotik), menjadi padat,

batasnya tidak teratur dan berwarna gelap. Selanjutnya inti sel hancur dan

meninggalkan pecahan-pecahan zat kromatin yang tersebar di dalam sel. Proses

ini disebut karioreksis. Kemudian inti sel yang mati akan menghilang (kariolisis).

Beberapa pola morfologi khas nekrosis:

1. Nekrosis Coagulative biasanya terlihat pada hipoksia (oksigen rendah)

lingkungan, seperti infark sebuah. Menguraikan sel tetap setelah kematian

sel dan dapat diamati dengan mikroskop cahaya.

2. Liquefactive nekrosis (atau nekrosis colliquative) biasanya berhubungan

dengan seluler penghancuran dan pembentukan nanah (radang paru-paru

misalnya). Ini adalah khas dari bakteri atau, kadang-kadang, infeksi jamur

karena kemampuan mereka untuk merangsang reaksi inflamasi. Anehnya,

iskemia (pembatasan suplai darah) di otak menghasilkan liquefactive,

daripada coagulative, nekrosis, karena tidak adanya stroma mendukung

substansial.

3. Nekrosis Berdarah disebabkan penyumbatan drainase vena dari suatu

organ atau jaringan (misalnya pada torsi testis).

9

Page 10: Bab 1 Histologi (1)

4. Nekrosis lemak hasil dari aksi lipase pada jaringan lemak (misalnya

pankreas akut).

5. Nekrosis Fibrinoid disebabkan oleh kerusakan pembuluh darah imun. Hal

ini ditandai oleh pengendapan fibrin-bahan protein seperti di dinding

arteri, yang tampak kotor dan eosinofilik pada mikroskop cahaya.

2.3 Pembuatan Preparat Histologi

Analisis histologis merupakan teknik pengamatan sel serta jaringan tubuh

ikan yang sering digunakan. Analisis ini bertujuan untuk menghasilkan sediaan

histologis yang dapat diwarnai dengan pewarna khusus sehingga dapat diamati

secara langsung dengan menggunakan mikroskop cahaya. Tahapan analisis

histologis pada ikan meliputi :

Pengambilan jaringan ikan. Pada sampel ikan yang masih kecil dapat

langsung fiksasi tanpa dipotong. Pada ikan yang berukuran besar diambil

jaringan tertentu yang akan diamati dan dimasukkan ke dalam larutan

fiksasi.

Fiksasi. Larva atau ikan berukukan kecil difiksasi dengan larutan PFA

4% dalam medium Phosphate buffered saline (PBS). Sampel dimasukkan

ke dalam botol yang sudah berisi larutan fiksatif dengan perbandingan

antara sampel dengan larutan adalah 1:20. Kemudian disimpan selama 24

jam dalam refrigerator. Setelah 24 jam kemudian sampel diambil dan

dicuci dengan PBS selama 5 menit sebanyak 3 kali untuk menghilangkan

sisa-sisa PFA sebelum ke tahap selanjutnya. Ikan yang berukuran relatif

besar difiksasi dengan larutan Bouin’s selama 1 minggu dalam suhu

kamar. Selanjutnya sampel dicuci dalam larutan alkohol 70% hingga

warna kuning hilang, kemudian sampel disimpan dalam alkohol 70%

hingga pemrosesan lebih lanjut. Sampel yang berukuran besar harus

melaui prosedur dekalsifikasi dalam larutan 5% trichloroacetid acid

selama 24 jam untuk melunakkan struktur tulangnya.

10

Page 11: Bab 1 Histologi (1)

Dehidrasi. Sampel yang sudah difiksasi kemudian dimasukkan

berturutturut ke dalam larutan sebagai berikut: Alkohol 70%, Alkohol

80%, Alkohol 90%, Alkohol Absolut I, Alkohol Absolut II, masing-

masing selama 45 menit, kemudian dilanjutkan ke proses penjernihan.

Penjernihan (clearing). Sampel dari proses dehidrasi dimasukkan ke dalam

larutan alkohol:xylol 1:1 dan 1:3 selama 30 menit. Kemudian Xylol I dan

Xylol II masing-masing selama 30 menit.

Infiltrasi. Sampel yang sudah dijernihkan dalam xylol diinfiltrasi secara

bertahap dalam campuran xylol : paraffin 3:1 ; 1:1 dan 1:3 masingmasing

selama 30 menit, dilanjutkan dengan paraffin murni sebanyak 2 x 60

menit. Seluruh rangkaian infiltrasi dilakukan dalam inkubator pada

temperatur 58-60oC.

Penanaman sampel (Embedding). Parafin dicairkan di dalam incubator

pada temperatur 60oC. Cetakan berukuran 2x2x2 cm diisi dengan paraffin

cair, bagian bawah cetakan didinginkan di atas blok es sehingga paraffin

pada dasar cetakan agak memadat. Sampel diletakkan di atas paraffin yang

agak memadat tersebut sesuai dengan orientasi irisan yang direncanakan,

kemudian ditempelkan holder yang telah diberi label sesuai dengan kode

sampel. Cetakan paraffin selanjutnya dibiarkan dalam temperatur ruang

agar parafinnya memadat.

Pengirisan (Sectioning) dan peletakan pada gelas obyek. Water bath

disiapkan dengan suhu 40-50oC dan disiapkan wadah berisi air dingin.

Kemudian blok yang sudah didinginkan dipasang di mikrotom yang sudah

diatur pada ketebalan 4-7 μm. Putaran mikrotom dibuat konstan sampai

blok yang berisi sampel jaringan teriris. Setelah itu irisan dipindahkan ke

dalam baskom yang berisi air dingin, kemudian ditempelkan pada gelas

obyek yang sudah dilapisi gelatin dan diberi kode sama dengan blok yang

di iris. Selanjutnya dicelupkan ke dalam air hangat dalam water bath agar

irisan mengembang. Kemudian ditiriskan untuk dilakukan pewarnaan.

BAB III

11

Page 12: Bab 1 Histologi (1)

METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu Dan Tempat Praktikum

Waktu : Rabu, 1 Desember 2010

Tempat : Laboratorium Akuakultur,

Gedung Dekanat Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.

3.2 Alat Dan Bahan

1. alat yang digunakan:

a. Kamera (Untuk dokumentasi)

b. Mickroskop

2. bahan yang dipakai:

a. Preparat Histologi Organ

3.3 Prosedur Kerja

1) Mengamati preparat histology organ insang, hati, usus hewan uji yang

normal dan yang telah diberi pemaparan bahan toksik.

2) Membandingkan perbedaan diantara keduanya berdasarkan parameter

warna, ukuran, ada tidaknya neukrosis/ tanda, dan karakter khusus

lainnya.

3) Mendokumentasikan masing-masing preparat histology organ hewan

uji (control dan pantogen).

BAB IV

12

Page 13: Bab 1 Histologi (1)

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Tabulasi Pengamatan Preparat Analisis Histologi Perkelompok

Kelompok : 4

Preparat : insang, ginjal, hati, dan usus

4.1.1 Organ Insang

A B

Gambar 8 : a. Insang kontrol, b. Insang patologi

Pengamatan Preparat Analisis Histopatologi (Organ: Insang)

Parameter Kontrol Patologis

Warna Merah Insang berwarna merah

kehitam-hitaman

Ukuran Normal Lebih mengkerut namun

ada bagian-bagian yang

membengkak

Tanda Hitam (nekrosis) Tidak ada Ada

Karakter Khusus Semua lamella

mempunyai bentuk yang

sama

- Banyak lamella yang patah/terputus

- Bagian tengah

13

Page 14: Bab 1 Histologi (1)

lamella menghitam

- Ada lamella yang membengkak

4.1.2 Organ Ginjal (Ren)

A B

Gambar 10 : a. Ren kontrol, b. Ren patologi

Pengamatan Preparat Analisis Histopatologi (Organ: Ginjal (ren))

Parameter Kontrol Patologis

Warna Merah Ungu

Ukuran Normal Membesar

Tanda Hitam (nekrosis) Tidak ada Banyak

Karakter Khusus Terlihat jelas tubulusnya

- Dalam tubulus terdapat banyak nekrosis

- Ada penggumpalan darah di bawah tubulus

4.1.3 Organ Hati (liver)

14

Page 15: Bab 1 Histologi (1)

A B

Gambar 7 : a. Hepar kontrol, b. Hepar patologi

Pengamatan Preparat Analisis Histopatologi (Organ: Hati (liver))

Parameter Kontrol Patologis

Warna Merah kecoklat-coklatan Merah pucat

Ukuran Normal Membengkak

Tanda Hitam (nekrosis) Tidak ada Ada

Karakter Khusus Sel hepatoksit terlihat

jelas

Sel hepatoksit menempel

4.1.4 Organ Usus (Intestinum)

A B

Gambar 9 : a. Intestinum kontrol, b. Intestinum patologi

Pengamatan Preparat Analisis Histopatologi (Organ: Usus (Intestinum))

Parameter Kontrol Patologis

Warna Merah tua Merah cerah

Ukuran Normal Membesar dan menjadi

lebih elips

Tanda Hitam (nekrosis) Tidak ada Banyak

Karakter Khusus Bentuknya bulat Terdapat perenggangan di

tengah-tengah sel usus

15

Page 16: Bab 1 Histologi (1)

yang menggumpal di satu

tempat

4.2 Pembahasan

4.2.1 Organ Insang

Efek bahan toksisitas memberikan efek yang sangat sinifikan pada organ

insang. Lamela insang pada ikan normal terlihat panjang dan sususan sel seragam

atau seukuran. Pada ikan yang terpapar oleh bahan toksik telihat terjadi

pemendekan dari lamella – lamella insang (hipoplasia) dan susunan sel terlihat

ada yang sudah membengkak karena ukurannya membesar lebih bear dari sel

lainya biasa disebut dengan hyperplasia.

4.2.2 Organ Ginjal (Ren)

Pemapran bahan toksik yang terjadi mengakibatkan organ ginjal menjadi

abnormal. Pada preparat ikan normal ginjalnya berwarna merah dan glomelurus

berbentuk sempurna. Setelah terjadi pemaparan bahan toksik keabnormalan ginjal

terlihat. Sel – sel ginjal mulai renggang karena terjadi kematian (nekrosis), ginjal

menjadi berwarna bening, dan glomelurus ikan menciut (hipoplsasia).

4.2.3 Organ Hati (liver)

Preparat ikan normal atau preparat control terlihat sel – sel hati ikan

normal berwarna merah, sel besar, dan jarak antar sel rapat. Setelah terjadi

pemaparan baha pencemar sel hati ikan mengalami ke abnormalan. Sel hati ikan

yang terkena bahan toksik terlihat sel – sel menngecil (hipoplasia) dan jarak

antara sel jauh, karena terjadi kematian sel (nekrosis).

4.2.4 Organ Usus (Intestinum)

16

Page 17: Bab 1 Histologi (1)

Kinerja bahan toksik yang terpapar pada tubuh ikan sangat terlihat pada

organ pencernaan usus. Pada preparat control terlihat usu ikan normal berwarna

merah, berukuran seragam, dan berbenduk bulat. Setelah bahan toksik yang ada

dalam usus bekerja abnormal terjadi pada usus ikan. Pada preparat usus abnormal

terlihat sel menjadi berwarna merah muda, terjadi pembesaran sel (hyperplasia),

terdapat renggan antara sel (nekrosis), dan bentuknya menjadi lonjong.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

17

Page 18: Bab 1 Histologi (1)

5.1 Kesimpulan

Bahan toksik yang terpapar dalam perairan dalam konsentrasi sekecil

apapun akan berpengaruh pada organism air yang hidup di dalamnya. Bahan –

bahan toksik ini mungkin tidak berakibat langsung pada kematian ikan. Namun

bahan toksik ini akan terakumulasi dalam tubuh ikan terutama sel – sel organ

penting ikan. Setelah lama terakumulasi sel – sel tersebut tidak sanggup lagi untuk

menahan bahan toksik yang masuk ke dalam tubuh ikan. Sel akan menjadi

abnormal karena metabolism sel terganggu dengan adanya bahan toksik, sel akan

membesar atau membengkak (hyperplasia), sel akan mengecil (hipoplasia), dan

sel akan mati muda (nekrosis). Karena keabnormalan sel tersebut organ akan

bekerja tidak maksimal dan lama – kelamaan akan menyebabkan kematian pada

ikan.

5.2 saran

Praktikum Histopatologi di tambahn preparatnya dan tata cara pembuatan

praparat di praktekan, untuk membuat keterampilan dan keahlian mahasiswa

bertambah.

DAFTAR PUSTAKA

18

Page 19: Bab 1 Histologi (1)

http://wworld.wordpress.com/2009/07/19/patologi-dan-histologi-gigi-sulung-yang- resorbsi/+ciri-ciri+hiperplasia+jaringan&cd=14&hl=id&ct=clnk&gl=id

http://susipurwati.blogspot.com

http://arda-dinata-pplf.blogspot.com/2008/04/waspadai-pengaruh-toksisitas-logam-pada.html.

http://afie.staff.uns.ac.id/2008/12/25/beda-apoptosis-dan-nekrosis/.

http://littleaboutmyworld.wordpress.com/2009/07/19/patologi-dan-histologi- gigisulung-yang-resorbsi/

http://afie.staff.uns.ac.id/2008/12/25/beda-apoptosis-dan-nekrosis/

19