bab 1 imen

14
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan industri semakin pesat dari tahun ke tahun, hal ini ditandai dengan semakin bertambahnya pabrik yang muncul seperti pabrik pupuk, tekstil, plastik, besi, baja, semen dan lain sebagainya. Pemakaian dan pengolahan produk-produk dengan menggunakan bahan kimia memang sudah tidak bisa dihindarkan lagi dari aktivitas produksi. Besarnya ketergantungan akan penggunaan bahan kimia tersebut ternyata membawa implikasi yang cukup serius yaitu pada masalah sisa dari hasil produksi yang biasa disebut sebagai limbah. Pembuangan limbah industri yang dilakukan secara langsung akan dapat menyebar ke air sehingga berpotensi menimbulkan terjadinya pencemaran. Pencemaran air oleh logam-Iogam berat seperti timah hitam, kadmium, raksa, kobalt, seng, arsen, besi dan senyawa lainnya akan mengalami pemekatan, sehingga pada konsentrasi tertentu dapat menimbulkan dampak negatif

Upload: sarah-nurazkia-el-roesman

Post on 07-Dec-2015

221 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

imen

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 1 IMEN

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan industri semakin pesat dari tahun ke tahun, hal ini

ditandai dengan semakin bertambahnya pabrik yang muncul seperti pabrik

pupuk, tekstil, plastik, besi, baja, semen dan lain sebagainya. Pemakaian

dan pengolahan produk-produk dengan menggunakan bahan kimia memang

sudah tidak bisa dihindarkan lagi dari aktivitas produksi. Besarnya

ketergantungan akan penggunaan bahan kimia tersebut ternyata membawa

implikasi yang cukup serius yaitu pada masalah sisa dari hasil produksi

yang biasa disebut sebagai limbah. Pembuangan limbah industri yang

dilakukan secara langsung akan dapat menyebar ke air sehingga berpotensi

menimbulkan terjadinya pencemaran. Pencemaran air oleh logam-Iogam

berat seperti timah hitam, kadmium, raksa, kobalt, seng, arsen, besi dan

senyawa lainnya akan mengalami pemekatan, sehingga pada konsentrasi

tertentu dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan (Darmono,

1995 : 5). Meningkatnya perkembangan industri, baik migas, pertanian,

maupun industri non migas lainnya menyebabkan semakin meningkat pula

tingkat pencemaran pada perairan yang disebabkan oleh hasil buangan

industri-industri tersebut (Fardiaz, 1992 : 15).

Kebutuhan sumberdaya mineral di dunia dapat dikatakan sebanding

dengan peningkatan populasi manusia di muka bumi serta ditunjang oleh

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Meningkatnya kebutuhan

sumberdaya mineral di dunia telah memacu kegiatan eksplorasi dan

Page 2: BAB 1 IMEN

2

eksploitasi sumberdaya mineral serta untuk mendapatkan lokasi-lokasi

sumberdaya mineral yang baru. Konsekuensi dari meningkatnya eksplorasi

dan eksploitasi harus diikuti dengan usaha-usaha dalam pencegahan

terhadap dampak yang ditimbulkan sebagai akibat dari eksplorasi dan

eksploitasi sumberdaya mineral tersebut (Noor, 2006 : 84).

Permasalahan yang sering muncul dari kegiatan eksplorasi dan

eksploitasi sumberdaya mineral adalah penurunan kualitas lingkungan,

seperti pencemaran pada tanah, udara, hidrologi air, serta terganggunya

ekosistem. Di Indonesia dapat kita jumpai beberapa contoh lokasi tambang

yang telah mengalami penurunan kualitas lingkungan, antara lain tambang

timah di pulau Bangka, tambang batubara di Kalimantan Timur dan tambang

tembaga di Papua. (Noor, 2006 : 85).

Proses dalam menghasilkan produk sumberdaya mineral mempunyai

kontribusi yang besar terhadap pencemaran lingkungan. Pencemaran yang

dapat ditimbulkan oleh limbah ada bermacam-macam bentuk. Ada

pencemaran berupa bau, warna, bahkan pemutusan mata rantai dari suatu

tatanan lingkungan hidup atau penghancuran suatu jenis organisme yang

pada tingkat akhirnya akan menghancurkan tatanan ekosistemnya.

Pencemaran yang dapat menghancurkan lingkungan hidup biasanya berasal

dari limbah-limbah yang sangat berbahaya dalam arti memiliki daya racun

(toksisitas) yang tinggi. Limbah-limbah yang sangat beracun biasanya

merupakan limbah kimia, apakah itu berupa persenyawaan kimia atau hanya

dalam bentuk unsur atau ionasi (Palar, 2004 : 12).

Proses pertambangan mineral logam menghasilkan limbah dan

produk samping dalam jumlah yang sangat banyak. Total limbah yang

Page 3: BAB 1 IMEN

3

dihasilkan dapat bervariasi antara 10 % - 99,99 % dari total bahan yang

ditambang. Limbah utama yang dihasilkan berasal dari lapisan batuan

penutup yang tidak mengandung mineral yang menutupi atau berada

diantara zona mineralisasi dan batuan limbah yang mengandung mineral

dengan kadar rendah sehingga tidak ekonomis untuk diolah. Batuan penutup

umumnya terdiri dari tanah permukaan dan vegetasi sedangkan batuan

limbah meliputi batuan yang dipindahkan pada saat pembuatan terowongan,

pembukaan dan eksploitasi singkapan bijih serta batuan yang berada

bersamaan dengan singkapan bijih. Pengolahan bijih pada umumnya terdiri

dari proses penghancuran atau penggilingan, peningkatan konsentrasi

dengan gravitasi atau pemisahan secara magnetis dengan menggunakan

metode pengapungan (flotasi), yang diikuti dengan pengairan (de watering)

dan penyaringan. Hasil dari proses ini adalah konsentrat bijih dan limbah

dalam bentuk tailing (BAPEDAL, 2001 : 9).

Limbah yang tidak diolah dengan baik merupakan ancaman yang

besar terhadap mutu danau, sungai serta air tanah. Air limbah yang dibuang

langsung ke air permukaan (misalnya: sungai dan danau) dapat

mengakibatkan pencemaran air permukaan tersebut. Air limbah juga dapat

merembes ke dalam air tanah, sehingga menyebabkan pencemaran air

tanah. Air tanah yang tercemar kualitasnya akan menurun sehingga tidak

dapat digunakan sesuai peruntukannnya (Mulia, 2005 : 69).

Wilayah Karangnunggal merupakan salah satu wilayah di Kabupaten

Tasikmalaya yang mempunyai potensi tambang mineral, diantaranya zeolit,

bentonit dan logam Mangan (Mn). Pertambangan Mangan (Mn) tersebar di

banyak dusun salah satunya di dusun Karangsari. Penambangan Mangan

Page 4: BAB 1 IMEN

4

(Mn) dilakukan dengan cara manual oleh manusia ataupun menggunakan

alat berat. Batuan yang mengandung Mangan (Mn) diangkut untuk diproses

selanjutnya yaitu pemecahan batuan dan pencucian batuan yang masih

tercampur dengan tanah. Pencucian dilakukan dengan cara menyemprotkan

air dengan menggunakan selang atau mesin steam. Proses pengolahan

tersebut menghasilkan limbah cair yang kemudian dialirkan melalui saluran

pembuangan limbah dan langsung dibuang ke badan sungai Ciharus tanpa

ada pengolahan terlebih dahulu. Air limbah yang berasal dari proses

pencucian Mangan (Mn) mempunyai kadar Mangan (Mn) 6,9 mg/l melebihi

nilai ambang batas yang diperbolehkan yaitu 5 mg/l, tempat pencucian

Mangan (Mn) sendiri yang berada di dekat pemukiman warga

memungkinkan terjadinya pencemaran terhadap sumur gali yang berada di

sekitar tempat pencucian Mangan (Mn).

Keracunan karena kelebihan Mangan (Mn) dapat terjadi bila

lingkungan terkontaminasi oleh Mangan. Pekerja tambang yang menghisap

Mangan yang ada pada debu tambang untuk jangka waktu lama,

menunjukkan gejala-gejala kelainan otak disertai penampilan dan tingkah

laku abnormal, yang menyerupai penyakit parkinson (Almatsier, 2001 : 269).

Konsentrasi Mangan (Mn) yang lebih besar dari 0,5 mg/l dapat

menyebabkan rasa yang aneh pada minuman dan dapat meninggalkan

warna kecoklat-coklatan pada pakaian cucian, dan dapat juga menyebabkan

kerusakan pada hati (Sutrisno, 1987 : 38). Baku mutu kualitas air limbah

untuk logam Mangan (Mn) yaitu ideal 2 mg/l dan maksimal 5 mg/l

(Kep-51/MENLH/10/1995).

Page 5: BAB 1 IMEN

5

Metode yang sering dipergunakan untuk mengolah limbah cair yaitu

dengan cara fisika, kimia, biologi. Salah satu cara pengolahan air dengan

metode biologi adalah dengan menggunakan tanaman yaitu dengan bantuan

jasad hidup di dalamnya yang berperan adalah jamur dan microalgae.

Beberapa jenis tanaman air dapat diketahui kemampuannya sebagai

pengolah senyawa organik maupun senyawa anorganik yang terdapat dalam

air buangan dapat dimanfaatkan dengan baik. Ada sekelompok mikroba

yang terdiri dari jamur yang hidup secara simbiosis di sekitar akar tanaman,

baik tanaman yang hidup pada habitat tanah maupun air. Kelompok mikroba

yang bersimbiosis tersebut dinamakan mikroba Rhizosfera. Banyak jenis

tanaman yang dapat dimanfaatkan dalam pengolahan air seperti tanaman

kayu apu (Pistia stratiotes L), yang dapat dimanfaatkan dalam pengolahan

air buangan sebagai biofilter (Suriawiria, 2003 : 279-280).

Kayu apu (Pistia stratiotes L) mempunyai kemampuan untuk

menurunkan nilai BOD dan COD air buangan, meningkatkan DO air

buangan dan menguraikan benda-benda organik maupun anorganik di

dalam air, bagian kayu apu yang berperan dalam proses ini adalah akar

(Masduqi, 2004 : 1). Penggunaan kayu apu (Pistia stratiotes L) sudah

dipelajari di Jepang dan China, kayu apu (Pistia stratiotes L) mampu tumbuh

pada lingkungan logam berat, Co, Cd, As, Hg, Cr, dan Pb yang tinggi.

Kemampuan kayu apu (Pistia stratiotes L) untuk mengakumulasi logam tidak

merusak pertumbuhannya (Scharpenseel and Khnut, 1987 dalam Suriawiria,

2003 : 281). Pada penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya diantaranya,

Taufik (2003 : 24) meneliti penyerapan logam Cr dimana jumlah kayu apu

yang digunakan 45 buah di dalam 1 liter larutan Cr 20 ppm dengan waktu

Page 6: BAB 1 IMEN

6

penyerapan 12 jam dan 24 jam, hasilnya kadar Cr dapat diturunkan

sebanyak 45,29 % dan 64,31 %.

Berdasarkan hasil pengujian laboratorium pada survei awal terhadap

air limbah pencucian Mangan di Dusun Karangsari Desa Karangnunggal

Kecamatan Karangnunggal Kabupaten Tasikmalaya kandungan Mangan

(Mn) sebesar 6,9 mg/l. Kadar Mangan ideal dalam limbah yaitu 2 mg/l

sedangkan konsentrasi maksimal yang diperbolehkan adalah 5 mg/l (Kep-

51/MENLH/10/1995).

Hasil pre eksperimen pertama yang dilakukan pada tanggal 20

Oktober 2011 di Laboratorium Kesehatan Daerah Kabupaten Tasikmalaya

dengan dengan penambahan 30 buah kayu apu dengan variasi lama tinggal

24 jam, 48 jam dan 72 jam didapatkan penurunan kadar Mangan (Mn)

masing-masing 2,3 mg/l, 1,5 mg/l, dan 0,7 mg/l dari kadar awal limbah

mangan (Mn) 6,2 mg/l. Hasil pre eksperimen yang dilakukan pada tanggal 2

Pebruari 2012 di Laboratorium Kesehatan Daerah Kabupaten Tasikmalaya

dengan penambahan 40 buah kayu apu dengan variasi lama tinggal 6 jam,

12 jam dan 18 jam didapatkan penurunan kadar Mangan (Mn) masing-

masing 4,9 mg/l, 3,3 mg/l, dan 1,7 mg/l. Berdasarkan latar belakang

tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul

“Perbedaan Variasi Lama Tinggal Kayu Apu (Pistia stratiotes L) terhadap

Kadar Mangan (Mn) pada Air Limbah Pencucian Mangan (Mn) di Dusun

Karangsari Desa Karangnunggal Kecamatan Karangnunggal Kabupaten

Tasikmalaya”.

Page 7: BAB 1 IMEN

7

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan hasil pemeriksaan kadar Mangan (Mn) pada air limbah

pencucian Mangan (Mn) di Dusun Karangsari Desa Karangnunggal

Kecamatan Karangnunggal Kabupaten Tasikmalaya didapatkan kadar

Mangan (Mn) sebesar 6,9 mg/l. Uji pre eksperimen dengan penambahan 40

buah kayu apu dengan variasi lama tinggal didapatkan penurunan kadar

Mangan (Mn) dari lama tinggal 6 jam didapatkan kadar Mangan (Mn) 4,9

mg/l, lama tinggal 12 jam didapatkan kadar Mangan (Mn) 3,3 mg/l, lama

tinggal 18 jam didapatkan kadar Mangan (Mn) 1,7 mg/l, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah ada perbedaan kadar Mangan

(Mn) setelah diberi perlakuan dengan menggunakan kayu apu dengan

variasi lama tinggal 6 jam, 9 jam dan 12 jam ?”.

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mengetahui perbedaan kadar Mangan (Mn) setelah diberi perlakuan

dengan menggunakan kayu apu dengan variasi lama tinggal 6 jam, 9 jam

dan 12 jam

2. Tujuan Khusus

a. Mengukur konsentrasi Mangan (Mn) pada air limbah pencucian

Mangan (Mn) sebelum perlakuan dengan menggunakan kayu apu.

b. Mengukur konsentrasi Mangan (Mn) pada air limbah pencucian

Mangan setelah perlakuan menggunakan 40 buah kayu apu dengan

variasi lama tinggal 6 jam, 9 jam dan 12 jam.

Page 8: BAB 1 IMEN

8

c. Menganalisis perbedaan lama tinggal kayu apu terhadap kadar

Mangan (Mn) dalam air limbah pencucian Mangan(Mn).

d. Menentukan lama tinggal efektif kayu apu dalam menurunkan kadar

Mangan (Mn) pada air limbah pencucian Mangan (Mn).

D. Ruang Lingkup

1. Lingkup Keilmuan

Penelitian ini merupakan bagian dari Ilmu Kesehatan Masyarakat,

terutama ilmu kesehatan lingkungan.

2. Lingkup Lokasi

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kesehatan Daerah Kabupaten

Tasikmalaya.

3. Lingkup Metode

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

semu (quasi eksperimen) yaitu metode eksperimen yang dalam

mengontrol situasi penelitian menggunakan rancangan tertentu dan atau

penunjukkan subjek secara nir-acak untuk mendapatkan salah satu dari

berbagai tingkat faktor penelitian.

4. Lingkup Sasaran

Sasaran dalam penelitian ini adalah air limbah pencucian Mangan (Mn) di

Dusun Karangsari Desa Karangnunggal Kecamatan Karangnunggal

Kabupaten Tasikmalaya.

5. Lingkup Waktu

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Pebruari – April 2012.

Page 9: BAB 1 IMEN

9

E. Manfaat

1. Bagi Peneliti

Sarana untuk memperdalam dan memperluas wawasan serta dapat

menerapkan kelimuan di bidang kesehatan lingkungan.

2. Bagi Fakultas Ilmu Kesehatan

Tambahan kepustakaan dalam mengembangkan Ilmu Kesehatan

Masyarakat khususnya dibidang kesehatan lingkungan.

3. Bagi Perusahaan Pertambangan

Masukan atau saran bagi perusahaan dalam mengelola air limbah

pencucian Mangan (Mn).

4. Bagi Peneliti Lain

Tambahan informasi atau bahan pembanding untuk dikembangkan lebih

luas dan mendalam.