isi referat eklamsia kelompok 5

31
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dunia ini setiap menitnya seorang perempuan akan meninggal karena komplikasi yang terkait dengan kehamilan dan persalinan. Sekitar 500.000 perempuan meninggal setiap tahunnya karena kehamilan dan persalinan. Di Indonesia, 2 orang ibu meninggal setiap jam karena kehamilan, persalinan dan nifas. Begitu pula dengan kematian anak, di Indonesia setiap 20 menit anak usia dibawah 5 tahun meninggal dunia. Dalam ruang lingkup internasional, setiap menitnya seorang perempuan meninggal karena komplikasi yang terkait dengan kehamilan dan persalinan. Sebagian besar kematian perempuan ini disebabkan oleh komplikasi karena kehamilan dan persalinan, termasuk perdarahan, infeksi, aborsi tidak aman, tekanan darah tinggi dan persalinan yang terlalu lama (Cuningham, 2005). Preeklampsia dan eklampsia merupakan salah satu komplikasi kehamilan yang disebabkan langsung oleh kehamilan itu sendiri. Preeklampsia merupakan timbulnya hipertensi, oedema disertai proteinuria akibat kehamilan, hal ini terjadi setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Eklampsia merupakan kelainan akut pada wanita hamil, dalam persalinan atau nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang atau koma. Sebelum terjadinya eklampsia biasanya wanita akan menunjukan gejala-gejala preeklampsia terlebih dahulu (Wiknjosastro, 2006). 1

Upload: hesti-putri-anggraeni

Post on 29-Jan-2016

28 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

eklamsia

TRANSCRIPT

Page 1: Isi Referat Eklamsia Kelompok 5

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di dunia ini setiap menitnya seorang perempuan akan meninggal karena

komplikasi yang terkait dengan kehamilan dan persalinan. Sekitar 500.000 perempuan

meninggal setiap tahunnya karena kehamilan dan persalinan. Di Indonesia, 2 orang ibu

meninggal setiap jam karena kehamilan, persalinan dan nifas. Begitu pula dengan

kematian anak, di Indonesia setiap 20 menit anak usia dibawah 5 tahun meninggal dunia.

Dalam ruang lingkup internasional, setiap menitnya seorang perempuan meninggal

karena komplikasi yang terkait dengan kehamilan dan persalinan. Sebagian besar

kematian perempuan ini disebabkan oleh komplikasi karena kehamilan dan persalinan,

termasuk perdarahan, infeksi, aborsi tidak aman, tekanan darah tinggi dan persalinan

yang terlalu lama (Cuningham, 2005).

Preeklampsia dan eklampsia merupakan salah satu komplikasi kehamilan yang

disebabkan langsung oleh kehamilan itu sendiri. Preeklampsia merupakan timbulnya

hipertensi, oedema disertai proteinuria akibat kehamilan, hal ini terjadi setelah umur

kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Eklampsia merupakan kelainan

akut pada wanita hamil, dalam persalinan atau nifas yang ditandai dengan timbulnya

kejang atau koma. Sebelum terjadinya eklampsia biasanya wanita akan menunjukan

gejala-gejala preeklampsia terlebih dahulu (Wiknjosastro, 2006).

Preeklampsia maupun eklampsia dapat menyebabkan hal-hal yang

membahayakan ibu maupun bayi. Hal-hal yang dapat terjadi bila terdapat keadaan

eklampsia atau preeklampsia adalah rendahnya aliran darah ke plasenta, lepasnya

plasenta dari rahim, penurunan kesadaran, dan sebagainya (Rukiyah, 2010).

Untuk mengatasi kejadian eklampsia dan preeklampsia dilakukan dua jenis

pengobatan, pengobatan pertama berupa pengobatan medisinal yang menggunakan obat

untuk mengatasi serta mengurangi tingkat keparahan dari tanda dan gejala. Pengobatan

yang kedua adalah pengobatan obstetrik yang merupakan salah satu langkah yang

dilakukan untuk menyelamatkan kandungan dan nyawa ibu (Cuningham, 2005)

1

Page 2: Isi Referat Eklamsia Kelompok 5

B. Tujuan

Setelah mengetahui permasalahan preeklampsia dan eklapmsia. Pembaca

diharapkan mengerti mengenai tanda dan gejala dari tugas terstruktur ini dan mengetahui

bagaimana cara menanggulangi pasien dengan preklampsia. Tujuan dari penyusunan

referat ini adalah :

1. Mengetahui tanda dan gejala dari eklampsia dan preklampsia

2. Mengetahui alur penegakan diagnosis dari eklampsia dan preklamsia

3. Mengetahui proses terjadinya eklampsia dan preklampsia

4. Mengetahui penatalaksanaan eklampsia dan preklampsia

2

Page 3: Isi Referat Eklamsia Kelompok 5

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Preeklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan proteinuria

yang timbul karena kehamilan yang dapat menyebabkan kematian pada ibu dan janinnya.

Preeklampsia dideskripsikan sebagai sindrom spesifik saat kehamilan yang dapat

memberikan efek pada setiap sistem organ. Penyakit ini biasanya terjadi pada trimester

ketiga kehamilan ( Cuningham, 2010).

Preeklampsia dibagi menjadi golongan ringan dan berat. Penyakit tersebut

digolongkan ke dalam preeklampsia berat apabila satu atau lebih dari tanda dibawah ini

ditemukan :

1. Tekanan sistolik 160 mmHg atau lebih dan tekanan diastolik 110mmHg atau lebih

2. Proteinuria 5 gram atau lebih dalam 24 jam dan positif 3 pada uji kualitatif

3. Oliguria, dengan volume urin 400 ml dalam waktu 24 jam

4. Edema paru atau sianosis

Eklampsia adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam persalinan atau nifas yang

ditandai dengan timbulnya kejang atau koma. Sebelumnya, pasien dengan eklampsia telah

menunjukkan gejala-gejala Preeklampsia. Kejang terjadi pada sebelum, sesaat atau setelah

kelahiran. Kejadian eklamsia menurut timbulnya dibagi ke dalam : (Cuningham, 2010).

1. Eklampsia gravidarum (50%)

2. Eklamspia parturien (40%)

3. Eklampsia puerperium (10%)

B. Etiologi

Etiologi dari preeklampsia sampai sekarang masih belum jelas, namun yang dapat

menjadi penyebab preeklampsia dan eklampsia adalah terdapatnya kelainan pada faktor

maternal, plasenta, dan fetal. Faktor maternal merupakan faktor yang terkait dengan ibu,

meliputi gagalnya adaptasi (maladaptasi) maternal terhadap perubahan yang terjadi pada

kehamilan. Faktor tersebut meliputi :

1. Maladaptasi maternal terhadap perubahan kardiovaskular atau inflamasi pada

kehamilan normal

2. Maladaptasi toleransi imunologik antara maternal dan paternal (plasenta) dan jaringan

fetus atau janin.

3

Page 4: Isi Referat Eklamsia Kelompok 5

3. Faktor genetik

Preeklamsia merupakan penyulit kehamilan yang dipengaruhi beberapa ekspresi gen

yang mengakibatkan serangakaian proses kompleks dan menimbulkan preeklamsia.

Faktor plasenta dan fetal yang berkaitan dengan kejadian preeklampsia adalah

implantasi plasenta yang abnormal dengan invasi trofoblastik pada pembuluh darah uterus,

tepatnya arteri spiralis.

C. Tanda dan gejala klinis

The American College of Obstetricians and Gynecologists ( ACOG ) membagi derajat

preeklampsia menjadi ringan dan berat ( Chaterine, 2010). Tanda dan gejala klinis yang

membedakan antara preeklampsia ringan dan berat adalah sebagai berikut :

Tabel 1 : Derajat preeklampsia ringan dan berat berdasarkan ACOG.

Abnormalitas Ringan Berat

Tekanan darah diastolik <110 mm Hg >110 mm Hg

Tekanan darah sistolik <160 mm Hg >160 mm Hg

Proteinuria 2+ 3+

Sakit kepala Tidak ada Ada

Gangguan Visual Tidak ada Ada

Nyeri perut Tidak ada Ada

Oliguria Tidak ada Ada

Kreatinin serum Normal Meningkat

Trombositopenia Tidak ada Ada

Peningkatan serum transaminase Minimal Meningkat

Hambatan pertumbuhan fetus Tidak ada Ada

Edema Pulmo Tidak ada Ada

Biasanya tanda – tanda preeklampsia timbul dalam urutan : pertambahan berat badan

yang berlebihan, edema, hipertensi dan akhirnya proteinuria. Pada preeklampsia ringan

tidak ditemukan gejala – gejala subyektif. Tetapi pada preeklampsia berat di dapatkan

sakit kepala di daerah frontal, adanya diplopia, penglihatan kabur, nyeri di epigastrium,

mual dan atau muntah ( Hanifa, 2005).

Berikut tabel tanda dan gejala preeklampsia ringan dan berat :

4

Page 5: Isi Referat Eklamsia Kelompok 5

Tabel 2. Tanda dan gejala pre-eklamsia

Preeklampsia ringan Preekampsia berat

1. Tekanan darah >140 / 90 mmHg pada

kehamilan > 20 minggu.

2. Proteinuria kuantitatif (Esbach) 300

mg / 24 jam, atau dipstick +1.

1. Tekanan darah 160/110 mmHg

2. Nyeri epigastrium

3. Skotoma

4. Gangguan visus atau nyeri frontal

yang berat

5. Perdarahan retina

6. Edema pulmonum

7. Koma

8. Peningkatan kadar enzim hati

9. Ikterik

10. Trombosit < 100.000/mm3

11. Proteinuria > 3 g/liter

Sumber : ( Hanifa, 2005).

Eklampsia dianggap sebagai komplikasi dari preeklampsia yang didefinisikan

sebagai onset awal kejang dan atau koma yang tak dapat diketahui penyebabnya. Pada

umumnya eklampsia didahului oleh makin memburuknya keadaan ( tanda dan gejala )

pada preeklampsia. Bila keadaan tidak dapat di deteksi dari awal dan tidak segera di obati

maka akan timbul eklampsia sehingga dapat membahayakan persalinan ( Sarwono, 2009)

D. Patomekanisme Preeklampsia dan Eklampsia

Patofisiologi terjadinya preeklampsia didasari oleh adanya iskemik uteroplasentar,

sehingga terjadi ketidakseimbangan antara massa plasenta yang meningkat dengan aliran

perfusi sirkulasi darah plasenta yang berkurang. Perubahan lainnya juga didapatkan yaitu

spasmus pembuluh darah disertai dengan retensi garam serta air di dalam tubuh ( Mochtar,

2004).

Keadaan berkurangnya perfusi sirkulasi darah di plasenta disebabkan oleh kelainan

pada remodelling arteri spiralis pada endometrium. Pada keadaan normal, arteriol spiral

mengalami invasi oleh endovaskular tropoblas, sel ini di ganti oleh endotel vaskular

sehingga terbentuk pembuluh darah baru hasil remodeling(Kaufmann, 2003 ).

Karakteristik diameter pembuluh darah lebih besar dan resistensi vaskular yang lebih

kecil, berbeda dengan arteri, vena di invasi hanya sampai bagian permukaan saja. Pada

5

Page 6: Isi Referat Eklamsia Kelompok 5

keadaan preeklamsia invasi tropblastik tidak sempurna ( incomplete), sehingga proses

remodeling arteri spiral menjadi pembuluh darah baru tidak terjadi dan mengakibatkan

diameter pembuluh yang lebih besar tidak terbentuk (Kaufmann, 2003 ).

Gambar 1. Arteri spiralis pada keadaan normal dan preeklampsia

Remodelling arteri spiral yang tidak sempurna (incomplete) menyebabkan terjadinya

hipoperfusi pada plasenta. Hal tersebut memberikan efek pada maternal dan janin. Pada

janin dapat terjadi fetal syndrome,  Intrauterine Growth Restriction dan kelahiran preterm.

Sedangkan efek pada maternal terjadi tanda dan gejala pada preeklamsia ( Cuningham,

2010).

6

Page 7: Isi Referat Eklamsia Kelompok 5

Gambar 2 : patofisiologi preeklampsiaPada keadaan preeklampsia terjadi beberapa perubahan pada maternal atau ibu.

antara lain adalah :

1. Perubahan pada plasenta

Menurunnya aliran darah ke plasenta mengakibatkan gangguan fungsi plasenta. Pada

preeklampsia dengan hipertensi yang agak lama dapat menyebabkan pertumbuhan

janin terganggu.

2. Perubahan pada ginjal

Perubahan pada ginjal terjadi karena kurangnya perfusi aliran darah ke ginjal

sehingga menyebabkan filtrasi glomerulus berkurang. Filtrasi glomerulus pada

keadaan eklamsia dapat turun hingga 50 % sehingga menyebabkan diuresis turun dan

pada keadaan yang lebih lanjut dapat terjadi oliguria.

3. Perubahan pada retina

Perubahan pada retina berupa edema retina, spasmus setempat, serta retinopati.

7

Page 8: Isi Referat Eklamsia Kelompok 5

E. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang atau uji diagnostik yang dilakukan pada pre eklamsia

antara lain adalah :

1. Uji Diagnostik Dasar diukur melalui :

Uji diagnostik dasar dilakukan untuk menegakkan diagnosis preeklampsia dilihat dari

tanda dan gejala yang ada. Pada uji tersebut dilakukan pengukuran tekanan darah,

analisis protein dalam urine, pemeriksaan edema pada tungkai (pretibial), dinding

perut, lumbosakral, wajah atau tungkai, pengukuran tinggi fundus uteri dan

pemeriksaan funduskopi (Cuningham, 2005).

2. Uji Laboratorium Dasar

Uji laboratorium dasar berupa :

a. Evaluasi hematologik, berupa pemeriksaan hematokrit, jumlah trombosit dan

morfologi eritrosit pada sediaan hapus darah tepi.

b. Pemeriksaan fungsi hati, berupa pemeriksaan billirubin, protein serum dan aspartat

amino transferase.

F. Penegakkan Diagnosis

Preeklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan

proteinuria yang timbul karena kehamilan yang dapat menyebabkan kematian pada ibu

dan janinnya. Penyakit ini pada umumnya terjadi dalam trimester ketiga kehamilan dan

dapat terjadi pada waktu antepartum, intrapartum, dan pascapersalinan (Chapman, 2006).

Eklampsi dianggap sebagai komplikasi dari preeklampsi yang didefinisikan

sebagai onset awal kejang dan atau koma yang tak dapat diketahui penyebabnya selama

periode kehamilan atau setelah persalinan pada seorang wanita dengan tanda atau gejala

pre-eklamsi, biasanya terjadi pada usia 20 minggu kehamilan atau pada periode setelah

kehamilan (Chapman, 2006).

Penegakan diagnosis eklampsia dan preeklampsia berdasarkan bebebarapa

pemeriksaan antara lain:

1. Anamnesis

Hasil anamnesis preeklampsia, diketahui usia kehamilan lebih dari 20 minggu.

Datang ke tempat praktek dokter biasanya dengan membawa rujukan dari bidan

dengan diagnosis preeklampsi berat. Keluhan lain yang mungkin pasien rasakan

antara lain adalah, nyeri kepala, mengeluhkan pusing, pandangan kabur dan nyeri

perut atau kencang – kencang di perut. Riwayat penyakit seperti DM, hipertensi dan

8

Page 9: Isi Referat Eklamsia Kelompok 5

alergi biasanya disangkal. Pada riwayat penyakit keluarga biasanya didapatkan

keadaan yang sama pada ibu atau saudara perempuan pasien. Hal ini berkaitan dengan

faktor genetik yang dapat menyebabkan terjadinya preeklampsia. Dari anamnesis

dapat dilihat faktor resiko pasien yang dapat menyebabkan preeklampsia, antara lain

adalah :

a. Primigavida

b. Multigravida dengan preeklampsia berat pada kehamilan sebelumnya

c. Riwayat keluarga dengan preeklampsia berat

d. Obesitas

2. Pemeriksaan Fisik

a. Status interna pasien

Dari pemeriksaan tekanan darah didapatkan hasil sistolik ≥ 160 mmHg,

tekanan darah diastolik ≥ 110 mmHg (kenaikan tekanan darah sistol 30 mmHg

atau lebih kenaikan tekanan diastole15 mmHg atau lebih dari tekanan darah

sebelum hamil pada kehamilan 20 minggu atau lebih). Keadaan umum pasien

tampak lemah.Sedangkan dari pemeriksaan kepala terdapat sakit kepala dan wajah

edema.Konjungtiva sedikit anemis, edema pada retina, nyeri daerah epigastrium,

anoreksi, mual dan muntah (Cuningham, 2005).

Dari pemeriksaan Ekstremitas ditemukan edema pada kaki dan tangan juga

jari. Pasien mengalami oliguria yaitu produksi urine kurang dari 500 cc per 24 jam

disertai dengan kenaikan kreatinin plasma, protein uria. Pemeriksaan janin  Bunyi

jantung janin tidak teratur, gerakan janin melemah (Hidayat, 2007).

b. Status obstetric

Dari inspeksi dan palpasi dalam keadaan normal. Pada pemeriksaan dalam, yaitu

pemeriksaan VT (Vaginal taouche) uretra tenang dan dinding vagina dalam batas

normal portio teraba lunak.

3. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada preeklampsia berat meliputi uji

diagnostik dasar dan uji laboratorium dasar.

a. Uji Diagnostik Dasar

Uji diagnostik dasar dilakukan untuk menegakkan diagnosis preeklampsia dilihat

dari tanda dan gejala yang ada.

9

Page 10: Isi Referat Eklamsia Kelompok 5

Uji diagnostik dasar meliputi :

Pengukuran tekanan darah, analisis protein dalam urine, pemeriksaan oedem pada

tungkai (pretibial), dinding perut, lumbosakral, wajah atau tungkai, pengukuran

tinggi fundus uteri dan pemeriksaan funduskopi (Cuningham, 2005).

a.1 Pengukuran tekanan dilakukan dengan cara pemeriksaan 2 kali selang 6

jam dalam keadaan istirahat. Pada pemeriksaan pertama dilakukan 2 kali

setelah istirahat 10 menit. Pada preeklampsia, hasil pengukuran tekanan darah

> 140/90 mmHg pada preeklampsia ringan dan > 160/110 mmHg pada

preeklampsia berat(Winjosastro, 2006).

a.2 Untuk membedakan dengan hipertensi menahun, selain riwayat hipertensi

sebelum hamil dapat dilakukan dengan pemeriksaan funduskopi untuk

mengetahui adanya perdarahan dan eksudat yang sering terjadi pada kasus

hipertensi menahun (Winjosastro, 2006).

a.3 Edema ialah penimbunan cairan secara umum yang berlebihan dalam jaringan

tubuh, dan biasanya dapat diketahui dari kenaikan berat badan serta

pembengkakan kaki, jari tangan, dan muka. Kenaikan berat badan ½ kg setiap

minggu dalam kehamilan masih dapat dianggap normal tetapi bila kenaikan 1

kg seminggu beberapa kali, hal ini perlu menimbulkan kewaspadaan

(Winjosastro, 2006).

b. Uji Laboratorium Dasar

Uji laboratorium dasar dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat komplikasi

pada kehamilan dengan preeklampsia berat. Uji laboratorium dasar yang

dilakukan adalah :

b.1 Evaluasi hematologik (hematokrit, jumlah trombosit, morfologi eritrosit pada

sediaan hapus darah tepi). Pada preeklampsia didapatkan jumlah trombosit <

100.000. Dari pemeriksaan hematologi didapatkan kadar Hct rendah dengan

kadar normal 37, 7 %-53, 7 %.

b.2 Pemeriksaan fungsi hati (enzim aspartat aminotransferase dan protein serum)

Parameter yang termasuk dalam pemeriksaan fungsi hati adalah golongan

enzim aspartat aminotransferase (AST/SCOT) dan alanin aminotransferase

(ALT/SGPT). Enzim-enzim ini merupakan indikator yang sensitif terhadap

adanya kerusakan sel hati dan sangat membantu dalam mengenali adanya

penyakit pada hati yang bersifat akut. Pada preeklampsia terjadi peningkatan

AST dan ALT, yaitu > 70 U/L (Winjosastro, 2006).

10

Page 11: Isi Referat Eklamsia Kelompok 5

Nekrosis periportal hati pada preeklampsia/eklampsia merupakan

akibat vasopasme arteriole umum. Kelainan ini diduga khas untuk eklampsia,

tetapi juga dapat terjadi pada penyakit lain. Kerusakan sel – sel hati dapat

diketahui dengan pemeriksaan faal hati, terutama penentuan enzim–

enzimnya. Penderita dengan PEB kadang – kadang menunjukkan gejala

klinik hemolisis yang dikenal dengan ikterus. Tanda ikterus tersebut dapat

dibuktikan dengan pemeriksaan kadar bilirubin. Bilirubin merupakan pigmen

yang dihasilkan dari pemecahan hemoglobin di hati. Pada preeklampsia berat

terjadi peningkatan kadar bilirubin yang menyebabkan adanya tanda ikterus

(Winjosastro, 2006).

Serum protein yang dihasilkan hati antara lain albumin, globulin, dan

faktor pembekuan darah. Pemeriksaan serum protein-protein tersebut

dilakukan untuk mengetahui fungsi biosintesis hati. Penurunan kadar

albumin menunjukan adanya gangguan fungsi sintesis hati. Namun karena

usia albumin cukup panjang (15-20 hari), serum protein ini kurang sensitif

digunakan sebagai indikator kerusakan sel hati. Kadar albumin kurang dari 3

g/L menjadi petunjuk perkembangan penyakit menjadi kronis (menahun)

(Cuningham,2005).

b.3 Pemeriksaan fungsi ginjal (ureum dan kreatinin)

Peningkatan kreatinin dalam darah menunjukkan adanya penurunan

fungsi ginjal. Nilai normal pada wanita 0,4-0,9 mg/dl. Pada wanita hamil, uji

fungsi ginjal dapat dilakukan dengan roll test. Yaitu dengan cara penderita

tidur miring kekiri kemudian tensi diukur diastolik, kemudian tidur

terlentang, segera ukur tensi, ulangi 5 menit, setelah itu bedakan diastol, tidur

miring dan terlentang, hasil pemeriksaan ; ROT (+) jika perbedaan > 15

mmHg, ROT (-) jika perbedaan < 15 mmHg (Cuningham, 2005).

b.4 pemeriksaan protein urin

Pemeriksaan urin menunjukkan proteinuria yaitu terdapatnya protein

dalam urin. Proteinuria merupakan komplikasi lanjutan dari hipertensi dalam

kehamilan, dengan kerusakan ginjal sehingga beberapa bentuk protein lolos

dalam urine. Normal terdapat sejumlah protein dalam urine, tetapi tidak

melebihi 0,3 gr dalam 24 jam. Proteinuria menunjukkan komplikasi

hipertensi dalam kehamilan lanjut sehingga memerlukan perhatian dan

penanganan segera. Untuk diagnosis penyakit ginjal adanya proteinuria

11

Page 12: Isi Referat Eklamsia Kelompok 5

merupakan petunjuk penting. Proteinuria pada preeklampsia jarang timbul

sebelum triwulan ketiga sedangkan pada penyakit ginjal timbul terlebih

dahulu. Sedangkan pada tes fungsi ginjal pada pre-eklamsi ringan hasilnya

normal (Chapman, 2006).

Interpretasi dari hasil pemeriksaan penunjang akan didapatkan  adanya HELLP

syndrom (Hemolisis, Elevated Liver function tes and low platelet count). HELLP

merupakan kumpulan gejala klinis berupa gangguan fungsi hati, hepatoselular yang

menyebabkan gejala subyektif berupa cepat lelah, mual, muntah dan nyeri

epigastrium yang khas pada pasien preeklampsia berat (Cuningham, 2005).

G. Rencana Terapi

Rencana terapi pada preeklampsia dan eklampsia meliputi upaya preventif,

medikamentosa dan non-medikamentosa. Upaya preventif berupa penegakkan diagnosis

preekslampsia secara dini dengan cara meningkatkan antenatal care serta menghindari

terjadinya ekslampsia melalui pengobatan preekslamsia dengan intensif.

1. Preeklampsia

a. Nonmedikamentosa

1. Tirah baring, disarankan untuk menjaga kondisi ibu

Istirahat dengan berbaring menyebabkan pengaliran darah ke plasenta

meningkat, aliran darah ke ginjal juga lebih banyak, tekanan vena ke

ekstremitas inferior berkurang dan resorpsi cairan dari daerah tersebut

bertambah. Oleh karena itu, dengan tirah baring dapat mengurangi edema dan

menurunkan tekanan darah.

2. Pada preeklampsia ringan

a. Bila aterm, kelahiran dianjurkan untuk mencegah komplikasi ibu dan

janin.

b. Sebelum aterm, tekanan darah diperiksa 4 kali sehari dan berat badan

diperiksa setiap hari (Taber, 2004).

12

Page 13: Isi Referat Eklamsia Kelompok 5

b. Medikamentosa

b.1 Pemberian kalsium : 1500-2000 mg/hari, dengan tujuan untuk menurunkan

tekanan darah pasien.

b.3 Obat antitrombotik yang dapat mencegah preekslampsia, yaitu aspirin dosis

rendah rata-rata dibawah 100 mg/hari atau dipiridamol.

Pada preeklampsia berat

b.4 Diberikan obat anti hipertensi

Jika tekanan darah secara tiba-tiba meningkat diatas 170 / 110 mmH, biasanya

diberikan Hidralazin 4 x 25 mg/hari atau 5-10 mg iv/ im, tiap 20 menit,

dengan dosis maksimal 30mg. Hidralazin dapat mengurangi resiko perdarahan

otak dan dapat memperbaiki alairan darah ke ginjal (Taber, 2004).

b.5Diuretikum tidak diberikan secara rutin, kecuali bila ada edema paru-paru,

payah jantung kongestif atau anasarka. Diuretikum yang dipakai adalah

furosemid dengan dosis 3 x 1 ampul ( 20 mg )(Prawirohardjo, 2009).

2. Eklampsia

a. Nonmedikamentosa

Perawatan ekslampsia yang utama adalah terapi suportif yntuk stabilisasi

fungsi vital, yang harus diingat Airway, Breathing, Circulation (ABC),untuk

mengatasi dan mencegah kejang. Mengendalikan tekanan darah, khususnya pada

waktu krisis hipertensi, melahirkan janin pada waktu yang tepat dan cara yang

tepat (Prawirohardjo, 2009).

b. Medikamentosa

1. Obat antikejang

a. Obat antikejang yang menjadi pilihan pertama ialah magnesium sulfat.

Jenis obat yang dipakai adalah tiopental.

b. Pemberian diuretikum hendaknya selalu disertai dengan memonitor

plasma elektrolit (Prawirohardjo, 2009).

2. Magnesium sulfat (MgSO4)

Pemberian magnesium sulfat pada dasarnya seperti pemberian magnesium

sulfat pada preeklampsia berat. Pengobatan suportif terutama ditujukan untuk

gangguan fungsi organ-organ penting, misalnya tindakan-tindakan untuk

mengatur tekanan darah dan mencegah dekompensasi kordis (Prawirohardjo,

2009).

13

Page 14: Isi Referat Eklamsia Kelompok 5

Magnesium sulfat merupakan garam yang sangat larut dalam air dan dapat

diberikan melalui berbagai cara. Peroral ternyata magnesium sulfat sangat

sedikit diserap dari saluran pencernaan dan jumlah sedikit yang diserap

tersebut segera dikeluarkan melalui urin, sehingga kadar magnesium dalam

serum hampir tidak dipengaruhi. Pemberian secara parenteral barulah dapat

menaikan kadar magnesium. Dalam sejarah pengguanaannya, cara pemberian

parenteral sangat bervariasi dari mulai pemberian secara intratekal, intraspinal,

hipodermal, subkutan, intramuskular, intravena sampai perimpus secara terus

menerus. Dosis pemberian MgSO4 dibagi menjadi dua, yaitu :

a. Dosis awal:

4 gram magnesium sulfat (20 %dalam 20 ml intravena sebanyak 1 gr/

menit, ditambah 4 gram intramuskuler dibokong kiri dan 4 gram dibokong

kanan (40 % dalam 1 ml

b. Dosis pemeliharaan

Diberikan 4 gram intramuskuler, setelah jam pemberian dosis awal,

selanjutnya diberikan 4 gram intramuskuler setiap jam

3. Pengobatan obstetrik

Sikap terhadap kehamilan ialah semua kehamilan dengan eklampsia harus

diakhiri, tanpa memandang umur kehamilan dan keadaan janin. Persalinan

diakhiri bila sudah mencapai stabilisasi (pemulihan) hemodinamika dan

metabolisme ibu. Kriteria terminasi kehamilan pada preeklampsia antara lain

adalah :

a. Pada kehamilan < 24 minggu dan atau > 34 minggu dengan, non-

reassuring fetal heart testing (nrfht), maternal distress.

b. Jika tidak terdapat non-reassuring fetal heart testing (nrfht), maternal

distress pada usia kehamilan 24-33 minggu diberikan steroid lengkap

dan kemudian di lahirkan.

Pada perawatan pascapersalinan, bila persalinan terjadi pervaginam,

monitoring vital sign (Prawirohardjo, 2009).

14

Page 15: Isi Referat Eklamsia Kelompok 5

H. Prognosis

Prognosis dari preeklamsia dan eklamsia dipengaruhi oleh usia kehamilan saat

terjadinya penyakit, keparahan penyakit, kualitas terapi serta ada tidaknya kelainan medis

lain (penyakit penyerta). Prognosis preeklamsia umumnya kurang baik. Mereka yang

selamat atau bertahan hidup kemungkinan mengalami gangguan kronis dan menetap,

seperti kelumpuhan, kebutaan, tekanan darah tinggi atau kerusakan ginjal. Bayi yang

dilahirkan akan mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan. 40% bayi yang

dilahirkan dari ibu yang mengalami preeklamsia/eklamsia berakibat kelahiran prematur

dan latrogenik (Wim, 2002).

Komplikasi pada ibu dengan eklamsia dapat terjadi hingga 70 % kasus, meliputi

DIC, gagal ginjal akut, kerusakan hepatoselular, ruptura hati, perdarahan intraserebral,

henti jantung paru, pneumonitis aspirasi, edema paru akut, dan perdarahan pasca

persalinan. Kerusakan hepatoselular, disfungsi ginjal, koagulopati, hipertensi dan

abnormalitas neurologi akan sembuh setelah melahirkan(Wim, 2002).

Angka kematian perinatal pada kehamilan eklamptik adalah 9 – 23% dan

berhubungan erat dengan usia kehamilan. Angka kematian perinatal pada satu penelitian

terhadap 54 jumlah parturien dengan eklamsia sebelum usia kehamilan 28 minggu adalah

93%, angka ini hanya sebesar 9% pada penelitian lain dengan rata – rata usia kehamilan

pada saat melahirkan 32 minggu. Kematian perinatal terutama diakibatkan oleh persalinan

premature, solusio plasenta dan asfiksia intrauterina (Wim, 2002).

I. Komplikasi

Komplikasi yang terberat adalah kematian ibu dan janin. Komplikasi yang biasa

terjadi pada keadaan preeklamsia dan eklamsia adalah :

1. Solusio plasenta. Komplikasi ini terjadi pada ibu yang menderita hipertensi akut dan

lebih sering terjadi pada Preeklampsia.

2. Hipofibrinogenemia, biasa terjadi pada Preeklampsia berat

3. Hemolisis. Penderita dengan Preeklampsia berat kadang-kadang menunjukkan gejala

klinik hemolisis yang di kenal dengan ikterus. Belum di ketahui dengan pasti apakah

ini merupakan kerusakan sel-sel hati atau destruksi sel darah merah. Nekrosis

periportal hati sering di temukan pada autopsi penderita eklampsia dapat

menerangkan ikterus tersebut.

15

Page 16: Isi Referat Eklamsia Kelompok 5

4. Perdarahan otak.

5. Nekrosis hati. Nekrosis periportal hati pada Preeklampsi – eklampsia merupakan

akibat vasopasmus arteriol umum.

6. Sindrom HELLP yaitu haemolysis, elevated liver enzymes, dan low platelet.

7. Kelainan ginjal

8. Komplikasi lain. Lidah tergigit, trauma dan fraktura karena jatuh akibat kejang-kejang

pneumonia aspirasi (Wibisono 2003).

16

Page 17: Isi Referat Eklamsia Kelompok 5

PEMBAHASAN

A. Terapi Baru

1. Magnesium sulfat untuk mengendalikan kejang

Pengobatan preeklamsia serta eklamsia dengan menggunakan magnesium

sulfat parenteral merupakan suatu antikejang yang efektif dan tidak menyebabkan

depresi susunan saraf pusat pada ibu dan janin. Obat ini dapat diberikan secara

intravena melalui infuse kontiniu. Pemberian magnesium sulfat dapat dilakukan

apabila memenuhi syarat berikut :

a. Refleks patela positif

b. Pernapasan diatas 16/ menit

c. Produksi urin diatas 100 cc/ jam

d. Tersedia antidot (kalsium klorida/ kalsium glukonas)

Biasanya magnesium sulfat diberi selama persalinan dan selama 24 jam

pascapartum. Sekitar 10-15% wanita yang mendapat magnesium sulfat untuk

menghentikan atau mencegah kekambuhan kejang, apabila kembali kejang

deberikan tambahan dosis magnesium sulfat sebesar 2g dalam larutan 20% secar

perlahan melalui intravena. Natrium amobarbital diberikan secara perlahan melalui

infuse intravena dalam dosis hingga 250 mg untuk wanita yang memperlihatkan

agitasi berlebihan pada fase pasca kejang. Terapi pemeliharaan dengan magnesium

sulfat untuk eklamsia dilanjutkan selama 24 jam setelah pelahiran. Untuk eklamsia

yang timbul pascapartum, magnesium sulfat diberikan selama 24 jam setelah awitan

kejang (Leveno, 2009).

Beberapa mekanisme kerja MgSO4 adalah memberikan efek vasodilatasi

selektif pada pembuluh darah otak juga memberikan perlindungan terhadap endotel

dari efek perusakkan radikal bebas, mencegah pemasukan ion kalsium ke dalam sel

yang iskemik dan atau memiliki efek antagonis kompetitif terhadap reseptor

glutamat N-metil-D–aspartat (yang merupakan fokus epileptogenik) (Jian, 2000).

2. Terapi anti hipertensi

Berbagai obat telah dianjurkan untuk mengatasi hipertensi pada wanita eklamsia:

a. Hidralazin

Hidralazin diberikan secara intravena jika tekanan diastolic 110 mmHg

atau lebih, atau tekanan sistolik 160 mmHg atau lebih. Hidralazin diberikan

dalam dosis 5-10 mg setiap 15-20 menit sampai ada respon baik. Respon yang

17

Page 18: Isi Referat Eklamsia Kelompok 5

baik antepartum atau intrapartum merupakan penurunan tekana diastolic.

Hidralazin yang diberikan dengan cara ini lebih efektif untuk mencegah

perdarahan otak (Leveno, 2009).

b. Labetalol

Labetalol intravena juga digunakan untuk mengobati hipertensi akut.

Diberikan dengan dosis awal 10 mg. jika tekanan darah tidak menurun seperti

yang diharapkan dalam 10 menit, maka diberi 20 mg. dosis peningkatan pada 10

menit berikutnya adalah 40 mg, diikuti oleh 40 mg tambahan dan kemudian 80

mg jika respon yang baik belum tercapai. Secara konsiten hidralazin lebih efektif

dari pada labetalol (Leveno, 2009).

3. Terapi cairan

Pada pasien dengan preeklamsia atau eklamsia terapi cairan yang diberikan

adalah rumatan, karena pasien tidak dalam keadaan syok. Volum plasma plasma

berkurang pada pasien preeklamsia. Restriksi cairang dianjurkan untuk mengurangi

kelebihan beban cairan selama persalinan dan postpartum. Biasanya jumlah cairan

80 ml/kg/jam. Terapi cairan ebaiknya dibatasi dengan kristaloid rumatan. Temuan

baru telah melaporkan bahwa semakin tinggi osmolaritas infuse elektrolit makin

lama retensi air. Kini dengan kemajuan teknologi, cairan rumatan baru aminofluid

telah tersedia yang mengandung elektrolit, mikromineral dan zink, asam amino 3%

dan glukosa 7.5%. ini merupakan alternative yang lebih baik sebagai rumatan pasca

bedah dengan stress metabolic ringan atau pada bedah dengan penyulit. Bisa

diberikan 1-2 soft bag 1000 ml/hari sesuai kebutuhan cairan (Leveno, 2009).

B. Kelebihan dan Kekurangan Teori Baru serta Harapan untuk Terapi

Pada kasus preeklamsia dan eklamsia terdapat beberapa terapi yang dapat

digunakan, diantaranya adalah terapi anti hipertensi dan anti konvlusan. Penggunaan anti

hipertensi digunakan untuk ibu dengan hipertensi pada preeklamsia. Sedangkan

Magnesium sulfat diberikan anti konvulsan yang merupakan suatu obat pilihan untuk

mencegah dan mengatasi kejang pada eklampsia (Waspodo, 2005).

Terapi antihipertensi untuk preeklampsia dapat diberikan jika tekanan diastole

lebih dari 110 mmHg samapai tekanannya menjadi 90-100 mmHg. Apabila tekanan

darahnya tidak dapat terkontrol dan masih saja tinggi, maka dapat berpotensi melahirkan

bayi kecil (prematur) dan dapat menyebabkan bayi mengalami asfiksia neonatorum

(Cole, 2005).

18

Page 19: Isi Referat Eklamsia Kelompok 5

Magnesium merupakan kation yang dapat ditemukan dalam cairan interseluler

dan diperlukan untuk aktifitas sistem enzim tubuh serta berfungsi penting dalam

transmisi neurokimiawi dan eksitabilitas otot. Kurangnya magnesium dapat

menyebabkan gangguan struktur dan fungsi dalam tubuh. Kadar dalam darah adalah 1,5

sampai 2,2 meq magnesium/ liter atau 1,8 sampai 2,4 mg/100ml, dimana 2/3 bagian

adalah kation bebas dan 1/3 bagian terikat dengan protein plasma (Sibai, 2005).

Pada wanita hamil terjadi penurunan kadar magnesium darah, walaupun tidak

ditemukan perbedaan bermakna antara kehamilan normal dengan preeklamsia-eklamsia.

Penurunan kadar magnesium dalam darah pada penderita preeklamsia dan eklamsia

mungkin dapat diterangkan atas dasar hipervolemia yang fisiologis pada kehamilan

(JNPK-KR, 2008).

Hall melakukan penelitian invitro pada tahun 1995 tentang efek magnesium sulfat

pada miometrium. Penelitian ini menyebutkan bahwa magnesium sulfat menyebabkan

relaksasi jika konsentrasi nya mencapai 8-19 mEq/l, dan penghambatan sempurna jika

konsentrasi magnesium 14-30 mEq/l. Pada penelitian invivo, digunakan magnesium

sulfat dengan kadar dalam darah mencapai 5-8 mEq/l. Toksisitas tampak jika kadar

dalam darah mencapai kurang lebih 10 mEQ/l. Hall juga menyatakan bahwa

perpanjangan proses persalinan pada penderita preeklamsia yang diberikan pengobatan

magnesium sulfat. Lama dari proses persalinan berlangsung sebanding dengan kadar

magnesium sulfat dalam darah. Pemberian magnesium sulfat oleh beberapa ahli

disebutkan dapat menurunkan angka kejadian celebral palsy. Grether dkk. juga tidak

menemukan adanya hubungan yang bermakna antara pemberian magnesium sulfat

dengan resiko kematian neonatus (Sibai, 2005).

Terapi anti hipertensi dan anti konvulsan sangat diperlukan dalam penanganan

preeklamsia-eklamsia karena dapat mencegah terjadinya komplikasi yang muncul akibat

preeklamsia-eklamsia sendiri seperti sindrom HELLP, kedaruratan hipertensi, gagal

ginjal, retinopati hipertensi, IUGR, dan keadaan janin (gawat janin atau kematian). Akan

tetapi dalam penggunaan perlu diperhatikan karena dosis yang tinggi dan panjangnya

waktu pemberian magnesium sulfat adalah edema paru, flushing, peningkatan suhu tubuh

nyeri kepala, pandangan kabur, mual, muntah, nystagmus, lethargy, hiponatremi, retensi

urin, dan konstipasi. Diharapkan pemberian dosis terapi sesuai kebutuhan kondisi pasien

(JNPK-KR, 2008).

19

Page 20: Isi Referat Eklamsia Kelompok 5

KESIMPULAN

1. Pre-eklamsi adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan proteinuria

yang timbul karena kehamilan yang dapat menyebabkan kematian pada ibu dan

janinnya.

2. Eklamsi dianggap sebagai komplikasi dari pre-eklamsi yang didefinisikan sebagai

onset awal kejang dan atau koma yang terjadi selama periode kehamilan atau setelah

persalinan

3. Prognosis dari preeklamsia dan eklamsia dipengaruhi oleh usia kehamilan saat

terjadinya penyakit

4. Komplikasi terberat yang terjadi adalah kematian ibu dan janin

5. Terapi pada preeklampsia dan eklampsia antara lain adalah Magnesium sulfat untuk

mengendalikan kejang, terapi anti hipertensi dan terapi cairan

20