bab 1

8
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kawasan industri telah dilakukan sejak tahun 1970 di kota-kota besar di Indonesia. Kawasan industri adalah satuan areal yang secara fisik didominasi oleh kegiatan industri dan mempunyai batasan tertentu (Bappeprop, 2008). Kawasan Industri adalah suatu tempat pemusatan kegiatan industri yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana yang disediakan dan dikelola oleh perusahaan kawasan industri. Hal ini berbeda dengan Zona Industri yang juga merupakan pemusatan industri tetapi tanpa dilengkapi dengan prasarana dan sarana yang memadai. Selain itu, kriteria kelayakan pemilihan lokasi kawasan industri menjadi suatu hal yang sangat penting jika suatu wilayah akan mendirikan suatu kawasan industri dalam rangka menunjang perkembangan industri wilayah tersebut atau dalam rangka pengendalian pemanfaatan ruang bagi kegiatan industri. Hal pokok yang harus menjadi pertimbangan dalam pemilihan lokasi kawasan industri adalah mengacu pada tujuan kawasan industri sendiri yang merupakan tools atau alat bagi suatu wilayah untuk menarik investor untuk mendirikan industri di wilayah tersebut sekaligus sebagai bentuk pengendalian terhadap pemanfaatan lahan dan dampak industri itu sendiri. Oleh karena itu kepentingan investor dan pemerintah serta masyarakat harus dapat diakomodasi secara maksimal. Di Indonesia, pada awalnya kawasan industri hanya dikembangkan oleh pemerintah melalui BUMN sebagai reaksi

Upload: acha

Post on 09-Apr-2016

217 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Anlok

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 1

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan kawasan industri telah dilakukan sejak tahun 1970 di kota-kota besar di

Indonesia. Kawasan industri adalah satuan areal yang secara fisik didominasi oleh kegiatan

industri dan mempunyai batasan tertentu (Bappeprop, 2008). Kawasan Industri adalah suatu

tempat pemusatan kegiatan industri yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana yang

disediakan dan dikelola oleh perusahaan kawasan industri. Hal ini berbeda dengan Zona

Industri yang juga merupakan pemusatan industri tetapi tanpa dilengkapi dengan prasarana

dan sarana yang memadai.

Selain itu, kriteria kelayakan pemilihan lokasi kawasan industri menjadi suatu hal

yang sangat penting jika suatu wilayah akan mendirikan suatu kawasan industri dalam rangka

menunjang perkembangan industri wilayah tersebut atau dalam rangka pengendalian

pemanfaatan ruang bagi kegiatan industri. Hal pokok yang harus menjadi pertimbangan

dalam pemilihan lokasi kawasan industri adalah mengacu pada tujuan kawasan industri

sendiri yang merupakan tools atau alat bagi suatu wilayah untuk menarik investor untuk

mendirikan industri di wilayah tersebut sekaligus sebagai bentuk pengendalian terhadap

pemanfaatan lahan dan dampak industri itu sendiri. Oleh karena itu kepentingan investor dan

pemerintah serta masyarakat harus dapat diakomodasi secara maksimal.

Di Indonesia, pada awalnya kawasan industri hanya dikembangkan oleh pemerintah

melalui BUMN sebagai reaksi terhadap meningkatnya jumlah industri dengan dampak polusi

lingkungan yang diakibatkannya, keterbatasan infrastruktur, dan masalah perkembangan

kawasan permukiman yang berdekatan dengan lokasi industri. Namun seiring dengan

meningkatnya investasi baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri, maka pemerintah

melalui Keppres No. 53 tanggal 27 Oktober tahun 1989 mengijinkan usaha kawasan industri

dikembangkan oleh pihak swasta.

Bagi pihak swasta, kebijakan baru dibidang usaha kawasan industri ini merupakan

suatu peluang usaha baru yang cukup menguntungkan, sehingga berkembanganlah kawasan-

kawasan industri baru yang dikelola oleh pihak swasta di pusat-pusat pertumbuhan ekonomi

regional, seperti di Kawasan Industri Makassar (KIMA). Kawasan Industri Makassar( KIMA)

terbentang diatas areal 303 Ha dan akan dikembangkan menjadi 703 Ha. Berada sekitar 15

Km dari pusat kota makassar, dan dapat ditempuh selama 10 menit dari bandara hasanuddin

dan 15 menit dari pelabuhan sukarno hatta. Kawasan tersebut berkembang pesat dan

mempengaruhi daerah sekitarnya.

Page 2: BAB 1

Keluaran dari studi ini adalah mendeskripsikan pola keruangan Kawasan Industri

Makassar berdasarkan Peraturan Daerah dan RTRW Kota Makassar, menjabarkan sarana dan

prasarana di kawasannya, analisis potensi dan permasalahan mengenai lokasi kawasan

indsutri dengan teknologi penginderaan jauh dan Sistem Informasi Geografis.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana kesesuaian dan kriteria kelayakan lokasi Kawasan Industri Makassar

terhadap pola keruangan kota Makassar?

2. Bagaimana sarana dan prasana di Kawasan Industri Kota Makassar?

3. Bagaimana perkembangan Kawasan Industri Makassar mempengaruhi potensi dan

permasalahan mengenai pola keruanganya?

1.3 Tujuan

1. Mendeskripsikan kesesuaian dan kriteria kelayakan lokasi Kawasan Industri Makassar

terhadap pola keruangan kota Makassar

2. Menjabarkan sarana dan prasana di Kawasan Industri Makassar

3. Analisis perkembangan Kawasan Industri Makassar mempengaruhi potensi dan

permasalahan mengenai pola keruanganya.

1.4 Metode Penelitian

Untuk memperoleh data-data akurat diperlukan prosedur dan langkah langkah sebagai

berikut :

1. Metode pendekatan

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan peraturan,

ketentuan dan kebijakan yang mengatur mengenai kawasan industri seperti

implementasi dan implikasinya terhadap perkembangan Kawasan Industri Makassar.

Pendekatan ini dimaksudkan untuk mengetahui lokasi dan pola ruang sesuai realitas

empirik dalam hal implementasi kebijakan pembangunan kawasan industri sebagai

salah satu kebijakan di bidang investasi dan implikasinya terhadap perkembangan

Kawasan Indsutri Makassar.

Page 3: BAB 1

2. Spesifikasi penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif dan analitis karena secara spesifik penelitian

ini bertujuan untuk memberikan gambaran dan menganalisis mengenai implementasi

kebijakan pembangunan kawasan industri dalam berperan sebagai salah satu faktor

yang menjadi daya tarik Kawasan Industri Makassar.

3. Penentuan Sampel.

Sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik non random

secara purposive sampling di mana penarikan sampel dilakukan dengan cara

mengambil yang diambil dari populasi adalah perusahan kawasan industri yang

berada di Kawasan Industri Makassar. Sedangkan responden dalam penelitian ini

adalah masyarakat sekitar kawasan industri makassar.

4. Teknik Pengumpulan Data.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari instansi terkait

melalui penelitian lapangan. Sedangkan data sekunder dalam penelitian ini mencakup:

Bahan –bahan primer, meliputi : Berupa lisan dan tulisan disertai dokumentasi

dari interview dan observasi lokasi.

Bahan-bahan sekunder, meliputi : Buku, Website Resmi Pemerintah, UU,

Perda Kota Makassar, dan RTRW.

Ada pun teknik pengumpulan data :

Studi Kepustakaan

Studi ini dilakukan terhadap dokumen-dokumen dan bahan-bahan

pustaka yang berkaitan dengan permasalahan yang akan diteliti.

Wawancara

Selain studi kepustakaan, alat pengumpul data yang dipergunakan

dalam penelitian lapangan adalah wawancara dengan menggunakan pedoman

wawancara. Mula-mula kepada responden diajukan pertanyaan yang sudah

terstruktur, kemudian beberapa butir pertanyaan tersebut diperdalam. Hasil

dari wawancara ini diharapkan dapat memberikan gambaran secara

komprehensif tentang Pembangunan Kawasan Industri Makassar.

1.5 Teknik Analisa Data.

Page 4: BAB 1

Setelah keseluruhan data primer dan data sekunder terkumpul, langkah yang diambil

peneliti selanjutnya adalah mengolah dan melakukan analisis data. Pengolahan data

dilakukan dengan tujuan untuk merapikan data hasil pengumpulam data dilapangan

sehingga siap pakai untuk dianalisis. Selanjutnya data yang ada akan dianalisa secara

kualitatif. Dari analisis ini dapat diperoleh gambaran secara utuh atas masalah yang

menjadi pembahasan.

Page 5: BAB 1

BAB IIKAJIAN PUSTAKA

2.1 Struktur Ruang dan Pola Ruang Menurut UU RI Nomor 26 Tahun 2007, struktur ruang adalah susunan

pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional. Sedangkan, Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi daya.

Beberapa pendekatanuntuk mengkaji struktur ruang kota antara lain pendekatan ekologikal dan pendekatan morfologikal. Pendekatan ekologikal memandang kota sebagai suatu objek studi yang didalamnya terdapat masyarakat manusia, telah mengalami proses interelasi antarmanusia dan antara manusia dengan lingkungannya sehingga tercipta pola keteraturan penggunaan lahan (Yunus, 2004). Ada beberapa model teori struktur ruang kota yang dikemukakan olehpara ahli terkait dengan pendekatan ekologikal, antara lain teori konsentris, teori sektor, teori poros, dan teori multiple nuclei. Sedangkan pendekatan morfologi kota menurut Herbert (1973) dalam Yunus (2004) lebih difokuskan pada bentuk-bentuk fisik dari lingkungan perkotaan yang dapat diamati melalui sistem-sistem jaringan jalan, blok-blokbangunan, dan juga bangunan-bangunan individual. Pendekatan ini dapat mencerminkan karakteristik struktur ruang kota suatu wilayah yang membedakannya dengan wilayah lainnya. Ekspresi keruangan yang dapat menunjukkan struktur ruang kota dengan pendekatan morfologi kota (Yunus, 2004), yaitu bentuk kompak dan bentuk tidak kompak. Rencana pola ruang wilayah berfungsi untuk mengalokasikan ruang untuk berbagai kegiatan sosial ekonomi masyarakat dan kegiatan pelestarian lingkungan sehingga akan terbentuk keseimbangan dan keserasian peruntukan ruang. Perencanaan pola ruang dapat dijadikan dasar sebagai pemberian izin dalam pemanfaatan ruang pada suatu wilayah. Rencana pola ruang wilayah dirumuskan berdasarkan orientasi-orientasi yang terdapat pada wilayah tersebut seperti kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah, daya dukung dan daya tamping lingkungan hidup, kebutuhan peruntukkan