bab 1

15
BAB 1 PENDAHULUN 1.1. Latar Belakang Persaingan dalam dunia industri akan semakin ketat, setiap perusahaan akan berusaha untuk meningkatkan kinerja perusahaan agar perusahaannya dapat bertahan. Kemampuan perusahaan dalam menyediakan produk dengan cepat sesuai dengan permintaan konsumen merupakan salah satu faktor utama yang dapat menghidupkan eksistensi perusahaan dalam menghadapi pesaing dari perusahaan sejenis yang semakin bertambah dan berkembang. Perkembangan dunia industri sekarang ini mengalami laju pertumbuhan yang sangat pesat, ini ditandai dengan bermunculannya berbagai jenis usaha khususnya dalam bidang manufaktur. Dengan pertumbuhan yang pesat tersebut tentu akan akan menimbulkan persaingan antara satu perusahaan dengan perusahaan yang lainnya untuk menjadi yang terdepan. Persaingan dengan perusahaan lain dan ambisi menjadi yang terdepan dibidangnya memerlukan kinerja yang baik dalam perusahaan dan salah satunya adalah sistem produksi yang efisien dan efektif. 1

Upload: johny-iskandar-nst

Post on 11-Nov-2015

219 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

bAB 1

TRANSCRIPT

9

BAB 1PENDAHULUN

1.1. Latar BelakangPersaingan dalam dunia industri akan semakin ketat, setiap perusahaan akan berusaha untuk meningkatkan kinerja perusahaan agar perusahaannya dapat bertahan. Kemampuan perusahaan dalam menyediakan produk dengan cepat sesuai dengan permintaan konsumen merupakan salah satu faktor utama yang dapat menghidupkan eksistensi perusahaan dalam menghadapi pesaing dari perusahaan sejenis yang semakin bertambah dan berkembang. Perkembangan dunia industri sekarang ini mengalami laju pertumbuhan yang sangat pesat, ini ditandai dengan bermunculannya berbagai jenis usaha khususnya dalam bidang manufaktur. Dengan pertumbuhan yang pesat tersebut tentu akan akan menimbulkan persaingan antara satu perusahaan dengan perusahaan yang lainnya untuk menjadi yang terdepan. Persaingan dengan perusahaan lain dan ambisi menjadi yang terdepan dibidangnya memerlukan kinerja yang baik dalam perusahaan dan salah satunya adalah sistem produksi yang efisien dan efektif. Perusahaan memiliki sistem produksi yang efisien dan efektif apabila perusahaan tersebut mampu mengelola sumber daya yang ada secara optimal sehingga dapat meningkatkan produktivitas perusahaan. [footnoteRef:2] [2: Nasution, Arman Hakim. Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2008.]

Salah satu contoh perusahaan yang melakukan pengukuran Kapasitas adalah PT. Tjipta Rimba Djaja salah satu perusahaan manufaktur yang bergerak dalam bidang produksi kayu terutama beragam jenis kayu lapis (plywood). Dalam strategi produksinya, perusahaan menerapkan sistem make to stock. Pada bulan Oktober Juli 2011, perusahaan tidak dapat memenuhi permintaan, dimana jumlah produksi adalah 1.876 m3 sedangkan jumlah permintaan adalah 1.913 m3. Ketidakmampuan perusahaan tersebut disebabkan oleh adanya ketidaklancaran produksi, yaitu terdapat stasiun kerja menganggur akibat perbedaan kapasitas antara stasiun kerja rotary (stasiun kerja II) dengan stasiun kerja dryer (stasiun kerja III). Stasiun kerja rotary memiliki kapasitas 16 m3/jam sedangkan stasiun kerja dryer memiliki kapasitas 10 m3/jam. Ketidaklancaran produksi ini juga menandakan rendahnya utilitas pada stasiun kerja. Oleh karena itu penyelesaian yang dilakukan untuk mengatasi ketidaklancaran tersebut adalah dengan melakukan perencanaan kapasitas yang dapat memaksimisasi utilitas.[footnoteRef:3] [3: Liske Franciska. Perencanaan Kebutuhan Kapasitas Untuk Memaksimisasi Utilitas Pada Industri Pengolahan Plywood PT. Tjipta Rimba Djaja, Universitas Sumatera Utara, 2012.]

Selain PT. Tjipta Rimba Djaja perusahaan yang melakukan pengukuran kapasitas adalah PT. X merupakan perusahaan yang bergerak dibidang produksi obat anti nyamuk bakar dengan 25 jenis produk. Berdasarkan fakta yang terjadi saat ini, PT. X mendapatkan permintaan yang cukup tinggi untuk produknya. Sehingga sering terjadi penumpukan besar pada stasiun kerja. Dalam pengaturan terhadap jadwal induk produksi perusahaan menghadapi kendala yang besar. Oleh karena perusahaan harus memenuhi permintaan yang cukup tinggi tersebut perusahaan harus melakukan pengoptimalan pada area penumpukan terbesar atau pada stasiun kerja bottleneck. Tujuan perhitungan kapasitas pada PT. X adalah mengeliminasi stasiun kerja bottleneck dengan menerapkan lima prinsip perbaikan berkelanjutan theory of constraints (TOC). Penerapan TOC dilakukan untuk mengoptimalkan perencanaan kapasitas dalam hal ini jadwal induk produksi dengan menggunakan ukuran operasional dalam TOC yaitu throughput. Dalam TOC lima langkah yang digunakan untuk melakukan perbaikan secara berkelanjutan adalah identifikasi kendala dalam sistem, memutuskan bagaimana mengatasi kendala, putuskan operasi yang mengoptimalkan kendala, analisa dan kembangkan kendala, dan langkah terakhir kembali ke langkah 1. Sehingga dengan langkahlangkah tersebut akan berkelanjutan dalam melakukan perbaikan. Penggunaan TOC dilakukan untuk mengoptimalkan perencanaan produksi dengan menggunakan metode linier programming sehingga didapat stasiun kerja yang sebelumnya merupakan stasiun kerja bottleneck yaitu pada stasiun kerja 3 pada periode Oktober dapat dieliminasi dan pada stasiun kerja 4. Untuk jumlah produk maksimal diperoleh pada periode Juli 2007 dengan jumlah produksi untuk obat anti nyamuk bakar coil standar lokal 1.039.675.538 dC dengan throughput sebesar Rp 843.300.485.[footnoteRef:4] [4: Agus Rianto. Penerapan Theory Of Constraints (Toc) Dalam Upaya Peningkatan Kapasitas Produksi. Di PT. X, Universitas Sumatera Utara, 2009.]

Pada ada dasarnya terdapat beberapa metode pengukuran kapasitas diantaranya yaitu : Theoritical Capacity (Maximum Capacity), Design capacity) merupakan kapasitas maksimum yang mungkin dari sistem manufaktur yang didasarkan pada asumsi mengenai adanya kondisi yang ideal dimana diukur berdasarkan jumlah jam kerja yang tersedia untuk melakukan pekerjaan tanpa suatu kesempatan untuk berhenti atau beristirahat, downtime mesin, ataupun alasan lainnya. Sebagai contoh : jika suatu pusat kerja memiliki 5 mesin dan dijadwalkan untuk beroperasi dalam satu shift selama 8 jam, dalam periode 5 hari kerja per minggu, maka kapasitas teoritisnya adalah 5 x 8 x 5 = 200 jam/minggu. Jam kerja ini selanjutnya diterjemahkan kedalam unit produksi dengan menggunakan jam kerja standar. Misalnya untuk memproduksi 1 unit produk membutuhkan waktu standar 0,2 jam (12 menit), maka secara teoritis 200 jam kerja / minggu akan menghasilkan produk sebanyak : 200 jam kerja/minggu x 1 unit/0,2 jam kerja = 1000 unit/minggu.[footnoteRef:5] [5: Fogarty, dkk.Production & Inventory Management, 2ndEdition., South-Western Publishing Co 1991.]

Actual Capacity (Demonstrated Capacity, Effective Capacity) merupakan tingkat output yang dapat diharapkan berdasarkan pada pengalaman yang mengukur produksi secara aktual dari pusat kerja di waktu yang lalu, yang biasanya diukur menggunakan rata-rata berdasarkan beban kerja normal. Sebagai contoh, jika suatu pusat kerja menghasilkan rata-rata 700 unit/minggu, sedangkan jam kerja standar adalah 0,2 jam/unit produk, maka demonstrated capacity adalah 700 unit/minggu x 0,2 jam/unit produk = 140 jam kerja standar/minggu. Rated Capacity (Calculated Capacity, Normal Capacity) diukur berdasarkan penyesuaian kapasitas teoritis dengan faktor produktivitas yang telah ditentukan oleh demonstrated capacity. Dihitung melalui penggandaan waktu kerja yang tersedia dengan faktor utilisasi dan efisiensi. Dengan demikian rated capacity dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : Rated capacity = theorytical x utilisasi x efisiensi.[footnoteRef:6] [6: Ibid Hal, 3]

PT. Karya Tanah Subur (KTS) bergerak dalam bidang pengolahan tandan buah segar yang menghasilkan minyak sawit dan inti sawit. Pada saat ini terlihat bahwa hasil panen dari kebun sawit milik PT. Karya Tanah Subur (KTS) dan dari kebun petani sekitar terutama pada saat mengalami panen tidak dapat diolah seluruhnya dalam satu hari kerja, sehingga terjadinya penumpukan Tandan Buah Segar untuk diolah. Maka dari itu perlu dilakukannya perhitungan waktu standar setiap operasi dan menentukan kapasitas setiap mesin untuk menentukan jumlah tandan yang optimal untuk diolah setiap hari atau setiap satu shif kerja. Berdasarkan pengendalian produksi dan perencanaan kapasitas yang diterapkan oleh PT. Karya Tanah subur adalah dengan perhitungan kapasitas unit namun dari perhitungan kapasitas unit yang diterapkan masih kurang efektifnya dalam mengurangi bahan baku yang menumpuk. Sehingga Keberhasilan perencanaan dan pengendalian produksi memerlukan perencanaan kapasitas yang aktif, agar mampu memenuhi jadwal induk produksi yang ditetapkan. Seirirng naiknya laju produksi CPO PT. Karya Tanah Subur, Rough Cut Capacity Planning (RCCP) berperan dalam perencanaan prioritas kapasitas produksi yang berguna menetapkan sumber-sumber spesifik tertentu, khususnya yang diperkirakan akan menjadi hambatan potensial (Potential bottleneck), seperti yang terlihat pada table 1.1. dibawah ini :Tabel 1.1. Jumlah Restan CPO Priode 2012-2013 yang tidak dapat di OlahBulanJumlah Restan (Kg) 2012Jumlah Restan(Kg) 2013

Januari155,165263.040

Februari158,370374.337

Maret159,910167.561

April153,304215.796

Mei209,653243.247

Juni202,844267.453

Juli218,575225.578

Agustus219,073233.328

September174,771291.650

Oktober224,085322.230

November152,073322.230

Desembe204,738322.230

Jumlah2,232,5613.248.678

(Sumber : PT. Karya Tanah Subur Aceh Barat, 2013)Berdasarkan data restan yang telah disebutkankan diatas maka diperlukan suatu perencanaan produksi yang baik sehingga akan tercipta nantinya suatu kondisi produksi yang optimum yang akan menyebabkan pabrik bekerja pada kapasitas yang optimal. Salah satu metode yang dapat digunakan dalam mengoptimalkan mesin pengolahan TBS dalam produksi CPO adalah metode Rough Cut Capacity Planning (RCCP). Keunggulan metode Rough Cut Capacity Planning (RCCP) yaitu menganalisis suatu proses atau evaluasi kapasitas dari fasilitas produksi yang tersedia di lantai pabrik agar sesuai atau dapat mendukung jadwal induk produksi yang akan disusun. Langkah ini sangat penting bagi pengambil kebijakan dalam membuat suatu keputusan dalam mengalokasikan sumber daya guna menghasilkan kapasitas pabrik yang diharapkan, sehingga dalam kekurangan kapasitas yang menyebabkan kegagalan produksi, keterlambatan pengiriman kepelanggan, dan kehilangan kepercayaan dalam sistem formal yang mengakibatkan reputasi perusahaan menurun dapat teratasi. Kekurangan kapasitas akan mengakibatkan utilitas sumberdaya yang rendah, biaya meningkat, harga produk menjadi kompetitif, penurunan keuntungan dan lain-lain. Dari latar belakang yang di paparkan di atas maka penulis tertarik mengambil judul untuk penelitian: "OPTIMISASI KINERJA MESIN PENGOLAHAN TANDAN BUAH SEGAR MENGGUNAKAN METODE RCCP (STUDI KASUS PT. KARYA TANAH SUBUR)".

1.2. Rumusan MasalahBerdasarkan uraian latar belakang diatas permasalahan yang akan dibahas pada penelitian ini adalah :1. Bagaimana menentukan waktu standar setiap mesin dan kapasitas mesin yang ada pada bagian produksi?2. Berapa lama waktu yang dibutuhkan suatu mesin untuk menghasilkan produk atau berapa waktu yang dibutuhkan pada setiap proses pengolahan untuk menghasilkan produk?3. Apakah penggunaan mesin sudah optimum?

1.3. Tujuan PenelitianAdapun tujuan dari penelitian ini yaitu :1. Untuk menentukan waktu standar setiap mesin dan kapasitas mesin yang ada pada bagian produksi.2. Untuk menentukan waktu yang dibutuhkan suatu mesin dalam menghasilkan produk atau waktu yang dibutuhkan pada setiap proses pengolahan untuk menghasilkan produk.3. Untuk menentukan optimalisasi penggunaan mesin.

1.4. Manfaat PenelitianAdapun manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini bagi perusahaan, mahasiswa dan perguruaan tinggi yang meliputi :1. Bagi PerusahaanSebagai bahan masukan dalam rangka pengendalian perencanaan produksi pada kinerja mesin pengolahan tandan buah segar (TBS) secara optimal.2. Bagi MahasiswaPenelitian ini berguna untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam memecahkan suatu permasalahan di dunia nyata dengan mengaplikasikan teori yang diperoleh selama mengikuti perkuliahan.3. Bagi Jurusan Teknik IndustriPenelitian bermanfaat sebagai tambahan referensi yang dapat memperkaya laporan-laporan penelitian Teknik Industri serta dapat digunakan sebagai acuan bagi penelitian-penelitian selanjutnya.

1.5. Ruang Lingkup PenelitianRuang lingkup penelitian ini meliputi dua hal, yaitu batasan penelitian dan asumsi yang digunakan dalam penelitian ini. 1.5.1. Batasan MasalahPembatasan masalah sangat diperlukan dalam penelitan ini, sehingga hasil yang diperoleh dapat benar-benar sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Hal-hal yang membatasi lingkup penelitian ini adalah :1. Data yang digunakan adalah data perusahaan dalam kurun tiga tahun.2. Penelitian ini hanya dilakukan pada setiap unit bagian lantai produksi diataranya pada mesin strelilizer, mesin penebah, mesin press dan mesin pemurnian minyak.3. Perhitungan data hanya sebatas perhitunagn waktu standar untuk menentukan jumlah tandan yang optimal yang dapat diolah dalam satu hari kerja yang terdapat pada stasiun produksi dengan menggunakan metode Rough Cut Capacity Planning (RCCP).

1.5.2. AsumsiAsumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :1. Metode kerja yang digunakan dianggap sudah benar dan pekerja telah menguasai metode kerja yang sesuai dengan Standart Operational Prosedure. 2. Mesin dalam keadaan normal dan kapasitas olah dari mesin-mesin yang sejenis dianggap sama. 3. Cara kerja yang digunakan sudah standar.

1.6. Sistematika PenulisanProposal skripsi ini menyajikan tiga bab dengan sistematika sebagai berikut : Bab I. PendahuluanBab ini menjelaskan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitan, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian (batasan dan asumsi) dan sistematika penulisan.Bab II. Tinjauan PustakaPada bab II ini di jelaskan tentang pengertian Perancangan dan Pengendalian Produksi, Penelitian Waktu (Time Study), Teknik Pengukuran dengan Motion Study, Teknik-teknik yang dikembangkan dalam Time Study, Penentuan Waktu Standar, Kapasitas, Optimisasi, . Analisa Kecukupan Data, Peta Kontrol, Peta X dan R15, Perencanaan Kebutuhan Kapasitas, Defenisi Kapasitas, Penentuan Kebutuhan Kapasitas, Rough Cut Capacity Planning (RCCP)Bab III. Metode PenelitianPada bab ini akan dijelaskan langkah-langkah yang digunakan dalam melakukan penelitian agar metodologi penelitian ini akan digunakan sebagai acuan dalam melakukan penelitian, sehingga penelitian berjalan secara sistematis dan sesuai tujuan. Adapun langkah-langkahnya antara lain yaitu, Lokasi dan Waktu Penelitian, Jenis Penelitian, Rancangan Penelitian, Pendahuluan, Peninjauan Lapangan, Pengumpulan Data, Pengolahan Data, Uji Kecukupan Data, Perhitungan Kecepatan olah Mesin dengan Stop Watch, Uji Keseragaman Data, Perhitungan Waktu Standar Setiap Mesin, Perhitungan Efisiensi Setiap Mesin, Perhitungan Utilitas Setiap Mesin, Perhitungan Kapasitas Olah Mesin, Analisa dan Pembahasan Hasil.1