bab 1 & 2

44
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manajemen kualitas air memegang peran yang sangat penting pada keberhasilan budidaya perairan. Air sebagai media hidup ikan, berpengaruh langsung terhadap kesehatan dan pertumbuhannya. Kualitas air menentukan keberadaan berbagai jenis organisme yang ada dalam ekosistem perairan. Kualitas air yang jauh dari nilai optimal dapat menyebabkan kegagalan budidaya, sebaiknya kualitas air yang optimal dapat mendukung pertumbuhan organisme perairan (Agung et al., 2014). Budidaya banyak dilakukan untuk memenuhi kebutuhan ikan konsumsi. Namun saat ini kegiatan budidaya tidak hanya terfokus pada ikan konsumsi saja, mulai banyak budidaya yang dilakukan untuk ikan hias, terutama ikan hias air tawar. Salah satu komoditas unggulan yang banyak dibudidayakan yaitu ikan koi (Cyprinus carpio). Ikan koi menjadi salah satu komoditas unggulan yang hingga saat ini masih banyak diminati. Hal ini karena koi memiliki warna yang menarik serta variasi jenis yang beraneka ragam. Secara garis besar 1

Upload: denta-ardenta

Post on 09-Jul-2016

11 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

MKA

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 1 & 2

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manajemen kualitas air memegang peran yang sangat penting pada

keberhasilan budidaya perairan. Air sebagai media hidup ikan, berpengaruh

langsung terhadap kesehatan dan pertumbuhannya. Kualitas air menentukan

keberadaan berbagai jenis organisme yang ada dalam ekosistem perairan.

Kualitas air yang jauh dari nilai optimal dapat menyebabkan kegagalan budidaya,

sebaiknya kualitas air yang optimal dapat mendukung pertumbuhan organisme

perairan (Agung et al., 2014).

Budidaya banyak dilakukan untuk memenuhi kebutuhan ikan konsumsi.

Namun saat ini kegiatan budidaya tidak hanya terfokus pada ikan konsumsi saja,

mulai banyak budidaya yang dilakukan untuk ikan hias, terutama ikan hias air

tawar. Salah satu komoditas unggulan yang banyak dibudidayakan yaitu ikan koi

(Cyprinus carpio). Ikan koi menjadi salah satu komoditas unggulan yang hingga

saat ini masih banyak diminati. Hal ini karena koi memiliki warna yang menarik

serta variasi jenis yang beraneka ragam. Secara garis besar koi diklasifikasikan

menjadi 13 kategori yaitu Kohaku, Sanke, Showa, Bekko, Utsurimono, Asagi,

Shusui, Tancho, Hikari, Koromo, Ogon, Kinginrin dan Kawarimono (Firdaus,

2010).

Faktor utama yang dapat mempengaruhi proses pembenihan ikan

dikolam antara lain induk, kualitas air atau sumber air dan pakannya. Perlu

adanya seleksi induk untuk menghasilkan benih-benih ikan dengan kualitas dan

kuantitas yang tinggi. Air sebagai habitat ikan koi sangat berpengaruh besar

dalam menghasilkan kualitas benih ikan. Sumber air yang baik akan

1

Page 2: BAB 1 & 2

menghasilkan kualitas air yang baik dan juga meningkatkan pakan alami yang

sangat penting untuk pertumbuhan ikan. Untuk meningkatkan produksi budidaya

ikan koi dapat dilakukan dengan jalan perbaikan sifat ikannya sendiri dengan

melakukan pemuliaan dan memilih induk.

Memilih induk yang baik merupakan salah satu cara meningkatkan

produksi benih. Maka pemeliharaan calon induk atau induk yang dijodohkan

harus dilakukan dengan baik dan benar. Kesalahan dalam pemilihan induk dapat

menghasilkan keturunan dengan kualitas yang rendah dan benih atau anakan

yang diperolehpun jumlahnya sedikit. Hal ini menunjukkan bahwa perlu dilakukan

seleksi induk sebelum proses pemijahan. Menurut Sutisna dan Sutarmanto

(2008), seleksi induk merupakan tahap awal dalam kegiatan budidaya ikan yang

sangat menentukan keberhasilan produksi, dengan melakukan seleksi induk

yang benar akan diperoleh induk yang sesuai dengan kebutuhan sehingga

produktivitas usaha budidaya ikan optimal.

Salah satu pusat ikan koi yang ada di Jawa Timur yaitu di Blitar. Di Blitar

banyak sekali prestasi yang diraih dalam berbagai lomba ikan hias, salah

satunya yaitu Juara I Lomba Kinerja dan Kelembagaan Kelompok Pembudidaya

Ikan Hias Tingkat Nasional tahun 2013. Sehingga dengan prestasi tersebut,

banyak budidaya koi yang dilakukan di Blitar yang dapat menambah keuntungan

bagi masyarakat Blitar. Ada beberapa wilayah di Blitar yang dijadikan sebagai

sentra budidaya koi yaitu di Kecamatan Nglegok, Sanankulon, Gandusari, Garum

serta Talun. Menurut Prasetya dan Danuwiadi (2013), bahwa Kota Blitar dalam

wilayah administratif pemerintahan dikelilingi wilayah Kabupaten Blitar. Kota

Blitar sendiri terdiri dari beberapa kecamatan yaitu Kecamatan Kepanjenkidul,

Sananwetan serta Sukorejo.

2

Page 3: BAB 1 & 2

Unit Pelaksana Teknis Dinas Balai Benih Ikan di Kota Blitar merupakan

salah satu instansi yang menjadi milik pemerintah Kota Blitar yaitu Dinas

Pertanian, Perikanan dan Peternakan. Pada dinas tersebut, kegiatan yang ada

didalamnya meliputi kegiatan yang bergerak dibidang pertanian, bidang

perikanan serta bidang peternakan. Pada bidang perikanan adapun kegiatan

yang dilakukan yaitu pembenihan dan pembesaran ikan koi, pembenihan ikan

nila, serta pemeliharaan sidat. Pada budidaya ikan koi, indukan berasal dari

indukan lokal yang dibudidayakan oleh petani ikan di sekitar kota Blitar.

Rendahnya pengetahuan tentang manajemen kualitas air pada budidaya ikan koi

kepada petani pengawasan ikan di Blitar menyebabkan indukan yang diperoleh

merupakan indukan yang memiliki kualitas kurang baik dan membutuhkan waktu

yang lama untuk melakukan pemijahan. Berkaitan dengan hal tersebut maka

tujuan dilakukan Praktek Kerja Magang (PKM) ini yaitu untuk mengetahui dan

menambah wawasan tentang manajemen kualitas air yang tepat pada kolam

induk ikan koi serta pemilihan induk ikan koi yang baik. Hal ini diharapkan

dengan adanya manajemen kualitas air dapat menghasilkan benih ikan koi yang

baik sehingga akan meningkatkan produksi budidaya dengan kualitas yang baik

di Unit Pelaksana Teknis Dinas Balai Ikan di Kota Blitar.

1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dari pelaksanaan Praktek Kerja Magang (PKM) yaitu untuk

mengaplikasikan dan membandingkan teori yang diberikan di perkuliahan

dengan keadaan yang dilakukan pada saat praktek di lapang.

Tujuan dari pelaksanaaan Praktek Kerja Magang (PKM) yaitu untuk

mengetahui bagaimana manajemen kualitas air pada kolam induk ikan koi di Unit

Pelaksana Teknis Dinas Balai Benih Ikan Kota Blitar yaitu tentang pengelolaan

3

Page 4: BAB 1 & 2

kualitas air meliputi parameter (Fisika, Kimia dan Biologi) sehingga bisa diketahui

tingkat efektifitas dari pemijahan ikan yang ada disana serta memilih indukan koi

yang berkualitas agar cepat untuk melakukan pemijahan dan dapat

menghasilkan benih yang baik.

1.3 Kegunaan

Kegunaan Praktek Kerja Magang (PKM) ini adalah :

1. Bagi Lembaga Perguruan Tinggi

Dapat digunakan sebagai tolak ukur untuk mengetahui tingkat ketrampilan

mahasiswa dalam mengaplikasikan ilmu yang didapatkan selama perkuliahan,

menambah kepustakaan yang bermanfaat untuk pengembangan ilmu

pengetahuan dan peningkatan kualitas pembekalan di bangku perkuliahan, serta

dapat menambah bahan bacaan ilmiah di perpustakaan.

2. Bagi Instansi

Sebagai informasi bahwa perlu adanya perhatian khusus dalam proses

pengelolaan kualitas air pada kolam induk ikan koi dan memilih induk ikan koi

yang berkualitas sehingga cepat untuk melakukan pemijahan dan menghasilkan

benih yang baik.

3. Bagi Mahasiswa

Dapat mengetahui lebih detail tentang realita yang ada di lapangan mengenai

bidang yang telah dipelajari di perkuliahan serta dapat menambah wawasan,

pengetahuan, keterampilan kerja dan pengalaman selaku generasi yang telah

dididik untuk siap terjun dimasyarakat, khususnya di lingkungan kerja.

4

Page 5: BAB 1 & 2

1.4 Waktu dan Tempat

Kegiatan Praktek Kerja Magang (PKM) dilaksanakan pada 18 Juli sampai

26 Agustus 2016 yang berlokasi di Unit Pelaksana Teknis Dinas Balai Benih

Ikan dan Pusat Informasi Agribisnis Ikan Hias Kota Blitar, Jawa Timur.

Sedangkan untuk analisis kualitas air dilakukan di Laboratorium Perikanan Pusat

Informasi Agribisnis Ikan Hias Kota Blitar.

Tabel 1 Jadwal pelaksanaan Praktek Kerja Magang

NoKegiatan Februari April Juli Agustus September

Minggu Ke- 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1Survey

Lokasi

2Pembuatan

Proposal

3Pelaksanaan

PKM

4Penyusunan

Laporan

5

Page 6: BAB 1 & 2

2. MATERI DAN METODE PENELITIAN

2.1 Materi Praktek Kerja Magang

Materi yang digunakan dalam Praktek Kerja Magang (PKM) ini adalah

ikan koi (Cyprinus carpio) dan kualitas air pada kolam induk ikan koi (Cyprinus

carpio) yang dibudidayakan di Unit Pelaksana Teknis Dinas Balai Benih Ikan dan

Pusat Informasi Agribisnis Ikan Hias Kota Blitar, Jawa Timur. Parameter yang

diukur meliputi parameter fisika, kimia, dan biologi. Parameter fisika yang diukur

yaitu suhu dan kecerahan, parameter kimia yang diukur antara lain yaitu pH, DO,

CO2, Amonia, ortofosfat, nitrat nitrogen, sedangkan parameter biologi yang diukur

antara lain yaitu plankton.

2.2 Alat dan Bahan

Alat-alat dan bahan-bahan yang digunakan dalam Praktek Kerja Magang

(PKM) ini antara lain:

Tabel 2 Alat dan Bahan yang di Gunakan

No Parameter Alat Bahan Satuan

1 Suhu - Thermometer Hg

- Stopwatch

- Air kolam ºC

2 Kecerahan - Sechhi disk

- Tali tampar

- Penggaris

- Air kolam

- Karet gelang

Cm

3 pH - Kotak pH

- Stopwatch

- pH paper

6

Page 7: BAB 1 & 2

No Parameter Alat Bahan Satuan

4 Oksigen terlarut

(DO)

- Botol DO 250 ml

- Erlenmeyer 50 ml

- Pipet tetes

- Buret

- Statif

- Corong

- Nampan

- Washing bottle

- Aquades

- Air kolam

- Tissue

- Kertas label

- NaOH+KI

- MnSO4

- Amylum

- H2SO4

- Na2SO3

0,0025 N

5 Karbondioksida

(CO2)

- Pipet tetes

- Erlenmeyer 50 ml

- Gelas ukur 50 ml

- Botol air mineral

600 ml

- Buret

- Statif

- Corong

- PP (Phenol

ptealin)

- Na2CO3

0,0454 N

- Air kolam

- Aquades

- Kertas label

- Tissue

6 Amonia - Erlenmeyer 50 ml

- Cuvet

- Rak cuvet

- Spektofotometer

(425μm)

- Air kolam

7 Nitrat - Cawan porselin - Aquades

7

Page 8: BAB 1 & 2

No Parameter Alat Bahan Satuan

- Hot plate

- Spatula

- Cuvet

- Rak cuvet

- Beaker glass

- Pipet volume

- Bola hisap

- Nampan

- Spektofotometer

(690μm)

- Tissue

- Asam fenol

disulfonik

- Larutan

blanco

- NH4OH

- Kertas saring

- Kertas label

- Cuvet

- Kertas saring

8 Orthofosfat - Beaker glass

- Gelas ukur 50 ml

- Pipet tetes

- Cuvet

- Rak cuvet

- Nampan

- Spektofotometer

(690μm)

- Amonium

Molybdate

- SnCl2

- Tissue

- Air kolam

- Larutan

blanco

- Aquades

9 Plankton - Plankton net

nomor 25

- Botol film

- Mikroskop

- Ember 5 liter

- Washing bottle

- Aquades

- Lugol

8

Page 9: BAB 1 & 2

No Parameter Alat Bahan Satuan

- Pipet tetes

- Objek glass

- Cover glass

- Nampan

- Cool box

- Buku Prescott

2.3 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data pada Praktek Kerja Magang (PKM)

menggunakan metode diskriptif yang bermaksud untuk membuat gambaran

(deskriptif) mengenai situasi kejadian-kejadian. Menurut Suryabrata (1980),

metode ini bertujuan untuk membuat penggambaran sistematis, nyata dan akurat

mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu.

2.4 Teknik Pengambilan Data

Menurut Sugiyono (2010), data adalah informasi atau keterangan

mengenai sesuatu hal yang berkaitan dengan tujuan penelitian karena tujuan

utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Teknik pengambilan data yang

dipakai dalam Praktek Kerja Magang (PKM) yaitu dengan mengambil dua

macam data, yang pertama adalah data primer dan kedua adalah data sekunder.

Data primer didapat dari observasi, wawancara, dan partisipasi aktif. Sedangkan

data sekunder diperoleh dari studi pustaka yaitu dapat berasal dari buku, jurnal,

laporan skripsi, dll.

9

Page 10: BAB 1 & 2

2.4.1 Data Primer

Data primer adalah data yang diambil secara langsung dari subjek

penelitian dengan menggunakan alat atau alat pengambilan data langsung pada

subyek sebagai sumber informasi yang dicari (Azwar, 19970). Data primer dalam

Praktek Kerja Magang (PKM) ini diperoleh dari hasil observasi, wawancara dan

partisipasi aktif dengan pihak terkait beserta masyarakat yang ada disekitar Unit

Pelaksana Teknis Dinas Balai Benih Ikan dan Pusat Informasi Agribisnis Ikan

Hias Kota Blitar.

2.4.1.1 Observasi

Observasi adalah mengamati dan melihat perilaku seseorang selama

beberapa waktu tanpa melakukan, memanipulasi atau pengendalian, serta

mencatat penemuan yang memungkinkan atau memenuhi syarat untuk

digunakan kedalam tingkat penafsiran analisis (Black dan Champion, 1999).

Pada kegiatan Praktek Kerja Magang (PKM) ini, observasi dilakukan di Unit

Pelaksana Teknis Dinas Balai Benih Ikan dan Pusat Informasi Agribisnis Ikan

Hias Kota Blitar mengenai berbagai hal yang berhubungan dengan manajemen

kualitas air pada induk ikan koi (Cyprinus carpio). Adapun kegiatan observasi

yang akan dilakukan pada Praktek Kerja Magang ini meliputi:

Pengamatan terhadap kondisi di sekitar lokasi Balai Benih Ikan (BBI) Kota

Blitar, Jawa Timur

Pengamatan terhadap jumlah dan jenis-jenis kolam yang digunakan untuk

pemijahan, pembesaran, penebaran dan induk ikan koi (Cyprinus carpio)

Pengamatan terhadap luas dan tata letak kolam yang digunakan untuk

pemijahan dan pembenihan ikan koi (Cyprinus carpio)

Pengamatan terhadap cara pengelolaan kolam sebelum digunakan untuk

pemijahan, pembesaran, penebaran dan induk ikan koi (Cyprinus carpio)

10

Page 11: BAB 1 & 2

Pengamatan terhadap kondisi dan letak sumber air yang digunakan untuk

kegiatan budidaya ikan koi (Cyprinus carpio)

Pengamatan waktu pemberian pakan dan jenis pakan ikan

2.4.1.2 Wawancara

Wawancara adalah suatu kegiatan komunikasi verbal dengan tujuan

mendapatkan informasi. Selain itu dengan wawancara akan mendapatkan

gambaran yang menyeluruh dan mendapatkan informasi yang penting (Black

dan Champion, 1999). Pada Praktek Kerja Magang (PKM), wawancara dilakukan

secara langsung dengan cara tanya jawab kepada teknisi lapang, petugas

laboratorium maupun masyarakat untuk mendapatkan informasi sebagai berikut :

Jumlah tenaga kerja yang ada di UPTD BBI Kota Blitar

Sarana dan prasarana yang tersedia di UPTD BBI Kota Blitar

Konstruksi, ukuran dan jenis kolam untuk pemijahan, penebaran, pembesaran

dan induk ikan koi (Cyprinus carpio)

Proses persiapan kolam yang dilakukan sebelum kegiatan pemijahan ikan koi

(Cyprinus carpio)

Sumber air yang digunakan dalam budidaya ikan koi (Cyprinus carpio)

Sistem pengelolaan dan pergantian air pada kolam pemijahan, penebaran,

pembesaran dan induk ikan koi (Cyprinus carpio)

Permasalahan yang sering dihadapi pada induk ikan koi (Cyprinus carpio)

yang mengakibatkan ikan tersebut lama untuk melakukan pemijahan dan

menghasilkan benih yang kurang bagus.

2.4.1.3 Partisipasi Aktif

Partisipasi aktif dilaksanakan dengan melakukan suatu pengamatan dengan

cara melibatkan diri secara langsung atau menjadi bagian dari lingkungan sosial

tersebut atau organisasi yang diamati (Indiarto dan Supomo, 1999). Pada

11

Page 12: BAB 1 & 2

Praktek Kerja Magang (PKM) ini, bentuk partisipasi dilakukan dengan mengikuti

secara langsung semua kegiatan yang dilakukan oleh Unit Pelaksana Teknis

Dinas Balai Benih Ikan Kota Blitar mengenai manajemen kualitas air pada induk

ikan koi. Kegiatan yang dilakukan yaitu mengikuti apel pagi, melakukan pemilihan

induk koi yang siap dipijahkan, melakukan pengukuran kualitas air di kolam induk

dan pemijahan, melakukan pengontrolan terhadap pakan yang diberikan serta

menguras kolam. Selain itu juga mengikuti kegiatan untuk memijahkan ikan koi,

melakukan pemilihan terhadap benih ikan koi yang baik dan mengikuti sharing

dengan pihak terkait untuk memperoleh data yang diperlukan.

2.4.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data primer yang diperoleh pihak lain (telah diolah)

dan disajikan baik oleh pengumpul maupun pihak lain (Mulyanto, 2008). Data

sekunder dalam Praktek Kerja Magang (PKM) didapatkan dari laporan, jurnal,

majalah, Laporan PKL ataupun Laporan Skripsi, situs internet serta kepustakaan

yang dapat dijadikan sebagai pustaka untuk menunjang hasil pengamatan.

Data sekunder yang diambil dalam kegiatan ini didapatkan dari

kepustakaan dan referensi yang tersedia. Adapun data sekunder yang diperlukan

untuk mendukung penyusunan laporan dari hasil Praktek Kerja Magang ini

antara lain yaitu:

Peta lokasi dan letak geografis Unit Pelaksana Teknis Dinas Balai Benih Ikan

(UPTBBI) Kota Blitar

Kondisi dan keadaan umum di daerah sekitar lokasi Praktek Kerja Magang

(PKM)

Tinjauan pustaka mengenai kegiatan budidaya ikan

12

Page 13: BAB 1 & 2

Tinjauan pustaka mengenai kualitas air yang mempengaruhi pertumbuhan

dan keberhasilan induk ikan koi (Cyprinus carpio) yang cepat untuk

melakakukan pemijahan

Data dan dokumentasi saat Praktek Kerja Magang (PKM) berlangsung

tentang proses kegiatan budidaya induk ikan koi (Cyprinus carpio)

2.5 Metode Pengambian Sampel

Pengambilan sampel dilakukan secara purvosive atau pemilihan secara

sengaja dengan pertimbangan tertentu yang dianggap penting dan dapat

mewakili keadaan (Siegel, 1990).

Pengambilan sampel pada Praktek Kerja Magang (PKM) untuk pengukuran

kualitas air dilakukan setiap hari dan dilakukan pengukuran 2 kali yaitu pada

pagi dan sore hari untuk parameter kualitas air pH, suhu, kecerahan,

karbondioksida (CO2), dan oksigen terlarut (DO). Hal ini dikarenakan parameter

kualitas air tersebut mengalami perubahan setiap waktu. Sedangkan pengukuran

parameter kualitas air untuk amonia, ortofosfat, nitrat nitrogen, dan plankton

dapat dilakukan dengan rentang seminggu sekali. Pengukuran kualitas air

dilakukan selama 30 hari. Data yang diperoleh selanjutnya dibandingkan nilai per

minggunya agar dapat diketahui kisaran toleransi kualitas air yang baik bagi

pertumbuhan induk ikan koi (Cyprinus carpio) sehingga cepat untuk melakukan

pemijahan dan menghasilkan benih yang baik.

2.5.1 Parameter Fisika

2.5.1.1 Suhu

Menurut SNI (1990), prosedur pengukuran suhu menggunakan

Termometer Hg adalah sebagai berikut:

13

Page 14: BAB 1 & 2

1. Memasukkan termometer Hg kedalam perairan dengan membelakangi

matahari, dan ditunggu beberapa saat sampai air raksa dalam

termometer berhenti pada skala tertentu.

2. Mencatat dalam skala oC.

3. Membaca skala pada saat termometer masih di dalam air, dan jangan

sampai tangan menyentuh bagian air raksa termometer.

2.5.1.2 Kecerahan

Menurut Bloom (1998), prosedur pengukuran kecerahan menggunakan

secchi disc. Pengukuran kecerahan dilakukan dengan cara :

1. Memasukkan/ menurunkan secchi disc pelan – pelan ke dalam air hingga

batas kelihatan atau batas tidak tampak pertama kali dan dicatat

kedalamannya (D1)

2. Menarik pelan-pelan secchi disc sampai nampak pertama kali dan dicatat

kedalamannya (D2)

3. Memasukkan data yang diperoleh ke dalam rumus :

2.5.2 Parameter Kimia

2.5.2.1 pH

Menurut SNI (1990), prosedur pengukuran pH dengan menggunakan pH

paper adalah sebagai berikut:

1. Memasukkan pH paper ke dalam air sekitar 5 menit.

2. Mengkibas-kibaskan perubahan warna pH paper dengan kontak

standar.

14

Kecerahan (Cm) =

D1 + D22

Page 15: BAB 1 & 2

2.5.2.2 Oksigen Terlarut (DO)

Menurut SNI (1990), prosedur pengukuran oksigen terlarut adalah

sebagai berikut :

1. Mengukur dan mencatat volume botol DO yang akan digunakan.

2. Memasukkan botol DO ke dalam air secara berlahan-lahan dengan

posisi miring dan diusahakan jangan sampai ada gelembung udara.

3. Menambahkan MnSO4 2 ml, NaOH + KI 2 ml lalu bolak-balikkan

botolnya sampai homogen.

4. Mengendapkan dan didiamkan selama kurang lebih 30 menit sampai

terjadi endapan coklat.

5. Membuang air yang bening di atas endapan, dan menambahkan 1-2

ml H2SO4 dan mengkocok sampai endapan larut.

6. Menambahkan 3-4 tetes amylum, diaduk dan dititrasi dengan Na-

thiosulfat 0,025 N sampai jernih.

7. Mencatat volume titran.

8. Mengukur kadar oksigen yang terlarut dengan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

Vtitran : ml titrasi Na-Thiosulfat

Ntitran : Normalitas Na-thiosulfat (0,025 N)

V : Volume botol DO

8 : Nilai ½ MR Oksigen

1000 : Konversi dari Liter (L) ke Mililiter (Ml)

4 : Asumsi volume air tumpah saat botol DO ditutup (2 ml dari

15

DO (mg / l )= v ( titran ) x N ( titran ) x8 x1000V botol DO−4

Page 16: BAB 1 & 2

MnSO4 dan 2 ml dari NaOH+KI)

2.5.2.3 Karbondioksida (CO2)

Menurut SNI (1990), kadar karbondioksida dalam perairan dapat diukur

dengan prosedur sebagai berikut :

1. Memasukkan 25 ml air sampel kedalam Erlenmeyer

2. Menambahkan 1-2 tetes indicator PP

3. Bila air berwarna merah air tersebut tidak mengandung CO2 bebas

4. Bila air sampel tetap tidak berwarna, dititrasi dengan Na2CO3 0,0454 N

sampai warna menjadi merah (pink) pertama kali

5. Menghitung kadar CO2 dengan rumus:

Keterangan :

Ml titran : Ml larutan Natrium Carbonat untuk titrasi

N titran : Normalitas larutan Natrium carbonat (0,0454 N)

22 : Jumlah Ar (Atom relatif) dari CO2

1000 : Konversi dari Liter (L) menjadi Mililiter (Ml)

Ml air sampel : Ml air sampel yang ditritasi

2.5.2.4 Amonia

Menurut Kordi dan Tancung (2007), kadar ammonia dalam perairan

dapat diukur dengan prosedur sebagai berikut :

1. Memasukkan air sampel sebanyak 25 ml ke dalam Erlenmeyer

2. Di diamkan selama ±10 menit dan dimasukkan ke dalam cuvet

3. Di hitung kadar ammonia dengan menggunakan spektofotometer

4. Spektofotometer dengan panjang gelombang 425μm

16

CO2 (mg/l) =

mltitran x N titran x 22 x 1000ml (airsampel )

Page 17: BAB 1 & 2

2.5.2.5 Nitrat

Menurut Kordi dan Tancung (2007), kadar nitrat nitrogen dalam perairan

dapat diukur dengan prosedur sebagai berikut :

1. Menyiapkan larutan standar pembanding seperti berikut :

Tabel 3 Pengeceran Larutan Baku Nitrat

Larutan standar nitrat (ppm)

Larutkan menjadi (ml) Nitrat-N yang dikandung (ppm)

0,1 100 0.01

0,5 100 0.05

1,0 100 0,10

2,0 100 0,20

5,0 100 0,50

10,0 100 0,50

2. Menyaring 25 ml air sampel dan dituangkan ke dalam cawan porselin.

3. Diuapkan diatas hot plate sampai kering dan hati-hati jangan sampai

pecah dan didinginkan.

4. Ditambahkan 1 ml asam disulfonik dan diaduk dengan pengaduk gelas

dan diencerkan dengan 10 ml aquades.

5. Ditambahkan (dengan meneteskan) NH4OH sampai terbentuk warna

kuning, kemudian diencerkan dengan aquades sampai 25 ml dan

dimasukkan dalam cuvet.

6. Bandingkan dengan larutan standar pembanding secara visual atau

dengan spektrofotometer (panjang gelombang 410 μm).

7. Nilai nitrat dicari dari persamaan :

17

Y = a - bx

Page 18: BAB 1 & 2

Keterangan :

Y : abs (yang sudah diukur di spektofotometer)

a : intersept

b : slope

x : ppm yang dicari

2.5.2.6 Orthofosfat

Menurut SNI (1990), prosedur pengukuran orthofosfat dengan

menggunakan spektrofotometer adalah sebagai berikut:

1. Di buat larutan standar pembanding.

Tabel 4 Pengeceran Larutan Baku Orthofosfat

Larutan standar pembanding (ppm)

Larutkan menurut ml larutan standar (mengandung 5 ppm P)

dalam aquades 50 ml

0,025 0,25

0,05 0,5

0,10 1,0

0,25 2,5

0,50 5,0

0,75 7,5

1,00 10,0

2. Ditambahkan 2 ml ammonium molybdate-asam sulfat kedalam masing-

masing larutan standar yang telah dibuat dan di goyangkan sampai

larutan bercampur.

3. Ditambahkan 5 tetes larutan SnCl2 dan kocok. Warna biru akan timbul

(10-20 menit) sesuai dengan kadar fosfatnya.

4. Diukur dan tuangkan 50 ml sempel ke dalam erlemeyer.

5. Ditambahkan 2 ml ammonium molybdate dan kocok.

6. Ditambahkan 5 tetes SnCl2 dan kocok.

18

Page 19: BAB 1 & 2

7. Dibandingkan warna biru dan air sampel dengan larutan standar, baik

visual atau dengan spektrofotometer (panjang gelombang 590 µm).

8. Nilai fosfat dicari dari persamaan :

Keterangan :

Y : abs (yang sudah diukur di spektofotometer)

a : intersept

b : slope

x : ppm yang dicari

2.5.3 Parameter Biologi

Pada pengukuran parameter biologi adapun parameter yang diukur yaitu

plankton jenis fitoplankton. Pengamatan plankton meliputi pengambilan sampel

fitoplankton, identifikasi jenis fitoplankton dan perhitungan jumlah fitoplankton.

Berikut merupakan tahapan pengamatan plankton :

2.5.3.1 Pengambilan Sampel Fitoplankton

Menurut Herawati dan Kusriani (2005), Prosedur pengambilan sampel

plankton yaitu sebagai berikut:

1. Memasang botol film pada plankton net nomor 25 (mesh size 64).

2. Mengambil sampel air sebanyak 25 liter dengan menggunakan

ember dan mencatat jumlah air yang disaring tersebut sebagai

(W).

3. Menyaring sampel air dengan plankton net sehingga konsentrat

plankton akan tertampung dalam botol film, dicatat sebagai (V).

19

Y = a + bx

Page 20: BAB 1 & 2

4. Memberi logol sebanyak 3-4 tetes untuk pengawetan serta

mempertahankan warna dan bentuk pada sampel plankton dalam

botol film untuk preservasi sampel sebelum pengamatan genus

dan kelimpahan plankton atau tanpa pengawet jika langsung

diamati

5. Memberi label pada botol film yang berisi sampel plankton.

2.5.3.2 Identifikasi Jenis Fitoplankton

Menurut Herawati dan Kusriani (2005), Prosedur identifikasi plankton

yaitu sebagai berikut:

1. Mengambil obyek glass dan cover glass.

2. Mencuci dengan aquadest.

3. Mengeringkan dengan tissue, cara mengeringkannya dengan

mengusap searah.

4. Mengambil botol film yang berisi sampel plankton dan diaduk.

5. Mengambil sampel dari botol film dengan pipet tetes sebanyak 1

tetes.

6. Meneteskan pada obyek glass dan menutup dengan cover glass,

dengan sudut kemiringan saat menutup 45º.

7. Mengamati dibawah mikroskop dimulai dengan perbesaran

terkecil sampai terlihat gambar organisme pada bidang pandang.

8. Menulis ciri- ciri plankton serta jumlah fitoplankton (n) yang

didapat dari masing- masing bidang pandang.

9. Mengidentifikasi jenis fitoplankton dengan bantuan buku Prescott

(1970).

20

Page 21: BAB 1 & 2

2.5.3.3 Penghitungan Jumlah Fitoplankton

Menurut Bloom (1998), Prosedur untuk penghitungan jumlah plankton

dengan cara:

1. Mengamati preparat plankton di bawah mikroskop

2. Mengamati jumlah plankton pada tiap bidang pandang

3. Mencatat data yang rapi

4. Menghitung jumlah plankton dengan rumus Luckey Drop, yaitu:

Keterangan:

N : jumlah total plankton (ind/ml)

n : jumlah plankton dalam lapang pandang

T : luas cover glass (20 x 20 mm)

V : volume sampel plankton dalam botol penampung

L : luas lapang pandang

v : volume sampel plankton dibawah cover glass (ml)

p : jumlah lapang pandang

W : volume air yang disaring (liter)

21

N (ind/ml)= T ×V

L× p×v ×W ×

Page 22: BAB 1 & 2

DAFTAR PUSTAKA

Alex, S. 2012. Budi Daya Ikan Koi Ikan Eksotis Yang Menguntungkan. Pustaka Baru Press. Yogyakarta.

Anggraini, S. 2008. Analisis Kelayakan Finansial Usaha Ikan Mas (Cyprinus carpio) dengan Cara Pemberokan. Skripsi. Fakultas Pertanian IPB.

Agung,M.,L.Manik,S.Retalia,K.Umam, Ruwaidah, T.Setyawany,A.M.Hidayati,I.Herwati,A.Wittah. 2014. Manajemen Kualitas Fisik Air dengan Bahan Fisik. FPIK IPB : Bogor.

Azwar,S. 1997. Metode penelitian. Pustaka Pelajar : Yogyakarta.

Black, J.A, dan D.J. Champion. 1999. Metode dan Masalah Penelitian Sosial. PT. Refika Aditama : Bandung.

Bloom. 1998. Chemical and Physical Water Quality Analysis. Nuffic. Unibraw/ Luw/ Fish. Malang.

Firdaus, A. 2010. Pembenihan Ikan Koi (Cyprinus carpio) di Kelompok Tani Sumber Harapan Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan: IPB.

Herawati, E.Y. dan Kusriani. 2005. Buku Ajar Planktonologi. Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya. Malang.

Indiarto, N. dan Supomo B.1999. Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan Manajemen Edisi Pertama. BPEE. Yogyakarta.

Kordi, M.G dan A.B.Tancung. 2007. Pengelolaan Kualitas Air dalam Budidaya Perairan. PT. Rineka Cipta : Jakarta.

Mulyanto.2008. Metode Sampling. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya: Malang.

Prasetya, S.P.W., dan B. Yanuwiadi. 2013. Eksplorasi Potensi Ekowisata di Blitar. Jurnal Bio Tropika. 1(3): 101- 104.

Siegel, S. 1990. Statistik Non Parametrik untuk Imu-Ilmu Sosial. PT.Gramedia: Jakarta.

SNI . 1990. Metode Pengukuran Kualitas Air. Dinas Pekerjaan Umum. Jakarta.

22

Page 23: BAB 1 & 2

Sugiyono.2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Penerbit Alfabeta: Bandung.

Sutisna, D.H., dan R. Sutarmanto. 2008. Pembenihan Ikan Air Tawar. Kanisius. Yogyakarta.

23

Page 24: BAB 1 & 2

LAMPIRAN

Lampiran 1

Fungsi alat-alat yang digunakan analisa kualitas air

No Alat Fungsi

1 Thermometer Hg Untuk mengukur suhu dalam

perairan

2 Stopwatch Untuk mengukur waktu

3 Secchi disk Untuk mengukur tingkat kecerahan

perairan

4 Tali tampar Untuk mengikat dan pegangan

secchi disk

5 Penggaris Sebagai penanda jarak antara D1 dan

D2

6 Kotak pH Sebagai indikator warna pada pH

paper

7 Botol DO 250 ml Sebagai wadah air sampel

8 Pipet tetes Untuk mengambil larutan dalam

skala kecil

9 Erlenmeyer 50 ml Sebagai wadah untuk mereaksikan

larutan

10 Buret Sebagai wadah larutan tritasi

11 Statif Sebagai penyangga buret

12 Corong Untuk memudahkan memasukkan

larutan kedalam buret

24

Page 25: BAB 1 & 2

No Alat Fungsi

13 Nampan Untuk tempat alat

14 Washing bottle Sebagai wadah aquades

15 Botol air mineral 600 ml Sebagai wadah air sampel

16 Gelas ukur 50 ml Untuk mengukur volume air sampel

17 Cuvet Sebagai tempat larutan yang akan

diukur

18 Rak cuvet Sebagai tempat meletakkan cuvet

19 Spektofotometer Untuk mengukur kadar amonia (425

μm), nitrat (410μm)dan orthofosfat

(690μm)

20 Cawan porselen Sebagai tempat sampel yang akan

dipanaskan dan untuk tempat

menguapkan larutan sampel hingga

terbentuk kerak / kristal

21 Hot plate Untuk menguapkan larutan hingga

terbentuk kerak pada cawan porselen

22 Spatula Untuk menghomogenkan kerak nitrat

dan asam fenol disulfonik

23 Beaker glass Untuk menghomogenkan atau

mereaksikan larutan

24 Pipet volume Untuk mengambil larutan dalam

skala besar

25 Plankton net nomor 25 Untuk menyaring sampel plankton

26 Botol film Sebagai wadah air sampel

No Alat Fungsi25

Page 26: BAB 1 & 2

27 Bola hisap Untuk membantu pipet volume

mengambil larutan

28 Ember 5 liter Untuk mengambil air sampel

29 Mikroskop Untuk mengamati sampel plankton

30 Cool box Untuk menyimpan sampel plankton

31 Objek glass Sebagai wadah perifiton saat diamati

32 Cover glass Sebagai penutup objek glass

33 Buku prescot Untuk mengidentifikasi jenis plankton

34 Kalkulator Untuk menghitung data yang

didapatkan

35 Alat tulis Untuk mencatat hasil yang diperoleh

36 Kamera Sebagai dokumentasi selama PKM

26

Page 27: BAB 1 & 2

Lampiran 2

Fungsi bahan-bahan yang digunakan analisa kualitas air

No Bahan Fungsi

1 Air kolam Media yang akan diukur

2 Karet gelang Sebagai penanda D1 dan D2

3 pH paper Untuk mengukur pH air kolam

4 Aquades Sebagai pensterilisasi alat yang digunakan

5 Tissue Untuk membersihkan dan mengeringkan

alat

6 NaOH+KI Untuk membentuk endapat warna coklat

(melepas I2)

7 MnSO4 Sebagai pengikat O2 dalam perairan

8 Amylum Sebagai pengkondisi suasana basa dan

indikator warna ungu

9 H2SO4 Sebagai pengkondisi suasana asam dan

pelarut endapan coklat

10 Na2SO3 0,025 N Sebagai larutan titrasi

11 Kertas Label Untuk menandai sampel penelitia

12 Indikator PP Sebagai indikator suasana basa dan

indikator warna pink

12 Na2CO3 0,454 N Sebagai titran dan mengikat CO2 bebas di

perairan

13 Asam fenol disulfonik Sebagai pelarut kerak nitrat disulfonik

14 Larutan blanco Untuk mengukur volume air sampel

15 SnCl2 Sebagai indikator warna biru

27

Page 28: BAB 1 & 2

No Bahan Fungsi

16

NH4OH

Untuk melarutkan lemak dan suplai ion H+

dan sebagai indikator pembentuk warna

kuning

17 Kertas saring Untuk menyaring air kolam sebelum diberi

NH4OH

18 Amonium molybdate Untuk mengikat fosfat dan mengubah

amonium menjadi fosfor molybdate

19 Lugol Untuk mengawetkan sampel plankton

Lampiran 3

Daftar Pertanyaan Wawancara

28

Page 29: BAB 1 & 2

1. Bagaimana sejarah berdirinya Unit Pelaksana Teknis Dinas Balai Benih

Ikan di Dinas Pertanian, Perikanan dan Peternakan Kota Blitar?

2. Apakah visi dan misi dari Unit Pelaksana Teknis Dinas Balai Benih Ikan

di Dinas Pertanian, Perikanan dan Peternakan Kota Blitar?

3. Bagaimana struktur organisasi pada Unit Pelaksana Teknis Dinas Balai

Benih Ikan di Dinas Pertanian, Perikanan dan Peternakan Kota Blitar?

4. Berapa jumlah tenaga kerja yang terdapat di Unit Pelaksana Teknis

Dinas Balai Benih Ikan pada Dinas Pertanian, Perikanan dan

Peternakan Kota Blitar?

5. Bagaimana rencana kedepannya untuk budidaya ikan koi?

6. Apakah ada keinginan untuk menjual induk dan benih ikan koi ke luar

daerah Blitar?

7. Bagaimana pengorganisasian untuk budidaya induk ikan koi dan

pembenihan ikan koi di Unit Pelaksana Teknis Dinas Balai Benih Ikan

pada Dinas Pertanian, Perikanan dan Peternakan Kota Blitar?

8. Apakah ada kerjasama dengan pihak luar seperti pihak swasta untuk

pembenihan ikan koi dan budidaya induk ikan koi di Unit Pelaksana

Teknis Dinas Balai Benih Ikan pada Dinas Pertanian, Perikanan dan

Peternakan Kota Blitar?

9. Apa saja sarana dan prasarana yang terdapat di Unit Pelaksana Teknis

Dinas Balai Benih Ikan pada Dinas Pertanian, Perikanan dan

Peternakan Kota Blitar?

10. Berapa jumlah kolam yang terdapat di Unit Pelaksana Teknis Dinas

Balai Benih Ikan pada Dinas Pertanian, Perikanan dan Peternakan Kota

Blitar?

29

Page 30: BAB 1 & 2

11. Berapa ukuran kolam yang digunakan untuk induk ikan koi dan

pembenihan ikan koi di Unit Pelaksana Teknis Dinas Balai Benih Ikan

pada Dinas Pertanian, Perikanan dan Peternakan Kota Blitar?

12. Berapa jumlah kolam pemijahan ikan koi yang terdapat di Unit

Pelaksana Teknis Dinas Balai Benih Ikan pada Dinas Pertanian,

Perikanan dan Peternakan Kota Blitar?

13. Apa yang harus dilakukan dalam persiapan kolam pemijahan ikan koi?

14. Darimana sumber air yang digunakan untuk pemijahan ikan koi?

15. Berapa perbandingan antara ikan jantan dan betina yang digunakan

untuk pemijahan?

16. Bagaimana ciri-ciri indukan ikan koi yang baik dan sehat?

17. Bagaimana cara menebarkan benih ikan koi ke dalam kolam?

18. Bagaimana cara pembenihan yang baik terhadap ikan koi?

19. Berapa hari sekali dilakukannya pengukuran parameter kualitas air?

20. Apa saja parameter kualitas air yang menunjang kehidupan induk ikan

koi ?

21. Bagaimana kualitas air yang baik untuk induk ikan koi saat melakukan

pemijahan?

22. Apakah sering terjadi kematian pada benih ikan koi dan lamanya ikan

koi untuk melakukan pemijahan?

23. Apa saja faktor yang mempengaruhi kematian benih ikan koi?

24. Apa saja hama dan penyakit yang sering menyerang benih ikan koi?

25. Apa saja faktor yang mempengaruhi keberadaan hama dan penyakit

tersebut?

26. Bagaimana bentuk pengendalian terhadap hama dan penyakit tersebut?

27. Apakah pakan yang diberikan pada benih ikan koi?

30

Page 31: BAB 1 & 2

28. Mengapa menggunakan pakan tersebut?

29. Bagaimana manajemen pakan yang baik terhadap benih ikan koi?

30. Berapa benih yang dihasilkan dalam sekali pemijahan?

31. Bagaimana ciri-ciri benih ikan koi yang baik?

32. Bagaimana proses sehingga dalam satu indukan dapat menghasilkan

berbagai jenis ikan koi yang berbeda?

33. Pada usia berapa benih ikan koi dapat diketahui jenisnya?

34. Bagaimana cara membedakan jenis ikan koi yang satu dengan lainnya?

35. Dalam sekali pemijahan berapa persen indukan dapat menghasilkan

ikan koi yang bagus?

36. Apa saja faktor yang mempengaruhi hal tersebut?

37. Pada usia berapa biasanya benih ikan koi dapat dijual?

38. Berapa harga benih ikan koi?

39. Apa saja faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya harga benih ikan

koi?

40. Bagaimana bentuk pengendalian ang dilakukan erhadap hama dan

penyakit yang benyerang benih?

41. Bagaimana cara pengelolaan yang baik terhadap kolam- kolam yang

ada di Unit Pelaksana Teknis Dinas Balai Benih Ikan pada Dinas

Pertanian, perikanan dan Peternakan Kota Blitar?

31