ringkasan bab 1 dan bab 2

Upload: cavitri-vitri

Post on 08-Mar-2016

230 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

H

TRANSCRIPT

TUGAS AMDALMENGKAJI PERATURAN UU TENTANG AMDAL DI INDONESIA DAN SINGAPURA

Oleh Kelompok 1 :1. ANISA NURMALITA(13030654006)2. SAPITRI RAHAYU(13030654014)3. MARIA NUR ULFA(13030654024)4. HARTATIK ANGGRAINI(13030654031)

PRODI PENDIDIKAN IPAFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS NEGERI SURABAYA2016PP no 27 ini dibuat untuk memberikan manfaat AMDAL bagi semua pihak, diantaranya : BAGI PEMERINTAH1. Mencegah terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan serta pemborosan sumberdaya alam secara lebih luas 2. Menghindari konflik dengan masyarakat dan kegiatan lain disekitarnya.3. Menjaga agar pelaksanaan pembangunan tetap sesuaiBAGI PEMRAKARSA1. Menjamin keberlangsungan usaha dan/atau kegiatan karena adanya proporsi ekonomis, teknis dan lingkungan2. Menghemat pemanfaatan sumberdaya (modal, bahan baku, energi)3. Memberikan panduan untuk menjalin interaksi saling menguntungkan dengan masyarakat sekitar, sehingga terhindar dari konflik sosial yang saling merugikan4. Sebagai bukti ketaatan hukum. BAGI MASYARAKAT1. Mengetahui sejak dini dampak positif dan negatif akibat adanya suatu kegiatan, sehingga dapat menghindari terjadinya dampak negatif dan dapat memperoleh dampak positif dari kegiatan tersebut2. Melaksanakan kontrol terhadap pemanfaatan sumberdaya alam dan upaya pengelolaan lingkungan yang dilakukan pemrakarsa kegiatan, sehingga kepentingan ke dua belah pihak saling dihormati dan dilindungi3. Terlibat dalam proses pengambilan keputusan terhadap rencana pembangunan yang mempunyai pengaruh terhadap nasib dan kepentingan mereka.

Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1999 tentang Analisis mengenai dampak lingkungan hidup (AMDAL) adalah kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan. AMDAL merupakan kajian dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup, dibuat pada tahap perencanaan, dan digunakan untuk pengambilan keputusan. Hal hal yang dikaji dalam proses AMDAL diantaranya adalah pada aspek fisik-kimia, ekologi, sosial-ekonomi, sosialbudaya, dan kesehatan masyarakat sebagai pelengkap studi kelayakan suatu rencana usaha dan/atau kegiatan. Analisis mengenai dampak lingkungan hidup di satu sisi merupakan bagian studi kelayakan untuk melaksanakan suatu rencana usaha dan/atau kegiatan, di sisi lain merupakan syarat yang harus dipenuhi untuk mendapatkan izin melakukan usaha dan/atau kegiatan. Berdasarkan analisis ini dapat diketahui secara lebih jelas dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup, baik dampak negatif maupun dampak positif yang akan timbul dari usaha dan/atau kegiatan sehingga dapat dipersiapkan langkah untuk menanggulangi dampak negatif dan mengembangkan dampak positif.Untuk mengukur atau menentukan dampak besar dan penting tersebut di antaranyadigunakan kriteria mengenai :a. besarnya jumlah manusia yang akan terkena dampak rencana usaha dan/atau kegiatan;b. luas wilayah penyebaran dampak;c. intensitas dan lamanya dampak berlangsung;d. banyaknya komponen lingk ungan hidup lain yang akan terkena dampak;e. sifat kumulatif dampak;f. berbalik (reversible) atau tidak berbaliknya (irreversible) dampak.Usaha dan/atau kegiatan yang kemungkinan dapat menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup berdasarkan pasal 3 ayat 1 meliputi :a. pengubahan bentuk lahan dan bentang alamb. eksploitasi sumber daya alam baik yang terbaharui maupun yang tak terbaharuc. proses dan kegiatan yang secara potensial dapat menimbulkan pemborosan, pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup, serta kemerosotan sumber daya alam dalam pemanfaatannya;d. proses dan kegiatan yang hasilnya dapat mempengaruhi lingkungan alam, lingkungan buatan, serta lingkungan sosial dan budaya;e. proses dan kegiatan yang hasilnya akan dapat mempe ngaruhi pelestarian kawasan konservasi sumber daya dan/atau perlindungan cagar budaya;f. introduksi jenis tumbuh -tumbuhan, jenis hewan, dan jenis jasad renikTujuan secara umum AMDAL adalah menjaga dan meningkatkan kualitas lingkungan serta menekan pencemar an sehingga dampak negatifnya menjadi serendah mungkin. Dengan demikian AMDAL diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang pelaksanaan rencana kegiatan yang mempunyai dampak terhadap lingkungan hidup. Untuk proses pelaksanaan AMDAL dapat dilihat dibawah ini.

Keterangan : Pelingkupan adalah proses pemusatan studi pada hal hal penting yang berkaitandengan dampak penting. Kerangka acuan (KA ANDAL) adalah ruang lingkup kajian analisis mengenaidampak lingkungan hidup y ang merupakan hasil pelingkupan. Analisis dampak lingkungan hidup (ANDAL) adalah telaahan secaracermat danmendalam tentang dampak besar dan penting suatu rencana usaha dan/atau kegiatan. Rencana pengelolaan lingkungan hidup (RKL) adalah upaya penanganan dampakbesar dan penting terhadap lingkungan hidup yang ditimbulkan akibat dari rencanausaha dan/atau kegiatan. Rencana pemantauan lingkungan hidup (RPL) adalah upaya pemantauankomponen lingkungan hidup yang terkena dampak besar dan penting akibat dari suatu kegiatan dan/ usaha. Dari berbagai kegiatan yang dapat menimbulkan dampak besar terhadap lingkungan, maka dalam PP No. 27 tahun 1999 telah dibahas tentang prosedur pelaksanaan AMDAL yang meliputi Komisi Penilai AMDAL, pemrakarsa, dan masyarakat yang berkepentingan dengan penjelasan sebagai berikut : Komisi Penilai AMDAL adalah komisi yang bertugas menilai dokumen AMDAL. Di tingkat pusat berkedudukan di Kementerian Lingkungan Hidup, di tingkat Propinsi berkedudukan di Bapedalda/lnstansi pengelola lingkungan hidup Propinsi, dan di tingkat Kabupaten/Kota berkedudukan di Bapedalda/lnstansi pengelola lingkungan hidup Kabupaten/Kota. Unsur pemerintah lainnya yang berkepentingan dan warga masyarakat yang terkena dampak diusahakan terwakili di dalam Komisi Penilai ini. Tata kerja dan komposisi keanggotaan Komisi Penilai AMDAL ini diatur dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup, sementara anggota-anggota Komisi Penilai AMDAL di propinsi dan kabupaten/kota ditetapkan oleh Gubernur dan Bupati/Walikota. Pemrakarsa adalah orang atau badan hukum yang bertanggungjawab atas suatu rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan dilaksanakan. Masyarakat yang berkepentingan adalah masyarakat yang terpengaruh atas segala bentuk keputusan dalam proses AMDAL berdasarkan alasan-alasan antara lain sebagai berikut: kedekatan jarak tinggal dengan rencana usaha dan/atau kegiatan, faktor pengaruh ekonomi, faktor pengaruh sosial budaya, perhatian pada lingkungan hidup, dan/atau faktor pengaruh nilai -nilai atau norma yang dipercaya. Masyarakat berkepentingan dalam proses AMDAL dapat dibedakan menjadi masyarakat terkena dampak, dan masyarakat pemerhati.

Gambar 1.1. Prosedur pelaksanaan AMDAL

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN DI NEGARA INDONESIA

BAB IKETENTUAN UMUMPada bab 1 menjelaskan tentang ketentuan umum dengan jumlah 2 pasal yang terdiri dari pasal 1 dan 2. Dimana pasal 1 menjelaskan tentang beberapa pengertian istilah dalam AMDAL seperti AMDAL, ANDAL, UKL-UPL, KERANGKA ACUAN, DAMPAK PENTING, RKL, RPL, RENCANA PENGELOLAHAN LINGKUNGAN, KELAYAKAN LINGKUNGAN HIDUP, REKOMENDASI UKL-UPL. Sedangkan pada pasal 2 menjelaskan usaha dan/atau Kegiatan yang wajib memiliki Amdal atau UKL-UPL wajib memiliki Izin Lingkungan. Izin Lingkungan diperoleh melalui tahapan kegiatan yang meliputi:a. penyusunan Amdal dan UKL-UPL;b. penilaian Amdal dan pemeriksaan UKL-UPL; danc. permohonan dan penerbitan Izin Lingkungan.Bab IIPENYUSUNAN AMDAL DAN UKL-UPLBagian KesatuUmumPada bab II bagian kesatu hanya menjelaskan tentang usaha / kegiatan yang wajib amdal dan yang tidak wajib amdal diman Setiap Usaha dan/atau Kegiatan yang berdampak penting terhadap lingkungan hidup wajib memiliki Amdal. Dan yang tidak memiliki kriteria wajib Amdal wajib memiliki UKL dan UPL.

Bagian KeduaPenyusunan Dokumen AmdalPada bagian dua terdiri dari 9 pasal, yang menjelaskan tentang penyusunan amdal yang disusun oleh pemrakarsa dan wajib menggunakan pendekatan studi, dalam penyusunan harus mengikut sertakan masyarakat, penyusunan Amdal di atur oleh pengatuan menteri, serta dalam penyusunan Amdal wajib melakukan sertifikasi kompetensi penyusunan Amdal.Penyusunan Amdal dituangkan ke dalam dokumen Amdal yang terdiri atas:a. Kerangka Acuan; Pada Kerangka Acuan menjadi dasar penyusunan Andal dan RKL-RPL.b. Andal; danc. RKL-RPL.Dalam menyusun dokumen Amdal, Pemrakarsa wajib menggunakan pendekatan studi diantaranya :a. tunggal;b. terpadu; atauc. kawasan.Sedangkan Pegawai negeri sipil yang bekerja pada instansi lingkungan hidup Pusat, provinsi, atau kabupaten/kota dilarang menjadi penyusun Amdal.

Bagian KetigaPenyusunan UKL-UPLPada bagian ketiga terdiri dari 6 pasal yang berisi tenang Pembahasan tentang UKL-UPL dalam penyusunan harus sesuai dengan rencana tata ruang, kemudian dalam penyusunannya harus sesuai dengan format yang ditentukan oleh Menteri dan pemrakarsa hanya menyusun 1 (satu) UKL-UPL. Penyusunan UKL-UPL dilakukan melalui pengisian formulir UKL-UPL dengan format yang ditentukan oleh Menteri.Format sebagaimana dimaksud sedikit memuat:a. identitas pemrakarsa;b. rencana Usaha dan/atau Kegiatan;c. dampak lingkungan yang akan terjadi; dand. program pengelolaan dan pemantauan lingkunganhidup. Dan Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyusunan UKLUPL diatur dengan Peraturan MenteriBAB IIIPENILAIAN AMDAL DAN PEMERIKSAAN UKL-UPLBagian KesatuKerangka AcuanPada bab III menjelaskan tentang pembuatan Analisis Dampak Lingkungan Hidup disusun oleh pemrakarsa sebelum penyusunan Andal dan RKL-RPL.Kerangka acuan yang telah disusun sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan kepada:a. Menteri melalui sekretariat Komisi Penilai Amdal Pusat, untuk Kerangka Acuan yang dinilai oleh Komisi Penilai Amdal Pusat;b. gubernur melalui sekretariat Komisi Penilai Amdal provinsi, untuk Kerangka Acuan yang dinilai oleh Komisi Penilai Amdal provinsi; atauc. bupati/walikota melalui sekretariat Komisi Penilai Amdal kabupaten/kota, untuk Kerangka Acuan yang dinilai oleh Komisi Penilai Amdal kabupaten/kota.Kerangka acuan dinyatakan lengkap sacara administrasi, dinilai oleh komisi penilai amdal, dimana komisi penilai Amdal menugaskan tim teknis untuk menilai Kerangka Acuan ketika Tim teknis melakukan penilaian akan melibatkan pemrakarsa untuk menyepakati Kerangka Acuan.Yang dimaksud dengan lengkap secara administrasi adalah kepemilikan bukti antara lain berupa:a. bukti formal bahwa rencana lokasi Usaha dan/atau Kegiatan telah sesuai dengan rencana tata ruangb. bukti formal yang menyatakan bahwa jenis rencana Usaha dan/atau Kegiatan secara prinsip dapat dilakukan; danc. tanda bukti registrasi kompetensi bagi lembaga penyedia jasa penyusunan dokumen Amdal dan sertifikasi kompetensi penyusun Amdal.Jangka waktu penilaian Amdal dilakukan paling lama 30hari kerja terhitung sejak kerangka acuan diterima dan dinyatakan lengkap secara admnistrasi. Jangka waktu selama 30 (tigapuluh) hari kerja dipergunakan oleh:a. sekretariat Komisi Penilai Amdal untuk menyampaikan dokumen Kerangka Acuan kepada Komisi Penilai Amdal;b. Komisi Penilai Amdal menugaskan tim teknis untuk melakukan penilaian;c. tim teknis untuk melakukan penilaian dan menyampaikan hasil penilaian kepada Komisi Penilai Amdal; dand. Komisi Penilai Amdal untuk menerbitkan persetujuan Kerangka Acuan.Kerangka acuan tidak berlaku apabila kerangka acuan tidak diperbaiki terhitung 3 tahun sejak dikembalikanya kerangka acuan kepada pemrakarsa, pemrakarsa tidak menyusun Andal dan RKL-RPL dalam waktu 3 tahun terhitung sejak diterbitkanya persetujuan kerangka acuan. Dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun terdapat kemungkinan telah terjadi perubahan rona lingkungan hidup, karena cepatnya perkembangan pembangunan, sehingga rona lingkungan hidup yang semula dipakai sebagai dasar penyusunan Amdal tidak sesuai lagi digunakan untuk memprakirakan dampak lingkungan hidup Usaha dan/atau Kegiatan yang direncanakan. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penilaian Kerangka Acuan diatur dengan Peraturan Menteri.Bagian KeduaAndal dan RKL-RPLTujuan pengajuan AMDAL, instansi yang berhak menerbitkan keputusan, kelayakan lingkungan hidup atau ketidaklayakan lingkungan. Jangka waktu penilaian AMDAL dilakukan paling lama 75 (tujuh puluh lima) hari kerja, terhitung sejak dokumen AMDAL dan RKL-RPL dinyatakan lengkap.Menteri, gubernur, bupati/walikota berdasarkan rekomendasi penilaian akhir dari komisi penilai AMDAL akan menetapkan keputusan kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan hidup, jangka waktu penetapan keputusan tersebut dilakukan paling lama 10 (sepuluh) hari kerja terhitung sejak diterimanya rekomendasi penilaian akhir dari komisi penilai AMDAL.Dalam hal Usaha dan/atau Kegiatan yang direncanakan Pemrakarsa wajib memiliki izin perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mencantumkan jumlah dan jenis izin perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.Keputusan ketidaklayakan lingkungan hidup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (1) paling sedikit memuat:a. dasar pertimbangan dikeluarkannya penetapan; danb. pernyataan ketidaklayakan lingkungan.Pertimbangan kelayakan lingkungan dinilai tidak hanya dari kemampuan pemrakarsa untuk menanggulangi dampak negatif tetapi juga dilihat dari kemampuan pihak terkait, seperti pemerintah dan masyarakat. Yang dimaksud dengan pendekatan teknologi adalah cara atau teknologi yang digunakan untuk mengelola dampak penting. Yang dimaksud dengan pendekatan sosial adalah langkah penanggulangan dampak penting yang dilakukan melalui tindakan yang berlandaskan pada interaksi sosial. Yang dimaksud dengan pendekatan kelembagaan adalah penanggulangan dampak penting melalui mekanisme kelembagaan dalam bentuk koordinasi dan kerjasama dengan berbagai pihak terkait.Dalam Usaha/Kegiatan yang direncanakan wajib memiliki izin perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dan harus mencantumkan jumlah dan jenis izin perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Tata cara penilaian AMDAL dan RKL-RPL diatur dengan peraturan menteri

Bagian KetigaUKL-UPLpenyususnan UKL-UPL yang disususn oleh pemrakarsa dilakukan melalui pengisisan formulir UKL-UPL dengan format yang ditentukan oleh menteri, gubernur, dan bupati/walikotaa. Menteri, untuk Usaha dan/atau Kegiatan yang berlokasi:1. Di lebih dari 1 (satu) wilayah provinsi;2. Di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang sedang dalam sengketa dengan negara lain;3. Di wilayah laut lebih dari 12 (duabelas) mil laui diukur dari garis pantai ke arah laut lepas; dan/atau4. Di lintas batas Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan negara lain.b. Gubernur, untuk Usaha dan/atau Kegiatan yang berlokasi:1. Di lebih dari 1 (satu) wilayah kabupaten/kota dalam 1 (satu) provinsi;2. Di lintas kabupaten/kota; dan/atau3. Di wilayah laut paling jauh 12 (duabelas) mil dari garis pantai ke arah laut lepas dan/atau ke arah perairan kepulauan.c. Bupati/Walikota, untuk Usaha dan/atau Kegiatan yang berlokasi pada 1 (satu) wilayah kabupaten/kota dan di wilayah laut paling jauh 1/3 (satu pertiga) dari wilayah laut kewenangan provinsi.Pemeriksaan UKL-UPL dinyatakan dalam jangka waktu 14(empatbelas) hari sejak formulir UKL-UPL dinyatakan lengkap secara administrasi. Pemeriksaan UKL-UPL dan penertiban Rekomendasi UKL-UPL dapat dilakukan oleh pejabat yang ditunjuk oleh menteri, kepala instasi lingkungan provinsi, kepala instansi lingkungan hidup kabupaten/ kota. Yang dimaksud dengan kelengkapan administrasi formulir UKL-UPL antara lain:a. kesesuaian dengan tata ruang;b. deskripsi rinci rencana Usaha dan/atau Kegiatan;c. dampak lingkungan yang akan terjadi;d. program pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup; dane. peta lokasi pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup.Ketentuan lebih lanjut mengenai pemeriksaan UKL-UPL dan penerbitan Rekomendasi UKL-UPL diatur dengan Peraturan Menteri. BAB IVPERMOHONAN DAN PENERBITAN IZIN LINGKUNGANBagian KesatuPermohonan Izin LingkunganPermohonan izin Lingkungan diajukan secara tertulis oleh penaggung jawab usaha / kegiatan selaku pemrakarsa kepada meteri, gubernur dan bupati/ walikota sesuai dengan kewenanganya. Permohonan izin Lingkungan disampaikan bersamaan dengan pengajuan penilaian AMDAL dan RKL-RPL atau pemeriksaan UKL-UPL.Permohonan izin lingkungan yang diajukan secara tertulis oleh penanggung jawab usaha/kegiatan selaku pemrakarsa harus dilengkapi dengan:a. dokumen Amdal atau formulir UKL-UPL;b. dokumen pendirian Usaha dan/atau Kegiatan; danc. profil Usaha dan/atau Kegiatan.Pengumuman permohonan izin wajib AMDAL dilakukan oleh menteri, gubernur, bupati/walikota. Jangka waktu Pengumuman permohonan izin lingkungan paling lama 2 (dua) hari kerja terhitung sejak formulir UKL-UPL yang diajukan dinyatakan lengkap secara administrasi. Masyarakat dapat memberikan saran, pendapat, dan tanggapan terhadap pengumunan yang dapat disampaiakan kepada menteri, gubernur, dan bupati/walikota sesuai dengan kewenanganya.Izin lingkungan diterbitkan oleh menteri, gubernur dan bupati/ walikota. Izin lingkungan berakhir bersamaan dengan berakhirnya izin usaha/kegiatan. Pengumuman izin lingkungan diterbitkan oleh menteri, gubernir, dan bupati/ walikota yang wajib diumumkan melalui media massa atau multimedia, pengumuman dilakukan dalam jangka waktu 5 (lima) hari kerja sejak diterbitkan.Dalam hal Usaha dan/atau Kegiatan yang direncanakan Pemrakarsa wajib memiliki izin perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, Izin Lingkungan sebagaimana paling sedikit harus memuat :a. persyaratan dan kewajiban yang dimuat dalam Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup atau Rekomendasi UKL-UPL;b. persyaratan dan kewajiban yang ditetapkan oleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota; danc. berakhirnya Izin Lingkungan mencantumkan jumlah dan jenis izin perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan peraturan perundangundangan.Bagian KetigaPenerbitan Izin LingkunganIzin lingkungan diterbitkan oleh menteri, gubernur dan bupati/ walikota. Izin lingkungan berakhir bersamaan dengan berakhirnya izin usaha/kegiatan. pengumuman izin lingkungan diterbitkan oleh menteri, gubernir, dan bupati/ walikota yang wajib diumumkan melalui media massa atau multimedia, pengumuman dilakukan dalam jangka waktu 5 (lima) hari kerja sejak diterbitkan.Izin perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup antara lain izin pembuangan limbah cair, izin pemanfaatan air limbah untuk aplikasi ke tanah, izin penyimpanan sementara limbah bahan berbahaya dan beracun, izin pengumpulan limbah bahan berbahaya dan beracun, izin pengangkutan limbah bahan berbahaya dan beracun, izin pemanfaatan limbah bahan berbahaya dan beracun, izin pengolahan limbah bahan berbahaya dan beracun, izin penimbunan limbah bahan berbahaya dan beracun, izin pembuangan air limbah ke laut, izin dumping, izin reinjeksi ke dalam formasi, dan/atau izin venting.Penerbitan perubahan Rekomendasi UKL-UPL sebagaimana dimaksud dalam hal perubahan Usaha dan/atau Kegiatan tidak termasuk dalam kriteria wajib Amdal, dimana dilakukan melalui penyusunan dan pemeriksaan UKL-UPL baru. Penerbitan perubahan Izin Lingkungan dilakukan bersamaan dengan penerbitan perubahan Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup atau Rekomendasi UKL-UPL. Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria perubahan Usaha dan/atau Kegiatan sebagaimana tata cara perubahan Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup, perubahan Rekomendasi UKL-UPL, dan penerbitan perubahan Izin Lingkungan diatur dengan Peraturan Menteri.Bagian KetigaKewajiban Pemegang Izin LingkunganLaporan pelaksanaan terhadap persyaratan dan kewajiban dalam izin lingkungan kepada menteri, gubernur, bupati/ walikota disampaikan secara berkala setiap 6 (enam) bulan. Pemegang izin lingkungan berkewajiaban mentaati persyaratan yang dimuat dalam izin lingkungan, izin perlindungan dan izin pengelolaan lingkungan hidup. Pemegang izin membuat dan menyampaikan laporan izin lingkungan kepada menteri, gubernur dan bupati/walikota. Pemegang izin menyediakan dana penjaminan untuk pemulihan fungsi lingkungan hidup sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BAB VKOMISI PENILAI AMDALBerisikan tentang komisi penilai analisis mengenai dampak lingkungan hidup dengan jumlah pasal pasal yang mendukungnya adalah 10 pasal, yakni pasal 54 sampai pasal 63. Membahas tentang komisi Penilai dalam AMDAL, yang meliputi pembentukan komisi penilai, susunan komisi penilai AMDAL, serta tugas dan unsur-unsur pembantu dalam komisi penilai.Komisi penilai Amdal dibentuk oleh Menteri, gubernur dan walikota. Komisi penilai Amdal terdiri komisi penilai Amdal Pusat, provinsi dan kabupaten atau kota. Komisi penilai Amdal baik pusat maupun provinsi menilai dokumen Amdal yang disusun dengan menggunakan pendekatan terpadu atau kawasan yang terdapat dalam pasal 54. Susunan Komisi Penilai Amdal terdiri atas ketua, sekretaris dan anggota. Ketua dan sekretaris dari masing-masing komisi yakni pusat, provinsi dan kota berasal dari instansi lingkungan hidup masing-masing. Kemudian untuk anggotanya, berasal dari instansi-instansi pada bidnagnya masing-masing, wakil pemerintah yang bersangkutan, ahli di bidang yang berkaitan, prganisasi lingkungan hidup, masyarakat dan unsur lain sesuai kebutuhan.

BAB VIPEMBINAAN DAN EVALUASI KINERJATerdapat dua bgaian dalam bab ini. Yakni bab satu mengenai Pembinaan terhadap Penatalaksanaan Amdal dan UKL-UPL, sedangkan bab dua mengenai evaluais kinerja. a. Bagian satu mengenai Pembinaan terhadap Penatalaksanaan Amdal dan UKL-UPLb. Terdapat dua pasal, yakni pasal 64 dan 65. pasal 64 membahas mengenai Instansi lingkungan hidup pusat dan provinsi yang ditugasi melakukan pembinaan teknis terhadap komisi penilai Amdal provinsi dan kabupaten atau kota. Pembinaan tersebut meliputi pendidikan dan pelatihan Amdal, bimbingan teknis UKL-UPL, dan penetapan norma, standar, prosedur, dan/atau kriteria. Sedangkan pasal 65 membahas tentang penyusunan Amdal atau UKL-UPL bagi Usaha dan/atau Kegiatan yang direncanakan, dilakukan oleh instansi yang membidangi Usaha dan/atau Kegiatan yang bersifat dominan.c. Bagian kedua mengenai evaluasi kinerjad. Terdapat dua pasal yakni pasal 66 dan 67. pasal 66 membahas mengenai evaluasi kinerja terhadap penatalaksaan Amdal dan UKL-UPL yang dilakukan oleh Instansi lingkungan hidup pusat maupun provinsi. Sedangkan pasal 67 membahas mengenai ketentuan lebih lanjut dan evaluasi kinerja diatur dengan peraturan menteri.

BAB VIIPENDANAANPasal 68-70UKL-UPL disusun oleh pemrakarsa pada tahap perencanaan suatu usaha dan/atau kegiatan pada suatu formulir UKL-UPL harus terdapat :a. Identitas pemrakarsab. Rencana usaha dan/atau kegiatanc. Dampak lingkungan yang akan terjadid. Program pegelolaan dan pemantauan lingkungan hidupCatatana. Pemeriksaan UKL-UPL dilakukan oleh BLHD kabupatenb. Penerbitan rekomendasi UKL-UPL diterbitkan oleh bupati melalui BP2Tc. Permohonan dokumen harus didaftrftarkan langsung oleh pemrakarsaPendanaanPenyusuna dokumen AMDAL dan UKL-UPL didanai oleh pemrakarsa, kecuali untuk usaha dan/atau kegiatan bagi golongan ekonomi lemah dan jasa pemeriksaan dokumen lingkungan yang dilakukan oleh instansi lingkungan hidup dibebankan kepada pemrakarsa sesuai dengan pasal 68-69, dan di pasal 70 tertuliskan dana pembinaan dan evaluasi kinerja yang dilakukan oleh instansi lingkungan hidup Pusat, provinsi, dan kabupaten/kota dialokasikan dari anggaran instansi lingkungan hidup Pusat, provinsi, dan kabupaten/kota.Realisasi penyusunan dan pendanaan di lapangan pada saat iniBiaya penyusunan dan penilaian dokumen AMDAL dibebankan kepada pemrakarsa tetapi dalam prakteknya masih ditemukan di berbagai daerah tidak ada tarif yang jelas berapa biaya yang harus dikeluarkan oleh pemrakarsa sampai pemrakarsa mendapatkan surat persetujuan layak lingkungan dan/atau rekomendasi UKL-UPL.Praktek yang masih terjadi sampai saat ini di lapangan dan berdasarkan informasi dari para konsultan penyusun dokumen AMDAL dan UKL-UPL masih dijumpai biaya yang harus diserahkan Konsultan kepada institusi penilai AMDAL sangat besar dan tidak pernah ada tarif yang standar dan bahkan untuk pembahasan UKL-UPL sampai penerbitan rekomendasi sering sekali bianyanya lebih mahal dari jasa konsultan penyusun. Padahal proses yang ditetapkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup untuk Penyusunan dokumen UKL-UPL sudah sederhana tetapi menjadi terlihat jadi rumit dan sangat berat karena tidak ada ketentuan yang mengatur tarif pembahasannya.Jika pemrakarsa dan tim penyusun menanyakan apakah ada aturan yang menetapkan besaran tarif maka instansi yang bersangkutan sering tidak dapat menunjukkan. Ketidakjelasanan tarif ini juga mempengaruhi secara langsung akan mempengaruhi kualitas dokumen AMDAL dan UKL-UPL karena akan ada peluang lolosnya dokumen AMDAL dan UKL-UPL yang tidak berkualitas tetapi memberikan "fasilitas" bayaran yang lebih kepada pihak-pihak tertentu. Bahkan mungkin dokumen cukup dinilai/diulas seadanya saja asal pihak pemrakarsa dan atau konsultan penyusun menyetujui besar tarif yang ditetapkan.

BAB VIIISANKSI ADMINISTRATIFPasal 71-72Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterapkan oleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.Tujuan sanksi administratif :a. Melindungi LH dari pencemaran dan perusakan LHb. Menanggulangi pencemaran dan/atau perusakan LHc. Memulihkan kualitas LH akibat pencemaran dan/atau perusakan LHd. Memberi efek jera (deterrent) bagi penanggung jawab usahaJenis-jenis sanksi administratif :a. Teguran TertulisDefinisi :1. Sanksi yang diterapkan kepada penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang telah melakukan pelanggaran per-uuan dan persyaratan & kewajiban yang tercantum dalam izin lingkungan dan izin perlindungan dan pengelolaan LH2. Namun pelanggaran tersebut baik secara tata kelola LH yang baik maupun secara teknis masih dapat dilakukan perbaikan dan juga belum menimbulkan dampak negatif terhadap LHDiterapkan terhadap Pelanggaran :Bersifat administratif: Tidak menyampaikan laporan, tidak memiliki log book dan neraca limbah B3, dan tidak memiliki label dan simbol limbah B3Bersifat teknis, tetapi perbaikannya bersifat ringan (perbaikan yang dapat dilakukan secara langsung tidak memerlukan: waktu yang lama, penggunaan teknologi tinggi, penanganan oleh ahli, ataupun biaya tinggi): Belum menunjukkan pelanggaran terhadap kriteria baku kerusakan LH, Terjadinya kerusakan/gangguan pada instalasi pengolahan air limbah dan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan tidak melaporkan kepada pejabat yang berwenang.

1. Paksaan PemerintahDefinisi:Sanksi administratif berupa tindakan nyata untuk menghentikan dan/atau memulihkan keadaan sebagaimana kondisi semula. Penerapan sanksi paksaan pemerintah dapat dilakukan terhadap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan dengan terlebih dahulu diberikan teguran tertulis, atau tanpa didahului teguran tertulis khusus bagi pelanggaran yang menimbulkan: a. Ancaman yang sangat serius bagi manusia dan lingkungan hidup;b. Dampak yang lebih besar dan lebih luas jika tidak segera dan lebih luas jika tidak segera dihentikan pencemaran dan/atau perusakannya; dan/atauc. Kerugian yang lebih besar bagi lingkungan hidup jika tidak segera dihentikan pencemaran dan/atau perusakannya.Bentuk Paksaan Pemerintah :a. Penghentian sementara kegiatan produksib. Pemindahan sarana produksi c. Penutupan saluran pembuangan air limbah atau emisi;d. Pembongkarane. Penyitaan terhadap barang atau alat yang berpotensi menimbulkan pelanggaranf. Penghentian sementara seluruh kegiatang. Tindakan lain yang bertujuan untuk menghentikan pelanggaran dan tindakan memulihkan fungsi lingkungan hidup Diterapkan terhadap Pelanggaran : Pelanggaran terhadap persyaratan dan kewajiban yang tercantum dalam izin lingkungan dan per-uuan LH, misalnya:a. Tidak membuat Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)b. Tidak memiliki Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) limbah B3c. Tidak memiliki alat pengukur laju alir air limbah (flow meter) 2. Pembekuan IzinDefinisi :a. Sanksi yang berupa tindakan hukum untuk tidak memberlakukan sementara izin lingkungan dan/atau izin yang terkait dengan perlindungan dan penglolaan LH yang berakibat pada berhentinya suatu usaha dan/atau kegiatan. b. Pembekuan izin ini dapat dilakukan dengan atau tanpa batas waktu.Diterapkan terhadap Pelanggarana. Tidak melaksanakan paksaan pemerintahb. Melakukan kegiatan selain kegiatan yang tercantum dalam izin lingkungan dan/atau izin yang terkait dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidupc. Pemegang izin lingkungan dan/atau izin yang terkait perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup belum menyelesaikan secara teknis apa yang seharusnya menjadi kewajibannya3. Pencabutan IzinDefinisi : a. Sanksi yang berupa tindakan hukum untuk mencabut izin lingkungan dan/atau izin yang terkait dengan perlindungan dan penglolaan LH yang berakibat pada berhentinya suatu usaha dan/atau kegiatanDiterapkan terhadap Pelanggarana. Tidak melaksanakan sanksi administratif paksaan pemerintahb. Memindahtangankan izin usahanya kepada pihak lain tanpa persetujuan tertulis dari pemberi izin usahac. Tidak melaksanakan sebagian besar atau seluruh sanksi administratif yang telah diterapkan dalam waktu tertentud. Terjadinya pelanggaran yang serius yaitu tindakan melanggar hukum yang mengakibatkan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang relatif besar dan menimbulkan keresahan masyarakate. Menyalahgunakan izin pembuangan air limbah untuk kegiatan pembuangan limbah B3f. Menyimpan, mengumpulkan, memanfaatkan, mengolah dan menimbun limbah B3 tidak sesuai sebagaimana yang tertuang dalam izin

BAB IXKETENTUAN PENUTUPPasal 73-75Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3838) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.(Pasal 74)

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN DI NEGARA SINGAPURA Republik Singapura adalah sebuah negara pulau kecil berbaring di ujung Semenanjung Malaya di persimpangan Asia Tenggara. Terdiri dari pulau utama Singapura dan sekitar 60 pulau, Singapura memiliki luas tanah 637 kilometer persegi dan garis pantai 193 kilometer. Singapore memiliki sebagai negara terkecil di Asia Tenggara. Negara-kota yang padat penduduk, dengan populasi 3.440.693Environment Impact Assesment (EIA) telah digunakan secara luas di seluruh penjuru dunia sebagai instrumen hukum administrasi untuk mencegah polusi dari berbagai kegiatan yang berpotensi besar menyebabkan degradasi atau polusi terhadap lingkungan. Sehubungan dengan investasi asing di Singapura, proyek menggunakan atau menyimpan jumlah besar zat berbahaya yang diperlukan untuk terlibat konsultan pihak ketiga untuk melakukan AMDAL untuk mendukung pembentukan pabrik di Singapura. Untuk tujuan ini, Kementerian Lingkungan Hidup memiliki direkomendasikan format umum untuk laporan EIA. Oleh karena itu, dapat dilihat bahwa terlepas dari tidak adanya undang-undang yang membutuhkan wajib AMDAL, proses perencanaan yang komprehensif ada untuk memastikan bahwa industri yang benar diletakkan dan jaminan lingkungan diminta dari pemrakarsa proyek. Namun, ada baru-baru ini panggilan untuk memberlakukan EIA undang-undang untuk melembagakan prosedur penilaian dampak agar tidak meninggalkan keputusan EIA kebijaksanaan administrasi. Masalah lingkungan hidup di Singapura ditimbulkan oleh pencemaran udara dan pencemaran kebisingan yang terutama disebakan oleh kendaraan bermotor, tenaga pembangkit listrik serta pabrik. Di Singapura tidak terdapat undang-undang yang secara komprehensif menangani lingkungan hidup.Dilihat dari sudut pelaksanaan, ada beberapa instansi Pemerintah yang bertanggung jawab menangani masalah lingkungan hidup, yaitu : a. Anti Pollution Unit, Prime Ministers Office, (dibentuk tahun 1970 untuk mengawasi pencemaran udara dan kebisingan).b. Ministery of Environment ( dibentuk tahun 1972 dengan mengambi alih tugas dari Ministry of Health and Ministry of National Development yang berkaitan dengan kesehatan lingkungan dan pengendalian pencemaran).c. Environmental Public Health. d. Water Pollution Control & Drainage. e. Destruction of Disease Bearing Insects. f. Sale of Food. g. Prohibition on Smoking in Certain Places. h. Infectious Disease. i. Hydrogen Cyanide. j. Cattle. k. Port Of Singapura Authority (PSA);bertanggung jawab mengelola dan melaksanakan ketentuan prevention of Pollution of the Sea Act dan Civil Liability (Oil Pollution).Struktur dan Fungsi Penataan LingkunganPemerintah Singapura merupakan satu-satunya Pemerintah, baik pusat maupun lokal.Masalah lingkungan hidup dilakukan secara terpisah oleh Anti Pollution Unit, Ministry of Environment dan Port of Singapore Authority.Konstitusi Singapura tidak mengandung ketentuan apapun pada lingkungan Hidup. Juga tidak memiliki hukum kerangka di perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Tidak ada wajib penilaian dampak lingkungan (AMDAL) sistem diletakkan dalam undang-undang. AMDAL diperlukan pada ad hoc dasar pada kebijaksanaan dari ENV. Ada belum banyak yudisial pernyataan atau komentar pada masalah lingkungan. Pada kenyataannya, litigasi lingkungan hampir tidak dikenal di Singapura. Upaya perlindungan lingkungan di Singapura hampir secara eksklusif bersifat administratif - keberhasilan relatif pengelolaan lingkungan di Singapura terutama karena efisiensi administrasi ENV dan pemerintah lainnya lembaga yang beroperasi di dalam negara yang relatif kecil. Juga, perencanaan yang ketat dan hukum zonasi memastikan penggunaan yang optimal dari tanah dan penentuan tapak tepat pollutive industri. Dalam kaitannya dengan perencanaan, terdapat dokumen utama disebut Rencana Concept, yang luas menguraikan kebijakan penggunaan lahan di Singapura. Kebijakan ini kemudian diterjemahkan ke dalam proposal rinci untuk area lokal yang disebut "Panduan Pengembangan Rencana "(DGPS). Ada lebih dari 50 DGPS untuk menutupi seluruh wilayah Singapura.Pelaksanaan DGPS dikoordinasikan oleh Master PlanKomite (MPC), yang merupakan upaya kolaborasi oleh semua otoritas publik di Singapura. MPC terdiri dari wakil-wakil dari berikut ini lembaga:a. Urban Redevelopment Authority (URA), yang merupakan nasional perencanaan otoritas mengawasi perencanaan penggunaan lahan di Singapura; b. The Housing and Development Board (HDB), yang bertanggung jawab atas membangun masyarakat apartemen / flat (rumah ini 80% dari Singapura populasi); c. Departemen Pekerjaan Umum (PWD), yang bertanggung jawab atas bangunan infrastruktur seperti jalan; d. The Jurong Town Corporation (JTC), yang bertanggung jawab atas bangunan kawasan industri; e. The National Parks Board, yang mengambil alih dua nasional taman dan dua cagar alam di negeri ini; f. The Taman dan Rekreasi Departemen, yang bertanggung jawab hijau daerah, taman dan lansekap; g. Kementerian Lingkungan Hidup (Departemen Pengendalian Pencemaran dan Divisi Kesehatan Lingkungan), yang menangani polusi kontrol dan kebersihan di kota; Di Singapura, suatu dokumen yang dikenal sebagai Singapore Hijau Rencana menetapkan kebijakan yang luas untuk konservasi alam. Berdasarkan Rencana Hijau, 5% dari tanah daerah harus disisihkan untuk konservasi alam. The Green Plan berikutnya Action Program mengidentifikasi 19 situs alam dan 4 terumbu karang sebagai layak konservasi. Selain itu, perhatian yang luar biasa dibayar di Singapura menuju buatan manusia penghijauan, dalam bentuk penanaman pohon dan lansekap. Itu negara-kota membanggakan diri sebagai "Garden City", dan saat ini salah satu hijau kota di dunia.