bab 1 sd 5

72
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran lingkungan adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, atau komponen lain ke dalam lingkungan atau berubahnya tatanan lingkungan akibat kegiatan manusia atau akibat proses alam sehingga kualitas lingkungan menurun sampai ke tingkatan tertentu yang menyebabkan lingkungan kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai peruntukannya (Chandra, 2007 : 6) Masalah lingkungan merupakan suatu hal yang terpenting dan erat kaitannya dengan kesehatan masyarakat untuk itu perbaikan sanitasi lingkungan sangat diperlukan, dimana dalam bidang kesehatan salah satunya dapat dilakukan dengan penanganan sampah yang saniter. Penanganan sampah yang tidak baik / tidak saniter akan dapat menyebabkan polutan sehingga mengakibatkan turunnya nilai estetika lingkungan, membawa berbagai jenis penyakit, menurunkan sumber daya, menimbulkan

Upload: sri-rezki-wahyuni

Post on 13-Sep-2015

260 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

laporan 1

TRANSCRIPT

1

BAB I

PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang

Pencemaran lingkungan adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, atau komponen lain ke dalam lingkungan atau berubahnya tatanan lingkungan akibat kegiatan manusia atau akibat proses alam sehingga kualitas lingkungan menurun sampai ke tingkatan tertentu yang menyebabkan lingkungan kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai peruntukannya (Chandra, 2007 : 6)

Masalah lingkungan merupakan suatu hal yang terpenting dan erat kaitannya dengan kesehatan masyarakat untuk itu perbaikan sanitasi lingkungan sangat diperlukan, dimana dalam bidang kesehatan salah satunya dapat dilakukan dengan penanganan sampah yang saniter.

Penanganan sampah yang tidak baik / tidak saniter akan dapat menyebabkan polutan sehingga mengakibatkan turunnya nilai estetika lingkungan, membawa berbagai jenis penyakit, menurunkan sumber daya, menimbulkan polusi, menyumbat saluran air dan berbagai akibat negatife lainnya (Darsono, 2008).

Undang-undang Nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah sudah diberlakukan. Setiap rumah tangga sebagai penghasil sampah tidak bisa lagi mengabaikan urusan sampahnya dengan alasan sudah membayar iuran kebersihan. Pengelolaan sampah tidak bisa diselesaikan hanya oleh pemerintah dengan kumpul, angkut, buang ke TPA saja, tetapi harus dilakukan secara komprehensif dan terpadu dari hulu ke hilir agar memberikan manfaat secara ekonomi, sehat bagi masyarakat dan aman bagi lingkungan, serta dapat mengubah perilaku masyarakat (Suryo, 2008)

Menurut WHO Sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya (Chandra, 2007:111)

Sampah adalah sisa suatu usaha atau kegiatan yang berwujud padat baik berupa zat organik maupun anorganik yang bersifat dapat terurai maupun tidak terurai dan dianggap sudah tidak berguna lagi sehingga dibuang ke lingkungan (Menteri Negara Lingkungan Hidup, 2003).

Sampah dapat berada pada setiap fase materi yaitu fase padat, cair, atau gas. Ketika dilepaskan dalam dua fase yaitu cair dan gas, terutama gas, sampah dapat dikatakan sebagai emisi. Emisi biasa dikaitkan dengan polusi. Bila sampah masuk ke dalam lingkungan (ke air, ke udara dan ke tanah) maka kualitas lingkungan akan menurun. Peristiwa masuknya sampah ke lingkungan inilah yang dikenal sebagai peristiwa pencemaran lingkungan (Permadi, 2011 ).

Masalah sampah sebetulnya bisa diselesaikan dengan tangan bersih. Ini berkaitan dengan ilmu dan perilaku masyarakat. Harus diakui, tak semua orang paham bahwa sampah sebaiknya sesedikit mungkin dibuang ke tong sampah. Yang organik sebaiknya ditanam, yang anorganik jika tak bisa dimanfaatkan lagi silakan dibakar dan yang masih bernilai guna bisa dijual atau diberikan kepada pemulung (Cahyana, 2006).

Sistem pengelolaan sampah setidaknya mengkombinasikan pendekatan pengurangan sumber sampah, daur ulang dan guna ulang, pengkomposan, insinerasi dan pembuangan akhir. Sedangkan bagi rumah tangga berarti menanamkan kebiasaan untuk tidak boros dalam penggunaan barang-barang keseharian. Untuk pendekatan daur ulang dan guna ulang diterapkan khususnya pada sampah non organik seperti kertas, plastik, alumunium, gelas, logam dan lain-lain (Santoso, 2009 ).

Prinsip-prinsip yang dapat diterapkan dalam penangan sampah misalnya dengan menerapkan prinsip 3-R (reduse, reuse, dan recycling), 4-R (reduse, reuse, recycling, dan replace) atau 5-R (reduse, reuse, recycling, replace dan replant). Penanganan sampah dengan menerapkan prinsip tersebut sangat penting untuk dilaksanakan dalam rangka pengelolaan sampah padat perkotaan yang efisien dan efektif, sehingga diharapkan dapat mengrangi biaya pengelolaan sampah (Santoso, 2009 ).Selain itu, pengelolaan sampah juga bisa dilakukan dengan konsep 7R yaitu : yaitu reduce (mengurangi volume sampah, merupakan langkah pertama untuk mencegah penimbunan sampah.), reuse (menggunakan kembali, berarti menghemat dan mengurangi sampah dengan cara menggunakan kembali barang-barang yang telah dipakai dengan menerapkan kreativitas), recycle (mendaur ulang, juga sering disebut mendapatkan kembali sumberdaya), recovery (memanfaatkan kembali), replace (mengganti), relocation (tempat sampah yang tepat disaian dan letaknya), responsible (bertanggung jawab), (Firmansyah, 2010).Permasalahan sampah tidak akan terselesaikan dengan hanya dibicarakan saja, namun sangat perlu tindakan nyata di lapangan. Penanganan permasalahan sampah pun tidak dapat hanya dilakukan oleh sekelompok orang saja. Kerja sama yang baik antara pemerintah dan masyarakat luas menjadi persyaratan.

Dalam kehidupan sehari hari, kegiatan manusia tidak akan terlepas dari penghasil sampah, terutama para ibu ibu rumah tangga. Karena para ibu ibu rumah tangga sangat berkaitan terhadap timbulan sampah yang besar, mulai dari membeli barang barang, menggunakan barang sampai barang barang tersebut tidak bisa dipakai lagi dan di buang.

Selama ini sebagian besar masyarakat masih memandang sampah sebagai barang sisa yang tidak berguna, bukan sebagai sumberdaya yang perlu dimanfaatkan. Paradigma baru memandang sampah sebagai sumberdaya yang mempunyai nilai ekonomi dan dapat dimanfaatkan, misalnya untuk energi, kompos, pupuk ataupun untuk bahan baku industri. Pengelolaan sampah dengan paradigma baru tersebut dilakukan dengan kegiatan pengurangan dan penanganan sampah.

Belakangan ini banyak masyarakat khususnya ibuibu rumah tangga di kotakota besar melakukan pengelolaan sampah dengan konsep 3R (reuse, reduse, recycling) yang dilakukan dalam skala rumah tangga. Dan telah banyak industri industri kecil yang melakukan dengan konsep 5R yang bisa meraup keuntungan dari hasil produksinya.Kompleks perumahan Dangau Teduh adalah kompleks perumahan yang dihuni oleh penduduk yang berpendapatan ekonomi menengah ke atas yang terletak di Kelurahan Cengkeh, Kecamatan Lubuk Begalung Padang. Pada kompleks perumahan ini merupakan daerah binaan pengelolaan sampah dengan didirikannya Bank Sampah.

Berdasarkan survey awal peneliti diketahui bahwa ibu ibu di kompleks perumahan Dangau Teduh yang terletak di Kelurahan Cengkeh, Kecamatan Lubuk Begalung Padang, 12,5% telah melakukan kegiatan pengelolaan sampah rumah tangga mulai dari memilah sampah, mengelola sampah menjadi suatu produk sampai pendistribusian produk hasil sampah.

Melihat keadaan yang demikian penulis ingin mengetahui bagaimana pengelolaan sampah rumah tangga dengan konsep 7R di Kompleks Perumahan Dangau Teduh RT 1 / RW 5 Kelurahan Cengkeh, Kecamatan Lubuk Begalung Padang 2012.1.2 Perumusan Masalah

Dalam penelitian ini yang menjadi permasalahan adalah bagaimana pengelolaan sampah rumah tangga yang dilakukan oleh ibu rumah tangga dengan konsep 7R di Kompleks Perumahan Dangau Teduh RT 1 / RW 5 Kelurahan Cengkeh, Kecamatan Lubuk Begalung Padang 2012.1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui bagaimana pengelolaan sampah rumah tangga dengan konsep 7R di Kompleks Perumahan Dangau Teduh RT 1 / RW 5 Kelurahan Cengkeh, Kecamatan Lubuk Begalung, Padang 2012.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Diketahuinya pengelolaan sampah rumah tangga yang dilakukan oleh ibu rumah tangga dengan konsep Reduce di Kompleks Perumahan Dangau Teduh RT 1 / RW 5 Kelurahan Cengkeh, Kecamatan Lubuk Begalung, Padang.

2. Diketahuinya pengelolaan sampah rumah tangga yang dilakukan oleh ibu rumah tangga dengan konsep Reuse di Kompleks Perumahan Dangau Teduh RT 1 / RW 5 Kelurahan Cengkeh, Kecamatan Lubuk Begalung, Padang.

3. Diketahuinya pengelolaan sampah rumah tangga yang dilakukan oleh ibu rumah tangga dengan konsep Recycle di Kompleks Perumahan Dangau Teduh RT 1 / RW 5 Kelurahan Cengkeh, Kecamatan Lubuk Begalung, Padang.

4. Diketahuinya pengelolaan sampah rumah tangga yang dilakukan oleh ibu rumah tangga dengan konsep Recovery di Kompleks Perumahan Dangau Teduh RT 1 / RW 5 Kelurahan Cengkeh, Kecamatan Lubuk Begalung, Padang.

5. Diketahuinya pengelolaan sampah rumah tangga yang dilakukan oleh ibu rumah tangga dengan konsep Replace di Kompleks Perumahan Dangau Teduh RT 1 / RW 5 Kelurahan Cengkeh, Kecamatan Lubuk Begalung, Padang.

6. Diketahuinya pengelolaan sampah rumah tangga yang dilakukan oleh ibu rumah tangga dengan konsep Relocation di Kompleks Perumahan Dangau Teduh RT 1 / RW 5 Kelurahan Cengkeh, Kecamatan Lubuk Begalung, Padang.

7. Diketahuinya pengelolaan sampah rumah tangga yang dilakukan oleh ibu rumah tangga dengan konsep Responsible di Kompleks Perumahan Dangau Teduh RT 1 / RW 5 Kelurahan Cengkeh, Kecamatan Lubuk Begalung, Padang.1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Sebagai informasi dan masukan bagi ibu ibu untuk dapat memanfaatkan sampah dan mengelola sampah secara sederhana dalam skala rumah tangga.

1.4.2 Menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh di bangku kuliah serta menambah pengalaman dari penelitian yang telah dilakukan.

1.4.3 Hasil penelitian dapat dimanfaatkan oleh pemerintah setempat, sebagai bahan masukan dalam program kesehatan lingkungan.

1.5 Ruang lingkup penelitian

Penulis menitik beratkan pada bentuk pengelolaan sampah rumah tangga dengan konsep 7R (reduce, reuse, recycle, recovery, replace, relocation, responsible) di Kompleks Perumahan Dangau Teduh, RT 1 / RW 5 Kelurahan Cengkeh, Kecamatan Lubuk Begalung, Padang tahun 2012.BAB II

TINJAUAN PUSTAKA2.1 Pengertian Sampah

Beberapa pengertian sampah :

Menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan atau proses alam yang berbentuk padat.

Menurut WHO sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya.Sampah merupakan sisa suatu usaha atau kegiatan yang berwujud padat baik berupa zat organik maupun anorganik yang bersifat dapat terurai maupun tidak terurai dan dianggap sudah tidak berguna lagi sehingga dibuang ke lingkungan (Menteri Negara Lingkungan Hidup, 2003).

Sampah adalah sebagian dari sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi atau seharusnya dibuang yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan manusia ( termasuk kegiatan industri ) tetapi bukan biologis karena kotoran manusia ( human waste ) tidak termasuk kedalamnya dan umumnya bersifat padat ( karena air bekas tidak termasuk di dalamnya ) (Azwar, 2002).

Sampah adalah segala sesuatu yang tidak dikehendaki oleh yang punya dan bersifat padat(Slamet, 1994)

Sampah atau waste adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktifitas manusia maupun alam yangb belum memiliki nilai ekonomis ( Hartono, 2008 : 4)

Jadi dapat disimpulkan bahwa sampah adalah sisa dari aktifitas manusia yang tidak digunakan lagi, tidak disenangi dan dibuang sebagai barang yang tidak berguna.2.2 Jenis Sampah

Sampah dapat dibagi menjadi beberapa kategori, seperti berikut(Chandra, 2007 : 111) :

a. Berdasarkan zat kimia yang yang terkandung di dalamnya.

1. Organik, mis. : sisa makanan, daun, sayur, dan buah.

2. An organik, mis. : logam, pecah belah, abu dan lain lain.

b. Berdasarkan dapat atau tidaknya dibakar.

1. Mudah dibakar, mis. : kertas, plastic, daun kering, kayu.

2. Tidak mudah terbakar, mis. : kaleng, besi, gelas, dan lain lain.

c. Berdasarkan dapat atau tidaknya membusuk.

1. Mudah membusuk, mis. : sisa makanan, potongan daging, dan sebagainya.

2. Sulit membusuk, mis. : plastik, karet, kaleng dan sebagainya.

d. Berdasarkan ciri atau karekteristik sampah.

1. Garbage , terdiri atas zat zat yang mudah membusuk dan dapat terurai dengan cepat, khususnya jika cuaca panas. Proses pembusukan seering kali menimbulkan bau busuk. Sampah jenis ini dapat ditemukan di tempat pemukiman, rumah makan, rumah sakit, pasar dan sebagainya.2. Rubbish, terbagi menjadi dua:

a. Rubbish mudah terbakar terdiri zat zat organik, mis. : kertas, kayu, karet, daun dan sebagainya.

b. Rubbish tidak mudah terbakar terdiri atas zat zat anorganik, mis. : kaca, kaleng, dan sebagainya.

3. Ashes, semua sisa pembakaran dari industri.

4. Street sweeping, sampah dari jalan atau trotoar akibat aktifitas mesin atau manusia.

5. Dead animal, bangkai binatang besar (anjing, kucing dan sebagainya) yang mati akibat kecelakaan atau secara alami.

6. House hold refuse, atau sampah campuran ( mis. : garbage, ashas, rubbish ) yang berasal dari perumahan.

7. Abandoned vehicle, berasal dari bangkai kendaraan.

8. Demolision waste, berasal dari sisa sisa hasil pembangunan gedung. Contructions waste, berasal dari sisa sisa pembangunan gedung seperti tanah, batu dan kayu.

9. Sampah industry, berasal dari pertanian, perkebunan dan industry.

10. Santage solid, terdiri atas benda benda solid atau kasar yang biasanya berupa zat organik, pada pintu masuk pusat pengolahan limbah cair.

11. Sampah khusus, atau sampah yang memerlukan penanganan khusus seperti kaleng dan zat radio aktif.

2.3 Sumber Sampah

Sampah yang ada dipermukaan bumi ini dapat berasal dari beberapa sumber sebagai berikut (Notoatmodjo, 2003)

a. Sampah yang berasal dari pemukiman (domestic wastes) :

Sampah ini terdiri dari bahanbahan padat sebagai hasil kegiatan rumah tangga yang sudah dipakai dan dibuang, seperti : sisasisa makanan baik yang sudah dimasak atau belum, bekas pembungkus baik kertas, plastik, daun, dan sebagainya, pakaian-pakaian bekas, bahan-bahan bacaan, perabot rumah tangga, daun-daunana dari kebun atau taman.

b. Sampah yang berasal dari tempat-tempat umum :

Sampah ini berasal dari tempat-tempat umum, seperti pasar, tempat-tempat hiburan, terminal bus, stasiun kereta api, dan sebagainya. Sampah ini berupa : kertas, plastik, botol, daun dan sebagainya.

c. Sampah yang berasal dari perkantoran :

Sampah ini dari perkantoran baik perkantoran pendidikan, perdagangan, departemen, perusahaan, dan sebagainya. Sampah ini berupa kertas-kertas, plastik, karbon, klip, dan sebagainya. Umumnya sampah ini bersifat kering, dan mudah terbakar (rabbish).

d. Sampah yang berasal dari jalan raya :

Sampah ini berasal dari pembersihan jalan, yang umumnya terdiri dari : kertas-kertas, kardus-kardus, debu, batu-batuan, pasir, sobekan ban, onderdil-onderdil kendaraan yang jatuh, daun-daunan, plastik dan sebagainya.

e. Sampah yang berasal dari industri (industrial wastes) :

Sampah ini berasal dari kawasan industri, termasuk sampah yang berasal dari pembangun industry, dan segala sampah yang berasal dari proses produksi, misalnya: sampah-sampah pengepakan barang, logam, plastik, kayu, potongan tekstil, kaleng, dan sebagainya.

f. Sampah yang berasal dari pertanian/perkebunan :

Sampah ini sebagai hasil dari perkebunan atau pertanian misalnya: jerami, sisa ssyur-mayur, batang padi, batang jagung, ranting kayu yang patah, dan sebagainya.

g. Sampah yang berasal dari pertambangan :

Sampah ini berasal dari daerah pertambangan, dan jenisnya tergantung dari jenis usaha pertambangan itu sendiri, misalnya: batu-batuan, tanah/cadas, pasir, sisa-sisa pembakaran (arang), dan sebagainya.

h. Sampah yang berasal dari peternakan dan perikanan :

Sampah yang berasal dari peternakan dan perikanan ini, berupa : kotoran-kotoran ternak, sisa-sisa makanan bangkai binatang, dan sebagainya.2.4 Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Sampah

Berikut beberapa faktor yang mempengaruhi jumlah sampah (Chandra, 2007) :

a. Jumlah penduduk

Jumlah penduduk bergantung pada aktivitas dan kepadatan penduduk. Semakin padat penduduk, sampah semakin menumpuk karena tempat atau ruang untuk menampung sampah kurang. Semakin meningkat aktivitas penduduk, sampah yang dihasilkan semakin banyak, misalnya pada aktivitas pembangunan, perdagangan, industri dan sebagainya.b. Sistem pengumpulan atau pembuangan sampah yang dipakai.

Pengumpulan sampah dengan menggunakan gerobak lebih lambat jika dibandingkan dengan truk.

c. Pengambilan bahan bahan yang ada pada sampah untuk di pakai kembali.

Metode itu dilakukan karena bahan tersebut masih memiliki nilai ekonomi bagi golongan tertentu. Frekuensi pengambilan dipengaruhi oleh keadaan, jika harganya tinggi, sampah yang tertinggal sedikit.

d. Faktor geografis.

Lokasi tempat pembuangan apakah di daerah pegununga, lembah, pantai atau didataran rendah.

e. Faktor waktu.

Bergantung pada faktor harian, mingguan, bulanan, atau tahunan. Jumlah sampah perhari bervariasi menurut waktu. Jumlah sampah pada siang hari lebih banyak dari pada jumlah di pagi hari, sedangkan sampah dipedesaan tidak begitu bergantung pada faktor waktu.f. Faktor sosial ekonomi dan budaya.

Adat istiadat dan taraf hidup dan mental masyarakat.

g. Faktor cuaca

Pada musim hujan, sampah mungkin akan tersangkut pada selokan, pintu air, atau penyaringan air limbah.

h. Kebiasaan masyarakat.

Jika seseorang suka mengkonsumsi satu jenis makanan atau tanaman, sampah makanan itu akan meningkat.i. Kemajuan teknologi.

Akibat kemajuan teknologi, jumlah sampah dapat meningkat. Seperti bekas plastik, kardus, rongsokan, AC, TV, kulkas, dan sebagainya.

j. Jenis sampah.

Makin maju tingkat kebudayaan suatu masyarakat, semakin kompleks pula macam dan jenis sampahnya.2.5 Pengelolaan Sampah

2.5.1 Pengertian pengelolaan sampah

Menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, adalah kegiatan sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah.

Pengelolaan sampah dapat didefenisikan sebagai suatu pengetahuan tentang pengendalian bagaimana sampah dihasilkan penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan pembuangan sampah menggunakan suatu cara yang sesuai dengan prinsip prinsip kesehatan masyarakat, ekonomi, teknik pelestarian lingkungan, keindahan, dan dengan mengindahkan tanggung jawab masyarakat

( Sudarso,1985 : 20 )

Pengelolaan sampah adalah suatu bidang yang berhubungan dengan pengaturan terhadap penimbunan, penyimpanan (sementara), pengumpulan, pemindahan dan pengangkutan, pemprosesan dan pembuangan sampah dengan suatu cara yang sesuai dengan prinsip prinsip terbaik bagi kesehatan masyarakat, ekonomi, teknik (engineering), perlindungan alam (conservation), keindahan dan pertimbangan pertimbangan lingkungan lainnya dan juga mempertimbangkan sikap masyarakat (Depkes,1987)Pengelolaan sampah merupakan upaya dalam mengurangi, mengumpulkan, memindahkan, menyimpan sementara, mengolah dan menimbun sampah(Azka, 2006)

Beberapa unsur pokok dalam pengelolaan sampah (Sudarso, 1985)

Gambar 2.12.5.2 Beberapa upaya yang dilakukan dalam pengelolaan sampah (Hadisuwito, 2007)2.5.2.1 Penumpukan

Pada metode ini sampah tidak dimusnahkan secara lansung, tetapi dibiarkan membusuk menjadi bahan organik. Metode penumpukan ini bersifat murah dan sederhana, tetapi sangat beresiko karena bisa menimbulkan penyakit dan menyebabkan pencemaran.2.5.2.2 Pembakaran

Metode ini memang yang paling sering dilakukan masyarakat. Namun, cara ini sebaiknya dilakukan hanya untuk sampah yang dapat terbakar habis. Selain itu, lokasi pembakaran berada di tempat yang jauh dari pemukiman. Karena, sampah yang dibakar ternyata dapat menghasilkan dioksin, seperti CDD (chlorinated dibenzo-p-dioxin), CDF (chlorinated dibenzo furan), dan PCB (poly chlorinated biphenyl).2.5.2.3 Sanitary landfill

Metode ini khusus diberlakukan untuk tempat pembuangan akhir ketika lahan yang disediakan telah penuh terisi sampah. Caranya itu dengan membuat cekungan baru untuk mengubur sampah yang di atasnya ditutupi tanah.

2.6 Peranan Ibu Dalam Pengelolaan SampahDalam UU No.23 tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup pasal 6 ayat 1 yang berbunyi : setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mencegah dan menanggulangi pencemaran dan perusakan lingkungan hidup.

Untuk melaksanakan amanat UU tersebut dibutuhkan kesadaran tentang pengelolaan lingkungan hidup. Untuk mendapatkan lingkungan yang bersih dan sehat adalah kewajiban dan tanggung jawab kita bersama.

Paradigma lama terhadap pengelolaan sampah, yaitu angkut dan buang, tidak bisa dipakai lagi karena itu bukan suatu penyelesaian masalah akan tetapi hanya memindahkan masalah, yang bisa berakibat sangat fatal.

Pengelolaan sampah dapat dilakukan dengan konsep 7R yaitu reduce, reuse, recycle, recovery, replace, relocation dan responsible. Dalam penerapan konsep ini peran ibu sangat penting karena dalam kehidupan seharihari, ibuibu tidak akan terlepas dari penghasil sampah, terutama para ibu rumah tangga. Karena para ibu rumah tangga sangat berkaitan terhadap timbulan sampah yang besar, mulai dari membeli barangbarang, menggunakan barang sampai barangbarang tersebut tidak bisa dipakai lagi dan di buang.

Paradigma baru memandang sampah sebagai sumber daya yang mempunyai nilai ekonomi dan dapat dimanfaatkan, misalnya untuk energi, kompos, pupuk ataupun untuk bahan baku industri. Pengelolaan sampah dengan paradigma baru tersebut dilakukan dengan kegiatan pengurangan dan penanganan sampah.

Apabila para ibu bisa menekuni dan menjadikan usaha sampingan dari sampah menjadi suatu produk baru akan dapat menungkatkan pendapan sekaligus kesejahteraan keluarga.

2.7 Tinjauan Tentang Konsep 7R

Pengelolaan sampah semestinya harus terintegrasi yakni tidak hanya dilihat dari teknis pengelolaannya, tetapi juga dari segi sosial budaya masyarakat. Membudayakan hidup bersih dan tertib seharusnya bisa menjadi kunci dalam penyelesaian masalah sampah rumah tangga. Konsep pengelolaan sampah rumah tangga dapat dilakukan dengan menerapkan konsep 7R, yaitu reduce, reuse, recycle, recovery, replace, relocation, responsible yang dimulai dari mesjid yang di contohkan pada umat disekitarnya (Saca Firmansyah, 2010).

a. Reduce (mengurangi volume sampah / mengurangi pemakaian)

Proses meminimalisasi atau mengusahakan sesedikit mungkin barang yang kita gunakan untuk mengurangi jumlah timbulan sampah dari sumbernya. Misalnya sisasisa kardus pembungkus TV dan meja belajar yang tidak terpakai lagi dapat dipotong kecilkecil, kaleng minuman softdrink dapat diremuk terlebih dahulu sebelum di buang, pilih produk dengan pengemas yang dapat didaur ulang, kurangi penggunaan bahan sekali pakai, hindari pemakaian produk yang tidak dapat diisi ulang agar dapat mengurangi volume sampah, gunakan produk yang dapat diisi ulang (refill) misalnya alat tulis yang bisa diisi ulang kembali, menambal selang air yang bocor sehingga tak perlu menggantinya dengan selang baru, menggunakan printer dua arah untuk mencetak dokumen atau tugas-tugas sekolah, membuat kartu undangan yang multifungsi sehingga sampahnya tidak dibuang. b. Reuse (menggunakan kembali)Proses memilih dan mengoptimalkan fungsi sampah yang masih bisa dimanfaatkank secara lansung baik untuk fungsi yang sama maupun fungsi lain. Misalnya plastik sisa belanja dapat dipakai lagi pada saat belanja berikutnya atau bawa keranjang belanja bila pergi ke pasar, gunakan baterai yanng dapat di charge kembali, lebih baik menggunakan tempat minum dan membawanya ke mana kita pergi dari pada membeli minuman kemasan, pergunakan serbet dari kain dari pada menggunakan tissu, botol bekas minyak digunakan kembali menjadi tempat minyak goreng.

c. Recycle (mendaur ulang)

Proses mengolah kembali sampah yang masih bisa diproses ulang menjadi barang lain yang bermanfaat, layak pakai, serta layak jual atau merubah bentuk sampah yang tidak bisa dimanfaatkan menjadi bermanfaat. Misalnya bekas botol aqua dijadikan bunga atau tudung saji, kertas atau karton menjdi kertas atau karton kembali, bekas detergen dibuat menjadi mantel hujan, membuat bunga dari sedotan, alas kaki dari kain perca.

d. Replace (mengganti)

Mengganti barang yang tidak ramah lingkungan dan tidak dapat di daur ulang atau barang yang berpotensi terbuang sekali pakai dengan yang bisa digunakan berkali-kali. Misalnya wadah belanjaan berupa tas(keranjang) sebagai ganti plastik kresek. Ganti barang-barang yang kurang ramah lingkungan dengan yang ramah lingkungan, ganti pembungkus plastik dengan pembungkus yang lebih bersahabat dengan lingkungan, gantilah barang-barang yang hanya bisa dipakai sekali dengan barang yang lebih tahan lama.e. Recovery (memanfaatkan kembali)

Pemakaian kembali bahan dalam proses yang sama, pemakaian kembali sebagian sampah/limbah yang dapat digunakan untuk keperluan lain setelah dip roses ulang atau dikembalikan ke pabriknya. Benda-benda berupa potongan besi, kabel, paku, baterei atau accu, bisa dikumpulkan lalu dijual ke tukang rongsok dan akan diolah atau dijual lagi ke pabriknya, baju baju yang masih bisa dimanfaatkan bisa diberikan kepada orang yang membutuhkan, barang barang yang masih bisa dijual seperti bekas botol aqua bisa dijual atau diberikan kepada pemulung.

f. Relocation (penempatan tempat sampah)

Penempatan tempat sampah yang tepat desain dan letaknya sehingga mudah dijangkau, mudah untuk diambil petugas. Pemilahan sampah oleh pemilik dan pemulung pun bisa dilakukan dengan mudah dengan tersedianya tempat sampah sesuai jenis sampah. Masyarakat meletakkan sampah organik di bak sampah organik, dan meletakkan tempat sampah an organik di bak sampah an organik, masyarakat membuang sampah pada tempat sampah/kontainer yang telah ditentukan petugas

g. Responsible (bertanggung jawab)

Tanggung jawab masyarakat untuk membuang sampah yang tidak dapat didaur ulang atau dimanfaatkan lagi sesuai dengan perda no 11 tahun 2005 bahwa setiap masyarakat bertanggung jawab atas sampah yang dihasilkanya. Para penimbul sampah / masyarakat harus bertanggung jawab terhadap seluruh life cycle produk dan/atau kemasan dari produk yang dihasilkan. Sampahsampah yang tidak dapat didaur-ulang atau dimanfaatkan lagi dibuang pada container yang telah tersedia pada waktu yang telah ditentukan petugas, tanggung jawab petugas mengambil sampah pada container 1 x dalam sehari yaitu pada pagi hari.

2.8 Tinjauan Tentang Bank Sampah

Integrasi bank sampah dengan gerakan 3R sebagai berikut ( Kementerian Lingkungan Hidup 2011) :

Indonesia dengan caranya sendiri melahirkan ide inovatif yang cerdas tentang bagaimana caranya mengajak masyarakat memilah sampah. Bank sampah adalah salah satu strategi penerapan 3R dalam pengelolaan sampah di tingkat masyarakat. Pelaksanaan Bank Sampah pada prinsipnya adalah satu rekayasa social (social engineering) untuk mengajak masyarakat memilah sampah. Melalui Bank Sampah, ditemukan satu solusi inovatif untuk mengajak masyarakat memilah sampah. Dengan menyamakan sampah serupa uang atau barang yang berharga yang dapat ditabung, masyarakat akhirnya terdidik untuk menghargai sampah sesuai jenis dan nilainya sehingga mereka mau memilah sampah.

Selain sebagai salah satu solusi mengubah prilaku masyarakat agar lebih peduli terhadap sampah, sesungguhnya pelaksanaan Bank Sampah mengandung potensi ekonomi (economic opportunity) kerakyatan yang cukup besar. Pelaksanaan Bank Sampah dapat memberikan out put nyata bagi masyarakat berupa kesempatan kerja (job creation) dalam melaksanakan manajemen operasi bank sampah dan investasi dalam bentuk tabungan. Sehingga masyarakat dapat penghasilan dari bekerja di Bank Sampah atau penghasilan tambahan dari tabungan Bank Sampah.

Beberapa manfaat dari Bank Sampah ;

a. Dapat menjadi pedoman produsen/para pihak dalam mengimplementasikan UU no 18/2008 dengan penerapan Bank Sampah.

b. Salah satu alternative pemecahan masalah dan mengelola sampah rumah tangga.

c. Menjadi media pendidikan kepada anak-anak (pentingnya memilah dan menabung sampah)

d. Meningkatkan kesadran warga akan arti pentingnya pengelolaan sampah rumah tangga.

e. Dapat menciptakan lingkungan rumah tangga yang sehat dan bersih.2.9 Alur Penelitian

Sesuai dengan penelitian yaitu pengelolaan sampah rumah tangga oleh ibu rumah tangga dengan konsep 7R maka dapat digambarkan alur penelitian sebagai berikut :

Gambar 2.2BAB III

METODE PENELITIAN3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui gambaran bagaimana pengelolaan sampah rumah tangga yang dilakukan oleh ibu rumah tangga dengan konsep 7R di Kompleks Perumahan Dangau Teduh, RT 1 / RW 5 Kel. Cengkeh, Kec. Lubuk Begalung, Padang.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kompleks Perumahan Dangau Teduh, Kel. Cengkeh, Kec. Lubuk Begalung, Padang pada bulan Mei Juli 2012.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu rumah tangga setiap keluarga yang ada di Kompleks Perumahan Dangau Teduh, RT 1 / RW 5 Kel. Cengkeh, Kec. Lubuk Begalung, Padang yang berjumlah 40 KK.

3.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini diambil secara total sampling yaitu seluruh KK di RT 1 / RW 5 Kelurahan Cengkeh, Kecamatan Lubuk Begalung, Padang yang berjumlah sebanyak 40 KK. Kriteria penentuan sampel menggunakan kriteria enklusi yaitu ibu yang bersedia menjadi responden dan berada ditempat pada waktu penelitian.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

3.4.1 Data Primer

Data diperoleh dengan wawancara dan pengamatan tentang pengelolaan sampah pada setiap rumah tangga di setiap KK yang menjadi sampel.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari penulusuran dokumen kantor Kelurahan Cengkeh, Kecamatan Lubuk Kilangan, Padang dan Bank Sampah As- Salam.3.5 Cara Pengolahan Data

Dalam pengolahan data dapat dilakukan secara manual dan komputerisasi dengan langkah-langkah sebagai berikut :

3.5.1 Pemeriksaan Data (Editing)

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembalikebenaran data yang diperoleh / dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul.

3.5.2 Pemberian Kode (Coding)

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan komputer.

3.5.3 Entry

Entry data adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam master tabel atau database komputer, kemudian membuat distribusi sederhana.

3.5.4 Tabulating

Setelah semua data terkumpul kemudian dilakukan pentabulasian data dengan membuat tabel distribusi frekuensi.

3.5.5 Cleaning

Pengecekan kembali data yang dimasukkan ke dalam tabel atau dientry ke dalam komputer, apakah ada kesalahan atau tidak. Pengecekan dilakukan dari tabel distribusi frekuensi dari variabel yang ada.

3.6 Analisa Data

Analisa data dengan melihat dan menghitung data yang diperoleh dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, dianalisa secara univariat dan disajikan tekstular dibandingkan dengan teori teori yang ada.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Wilayah

4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Perumahan dangau Teduh Kelurahan Cengkeh RT1 / RW 5 terletak di lokasi yang strategis dengan akses dekat ke jalan raya, yang selalu ramai dilewati dan juga dilengkapi dengan beberapa instansi pendidikan mulai dari PAUD, TK, SD, SMP dan SMKN. Juga dilengkapi sarana olahraga dan tempat ibadah dengan luas wilayah 2200 m2 dengan batas batas wilayah :1. Sebelah Utara berbatasan dengan SD 30 dan SD 36

2. Sebelah Selatan berbatsan dengan Kelurahan Bandar Buat

3. Sebelah Barat berbatsan dengan RW 2

4. Sebelah Timur berbatsan dengan Kec. Lubuk Kilangan4.1.2 Keadaan Penduduk

Kelurahan cengkeh dengan keadaan penduduk yang tidak terlalu padat yang terdiri dari 5 RW dan 18 RT. Dan untuk RT 1 / RW 5 jumlah penduduknya terdiri dari 164 jiwa dengan 40 KK.4.1.3 Keadaan Sosial Ekonomi

Pada Umumnya Ibu Ibu di perumahan Dangau Teduh RT1 / RW5 Kelurahan Cengkeh bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga yaitu sebanyak 26 orang, bekerja sebagai wiraswasta 10 orang dan bekerja sebagai PNS sebnyak 4 orang.

4.1.4 Gambaran Umum Bank SampahBank Sampah Barokah As - Salam adalah Bank Sampah yang berlokasi di kompleks perumahan dangau teduh RT1/RW5 Kelurahan Cengkeh Kecamatan Lubuk Begalung Padang. Lokasi yang cukup strategis bagi warga RT1/RW5 untuk memanfaatkan keberadaan Bank Sampah. Warga bisa menabung sampah, mengolah sampah, menghasilkan produk dari sampah yang akan menghasilkan pendapatan tambahan bagi warga setempat.

Dimana keberadaan Bank sampah tersebut merupakan suatu solusi mengubah perilaku masyarakat agar peduli terhadap sampah, karena pelaksanaan Bank Sampah mengandung potensi ekonomi kerakyatan yang cukup besar. Pelaksanaan Bank Sampah dapat memberikan out put nyata bagi masyarakat berupa kesempatan kerja dalam melaksanakan kegiatan Bank Sampah dan ivestasi dalam bentuk tabungan. Sehingga masyarakat dapat pengahasilan dari bekerja di Bank Sampah atau penghasilan tambahan dari tabungan Bank Sampah.Akan tetapi pada kenyataan tidak seperti itu, semakin hari peserta Bank Sampah berkurang. Hal ini karena Bangunan Bank Sampah yang belum sempurna selesai dikerjakan sehingga kegiatan Bank Sampah dialihkan kerumah warga yang bersedia meminjam tempat untuk pelaksaan Bank Sampah itu. Tempat tersebut berada cukup jauh dari jangkauan masyarakat, membuat masyarakat menjadi malas untuk menabungkan sampah mereka.

Selain hal tersebut, pengurus Bank Sampah agak kewalahan menampung sampah dari masyarakat dikarenakan pengambilan sampah oleh pembeli tidak rutin. Sehingga sampah bertumpuk di tempat pengumpulan Bank Sampah dan pengambilan dana tabungan masyarakat yang tidak bisa langsung. Beberapa faktor tersebutlah yang membuat masyarakat berkurang dalam pemanfaatan Bank Sampah yang ada.4.2 Hasil penelitian4.2.1. Tingkat Pendidikan Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan masyarakat di RT 1 / RW 5 Kelurahan Cengkeh Kecamatan Lubuk Begalung dapat dilihat dari tabel di bawah ini : Tabel 4.1Distribusi Pendidikan Responden Di Perumahan Dangau Teduh RT 1 / RW 5 Kelurahan Cengkeh Kecamatanlubuk Begalung Padang Tahun 2012No Pendidikan Frekuensi %

1SMA1742,5%

2Diploma /PT2357,5%

Jumlah

Dari tabel 4.1 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden di RT 1 / RW 5 Kelurahan Cengkeh Kecamatan Lubuk Begalung Padang yang paling banyak adalah tamatan Diploma/ PT yaitu sebesar 57,5%4.2.2 Pekerjaan

Distribusi responden berdasarkan pekerjaan di RT 1 / RW V Kelurahan Cengkeh Kecamatan Lubuk Begalung dapat dilihat dari tabel di bawah ini : Tabel 4.2Distribusi Pekerjaan Responden Di Perumahan Dangau Teduh RT 1 / RW 5 Kelurahan Cengkeh Kecamatanlubuk Begalung Padang Tahun 2012

No PekerjaanFrekuensi %

1PNS410%

2Wiraswasta1025%

3Ibu Rumah Tangga2665%

Jumlah

Dari tabel 4.2 menunjukkan bahwa pekerjaan responden di RT 1 / RW 5 Kelurahan Cengkeh Kecamatan Lubuk Begalung Padang yang paling banyak adalah Ibu Rumah Tangga yaitu sebesar 65%.4.3 Analisa Univariat

4.3.1 Melakukan Pengelolaan Sampah Dengan Konsep ReduseTabel 4.3

Distribusi Responden yang Melakukan Pengelolaan sampah dengan Konsep Reduce Di Perumahan Dangau Teduh RT 1 / RW 5 Kelurahan Cengkeh Kecamatanlubuk Begalung Padang Tahun 2012

No Konsep ReduseFrekuensi %

1Kurang Baik2665.0

2Baik1435.0

Jumlah 40100.0

Dari tabel 4.3 menunjukkan bahwa responden yang melakukan pengelolaan sampah dengan konsep reduse di RT 1 / RW 5 Kelurahan Cengkeh Kecamatan Lubuk Begalung yang kurang baik adalah sebesar 65%.4.3.2 Melakukan Pengelolaan Sampah Dengan Konsep ReuseTabel 4.4Distribusi Responden yang Melakukan Pengelolaan sampah dengan Konsep Reuse Di Perumahan Dangau Teduh RT 1 / RW 5 Kelurahan Cengkeh Kecamatanlubuk Begalung Padang Tahun 2012

No Konsep ReuseFrekuensi %

1Kurang Baik2562.5

2Baik1537.5

Jumlah 40100.0

Dari tabel 4.4 menunjukkan bahwa responden yang melakukan pengelolaan sampah dengan konsep reuse di RT 1 / RW 5 Kelurahan Cengkeh Kecamatan Lubuk Begalung yang kurang baik adalah sebesar 62,5%.

4.3.3 Melakukan Pengelolaan Sampah Dengan Konsep Recycle

Tabel 4.5

Distribusi Responden yang Melakukan Pengelolaan sampah dengan Konsep Recycle Di Perumahan Dangau Teduh RT 1 / RW 5 Kelurahan Cengkeh Kecamatanlubuk Begalung Padang Tahun 2012

No Konsep RecycleFrekuensi %

1Kurang Baik3280.0

2Baik820.0

Jumlah 40100.0

Dari tabel 4.5 menunjukkan bahwa responden yang melakukan pengelolaan sampah dengan konsep recycle di RT 1 / RW 5 Kelurahan Cengkeh Kecamatan Lubuk Begalung yang kurang baik adalah sebesar 80%.4.3.4 Melakukan Pengelolaan Sampah Dengan Konsep Recovery

Tabel 4.6

Distribusi Responden yang Melakukan Pengelolaan sampah dengan Konsep Recovery Di Perumahan Dangau Teduh RT 1 / RW 5 Kelurahan Cengkeh Kecamatanlubuk Begalung Padang Tahun 2012

No Konsep RecoveryFrekuensi %

1Kurang Baik3075.0

2Baik1025.0

Jumlah 40100.0

Dari tabel 4.6 menunjukkan bahwa responden yang melakukan pengelolaan sampah dengan konsep recovery di RT 1 / RW 5 Kelurahan Cengkeh Kecamatan Lubuk Begalung yang kurang baik adalah sebesar 75%.4.3.5 Melakukan Pengelolaan Sampah Dengan Konsep Replace

Tabel 4.7

Distribusi Responden yang Melakukan Pengelolaan sampah dengan Konsep Replace Di Perumahan Dangau Teduh RT 1 / RW 5 Kelurahan Cengkeh Kecamatanlubuk Begalung Padang Tahun 2012

No Konsep ReplaceFrekuensi %

1Kurang Baik2255.0

2Baik1845.0

Jumlah 40100.0

Dari tabel 4.7 menunjukkan bahwa responden yang melakukan pengelolaan sampah dengan konsep replace di RT 1 / RW 5 Kelurahan Cengkeh Kecamatan Lubuk Begalung yang kurang baik adalah sebesar 55%.4.3.6 Melakukan Pengelolaan Sampah Dengan Konsep Relocation

Tabel 4.8

Distribusi Responden yang Melakukan Pengelolaan sampah dengan Konsep Relocation Di Perumahan Dangau Teduh RT 1 / RW 5 Kelurahan Cengkeh Kecamatanlubuk Begalung Padang Tahun 2012

No Konsep RelocationFrekuensi %

1Kurang Baik1025.0

2Baik3075.0

Jumlah 40100.0

Dari tabel 4.8 menunjukkan bahwa responden yang melakukan pengelolaan sampah dengan konsep relocation di RT 1 / RW 5 Kelurahan Cengkeh Kecamatan Lubuk Begalung yang kurang baik adalah sebesar 25%.4.3.7 Melakukan Pengelolaan Sampah Dengan Konsep Responsible

Tabel 4.9

Distribusi Responden yang Melakukan Pengelolaan sampah dengan Konsep Responsible Di Perumahan Dangau Teduh RT 1 / RW 5 Kelurahan Cengkeh Kecamatan Lubuk Begalung Padang Tahun 2012

No Konsep ResponsibleFrekuensi %

1Kurang Baik512.5

2Baik3587.5

Jumlah 40100.0

Dari tabel 4.9 menunjukkan bahwa responden yang melakukan pengelolaan sampah dengan konsep responsible di RT 1 / RW 5 Kelurahan Cengkeh Kecamatan Lubuk Begalung yang kurang baik adalah sebesar 12,5%.4.3.8 Melakukan Pengelolaan Sampah Dengan Konsep 7RTabel 4.10

Distribusi Responden yang Melakukan Pengelolaan sampah dengan Konsep 7R Di Perumahan Dangau Teduh RT 1 / RW 5 Kelurahan Cengkeh Kecamatanlubuk Begalung Padang Tahun 2012

No Konsep 7RFrekuensi %

1Kurang Baik3382.5

2Baik717.5

Jumlah 40100.0

Dari tabel 4.10 menunjukkan bahwa responden yang melakukan pengelolaan sampah dengan konsep 7R di RT 1 / RW 5 Kelurahan Cengkeh Kecamatan Lubuk Begalung yang kurang baik adalah sebesar 82,5%.

4.4 Pembahasan 4.3.1 Melakukan Pengelolaan Sampah Dengan Konsep Reduce Di Perumahan Dangau Teduh RT 1 / RW 5 Kelurahan Cengkeh Kecamatan Lubuk Begalung

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa pengelolaan sampah rumah tangga dengan penerapan konsep reduce oleh ibu rumah tangga masih kurang baik yaitu 65%.

Dari hasil wawancara yang dilakukan di RT1/RW5 Kelurahan Cengkeh Kecamatan Lubuk begalung Padang didapatkan masih kurang baiknya pengelolaan sampah dengan konsep reduce ini disebabkan oleh beberapa faktor. Diantaranya kurangnya kepedulian dari responden akan manfaat dari pengelolaan sampah dengan penerapan konsep reduce (mengurangi volume sampah). Hal ini terlihat dari hasil kuesioner, masih banyaknya para responden yaitu 25 KK dari responden lebih memilih penggunaan plastik kemasan buah saat pembeliaan buah dari pada menggunaan keranjang. Penggunaan plastik ini akan menambah volume sampah dibanding penggunaan keranjang yang bisa mengurangi volume sampah yang akan dihasilkan.Kegiatan mengurangi sampah, tidak akan mungkin menghilangkan sampah secara keseluruhan. Tetapi, secara teoritis aktivitas ini akan mengurangi sampah dalam jumlah yang nyata. Oleh karena itu kita harus mengurangi pengunaan bahan atau barang yang kita gunakan dalam aktivitas kita sehari-hari, karena semakin banyak kita menggunakan bahan atau barang, maka akan semakin banyak sampah yang dihasilkan (Aswadi, 2012)

Mengurangi produksi sampah dapat dilakukan dengan cara : a) Menggunakan bahan atau barang yang awet, b) Mengurangi penggunaan barang sekali pakai, c) Mengurangi belanja barang yang tidak terlalu dibutukan, d) Merawat dan memperbaiki pakaian, mainan, perkakas dan peralatan rumah tangga daripada menggantinya dengan yang baru, e) Menggunakan kantong plastik (kresek)3 sampai 5 kali untuk berbelanja, f) Menggunakan keranjang atau kantong yang dapat digunakan berulang ulang misalnya, keranjang untuk belanja kebutuhan pokok yang terbuat dari bahan yang tahan lama sehingga dapat digunakan dalam waktu yang lama (Aswadi, 2012)4.3.2 Melakukan Pengelolaan Sampah Dengan Konsep Reuse Di Perumahan Dangau Tedug RT 1 / RW 5 Kelurahan Cengkeh Kecamatan Lubuk BegalungBerdasarkan hasil penelitian didapat bahwa responden yang melakukan pengelolaan sampah dengan penerapan konsep reuse di RT 1 / RW 5 Kelurahan Cengkeh Kecamatan Lubuk begalung masih kurang baik yaitu 62,5% .Hal ini dikarenakan sebagian besar responden memang tidak melakukan pengelolaan sampah rumah tangga dengan konsep reuse. Hanya sebagian kecil yang melakukan pengeolaan sampah dengan konsep reuse yaitu 4 KK.Kebanyakan dari responden memilih cara yang lebih praktis. Bukan dikarenakan responden tidak mengetahui pengelolaan sampah dengan konsep reuse akan tetapi responden menganggap melakukan pengelolaan sampah dengan konsep reuse akan menyita waktu dan menambah pekerjaan mereka. Maka sebagian besar responden lebih memilih melakukan pengelolaan sampah rumah tangga dengan cara membakar sampah atau pun dengan membuangnya ke container yang telah tersedia.Reuse atau menggunakan kembali berarti menggunakan kembali barang barang yang masih layak pakai. Konsep reuse ini terutama menghindari barang barang yang disposable ( sekali pakai).

Salah satu siswa SLTP Parit Tokaya Kecamatan Pontianak Selatan, telah menerapkan pengelolaan sampah dengan konsep reuse (menggunakan kembali). Dengan modal buku buku bacaan bekas yang dimilikinya, Rian telah bisa membuka taman bacaan yang sederhana di rumahnya. Usaha sampingan siswa SLTP Kelurahan Parit Tokaya Kecamatan Pontianak Selatan ini selain memberikan keuntungan ekonomis juga dapat mengurangi jumlah sampah (http://djamaludinsuryo.multyply.com/jurnal).4.3.3 Melakukan Pengelolaan Sampah Dengan Konsep Recycle Di Perumahan Dangau Tedug RT 1 / RW 5 Kelurahan Cengkeh Kecamatan Lubuk BegalungBerdasarkan hasil kuesioner, didapat bahwa responden yang melakukan pengelolaan sampah dengan penerapan konsep recycle di Perumahan Dangau Teduh RT 1/RW5 Kelurahan Cengkeh Kecamatan Lubuk Begalung masih kurang baik yaitu 80%.

Hal ini dikarenakan oleh beberapa faktor seperti : pendaur ulangan sampah yang hanya dilakukan oleh beberapa orang ibu ibu saja yang berminat, tidak ada sosialisasi atau pelatihan bagi ibu ibu rumah tangga untuk melakukan pendaur ulangan sampah, sebagian besar ibu ibu yang merasa melakukan pendaur ulangan sampah hanya menambah pekerjaan, dan juga peranan Bank Sampah yang ada kurang menyalurkan hasil produksi pendaur ulangan. Karena keberadaan Bank Sampah hanya akan menampung produksi bila ada pesanan atau bila akan diadakan pameran pengelolaan sampah saja. Selain hal itu responden kurang peduli dengan kegiatan Bank Sampah akhir akhir ini karena kendala lokasi Bank Sampah yang cukup jauh dari jangkauan responden RT1 / RW5. Bangunan Bank Sampah yang belum selesai sempurna membuat bangunan Bank Sampah sementara berpindah pindah ke rumah masyarakat yang mau meminjamkan bangunannya. Dan untuk beberapa bulan terakhir bangunan Bank Sampah sementara berada di Kelurahan Piai yang berbatasan langsung dengan Kelurahan Cengkeh. Hal inilah membuat responden lebih memilih lansung membuang sampah ke tempat sampah yang ada atau menunggu sampah diambil oleh petugas sampah.

Sedangkan untuk pengurus dan petugas Bank sampah terdiri dari ibu ibu dan para remaja yang ada di kompleks Perumahan Dangau Teduh. Namun para pengurus dan petugas Bank Sampah kurang aktif menggalakkan kegiatan Bank Sampah tersebut. Para pengurus dan petugas Bank sampah akan aktif bila ada kunjungan dari pemerintah ataupun bila diadakan pameran sampah. Salah satu alas annya dikarenakan para pengurus dan petugas tidak mendapatkan imbalan yang jelas dari apa yang telah mereka lakukan.

Sebenarnya, tujuan dibangunnya Bank Sampah merupakan suatu strategi untuk membangun kepedulian masyarakat agar dapat berkawan dengan sampah untuk mendapatkan manfaat ekonomi lansung dari sampah. Bank Sampah tidak dapat berdiri sendiri melainkan harus di integrasi dari konsep konsep pengelolaan sampah rumah tangga seperti konsep 3R, 4R, 5R ataupun 7R dikalangan masyarakat sehingga manfaat lansung yang diarasakan masyarakat tidak hanya ekonomi yang akan meningkat, namun pembangunan lingkungan yang bersih dan hijau guna menciptakan masyarakat yang sehat ( Kementrian LH, 2012)Kegiatan pengelolaan sampah dengan penerapan konsep recycle yang dilakukan warga RT1 / RW5 yang dihasilkan berupa tas dari bekas plastik, keranjang dari goni plastik, pada umumnya pendaur ulangan dari plastik bekas. Dibandingkan penelitian sebelumnya di Kelurahan Kurao Pagang, yaitu Fini Angryani Dewi tahun 2008, di ketahui bahwa masyarakat RT1 / RW3 Kelurahan Kurao Pagang Kecamatan Nanggalo juga telah menerapkan pengelolaan sampah dengan konsep recycle dengan memanfaatkan bekas sedotan, kaleng bekas dan botol minuman untuk di daur ulang menjadi bunga dan pot bunga. Hal ini dikarenakan perbedaan kreatifitas dari masyarakat dan jenis sampah yang dihasilkan.Untuk itu, perlunya pelatihan bagi para ibu ibu rumah tangga tersebut atau pun melakukan studi banding ke tempat kegiatan Bank Sampah di tempat lain yang aktif melakukan pengelolaan sampah. Karena studi banding tersebut akan memberikan pengalaman bagi ibu ibu rumah tangga dalam melakukan pengelolaan sampah. Selain itu, kegiatan studi banding juga akan menginspirasi ibu ibu untuk lebih kreatif dalam mengolah sampah menjadi suatu produk yang bernilai ekonomi dan dapat diterapkan di Bank Sampah yang berada di wilayahnya.4.3.4 Melakukan Pengelolaan Sampah Dengan Konsep Recovery Di Perumahan Dangau Tedug RT 1 / RW 5 Kelurahan Cengkeh Kecamatan Lubuk BegalungDari kuesioner di dapat bahwa responden yang melakukan pengelolaan sampah dengan penerapan konsep recovery di Perumahan Dangau Teduh RT1 / RW 5 Kelurahan Cengkeh Kecamatan Lubuk Begalung masih kuarng baik yaitu 75% .

Hal ini dikarenakan sebagian responden lebih memilih membuang langsung ataupun hanya menumpukkkan barang barang yang masih bisa dimanfaatkan tanpa mau memanfaatkan kembali barang tersebut untuk hal yang lebih bermanfaat atau di jual kembali ke pabrik untuk mendapat ganti dengan biaya yang lebih murah.

Seperti hal nya penggunaan kabel listrik / kabel telfon dan batrai bekas yang seharusnya masih bisa di manfaatkan untuk dijadikan gantungan jemuran atau di jual ke pabriknya kembali. Namun warga RT1 / RW5 lebih memilih mengganti dengan yang baru dan membuang yang lama yang mereka anggap itu tidak berguna lagi, padahal masih bisa di manfaatkan.Sebagian kecil penduduk didaerah terpencil mereka telah memanfaatkan batrai bekas untuk dimanfaatkan kembali sebagai sumber energy alternative bagi masyarakat yang tidak mendapat jangkauan arus listrik dari PLN (Wijatnika, 2012). Masyarakat dapat membuat pembangkit listrik sendiri dengan cara: (1) buka cassing baterai menggunakan pisau atau sebagainya, (2) buka tutup bagian atas baterai, lalu lobangi bagian samping baterai, (3) setelah itu rangkai baterai dengan kabel dengan cara menyambungkan bagian kutub () ke kutub (+) pada baterai. Sisi samping baterai berfungsi sebagai kutub ()dan sisi atas yang berwarna hitam sebagai kutub (+), (4) sambungkan pada lampu LED. Penggunakan lampu LED karena tegangan dari lampu tersebut tidak begitu besar.

4.3.5 Melakukan Pengelolaan Sampah Dengan Konsep Replace Di Perumahan Dangau Tedug RT 1 / RW 5 Kelurahan Cengkeh Kecamatan Lubuk BegalungDari hasil kuesiner di dapat bahwa responden yang melakukan pengelolaan sampah dengan konsep replace di Perumahan Dangau Teduh RT1 / RW5 Kelurahan Cengkeh Kecamatan Lubuk Begalung masih kurang baik yaitu 55%.Hal ini dikarenakan responden masih kurang memahami pemanfaatan pengelolaan sampah dengan konsep replace tersebut. Terlihat dari kuesioner responden sebagian besar tidak tahu apa manfaat dari pengelolaan sampah dengan konsep replace tersebut. Meskipun demikian responden telah menggunakan keranjang pada saat kepasar sebagai ganti kemasan plastik tempat belanjaan mereka. Dengan ini sudah merupakan upaya mengganti plastic sebagai barang yang tidak ramah lingkungan dengan penggunaan keranjang yang lebih baik juga bisa dipakai berulang.Penerapan prinsip replace dalam kehidupan sehari hari tidaklah susah. Kita hanya mengganti barang yang tidak ramah lingkungan dengan barang yang ramah lingkungan dan yang lebih tahan lama. Selain itu kita juga harus teliti dalam mengganti barang yang hanya sekali pakai dengan barang yang bisa kita gunakan berulang. Misalnya, dengan mengganti penggunaan kantong keresek dengan keranjang bila berbelanja, dan hindari pengunakan Styrofoam karena bahan ini tidak bisa diuraikan secara alami (Santoso, 2009)4.3.6 Melakukan Pengelolaan Sampah Dengan Konsep Relocation Di Perumahan Dangau Tedug RT 1 / RW 5 Kelurahan Cengkeh Kecamatan Lubuk BegalungDari hasil penelitian diketahui bahwa penerapan konsep relocation dalam pengelolaan sampah rumah tangga di Perumahan Dangau Teduh RT1 / RW5 Kelurahan Cengkeh Kecamatan Lubuk Begalung sudah baik yaitu 75%.

Hal ini dikarenakan responden cukup peduli dengan penempatan tempat sampah. Hal ini terlihat dari hasil kuesioner bahwa sebagian besar responden telah melakukan pemilahan tempat sampah sesuai jenis sampah dan penempatan tempat sampah. Responden telah menempatkan tempat sampah di tempat tempat yang mudah dijangkau seperti penempatan tempat sampah di dapur yang terpisah antara sampah basah dan sampah kering, penempatan tempat sampah di kamar mandi dan halaman depan rumah agar mudah di jangkau oleh petugas sampah.4.3.7 Melakukan Pengelolaan Sampah Dengan Konsep Responsible Di Perumahan Dangau Tedug RT 1 / RW 5 Kelurahan Cengkeh Kecamatan Lubuk BegalungBerdasarkan hasil penelitian responden yang melakukan pengelolaan sampah dengan penerapan konsep responsible di Perumaha Dangau Teduh RT1 / RW5 Kelurahan Cengkeh Kecamatan Lubuk Begalung sudah baik yaitu 87,5%.

Hal ini terlihat dari tingginya tingkat kepedulian masyarakat akan manfaat pengelolaan sampah rumah tangga dengan penerapan konsep responsible ini akan dapat mengurangi jumlah timbulan sampah di TPA dan responden dapat memanfaatkan sampah yang masih bisa untuk dimanfaatkan.

Rasa tanggung jawab dalam penerapan pengelolaan sampah dengan konsep responsible harus dimiliki oleh semua elemen masyarakat tanpa terkecuali. Rasa tanggung jawab ini akan melahirkan kesadaran untuk menjaga lingkungan (Firmansyah, 2010).Bentuk rasa tanggungjawab yang harus dimiliki oleh masyarakat dalam pengelolaan sampah rumah tangga adalah mulai dari membeli barang, penggunaan barang, sampai barang tersebut menjadi sampah yang tidak bisa digunakan lagi. Maka, masyarakat harus bisa memanfaatkan sampah yang masih bisa di manfaatkan, bertanggung jawab mengurangi sampah yang dihasilkan, bertangggung jawab melakukan pemilahan sampah, melakukan pendaur ulangan sampah hingga dapat mengurangi timbunan sampah di TPA.

4.3.8 Melakukan Pengelolaan Sampah Dengan Konsep 7R Di Perumahan Dangau Tedug RT 1 / RW 5 Kelurahan Cengkeh Kecamatan Lubuk BegalungBerdasarkan hasil penelitian responden yang melakukan pengelolaan sampah rumah tangga dengan penerapan konsep 7R di RT 1 / RW 5 Kelurahan Cengkeh Kecamatan Lubuk begalung yang sudah baik adalah 17,5% dan yang kurang baik 82,5%.Hal ini terlihat dari responden yang yang melakukan pengelolaan sampah dengan konsep reduse yang kurang baik adalah 65%, pengelolaan sampah dengan konsep reuse yang kurang baik adalah 62,5%, pengelolan sampah dengan konsep recycle yang kurang baik adalah80%, pengelolaan sampah dengan konsep recovery yang kurang baik adalah 75%, pengeolaan sampah dengan konsep replace yang kurang baik adalah 55%, pengelolaan sampah dengan konsep relocation yang kurang baik adalah 25%, dan pengelolaan sampah dengan konsep responsible yang kurang baik adalah 12,5%.Pada saat penelitian didapatkan bahwa responden yang masih belum melakukan kegiatan pengelolaan sampah dengan konsep 7R dalam rumah tangga yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti masih banyaknya responden yang lansung membuang sampah sampah plastik bungkusan yang sebenarnya masih dapat di lakukan pendaur ulangan untuk menghasilkan suatu produksi yang bernilai ekonomis, responden yang masih banyak lansung membuang barang barang rumah tangga yang rusak sedikit dan sebenarnya masih bisa diperbaiki namun kebiasaan responden lebih baik membeli yang baru dari pada memperbaiki membuat repot sehingga menambah jumlah sampah yang akan dihasilkan di rumah tangga.

Masih banyaknya masyarakat yang kurang peduli terhadap pengelolaan sampah rumah tangga ini disebabkan oleh berbagai faktor seperti masih banyak masyarakat yang mengaanggap sampah sebagai sesuatu yang kotor dan tidak bernilai lagi. Kesadaran dan kemauan yang masih kurang untuk melakukan pengelolaan sampah serta kesibukan dari ibu rumah tangga dengan berbagai kegiatan masing - masing sehingga mereka lebih mau melakukan pengelolaan sampah rumah tangga dengan hal praktis dan tidak merepotkan mereka. Dengan menyediakan tempat sampah lalu menunggu sampah diangkut dengan membayar retribusi terhadap petugas pengambil sampah tanpa sedikitpun melakukan pengelolaan sampah untuk mengurangi timbunan dari sampah sampah itu nantinya dianggap lebih mudah bagi masyarakat. Hal ini terlihat hanya 17,5% masyarakat melakukan pengelolaan terhadap sampah yang baik dan responden yang tidak melakukan pengelolaan sampah yang kurang baik 82,5%.Maka diberikan saran tentang manfaat yang dapat diambil dari kegiatan pengelolaan sampah rumah tangga ini antara lain berkontribusi secara lansung dalam pemecahan masalah penanganan sampah. Semua permasalahan tentang sampah, mulai dari pengumpulan, pembuangan, sampai pengelolaan sampah untuk kelanjutannya, sebenarnya memang harus ditangani lebih serius dan menyeluruh. Dalam artian segenap komponen dalam masyarakat harus dilibatkan dalam keseluruhan proses penanganan sampah, karena bagaimanapun juga permasalahan sampah akan berdampak kepada kita juga. Kesadaran untuk menangani sampah harus bermula dari keluarga.(Tim PPLH, 2008)

Untuk itu, diperlukannya adanya kesadaran dan kepedulian yang tinggi dari masyarakat terhadap sampah dengan melakukan pengelolaan sampah mulai dari rumah tangga dan adanya kerjasama antara lintas sektor seperti Dinas Kebersihan, Kementrian Lingkungan Hidup dan Dinas Perindustrian dalam mencapai keberhasilan program upaya pengelolaan sampah rumah tangga dengan konsep 7R pada masyarakat RT / RW dan juga dengan lebih mengaktifkan kembali kegiatan Bank Sampah untuk menghasilkan produk produk dari sampah yang bernilai guna, dan mempunyai berbagai inovasi dan kreatifitas yang lebih baik untuk menghasilkan karya karya dari sampah yang bernilai ekonomis tinggi dengan meningkatkan keterampilan ibu ibu rumah tangga dalam menciptakan produk sampah yang lebih baik dan juga hal ini tentu akan mengurangi volume timbunan sampah di TPA.Untuk meningkatkan kreatifitas para ibu ibu rumah tangga tersebut, diperlukan adanya dorongan dari pemerintah yang terkait untuk memberikan pelatihan pelatihan khusus. Adanya kerja sama yang baik antara pihak pemerintah dan masyarakat dalam peningkatan kreatifitas akan menghasilkan produk yang lebih baik. Dan juga para selain kreatitas, masyarakat juga akan mendapat ilmu untuk lebih mengembangkan kegiatan Bank Sampah mereka.Dengan berkurangnya volume timbunan sampah di TPA juga bermanfaat untuk menjaga kualitas lingkungan dari berbagai bahaya yang akan mengancam yang ditimbulkan oleh tumpukan sampah yang tinggi di TPA dan yang lebih penting pengelelolaan sampah secara dini yang dimulai dari rumah tangga dengan penerapan konsep 7R ini akan bisa melatih kebiasaan masyarakat untuk berhemat dan bisa menghasilkan uang dari penerapan pengelolaan sampah dengan konsep 7R ini.

Dibandingkan dengan penelitian sebelumnya di Kecamatan Nanggalo, yaitu : Fini Angryani Dewi tahun 2008, di dapat bahwa pengelolaan sampah dengan penerapan konsep 3R oleh ibu rumah tangga masih buruk yaitu 52,3% dikarenakan kurangnya informasi yang di dapat oleh ibu rumah tangga tentang penerapan konsep 3R dan kurang nya pengetahuan ibu tentang konsep pengelolaan sampah dengan konsep 3R.Bila dibandingkan dengan penerapan pengelolaan sampah dengan konsep 7R di Negara Eropa, Amerika, Jepang, China, dan Singapura yang tinggi taraf kesehatannya. Sebagai negara agraris dan agamis, masalah sampah bisa didekati dari sosiobudaya. Dengan memasukkan rohaniwan, tetua adat, atau tokoh masyarakat, pembiasaan reduksi sampah bisa dilakukan. Apalagi, kalau dibantu penyuluhan oleh instansi pemerintah. Sehinggga pengelolaan sampah dengan konsep 7R ini dapat berjalan dengan baik (http://www.istanakata.wordpress.com/jangan-hakimi-sampah/)Pendekatan sosiobudaya sulit ditempuh di wilayah yang kuat individualismenya sebab massa sulit dilibatkan untuk implementasi 7R (reduce, reuse, recycle, replace, recovery, relocation, dan responsible). Wajarlah insinerasi yang dipilih. Tidak jauh berbeda dengan warga di kompleks perumahan Dangau Teduh RT1/RW5 dalam pengelolaan sampah dengan konsep 7R yang masih sulit untuk di terapkan dalam wilayahnya.BAB V

PENUTUP5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah penulis lakukan dapat di tarik kesimpulan sebagai berikut :

5.1.1 Responden yang melakukan pengelolaan sampah rumah tangga dengan konsep 7R di perumahan Dangau Teduh RT 1 / RW 5 Kelurahan Cengkeh Kecamatan Lubuk Begalung yang kurang baik adalah 82,5% dan pengelolaan sampah dengan konsep 7R yang baik adalah 17,5%5.1.2 Responden yang melakukan pengelolaan sampah dengan konsep Reduse yang kurang baik adalah 65% dan yang baik adalah 35%.

5.1.3 Responden yang melakukan pengelolaan sampah dengan konsep Reuse yang kurang baik adalah 62,5% dan yang baik adalah 37,5%.

5.1.4 Responden yang melakukan pengelolaan sampah dengan konsep Recycle yang kurang baik adalah 80% dan yang baik adalah 20%.

5.1.5 Responden yang melakukan pengelolaan sampah dengan konsep Recovery yang kurang baik adalah 75% dan yang baik adalah 25%.

5.1.6 Responden yang melakukan pengelolaan sampah dengan konsep Replace yang kurang baik adalah 55% dan yang baik adalah 45 %.

5.1.7 Responden yang melakukan pengelolaan sampah dengan konsep Relocation yang kurang baik adalah 25% dan yang baik adalah 75 %.

5.1.8 Responden yang melakukan pengelolaan sampah dengan konsep Responsible yang kurang baik adalah 12,5% dan yang baik adalah 87,5 %.

5.2 Saran 5.2.1 Diharapkan kepada masyarakat RT1 / RW5 Kelurahan Cengkeh Kecamatan Lubuk Begalung untuk lebih meningkatkan kesadaran dan kepedulian yang tinggi dalam melakukan pengelolan sampah dengan penerapan konsep 7R agar dapat mengurangi jumlah tumpukan sampah di TPA5.2.2 Diharapkan agar kegiatan Bank Sampah digiatkan kembali dan lebih aktif dalam menghasilkan produk produk baru juga lebih mengutamakan peran dari ibu rumah tangga untuk menghasilkan produk yang bernilai ekonomis dari sampah

5.2.3 Diharapkan adanya pelatihan dari ibu ibu RT1 / RW5 Kelurahan Cengkeh Kecamatan Lubuk Begalung yang telah bisa melakukan pendaur ulangan kepada ibu ibu yang belum bisa agar dapat menghasilkan produksi yang lebih banyak dan lebih kreatif5.2.4 Diharapkan kepada ibu ibu RT1 / RW5 Kelurahan Cengkeh Kecamatan Lubuk Begalung untuk kembali menggiatkan kegiatan pemilahan sampah rumah tangga sampai menjadi produk baru yang bernilai ekonomis.

1

8

Proses yang mmenghasilkan sampah

Penyimpanan

Pengumpulan

pengolahan dan pemanfaatan kembali

Pengangkutan

Pembuangan

Penerapan konsep 7R :

Reduce

Reuse

Recycling

Recovery

Replace

Relocation

Responsible

Kegiatan ibu ibu rumah tangga perumahan kompleks Dangau Teduh, RT 1 / RW 5 Kel. Cengkeh dalam mengelola sampah.

25

28

47