5. isi lapkas finza
DESCRIPTION
Laporan Kasus Koass Stase Emergency Kegawatdaruratan Infark Miokard AkutTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit jantung dan pembuluh darah merupakan salah satu masalah kesehatan utama
di negara maju maupun berkembang. Penyakit ini menjadi penyebab nomor satu
kematian di dunia setiap tahunnya. Pada tahun 2008 diperkirakan sebanyak 17,3 juta
kematian disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler. Lebih dari 3 juta kematian tersebut
terjadi sebelum usia 60 tahun. Terjadinya kematian dini yang disebabkan oleh penyakit
jantung berkisar sebesar 4% di negara berpenghasilan tinggi, dan 42% terjadi di negara
berpenghasilan rendah.
Menurut WHO, pada tahun 2002, 12,6% kematian di dunia disebabkan oleh infark
miokard akut. Penyakit ini menduduki urutan ketiga penyebab kematian di negara
berkembang (WHO, 2004). Laju mortalitas awal (30 hari) pada IMA adalah 30%, dengan
lebih dari separuh kematian terjadi sebelum pasien mencapai rumah sakit. Walaupun laju
mortalitas menurun sebesar 30% dalam dua dekade terakhir, sekitar 1 di antara 2 pasien
yang tetap hidup pada perawatan awal, meninggal dalam tahun pertama setelah infark
miokard akut.
Infark miokard akut merupakan gangguan jantung paling utama, karena prevalensi,
angka kematian, dan biaya perawatannya. Di Amerika sekitar 1,5 juta orang menderita
infark miokard akut per tahun dengan angka kematian 30% yang sering disebabkan oleh
aritmia terutama fibrilasi ventrikel. Di Indonesia kematian akibat penyakit jantung
koroner diperkirakan 53,5 per 100.000 penduduk berdasarkan survai kesehatan rumah
tangga nasional tahun 1986.
1
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Infark Miokard Akut (IMA) adalah nekrosis miokard atau kematian jaringan otot
jantung akibat gangguan aliran darah ke otot jantung yang disebabkan oleh oklusi
koroner akut disertai iskemia berkepanjangan sehingga terjadi kematian sel miokardium
dan memicu terjadinya trombus arteri koroner (ruptur plak). Keadaan ini dipermudah
terjadinya oleh faktor-faktor seperti hipertensi, diabetes melitus, merokok,
hiperkolesterolemia dan kurangnya aktvitas fisik.
B. Etiologi
Faktor-faktor yang menyebabkan Infark Miokard Akut adalah suplai darah oksigen ke
otot jantung berkurang (aterosklerosis, spasme, arteritis, stenosis aorta, insufisiensi
jantung, anemia, hipoksemia), curah jantung yang meningkat (emosi, aktivitas
berlebihan, hipertiroidisme), dan kebutuhan oksigen otot jantung meningkat (kerusakan
miokard, hipertrofi miokard, hipertensi diastolik). Penyebab yang paling sering adalah
terjadinya sumbatan koroner sehingga terjadi gangguan aliran darah. Sumbatan tersebut
terjadi karena ruptur plak yang menginduksi terjadinya agregasi trombosit, pembentukan
trombus, dan spasme koroner. Penyebab infark miokard yang jarang adalah penyakit
vaskuler inflamasi, emboli (endokarditis, katup buatan), spasme koroner yang berat
(misal setelah menggunakan kokain), peningkatan viskositas darah serta peningkatan
kebutuhan O2 yang bermakna saat istirahat.
C. Patogenesis
Iskemia pada otot jantung yang terjadi lebih dari 30-45 menit akan menyebabkan
kerusakan seluler yang irreversibel dan terjadinya nekrosis otot. Otot nekrotik awalnya
memar dan sianotik, kemudian timbul edema dan infiltrasi leukosit pada daerah yang
nekrotik tersebut akibat dari respon peradangan yang ada, disusul oleh enzim-enzim
jantung yang mulai terlepas dari sel nekrotik. Selanjutnya dimulai proses degradasi dan
3
pembuangan serabut otot jantung yang nekrotik. Kemudian serabut nekrotik yang
terlepas digantikan oleh jaringan fibrosa dan mengalami penebalan progresif. Bagian
pada otot jantung yang mengalami nekrosis dan fibrosis tersebut akan berhenti kontraksi
permanen. Akibatnya akan terjadi penurunan daya kontraksi menyeluruh, gerakan
dinding abnormal, perubahan daya kembang, sehingga berefek pada curah sekuncup
yang mengalami penurunan. Karena telah terjadi penurunan curah sekuncup atau curah
jantung, maka tubuh mengadakan mekanisme kompensasi tubuh yang akhirnya banyak
memunculkan banyak gejala klinis akibat dari mekanisme tersebut seperti rasa nyeri pada
dada dan sesak nafas.
Infark miokard sering menyerang di daerah ventrikel kiri, namun juga dapat
menyerang di daerah jantung lainnya. Untuk itu infark miokard juga dapat dibagi
berdasarkan lokasi iskemik/infark yang terkena, yaitu : Inferior, Lateral, Posterior dan
Anterior. Sedangkan bila infark yang terjadi lebih luas yang melibatkan bagian besar
ventrikel dinyatakan sesuai dengan lokasi infarknya, yaitu : Anteroseptal, Anterolateral
dan Inferolateral.
D. Gejala Klinis
Keluhan pada pasien yang khas pada kasus infark miokard akut ialah nyeri dada.
Namun perlu kita ketahui terlebih dahulu karakteristik nyeri dada atau karakteristik
gejala pada infark miokard akut tersebut. Sifat nyeri dada ialah sebagai berikut:
a. Lokasi : substernal, retrosternal, dan prekordial
b. Sifat nyeri : seperti diremas-remas, ditekan, ditusuk, panas atau ditindih barang berat.
c. Nyeri dapat menjalar ke lengan (umumnya kiri), bahu, leher, rahang bawah gigi,
punggung/interskapula, perut dan dapat juga ke lengan kanan.
d. Gejala yang menyertai dapat berupa mual, muntah, sulit bernapas, keringat dingin,
cemas dan lemas.
E. Penegakan Diagnosis
Penegakan diagnosis pada kasus nyeri dada pada pasien dapat dilakukan serangkaian
pemeriksaan. Pemeriksaan yang pertama ialah lakukanlah anamnesis lengkap kepada
pasien, yaitu menanyakan keluhan utamanya, kemudian tanyakan mengenai riwayat
penyakit sekarang seperti onset nyeri, lokasi nyeri, kualitas nyeri, gejala penyerta lainnya
4
(sesak nafas dan badan lemah). Juga mengenai riwayat penyakit dahulu pasien, apakah
sebelumnya pasien sudah memilik penyakit jantung, apakah pasien pernah mengalami
sakit yang sama sebelumnya, apakah pasien memiliki riwayat hipertensi, dan apakah
pasien memiliki riwayat trauma dada.
Selanjutnya lakukan pemeriksaan fisik kepada pasien yang mengeluh adanya nyeri
dada dengan melakukan inspeksi mengenai bentuk dan warna kulit dada; auskultasi
bunyi jantung dan paru-paru; dan perkusi untuk menentukan batas jantung dan paru-paru.
Terutama perkusi dilakukan untuk mengetahui kemungkinan adanya perubahan ukuran
jantung atau paru-paru. Pemeriksaan pada kasus nyeri dada yang dicurigai sebagai Infark
Miokard Akut dapat mengacu kepada trias Infark Miokard Akut yang terdiri dari riwayat
nyeri dada, adanya perubahan EKG, dan adanya kenaikan enzim otot jantung (Tabel 2.1).
Tabel 2.1 Trias Infark Miokard Akut
JENIS GEJALA KARAKTERISTIK GEJALA
Riwayat Nyeri Dada
a. Nyeri dada bag dada dengan/tanpa penjalaran, kadang berupa
nyeri dagu, leher/seperti sakit gigi, pasien tak dapat menunjukan
rasa nyeri dengan satu jari tetapi dengan tangan.
b. Kualitas nyeri seperti ditekan, rasa berat/panas terbakar.
c. Durasi 15‘ - 30‘
d. Kadang disertai mual, keringat dingin, berdebar/sesak
e. Nyeri tak hilang dengan istirahat/ nitrogliserin sublingual
Adanya Perubahan
EKG
a. Gelombang Q (signifikan infark) atau Q patologis
b. Segmen ST elevasi
c. Gel T meninggi/menurun
Adanya Kenaikan
Enzim Otot Jantung
a. CKMB merupakan enzim yang spesifik sebagai penanda
terjadinya kerusakan otot jantung, enzim ini meningkat 6 – 10
jam setelah nyeri dada & kembali normal dalam 48 – 72 jam
b. Pemeriksaan Aspartate Amino Transferase (AST) setelah hari ke
3 nyeri dada. Laktat Dehydrogenase (LDH) meningkat sesudah
hari ke 4 & normal pada hari ke 10
c. Pemeriksaan Troponin, meningkat pada 12-24 jam setelah
serangan nyeri datang. Bertahan di darah sampai 2 mingguan
5
Pada infark miokard, sangat penting untuk kita melakukan pemeriksaan penunjang
berupa rekam listrik jantung dengan menggunakan Elektro Kardio Grafi. Di mana
kelainan pada jantung dapat dengan mudah dideteksi melalui perubahan-perubahan yang
ada di hasil pemeriksaan tersebut. Pada infark anterior dapat ditemukan elevasi segmen
ST pada lead V3 – V4, dan depresi ST pada lead II, III, aVF. Kemudian pada infark
inferior dapat ditemukan elevasi segmen T pada lead II, III, aVF dan depresi segmen ST
V1 – V6, I, aVL. Sedangkan pada infark lateral dapat ditemukan elevasi segmen ST pada
lead I, aVL, V5 –V6. Terakhir, pada infark posterior dapat ditemukan depresi segmen ST
pada lead II, III, aVF, terutama gelombang R pada V1 – V2.
Setelah selesai melakukan pemeriksaan EKG, dapat dilanjutkan ke pemeriksaan
laboratorium untuk memeriksa enzim jantung melalui sampel darah pasien. Enzim
petanda kelainan jantung adalah AST, CK, CK-MB, LDH, Cardiac Troponin T,
mioglobin dan juga telah dikembangkan tes high sensitivity C-Reaktif Protein (hs-CRP).
a. AST
AST juga cepat akan meningkat dan cepat menurun pada saat terkena serangan
jantung. Namun AST tidak spesifik untuk kelainan jantung karena selain dalam otot
jantung juga terdapat pada hepar dalam jumlah besar, ginjal dan organ otak dalam
jumlah kecil. AST sedapat-dapatnya diperiksa setiap hari selama 5 hari pertama dan
bila perlu 2 kali sehari (pagi dan sore). SGOT pada infark miokard akut naik dengan
cepat, setelah 6 jam mencapai 2 kali nilai normal, biasanya kembali normal dalam 2-4
hari.
b. LDH
LDH Merupakan enzim yang mengkatalisis perubahan reversibel dari laktat ke
piruvat. Ada 5 isoenzim LDH (LDH1-LDH2 terutama pada otot jantung). Kadarnya
meningkat 8-12 jam setelah infark mencapai puncak 24-28 jam untuk kemudian
menurun hari ke-7. Enzim α-HBDH dan LDH termasuk lambat meningkat dan lambat
menurun. Keduanya dilakukan pemeriksaan tiap hari selama 5 hari pertama. LDH
meninggi selama 10-14 hari. HBDH bahkan beberapa hari lebih lama. Interpretasi
LDH adalah peningkatan LDH pada infark miokard akut dapat mencapai 3-5 kali nilai
rujukan. Peningkatan 5 atau lebih nilai rujukan ; anemia megaloblastik, karsinoma
tersebar, hepatitis, infark ginjal. Peningkatan 3-5 kali nilai rujukkan pada infark
jantung, infark paru, kondisi hemolitik, leukemia, distrofi otot dan peningkatan 3 kali
nilai rujukkan pada penyakit hati, syndrome nefrotik, hipotiroidisme.
6
c. CK total
Creatine Kinase Adalah enzim yg mengkatalisis jalur kretin-kretinin dalam sel otak
dan otot. Pada infark miokard akut, CK dilepaskan dalam serum 48 jam setelah
kejadian dan normal kembali > 3 hari. Perlu dipanel dengan AST untuk menaikkan
sensitifitas. Peningkatan CK pada infark miokard akut antara lain adalah peningkatan
berat (5 kali nilai rujukan) dan Peningkatan ringan – sedang (2-4 kali rujukan).
d. CK-MB
CK-MB Merupakan Isoenzim CK. Seperti kita ketahui ada beberapa jenis CK yaitu
CK-MM, CK-BB dan CK-MB. M artinya muscular/skelet (otot) dan B artinya brain
(otak). Jumlah CK-MB ternyata lebih banyak di dalam otot jantung sehingga spesifik
untuk kelainan jantung. CK-MB Meningkat pada angina pektoris beratatau iskemik
reversibel. Kadar meningkat 4-8 jam setelah infark. Mencapai puncak 12-24 jam
kemudian kadar menurun pada hari ke-3. Kriteria untuk diagnosis infark miokard akut
adalah : CK-MB > 16 U/l, CK-Total > 130 U/l dan CK-MB > 6% dari CK Total.
e. CK-MB Mass Relative Index (%RI)
Ada istilah baru dalam pelaporan enzim CK-MB, dengan melaporkan CK-MB
Mass Relative Index. Nilai ini didapat dari CK-MB mass dibagi aktifitas CK-Total dan
dikalikan dengan 100% sehingga didapatkan % RI. Rumus adalah % RI = (CK-
MBmass / aktivitas CK-Tot) x 100%. Peningkatan RI memperlihatkan keadaan
miokard. Tidak absolut – kurangnya standardisasi uji CK-Mb mass dan variabilitas
pada jaringan. RI > 3 – 6 % dengan peningkatan aktivitas CK-Tot (sekitar > 2x batas
URR) menggambarkan nekrosis miokard.
g. Troponin Kardiak
Filamen otot jantung terdiri atas : Aktin, Miosin dan Komplek Regulatori
Troponin. Troponin terdiri atas 3 sub-units TnC, TnT& TnI. BM TnT = 37.000 dan
BM TnI = 24.000. Fraksi troponin total ditemukan bebas dalam sitosol. Berikut
penjelasan singkat tentang Troponin :
Kompleks pengatur kontraksi otot
Dilepaskan secara cepat
Prolonged release karena degradasi myofilaments
Bentuk yang berbeda antara otot skelet dan miokard
Spesifitas tinggi untuk cedera miokard.
Sensitif untuk kerusakan miokard dalam jumlah kecil.
7
h. Mioglobin
Mioglobin adalah protein BM rendah (oxygen-binding heme protein). Skeletal &
cardiac muscle Mb identik. Kadar Serum meningkat dalam 2 jam setelah kerusakan
otot. Kadar puncak pada 6 – 7 jam. Kadar normal setelah 24 – 36 jam. Negative
predictor yang sangat baik pada cedera miokard. Pemeriksaan dua sampel, 2 – 4 jam
terpisah tanpa peningkatan kadar adalah bukan AMI. Dilaksanakan cepat, quantitative
serum immunoassays.
i. CRP
CRP adalah C-Reactive Protein yang merupakan protein fase akut dilepaskan ke
dalam darah sebagai akibat adanya suatu inflamasi. CRP diukur sebagai marker
mediator inflamasi seperti IL-6 dan TNF-α untuk memahami inflamasi aterosklerosis.
Diproduksi di hati dan otot polos arteri koroner sebagai respon terhadap sitokin
inflamasi. Digunakan sebagai biomarker inflamasi sistemik khususnya untuk Penyakit
jantung koroner (PJK). Pemeriksaan menggunakan metode imunoturbidimetrik dan
imunofelometrik. CRP memiliki batas deteksi 3-5 mg/L.
j. hsCRP
hsCRP adalah high sensitivity C-Reactive Protein, Istilah untuk pemeriksaan lebih
rendah kadar CRP. Istilah ini untuk mendeteksi konsentrasi CRP di bawah limit (3-5
mg/L) tersebut digunakan istilah hs-CRP (limit 0,1 mg/L).
j. IMA
IMA adalah Ischaemia Modified Albumin. Salah satu biomarker baru yang
digunakan untuk Iskemik Jantung.
k. Kolesterol, Trigliserida, LDL dan HDL
Kolesterol, Trigliserida, LDL dan HDL merupakan paket pemeriksaan lemak yang
mengarah pada hiperlipidemia dan dislipidemia. Keempat pemeriksaan ini berkaitan
erat dengan resiko terjadinya penyakit jantung koroner, karena terjadinya plak
aterosklerosis berkaitan erat dengan deposit kolesterol yang difagostosis oleh
makrofag membentu sel busa di bawah lapisan endotel pembuluh darah, membentuk
suatu benjolan/plak yang dapat menyumbat aliran darah. Disini terlihat LDL-C yang
paling berbahaya, namun yang lebih berbahaya lagi adalah LDL-Oxidized. LDL-
Oxidized paling berbahaya karena dapat menyebabkan plak ateroma tidak stabil. Plak
mudah koyak, terbentuk trombus/embolus, Aliran darah tersumbat dan serangan
jantung/stroke.
8
F. Penatalaksaan Kegawatdaruratan
Ketika pasien dengan kemungkinan Infark Miokard Akut tiba di IGD, maka
pemeriksaan dan penatalaksanaan awal terhadap gejala harus cepat dilakukan.
Penatalaksanaan berupa pemeriksaan airway (A), breathing (B) dan circulation (C)
pasien; lalu posisikan tubuh pasien senyaman mungkin, kemudian pasang monitor
jantung dan monitor saturasi oksigen pada pasien; dilanjutkan dengan pemasangan selang
oksigen berdasarkan derajat sesaknya, berikan ISDN sublingual dan analgetik yang
cukup. Setelah itu secepat mungkin lakukan pemasangan infus RL sambil mengambil
sampel darah dan lakukan pemeriksaan EKG.
G. Komplikasi
Pasien dengan infark miokard akut, beresiko tinggi terkena komplikasi akibat
rusaknya otot pada jantung maupun akibat dari penanganan infark itu sendiri. Adapun
komplikasi pada infark miokard akut adalah syok kardiogenik, ruptur dinding bebas dan
ruptur muskulus papilaris.
H. Diagnosis Banding
Dalam penentuan diagnosis dari pasien dengan keluhan nyeri dada diperbolehkan
untuk memikirkan dugaan penyakit lain yang memiliki kesamaan sebagai bahan
pertimbangan sebelum dilakukannya pemeriksaan-pemeriksaan lainnya sampai diagnosis
kerja Infark Miokard Akut ditegakkan. Diagnosis banding dari infark miokard akut
antara lain adalah Sindrom Koroner Akut, Stenosis Aorta dan Asthma Bronkial.
9
BAB III
PENYAJIAN KASUS
A. Identitas Pasien
Nama : Tn. MS
Umur : 53 tahun
Alamat : Dusun Sidomulyo, Nanga Pinoh
Pekerjaan : Pengangguran
Agama : Islam
Suku : Bugis
Status : Bercerai
Pendidikan terakhir : S1 Ekonomi
Tanggal masuk : 28 Oktober 2015
B. Pemeriksaan
B.1. Anamnesis
Anamnesis yang dilakukan adalah autoanamnesis, yaitu wawancara langsung terhadap
pasien tentang apa yang dikeluhkan saat itu. Anamnesis dilakukan di IGD RSUD
dr.Abdul Aziz Singkawang.
a. Keluhan utama : Sesak Nafas dan Nyeri Dada Bagian Bawah
b. Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang ke IGD RSUD dr.Abdul Aziz dengan
keluhan sesak nafas dan nyeri dada bagian bawah sejak 1 hari sebelum masuk Rumah
Sakit. Pasien mengatakan bahwa dadanya terasa panas, seperti tertimpa beban atau
terjepit. Nyeri dada tersebut terasa menjalar ke punggung dan tangan kiri. Seiring
dengan rasa nyeri itu, pasien merasa tenggorokan dan mulutmya terasa pahit, serta
sering sendawa. Batuk (+), Demam (-), BAB sulit sejak 2 hari sebelum masuk RS,
Mual (+), muntah (+) pada 1 hari sebelum masuk RS.
c. Riwayat Penyakit Dahulu : Hipertensi (-), Diabetes Melitus (-), Asma (-), Penyakit
jantung (-), Alergi (-)
10
d. Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada keluarga pasien yang menderita penyakit yang
sama dengan pasien. Hipertensi (-), asma (-), penyakit jantung (-), penyakit paru (-),
DM (-), alergi obat/makanan (-).
e. Riwayat Gaya Hidup : Merokok (+), Minum kopi (-) , Minum alkohol (-), Jamu (-),
Olah raga (-).
B.2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan terdiri pemeriksaan keadaan umum, tanda vital,
kulit, kepala, servikal, thoraks, abdomen dan ekstremitas. Bertujuan untuk melanjutkan
pemeriksaan setelah anamnesis dan berguna untuk penegakan diagnosis terhadap pasien.
a. Keadaan Umum : tampak lemah, kesadaran compos mentis (GCS E5-M5-V5), status
gizi kesan cukup baik.
b. Tanda Vital
- Tensi : 110/70 mmHg
- Nadi : 110 x / menit, reguler, isi cukup
- Pernafasan : 24 x /menit
- Suhu : 36,3 oC
c. Kulit : turgor baik, ikterik (-), sianosis (-), venektasi (-), petechie (-), spider
nevi (-).
d. Kepala dan Wajah : bentuk mesocephal, luka (-), rambut tidak mudah dicabut, keriput
(+), atrofi m. temporalis (-), makula (-), papula (-), nodula (-), kelainan mimik
wajah /bells palsy (-), conjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), Nafas cuping hidung
(-), sekret (-), epistaksis (-), bibir pucat (-), bibir sianosis (-), gusi berdarah (-).
e. Servikal : JVP tidak meningkat, trakea ditengah, pembesaran kelenjar tiroid (-),
pembesaran kelenjar limfe (-), lesi pada kulit (-), kaku (-).
f. Thoraks :
- Thoraks Eksternal : normochest, simetris, retraksi (-), spider nevi (-), pulsasi
infrasternalis (-), sela iga melebar (-).
- Thoraks Internal
* Jantung : Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis tidak kuat angkat
Perkusi : batas kiri atas: SIC II Linea Para Sternalis Sinistra
11
batas kanan atas : SIC II Linea Para Sternalis Dextra
batas kiri bawah : SIC V 1 cm medial linea medio clavicula
sinistra
batas kanan bawah : SIC IV Linea Para Sternalis Dextra
Auskultasi : S1S2 tunggal, irama gallop (-), murmur (-)
Paru-paru :
Inspeksi : pergerakan dada kanan sama dengan kiri
Palpasi : fremitus raba kiri sama dengan kanan
Perkusi : sonor/sonor
Auskultasi : suara dasar vesikuler, suara tambahan (ronchi -/-), wheezing -/-
g. Abdomen
Inspeksi : perut tampak mendatar, tidak ada pembesaran hepar dan lien
Palpasi : Supel (+), Nyeri tekan epigastrium (+)
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus (+) normal
h. Ektremitas
Akral dingin Edema
- -
- -
Saturasi oksigen : 80% (sebelum dipasang kanul oksigen)
B.3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang berguna sebagai data tambahan atau penguat untuk membantu
dalam penegakan diagnosis bila masih didapatkan keraguan dari hasil anamnesis dan
pemeriksaan fisik. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan terhadap pasien tersebut ialah
pemeriksaan Elektro Kardio Grafi (EKG), pemeriksaan Hematologi dan pemeriksaan
Kimia Darah. Pada kasus ini belum dapat dilakukan pemeriksaan enzim jantung karena
mengingat terbatasnya alat dan fasilitas yang dimiliki oleh rumah sakit tersebut.
+ +
+ +
12
a. Pemeriksaan Elektro Kardio Grafi
Gambar 3.1 Hasil Pemeriksaan EKG Pasien Infark Miokard Akut
Pembacaan : Elevasi segmen ST pada lead V3 dan V4; dan depresi segmen ST pada
lead II dan III
Interpretasi : Infark Anterior
b. Pemeriksaan Hematologi
Hb : 15,6 g/dl L. 13,5-18 P. 12-18
13
Hematokrit : 43,6 % L. 40-54 P. 35-47
Eritrosit : 5,20 juta/cmm L. 4,5-6,5 P. 4,0-6,0
Leukosit : 12.700 sel/cmm 4.000 - 11.000
Trombosit : 94.000 mg/dl 150.000 – 450.000
c. Kimia Darah
GDS : 183 <140
SGOT : 89 L. 10-42 P. 7-35
SGPT : 47 L. 10-42 P. 7-35
Ureum : 30 mg/dl 20 - 40
Kreatinin : 0,72 mg/dl L. 0,6-1,1 P. 0,5-0,9
Saran : pemeriksaan CKMB, LDH, HbA1C
C. Resume
Pasien pria usia 53 tahun, memiliki keluhan sesak nafas dan nyeri dada bagian bawah
sejak 1 hari sebelum masuk Rumah Sakit. Dada terasa seperti tertimpa beban atau terjepit
dan nyeri dada tersebut terasa menjalar ke punggung dan tangan kiri. Seiring dengan rasa
nyeri itu, pasien merasa tenggorokan dan mulutnya terasa pahit, serta sering sendawa.
Batuk (+), Demam (-), BAB sulit sejak 2 hari sebelum masuk RS, Mual (+), muntah (+)
pada 1 hari sebelum masuk RS.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan pasien tampak lemah, kesadaran compos mentis
(GCS e4v5m6), status gizi kesan cukup, tensi 110/70 mmHg, nadi 110 x / menit, reguler,
isi cukup, pernafasan 24 x/menit, suhu 36,3 oC. Saturasi oksigen 80% sebelum dipasang
kanul oksigen. Kedua tangan dan kaki pasien terasa dingin. Ditemukan adanya nyeri
tekan pada perut bagian epigastrium.
Pemeriksaan hematologi Leukosit 12.700 sel/cmm, trombosit 94.000 mg/dl, gula
darah sewaktu 183, SGOT 89, SGPT 47. Pemeriksaan Elektro Kardio Grafi
menunjukkan elevasi segmen ST pada lead V3 - V4 dan depresi segmen ST pada lead II -
III.
D. Diagnosis Kerja
Infark Miokard Akut Anterior
14
E. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan kasus pada pasien tersebut diberikan sesuai dengan gejala klinis yang
muncul pada pasien dan penatalaksanaan terhadap kasus Infark Miokard itu sendiri.
Penatalaksanaan dilakukan dalam dua bagian, yaitu :
a. Penatalaksanaan non farmakologi
Posisikan pasien pada posisi yang nyaman bagi pasien, pastikan jalan nafas pasien
aman, kemudian periksa keadaan pernafasan dan sirkulasi darah pasien; pemasangan
kanul oksigen 5 liter/menit, edukasi kepada pasien dan keluarga tentang penyakit
tentang keadaan ataupun penyakit yang sedang terjadi; dan rencanakan untuk rawat
inap di ICU.
b. Penatalaksanaan farmakologi
Pemberian cairan infus Ringer Laktat 15 tetes per menit, kemudian diberian Aspilet
1x80 mg, Ranitidin 2x1 per intravena, dan Isosorbid Dinitrat 2 x 10 mg per sublingual.
Pemberian Isosorbid Dinitrat pada pasien yang sama maksimal 3 kali sehari,
mengingat efeknya yang dapat menurunkan tekanan darah pasien.
F. Follow Up Pasien
Nama : Tn. MS
Diagnosis : IMA Anteroseptal
Tgl Subyektif (S) Objektif (O) Assesment (A)
Planing (P)
29 okt 2015
- Nyeri dada (+),- Sesak nafas (+),- Mual (+),- Muntah (-),- Nyeri perut (-),- BAB (-)
Ku : Lemah/ GCS 555Td : 120/80 mmHgHR : 80 x/menitRR : 25x/menitS : 36,5o C Cor : murmur (-)Paru : ronkhi (-),
wheezing (-)
IMA Inf RL 20 tpm Ranitidin 2x1 iv Aspilet 1x80 mg ISDN 2x1 mg
15
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pembahasan
Trias infark miokard akut dapat digunakan untuk membantu menentukan diagnosis
kerja infark miokard akut pada pasien yang memiliki keluhan nyeri dada dan sesak nafas.
Di mana seluruh gejala klinis yang ada pada pasien dicocokkan dengan karakteristik
gejala yang ada pada trias tersebut. Bila sebagian besar gejala klinis pasien sesuai dengan
gejala-gejala yang ada pada trias tersebut maka kemungkinan besar pasien memang
menderita infark pada otot jantungnya.
Tabel 4.1 Mencocokkan Gejala Klinis Pasien Dengan Karakteristik Gejala Pada Trias
Infark Miokard Akut
JENIS GEJALA KARAKTERISTIK GEJALA
Riwayat Nyeri Dada
a. Nyeri dada bagian dada dengan penjalaran ke tangan kiri
dan punggung
b. Kualitas nyeri seperti ditimpa beban dan terasa panas
c. Disertai mual dan sesak nafas
d. Nyeri tak hilang dengan istirahat dan tak berkurang walau
sudah diberi nitrogliserin sublingual
Adanya Perubahan
EKG
a. Elevasi segmen ST pada lead V3-V4
b. Depresi segmen ST pada lead II, III
16
Adanya Kenaikan
Enzim Otot Jantung
a. CKMB tidak diperiksa
b. AST tidak diperiksa
c. LDH tidak diperiksa
Nyeri dada atau rasa sakit pada dada pasien dapat disebabkan oleh iskemia yang
terjadi di jaringan otot jantung yang mengakibatkan peningkatan metabolisme anaerob
dan penurunan pH sel otot pada jantung, sehingga dapat berakibat pada produksi asam
laktat yang semakin meningkat, menghasilkan sensasi nyeri yang hebat pada dada
tergantung letak gangguannya pada jantung. Nyeri yang terjadi sering merambat sampai
ke tangan kiri, leher, rahang bawah dan punggung.
Sesak nafas pada pasien infark miokard akut dapat terjadi karena dua hal, yang
pertama karena iskemi yang terjadi pada ventrikel akan menciptakan gangguan
kontraktilitas seperti penurunan daya kontraksi, perubahan gerakan dinding ventrikel dan
penurunan volume sekuncup; yang kemudian mengakibatkan penurunan curah jantung.
Tubuh merespon kejadian tersebut dengan melakukan kompensasi pertahanan curah
jantung dengan melakukan vasokonstriksi dan retensi Na dan Air. Untuk meningkatkan
denyut jatung. Namun akhirnya beban akhir ventrikel kiri semakin meningkat membuat
ventrikel kiri harus bekerja keras memompa darah, sehingga terjadi hipertrofi ventrikel
kiri, yang berakibat pada penekanan pada paru-paru.
Penyebab sesak nafas yang kedua ialah akibat dari penurunan daya kontraksi dan
perubahan gerakan dinding ventrikel juga dapat menimbulkan tekanan oleh ventrikel kiri
terhadap paru-paru yang kemudian terjadi kongesti pulmonalis. Sehingga tekanan
hidrostatik pada paru melebihi tekanan osmotiknya, mengakibatkan edema pada paru-
paru.
Pasien juga mengalami gangguan perfusi jaringan dengan didapatkannya saturasi
oksigen pada ekstremitas hanya 80%. Hal tersebut dapat disebabkan penurunan curah
jantung yang mempengaruhi perubahan progresif dari hemodinamika. Akibatnya maka
akan terjadi gangguan atau penurunan perfusi jaringan perifer.
Penurunan perfusi jaringan perifer yang terjadi tersebut disertai dengan penurunan
perfusi paru-paru juga akan mengakibatkan terjadinya hipotensi, asidosis metabolik dan
hipoksemia; sehingga membuat fisik penderitanya menjadi lemah. Terbukti pada pasien
ini terlihat keadaan umum tubuhnya sangat lemah dan tak mampu berbicara banyak.
17
Hasil pemeriksaan Elektro Kardio Grafi pada pasien memperlihatkan adanya elevasi
segmen ST pada lead V3 – V4 dan depresi segmen ST pada lead II – III. Perubahan-
perubahan yang terjadi pada rekaman listrik jantung pasien disebabkan oleh jaringan
iskemik pada otot jantung namun masih berfungsi yang menghasilkan perubahan
gelombang T, menyebabkan inervasi saat aliran listrik diarahkan menjauh dari jaringan
iskemik. Jaringan iskemik tersebut menyebabkan depresi segmen ST. Sedangkan
jaringan otot jantung pasien mati tidak akan dapat mengkonduksi listrik lagi untuk
repolarisasi secara normal, maka akan mengakibatkan elevasi segmen ST.
Pada pasien ini diberikan terapi Aspilet 1 x 80 mg dan Isosorbid Dinitrat 2 x 10 mg
per sublingual. Aspilet merupakan golongan NSAID yang memiliki efek anti-inflamasi,
analgesik, dan antipiretik. Serta dapat menghambat agregasi trombosit, adhesi platelet
dan pembentukan trombus melalui penekanan sintesis tromboksan A2 dalam trombosit.
Obat ini juga meningkatkan aktivitas fibrinolitik dan mengurangi plasma vitamin K
dalam faktor koagulasi II, VII, IX, X. Sedangkan Isosorbid Dinitrat merupakan Golongan
Nitrat yang digunakan secara farmakologis sebagai vasodilator, khususnya pada kondisi
gangguan jantung yang tidak mampu memompa cukup darah untuk memenuhi kebutuhan
tubuh
18
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pasien usia 53 tahun atas nama Ms mengeluh nyeri di dada bagian bawah sejak 1 hari
sebelum masuk RS. Nyeri dada tersebut terasa seperti tertimpa beban dan menjalar
hingga ke punggung dan tangan kiri. Pada pemeriksaan fisik didapati pasien tampak
lemah dan mengalami sesak nafas. Palpasi di perut pasien terdapat nyeri tekan bagian
epigastrium. Kemudian kedua tangan dan kaki pasien terasa dingin. Setelah diperiksa
menggunakan monitor didapati saturasi oksigen di tangan hanya mencapai 80%.
Pada pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan Elektro Kardio Grafi 12 sadapan
didapatkan hasil berupa elevasi segmen ST pada lead V3 - V4 dan depresi segmen ST
pada lead II - III. Sedangkan pemeriksaan darah lengkapnya didapati leukosit meningkat
mencapai 12.700 sel/cmm, trombosit 94.000 mg/dl, gula darah sewaktu 183, SGOT 89,
dan SGPT 47.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan di atas maka pasien tersebut didiagnosis
mengalami Infark Miokard Akut bagian anterior. Infark Miokard Akut adalah Kematian
jaringan otot jantung akibat gangguan aliran darah ke otot jantung yang disebabkan oleh
oklusi koroner akut disertai iskemia berkepanjangan sehingga terjadi kematian sel
miokardium dan memicu terjadinya trombus arteri koroner. Infark tersebut dapat
disebabkan oleh suplai darah oksigen ke otot jantung yang berkurang, curah jantung yang
meningkat, dan/atau kebutuhan oksigen otot jantung meningkat. Infark paling sering
19
menyerang bagian jantung ventrikel kiri. Namun dapat juga menyerang bagian jantung
lain seperti bagian Anterior, Posterior, Inferior dan Lateral.
Penanganan kegawatdaruratan pada kasus tersebut antara lain telah dilakukan
anamnesis dan pemeriksaan fisik secara cepat dan tepat. Setelah itu pasien dibaringkan
pada posisi kepala lebih tinggi karena pasien tersebut mengalami sesak nafas, lalu
dilakukan pemasangan kanul oksigen 5 liter/menit. Pasien diberikan infus RL 15 tetes per
menit, Isosorbid Dinitrat per sublingual dan Aspilet per oral pada pasien tersebut. Setelah
itu dilakukan penilaian berkala mengenai kondisi pasien sampai pasien dalam kondisi
stabil selanjutnya pasien dirujuk ke ICU untuk penanganan lebih intensif.
DAFTAR PUSTAKA
1. Price; Wilson; 1995, Patofisologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Ed-4, EGC,
Jakarta.
2. Sabatine; Marc, S; 2004, The Massachusets General Hospital Handbook of Internal
Medicine, EGC, Jakarta.
3. Djohan, T; 2004, Patofisiologi Dan Penatalaksanaan Penyakit Jantung Koroner,
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan.
4. Setianto, et al; 2003, Hubungan angka leukosit pada infark miokard akut dengan
kejadian cardiac event selama dirawat di rumah sakit. BIK, 35(1).
5. Carpenito, 1999, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan: diagnosa
keperawatan dan masalah kolaboratif, EGC, Jakarta
6. LeMone; Pricilla; Burke; Karen; 1996, Medical Surgical Critical Thinking in Clien
Care, Addison Wesley, California.
7. Luckmann; Sorensen’s; 1993, Medical Surgical Nursing, 4th ed, W.B Saunders,
Philadelphia
8. Price, 1995, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, EGC, Jakarta.
9. Depkes, 2004, Lingkungan Sehat Jantung Sehat,
http://www.depkes.go.id/article/view/201410080002/lingkungan-sehat-jantung-
sehat.html diakses pada tanggal 3 November 2015
10. Idrus, A; 2006, Infark Miokard Akut Dengan Elevasi ST. Dalam: Sudoyo AW,
Setiohadi Bambang, Alwi Idrus, Simadibrata MK, Setiati Siti, 2006. Ilmu penyakit
20
dalam: Edisi ke 4. Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta, 1615-1625.