bismillah bab 1-5

133
LAPORAN DEPARTEMEN KOMUNITAS “PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIPERTENSI DAN DIABETES MELLITUS” Untuk Memenuhi Tugas Profesi Departemen Komunitas Oleh : Kelompok 8 115070201111020 Sri Indah Novianti 115070201111016 Indah Dwi Rahayu 115070200111046 Merchiliea Eso Navy Gyana 115070200111048 Novita Wulan dari 115070200111008 Angernani Trias W. 115070200111044 Ervina Ayu Misgiarti 115070200111030 Maulana Rahmat H. 115070200111010 Uzzy Lintang Savitri 115070207111028 Ana Muhasshonah 115070201111022 Dewi Atiqa Angraeni JURUSAN KEPERAWATAN

Upload: aryaari

Post on 11-Feb-2016

46 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

,.m.,

TRANSCRIPT

Page 1: Bismillah BAB 1-5

LAPORAN

DEPARTEMEN KOMUNITAS

“PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIPERTENSI DAN DIABETES MELLITUS”

Untuk Memenuhi

Tugas Profesi Departemen Komunitas

Oleh : Kelompok 8

115070201111020 Sri Indah Novianti115070201111016 Indah Dwi Rahayu115070200111046 Merchiliea Eso Navy Gyana115070200111048 Novita Wulan dari115070200111008 Angernani Trias W.115070200111044 Ervina Ayu Misgiarti115070200111030 Maulana Rahmat H.115070200111010 Uzzy Lintang Savitri115070207111028 Ana Muhasshonah115070201111022 Dewi Atiqa Angraeni

JURUSAN KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2015

Page 2: Bismillah BAB 1-5

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat

dan karunia-Nya kelompok dapat menyelesaikan laporan kegiatan masyarakat Rukun

Warga 02 Rt 1 s/d 11 kelurahan Gading kasri Kecamatan Klojen Kabupaten Malang.

Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas profesi departemen komunitas.

Atas segala bimbingan dan bantuan yang diberikan dari berbagai pihak tersebut,

maka penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Prof. DR. dr. Kusworini., M.Kes selaku ketua jurusan Keperawatan Fakultas

Kedokteran Universitas Brawijaya.

2. Ns. Annisa Wuri Kartika, S.Kep.,M.Kep, selaku dosen pembimbing dalam asuhan

keperawatan komunitas.

3. Kepala puskesmas bareng dan bu susilowati, S.Kep, Ners. Selaku pembimbing

lahan yang selalu membimbing dan mengarahkan kami

4. Drs. Sarifudin, selaku ketua RW 02 kelurahan Gading kasri, Kecamatan Klojen

Kabupaten Malang atas ijin melakukan kegiatan praktek profesi komunitas.

5. Anggota kelompok 8 profesi program A angkatan 2011 yang telah berperan aktif

dalam penyelesaian asuhan keperawatan ini mulai awal sampai akhir.

Akhirnya kelompok menyadari bahwa asuhan keperawatan komunitas ini masih jauh

dari sempurna, oleh karena itu kelompok menerima kritik maupun saran guna

menyempurnakan asuhan keperawatan komunitas ini. namun demikian, semoga hasil-hasil

yang dituangkan lewat kegiatan ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang memerlukan.

Malang, 5 Agustus 2015

Penulis

Page 3: Bismillah BAB 1-5

BAB 1PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangPola makan masyarakat Indonesia saat ini telah banyak yang beralih ke makanan

kemasan dan cepat saji. Hal ini justru mengakibatkan berkembangnya penyakit

degenerative, diantaranya jantung, diabetes mellitus dan hipertensi, karena makanan

jenis ini mengandung tinggi kadar lemak, glukosa dan natrium. Hipertensi adalah suatu

keadaan tekanan darah seseorang berada di atas batas normal yaitu 120 mmHg untuk

sistolik dan 80 mmHg untuk diastolik (Agrina, et al.,2011). Sedangkan diabetes mellitus

merupakan penyakit kelainan metabolism yang disebabkan kurangnya hormone insulin,

ditandai dengan tingginya kadar GDS >200 mg/dL dan GDP >120 mg/dL (Utami, 2004).

Menurut WHO dan International Society of Hypertension (ISH) (Nawi, 2006), saat

ini terdapat 600 juta penderita hipertensi di seluruh dunia, dan 3 juta di antaranya

meninggal setiap tahun. Jumlah penyandang kecacatan akibat komplikasi dari

hipertensi telah mencapai 3,7% atau 57 juta orang dari total morbiditas dalam bentuk

serangan stroke (54%), penyakit jantung koroner (47%), iskemia, gagal jantung, gagal

ginjal, dan gangguan penglihatan (WHO, 2013). Berdasarkan hasil Riset Kesehatan

Dasar tahun 2007, menunjukkan prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 31,7% yang

berada di urutan ketiga penyebab kematian dengan proporsi kematian sebesar 6,8%

pada semua umur, setelah stroke dan TB. Prevalensi di Provinsi Jawa Timur sebesar

20,1%, sedangkan prevalensi hipertensi di kota Malang mencapai 33.5% (Depkes RI.

2008). Dalam penelitian Lukitasari (2011) diketahui prevalensi hipertensi tidak terkontrol

di poli jantung RSSA Malang mencapai 79,2% dikarenakan pasien tidak patuh

mengonsumsi obat. Kasus hipertensi pada tahun 2010 mencapai 4,48% dari 327.373

total kasus. Kejadian tersebut meningkat di tahun 2011 mencapai 9,95% dari 211.629

total kasus.

Data WHO (2006), yang menyebutkan bahwa diperkirakan terdapat 171 juta

orang di dunia menderita diabetes pada tahun 2000 dan menyebabkan kematian

sebanyak 3,2 juta jiwa. WHO memprediksi akan terjadi peningkatan menjadi 366 juta

penderita pada tahun 2030 (Animesh, 2006). Sedangkan menurut hasil Riset Kesehatan

Dasar (RISKESDAS) pada tahun 2007 menunjukkan bahwa secara nasional, prevalensi

DM berdasarkan diagnosis oleh tenaga kesehatan dan adanya gejala adalah sebesar

1,1%. Sedangkan prevalensi berdasarkan hasil pengukuran kadar gula darah pada

penduduk umur lebih dari lima belas tahun di daerah perkotaan adalah sebesar 5,7%

(Depkes, 2008).

Page 4: Bismillah BAB 1-5

Keperawatan sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan mempunyai andil

yang cukup besar dalam upaya pembangunan bidang kesehatan. Kerjasama antar

berbagai pihak yang ada dalam struktur system politik sangat diperlukan untuk

menciptakan pelayanan kesehatan yang bermutu sehingga dapat meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Namun, salah satu masalah dalam

upaya pembangunan kesehatan tersebut adalah kurangnya kesadaran masyarakat

akan permasalahan dan upaya kesehatan. Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk

mengatasi hal ini adalah dengan meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai

kesehatan, yaitu dengan mengadakan penyuluhan ke masyarakat. Tidak saja berharap

masyarakat berperan dalam upaya kesehatan, namun lebih pada tercapainya

masyarakat yang mandiri dibidang kesehatan.

Perawatan kesehatan masyarakat merupakan gabungan dari perawatan

kesehatan masyarakat dan perawatan yang diterapkan untuk meningkatkan dan

memelihara kesehatan populasi dimana prakteknya tersebut bersifat umum dan

komprehensif yang ditujukan pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang

memiliki kontribusi bagi kesehatan, pendidikan kesehatan dan manajemen serta

koordinasi dan kontinuitas pelayanan holistik.

Asuhan keperawatan komunitas dapat dilakukan pada sasaran kelompok

masyarakat dengan atau beresiko dengan masalah kesehatan yang berada didalam

naungan Puskesmas. Oleh sebab itu dipilihlah lingkungan RW 02 Kelurahan Gading

Kasri dan terdiri dari 11 RT yang merupakan daerah naungan Puskesmas Bareng Kota

Malang. Berdasarkan informasi awal bahwasanya di lingkungan tersebut telah banyak

warga yang menderita Diabetes Mellitus, namun belum ada data yang mendukung.

Untuk mengetahui angka penderita DM didaerah tersebut sehingga perlu untuk

dilakukan binaan untuk mendeteksi permasalah kesehatan yang terdapat dalam

lingkungan tersebut.

Kemudian dari hasil pengkajian awal mahasiswa Universitas Brawijaya di

wilayah RW 02 Kelurahan Gading Kasri didapatkan adanya masalah kesehatan pada

warga yaitu hasil pengkajian dengan kuisioner yang dilakukan kepada 96 responden di

RW 2 (RT 1 hingga RT 10) pada hari jum’at dan sabtu tanggal 12-13 Juni 2015,

didapatkan hasil tabulasi terkait riwayat penyakit keturunan seperti Hipertensi dan

diabetes sebanyak 29,11%. Selain itu menurut kader, 50 % lansia yang mengikuti

posyandu menderita hipertensi. Didapatkan pula data bahwa pengetahuan masyarakat

tentang penyakit DM dan HT kurang, serta adanya perilaku kurang sehat dari warga

misalnya kebiasaan merokok, kurangnya kebiasaan olahraga dan pengurangan

konsumsi garam pada penderita hipertensi. Kurangnya kesadaran terhadap kesehatan

juga merupakan faktor yang mempengaruhi terjadinya masalah kesehatan.

Page 5: Bismillah BAB 1-5

Selanjutnya dilakukan proses asuhan keperawatan komunitas secara

komprehensif yang melibatkan pihak-pihak terkait dalam melaksanakan implementasi

program kegiatan yang telah disepakati untuk menangani masalah kesehatan yang

ditemukan. Dalam pelaksanaan Asuhan Keperawatan Komunitas ini, kami

menggunakan proses keperawatan komunitas yang komprehensif mulai pengkajian

sampai evaluasi untuk mendukung meningkatnya status kesehatan masyarakat yang

optimal.

1.2 Rumusan MasalahBagaimana peran masyarakat dalam mencegah dan menanggulangi hipertensi dan

diabetes mellitus?

1.3 Tujuan1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui peran warga Gading Kasri dalam mencegah dan

menanggulangi hipertensi dan diabetes mellitus.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui status demografis warga Gading Kasri.

2. Mengetahui angka kesakitan dan angka kematian akibat hipertensi dan

diabetes mellitus di Gading Kasri.

3. Mengetahui tingkat pengetahuan warga Gading Kasri mengenai penyakit

hipertensi dan diabetes mellitus.

4. Mengetahui upaya pencegahan dan penanggulangan yang telah dilakukan

oleh warga Gading Kasri.

5. Mengetahui upaya pengobatan yang telah dilakukan oleh warga Gading

Kasri.

1.4 Manfaat1. Sebagai bahan masukan dan informasi kepada Dinas Kesehatan dalam

merumuskan kebijakan program pengendalian hipertensi dan diabetes mellitus.

2. Memberikan masukan bagi Puskesmas Bareng tentang infomasi dan pengaruh

partisipasi komunitas dalam pengendalian masalah hipertensi dan diabetes mellitus

untuk meningkatkan partisipasi komunitas dalam pengendalian hipertensi dan

diabetes mellitus.

3. Sebagai sumber infomasi bagi komunitas tentang pengaruh partisipasi komunitas

terhadap pengendalian hipertensi dan diabetes mellitus.

Page 6: Bismillah BAB 1-5

BAB IITINJAUAN TEORI

2.1 ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS2.1.1 Konsep Community as Partner Anderson dan McFarlane

Model Community as a partner merupakan pengembangan dari model Neuman yang

menggunakan pendekatan totalitas manusia untuk menggambarkan status kesehatan

klien. Agregat klien dalam model Community as Partner  meliputi intrasistem dan

ekstrasistem. Agregat intrasistem terkait adalah sekelompok orang-orang yang memiliki

satu atau lebih karakteristik sedangkan agregat ekstrasistem meliputi delapan

subsistem yaitu komunikasi, transportasi dan keselamatan, ekonomi, pendidikan, politik

dan pemerintahan, layanan kesehatan dan sosial, lingkungan fisik dan rekreasi (Helvie,

1998; Anderson & McFarlane, 2000; Ervin, 2002; Hitchcock, Schubert, Thomas, 1999;

Stanhope & Lancaster, 2004; Allender & Spradley, 2005). Delapan subsistem tersebut

dipisahkan dengan garis putus-putus yang berarti sistem satu dengan yang lainnya

saling mempengaruhi. Di dalam komunitas ada lines of resistance, merupakan

mekanisme internal untuk bertahan dari stressor. Rasa kebersamaan dalam komunitas

untuk bertanggung jawab terhadap kesehatan adalah contoh dari line of resistance. 

Anderson dan McFarlane (2000) mengatakan bahwa konsep model Community as

Partner terdapat dua komponen  utama yaitu roda pengkajian komunitas dan proses

keperawatan. Roda pengkajian komunitas terdiri dari dua bagian utama yaitu inti dan

delapan subsistem yang mengelilingi inti yang merupakan bagian dari pengkajian

keperawatan, sedangkan proses keperawatan terdiri dari beberapa tahap mulai dari

pengkajian, diagnosa, peren, implementasi, dan evaluasi.

Komunitas sebagai partner berarti bahwa kelompok masyarakat turut berperan serta

secara aktif meningkatkan kesehatan, mencegah dan mengatasi masalah

kesehatannya.

2.1.2 PengkajianPengkajian keperawatan komunitas merupakan suatu proses tindakan untuk

mengenal komunitas.  Mengidentifikasi faktor positif dan negatif yang berbenturan

dengan masalah kesehatan dari masyarakat hingga sumber daya yang dimiliki

komunitas dengan tujuan merancang strategi promosi kesehatan.

Tujuan pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai

masalah kesehatan pada masyarakat sehingga dapat ditentukam tindakan yang harus

diambil untuk mengatasi masalah tersebut yang menyangkut aspek fisik, psikologis,

Page 7: Bismillah BAB 1-5

sosial ekonomi dan spiritual serta faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Kegiatan

pengkajian yang dilakukan dalam pengumpulan data meliputi :

1. Bagian inti (Core).

Hal-hal yang perlu dikaji pada bagian inti (core) meliputi:

a. Riwayat atau sejarah perkembangan komunitas

Pengkajian mencakup riwayat terbentuknya sebuah komunitas (lama/baru),

adanya perubahan-perubahan yang dialami oleh kelompok agregasi dan

responya terhadap perubahan tersebut. Data sejarah perkembangan komunitas

dapat didapatkan dengan cara mencari literatur review di perpustakaan, sejarah

social, interview

b. Data demografi

Pengakajian mencakup karakteristik orang-orang yang ada di area atau daerah

tersebut, distribusi (jenis kelamin, usia, status perkawinan, etnis), jumlah

penduduk, apakah penduduknya homogen atau heterogen. Data demografi

penduduk bisa didapatkan dari hasil sensus penduduk

c. Vital statistika

Pengkajian mencakup angka kematian, kelahiran, kesakitan dan penyebab

utama kematian dan kesakitan. Data statistika yang berhubungan dengan

statistika kesehatan dapat diperoleh dari data dinas kesehatan setempat.

d. Nilai dan kepercayaan

Pengkajian mencakup nilai yang dianut oleh masyarakat yang berkaitan dengan

kesehatan, kepercayaan-kepercayaan yang diyakini yang berkaitan dengan

kesehatan, kegiatan keagamaan di masyarakat, kegiatan-kegiatan masyarakat

yang mencerminkan nilai-nilai kesehatan. Nilai dan kepercayaan agregat dapat

diperoleh dari kontak personal, observasi dan phone book.

2. Bagian Subsistem

a.Lingkungan Fisik

Hal yang dikaji meliputi mutu air, kualitas udara, flora, perumahan, ruang, area

hijau, binatang, struktur sosial, bangunan buatan manusia, keindahan alam, air,

dan iklim. Pengkajian lingkungan fisik pada kelompok agregasi serupa dengan

pemeriksaan fisik pada klien individual. Semua indra digunakan untuk

mengumpulkan data yang berhubungan. Shumway dan Wisehart (1969)

menyarankan untuk berjalan-jalan keliling lingkungan (melakukan pengamatan

secara sistematis) dalam meningkatkan sensitivitas terhadap elemen ekologis

sekitar. Contoh: seseorang ingin mengidentifikasi melalui penglihatan dan

penghidu sumber-sumber makanan untuk kelompok agregasi tertentu. Apakah

Page 8: Bismillah BAB 1-5

kelompok tertentu lebih menyukai makanan siap saji, atau makanan-makanan

etnik atau regional (Chistensen Paula J & Kenney Janet w, 2009).

b. Pelayanan Kesehatan dan Sosial

Hal yang dikaji meliputi apakah terdapat klinik, rumah sakit, profesi kesehatan

yang praktek, layanan kesehatan publik, pusat emergency, rumah perawatan

atau panti werda, fasilitas layanan sosial, layanan kesehatan mental, dukun

tradisional/pengobatan alternatif, apakah fasilitas yang ada tersebut mudah

diakses.

c. Ekonomi

Hal yang dikaji meliputi apakah perkembangan ekonomi di wilayah komunitas

tersebut maju dengan pesat, industri, toko, dan tempat-tempat untuk pekerjaan,

adakah pemberian bantuan sosial (makanan), seberapa besar tingkat

pengangguran, rata-rata pendapatan keluarga, karakteristik pekerjaan, berapa

besar presentase keluarga yang hidup dibawah garis kemiskinan dll.

d. Keamanan dan Transportasi

Hal yang dikaji meliputi apa jenis transportasi publik dan pribadi yang tersedia di

wilayah komunitas, bagaimana orang-orang bepergian, apakah terdapat trotoar

atau jalur sepeda, apakah ada transportasi yang memungkinkan untuk orang

cacat. Jenis layanan perlindungan apa yang ada di komunitas (misalnya:

pemadam kebakaran, polisi, dan lain-lain), apakah mutu udara di monitor, apa

saja jenis kegiatan yang sering terjadi, apakah orang-orang merasa aman,

apakah pendidikan keamanan telah diberikan?

e. Politik dan Pemerintahan

Hal yang dikaji meliputi apakah ada tanda aktivitas politik, apakah ada pengaruh

partai yang menonjol, bagaimana peraturan pemerintah yang terdapat

komunitas (misalnya: pemilihan kepala desa, walikota, dewan kota), apakah

orang-orang (komunitas) terlibat dalam pembuatan keputusan dalam unit

pemerintahan lokal mereka.

f. Komunikasi

Hal yang dikaji meliputi apakah orang-orang memiliki tv dan radio, apa saja

sarana komunikasi formal dan informal yang terdapat di wilayah komunitas,

apakah terdapat surat kabar yang terlihat di stan atau kios, apakah ada tempat

yang biasanya digunakan untuk berkumpul.

g. Pendidikan

Hal yang dikaji meliputi apakah ada sekolah, jumlah penduduk yang sekolah,

rerata tahuan pendidikan penduduk, presentase penduudk yang dapat

Page 9: Bismillah BAB 1-5

membaca, apakah ada perpustakaan, apakah sekolah itu berfungsi, bagaimana

reputasinya, apakah ada uks, apakah ada sekolah perawatnya?

h. Rekreasi

Hal yang dikaji meliputi dimana anak-anak biasanya bermain, apa saja bentuk

rekreasi utama, siapa yang berpartisipasi, fasilitas untuk rekreasi dan kebiasaan

masyarakat menggunakan waktu senggang.

Data dalam pengkajian komunitas bisa bersifat subjektif (data yang diperoleh dari

keluhan atau masalah yang dirasakan oleh individu, keluarga, kelompok dan komunitas,

yang diungkapkan secara langsung melalui lisan) dan objektif (data yang diperoleh melalui

suatu pemeriksaan, pengamatan dan pengukuran). Data-data tersebut bisa berasal dari

pengkajian langsung yang dilakukan oleh mahasiswa atau perawat kesehatan masyarakat

dari individu, keluarga, kelompok dan komunitas berdasarkan hasil pemeriksaan atau

pengkajian (data primer) dan dari sumber lain seperti: kelurahan, catatan riwayat kesejatan

pasien atau medical record medical record. Pengkajian komunitas dapat dilakukan dengan

beberapa cara yaitu: wawancara atau anamnesa, pengamatan, dan pemeriksaan fisik.

2.1.3 Diagnosa keperawatanDiagnosis keperawatan adalah respon individu pada masalah kesehatan baik yang

aktual maupun potensial. Masalah aktual adalah masalah yang diperoleh pada saat

pengkajian, sedangkan masalah potensial adalah masalah yang mungkin timbul kemudian.

American Nurses Of Association (ANA). Dengan demikian diagnosis keperawatan adalah

suatu pernyataan yang jelas, padat dan pasti tentang status dan masalah kesehatan pasien

yang dapat diatasi dengan tindakan keperawatan.

Definisi dan klasifikasi diagnosa keperawatan menurut Nanda 2012-2014 sebagai

berikut :

1. Perilaku kesehatan cenderung beresiko (00188)

Domain 1 : Promosi Kesehatan

Kelas 2 : Manajemen Kesehatan

Definisi : hambatan kemampuan untuk mengubah gaya hidup/perilaku dalam cara

yang memperbaiki status kesehatan

Batasan Karakteristik :

Menunjukkan penolakan terhadap perubahan status kesehatan

Gagal mencapai pengendalian yang optimal

Gagal melakukan tindakan yang mencegah masalah kesehatan

Meminimalkan perubahan status kesehatan

Faktor yang Berhubungan :

Page 10: Bismillah BAB 1-5

Penggunaan alkohol berlebihan

Kurang pemahaman

Kurungan dukungan sosial

Pencapaian diri yang rendah

Status sosio-ekonomi rendah

Banyak stresor

Sikap negatif terhadap pelayanan kesehatan

Merokok

2. Defisiensi kesehatan komunitas

Domain 1 : Promosi Kesehatan

Kelas 2 : Manajemen Kesehatan

Definisi : Adanya satu atau lebih masalah kesehatan atau faktor yang mengganggu

kesejahteraan atau meningkatkan risiko masalah kesehatan yang dialami oleh suatu

kelompok

Batasan karakteristik :

Kejadian berisiko yang berhubungan dengan hospitalisasi yang dialami oleh

kelompok atau populasi

Kejadian beresiko yang berhubungan dengan status fisiologis yang dialami oleh

kelompok atau populasi

Kejadian beresiko yang berhubungan dengan status psikologis yang dialami oleh

kelompok atau populasi

Kejadian masalah kesehatan yang dialami oleh kelompok atau populasi

Tidak tersedia program untuk meningkatkan kesejahteraan bagi suatu kelompok

atau populasi

Tidak tersedia program untuk mencegah satu atau lebih masalah kesehatan bagi

suatu kelompok atau populasi

Tidak tersedia program untuk mengurangi satu atau lebih masalah kesehatan

bagi suatu kelompok atau populasi

Tidak tersedia program untuk menghilangkan satu atau lebih masalah kesehatan

bagi suatu kelompok atau populasi

Faktor yang berhubungan :

Kurang akses ke pemberi layanan kesehatan masyarakat

Kurang ahli di masyarakat

Keterbatasan sumber daya

Program tidak memiliki anggaran yang cukup

Program tidak memiliki dukungan komunitas cukup

Program menunjukkan kepuasan konsumen yang kurang

Page 11: Bismillah BAB 1-5

Program kurang memiliki rencana evaluasi

Program tidak memiliki data hasil yang cukup

Program mengatasi masalah kesehatan sebagian

3. Gaya hidup monoton

Domain 1 : Promosi Kesehatan

Kelas 1 : Kesadaran Kesehatan

Definisi : Menyatakan suatu kebiasaan hidup yang dicirikan dengan tingkat

aktivitas fisik yang rendah

Batasan karakteristik :

Memilih rutinitas harian yang minum latihan fisik

Menunjukkan kurangnya aktivitas fisik

Menyatakan lebih memilih aktivitas dengan gerak fisik rendah

Faktor yang berhubungan :

Kurang pengetahuan tentang keuntungan latihan fisik bagi kesehatan

Kurang minat

Kurang motivasi

Kurang sumber daya (mis., waktu, uang, teman, fasilitas)

Kurang latihan untuk memenuhi gerak fisik

2.1.4 Perencanaana. Tahapan pengembangan masyarakat persiapan, penentuan prioritas daerah,

pengorganisasian, pembentukan pokjakes (kelompok kerja kesehatan)

b. Tahap diklat

c. Tahap kepemimpinan

koordinasi intersektoral, akhir, supervisi atau kunjungan bertahap.

Level pencegahan dalam pelaksanaan praktik keperawatan komunitas terdiri

atas:

a. Pencegahan Primer

Pencegahan yang terjadi sebelum sakit atau tidak berfungsinya dan

diaplikasikannya ke dalam populasi sehat pada umumnya dan perlindungan

khusus terhadap penyakit.

b. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder menekankan diagnosa diri dan intervensi tepat untuk

menghambat proses patologis, sehingga memperpendek waktu sakit dan tingkat

keparahan.

c. Pencegahan Tersier

Page 12: Bismillah BAB 1-5

Pencegahan tersier dimulai pada saat cacat atau terjadi ketidakmampuan sampai

stabil atau menetap atau tidak dapat diperbaiki sama sekali. Rehabilitasi sebagai

pencegahan primer lebih dari upaya menghambat proses penyakit sendiri, yaitu

mengembalikan individu kepada tingkat berfungsi optimal dari

ketidakmampuannya.

2.1.5 Pelaksanaan/ImplementasIImplementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh

perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus

kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan

(Gordon, 1994., dalam Potter & Perry, 1997).

Ukuran intervensi keperawatan yang diberikan kepada klien terkait dengan

dukungan, pengobatan, tindakan untuk memperbaiki kondisi, pendidikan untuk klien-

keluarga, atau tindakan untuk mencegah masalah kesehatan yang muncul dikemudian

hari.

Menurut Craven dan Hirnle (2000) secara garis besar terdapat tiga kategori dari

implementasi keperawatan, antara lain:

a. Cognitive implementations, meliputi pengajaran/ pendidikan, menghubungkan

tingkat pengetahuan klien dengan kegiatan hidup sehari-hari, membuat strategi

untuk klien dengan disfungsi komunikasi, memberikan umpan balik, mengawasi

tim keperawatan, mengawasi penampilan klien dan keluarga, serta menciptakan

lingkungan sesuai kebutuhan, dan lain lain.

b. Interpersonal implementations, meliputi koordinasi kegiatan-kegiatan,

meningkatkan pelayanan, menciptakan komunikasi terapeutik, menetapkan

jadwal personal, pengungkapan perasaan, memberikan dukungan spiritual,

bertindak sebagai advokasi klien, role model, dan lain lain.

c. Technical implementations, meliputi pemberian perawatan kebersihan kulit,

melakukan aktivitas rutin keperawatan, menemukan perubahan dari data dasar

klien, mengorganisir respon klien yang abnormal, melakukan tindakan

keperawatan mandiri, kolaborasi, dan rujukan, dan lain-lain.

2.1.6 Evaluasi atau penilaianMenurut Ziegler, Voughan – Wrobel, & Erlen (1986) dalam Craven & Hirnle (2000),

evaluasi terbagi menjadi tiga jenis, yaitu:

a. Evaluasi struktur

Page 13: Bismillah BAB 1-5

Evaluasi struktur difokuskan pada kelengkapan tata cara atau keadaan sekeliling

tempat pelayanan keperawatan diberikan. Aspek lingkungan secara langsung atau

tidak langsung mempengaruhi dalam pemberian pelayanan. Persediaan

perlengkapan, fasilitas fisik, rasio perawat-klien, dukungan administrasi,

pemeliharaan dan pengembangan kompetensi staf keperawatan dalam area yang

diinginkan.

b. Evaluasi prosesEvaluasi proses berfokus pada penampilan kerja perawat dan apakah perawat dalam

memberikan pelayanan keperawatan merasa cocok, tanpa tekanan, dan sesuai

wewenang. Area yang menjadi perhatian pada evaluasi proses mencakup jenis

informasi yang didapat pada saat wawancara dan pemeriksaan fisik, validasi dari

perumusan diagnosa keperawatan, dan kemampuan tehnikal perawat.

c. Evaluasi hasilEvaluasi hasil berfokus pada respons dan fungsi klien. Respons prilaku klien

merupakan pengaruh dari intervensi keperawatan dan akan terlihat pada pencapaian

tujuan dan kriteria hasil.

2.1.7 Pengertian Keperawatan KomunitasAsuhan keperawatan komunitas pada hakikatnya adalah proses keperawatan

yang diterapkan pada klien komunitas, yang langkah-langkahnya meliputi pengkajian,

analisa data komunitas, diagnose keperawatan komunitas, rencana asuhan

keperawatan komunitas, implementasi asuhan keperawatan komunitas. Dan evaluasi

asuhan keperawatan komunitas, dimana proses ini bervariasi dalam setiap situasi, dan

memiliki elemen-elemen penting, yaitu kesungguhan (deliberative), kesesuaian

(adaptable), siklus (cyclic), berfokus pada klien (client focused), interaktiv (interactive),

dan berorientasi pada kebutuhan komunitas (need oriented) (Mubarak, 2009).

2.1.8 Asumsi dan Kepercayaan Terhadap Perawatan Kesehatan Komunitas Menurut ANA (American Nurses Association)

A. Asumsi

1. Sistem pemeliharaan yang kompleks.

2. Komponen system pemeliharaan kesehatan primer, sekunder, dan tersier.

3. Perawatan subsistem pemeliharaan kesehatan dan pendidikan dasar praktek

penelitian.

4. Pemeliharaan kesehatan primer lebih menonjol dari sekunder dan tersier.

5. Perawatan kesehatan menyangkut seting pemeliharaan kesehatan primer.

B. Kepercayaan

Page 14: Bismillah BAB 1-5

1. Pemeliharaan kesehatan harus memadai dan diterima semua orang.

2. Orang yang menerima asuhan harus dilibatkan.

3. Perawat sebagai pemberi dan klien sebagai konsumen pelayanan kesehatan.

4. Lingkungan berdampak terhadap kesehatan populasi dan individu.

5. Pencegahan penyakit bagian esenisal bagi peningkatan kesehatan.

6. Kesehatan sebagai proses menyangkut kehidupan dalam jangka waktu yang

lama.

7. Klien hanya anggota tetap dari tim pemeliharaan kesehatan.

8. Individu adalah system kesehatan masyarakat bertanggung jawab secara

mandiri dan aktif berpartisipasi dalam pemeliharaan kesehatan.

2.1.9 Falsafah Keperawatan KomunitasBerdasarkan pada asumsi dasar dan keyakinan yang mendasar tersebut, maka

dapat dikembangkan falsafah keperawatan komunitas sebagai landasan praktik

keperawatan komunitas. Dalam falsafah keperawatan komunitas, keperawatan

komunitas merupakan pelayanan yang memberikan perhatian terhadap pengaruh

lingkungan (bio, pshyco, sosio, cultural, dan spiritual) terhadap kesehatan komunitas

dan memberikan prioritas pada strategi pencegahan penyakit dan peningkatan

kesehatan. Falsafah yang melandasi keperawatan komunitas mengacu kepada

paradigma keperawatan yang terdiri dari empat hal penting, yaitu manusia, kesehatan,

lingkungan, dan keperawatan sehingga dapat dirumuskan sebagain berikut :

1. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat adalah pekerjaan yang luhur dan

manusiawi yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.

2. Perawatan kesehatan masyarakat adalah suatu upaya berdasarakan kemanusiaan

untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bagi terwujudnya manusia

yang sehat khususnya, dan masyarakat yang sehat pada umumnya.

3. Pelayanan perawatan kesehatan masyarakat harus terjangkau dan dapat diterima

semua orang dan merupakan bagian integral dari upaya kesehatan.

4. Upaya preventif dan promotif merupakan upaya pokok tanpa mengabaikan upaya

kuratif dan rehabilitatif.

5. Pelayanan kesehatan masyarakat yang diberikan berlangsung secara

berkesinambungan.

6. Perawatan kesehatan masyarakat sebagai provider dan klien sebagai consumer

pelayanan keperawatan dan kesehatan menjamin suatu hubungan yang saling

mendukung dan mempengaruhi perubahan dalam kebijaksanaan dan pelayanan

kesehatan kearah peningkatan status kesehatan masyarakat.

7. Pengembangan tenaga keperawatan kesehatan masyarakat direncanakan secara

berkesinambungan dan terus menerus.

Page 15: Bismillah BAB 1-5

8. Individu dalam suatu masyarakat ikut bertanggung jawab atas kesehatannya, ia

harus ikut dalam upaya mendorong, mendidik, dan berpartisipasi aktif dalam

pelayanan kesehatan mereka sendiri.

2.2 MASALAH KESEHATAN KOMUNITAS2.2.1 Diabetes mellitus

2.2.1.1 Pengertian Diabetes mellitusDiabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai

oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner dan

Suddarth, 2002).

Menurut Perkumpulan Endokrinologi Indonesia, (2011) seseorang

didiagnosa menderita diabetes melitus apabila mempunyai gejala klasik

diabetes melitus seperti poliuria, polidipsi dan polifagi diserta dengan gula

darah sewaktu ≥200 mg/dL dan gula darah puasa ≥126mg/dL.

2.2.1.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Diabetes MellitusSecara pasti penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui, faktor genetic

diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.

Diabetes Mellitus tak tergantung insulin (DMTTI) penyakitnya mempunyai pola

familiar yang kuat. DMTTI ditandai dengan kelainan dalam sekresi insulin

maupun dalam kerja insulin. Pada awalnya tampak terdapat resistensi dari sel-

sel sasaran terhadap kerja insulin. Insulin mula-mula mengikat dirinya kepada

reseptor-reseptor permukaan sel tertentu, kemudian terjadi reaksi intraselluler

yang meningkatkan transport glukosa menembus membran sel. Pada pasien

dengan DMTTI terdapat kelainan dalam pengikatan insulin dengan reseptor.

Hal ini dapat disebabkan oleh berkurangnya jumlah tempat reseptor yang

responsif insulin pada membran sel. Akibatnya terjadi penggabungan abnormal

antara komplek reseptor insulin dengan system transport glukosa. Kadar

glukosa normal dapat dipertahankan dalam waktu yang cukup lama dan

meningkatkan sekresi insulin, tetapi pada akhirnya sekresi insulin yang beredar

tidak lagi memadai untuk mempertahankan euglikemia (Price,1995). Diabetes

Mellitus tipe II disebut juga Diabetes Mellitus tidak tergantung insulin (DMTTI)

atau Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) yang merupakan suatu

kelompok heterogen bentuk-bentuk Diabetes yang lebih ringan, terutama

dijumpai pada orang dewasa, tetapi terkadang dapat timbul pada masa kanak-

kanak.

Page 16: Bismillah BAB 1-5

Faktor risiko yang berhubungan dengan proses terjadinya DM tipe II,

diantaranya adalah:

a. Usia

Semakin tua usia seseorang semakin besar resiko untuk menderita diabetes

mellitus hal ini disebabkan karena resistensi insulin cenderung meningkat pada

usia di atas 65 tahun.

b. Obesitas

Kelebihan berat badan atau obesitas dapat meningkatkan resistensi insulin dan

kebanyakan pada obesitas tipe apel. Orang gemuk dengan berat badan lebih

dari 90 kg cenderung memiliki peluang lebih besar untuk terkena penyakit

diabetes militus. Sembilan dari sepuluh orang gemuk berpotensi untuk terserang

diabetes mellitus.

c. Riwayat keluarga

Adanya riwayat penyakit diabetes mellitus dalam keluarga dapat meningkatkan

resiko seseorang menderita penyakit ini. Diabetes mellitus dapat diwariskan dari

orang tua kepada anak. Gen penyebab diabetes mellitus akan dibawa oleh anak

jika orang tuanya menderita diabetes mellitus. Pewarisan gen ini dapat sampai

ke cucunya bahkan cicit walaupun resikonya sangat kecil.

d. Kelompok etnik (ras Hispanik dan penduduk asli Amerika lebih beresiko)

e. Gaya hidup

Gaya hidup yang tidak sehat seperti kurang olah raga, pola makan yang tidak

baik, merokok dll bisa memicu timbulnya penyakit diabetes mellitus.

Jika orang malas berolah raga memiliki resiko lebih tinggi untuk terkena

penyakit diabetes mellitus karena olah raga berfungsi untuk membakar

kalori yang berlebihan di dalam tubuh. Kalori yang tertimbun di dalam

tubuh merupakan faktor utama penyebab diabetes mellitus selain

disfungsi pankreas. Latihan jasmani yang kurang menyebabkan otot tidak

aktif sehingga sensitifitas insulin berkurang. Pada kondisi seperti ini

tubuh memerlukan insulin untuk memasukkan glukosa ke dalam sel.

Terjadinya kekurangan insulin, dapat menyebabkan diabetes melitus.

Pola makan yang tidak baik (berlebihan dan melebihi jumlah kadar kalori

yang dibutuhkan oleh tubuh) dapat memacu timbulnya diabetes mellitus.

Konsumsi makan yang berlebihan dan tidak diimbangi dengan sekresi

insulin dalam jumlah yang memadai dapat menyebabkan kadar gula

dalam darah meningkat dan pastinya akan menyebabkan diabetes

melitus.

Page 17: Bismillah BAB 1-5

Merokok adalh kebiasaan yang tidak sehat dan dapat menimbulkan

berbagai masalah kesehatan dalam tubuh. Seseorang yang memiliki

kebiasaan merokok memiliki resiko menderita diabetes mellitus karena

kandungan kimia dalam rokok dapat merusak sel-sel endotel pembuluh

darah.

f. Bahan-bahan kimia dan obat-obatan

Bahan-bahan kimia dapat mengiritasi pankreas yang menyebabkan radang

pankreas, radang pada pankreas akan mengakibatkan fungsi pankreas menurun

sehingga tidak ada sekresi hormon-hormon untuk proses metabolisme tubuh

termasuk insulin. Segala jenis residu obat yang terakumulasi dalam waktu yang

lama dapat mengiritasi pankreas.

2.2.1.3 Diabetes Mellitus dalam pandangan Kesehatan KomunitasMenurut Hendrik L. Blumm, ada 4 faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan

masyarakat, yaitu:

a. Faktor Genetik

Keturunan (genetik) merupakan faktor yang telah ada dalam diri manusia

yang dibawa sejak lahir, misalnya dari golongan penyakit keturunan seperti diabetes

melitus dan asma bronehial. Faktor genetik memiliki pengaruh yang paling kecil

terhadap kesehatan perorangan atau masyarakat bila dibandingkan dengan faktor

yang lainnya. Pengaruh faktor genetik terhadap status kesehatan terjadi secara

evolutif dan paling sukar di deteksi, oleh karena itu diperlukan konseling genetik.

Untuk kepentingan kesehatan masyarakat atau keluarga, faktor genetik perlu

mendapat perhatian agar penyakit yang bersifat menurun dapat dicegah dan

diketahui sejak dini. Misalnya seorang anak yang lahir dari orangtua penderita

diabetas melitus akan mempunyai resiko lebih tinggi dibandingkan anak yang lahir

dari orang tua bukan penderita DM. Maka dari itu upaya pencegahan yang dapat

dilakukan adalah dengan memberitahu anak yang orang tuanya penderita DM untuk

selalu mewaspadai faktor genetik yang diwariskan orangtuanya. Mereka harus

dianjurkan untuk mengatur dietnya, teratur berolahraga sehingga tidak ada peluang

faktor genetiknya berkembang menjadi faktor resiko terjadinya DM.

Semakin besar penduduk yang memiliki resiko penyakit bawaan akan

semakin sulit upaya meningkatkan derajat kesehatan. Oleh karena itu perlu adanya

konseling perkawinan yang baik untuk menghindari penyakit bawaan yang

sebenarnya dapat dicegah.

b. Faktor Pelayanan Kesehatan

Page 18: Bismillah BAB 1-5

Pelayanan kesehatan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

derajat kesehatan masyarakat karena keberadaan fasilitas kesehatan sangat

menentukan dalam pelayanan pemulihan kesehatan, pencegahan terhadap

penyakit, pengobatan dan keperawatan serta kelompok dan masyarakat yang

memerlukan pelayanan kesehatan. Ketersediaan fasilitas dipengaruhi oleh lokasi,

apakah dapat dijangkau atau tidak. Yang kedua adalah tenaga kesehatan pemberi

pelayanan, informasi dan motivasi masyarakat untuk mendatangi fasilitas dalam

memperoleh pelayanan serta program pelayanan kesehatan itu sendiri apakah

sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang memerlukan.

Kondisi pelayanan kesehatan juga menunjang derajat kesehatan masyarakat.

Pelayanan kesehatan yang berkualitas sangatlah dibutuhkan. Masyarakat

membutuhkan posyandu, puskesmas, rumah sakit dan pelayanan kesehatan

lainnya untuk membantu dalam mendapatkan pengobatan dan perawatan

kesehatan. Terutama untuk pelayanan kesehatan dasar yang memang banyak

dibutuhkan masyarakat. Kualitas dan kuantitas sumber daya manusia di bidang

kesehatan juga mesti ditingkatkan.

Puskesmas sebagai garda terdepan dalam pelayanan kesehatan masyarakat

sangat besar perananya. sebab di puskesmaslah akan ditangani masyarakat yang

membutuhkan edukasi dan perawatan primer. Peranan Sarjana Kesehatan

Masyarakat sebagai manager yang memiliki kompetensi di bidang manajemen

kesehatan dibutuhkan dalam menyusun program-program kesehatan. Utamanya

program-program pencegahan penyakit yang bersifat preventif sehingga

masyarakat tidaka banyak yang jatuh sakit. Banyak kejadian kematian yang

seharusnya dapat dicegah seperti diare, demam berdarah, malaria, dan penyakit

degeneratif yang berkembang saat ini seperti jantung karoner, stroke, diabetes

militus dan lainnya. penyakit itu dapat dengan mudah dicegah asalkan masyarakat

paham dan melakukan nasehat dalam menjaga kondisi lingkungan dan

kesehatannya.

c. Faktor Perilaku

  Saat ini penyebab terbanyak terjadinya penyakit diabetes mellitus adalah

karena perilaku/gaya hidup yang tidak sehat masyarakat seperti kegemukan, pola

makan, kurang olahraga meroko dan sebagainya.

    Orang gemuk dengan berat badan lebih dari 90 kg cenderung memiliki

peluang lebih besar untuk terkena penyakit diabetes militus. Sembilan dari sepuluh

orang gemuk berpotensi untuk terserang diabetes mellitus. Hal ini disebabkan

karena dapat meningkatkan resistensi insulin dan kebanyakan pada obesitas tipe

apel.

Page 19: Bismillah BAB 1-5

Makan secara berlebihan dan melebihi jumlah kadar kalori yang dibutuhkan oleh

tubuh dapat memacu timbulnya diabetes mellitus. Konsumsi makan yang berlebihan

dan tidak diimbangi dengan sekresi insulin dalam jumlah yang memadai dapat

menyebabkan kadar gula dalam darah meningkat dan pastinya akan menyebabkan

diabetes mellitus.

Kegiatan fisik dan olahraga bemanfaat bagi setiap orang karena dapat

meningkatkan kebugaran, mencegah kelebihan berat badan, meningkatkan fungsi

jantung, paru dan otot serta memperlambat proses penuaan. Olahraga harus

dilakukan secara teratur. Macam dan takaran olahraga berbeda menurut usia, jenis

kelamin, jenis pekerjaan dan kondisi kesehatan. Apabila pekerjaan sehari-hari

seseorang kurang memungkinkan gerak fisik, upayakan berolahraga secara teratur

atau melakukan kegiatan lain yang setara. Kurang gerak atau hidup santai

merupakan faktor pencetus diabetes

Perilaku yang sehat akan menunjang meningkatnya derajat kesehatan, hal ini

dapat dilihat dari banyaknya penyakit berbasis perilaku dan gaya hidup. Kebiasaan

pola makan yang sehat dapat menghindarkan diri kita dari banyak penyakit,

diantaranya penyakit jantung, darah tinggi, stroke, kegemukan, diabetes mellitus

dan lain-lain.

d. Faktor Lingkungan

Lingkungan memiliki pengaruh dan peranan terbesar diikuti perilaku, fasilitas

kesehatan dan keturunan. Lingkungan sangat bervariasi, umumnya digolongkan

menjadi tiga kategori, yaitu yang berhubungan dengan aspek fisik dan sosial.

Lingkungan yang berhubungan dengan aspek fisik contohnya sampah, air, udara,

tanah, ilkim, perumahan, dan sebagainya. Sedangkan lingkungan sosial merupakan

hasil interaksi antar manusia seperti kebudayaan, pendidikan, ekonomi, dan

sebagainya.

Negara Indonesia adalah Negara agraris yang hampir semua masyarakatnya

mengkonsumsi beras (nasi) sebagai makanan pokok dan sumber utama karbohidrat

maka tak heran jika penyakit diabetes mellitus masuk jajaran sepuluh besar

penyakit dengan angka kesakitan terbesar di Indonesia. Berdasarkan data

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Indonesia kini menempati urutan ke-4 terbesar

dalam jumlah penderita diabetes melitus didunia. Orang Indonesia cenderung

mengkonsumsi nasi (60%) dengan lauk sedikit tanpa memperhitungkan jumlah

kalori karbohidrat yang diperlukan tubuh. Kelebihan karbohidrat/glukosa inilah yang

kemudian menyebabkan diabetes mellitus.

Tidak hanya itu status sosial ekonomi yang rendah juga dapat memicu

timbulnya berbagai macam penyakit tak terkecuali diabetes mellitus. Masyarakat

Page 20: Bismillah BAB 1-5

yang hidup dengan keterbatasan ekonomi kebanyakan mereka tidak

memperhatikan kesehatan termasuk mengecek kadar gula darah. Kebanyakan

masyarakat Indonesia tidak akan pergi ke pelayanan kesehatan sebelum mereka

sakit parah.

2.2.2.1 Pengertian HipertensiHipertensi merupakan suatu kondisi tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan

tekanan diastolik ≥ 90 mmHg. Hal ini juga ditandai dengan kenaikan curah jantung

(cardiac output) atau tahanan periferal vascular yang memiliki penyebab

multifaktorial (Brunner & Suddarth, 2002). Untuk mengetahui adanya tekanan darah

tinggi yang abnormal maka seseorang diukur minimal pada tiga kesempatan yang

berbeda. Tekanan darah normal bervariasi berdasarkan usia sehingga untuk

mendiagnosis hipertensi harus spesifik sesuai dengan usia (Corwin, 2009).

Secara umum, hipertensi pada awalnya merupakan suatu keadaan tanpa

gejala (asimptomatis), dimana tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri

menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung,

serangan jantung, kerusakan ginjal, dan hingga menyebabkan kematian. Oleh

karena itu hipertensi disebut juga sebagai “silent killer”. Sedangkan tekanan darah itu

sendiri merupakan ukuran kekuatan darah saat menekan dinding pembuluh darah

arteri, pembuluh nadi yang menghantarkan darah ke seluruh tubuh (Gray, 2005).

2.2.2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hipertensi1. Faktor resiko yang tidak dapat dikontrol

a. Faktor genetik

Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga

itu mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan dengan

peningkatan kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium

terhadap sodium Individu dengan orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko

dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak

mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi. Selain itu didapatkan 70-80%

kasus hipertensi esensial dengan riwayat hipertensi dalam keluarga.

b. Umur

Insidensi hipertensi meningkat seiring dengan pertambahan umur. Pasien

yang berumur di atas 60 tahun, 50 – 60 % mempunyai tekanan darah lebih besar

atau sama dengan 140/90 mmHg. Hal ini merupakan pengaruh degenerasi yang

terjadi pada orang yang bertambah usianya. Hipertensi merupakan penyakit

multifaktorial yang munculnya oleh karena interaksi berbagai faktor. Dengan

bertambahnya umur, maka tekanan darah juga akan meningkat. Setelah umur 45

Page 21: Bismillah BAB 1-5

tahun, dinding arteri akan mengalami penebalan oleh karena adanya

penumpukan zat kolagen pada lapisan otot, sehingga pembuluh darah akan

berangsur-angsur menyempit dan menjadi kaku. Tekanan darah sistolik

meningkat karena kelenturan pembuluh darah besar yang berkurang pada

penambahan umur sampai dekade ketujuh sedangkan tekanan darah diastolik

meningkat sampai decade kelima dan keenam kemudian menetap atau

cenderung menurun. Peningkatan umur akan menyebabkan beberapa perubahan

fisiologis, pada usia lanjut terjadi peningkatan resistensi perifer dan aktivitas

simpatik. Pengaturan tekanan darah yaitu reflex baroreseptor pada usia lanjut

sensitivitasnya sudah berkurang, sedangkan peran ginjal juga sudah berkurang

dimana aliran darah ginjal dan laju filtrasi glomerulus menurun.

c. Jenis kelamin

Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita. Namun

wanita terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum menopause. 19 Wanita

yang belum mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang

berperan dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar

kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah

terjadinya proses aterosklerosis. Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai

penjelasan adanya imunitas wanita pada usia premenopause. Pada

premenopause wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit hormon estrogen

yang selama ini melindungi pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini terus

berlanjut dimana hormon estrogen tersebut berubah kuantitasnya sesuai dengan

umur wanita secara alami, yang umumnya mulai terjadi pada wanita umur 45-55

tahun.

d. Etnis

Hipertensi lebih banyak terjadi pada orang berkulit hitam dari pada yang

berkulit putih. Sampai saat ini, belum diketahui secara pasti penyebabnya. Namun

pada orang kulit hitam ditemukan kadar renin yang lebih rendah dan sensitifitas

terhadap vasopressin lebih besar.

1. Faktor resiko yang dapat dikontrol a. Aktivitas fisik

Aktivitas fisik yang tinggi seperti aerobic ± 30 menit/hari selama seminggu

mampu mengontrol hipertensi dengan menurunkan resistensi perifer dan

obesitas, meningkatnya kadar HDL-C, menurunnya kadar LDL-C,

berkurangnya frekuensi denyut jantung saat istirahat, dan konsumsi oksigen

miokardium (MVO2) (Price & Wilson, 2006 ; William, 2007)

b. Kebiasaan merokok dan alkoholik

Page 22: Bismillah BAB 1-5

Nikotin dapat mengakibatkan penyempitan pembuluh darah sedangkan zat

racun lain dari rokok dan alcohol yang telah beredar dalam darah dapat

merusak lapisan endotel pembuluh darah serta meningkatkan kekentalan

darah sehingga mempercepat proses aterosklerosis yang selanjutnya

berkembang menjadi hipertensi. Selain itu, setelah merokok dua batang saja

dapat meningkatkan 10 mmHg tekanan sistolik maupun diastolik (Barutcu et

al., 2004 ; William, 2007)

c. Stress

Stres yang berlebihan dalam waktu yang lama dapat meningkatkan

resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung yang selanjutnya akan

menstimulasi aktivitas saraf simpatis (Anggraini,2009).

d. Obesitas

Berat badan merupakan faktor determinan pada tekanan darah pada

kebanyakan kelompok etnik di semua umur. Menurut National Institutes for

Health USA (NIH, 1998), prevalensi tekanan darah tinggi pada orang dengan

Indeks Massa Tubuh (IMT) >30 (obesitas) adalah 38% untuk pria dan 32%

untuk wanita, dibandingkan dengan prevalensi 18% untuk pria dan 17% untuk

wanita bagi yang memiliki IMT <25 (status gizi normal menurut standar

internasional). Menurut Hall (1994) perubahan fisiologis dapat menjelaskan

hubungan antara kelebihan berat badan dengan tekanan darah, yaitu

terjadinya resistensi insulin dan hiperinsulinemia, aktivasi saraf simpatis dan

sistem renin-angiotensin, dan perubahan fisik pada ginjal. Peningkatan

konsumsi energi juga meningkatkan insulin plasma, dimana natriuretik

potensial menyebabkan terjadinya reabsorpsi natrium dan peningkatan

tekanan darah secara terus menerus.

e. Asupan garam berlebihan

Berdasarkan penelitian Poulter et al (1990) dalam Reddy et al (2004)

menyatakan bahwa penduduk Kenya yang tinggal di perkotaan mengkonsumsi

garam lebih dari 100 mmol per hari (sekitar 2,4 sodium atau 6 gram garam)

memiliki tekanan darah yang lebih tinggi dibandingkan yang tinggal dipedesaan

dengan mengkonsumsi garam lebih sedikit. Mengkonsumsi garam melebihi

anjuran (6 gr/hari) dapat mengakibatkan penumpukan natrium dalam darah. Hal

ini menyebabkan retensi cairan dalam sel karena ion Na akan menarik cairan di

luar sel agar tidak keluar sehingga akan meningkatkan volume dan tekanan

darah (Anggraini, 2009). Pada penderita hipertensi biasanya disarankan untuk

mengurangi jumlah pemakaian garam sesuai anjuran (6 gr/hari) dan membatasi

Page 23: Bismillah BAB 1-5

konsumsi makanan kemasan seperti sup kaleng, daging ham, kacang asin dan

lain-lain (William, 2007).

2.2.2.3 Hipertensi dalam pandangan Kesehatan KomunitasMenurut Hendrik L. Blumm, terdapat 4 faktor yang mempengaruhi derajat

kesehatan masyarakat, yaitu: faktor perilaku, lingkungan, keturunan dan pelayanan

kesehatan.

a. Faktor Genetik

Menurut Nurkhalida, orang-orang dengan sejarah keluarga yang mempunyai

hipertensi lebih sering menderita hipertensi. Riwayat keluarga dekat yang

menderita hipertensi (faktor keturunan) juga mempertinggi risiko terkena hipertensi

terutama pada hipertensi primer. Keluarga yang memiliki hipertensi dan penyakit

jantung meningkatkan risiko hipertensi 2-5 kali lipat. Dari data statistik terbukti

bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan

hipertensi jika orang tuanya menderita hipertensi.

Menurut Sheps, hipertensi cenderung merupakan penyakit keturunan. Jika

seorang dari orang tua kita mempunyai hipertensi maka sepanjang hidup kita

mempunyai 25% kemungkinan mendapatkannya pula. Jika kedua orang tua kita

mempunyai hipertensi, kemungkunan kita mendapatkan penyakit tersebut 60%.

b. Faktor Pelayanan Kesehatan

Ketersediaan pelayanan kesehatan, dan pelayanan kesehatan yang

berkualitas akan berpengaruh terhadap derajat kesehatan masyarakat.

Pengetahuan dan keterampilan petugas kesehatan yang diimbangi dengan

kelengkapan sarana/prasarana, dan dana akan menjamin kualitas pelayanan

kesehatan. Pelayanan seperti ini akan mampu mengurangi atau mengatasi masalah

kesehatan yang berkembang di suatu wilayah atau kelompok masyarakat.

Pelayanan yang tepat oleh para tenaga kesehatan juga harus ditingkatkan agar

orang-orang yang menunjukkan gejala dan beresiko bisa ditangani dengan baik,

agar tidak terjadi hipertensi. Pelayanan kesehatan yang kurang tepat dapat

memperburuk kondisi penderita. Pelayanan diagnosapun harus baik, karena

disinilah orang akan diketahui bahwa dia terkena hipertensi atau tidak.

c. Faktor Perilaku

Faktor perilaku yang terjadi pada penderita hipertensi adalah faktor perilaku

yang bersifat individu seperti gaya hidup, kegemukan, pola makan, kurang olahraga

dan sebagainya.

Rokok juga dihubungkan dengan hipertensi. Hubungan antara rokok dengan

peningkatan risiko kardiovaskuler telah banyak dibuktikan. Zat-zat kimia beracun,

seperti nikotin dan karbon monoksida yang diisap melalui rokok, yang masuk

Page 24: Bismillah BAB 1-5

kedalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri dan

mengakibatkan proses aterosklerosis dan hipertensi.

Konsumsi garam berlebih juga dapat memicu timbulnya hipertensi. Pengaruh

asupan garam terhadap hipertensi melalui peningkatan volume plasma (cairan

tubuh) dan tekanan darah. Keadaan ini akan diikuti oleh peningkatan ekskresi

kelebihan garam sehingga kembali pada keadaan hemodinamik (sistem

pendarahan) yang normal.

Kebiasaan konsumsi lemak jenuh erat kaitannya dengan peningkatan berat

badan yang berisiko terjadinya hipertensi. Konsumsi lemak jenuh juga

meningkatkan risiko aterosklerosis yang berkaitan dengan kenaikan tekanan darah.

Kebiasaan konsumsi lemak jenuh juga erat kaitannya denga penggunaan

jelantah. Penggunaan minyak goreng sebagai media penggorengan bisa menjadi

rusak karena minyak goreng tidak tahan terhadap panas. Minyak goreng yang

tinggi kandungan ALTJ-nya pun memiliki nilai tambah hanya padagorengan

pertama saja, selebihnya minyak tersebut menjadi rusak. Bahan makanan kaya

omega-3 yang diketahui dapat menurunkan kadar kolesterol darah, akan tidak

berkasiat bila dipanaskan dan diberi kesempatan untuk dingin kemudian dipakai

untuk menggoreng kembali, karena komposisi ikatan rangkapnya telah rusak.

Alkohol juga dihubungkan dengan hipertensi. Peminum alkohol berat

cenderung hipertensi meskipun mekanisme timbulnya hipertensi belum diketahui

secara pasti. Orang-orang yang minum alkohol terlalu sering atau yang terlalu

banyak memiliki tekanan yang lebih tinggi dari pada individu yang tidak minum atau

minum sedikit.

Obesitas atau kegemukan dimana berat badan mencapai indeks massa tubuh

> 25 juga merupakan salah satu faktor risiko terhadap timbulnya hipertensi. Curah

jantung dan sirkulasi volume darah penderita hipertensi yang obesitas lebih tinggi

dari penderita hipertensi yang tidak obesitas. Pada obesitas tahanan perifer

berkurang atau normal, sedangkan aktivitas saraf simpatis meninggi dengan

aktivitas renin plasma yang rendah. Olah raga ternyata juga dihubungkan dengan

pengobatan terhadap hipertensi.

Melalui olah raga yang isotonik dan teratur (aktivitas fisik aerobik selama 30-

45 menit/hari) dapat menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan

darah. Selain itu dengan kurangnya olah raga maka risiko timbulnya obesitas akan

bertambah, dan apabila asupan garam bertambah maka risiko timbulnya hipertensi

juga akan bertambah.

Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf

simpatis, yang dapat meningkatkan tekanan darah secara bertahap. Apabila stress

Page 25: Bismillah BAB 1-5

menjadi berkepanjangan dapat berakibat tekanan darah menjadi tetap tinggi. Hal

ini secara pasti belum terbukti, akan tetapi pada binatang percobaan yang diberikan

pemaparan tehadap stress ternyata membuat binatang tersebut menjadi hipertensi.

d. Faktor Lingkungan

Lingkungan yang mendukung gaya hidup bersih juga berperan dalam

meningkatkan derajat kesehatan. Kebanyakan masyarakat mengkonsusi garam,

bahkan tak jarang penggunaannya melebihi batas yang dianjurkan, maka tak heran

penyakit hipertensi masuk jajaran sepuluh besar penyakit dengan angka kesakitan

terbesar di Indonesia.

Namun ada faktor lingkungan yang dapat mencegah terjadinya penyakit

hipertensi adalah dengan cara menghindari adanya stress.

2.3 KONSEP KELUARGA2.3.1 Pengertian Keluarga

Keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan anak tempat anak belajar

dan mengatakan sebagai makhluk sosial. Dalam keluarga umumnya anak melakukan

interaksi yang intim. Keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan

perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya

yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial dari tiap

anggota keluarga (Duval, 1972 dalam Setiadi 2008).

Menurut Slameto (2006) keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan

utama bagi anak-anaknya baik pendidikan bangsa, dunia, dan negara sehingga cara orang

tua mendidik anak-anaknya akan berpengaruh terhadap belajar. Sedangkan menurut

Mubarak, dkk (2009) keluarga merupakan perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat

oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu

berinteraksi satu dengan yang lain.

2.3.2 Bentuk KeluargaBeberapa bentuk keluarga adalah sebagai berikut.

a. Keluarga inti (Nuclear Family) Keluarga yang dibentuk karena ikatan perkawinan

yang direncanakan yang terdiri dari suam, istri, dan anak-anak, baik karena kelahiran

(natural) maupun adopsi.

b. Keluarga besar (Extended Family) Keluarga inti ditambah keluarga yang lain (karena

hubungan darah), misalnya kakek, nenek, bibi, paman, sepupu termasuk keluarga

modern, seperti orangtua tunggal, keluarga tanpa anak, serta keluarga pasangan

sejanis (gay/lesbian families).

Page 26: Bismillah BAB 1-5

c. Keluarga Campuran (Blended Family) Keluarga yang terdiri dari suami, istri, anak-

anak kandung dan anakanak tiri.

d. Keluarga menurut hukum umum (Common Law Family) Anak-anak yang tinggal

bersama.

e. Keluarga orang tua tinggal Keluarga yang terdiri dari pria atau wanita, mungkin

karena telah bercerai, berpisah, ditinggal mati atau mungkin tidak pernah menikah,

serta anak-anak mereka yang tinggal bersama.

f. Keluarga Hidup Bersama (Commune Family) Keluarga yang terdiri dari pria, wanita

dan anak-anak yang tinggal bersama berbagi hak dan tanggungjawab, serta memiliki

kepercayaan bersama.

g. Keluarga Serial (Serial Family) Keluarga yang terdiri dari pria dan wanita yang telah

menikah dan mungkin telah punya anak, tetapi kemudian bercerai dan masing-

masing menikah lagi serta memiliki anak-anak dengan pasangannya masingmasing,

tetapi semuanya mengganggap sebagai satu keluarga.

h. Keluarga Gabungan (Composite Family) Keluarga yang terdiri dari suam dengan

beberapa istri dan anak-anaknya (poligami) atau istri dengan beberapa suami dan

anak-anaknya (poliandri).

i. Hidup bersama dan tinggal bersama (Cohabitation Family) Keluarga yang terdiri dari

pria dan wanita yang hidup bersama tanpa ada ikatan perkawinan yang sah.

Sedangkan menurut Sussman (1970) membedakan 2 bentuk keluarga, yaitu :

1. Keluarga Tradisional (Traditional Family)

a. Keluarga yang terbentuk karena/tidak melanggar norma-norma kehidupan

masyarakat yang secara tradisional dihormati bersamasama, yang terpenting

adalah keabsahan ikatan keluarga.

b. Keluarga Inti (Nuclear Family) Keluarga yang terdiri dari suami, istri serta

anak-anak yang hidup bersama-sama dalam satu rumah tangga.

c. Keluarga Inti diad (Nuclear Dyad Family) Keluarga yang terdiri dari suami dan

istri tanpa anak, atau anak-anak mereka telah tidak tinggal bersama.

d. Keluarga orang tua tunggal (Single Parent Family) Keluarga inti yang suami

atau istrinya telah meninggal dunia.

e. Keluarga orang dewasa bujangan (Single Adult Living Alone) Keluarga yang

terdiri dari satu orang dewasa laki-laki atau wanita yang hidup secara

membujang.

f. Keluarga tiga generasi (Three Generation Family) Keluarga inti ditambah

dengan anak yang dilahirkan oleh anak-anak mereka.

Page 27: Bismillah BAB 1-5

g. Keluarga pasangan umur jompo atau pertengahan (Middle Age or Aldert

Couple) Keluarga inti diad yang suami atau istrinya telah memasuki usia

pertengahan atau lanjut.

h. Keluarga jaringan keluarga (Kin Network) Keluarga inti ditambah dengan

saudara-saudara menurut garis vertikal atau horizontal, baik dari pihak suami

maupun istri.

i. Keluarga karier kedua (Second Carrier Family) Keluarga inti diad yang anak-

anaknya telah meninggalkan keluarga, suami atau istri aktif lagi kerja.

2. Keluarga Non Tradisional Keluarga yang pembentukannya tidak sesuai atau

dianggap melanggar norma-norma kehidupan tradisional yang dihormati bersama.

Yang terpenting adalah keabsahan ikatan perkawinan antara suami-istri. Dibedakan

5 macam sebagai berikut :

a. Keluarga yang hidup bersama (Commune Family) Keluarga yang terdiri dari

pria, wanita dan anak-anak yang tinggal bersama, berbagi hak dan

tanggungjawab bersama serta memiliki kekayaan bersama.

b. Keluarga dengan orang tua tidak kawin dengan anak (Unmarried Parents and

Children Family): pria atau wanita yang tidak pernah kawin tetapi tinggal

bersama dengan anak yang dilahirkannya.

c. Keluarga pasangan tidak kawin dengan anak (Unmarried couple with children

Family): keluarga inti yang hubungan suami-istri tidak terikat perkawinan sah.

d. Keluarga pasangan tinggal bersama (Combifity Family): keluarga yang terdiri

dari pria dan wanita yang hidup bersama tanpa ikatan perkawinan yang sah.

e. Keluarga homoseksual (Homoseksual Union) adalah keluarga yang terdiri

dari dua orang dengan jenis kelamin yang sama dan hidup bersama sebagai

suami istri (Sudiharto, 2007).

2.3.3 Fungsi KeluargaDalam suatu keluarga ada beberapa fungsi keluarga yang dapat dijalankan yaitu sebagai

berikut :

1. Fungsi biologis adalah fungsi untuk meneruskan keturunan, memelihara, dan

membesarkan anak, serta memenuhi kebutuhan gizi keluarga (Mubarak, dkk 2009).

2. Fungsi psikologis adalah memberikan kasih sayang dan rasa aman bagi keluarga,

memberikan perhatian diantara keluarga, memberikan kedewasaan kepribadian

anggota keluarga, serta memberikan identitas pada keluarga (Mubarak, dkk 2009).

Page 28: Bismillah BAB 1-5

3. Fungsi sosialisasi adalah membina sosialisasi pada anak, membentuk normanorma

tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan masing-masing dan meneruskan

nilai-nilai budaya (Mubarak, dkk 2009). Fungsi sosialisasi adalah fungsi yang

mengembagkan proses interaksi dalam keluarga yang dimulai sejak lahir dan

keluarga merupakan tempat individu untuk belajar bersosialisasi (Setiawati, 2008).

4. Fungsi ekonomi adalah mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi

kebutuhan keluarga saat ini dan menabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga

dimana yang akan datang (Mubarak, dkk 2009). Fungsi ekonomi merupakan fungsi

keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga termasuk sandang,

pangan dan papan (Setiawati, 2008).

5. Fungsi pendidikan adalah menyekolahkan anak untuk memberikaan pengetahuan,

keterampilan, membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang

dimilikinya, mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam

memenuhi perannya sebagai orang dewasa serta mendidik anak sesuai dengan

tingkat perkembanganya (Mubarak, dkk 2009).

2.3.4 Tugas Kesehatan KeluargaMenurut Mubarak, dkk (2009) keluarga dapat melaksanakan perawatan atau pemeliharaan

kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga, yaitu sebagai berikut :

1. Mengenal masalah kesehatan keluarga Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga

yang tidak boleh diabaikan. Karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan

berarti. Orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan

yang dialami oleh anggota keluarganya. Perubahan sekecil apa pun yang dialami

anggota keluarga, secara tidak langsung akan menjadi perhatian keluarga atau

orang tua. Apabila menyadari adanya perubahan, keluarga perlu mencatat kapan

terjadinya, perubahan apa yang terjadi, dan seberapa besar perubahanya.

2. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat Tugas ini merupakan upaya

utama keluarga untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan

keluarga, dengan pertimbangan di antara anggota keluarga yang mempunyai

kemampuan memutuskan sebuah tindakan. Tindakan kesehatan yang dilakukan

oleh keluarga diharapkan tepat agar masalah kesehatan yang sedang terjadi dapat

dikurangi atau teratasi. Jika keluarga mempunyai keterbatasan dalam mengambil

keputusan, maka keluarga dapat meminta bantuan kepada orang lain di lingkungan

tempat tinggalnya.

3. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit Sering kali keluarga

mengambil tindakan yang tepat, tetapi jika keluarga masih merasa mengalami

keterbatasan, maka anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan perlu

Page 29: Bismillah BAB 1-5

memperoleh tindakan lanjutan atau perawatan agar masalah yang lebih parah tidak

terjadi. Perawatan dapat dilakukan di institusi pelayanan kesehatan atau di rumah

apabila keluarga telah memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan

pertama.

4. Mempertahankan suasana rumah yang sehat Rumah merupakan tempat berteduh,

berlindung, dan bersosialisasi bagi anggota keluarga. Sehingga anggota keluarga

akan memiliki waktu yang lebih banyak berhubungan dengan lingkungan tempat

tinggal. Oleh karena itu, kondisi rumah harus dapat menunjang derajat kesehatan

bagi anggota keluarga.

5. Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat Apabila mengalami

gangguan atau masalah yang berkaitan dengan kesehatan keluarga atau anggota

keluarga harus dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada disekitarnya.

Keluarga dapat berkonsultasi atau meminta bantuan tenaga keperawatan untuk

memecahkan masalah yang dialami anggota keluarganya, sehingga keluarga dapat

bebas dari segala macam penyakit.

2.3.5 Peran KeluargaPeran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap

seseorang sesuai kedudukanya dalam suatu sistem (Mubarak,dkk. 2009). Peran merujuk

kepada beberapa set perilaku yang kurang lebih bersifat homogen, yang didefinisikan dan

diharapkan secara normatif dari seseorang peran dalam situasi sosial tertentu

(Mubarak,dkk, 2009). Peran keluarga adalah tingkah laku spesifik yang diharapkan oleh

seseorang dalam konteks keluarga. Jadi peran keluarga menggambarkan seperangkat

perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan

situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku

dari keluarga, kelompok dan masyarakat (Setiadi, 2008).

Menurut Setiadi (2008) setiap anggota keluarga mempunyai peran masingmasing.

Peran ayah yang sebagai pemimpin keluarga yang mempunyai peran sebagai pencari

nafkah, pendidik, pelindung atau pengayom, pemberi rasa aman bagi setiap anggota

keluarga dan juga sebagai anggota masyarakat kelompok sosial tertentu. Peran ibu sebagai

pengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak-anak, pelindung keluarga dan juga

sebagai anggota masyarakat kelompok sosial tertentu. Sedangkan peran anak sebagai

pelau psikososial sesuai dengan perkembangan fisik, mental, sosial dan spiritual.

Menurut Mubarak, dkk (2009) terdapat dua peran yang mempengaruhi keluarga yaitu peran

formal dan peran informal.

1. Peran Formal Peran formal keluarga adalah peran-peran keluarga terkait sejumlah

perilaku yang kurang lebih bersifat homogen. Keluarga membagi peran secara

Page 30: Bismillah BAB 1-5

merata kepada para anggotanya seperti cara masyarakat membagi peran-perannya

menurut pentingnya pelaksanaan peran bagi berfungsinya suatu sistem. Peran dasar

yang membentuk posisi sosial sebagai suami-ayah dan istri-ibu antara lain sebagai

provider atau penyedia, pengatur rumah tangga perawat anak baik sehat maupun

sakit, sosialisasi anak, rekreasi, memelihara hubungan keluarga paternal dan

maternal, peran terpeutik (memenuhi kebutuhan afektif dari pasangan), dan peran

sosial.

2. Peran Informal kelurga Peran-peran informal bersifat implisit, biasanya tidak tampak,

hanya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan emosional individu atau untuk

menjaga keseimbangan dalam keluarga. Peran adapif antara lain :

1. Pendorong memiliki arti bahwa dalam keluarga terjadi kegiatan mendorong,

memuji, dan menerima kontribusi dari orang lain. Sehingga ia dapat merangkul

orang lain dan membuat mereka merasa bahwa pemikiran mereka penting dan

bernilai untuk di dengarkan.

2. Pengharmonisan yaitu berperan menengahi perbedaan yang terdapat diantara

para anggota, penghibur, dan menyatukan kembali perbedaan pendapat.

3. Inisiator-kontributor yang mengemukakan dan mengajukan ide-ide baru atau

cara-cara mengingat masalah-masalah atau tujuan-tujuan kelompok.

4. Pendamai berarti jika terjadi konflik dalam keluarga maka konflik dapat

diselesaikan dengan jalan musyawarah atau damai.

5. Pencari nafkah yaitu peran yang dijalankan oleh orang tua dalam memenuhi

kebutuhan, baik material maupun non material anggota keluarganya.

6. Perawatan keluarga adalah peran yang dijalankan terkait merawat anggota

keluarga jika ada yang sakit.

7. Penghubung keluarga adalah penghubung, biasanya ibu mengirim dan

memonitori kemunikasi dalam keluarga.

8. Poinir keluarga adalah membawa keluarga pindah ke satu wilayah asing

mendapat pengalaman baru.

9. Sahabat, penghibur, dan koordinator yang berarti mengorganisasi dan

merencanakan kegiatan-kegiatan keluarga yang berfungsi mengangkat

keakraban dan memerangi kepedihan. j. Pengikut dan sanksi, kecuali dalam

beberapa hal, sanksi lebih pasif. Sanksi hanya mengamati dan tidak

melibatkan dirinya.

2.3 KONSEP POSBINDU2.3.1 Pengertian

Page 31: Bismillah BAB 1-5

Pos Binaan Terpadu (POSBINDU) adalah kegiatan monitoring dan

deteksi dini faktor resiko PTM terintegrasi (Penyakit jantung dan pembuluh darah,

diabetes, penyakit paru obstruktif akut dan kanker) serta gangguan akibat

kecelakaan dan tindakan kekerasan dalam rumah tangga yang dikelola oleh

masyarakat melalui pembinaan terpadu. Posbindu Adalah bentuk peran serta

masyarakat (kelompok Masyarakat, Organisasi, Industri, Kampus dll) dalam

upaya promotif dan preventif untuk mendeteksi dan pengendalian dini

keberadaan faktor resiko Penyakit Tidak Menular (PTM) secara terpadu.

Kegiatan Posbindu :

- Monitoring faktor resiko bersama PTM secara rutin dan periodik.

Rutin berarti Kebiasaan memeriksa kondisi kesehatan meski tidak dalam kondisi

sakit.

Periodik artinya pemeriksaan kesehatan dilakukan secara berkala.

- Konseling faktor resiko PTM tentang diet, aktifitas fisik, merokok, stress dll.

- Penyuluhan / dialog interaktif sesuai masalah terbanyak.

- Aktifitas fisik bersama seperti olah raga bersama, kerja bakti dll.

- Rujukan kasus faktor resiko sesuai kriteria klinis.

2.3.2 Tujuan, Sasaran & Manfaat Penyelenggaraan Kegiatan Posbindu PTM (5M)2.3.2.1 Tujuan

Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pencegahan dan penemuan dini

faktor risiko PTM

2.3.2.2 Sasaran Kelompok Masyarakat Sehat, Berisiko dan Penyandang PTM atau orang

dewasa yang berumur 15 tahun keatas.

Pada orang sehat agar faktor resiko tetap terjaga dalam kondisi normal.

Pada orang dengan faktor resiko adalah mengembalikan kondisi beresiko

ke kondisi normal.

Pada orang dengan penyandang PTM adalah mengendalikan faktor resiko

pada kondisi normal untuk mencegah timbulnya komplikasi PTM.

2.3.2.3 Manfaat : - Membudayakan Gaya Hidup Sehat dengan berperilaku: Cek kondisi kesehatan

anda secara berkala, Enyahkan asap rokok, Rajin aktifitas fisik, Diet yang sehat

dengan kalori seimbang, Istirahat yang cukup, Kelola stres (CERDIK) dalam

lingkungan yg kondusif di rutinitas kehidupannya.

Page 32: Bismillah BAB 1-5

- Mawas Diri : Faktor risiko PTM yg kurang menimbulkan gejala secara

bersamaan dapat terdeteksi & terkendali secara dini.

- Metodologis & Bermakna secara klinis: Kegiatan dapat dipertanggung jawabkan

secara medis dan dilaksanakan oleh kader khusus dan bertanggung jawab yg

telah mengikuti pelatihan metode deteksi dini atau edukator PPTM.

- Mudah Dijangkau: Diselenggarakan di lingkungan tempat tinggal masyarakat/

lingkungan tempat kerja dgn jadwal waktu yang disepakati.

- Murah: Dilakukan oleh masyarakat secara kolektif dgn biaya yg

disepakati/sesuai kemampuan masyarakat.

2.3.3 Kegiatan2.3.3.1 Jenis Kegiatan POSBINDU

1. Melakukan wawancara untuk menggali informasi faktor risiko keturunan

dan perilaku.

2. Melakukan penimbangan dan mengukur lingkar perut, serta Indeks Massa

Tubuh termasuk analisa lemak tubuh.

3. Melakukan pengukuran tekanan darah.

4. Melakukan pemeriksaan gula darah.

5. Melakukan pengukuran kadar lemak darah (kolesterol total dan

trigliserida).

6. Melakukan pemeriksaan fungsi paru sederhana (Peakflowmeter)

7. Pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual Asetat) oleh tenaga bidan terlatih

8. Melaksanakan konseling (diet, merokok, stress, aktifitas fisik dan lain-lain)

dan penyuluhan kelompok termasuk sarasehan.

9. Melakukan olah raga/aktifitas fisik bersama dan kegiatan lainnya.

10. Melakukan rujukan ke Puskesmas

11. Untuk jadwal sebaiknya diatur berdasarkan kesepakatan bersama dengan

memperhatikan anjuran jangka waktu monitoring yang bermanfaat secara

klinis (lihat pada tabel anjuran pemantauan).

2.3.3.2 Alur Kegiatan POSBINDU

MEJA 1 : Pendaftaran

MEJA 2 : Wawancara

MEJA 3 : Pengukuran Tinggi Badan, Berat Badan, IMT, Lemak Perut

MEJA 4 : Pemeriksaan Tekanan Darah, Glukosa Darah, Cholesterol

Page 33: Bismillah BAB 1-5

MEJA 5 : Edukasi / Konseling

2.3.3.3 Tahap Penyelenggaraan Posbindu

1. Satu hari sebelum pelaksanaan ( Tahap Persiapan)

a. Mengadakan pertemuan kelompok untuk menentukan jadwal kegiatan.

b. Menyiapkan tempat dan peralatan yang diperlukan.

c. Membuat dan menyebarkan pengumuman mengenai waktu pelaksanaan.

2. Hari Pelaksanaan

a. Melakukan pelayanan dengan sistem 5 meja atau modifikasi sesuai

dengan kebutuhan dan kesepakatan bersama.

b. Aktifitas bersama seperti berolahraga bersama, demo masak,

penyuluhan, sarasehan atau peningkatan ketrampilan bagi para

anggotanya.

3. Satu hari setelah pelaksanaan ( Tahap evaluasi )

a. Menilai kehadiran (para anggotanya, kader dan undangan lainnya)

b. Catatan pelaksanaan kegiatan

c. Masalah yang dihadapi

d. Mencatat hasil penyelesaian masalah

2.3.3.4 KetenagaanTenaga untuk kegiatan Posbindu lakukan oleh 5 orang kader dengan di bantu oleh tenaga kesehatan

dari puskesmas setempat.

No Tenaga Peranan

1 Koordinator Ketua dari perkumpulan dan penanggungjawab kegiatan

serta berkoordinasi terhadap Puskesmas dan Para Pembina

terkait di wilayahnya.

2 Kader Penggerak Anggota perkumpulan yang aktif, berpengaruh dan

komunikatif bertugas menggerakkan masyarakat, sekaligus

melakukan wawancara dalam penggalian informasi

3 Kader Pemantau Anggota Perkumpulan yang aktif dan komunikatif bertugas

melakukan pengukuran Faktor risiko PTM

4 Kader

Konselor/Edukator

Anggota Perkumpulan yang aktif, komunikatif dan telah

menjadi panutan dalam penerapan gaya hidup sehat,

bertugas melakukan konseling, edukasi, motivasi serta

Page 34: Bismillah BAB 1-5

menindaklanjuti rujukan dari Puskesmas

5 Kader Pencatat Anggota perkumpulan yang aktif dan komunikatif bertugas

melakukan pencatatan hasil kegiatan Posbindu PTM dan

melaporkan kepada koordinator Posbindu PTM.

Syarat menjadi seorang kader;a. Berasal dari anggota kelompok masyarakat/lembaga/institusi

b. Peduli terhadap masalah penyakit tidak menular dan bersedia melaksanakan

kegiatan Posbindu PTM

c. Pendidikan sebaiknya minimal setingkat SLTA (Sekolah Lanjutan Tingkat Atas)

Tugas Kader;a. Melakukan pendekatan kepada pimpinan kelompok/lembaga/institusi.

b. Melakukan survai mawas diri/pendataan bersama petugas.

c. Melaksanakan musyawarah bersama dalam penyelesaian masalah termasuk

penentuan jadwal penyelenggaraan posbindu PTM.

d. Mendorong anggota kelompok masyarakat/kelompok/lembaga/institusi untuk

datang ke posbindu PTM ( mengajak anggota keluarga/masyarakat agar hadir,

memberikan serta menyebarluaskan informasi kesehatan, menggali dan

menggalang sumber daya termasuk dana yang berasal dari masyarakat).

e. Melaksanakan kegiatan posbindu PTM termasuk kunjungan rumah bila

diperlukan.

f. Melakukan pencatatan hasil kegiatan Posbindu PTM (Petunjuk Teknis

Pelaksanaan POSBINDU di LubukLinggau, 2014)

Page 35: Bismillah BAB 1-5

BAB IIIASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

Asuhan keperawatan komunitas dilaksanakan oleh mahasiswa jurusan keperawatan

FKUB melalui praktek keperwatan di masyarakat yang dimulai pada tanggal 8 Juni 2015 s/d

8 Agustus 2015. Kelompok mendapatkan tempat praktek RW 02 RT 01 s/d RT 11 Kelurahan

Gadingkasri Kecamatan Klojen Kabupaten Malang.

3.1 Tahap PersiapanKeperawatan komunitas merupakan salah satu departemen dalam pendidikan

profesi keperawatan yang kegiatan nya difokuskan pada praktek lapangan. Dalam

melakukan pengkajian daerah binaan mahasiswa berkoordinasi dengan pembimbing

lahan dan akademik mengenai situasi dan kondisi yang ada diwilayah Puskesmas

Bareng.

Setelah mendapatkan pengarahan dari pembimbing akademik dan lahan, sasaran

yang diambil adalah warga yang tinggal diwilayah RW 02. Berdasarkan data jumlah

penderita DM dan hipertensi yang tinggi serta saran dari petugas kesehatan lingkungan

dan promosi kesehatan di Puskesmas Bareng, mahasiswa mendapat gambaran daerah

binaan RW 02 RT 01, 02, 03, 04, 05, 06, 07, 08, 09, 10, 11. Mahasiswa memberikan

surat-surat pengantar kepada ketua RW 02. Setelah mendapatkan izin dari ketua RW,

kelompok membagi tugas dan melakukan wawancara awal dengan masing-masing

ketua RT 01 hingga 11 beserta elemen masyarakat yang ada di RW 02 (termasuk kader

kesehatan yang ada), mahasiswa juga melakukan Winshield Survey di wilayah sekitar

RW 02.

Sebelum melakukan pengkajian, mahasiswa membuat instrument pengkajian

yang akan diisi oleh warga RW 02 dan menentukan besarnya sampel. Sampel dipilih

dengan menggunakan teknik random sampling dari jumlah populasi sebanyak 765 KK,

maka jumlah sampel:

n = N

N (d)2+1

Keterangan:

n = sampel

N = populasi

d = nilai presisi 90%, 10%

Jadi:

n = 765

765(0,1)2+1

Page 36: Bismillah BAB 1-5

= 88,44

Dari seluruh sampel keluarga sebanyak 765 KK didapatkan 88 responden dan

dibagi sesuai prosentase setiap RT.

No. RT N N

1 1 68 8

2 2 53 6

3 3 68 8

4 4 79 9

5 5 81 9

6 6 63 7

7 7 63 7

8 8 75 9

9 9 77 9

10 10 107 12

11 11 31 4

Jumlah 765 88

Kemudian didapatkan jumlah sampel 88 KK dengan penambahan 8 kk sehingga

didapatkan 96. Pada hari Jum’at dan Sabtu, tanggal 12 dan 13 Juni 2015 mahasiswa

melakukan pengkajian kepada warga RW 02 dengan penentuan besar sampel RT 01

sebanyak 9 KK, RT 02 sebanyak 7 KK, RT 03 sebanyak 9 KK, RT 04 sebanyak 10 KK, RT

05 sebanyak 10 KK, RT 06 sebanyak 8 KK, RT 07 sebanyak 8 KK, RT 08 sebanyak 10 KK,

RT 09 sebanyak 9 KK, RT 10 sebanyak 12 KK, dan RT 11 sebanyak 4 KK. Pengkajian

didasarkan pada model pengkajian Anderson yang meliputi pengkajian terhadap core

problem dan 8 subsistem.

3.2 Tahap pengkajian3.2.1 Observasi Lingkungan RW 2 dan Hasil Pengkajian RW/RTA. Gambaran Wilayah Binaan RW 2 Kelurahan Gading Kasri

RW 02 terletak di wilayah Kelurahan Gadingkasri Kecamatan Klojen Kota

Malang provinsi Jawa Timur, terletak di bagian paling Barat diantara Kelurahan yang

ada di Kecamatan Klojen dengan luas wilayah 60,70 Ha. Bagian barat dibatasi

sungai Ngemplak. Sedang utara, timur, dan selatan adalah jalan raya. Suhu udara

Page 37: Bismillah BAB 1-5

rata-rata antara 23-24⁰C dengan ketinggian rata-rata dari permukaan air laut antara

440-525 m.

B. Batas AdministratifSebelah Utara : Kelurahan Sumbersari Kecamatan Lowokwaru dan Kelurahan Oro

Oro Dowo Kec. Klojen

Sebelah Timur : Kelurahan Kauman Kec. Klojen

Sebelah Selatan : Kelurahan Bareng Kec. Klojen dan Kelurahan Pisangcandi Kec.

Sukun

Sebelah Barat : Kelurahan Pisangcandi Kec. Sukun dan Kelurahan Karang Besuki

Kec. Sukun

Kelurahan Gadingkasri terdiri dari 6 (enam) Rukun Warga (RW) dan 50 (lima

puluh) Rukun Tetangga (RT). RW 2 merupakan wilayah binaan yang terdiri dari 11

Rukun Warga (RT) dengan batas-batas sebagai berikut:

- Sebelah selatan berbatasan dengan RW 06

- Sebelah utara berbatasan dengan RW 03

- Sebelah barat berbatasan dengan RW 01

- Sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Bareng

Berdasarkan data Penduduk tahun 2015 diketahui jumlah warga RW 2

sebagai berikut:

No. RTJumlah

KK

Jumlah

penduduk

1 1 68 201

2 2 53 170

3 3 68 219

4 4 79 260

5 5 81 256

6 6 63 199

7 7 63 192

8 8 75 241

9 9 77 239

10 10 107 360

11 11 31 96

Jumlah 765 2433

Page 38: Bismillah BAB 1-5

Fasilitas ibadah yang tersedia di RW 02 Kelurahan Gadingkasri terdapat 3

musholla. Prasarana pendidikan yang tersedia di RW 02 Kelurahan Gadingkasri ada

2 yaitu TK dan SMK. Prasarana kesehatan yang tersedia di RW 02 Kelurahan

Gadingkasri ada 6 yaitu 2 posyandu Balita, 2 posyandu lansia, 1 Pustu dan 1 Bidan

Desa. Jalan RW 02 Kelurahan Gadingkasri adalah jalan aspal dan jarak antara RW

02 ini dengan tempat pelayanan kesehatan puskesmas kendalsari cukup dekat.

Program yang terlaksana di RW 02 Kelurahan Gadingkasri antara lain Bank

Sampah Masyarakat (BSM), taman TOGA, taman GIZI Lansia, dan UKM. BSM

merupakan program pengolahan dan pembedaan sampah kering dan basah.

Sampah basah diolah menjadi kompos dan sampah kering diolah menjadi kerajinan

yang nantinya masuk pada program UKM.

Hasil pengolahan data yang berasal dari wawancara dan observasi ditampilkan

pada tabel berikut:

No Elemen Deskripsi

1 Core Demografi

Nilai

Keyakinan

Termasuk perumahan padat penghuni dan

sebagian besar adalah anak kost. Bangunan

rumah di RW 02 adalah permanen rata-rata luas

rumah > 2 m2, bahan rumah tembok bata merah

dan batako, atap genteng. Bentuk sederhana

dan beberapa rumah dengan bangunan

bersusun dikarenakan ada anak kost, rumah

saling berhimpit dan tidak memiliki garis

bangunan. Pada daerah ini rata-rata rumah tidak

memiliki halaman rumah. Tetapi daerah ini dapat

dikatakan bersih karena hampir di semua

persimpangan jalan terdapat tempat sampah

dan tempat putung rokok.

Masyarakat menilai saat sakit mereka tidak

dapat melakukan aktivitas dan pekerjaan seperti

biasa dan memerlukan bantuan kesehatan dan

pengobatan.

Masyarakat RW 02 sebagian besar adalah suku

jawa dan menggunakan bahasa daerah sebagai

Page 39: Bismillah BAB 1-5

History

bahasa pengantar sehari-hari. Terdapat 1 masjid

dan 2 musholla untuk beribadah.

Beberapa masyarakat memiliki riwayat penyakit

menurun yang didapat dari keluarga, dan

beberapa keluarga memiliki riwayat dirawat di

rumah sakit karena penyakit yang diderita.

Menurut kader, 50 % lansia yang datang ke

posyandu mengalami hipertensi selain itu angka

penderita diabetes masih tinggi di RW 02, namun

hingga saat ini belum ada pencatatan khusus

untuk penderita diabetes karena yang ada

hanyalah pencatatan tekanan darah. Pada RW 2

terdapat penderita gangguan jiwa berjumlah 12

orang, Menurut kader keluarga penderita

gangguan jiwa berasal dari keluarga yang kurang

mampu sehingga penderita belum mendapatkan

pengobatan. Selain itu kader juga mengatakan

bahwa keluarga penderita tidak memahami alur

pengobatan dan pentingnya pengobatan pada

penderita gangguan jiwa. Padahal penderita jiwa

tersebut sudah mengganggu keamanan dari

komunitas

2 Subsistem1. Pelayanan kesehatan

dan social

2. Lingkungan

Fasilitas kesehatan di kelurahan Gading Kasri

terdiri dari puskesmas, praktek bidan mandiri,

pustu, dan posyandu. Dalam setiap RT terdapat

minimal 3 kader kesehatan yang menjalankan

kegiatan posyandu lansia, balita dan poswindu

disetiap bulannya. Di RW 02 ini alat untuk

pemeriksaan gula darah masih terbatas, namun

untuk tensimeter sudah mencukupi. Puskesmas

Bareng dapat dijangkau dengan kendaraan

bermotor maupun angkutan umum.

Jalan Raya Wilis merupakan akses jalan raya

yang mudah dijangkau. Sebagian besar rumah

Page 40: Bismillah BAB 1-5

3. Transportasi dan

keamanan

4. Politik dan kebijakan

5. Pendidikan

tidak memiliki halaman. Sebagian rumah

dijadikan kos-kosan untuk mahasiswa dan

mahasiswi Universitas Negeri Malang. Kondisi

wilayah bersih, sedikit area yang ditumbuhi

rumput, dan sebagian besar rumah memiliki

taman di depan rumah. Fasilitas ruang terbuka

hijau di wilayah RW 2 sangat minim yang

menyebabkan tidak adanya daerah resapan

yang berfungsi meresapnya air hujan untuk

menjaga ketersediaan air sekaligus menghindari

genangan air, sebagian lahan dimanfaatkan

sebagai pengembangan lahan terbangun berupa

perumahan dan badan jalan. Limbah air

dialirkan ke SPAL dengan kondisi tertutup beton

yang dibuat di tengah salah satu akses jalan,

aliran air tidak dapat diamati. Akses jalan di RW

02 sebagian besar sudah si aspal dan jalan

gang terpasang paving dan plester.

Transportasi warga sebagian besar

menggunakan kendaraan pribadi berupa sepeda

motor. Jarak jangkau akses transportasi masal

kuran lebih 100 meter. Situasi jalan cukup ramai.

Wilayah RW 02 memiliki pos satpam sebagai

penjagaan keamanan.

Tidak terdapat lembaga politik yang bergerak di

wiayah RW 02. RW 02 memiliki tempat khusus

untuk melakukan pertemuan yaitu balai RW

jadwal kegiatan sesuai kesepakatan tiap RT.

Terdapat lembaga karang taruna yang bergerak

di wilayah RW 02.

Di wilayah RW 02 Kelurahan Gading Kasri

terdapat pendidikan TK,STM, dan pondok

pesantren. Tidak ada papan pengumuman

tentang penyuluhan kesehatan, media informasi

Page 41: Bismillah BAB 1-5

6. rekreasi

khusus sehingga informasi kesehatan tidak

tersebar secara merata seperti penyuluhan

tentang hipertensi

Diwilayah RW 2 tidak ada tempat rekreasi

namun ada pusat perbelanjaan (mall) mudah

untuk di jangkau

Page 42: Bismillah BAB 1-5

3.2.2 Pengkajian Warga (Kuesioner)1. CORE

A. Jenis Kelamin

Gambar 3.1 Karakteristik Respoden Berdasarkan Jenis Kelamin Pada Warga

RW 02 Kelurahan Gadingkasri

Berdasarkan Gambar 3.1 dapat diketahui bahwa dari 96 KK yang menjadi

responden terdiri atas 295 jiwa dengan jumlah laki-laki sebanyak 48% dan

perempuan 52%.

B. Usia

Gambar 3.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Pada Warga RW 02

Kelurahan Gadingkasri

Berdasarkan Gambar 3.2 dapat diketahui bahwa dari 96 KK yang menjadi

responden terdiri atas 295 jiwa dan sebagain besar berusia antara 36-60 tahun

yaitu sebanyak 33,2%(97 orang), 17,8% (52 orang) diantaranya berusia antara

Page 43: Bismillah BAB 1-5

26-35 tahun, 12,3% (36 orang) berusia antara 6-12 tahun, 11,9% (35 orang)

berusia 0-5 tahun, 9,5% (28 orang) berusia 13-18 tahun, 8,9% (26 orang)

berusia 19-25 tahun, dan sisanya yaitu 6,16% (18 orang) berusia ≥ 60 tahun.

C. Agama

Gambar 3.3 Karakteristik Respoden Berdasarkan Agama Pada Warga RW 02

Kelurahan Gadingkasri

Berdasarkan Gambar 3.3 dapat diketahui bahwa dari 96 KK (295 jiwa)

yang menjadi responden sebagian besar yaitu 95 % beragama Islam dan

sisanya 5% beragama Non-Islam

D. Pendidikan

Gambar 3.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Pada Warga

RW 02 Kelurahan Gadingkasri

Page 44: Bismillah BAB 1-5

Berdasarkan Gambar 3.4 dapat diketahui bahwa dari 96 KK (295 jiwa)

yang menjadi responden 20,7% (51 orang) berpendidikan SD, 17,7% (42 orang)

berpendidikan SMP, 43,9% (108 orang) berpendidikan SMA dan 18,9% (45

orang) berpendidikan D3/S1/S2.

E. Suku

Gambar 3.5 Diagram Column Karakteristik Responden Berdasarkan

Pendidikan Pada Warga RW 02 Kelurahan Gadingkasri

Berdasarkan Gambar 3.5 dapat diketahui bahwa dari 96 KK yang menjadi

responden terdiri atas 295 jiwa diketahui bahwa sebagain besar yaitu 99%

adalah Suku Jawa dan hanya ada 1% yang memiliki Suku Madura.

F. Pekerjaan

Page 45: Bismillah BAB 1-5

Gambar 3.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Pada Warga RW

02 Kelurahan Gadingkasri

Berdasarkan Gambar 3.6 dapat diketahui bahwa dari 96 KK yang menjadi

responden terdiri atas 295 jiwa dengan pekerjaan sebagai berikut: 5 orang

bekerja sebagai PNS, 103 orang bekerja sebagai wiraswasta, 6 orang

pensiunan, dan 70 orang bekerja sebagai ibu rumah tangga.

G. Status Kesehatan

Gambar 3.7 Karakteristik Respoden Berdasarkan Status Kesehatan Pada

Warga RW 02 Kelurahan Gadingkasri

Berdasarkan Gambar 3.7 dapat ketahui bahwa dari 96 KK yang menjadi

responden terdapat 22% KK memiliki anggota keluarga sakit Hipertensi ataupun

Diabetes Melitus dan 78% KK tidak memiliki anggota keluarga yang sakit.

H. Perilaku Berobat

Page 46: Bismillah BAB 1-5

Gambar 3.8 Karakteristik Responden Berdasarkan Perilaku Berobat Pada

Warga RW 02 Kelurahan Gadingkasri

Berdasarkan Gambar 3.8 diketahui bahwa dari 96 KK yang menjadi

responden sebagian besar yaitu 78% pergi ke pelayanan kesehatan jika ada

anggota keluarga yang sakit, 13% membeli obat di apotik, 5% membeli obat di

warung dan sisanya 4% menjawab lain-lain.

I. Adat Istiadat

Gambar 3.9 Karakteristik Respoden Berdasarkan Kepercayaan Tertentu Terkait

Kesehatan Pada Warga RW 02 Kelurahan Gadingkasri

Berdasarkan Gambar 3.9 dapat diketahui bahwa dari 96 KK yang menjadi

responden sebagian besar yaitu 94% tidak memiliki kepercayaan tertentu terkait

dengan kesehatan dan 6% memiliki kepercayaan tertentu terkain kesehatan.

J. Riwayat

a) Anggota keluarga yang dalam masa pengobatan

Gambar 3.10 Karakteristik Respoden Berdasarkan Masa Pengobatan

Keluarga Pada Warga RW 02 Kelurahan Gadingkasri

Page 47: Bismillah BAB 1-5

Berdasarkan Gambar 3.10 dapat diketahui bahwa dari 96 KK yang menjadi

responden 6% responden memiliki anggota keluarga yang sedang dalam masa

pengobatan dan 94% responden tidak memiliki.

b) Anggota keluarga yang memeriksakan gula darah

Gambar 3.11 Karakteristik Respoden Berdasarkan Masa Pengobatan

Keluarga Pada Warga RW 02 Kelurahan Gadingkasri

Berdasarkan Gambar 3.11 dapat diketahui bahwa dari 96 KK yang menjadi

responden 19% responden memiliki anggota keluarga yang pernah melakukan

pemeriksaan gula darah dan 81% responden tidak pernah melakukan

pemeriksaan.

c) Keluarga dengan penderita diabetes

Page 48: Bismillah BAB 1-5

Gambar 3.11 Karakteristik Respoden Berdasarkan anggota keluarga dengan

penderita diabetes Pada Warga RW 02 Kelurahan Gadingkasri

Berdasarkan Gambar 3.11 dapat diketahui bahwa dari 96 KK yang menjadi

responden 16% responden memiliki anggota keluarga yang menderita diabetes

dan 84% responden tidak menderita diabetes.

d) Riwayat Penyakit Keturunan

Gambar 3.12 Diagram Pie Karakteristik Respoden Berdasarkan Riwayat

Penyakit Keturunan Keluarga Pada Warga RW 02 Kelurahan Gadingkasri

Berdasarkan Gambar 3.12 dapat diketahui bahwa dari 96 KK yang menjadi

responden diketahui bahwa 29% KK memiliki riwayat penyakit keturunan 71%

KK tidak memiliki.

e) Keluarga dengan penderita hipertensi

Page 49: Bismillah BAB 1-5

Gambar 3.12 Diagram Pie Karakteristik Respoden Berdasarkan Riwayat

keluarga dengan penderita hipertensi Pada Warga RW 02 Kelurahan

Gadingkasri

Berdasarkan Gambar 3.12 dapat diketahui bahwa dari 96 KK yang menjadi

responden diketahui bahwa 25% KK memiliki riwayat penyakit Hipertensi dan

75% KK tidak memiliki.

f) Kebiasaan Olahraga

Gambar 3.13 Karakteristik Respoden Berdasarkan Kebiasaan Olahraga Pada

Warga RW 02 Kelurahan Gadingkasri

Berdasarkan Gambar 3.13 dapat diketahui bahwa dari 96 KK yang menjadi

responden terdapat 47% KK yang sering melakukan olahraga dan 53% KK tidak

terbiasa melakukan olahraga.

g) Merokok

Gambar 3.14 Karakteristik Respoden Berdasarkan Kebiasaan Merokok Pada

Warga RW 02 Kelurahan Gadingkasri

Page 50: Bismillah BAB 1-5

Berdasarkan Gambar 3.14 dapat diketahui bahwa dari 96 KK yang menjadi

responden diketahui bahwa 39% KK memiliki anggota keluarga merokok dan

61% tidak memiliki.

h) Konsumsi Garam

Gambar 3.15 Karakteristik Respoden Berdasarkan Kebiasaan Konsumsi Garam

Pada Warga RW 02 Kelurahan Gadingkasri

Berdasarkan Gambar 3.15 dapat diketahui bahwa dari 96 KK yang menjadi

responden terdapat 51% KK yang memiliki kebiasaan mengkonsumsi makanan

yang mengandung banyak garam dan 49% tidak.

i) Pernikahan

Gambar 3.16 Karakteristik Respoden Berdasarkan Pendapat Tentang

Pernikahan Pada Warga RW 02 Kelurahan Gadingkasri

Berdasarkan Gambar 3.16 dapat diketahui bahwa dari 96 KK yang menjadi

responden sebagian besar (52%) berpendapat jika seseorang dianggap mampu

Page 51: Bismillah BAB 1-5

membina rumah tangga jika sudah bekerja, 38% menjawab jika sudah berusia ≥

21 tahun, dan sisanya 10% berpendapat jika sudah ada calon.

1. SUBSISTEMA. Pelayanan Kesehatan dan Sosial

a) Pergi Berobat

Gambar 3.17 Karakteristik Respoden Berdasarkan Kebiasaan Pergi Berobat

Pada Warga RW 02 Kelurahan Gadingkasri

Berdasarkan Gambar 3.17 dapat diketahui bahwa dari 96 KK yang menjadi

responden sebagian besar (58%) berobat ke Bidan/Mantri/Dokter jika sakit, 34%

pergi ke puskesmas, 6% berobat sendiri dan sisanya yaitu 2% memilih berobat

alternatif.

b) Pelayanan Kesehatan

Gambar 3.18 Diagram Pie Karakteristik Respoden Berdasarkan Tentang

Pelayanan Kesehatan 24 Jam Menurut Warga RW 02 Kelurahan Gadingkasri

Page 52: Bismillah BAB 1-5

Berdasarkan Gambar di atas dapat diketahui bahwa dari 96 KK yang

menjadi responden sebagian besar (67%) berpendapat jika didaerah sekitar

rumah tidak terdapat pelayanan kesehatan yang tersedia 24 jam dan 33 % KK

berpendapat tersedia.

c) Kepemilikan asuransi kesehatan

Gambar 3.19 Diagram Pie Karakteristik Respoden Berdasarkan kepemilikan

asuransi kesehatan Warga RW 02 Kelurahan Gadingkasri

Berdasarkan gambar diatas dapat diketahui bahwa dari 96 KK yang

menjadi responden terlihat bahwa 54% responden memiliki asuransi BPJS,

sedangkan 46% tdak memiliki asuransi atau pasien umum.

d) Pemanfaatan asuransi kesehatan

Gambar 3.20 Diagram Pie Karakteristik Respoden Berdasarkan pemanfaatan

asuransi kesehatan Warga RW 02 Kelurahan Gadingkasri

Berdasarkan gambar diatas dapat diketahui bahwa dari 96 KK yang

menjadi responden, bahwa 57% responden memanfaatkan asuransi dengan

baik sedangkan 43% tidak memanfaatkan asuransi kesehatan.

Page 53: Bismillah BAB 1-5

e) Kegiatan masyarakat di RW

Gambar 3.21 Diagram Pie Karakteristik Respoden Berdasarkan keikutsertaan

kegiatan di RW Warga RW 02 Kelurahan Gadingkasri

Berdasarkan gambar diatas dapat diketahui bahwa dari 96 KK yang

menjadi responden, sebanyak 62% dari responden aktif dalam mengikuti

kegiatan RW, namun sebanyak 38% tidak mengikuti kegiatan apa pun di RW.

f) Pengetahuan Kegiatan Kesehatan di Lingkungan Sekitar

Gambar 3.22 Diagram Pie Karakteristik Respoden Berdasarkan pengetahuan

kegiatan kesehatan di lingkungan sekitar Warga RW 02 Kelurahan Gadingkasri

Berdasarkan gambar diatas dapat diketahui bahwa dari 96 KK yang

menjadi responden, sebanyak 96% responden mengetahui kegiatan kesehatan

di RW 2dan hanya 4% yang tidak mengetahui adanya kegiatan kesehatan di

wilayah RW 2

g) Keaktifan dalam mengikuti kegiatan kesehatan

Page 54: Bismillah BAB 1-5

Gambar 3.23 Diagram Pie Karakteristik Respoden Berdasarkan keaktifan dalam

mengikuti kegiatan kesehatan Warga RW 02 Kelurahan Gadingkasri

Berdasarkan gambar diatas dapat diketahui bahwa dari 96 KK yang

menjadi responden, sebanyak 95% responden sebulan sekali mengikuti kegiatan

kesehatan.

h) Keaktifan kader

Gambar 3.24 Diagram Pie Karakteristik Respoden Berdasarkan keaktifan kader

dalam upaya peningkatan kesehatan Warga RW 02 Kelurahan Gadingkasri

Berdasarkan gambar diatas diketahui bahwa dari 96 KK yang menjadi

responden, sebanyak 98% responden mengatakan bahwa kader aktif dalam

kegiatan upaya peningkatan kesehatan.

Page 55: Bismillah BAB 1-5

i) Peran kader dalam membantu upaya peningkatan kesehatan

Gambar 3.25 Diagram Pie Karakteristik Respoden Berdasarkan peran kader

dalam upaya peningkatan kesehatan Warga RW 02 Kelurahan Gadingkasri

Berdasarkan gambar diatas dapat diketahui bahwa dari 96 KK yang

menjadi responden, sebanyak 81% responden mengatakan bahwa kader kader

sangat membantu dalam kegiatan upaya peningkatan kesehatan.

B. Lingkungan

b) Kebiasaan membersihkan rumah

Gambar 3.26 Diagram Pie Karakteristik Respoden Berdasarkan kebiasaan

membersihkan rumah Warga RW 02 Kelurahan Gadingkasri

Page 56: Bismillah BAB 1-5

Berdasarkan gambar diatas dapat diketahui bahwa dari 96 KK yang

menjadi responden, sebanyak 92% responden 2x sehari membersihkan rumah.

c) Keberadaan jendela dan genteng kaca

Gambar 3.27 Diagram Pie Karakteristik Respoden Berdasarkan keberadaan

jendelan dan genteng kaca Warga RW 02 Kelurahan Gadingkasri

Berdasarkan gambar diatas dapat diketahui bahwa dari 96 KK yang

menjadi responden, sebagian besar yaitu 94% memiliki jendela atau genteng

kaca dalam rumahnya.

d) Pencahayaan sinar matahari yang masuk ke rumah

Page 57: Bismillah BAB 1-5

Gambar 3.28 Diagram Pie Karakteristik Respoden Berdasarkan pencahayaan

sinar matahari yang masuk ke rumah Warga RW 02 Kelurahan Gadingkasri

Berdasarkan gambar diatas dapat diketahui bahwa dari 96 KK yang

menjadi responden, sebagian besar yaitu 39% memiliki pencahayaan sebesar

30% dari luas rumah.

e) Luas bangunan rumah

Gambar 3.29 Diagram Pie Karakteristik Respoden Berdasarkan luas rumah

Warga RW 02 Kelurahan Gadingkasri

Berdasarkan gambar diatas dapat diketahui bahwa dari 96 KK yang

menjadi responden, sebanyak 68% memiliki luas rumah <60 m2.

f) Sumber air bersih

Gambar 3.30 Diagram Pie Karakteristik Respoden Berdasarkan sumber air

Warga RW 02 Kelurahan Gadingkasri

Berdasarkan gambar diatas dapat diketahui bahwa dari 96 KK yang

menjadi responden, sebagian besar yaitu 63% sumber air berasal dari PDAM.

Page 58: Bismillah BAB 1-5

g) Tempat penampungan air

Gambar 3.31 Diagram Pie Karakteristik Respoden Berdasarkan tempat

penampungan air Warga RW 02 Kelurahan Gadingkasri

Berdasarkan gambar diatas dapat diketahui bahwa dari 96 KK yang

menjadi responden, sebagian besar yaitu 49% menampung air di bak.

h) Kondisi air

Gambar 3.32 Diagram Pie Karakteristik Respoden Berdasarkan kondisi air

Warga RW 02 Kelurahan Gadingkasri

Berdasarkan gambar diatas dapat diketahui bahwa dari 96 KK yang

menjadi responden, sebagian besar yaitu 52% penampungan air terbuka

i) Frekuensi membersihkan penampungan air

Page 59: Bismillah BAB 1-5

Gambar 3.33 Diagram Pie Karakteristik Respoden Berdasarkan frekuensi

membersihkan penampungan air Warga RW 02 Kelurahan Gadingkasri

Berdasarkan gambar diatas dapat diketahui bahwa dari 96 KK yang

menjadi responden, sebagian besar yaitu 34% membersihkan penampungan air

setiap hari.

j) Kebiasaan BAB dan BAK

Gambar 3.34 Diagram Pie Karakteristik Respoden Berdasarkan kebiasaan BAB

dan BAK Warga RW 02 Kelurahan Gadingkasri

Berdasarkan gambar diatas dapat diketahui bahwa dari 96 KK yang

menjadi responden, sebagian besar yaitu 99% BAB dan BAK di kamar mandi

pribadi.

k) Kebiasaan membuang sampah

Page 60: Bismillah BAB 1-5

Gambar 3.35 Diagram Pie Karakteristik Respoden Berdasarkan kebiasaan

membuang sampah Warga RW 02 Kelurahan Gadingkasri

Berdasarkan gambar diatas dapat diketahui bahwa dari 96 KK yang

menjadi responden, 100% membuang sampah ditempat sampah.

l) Binatang Peliharaan

Gambar 3.36 Diagram Pie Karakteristik Respoden Berdasarkan kepemilikan

binatang peliharaan Warga RW 02 Kelurahan Gadingkasri

Berdasarkan gambar diatas dapat diketahui bahwa dari 96 KK yang

menjadi responden, sebagian besar yaitu 59% tidak memiliki binatang

peliharaan.

m) Frekuensi membersihkan kandang

Page 61: Bismillah BAB 1-5

Gambar 3.37 Diagram Pie Karakteristik Respoden Berdasarkan frekuensi

membersihkan kandang Warga RW 02 Kelurahan Gadingkasri

Berdasarkan gambar diatas dapat diketahui bahwa dari 96 KK yang

menjadi responden, sebagian besar yaitu 67% membersihkan kandang setiap

hari

C. Ekonomi

a) Rata-rata penghasilan keluarga perbulan

Gambar 3.38 Diagram Pie Karakteristik Respoden penghasilan perbulan Warga

RW 02 Kelurahan Gadingkasri

Berdasarkan gambar di atas, dapat diketahui bahwa dari 96 KK yang

menjadi responden, sebagian besar responden yaitu 49% memiliki penghasilan

< 1 juta perbulan.

b) Kecukupan biaya hidup dan kesehatan

Page 62: Bismillah BAB 1-5

Gambar 3.39 Diagram Pie Karakteristik Respoden Berdasarkan kecukupan

biaya hidup dan kesehatan Warga RW 02 Kelurahan Gadingkasri

Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui bahwa dari 96 KK yang

menjadi responden, sebagian besar responden yaitu 72% memiliki penghasilan

yang cukup untuk biaya hidup dan kesehatan.

c) Status kepemilikan rumah

Gambar 3.40 Diagram Pie Karakteristik Respoden Berdasarkan status

kepemilikan rumah Warga RW 02 Kelurahan Gadingkasri

Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui bahwa dari 96 KK yang

menjadi responden, sebagian besar responden yaitu 58% memiliki rumah

sendiri.

D. Transportasi dan keamanan

a) Jarak rumah dengan pelayanan kesehatan

Page 63: Bismillah BAB 1-5

Gambar 3.41 Diagram Pie Karakteristik Respoden Berdasarkan jarak rumah

dengan pelayanan kesehatan pada Warga RW 02 Kelurahan Gadingkasri

Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui bahwa dari 96 KK yang

menjadi responden, sebagian besar responden yaitu 57% memiliki rumah yang

berjarak < 1 km dari pelayanan kesehatan.

b) Alat transportasi yang digunakan ke pelayanan kesehatan

Gambar 3.42 Diagram Pie Karakteristik Respoden Berdasarkan alat transportasi

untuk ke palyanan kesehatan pada Warga RW 02 Kelurahan Gadingkasri

Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui bahwa dari 96 KK yang

menjadi responden, sebagian besar responden yaitu 65% menggunakan

kendaraan pribadi untuk ke pelayanan kesehatan.

c) Ketersediaan angkutan umum ke tempat layanan kesehatan

Gambar 3.43 Diagram Pie Karakteristik Respoden Berdasarkan ketersediaan

angkutan umum di RW 02 Kelurahan Gadingkasri

Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui bahwa dari 96 KK yang

menjadi responden, sebagian besar responden yaitu 92% menyatakan

ketersediaan angkutan umum ke tempat layanan kesehatan.

d) Ketersediaan kotak P3K

Page 64: Bismillah BAB 1-5

Gambar 3.44 Diagram Pie Karakteristik Respoden Berdasarkan ketersediaan

kotak P#K di RW 02 Kelurahan Gadingkasri

Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui bahwa dari 96 KK yang

menjadi responden, sebagian besar responden yaitu 56% menyatakan tidak

tersedianya kotak P3K.

e) Pemanfaatan kotak P3K

Gambar 3.45 Diagram Pie Karakteristik Respoden Berdasarkan pemanfaatan

kotak P3K di RW 02 Kelurahan Gadingkasri

Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui bahwa dari 96 KK yang

menjadi responden, sebagian besar responden yaitu 56% menyatakan bahwa

ketersediaan kotak P3K tidak dimanfaatkan.

E. Politik

a) Pengetahuan tentang kebijakan pemerintah untuk layanan kesehatan

Page 65: Bismillah BAB 1-5

Gambar 3.46 Diagram Pie Karakteristik Respoden Berdasarkan pengetahuan

kebijakan pemerintah untuk layanan kesehatan pada Warga RW 02 Kelurahan

Gadingkasri

Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui bahwa dari 96 KK yang

menjadi responden, sebagian besar responden yaitu 82% menyatakan

pengetahuan tentang kebijakan pemerintah untuk layanan kesehatan.

b) Program pemerintah untuk kesehatan

Gambar 3.47 Diagram Pie Karakteristik Respoden Berdasarkan pengetahuan

program pemerintah untuk kesehatan pada Warga RW 02 Kelurahan

Gadingkasri

Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui bahwa dari 96 KK yang

menjadi responden, sebagian besar responden yaitu 70% mengetahui adanya

program pemerintah untuk kesehatan.

c) Program kesehatan yang dicanangkan oleh puskesmas / RW

Gambar 3.48 Diagram Pie Karakteristik Respoden Berdasarkan pengetahuan

program kesehatan puskesmas/RW pada Warga RW 02 Kelurahan Gadingkasri

Page 66: Bismillah BAB 1-5

Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui bahwa dari 96 KK yang

menjadi responden, sebagian besar responden yaitu 62% menyatakan adanya

program kesehatan yang dicanangkan oleh puskesmas/RW.

d) Keberadaan LSM yang bergerak dibidang kesehatan

Gambar 3.49 Diagram Pie Karakteristik Respoden Berdasarkan keberadaan

LSM yang bergerak di bidang kesehatan pada Warga RW 02 Kelurahan

Gadingkasri

Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui bahwa dari 96 KK yang

menjadi responden, 48% responden menyatakan adanya LSM yang bergerak

dibidang kesehatan, sedangkan 52% responden menyatakan tidak ada LSM

yang bergerak dibidang kesehatan.

F. Komunikasi

a) Pembuat keputusan dalam keluarga

Gambar 3.50 Diagram Pie Karakteristik Respoden Berdasarkan pembuat

keputusan dalam keluarga pada Warga RW 02 Kelurahan Gadingkasri

Berdasarkan gambar di atas, dapat diketahui bahwa dari 96 KK yang

menjadi responden, sebagian besar responden 77% menyatakan pembuat

keputusan dalam keluarga adalah kepala keluarga.

Page 67: Bismillah BAB 1-5

b) Cara pengambilan keputusan dalam keluarga

Gambar 3.51 Diagram Pie Karakteristik Respoden Berdasarkan cara

pengambilan keputusan dalam keluarga pada Warga RW 02 Kelurahan

Gadingkasri

Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui bahwa dari 96 KK yang

menjadi responden, sebagian besar responden 90% menyatakan pengambilan

keputusan dalam keluarga dilakukan dengan musyawarah.

G. Pendidikan

1. Penyuluhan kesehatan yang pernah diterima masyarakat

Gambar 3.52 Diagram Pie Karakteristik Respoden Berdasarkan penyuluhan

kesehatan yang telah diterima pada Warga RW 02 Kelurahan Gadingkasri

Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui bahwa dari 96 KK yang

menjadi responden, sebagian besar responden 65% menyatakan pernah

menerima penyuluhan kesehatan.

2. Pemberi informasi kesehatan

Page 68: Bismillah BAB 1-5

Gambar 3.53 Diagram Pie Karakteristik Respoden Berdasarkan pemberi

informasi kesehatan pada Warga RW 02 Kelurahan Gadingkasri

Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui bahwa dari 96 KK yang

menjadi responden, sebagian besar responden 61% menyatakan menerima

penyuluhan kesehatan dari pegawai puskesmas.

3. Sumber informasi kesehatan

Gambar 3.54 Diagram Pie Karakteristik Respoden Berdasarkan sumber

informasi kesehatan pada Warga RW 02 Kelurahan Gadingkasri

Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui bahwa dari 96 KK yang

menjadi responden, sebagian besar responden yaitu 28% menyatakan

menerima informasi kesehatan dari TV dan 29% responden menyatakan

menerima informasi kesehatan dari poster.

H. Rekreasi

Page 69: Bismillah BAB 1-5

a) Aktifitas yang dilakukan saat mengalami kejenuhan

Gambar 3.55 Diagram Pie Karakteristik Respoden Berdasarkan aktivitas yang

dilakukan saat jenuh pada Warga RW 02 Kelurahan Gadingkasri

Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui bahwa dari 96 KK yang

menjadi responden, sebagian besar responden yaitu 59% menyatakan

menonton TV saat mengalami kejenuhan.

b) Tujuan saat rekreasi

Gambar 3.56 Diagram Pie Karakteristik Respoden Berdasarkan tujuan saat

rekreasi pada Warga RW 02 Kelurahan Gadingkasri

Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui bahwa dari 96 KK yang

menjadi responden, sebagian besar responden yaitu 43% menyatakan ke

tempat olahraga untuk berekreasi.

c) Keberadaan sarana rekreasi

Page 70: Bismillah BAB 1-5

Gambar 3.57 Diagram Pie Karakteristik Respoden Berdasarkan keberadaan

sarana rekreasi pada Warga RW 02 Kelurahan Gadingkasri

Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui bahwa dari 96 KK yang

menjadi responden, sebagian besar responden yaitu 66% menyatakan adanya

sarana untuk rekreasi.

Page 71: Bismillah BAB 1-5

3.3 Web Of CautionWEB OF CAUSATION KOMUNITAS TENTANG PENYAKIT HT dan DM

Defisiensi Kesehatan Komunitas

Rendahnya persepsi warga akan pentingnya merubah gaya hidup sehat

Kesiapan Meningkatkan Koping Komunitas

Sebagian warga jarang melakukan

olah raga

Sebagian warga tidak membatasi asupan garam & menjaga pola

makan

Kegagalan individu terhadap health seeking behavior

Kebiasaan merokok tinggi

Keberhasilan program mengatasi masalah kesehatan hanya sebagian

Program penyuluhan HT dan DM kurang optimal

Sarana media informasi kurang tersedia di berbagai area warga

Penyuluhan hanya dilakukan saat ada kegiatan di warga

Tidak mampu mencegah masalah kesehatan

Pengetahuan tentang masalah kesehatan rendah

Kebiasaan merokok, pola makan tidak teratur dan mengkonsumsi makanan bebas pantangan (tidak sehat)

Pendidikan dan pendapatan informasi kesehatan mengenai HT dan DM kurang mendetail dan intensif di masyarakat

Tingginya Angka Kejadian HT dan DMPerilaku Kesehatan

Cenderung Beresiko

Tingkat pendidikan individu rendah

Kurang mengetahui terkait program kesehatan

Penderita penyakit kronis tidak terdeteksi secara akurat

Pemanfaatan sarana pelayanan kesehatan kurang maksimal

Perawatan dan pengobatan tidak adekuat

Terdapat posyandu, kader yang aktif, warga yang mau aktif mengikuti kegiatan

Page 72: Bismillah BAB 1-5

3.4 Analisa3.4.1 Analisa Data

No Data Etiologi Masalah Keperawatan

1. DS :Data wawancara dengan kader kesehatan dan ketua RW 02 Kader mengatakan lebih dari 50%

dari lansia yang datang ke

posyandu mengalami hiprtensi.

Tingginya angka diabetes di

daerah RW 02

Belum adanya pencatatan khusus

untuk penderita diabetes melitus

karena yang ada pencatatan

hanya Tekanan darah

Perwakilan kader RW 02

menyatakan belum ada media

khusus untuk informasi

kesehatan sehingga informasi

kesehatan tidak tersebar secara

merata.

Keterbatasan alat pemeriksaan

gula darah

Belum optimalnya program

penyuluhan kesehatan tentang

perawatan DM dan Hipertensi.

Belum adanya program dalam

pencegahan dan pengobatan DM

dan Hipertensi.

DO 29,11% warga memiliki riwayat

penyakit keturunan.

21,52% warga sedang menjalani

pengobatan dan mengkonsumsi

Kurangnya pengetahuan

tentang program kesehatan

Kurangnya pemanfaatan

program kesehatan yang ada

Informasi kesehatan tidak

menyeluruh dan sumber

informasi terbatas

Banyaknya warga yang tidak

mengetahui perilaku hidup

sehat untuk mencegah dm

dan hipertensi

Belum adanya program

kegiatan untuk mencegah

masalah kesehatan pada

masyarakat yang beresiko

Program mengatasi masalah

kesehatan sebagian

Defisiensi Kesehatan

Komunitas

Defisiensi

Kesehatan

Komunitas pada

warga RW 2

kelurahan

Gading kasri

berhubungan

dengan program

mengatasi

masalah

kesehatan

sebagian

Page 73: Bismillah BAB 1-5

obat-abatan.

57% tidak ada pembatasan

konsumsi garam sehari-hari

53,2% warga tidak rutin

melakukan olahraga

46% warga tidak memiliki

asuransi kesehatan

16 % keluarga memiliki riwayat

penderita diabates

25 % keluarga memiliki riwayat

penderita hipertensi

2. DS:Berdasarkan wawancara dengan

kader RW 02 dan Ibu ketua RW 02

banyak warga yang menderita

hipertensi dan diabetes melitus

DO: 60,8% anggota keluarga di RW

02 adalah perokok

56,96% anggota keluarga di RW

02 mempunyai kebiasaan makan

yang mengandung garam

53,16% anggota keluarga di RW

02 tidak mempunyai kebiasaan

olah raga

Gaya hidup yang kurang baik

Kurang pengetahuan

Sikap terhadap kesehatan

kurang

Perilaku tidak sehat

(konsumsi makanan

mengandung garam,

merokok dan kurang

olahraga)

Perilaku kesehatan

cenderung beresiko

Perilaku

kesehatan

cenderung

beresiko pada

warga RW 2

kelurahan

Gading kasri b.d

merokok dan

kurang

pemahaman

tentang gaya

hidup sehat

3. DS :

- Setiap RT terdapat kader

- Setiap bulannya ada

kegiatan posyandu lansia

dan balita

DO :

1. 92 % dari sampel warga

pergi berobat ke tenaga

Terdapat posyandu dan

kader yang aktif, kesadaran

warga untuk ikut aktif dalam

kegiatan, kesadaran

masyarakat untuk berobat

ketenaga kesehatan

Masih ada yang belum

memiliki kesadaran diri untuk

Kesiapan

Meningkatkan

Koping

Komunitas pada

kader RW 2

kelurahan

Gading kasri

Page 74: Bismillah BAB 1-5

kesehatan dan puskesmas

2. 62 % warga aktif mengikuti

kegiatan RW

3. 95 % warga aktif mengikuti

kegiatan kesehatan

4. 98 % dari sampel warga

mengatakan kader aktif

5. 81 % dari sampel warga

mengatakan kader sangat

membantu dalam upaya

pemeliharaan kesehatan

melakukan pemeriksaan

secara berkala GD dan

Tensi, serta melakukan

aktifitas pengontrolan

Kesiapan Meningkatkan

Koping Komunitas berkaitan

dengan diabetes militus dan

hipertensi

4 DO :

- Penderita gangguan jiwa dalam

RW 2 berjumlah 12 orang.

- penderita belum mendapatkan

pengobatan

DS :

- menurut kader keluarga penderita

gangguan jiwa berasal dari

keluarga yang kurang mampu

- kader mengatakan bahwa

keluarga penderita tidak

memahami alur pengobatan dan

pentignya pengobatan pada

penderita gangguan jiwa

- kader mengatakan bahwa

penderita jiwa sudah mengganggu

keamanan dari komunitas

Terdapat keluarga dengan

gangguan jiwa

Penderita tergolong dalam

keluarga yang kurang mampu

Keluarga dan komunitas tidak

mengetahui proses

pengobatan untuk keluarga

kurang mampu

Defisiensi pengetahuan

Defisiensi

pengetahuan

pada keluarga

gangguan jiwa

di RW 2

kelurahan

Gading kasri b.d

kurang pajanan

informasi terkait

pengobatan jiwa

3.4.2 Daftar Prioritas masalah1. Defisiensi pengetahuan pada keluarga gangguan jiwa di RW 2 kelurahan Gading

kasri b.d kurang pajanan informasi terkait pengobatan jiwa

2. Defisiensi Kesehatan Komunitas pada warga RW 2 kelurahan Gading kasri b.d

program mengatasi masalah kesehatan Sebagian

3. Perilaku kesehatan cenderung beresiko pada warga RW 2 kelurahan Gading kasri

b.d merokok dan kurang pemahaman tentang gaya hidu sehat

Page 75: Bismillah BAB 1-5

4. Kesiapan Meningkatkan Koping Komunitas pada kader RW 2 kelurahan Gading

kasri

Page 76: Bismillah BAB 1-5

.4.3 Prioritas maslah

NODiagnosa Keperawatan

Pentingnya masalah untuk diselesaikan1 = rendah2 = sedang3 = tinggi

Motivasi Masyarakat untuk menyelesaikan masalah0 = tidak ada1 = rendah2 = sedang3 = tinggi

Peningkatan kualitas hidup masyarakat bila masalah diselesaikan0 = tidak ada1 = rendah2 = sedang3 = tinggi

Rangking masalah1 = paling tidak penting6 = paling penting

Jumlah skor

1

Defisiensi Kesehatan

Komunitas pada

warga RW 2

kelurahan Gading

kasri b.d program

mengatasi masalah

kesehatan sebagian

2 2 3 5 12

2

Perilaku kesehatan cenderung beresiko pada warga RW 2 kelurahan Gading kasri b.d merokok dan kurang pemahaman

3 2 2 4 11

3

Kesiapan Meningkatkan Koping Komunitas pada kader RW 2 kelurahan Gading kasri

3 2 2 3 10

Page 77: Bismillah BAB 1-5

4

Defisiensi pengetahuan pada warga RW 2 kelurahan Gading kasri b.d kurangnya pajanan informasi terkait pengobatan jiwa

3 2 2 6 13

Page 78: Bismillah BAB 1-5

3.5 Rencana Asuhan Keperawatan Komunitas

3.5.1 Rencana asuhan Keperawatan

No Diagnosa Tujuan Kriteria Evaluasi Program KegiatanKriteria Standart Strategi Intervensi

1. Defisiensi pengetahuan pada keluarga gangguan jiwa di RW 2 kelurahan Gading kasri b.d kurang pajanan informasi terkait pengobatan jiwa

TUM :Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

selama 1x pertemuan

selama 45 menit ke

rumah warga RW 02

Kelurahan Gading Kasri

Kota Malang yang

memiliki anggota

keluarga gangguan jiwa

bersama kader

diharapkan kader dan

keluarga pasien dapat

memahami tentang

pengobatan penderita

gangguan jiwa dan

mampu melakukan

pengobatan gangguan

jiwa

NOC: Knowledge: Health ResourceIndikator 1 2 3 4 5Pentingnya pengobatan

x V

Rencana pengobatan

x v

Ketersediaan dukungan komunitas

x v

Strategi akses ke pelayanan kesehatan

x v

1: tidak ada pengetahuan2: pengetahuan terbatas3: pengetahuan sedang4: pengetahuan tinggi5: pengetahuan luas

Pendidikan kesehatan

Pemberdayaan masyarakat

1. Memberikan pendidikan

kesehatan tentang pentingnya

melakukan pengobatan untuk

pasien gangguan jiwa

2. Memberikan pendidikan

kesehatan tentang alur

pembuatan BPJS PBI bagi

keluarga kurang mampu agar

dapat melakukan pengobatan

gangguan jiwa secara gratis

3. Memberikan pendidikan tentang

alur melakukan pengobatan

gangguan jiwa mulai dari rujukan

puskesmas sampai RSJ dan

sampai pemulihan pasien di

rumah setelah pulang dari RSJ.

4. Memberikan buku pedoman

informasi kesehatan untuk kader

1. Memotivasi kader dan keluarga

Page 79: Bismillah BAB 1-5

TUK 1:1. Kader dan keluarga dapat sadar dan memahami pentingnya menyelesaikan masalah kesehatangangguan jiwa2. Kader dan keluarga memahami alur pengobatan penderita gangguan jiwa3. Kader dan keluarga dapat melakukan pengobatan untuk pasien yang mengalami gangguan jiwa4. Kader dan keluarga dapat menciptakan lingkungan dan suasana yang mendukung untuk penyembuhan klien saat maupun pasca pengobatan

untuk memberi dukungan untuk

penyembuhan ganguan jiwa

anggota keluarga.

2. Menciptakan lingkungan dan suasana yang kondusif untuk penyembuhan pasien gangguan jiwa setelah pulang dari RSJ dengan memberikan pengertian untuk tidak mengucilkan dengan cara bekerjasama dengan tetangga pasien untuk memotivasi dan sebagai sumber dukungan bagi pasien

2 Defisiensi Kesehatan Komunitas pada warga masyarakat RW 02 Gading Kasri berhubungan dengan

TUM :Setelah dilakukan intervensi keperawatan dalam 4 kali pertemuan, pengetahuan kader dan warga RW 02 Kelurahan Gading Kasri Kota Malang mengenai pencegahan HT dan DM

Kognitif dan Afektif

NOC : Knowledge : disease process. Dengan indikator : 90 % Kader dan warga dapat menjelaskan tentang pengertian, penyebab, tanda gejala, pengobatan dan komplikasi dari HT dan DM.

Pendidikan Kesehatan

NIC : Teaching : Disease Process- Gali pengetahuan tentang proses

penyakit HT dan DM- Jelaskan pengertian, penyebab

dan gejala dari HT dan DM- Jelaskan proses terjadinya

penyakit hingga menimbulkan

Page 80: Bismillah BAB 1-5

Program mengatasi masalah kesehatan sebagian

meningkat menjadi 70%.

TUK:1. Meningkatkan

pengetahuan kader mengenai definisi HT dan DM sebesar 70%

2. Meningkatkan pengetahuan warga maupun keluarga binaan mengenai penyebab dan factor resiko HT dan DM sebesar 70%

3. Masyarakat mampu memahami tentang perawatan DM dan Hipertensi

NOC : Knowledge : Treatment regimen. Dengan Indikator : 80 % Kader dan warga

mampu menjelaskan rasional dari pengobatan HT dan DM.

80% Kader dan warga mampu menjelaskan tentang regimen medikasi dan perawatan penderita akibat komplikasi HT dan DM.

komplikasi- Diskusikan apa yang telah

dilakukan untuk mengelola gejala penyakit yang dialami

- Anjurkan untuk segera melaporkan kepada petugas kesehatan jika timbul gejala yang lebih parah

NIC : Teaching : Prescribed Medication- Kaji riwayat pengobatan masa

lalu yang berkaitan dengan kondisi saat ini

- Kaji perawatan terapi saat ini untuk masalah kesehatan yang dihadapi.

- Diskusikan pilihan terapi atau pilihan pengobatan

- Diskusikan mengenai dampak ketidakpatuhan dalam pengobatan.

- Jelaskan langkah-langkah untuk mencegah terjadinya komplikasi dan efek samping pengobatan

- Identifikasi perawatan non farmakologis (seperti olahraga, diit) yang di indikasikan untuk masalah kesehatan saat ini.

Page 81: Bismillah BAB 1-5

3 Perilaku kesehatan cenderung beresiko pada warga masyarakat RW 2 Gading Kasri b.d merokok dan kurang pemahaman tentang gaya hidup sehat

TUM:Setelah dilakukan intervensi keperawatan dalam 4 x pertemuan, pengetahuan tentang dampak pencegahan dan cara berhenti merokok, dan olahraga

TUK 1:1. Meningkatkan

pengetahuan warga maupun keluarga binaan mengenai dampak merokok bagi kesehatan sebesar 80%

2. Meningkatkan pengetahuan warga maupun keluarga binaan mengenai baimana cara berhenti merokok sebesar 80%

3. Meningkatkan pengetahuan warga maupun keluarga binaan mengenai pentingnya olahraga sebesar 80%

Kognitifdan afektif

NOC : Health promoting behavior.Dengan indikator: 90 % warga mempraktikkan gaya hidup sehat

90% waraga mengkonsumsi makanan sehat seacara rutin

90 % warga yang merokok mengurangi frekuensi merokok

Tercipta lingkungan / support system untuk melakukan perubahan gaya hidup

Pendidikan kesehatan

Pemberdayaan masyarakat

NIC : Behaviour Modification :1. Motivasi warga untuk merubah

gaya hidup menjadi gaya hidup yang sehat seperti : rajin olahraga, tidak merokok, dan seimbang

2. Diskusikan bersama warga keuntungan dari gaya hidup sehat

3. Libatkan anggota keluarga untuk merubah kebisaan merokok, kurang olahraga

4. Diskusikan cara merubah dan target waktu yang diperlukan untuk merubah gaya hidup menjadi gaya hidup sehat

5. Evaluasi perubahan gaya hidup yang telah dilakukan setelah pemberian pendidikan kesehatan dan berikan reinforcement

Smoking Cessation Assistance 1. Kaji kebisaan merokok yang

dimilki oleh warga RW 2 Gading kasri

2. Memberikan pendidikan kesehatan tentang bahaya merokok bagi kesehatan

3. Memberikan pendidikan

Page 82: Bismillah BAB 1-5

TUK 2:Meningkatkan motivasi warga untuk merubah gaya hidup menjadi gaya hidup yang sehat

kesehatan tentang bagaimana cara mencegah dan cara berhenti merokok

4. Motivasi untuk mengurangi sampai berhenti merokok atau setidaknya tidak merokok di dalam rumah

4 Kesiapan Meningkatkan Koping Komunitas pada kader masyarakat RW 02 Gading Kasri

Tujuan Umum:Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1x pertemuan @60 menit di setiap pos kader dapat memberikan motivasi kepada warga untuk melakukan pemeriksaan rutin di layanan kesehatan

Tujuan Khusus:1. Warga ikut serta dalam kegiatan posbindu rutin2. Kader memberikan dukungan kepada warga sesuai kebutuhan3. Kader memfasilitasi warga untuk meningkatkan taraf kesehatannya4. Warga memahami

95 % kader mengetahui pentingnya pelaksanaan posbindu

95% kader mengetahui dampak tidak mengadakan pemeriksaan rutin

95 % kader mengetahui cara melakukan pencegahan penyakit tidak menular

95% kader mampu melaksanakan peran masing-masing sesuai sop posbindu

Kemitraan dan pemberdayaan masyarakat

1. Mengkaji dampak dari kebiasaan warga yang tidak mau memeriksakan diri jika tidak merasa sakit

2. Menggunakan pendekatan yang bertahap dan perlahan melalui bantuan kader

3. Menciptakan suasana yang dapat mempengaruhi warga untuk bersedia datang ke posbindu seperti rencana untuk mengadakan pelatihan kader mengenai posbindu dan sosialisasi rutin setelah sholat jumat melalui pengeras suara mushola

4. Menyediakan informasi yang faktual untuk meningkatkan koping komunitas dengan memberikan booklet untuk kader yang berisi tentang beberapa penyakit dan tatalaksana pertama yang dapat dilakukan serta

Page 83: Bismillah BAB 1-5

manfaat rutin mengikuti posbindu

prosedur rujukannya5. Memberikan pilihan kepada warga

mengenai solusi masalah kesehatannya melalui meja konsultasi di posbindu

6. Evaluasi kemampuan pasien untuk menetapkan keputusan dalam masalah kesehatan dapat dilakukan ketika posbindu sudah berjalan.

7. Evaluasi kesadaran diri warga tentang pentingnya pemeriksaan rutin melalui tingkat kehadiran dalam posbindu.

Page 84: Bismillah BAB 1-5

3.5.2 Plan Of Action

No Kegiatan Tujuan Sasaran Bentuk Kegiatan Waktu dan Tempat Media Pelaksana /PJ

pelaksana Dana

1. Pendidikan

Kesehatan terkait

masalah

gangguan jiwa,

pemberdayaan

kader untuk

memberi

dukungan

penyembuhan

pasien gangguan

jiwa di rumah,

dan mengajarkan

perawatan di

rumah.

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1 kali perlemuan maka diharapkan :1. Meningkatkan pemahaman dan kesadaran kader dan keluarga tentang pentingnya menyelesaikan masalah kesehatan gangguan jiwa2. Meningkatkan pemahaman kader dan keluarga tentang alur pengobatan penderita gangguan jiwa3. Meningkatkan kemampuan kader dan keluarga dalam melakukan pengobatan untuk pasien yang mengalami gangguan jiwa4. Meningkatkan kemampuan kader dan keluarga dalam menciptakan lingkungan dan suasana yang mendukung untuk penyembuhan klien saat maupun pasca pengobatan

Warga yang

memiliki

anggota

keluarga

dengan

masalah

gangguan

jiwa di RW

02

Kelurahan

Gading

Kasri Kota

Malang

Diskusi Penyuluhan

Waktu: 1

Agustus

2015

Tempat:

Rumah

warga yang

memiliki

anggota

keluarga

dengan

masalah

gangguan

jiwa di RW

02 Kelurahan

Gading Kasri

Kota Malang

Leaflet Kader : Bu

Endang, Bu

Rahmawati

Mahasiswa :

Reny, Indah

Rp. 50.000

2 Pendidikan Kesehatan dan Pelatihan Kader terkait HT dan DM

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 4 kali perlemuan maka diharapkan :1. Meningkatkan pengetahuan

kader mengenai penyakit

Kader kesehatan RW 02 Gading Kasri

Penkes pada kader DM dan HT dengan menggunakan cara : Edukasi,

Waktu :23 Juni 2015, 7 Juli 2015, 8 Juni – 8 Agustus

1. Poster 2. Leaflet3. Koran4. Sphygm

omanom

Mahasiswa :Novita, Lia, ervina

Kader :

Rp. 100.000

Page 85: Bismillah BAB 1-5

hipertensi dan diabetes yang banyak terjadi RW 02

2. Meningkatkan kemampuan kader dalam pemeriksaan tekanan darah dan dalam melaksanakan senam kaki sehingga para kader dapat mengajarkan pada warga dan dapat mengoptimalkan kegiatan posyandu karena terlatih memeriksa tekanan darah.

Training, Group discussion

Pemberdayaan kader

mengajarkan bagaimana cara mengukur tekanan darah

mengajarkan senam kaki

2015

Tempat :Posyandu di RW.02

eter5. stetosko

p

Bu Eny Erlan, Bu Sutarno

3. Homevisit ke rumah keluarga dengan penderita Hipertensi dan/atau Diabetes

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 5 kali perlemuan maka diharapkan :1. Meningkatkan pengetahuan

keluarga dan penderita hipertensi atau diabetes mengenai penyakit hipertensi dan diabetes

Keluarga dengan penderita Hipertensi dan Diabetes RW. 02 Gading Kasri

Penkes pada keluarga penderita DM dan HT dengan menggunakan cara : Edukasi, Training

mengajarkan bagaimana cara senam kaki, mengatur diet, dan beraktivitas.

Waktu : kondisional (8 Juni – 8 agustus 2015)

Tempat : di rumah Keluarga dengan penderita Hipertensi dan Diabetes RW. 02 Gading Kasri

Leaflet, poster, SphygmomanometerStetoskop, Glukotest

Mahasiswa : Maulana, Dewi, Ana, Sri indah, Ervina, Novita, Uzzy, Anggernani, Indah, Lia

Rp. 100.000

4 Penyuluhan

kesehatan terkait

cara untuk

berhenti merokok

Setelah dilakukan penyuluhan 1x

60 menit diharapkan:

1. Meningkatkan pengetahuan

dan pemahaman warga RW.02

Warga

Rw.02

Diskusi Penyuluhan observasi

Waktu : 12 juli 2015

Tempat : rumah pak

PPT dan

Leaflet

Trias, Imo, dan

Novi

Rp.

50.000;

Page 86: Bismillah BAB 1-5

dan pentingnya

olahrga

mengenai bahaya merokok

2. Meningkatkan pengetahuan

dan pemahaman mengenai

pentingnya olahraga pada

warga RW.02

arif RT 6

5 Pendidikan Kesehatan pada 3 kader terpilih setiap posyandu untuk mempersiapkan diri menjadi konsultan di meja 4 posyandu

Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1x pertemuan @ 60 menit di setiap pos, maka diharapkan kader dapat percaya diri memberi konsultasi kepada warga terkait penyakit

3 Kader kesehatan dimasing-masing posyandu

Mikro teaching kepada 3 kader di tiap pos mengenai 5 penyakit tersering di RW 02 Kelurahan Gadingkasri

POS 1Waktu : 06-07- 2015

Tempat :Balai RW Gadingkasri

POS 2Waktu : 27 Juli 2015Tempat : Rumah Bu Erlan

Buku panduan

Mahasiswa :Ana, Indah

Kader :POS 1 : Bu EndangPOS 2 : Bu Erlan

Rp. 100.000

3.5.3 Implementasi

Page 87: Bismillah BAB 1-5

No Diagnosa Implementasi

1 Defisiensi pengetahuan pada keluarga gangguan jiwa di RW 2 kelurahan Gading kasri b.d kurang pajanan informasi terkait pengobatan jiwa

Memberikan pendidikan kesehatan tentang pentingnya melakukan pengobatan untuk pasien

gangguan jiwa

2. Memberikan pendidikan kesehatan tentang alur pembuatan BPJS PBI bagi keluarga kurang

mampu agar dapat melakukan pengobatan gangguan jiwa secara gratis

3. Memberikan pendidikan tentang alur melakukan pengobatan gangguan jiwa mulai dari rujukan

puskesmas sampai RSJ dan sampai pemulihan pasien di rumah setelah pulang dari RSJ.

4. Memberikan buku pedoman informasi kesehatan untuk kader

1. Memotivasi kader dan keluarga untuk memberi dukungan untuk penyembuhan ganguan jiwa

anggota keluarga.

2. Menciptakan lingkungan dan suasana yang kondusif untuk penyembuhan pasien gangguan

jiwa setelah pulang dari RSJ dengan memberikan pengertian untuk tidak mengucilkan dengan

cara bekerjasama dengan tetangga pasien untuk memotivasi dan sebagai sumber dukungan

bagi pasien

2 Defisiensi Kesehatan Komunitas pada warga masyarakat RW 02 Gading Kasri berhubungan dengan Program mengatasi masalah kesehatan sebagian

1. Pendidikan Kesehatan dan Pelatihan Kader terkait HT dan DM :

Penkes pada kader DM dan HT dengan menggunakan cara : Edukasi, Training, Group

discussion

Pemberdayaan kader

mengajarkan bagaimana cara mengukur tekanan darah

mengajarkan senam kaki

2. Homevisit ke rumah keluarga dengan penderita Hipertensi dan/atau Diabetes :

Penkes pada keluarga penderita DM dan HT dengan menggunakan cara : Edukasi, Training

Page 88: Bismillah BAB 1-5

mengajarkan bagaimana cara senam kaki, mengatur diet, dan beraktivitas.

3 Perilaku kesehatan cenderung beresiko pada warga masyarakat RW 2 Gading Kasri b.d merokok dan kurang pemahaman tentang gaya hidup sehat

1. Memberikan penyuluhan mengenai kandungan dalam rokok2. Memberikan penyuluhan megenai dampak merokok3. Memberikan penyuluhan bagaimana cara berhenti merokok4. Memberikan penyuluhan mengenai pentingnya berolahraga

4 Kesiapan Meningkatkan Koping Komunitas pada kader masyarakat RW 02 Gading Kasri

1. Mengkaji dampak dari kebiasaan warga yang tidak mau memeriksakan diri jika tidak merasa sakit

2. Menggunakan pendekatan yang bertahap dan perlahan melalui bantuan kader3. Menciptakan suasana yang dapat mempengaruhi warga untuk bersedia datang ke posbindu

seperti rencana untuk mengadakan pelatihan kader mengenai posbindu dan sosialisasi rutin setelah sholat jumat melalui pengeras suara mushola

4. Menyediakan informasi yang faktual untuk meningkatkan koping komunitas dengan memberikan booklet untuk kader yang berisi tentang beberapa penyakit dan tatalaksana pertama yang dapat dilakukan serta prosedur rujukannya

5. Memberikan pilihan kepada warga mengenai solusi masalah kesehatannya melalui meja konsultasi di posbindu

6. Mengevaluasi kemampuan pasien untuk menetapkan keputusan dalam masalah kesehatan dapat dilakukan ketika posbindu sudah berjalan.

7. Mengevaluasi kesadaran diri warga tentang pentingnya pemeriksaan rutin melalui tingkat kehadiran dalam posbindu.

3.5.4 Evaluasi

NO. Kegiatan Struktur Proses Hasil1 Pendidikan Kesehatan

terkait masalah

gangguan jiwa,

1. Seluruh keluarga dengan klien

gangguan jiwa telah dikunjungi

2. Pendidikan kesehatan kepada

1. Penyaji mampu menyampaikan

pendidikan kesehatan dengan

baik.

1. Keluarga mampu memahami

pentingnya melakukan

pengobatan untuk pasien

Page 89: Bismillah BAB 1-5

pemberdayaan kader

untuk memberi

dukungan penyembuhan

pasien gangguan jiwa di

rumah, dan

mengajarkan perawatan

di rumah.

keluarga dilakukan menggunakan

media yang telah direncanakan.

3. Pengorganisasian dan persiapan

kegiatan kunjungan rumah dilakukan

pada hari sebelumnya.

2. Keluarga mendengarkan

pendidikan kesehatan yang

disampaikan dengan baik.

3. Keluarga antusias untuk

bertanya pada pemberi

pendidikan kesehatan jika ada

yang belum dimengerti.

gangguan jiwa

2. Keluarga mampu memahami

tentang alur pembuatan BPJS

PBI bagi keluarga kurang

mampu agar dapat melakukan

pengobatan gangguan jiwa

secara gratis

3. Keluarga mampu memahami

tentang alur melakukan

pengobatan gangguan jiwa

mulai dari rujukan puskesmas

sampai RSJ dan sampai

pemulihan pasien di rumah

setelah pulang dari RSJ.

2 Pendidikan Kesehatan

dan Pelatihan Kader

terkait HT dan DM

Mahasiswa mendapatkan perijinan

yang diperoleh dari tokoh masyarakat

setempat yaitu Ketua RW 02, dan

ketua kader posyandu 1 dan

posyandu 2, serta telah melakukan

koordinasi dengan kader masing-

masing RT.

Mahasiswa telah melakukan

konfirmasi tempat dan waktu kegiatan

perkumpulan warga

Ketua RT/RW dan kader RW 02 Gading Kasri menerima kedatangan mahasiswa PSIK UB ke lahan

Adanya koordinasi yang baik antara mahasiswa PSIK UB dengan tokokh masyarakat dan kader

Materi penyuluhan, soal pretest dan media telah tersedia

Kegiatan penyuluhan berjalan dengan lancar dan tepat waktu

90% kader posyandu hadir dalam penyuluhan

80 % kader posyandu yang mengikuti penyuluhan mampu menjawab dengan benar soal post test

100% leaflet penyuluhan dibagikan kepada kader posyandu yang mengikuti penyuluhan

Page 90: Bismillah BAB 1-5

Mahasiswa mempersiapkan peralatan

dan media penyuluhan berupa :

poster, leaflet, Koran,

Sphygmomanometer dan stetoskop

Kader RW 02 antusias selama proses pendidikan kesehatan berlangsung

Tidak ada peserta penyuluhan yang keluar selama proses penyuluhan berjalan

3 Homevisit ke rumah

keluarga dengan

penderita Hipertensi

dan/atau Diabetes

Mahasiswa mendapatkan perijinan

yang diperoleh dari tokoh masyarakat

setempat yaitu Ketua RW 02, dan

ketua RT 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10, dan 11,

serta telah melakukan koordinasi

dengan kader masing-masing RT.

Mahasiswa telah berkordinasi dengan

kader setempat untuk memilihkan

keluarga untuk mendapat binaan.

Mahasiswa mempersiapkan peralatan

dan media penyuluhan berupa :

poster, leaflet, Koran,

Sphygmomanometer dan stetoskop

Ketua binaan di RW 02 Gading Kasri menerima kedatangan mahasiswa PSIK UB

Adanya koordinasi yang baik antara mahasiswa PSIK UB dengan tokokh masyarakat dan kader

Materi penyuluhan dan media telah tersedia

Kegiatan penyuluhan dan pembinaan keluarga berjalan dengan lancar dan tepat waktu

33 keluarga dengan penderita

diabetes dan hipertensi

mendapatkan penyuluhan

kesehatan dan pembinaan

33 keluarga memahami terkait

diet, tepai aktivitas, senam

kaki, dll untuk penyandang

hipertensi dan atau diabetes.

4 Penyuluhan kesehatan

terkait cara untuk

berhenti merokok dan

pentingnya olahrga

1. Jumlah warga yang hadir dalam

kegiatan penyuluhan minimal 25

warga.

2. Penyuluhan dan pelatihan

menggunakan media yang telah

direncanakan.

1. Penyaji mampu menguasai

materi penyuluhan yang

diberikan.

2. Penyaji mampu

menyampaikan materi dengan

baik.

1.Materi Bahaya Merokok

- Hasil pretest : 70%

- Hasi postest : 91 %

2.Materi Pentingnya Olahraga

- Hasil prestest : 65 %

- Hasil postest : 88 %

Page 91: Bismillah BAB 1-5

3. Penyelenggaraan penyuluhan

dilakukan di pertemuan RT kelurahan

Gading Kasri.

4. Pengorganisasian dan persiapan

kegiatan penyuluhan dilakukan pada

hari sebelumnya.

3. Pesera yang hadir dalam

penyuluhan sebanyak 20

orang

4. Peserta mendengarkan

ceramah dengan baik dan

sangat berkonsentrasi

terhadap materi yang

disampaikan oleh pemberi

penyuluhan.

5. Peserta antusias untuk

bertanya dalam kegiatan

penyuluhan dan menerima

penjelasan dari penyaji.

6. Peserta tidak meninggalkan

tempat sebelum kegiatan

penyuluhan selesai

dilaksanakan.

7. Tidak ada peserta yang

mondar-mandir selama

kegiatan penyuluhan

berlangsung.

5 Pendidikan Kesehatan

pada 3 kader terpilih

setiap posyandu untuk

1. Seluruh kader telah dilatih untuk

persiapan pelaksanaan posbindu

2. Pendidikan kesehatan kepada

1 Penyaji mampu menyampaikan

pendidikan kesehatan dengan

1 Kader mampu memahami

pentingnya mengadakan

posbindu untuk pasien 15 tahun

Page 92: Bismillah BAB 1-5

mempersiapkan diri

menjadi konsultan di

meja 4 posyandu

keluarga dilakukan menggunakan

media yang telah direncanakan.

3. Pengorganisasian dan persiapan

kegiatan posbindu dilakukan pada hari

sebelumnya.

4. Pelaksanaan posbindu dilakukan 2

kali pada setiap pos yaitu pelatihan

dan evaluasi

baik.

2 Kader mendengarkan

pendidikan kesehatan yang

disampaikan dengan baik.

3 Kader antusias untuk bertanya

pada pemberi pendidikan

kesehatan jika ada yang belum

dimengerti.

ke atas

2 Kader mampu memahami

tentang tata cara posbindu yang

sesuai dengan prosedur

puskesmasKader mampu

melaksanakan peran masing-

masing dalam pelaksanaan

posbindu

Page 93: Bismillah BAB 1-5

BAB IV PEMBAHASAN

Pada bab ini akan digambarkan serangkaian kegiatan dan evaluasi yang telah

dilakukan pada Warga RW 02 Kelurahan Gading Kasri Malang. Berdasarkan hasil

kesepakatan musyawarah dengan warga, maka implementasi dilakukan melalui beberapa

program kegiatan dan beberapa tahapan. Kelompok membagi kegiatan dalam 5 program

yaitu pemberian pendidikan kesehatan pada keluarga dengan gangguan jiwa, pendidikan

kesehatan dan pelatihan pada kader, homevisit ke keluarga dengan DM dan HT,

penyuluhan kesehatan tentang merokok yang olahraga, pendidikan kesehatan pada 3 kader

terpilih.

Penyuluhan kesehatan adalah penambahan pengetahuan dan kemampuan

seseorang melalui tekhnik praktek belajar atau instruksi dengan tujuan mengubah atau

mempengaruhi perlaku manusia secara individu, kelompok maupun masyarakat untul lebih

mandiri mencapai tujuan hidup sehat. (Depkes, 2002). Sasaran penyuluhan kesehatan

dapat dilakukan pada masyarakat yang berada dalam binaan puskemas, masyarakat yang

terkena penyakit dan lain-lain. Adapun materi yang disampaikan berupa materi yang

disesuaikan dengan kebutuhan kelompok atau masyarakat sehingga materi bisa langsung

dimanfaatkan hasilnya. Media yang digunakan disesuaikan dengan tingkat penerimaan

sasaran, sehingga pesan lebih mudah dimengerti. Adapun beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi pemberian penyuluhan kesehatan antara lain faktor penyuluh, faktor

sasaran, dan faktor proses dalam penyuluhan. (Effendy, 2003)

Pelaksanaan penyuluhan kesehatan kepada kader terkait DM dan HT di RW 02

Kelurahan Gading Kasri dilakukan 2x bersamaan dengan kegiatan posyandu. peserta yang

hadir sesuai dengan jumlah kader yang ada diposyandu tersebut. Materi yang disampaikan

berupa pelatihan kader tentang konsep DM dan HT, pengelolaan posbindu, pelatihan senam

kaki, pelatihan tensi, dan cara mendapatkan bpjs bpi/spm, hal ini untuk membekali kader,

karena sesuai dengan tugas kader yaitu sebagai perpanjangan informasi kesehatan

diwilayah RT/RW nya. Media yang digunakan berupa leafleat, poster, lembar balik. Dari

hasil evaluasi ketiga penyuluhan didapatkan rata-rata peningkatan pengetahuan kader saat

post test sebanyak 80 % dibandingkan hasil pre test penyuluhan yaitu 50 %. Hal ini

dibuktikan dengan peserta mampu menjelaskan kembali bagaimana perawatan manajement

diabetes militus, bagaimana cara mencegah terjadinya diabetes mellitus, konsep hipertensi

dan cara pencegahannya, serta mampu mempraktekkan kembali cara senam kaki dan tensi

dengan baik. Adanya peningkatan pengetahuan kader yang significan dari 50% menjadi

80% setelah pemberian penyuluhan dikarenakan materi yang disampaikan sesuai dengan

kebutuhan kader. Kesiapan kader serta dalam menerima materi penyuluhan turut

Page 94: Bismillah BAB 1-5

mendukung kelancaran proses penyuluhan. Setelah mendapatkan penyuluhan kesehatan,

kader dilakukan evaluasi yaitu pada posyandu selanjutnya, dari hasil evaluasi tersebut

terlihat bahwa kader dapat menjalankan posbindu dengan baik, dapat melakukan tensi

kepada warga, dapat memberi konsultasi, dan dapat melakukan skrining dengan baik.

Program selanjutnya adalah kegiatan penyuluhan kepada masyarakat terkait hidup

sehat yang dilakukan satu kali bersamaan dengan pertemuan arisan warga laki-laki RT 06.

Peserta yang hadir dalam penyuluhan berjumlah 15 orang. Materi yang diberikan adalah

penyuluhan tentang konsep hidup sehat, yaitu bebas rokok dan pentingnya berolahraga.

Dari hasil evaluasi ketiga penyuluhan didapatkan rata-rata peningkatan pengetahuan warga

saat post test sebanyak 95 % dibandingkan hasil pre test penyuluhan yaitu 40 %. Hal ini

dibuktikan dengan peserta mampu menjelaskan kembali bagaimana hidup sehat, dan

dengan adanya peningkatan pengetahuan warga yang significan ini diharapkan dalam

pelaksanaannya sehari-hari kedepannya warga dapat melaksanakan hidup sehat.

Kegiatan selanjutnya yaitu homevisit pada keluarga RW 02 kelurahan gadingkasri

dengan penderita DM dan HT. Pelaksanaan homevisit yang dilakukan kelompok kepada

keluarga yang memiliki anggota keluarga menderita penyakit DM dilaksanakan sejak tanggal

15 juni 2015. Homevisit dilakukan agar keluarga mendapatkan pengetahuan yang baik

tentang penyakit yang diderita, keluarga dengan masalah kesehatan DM ataupun HT

dilakukan pengkajian secara komprehensif, kemudian dilakukan analisa masalah dan

rencana tindakan yang akan dilakukan. Beberapa implementasi yang dilakukan saat

homevisit ini adalah penyuluhan tentang konsep penyakit DM dan HT (sesuai dengan

kebutuhan keluarga), diet dan aktivitas untuk keluarga, mengajarkan tentang konsumsi obat,

menjelaskan cara mendapatkan jaminan kesehatan nasional, pemeriksaan gula darah,

pemeriksaan tekanan darah, perawatan luka dan melatih senam kaki,. Berdasarkan jurnal

yang didapatkan menyebutkan bahwa pelaksanakan senam kaki pada klien dengan DM

terbukti efektif untuk mengurangi kejadian luka diabetic foot, serta memperbaiki sirkulasi

darah didaerah kaki. Kegiatan homevisit ini dilakukan 3 hingga 7 kali pertemuan dengan

keluarga. Setelah evaluasi akhir didapatkan bahwa pengetahuan keluarga meningkat terkait

DM dan HT, keluarga dan penderita DM dan HT juga dapat mengontrol dengan baik

konsumsi makanan dan mengatur pola olahraganya.

Selanjutnya kegiatan yang merupakan salah satu bentuk pemberdayaan masyarakat

yaitu pelatihan 3 kader terpilih untuk menjadi konsultan di meja 5 dan skrining di meja 2

posbindu. Kader posbindu sendiri sebenarnya sudah terbentuk, kader ini gabung tugasnya

menjadi kader lansia dan terhimpun dalam posyandu anggrek I dan II. Kader posbindu

sendiri sudah memiliki program kerja, namun untuk skrening penyakit DM dan HT belum

ada. Kegiatan yang diikuti 3 kader kami laksanakan dengan langkah awal yaitu memberikan

pendidikan kesehatan terkait penyakit DM dan HT. Setelah memberikan pendidikan

Page 95: Bismillah BAB 1-5

kesehatan kemudian kami menjelaskan tentang cara skrening penyakit DM dan HT kepada

kader, sebagai bentuk kegiatan mawas diri di masyarakat yang juga merupakan bagian

tugas dari seorang kader. Penjelasan terkait dengan cara skrening penyakit DM dan HT

diikuti dengan antusias olehkader, karena materi skrening tentang penyakit DM dan HT baru

kali ini mereka terima. Dari hasil evaluasi para kader telah memahami tata cara melakukan

skrening penyakit DM dan HT sudah dipahami oleh para kader. Kegiatan

pendokumentasiaan dan skrening penyakit DM dan HT bisa menjadi salah satu program

kerja baru yang bisa dilakukan oleh kader di RW 2 untuk membantu masyarakat dalam

upaya mencegah dan menanggulangi terkait dengan penyakit DM dan HT.

Kegiatan pemberdayaan kader kesehatan ini dapat dilaksanakan dengan lancar

dikarenakan adanya koordinasi yang baik antara ketua kader posyandu dan para kader

setempat. Serta antusias dan motivasi para kader yang tinggi untuk meningkatkan

kesehatan warga disekitarnya. Untuk selanjutnya diperlukan kerjasama lintas sektoral yang

jelas dengan Puskesmas tentang data skrening DM dan HT yang telah dilakukan kader agar

bisa diserahkan kepada pihak terkait. Sehingga kader dapat menjadi surveilans untuk

penyakit DM dan HT pada warga disekitarnya.

Hasil akhir dari asuhan keperawatan komunitas di RW 02 Kelurahan gading kasri

berdasarkan diagnosa pertama yaitu Defisiensi pengetahuan pada keluarga gangguan jiwa,

setelah dievaluasi bahwa masalah telah teratasi sebagian, dikarenakan kader telah

mengetahui cara pasien gangguan jiwa mendapatkan pengobatan, namun pelaksanaan

edukasi kepada keluarga oleh petugas puskesmas masih akan dilaksanakan pada tanggal 7

agustus 2015. Sedangkan untuk diagnosa komunitas yang kedua yaitu defisiensi kesehatan

komunitas setelah dievealuasi bahwa masalah telah teratasi karena pengetahuan warga

tentang DM dan HT meningkat hingga rata-rata 90% dan telah mampu melaksanakan

senam diabetes dan melakukan tensi.

Diagnosa yang ketiga yaitu perilaku kesehatan cenderung beresiko, setelah

dievealuasi bahwa masalah telah teratasi karena pengetahuan warga tentang perilaku hidup

sehat meningkat hingga rata-rata 90% dan telah mau berkomitmen menjaga pola hidup

sehat dengan tidak merokok dan rutin berolahraga. Sedangkan untuk diagnosa komunitas

yang terakhir yaitu kesiapan meningkatkan koping komunitas pada kader, setelah

dievealuasi bahwa masalah telah teratasi karena pengetahuan 3 kader terpilih memahami

tentang DM dan HT, mampu memberikan konsultasi dimeja 5 dan mampu melakukan

skrining di meja 2 posyandu.

Page 96: Bismillah BAB 1-5

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULANDefisiensi pengetahuan pada keluarga gangguan jiwa, setelah dievaluasi bahwa

masalah telah teratasi sebagian, dikarenakan kader telah mengetahui cara pasien

gangguan jiwa mendapatkan pengobatan, namun pelaksanaan edukasi kepada

keluarga oleh petugas puskesmas masih akan dilaksanakan pada tanggal 7 agustus

2015. Sedangkan untuk diagnosa komunitas yang kedua yaitu defisiensi kesehatan

komunitas setelah dievealuasi bahwa masalah telah teratasi karena pengetahuan warga

tentang DM dan HT meningkat hingga rata-rata 90% dan telah mampu melaksanakan

senam diabetes dan melakukan tensi.

Diagnosa yang ketiga yaitu perilaku kesehatan cenderung beresiko, setelah

dievealuasi bahwa masalah telah teratasi karena pengetahuan warga tentang perilaku

hidup sehat meningkat hingga rata-rata 90% dan telah mau berkomitmen menjaga pola

hidup sehat dengan tidak merokok dan rutin berolahraga. Sedangkan untuk diagnosa

komunitas yang terakhir yaitu kesiapan meningkatkan koping komunitas pada kader,

setelah dievealuasi bahwa masalah telah teratasi karena pengetahuan 3 kader terpilih

memahami tentang DM dan HT, mampu memberikan konsultasi dimeja 5 dan mampu

melakukan skrining di meja 2 posyandu.

5.2 SARANa. Perlunya kerjasama lintas sektoral dengan Puskesmas terkait kelanjutan

pemberdayaan kader untuk mengisi konsultasi di meja 5 dan melakukan skrinning

ataupun wawancara di meja 2 posyandu.

b. Perlu adanya penyuluhan informasi kesehatan secara berkelanjutan kepada

masyarakat supaya masyarakat mampu mengenal masalah kesehatan di lingkungan

sekitarnya

c. Perlu adanya pemantauan berkala terhadap kepatuhan pengobatan dan jadwal

kontrol rutin terhadap warga masyarakat dengan masalah kesehatan Diabetes

Mellitus dan Hipertensi

d. Perlunya komitmen dan motivasi dari keluarga, kader, tokoh masyarakat dan warga

untuk menjalankan usaha preventif sebagai bentuk pencegahan terjadinya masalah

kesehatan.

Page 97: Bismillah BAB 1-5
Page 98: Bismillah BAB 1-5

DAFTAR PUSTAKA

Agrina, dkk.(2011). Kepatuhan Lansia Penderita Hipertensi dalam Pemenuhan Diet Hipertensi, Jurnal Keperawatan, Vol. 6 No. 1.Jogyakarta : Nuha Medika

Allender, J.A., and Spradley, B.W.2005.Community health nursing : Concepts and practice, 4th.ed, Philadelpia: Lippincott

Anderson, E.T., and McFarlane, J.2000. Community as partner: Theory and practice in nursing, 3rd.ed, Philadelpia: Lippincott.

Brunner & Suddarth.2002. Keperawatan Medikal Bedah. EGC; Jakarta

Clark, M.J.1999. Nursing in the community: Dimensions of community health nursing, Standford, Connecticut: Appleton & Lange

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Craven, R. F dan Hirnle, C. J. 2000. Fundamental of Nursing: Human, Health and function. Edisi 3. Phiadelphia: lippincott.

George B. Julia , Nursing Theories- The base for professional Nursing Practice , 3rd ed. Norwalk, Appleton and Lange.

Hidayat Aziz Halimul. 2004. Pengantar Konsep Keperawatan Dasar. Salemba Medika :Jakarta.

Mubarak, Iqbal Wahit. 2009. Pengantar dan Teori Ilmu Keperawatan Komunitas 1. Cv Sagung Seto : Jakarta

Price. 2005. Patofisiologi Proses Penyakit. Edisi 6 Volume 1. Jakarta; EGC

Setiadi. 2008. Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Jogyakarta: Graha Ilmu.

Sudiharto. 2007. Buku Saku: Keperawatan Jiwa Edisi 3 Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Pendekatan. Keperawatan Transkultural. Jakarta: EGC. 

Utami P. Solusi Sehat Mengatasi Hipertensi. Jakarta Selatan : Agromedia. 2009.