isi bab 1-5

Upload: wiwin-pratiwi

Post on 12-Jul-2015

556 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Pisang adalah tanaman buah berupa herba yang berasal dari kawasan di Asia Tenggara (termasuk Indonesia). Tanaman ini kemudian menyebar ke Afrika (Managaskar), Amerika Selatan dan Tengah. di Jawa Barat, pisang disebut dengan Cau, di Jawa Tengah dan Jawa Timur dinamakan gedang. Berdasarkan sejarah, bangsa Indonesia sangat berjasa dalam mengembangkan tanaman pisang di Pulau Managaskar dalam tahun kira-kira 500. Dalam tahun 650 pahlawan-pahlawan Islam di negara Arab telah menyebarluaskan tanaman pisang disekitar laut tengah. Tanaman pisang yang berkembang di Amerika selatan dan Amerika Tengah berasal dari Afrika Barat sekitar tahun 1500, yang akhirnya berkembang ke seluruh daratan Amerika. Hampir di setiap tempat dapat dengan mudah ditemukan tanaman pisang. Pusat produksi pisang di Jawa Barat adalah Cianjur, Sukabumi dan daerah sekitar Cirebon. Tidak diketahui dengan pasti berapa luas perkebunan pisang di Indonesia. Walaupun demikian Indonesia termasuk salah satu negara tropis yang memasok pisang segar/kering ke Jepang, Hongkong, Cina, Singapura, Arab, Australia, Negeri Belanda, Amerika Serikat dan Perancis. Nilai ekspor tertinggi pada tahun 199 adalah ke Cina. Propinsi Kalimantan selatan merupakan salah satu daerah produksi dan wilayah potensial dikembangkanya tanaman pisang. Produksi pisang ratarata untuk Kalimantan selatan tahun 1995 1999 adalah 20.571,8 ton, pada tahun 2000 adalah 11. 731 ton, dan pada tahun 2001 adalah 16. 589 ton dengan luas panen 8.150 Ha (BPS, 2002). Jenis pisang yang dikenal di Kalimantan selatan antara lain pisang menurun (kepok), pisang mauli (uli), pisang talas dan pisang raja. Pisang kepok dan talas sering dikonsumsi oleh masyarakat dalam bentuk kolak pisang atau pisang goreng. Sedangkan pisang mauli (uli) sering dihidangkan sebagai pencuci mulut dalam acara selamatan dan perkawinan.

2

Pisang raja bulu (Mussa paradisiaca) tergolong sebagai buah yang dapat digunakan sebagai buah meja dan buah olahan. Daging buahnya agak tebal, rasanya manis, aromanya kuat. Pada waktu matang warna kulit kuning berbintik-bintik cokelat. Warna daging putih kemerahan. Berat setiap tandannya 7-10 kg. terdiri dari 6-7 sisir, dan setiap sisirnya 10-15 buah. Panjang buahnya 25-35 cm dan diameterny 6-6,5 cm. konon pisang raja bulu yang dikukus dan dimakan dengan madu dapat menguatkan jantung. Pisang raja bulu merupakan jenis yang paling banyak ditanam dan menjadi komoditas unggulan terutama dikecamatan Patebon kabupaten Kendal, karena disamping bentuknya yang indah, rasanya yang manis juga harga yang cukup tinggi di pasaran. Dalam percaturan pasar dunia, kelompok pisang terkenal ialah yang mempunyai susunan gen tripel (AAB dan AAA), bersifat triploid, dan tidak berbiji (partenokarpi). Huruf A dan B masing-masing

menggambarkan banyaknya genom (kelompok keromosom) yang berasal dari nenek moyang pisang diploid Musa Acuminata dan Musa balbisiana. Pisang kepok mengandung genom BBB, pisang mauli mengandung genom AA dan pisang raja mengandung genom AAB (Sunarjono,2002). Cara perbanyakan bibit pisang dengan metode yang modern adalah dengan teknik kultur jaringan. Teknik kultur jaringan adalah teknik mengisolasi bagian tanaman seperti daun, mata tunas serta menumbuhkan bagian-bagian tersebut dalam media buatan secara aseptik dan kaya nutrisi dan zat pengatur tumbuh dalam wadah tertutup yang tembus cahaya , sehingga bagian tanaman dapat memperbanyak diri dan bergenerasi menjadi tanaman lengkap. Keuntungan dari teknik kultur jaringan adalah dapat menghasilkan bibit dalam jumlah banyak, bermutu, seragam dalam waktu singkat, sifat tanaman sama dengan induknya, kesehatan bibit lebih terjamin dan kecepatan tumbuh lebih cepat dibanding konvensional. Langkah-langkah dalam proses kultur jaringan adalah pembuatan media, inisiasi, sterilisasi, multiplikasi, pengakaran dan aklimatisasi. Bibit pisang yang dikembangkan menggunakan metode kultur jaringan telah banyak diproduksi dan dipasarkan dalam kemasan botol.

3

Pemeliharaan bibit ini menjadi tanaman dewasa masih menemukan banyak permasalahan terutama pada fase aklimatisasi, yaitu pemindahan bibit dari lingkungan aseptic dalam botol ke lingkungan non aseptic. Disamping kemungkinan tanaman sangat sensitif terhadap serangan hama dan penyakit, tanaman ini masih memiliki aktifitas autrofik yang masih rendah, sulit mensintesa senyawa organik dari unsur hara anorganik. Untuk itu diperlukan pengetahuan yang memadai dalam pengelolaan bibit dalam botol yang merupakan hasil kultur tersebut agar menjadi tanaman pisang yang tumbuh dengan baik serta menghasilkan buah yang bagus.

1.2. Batasan Masalah Praktek kerja lapangan dibatasi pada kegiatan aklimatisasi

tanaman pisang raja bulu Mussa paradisiaca di kebun bibit pisang raja bulu Lebak Bulus.

1.3. Rumusan Masalah Bagaimana proses aklimatisasi pisang raja bulu? Media apa yang digunakan pada proses aklimatisasi pisang raja bulu? Bagaimana pemeliharaan pisang raja bulu setelah proses aklimatisasi? Tujuan Praktek kerja lapangan ini bertujuan untuk mengetahui teknik

aklimatisasi pada kultur jaringan tanaman pisang raja bulu Mussa paradisiaca

1.4. Manfaat Praktek Kerja Lapangan Mengetahui teknik aklimatisasi kultur jaringan tanaman pisang raja bulu Mussa paradisiaca untuk memperoleh hasil yang optimal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Klasifikasi Tanaman Pisang Raja Bulu Taksonomi tanaman pisang masih belum jelas. Beberapa jenis yang diperkirakan spesies ternyata merupakan hibrida atau hanya kultivar (Ashari, 1995). Misalnya, M. sapientum L (Kunze) ternyata merupakan hibrida antara M. paradisiacal L. nama sebenarnya adalah Musa sp (golongan AAB) karena merupakan hibrida triploid dengan dua set genom dari M. acuminate (AA) dengan satu set genom dari M. balbisiana (BB). Berdasarkan kesulitan dalam penulisan tersebut. Simmonds dan Shepherd mengusulkan supaya dalam member nama kultivar diikuti dengan bentuk genomnya. Contoh: . acuminate : AAB, ABB, dan ABBB. Variasi genetis yang menghasilkan jenis-jenis baru dan dapat dimakan tersebut dikelompokan menjadi sebelas sebagai berikut. Tabel Jenis Pisang Berdasarkan Genomnya (Ashari, 1995) No 1 Golongan, Genom AA Karakter Ukuran buah kecil, warna buah kuning emas, kulit tipis, dagingbuah padat, bau harum satutandan berisi 5-9 sisir; contoh pisang emas dan berlin 2 AA Ukuran buah medium besar, warna kulit kuning emas, daging buah lembut dan kering, aroma harum, satu tandan berisi 10-12 sisir. Contoh pisang barangan 3 AAA Ukuran buah medium besar, kulit bial tebal warna kuning, daging buah krem keputihan rasa buah manis, aroma harum, satu tandan berisi 8-12 sisir. Contoh pisang ambon. 4 AAA Ukuran buah sedang besar, kulit buah hijau pucat, daging buah putih hingga krem, tekstur agak padat, agak beraoma, rasa manis, satu tandan berisi 8-12 sisir. Contoh pisang ambon lumut, Cavendish

5

5

AAA

Ukuran buah besar, kulit buah kuning tipis, daging buah krem, tekstur agak padat, agak beraroma, rasa buah manis, satu tandan berisi 10-14 sisir. Contoh pisang ambon putih

6

AAB

Ukuran buah kecil hingga medium, kulit buah berwarna kuning, daging buah putih, tekstur lembut/lunak, rasa agak sepet, satu tandan berisi 6-8 sisir. Contoh pisang raja sereh.

7

AAB

Ukuran buah besar, daging buah berwarna krem hingga orange, tekstur kasar, rasa buah manis, satu tandan berisi 6-8 sisir. Contoh pisang raja atau raja bulu

8

AAB

Ukuran buah besar, termasuk pisang rebus, buahnya harus dimasak terlebih dulu, termasuk jenis yang diperkebunan secara komersial, daging buah berwarna krem orange, tektur padat hingga lunak, mengandung pati tinggi, tahan simpan lama, satu tandan berisi 1-2 sisir, tidak mempunyai bunga jantan. Contoh pisang tandu, pisang agung lumajang

9

ABB

Ukuran buah kecil hingga sedang, kulit buah berwarna kuning agak tebal, daging buah berwarna putih, lekat dengan tektur padat, dapat dimakan langsung atau dimasak terlebih dalu. Contoh pisang siem

10

ABB

Ukuran buah sedang hingga besar, termasuk pisang masakan, kulit buah tebal dan kasar, warna kulit berubah kekuningan jika matang, daging buah berwarna putih dan orange, satu tandan berisi 6-7 sisir. Contoh pisang kepok atau pisang gajih.

11

BBB

Ukuran buah sedang hingga besar, kulit buah tebal berwarna kuning, daging buah krem keputihan, tektur lembut, rasa buah manis, satu tandan berisi 10-16 sisir. Contoh pisang kepok dan pisang saba

6

Pisang yang memiliki nama latin Mussa paradisiaca dikenal sebagai buah tropis yang dapat dimanfaatkan sebagai buah segar maupun bahan makanan olahan. Pisang raja bulu memiliki bentuknya yang indah, rasanya yang manis juga harga yang cukup tinggi di pasaran. Pisang raja bulu merupakan jenis yang banyak dibudidayakan dan menjadi komoditas unggulan. Klasifikasi botani tanaman pisang adalah sebagai berikut: Divisi Sub divisi Kelas Famili Genus Spesies : Spermatophyta : Angiospermae : Monocotyledonae : Musaceae : Musa : Musa spp.

Gambar 2.1 Pisang 2,2. Morfologi Tanaman Pisang Raja Bulu Mussa paradisiaca Pisang merupakan salah satu komoditas hortikultura unggulan Indonesia. Walaupun bukan tergolong kedalam buah ekslusif (hanya dapat tumbuh di lokasi tertentu, dibudidayakan secara modern, harga jual yang tinggi dan diperdagangkan oleh lembaga pemasaran tertentu), pisang memiliki potensi pasar yang luas dan diminati oleh hampir semua lapisan dan golongan masyarakat. Pisang di Indonesia mempunyai ragam varietas atau kultivar yang cukup banyak seperti pisang ambon, barangan, raja bulu, raja sere, badak, kapok kuning, nangka, tanduk, agung, mas dan lain-lain. Tanaman pisang pada umumnya

dikembangkan secara vegetatif berupa anakan atau belahan bonggol dan bibit hasil kultur jaringan. Berdasarkan fungsinya, pisang dikelompokan dalam empat golongan yaitu: Pisang yang dimakan buahnya tanpa dimasak yaitu M. paradisiaca var Sapientum, M. banana atau disebut juga M. cavendishii, M. sinensis misalnya pisang ambon, susu, raja, cavendish, barangan dan mas, pisang yang dimakan setelah buahnya dimasak yaitu M. paradisiaca forma typic atau disebut juga M. paradisiaca normalis misalnya pisang nangka, tanduk dan kepok, pisang berbiji

7

yaitu M. brachycarpa yang di Indonesia dimanfaatkan daunnya misalnya pisang batu dan klutuk dan yang terakhir pisang yang diambil seratnya misalnya pisang manila (abaca). Sedangkan berdasarkan cara konsumsi pisang dikelompokkan dalam dua golongan, yaitu banana dan plantain. Banana adalah pisang yang

dikonsumsi dalam bentuk segar setelah matang, seperti pisang ambon, susu dan raja. Plantain adalah pisang yang dikonsumsi setelah digoreng, direbus, dibakar atau dikolak, dibuat sale dan gaplek. Tanaman pisang raja bulu seperti tanaman pisang lainya memiliki bagian-bagian seperti bunga, buah, daun, batang, dan akar. Yang dapat dimanfaatkan dari bagian-bagian tersebut. 2.2.1. Bunga Bunga atau jantung pisang raja bulu ( Mussa paradisiaca ) dapat dijadikan sebagai bahan makanan bergizi tinggi seperti lalap masak, diurap, pencampur pecal atau diolah menjadi abon jantung pisang. Tidak setiap bunga pisang enak dimakan, ada beberapa jenis pisang yang tidak enak di makan, misalnya jenis bunga pisang ambon. Pohon pisang akan berbunga setelah berumur kira-kira 8 bulan misalnya pisang raja bulu (Mussa paradisiaca). Ada juga baru berbunga setelah berumur 10 bulan, yaitu pisang kepok. Setelah bunga pisang muncul dari pohonya, baru mengeluarkan buah setelah berumur 4-10 hari. Baru bunga pisang sisa dapat diambil setelah 15-20 hari umur bunga pisang atau kirakira setelah terbentuk tangkai bunga sepanjang 10-20 cm. 2.2.2. Daun Daun pisang raja bulu (Mussa paradisiaca) merupakan daun yang cukup banyak penggunaanya. Mulai dari daun muda sampai tua bahkan sampai kering masih dapat dipergunakan. a. Daun muda Di waktu musim kering, jarang terdapat rumput hijau. Sebagai bahan makanan ternak, oleh beberapa peternak dipergunakan daun pisang muda. Daun pisang muda cukup baik sebagai bahan makanan ternak. b. Daun tua Daun pisang raja bulu (Mussa paradisiaca) yang telah tua ( mulai mengering ) setelah berumur kira-kira 2 bulan lebih dari umumnya dipergunakan sebagai pembungkus. Baik untuk pembungkus kue, makanan (nasi), lauk pauk,

8

kacang, maupun sebagai pembungkus tempe. Daun pisang raja bulu (Mussa paradisiaca) dipergunakan sebagai pembungkus disebabkan karena harganya sangat murah dan mudah di dapat. 2.2.3. Batang Batang pisang (bhs. Jawa : gedebok) mempunyai manfaat cukup banyak. Tidak hanya dipergunakan sebagai landasan tempat berpijak wayang dalam resepsi, tetapi dapat pula dipergunakan sebagai bahan makanan tambahan bagi ternak di musim kering, dan dapat pula dipergunakan sebagai bahan baku pupuk kompos, yang nantinya akan mempunyai nilai-nilai ekonomi yang baik. Jumlah batang pisang raja bulu setiap rumpun sebaiknya 2-3 batang. 2.2.4. Kulit Kulit pisang merupakan bahan buangan (limbah buah pisang) yang cukup banyak jumlahnya, yaitu kira-kira 1/3 dari buah pisang yang belum dikupas. Pada umumnya kulit pisang ini belum di manfaatkan secara nyata, hanya dibuang sebagai sampah belaka. Kulit pisang raja bulu baik di manfaatkan sebagai bahan baku minuman beralkohol (anggur), karena pisang raja bulu memiliki aroma yang tajam. 2.2.5. Buah Buah pisang raja bulu dapat diolah menjadi bentuk lain yang memungkinkan akan mempertinggi nilai tambah. Hal ini disebabkan karena pisang raja bulu memiliki rasa enak, pisang raja bulu mengandung bahan kering (daging pisang kering ) yang tinggi menyusul pisang kapok, pisang gabu, pisang kidang, dan pisang susu.

2.3 Faktor Pendukung Pertumbuhan Pisang raja bulu (mussa paradisiaca) dapat tumbuh seperti jenis pisang lainya yaitu pada iklim tropis basah, lembab dan panas yang mendukung

pertumbuhan. Pisang masih dapat tumbuh di daerah subtropis. Pada kondisi tanpa air, pisang masih tetap tumbuh karena air disuplai dari batangnya yang berair tetapi produksinya tidak dapat diharapkan. Curah hujan optimal adalah 1.520 3.800 mm/tahun dengan 2 bulan kering. Pisang raja bulu dapat tumbuh di tanah yang kaya humus, mengandung kapur atau tanah berat. Tanaman ini rakus

9

makanan sehingga sebaiknya ditanam di tanah berhumus dengan pemupukan. Air harus selalu tersedia tetapi tidak boleh menggenang karena pertanaman pisang harus diari dengan intensif. Tanah yang telah mengalami erosi tidak akan menghasilkan panen pisang yang baik. Tanah harus mudah meresapkan air. Pisang tidak hidup pada tanah yang mengandung garam 0,07%

2.4 Teknik Kultur Jaringan Pisang Kultur jaringan / kultur in vitro / tissue culture adalah salah satu teknik untuk mengisolasi sel, protoplasma, jaringan, dan organ dan membentukan bagian tersebut pada nutrisi yang menggandung zat pengatur tumbuh tanaman pada kondisi aseptik, sehingga bagian-bagian tersebut dapat memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi tanaman sempurna kembali. Teknik kultur jaringan pada pisang bertujuan agar menghasilkan bibit-bibit pisang yang unggul sehingga pada saat penanaman mendapatkan hasil yang optimal dan tentunya menghasilkan bibit yang jumlahnya lebih banyak dalam jangka waktu yang singkat.

BAB III METODOLOGI PRAKTEK KERJA LAPANGAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Praktek Kerja Lapangan ini dilaksanakan di Kebun Bibit Pisang Lebak Bulus di Jalan Pertanian Raya, kelurahan Lebak Bulus, Kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan. Praktik Kerja Lapangan ini dimulai dari tanggal 1 Juli -26 Juli 2011. 3.2 . Alat dan Bahan Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah Bibit pisang botolan Air Sekam Arang sekam Fungisida Benlate konsentrasi 2% Kompos Pupuk NPK Alat yang digunakan adalah Batang kawat bengkok Baki plastik Pot Selang air Polibag

3.3. Langkah Kerja 3.3.1. Persiapan Media Tanam dan Tempat penanaman Media tanaman adalah media tumbuh bagi tanaman yang dapat memasok sebagian unsur-unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Media tanaman (media tumbuh) merupakan salah satu unsur penting dalam menunjang pertumbuhan tanaman secara baik. Sebagian besar unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman dipasok melalui media tanaman. Selanjutnya diserap oleh perakaran dan

11

digunakan untuk proses fisiologis tanaman. Jenis media yang digunakan yaitu dengan media arang sekam, media pasir, dan media tanah. Media tanam yang ideal untuk tanaman hias harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1. Bersifat poros atau mudah membuang air yang berlebihan 2. Berstruktur gembur, subur dan dapat menyimpan air yang cukup untuk pertumbuhan tanaman 3. Tidak mengandung garam laut atau kadar salinitas rendah 4. Keasaman tanah netral hingga alkalis, yakni pada pH 6 7 5. Tidak mengandung organisme penyebab hama dan penyakit 6. Mengandung bahan kapur atau kaya unsur kalcium.

A. Arang Sekam Sekam adalah bagian dari bulir padi-padian (serealia) berupa lembaran yang kering, bersisik, dan tidak dapat dimakan, yang melindungi bagian dalam (endospermium dan embrio). Sekam dapat dijumpai pada hampir semua anggota rumput-rumputan (Poaceae), meskipun pada beberapa jenis budidaya ditemukan pula variasi bulir tanpa sekam (misalnya jagung dan gandum). Dalam pertanian, sekam dapat dipakai sebagai campuran pakan, alas kandang, dicampur di tanah sebagai pupuk, dibakar, atau arangnya dijadikan media tanam. Media tanam yang digunakan pada proses aklimatisasi di kebun bibit pisang raja bulu di Lebak Bulus menggunakan arang sekam. Media arang sekam mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya antara lain harganya relatif murah, bahannya mudah didapat, ringan, sudah steril, dan mempunyai porositas yang baik. Kekurangannya yaitu jarang tersedia di pasaran, yang umum tersedia hanya bahannya (sekam/kulit gabah) saja, dan hanya dapat digunakan dua kali. B. Persiapan Tempat Penanaman Tempat untuk penanaman digunakan pot plastik, baki yang berdiameter 30 cm, dan polibag. 3.3.2. Aklimatisasi Pisang Aklimatisasi merupakan suatu upaya menyesuaikan planlet dengan kondisi lingkungan agar siap untuk ditanam dilahan. Tahap aklimatisasi merupakan

12

tahapan yang krusial dalam perbanyakan melalui kultur jaringan, mengingat tanaman hasil kultur jaringan terbiasa hidup di dalam kondisi yang diatur sedemikian rupa sehingga diperlukan langkah- langkah penyesuaian terhadap kondisi alam. tahapan aklimatisasi dengan baik dapat mengurangi tingkat

kematian bibit pisang pada fase aklimatisasi. 3.3.3. Budidaya Tanaman Pisang Budidaya tanaman pisang raja bulu meliputi beberapa aspek mulai dari kegiatan, penyediaan bibit, penanaman, pemupukan, pemeliharaan, penanganan hama penyakit. Semua cara tersebut dilakukan agar tanaman pisang raja bulu

dapat tumbuh dengan baik dan mampu menghasilkan buah yang berkualitas baik secara fisik maupun rasa. a) Penyediaan bibit pisang Pisang umumnya diperbanyak dengan anakan. Anakan berdaun pedang lebih disenangi, sebab pohon pisang yang berasal dari anakan demikian akan menghasilkan tandan yang lebih besar pada panen pertamanya (tanaman induk). Bonggol atau potongan bonggol juga digunakan sebagai bahan perbanyakan. Bonggol ini biasanya dibelah dua dan direndam dalam larutan pestisida untuk membunuh nematoda dan penggerek sebelum ditanamkan. Kini telah

dikembangkan kultur jaringan untuk perbanyakan secara cepat, melalui ujung pucuk yang bebas-penyakit. c) Penanaman dan pemupukan Penyiangan berulang-ulang diperlukan sampai tanaman pisang dapat menaungi dan menekan gulma. Untuk memaksimalkan pertumbuhan tanaman sebaiknya ditanam dengan jarak tanam 2 cm sampai 3 cm pada bak yang berdiameter 30 cm. Berbeda lagi jika ditanam dipot. Pemakaian pupuk kandang dan kompos dianjurkan yaitu setelah membuat lubang tanam dan memasukkan pupuk kadang per lubang tanam sebelum melakukan penanaman bibit. d) Penanganan hama penyakit Penyakit layu Fusarium atau penyakit Panama paling sering menyerang tanaman pisang raja bulu, penyakit ini disebabkan oleh Fusarium oxysporum f. Cubense, sejenis jamur tanah yang menyerang akar kultivar-kultivar pisang yang rentan, dan menyumbat sistem pembuluh, sehingga tanaman akan layu. Satu-

13

satunya cara pemberantasan ialah penghancuran fisik atau kimiawi (herbisida) pada tanaman yang terserang. Berbagai jenis penyakit mencakup penyakit pucuk menjurai (bunchy top), mosaik, dan mosaik braktea. Penyakit pucuk menjurai

dan penyakit mosaik ditularkan oleh afid-afid pisang, (Pentalonia nigronervosa) menyebabkan pucuk pisang menjurai antara lain ada afid jagung (Rhopalosiphum maidis), dan afid kapas (Aphis gossypii), kesemuanya itu adalah vektor-vektor untuk penyakit mosaik. Pemberantasan penyakit-penyakit ini mencakup tindakan karantina, pemeriksaan secara teratur dan penghancuran tanaman yang terserang, penggunaan bahan perbanyakan yang bebas virus, pembuangan inang dan pemberantasan vektor-vektornya. Serangga hama yang paling berbahaya adalah kumbang penggerek pisang (Cosmopolitis sordidus). Hama ini berasal dari Asia Tenggara, tetapi telah tersebar ke semua areal penanaman pisang, yang paling merusak adalah larvanya karena larva-larva itu menggerek bonggol dan menjadi pupa di lorong-lorong yang dibuatnya. Sebagian besar jaringan bonggol akan rusak, akibatnya akan menurunkan kemampuan pengambilan air dan hara. Langkah pemberantasannya mencakup pencacahan bonggol dan batang semu agar pembusukan berlangsung lebih cepat, menjerat dan menangkap serangga-serangga dewasa, menggunakan bahan perbanyakan yang tidak terserang, merusak tempat berlindung dan tempat makan serangga dewasa dengan cara menjaga kebersihan lahan di sekitar tanaman, dan menggunakan insektisida.

3.4. Analisis Data Sumber data pada penelitian ini terdiri atas sumber data sekunder dan primer Data Sekunder (Secindary Data) Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan. Data Primer (Primary Data)

14

Data primer merupakan sumber data yang diperoleh langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara). Data primer dapat berupa opini subjek (orang) secara individual atau kelompok, hasil observasi terhadap suatu benda (fisik), kejadian atau kegiatan, dan hasil pengujian. Metode yang digunakan untuk mendapatkan data primer yaitu : metode survei dan metode observasi. Prosedur pengumpulan data antara lain adalah dengan cara :1. Wawancara atau interiviu adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh

pewawancara terwawancara.

(interviewer)

untuk

memperoleh

informasi

dari

2. Observasi adalah cara pengambilan data dengan pengamatan langsung

yang dapat dilakukan dengan menggunakan seluruh alat indera.3. Pencarian secara online memberikan banyak keuntungan bagi peneliti,

diantaranya ialah: a) hemat waktu: karena kita dapat melakukan hanya dengan duduk didepan komputer, b) ketuntasan: melalui media Internet dan portal tertentu kita dapat mengakses secara tuntas informasi yang tersedia kapan saja tanpa dibatasi waktu, c) Kesesuaian: peneliti dapat mencari sumber-sumber data dan informasi yang sesuai dengan mudah dan cepat, d) hemat biaya: dengan menghemat waktu dan cepat dalam memperoleh informasi yang sesuai.

15

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 . Media Tanam Arang Sekam Media tanam merupakan bahan yang digunakan sebagai tempat akar menempel, sehingga tanaman dapat berdiri sangat kuat. Media yang biasa

digunakan untuk tanaman pisang raja bulu (mussa paradisiaca) di labolatorium Lebak Bulus adalah media arang sekam karena setelah melalui proses perbandingan dengan media pasir dan media tanah, arang sekamlah yang lebih baik, karena arang sekam memiliki kelebihan yaitu harganya relatif murah, bahannya mudah didapat, ringan, sudah steril, dan mempunyai porositas yang baik. 4.1.1. Komposisi Arang Sekam Sekam padi merupakan lapisan keras yang meliputi kariopsis yang terdiri dari dua belahan yang disebut lemma dan palea yang saling bertautan. Pada proses penggilingan beras sekam akan terpisah dari butir beras dan menjadi bahan sisa atau limbah penggilingan. Sekam dikategorikan sebagai biomassa yang dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan seperti bahan baku industri, pakan ternak dan energi atau bahan bakar. Dari proses penggilingan padi biasanya diperoleh sekam sekitar 20-30% dari bobot gabah. Penggunaan energi sekam bertujuan untuk menekan biaya pengeluaran untuk bahan bakar bagi rumah tangga petani. Penggunaan Bahan Bakar Minyak yang harganya terus meningkat akan berpengaruh terhadap biaya rumah tangga yang harus dikeluarkan setiap harinya. Dari proses penggilingan padi biasanya diperoleh sekam sekitar 20-30%, dedak antara 8- 12% dan beras giling antara 50-63,5% data bobot awal gabah. Sekam dengan persentase yang tinggi tersebut dapat menimbulkan problem lingkungan. Ditinjau data komposisi kimiawi, sekam mengandung beberapa unsur kimia penting seperti dapat dilihat di bawah. Komposisi kimia sekam padi menurut Suharno (1979) :

Kadar air : 9,02% Protein kasar : 3,03%

17

Lemak : 1,18% Serat kasar : 35,68% Abu : 17,17% Karbohidrat dasar : 33,71

Komposisi kimia sekam padi menurut DTC - IPB :

Karbon (zat arang) : 1,33% Hidrogen : 1,54% Oksigen : 33,64% Silika : 16,98%

Untuk lebih memudahkan diversifikasi penggunaan sekam, maka sekam perlu dipadatkan menjadi bentuk yang lebih sederhana, praktis dan tidak voluminous. Bentuk tersebut adalah arang sekam. Arang sekam inilah yang digunakan sebagai media tanam bibit pisang raja bulu di labolatorium Lebak Bulus. Arang asam selain mudah didapat, juga memiliki porositas yang baik. Proses pembuatan arang sekam Sebenarnya ada beberapa cara pembuatan arang sekam, namun yang akan penulis sampaikan hanya 3 cara: 1. Pembuatan arang sekam dengan cara disangrai Pada prinsipnya pembuatan arang sekam dengan cara ini adalah dengan cara disangrai. Peralatan yang diperlukan adalah tungku dan seng. Caranya, sekam padi diletakkan di atas seng yang telah ditempatkan di atas tungku. Selanjutnya sekam disangrai sambil diaduk. Dengan cara ini akan diperoleh arang sekam sebanyak 40-50 kg dari 100 kg sekam segar. 2. Pembuatan arang sekam dengan cara dibakar dalam tong perlahan-lahan Caranya, masukkan sekam ke dalam tong sampai tinggi sekitar 20 cm. Tuang oli ke dalam tong dan bakar. Jika asap dari pembakaran berkurang maka sekam ditambah sedikit demi sedikit hingga tong penuh. Kemudian tong ditutup karung basah dan di atasnya diberi tutup hingga rapat. Biarkan sekam menjadi dingin. Setelah itu pisahkan arang sekam dengan abunya melalui penyaringan. Jumlah arang sekam yang diperoleh juga sekitar 40-50 kg dari 100 kg sekam segar. Cara ini kurang efisien karena memerluan waktu yang lebih lama dibandingkan cara disangrai. 3. Pembuatan arang sekam dengan cara dibakar bersamaan dalam drum.

18

Letakkan pralon atau bambu ditengah drum. Tuangkan sekam disekeliing bambu tadi sambil dipadatkan hingga drum terisi penuh dengan sekam. Cabut bambu/ pralon tani. Buatlah sumber api dilubang tadi menggunakan kayu bakar atau yang lain. Biarkan asap mengepul hingga sekam menjadi arang semua.

Gambar 4.2. Arang Sekam dan Kompos 4.1. Proses Aklimatisasi Penanaman di pot merupakan babak baru bagi bibit kecil. Bibit yang semula hidup nyaman di lingkungan botol dengan cadangan makanan melimpah, harus belajar mandiri. Itu bukan tahap yang mudah dilewati. Ia harus menyesuaikan diri dengan iklim yang keras, serbuan musuh pengganggu, dan faktor lainya. Untuk mengurangi faktor risiko dan membantu pisang raja bulu melewati kehidupan awalnya, sehingga harus dilakukan penanganan dan perawatan yang intensif, agar pisang raja bulu tumbuh optimal. Bibit yang siap dipindah bila sebagian besar daun mencapai sisi atas botol. Itulah saat tepat mengeluarkan dari botol. Jangan pernah menunda, karena bibit bakal kurus karena kurang nutrisi. Gejala kekurangannya adalah daun menguning dan tampak kurang sehat. Bila dipaksa dikeluarkan kemudian ditanam, bibit kurang cepat beradaptasi. Adapun cara-cara aklimatisasi adalah sebagai berikut:1. Siapkan Plantlet (tanaman hasil kultur yang masih di dalam botol) 2. Ambil plantlet pisang, dengan cara mulut botol nungseb ke bawah kemudian

tusuk dengan ujung pinset pada sisi samping media yang bersinggungan dengan botol.

19

3. Cucilah Plantet yang sudah diambil dari dalam botol dengan air mengalir 4. Tiriskan bibit yang sudah bersih diatas Koran 5. Setelah bersih kemudian rendam dengan air yang sudah di beri pupuk sekitar 2

menit agar plantet semakin steril dan terbebas dari bakteri6. A. Tempat yang digunakan wadah plastik yang berdiameter 30cm

B. Dan Pot yang biasa digunakan pada penanaman bibit7. Ambil satu anakan saja dari plantlet, Tanamkan dengan tegak ke pot yang

sudah disiapkan sebelumnya dengan segera karena tanaman cepat rebah , atau bisa juga di tanam secara berkelompok kemudian tempatkan ditempat teduh yang memiliki sirkulasi udara yang baik8. Plantet sudah ditanam tegak dengan susunan yang rapi pada media arang

sekam9. Kemudian siram dengan air, lalu siapkan plastik untuk penutup pot

Atau

nampan10. A. Tutuplah dengan rapih dan rapat menggunakan plastik pada wadah yang

berdiameter 30 cm B. Pada pot juga demikian Selesai sudah AKLIMATISASI. selanjutnya setelah cukup waktu tanaman siap dipindahkan langsung ke kebun.

20

1.

2.

3

4.

5.

6. A

6.B

7

8

21

9 10.A 10.B

Gambar 4.5 Proses Aklimatisasi

Pada proses aklimatisasi ini ukuran tempat menggunakan 2 yaitu wadah plastik yang berdiameter 30 cm, dan pot kecil yang biasa digunakan dalam penanaman bibit. penggunaan wadah besar bertujuan untuk menampung bibit pisang raja bulu dalam jumlah yang cukup banyak . media yang digunakan adalah arang sekam, yang dicampur dengan kompos ke dalam wadah.

22

4.3. Pemeliharaan Tanaman Pisang Raja Bulu Setelah selesai proses aklimatisasi pisang disungkup dengan plastik selama satu bulan, dibiarkan saja tanpa ada perlakuan, setelah satu bulan tutup plastik tersebut dibuka, siram bibit pisang yang sudah mulai tumbuh tersebut secara rutin. Setelah tanaman pisang raja bulu sudah mulai dewasa pindahkan ke polibag pada tahap ini tanaman tersebut diberi perlakuan yang lebih khusus diberi pupuk dan penyiraman yang rutin agar tanaman tumbuh subur. Pada tahap inilah tanaman pisang raja bulu siap untuk ditanam di alam bebas. Dan pemeliharaan pisang raja bulu baik dalam pemupukan, penyiraman, dan memberantas hama penyakit lebih diutamakan agar menghasilkan buah pisang yang berkualitas dan menjadi buah yang berkomoditas tinggi, inilah tata cara pemupukan, penyiraman dan pemberantasan hama penyakit pada pisang raja bulu di kebun bibit Lebak Bulus sebagai berikut: 4.3.1 Pemupukan Pemupukan pisang raja bulu di kebun bibit pisang lebak bulus menggunakan pupuk cair. Pemupukan dilakukan dua kali dalam 1 minggu. usaha budidaya tanaman pisang raja bulu, habitatnya cukup mampu menyediakan unsurunsur yang dibutuhkan oleh tanaman untuk pertumbuhan. Pemupukan berfungsi sebagai penambah nutrisi untuk kebutuhan dan mempertahankan kehidupan tanaman pisang raja bulu. Pupuk cair yang digunakan mengandung unsur hara nitrogen (N), fosfor (P) dan Kalium (K), unsur hara tersebut merupakan unsur hara makro essensial atau mutlak yang digunakan dan diperlukan dalam jumlah besar bagi tanaman pisang disana. Unsur N dan unsur P merupakan sebagai pembentuk protein, sel, jaringan dan organ tanaman. Unsur K berfungsi sebagai pengatur fisiologi tanaman seperti pengatur tekanan turgor, mengatur proses fotosintesis, memperlancar metabolism tanaman, menguatakan serabut akar, hingga dapat menguatkan tubuh tanaman. Pada tanaman pisang, agar pertumbuhan bibit menjadi lebih baik dan cepat maka penggunaan unsur N yang tinggi pada pupuk majemuk NPK sangat membantu pertumbuhan tanaman. Pada tanaman pisang yang mulai dewasa hingga telah dewasa sangat baik apabila pemberian pupuk majemuk dimana unsur

23

P dan K cukup tinggi. Penambahan unsur P yang tinggi bermanfaat untuk mengikat energi sinar matahari yang akan digunakan dalam proses fotosintesis sehingga akan terbentuknya karbohidrat sebagai cadangan makanan dan bahan pembentuk protein. Selain itu, berguna untuk pertumbuhan akar. Unsur K berperan untuk memperlancar metabolisme tanaman, membantu penyerapan makan lebih cepat, membantu hidratasi, menguatkan sistem akar sehingga dapat membantu memperkuat tubuh tanaman. Penggunaan unsur K yang berlebihan akan bersifat antagonis dengan Ca dan Mg, sehingga tanaman akan terlihat seperti kekurangan Ca dan Mg. Pemupukan dilakukan dengan menggunakan pupuk cair yang disemprotkan langsung pada tanaman pisang. Hal ini dilakukan agar mendapatkan nutrisi pada pupuk secara optimal. Pisang raja bulu yang selama 4.3.2. Penyiraman Pisang akan tumbuh subur dan berproduksi dengan baik selama pengairannya terjaga. Tanaman diairi dengan cara disiram atau mengisi paritparit/saluran air yang berada di antara barisan tanaman pisang. Air dibutuhkan tanaman pisang untuk pertumbuhan aktif. Bila kelembapan udara cukup tinggi, maka tanaman tidak membutuhkan banyak air. Frekuensi air yang diberikan pada tanaman pisang bergantung pada ukuran dan serta keadaan lingkungan sekitarnya. 4.3.3. Pemberantasan Hama dan Penyakit Penyakit layu Fusarium atau penyakit Panama paling sering menyerang tanaman pisang raja bulu, penyakit ini disebabkan oleh Fusarium oxysporum f. Cubense, sejenis jamur tanah yang menyerang akar kultivar-kultivar pisang yang rentan, dan menyumbat sistem pembuluh, sehingga tanaman akan layu. Satusatunya cara pemberantasan ialah penghancuran fisik atau kimiawi (herbisida) pada tanaman yang terserang, lahan hendaknya dikosongkan dan dipagari serta dikucilkan dari penanaman dan aliran pengairan.

24

Pisang raja bulu yang

disungkup

dengan plastik selama satu bulan

Pisang raja bulu yang berumur 3 bulan diberi perlakuan pemupukan dan

penyiraman

Pisang raja bulu yang berumur 4-5 bulan, yang siap untuk di tanam di alam bebas.

Pisang raja bulu yang berumur 2 bulan setelah dipindahkan kepolibag

Gambar 4.7 Proses Pertumbuhan Pisang Raja Bulu

25

BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan

. 5.2. Saran Peran pemerintah dibutuhkan dalam meningkatkan keberhasilan usaha petani pisang raja bulu. Peranan tersebut misalnya dalam memberikan

penyuluhan yang lebih intensif kepada petani terutama mengenai teknik aklimatisasi dan teknik budidaya secara baik dan benar. Hal tersebut bertujuan agar petani dapat menghasilkan produk pisang raja bulu dengan kualitas yang baik.

DAFTAR PUSTAKA

Munadjim. Teknologi pengolahan Pisang. 1983. Surabaya : PT Gramedia Ashari, S. 2004. Biologi Reproduksi Tanaman Buah-buahan Komersial. Malang: Bayumedia Publishing Sukman, Yernelis dan Yakup. 2002. Gulma dan teknik Pengendalianya. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura Sub Balai Penelitian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Pusat Pengembangan Hortikultura Vol.6 No. 3. Jakarta: 1996 Penelitian dan

Makalah Teknik Kultur Jaringan Pisang Raja http://www. Pisang. org/Manfaat Pisang untuk Kesehatan. Diunduh tanggal 19 Agustus 2011 http://www. Berita SKPD - Central Java - Pisang Raja Bulu, Buah Unggulan Kabupaten Kendal. Diunduh tanggal 19 Agustus 2011 http://www. macam-macam-jenis-pisang. Diunduh tanggal 19 Agustus 2011 http://www. Jenis-Jenis Pisang di Indonesia. Diunduh tanggal 23 Agustus 2011 http://www.Ristek.go.id http://www. Aklimatisasi Pisang. Diunduh tanggal 15 Agustus 2011 Yuniarti Utami. Skripsi: Analisis Cabang Usaha Tani dan Tataniaga Pisang Raja Bulu. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. 2009

27

DAFTAR PUSTAKA

Munadjim. Teknologi pengolahan Pisang. 1983. Surabaya : PT Gramedia Ashari, S. 2004. Biologi Reproduksi Tanaman Buah-buahan Komersial. Malang: Bayumedia Publishing Sukman, Yernelis dan Yakup. 2002. Gulma dan teknik Pengendalianya. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura Sub Balai Penelitian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Pusat Pengembangan Hortikultura Vol.6 No. 3. Jakarta: 1996 Penelitian dan

Makalah Teknik Kultur Jaringan Pisang Raja http://www. Pisang. org/Manfaat Pisang untuk Kesehatan. Diunduh tanggal 19 Agustus 2011 http://www. Berita SKPD - Central Java - Pisang Raja Bulu, Buah Unggulan Kabupaten Kendal. Diunduh tanggal 19 Agustus 2011 http://www. macam-macam-jenis-pisang. Diunduh tanggal 19 Agustus 2011 http://www. Jenis-Jenis Pisang di Indonesia. Diunduh tanggal 23 Agustus 2011 http://www.Ristek.go.id http://www. Aklimatisasi Pisang. Diunduh tanggal 15 Agustus 2011 Yuniarti Utami. Skripsi: Analisis Cabang Usaha Tani dan Tataniaga Pisang Raja Bulu. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. 2009