bab 1
TRANSCRIPT
BAB 1
PENDAHULUAN
Latar belakang
Keperawatan merupakan salah satu profesi tenaga kesehatan
yang memberikan pelayanan kesehatan langsung baik
kepada individu, keluarga dan masyarakat.Sebagai salah
satu tenaga profesional, keperawatan menjalankan dan
melaksanakan kegiatan praktek keperawatan dengan
mengunakan ilmu pengetahuan dan teori keperawatan yang
dapat dipertanggung jawabkan.Dimana ciri sebagai profesi
adalah mempunyai body of knowledge yang dapat diuji
kebenarannya serta ilmunya dapat diimplementasikan
kepada masyarakat langsung.
Pelayanan kesehatan dan keperawatan yang dimaksud
adalah bentuk implementasi praktek keperawatan yang
ditujukan kepada pasien/klien baik kepada individu, keluarga
dan masyarakat dengan tujuan upaya peningkatan
kesehatan dan kesejahteraan guna mempertahankan dan
memelihara kesehatan serta menyembuhkan dari sakit,
dengan kata lain upaya praktek keperawatan berupa
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitasi.
Dalam praktiknya sehari-hari perawat berhubungan dengan
pasien (manusia unik) yang beraneka ragam dengan status
kesehatan dan permasalahan yang berbeda-beda. Oleh
karena itu, kadang-kadang perawat juga perlu mengambil
andil dalam pemberian alternatif untuk pemecahan masalah.
Kadangkala dalam sebuah permasalahan terdapat masalah
yang sangat membingungkan yang disebut masalah etika
atau dilema etik dimana dalam pembuatan keputusan tidak
ada yang benar dan salah sehingga membuat perawat
menjadi bingung. Beberapa dilema etik yang sering dialami
perawat ialah euthanasia, aborsi, bersikap jujur dan lain-lain.
Berdasarkan latar belakang diatas kami mebuat makalah
tentang pemecahan masalah etik agar para perawat bisa
membuat keputusan yang paling baik untuk pasiennya.
Tujuan : untuk mengetahui
apa itu etika keperawatan?
apa itu dilema etik?
prinsip-prinsip moral dalam keperawatan?
Apa saja masalah etika keperawatan?
Konsep pemecahan dilema etik atau masalah etik
BAB 2
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
Kata etika berasal dari kata yunani, yaitu ethos, yang
berhubungan dengan pertimbangan pembuat keputusan,
benar atau tidaknya suatu perbuatan karena tidak ada
undang-undang atau peraturan yang menegaskan hal yang
harus dilakukan.
Keperawatan adalah pelayanan vital terhadap manusia yang
menggunakan manusia juga, yaitu perawat. Perawat harus
membiasakan diri untuk menerapkan kode etik yang
memberi Gambaran tanggung jawabnya dalam praktik
keperawatan.
Keperawatan merupakan bentuk asuhan keperawatan
kepada individu, keluarga dan masyarakat berdasarkan ilmu
dan seni dan mempunyai hubungan perawat dan pasien
sebagai hubungan professional (kozier,1991).
Etika keperawatan adalah nilai-nilai dan prinsip yang diyakini
oleh profesi keperawatan dalam melaksanakan tugasnya
yang berhubungan dengan pasien,masyarakat,hubungan
perawat dengan teman sejawat maupun dengan organisasi
profesi dan juga dalam pengaturan praktik keperawatan itu
sendiri (berger dan williams,1999). Etika keperawatan
merupakan suatu acuan dalam melaksanakan praktik
keperawatan. Etika keperawatan berguna untuk pengawasan
terhadap kompetensi profesional, tanggung jawab, tanggung
gugat, dan untuk pengawasan umum dari nilai positif profesi
keperawatan (berger dan williams,1999)
Kadang-kadang perawat dihadapkan pada situasi yang
memerlukan keputusan untuk mengambil tindakan. Perawat
memberi asuhan kepada klien, keluarga, dan masyarakat;
menerima tanggung jawab untuk membuat keadaan
lingkungan fisik, sosial dan spiritual yang memungkinkan
untuk penyembuhan; dan menekankan pencegahan
penyakit;serta meningkatkan kesehatan dengan penyuluhan
kesehatan. Pelayanan kepada umat manusia merupakan
fungsi utam a perawat dan dasar adanya profesi
keperawatan. Kebutuhan pelayanan keperawatan adlah
universal. Peyanan profesional berdasarkan kebutuhan
manusia tanpa membedakan kebangsaan,warna kulit, politik,
status sosial, dan lain-lain.
Keperawatan sebagai suatu pelayanan profesional bertujuan
untuk tercapainya kesejahteraan manusia. Etika profesi
keperawatan adalah filsafat yang mengarahkan tanggung
jawab moral yang mendasari pelaksanaan praktik
keperawatan.
Etik profesi keperawatan adalah kesadaran dan pedoman
yang mengatur nilai-nilai moral di dalam melaksanak
kegiatan profesi keperawatan, sehingga mutu dan kualitas
profesi keperawatan tetap terjaga dengan cara yang
terhormat. Etik keperawatan merupakan kesadaran dan
pedoman yang mengatur prinsip-psrinsip moral dan etik
dalam melaksanakn kegiatan profesi keperawatan, sehingga
mutu dan kualitas profesi keperawatan tetap terjaga dengan
cara yang terhormat.
Menurut american ethics commision bureau on teaching,
tujuan etika profesi keperawatan adalah mampu:
1. Mengenal dan mengidentifikasi unsur moral dalam
praktik keperawatan
2. Membentuk strategi/cara dan menganalisis masalah
moral yang terjadi dalam praktik keperawatan
3. Menghubungkan prinsip moral/pelajaran yang baik dan
dapat dipertanggungjawabkan pada diri sendiri,
keluarga, masyarakat, dan kepada tuhan, sesuai dengan
kepercayaannya
Standar etik merupakan panduan untuk prilaku moral. Orang
yang memberikan layanan kesehatan bersedia secara
sukarela untuk mengikuti standar ini.
Perilaku etik dapat dibagi menjadi dua kelompok yitu sebagai
berikut:
etik yang berorientasi kepada kewajiban
etik yang berorientasi kepada larangan
Enam asas etik yang tidak akan berubah dalam etik profesi
kedokteran atau keperawatan dan asuhan keperawatan
adalah sebagai berikut;
- Asas menghormati otonomi klien (autonomy)
- Asas manfaat (beneficence)
- Asas tidak merugikan (non-maleficence)
- Asas kejujuran (veracity)
- Asas kerahasiaan (confidentiality)
- Asas keadilan (justice)
Menurut Thompson dan Thompson (1985), dilema etik
merupakan suatu masalah yang sulit untuk diputuskan,
dimana tidak ada alternative yang memuaskan atau suatu
situasi dimana alternative yang memuaskan dan tidak
memuaskan sebanding. Dalam dilema etik tidak ada yang
benar atau salah. Dan untuk membuat keputusan etis,
seseorang harus bergantung pada pemikiran yang rasional
dan bukan emosional. Kerangka pemecahan dilema etik
banyak diutarakan oleh beberapa ahli yang pada dasarnya
menggunakan kerangka proses keperawatan dengan
pemecahan masalah secara ilmiah.(sigman, 1986; lih. Kozier,
erb, 1991).
1. A. MASALAH ETIKA DALAM PRAKTIK
KEPERAWATAN
Berbagai permasalahan etis yang dihadapi perawat dalam
praktik keperawatan telah menimbulkan konflik antara
kebutuhan pasien dengan harapan perawat dan falsafah
keperawatan. Masalah etika keperawatan pada dasarnya
merupakan masalah etika kesehatan, dalam kaitan ini
dikenal dengan istilah masalah etika biomedis ataubioetis.
Istilah bioetis mengandung arti ilmu yang mempelajari
masalah-masalah yang timbul akibat kemajuan ilmu
pengetahuan terutama di bidang biologi dan kedokteran.
Permasalahan bisa menyangkut penentuan antara
mempertahankan hidup dengan kebebasan dalam
menentukan kematian, upaya menjaga keselamatan klien
yang bertentangan dengan kebebasan menentukan
nasibnya, dan penerapan terapi yang tidak ilmiah dalam
mengatasi permasalah klien.
Untuk memecahkan berbagai permasalahan bioetis telah
dibentuk suatu organisasi internasional. Para ahli telah
mengidentifikasi masalah bioetis yang dihadapi oleh para
tenaga kesehatan, termasuk juga perawat. Permasalahan etis
yang akan dibahas secara singkat disini adalah berkata jujur;
AIDS; Abortus; menghentikan pengobatan; cairan dan
makanan; euthanasia; transplantasi organ; Inseminasi
artificial dan beberapa permasalahn etis yang langsung
berkaitan dengan praktik keperawatan.
1. Berkata Jujur (Truth Telling)
Dalam konteks berkata jujur, ada suatu istilah yang
disebut desepsi,yang berasal dari kata deceive yang berarti
membuat orang percaya terhadap sesuatu hal yang tidak
benar, menipu dan membohongi. Desepsi meliputi berkata
bohong, mengingkari atau menolak, tidak memberikan
informasi dan memberikan jawaban tidak sesuai dengan
pertanyaan atau tidak memberikan penjelasan sewaktu
informasi dibutuhkan. Contoh tindakan desepsi adalah
perawat memberikan obat dan tidak membertahu pasien
tentang obat apa yang sebenarnya diberikan.
Tindakan desepsi ini secara etika tidak dibenarkan. Para ahli
etika menyatakan bahwa tindakan desepsi membutuhkan
keputusan yang jelas tentang siapa yang diharapkan
melakukan tindakan tersebut.
Konsep kejujuran (veracity), merupakan prinsip etis yang
mendasari berkata jujur. Seperti juga tugas yang lain berkata
jujur bersifat prima facie (tidak mutlak) sehingga desepsi
pada keadaan tertentu diperbolehkan. Berbagai alasan yang
dikemukakan dan mendukung posisi bahwa perawat harus
berkata jujur yaitu : merupakan hal yang terpenting dalam
hubungan saling percaya perawat pasien; pasien mempunyai
hak untuk mengetahui; merupakan kewajiban moral;
menghilangkan cemas dan penderitaan; meningkatkan
kerjasama pasien maupun keluarga; dan memenuhi
kebutuhan perawat.
Alasan-alasan yang mendukung tindakan desepsi, termasuk
berkata bohong meliputi : pasien tidak mungkin menerima
kenyataan; pasien menghendaki untuk tidak diberitahu bila
hal tersebut menyakitkan, secara professional perawat
mempunyai kewajiban tidak melakukan yang merugikan
pasien, dan desepsi mungkin mempunyai manfaat untuk
meningkatkan kerjasama pasien.
1. AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome)
AIDS pada awalnya ditemukan pada masyarakat gay di
Amerika Serikat pada tahun 1980 atau 1981. AIDS juga pada
mulanya ditemukan di Afrika. Saat ini, AIDS hamper
ditemukan disemua Negara, termasuk Indonesia. AIDS tidak
saja menimbulkan dampak pada penatalaksanaan klinis
tetapi juga dampak social, kekhawatiran masyarakat, serta
permasalahan hokum dan etika.
Perawat yang bertanggung jawab merawat pasien AIDS akan
mengalami berbagai stress pribadi, termasuk takut tertular
atau menularkan pada keluarga, dan ledakan emosi bila
merawat pasien AIDS fase terminal usia muda dengan gaya
hidup yang bertentangan dengan gaya hidup perawat.
Pernyataan professional bagi perawat yang mempunyai tugas
merawat pasien terinfeksi virus HIV membutuhkan klasifikasi
nilai-nilai yang diyakini perawat tentang hubungan
homoseksual dan penggunaan atau penyalahgunaan obat.
Perawat sangat berperan dalam perawatan pasien, sepanjang
virus HIV maih ada dengan berbagai komplikasi sampai
kematian tiba. Perawat terlibat dengan pembuatan
keputusan tentang tindakan atau terapi apa yang dapat
dihentikan dan tetap menghargai martabat manusia. Pada
saat tidak ada terapi medis lagi yang dapat diberikan pada
pasien, perawat tetap masih melakukan tindakan yang dapat
diberikan kepada pasien seperti : mengidentifikasi nilai-nilai,
menggali makna hidup pasien, memberikan rasa nyaman,
memberikan dukungan manusiawi dan membantu meninggal
dunia dengan tentram dan damai.
1. Fertilisasi Invitro, Inseminasi Artifisial, dan Pengaturan
Reproduksi
Fertilisasi Invitro dan Inseminasi Artifisial merupakan dua
dari berbagai metode baru yang digunakan untuk mengontrol
reproduksi. Kedua metode ini memberikan harapan bagi
orang-orang mandul untuk dapat memiliki anak.
Fertilisasi Invitro merupakan metode konsepsi yang dilakukan
dengan cara mebuat by pass pada tuba falopi wanita.
Tindakan ini dilakukan dengan cara memberikan
hiperstimulasi ovarium untuk mendapatkan beberapa sel
telur atau folikel yang siap dibuahi. Sel-sel telur ini kemudian
diambil melalui proses pembedahan. Proses pembuahan
dilakukan dengan cara menaruh sel telur dalam tabung dan
mencampurnya dengan sperma dari pasangan wanita yang
bersangkutan atau dari donor. Sel telur yang telah dibuahi
kemudian mengalami serangkaian proses pembelahan sel
sampai menjadi embrio dan kemudian embrio dipindahkan ke
dalam uterus wanita dengan harapan dapat terjadi
kehamilan.
Inseminasi Artifisial merupakan prosedur untuk menimbulkan
kehamilan dengan cara mengumpulkan sperma dari seorang
pria yang kemudia dimasukkan ke dalam vagina, serviks atau
uterus wanita saat terjadi ovulasi.
Berbagai masalah etika muncul berkaitan dengan teknologi
tersebut. Masalah ini tidak saja dimiliki oleh para pasangan
mandul, tim kesehatan yang menangani, tetapi juga oleh
masyarakat.
Pendapat yang diajukan para ahli bervariasi. Pihak yang
memberikan dukungan menyatakan bahwa teknologi
tersebut pada dasarnya bertujuan untuk member harapan
atau membantu pasangan mandul mempunyai ketururunan.
Pihak yang menolak menyatakan bahwa tindakan tidak
dibenarkan terutama bila telur atau sperma berasal dari
donor. Beberapa pergerakan wanita menyatakan bahwa
tindakan fertilisasi invitro dan inseminasi artificial
memperlakukan wanita secara tidak wajar dan hanya wanita
kalangan atas wanita kalangan atas yang mendapatkan
teknologi tersebut karena biaya yang cukup tinggi. Dalam
praktik ini, sering pula hak-hak wanita untuk memilih
dilanggar.
Penelitian keperawatan yang berkaitan dengan fertilisasi
invitro dan inseminasi artificial menurut Olshansky meliputi :
aspek manusiawi dari penggunaan teknologi reproduksi,
respon manusia terhadap teknologi canggih, konsekuensi
tidak menerima teknologi, dan aspek terpeutik praktik
keperawatan pada orang yang memilih untuk melakukan
teknologi.
1. Abortus
Abortus secara umum dapat diartikan sebagai penghentian
kehamilan secra spontan atau rekayasa. Dalam membahas
abortus biasanya dilihat dari dua sudut pandangan, yaitu
moral dan hokum.
Abortus sering menimbulkan konflik nilai bagi perawat, bila ia
harus terlibat dalam tindakan abortus. Di beberapa Negara,
seperti AS, Australia, Inggris dikenal suatu tatanan
hokum Conscience Clausesyang memperbolehkan dokter,
perawat, atau rumah sakit untuk menolak membantu
pelaksanaan abortus. Masalah abortus memang kompleks,
namun perawat professional tidak diperkenankan
memaksakan nilai-nilai yang ia yakini kepada pasien yang
memiliki nilai berbeda termasuk pandangan terhadap
abortus.
1. Euthanasia
Menurut Oxford English Dictionary, euthanasia berarti
tindakan untuk mempermudah mati dengan mudah dan
tenang. Dilihat dari aspek bioetis, euthanasia terdiri dari :
euthanasia volunter, involunter, aktif dan pasif. Pada kasus
euthanasia volunteer, pasien secara sukarela dan bebas
memilih untuk meninggal dunia. Pada euthanasia involunter,
tindakan yang menyebabkan kematian dilakukan bukan atas
dasar persetujuan dari pasien dan sering kali melanggar
keinginan pasien. Euthanasia aktif, melibatkan sesuatu yang
dilakukan sengaja yang menyebabkan pasien maninggal,
misalnya : menginjeksi obat dosis letal. Euthanasia aktif
merupakan tindakan melanggar hokum. Euthanasia pasif
dilakukan dengan menghentikan pengobatan atau perawatan
suportif, yang mempertahankan hidup, misalnya antibiotika,
nutrisi, cairan, respirator yang tidak diperlukan lagi oleh
pasien.
1. 6. Penghentian Pemberian Makanan, Cairan, dan
Pengobatan
Makanan dan cairan merupakan kebutuhan dasar manusia.
Memberikan makanan dan minuman adalah tugas perawat.
Selama perawatan seringkali perawat menghentikan
pemberian makanan dan minuman, terutama bila pemberian
tersebut justru membahayakan pasien misalnya pada pre
dan post operasi.
Masalah etika dapat muncul pada keadaan terjadi
ketidakjelasan antara member atau menghentikan makan
atau minuman, serta ketidakpastian tentang mana yang lebih
menguntungkan pasien. Ikatan Perawat Amwrika (ANA),
Menyatakan bahwa tindakan penghentian dan pemberian
makan kepada pasien oleh perawat secara hokum
diperbolehkan dengan pertimbangan tindakan ini
menguntungkan pasien.
1. B. MODEL PENYELESAIAN DILEMA ETIK
Perawat berada di berbagai situasi sehari-hari yang
mengharuskan untuk membuat keputusan-keputusan
profesional dan bertindak sesuai keputusan tersebut.
Keputusan biasanya dibuat dalam hubungannya dengan
orang lain (klien, keluarga, dan profesi kesehatan lain).
Dalam membuat keputusan, bukan keputusan yang paling
benar yang akan diambil tapi keputusan mana yang paling
baik karena dalam dilema etik tidak ada benar maupun yang
salah. Pada penyelesaian dilema etik dikenal prinsip DECIDE
yaitu;
D = Define the problem(s)
E = Ethical review
C = Consider the options
I = Investigate outcomes
D = Decide on actin
E = Evaluate results
kerangka pemecahan dilema etik banyak diutarakan oleh
para ahli dan pada dasarnya menggunakan kerangka proses
keperawatan / pemecahan masalah secara ilmiah, antara
lain:
1. Model pemecahan masalah (megan,1989)
ada lima langkah-langkah dalam pemecahan masalah dalam
dilema etik :
1. Mengkaji situasi
2. Mendiagnosa masalah etik moral
3. Membuat tujuan dan rencana pemecahan
4. Melaksanakan rencana
5. Mengevaluasi hasil
1. Kozier et. al (2004) menjelaskan kerangka pemecahan
dilema etik sebagai berikut :
2. Mengembangkan data dasar
3. Mengidentifikasi konflik
4. Membuat tindakan alternatif tentang rangkaian tindakan
yang direncanakan dan mempertimbangkan hasil akhir
atau konsekuensi tindakan tersebut
5. Menentukan siapa pengambil keputusan yang tepat
6. Mendefinisikan kewajiban perawat
7. Membuat keputusan
1. Model murphy dan murphy
2. Mengidentifikasi masalah kesehatan
3. Mengidentifikasi masalah etik
4. Siapa yang terlibat dalam pengambilan keputusan
5. Mengidentifikasi peran perawat
6. Mempertimbangkan berbagai alternatif-alternatif yang
mungkin dilaksanankan
7. Mempertimbangkan besar kecilnya konsekuensi untuk
setiap alternatif keputusan
8. Memberi keputusan
9. Mempertmbangkan bagaimana keputusa tersebuut
hingga sesuai dengan falsafah umum perawatan klien
10. Analisa situasi hingga hasil aktual dari keputusan
telah tampak dan menggunakan informasi tersebut
untuk membantu membuat keputusan berikutnya.
1. langkah-langkah menurut Thompson & Thompson (1981)
2. Meninjau situasi untuk menentukan masalah kesehatan,
keputusan yang diperlukan, komponen etis dan petunjuk
individual.
3. Mengumpulkan informasi tambahan untuk
mengklasifikasi situasi
4. Mengidentifikasi issue etik
5. Menentukan posisi moral pribadi dan profesional
6. Mengidentifikasi posisi moral dari petunjuk individual
yang terkait
7. Mengidentifikasi konflik nilai yang ada
1. Langkah-langkah menurut Purtilo danCassel (1981)
Purtilo dan cassel menyarankan 4 langkah dalam membuat
keputusan etik
1. Mengumpulkan data yang relevan
2. Mengidentifikasi dilema
3. Memutuskan apa yang harus dilakukan
4. Melengkapi tindakan
1. Langkah penyelesaian dilema etik menurut Tappen
(2005) adalah :
1. Pengkajian
Hal pertama yang perlu diketahui perawat adalah “adakah
saya terlibat langsung dalam dilema?”. Perawat perlu
mendengar kedua sisi dengan menjadi pendengar yang
berempati. Target tahap ini adalah terkumpulnya data dari
seluruh pengambil keputusan, dengan bantuan pertanyaan
yaitu :
1. Apa yang menjadi fakta medik ?
2. Apa yang menjadi fakta psikososial ?
3. Apa yang menjadi keinginan klien ?
4. Apa nilai yang menjadi konflik ?
5. Perencanaan
Untuk merencanakan dengan tepat dan berhasil, setiap
orang yang terlibat dalam pengambilan keputusan harus
masuk dalam proses. Thomson and Thomson (1985)
mendaftarkan 3 (tiga) hal yang sangat spesifik namun
terintegrasi dalam perencanaan, yaitu:
1. Tentukan tujuan dari treatment.
2. Identifikasi pembuat keputusan
3. Daftarkan dan beri bobot seluruh opsi / pilihan.
4. Implementasi
Selama implementasi, klien/keluarganya yang menjadi
pengambil keputusan beserta anggota tim kesehatan terlibat
mencari kesepakatan putusan yang dapat diterima dan saling
menguntungkan. Harus terjadi komunikasi terbuka dan
kadang diperlukan bernegosiasi. Peran perawat selama
implementasi adalah menjaga agar komunikasi tak
memburuk, karena dilema etis seringkali menimbulkan efek
emosional seperti rasa bersalah, sedih / berduka, marah, dan
emosi kuat yang lain. Pengaruh perasaan ini dapat
menyebabkan kegagalan komunikasi pada para pengambil
keputusan. Perawat harus ingat “Saya disini untuk
melakukan yang terbaik bagi klien”.
Perawat harus menyadari bahwa dalam dilema etik tak selalu
ada 2 (dua) alternatif yang menarik, tetapi kadang terdapat
alternatif tak menarik, bahkan tak mengenakkan. Sekali
tercapai kesepakatan, pengambil keputusan harus
menjalankannya. Kadangkala kesepakatan tak tercapai
karena semua pihak tak dapat didamaikan dari konflik sistem
dan nilai. Atau lain waktu, perawat tak dapat menangkap
perhatian utama klien. Seringkali klien / keluarga
mengajukan permintaan yang sulit dipenuhi, dan di dalam
situasi lain permintaan klien dapat dihormati.
1. Evaluasi
Tujuan dari evaluasi adalah terselesaikannya dilema etis
seperti yang ditentukan sebagai outcome-nya. Perubahan
status klien, kemungkinan treatment medik, dan fakta sosial
dapat dipakai untuk mengevaluasi ulang situasi dan akibat
treatment perlu untuk dirubah. Komunikasi diantara para
pengambil keputusan masih harus dipelihara.
BAB 3
PEMBAHASAN
KASUS 1 :
Suatu hari ada seorang bapak – bapak dibawa oleh
keluarganya ke salah satu Rumah Sakit di kota Surabaya
dengan gejala demam dan diare kurang lebih selama 6 hari.
Selain itu bapak tersebut ( Tn. A ) menderita sariawan sudah
3 bulan tidak sembuh-sembuh, dan berat badannya turun
secara berangsur-angsur. Semula Tn. A badannya gemuk tapi
3 bulan terakhir ini badannya kurus dan telah turun 10 kg
dari berat badan semula. Tn. A ini merupakan seorang supir
truk yang sering keluar kota karena tuntutan kerjaan bahkan
jarang pulang, kadang-kadang 2 minggu sekali bahkan
sebulan sekali.
Tn. A masuk UGD kemudian dari Dokter untuk diopname di
ruang penyakit dalam karena kondisi Tn. A yang sudah
sangat lemas. Keesokan harinya Dokter yang menangani Tn.
A melakukan visit kepada Tn. A, dan memberikan advice
kepada perawatnya untuk dilakukan pemeriksaan
laboratorium dengan mengambil sampel darahnya. Tn. A
yang ingin tahu sekali tentang penyakitnya meminta perawat
tersebut untuk segera memberi tahu penyakitnya setelah
didapatkan hasil pemeriksaan. Sore harinya pukul 16.00 WIB
hasil pemeriksaan telah diterima oleh perawat tersebut dan
telah dibaca oleh Dokternya. Hasilnya mengatakan bahwa
Tn. A positif terjangkit penyakit HIV/AIDS. Kemudian perawat
tersebut memanggil keluarga Tn. A untuk menghadap dokter
yang menangani Tn. A. Bersama dan seizin dokter tersebut,
perawat menjelaskan tentang kondisi pasien dan
penyakitnya. Keluarga terlihat kaget dan bingung. Keluarga
meminta kepada dokter terutama perawat untuk tidak
memberitahukan penyakitnya ini kepada Tn. A. Keluarganya
takut Tn. A akan frustasi, tidak mau menerima kondisinya
dan dikucilkan dari masyarakat.
Perawat tersebut mengalami dilema etik dimana satu sisi dia
harus memenuhi permintaan keluarga namun disisi lain
perawat tersebut harus memberitahukan kondisi yang
dialami oleh Tn. A karena itu merupakan hak pasien untuk
mendapatkan informasi.
PEMECAHAN MASALAH DILEMA ETIK
1. Mengembangkan Data Dasar : Identifikasi
2. Orang yang terlibat :
Tn.A
Dokter
Perawat
Keluarga
1. Tindakan diusulkan
D dan P => Dokter menyarankan perawat untuk
melakukan pemeriksaan darah pada Tn.A
Tn.A ke P => Tn.A Meminta perawat untuk
membeitahukan penyakitnya jika sudah didapatkan
hasil pemeriksaan.
Keluarga ke D dan P => Keluarga meminta Dokter dan
perawat untuk tidak membertahukan penyakit kepada
Tn.A.
1. Maksud dari tindakan
Dokter ke perawat : untuk mengetahui penyakit yang
diderita Tn.A
Tn.A : agar Tn.AA mengetahui penyakit apa yang
dideritanya
Keluarga : agar Tn.A tidak frustasi dan merasa dikucilkan
dalam masyarakat.
1. Konsekuensi dari tindakan
Tn.A ke keluarga : apabila diberitahukan kepada klien
hasil pemeriksaannya kemungkinan klien akan depresi
dan menarik diri. Apabila tidak diberitahukan akan
melanggar hak pasien untuk mendapatkan informasi
yang sebenarnya.
Keluarga ke dokter dan perawat : apabila perawat dan
dokter mengikuti saran keluarga,ini telah melanggar
prinsip-prinsip etik keperawatan yaitukejujuran dan tidak
memenuhi hak klien. Apabila saran keluarga tidak dokter
dan perawat maka dikhawatirkan Tn.A mengalami
frustasi.
1. Mengidentifikasi Konflik Akibat Situasi Tersebut :
Kegiatan
1. Lakukan analisis terkait situasi atau kasus yang terjadi
Tn. A menggunakan haknya sebagai pasien untuk
mengetahui penyakit yang dideritanya sekarang
sehingga Tn. A meminta perawat tersebut memberikan
informasi tentang hasil pemeriksaan kepadanya
Rasa kasih sayang keluarga Tn. A terhadap Tn. A
membuat keluarganya berniat untuk menyembunyikan
informasi tentang hasil pemeriksaan tersebut dan
meminta perawat untuk tidak memberitahukannya
kepada Tn. A dengan pertimbangan keluarga takut jika
Tn. A akan frustasi tidak bisa menerima kondisinya
sekarang
Perawat merasa bingung dan dilema dihadapkan pada
dua pilihan dimana dia harus memenuhi permintaan
keluarga, tapi disisi lain dia juga harus memenuhi
haknya pasien untuk memperoleh informasi tentang
hasil pemeriksaan kondisinya
1. Identifikasi berbagai masalah atau konflik yang terjadi
dari kasus atau situasi tersebut
Berdasarkan kasus dan analisa situasi diatas maka timbullah
permasalahan etik moral, jika perawat tidak memberitahukan
informasi kepada Tn. A terkait dengan penyakitnya, karena
mendapatkan informasi tentang kondisi pasien merupakan hak
pasien.
1. Membuat Tindakan Alternatif : Kegiatan
1. Identifikasi berbagai alternatif tindakan yang dapat
dilakukan untuk menyelesaikan masalah tersebut
Perawat akan melakukan kegiatan seperti biasa tanpa
memberikan informasi hasil pemeriksaan/penyakit Tn. A
kepada Tn. A saat itu juga, tetapi memilih waktu yang
tepat ketika kondisi pasien dan situasinya mendukung
dan sudah didiskusikan kepada tim medis lain.
Tujuannya agar Tn. A tidak panik yang berlebihan ketika
mendapatkan informasi penyakitnya karena sebelumnya
telah dilakukan pendekatan-pendekatan oleh perawat.
Tetapi keluarga harus tetap menemani pasien.
Perawat akan melakukan tanggung jawabnya sebagai
perawat dalam memenuhi hak-hak pasien terutama hak
Tn. A untuk mengetahui penyakitnya, sehingga ketika
hasil pemeriksaan sudah ada dan sudah didiskusikan
dengan tim medis maka perawat akan langsung
menginformasikan kondisi Tn. A tersebut atas seizin
dokter. Tujuannya supaya Tn. A merasa dihargai dan
dihormati haknya sebagai pasien serta perawat tetap
tidak melanggar etika keperawatan
1. Identifikasi berbagai konsekuensi atau dampak dari
masing-masing alternatif tindakan tersebut
Dampak dari alternatif pertama : Tn.A bertanya-tanya
tentang penyakit yang sebenarnya saat perawat
menemui pasien.
Dampak dari alternatif kedua : pasien akan sangat
terkejut dan defresi sehingga dapat memperparah
kondisi kesehatan Tn.A. Selain itu keluarga juga tidak
akan menerima karena keluarga merasa kasihan bila Tn.
A mengetahui apa yang sebenarnya terjadi pada diri
Tn.A.
1. Menentukan Siapa Pengambil Keputusan yang Tepat :
Kegiatan
Menentukan pengambil keputusan yang tepat sesuai dengan aspek
etik dan legalnya adalah tim medis yang terlibat supaya tidak
melanggar kode etik keperawatn yang disertai dengan hadirnya
keluarga dalam pengambilan keputusan tersebut.
1. Mendefenisikan Kewajiban Perawat : Kegiatan
1. Memahami tugas dan tanggung jawab kita sebagai
perawat profesional dalam menyelesaikan masalah
atau situasi tersebut
Sebagai perawat profesional, kita harus selalu menerapkan prinsip-
prinsip moral yaitu:
1. Otonomi
Sebagai perawat kita harus menghargai keputusan pasien dan
keluarganya, tapi ketika Tn.A menuntut haknya dan keluarga
menentangnya maka perawat harus mengutamakan Tn.A untuk
mendapatkan informasi tentang kondisinya.
1. Benefesiens
Sebagai perawat kita harus memberikan sesuatu yang baik dan tidak
merugikan pasien. Sehingga perawat bisa memilih dua alternatif
diatas mana yang paling baik dan tidak merugikan Tn.A
1. Justice
Sebagai perawat kita harus melaksanakan konsep adil pada pasien,
maka Tn.A seharusnya dapat mengetahui penyakitnya karena semua
pasien mengetahui penyakit mereka.
1. Nonmalefisien
Sebagai perawat keputusan yang dibuat seharusnya tidak
membahayakan kondisi fisik dan psikis pasien. Maka alternatif yang
diambil seharusnya tidak membahayakan untuk Tn.A.
1. Veracity
Sebagai perawat kita harus menerapkan sikap jujur dalam praktik
keperawatan. Untuk itu, perawat harus jujur dan tidak menutup-nutupi
tentang penyakitnya kepada Tn.A.
1. Fidelity
Sebagai perawat kita harus menepati janji dan komitmen pada pasien.
Untuk itu, perawat harus menepati kesepakatan dengan Tn.A
sebelum pemeriksaan bahwa Tn.A akan diberitahu tentang informasi
penyakitnya jika pemeriksaan sudah selesai, walaupun hasil
pemeriksaannya tidak seperti yang diharapkan.
1. Confidentiality
Sebagai perawat kita harus menjaga kerahasiaan. Untuk itu perawat
harus menghargai apa yang di putuskan oleh Tn.A dan
merahasiakannya.
1. Identifikasi berbagai kewajiban yang harus dilaksanakan
oleh seorang perawat profesional dalam menyelesaikan
masalah atau situasi tersebut
Dalam menyelesaikan masalah tersebut, perawat harus
melaksanakan prinsip-prinsip moral dan dalam menyampaikan
informasi penyakit pada pasien harus menggunakan pendekatan-
pendekatan serta komunikasi terapeutik , agar pasien bisa menerima
dan memahami apa yang disampaikan perawat dengan baik.
1. Membuat Keputusan : Kegiatan
1. Mempertimbangkan dan menganalisis berbagai
alternatif tindakan dan konsekuensinya masing-
masing
Alternatif pertama : perawat akan memberi tahu pasien tentang
penyakitnya dengan seizin dokter tapi menunggu pada saat kondisi
pasien memungkinkan dan akan ditemani oleh keluarga.
Alternatif kedua : perawat akan langsung memberi tahu pasien
tentang penyakit sesaat setelah hasil pemeriksaan itu didapatkan
dengan seizin dokter.
1. Membuat keputusan yang akan diambil untuk
menyelesaikan masalah atau situasi tersebut dengan
memperhatikan prinsip moral
Berdasarkan prinsip-prinsip moral diatas alternatif yang dipilih adalah
alternatif pertama karena pasien tetap memperoleh haknya sebagai
pasien untuk memperoleh informasi tentang penyakitnya walaupun
tidak dengan segera. Ini memenuhi prinsip moral otonomi, fidelity,
veracity, justice, benefesiens. Selain itu juga alternatif kedua juga
bersifat nomalefisiens yaitu tidak membahayakan pasien baik fisik
maupun psikis, karena memberitahu pasien saat kondisi tubuh pasien
sudah sedikit membaik dan saat memberitahukan informasi tersebut
perawat menggunakan komunikasi terapeutik dan ditemani oleh
keluarga pasien.
KASUS 2 :
Seorang wanita berumur 50 tahun menderita penyakit kanker
payudara terminal dengan metastase yang telah resisten terhadap
tindakan kemoterapi dan radiasi. Wanita tersebut mengalami nyeri
tulang yang hebat dimana sudah tidak dapat lagi diatasi dengan
pemberian dosis morphin intravena. Hal itu ditunjukkan dengan
adanya rintihan ketika istirahat dan nyeri bertambah hebat saat wanita
itu mengubah posisinya. Walapun klien tampak bisa tidur namun ia
sering meminta diberikan obat analgesik, dan keluarganya pun
meminta untuk dilakukan penambahan dosis pemberian obat
analgesik. Saat dilakukan diskusi perawat disimpulkan bahwa
penambahan obat analgesik dapat mempercepat kematian klien.
PEMECAHAN KASUS DILEMA ETIK
1. Mengembangkan data dasar
1. Orang yang terlibat
Pasien
Keluarga
Perawat
Dokter
1. Tindakan yang diusulkan
Pasien : meminta diberikan obat analgesik.
Keluarga : meminta untuk dilakukan penambahan dosisi
dalam pemberian obat analgesik.
Perawat : perawat memberitahukan bahwa pemberian
obat analgesik dapat mempercepat kematian pasien.
1. Maksud dari tindakan tersebut
Pasien : agar dengan pemberian obat analgesik dapat
mengurangi rasa nyeri tulang yag dia derita.
Keluarga : agar pasien merasa tenang dan mengurangi
rasa nyeri yang dialami pasien.
Perawat : apabila dilakukan penambahan dosis, maka
dapat mempercepat kematian pasien dan ini juga
melanggar hak azasi manusia.
1. Konsekuensi tindakan yang diusulkan
Pasien : dapat mempengaruhi kondisi kesehatan pasien.
Keluarga : apabila dilakukan penambahan dosis obat,
dapat mempengaruhi kondisi fisik klien dan berujung
kepada kematian.
Perawat : apabila tidak dilakukan pemberian obat,
pasien akan tetap merasakan nyeri dibagian tulang.
1. Mengidentifikasi konflik akibat situasi tersebut
1. Lakukan analisis terkait situasi/kasus yang terjadi
Penderitaan klien dengan kanker payudara yang sudah mengalami
metastase mengeluh nyeri yang tidak berkurang dengan dosis
morphin yang telah ditetapkan. Klien meminta penambahan dosis
pemberian morphin untuk mengurangi keluhan nyerinya. Keluarga
mendukung keinginan klien agar terbebas dari keluhan nyeri.
Sedangkan perawat ragu untuk melakukan permintaan klien dann
keluarga, karna perawat mengetahui bahwa tindakkan tersebut dapat
menyebabkan kematian.
1. Identifikasi berbagai masalah atau konflik yang terjadi
dari kasus atau situasi tersebut.
Penambahan dosis obat analgesik dapat mempercepat
kematian klien.
Apabila tidak memenuhi keinginan klien dan keluarga
akan membuat keluarga pasien merasa kesal dan pasien
akan tetap merasakan nyeri.
1. Membuat tindakan alternatif
1. Identifikasi alternatif tindakan yang dapat dilakukan
untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Tidak menngikuti keinginan pasien dan keluarga tentang
penambahan dosis obat analgesik, tetapi memberikan
cara lain untuk mengurangi nyeri yang dirasakan pasien.
Seperti menarik nafas dalam yang akan menguranngi
rasa nyeri yang dilami pasien.
Mengikuti keinginan pasien tentang pemberian obat
analgesik, setelah dilakukan diskusi dengan tim medis
lain terkait dosis yang akan diberikan kepada pasien.
1. Identifikasi konsekuensi dari masing-masing alternattif
tindakan tersebut.
Konsekuensi dari tindakan alternatif pertama : Tidak
mempercepat kematian pasien, klien dibawa pada
kondisi untuk beradaptasi pada nyerinya, dan keinginan
pasien untuk menentukan nasibnya sendiri tidak
terpenuhi.
Konsekuensi dari tindakan alternatif kedua : Risiko
mempercepat kematian klien sedikit dapat dikurangi,
Klien pada saat tertentu bisa merasakan terbebas dari
nyeri sehingga ia dapat cukup beristirahat Hak klien
sebagian dapat terpenuhi, dan Kecemasan pada klien
dan keluarganya dapat sedikit dikurangi.
1. Menentukan siapa pengambil keputusan yang tepat
Pada kasus di atas dokter adalah pihak yang membuat keputusan,
karena dokterlah yang secara legal dapat memberikan ijin
penambahan dosis morphin. Namun hal ini perlu didiskusikan dengan
klien dan keluarganya mengenai efek samping yang dapat ditimbulkan
dari penambahan dosis tersebut. Perawat membantu klien dan
keluarga klien dalam membuat keputusan bagi dirinya. Perawat selalu
mendampingi pasien dan terlibat langsung dalam asuhan
keperawatan yang dapat mengobservasi mengenai respon nyeri,
kontrol emosi dan mekanisme koping klien, mengajarkan manajemen
nyeri, sistem dukungan dari keluarga, dan lain-lain.
1. Mendefenisikan kewajiban perawat
Adapun kewajiban perawat :
Membuat klien merasa nyaman dengan memberikan
dukungan emosional dengan memeberikan support
Membantu proses adaptasi klien terhadap nyeri /
meningkatkan ambang nyeri
Membantu klien untuk menemukan mekanisme koping
yang adaptif terhadap masalah yang sedang dihadapi
Membantu klien untuk lebih mendekatkan diri kepada
Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan keyakinannya
Tetap menerapkan prisip-prisip moral perawat
Tetap memperhatikan hak-hak klien
1. Membuat keputusan
1. Mempertimbangkan dan menganalisis alternatif
tindakan dan konsekuensinya
Dari alternatif tindakan yang ada
masing-masing alternatif tindakan tersebut memiliki manfaat dan
konsekuensi tertentu. Setelah dilakukan pertimbangan bahwa
alternatif pertama lebih besar manfaatnya karena dengan manajemen
nyeri yang diberikan oleh perawat dapat menegurangi rasa sakit pada
klien dan kemungkinan kematian klien dapat diminimalisir. Tetapi
apabila dilakukan alternatif ke dua ini masih menimbulkan
kemungkinan mempercepat kematian pasien.
1. Membuat keputusan yang diambil untuk menyelesaikan
masalah tersebut dengan memperhatikan prinsip moral
berdasarkan pertimbangan dan memperhatikan prinsip-prinsip yang
moral diputuskan untuk melakukan alternatif pertama karena telah
memenuhi prinsip moral benefisiens, justice dan nonmalefisiens
walaupun hak otonimynya tidak terpenuhi.
KASUS 3 :
Kembar siam lahir di manchester 8 november 2000. Nama yang
sebenarnya tidak di umumkan, tetapi oleh pengadilan inggris untuk
mudahnya diberi nama Mary dan Jodie. Dari segi medis, kondisi
mereka sangat berat. Tulang pinggulnya mereka menempel dan
tulang punggung beserta seliruh bagian bawah tubuh menyambung.
Kaki-kaki ada pada tempatnya dalam posisi silang menyilang.
Keadaan itu tampak pada gambar yang dikeluarkan oleh RS St.
Mary’s. Jantung dan paru-paru mary tidak berfungsi, lagi pula otaknya
tidak berkembang penuh. Jodie tampak dalam keadaan fisik normal,
tetapi jantung dan paru-parunya mendapat beban berat. Karena harus
menyediakan darah beroksigen juga untuk saudaranya. Menurut para
dokter keadaan ini hanya bisa berlangsung tiga sampai enem bulan.
Kalau keadaan ini dibiarkan lebih lama, dua-duanya akan meninggal
dunia.
Dengan demilian kasus kembar siam ini menimbulkan suatu dilema
yang amat memilukan. Orang tua, staf medis, dan semua pihak yang
terlibat dalam kasus ini menghadapi suatu pilihan yang sangat sulit.
Jika Mary dan Jodie tidak di pisahkan, mereka dua-duanya
meninggal. Jika mereka dipisahkan melalui operasi, mary pasti akan
mati, karena ia tidak bisa benafas sendiri, sedangkan jodie
mempunyai peluang baik untuk hidup dengan agak normal, walaupun
dalam keadaan cacat dan harus menjalani banyak operasi lagi untuk
sedikit demi sedikit membetullkan kondisi fisiknya.
Orang tua kedua bayi perempuan ini adalah pemeluk agama yang
saleh. Mereka berpendapat, Mary dan Jodie sebaiknya tidak di
pisahkan, karena cinta mereka untuk kedua anak ini sama besarnya.
Merka tidak bisa menerima jika yang paling lemah harus di korbankan
kepada yang kuat. Karena itu mereka memilih menyerahkan seluruh
masalah ini kepada kehendak Tuhan. Staf medis di RS Mary’s tidak
setuju. Sesuai dengan naluri kedokteranyang umum, mereka
beranggapan bahwa kehidupan yang mungkin tertolong, harus di
tolong juga.
KERANGKA PEMECAHAN MASALAH
A.Identifikasi data dasar
1. Orang yang terlibat :
Bayi kembar siam : Mary dan Jodie
Dokter
Tenaga medis lainya : Perawat
Orang tua
1. Tindakan diusulkan :
Orang tua terhadap anaknya : Orang tua berpendapat
mary dan Jodie sebaiknya tidak dipisahkan, mereka
memilih menyerahkan seluruh masalah ini kepada
kehendak tuhan.
Staf medis terhadap klien : Menginginkan untuk
dilakukan operasi pemisahan terhadap mary dan jodir
karena mereka beranggapan bahwaa kehidupan yang
mungkin tertolong harus ditolong juga.
1. Maksud dari tindakan :
Orang tua kepada Klien : Karena kasih sayang orang tua
kepada kedua anaknya sehingga orang tua
tidakmenginginkan salah satu dari anaknya meninggal
Staf Medis terhadap Klien : Untuk menolong nyawa dari
salah satu bayi tersebut yang mungkin masih bisa
diselamatkan hidupnya.
1. Konsekuensi dari tindakan :
Orang tua terhadap klien : Apabila keinginan orang tua
untuk tidak dilakukan pemisahan pada
bayinya,Kemungkinan nyawa dari kedua bayi ini tidak
bisa diselamaatkan . Apabila keinginan orang tua tidak
dilakukan maka hal itu berarti kita telahmelanggar
keputusan yang telah diambil oleh orang tua selaku
pangambil keputusan atas bayinya
Staff medis terhadap klien : apabila keputusan staf
medis dilakukan untuk dilakukan pemisahan salah satu
nyawa dari bayi harus dikorbankan untuk
menyelamatkan salah satu darinya. Apabila keputusan
tidak dilakukan maka kemungkinan nyawa dari kedua
bayi ini tidak akan bisa diselamatkan.
1. Identifikasi konflik
1. Analisis kasus
Staff medis menginginkan untuk dilakukan operasi
pemisahan pada kebdua bayi ini,karena salah satu dari
bayi ini memiliki peluang hidup yang lebih besar dari
salah satu bayi tersebut.
Orang tua tidak menginginkan untuk dilakukan
pemisahan pada kedua bayinya,karena orang tua sangat
menyayangi kedua bayinya dan tidak ingin bila salah
satu dari bayinya meninggal.
1. Identifikasi konflik atau masalaah yang akan terjadi pada
kasus
Dari analisis kasus diatas didapatkan bahwa terjadi dilema etik dalam
pengambilan keputusan apa yang harus dilakukan antara
menyelamatkan salah satu dari nyawa bayi tersebut dengan
melakukan operasi pemisahan atau tidak dilakukan operasi sama
sekali karena tidak menginginkan salah satu dari bayi tersebut
meninggal namun di sisi lain kedua nyawa bayi tersebut tidak akan
tertolong bila tidak dilakukan operasi pemisahan.
1. Membuat tindakan alternative
1. Alternatif untuk menyelesaikan masalah
Tetap dilakukan operasi pemisahan dengan Memberikan
pengertian pada orang tua bayi tersebut apa yang akan
terjadi bila dilakukan operasi pemisahan.
Meyakinkan orang tua bahwa operasi ini dilakukan demi
kebaikan bayi tersebut. Karena bila tidak dilakukan akan
terjadi penyesalan.
1. Konsekuensi
Dampak dari alternative diatas adalah penolakan dari
orang tua terhadap keputusan staf medis untuk
dilakukan operasi pemisahan pada bayi kembar
tersebut.
1. Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan dilakukan oleh staf medis dengan
memberikan pengertian kepada orang tua bayi sebagai wali dari
pasien yang masih Bayi.
1. Mendefinisikan kewajiban perawat
1. Memahami tugas dan tanggung jawab kita sebagai
perawat professional
Sebagai seorang perawat profesional kita haruslah selalu
menerapkan prinsip moral dalam menyelesaikan masalah etik,seperti:
- Prinsip otonomi,yaitu: perwat harus selalu menghargai
keputusan klien. Paada kasus ini staf medis harus tetap menhargai
keputusan dari orang tua bayi kembar tersebut.
- Prinsip benefisiensi,yaitu: perawat harus melakukan tindakan
yang bermanfaat untuk klien. Pada kasus ini perawat haruslah
melakukan tindakan yang bermanfaat demi kepentingan klien.
- Justice(Keadilan),yaitu: Perawat harus memberikan keadilan
terhadap hak-hak yang harus didapatkan klien.
- Nonmalefisisen : perawat harus tetap melakukan tindakan
yang tidak akan membahayakan klien baik fisik maupun dari segi
mental.
- Veracity : perawat harus bersikap jujur
- Fidelity : perawat harus menepati janji dan komitmen.
- Confidentiality : perawat harus bisa merahasiakan masalah
klien.
1. Identifikasi kewajiban yang harus dilakukan oleh
perawat professional
Adapun kewajiban perawat :
Membuat klien merasa nyaman dengan memberikan
dukungan emosional dengan memeberikan support
Membantu proses adaptasi klien terhadap nyeri /
meningkatkan ambang nyeri
Membantu klien untuk menemukan mekanisme koping
yang adaptif terhadap masalah yang sedang dihadapi
Membantu klien untuk lebih mendekatkan diri kepada
Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan keyakinannya
Tetap menerapkan prisip-prisip moral perawat
Tetap memperhatikan hak-hak klien
1. Membuat keputusan
1. Mempertimbangkan dan menganalisis berbagai
alternatif tindakan dan konsekuensinya masing-
masing
Dari alternatif diatas : tim medis tetap akan melakukan operasi
pemisahan dengan meyakinkan pihak keluarga walaupun terjadi
penolakan dari keluarga pasien.
1. Membuat keputusan yang akan diambil untuk
menyelesaikan masalah atau situasi tersebut dengan
memperhatikan prinsip moral
Berdasarkan dengan alternatif-alternatif diatas serta
mempertimbangkan prinsip-prinsip moral di putuskan untuk
mengoperasi bayi kembar tersebut dengan menyelamatkan nyawa
jodi karena alternatif dari tim medis telah memenuhi prinsip moral
yaitu:
Otonomi (mendahulukan hak pasien) pasien disini mary
dan jodi karena jodi bisa bertahan hidup jika dilakukan
operasi.
Benefiensi (kemanfaatan) : dengan melakukan operasi
pemisahan akan menyelamatkan nyawa jodi.
Justice (keadilan) : semua orang punya hak untuk hidup,
begitu pun jodi.
Nonmalefisiens (tidak membahayakan) : walaupun
dengan dilakukan operasi akan membahayakan nyawa
mary, tapi jika tidak dilakukan operasi ini akan
membahayakan nyawa kedua bayi tersebut. Jadi dalam
pilihan yang buruk diambil pilihan yang kurang
buruk(membahayakan).
BAB 4
PENUTUP
Kesimpulan :
Berbagai permasalahan etik dapat terjadi dalam tatanan klinis yang
melibatkan interaksi antara klien dan perawat. Permasalahan bisa
menyangkut penentuan antara mempertahankan hidup dengan
kebebasan dalam menentukan kematian, upaya menjaga
keselamatan klien yang bertentangan dengan kebebasan menentukan
nasibnya, dan penerapan terapi yang tidak ilmiah dalam mengatasi
permasalah klien.
Dalam membuat keputusan terhadap masalah dilema etik, perawat
dituntut dapat mengambil keputusan yang menguntungkan pasien dan
diri perawat dan tidak bertentang dengan nilai-nilai yang diyakini klien.
Pengambilan keputusan yang tepat diharapkan tidak ada pihak yang
dirugikan sehingga semua merasa nyaman dan mutu asuhan
keperawatan dapat dipertahankan.
Perawat harus berusaha meningkatkan kemampuan profesional
secara mandiri atau secara bersama-sama dengan jalan menambah
ilmu pengetahuan untuk menyelesaikan suatu dilema etik.
Daftar pustaka:
Tappen, M.R., Sally A. Weiss, Diane K.W. (2004). Essentials of
Nursing Leadership and Management. 3 rd Ed. Philadelphia : FA.
Davis Company.
Suhaemi, M.E. (2004). Etika Keperawatan: aplikasi pada praktik.
Jakarta: EGC
Kozier, B., Erb G., Berman, A., & Snyder S. J.
(2004). Fundamentalsof Nursing Concepts Process and Practice.
(7th ed). New Jerney: Pearson Education Line.
Basmanelly,dkk.(2006).dilema etik (makalah).jakarta.Pogram magister
keperawatan,kekhususan keperawatan jiwa,FIK UI
Efendi,ferry.,makhfudli.2009.keperawatan kesehatan komunitas ;
teori dan praktik dalam keperawatan.jakarta:salemba medika
Sudarma,momon.2008.sosiologi untuk kesehatan.jakarta:salemba
medika
Hegner,barbara r.2003.nursing assistant : a nursing process
approach,6/e.jakarta:EGC
Thompson and HO Thompson,Ethic ini Nursing, New York: MacMilan
Publishing Co. Inc., 1981, diadaptasikan oleh Kelly, 1987. dalam
Priharjo, 1995
Priharjo,robert.2008.pengantar etika keperawatan.
http://id.scribd.com/doc/20711284/Non-Malefisence
http://arifinjavisarqi.blogspot.com/2012/04/masalah-etika-
keperawatan-di-tinjau.html
http://zaifbio.wordpress.com/2011/05/21/kasus-yang-
berhubungan-dengan-pemecahan-dilema-etik/
http://nersdody.blogspot.com/2012/03/etik-dilema-etik-dan-
contoh-kasus.html