ayu wahyuni
DESCRIPTION
Jurnal Ayu WahyuniTRANSCRIPT
-
PERBEDAAN ANTARA PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DAN SUSU FORMULA TERHADAPTUMBUH KEMBANG BAYI USIA 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DINOYO KOTA
MALANG
Kumboyono, Dian Susmarini, Ayu Wahyuni L
ABSTRAK
Rentang usia bayi 0-24 bulan merupakan tahap perkembangan kritis sehingga memerlukanperhatian yang optimal, terutama dari orang tua sebagai orang terdekat. Bayi usia 0-6 bulan dapattumbuh dan berkembang secara optimal hanya dengan mengandalkan asupan gizi dari ASI. Namun,kebanyakan ibu sudah memberikan susu formula kepada bayinya sebelum berusia 6 bulan.Rendahnya pemberian ASI eksklusif di Indonesia menyebabkan 5 juta balita menderita gizi kurangdan berdampak pada gangguan pertumbuhan dan perkembangan. Tujuan penelitian ini adalah untukmengetahui perbedaan antara pemberian ASI eksklusif dan susu formula terhadap tumbuh kembangbayi usia 0-6 bulan. Metode penelitian yang digunakan bersifat studi komparatif melalui pendekatancase control. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah bayi usia 0-6 bulan (30 bayi). Hasilpenelitian menunjukkan bahwa dari 15 bayi yang diberi ASI eksklusif terdapat 13 bayi (43%) yangmengalami perkembangan normal dan 2 bayi (7%) mengalami perkembangan suspek. Sedangkandari 15 bayi yang mendapatkan susu formula terdapat 8 bayi (27%) mengalami perkembangan normaldan 7 bayi (23%) mengalami perkembangan suspek. Pertumbuhan bayi didapatkan dari 15 bayi yangmendapatkan ASI eksklusif terdapat 15 bayi (50%) normal sedangkan dari 15 bayi yang diberi susuformula terdapat 13 bayi (43%) normal dan 2 bayi (7%) di bawah standar. Berdasarkan uji hipotesisdengan menggunakan chi square dengan tingkat kepercayaan 95% didapatkan hasil pengukuranperkembangan p value = 0,012, dan hasil pengukuran pertumbuhan p value = 0,03. Sehingga dapatdisimpulkan bahwa terdapat perbedaan antara pemberian ASI eksklusif dan susu formula terhadaptumbuh kembang bayi usia 0-6 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Dinoyo Kota Malang.
Kata kunci : ASI Eksklusif, Susu Formula, Tumbuh Kembang
ABSTRACT
The age range of infants 0-24 months is a critical developmental stages that require optimalattention, especially from the parents as the nearest person. Infants aged 0-6 months can grow anddevelop optimally only by relying on nutrient taken from breast milk. However, mostly Indonesianmothers have to give formula milk to their babies before the age of 6 months. In fact, the lack of ASI inIndonesia causes 5 million children under five years old suffering from malnutrition and the impact ongrowth and development disorders. The purpose of this study is to determine the differenciation ofgiving exclusive asi and formula milk towards growth of infant baby in age 0-6 months . The researchmethod is a comparative study with case-control approach. Samples which taken in this study wereinfants aged 0-6 months (30 infants). The results shows that from the 15 infants who given exclusivelyASI, there are 13 infants (43%) who have normal development and 2 infants (7%) have suspectdevelopment. Meanwhile, from the 15 infants who receive formula milk there are 8 infants (27%) havenormal development and 7 infants (23%) have suspect development. In addition, the growth obtainedfrom 15 infants who receiving exclusive ASI are absolutely normal (50%), while of 15 infants fedformula milk, there were 13 normal infants (43%) and 2 under standart infants (7%). Based onhypothesis testing using chi square with 95% confidence level measurements is showed that p valueof development = 0.012 and p value of growth measurements = 0.03. So it can be concluded that
-
there is a difference between ASI exclusive and formula milk for development and growth of infantsaged 0-6 months in the giving exclusive ASI and formula milk towards growth of infant baby in age 0-6 months in workplace Puskesmas Dinoyo Malang .
Keywords: Exclusive ASI, Formula Milk, Growth
PENDAHULUAN
Masa bayi merupakan masa yang tidak
akan pernah terulang dalam kehidupan setiap
individu manusia. Bayi merupakan suatu tahap
perkembangan manusia setelah dilahirkan (
Puspita, 2006). Pertumbuhan dan
perkembangan bayi bersifat multidimensional
dan terdiri dari beberapa domain yang saling
terkait meliputi perkembangan motorik, kognitif
, social dan emosional (Gibney dkk, 2005).
Rentang usia bayi 0-24 bulan
merupakan tahap perkembangan kritis
sehingga memerlukan perhatian yang optimal ,
terutama dari orang tuanya sebagai orang
terdekat. Secara psikologis pada tahap usia ini
diperlukan kebutuhan yang khusus
dibandingkan dengan usia selanjtnya.
Kebutuhan khusus tersebut diantaranya nutrisi
yang cukup bagi tumbuh kembang bayi secara
optimal yaitu dengan ASI eksklusif ( Puspita,
2006).
ASI merupakan nutrisi alamiah terbaik
bagi bayi dengan kandungan gizi paling sesuai
untuk pertumbuhan dan perkembangan
optimal, sebab ASI mengandung semua nutrisi
yang diperlukan untuk bertahan hidup pada
enam bulan pertama , meliputi hormon,
antibody, factor kekebalan, dan antioksidan
(Prasetyono, 2009). Keunggulan kandungan
ASI yang berperan dalam pertumbuhan dan
perkembanga bayi yaitu protein, lemak,
elektrolit, enzim dan hormone (Evawany,
2005).
Pemberian ASI selama 6 bulan tanpa
dicampur dengan tambahan cairan lain seperti
susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih dan
tanpa tambahan makanan padat seperti
pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi
tim disebut sebagai ASI Eksklusif (Maryunani,
2009). Depkes RI (2007) mendefenisikan ASI
Eksklusif adalah pemberian hanya ASI saja,
segera setelah bayi lahir sampai umur 6 bulan
tanpa makanan atau cairan lain termasuk air
putih, kecuali obat dan vitamin. Pemberian ASI
Eksklusif berlandaskan keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia
No.450/MenKes/SK/IV/2004 tanggal 7 April
2004 yang mendukung pencapaian
pertumbuhan, perkembangan dan kesehatan
optimal bayi.
Setelah usia 6 bulan, disamping ASI
dapat pula diberikan makanan tambahan (MP-
ASI, Makanan Pendamping ASI), namun
pemberiannya harus diberikan secara tepat
meliputi kapan memulai pemberian, apa yang
harus diberikan, berapa jumlah yang diberikan
dan frekuensi pemberian untuk menjaga
kesehatan bayi (Rosidah, 2008). Pemberian
makanan tambahan harus disesuaikan dengan
-
maturitas saluran pencernaan bayi dan
kebutuhannya (Narendra dkk, 2008). Namun
kebanyakan ibu sudah memberikan susu
formula kepada bayinya sebelum berusia 6
bulan. Hal ini dapat kita lihat dari rendahnya
pencapaian ASI eksklusif di Indonesia yaitu
bayi yang mendapat ASI eksklusif sampai usia
5 bulan hanya 14% dan 8 % sampai usia 6
bulan (Depkes, 2004).
Rendahnya pemberian ASI eksklusif di
Indonesia menyebabkan 5 juta balita menderita
gizi kurang, sehingga dapat dikatakan derajat
kesehatan dan gizi anak Indonesia masih
memprihatinkan. Hal ini ditandai dengan
tingginya tingkat kematian bayi setiap
tahunnya, sekitar 132.000 anak meninggal
sebelum usia 1 tahun. Menurut WHO, dari
seluruh kematian bayi tersebut, lebih dari
setengahnya terkait dengan gizi kurang dan
gizi buruk serta penyakit infeksi. Selain itu
kekurangan gizi pada balita akan berdampak
buruk pertumbuhan dan perkembangannya,
yaitu timbulnya gangguan psikomotor, kognitif
dan social serta secara klinis terjadi gangguan
pertumbuhan (Depkes, 2006).
Berdasarkan hasil observasi yang
dilakukan oleh peneliti di Wilayah Kerja
Puskesmas Dinoyo Kota Malang pada tahun
2012, peneliti menemukan bayi yang
mengalami suspek saat dilakukan pengukuran
tumbuh kembang dan maraknya penggunaan
susu formula pada bayi di bawah usia 6 bulan.
Terkait hal tersebut penulis tertarik untuk
meneliti lebih jauh mengenai perbedaan antara
pemberian ASI eksklusif dan susu formula
terhadap tumbuh kembang bayi usia 0-6 bulan
di Wilayah Kerja Puskesmas Dinoyo Kota
Malang.
Tujuan dari penelitian ini adalah
mengetahui perbedaan antara pemberian asi
eksklusif dan susu formula terhadap tumbuh
kembang bayi usia 0-6 bulan di wilayah kerja
puskesmas dinoyo kota malang.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
menimbulkan minat bagi peneliti dan akademisi
keperawatan untuk makin memperbanyak
penelitian di bidang ini serta memberikan
informasi bagi sarana pelayanan kesehatan
agar lebih baik dalam memberikan penyuluhan
pemberian asi eksklusif pada ibu hamil dan ibu
yang baru melahirkan. Manfaat bagi
masyarakat diharapkan dapat meningkatkan
kesadaran masyarakat tentang keuntungan
pemberian asi eksklusif yang mempunyai nilai
gizi paling sempurna.
METODOLOGI PENELITIAN
Desain penelitian ini bersifat studi
komparatif dengan melalui pendekatan case
control. Tehnik sampling yang digunakan
adalah nonprobability sampling, yaitu
purposive sampling. Dalam penelitian ini
menggunakan sampel sebanyak 30 bayi usia
0-6 bulan di wilayah kerja puskesmas dinoyo
kota malang yang telah memenuhi criteria
tertentu. Kriteria inklusinya adalah bayi
berumur 0-6 bulan, bayi yang belum mendapat
makanan tambahan lain selain ASI dan susu
formula, bayi tidak dalam keadaan sakit.
Penelitian dilakukan di wilayah kerja
-
puskesmas dinoyo kota malang pada bulan
Februari-Maret 2013. Variable pemberian asi
eksklusif dan susu formula diukur dengan
menggunakan kuesioner sejumlah 10
pertanyaan. Untuk mengukur variable tumbuh
kembang menggunakan lembar DDST II dan
antrophometri dengan menggunakan uji chi-
square, dengan tingkat kepercayaan 95% ( =
0,05) dengan bantuan SPSS 16 for windows.
Sehingga jika diperoleh p value < (0,05)
artinya terdapat hubungan antara pemberian
asi eksklusif dan susu formula terhadap
tumbuh kembang bayi usia 0-6 bulan di
wilayah kerja puskesmas dinoyo kota malang.
HASIL PENELITIAN
Berikut akan disajikan hasil penelitian
perbedaan antara pemberian asi eksklusif dan
susu formula terhadap tumbuh kembang bayi
usia 0-6 bulan di wilayah kerja puskesmas
dinoyo kota malang.
a. Deskripsi karakteristik responden
Tabel 1. Frekuensi distribusi karakteristikresponden
Berdasarkan tabel di atas dapat
diketahui bahwa dari keseluruhan responden
yang berjumlah 30 orang bayi di Wilayah Kerja
Puskesmas Dinoyo Kota Malang,
beradasarkan karakteristik usia terdapat 17 (57
%) bayi berusia 0-3 bulan, 13 (43 %) bayi
berusia 4-6 bulan diantaranya 12(40%)
berjenis kelamin laki-laki dan 18 (60%) berjenis
kelamin perempuan. Orang tua dalam hal ibu
sebagian besar berprofesi sebagai ibu rumah
tangga yaitu sebesar 20(67%), dan berprofesi
lainnya yaitu PNS sebesar 3(10%), wiraswasta
7(23%) serta ibu yang memberikan bayinya
ASI ekslusif sebanyak 15(50%), dan susu
formula 15(50%)
b. Hasil pengukuran perkembangan bayi
menggunakan DDST II
Pada tabel frekuensi distribusi tumbuh
kembang di atas didapatkan dari keseluruhan
bayi yang berjumlah 30 orang bayi, terdapat 15
bayi yang diberi ASI eksklusif mengalami
No
Deskripsi
Karakteristik
Responden
Frekuensi Pemberian makanan
N %
ASI
eksklusif
Susu
formula
1
Usia
0-3 bulan 17 57% 9 8
4-6 bulan 13 43% 6 7
2
Jenis kelamin
Laki-laki 12 40% 3 9
Perempuan 18 60% 12 6
3
Pekerjaan
PNS 3 10% 1 2
Wiraswasta 7 23% 2 5
Ibu Rumah
Tangga 20 67% 12 8
Jumlah 30 100% 15 15
-
perkembangan normal sebesar 43% atau 13
orang bayi, dan suspek 7% atau 2 orang bayi.
Sedangkan bayi yang diberi susu formula
mengalami perkembangan normal sebesar
27% atau 8 orang bayi dan suspek sebesar
23% atau 7 orang bayi. Berdasarkan uraian
diatas dapat disimpulkan bahwa bayi yang
mendapatkan ASI eksklusif memiliki tingkat
perkembangan yang lebih bagus dibandingkan
bayi yang diberi susu formula.
c. Hasil pengukuran pertumbuhan bayi
menggunakan antrophometri
Pada tabel frekuensi distribusi
pertumbuhan bayi didapatkan dari keseluruhan
bayi yang berjumlah 30 orang bayi diantaranya
dari 15 bayi yang diberi ASI eksklusif 15 (50%)
bayi mengalami pertumbuhan yang normal,
dan bayi yang diberi susu formula dari 15 bayi
terdapat 13 (43%) bayi yang normal, 2 (7%)
bayi mengalami pertumbuhan di bawah
standar.
Berdasarkan uraian diatas dapat
disimpulkan bahwa bayi yang diberi ASI secara
eksklusif memiliki tingkat pertumbuhan yang
normal dibandingkan bayi yang diberi susu
formula yaitu terdapat 15 (50%) bayi
mengalami pertumbuhan normal.
ANALISA DATA
Dari data hasil pengukuran tumbuh
kembang bayi dengan alat ukur DDST dan
antrophometri setelah dianalisis dengan
menggunakan uji beda : chi-square test
dengan shoftware SPSS 16 for Windows
didapatkan hasil : pengukuran Perkembangan
menunjukkan 0,012
-
dinoyo kota malang dan keterbatasan
penelitian.
6.1 Tingkatan perkembangan bayi usia 0-6bulan yang diberi ASI eksklusif dan susuformula
Hasil penelitian ini didapatkan bahwa dari 30
responden, 15 bayi mendapatkan ASI eksklusif
dan 15 bayi mendapatkan susu formula. Dari
hasil penelitian ini juga didapatkan bahwa dari
30 responden, saat dilakukan pengukuran
Perkembangan dengan menggunakan DDST
terdapat 21 bayi mengalami perkembangan
normal dan 9 bayi mengalami perkembangan
suspek.
Pada bayi yang mendapatkan ASI
eksklusif terdapat 13 bayi mengalami tingkat
perkembangan normal dan 2 bayi mengalami
perkembangan suspek. Sedangkan pada bayi
yang mendapatkan susu formula terdapat 8
bayi yang mengalami perkembangan normal
dan 7 bayi mengalami perkembangan suspek.
Dari hasil penelitian terkait tentang
tumbuh kembang dapat disimpulkan bahwa
ASI eksklusif dapat meningkatkan
perkembangan bayi usia 0-6 bulan. Hal ini
sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Nurul Azkanuddin (2012) terkait tentang
perkembangan, hasil penelitian diperoleh
responden bayi yang mendapat ASI eksklusif
perkembangan yang normal terdapat 49 bayi
(55,1%) dan yang suspek terdapat 40 bayi
(44,9%). Sedangkan bayi yang mendapat MP-
Asi perkembangan yang normal terdapat 32
bayi (35,6%) dan yang suspek terdapat 58 bayi
(64,4%).
Fakta ini bertentangan dengan teori
yang menyatakan bahwa tidak adanya
perbedaan antara perkembangan bayi yang
diberi ASI eksklusif dan susu formula
dikarenakan kandungan gizi yang terdapat
pada ASI, yaitu protein, karbohidrat, lemak,
mineral, air dan vitamin-vitamin (Soetjiningsih,
1995) serta zat untuk perkembangan
kecerdasan dan zat kekebalan (Judarwanto,
2006), juga terdapat pada susu formula.
Kandungan nutrisi pada ASI tentu saja
berbeda dari susu sapi yang merupakan bahan
susu formula. Kandungan lemak utama ASI
adalah lemak ikatan panjang, sedangkan susu
sapi mengandung lemak ikatan pendek. Lemak
ikatan panjang adalah cikal bakal DHA dan AA
untuk perkembangan otak. Karena itulah
kenapa produsen susu formula menambahkan
produknya dengan kandungan DHA dan AA
yang tak terdapat pada susu sapi. Akan tetapi,
DHA dan AA tambahan ini baru bisa terserap
dengan baik jika bayi memiliki enzim
penyerapan yang cukup. Padahal, enzim
dalam tubuh bayi masih belum berfungsi penuh
dan jumlahnya sedikit. Zat penyerapan DHA
dan AA sudah terdapat dalam ASI, sehingga
mudah diserap oleh tubuh. Sedangkan susu
formula tidak disertai enzim penyerapan
sehingga lebih bergantung pada enzim bayi
yang sudah ada. Akibatnya, penyerapan jadi
tidak maksimal atau malah sedikit sekali. Hal
tersebut sesuai dengan teori yang diungkapkan
Narendra dkk (2002) menyatakan bahwa ASI
banyak menagandung LCPUFAs (Long Chain
Poly Unsaturated Fatty Acids), yaitu
Arachidonic Acid (AA) dan Docosahexanoic
-
Acid (DHA) dalam jumlah yang memadai untuk
pertumbuhan otak anak. LCPUFAs merupakan
asam lemak utama pada otak dan retina.
Sedangkan susu formula , komposisinya
menggunakan acuan ASI sebagai standarnya.
Produk susu formula memang memiliki
kandungan gizi yang disamakan dengan ASI,
namun jumlahnya lebih kecil daripada
kandungan gizi pada ASI.
Gangguan gizi pada masa bayi dan
anak dapat menghambat petumbuhan di
kemudian hari. Hal tersebut sesuai dengan
teori yang membuktikan bahwa bayi akan
tumbuh lebih sehat dan lebih cerdas dengan
diberi ASI eksklusif selama empat sampai
enam bulan pertama kehidupannya. ASI
merupakan sumber nutrisi dan imunitas yang
paling baik untuk bayi yang sedang tumbuh
kembang (Hanafi, 2004).
6.2 Tingkatan pertumbuhan bayi usia 0-6bulan yang diberi asi eksklusif dan susuformula
Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan dari
keseluruhan bayi yang berjumlah 30 orang bayi
diantaranya dari 15 bayi yang diberi ASI
eksklusif terdapat 15 bayi mengalami
pertumbuhan yang normal, dan bayi yang
diberi susu formula dari 15 bayi terdapat 13
bayi yang normal dan 2 bayi mengalami
pertumbuhan di bawah standar. Hal ini sesuai
dengan teori WHO dan UNICEF yang
menyatakan bahwa terjadinya gagal tumbuh
akibat kurang gizi pada bayi menyebabkan
terjadinya penurunan IQ 11 point lebih rendah
dibanding anak yang tidak kurang gizi (Ashar
dkk, 2008). Zat yang terkandung dalam ASI
merupakan zat yang dibutuhkan oleh bayi
dalam proses pertumbuhan, disebabkan oleh
kandungan asi yang sempurna sehingga susu
formula tidak bisa menggantikan nutrisi yang
terkandung dalam ASI. Seperti yang dikatakan
oleh Hubertin (2004) ASI mengandung nutrisi,
hormon, unsur kekebalan, faktor pertumbuhan
, antialergi, serta anti inflamasi. Nutrisi dalam
ASI mencakup hampir 200 unsur zat makanan.
Unsure ini mencakup hidrat arang , lemak,
protein, vitamin dan mineral dalam jumlah yang
proporsional. Kandungan hormon asi
jumlahnya sedikit, tetapi sangat diperlukan
dalam proses pertumbuhan dan metabolisme.
Zat hidrat arang dalam asi dalam bentuk
laktosa yang jumlahnya akan berubah-ubah
setiap hari menurut pertumbuhan bayi
Hal tersebut sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Yawarmansyah (2010)
menunjukkan bahwa dari 157 sampel sebagian
besar yang mendapatkan ASI ekslusif
mengalami pertambahan berat badan yang
normal yaitu sebanyak 116 sampel (73,9%)
dan tidak ada sampel yang mengalami
pertambahan berat badan yang sangat kurang.
Sedangkan yang tidak mendapatkan ASI
Ekslusif dari 9 bayi semuanya mengalami
pertambahan berat badan yang sangat kurang
dan tidak ada bayi yang mengalami berat
badan yang lebih.
6.3 Perbedaan antara pemberian asieksklusif dan susu formula terhadaptumbuh kembang bayi usia 0-6 bulan
-
Perkembangan merupakan perubahan yang
terjadi secara bertahap dari tingkat yang paling
rendah ke tingkat yang paling tinggi dan
kompleks melalui proses maturasi dan
pembelajaran. Perkembangan berhubungan
dengan perubahan secara kualitas,
diantaranya peningkatan kapasitas individu
untuk berfungsi yang dicapai melalui proses
pertumbuhan, pematangan dan pembelajaran
(Supartini , 2004). Sedangkan Pertumbuhan
berkaitan dengan perubahan yang bersifat
kuantitas,yang mengacu pada jumlah, besar,
dan luas, serta bersifat konkret yang
menyangkut ukuran dan struktur biologis
(Mansur, 2009). Oleh karena itu, untuk
mencapai tahapan tumbuh kembang bayi yang
optimal, diperlukan nutrisi yang memadai.
Penelitian komparatif ini bertujuan
untuk membandingkan antara pemberian ASI
eksklusif dan susu formula terhadap tumbuh
kembang bayi usia 0-6 bulan yang
menggunakan alat ukur DDST dan
antrophometri. Setelah dilakukan pengujian
statistik dengan uji Non Parametric Chi-Square
didapatkan hasil pengukuran Perkembangan
menunjukkan P value 0,012
-
Puskesmas Pagesangan Tahun 2005 lebih
banyak ibu yang memberikan ASI Eksklusif
daripada ibu yang tidak memberikan ASI
Eksklusif yaitu sebanyak 69,4%, sedangkan
yang tidak memberikan ASI Eksklusif sebanyak
30,6% (Sari, 2005).
Oleh karena itu peneliti menyarankan
agar bayi memperoleh ASI eksklusif, yaitu
pemberian asi selama 6 bulan pertama
kelahiran tanpa makanan dan atau minuman
yang lain agar tumbuh kembang bayi mencapai
tumbuh kembang yang optimal.
Keterbatasan penelitian1. Penelitian ini menggunakan desain case
control sehingga dalam pengamatan
atau observasi perkembangan dan
pengukuran pertumbuhan anak
menggunakan DDST dan antrophometri
dilakukan hanya satu kali observasi.
2. Dalam penelitian ini peneliti tidak bisa
mengendalikan factor lain yang
mempengaruhi perkembangan dan
pertumbuhan selain ASI eksklusif dan
susu formula, karena perkembangan
selain dipengaruhi nutrisi juga
dipengaruhi oleh stimulasi orang tua.
3. Tehnik pengumpulan sampel
menggunakan pendekatan
nonprobability sehingga dalam
menentukan kriteria responden, peneliti
tidak melakukan pemeriksaan secara
klinis terhadap responden yang menjadi
criteria penelitian, peneliti hanya
menanyakan langsung kepada ibu
responden dan hasil observasi yang
dilakukan oleh peneliti sendiri.
PENUTUP
Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1. Perkembangan bayi usia 0-6 bulan
di Wilayah Kerja Puskesmas Dinoyo
Kota Malang, mengalami
perkembangan normal sebanyak 21
bayi dan 9 bayi yang lain mengalami
perkembangan suspek.
2. Pertumbuhan bayi usia 0-6 bulan di
wilayah Kerja Puskesmas Dinoyo
Kota Malang, mengalami
pertumbuhan normal sebanyak 28
dan 2 bayi lainnya mengalami
pertumbuhan di bawah standar .
3. Pada bayi usia 0-6 bulan di Wilayah
Kerja Puskesmas Dinoyo Kota
Malang, 15 bayi mendapatkan ASI
eksklusif dan 15 bayi mendapatkan
susu formula.
4. Terdapat perbedaan antarapemberian ASI eksklusif dan susu
formula terhadap tumbuh kembang
bayi usia 0-6 bulan di Wilayah Kerja
Puskesmas Dinoyo Kota Malang.
5. Bayi yang mendapatkan ASI
eksklusif memiliki tingkat tumbuh
kembang yang lebih bagus
dibandingkan bayi yang diberi susu
formula.
-
Saran
Untuk masyarakat
Masyarakat terutama kaum ibu
sebaiknya lebih mengutamakan pemberian ASI
eksklusif, mengingat banyak manfaat dan
keunggulan ASI dibandingkan susu formula
terhadap tumbuh kembang bayi serta
masyarakat hendaknya memeriksakan terkait
tumbuh kembang bayi ke pelayanan kesehatan
sebagai deteksi awal terhadap gangguan
tumbuh kembang pada bayi.
Untuk petugas kesehatan
Petugas kesehatan diharapkan selalu menjadi
sumber informasi untuk memberikan informasi
yang benar mengenai keuntungan pemberian
ASI eksklusif dan pengaruhnya terhadap
proses tumbuh kembang bayi.
Untuk peneliti selanjutnya
Untuk memperkuat validitas data maka sampel
yang digunakan dalam penelitian dapat
diperbanyak dan penelitian ini dapat
ditindaklanjuti dengan menambah factor-faktor
di luar penelitian ini seperti pola asuh orang
tua.
DAFTAR PUSTAKA
Puspita, Widya Ayu. 2006. Menata KamarBayi, Cetakan 1. Jakarta : PenebarSwadaya
Gibney, M.J. 2005. Gizi KesehatanMasyarakat. Jakarta : Penerbit BukuKedokteran EGC
Departemen kesehatan RI .2007. PanduanPeserta Pelatihan Konseling Menyusui.
Jakarta : Direktorat Bina KesehatanMasyarakat Bina Gizi Masyarakat,
World Health Organization, 2001. Exclusivebreastfeeding. Geneva: WHO.Availablefrom:http://www.who.int/nutrition/topics/exclusive_breastfeeding/en/index.html. Diakses tanggal 5 oktober2012.
Evawany. 2005. Pengaruh Pemberian MieInstan Fortifikasi pada Ibu Menyusui
terhadap Kadar Zink dan Besi ASI danPertumbuhan Linier Bayi 1-4 Bulan
Maryunani, Anik.2009. Asuhan pada Ibu dalamMasa Nifas. Jakarta : Trans Info Media
Rosidah. 2008. Pemberian MakananTambahan. Jakarta: Penerbit BukuKedokteran EGC
Narendra, et al. 2008. Tumbuh Kembang Anakdan Remaja. Jakarta: Sagung Seto
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.2004. Sistem Kesehatan Nasional.Jakarta
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.2006. Pemberian MakananPendamping ASI lokal. Jakarta
Roesli, Utami . 2005. Mengenal ASI Eksklusif.
Jakarta : Trubus Argriwidya.
Depkes RI.2001. Keunggulan Asi dan ManfaatMenyusui : Panduan ManajemenLaktasi http://www.DepkesRI.co.id .Dikutip tanggal 15 oktober 2012.
Hubertin., Purwati Sri. 2004. KonsepPenerapan ASI Eksklusif. Jakarta :Penerbit Buku Kedokteran EGC
Pudjiadi, S. 2003. Ilmu Gizi Klinis Pada Anak.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Prawirohardjo, Sarwono. 2005. Ilmu
Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
-
Eissenberg. 2002. Bayi Pada Tahun Pertama.
Jakarta : Arcan
Utami, Roesli. 2004. ASI Eksklusif. Edisi II.
Jakarta : Trubus Agrundaya
Prasetyono, D.S. 2009. ASI EksklusifPengenalan,Praktik danKemanfaatannya. Yogyakarta : DivaPress
Departemen Kesehatan RI.2001. ASI Eksklusifdan Penatalaksanaannya, Jakarta :Dinas Kesehatan
Handayani dkk. 2002. Perawatan Bayi RisikoTinggi. Jakarta : Penerbit BukuKedokteran EGC
Nursalam. 2002. Pendekatan PraktisMetodologi Riset Keperawatan. Jakarta :sagung seto
Hastono. 2001. Analisis Data. Jakarta :Pustaka Fakultas Kesehatan MasyarakatUniversitas Indonesia
Azkanuddin,Nurul. 2012. PerbedaanPerkembangan Motorik Kasar Bayi Usia7-8 Bulan yang Mendapat MP-ASI danAsi Eksklusif Di Wilayah KerjaPuskesmas Kedungmundu KotaSemarang. Semarang : Pustaka FakultasIlmu Keperawatan dan KesehatanUniversitas Muhammadiyah Semarang
Soetjiningsih. 1995. Tumbuh kembang Anak.Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Judarwanto, W. 2006. Pemilihan Susu FormulaTerbaik Bagi Anak.http://www.pdpersi.co.id. Diakses tanggal15 oktober 2012
Nerendra, M.S, dkk. 2002. Buku Ajar I TumbuhKembang Anak dan Remaja Edisi
Pertama IDAI. Jakarta : Sagung Seto
Hartanto, Hanafi .2004. Keluarga Berencanadan Kontrasepsi. Jakarta : Sinar Harapan
Sri, Hubertin. 2004. Konsep Penerapan ASIEklusif. Jakarta: Penerbit BukuKedokteran EGC.
Yawarmansyah .2010. Hubungan PemberianAsi Eksklusif dengan Penambahan BeratBadan Bayi Di Puskesmas Karang PuleTahun 2010.Tugas Akhir. Tidakditerbitkan, Sekolah Tinggi IlmuKesehatan Dompu
Yupi, Supartini. 2004. Buku Ajar Konsep DasarKeperawatan Anak. Jakarta : PenerbitBuku Kedokteran EGC
Gibney et al. 2005. Gizi KesehatanMasyarakat. Palupi Widyastuti &EritaAgustin, Penerjemah. Jakarta :Penerbit Buku Kedokteran EGC
Hidayat A. 2008.Pengantar Ilmu KesehatanAnak Untuk Pendidikan Kebidanan.Jakarta : Salemba Medika