bab iii bismillah
DESCRIPTION
ulkusTRANSCRIPT
BAB III
PEMBAHASAN
Problem 1. Diabetes Melitus Tipe II 10 Tahun Non Obese
Penegakan diagnosis diabetes melitus tipe 2 didasarkan atas anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Gejala klasik diabetes melitus tipe 2
berupa polidipsi, poliuria, polifagi.1,3
Tabel 8. Gejala khas dan tidak khas diabetes melitus tipe 2.
Gejala khas (klasik) Gejala tidak khas
Poliuria Polidipsia Polifagia Penurunan berat badan
Lemah Kesemutan Gatal Mata kabur Disfungsi ereksi Pruritus vulva
Pada anamnesis pasien ini didapatkan poliuria, nokturia, polidipsia, polifagia, dan
penurunan berat badan. Gejala tidak khas juga didapatkan kesemutan dan badan terasa
lemah.
Pada pemeriksaan fisik untuk pasien dengan diabetes melitus pada umumnya
didapatkan keadaan umum tampak lemas. Pemeriksaan tanda vital didapatkan hipertensi.
Nafas kussmaul akan positif pada pasien dengan ketoasidosis diabetikum. 1,3
Bagan 5 .Pemeriksaan fisik pada pasien DMT2
33
34
Pada pemeriksaan fisik pasien ini didapatkan keadaan umum tampak lemah, namun
tanda vital dalam batas normal. Pada pemeriksaan fisik didapatkan ulkus regio dorsum
pedis sinistra. BMI 20,76 kg/m2 masih dalam batas normal (normoweight). Dari
pemeriksaan fisik mengarah ke diabetes melitus. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan
penunjang.
Nilai kadar glukosa darah pada orang normal dan pasien DM ada pada tabel
berikut:
Tabel 9. Penilaian kadar glukosa darah
Jenis Sunber Normal Belum pasti DMGula darah puasa (GDP)
Plasma venaDarah kapiler
<100<90
100-12590-99
≥126≥100
Gula darah sewaktu (GDS)
Plasma venaDarah kapiler
<100<90
100-19990-199
≥200≥200
Pada pasien didapatkan nilai gula darah sewaktu 241 mg/dl, gula darah puasa 89
mg/dl. Dari hasil kadar gula tersebut maka pasien didiagnosis diabetes melitus.
Assessment yang dilakukan adalah mencari komplikasi makroangiopati dan
mikroangiopati. Komplikasi yang dapat timbul pada penderita diabetes melitus tipe 2
terdiri dari komplikasi akut dan kronik. Macam-macam komplikasi tersebut dapat dilihat
pada tabel berikut1, 13:
Tabel 10. Komplikasi diabetes melitus tipe 2
Komplikasi akut Komplikasi kronik Ketoasidosis diabetic (KAD) Status hiperglikemia
hiperosmolar
Mikrovaskuler : Penyakit mata : retinopati, edema macula Neuropati (sensorik, motorik, otonom) NefropatiMakrovaskuler : Penyakit jantung koroner Penyakit arteri perifer Penyakit serebrovaskulerLain-lain:Sistem gastrointestinal (paresis, diare), System urogenital (uropati, disfungsi seksual), Dermatosis, Infeksi, Katarak, Glaucoma, Penyakit periodontal, Kurang
35
pendengaranKebutuhan kalori bagi penderita diabetes melitus dapat ditentukan dengan
memperhitungkan kebutuhan kalori basal yaitu sebesar 25-30kkal/kgBB ideal. Perhitungan
berat badan ideal (BBI) dapat dihitung dengan rumus Brocca sebagai berikut:1,2
BBI=90% x (TB dalam cm – 100) x 1 kg
Perhitungan index massa tubuh (IMT) dapat dihitung dengan rumus:
IMT= BB(kg)TB(m2)
Berat badan ideal untuk pasien ini = 90% x (160-100) x 1 kg = 54 kg. Kebutuhan
kalori untuk pasien ini sebesar 25 kkal/kgBB, ditambah 20% untuk aktivitas fisik ringan
dan dikurangi 10% pada usia 40-59 tahun. Perhitungannya adalah = (25 kkal x 54 kg) =
1350 kkal. Kemudian ditambah 20% = 1350 + 270 = 1620 kkal. Karena berusia 58 tahun
kemudian dikurangi 10% = 1620-162 = 1458 kkal. Hasil konsul gizi medik menyarankan
diet DM 1700 kkal.
Edukasi yang sesuai untuk pasien ini adalah asupan nutrisi yang sesuai untuk
diabetes melitus, mengurangi asupan yang manis, dan menghabiskan diet dari rumah sakit.
Aktivitas reguler penting pada pasien diabetes, tetapi karena pasien memiliki ulkus pada
kaki kiri maka pasien disarankan istirahat dan mengurangi tekanan pada kaki kiri (non-
weight bearing).
Problem 2. Infeksi Kaki Diabetik Regio Dorsum Pedis Sinistra Wagner Grade II
Pasien didiagnosis sebagai ulkus diabetik. Diagnosis ditegakkan dari anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Pada anamnesis didapatkan gejala klasik
diabetes melitus dan didapatkan riwayat luka bernanah dan berbau serta tanda-tanda
inflamasi. Berdasarkan Konsensus Internasional Kaki Diabetik 2003, klasifikasi kaki
diabetik yang dianjurkan adalah:9,10
• P : Perfusi ( grade 1, 2 , 3)
• E : Ekstensi
• D : Depth/dalam (grade 1,2, 3)
• I : Infeksi (grade 1,2, 3, 4)
36
• S : sensasi (grade 1,2)
a. Perfusi
Grade Uraian
IGejala dan tanda PAD (-)
Pulsasi a. dorsalis pedis & a. tibialis posterior teraba. ABI normal
IIGejala dan tanda PAD (+) tapi iskemia (-)
Claudicatio (+)ABI < 0,9
IIIPAD dan iskemia (+)
ABI < 0,9Sistolik ankle < 50 mmHgSistolik Toe < 30 mmHg
b. Ekstensi/Ukuran
Dinilai dengan mengukur luka dalam sentimeter.
c. Depth/Tissue loss
Grade UraianI Ulkus superfisial, tidak merusak dermisII Ulkus dalam menembus fascia sampai tendon atau ototII Ulkus dalam sampai menembus tulang
d. Infeksi
Grade UraianI Gejala dan tanda infeksi (-)
II Infeksi superfisial dan subkutanEdema, eritema < 2 cm
III Infeksi lebih dalam, edema dan eritema > 2 cm, infeksi sistemik (-)
IV Infeksi lebih dalam, edema dan eritema > 2 cm, infeksi sistemik (+) SIRS (+)
e. Sensation
Grade UraianI Sensasi masih baikII Test Monofilament 10 gr (-)
Test Garpu tala (-)
37
Pada pasien didapatkan :
Perfusi (I) : arteri dorsalis pedis +/+
arteri tibialis posterior +/+
ABI normal
Extent : Regio plantar pedis sinistra: ukuran 4x10 cm
Dasar (II) : otot warna kemerahan
Infeksi (II) : Pus (+), eritema ± 2 cm
Sensasi (I) : (-)
Bagan 4. Klasifikasi Infeksi Kaki Diabetik IDSA
Pada pasien dengan infeksi kaki diabetik harus diwaspadai terhadap tanda-tanda
osteomyelitis. Faktor risiko terjadinya osteomyelitis pada pasien dengan infeksi kaki
diabetik adalah :9
a. Luka yang tidak sembuh setelah perawatan 6 minggu
b. Deformitas pada kaki berupa pembengkakan (swollen) dan kemerahan
c. Tampak tulang atau pada palpasi teraba tulang
d. Luka dengan luas > 2 cm2 atau dengan kedalaman > 3 mm
e. Laju endap darah > 70 mm/jam
f. Gambaran radiologis menunjukkan osteomyelitis
38
Klasifikasi Wagner
Tabel 11. Klasifikasi ulkus menurut Wagner
Grad
e
Lesion
1 Superficial diabetic ulcer
2 Ulcer extention involving ligament, tendon, joint capsule, or
fascia with no abses or osteomielitis
3 Deep ulcer with abses or osteomyelitis
4 Gangrene to portion of forefoot
5 Extensive gangrene of foot
Pada pasien didapatkan risiko selulitis berupa luka sejak 4 bulan sebelum masuk
rumah sakit yang tidak kunjung sembuh, dengan ukuran 4x10 cm pada regio dorsum pedis
sinistra, dasar luka otot dan tendo. Hal ini dikonfirmasi dengan hasil X-foto pedis
didapatkan kesan selulitis. Sesuai kriteria Wagner maka pasien termasuk grade II.
39
Alur penatalaksanaan pasien dengan infeksi kaki diabetik adalah sebagai berikut :
Manajemen yang efektif untuk infeksi kaki diabetik adalah dengan pemberian
antibiotik empiris, bedah debridement reseksi jaringan mati, perawatan luka, dan
mengkoreksi abnormalitas metabolik. Sesuai dengan alur tersebut, maka tindakan setelah
menentukan derajat infeksi adalah amputasi namun paien menolak sehingga dilakukan
debridement dan swab dasar luka. Kemudian dilakukan pengecatan dan kultur kuman,
merawat luka dan pemberian antibiotik empiris. Pemberian antibiotik empiris disesuaikan
dengan derajat infeksi kaki diabetik pasien.
40
Tabel 12. Daftar terapi antibiotik berdasarkan derajat infeksi
Pada pasien ini didapatkan derajat infeksi mild sehingga diberikan antibiotik broad
spectrum yaitu Clindamycin dan Cifrofloxacin. Pasien ini belum dilakukan kultur pada pus
sehingga belum diketahui secara pasti etiologi kuman.
Edukasi yang diberikan pada pasien adalah menjaga luka agar tetap kering, tidak
terkena air, dan menghindari terjadinya luka yang baru. Selain itu pasien juga diminta
Infection Probable pathogen(s) Alternative
Mild Staphylococcus aureus (MSSA); Streptococcus spp
MRSA
Oral DicloxacillinOral ClindamycinOral CephalexinOral LevofloxacinOral Amoxicillin-calvulanateOral DoxyciclineOral Trimethoprim/Sulfamethoxazole
Moderate (oral or parenteral) or Severe (parenteral)
MSSA; Streptococcus spp; Enterobacteriaceae; obligate anaerob
MRSA
Pseudomonas aeruginosa
LevofloxacinCefoxitinCeftriaxoneAmpicillin-SulbactamMoxifloxacinErtapenemTigecyclineLevofloxacin or ciprofloxacin with clindamycinImipenem-cilastatinVancomycin, ceftazidime, cefepime, peperacillin, tazobactam, aztreonam, carbapenemLinezolidDaptomycinVancomycinPiperacillin-tazobactam
41
untuk teratur mengontrol gula darah karena gula darah yang baik akan mempercepat
penyembuhan luka dan dapat mengeradikasi infeksi.
Problem 3. Imbalans Elektrolit (Hipokalemia)
Setelah dilakukan pemeriksaan elektrolit pada pasien ini didapatkan kadar natrium
dan kalium yang kurang dari batas normal, namun tidak berat. Sehingga pasien ini
diberikan infus NaCl 0,9% dan diedukasi untuk menghabiskan makanan dari rumah sakit,
kemudian dilakukan pemeriksaan elektrolit lagi.
Problem 4. Hipoalbuminemia
Diagnosis hipoalbuminemia berdasarkan pemeriksaan laboratorium dengan kadar
albumin darah 3,2 g/dl. Penyebab hipoalbuminemia bermacam-macam, beberapa
diantaranya :13
a. Gagal ginjal, gagal hati, hipotiroidisme, malabsorbsi, keganasan
b. Intake makanan yang kurang
c. Proses inflamasi akut atau kronik
Pada proses inflamasi dilepaskan sitokin-sitokin seperti TNF, IL-6, dll sebagai
respon dari proses infeksi, pembedahan atau trauma sehingga dapat menurunkan serum
albumin melalui proses :
a. Difusi ke ruang ekstravaskuler karena peningkatan permeabilitas vaskuler
b. Peningkatan degradasi albumin
c. Penurunan sintesis karena TNF-α menurunkan proses transkripsi albumin gene.
Pada pasien ini hipoalbuminemia terjadi disebabkan oleh proses inflamasi akut
akibat ulkus pada kaki kanan yang diperkuat dengan tanda-tanda inflamasi pada kaki kanan
dan gambaran selulitis pada X-foto pedis dextra. Kadar albumin serum yaitu 2,7 g/dl.
Sehingga pada pasien ini dilakukan transfusi albumin.
Edukasi yang diberikan kepada pasien berupa kemungkinan-kemungkinan terjadi
reaksi transfusi yaitu demam ,sesak nafas, dan reaksi alergi.
Problem 4. Anemia Normositik Normokromik
42
Setelah dilakukan pemeriksaan darah pada pasien ini didapatkan kadar hemoglobin,
hematokrit, dan eritrosit menurun, sehingga pasien ini didiagnosis anemia normositik
normokromik. Nilai kadar hemoglobin pada pasien ini pada awalnya adalah sebesar 11,3
g/dL yang termasuk kategori anemia ringan, sehingga pasien ini belum memerlukan
transfusi darah. Namun apabila dilakukan debridemen dan pemeriksaan darah didapatkan
pasien ini memiliki anemia berat, sehingga perlu dilakukan transfusi darah.
Problem 5. Katarak OS Imatur
Setelah dilakukan pemeriksaan fisik pasien mengeluh mata sebelah kiri kabur dan
dikonsulkan ke bagian mata pasien didiagnosa katarak imatur. Dari bagian mata akan
dilakukan penatalaksaan lebih lanjut.
43
Tanggal Keadaan Klinis /
Laboratorium
Assessment Program Terapi/Tindakan
27/11/2014
Jam 19.00
S : Kel : Lemas
O:KU: Tampak Pucat,
composmentis
Tanda Vital :
TD : 120/70 mmHg
HR : 82 kali/menit, reguler, isi
dan tegangan cukup
RR : 18 kali/menit
Suhu : 36,70C
GDS pagi: 105 mg/dl
Laboratorium Darah
Item Nilai
Hemoglobin 11,3 g/dl
Hematokrit 33,9 %
Eritrosit 3,9
juta/mmk
MCH 29,2 Pg
MCV 86,8 fL
MCHC 34.6 g/dl
Leukosit 11,6
ribu/mmk
Trombosit 579,9
ribu/mmk
1. Infeksi kaki
diabetik regio
dorsum pedis
sinistra.
2. DM tipe II non
obese
3. Hipokalemi
4. Hipoalbumin
5. Anemia normositik
normokromik
6. OS katarak imatur
Infus NaCl 0,9% 20 tpm
Drip Ciprofloxacin
400mg/12 jam
Klindamicin 300mg/ 12jam
P.O
Lantus 10 IU jika GDS >
180 g/dL
Program :
KUTV/8 jam
GDS pagi
Pro debridement (konsul bedah
thorax vaskuler)
Kultur pus saat debridement
Raber tropik untuk pemakaian
antibiotik
Konsul Mata
CATATAN KEMAJUAN PASIEN