bab 1

50
BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang Keperawatan merupakan salah satu profesi tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan langsung baik kepada individu, keluarga dan masyarakat.Sebagai salah satu tenaga profesional, keperawatan menjalankan dan melaksanakan kegiatan praktek keperawatan dengan mengunakan ilmu pengetahuan dan teori keperawatan yang dapat dipertanggung jawabkan.Dimana ciri sebagai profesi adalah mempunyai body of knowledge yang dapat diuji kebenarannya serta ilmunya dapat diimplementasikan kepada masyarakat langsung. Pelayanan kesehatan dan keperawatan yang dimaksud adalah bentuk implementasi praktek keperawatan yang ditujukan kepada pasien/klien baik kepada individu, keluarga dan masyarakat dengan tujuan upaya peningkatan kesehatan dan kesejahteraan guna mempertahankan dan memelihara kesehatan serta menyembuhkan dari sakit, dengan kata lain upaya praktek keperawatan berupa promotif, preventif, kuratif dan rehabilitasi.

Upload: chandra-fitriya

Post on 26-Dec-2015

38 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 1

BAB 1

PENDAHULUAN

Latar belakang  

Keperawatan merupakan salah satu profesi tenaga kesehatan

yang memberikan pelayanan kesehatan langsung baik

kepada individu, keluarga dan masyarakat.Sebagai salah

satu tenaga profesional, keperawatan menjalankan dan

melaksanakan kegiatan praktek keperawatan dengan

mengunakan ilmu pengetahuan dan teori keperawatan yang

dapat dipertanggung jawabkan.Dimana ciri sebagai profesi

adalah mempunyai body of knowledge yang dapat diuji

kebenarannya serta ilmunya dapat diimplementasikan

kepada masyarakat langsung.

Pelayanan kesehatan dan keperawatan yang dimaksud

adalah bentuk implementasi praktek keperawatan yang

ditujukan kepada pasien/klien baik kepada individu, keluarga

dan masyarakat dengan tujuan upaya peningkatan

kesehatan dan kesejahteraan guna mempertahankan dan

memelihara kesehatan serta menyembuhkan dari sakit,

dengan kata lain upaya praktek keperawatan berupa

promotif, preventif, kuratif dan rehabilitasi.

Dalam praktiknya sehari-hari perawat berhubungan dengan

pasien (manusia unik) yang beraneka ragam dengan status

Page 2: BAB 1

kesehatan dan permasalahan yang berbeda-beda. Oleh

karena itu, kadang-kadang perawat juga perlu mengambil

andil dalam pemberian alternatif untuk pemecahan masalah.

Kadangkala dalam sebuah permasalahan terdapat masalah

yang sangat membingungkan yang disebut masalah etika

atau dilema etik dimana dalam pembuatan keputusan tidak

ada yang benar dan salah sehingga membuat perawat

menjadi bingung. Beberapa  dilema etik yang sering dialami

perawat  ialah euthanasia, aborsi, bersikap jujur dan lain-lain.

Berdasarkan latar belakang diatas kami mebuat makalah

tentang pemecahan masalah etik agar para perawat bisa

membuat keputusan yang paling baik untuk pasiennya.

 

Tujuan : untuk mengetahui

apa itu etika keperawatan?

apa itu dilema etik?

prinsip-prinsip moral dalam keperawatan?

Apa saja masalah etika keperawatan?

Konsep pemecahan dilema etik atau masalah etik

 

BAB 2

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Page 3: BAB 1

            Kata etika berasal dari kata yunani, yaitu ethos, yang

berhubungan dengan pertimbangan pembuat keputusan,

benar atau tidaknya suatu perbuatan karena tidak ada

undang-undang atau peraturan yang menegaskan hal yang

harus dilakukan.

Keperawatan adalah pelayanan vital terhadap manusia yang

menggunakan manusia juga, yaitu perawat. Perawat harus

membiasakan diri untuk menerapkan kode etik yang

memberi Gambaran tanggung jawabnya dalam praktik

keperawatan.

Keperawatan merupakan bentuk asuhan keperawatan

kepada individu, keluarga dan masyarakat berdasarkan ilmu

dan seni dan mempunyai hubungan perawat dan pasien

sebagai hubungan professional (kozier,1991).

Etika keperawatan adalah nilai-nilai dan prinsip yang diyakini

oleh profesi keperawatan dalam melaksanakan tugasnya

yang berhubungan dengan pasien,masyarakat,hubungan

perawat dengan teman sejawat maupun dengan organisasi

profesi dan juga dalam pengaturan praktik keperawatan itu

sendiri (berger dan williams,1999). Etika keperawatan

merupakan suatu acuan dalam melaksanakan praktik

keperawatan. Etika keperawatan berguna untuk pengawasan

terhadap kompetensi profesional, tanggung jawab, tanggung

Page 4: BAB 1

gugat, dan untuk pengawasan umum dari nilai positif profesi

keperawatan (berger dan williams,1999)

Kadang-kadang perawat dihadapkan pada situasi yang

memerlukan keputusan untuk mengambil tindakan. Perawat

memberi asuhan kepada klien, keluarga, dan masyarakat;

menerima tanggung jawab untuk membuat keadaan

lingkungan fisik, sosial dan spiritual yang memungkinkan

untuk penyembuhan; dan menekankan pencegahan

penyakit;serta meningkatkan kesehatan dengan penyuluhan

kesehatan. Pelayanan kepada umat manusia merupakan

fungsi utam a perawat dan dasar adanya profesi

keperawatan. Kebutuhan pelayanan keperawatan adlah

universal. Peyanan profesional berdasarkan kebutuhan

manusia tanpa membedakan kebangsaan,warna kulit, politik,

status sosial, dan lain-lain.

Keperawatan sebagai suatu pelayanan profesional bertujuan

untuk tercapainya kesejahteraan manusia. Etika profesi

keperawatan adalah filsafat yang mengarahkan tanggung

jawab moral yang mendasari pelaksanaan praktik

keperawatan.

Etik profesi keperawatan adalah kesadaran dan pedoman

yang mengatur nilai-nilai moral di dalam melaksanak

kegiatan profesi keperawatan, sehingga mutu dan kualitas

profesi keperawatan tetap terjaga dengan cara yang

Page 5: BAB 1

terhormat. Etik keperawatan merupakan kesadaran dan

pedoman yang mengatur prinsip-psrinsip moral dan etik

dalam melaksanakn kegiatan profesi keperawatan, sehingga

mutu dan kualitas profesi keperawatan tetap terjaga dengan

cara yang terhormat.

Menurut american ethics commision bureau on teaching,

tujuan etika profesi keperawatan adalah mampu:

1. Mengenal dan mengidentifikasi unsur moral dalam

praktik keperawatan

2. Membentuk strategi/cara dan menganalisis masalah

moral yang terjadi dalam praktik keperawatan

3. Menghubungkan prinsip moral/pelajaran yang baik dan

dapat dipertanggungjawabkan pada diri sendiri,

keluarga, masyarakat, dan kepada tuhan, sesuai dengan

kepercayaannya

Standar etik merupakan panduan untuk prilaku moral. Orang

yang memberikan layanan kesehatan bersedia secara

sukarela untuk mengikuti standar ini.

Perilaku etik dapat dibagi menjadi dua kelompok yitu sebagai

berikut:

etik yang berorientasi kepada kewajiban

etik yang berorientasi kepada larangan

Page 6: BAB 1

Enam asas etik yang tidak akan berubah dalam etik profesi

kedokteran atau keperawatan dan asuhan keperawatan

adalah sebagai berikut;

-          Asas menghormati otonomi klien (autonomy)

-          Asas manfaat (beneficence)

-          Asas tidak merugikan (non-maleficence)

-          Asas kejujuran (veracity)

-          Asas kerahasiaan (confidentiality)

-          Asas keadilan (justice)

Menurut Thompson dan Thompson (1985), dilema etik

merupakan suatu masalah yang sulit untuk diputuskan,

dimana tidak ada alternative yang memuaskan atau suatu

situasi dimana alternative yang memuaskan dan tidak

memuaskan sebanding. Dalam dilema etik tidak ada yang

benar atau salah. Dan untuk membuat keputusan etis,

seseorang harus bergantung pada pemikiran yang rasional

dan bukan emosional. Kerangka pemecahan dilema etik

banyak diutarakan oleh beberapa ahli yang pada dasarnya

menggunakan kerangka proses keperawatan dengan

pemecahan masalah secara ilmiah.(sigman, 1986; lih. Kozier,

erb, 1991).

Page 7: BAB 1

1. A.    MASALAH ETIKA DALAM PRAKTIK

KEPERAWATAN

Berbagai permasalahan etis yang dihadapi perawat dalam

praktik keperawatan telah menimbulkan konflik antara

kebutuhan pasien dengan harapan perawat dan falsafah

keperawatan. Masalah etika keperawatan pada dasarnya

merupakan masalah etika kesehatan, dalam kaitan ini

dikenal dengan istilah masalah etika biomedis ataubioetis.

Istilah bioetis mengandung arti ilmu yang mempelajari

masalah-masalah yang timbul akibat kemajuan ilmu

pengetahuan terutama di bidang biologi dan kedokteran.

Permasalahan bisa menyangkut penentuan antara

mempertahankan hidup dengan kebebasan dalam

menentukan kematian, upaya menjaga keselamatan klien

yang bertentangan dengan kebebasan menentukan

nasibnya, dan penerapan terapi yang tidak ilmiah dalam

mengatasi permasalah klien.

Untuk memecahkan berbagai permasalahan bioetis telah

dibentuk suatu organisasi internasional. Para ahli telah

mengidentifikasi masalah bioetis yang dihadapi oleh para

tenaga kesehatan, termasuk juga perawat. Permasalahan etis

yang akan dibahas secara singkat disini adalah berkata jujur;

AIDS; Abortus; menghentikan pengobatan; cairan dan

makanan; euthanasia; transplantasi organ; Inseminasi

Page 8: BAB 1

artificial dan beberapa permasalahn etis yang langsung

berkaitan dengan praktik keperawatan.

1.  Berkata Jujur (Truth Telling)

Dalam konteks berkata jujur, ada suatu istilah yang

disebut desepsi,yang berasal dari kata deceive yang berarti

membuat orang percaya terhadap sesuatu hal yang tidak

benar, menipu dan membohongi. Desepsi meliputi berkata

bohong, mengingkari atau menolak, tidak memberikan

informasi dan memberikan jawaban tidak sesuai dengan

pertanyaan atau tidak memberikan penjelasan sewaktu

informasi dibutuhkan. Contoh tindakan desepsi adalah

perawat memberikan obat dan tidak membertahu pasien

tentang obat apa yang sebenarnya diberikan.

Tindakan desepsi ini secara etika tidak dibenarkan. Para ahli

etika menyatakan bahwa tindakan desepsi membutuhkan

keputusan yang jelas tentang siapa yang diharapkan

melakukan tindakan tersebut.

Konsep kejujuran (veracity), merupakan prinsip etis yang

mendasari berkata jujur. Seperti juga tugas yang lain berkata

jujur bersifat prima facie (tidak mutlak) sehingga desepsi

pada keadaan tertentu diperbolehkan. Berbagai alasan yang

dikemukakan dan mendukung posisi bahwa perawat harus

berkata jujur yaitu : merupakan hal yang terpenting dalam

hubungan saling percaya perawat pasien; pasien mempunyai

Page 9: BAB 1

hak untuk mengetahui; merupakan kewajiban moral;

menghilangkan cemas dan penderitaan; meningkatkan

kerjasama pasien maupun keluarga; dan memenuhi

kebutuhan perawat.

Alasan-alasan yang mendukung tindakan desepsi, termasuk

berkata bohong meliputi : pasien tidak mungkin menerima

kenyataan; pasien menghendaki untuk tidak diberitahu bila

hal tersebut menyakitkan, secara professional perawat

mempunyai kewajiban tidak melakukan yang merugikan

pasien, dan desepsi mungkin mempunyai manfaat untuk

meningkatkan kerjasama pasien.

1. AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome)

AIDS pada awalnya ditemukan pada masyarakat gay di

Amerika Serikat pada tahun 1980 atau 1981. AIDS juga pada

mulanya ditemukan di Afrika. Saat ini, AIDS hamper

ditemukan disemua Negara, termasuk Indonesia. AIDS tidak

saja menimbulkan dampak pada penatalaksanaan klinis

tetapi juga dampak social, kekhawatiran masyarakat, serta

permasalahan hokum dan etika.

Perawat yang bertanggung jawab merawat pasien AIDS akan

mengalami berbagai stress pribadi, termasuk takut tertular

atau menularkan pada keluarga, dan ledakan emosi bila

merawat pasien AIDS fase terminal usia muda dengan gaya

hidup yang bertentangan dengan gaya hidup perawat.

Page 10: BAB 1

Pernyataan professional bagi perawat yang mempunyai tugas

merawat pasien terinfeksi virus HIV membutuhkan klasifikasi

nilai-nilai yang diyakini perawat tentang hubungan

homoseksual dan penggunaan atau penyalahgunaan obat.

Perawat sangat berperan dalam perawatan pasien, sepanjang

virus HIV maih ada dengan berbagai komplikasi sampai

kematian tiba. Perawat terlibat dengan pembuatan

keputusan tentang tindakan atau terapi apa yang dapat

dihentikan dan tetap menghargai martabat manusia. Pada

saat tidak ada terapi medis lagi yang dapat diberikan pada

pasien, perawat tetap masih melakukan tindakan yang dapat

diberikan kepada pasien seperti : mengidentifikasi nilai-nilai,

menggali makna hidup pasien, memberikan rasa nyaman,

memberikan dukungan manusiawi dan membantu meninggal

dunia dengan tentram dan damai.

1. Fertilisasi Invitro, Inseminasi Artifisial, dan Pengaturan

Reproduksi

Fertilisasi Invitro dan Inseminasi Artifisial merupakan dua

dari berbagai metode baru yang digunakan untuk mengontrol

reproduksi. Kedua metode ini memberikan harapan bagi

orang-orang mandul untuk dapat memiliki anak.

Fertilisasi Invitro merupakan metode konsepsi yang dilakukan

dengan cara mebuat by pass pada tuba falopi wanita.

Tindakan ini dilakukan dengan cara memberikan

Page 11: BAB 1

hiperstimulasi ovarium untuk mendapatkan beberapa sel

telur atau folikel yang siap dibuahi. Sel-sel telur ini kemudian

diambil melalui proses pembedahan. Proses pembuahan

dilakukan dengan cara menaruh sel telur dalam tabung dan

mencampurnya dengan sperma dari pasangan wanita yang

bersangkutan atau dari donor. Sel telur yang telah dibuahi

kemudian mengalami serangkaian proses pembelahan sel

sampai menjadi embrio dan kemudian embrio dipindahkan ke

dalam uterus wanita dengan harapan dapat terjadi

kehamilan.

Inseminasi Artifisial merupakan prosedur untuk menimbulkan

kehamilan dengan cara mengumpulkan sperma dari seorang

pria yang kemudia dimasukkan ke dalam vagina, serviks atau

uterus wanita saat terjadi ovulasi.

Berbagai masalah etika muncul berkaitan dengan teknologi

tersebut. Masalah ini tidak saja dimiliki oleh para pasangan

mandul, tim kesehatan yang menangani, tetapi juga oleh

masyarakat.

Pendapat yang diajukan para ahli bervariasi. Pihak yang

memberikan dukungan menyatakan bahwa teknologi

tersebut pada dasarnya bertujuan untuk member harapan

atau membantu pasangan mandul mempunyai ketururunan. 

Pihak yang menolak menyatakan bahwa tindakan tidak

dibenarkan terutama bila telur atau sperma berasal dari

Page 12: BAB 1

donor. Beberapa pergerakan wanita menyatakan bahwa

tindakan fertilisasi invitro dan inseminasi artificial

memperlakukan wanita secara tidak wajar dan hanya wanita

kalangan atas wanita kalangan atas yang mendapatkan

teknologi tersebut karena biaya yang cukup tinggi.  Dalam

praktik ini, sering pula hak-hak wanita untuk memilih

dilanggar.

Penelitian keperawatan yang berkaitan dengan fertilisasi

invitro dan inseminasi artificial menurut Olshansky meliputi :

aspek manusiawi dari penggunaan teknologi reproduksi,

respon manusia terhadap teknologi canggih, konsekuensi

tidak menerima teknologi, dan aspek terpeutik praktik

keperawatan pada orang yang memilih untuk melakukan

teknologi.

1. Abortus

Abortus secara umum dapat diartikan sebagai penghentian

kehamilan secra spontan atau rekayasa. Dalam membahas

abortus biasanya dilihat dari dua sudut pandangan, yaitu

moral dan hokum.

Abortus sering menimbulkan konflik nilai bagi perawat, bila ia

harus terlibat dalam tindakan abortus. Di beberapa Negara,

seperti AS, Australia, Inggris dikenal suatu tatanan

hokum Conscience Clausesyang memperbolehkan dokter,

perawat, atau rumah sakit untuk menolak membantu

Page 13: BAB 1

pelaksanaan abortus. Masalah abortus memang kompleks,

namun perawat professional tidak diperkenankan

memaksakan nilai-nilai yang ia yakini kepada pasien yang

memiliki nilai berbeda termasuk pandangan terhadap

abortus.

1. Euthanasia

Menurut Oxford English Dictionary, euthanasia berarti

tindakan untuk mempermudah mati dengan mudah dan

tenang. Dilihat dari aspek bioetis, euthanasia terdiri dari :

euthanasia volunter, involunter, aktif dan pasif. Pada kasus

euthanasia volunteer, pasien secara sukarela dan bebas

memilih untuk meninggal dunia. Pada euthanasia involunter,

tindakan yang menyebabkan kematian dilakukan bukan atas

dasar persetujuan dari pasien dan sering kali melanggar

keinginan pasien. Euthanasia aktif, melibatkan sesuatu yang

dilakukan sengaja yang menyebabkan pasien maninggal,

misalnya : menginjeksi obat dosis letal. Euthanasia aktif

merupakan tindakan melanggar hokum. Euthanasia pasif

dilakukan dengan menghentikan pengobatan atau perawatan

suportif, yang mempertahankan hidup, misalnya antibiotika,

nutrisi, cairan, respirator yang tidak diperlukan lagi oleh

pasien.

1. 6.      Penghentian Pemberian Makanan, Cairan, dan

Pengobatan

Page 14: BAB 1

Makanan dan cairan merupakan kebutuhan dasar manusia.

Memberikan makanan dan minuman adalah tugas perawat.

Selama perawatan seringkali perawat menghentikan

pemberian makanan dan minuman, terutama bila pemberian

tersebut justru membahayakan pasien misalnya pada pre

dan post operasi.

Masalah etika dapat muncul pada keadaan terjadi

ketidakjelasan antara member atau menghentikan makan

atau minuman, serta ketidakpastian tentang mana yang lebih

menguntungkan pasien. Ikatan Perawat Amwrika (ANA),

Menyatakan bahwa tindakan penghentian dan pemberian

makan kepada pasien oleh perawat secara hokum

diperbolehkan dengan pertimbangan tindakan ini

menguntungkan pasien.

1. B.     MODEL PENYELESAIAN DILEMA ETIK

 

Perawat berada di berbagai situasi sehari-hari yang

mengharuskan untuk membuat keputusan-keputusan

profesional dan bertindak sesuai keputusan tersebut.

Keputusan biasanya dibuat dalam hubungannya dengan

orang lain (klien, keluarga, dan profesi kesehatan lain).

Dalam membuat keputusan, bukan keputusan yang paling

benar yang akan diambil tapi keputusan mana yang paling

baik karena dalam dilema etik tidak ada benar maupun yang

Page 15: BAB 1

salah. Pada penyelesaian dilema etik dikenal prinsip DECIDE

yaitu;

D = Define the problem(s)

E = Ethical review

C = Consider the options

I = Investigate outcomes

D = Decide on actin

E = Evaluate results

kerangka pemecahan dilema etik banyak diutarakan oleh

para ahli dan pada dasarnya menggunakan kerangka proses

keperawatan / pemecahan masalah secara ilmiah, antara

lain:

1. Model pemecahan masalah (megan,1989)

ada lima langkah-langkah dalam pemecahan masalah dalam

dilema etik :

1. Mengkaji situasi

2. Mendiagnosa masalah etik moral

3. Membuat tujuan dan rencana pemecahan

4. Melaksanakan rencana

Page 16: BAB 1

5. Mengevaluasi hasil

 

1. Kozier et. al (2004) menjelaskan kerangka pemecahan

dilema etik sebagai berikut :

2. Mengembangkan data dasar

3. Mengidentifikasi konflik

4. Membuat tindakan alternatif tentang rangkaian tindakan

yang direncanakan dan mempertimbangkan hasil akhir

atau konsekuensi tindakan tersebut

5. Menentukan siapa pengambil keputusan yang tepat

6. Mendefinisikan kewajiban perawat

7. Membuat keputusan

 

1. Model murphy dan murphy

2. Mengidentifikasi masalah kesehatan

3. Mengidentifikasi masalah etik

4. Siapa yang terlibat dalam pengambilan keputusan

5. Mengidentifikasi peran perawat

6. Mempertimbangkan berbagai alternatif-alternatif yang

mungkin dilaksanankan

7. Mempertimbangkan  besar kecilnya konsekuensi untuk

setiap alternatif keputusan

8. Memberi keputusan

9. Mempertmbangkan bagaimana keputusa tersebuut

hingga sesuai dengan falsafah umum perawatan klien

Page 17: BAB 1

10. Analisa situasi hingga hasil aktual dari keputusan

telah tampak dan menggunakan informasi tersebut

untuk membantu membuat keputusan berikutnya.

 

1. langkah-langkah menurut Thompson & Thompson (1981)

2. Meninjau situasi untuk menentukan masalah kesehatan,

keputusan yang diperlukan, komponen etis dan petunjuk

individual.

3. Mengumpulkan informasi tambahan untuk

mengklasifikasi situasi

4. Mengidentifikasi issue etik

5. Menentukan posisi moral pribadi dan profesional

6. Mengidentifikasi posisi moral dari petunjuk individual

yang terkait

7. Mengidentifikasi konflik nilai yang ada

 

 

1. Langkah-langkah menurut Purtilo danCassel (1981)

Purtilo dan cassel menyarankan 4 langkah dalam membuat

keputusan etik

1. Mengumpulkan data yang relevan

2. Mengidentifikasi dilema

3. Memutuskan apa yang harus dilakukan

Page 18: BAB 1

4. Melengkapi tindakan

 

1. Langkah penyelesaian dilema etik menurut Tappen

(2005) adalah :

1. Pengkajian

Hal pertama yang perlu diketahui perawat adalah “adakah

saya terlibat langsung dalam dilema?”. Perawat perlu

mendengar kedua sisi dengan menjadi pendengar yang

berempati. Target tahap ini adalah terkumpulnya data dari

seluruh pengambil keputusan, dengan bantuan pertanyaan

yaitu :

1. Apa yang menjadi fakta medik ?

2. Apa yang menjadi fakta psikososial ?

3. Apa yang menjadi keinginan klien ?

4. Apa nilai yang menjadi konflik ?

5. Perencanaan

Untuk merencanakan dengan tepat dan berhasil, setiap

orang yang terlibat dalam pengambilan keputusan harus

masuk dalam proses. Thomson and Thomson (1985)

mendaftarkan 3 (tiga) hal yang sangat spesifik namun

terintegrasi dalam perencanaan, yaitu:

1. Tentukan tujuan dari treatment.

2. Identifikasi pembuat keputusan

3. Daftarkan dan beri bobot seluruh opsi / pilihan.

Page 19: BAB 1

4. Implementasi

Selama implementasi, klien/keluarganya yang menjadi

pengambil keputusan beserta anggota tim kesehatan terlibat

mencari kesepakatan putusan yang dapat diterima dan saling

menguntungkan. Harus terjadi komunikasi terbuka dan

kadang diperlukan bernegosiasi. Peran perawat selama

implementasi adalah menjaga agar komunikasi tak

memburuk, karena dilema etis seringkali menimbulkan efek

emosional seperti rasa bersalah, sedih / berduka, marah, dan

emosi kuat yang lain. Pengaruh perasaan ini dapat

menyebabkan kegagalan komunikasi pada para pengambil

keputusan. Perawat harus ingat “Saya disini untuk

melakukan yang terbaik bagi klien”.

Perawat harus menyadari bahwa dalam dilema etik tak selalu

ada 2 (dua) alternatif yang menarik, tetapi kadang terdapat

alternatif tak menarik, bahkan tak mengenakkan. Sekali

tercapai kesepakatan, pengambil keputusan harus

menjalankannya. Kadangkala kesepakatan tak tercapai

karena semua pihak tak dapat didamaikan dari konflik sistem

dan nilai. Atau lain waktu, perawat tak dapat menangkap

perhatian utama klien. Seringkali klien / keluarga

mengajukan permintaan yang sulit dipenuhi, dan di dalam

situasi lain permintaan klien dapat dihormati.

1. Evaluasi

Page 20: BAB 1

Tujuan dari evaluasi adalah terselesaikannya dilema etis

seperti yang ditentukan sebagai outcome-nya. Perubahan

status klien, kemungkinan treatment  medik, dan fakta sosial

dapat dipakai untuk mengevaluasi ulang situasi dan akibat

treatment perlu untuk dirubah. Komunikasi diantara para

pengambil keputusan masih harus dipelihara.

 

 

 

 

 

 

 

BAB 3

PEMBAHASAN

KASUS 1 :

Suatu hari ada seorang bapak – bapak dibawa oleh

keluarganya ke salah satu Rumah Sakit di kota Surabaya

Page 21: BAB 1

dengan gejala demam dan diare kurang lebih selama 6 hari.

Selain itu bapak tersebut ( Tn. A ) menderita sariawan sudah

3 bulan tidak sembuh-sembuh, dan berat badannya turun

secara berangsur-angsur. Semula Tn. A badannya gemuk tapi

3 bulan terakhir ini badannya kurus dan telah turun 10 kg

dari berat badan semula. Tn. A ini merupakan seorang supir

truk yang sering keluar kota karena tuntutan kerjaan bahkan

jarang pulang, kadang-kadang 2 minggu sekali bahkan

sebulan sekali.

Tn. A masuk UGD kemudian dari Dokter untuk diopname di

ruang penyakit dalam karena kondisi Tn. A yang sudah

sangat lemas. Keesokan harinya Dokter yang menangani Tn.

A melakukan visit kepada Tn. A, dan memberikan advice

kepada perawatnya untuk dilakukan pemeriksaan

laboratorium dengan mengambil sampel darahnya. Tn. A

yang ingin tahu sekali tentang penyakitnya meminta perawat

tersebut untuk segera memberi tahu penyakitnya setelah

didapatkan hasil pemeriksaan. Sore harinya pukul 16.00 WIB

hasil pemeriksaan telah diterima oleh perawat tersebut dan

telah dibaca oleh Dokternya. Hasilnya mengatakan bahwa

Tn. A positif terjangkit penyakit HIV/AIDS. Kemudian perawat

tersebut memanggil keluarga Tn. A untuk menghadap dokter

yang menangani Tn. A. Bersama dan seizin dokter tersebut,

perawat menjelaskan tentang kondisi pasien dan

penyakitnya. Keluarga terlihat kaget dan bingung. Keluarga

meminta kepada dokter terutama perawat untuk tidak

Page 22: BAB 1

memberitahukan penyakitnya ini kepada Tn. A. Keluarganya

takut Tn. A akan frustasi, tidak mau menerima kondisinya

dan dikucilkan dari masyarakat.

Perawat tersebut mengalami dilema etik dimana satu sisi dia

harus memenuhi permintaan keluarga namun disisi lain

perawat tersebut harus memberitahukan kondisi yang

dialami oleh Tn. A karena itu merupakan hak pasien untuk

mendapatkan informasi.

PEMECAHAN MASALAH DILEMA ETIK

1. Mengembangkan Data Dasar : Identifikasi

2. Orang yang terlibat :

 

Tn.A

Dokter

Perawat

Keluarga

 

 

1. Tindakan diusulkan

D dan P  => Dokter  menyarankan  perawat untuk

melakukan pemeriksaan darah pada Tn.A

Page 23: BAB 1

Tn.A ke P => Tn.A  Meminta perawat untuk 

membeitahukan  penyakitnya  jika sudah didapatkan

hasil pemeriksaan.

Keluarga ke D dan P => Keluarga meminta Dokter dan

perawat untuk tidak membertahukan penyakit kepada

Tn.A.

1. Maksud dari  tindakan

Dokter ke perawat : untuk mengetahui penyakit yang

diderita Tn.A

Tn.A : agar Tn.AA mengetahui penyakit apa yang

dideritanya

Keluarga : agar Tn.A tidak frustasi dan merasa dikucilkan

dalam masyarakat.

1. Konsekuensi dari tindakan

Tn.A ke keluarga : apabila diberitahukan kepada klien

hasil pemeriksaannya kemungkinan klien akan depresi

dan menarik diri. Apabila tidak diberitahukan akan

melanggar hak pasien untuk mendapatkan informasi

yang sebenarnya.

Keluarga ke dokter dan perawat : apabila perawat dan

dokter mengikuti saran keluarga,ini telah melanggar

prinsip-prinsip etik keperawatan yaitukejujuran dan tidak

memenuhi hak klien. Apabila saran keluarga tidak dokter

dan perawat maka dikhawatirkan Tn.A mengalami

frustasi.

1. Mengidentifikasi Konflik Akibat Situasi Tersebut :

Kegiatan

Page 24: BAB 1

1. Lakukan analisis terkait situasi atau kasus yang terjadi

Tn. A menggunakan haknya sebagai pasien untuk

mengetahui penyakit yang dideritanya sekarang

sehingga Tn. A meminta perawat tersebut memberikan

informasi tentang hasil pemeriksaan kepadanya

Rasa kasih sayang keluarga Tn. A terhadap Tn. A

membuat keluarganya berniat untuk menyembunyikan

informasi tentang hasil pemeriksaan tersebut dan

meminta perawat untuk tidak memberitahukannya

kepada Tn. A dengan pertimbangan keluarga takut jika

Tn. A akan frustasi tidak bisa menerima kondisinya

sekarang

Perawat merasa bingung dan dilema dihadapkan pada

dua pilihan dimana dia harus memenuhi permintaan

keluarga, tapi disisi lain dia juga harus memenuhi

haknya pasien untuk memperoleh informasi tentang

hasil pemeriksaan kondisinya

1. Identifikasi berbagai masalah atau konflik yang terjadi

dari kasus atau situasi tersebut

Berdasarkan kasus dan analisa situasi diatas maka timbullah

permasalahan etik moral, jika perawat tidak memberitahukan

informasi kepada Tn. A terkait dengan penyakitnya, karena

mendapatkan informasi tentang kondisi pasien merupakan hak

pasien.

1. Membuat Tindakan Alternatif : Kegiatan

Page 25: BAB 1

1. Identifikasi berbagai alternatif tindakan yang dapat

dilakukan untuk menyelesaikan masalah tersebut

Perawat akan melakukan kegiatan seperti biasa tanpa

memberikan informasi hasil pemeriksaan/penyakit Tn. A

kepada Tn. A saat itu juga, tetapi memilih waktu yang

tepat ketika kondisi pasien dan situasinya mendukung

dan sudah didiskusikan kepada tim medis lain.

Tujuannya agar Tn. A tidak panik yang berlebihan ketika

mendapatkan informasi penyakitnya karena sebelumnya

telah dilakukan pendekatan-pendekatan oleh perawat.

Tetapi keluarga harus tetap menemani pasien.

Perawat akan melakukan tanggung jawabnya sebagai

perawat dalam memenuhi hak-hak pasien terutama hak

Tn. A untuk mengetahui penyakitnya, sehingga ketika

hasil pemeriksaan sudah ada dan sudah didiskusikan

dengan tim medis maka perawat akan langsung

menginformasikan kondisi Tn. A tersebut atas seizin

dokter. Tujuannya supaya Tn. A merasa dihargai dan

dihormati haknya sebagai pasien serta perawat tetap

tidak melanggar etika keperawatan

1. Identifikasi berbagai konsekuensi atau dampak dari

masing-masing alternatif tindakan tersebut

Dampak dari alternatif pertama : Tn.A bertanya-tanya

tentang penyakit yang sebenarnya saat perawat

menemui pasien.

Dampak dari alternatif kedua : pasien akan sangat

terkejut dan defresi sehingga dapat memperparah

Page 26: BAB 1

kondisi kesehatan Tn.A. Selain itu keluarga juga tidak

akan menerima karena keluarga merasa kasihan bila Tn.

A mengetahui apa yang sebenarnya terjadi pada diri

Tn.A.

 

 

1. Menentukan Siapa Pengambil Keputusan yang Tepat :

Kegiatan

Menentukan pengambil keputusan yang tepat sesuai dengan aspek

etik dan legalnya adalah tim medis yang terlibat supaya tidak

melanggar kode etik keperawatn yang disertai dengan hadirnya

keluarga dalam pengambilan keputusan tersebut.

1. Mendefenisikan Kewajiban Perawat : Kegiatan

1. Memahami tugas dan tanggung jawab kita sebagai

perawat profesional dalam menyelesaikan masalah

atau situasi tersebut

Sebagai perawat profesional, kita harus selalu menerapkan prinsip-

prinsip moral yaitu:

1. Otonomi

Sebagai perawat kita harus menghargai keputusan pasien dan

keluarganya, tapi ketika Tn.A menuntut haknya dan keluarga

menentangnya maka perawat harus mengutamakan Tn.A untuk

mendapatkan informasi tentang kondisinya.

Page 27: BAB 1

1. Benefesiens

Sebagai perawat kita harus memberikan sesuatu yang baik dan tidak

merugikan pasien. Sehingga perawat bisa memilih dua alternatif

diatas mana yang paling baik dan tidak merugikan Tn.A

1. Justice

Sebagai perawat kita harus melaksanakan konsep adil pada pasien,

maka Tn.A seharusnya dapat mengetahui penyakitnya karena semua

pasien mengetahui penyakit mereka.

1. Nonmalefisien

Sebagai perawat keputusan yang dibuat seharusnya tidak

membahayakan kondisi fisik dan psikis pasien. Maka alternatif yang

diambil seharusnya tidak membahayakan untuk Tn.A.

1. Veracity

Sebagai perawat kita harus menerapkan sikap jujur dalam praktik

keperawatan. Untuk itu, perawat harus jujur dan tidak menutup-nutupi

tentang penyakitnya kepada Tn.A.

 

 

 

1. Fidelity

Page 28: BAB 1

Sebagai perawat kita harus menepati janji dan komitmen pada pasien.

Untuk itu, perawat harus menepati kesepakatan dengan Tn.A

sebelum pemeriksaan bahwa Tn.A akan diberitahu tentang informasi

penyakitnya jika pemeriksaan sudah selesai, walaupun hasil

pemeriksaannya tidak seperti yang diharapkan.

1. Confidentiality

Sebagai perawat kita harus menjaga kerahasiaan. Untuk itu perawat

harus menghargai apa yang di putuskan oleh Tn.A dan

merahasiakannya.

1. Identifikasi berbagai kewajiban yang harus dilaksanakan

oleh seorang perawat profesional dalam menyelesaikan

masalah atau situasi tersebut

Dalam menyelesaikan masalah tersebut, perawat harus

melaksanakan prinsip-prinsip moral dan dalam menyampaikan

informasi penyakit pada pasien harus menggunakan pendekatan-

pendekatan serta komunikasi terapeutik , agar pasien bisa menerima

dan memahami apa yang disampaikan perawat dengan baik.

1. Membuat Keputusan : Kegiatan

1. Mempertimbangkan dan menganalisis berbagai

alternatif tindakan dan konsekuensinya masing-

masing

Alternatif pertama : perawat akan memberi tahu pasien tentang

penyakitnya dengan seizin dokter tapi menunggu pada saat kondisi

pasien memungkinkan dan akan ditemani oleh keluarga.

Page 29: BAB 1

Alternatif kedua : perawat akan langsung memberi tahu pasien

tentang penyakit sesaat setelah hasil pemeriksaan itu didapatkan

dengan seizin dokter.

1. Membuat keputusan yang akan diambil untuk

menyelesaikan masalah atau situasi tersebut dengan

memperhatikan prinsip moral

Berdasarkan prinsip-prinsip moral diatas alternatif yang dipilih adalah

alternatif pertama karena pasien tetap memperoleh haknya sebagai

pasien untuk memperoleh informasi tentang penyakitnya walaupun

tidak dengan segera. Ini memenuhi prinsip moral otonomi, fidelity,

veracity, justice, benefesiens. Selain itu juga alternatif kedua juga

bersifat nomalefisiens yaitu tidak membahayakan pasien baik fisik

maupun psikis, karena memberitahu pasien saat kondisi tubuh pasien

sudah sedikit membaik  dan saat memberitahukan informasi tersebut

perawat menggunakan komunikasi terapeutik dan ditemani oleh

keluarga pasien.

 

 

KASUS 2 :

Seorang wanita berumur 50 tahun menderita penyakit kanker

payudara terminal dengan metastase yang telah resisten terhadap

tindakan kemoterapi dan radiasi. Wanita tersebut mengalami nyeri

tulang yang hebat dimana sudah tidak dapat lagi diatasi dengan

Page 30: BAB 1

pemberian dosis morphin intravena. Hal itu ditunjukkan dengan

adanya rintihan ketika istirahat dan nyeri bertambah hebat saat wanita

itu mengubah posisinya. Walapun klien tampak bisa tidur namun ia

sering meminta diberikan obat analgesik, dan keluarganya pun

meminta untuk dilakukan penambahan dosis pemberian obat

analgesik. Saat dilakukan diskusi perawat disimpulkan bahwa

penambahan obat analgesik dapat mempercepat kematian klien.

PEMECAHAN KASUS DILEMA ETIK

1. Mengembangkan data dasar

1. Orang yang terlibat

Pasien

Keluarga

Perawat

Dokter

1. Tindakan yang diusulkan

Pasien : meminta diberikan obat analgesik.

Keluarga : meminta untuk dilakukan penambahan dosisi

dalam pemberian obat analgesik.

Perawat : perawat memberitahukan bahwa pemberian

obat analgesik dapat mempercepat kematian pasien.

1. Maksud dari tindakan tersebut

Pasien : agar dengan pemberian obat analgesik dapat

mengurangi rasa nyeri tulang yag dia derita.

Keluarga : agar pasien merasa tenang dan mengurangi

rasa nyeri yang dialami pasien.

Page 31: BAB 1

Perawat : apabila dilakukan penambahan dosis, maka

dapat mempercepat kematian pasien dan ini juga

melanggar hak azasi manusia.

 

1. Konsekuensi tindakan yang diusulkan

Pasien : dapat mempengaruhi kondisi kesehatan pasien.

Keluarga : apabila dilakukan penambahan dosis obat,

dapat mempengaruhi kondisi fisik klien dan berujung

kepada kematian.

Perawat : apabila tidak dilakukan pemberian obat,

pasien akan tetap merasakan nyeri dibagian tulang.

1. Mengidentifikasi konflik akibat situasi tersebut

1. Lakukan analisis terkait situasi/kasus yang terjadi

Penderitaan klien dengan kanker payudara yang sudah mengalami

metastase mengeluh nyeri yang tidak berkurang dengan dosis

morphin yang telah ditetapkan. Klien meminta penambahan dosis

pemberian morphin untuk mengurangi keluhan nyerinya. Keluarga

mendukung keinginan klien agar terbebas dari keluhan nyeri.

Sedangkan perawat ragu untuk melakukan permintaan klien dann

keluarga, karna perawat mengetahui bahwa tindakkan tersebut dapat

menyebabkan kematian.

1. Identifikasi berbagai masalah atau konflik yang terjadi

dari kasus atau situasi tersebut.

Penambahan dosis obat analgesik dapat mempercepat

kematian klien.

Page 32: BAB 1

Apabila tidak  memenuhi keinginan klien dan keluarga

akan membuat keluarga pasien merasa kesal dan pasien

akan tetap merasakan nyeri.

1. Membuat tindakan alternatif

1. Identifikasi alternatif tindakan yang dapat dilakukan

untuk menyelesaikan masalah tersebut.

Tidak menngikuti keinginan pasien dan keluarga tentang

penambahan dosis obat analgesik, tetapi memberikan

cara lain untuk mengurangi nyeri yang dirasakan pasien.

Seperti menarik nafas dalam yang akan menguranngi

rasa nyeri yang dilami pasien.

Mengikuti keinginan pasien tentang pemberian obat

analgesik, setelah dilakukan diskusi dengan tim medis

lain terkait dosis yang akan diberikan kepada pasien.

 

 

 

1. Identifikasi konsekuensi dari masing-masing alternattif

tindakan tersebut.

Konsekuensi dari tindakan alternatif pertama : Tidak

mempercepat kematian pasien, klien dibawa pada

kondisi untuk beradaptasi pada nyerinya,  dan keinginan

pasien untuk menentukan nasibnya sendiri tidak

terpenuhi.

Page 33: BAB 1

Konsekuensi dari tindakan alternatif kedua :  Risiko

mempercepat kematian klien sedikit dapat dikurangi, 

Klien pada saat tertentu bisa merasakan terbebas dari

nyeri sehingga ia dapat cukup beristirahat Hak klien

sebagian dapat terpenuhi, dan  Kecemasan pada klien

dan keluarganya dapat sedikit dikurangi.

1. Menentukan siapa pengambil keputusan yang tepat

Pada kasus di atas dokter adalah pihak yang membuat keputusan,

karena dokterlah yang secara legal dapat memberikan ijin

penambahan dosis morphin. Namun hal ini perlu didiskusikan dengan

klien dan keluarganya mengenai efek samping yang dapat ditimbulkan

dari penambahan dosis tersebut. Perawat membantu klien dan

keluarga klien dalam membuat keputusan bagi dirinya. Perawat selalu

mendampingi pasien dan terlibat langsung dalam asuhan

keperawatan yang dapat mengobservasi mengenai respon nyeri,

kontrol emosi dan mekanisme koping klien, mengajarkan manajemen

nyeri, sistem dukungan dari keluarga, dan lain-lain.

1. Mendefenisikan kewajiban perawat

Adapun kewajiban perawat :

Membuat klien merasa nyaman dengan memberikan

dukungan emosional dengan memeberikan support

Membantu proses adaptasi klien terhadap nyeri /

meningkatkan ambang nyeri

Membantu klien untuk menemukan mekanisme koping

yang adaptif terhadap masalah yang sedang dihadapi

Page 34: BAB 1

Membantu klien untuk lebih mendekatkan diri kepada

Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan keyakinannya

Tetap menerapkan prisip-prisip moral perawat

Tetap memperhatikan hak-hak klien

 

1. Membuat keputusan

1. Mempertimbangkan dan menganalisis alternatif

tindakan dan konsekuensinya

Dari alternatif tindakan yang ada

masing-masing alternatif tindakan tersebut memiliki manfaat dan

konsekuensi tertentu. Setelah dilakukan pertimbangan bahwa

alternatif pertama lebih besar manfaatnya karena dengan manajemen

nyeri yang diberikan oleh perawat dapat menegurangi rasa sakit pada

klien dan kemungkinan kematian klien dapat diminimalisir. Tetapi

apabila dilakukan alternatif ke dua ini masih menimbulkan

kemungkinan mempercepat kematian pasien.

1. Membuat keputusan yang diambil untuk menyelesaikan

masalah tersebut dengan memperhatikan prinsip moral

berdasarkan pertimbangan dan memperhatikan prinsip-prinsip yang

moral diputuskan untuk melakukan alternatif pertama karena telah

memenuhi prinsip moral benefisiens, justice dan nonmalefisiens

walaupun hak otonimynya tidak terpenuhi.

KASUS 3 :

Page 35: BAB 1

Kembar siam lahir di manchester 8 november 2000. Nama yang

sebenarnya tidak di umumkan, tetapi oleh pengadilan inggris untuk

mudahnya diberi nama Mary dan Jodie. Dari segi medis, kondisi

mereka sangat berat. Tulang pinggulnya mereka menempel dan

tulang punggung beserta seliruh bagian bawah tubuh menyambung.

Kaki-kaki ada pada tempatnya dalam posisi silang menyilang.

Keadaan itu tampak pada gambar yang dikeluarkan oleh RS St.

Mary’s. Jantung dan paru-paru mary tidak berfungsi, lagi pula otaknya

tidak berkembang penuh. Jodie tampak dalam keadaan fisik normal,

tetapi jantung dan paru-parunya mendapat beban berat. Karena harus

menyediakan darah beroksigen juga untuk saudaranya. Menurut para

dokter keadaan ini hanya bisa berlangsung tiga sampai enem bulan.

Kalau keadaan ini dibiarkan lebih lama, dua-duanya akan meninggal

dunia.

Dengan demilian kasus kembar siam ini menimbulkan suatu dilema

yang amat memilukan. Orang tua, staf medis, dan semua pihak yang

terlibat dalam kasus ini menghadapi suatu pilihan yang sangat sulit.

Jika Mary dan Jodie tidak di pisahkan, mereka dua-duanya

meninggal. Jika mereka dipisahkan melalui operasi, mary pasti akan

mati, karena ia tidak bisa benafas sendiri, sedangkan jodie

mempunyai peluang baik untuk hidup dengan agak normal, walaupun

dalam keadaan cacat dan harus menjalani banyak operasi lagi untuk

sedikit demi sedikit membetullkan kondisi fisiknya.

Orang tua kedua bayi perempuan ini adalah pemeluk agama yang

saleh. Mereka berpendapat, Mary dan Jodie sebaiknya tidak di

Page 36: BAB 1

pisahkan, karena cinta mereka untuk kedua anak ini sama besarnya.

Merka tidak bisa menerima jika yang paling lemah harus di korbankan

kepada yang kuat. Karena itu mereka memilih menyerahkan seluruh

masalah ini kepada kehendak Tuhan. Staf medis di RS Mary’s tidak

setuju. Sesuai dengan naluri kedokteranyang umum, mereka

beranggapan bahwa kehidupan yang mungkin tertolong, harus di

tolong juga.

KERANGKA PEMECAHAN MASALAH

A.Identifikasi data dasar

1. Orang  yang  terlibat :

Bayi kembar siam : Mary dan Jodie

Dokter

Tenaga medis lainya : Perawat

Orang tua

1. Tindakan diusulkan :

Orang tua  terhadap anaknya :  Orang tua berpendapat

mary dan Jodie sebaiknya tidak dipisahkan, mereka

memilih menyerahkan seluruh masalah ini kepada

kehendak tuhan.

Staf medis terhadap klien :  Menginginkan untuk

dilakukan operasi pemisahan terhadap mary dan jodir

karena  mereka beranggapan bahwaa kehidupan yang 

mungkin tertolong harus ditolong juga.

1. Maksud dari tindakan :

Page 37: BAB 1

Orang tua kepada Klien : Karena kasih sayang orang tua

kepada kedua anaknya sehingga orang tua

tidakmenginginkan salah satu dari anaknya meninggal

Staf Medis terhadap Klien : Untuk menolong nyawa dari

salah satu bayi tersebut yang mungkin masih bisa

diselamatkan hidupnya.

1. Konsekuensi  dari tindakan :

Orang tua terhadap klien : Apabila keinginan  orang tua

untuk tidak dilakukan pemisahan pada

bayinya,Kemungkinan nyawa dari kedua bayi ini tidak

bisa diselamaatkan . Apabila keinginan orang tua tidak

dilakukan maka hal itu berarti kita telahmelanggar

keputusan yang telah diambil oleh orang tua selaku

pangambil keputusan atas bayinya

Staff medis terhadap klien : apabila keputusan staf

medis dilakukan untuk dilakukan pemisahan salah satu

nyawa dari bayi harus dikorbankan untuk

menyelamatkan salah satu darinya. Apabila keputusan

tidak dilakukan maka kemungkinan nyawa dari kedua

bayi ini tidak akan bisa diselamatkan.

 

1. Identifikasi konflik

1. Analisis kasus

Staff medis menginginkan untuk dilakukan operasi

pemisahan pada kebdua bayi ini,karena salah satu dari

Page 38: BAB 1

bayi ini memiliki peluang hidup yang lebih besar dari

salah satu bayi tersebut.

Orang tua tidak menginginkan untuk dilakukan

pemisahan pada kedua bayinya,karena orang tua sangat

menyayangi kedua bayinya dan tidak ingin bila salah

satu dari bayinya meninggal.

1. Identifikasi konflik atau masalaah yang akan terjadi pada

kasus

Dari analisis kasus diatas didapatkan bahwa terjadi dilema etik dalam

pengambilan keputusan apa yang harus dilakukan antara

menyelamatkan salah satu dari nyawa bayi tersebut dengan

melakukan operasi pemisahan atau tidak dilakukan operasi sama

sekali karena tidak menginginkan salah satu dari bayi tersebut

meninggal namun di sisi lain kedua nyawa bayi tersebut tidak akan

tertolong bila tidak dilakukan operasi pemisahan.

 

1. Membuat tindakan alternative

1. Alternatif untuk menyelesaikan masalah

Tetap dilakukan operasi pemisahan dengan Memberikan

pengertian pada orang tua bayi tersebut apa yang akan

terjadi bila dilakukan operasi pemisahan.

Meyakinkan orang tua bahwa operasi ini dilakukan demi

kebaikan bayi tersebut. Karena bila tidak dilakukan akan

terjadi penyesalan.

1. Konsekuensi

Page 39: BAB 1

Dampak dari alternative diatas adalah penolakan dari

orang tua terhadap keputusan staf medis  untuk

dilakukan  operasi pemisahan pada bayi kembar

tersebut.

 

1.  Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan dilakukan oleh staf medis dengan

memberikan pengertian kepada orang tua bayi  sebagai wali dari

pasien yang masih Bayi.

1. Mendefinisikan kewajiban perawat

1. Memahami tugas dan tanggung jawab kita sebagai

perawat professional

Sebagai seorang perawat profesional  kita haruslah selalu

menerapkan prinsip moral dalam menyelesaikan masalah etik,seperti:

-          Prinsip otonomi,yaitu: perwat harus selalu menghargai

keputusan klien. Paada kasus ini staf medis harus tetap menhargai

keputusan dari orang tua bayi kembar tersebut.

-          Prinsip benefisiensi,yaitu: perawat harus melakukan tindakan

yang bermanfaat untuk klien. Pada kasus ini perawat haruslah

melakukan tindakan yang bermanfaat demi kepentingan klien.

-          Justice(Keadilan),yaitu: Perawat harus memberikan keadilan

terhadap hak-hak yang harus didapatkan klien.

Page 40: BAB 1

-          Nonmalefisisen : perawat harus tetap melakukan tindakan

yang tidak akan membahayakan klien baik fisik maupun dari segi

mental.

-          Veracity : perawat harus bersikap jujur

-          Fidelity : perawat harus menepati janji dan komitmen.

-          Confidentiality : perawat harus bisa merahasiakan masalah

klien.

1. Identifikasi kewajiban yang harus dilakukan oleh

perawat professional

Adapun kewajiban perawat :

Membuat klien merasa nyaman dengan memberikan

dukungan emosional dengan memeberikan support

Membantu proses adaptasi klien terhadap nyeri /

meningkatkan ambang nyeri

Membantu klien untuk menemukan mekanisme koping

yang adaptif terhadap masalah yang sedang dihadapi

Membantu klien untuk lebih mendekatkan diri kepada

Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan keyakinannya

Tetap menerapkan prisip-prisip moral perawat

Tetap memperhatikan hak-hak klien

1. Membuat keputusan

Page 41: BAB 1

1. Mempertimbangkan dan menganalisis berbagai

alternatif tindakan dan konsekuensinya masing-

masing

Dari alternatif diatas : tim medis tetap akan melakukan operasi

pemisahan dengan meyakinkan pihak keluarga walaupun terjadi

penolakan dari keluarga pasien.

1. Membuat keputusan yang akan diambil untuk

menyelesaikan masalah atau situasi tersebut dengan

memperhatikan prinsip moral

Berdasarkan dengan alternatif-alternatif diatas serta

mempertimbangkan prinsip-prinsip moral di putuskan untuk

mengoperasi bayi kembar tersebut dengan menyelamatkan nyawa

jodi karena alternatif dari tim medis telah memenuhi prinsip moral

yaitu:

Otonomi (mendahulukan hak pasien) pasien disini mary

dan jodi karena jodi bisa bertahan hidup jika dilakukan

operasi.

Benefiensi (kemanfaatan) : dengan melakukan operasi

pemisahan akan menyelamatkan nyawa jodi.

Justice (keadilan) : semua orang punya hak untuk hidup,

begitu pun jodi.

Nonmalefisiens (tidak membahayakan) : walaupun

dengan dilakukan operasi akan membahayakan nyawa

mary, tapi jika tidak dilakukan operasi ini akan

membahayakan nyawa kedua bayi tersebut. Jadi dalam

Page 42: BAB 1

pilihan yang buruk diambil pilihan yang kurang

buruk(membahayakan).

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB 4

PENUTUP

Kesimpulan :

 

Page 43: BAB 1

Berbagai permasalahan etik dapat terjadi dalam tatanan klinis yang

melibatkan interaksi antara klien dan perawat. Permasalahan bisa

menyangkut penentuan antara mempertahankan hidup dengan

kebebasan dalam menentukan kematian, upaya menjaga

keselamatan klien yang bertentangan dengan kebebasan menentukan

nasibnya, dan penerapan terapi yang tidak ilmiah dalam mengatasi

permasalah klien.

Dalam membuat keputusan terhadap masalah dilema etik, perawat

dituntut dapat mengambil keputusan yang menguntungkan pasien dan

diri perawat dan tidak bertentang dengan nilai-nilai yang diyakini klien.

Pengambilan keputusan yang tepat diharapkan tidak ada pihak yang

dirugikan sehingga semua merasa nyaman dan mutu asuhan

keperawatan dapat dipertahankan.

Perawat harus berusaha meningkatkan kemampuan profesional

secara mandiri atau secara bersama-sama dengan jalan menambah

ilmu pengetahuan untuk menyelesaikan suatu dilema etik.

 

 

 

 

 

Page 44: BAB 1

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 45: BAB 1

 

 

Daftar pustaka:

 

Tappen, M.R., Sally A. Weiss, Diane K.W. (2004). Essentials of

Nursing Leadership and Management. 3 rd Ed. Philadelphia : FA.

Davis Company.

Suhaemi, M.E. (2004). Etika Keperawatan: aplikasi pada praktik.

Jakarta: EGC

Kozier, B., Erb G., Berman, A., & Snyder S. J.

(2004). Fundamentalsof Nursing Concepts Process and Practice.

(7th ed). New Jerney: Pearson Education Line.

Basmanelly,dkk.(2006).dilema etik (makalah).jakarta.Pogram magister

keperawatan,kekhususan keperawatan jiwa,FIK UI

Efendi,ferry.,makhfudli.2009.keperawatan kesehatan komunitas ;

teori dan praktik dalam keperawatan.jakarta:salemba medika

Sudarma,momon.2008.sosiologi untuk kesehatan.jakarta:salemba

medika

Hegner,barbara r.2003.nursing assistant : a nursing process

approach,6/e.jakarta:EGC

Page 46: BAB 1

Thompson and HO Thompson,Ethic ini Nursing, New York: MacMilan

Publishing Co. Inc., 1981, diadaptasikan oleh Kelly, 1987. dalam

Priharjo, 1995

Priharjo,robert.2008.pengantar etika keperawatan.

http://id.scribd.com/doc/20711284/Non-Malefisence

http://arifinjavisarqi.blogspot.com/2012/04/masalah-etika-

keperawatan-di-tinjau.html

http://zaifbio.wordpress.com/2011/05/21/kasus-yang-

berhubungan-dengan-pemecahan-dilema-etik/

http://nersdody.blogspot.com/2012/03/etik-dilema-etik-dan-

contoh-kasus.html