bab 1 imen
DESCRIPTION
imenTRANSCRIPT
![Page 1: BAB 1 IMEN](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022072113/563db90d550346aa9a998bfb/html5/thumbnails/1.jpg)
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan industri semakin pesat dari tahun ke tahun, hal ini
ditandai dengan semakin bertambahnya pabrik yang muncul seperti pabrik
pupuk, tekstil, plastik, besi, baja, semen dan lain sebagainya. Pemakaian
dan pengolahan produk-produk dengan menggunakan bahan kimia memang
sudah tidak bisa dihindarkan lagi dari aktivitas produksi. Besarnya
ketergantungan akan penggunaan bahan kimia tersebut ternyata membawa
implikasi yang cukup serius yaitu pada masalah sisa dari hasil produksi
yang biasa disebut sebagai limbah. Pembuangan limbah industri yang
dilakukan secara langsung akan dapat menyebar ke air sehingga berpotensi
menimbulkan terjadinya pencemaran. Pencemaran air oleh logam-Iogam
berat seperti timah hitam, kadmium, raksa, kobalt, seng, arsen, besi dan
senyawa lainnya akan mengalami pemekatan, sehingga pada konsentrasi
tertentu dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan (Darmono,
1995 : 5). Meningkatnya perkembangan industri, baik migas, pertanian,
maupun industri non migas lainnya menyebabkan semakin meningkat pula
tingkat pencemaran pada perairan yang disebabkan oleh hasil buangan
industri-industri tersebut (Fardiaz, 1992 : 15).
Kebutuhan sumberdaya mineral di dunia dapat dikatakan sebanding
dengan peningkatan populasi manusia di muka bumi serta ditunjang oleh
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Meningkatnya kebutuhan
sumberdaya mineral di dunia telah memacu kegiatan eksplorasi dan
![Page 2: BAB 1 IMEN](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022072113/563db90d550346aa9a998bfb/html5/thumbnails/2.jpg)
2
eksploitasi sumberdaya mineral serta untuk mendapatkan lokasi-lokasi
sumberdaya mineral yang baru. Konsekuensi dari meningkatnya eksplorasi
dan eksploitasi harus diikuti dengan usaha-usaha dalam pencegahan
terhadap dampak yang ditimbulkan sebagai akibat dari eksplorasi dan
eksploitasi sumberdaya mineral tersebut (Noor, 2006 : 84).
Permasalahan yang sering muncul dari kegiatan eksplorasi dan
eksploitasi sumberdaya mineral adalah penurunan kualitas lingkungan,
seperti pencemaran pada tanah, udara, hidrologi air, serta terganggunya
ekosistem. Di Indonesia dapat kita jumpai beberapa contoh lokasi tambang
yang telah mengalami penurunan kualitas lingkungan, antara lain tambang
timah di pulau Bangka, tambang batubara di Kalimantan Timur dan tambang
tembaga di Papua. (Noor, 2006 : 85).
Proses dalam menghasilkan produk sumberdaya mineral mempunyai
kontribusi yang besar terhadap pencemaran lingkungan. Pencemaran yang
dapat ditimbulkan oleh limbah ada bermacam-macam bentuk. Ada
pencemaran berupa bau, warna, bahkan pemutusan mata rantai dari suatu
tatanan lingkungan hidup atau penghancuran suatu jenis organisme yang
pada tingkat akhirnya akan menghancurkan tatanan ekosistemnya.
Pencemaran yang dapat menghancurkan lingkungan hidup biasanya berasal
dari limbah-limbah yang sangat berbahaya dalam arti memiliki daya racun
(toksisitas) yang tinggi. Limbah-limbah yang sangat beracun biasanya
merupakan limbah kimia, apakah itu berupa persenyawaan kimia atau hanya
dalam bentuk unsur atau ionasi (Palar, 2004 : 12).
Proses pertambangan mineral logam menghasilkan limbah dan
produk samping dalam jumlah yang sangat banyak. Total limbah yang
![Page 3: BAB 1 IMEN](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022072113/563db90d550346aa9a998bfb/html5/thumbnails/3.jpg)
3
dihasilkan dapat bervariasi antara 10 % - 99,99 % dari total bahan yang
ditambang. Limbah utama yang dihasilkan berasal dari lapisan batuan
penutup yang tidak mengandung mineral yang menutupi atau berada
diantara zona mineralisasi dan batuan limbah yang mengandung mineral
dengan kadar rendah sehingga tidak ekonomis untuk diolah. Batuan penutup
umumnya terdiri dari tanah permukaan dan vegetasi sedangkan batuan
limbah meliputi batuan yang dipindahkan pada saat pembuatan terowongan,
pembukaan dan eksploitasi singkapan bijih serta batuan yang berada
bersamaan dengan singkapan bijih. Pengolahan bijih pada umumnya terdiri
dari proses penghancuran atau penggilingan, peningkatan konsentrasi
dengan gravitasi atau pemisahan secara magnetis dengan menggunakan
metode pengapungan (flotasi), yang diikuti dengan pengairan (de watering)
dan penyaringan. Hasil dari proses ini adalah konsentrat bijih dan limbah
dalam bentuk tailing (BAPEDAL, 2001 : 9).
Limbah yang tidak diolah dengan baik merupakan ancaman yang
besar terhadap mutu danau, sungai serta air tanah. Air limbah yang dibuang
langsung ke air permukaan (misalnya: sungai dan danau) dapat
mengakibatkan pencemaran air permukaan tersebut. Air limbah juga dapat
merembes ke dalam air tanah, sehingga menyebabkan pencemaran air
tanah. Air tanah yang tercemar kualitasnya akan menurun sehingga tidak
dapat digunakan sesuai peruntukannnya (Mulia, 2005 : 69).
Wilayah Karangnunggal merupakan salah satu wilayah di Kabupaten
Tasikmalaya yang mempunyai potensi tambang mineral, diantaranya zeolit,
bentonit dan logam Mangan (Mn). Pertambangan Mangan (Mn) tersebar di
banyak dusun salah satunya di dusun Karangsari. Penambangan Mangan
![Page 4: BAB 1 IMEN](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022072113/563db90d550346aa9a998bfb/html5/thumbnails/4.jpg)
4
(Mn) dilakukan dengan cara manual oleh manusia ataupun menggunakan
alat berat. Batuan yang mengandung Mangan (Mn) diangkut untuk diproses
selanjutnya yaitu pemecahan batuan dan pencucian batuan yang masih
tercampur dengan tanah. Pencucian dilakukan dengan cara menyemprotkan
air dengan menggunakan selang atau mesin steam. Proses pengolahan
tersebut menghasilkan limbah cair yang kemudian dialirkan melalui saluran
pembuangan limbah dan langsung dibuang ke badan sungai Ciharus tanpa
ada pengolahan terlebih dahulu. Air limbah yang berasal dari proses
pencucian Mangan (Mn) mempunyai kadar Mangan (Mn) 6,9 mg/l melebihi
nilai ambang batas yang diperbolehkan yaitu 5 mg/l, tempat pencucian
Mangan (Mn) sendiri yang berada di dekat pemukiman warga
memungkinkan terjadinya pencemaran terhadap sumur gali yang berada di
sekitar tempat pencucian Mangan (Mn).
Keracunan karena kelebihan Mangan (Mn) dapat terjadi bila
lingkungan terkontaminasi oleh Mangan. Pekerja tambang yang menghisap
Mangan yang ada pada debu tambang untuk jangka waktu lama,
menunjukkan gejala-gejala kelainan otak disertai penampilan dan tingkah
laku abnormal, yang menyerupai penyakit parkinson (Almatsier, 2001 : 269).
Konsentrasi Mangan (Mn) yang lebih besar dari 0,5 mg/l dapat
menyebabkan rasa yang aneh pada minuman dan dapat meninggalkan
warna kecoklat-coklatan pada pakaian cucian, dan dapat juga menyebabkan
kerusakan pada hati (Sutrisno, 1987 : 38). Baku mutu kualitas air limbah
untuk logam Mangan (Mn) yaitu ideal 2 mg/l dan maksimal 5 mg/l
(Kep-51/MENLH/10/1995).
![Page 5: BAB 1 IMEN](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022072113/563db90d550346aa9a998bfb/html5/thumbnails/5.jpg)
5
Metode yang sering dipergunakan untuk mengolah limbah cair yaitu
dengan cara fisika, kimia, biologi. Salah satu cara pengolahan air dengan
metode biologi adalah dengan menggunakan tanaman yaitu dengan bantuan
jasad hidup di dalamnya yang berperan adalah jamur dan microalgae.
Beberapa jenis tanaman air dapat diketahui kemampuannya sebagai
pengolah senyawa organik maupun senyawa anorganik yang terdapat dalam
air buangan dapat dimanfaatkan dengan baik. Ada sekelompok mikroba
yang terdiri dari jamur yang hidup secara simbiosis di sekitar akar tanaman,
baik tanaman yang hidup pada habitat tanah maupun air. Kelompok mikroba
yang bersimbiosis tersebut dinamakan mikroba Rhizosfera. Banyak jenis
tanaman yang dapat dimanfaatkan dalam pengolahan air seperti tanaman
kayu apu (Pistia stratiotes L), yang dapat dimanfaatkan dalam pengolahan
air buangan sebagai biofilter (Suriawiria, 2003 : 279-280).
Kayu apu (Pistia stratiotes L) mempunyai kemampuan untuk
menurunkan nilai BOD dan COD air buangan, meningkatkan DO air
buangan dan menguraikan benda-benda organik maupun anorganik di
dalam air, bagian kayu apu yang berperan dalam proses ini adalah akar
(Masduqi, 2004 : 1). Penggunaan kayu apu (Pistia stratiotes L) sudah
dipelajari di Jepang dan China, kayu apu (Pistia stratiotes L) mampu tumbuh
pada lingkungan logam berat, Co, Cd, As, Hg, Cr, dan Pb yang tinggi.
Kemampuan kayu apu (Pistia stratiotes L) untuk mengakumulasi logam tidak
merusak pertumbuhannya (Scharpenseel and Khnut, 1987 dalam Suriawiria,
2003 : 281). Pada penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya diantaranya,
Taufik (2003 : 24) meneliti penyerapan logam Cr dimana jumlah kayu apu
yang digunakan 45 buah di dalam 1 liter larutan Cr 20 ppm dengan waktu
![Page 6: BAB 1 IMEN](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022072113/563db90d550346aa9a998bfb/html5/thumbnails/6.jpg)
6
penyerapan 12 jam dan 24 jam, hasilnya kadar Cr dapat diturunkan
sebanyak 45,29 % dan 64,31 %.
Berdasarkan hasil pengujian laboratorium pada survei awal terhadap
air limbah pencucian Mangan di Dusun Karangsari Desa Karangnunggal
Kecamatan Karangnunggal Kabupaten Tasikmalaya kandungan Mangan
(Mn) sebesar 6,9 mg/l. Kadar Mangan ideal dalam limbah yaitu 2 mg/l
sedangkan konsentrasi maksimal yang diperbolehkan adalah 5 mg/l (Kep-
51/MENLH/10/1995).
Hasil pre eksperimen pertama yang dilakukan pada tanggal 20
Oktober 2011 di Laboratorium Kesehatan Daerah Kabupaten Tasikmalaya
dengan dengan penambahan 30 buah kayu apu dengan variasi lama tinggal
24 jam, 48 jam dan 72 jam didapatkan penurunan kadar Mangan (Mn)
masing-masing 2,3 mg/l, 1,5 mg/l, dan 0,7 mg/l dari kadar awal limbah
mangan (Mn) 6,2 mg/l. Hasil pre eksperimen yang dilakukan pada tanggal 2
Pebruari 2012 di Laboratorium Kesehatan Daerah Kabupaten Tasikmalaya
dengan penambahan 40 buah kayu apu dengan variasi lama tinggal 6 jam,
12 jam dan 18 jam didapatkan penurunan kadar Mangan (Mn) masing-
masing 4,9 mg/l, 3,3 mg/l, dan 1,7 mg/l. Berdasarkan latar belakang
tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
“Perbedaan Variasi Lama Tinggal Kayu Apu (Pistia stratiotes L) terhadap
Kadar Mangan (Mn) pada Air Limbah Pencucian Mangan (Mn) di Dusun
Karangsari Desa Karangnunggal Kecamatan Karangnunggal Kabupaten
Tasikmalaya”.
![Page 7: BAB 1 IMEN](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022072113/563db90d550346aa9a998bfb/html5/thumbnails/7.jpg)
7
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan hasil pemeriksaan kadar Mangan (Mn) pada air limbah
pencucian Mangan (Mn) di Dusun Karangsari Desa Karangnunggal
Kecamatan Karangnunggal Kabupaten Tasikmalaya didapatkan kadar
Mangan (Mn) sebesar 6,9 mg/l. Uji pre eksperimen dengan penambahan 40
buah kayu apu dengan variasi lama tinggal didapatkan penurunan kadar
Mangan (Mn) dari lama tinggal 6 jam didapatkan kadar Mangan (Mn) 4,9
mg/l, lama tinggal 12 jam didapatkan kadar Mangan (Mn) 3,3 mg/l, lama
tinggal 18 jam didapatkan kadar Mangan (Mn) 1,7 mg/l, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah ada perbedaan kadar Mangan
(Mn) setelah diberi perlakuan dengan menggunakan kayu apu dengan
variasi lama tinggal 6 jam, 9 jam dan 12 jam ?”.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui perbedaan kadar Mangan (Mn) setelah diberi perlakuan
dengan menggunakan kayu apu dengan variasi lama tinggal 6 jam, 9 jam
dan 12 jam
2. Tujuan Khusus
a. Mengukur konsentrasi Mangan (Mn) pada air limbah pencucian
Mangan (Mn) sebelum perlakuan dengan menggunakan kayu apu.
b. Mengukur konsentrasi Mangan (Mn) pada air limbah pencucian
Mangan setelah perlakuan menggunakan 40 buah kayu apu dengan
variasi lama tinggal 6 jam, 9 jam dan 12 jam.
![Page 8: BAB 1 IMEN](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022072113/563db90d550346aa9a998bfb/html5/thumbnails/8.jpg)
8
c. Menganalisis perbedaan lama tinggal kayu apu terhadap kadar
Mangan (Mn) dalam air limbah pencucian Mangan(Mn).
d. Menentukan lama tinggal efektif kayu apu dalam menurunkan kadar
Mangan (Mn) pada air limbah pencucian Mangan (Mn).
D. Ruang Lingkup
1. Lingkup Keilmuan
Penelitian ini merupakan bagian dari Ilmu Kesehatan Masyarakat,
terutama ilmu kesehatan lingkungan.
2. Lingkup Lokasi
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kesehatan Daerah Kabupaten
Tasikmalaya.
3. Lingkup Metode
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen
semu (quasi eksperimen) yaitu metode eksperimen yang dalam
mengontrol situasi penelitian menggunakan rancangan tertentu dan atau
penunjukkan subjek secara nir-acak untuk mendapatkan salah satu dari
berbagai tingkat faktor penelitian.
4. Lingkup Sasaran
Sasaran dalam penelitian ini adalah air limbah pencucian Mangan (Mn) di
Dusun Karangsari Desa Karangnunggal Kecamatan Karangnunggal
Kabupaten Tasikmalaya.
5. Lingkup Waktu
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Pebruari – April 2012.
![Page 9: BAB 1 IMEN](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022072113/563db90d550346aa9a998bfb/html5/thumbnails/9.jpg)
9
E. Manfaat
1. Bagi Peneliti
Sarana untuk memperdalam dan memperluas wawasan serta dapat
menerapkan kelimuan di bidang kesehatan lingkungan.
2. Bagi Fakultas Ilmu Kesehatan
Tambahan kepustakaan dalam mengembangkan Ilmu Kesehatan
Masyarakat khususnya dibidang kesehatan lingkungan.
3. Bagi Perusahaan Pertambangan
Masukan atau saran bagi perusahaan dalam mengelola air limbah
pencucian Mangan (Mn).
4. Bagi Peneliti Lain
Tambahan informasi atau bahan pembanding untuk dikembangkan lebih
luas dan mendalam.