bab 1 & bab 2
DESCRIPTION
asassaddsTRANSCRIPT
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Untuk mendapatkan keamanan, kenyamanan dan hasil yang maksimal
dalam membangun suatu bangunan, diperlukan perencanaan-perencanaan yang
matang, baik dari segi perencanaan struktural itu sendiri maupun perencanaan
atap, tentunya dengan mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki.
Salah satu faktor yang berpengaruh dalam perencanaan adalah perencanaan
pada struktur atap, faktor ini sangat terkait dengan keamanan dan kekuatan atap
itu sendiri dalam menahan dan menampung beban yang ada. Sehingga dibutuhkan
perencanaan yang lebih baik dengan memperhatikan bentang kuda-kuda, bentuk
dari kuda-kuda, beban-beban yang akan diterima oleh atap tersebut dan sudut
kemiringan atap itu sendiri, sehingga nantinya didapatkan dimensi yang efektif
untuk setiap variasi.
Atap direncanakan dari struktur baja yang dirakit di tempat atau di proyek.
Perhitungan struktur rangka atap didasarkan pada panjang bentangan jarak kuda–
kuda satu dengan yang lainnya. Selain itu juga diperhitungkan terhadap beban
yang bekerja, yaitu meliputi beban mati, beban hidup, dan beban angin. Setelah
diperoleh pembebanan, kemudian dilakukan perhitungan dan perencanaan
dimensi serta batang dari kuda–kuda tersebut.
Pada laporan Project Work Kuda-Kuda Baja ini, sebagai data pendukung
perhitungan direncanakan dengan menggunakan baja Bj 50, dengan sistem
penyambungan menggunakan las, panjang bentang kuda-kuda adalah 28 meter
dan jarak satu kuda-kuda dengan kuda-kuda lainnya adalah 3 meter , Kuda-kuda
direncanakan berlokasi didaerah yang mempunyai jarak > 5 km dari garis pantai,
dengan kecepatan angin 40 km/jam.
1.2 Dasar Permasalahan
Pada umumnya kuda-kuda yang banyak dijumpai terbuat dari dua jenis
material dasar yaitu kayu dan baja. Pada laporan Project Work ini, penulis akan
menguraikan perencanaan konstruksi kuda-kuda yang terbuat dari baja. Salah satu
syarat dari konstruksi kuda-kuda yang telah dibuat apabila dipergunakan tidak
boleh berubah bentuk. Untuk mengatasi hal tersebut maka dipilih bentuk-bentuk
segitiga hingga menjadi bentuk atap yang didukungnya. Adapun bentuk atap yang
didukung kuda-kuda melalui gording sedapat mungkin diterima tepat pada titik
buhul sehingga bentuk konstruksi rangka batang dapat bekerja sesuai dengan yang
diinginkan.
Dalam praktek biasanya terdapat penyimpangan-penyimpangan dari
ketentuan dan syarat-syarat yang berlaku, tetapi penyimpangan ini diusahakan
tidak terjadi. sehingga konstruksi secara teknis dapat dipertanggungjawabkan.
Karena penyimpangan pada umumnya disebabkan oleh keadaan bahan, misalnya
ukuran panjang saat mendesain bentuk dari kuda-kuda.
1.3 Tujuan dan manfaat perencanaan
Salah satu tujuan Pendidikan Program Diploma III Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Lhokseumawe adalah menciptakan Ahli Madya terampil yang
profesional dan berkompeten di bidang ketekniksipilan seperti: bangunan struktur,
pengairan dan jalan raya. Adapun tujuan dan manfaat penulisan Project Work
untuk kasus kuda-kuda baja I adalah:
1. Tujuan Perencanaan
Tujuan dari perencanaan struktur atap adalah untuk mengetahui dimensi
yang paling efektif dari baja profil yang bisa dipakai sebagai rangka atap
yaitu dengan berbagai variasi bentang, bentuk dari kuda-kuda dan varisi
sudut atap yang akan dipakai. Karena dari segi keefektifan akan
berpengaruh pada biaya yang akan digunakan pada pembelian bahan.
2. Manfaat Perencanaan
Manfaat yang dapat diambil pada perencanaan ini adalah menambah
pengetahuan di bidang perencanaan struktur, khususnya dalam
perencanaan struktur atap. Serta diharapkan menjadi referensi untuk para
praktisi dalam pemakaian jenis struktur rangka atap baja yang secara
perhitungan struktur aman, efektif dan efisien dalam segi biaya.
BAB IIDASAR TEORI
2.1 Pembebanan
Berdasarkan Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung (PPIUG)
1983, struktur suatu bangunan gedung harus dirancang menurut kekuatannya
terhadap pembebanan-pembebanan oleh beban mati, beban hidup serta beban
angin. Untuk konstruksi kuda-kuda tidak dipengaruhi oleh beban gempa.
Kombinasi pembebanan yang harus ditinjau dalam perencanaan
kuda-kuda adalah beban tetap dan pembebanan sementara. Pembebanan tetap
adalah beban mati ditambah dengan beban hidup, sedangkan beban sementara
adalah penjumlahan dari beban mati ditambah dengan beban hidup ditambah pula
dengan beban angin. Dalam perencanaan diambil beban yang paling maksimum.
2.1.1 Beban Mati
Menurut PPIUG 1983 Bab I ayat 1, yang dimaksud dengan beban mati
adalah berat semua bagian dari suatu gedung yang besifat tetap termasuk semua
unsur ditambah penyelesaian-penyelesaian, mesin-mesin serta peralatan tetap
yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari gedung tersebut.
2.1.2. Beban Hidup
Menurut PPIUG 1983 Bab I ayat 2, yang dimaksud dengan beban hidup
adalah semua beban yang terjadi akibat penghunian atau penggunaan suatu
gedung dan di dalamnya termasuk beban-beban pada lantai yang berasal dari
barang-barang yang dapat dipindah, mesin-mesin serta peralatan yang merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari gedung tersebut, sehingga mengakibatkan
perubahan pembebanan pada lantai. Pada bagian atap, beban hidup dapat berupa
beban yang berasal dari air hujan baik akibat dari genangan maupun tumbukan
jatuhnya air hujan. Berat air hujan atau muatan air hujan ditentukan dengan rumus
q = 40 – 0,85 . .....................................................................................(2.1)
2.1.3. Beban Angin
Menurut PPIUG 1983 bab I ayat 2, beban angin adalah semua beban yang
bekerja pada gedung yang disebabkan oleh selisihnya beban udara. Beban angin
yang bekerja pada atap baik berupa angin tekan (positif) dalam perencanaan
dianggap tegak lurus terhadap bidang kelandaian atap dan beban angin hisap
dianggap beban yang bekerja menarik bidang atap ke atas yaitu tegak lurus
terhadap kemiringan atap, beban angin hisap biasanya dianggap beban negatif.
Besarnya beban angin tekan maupun beban angin hisap dihitung
berdasarkan hasil perkalian antara tekanan angin tiup dengan koefisien angin yang
telah ditentukan. Tekanan angin minimum yang diisyaratkan oleh PPIUG 1983
adalah 25 kg/m2, kecuali untuk daerah sejauh 5 km dari pantai harus diambil
minimum 40 kg/m2. tekanan angin tiup dihitung dengan menggunakan rumus:
p= v2
16(kg /m2)
..................................................................................... (2.2)
Koefesien angin untuk bangunan tertutup atap segitiga dengan sudut
kemiringan adalah:
1. Untuk bidang-bidang atap dipihak angin :
< 65o koefisien..................................................................(+ 0,02 - 0,4)
65o < < 90o koefisien......................................................................(+ 0,9)
2. Untuk semua bidang di belakang angin, kecuali vertikal menghadap angin :
koefisien...........................................................................................(- 0,4)
3. Untuk semua bidang atap vertikal di belakang angin yang menghadap angin :
koefisien...........................................................................................(+ 0,4)
2.2 Kuda-Kuda
Kuda-kuda adalah suatu konstruksi yang tersusun dari bagian rangka
batang baja atau kayu yang berfungsi sebagai penahan beban yang bekerja pada
konstruksi tersebut dalam satu kesatuan, yaitu semua batang-batang yang
menyusun kerangka batang dan saling bekerja sama dalam satu kesatuan untuk
menahan beban yang bekerja. Batang-batang tersebut mengalami dua jenis gaya,
yaitu gaya tekan dan gaya tarik (hisap). Untuk mengetahui jenis dan besarnya
gaya yang bekerja pada masing-masing batang, digunakan metode Cremona dan
Ritter atau penentuan kesetimbangan pada titik buhul.
Pada perhitungan project work struktur baja ini penulis menggunakan
metode Cremona dimana gaya batang struktur statis tertentu diperoleh dengan
analisa grafis dengan memperhatikan skala gambar struktur, skala gaya, serta arah
urutan peninjauan batang yang dapat dilakukan searah ataupun berlawanan arah
jarum jam. Cara ini tidak ini jauh berbeda dengan kesetimbangan gaya pada titik
buhul, bedanya adalah gaya-gaya batang rangka digambarkan dengan vektor garis.
Untuk menghasilkan bidang atap yang rata dalam pembuatan kuda-kuda,
perlu diperhitungkan hal-hal berikut:
1. Bidang atap yang rata dapat mengakibatkan pengaliran air hujan yang rata dan
kemungkinan terjadi kebocoran sangat kecil.
2. Ukuran gording harus mempunyai keseragaman antara satu dengan yang
lainnya, agar atap benar-benar miring merata seluruhnya.
3. Dalam penempatan kuda-kuda antara satu dengan yang lainnya haruslah
sejajar dengan menggunakan benang. Untuk mengontrol tegak lurus kuda-
kuda harus mengunakan waterpass.
2.3 Rumus-Rumus yang Digunakan dalam Perhitungan
Perhitungan yang digunakan baik untuk pembebanan, pendimensian
batang, pengontrolan keamanan maupun untuk perhitungan sambungan,
didasarkan pada peraturan-peraturan yang berlaku di Indonesia serta pada
rumus-rumus dan teori yang telah terbukti kebenarannya.
2.3.1 Pendimensian Gording
Rumus-rumus yang digunakan untuk pendimensian gording diambil dari
gaya yang bekerja pada arah sumbu x dan sumbu y. Menurut Hadi Y. CE,
Perhitungan Kontruksi Baja, halaman 2 - 5 , untuk menghitung pendimensian
gording digunakan rumus:
qx = q cos ..........................................................................................(2.3)
qy = q sin ...........................................................................................(2.4)
Mx = (1/8) qx . L2 (terbagi rata) .........................................................(2.5)
My = (1/8) qy . L2 (terbagi rata) .........................................................(2.6)
Mx = (1/4) px . L (terpusat)..................................................................(2.7)
My = (1/4) py . L (terpusat)..................................................................(2.8)
Dengan:
qx = Beban yang bekerja terhadap sumbu x (kg/m)
qy = Beban yang bekerja terhadap sumbu y (kg/m
Mx = Momen yang timbul terhadap sumbu x (kgm)
My = Momen yang timbul terhadap sumbu y (kgm)
= Faktor reduksi akibat bentangan menerus (0,8)
2.3.2 Pengontrolan
Setelah pendimensian gording selesai, harus dilakukan pengontrolan
terhadap keamanan ukuran profil tersebut. Pengontrolan keamanan dilakukan
terhadap tegangan dan lendutan yang timbul akibat pembebanan. Menurut Hadi
Y. CE, Perhitungan Kontruksi Baja, halaman 2 - 5 , untuk pengontrolan terhadap
keamanan digunakan rumus :
σ ytb =
M x
W x
xM y
W y ....................................................................................(2.9)
Dimana :
σ ytb= Tegangan yang timbul (kg/cm2)
σ = Tegangan yang diizinkan (kg/cm2)
Mx = Momen yang timbul terhadap sumbu x (kgm)
My = Momen yang timbul terhadap sumbu y (kgm)
Wx = Momen tahanan terhadap sumbu x (cm3)
Wy = Momen tahanan terhadap sumbu y (cm3)
Gording dianggap aman bila tegangan yang ditimbulkan lebih kecil dari
tegangan yang diizinkan, tegangan izin untuk baja Fe.
Dan untuk kontrol lendutan, Menurut Hadi Y. CE, lendutan maksimum
yang diperbolehkan adalah :
f max=1
200x L
.....................................................................................(2.10)
Dimana :
fmax = lendutan izin maksimum (cm)
L = panjang bentangan (cm)
Sedangkan rumus yang digunakan untuk pengontrolan terhadap lendutan
yang diakibatkan oleh beban merata dan beban terpusat, Hadi Y. CE, untuk
lendutan yang timbul akibat beban mati serta penjumlahan beban angin dan beban
hidup adalah :
fytb =
5384
×q⋅l4
E⋅ I+ 1
48× P⋅l3
EI ..............................................................(2.11)
Dimana :
fytb = Lendutan yang timbul terhadap sumbu X dan Y
q = Beban terbagi rata (kg/m)
P = Beban terpusat (kg)
L = Panjang batang (cm)
E = Modulus elastisitas baja (kg/m2)
I = Momen inersial (cm4)
Untuk lendutan ini ditinjau pada sumbu x dan arah sumbu y sehingga
menjadi :
f ytb=√ fx2+ fy2.................................................................................(2.12)
Dimana :
fytb = Lendutan total yang ditimbulkan (cm)
fx = Lendutan yang timbul pada sumbu x (cm)
fy = Lendutan yang timbul pada sumbu x (cm)
Lendutan gording dianggap aman bila lendutan yang timbul lebih kecil
dari pada lendutan maksimum yang diizinkan.
2.3.3 Pendimensian Batang Kuda-Kuda
A. Batang Tekan
Suatu komponen struktur yang mengalami gaya tekan konsentris, akibat
beban terfaktor Nu, menurut SNI 03-1729-2002, pasal 9.1 harus memenuhi:
Nu, < Ø Nn............................................................................................(2.13)
Daya dukung nominal Nn, struktur tekan dihitung sebagai berikut:
Nn = Ag . fcr = Ag .
fyω ......................................................................(2.14)
Dengan besarnya ɷ ditentukan oleh λς yaitu:
Untuk λς < 0.25 maka ɷ = 1.....................................................(2.14a)
Untuk 0.25 < λς < 1.2 makaω= 1. 43
1.6−0 .67 λς ...................................(2.14b)
Untuk λς > 1.2 maka
ω=1 .25 λς2
...........................................(2.14c)
Berdasarkan batasan kelangsingan penampang
λ < λr .................................................................................................(2.15)
λ =
bt ¿ λr =
200
√Fy ...............................................................................(2.15a)
Cek kesebilan batang
λ1=
Lrmin ...............................................................................................(2.16)
Dimana:
L = Panjang batang
Kelangsingan pada arah sumbu bahan (sumbu x)
λx=
k .Lr x
.............................................................................................(2.17)
Kelangsingan pada arah sumbu bebas bahan (sumbu y)
I yt
= 2(
I y
+ Ag (ex + tp/2)2) ...............................................................(2.18)
Cek kelangsingan batang ideal
λ iy= √ λ
y2+
m2
λ12
............................................................................(2.19)
Dengan :
Ø = Faktor reduksi tahanan tekan = 0,85
Nu = Beban berfaktor
Nn = Kuat tekan nomnal komponen struktur = Ag . fcr
B = Tinggi pfofil (cm)
T = Tebal profil (cm)
λ = Kelangsingan
ω = Faktor tekuk
Ag = Luas penampang (cm2)
fcr = Tegangan sisa (Mpa)
fy = Tegangan leleh ( MPa)
k = Faktor panjang efektif (cm)
r = Jari-jari garasi komponen struktur
L = Panjang batang (cm)
B. Batang Tarik
Suatu komponen struktur yang mengalami gaya tarik aksial akibat beban
terfaktor Nu, menurut SNI 03-1729'2002, pasal 10.1 harus memenuhi:
Nu, < Ø Nn ...........................................................................................(2.20)
Kondisi leleh dihitung sebagai berikut:
Nn = Ag . fy........................................................................................... (2.21)
Kondisi fraktur dihitung sebagai berikut:
Nn = Ae . fu.................................................................................................... (2.22)
Dengan :
Ø = faktor tahanan tekan , 0.9 (kondisi leleh) & 0.75 (kondisi fraktur)
Nu = kondisi leleh
Nn = kondisi fraktur = Ag . fu
fu = tegangan tarik putus ( MPa)
fy = tegangan leleh ( MPa)
Ag = luas penampang (cm2)
Ae = luas penampang efektif = U . An (cm2)
An = luas netto penampang (mm2)
2.4 Alat Sambung
Alat sambung digunakan untuk menyatukan dan merangkai batang-batang
kerangka kuda-kuda pada pelat baja ada beberapa macam, seperti alat sambung
las, baut, paku keling dan lain-lain. Dalam perencanaan ini digunakan alat
sambung las sudut Tebal plat simpul = 5 mm, mutu baja BJ 37, ijin = 160 Mpa.
Ukuran minimum las sudut
Tabel ukuran minimum las sudut
Sumber : Agus Setiawan (Perencanaan Struktur Baja Dengan Metode LRFD)
2.5 Tahanan nomonal las
Ø . Rnw > Ru ..........................................................................................(2.23)
Kuat rencada las sudut
Ø . Rnw = Ø.t . (0,60 . fuw) Las ............................................................(2.24)
Ø . Rnw = Ø.t . (0,60 . fu) Bahan dasar ................................................(2.25)
Dimana:
Ø = faktor tahanan
Rnw = Tahanan nominal per satuan panjang las
Ru = Beban terfaktor per satuan panjang las
Gaya F2 berdasarkan tahanan las
F2 = Ø . Rnw . Lw ...................................................................................(2.26)
Keseimbangan gaya horizontal
Σ FH = T – F1– F2– F3 = 0 ......................................................................(2.27)
Panjang ukuran las
Lw1 =
F1
Ø . Rnw
Lw3 =
F3
Ø . Rnw
..................................................(2.28)
Ketahanan plat buhul
Rumus-rumus yang digunakan untuk menghitung ketahanan plat buhul.
menurut Ir, Oentoeng “Kontruksi Baja”, digunakan rumus :
Tegangan yang timbul
1 =
PA
±MW
maka, .............................................................................(2.29)
1=
35
(P 1−P 2 )
tb−
D 2 (cos a )tb
±[ 35
( P 1−P 2 ) S 1
16
tb 2−
D2 (cos a ) S116
tb2 ].........(2.29a)
Tegangan yang timbul melalui komponen vertikal
τ =
D2 sin a
tb .......................................................................................(2.30)
Total tegangan yang terjadi
1 = √σ2+3 τ2<¿ ¿
........................................................................(2.31)
Dengan:
τ = tegangan
1= total tegangan (kg/cm2)
tb = tebal plat (mm)
P = Beban (ton)
A =luas (cm2)
F = gaya (kN)
Lw= panjang las (mm)