bab 1-5

100
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program Praktek kerja Lapangan (PKL) merupakan bagian dari keseluruhan program pendidikan yang sangat penting bagi seorang mahasiswa. Program PKL sangat berguna bagi mahasiswa karena dengan adanya PKL mahasiswa dapat menerapkan kreatifitas, keterampilan, dan disiplin diri sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan dunia kerja. Dengan PKL mahasiswa akan terlatih dan mempunyai persiapan yang matang untuk terjun dalam dunia kerja. Praktik Kerja Lapangan yang dilakukan di Perum Jasa Tirta I Malang ini banyak berhubungan dengan analisis. Perum Jasa Tirta I Malang merupakan laboratorium pengujian air dan sampel – sampel lain seperti produk makanan, minuman, udara, dan lain sebagainya sehingga ilmu analisis sangat berguna dalam menganalisis sampel – sampel yang diujikan di Perum Jasa Tirta I Malang. Air memiliki peranan penting bagi kelangsungan hidup organisme. Apabila kualitas air memburuk, maka 1 Perum Jasa Tirta 1 Malang

Upload: desypurnamasari

Post on 10-Apr-2016

231 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

pjt

TRANSCRIPT

Page 1: bab 1-5

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Program Praktek kerja Lapangan (PKL) merupakan bagian dari

keseluruhan program pendidikan yang sangat penting bagi seorang mahasiswa.

Program PKL sangat berguna bagi mahasiswa karena dengan adanya PKL

mahasiswa dapat menerapkan kreatifitas, keterampilan, dan disiplin diri sesuai

dengan tuntutan dan kebutuhan dunia kerja.

Dengan PKL mahasiswa akan terlatih dan mempunyai persiapan yang

matang untuk terjun dalam dunia kerja. Praktik Kerja Lapangan yang dilakukan di

Perum Jasa Tirta I Malang ini banyak berhubungan dengan analisis. Perum Jasa

Tirta I Malang merupakan laboratorium pengujian air dan sampel – sampel lain

seperti produk makanan, minuman, udara, dan lain sebagainya sehingga ilmu

analisis sangat berguna dalam menganalisis sampel – sampel yang diujikan di

Perum Jasa Tirta I Malang.

Air memiliki peranan penting bagi kelangsungan hidup organisme.

Apabila kualitas air memburuk, maka akan mempengaruhi kehidupan organisme

tersebut. Kualitas air yang memburuk biasanya dipengaruhi oleh kurangnya

kesadaran manusia untuk menjaga kebersihan air. Organisme yang terkena

dampak pencemaran air dapat terganggunya pertumbuhannya, serta dapat

menyebabkan kematian bagi organisme tersebut. Hal tersebut dapat

mempengaruhi rantai makanan pada ekosistem perairan dan berakibat lebih luas

pada ekosistem. Konsentrasi polutan dalam rantai makanan dapat mengakibatkan

keracunan bagi binatang dan manusia dalam jangka panjang dan kronis. Air

1Perum Jasa Tirta 1 Malang

Page 2: bab 1-5

berfungsi bagi kesehatan makhluk hidup. Kebutuhan air yang cukup dapat

menyeimbangkan metabolisme tubuh, sehingga tidak mudah terserang penyakit.

Selain itu air juga dapat memperbaiki kemampuan daya tahan tubuh.

Ada dua karakteristik perairan air tawar, yaitu perairan mengalir seperti

sungai dan perairan menggenang seperti bendungan atau waduk. Waduk

merupakan penampung alami dalam pengumpulan unsur nutrisi, bahan padat

tersuspensi, dan bahan kimia toksik yang mengendap di dasarnya. Salah satunya

adalah Waduk Sutami yang difungsikan untuk pengendali banjir yaitu dengan

menampung air hujan di daerah hulu dan memperbaiki kapasitas pengaliran

sungai di hilir untuk memperbaiki suplai air irigasi dan memperbaiki tenaga

listrik, serta pemenuhan kebutuhan air baku untuk minum dan industri.

Sesuai peran Waduk Sutami yang cukup penting dalam menunjang

kehidupan, dan untuk mempertahankan dan menjaga kualitas air waduk maka

perlu adanya pemantauan kualitas perairan di kawasan tersebut secara berkala,

untuk mengetahui hubungan dengan kondisi setiap bulan, kondisi setiap

kedalaman, dan kondisi setiap lokasi.

Menurut Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan

Hidup No. 02/MENKLH/I/1988, yang dimaksud dengan polusi atau pencemaran

air adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau

komponen lain ke dalam air dan atau berubahnya tatanan (komposisi) air oleh

kegiatan manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas air turun sampai ke

tingkat tertentu yang menyebabkan air menjadi kurang atau tidak berfungsi lagi

sesuai dengan peruntukannya. Untuk mencegah terjadinya pencemaran air perlu

dilakukan upaya pengendalian pencemaran air dengan cara melakukan sistem

2Perum Jasa Tirta 1 Malang

Page 3: bab 1-5

kontrol atau kontrol kualitas terhadap komponen yang ada di dalamnya. Maka

sistem analisa yang tepat bagi setiap parameter sangat dibutuhkan. Dengan

demikian diperlukan juga adanya suatu monitoring lingkungan dari institusi

terkait dalam hal ini yang berperan adalah laboratorium kualitas air perusahaan

umum Jasa Tirta I malang yang juga sebagai tempat magang kuliah kerja.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana hasil analisa pemantauan kualitas air Waduk Sutami berdasarakan

parameter BOD, COD, dan TSS di Laboratorium Kualitas Air Perum Jasa Tirta I

Malang?

C. Tujuan

Mengetahui hasil pemantauan kualitas air waduk Sutami berdasarkan

parameter BOD, COD, dan TSS di Laboratorium Kualitas Air Perum Jasa Tirta I

Malang.

D. Batasan Masalah

1. Kondisi yang diamati terbatas pada bagian Laboratorium Kualitas Air

Subanalisa

2. Analisa kualitas air terbatas di waduk Sutami

3Perum Jasa Tirta 1 Malang

Page 4: bab 1-5

E. Manfaat

1. Menambah pengetahuan dan meningkatkan keterampilan kerja mahasiswa

sebagai bekal memasuki dunia kerja

2. Memadukan (mengaplikasikan) materi yang telah diperoleh di kampus

dengan di lapangan ( di industri )

3. Mengetahui berbagai permasalahan di dunia kerja serta cara mengatasinya

4. Menambah wawasan tentang berbagai analisa air di Laboratorium Kualitas

Air

5. Melatih kedisiplinan dan bekerja sama dengan orang lain di dalam dunia

kerja terutama di bidang kimia

6. Meningkatkan wawasan di bidang pengendalian pencemaran dan analisa

kualitas air

4Perum Jasa Tirta 1 Malang

Page 5: bab 1-5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Perum Jasa Tirta I

1. Pendirian Perum Jasa Tirta I

Perusahaan Umum (Perum) Jasa Tirta 1 Malang, adalah sebuah

instansi BUMN berbentuk Perum, didirikan berdasarkan PP No.5/1990

tentang Perusahaan Umum (PERUM) Jasa Tirta dengan perubahan PP

No.93/1999 kemudian dirubah kembali dengan PP No. 46 Tahun 2010

tentang Perusahaan Umum (PERUM) Jasa Tirta I. Instansi ini memiliki

beberapa kantor cabang, namun kantor pusat Perum Jasa Tirta I ini

terletak di Jl. Surabaya 2A Malang. Beberapa kantor cabang berada di :

Jl. Bendungan Lahor Ds. Karangkates, Kec. Sumberpucung, Kab.

Malang (Kantor Divisi Jasa ASA I); Jl. Sekartaji No.5 Kediri (Kantor

Divisi Jasa ASA II); Jl. Karah No.6 Gunungsari Surabaya (Kantor Divisi

Jasa ASA III); Ds. Pengkol, Kec.Nguter, Kab. Sukoharjo (Kantor Divisi

Jasa ASA IV); Jl. Madiun-Maospati Jiwan KM 5 Madiun (Kantor Divisi

Jasa ASA V); Jl. Surabaya 2A Malang (Kantor Divisi Jasa Umum I &

II); Jl. Surabaya 2A Malang (Laboratorium Kualitas Air); Unit Mandiri

Wisata Selorejo Resto & Cottage; Jl. Bendungan Hilir Raya komplek

KOPRO Banjir no. 18 Jakarta (Kantor Perwakilan Jakarta); Jl. Raya

Solo-Kartasura KM7 Surakarta (Kantor  WS Bengawan Solo).

Perum Jasa Tirta I sebagai badan pengelola daerah pengaliran

Sungai Brantas mempunyai tugas dan tanggungjawab dalam

pengendalian pencemaran air dan pengawasan mutu, meliputi :

5Perum Jasa Tirta 1 Malang

Page 6: bab 1-5

a. Pemantauan dan evaluasi perubahan mutu air pada sumber-sumber

air

b. Pengumpulan dan evaluasi data pencemaran air pada sumber-

sumber air

c. Melakukan pemantauan dan evaluasi limbah cair yang dibuang ke

sumber-sumber air pada tempat yang ditentukan.

2. Visi dan Misi

a. Visi

Menjadi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Pengelola Sumber

Daya Air kelas dunia pada tahun 2025

b. Misi

Menyelenggarakan pengelolaan sumber daya air sesuai penugasan,

secara profesional dan inovatif guna memberikan pelayanan prima

untuk seluruh pemangku kepentingan

Menyelenggarakan pengusahaan dengan optimalisasi sumber daya

perusahaan berdasarkan prinsip korporasi yang sehat dan akuntabel

3. Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan Perusahaan adalah turut melaksanakan dan

menunjang kebijakan dan program Pemerintah di bidang ekonomi dan

pembangunan nasional pada umumnya terutama di bidang Pengusahaan

Sumber Daya Air dan Pengelolaan Sumber Daya Air, serta optimalisasi

pemanfaatan sumber daya Perusahaan untuk menghasilkan barang dan

jasa berdasarkan prinsip pengelolaan Perusahaan yang sehat.

6Perum Jasa Tirta 1 Malang

Page 7: bab 1-5

4. Tugas dan Tanggung Jawab Perum Jasa Tirta I

Tugas dan tanggung jawab Perum Jasa Tirta 1 dalam rangka

melaksanakan Pengusahaan Sumber Daya Air pada wilayah kerja

sebagaimana dimaksud dalam sesuai Peraturan Pemerintah nomor 46

tahun 2010 Pasal 3 ayat (2), meliputi:

a. Pelayanan Sumber Daya Air dalam rangka pemanfaatan Sumber

Daya Air permukaan oleh pengguna;

b. Pemberian jaminan pelayanan Sumber Daya Air kepada pengguna

melalui pelaksanaan operasi dan pemeliharaan serta pembangunan

prasarana Sumber Daya Air yang memberikan manfaat langsung;

dan

c. Pemberian pertimbangan teknis dan saran kepada pengelola

Sumber Daya Air yang diberikan wewenang untuk penyiapan

rekomendasi teknis untuk Pengusahaan Sumber Daya Air.

5. Kegiatan Perusahaan

Dalam rangka melaksanakan maksud dan tujuan Perusahaan,

Perusahaan melakukan kegiatan usaha sebagai berikut:

1. Kegiatan Usaha Utama:

a. Pelayanan air baku untuk air minum, industri, pertanian,

penggelontoran, pelabuhan,  pembangkit tenaga listrik, dan

pemenuhan kebutuhan air lainnya;

b. Penyediaan tenaga listrik kepada Perusahaan Perseroan

(Persero) PT Perusahaan Listrik Negara dan/atau selain

7Perum Jasa Tirta 1 Malang

Page 8: bab 1-5

Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perusahaan Listrik Negara

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

c. Pembangkitan, penyaluran listrik tenaga air, air minum, usaha

jasa konsultansi di bidang teknologi Sumber Daya Air,

penyewaan alat besar, dan jasa laboratorium kualitas air; dan

d. Pengembangan SPAM.

2. Selain kegiatan usaha utama, Perusahaan menyelenggarakan usaha

optimalisasi potensi sumber daya yang dimiliki Perusahaan untuk

perkantoran, pergudangan, pariwisata, perhotelan dan resort, olah

raga dan rekreasi,  rumah sakit, prasarana telekomunikasi, sumber

daya energi, jasa konsultansi, jasa konstruksi, ekobisnis, pusat

pelatihan, usaha pertanian, jasa penyewaan, dan pengusahaan

sarana dan prasarana yang dimiliki dan dikuasai Perusahaan.

6. Laboratorium Kualitas Air Perum Jasa Tirta I

Laboratorium Kualitas Air (LKA) merupakan salah satu sarana yang

dimiliki oleh Perum Jasa Tirta 1 untuk menunjang pelaksanaan

pemantauan sumber daya air. Dalam rangka mendukung pemerintahan

untuk mengendalikan pencemaran, LIPI bekerjasama dengan Lembaga

Perum Jasa Tirta 1 melelui proyek eliminasi polusi sungai kali brantas

(Brantas River Water and Pollution Management/ BRWQPM)

membangun sistem telemetri untuk memonitoring kualitas air di DPS

kali Brantas.

Perum Jasa Tirta 1 mempunyai dua laboratorium kualitas air, yaitu

yang berada di Lengkong Mojokerto dan di Malang. Laboratorium

8Perum Jasa Tirta 1 Malang

Page 9: bab 1-5

Kualitas Air (LKA) PJT 1 yang berlokasi di kantor pusat Perum Jasa

Tirta 1 Malang mulai beroperasi pada tanggal 23 juli 2001. LKA ini

berupa bangunan dua lantai dengan total luas bangunan sekitar 623 m2

dan memiliki 25 ruangan yang mempunyai fungsi berbeda-beda.

Lantai 1 terdiri dari beberapa ruangan, yaitu :

Sampel Reception RoomAnorganic Chemistry Room

1. Balance Room

2. Instrument Room

3. Drying dan Milling Room

4. AAS Room

5. Chemical stock Room

6. Glassware Washing Room

7. Consumable Strorage

8. Workshop

9. Toilet

Lantai 2 terdiri dari beberapa ruangan :

1. Secretary Room

2. Head of Laboratory Room

3. Data Processing Room

4. Microscopy Room

5. Aquatic Microbiology Room

6. Organic Chemistry

7. HPLC Room

8. Common Room

9Perum Jasa Tirta 1 Malang

Page 10: bab 1-5

9. Dapur

10. Multipurpose Room

11. Toilet

Laboratorium Kualitas Air (LKA) PJT 1 yang di bangun di

Lengkong Mojokerto mempunyai tugas secara rutin melaksanakan

kegiatan pemantauan kualitas air sungai, limbah industri dan domestik.

LKA Lengkong Mojokerto memulai aktifitasnya pada tahun 1986 di

bawah proyek induk pengembangan wilayah sungai kali brantas yang

diresmikan pada tahun 1988 dan selanjutnya mulai tahun 1990 berada

dibawah pengolahan PJT 1.

Tekanan polusi terhadap badan sungai yang meningkat, baik

limbah domestik maupun limbah industri dan selalu bertambahnya

pemanfaatan air sungai serta tuntutan akan kebutuhan kualitas air yang

memadai dari tahun ke tahun jelas memerlukan pemantauan yang handal.

LKA Lengkong Mojokerto telah banyak membantu dalam upaya

pemantauan kualitas air di DPS Brantas.

Laboratorium Kualitas Air (LKA) Perum Jasa Tirta 1 di Malang

dibangun dalam rangka meningkatkan keakuratan hasil analisis dengan

meminimalkan waktu pengiriman sampel yang berasal dari daerah hulu

kali Brantas, di samping untuk menangkap peluang dari industri atau

instansi di daerah hulu sampai tengah Kali Brantas (Malang, Blitar,

Tulungagung, Kediri) yang memerlukan jasa analisa kualitas air, udara,

maupun padatan.

10Perum Jasa Tirta 1 Malang

Page 11: bab 1-5

7. Ruang Lingkup Kegiatan LKA PJT

a. Pemantauan Rutin

1. Pemantauan Badan Air Sungai Brantas

Lokasi pemantauan Kualitas Air Sungai Brantas dan anak

sungainya terdiri dari 51 lokasi dengan frekuensi pemantauan :

a) 2 Mingguan

1. Waduk Sutami Hulu

2. Waduk Sutami Tengah

3. Waduk Sutami Hilir

4. Cangkir Tambangan

5. Muara Kali Tengah

6. Karangpilang

7. Ngagel/Jagir

b) Bulanan

1. Kedung Pedaringan

2. Waduk Lahor Hulu

3. Waduk Lahor Tengah

4. Waduk Lahor Hilir

5. Jembatan KaliPera

6. Jembatan Metro

7. Waduk Selorejo Hulu

8. Waduk Selorejo Tengah

9. Waduk Selorejo Hilir

10. Pintu Air Bendo

11Perum Jasa Tirta 1 Malang

Page 12: bab 1-5

11. Jembatan Plandaan

12. Ngrombot Tambangan

13. Jembatan Lengkong

14. Jembatan Ploso

15. Bendungan Lengkong Baru

16. Jembatan Canggu

17. Jembatan Jetis

18. Jembatan Peming

19. Jembatan Jrebeng

20. Bambe Tambangan

21. Jembatan Porong

22. Jembatan Ciro

23. D/S intake K. Pelayaran

24. Intake PDAM Delta Tirta

25. Jembatan Sepanjang

26. Bendungan gunungsari

27. Jembatan Petekan

28. Jembatan Pendem

29. Waduk Sengguruh

30. Jembatan Sengguruh

31. Kasemben Tambangan

32. D/S Waduk Wlingi

33. D/S Waduk Lodoyo

12Perum Jasa Tirta 1 Malang

Page 13: bab 1-5

c) 3 Bulanan

1. Pakel Tambangan

2. Waduk Wonorejo Hulu

3. Waduk Wonorejo Tengah

4. Waduk Wonorejo Hilir

5. Bendungan Tiudan

6. Jembatan Kendal

7. Bendungan Mrican

8. Jembatan Mekikis/Kertosono

9. Waduk Bening Tengah

10. Waduk Bening Hilir

2. Pemantauan Kualitas Air Limbah Industri

Lokasi pemantauan kualitas air limbah industri terdiri dari 53

lokasi yang terdiri dari :

a) 5 industri di kota Malang

b) 11 industri di kabupaten malang

c) 5 industri di kabupaten Tulungagung

d) 3 industri di kota Kediri

e) 4 industri di kabupaten Kediri

f) 1 industri di Kabupaten Nganjuk

g) 3 industri di Kabupaten Jombang

h) 4 industri di Kabupaten Mojokerto

i) 2 Industri di Kabupaten Sidoarjo

j) 9 industri di Kabupaten gresik

13Perum Jasa Tirta 1 Malang

Page 14: bab 1-5

k) 6 industri di Kota Surabaya

3. Pemantauan Kualitas Air Limbah Domestik, Rumah Sakit dan Hotel

Lokasi pemantauan air limbah domestik dan rumah sakit terdiri

dari 10 lokasi yang terdiri dari:

a) Surabaya

1. Hotel Garden Palace

2. RS. Siloam

3. RS. Danno

4. RS. RKZ

5. RS. William Both

6. Hotel Hilton

7. Saluran sanitasi umum Keputaran

8. Saluran sanitasi umum Darmokali

9. Hotel Novatel

10. Saluran sanitasi Gunungsari

b) Malang

1. RS. Syaiful Anwar

2. Hotel Kartika Graha

b. Pemantauan Kalitas Air yang diambil dari 23 Stasiun WQMS

Di dalam setiap WQMS terdapat alat pengambilan sampel

otomatis yang terdiri dari 24 botol dengan volume 500 mL.

Pengambilan sampel bisa diatur melelui waktu pengambilan dari

jumlah pengambilan per botol serta volume/isi per botol.

14Perum Jasa Tirta 1 Malang

Page 15: bab 1-5

Pada waktu terjadi penyimpangan nilai parameter (Warning)

yang menandakan pencemaran, maka sampel tersebut diambil

untuk dianalisa di LKA.

c. Pemantauan Debit Air yang diambil dari 12 Stasiun IFM

Pada 12 lokasi industri yang diperkirakan mempunyai

konsentrasi buangan limbah telah dipasang industrial Flow Meter

(IFM) untuk mengukur debit buangan limbah industri, dimana alat

ini telah dilengkapi dengan Automatic Water Sampler.

d. Penyiapan Reagen untuk Orthophosphat dan Ammonium

Analyser di 12 WQMS

LKA PJT 1 membantu penyiapan reagen untuk orthophosphat

dan Ammonium Analyser di 12 WQMS. Di dalam 12 WQMS

terdapat Orthophosphat dan Ammonium Analyser yang secara rutin

membutuhkan penambahan reagen-reagen untuk operasional

masing-masing alat tersebut. Ada 11 macam reagen yang terdiri

dari 4 macam reagen untuk kalibrasi dan 7 macam reagen untuk

Orthophosphat dan Ammonium Analyser.

15Perum Jasa Tirta 1 Malang

Page 16: bab 1-5

e. Pemantauan Kualitas Air yang di ambil dengan Mobil LKA

pada waktu inpeksi mendadak

Pada waktu terjadi penurunan kualitas air di sungai yang bisa di

informasikan oleh 23 WQMS dan atau dari informasi masyarakat

(adanya ikan mabuk, biuh, warna dan bau) akan dilakukan

pengambilan sampel dengan mobil LKA pada sumber pencemar

dan dilakukan analisa di LKA PJT 1.

f. Analisis sampel Ekstern

LKA PJT 1 juga menerima permintaan pengambilan dan analisa

sampel yang berasal dari luar instansi PJT 1.

16Perum Jasa Tirta 1 Malang

Direktur Pengembangan

Kepala Devisi Jasa Umum

Manajer Labotatorium Kualitas Air

Deputi Manajer Laboratorium KualitasAir

Petugas Lapangan : Pengambil sampel & Pengemudi

Analis

Teknisi

Petugas Administrasi

Quality assurance (QA)

Deputi Quality Assurance (DQA)

Page 17: bab 1-5

8. Struktur Organisasi Laboratorium Kualitas Air Perum Jasa Tirta

Uraian tugas pelaksana Laboratorium Kualitas Air Perum Jasa

Tirta 1, adalah sebagai berikut :

a. Direktur Pengembangan

1. Mengesahkan kebijakan mutu dan pedoman mutu LKA

2. Memastikan pengembangan, penerapan, pemeliharaan, dan

peningkatan sistem manajemen mutu berjalan secara efektif

3. Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan kerjasama dengan

pihak luar untuk hal-hal yang berkaitan dengan kebijakan

perusahaan

4. Mengarahkan dan memastikan sumber daya LKA mampu

mempertahankan dan meningkatkan kompetensi LKA dibidang

pengujian

5. Mengesahkan rencana anggaran pendapatan dan biaya LKA

b. Kepala Devisi Jasa Tirta

1. Memastikan bahwa setiap sistem meanajemen mutu telah

ditetapkan, diterapkan, dipelihara, dan dikembangkan sesuai

dengan persyaratan ISO/IEC 17025 : 2005

2. Melaporkan kepada Direktur Pengembangan tentang perikerja

sistem manajemen mutu laboratorium

3. Memprakarsai peningkatan sistem manajemen mutu secara

berkelanjutan

4. Mengkoordinasi Rapat Tinjauan Manajemn Laboratorium

(RTML) / kaji ulang manajemen

17Perum Jasa Tirta 1 Malang

Page 18: bab 1-5

5. Bertanggang jawab terhadap pelaksanaan kerjasama dengan

pihak luar untuk hal-hal yang berkaitan dengan sistem

manajemen mutu laboratorium

6. Membuat rencana anggaran pendapatan dan biaya LKA

bersama-sama dengan kepala laboratorium

7. Mengusulkan rencana anggaran pandapatan dan biaya LKA

kapada Direksi

8. Mengesahkan/menyetujui prosedur laboratorium

9. Membina staf laboratorium

c. Quality Assurance

1. Merencanakan sistem manajemen mutu laboratorium

2. Memeriksa kesesuaian dokumen yang dibuat, terutama dalam

bidang manajemen

3. Mengkoordinasi pelaksanaan audit internal dan membuat

laporan hasil audit

4. Mengendalikan dokumen sistem manajemen mutu

5. Mengontrol kegiatan pengendalian mutu

6. Bersama Manajer Laboratorium membuat dan mengevaluasi

sasaran mutu LKA

7. Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan dan pengembangan

dokumen sistem manajeman mutu dan melaporkan kepada

kepala Divisi Jasa Umum

8. Membantu mengkoordiansikan kaji ulang manajemen yang

dilakukan oleh Kepala Divisi Jasa Umum

18Perum Jasa Tirta 1 Malang

Page 19: bab 1-5

d. Deputi Quality Assurance

1. Merencanakan sistem manajemen mutu laboratorium

2. Memeriksa kesesuaian dokumen yang dibuat, terutama dalam

bidang manajemen

3. Mengkoordinasi pelaksanaan audit internal dan membuat

laporan hasil audit

4. Mengendalikan dokumen sistem manajemen mutu

5. Mengontrol kegiatan pengendalian mutu

6. Membantu mengkoordiansikan kaji ulang mamajemen yang

dilakukan oleh Kepala Divisi Jasa Umum

e. Manajer Laboratorium Kualitas Air

1. Menyiapkan program kerja laboratorium dan melaporkan

realisasinya

2. Merencanakan anggaran laboratorium berkoordinasi dengan

Kepala Divisi Jasa Umum

3. Mengkoordinaskan operasional LKA

4. Bersama QA membuat dan mengevaluasi sasaran mutu LKA

5. Memastiakn bahwa seluruh personel LKA bertanggang jawab

terhadap pemenuhan persyaratan pelanggan dibidang

laboratorium pengujian

6. Menjaga kinerja dan kelancaran operasional laboratorium

7. Memeriksa kesesuaian dokumen mutu yang dibuat, terutama di

bidang teknis

8. Mengeluarkan dan mengesahkan sertifikat hasil uji

19Perum Jasa Tirta 1 Malang

Page 20: bab 1-5

9. Memeriksa hasil analisa dan QC-nya

10. Melakukan koordinasi dengan manager mutu untuk

permasalahan sistem jaminan mutu laboratorium

11. Memasarkan laboratorium kepihak luar

12. Pembinaan kepada pelnggan

f. Deputi Manajer Laboratorium

1. Menyiapkan program kerja laboratorium dan melaporkan

realisasinya

2. Menjaga kinerja dan kelancaran operasional laboratorium

3. Memeriksa kesesuaian dokumen mutu yang dibuat, terutama

dalam bidang teknis

4. Mengeluarkan dan mengesahkan Sertifikat Hasil Uji

5. Memeriksa data hasil analisa dan QC-nya

6. Memasarkan laboratorium ke pihak luar

7. Pembinaan kepada pelanggan

g. Analis

1. Mempersiapkan dan melakukan analisa contoh uji air untuk

parameter – parameter yang dianalisis

2. Bertanggung jawab terhadap ketelitian dan kecermatan dalam

proses analisis

3. Memelihara peralatan (termasuk kebersihannya)

4. Memasukkan data hasil analisis ke dalam format yang tersedia

5. Mendokumentasikan dan memelihara hasil analisis

20Perum Jasa Tirta 1 Malang

Page 21: bab 1-5

6. Melakukan validasi metode dan perhitungan ketidakpastian

analisis sesuai dengan parameter yang dianalisis

7. Membuat intruksi kerja analisis dan alat

8. Melaksanakan verifikasi peralatan LKA dan membuat jadwal

kalibrasi eksternal

h. Petugas Lapangan/ Pengambil Contoh Uji

1. Melakukan pengecekan alat sebelum digunakan analisis

lapangan

2. Melakukan pengambilan contoh uji di lapangan

3. Menganalisis contoh uji untuk parameter – parameter lapangan

4. Memberi contoh uji lapangan

5. Memelihara peralatan lapangan (termasuk kebersihannya)

6. Mamasukkan data hasil analisis ke dalam format yang tersedia

7. Melaksanakan verifikasi peralatan lapangan

i. Petugas Administrasi

1. Mendistribusikan dan melakukan pengarsipan surat menyurat

2. Membantu manajer mutu dalam pengendalian dokumen

3. Menyiapkan informasi dan kualitas air untuk bahan

penyusunan laporan internal dan Sertifikat Hasil Uji sampel

eksternal

4. Menyimpan data hasil analisis dan backup data laboratorium

kualitas air dalam bentuk hard copy dan soft copy

5. Memelihara komputer dan perangkat lunaknya serta menginstal

software

21Perum Jasa Tirta 1 Malang

Page 22: bab 1-5

6. Menerima dan memberi kode contoh uji eksternal

j. Teknisi

1. Mengelolah administrasi peralatan dan bahan kimia

laboratorium

2. Mengelolah limbah/sisa buangan di ruang penyimpanan atau

gudang

3. Menerima dan memverifikasi contoh uji interen

4. Memelihara peralatan/sarana pendukung laboratorium

5. Memverifikasi pengambilan bahan kimia dan peralatan dari

pengadaan bersama analisis

9. Wilayah Kerja Laboratorium Kualitas Air

Mengingat luasnya wilayah kerja PJT 1, maka diadakan

pembagian wilayah kerja antara LKA Malang dan LKA Mojokerto.

Adapun wilayah kerja pembagian sampel LKA Malang meliputi

wilayah kabupaten malang, Kabupaten Blitar, Kabupaten

Tulungagung, dan kota Kediri. Sedangkan wilayah kerja pembagian

sampel untuk LKA Mojokerto meliputi Wilayah Kabupaten Jombang,

Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Mojokerto, Kabupaten Gresik,

Kabupaten Sidoarjo dan Kota Surabaya.

10. Ruang Lingkup Akreditasi

Ruang lingkup Akreditasi ISO/IEC 17025 : 2005 meliputi :

a. Lingkup pelayanan LKA PJT 1, antara lain :

22Perum Jasa Tirta 1 Malang

Page 23: bab 1-5

1. Contoh uji air bersih, air sungai, air minum, dan air limbah,

meliputi :

a) Pengambilan contoh uji air bersih, air sungai, air minum, dan

air limbah

b) Pengambilan contoh uji mikrobiologi

c) Menganalisa 64 parameter, anatara lain :

1) Zat Padat Terlarut (TDS)

2) Zat Padat Tersuspensi (TSS)

3) Zat Padat yang Hilang (VSS)

4) Kekeruhan

5) Temperatur

6) Warna

7) Daya Hantar Listrik

8) pH

9) Alumunium (Al)

10) Arsen (As)

11) Barium (Ba)

12) Besi (Fe)

13) Kadmium (Cd)

14) Kobalt (Co)

15) Krom valensi 6

16) Krom total

17) Mangan (Mn)

18) Merkuri (Hg)

23Perum Jasa Tirta 1 Malang

Page 24: bab 1-5

19) Nikel (Ni)

20) Seng (Zn)

21) Tembaga (Cu)

22) Timbal (Pb)

23) Nitrat (NO3-)

24) Nitrit (NO2)

25) Total Kjedahl Nitrogen

26) BOD

27) COD

28) DO

29) Amonium (NH4) dan Ammonia (NH3)

30) Phospat

31) Sianida

32) Phenol

33) Sulfida

34) Sianida

35) Deterjen

36) Minyak dan lemak

37) Permanganat Value (PV)

38) Kalsium

39) Kalium

40) Magnesium

41) Natrium

42) Fluorida

24Perum Jasa Tirta 1 Malang

Page 25: bab 1-5

43) Ion klorida

44) Sulfat

45) Antimony (Sb)

46) Timah putih (Sn)

47) Perak (Ag)

48) Timbal (Pb)

49) Selenium (Sc)

50) Total coliform

51) E. Coli

52) Kasadahan total, Kalsium dan Magnesium

53) Klor bebas

2. Contoh uji udara ambient, meliputi :

a. Pengambilan contoh uji udara ambient

b. Pengambilan contoh uji mikrobiologi adara secara swab

c. Menganalisa 17 parameter, anatara lain :

1) Sulfur Dioksida (SO2)

2) Karbon Monoksida (CO)

3) Nitrogen Oksida (NOx)

4) Oksidan (O3)

5) Partikel debu

6) Timbal (Pb)

7) Hidrogen Sulfida (H2S)

8) Ammonia (NH3)

9) Hidrokarbon

25Perum Jasa Tirta 1 Malang

Page 26: bab 1-5

10) Temperatur

11) Kelembaban

12) Kebisingan

13) Karbon Dioksida (CO2)

14) Nitrit (NO2)

15) Formaldehide

16) Total Volatile Organik Carbon (TVOC)

17) Nitrogen Dioksida (NO2)

b. Fasilitas LKA PJT 1

Instrumen yang dipakai LKA PJT 1, diantaranya adalah :

a) Atomic Absorption Spektrofotometri (AAS/AA – 6800)

b) UV-Visible Spectrofotometer (UV-Vis 1601 dan 1800)

c) Peralatan dan pengambilan contoh uji air

d) Peralatan dan pengambilan contoh uji udara

11. Proses Analisis Laboratorium Kualitas Air Perum Jasa Tirta 1

Malang.

Analisis sampel dalam LKA PJT 1 dimulai dengan pemberian

kodefikasi di ruang Sampel Reception. Kodefikasi harus sesuai dengan

waktu pengambilan sampel, lokasi sampel dan parameter pengujian yang

harus dilakukan. Setelah pemberian kodefikasi, maka sampel yang tidak

dapat langsung dikerjakan saat itu juga, harus dimasukan ke dalam cold

room untuk disimpan. Untuk sampel yang dapat di kerjakan saat itu juga,

maka setelah kodefikasi langsung dikerjakan oleh analis dengan parameter

26Perum Jasa Tirta 1 Malang

Page 27: bab 1-5

pengujian sesuai dengan kodefikasi yang telah ada. Apabila proses analisis

telah selesai dilakukan, maka data hasil analisis segera diproses di ruang

data proccesing oleh masing-masing analis yang bertugas menganalisis,

untuk selanjutnya dicek ulang oleh kepala laboratorium. Apabila setelah

dicek ulang ternyata ada penyimpangan hasil, maka analisa diverifikasi

segera atau ulang. Apabila tidak ada penyimpangan hasil maka hasil

analisa dimasukan dalam format tertentu, kemudian diperiksa dan dicek

ulang oleh kepala laboratorium. Setelah disetujui oleh kepala

Laboratorium hasil analisa tersebut dapat dikeluarkan baik untuk pihak

intern dan atau pihak ekstern dalam bentuk sertifikat analisa atau dalam

bentuk laporan (yang dikeluarkan setiap 3 bulan sekali) untuk pemerintah

daerah setempat (daerah yang dialiri sungai Brantas).

B. Air

1. Pengertian

Air adalah zat atau materi atau unsur yang penting bagi semua bentuk

kehidupan yang diketahui sampai saat ini di bumi, tetapi tidak di planet lain.

Air merupakan komponen alam yang dapat melakukan siklus air untuk

menjaga keberadaan air di alam agar tetap dalam keadaan bersih.

Air yang ada di bumi tidak pernah terdapat dalam keadaan murni bersih,

tetapi selalu ada senyawa atau mineral lain yang terlarut di dalamnya. Hal ini

tidak berarti bahwa semua air di bumi ini telah tercemar (Wardhana, 1995).

Menurut Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup

No. 02/MENKLH/I/1988 yang dimaksud dengan polusi atau pencemaran air

dan udara adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan

27Perum Jasa Tirta 1 Malang

Page 28: bab 1-5

atau komponen lain ke dalam air/udara dan atau berubahnya tatanan

(komposisi) air/udara oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam, sehingga

kualitas air/udara turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan

air/udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan

peruntukannya (Fardiaz, 1992).

2. Kualitas Air

Kualitas air memegang peranan penting dalam kehidupan baik organisme

air maupun manusia. Kualitas air juga mempengaruhi seluruh komunitas

perairan seperti bakteri, tanaman air, ikan, zooplankton dan sebagainya.

Kualitas air menurut Sumarwoto (1984) ditentukan oleh banyak faktor,

yaitu zat telarut, zat yang tersuspensi dan makhluk hidup khususnya jasat

renik di dalam air, maka dapat dikatakan bahwa kualitas air adalah tingkat

pencemaran akibat proses alami dan aktivitas budaya manusia yang

mempengaruhi kelayakan air ditinjau dari segi fisik, kimia, dan biologis.

Kualitas limbah menunjukkan spesifikasi limbah yang diukur dari jumlah

kandungan bahan pencemar di dalam limbah. Kandungan pencemar di dalam

limbah terdiri dari berbagai parameter. Semakin kecil jumlah parameter dan

semakin kecil konsentrasinya, hal ini menunjukkan semakin kecil peluang

untuk terjadinya pencemaran lingkungan (Kristanto, 2002).

Menurut Kristanto (2002) beberapa kemungkinan yang akan terjadi akibat

masuknya limbah ke dalam lingkungan :

28Perum Jasa Tirta 1 Malang

Page 29: bab 1-5

1. Lingkungan tidak mendapatkan pengaruh yang berarti. Hal ini disebabkan

karena volume limbah kecil, parameter pencemar yang terdapat dalam

limbah sedikit dengan konsentrasi yang kecil.

2. Ada pengaruh perubahan, tetapi tidak mengakibatkan pencemaran

3. Memberikan perubahan dan menimbulkan pencemaran.

Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas limbah adalah :

1. Volume limbah

2. Kandungan bahan pencemar

3. Frekuensi pembuangan limbah (Kristanto, 2002).

Kualitas suatu perairan ditentukan oleh faktor lingkungan, baik lingkungan

biotik maupun lingkungan abiotik yang berupa faktor fisik, kimia dan biologi

(Kristanto, 2002). Dalam memantau pencemaran air digunakan kombinasi

komponen fisika, kimia dan biologi. Penggunaan salah satu komponen saja

sering tidak dapat menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Sastrawijaya

(1991) menyatakan bahwa penggunaan komponen fisika dan kimia saja hanya

akan memberikan gambaran kualitas lingkungan sesaat dan cenderung

memberikan hasil dengan penafsiran dan kisaran yang luas, oleh sebab itu

penggunaan komponen biologi juga sangat diperlukan karena fungsinya yang

dapat mengantisipasi perubahan pada lingkungan kualitas perairan.

Berdasarkan PP no 82 tahun 2001 pasal 8 tentang Pengelolaan Lingkungan

Hidup, klasifikasi dan kriteria mutu air ditetapkan menjadi 4 kelas yaitu:

1. Kelas 1 : yaitu air yang dapat digunakan untuk bahan baku air minum atau

peruntukan lainnya mempersyaratkan mutu air yang sama

29Perum Jasa Tirta 1 Malang

Page 30: bab 1-5

2. Kelas 2 : air yang dapat digunakan untuk prasarana/ sarana rekreasi air,

budidaya ikan air tawar, peternakan, dan pertanian

3. Kelas 3 : air yang dapat digunakan untuk budidaya ikan air tawar,

peternakan, dan pertanian

4. Kelas 4 : air yang dapat digunakan untuk mengairi tanaman/pertanian

Beberapa parameter pokok yang digunakan untuk menentukan kualitas

pencemaran air diantaranya adalah :

  - DO (Dissolved Oxygen)

  - BOD (Biochemical Oxygen Demand)

  - COD (Chemical Oxygen Demad), dan

  - Jumlah total Zat terlarut

Beberapa petunjuk yang dapat digunakan untuk menjelaskan adanya

pencemaran dan parameter kualitas air adalah :

a. Parameter Fisika – Kimia

1. Temperatur

Temperatur sangat penting bagi kondisi lingkungan air, disamping pengaruh

langsung pada proses biologi. Temperatur mempunyai pengaruh adanya lapisan

air di suatu perairan lapisan atas (epilimnion) lebih panas dari lapisan bawah

(hipolimnion). Kedua lapisan ini dipisahkan oleh lapisan transisi (termokline).

2. Dissolved Oxygen (DO)

DO adalah oksigen terlarut yang terkandung di dalam air, berasal dari udara

dan hasil proses fotosintesis tumbuhan air. Oksigen diperlukan oleh semua

30Perum Jasa Tirta 1 Malang

Page 31: bab 1-5

mahluk yang hidup di air seperti ikan, udang, kerang dan hewan lainnya termasuk

mikroorganisme seperti bakteri.

Agar ikan dapat hidup, air harus mengandung oksigen paling sedikit 5 mg/

liter atau 5 ppm (part per million). Apabila kadar oksigen kurang dari 5 ppm, ikan

akan mati, tetapi bakteri yang kebutuhan oksigen terlarutnya lebih rendah dari 5

ppm akan berkembang.

Apabila sungai menjadi tempat pembuangan limbah yang mengandung bahan

organik, sebagian besar oksigen terlarut digunakan bakteri aerob untuk

mengoksidasi karbon dan nitrogen dalam bahan organik menjadi karbondioksida

dan air. Sehingga kadar oksigen terlarut akan berkurang dengan cepat dan

akibatnya hewan-hewan seperti ikan, udang dan kerang akan mati. Bau busuk

yang ini berasal dari air yang tercemar gas NH3 dan H2S yang merupakan hasil

proses penguraian bahan organik lanjutan oleh bakteri anaerob.

Oksigen terlarut mempunyai faktor kritis yang lain dari lingkungan air,

karena temperatur turun, tingkat kekeruhan oksigen tinggi. Keterlarutan oksigen

di air tawar lebih tinggi daripada air asin, karena sumber oksigen terlarut dekat

permukaan, konsentrasi oksigen akan turun dengan makin dalamnya air. Pada

temperatur kamar, jumlah oksigen terlarut dalam air adalah 8 mg/l. pada air yang

terkena pencemaran, produksi oksigen melalui fotosintesis dan oksigen terlarut

dari udara dapat mengenyangkan air dengan oksigen. Adanya materi pencemar

dapat mengurangi jumlah oksigen dalam air (Hadi subroto, 1989).

3. Biological Oxygen Demand (BOD)

31Perum Jasa Tirta 1 Malang

Page 32: bab 1-5

BOD (Biochemical Oxygen Demand) atau kebutuhan oksigen menunjukkan

jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh organisme hidup untuk memecah

atau mengoksidasi bahan-bahan buangan di dalam air. Sehingga makin banyak

bahan organik dalam air, makin besar B.O.D nya sedangkan D.O akan makin

rendah. Air yang bersih adalah yang B.O.D nya kurang dari 1 mg/l atau 1 ppm,

jika B.O.D nya di atas 4 ppm, air dikatakan tercemar.

Jika konsumsi oksigen tinggi yang ditunjukkan dengan semakin kecilnya sisa

oksigen terlarut, maka berarti kandungan bahan-bahan buangan yang

membutuhkan oksigen tinggi. BOD yang rendah menunjukkan sedikit

pencemaran, kira-kira 5 mg/l uji BOD mengukur tendensi elemen yang

menggunakan oksigen. BOD mengukur kandungan oksigen total dan kemampuan

sistem untuk menurunkan oksigen.

4. Chemical Oxygen Demand (COD)

Chemical Oxygen Demand (COD) merupakan ukuran yang baik, karena

memberikan petunjuk tentang jumlah materi yang terdegradasi oleh makhluk

hidup dan materi yang bersifat racun atau toksik. Menurut Hardjojo dan

Djokosetiyanto (2005) menyatakan bahwa COD (Chemical Oxygen Demand)

merupakan suatu uji yang menentukan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh

bahan oksidan. Uji COD biasanya menghasilkan nilai kebutuhan oksigen yang

lebih tinggi dibandingkan uji BOD karena bahan-bahan yang stabil terhadap

reaksi biologi dan mikroorganisme dapat ikut teroksidasi dengan uji COD. Angka

COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat-zat organik yang secara

alami dapat dioksidasikan melalui proses mikrobiologis yang mengakibatkan

32Perum Jasa Tirta 1 Malang

Page 33: bab 1-5

berkurangnya oksigen terlarut di dalam air. Sedangkan nilai COD dapat

memberikan indikasi kemungkinan adanya pencemaran limbah industri di dalam

perairan (ALaerst dan Sartika, 1987).

5. Kekeruhan, warna, dan bau

Kekeruhan pada dasarnya disebabkan oleh adanya zat-zat koloid yaitu zat

yang terapung, serta terurai secara halus, jasad-jasad renik atau benda lain yang

tidak mengendap segera. Warna air berkaitan erat dengan zat-zat koloid yang

tersuspensi di dalamnya. Masalah warna dan bau dapat dilacak dari bermacam-

macam zat pencemar, misalnya zat kimia pembersih maupun zat kimia terlarut

mengandung bau. Menurut Alaerts dan Santika (1987) menyatakan bahwa ada 3

metode pengukuran kekeruhan yaitu: 1) Metoda Nefelometrik (unit kekeruhan

nefelometrik FTU atau NTU); 2) Metoda Hellige Turbidimetri (unit kekeruhan

silica); 3) Metoda visual (unit kekeruhan Jackson). Metoda visual adalah cara

kuno dan lebih sesuai untuk nilai kekeruhan yang tinggi, yaitu lebih dari 25 unit,

sedangkan metode nefelometrik lebih sensitif dan dapat digunakan untuk segala

tingkat kekeruhan.

6. Petunjuk biologis spesies

Komposisi spesies dan keanekaragaman mungkin penting sebagai petunjuk

adanya pengaruh zat pencemar. Bakteri, plankton, fungi, dan protozoa air adalah

organ yang paling cocok untuk digunakan dalam mempertimbangkan situasi air.

Keadaan biologis air diperiksa dengan parameter jumlah bakteri E. coli atau

Coliform. Parameter ini dipilih oleh karena diantara organisme yang telah

33Perum Jasa Tirta 1 Malang

Page 34: bab 1-5

dipelajari, E. coli hampir memenuhi semua persyaratan sebagai organisme

indikator yang ideal mengenai polusi air. Bakteri Coliform tidak membahayakan

manusia, namun adanya bakteri ini menunjukkan adanya kontaminasi zat

pencemar dan menyebabkan organisme terkena penyakit.

7. Derajat Keasaman (pH)

Adanya CO2 dan asam organik yang menjadikan pH air antara 4-6.

Umumnya air yang tidak tercemar mempunyai pH 6–7, dalam kriteria air

golongan B, pH yang dianjurkan adalah 5–9. Nilai derajat keasaman (pH) suatu

perairan mencirikan keseimbangan antara asam dan basa dalam air dan

merupakan pengukuran konsentrasi ion hidrogen dalam larutan (Saeni, 1989).

Sebagian besar biota akuatik sensitive terhadap perubahan pH dan menyukai nilai

pH sekitar 7-8,5 (Effendi, 2003).

8. Salinitas

Salinitas perairan menggambarkan kandungan garam dalam suatu perairan.

Garam yang dimaksud adalah berbagai ion yang terlarut dalam air termasuk

garam dapur (NaCl). Pada umumnya salinitas disebabkan oleh 7 ion utama yaitu :

natrium (Na), kalium (K), kalsium (Ca), magnesium (Mg), klorit (Cl), sulfat

(SO4), dan bikarbonat (HCO3). Salinitas dinyatakan dalam satuan gram/kg atau

promil (0/00) (Effendi, 2003).

9. Padatan Tersuspensi (TSS)

34Perum Jasa Tirta 1 Malang

Page 35: bab 1-5

Air alam mengandung zat padat terlarut yang berasal dari mineral dan garam-

garam yang terlarut ketika air mengalir di bawah atau di permukaan tanah.

Apabila air dicemari oleh limbah yang berasal dari industri pertambangan dan

pertanian, kandungan zat padat tersebut akan meningkat. Jumlah zat padat terlarut

ini dapat digunakan sebagai indikator terjadinya pencemaran air. Selain jumlah,

jenis zat pencemar juga menentukan tingkat pencemaran. Air yang bersih adalah

jika tingkat D.O nya tinggi, sedangkan B.O.D dan zat padat terlarutnya rendah.

Padatan tersuspensi total (total suspended solid) adalah bahan-bahan

tersuspensi (diameter > 1 m) yang tertahan pada saringan millipore dengan

diameter pori 0,45 m. TSS terdiri atas lumpur dan pasir halus serta jasad-jasad

renik, yang terutama disebabkan oleh kikisan tanah atau erosi tanah yang terbawa

ke badan air (Effendi, 2003).

Dalam analisa kualitas air, yang ditekankan adalah Parameter kualitas air

minum/air bersih yang ditetapkan dalam PERMENKES 416/1990 terdiri dari

parameter fisik, parameter kimiawi, parameter radioaktif dan parameter tersebut

dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Parameter Fisik

Parameter fisik yang harus dipenuhi pada air minum adalah tidak berbau,

jernih, tidak berasa, suhu sebaiknya sejuk, tidak panas dan tidak berwarna. Bila

terjadi penyimpangan terhadap parameter ini, menunjukkan bahwa air tersebut

telah terkontaminasi oleh bahan lain yang lain yang mungkin berbahaya bagi

kesehatan manusia

35Perum Jasa Tirta 1 Malang

Page 36: bab 1-5

Parameter kimia digolongkan lagi menjadi dua yaitu kimia anorganik dan

kimia organik, sebagai berikut :

A. Kimia anorganik

1) Air raksa (Hg), Hg bila di-absorpsi akan masuk ke dalam darah, gin-jal, hati limpa

dan tulang. Ekresi lewat urine, feces, keringat, saliva dan air susu. Hg organik

merusak susunan syaraf pusat (tremor, ataxia, lapangan penglihatan menciut,

perubahan kepribadian) dan Hg anorganik merusak ginjal dan menyebabkan cacat

bawaan.

2) Arsen (As), keracunan akut menimbulkan gejala muntaber disertai darah, koma,

meninggal. Secara kronis menimbulkan anorexia, klik, mual, diare, icterus

pendarahan pada ginjal dan kanker kulit, dapat juga berupa iritasi, alergi dan cacat

bawaan.

3) Barium (Ba), kadar Barium berlebihan dapat mengganggu saluran pencernaan,

menimbulkan rasa mual, diare dan gangguan pada sistem syaraf pusat.

4) Besi (Fe), konsentrasi > 0,3 mg/l dapat menimbulkan warna kuning, memberi rasa

yang tidak enak pada minuman, pengendapan pada diding pipa, petumbungan

bakteri besi dan kekeruhan.

5) Fluorida (F), dalam jumlah kecil dibutuhkan sebagai pencegahan terdapat

penyakit caries gigi yang paling efektif tanpa merusak kesehatan. Konsentrasi >

1,5 mg/l air dapat menyebabkan “Fluorosis” pada gigi, yaitu terbentuknya noda-

noda coklat yang tidak mudah hilang pada gigi.

6) Cadmium (Cd), keracunan akut menyebabkan gejala Gastroin testinal dan ginjal.

Secara kronis menyebabkan penyakit “Itai-Itai” dengan gejala sakit influenza dan

kemandulan laki-laki.

36Perum Jasa Tirta 1 Malang

Page 37: bab 1-5

7) Kesadahan (Ca, CO3 ), penyebab langsung terhadap kesehat-an tidak ada, tetapi

kesadahan dapat menyebabkan sabun pembersih menjadi tidak efektif.

8) Clorida (Cl), dalam jumlah kecil dibutuhkan untuk desinfektan. Apabila

berikatkan dengan ion dapat menyebabkan rasa asin dan dapat merusak pipa-pipa

air.

9) Chromium Valensi 6, kemungkinan dapat menyebabkan kanker pada kulit dan

alat pernafasan.

10) Mangan (Mn), konsentrasi > 0,1 mg/l menyebabkan rasa pahit pada minuman dan

meninggalkan noda kecoklat-coklatan pada pakaian.

11) Nitrat, Nitrit sebagai N, gangguan GI, diare dengan darah, convulasi, shock,

koma, meninggal. Keracunan khronis menyebabkan depresi yang umum, sakit

kepala, gangguan mental, Methemoglobinamia terutama pada bayi (blue babies).

12) Perak (Ag), dapat menimbulkan iritasi kulit,mata dan mocus membrane yang

menyebabkan hilangnya warna jadi biru abu-abu tanpa reaksi nyata. Percobaan

pada tikus menunjukkan kerusakan ginjal.

13) pH, sebaiknya netral untuk mencegah terjadinya pelarutan logam berat dan

korosif.

14) Selenium (Se), memberi pengaruh terhadap kenaikan jumlah penyakit caries gigi

pada anak-anak. menyebabkan gejala GI seperti muntah dan diare, kemudian

terjadi gangguan syaraf seperti ferlex-reflex, iritasi cerebral, convulsi dan

kematian. Merupakan racun sistemik, kemungkinan karsinogenik.

15) Cianida (Cn), dapat mengganggu metabolisme oksigen sehingga jaringan tubuh

tidak mampu mengubah oksigen. Menghambat pernapasan jaringan dan berbentuk

asphyxia diikuti kematian.

37Perum Jasa Tirta 1 Malang

Page 38: bab 1-5

16) Sulfat (SO4), dalam jumlah besar dapat bereaksi dengan ion natrium atau

magnesium dalam air sehingga ber-bentuk garam yang dapat menimbulkan iritasi,

gastro-intestinal. Formasi endapan (Hard scater) pasda boilers dan heat ex-

changers.

17) Sulfida (H2S), bersifat racun dan berbau busuk. Dalam jumlah besar dapat

memperbesar keasaman air sehingga dapat menyebabkan korosifitas pada pipa

logam.

18) Tembaga (Cu), dalam jumlah kecil diperlukan tubuh untuk membentuk sel-sel

darah merah. Dalam jumlah besar dapat menyebabkan rasa yang tidak enak di

lidah, di samping menyebabkan kerusakan pada hati.

19) Timbal (Pb), sangat berbahaya terhadap kesehatan manusia karena cenderung

untuk berakumulasi dalam jaringan tubuh manusia dan meracuni jaringan syaraf.

B. Kimia Organik

1) Aldrin dan Dieldrin, terjadi biokumulasi pada organisme air yang dimakan

manusia dan bersifat carcinogenic.

2) Benzen, menimbulkan rasa, warna atau bau tidak sedap.

3) Chlordine (total isomer), terjadi biokumulasi pada organisme air yang dimakan

manusia dan bersifat carcinogenic.

4) Dichloro-diphenyl-trichloroetan (DDT), terjadi biokumulasi pada organise air

yang dimakan manusia dan bersifat carcinogenenic.

5) Heptachlor dan Hepachlor epixide, meskipun tidak menimbulkan keracunan akut

tetapi terjadi akumulasi dalam rantai makanan dan bersifat carcinogenic.

6) Hexa Chlorrobenzene, menimbulkan rasa, warna dan bau tidak normal.

38Perum Jasa Tirta 1 Malang

Page 39: bab 1-5

7) Lindane, terjadi biokumulasi pada organisme air yang dimakan manusia dan

bersifat karsinogenik.

8) Zat organik (MkNO4), menimbulkan rasa dan bau yang tidak sedap dan dat

menyebabkan sakit perut. Menyebabkan korosifitas pada pipa-pipa logam.

b. Parameter Biologi

Penentuan kualitas biologi ditentukan oleh kehadiran mikroorganisme

terlarut dalam air seperti kandungan bakteri, algae, cacing, serta plankton.

Penentuan kualitas mikroorganisme dilatarbelakangi atas dasar pemikiran bahwa

air tersebut tidak akan membahayakan kesehatan. Penentuan kualitas biologi air

didasarkan pada analisis kehadiran mikroorganisme indikator pencemaran

(Kusnadi, 2003).

Menurut Sunu (2001) faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah dan jenis

mikroorganisme yang terdapat di dalam air yaitu :

1. Sumber air

Jumlah dan jenis mikroorganisme di dalam air dipengaruhi oleh sumber

seperti air hujan, air permukaan, air tanah, air laut dan sebagainya.

2. Komponen nutrien dalam air

Secara alamiah air mengandung mineral-mineral yang cukup untuk

kehidupan mikroorganisme yang dibutuhkan oleh spesies mikroorganisme

tertentu.

3. Komponen beracun

Terdapat di dalam air akan mempengaruhi jumlah dan jenis

mikroorganisme yang terdapat di dalam air. Sebagai contoh asam – asam

39Perum Jasa Tirta 1 Malang

Page 40: bab 1-5

organik dan anorganik, khlorin dapat membunuh mikroorganisme dan

kehidupan lainnya di dalam air

4. Organisme air

Adanya organisme di dalam air dapat mempengaruhi jumlah dan jenis

mikroorganisme air, seperti protozoa dan plankton dapat membunuh bakteri.

5. Faktor fisik

Faktor fisik seperti suhu, pH, tekanan osmotik, tekanan hidrostatik, aerasi,

dan penetrasi sinar matahari dapat mempengaruhi jumlah dan jenis

mikroorganisme yang terapat di dalam air.

Contoh beberapa Pengaruh pH Terhadap Komunitas Biologi Perairan

(efendi, 2003).

c. Parameter Radioaktif

40Perum Jasa Tirta 1 Malang

Page 41: bab 1-5

Adapun bentuk radioaktivitas efeknya adalah sama, yakni menimbulkan

kerusakan pada sel yang terpapar. Kerusakan dapat berupa kematian, perubahan

komposis genetik dll. Kematian sel dapat diganti kembali apabila sel dapat

beregenerasi dan sel tidak mati seluruhnya. Perubahan genetis dapat menimbulkan

penyakit seperti kanker dan mutasi. Sinar alpha, beta dan gamma berbeda dalam

kemampuan menembus jaringan tubuh. Sinar alpha sukit menembus kulit,

sedangkan beta dapat menembus kulit dan gamma dapat menembus sangat

dalam. Kerusakan yang terjadi ditentukan oleh intensitas sinar serta frekuensi dan

luasnya pemaparan.

2.4 Pencemaran lingkungan

Pencemaran air adalah suatu perubahan keadaan di suatu tempat

penampungan air seperti danau, sungai, lautan dan air tanah akibat aktivitas

manusia. Walaupun fenomena alam seperti gunung berapi, badai, gempa bumi dll

juga mengakibatkan perubahan yang besar terhadap kualitas air, hal ini tidak

dianggap sebagai pencemaran.

Pencemaran air dapat disebabkan oleh berbagai hal dan memiliki

karakteristik yang berbeda-beda.

1. Meningkatnya kandungan nutrien dapat mengarah pada eutrofikasi.

2. Sampah organik seperti air comberan (sewage) menyebabkan peningkatan

kebutuhan oksigen pada air yang menerimanya yang mengarah pada

41Perum Jasa Tirta 1 Malang

Page 42: bab 1-5

berkurangnya oksigen yang dapat berdampak parah terhadap seluruh

ekosistem.

3. Industri membuang berbagai macam polutan ke dalam air limbahnya seperti

logam berat, toksin organik, minyak, nutrien dan padatan. Air limbah tersebut

memiliki efek termal, terutama yang dikeluarkan oleh pembangkit listrik,

yang dapat juga mengurangi oksigen dalam air.

Pencemaran perairan terbuka berupa danau, situ, rawa, dan sungai oleh

limbah industri maupun rumah tangga merupakan masalah yang serius.

Pencemaran perairan adalah suatu perubahan fisika, kimia dan biologi yang tidak

dikehendaki pada ekosistem perairan yang akan menimbulkan kerugian pada

sumber kehidupan, kondisi kehidupan dan proses industri (Odum, 1971).

42Perum Jasa Tirta 1 Malang

Page 43: bab 1-5

C. Waduk

Waduk adalah tempat atau wadah air yang berasalkan dari laut ataupun dari

sungai. Pada umumnya waduk dibangun dengan tujuan menahan/menampung air

pada saat jumlahnya berlebihan dan kemudian mengeluarkannya untuk

dimanfaatkan pada saat terjadi kekurangan air di daerah hilirnya. Jadi,

pengoperasian waduk dilakukan dengan cara mengisi waduk dan mengosongkan

waduk secara bergantian dengan periode tertentu. Terkait dengan periode

pengisian dan pengosongan terdapat dua kategori waduk yaitu, waduk tahunan

dan waduk harian. Waduk Sutami merupakan dua dari lima waduk tahunan yang

ada di wilayah kerja Perusahaan Umum Jasa Tirta I Malang.

D. Waduk Sutami

Waduk Sutami merupakan waduk atau bendungan yang terletak di Desa

Karangkates, Kecamatan Sumber Pucung, Kabupaten Malang. Bendungan

terbesar di propinsi Jawa Timur selain didesain mampu mengendalikan banjir juga

dirancang sebagai sumber debet air bagi irigasi daerah hilir. Dengan debit

mencapai 24 m perdetik pada musim kemarau. Itu artinya, Bendungan ini bisa

menjamin ketersediaan pasokan air untuk irigasi 34.000 hektar sawah di wilayah

hilir sepanjang tahun. Selain itu bendungan Sutami ini dimanfaatkan sebagai

pembangkit listrik dengan daya 2 x 35.000 kwh ( 400 Juta kwh/tahun) serta area

publik yang bisa dijadikan sebagai tempat pariwisata dan perikanan air tawar.

Waduk Karangkates yang dikelola oleh Perum Jasa Tirta I (PJT I) yang

berkedudukan di Kota Malang ini mempunyai luas keseluruhan sekitar 6 hektar.

Air waduknya hanya berasal dari Sungai Brantas yang semakin hari bertambah

43Perum Jasa Tirta 1 Malang

Page 44: bab 1-5

keruh dan kotor karena polusi. Hal ini menyebabkan beberapa tahun yang lalu

banyak ikan di Waduk Karangkates mati karena kekurangan oksigen. Menurut Ir

Tjoek Walujo Subijanto (Direktur Pengelolaan Sungai Brantas), oksigen yang

menipis itu merupakan dampak dari polusi limbah cair berbahaya yang berasal

dari deterjen dan limbah industri yang merangsang berkembangbiaknya tumbuhan

mikroalgae (Jasatirta1, 2012).

E. Cara Kerja Sampling

1. Metode-metode Sampling antara lain:

a. Pengambilan sampel sesaat (grab sampling)

1. Diambil pada satu titik dengan waktu dan lokasi tertentu

2. Dilakukan apabila sumber air mempunyai karakteristik yang tidak

berubah di dalam periode/batas tertentu, umumnya dipakai untuk sumber

air.

3. Apabila sumber air tersebut adalah air limbah atau yang mempunyai

karakteristik sering berubah, beberapa sampel sesaat diambil berturut-

turut untuk jangka waktu tertentu dan pemerikasaan dilakukan sendiri-

sendiri.

b. Pengambilan sampel integrated

Diambil pada lokasi dan waktu yang berbeda dalam satu segmen sungai.

c. Pengambilan sampel gabungan waktu (composite sampling)

1. Diambil pada satu titik pada lokasi yang sama dengan waktu yang

berbeda-beda lalu dicampur,

44Perum Jasa Tirta 1 Malang

Page 45: bab 1-5

2. Hasil pemeriksaan akan menunjukkan keadaan merata dari tempat

tersebut dalam periode tertentu,

3. Volume pengambilan harus sama.

Metode – metode sampling yang telah disebutkan di atas ada 3, dalam

hal ini Waduk Sutami menggunakan metode sampling yaitu pengambilan

sampel gabungan waktu (composite).

Contoh uji air sebelum dilakukan analisa, maka terlebih dahulu

dilakukan sampling. Mekanismenya adalah sebagai berikut :

1. Penentuan lokasi

Penentuan lokasi sampling berdasarkan pada tujuan analisanya, dimana

lokasi dapat berasal dari sungai, waduk, air laut, air limbah dan lain-lain.

Pengambilan air sungai dan air laut, didasarkan pada :

a. sumber yang tidak tercemar,

b. sumber tercemar, dan

c. sumber yang dimanfaatkan.

Sedangkan untuk waduk didasarkan pada :

a. tempat masuknya sungai ke waduk (hulu),

b. tengah waduk,

c. akan keluar (hilir).

Air limbah diambil pada inlet ataupun outlet (tergantung tujuan sampling

yang dipakai)

2. Penentuan titik sampling

a. Di sungai, titik sampling ditentukan sebagai berikut :

45Perum Jasa Tirta 1 Malang

Page 46: bab 1-5

1) Sungai dengan debit kurang dari 5 m3/detik, contoh diambil pada

satu titik di tengah sungai pada 0,5 x kedalaman dari permukaan

air;

2) Sungai dengan debit antara 0,5 – 150 m3/detik, contoh diambil

pada dua titik masing-masing pada jarak 1/3 dan 2/3 lebar sungai

pada 0,5 x kedalaman dari permukaan air;

3) Sungai dengan debit lebih dari 150 m3.detik, contoh diambil

minimum pada enam titik masing-masing pada jarak ¼, ½ dan ¾

lebar sungai pada 0,2 x dan 0,8 x kedalaman dari permukaan air.

b. Di danau atau waduk dengan ketentuan

1) Danau/waduk yang kedalamannya kurang dari 10 m, contoh

diambil pada dua titik di permukaan dan di dasar danau/waduk;

2) Danau/waduk dengan kedalaman antara 10-30 m, contoh diambil

pada tiga titik, yaitu: di permukaan, di lapisan termoklin dan di

dasar danau/waduk;

3) Danau/waduk dengan kedalaman antara 30-100 m, contoh diambil

pada empat titik, yaitu: di permukaan, di lapisan termoklin

(metalimnion), di atas hipolimnion dan di dasar danau/waduk;

4) Danau/waduk yang kedalamannya lebih dari 100 m, titik

pengambilan contoh dapat ditambah sesuai dengan keperluan.

3. Frekuensi pengambilan sampel

Faktor utama yang menetapkan frekuensi pengambilan sampel air

adalah sifat-sifat badan air yang akan diambil sampelnya untuk dianalisa

46Perum Jasa Tirta 1 Malang

Page 47: bab 1-5

dan tujuan yang hendak dicapai. Frekuensi pengambilan sampel

bergantung dari faktor-faktor sebagai berikut :

a. Perubahan beban pencemaran yang tidak bisa diabaikan, khususnya

parameter air yang akan diteliti, misal adanya industri kota, perubahan

debit air sungai, dan sebagainya.

b. Maksud dan tujuan analisa, misal air sungai tersebut digunakan

sebagai air baku air minum, harus diawasi kulaitasnya dengan lebih

teliti, karena menyangkut kesehatan masyarakat.

c. Peralatan dan dana yang tersedia, pengambilan sampel cukup murah,

tetapi perlu dipikirkan biaya pengangkutan dan analisanya.

4. Parameter yang dapat dianalisa di lapangan :

a. Temperatur/suhu

b. pH

c. Kekeruhan

d. DO (dissolved oxygen) atau oksigen terlarut

e. DHL (daya hantar listrik)

f. Kondisi fisik air (bau, rasa, warna dan lain-lain)

g. Debit air (jika diperlukan)

h. Transparansi

Alat yang dibutuhkan untuk analisa di lapangan adalah termometer,

kertas lakmus atau pH meter, DHL meter, DO meter, turbidimeter, dan

current meter.

5. Penyimpanan dan Pengawetan Sampel

47Perum Jasa Tirta 1 Malang

Page 48: bab 1-5

a. Sampel sebaiknya diisi dalam botol penyimpanan sampai penuh dan

botol harus tertutup rapat untuk menghindari kontak dengan udara.

b. Salah satu cara pengawetan yang umum adalah suasana dingin, sampel

diangkut dalam kotak isotermis yang mengandung es biasa atau es

kering (CO2) lalu disimpan di kulkas atau lemari es.

c. Gangguan-gangguan yang dapat timbul selama penyimpanan dan

pengangkutan sehingga dapat merubah keadaan asli sampel, antara

lain:

a. Gas O2 dan CO2 dapat diserap sampel atau menguap ke udara.

b. Zat tersuspensi dapat mengendap bila ada endapan lumpur, botol

sampel sebelum dianalisa harus dikocok agar merata.

c. Zat cair yang ringan (lemak, minyak) dapat mengapung di

permukaan.

d. Beberapa zat terlarut dapat mengendap bila teroksidasi dengan O2

sehingga senyawanya berubah.

e. Lumut, ganggang dan jamur dapat tumbuh dalam sampel yang

tidak disimpan pada tempat dingin atau pH rendah.

f. Zat organik (BOD, COD) juga akan terus dicerna oleh bakteri yang

aktif bila tidak diawetkan.

F. Parameter analisa Waduk Sutami

1Analisa COD

COD (chemical oxigen demand) adalah banyaknya oksigen dalam

ppm yang dibutuhkan dalam kondisi khusus untuk menguraikan senyawa

48Perum Jasa Tirta 1 Malang

Page 49: bab 1-5

organik secara kimiawi. Jumlah oksigen yang diperlukan untuk reaksi

oksidasi terhadap bahan buangan organik sama dengan jumlah kalium

dikromat yang dipakai pada reaksi tersebut. Makin banyak kalium

dikromat yang dipakai pada reaksi oksidasi, berarti makin banyak oksigen

yang diperlukan. Ini berarti bahwa air lingkungan makin banyak tercemar

oleh bahan buangan organik. Reaksi oksidasi terhadap bahan buangan

organik:

Ca Hb Oc merupakan senyawa organik yang disusun oleh C,H,O dan

dioksidasi menjadi CO2 dan H2O. Kalium dikromat digunakan sebagai

oksidator karena relatif murah, mudah dimurnikan dan dapat

mengoksidasi hampir semua senyawa organik. Bahan organik yang

dioksidasi oleh kalium dikromat dan asam sulfat pada kondisi mendidih

dengan katalis perak sulfat akan dihasilkan warna kuning yang terbentuk

dari ion Cr2O72- sampai dengan warna hijau yang terbentuk dari Cr3+

dimana sebanding dengan oksigen yang digunakan untuk mengoksidasi

bahan organik.

Terdapat kondisi khusus yang berpengaruh pada proses analisis yaitu

adanya ion-ion halida seperti Cl-, Br-,dan I- yang akan bereaksi dengan

sebagian perak sulfat membentuk endapan sehingga mengakibatkan

hanya sebagian HgSO4 tersisa yang berfungsi sebagai katalisator dan

hanya sebagian pula bahan organik yang dapat dioksidasi oleh dikromat.

Konsentrasi Ion klorida dalam air lebih dari 2000 ppm mengakibatkan

49Perum Jasa Tirta 1 Malang

Ca Hb Oc + Cr2 O72− + H+ →

katalis

panas

CO2 +H2 O + Cr3+

Page 50: bab 1-5

COD lebih besar dari semestinya, karena ion Cl- ikut teroksidasi oleh

larutan K2Cr2O7 menjadi Cl2 (gas klorin). Reaksinya adalah :

Penambahan merkuri sulfat sebelum pemanasan akan mengikat klor

menjadi merkuri klorida dengan reaksi:

2 Analisa BOD

Prinsip analisis BOD metode DO meter adalah BOD 5 hari dikerjakan

dengan cara menuangkan sejumlah volume tertentu pada volume botol

tertentu sampai meluber dan ditutup yang kemudian di inkubasi pada suhu

20oC sampai 5 hari. OT (oksigen Terlarut) diukur sebelum (nol hari) dan

sesudah inkubasi (5hari). Kadar BOD di hitung dari selisih OT sebelum

inkuibasi setelah inkubasi (APHA,Ed.20,thn 1998).

BOD didefinisikan sebagai jumlah oksigen terlarut dalam air buangan

yang dapat dipakai untuk menguraikan sejumlah senyawa organik dengan

bantuan mikro organisme pada waktu dan kondisi tertentu. Pemecahan

bahan organik diartikan bahwa bahan organik ini digunakan oleh

organisme sebagai bahan makanan dan energinya diperoleh dari proses

oksidasi. Parameter BOD, secara umum banyak dipakai untuk menentukan

tingkat pencemaran air buangan. Besaran BOD biasanya dinyatakan dalam

satuan ppm, artinya kebutuhan oksigen dalam miligram yang

50Perum Jasa Tirta 1 Malang

6 Cl−+ Cr2O72-+ 14 H+ → 3 Cl 2 + 2 Cr3++ 7 H2 O

Hg2+ + 2 Cl− → HgCl2

Page 51: bab 1-5

dipergunakan untuk menguraikan zat pencemar yang terdapat dalam satu

liter air buangan

Penentuan BOD merupakan suatu prosedur bioassay yang

menyangkut pengukuran banyaknya oksigen yang digunakan oleh

organisme selama organisme tersebut menguraikan bahan organik yang

ada dalam suatu perairan, pada kondisi yang hampir sama dengan kondisi

yang ada di alam. Selama pemeriksaan BOD, contoh yang diperiksa harus

bebas dari udara luar untuk mencegah kontaminasi dari oksigen yang ada

di udara bebas. Konsentrasi air buangan/sampel tersebut juga harus berada

pada suatu tingkat pencemaran tertentu, hal ini untuk menjaga supaya

oksigen terlarut selalu ada selama pemeriksaan. Hal ini penting

diperhatikan mengingat kelarutan oksigen dalam air terbatas dan hanya

berkisar ± 9 ppm pada suhu 20°C (SAWYER & MC CARTY, 1978).

Penguraian bahan organik secara biologis di alam, melibatkan bermacam-

macam organisme dan menyangkut reaksi oksidasi dengan hasil akhir

karbon dioksida (CO2) dan air (H2O). Pemeriksaan BOD tersebut dianggap

sebagai suatu prosedur oksidasi dimana organisme hidup bertindak sebagai

medium untuk menguraikan bahan organik menjadi CO2 dan H2O.

Praktek dilaboratoriurnbiasanya berlangsung selama 5 hari dengan

anggapan bahwa selama waktu itu persentase reaksi cukup besar dari total

BOD. Nilai BOD 5 hari merupakan bagian dari total BOD dan nilai BOD

5 hari merupakan 70 - 80% dari nilai BOD total (SAWYER & MC

CARTY, 1978). Penentuan waktu inkubasi adalah 5 hari, dapat

mengurangi kemungkinan hasil oksidasi ammonia (NH3) yang cukup

51Perum Jasa Tirta 1 Malang

Page 52: bab 1-5

tinggi. Sebagaimana diketahui bahwa, ammonia sebagai hasil sampingan

ini dapat dioksidasi menjadi nitrit dan nitrat, sehingga dapat

mempengaruhi hasil penentuan BOD.

Reaksi kimia yang dapat terjadi adalah :

2NH3 + 3 O2 2NO2- + 2 H+ + 2 H2O

2NO2+ O2 2 NO3-

Oksidasi nitrogen anorganik ini memerlukan oksigen terlarut,

sehingga perlu diperhitungkan. Dalam praktek untuk penentuan BOD yang

berdasarkan pada pemeriksaan oksigen terlarut (DO), biasanya dilakukan

secara langsung atau dengan cara pengenceran. Prosedur secara umum

adalah menyesuaikan sampel pada suhu 20°C dan mengalirkan oksigen

atau udara kedalam air untuk memperbesar kadar oksigen terlarut dan

mengurangi gas yang terlarut, sehingga sample mendekati kejenuhan

oksigen terlarut. Dengan cara pengenceran pengukuran BOD didasarkan

atas kecepatan degradasi biokimia bahan organik yang berbanding

langsung dengan banyaknya zat yang tidak teroksidasi pada saat tertentu.

Kecepatan dimana oksigen yang digunakan dalam pengenceran sampel

berbanding lurus dengan persentase sampel yang ada dalam pengenceran

dengan anggapan faktor lainnya adalah konstan. Sebagai contoh adalah 10

% pengenceran akan menggunakan sepersepuluh dari kecepatan

penggunaan sampel 100% (SAWYER & MC CARTY, 1978).

Dalam hal dilakukan pengenceran, kualitas airnya perlu diperhatikan

dan secara umum yang dipakai aquades yang telah mengalami

demineralisasi. Selama penentuan oksigen terlarut, baik untuk DO maupun

52Perum Jasa Tirta 1 Malang

Page 53: bab 1-5

BOD, diusahakan seminimal mungkin larutan sampai yang akan diperiksa

tidak berkontak dengan udara bebas.

53Perum Jasa Tirta 1 Malang

Page 54: bab 1-5

3 Analisa TSS (Total Suspended Solid) Metode Gravimetri

TSS adalah zat padat yang tertahan pada kertas saring yang

berdiameter 47 mm dan dikeringkan pada suhu 103-1050 C secara merata

dan dinyatakan dalam mg/L. Analisis TSS menggunakan metode

gravimetri dengan cara menimbang kertas saring dan cawan porselen yang

digunakan dalam analisa. Gangguan terjadi apabila air mengandung kadar

mineral (Ca,Mg,Cl,SO4) tinggi sehingga bersifat higroskopis. Hal ini

ditanggulangi dengan pemanasan lama, pendinginan dalam desikator

untuk menghilangkan uap air yang tersisa sehingga diperoleh berat

konstan dan penimbangan secepatnya.

54Perum Jasa Tirta 1 Malang

Page 55: bab 1-5

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Kegiatan praktek kerja lapangan dilaksanakan pada tanggal 01

Desember – 31 Desember 2015 di Laboratorium Uji Kualitas Air Perum

Jasa Tirta I, Jl. Surabaya no. 2A Malang.

Waktu praktek dimulai pada hari Senin sampai Jumat, pada pukul

07.00 – 16.00 WIB.

B. Prosedur analisis

1. COD (Chemical Oxygen Demand)

a. Alat yang digunakan untuk analisis

1. Gelas ukur 100 ml

2. Pipet mohr

3. Spektrofotometer Uv-Vis

4. Pemanas reactor COD Techne 8310

b. Bahan – bahan yang digunakan untuk analisis

1. Larutan K2Cr2O7.HgSO4

2. Larutan H2SO4.AgSO4

3. Larutan standar pro COD

4. Contoh Uji Air (CUA)

c. Prosedur kerja

1. Sebanyak 2,5 mL larutan sampel air dipipet setelah dikocok denagn

kuat, kemudian dimasukan ke dalam tabung mikro COD

55Perum Jasa Tirta 1 Malang

Page 56: bab 1-5

2. Ke dalamnya di tambahkan 1,5 mL campuran K2Cr2O7-

Tahap kritis yang terjadi selama proses analisis COD antara lain:

1. Homogenisasi sampel

Volume sampel yang diambil harus dapat mewakili nilai COD dari

seluruh sampel, sehingga sampel perlu dikocok hingga rata terlebih

dahulu.Volume sampel harus tepat dengan menggunakan alat ukur

yang teliti.

2. Volume larutan kerja K2Cr2O7.HgSO4

Kalium dikromat merupakan pereaksi pembatas, sehingga volumenya

harus tepat presisi untuk semua sampel, blanko dan standart.

Pengambilan volume menggunakan alat ukur yang lebih teliti.

2. Analisa BOD (Biochemical Oxygen Demand)

a. Alat yang digunakan untuk analisis

1. Seperangkat alat DO meter

2. Beaker glass

3. Hot plate yang dilengkapi magnet pengaduk

b. Bahan – bahan yang digunakan untuk analisis

1. Larutan Na2SO2 2%

2. Larutan KCl 5%

3. Serbuk CaOCl2

c. Prosedur Kerja

1. Analisa contoh uji air tanpa pengenceran

Contoh uji air dikocok, dimasukkan ke dalam botol inkubasi.

Dianalisa konsentrasi DO 0 hari contoh uji air dengan DO meter,

56Perum Jasa Tirta 1 Malang

Page 57: bab 1-5

kemudian dicatat hasil pembacaannya. Setelah dianalisa, contoh uji

air dituangkan hingga penuh, kemudian ditutup dengan hati – hati.

Botol inkubasi dimasukkan ke dalam inkubator pada suhu 20oC ±

1oC selama 5 hari. Setelah 5 hari, botol inkubasi dikeluarkan dari

inkubator kemudian dibiarkan pada suhu kamar. Dianalisa

konsentrasi DO 5 hari dengan DO meter, kemudian dicatat hasil

pembacaannya serta dihitng BOD nya.

2. Analisa contoh uji air dengan pengenceran

Volume contoh uji air dimasukkan sejumlah ke dalam gelas ukur

250– 500 mL. Ditambahkan air pengencer sampai 150 mL. i aduk

hingga homogen, kemudian dituankan ke dalam botol inkubas

hingga penuh. Setelah itu dianalisa konsentrasi DO 0 hari, dicatat

hasilnya. Setelah selesai analisa ditambahkan contoh uji air ke

dalam botol sampai penuh, kemudian ditutup hati – hati. Botol

inkubasi dimasukkan ke dalam inkubator pada suhu 20oC ± 1oC

selama 5 hari. Setelah 5 hari, botol inkubasi dikeluarkan dari

inkubator kemudian dibiarkan pada suhu kamar. Dianalisa

konsentrasi DO 5 hari dengan DO meter, kemudian dicatat hasil

pembacaannya serta dihitng BOD nya.

3. Analisa Phosphat metode asam askorbat

a. Alat yang digunakan untuk analisis

1. Spektrofotometer UV-Vis

2. Labu ukur 10 ml

3. Pipet mikro

57Perum Jasa Tirta 1 Malang

Page 58: bab 1-5

b. Bahan – bahan yang digunakan untuk analisis

1. Larutan standar fosfat

2. Larutan indikator pp

3. Larutan HNO3

4. Larutan H2SO4

5. Larutan NaOH

6. Reagen Campuran

7. Reagen campuran dibuat dari 50 ml H2SO4 5N + 5 ml K. Antimonil

Tartrat + 15 ml larutan ammonium molibdat + 30 mL larutan asam

askorbat, atau dengan perbandingannya.

8. Contoh Uji Air

c. Persiapan contoh uji untuk analisa Phospat terlarut.

1. Saring contoh air dengan membran 0,45 μm.

2. Pipet contoh uji air (filtrat) sebanyak 10 mL secara duplo, dan

masukkan ke dalam labu ukur 10 mL.

3. Contoh uji air siap dianalisa.

d. Persiapan contoh uji untuk analisa Phospat total.

1. Sediakan contoh air uji yang telah diambil sesuai dengan

metode pengambilan contoh uji air.

2. Kocok contoh uji air hingga homogen dan ukur 25 mL

secara duplo kemudian masukkan ke dalam erlenmeyer.

3. Tambahkan 0,25 mL H2SO4 pekat dan 12,5 mL secara

duplo kemudian masukkan ke dalam erlenmeyer.

58Perum Jasa Tirta 1 Malang

Page 59: bab 1-5

4. Panaskan larutan campuran diatas pemanas sampai volume

± 5 mL (bila larutan masih berwarna teruskan pemanasan

sampai larutan tidak berwarna).

5. Dinginkan dan tambahkan air suling 5 mL.

6. Tambahkan 1 tetes indikator fenolftalein, kemudian

netralkan dengan menambahkan NaOH tetes demi tetes,

hingga timbul warna merah muda.

7. Jika larutan keruh lakukan penyaringan dan bilas

erlenmeyer.

8. Pindahkan larutan ke dalam labu ukuran 25 mL dan

tambahkan air suling sampai tanda batas.

9. Lalu pindahkan sebanyak 10 mL kedalam labu ukur 10 mL

10.Contoh uji air siap dianalisa.

4. Analisa TSS (Total Suspended Solid) Metode Gravimetri

a. Alat yang digunakan untuk analisis

1. Neraca analitis

2. Oven

3. Pompa penghisap

4. Gelas ukur 100 mL

5. Cawan porselen

6. Kertas saring whatman

7. Desikator

59Perum Jasa Tirta 1 Malang

Page 60: bab 1-5

b. Bahan yang digunakan analisis

Contoh Uji Air

Prosedur Kerja

1. Contoh uji air dikocok.

2. Disaring sebanyak 100 mL contoh uji air dengan menggunakan

corong buchner yang telah diberi kertas saring yang telah

diketahui berat tetapnya.

3. Kertas saring diletakkan di atas cawan TSS yang telah

diketahui berat tetapnya.

4. Cawan dimasukkan ke dalam oven 103–105oC minimal selama

1 jam.

5. Cawan didinginkan dalam desikator hingga suhu ruang.

Ditimbang menggunakan timbangan amalitik dan diulangi

hingga diperoleh berat tetap.

6. Dihitung konsentrasi TSS-nya.

60Perum Jasa Tirta 1 Malang

Page 61: bab 1-5

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Pemantauan Air Waduk Sutami

A. BOD

Tabel 4.3 Data hasil analisa BOD pada Waduk Sutami, yaitu :

Lokasi Kode Sampel

2 mingguanRata-rata

Ke-1 Ke-2

Hulu340 4,10 3,50 3,80

341 3,65 3,90 3,78

Rata-rata       3,79

Tengah

350 4,90 4,00 4,45

352 3,25 3,80 3,53

354 3,70 4,10 3,90

Rata-rata       3,96

Hilir

360 4,15 3,90 4,03

362 4,10 3,00 3,55

364 2,80 3,60 3,20

Rata-rata       3,59

61Perum Jasa Tirta 1 Malang

Page 62: bab 1-5

Berdasarkan data yang diperoleh, maka kurva perbandingan antara

kadar BOD dengan titik pengambilan sampel pada Waduk Sutami yaitu:

Grafik 4.3 perbandingan antara kadar BOD dengan titik pengambilan sampel

Dari data hasil analisa diketahui bahwa kadar rata-rata BOD di Waduk

Sutami pada hulu ; tengah dan hilir masing-masing adalah 3,79 mg/L ; 3,96

mg/L dan 3,59 mg/L.. Standart kadar BOD berdasarkan Peraturan Daerah

Nomor 2 tahun 2008 kriteria mutu air kelas II maksimal sebesar 3 mg/L.

Tingginya kadar BOD tersebut dikarenakan semakin banyak buangan

organik, umumnya semakin sedikit sisa oksigen terlarut di dalam air. Oksigen

yang terlarut di dalam air diserap oleh mikroorganisme untuk

memecah/mendegradasi bahan buangan organik. Selain itu bahan buangan

organik juga dapat bereaksi dengan oksigen terlarut dalam air mengikuti

reaksi oksidasi biasa.

62Perum Jasa Tirta 1 Malang

Hulu Tengah Hilir0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

4

4.5

3.79 3.963.59

3 3 3

Analisa BOD

LokasiStandar

Titik pengambilan sampel

Kons

entra

si

Page 63: bab 1-5

b. COD

Tabel 4.3 Data hasil analisa COD pada Waduk Sutami, yaitu :

Lokasi Kode Sampel

2 mingguanRata-rata

Ke-1 Ke-2

Hulu0340 8,019 13,31 10,66

0341 10,11 13,90 12,01

Rata-rata

11,33

Tengah

0350 10,53 15,09 12,81

0352 10,24 10,61 10,43

0354 10,92 10,30 10,61

Rata-rata

11,28

Hilir

0360 9,522 12,35 10,94

0362 9,992 10,17 10,08

0364 10,30 13,46 11,88

Rata-rata

10,97

63Perum Jasa Tirta 1 Malang

Page 64: bab 1-5

Berdasarkan data yang diperoleh, maka kurva perbandingan antara

kadar COD dengan titik pengambilan sampel pada Waduk Sutami yaitu:

Grafik 4.3 perbandingan antara kadar COD dengan titik pengambilan sampel

Dari data hasil analisa diketahui bahwa rata-rata kadar COD pada

Waduk Sutami pada hulu ; tengah dan hilir masing-masing adalah 11,33

mg/L ; 11,28 mg/L dan 10,97 mg/L. Standar kadar COD berdasarkan

Peraturan Daerah Nomor 2 tahun 2008 kriteria mutu air kelas II maksimal

sebesar 25 mg/L.

COD adalah jumlah mg Oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi

zat organik dalam air dengan menggunakan oksidator Kalium Dikromat.

Semakin rendah jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat

organik maka semakin rendah zat organik yang terdapat pada sampel air.

64Perum Jasa Tirta 1 Malang

Hulu Tengah Hilir0

5

10

15

20

25

30

11.33 11.28 10.97

25 25 25

Analisa COD

lokasistandar

Titik pengambilan sampel

Kons

entra

si

Page 65: bab 1-5

c. Analisa Zat Padat Tersuspensi (TSS/Total Suspended Solid) Metode

Grafimetri

Tabel 4.4 Data hasil analisa TSS pada Waduk Sutami, yaitu :

Lokasi Kode Sampel

2 mingguan

Rata-rata

Ke-1 Ke-2

Hulu

0340 24,5 11,4 17,95

0341 14,8 13,2 14,00

Rata-rata

15,98

Tengah

0350 10,5 13,8 12,15

0352 9,0 12,5 10,75

0354 9,2 7,6 8,40

Rata-rata

10,43

Hilir

0360 8,4 11,9 10,15

0362 8,7 7,1 7,90

0364 7,4 11,0 9,20

Rata-rata 9,08

65Perum Jasa Tirta 1 Malang

Page 66: bab 1-5

Berdasarkan data yang diperoleh, maka kurva perbandingan antara

kadar TSS dengan titik pengambilan sampel pada Waduk Sutami yaitu:

Grafik 4.4 antara perbandingan kadar TSS dengan titik pengambilan sampel

Dari data hasil analisa diketahui bahwa kadar TSS rata-rata air pada

Waduk Sutami pada hulu ; tengah dan hilir masing-masing adalah 15,98

mg/L ; 10,43 mg/L dan 9,08 mg/L. Standart kadar TSS berdasarkan Peraturan

Daerah Nomor 2 tahun 2008 kriteria mutu air kelas II maksimal sebesar 50

mg/L.

66Perum Jasa Tirta 1 Malang

Hulu Tengah Hilir0

10

20

30

40

50

60

15.98

10.43 9.8

50 50 50

Analisa TSS

lokasiStandar

Titik pengambilan sampel

Kons

entra

si

Page 67: bab 1-5

BAB V

PENUTUP

1. Kesimpulan

Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur nomor 2 tahun

2008, tentang pengolahan kualitas air dan pengendalian pencemaran air di

Provinsi Jawa Timur dapat disimpulkan bahwa hasil analisa di Waduk Sutami

pada Bulan Februari dan Maret 2013, antara lain :

a. Parameter BOD melebihi standar baku mutu kelas II hal ini dikarenakan

semakin banyak buangan organik, umumnya semakin sedikit sisa

oksigen terlarut di dalam air. Oksigen yang terlarut di dalam air diserap

oleh mikroorganisme untuk memecah/mendegradasi bahan buangan

organik. Selain itu bahan buangan organik juga dapat bereaksi dengan

oksigen terlarut dalam air mengikuti reaksi oksidasi biasa ;

b. Parameter COD masih mememnuhi standar baku mutu kelas II ;

c. Parameter TSS untuk lokasi hulu melebihi standar baku mutu kelas II,

sedangkan untuk lokasi tengah dan hilir masih memenuhi standar baku

mutu kelas II.

8. Saran

a. Dengan bertambahnya ilmu pengetahuan dan teknologi maka perlu adanya

peningkatan upaya pemantauan kualitas air dan peningkatan mutu.

b. Perlu dilakukan penanganan terhadap kondisi kualitas air di Waduk

Sutami dengan cara antara lain: penegakan hukum terutama mengenai

lingkungan hidup dan pencemaran lingkungan oleh dinas lingkungan

hidup, usaha penghijauan di sekitar bendungan perlu dilakukan untuk

67Perum Jasa Tirta 1 Malang

Page 68: bab 1-5

mengurangi proses sedimentasi, mengadakan pemantauan kualitas air

secara rutin untuk mencegah dan menanggulangi terjadinya pencemaran

yang lebih luas lagi dan mengadakan penyuluhan-penyuluhan tentang

pentingnya kelestarian lingkungan hidup khususnya perairan di sekitar

bendungan kepada penduduk sekitar.

68Perum Jasa Tirta 1 Malang