ayu wahyuni

11
PERBEDAAN ANTARA PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DAN SUSU FORMULA TERHADAP TUMBUH KEMBANG BAYI USIA 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DINOYO KOTA MALANG Kumboyono, Dian Susmarini, Ayu Wahyuni L ABSTRAK Rentang usia bayi 0-24 bulan merupakan tahap perkembangan kritis sehingga memerlukan perhatian yang optimal, terutama dari orang tua sebagai orang terdekat. Bayi usia 0-6 bulan dapat tumbuh dan berkembang secara optimal hanya dengan mengandalkan asupan gizi dari ASI. Namun, kebanyakan ibu sudah memberikan susu formula kepada bayinya sebelum berusia 6 bulan. Rendahnya pemberian ASI eksklusif di Indonesia menyebabkan 5 juta balita menderita gizi kurang dan berdampak pada gangguan pertumbuhan dan perkembangan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan antara pemberian ASI eksklusif dan susu formula terhadap tumbuh kembang bayi usia 0-6 bulan. Metode penelitian yang digunakan bersifat studi komparatif melalui pendekatan case control. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah bayi usia 0-6 bulan (30 bayi). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 15 bayi yang diberi ASI eksklusif terdapat 13 bayi (43%) yang mengalami perkembangan normal dan 2 bayi (7%) mengalami perkembangan suspek. Sedangkan dari 15 bayi yang mendapatkan susu formula terdapat 8 bayi (27%) mengalami perkembangan normal dan 7 bayi (23%) mengalami perkembangan suspek. Pertumbuhan bayi didapatkan dari 15 bayi yang mendapatkan ASI eksklusif terdapat 15 bayi (50%) normal sedangkan dari 15 bayi yang diberi susu formula terdapat 13 bayi (43%) normal dan 2 bayi (7%) di bawah standar. Berdasarkan uji hipotesis dengan menggunakan chi square dengan tingkat kepercayaan 95% didapatkan hasil pengukuran perkembangan p value = 0,012, dan hasil pengukuran pertumbuhan p value = 0,03. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan antara pemberian ASI eksklusif dan susu formula terhadap tumbuh kembang bayi usia 0-6 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Dinoyo Kota Malang. Kata kunci : ASI Eksklusif, Susu Formula, Tumbuh Kembang ABSTRACT The age range of infants 0-24 months is a critical developmental stages that require optimal attention, especially from the parents as the nearest person. Infants aged 0-6 months can grow and develop optimally only by relying on nutrient taken from breast milk. However, mostly Indonesian mothers have to give formula milk to their babies before the age of 6 months. In fact, the lack of ASI in Indonesia causes 5 million children under five years old suffering from malnutrition and the impact on growth and development disorders. The purpose of this study is to determine the differenciation of giving exclusive asi and formula milk towards growth of infant baby in age 0-6 months . The research method is a comparative study with case-control approach. Samples which taken in this study were infants aged 0-6 months (30 infants). The results shows that from the 15 infants who given exclusively ASI, there are 13 infants (43%) who have normal development and 2 infants (7%) have suspect development. Meanwhile, from the 15 infants who receive formula milk there are 8 infants (27%) have normal development and 7 infants (23%) have suspect development. In addition, the growth obtained from 15 infants who receiving exclusive ASI are absolutely normal (50%), while of 15 infants fed formula milk, there were 13 normal infants (43%) and 2 under standart infants (7%). Based on hypothesis testing using chi square with 95% confidence level measurements is showed that p value of development = 0.012 and p value of growth measurements = 0.03. So it can be concluded that

Upload: rendong

Post on 24-Nov-2015

100 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Jurnal Ayu Wahyuni

TRANSCRIPT

  • PERBEDAAN ANTARA PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DAN SUSU FORMULA TERHADAPTUMBUH KEMBANG BAYI USIA 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DINOYO KOTA

    MALANG

    Kumboyono, Dian Susmarini, Ayu Wahyuni L

    ABSTRAK

    Rentang usia bayi 0-24 bulan merupakan tahap perkembangan kritis sehingga memerlukanperhatian yang optimal, terutama dari orang tua sebagai orang terdekat. Bayi usia 0-6 bulan dapattumbuh dan berkembang secara optimal hanya dengan mengandalkan asupan gizi dari ASI. Namun,kebanyakan ibu sudah memberikan susu formula kepada bayinya sebelum berusia 6 bulan.Rendahnya pemberian ASI eksklusif di Indonesia menyebabkan 5 juta balita menderita gizi kurangdan berdampak pada gangguan pertumbuhan dan perkembangan. Tujuan penelitian ini adalah untukmengetahui perbedaan antara pemberian ASI eksklusif dan susu formula terhadap tumbuh kembangbayi usia 0-6 bulan. Metode penelitian yang digunakan bersifat studi komparatif melalui pendekatancase control. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah bayi usia 0-6 bulan (30 bayi). Hasilpenelitian menunjukkan bahwa dari 15 bayi yang diberi ASI eksklusif terdapat 13 bayi (43%) yangmengalami perkembangan normal dan 2 bayi (7%) mengalami perkembangan suspek. Sedangkandari 15 bayi yang mendapatkan susu formula terdapat 8 bayi (27%) mengalami perkembangan normaldan 7 bayi (23%) mengalami perkembangan suspek. Pertumbuhan bayi didapatkan dari 15 bayi yangmendapatkan ASI eksklusif terdapat 15 bayi (50%) normal sedangkan dari 15 bayi yang diberi susuformula terdapat 13 bayi (43%) normal dan 2 bayi (7%) di bawah standar. Berdasarkan uji hipotesisdengan menggunakan chi square dengan tingkat kepercayaan 95% didapatkan hasil pengukuranperkembangan p value = 0,012, dan hasil pengukuran pertumbuhan p value = 0,03. Sehingga dapatdisimpulkan bahwa terdapat perbedaan antara pemberian ASI eksklusif dan susu formula terhadaptumbuh kembang bayi usia 0-6 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Dinoyo Kota Malang.

    Kata kunci : ASI Eksklusif, Susu Formula, Tumbuh Kembang

    ABSTRACT

    The age range of infants 0-24 months is a critical developmental stages that require optimalattention, especially from the parents as the nearest person. Infants aged 0-6 months can grow anddevelop optimally only by relying on nutrient taken from breast milk. However, mostly Indonesianmothers have to give formula milk to their babies before the age of 6 months. In fact, the lack of ASI inIndonesia causes 5 million children under five years old suffering from malnutrition and the impact ongrowth and development disorders. The purpose of this study is to determine the differenciation ofgiving exclusive asi and formula milk towards growth of infant baby in age 0-6 months . The researchmethod is a comparative study with case-control approach. Samples which taken in this study wereinfants aged 0-6 months (30 infants). The results shows that from the 15 infants who given exclusivelyASI, there are 13 infants (43%) who have normal development and 2 infants (7%) have suspectdevelopment. Meanwhile, from the 15 infants who receive formula milk there are 8 infants (27%) havenormal development and 7 infants (23%) have suspect development. In addition, the growth obtainedfrom 15 infants who receiving exclusive ASI are absolutely normal (50%), while of 15 infants fedformula milk, there were 13 normal infants (43%) and 2 under standart infants (7%). Based onhypothesis testing using chi square with 95% confidence level measurements is showed that p valueof development = 0.012 and p value of growth measurements = 0.03. So it can be concluded that

  • there is a difference between ASI exclusive and formula milk for development and growth of infantsaged 0-6 months in the giving exclusive ASI and formula milk towards growth of infant baby in age 0-6 months in workplace Puskesmas Dinoyo Malang .

    Keywords: Exclusive ASI, Formula Milk, Growth

    PENDAHULUAN

    Masa bayi merupakan masa yang tidak

    akan pernah terulang dalam kehidupan setiap

    individu manusia. Bayi merupakan suatu tahap

    perkembangan manusia setelah dilahirkan (

    Puspita, 2006). Pertumbuhan dan

    perkembangan bayi bersifat multidimensional

    dan terdiri dari beberapa domain yang saling

    terkait meliputi perkembangan motorik, kognitif

    , social dan emosional (Gibney dkk, 2005).

    Rentang usia bayi 0-24 bulan

    merupakan tahap perkembangan kritis

    sehingga memerlukan perhatian yang optimal ,

    terutama dari orang tuanya sebagai orang

    terdekat. Secara psikologis pada tahap usia ini

    diperlukan kebutuhan yang khusus

    dibandingkan dengan usia selanjtnya.

    Kebutuhan khusus tersebut diantaranya nutrisi

    yang cukup bagi tumbuh kembang bayi secara

    optimal yaitu dengan ASI eksklusif ( Puspita,

    2006).

    ASI merupakan nutrisi alamiah terbaik

    bagi bayi dengan kandungan gizi paling sesuai

    untuk pertumbuhan dan perkembangan

    optimal, sebab ASI mengandung semua nutrisi

    yang diperlukan untuk bertahan hidup pada

    enam bulan pertama , meliputi hormon,

    antibody, factor kekebalan, dan antioksidan

    (Prasetyono, 2009). Keunggulan kandungan

    ASI yang berperan dalam pertumbuhan dan

    perkembanga bayi yaitu protein, lemak,

    elektrolit, enzim dan hormone (Evawany,

    2005).

    Pemberian ASI selama 6 bulan tanpa

    dicampur dengan tambahan cairan lain seperti

    susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih dan

    tanpa tambahan makanan padat seperti

    pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi

    tim disebut sebagai ASI Eksklusif (Maryunani,

    2009). Depkes RI (2007) mendefenisikan ASI

    Eksklusif adalah pemberian hanya ASI saja,

    segera setelah bayi lahir sampai umur 6 bulan

    tanpa makanan atau cairan lain termasuk air

    putih, kecuali obat dan vitamin. Pemberian ASI

    Eksklusif berlandaskan keputusan Menteri

    Kesehatan Republik Indonesia

    No.450/MenKes/SK/IV/2004 tanggal 7 April

    2004 yang mendukung pencapaian

    pertumbuhan, perkembangan dan kesehatan

    optimal bayi.

    Setelah usia 6 bulan, disamping ASI

    dapat pula diberikan makanan tambahan (MP-

    ASI, Makanan Pendamping ASI), namun

    pemberiannya harus diberikan secara tepat

    meliputi kapan memulai pemberian, apa yang

    harus diberikan, berapa jumlah yang diberikan

    dan frekuensi pemberian untuk menjaga

    kesehatan bayi (Rosidah, 2008). Pemberian

    makanan tambahan harus disesuaikan dengan

  • maturitas saluran pencernaan bayi dan

    kebutuhannya (Narendra dkk, 2008). Namun

    kebanyakan ibu sudah memberikan susu

    formula kepada bayinya sebelum berusia 6

    bulan. Hal ini dapat kita lihat dari rendahnya

    pencapaian ASI eksklusif di Indonesia yaitu

    bayi yang mendapat ASI eksklusif sampai usia

    5 bulan hanya 14% dan 8 % sampai usia 6

    bulan (Depkes, 2004).

    Rendahnya pemberian ASI eksklusif di

    Indonesia menyebabkan 5 juta balita menderita

    gizi kurang, sehingga dapat dikatakan derajat

    kesehatan dan gizi anak Indonesia masih

    memprihatinkan. Hal ini ditandai dengan

    tingginya tingkat kematian bayi setiap

    tahunnya, sekitar 132.000 anak meninggal

    sebelum usia 1 tahun. Menurut WHO, dari

    seluruh kematian bayi tersebut, lebih dari

    setengahnya terkait dengan gizi kurang dan

    gizi buruk serta penyakit infeksi. Selain itu

    kekurangan gizi pada balita akan berdampak

    buruk pertumbuhan dan perkembangannya,

    yaitu timbulnya gangguan psikomotor, kognitif

    dan social serta secara klinis terjadi gangguan

    pertumbuhan (Depkes, 2006).

    Berdasarkan hasil observasi yang

    dilakukan oleh peneliti di Wilayah Kerja

    Puskesmas Dinoyo Kota Malang pada tahun

    2012, peneliti menemukan bayi yang

    mengalami suspek saat dilakukan pengukuran

    tumbuh kembang dan maraknya penggunaan

    susu formula pada bayi di bawah usia 6 bulan.

    Terkait hal tersebut penulis tertarik untuk

    meneliti lebih jauh mengenai perbedaan antara

    pemberian ASI eksklusif dan susu formula

    terhadap tumbuh kembang bayi usia 0-6 bulan

    di Wilayah Kerja Puskesmas Dinoyo Kota

    Malang.

    Tujuan dari penelitian ini adalah

    mengetahui perbedaan antara pemberian asi

    eksklusif dan susu formula terhadap tumbuh

    kembang bayi usia 0-6 bulan di wilayah kerja

    puskesmas dinoyo kota malang.

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat

    menimbulkan minat bagi peneliti dan akademisi

    keperawatan untuk makin memperbanyak

    penelitian di bidang ini serta memberikan

    informasi bagi sarana pelayanan kesehatan

    agar lebih baik dalam memberikan penyuluhan

    pemberian asi eksklusif pada ibu hamil dan ibu

    yang baru melahirkan. Manfaat bagi

    masyarakat diharapkan dapat meningkatkan

    kesadaran masyarakat tentang keuntungan

    pemberian asi eksklusif yang mempunyai nilai

    gizi paling sempurna.

    METODOLOGI PENELITIAN

    Desain penelitian ini bersifat studi

    komparatif dengan melalui pendekatan case

    control. Tehnik sampling yang digunakan

    adalah nonprobability sampling, yaitu

    purposive sampling. Dalam penelitian ini

    menggunakan sampel sebanyak 30 bayi usia

    0-6 bulan di wilayah kerja puskesmas dinoyo

    kota malang yang telah memenuhi criteria

    tertentu. Kriteria inklusinya adalah bayi

    berumur 0-6 bulan, bayi yang belum mendapat

    makanan tambahan lain selain ASI dan susu

    formula, bayi tidak dalam keadaan sakit.

    Penelitian dilakukan di wilayah kerja

  • puskesmas dinoyo kota malang pada bulan

    Februari-Maret 2013. Variable pemberian asi

    eksklusif dan susu formula diukur dengan

    menggunakan kuesioner sejumlah 10

    pertanyaan. Untuk mengukur variable tumbuh

    kembang menggunakan lembar DDST II dan

    antrophometri dengan menggunakan uji chi-

    square, dengan tingkat kepercayaan 95% ( =

    0,05) dengan bantuan SPSS 16 for windows.

    Sehingga jika diperoleh p value < (0,05)

    artinya terdapat hubungan antara pemberian

    asi eksklusif dan susu formula terhadap

    tumbuh kembang bayi usia 0-6 bulan di

    wilayah kerja puskesmas dinoyo kota malang.

    HASIL PENELITIAN

    Berikut akan disajikan hasil penelitian

    perbedaan antara pemberian asi eksklusif dan

    susu formula terhadap tumbuh kembang bayi

    usia 0-6 bulan di wilayah kerja puskesmas

    dinoyo kota malang.

    a. Deskripsi karakteristik responden

    Tabel 1. Frekuensi distribusi karakteristikresponden

    Berdasarkan tabel di atas dapat

    diketahui bahwa dari keseluruhan responden

    yang berjumlah 30 orang bayi di Wilayah Kerja

    Puskesmas Dinoyo Kota Malang,

    beradasarkan karakteristik usia terdapat 17 (57

    %) bayi berusia 0-3 bulan, 13 (43 %) bayi

    berusia 4-6 bulan diantaranya 12(40%)

    berjenis kelamin laki-laki dan 18 (60%) berjenis

    kelamin perempuan. Orang tua dalam hal ibu

    sebagian besar berprofesi sebagai ibu rumah

    tangga yaitu sebesar 20(67%), dan berprofesi

    lainnya yaitu PNS sebesar 3(10%), wiraswasta

    7(23%) serta ibu yang memberikan bayinya

    ASI ekslusif sebanyak 15(50%), dan susu

    formula 15(50%)

    b. Hasil pengukuran perkembangan bayi

    menggunakan DDST II

    Pada tabel frekuensi distribusi tumbuh

    kembang di atas didapatkan dari keseluruhan

    bayi yang berjumlah 30 orang bayi, terdapat 15

    bayi yang diberi ASI eksklusif mengalami

    No

    Deskripsi

    Karakteristik

    Responden

    Frekuensi Pemberian makanan

    N %

    ASI

    eksklusif

    Susu

    formula

    1

    Usia

    0-3 bulan 17 57% 9 8

    4-6 bulan 13 43% 6 7

    2

    Jenis kelamin

    Laki-laki 12 40% 3 9

    Perempuan 18 60% 12 6

    3

    Pekerjaan

    PNS 3 10% 1 2

    Wiraswasta 7 23% 2 5

    Ibu Rumah

    Tangga 20 67% 12 8

    Jumlah 30 100% 15 15

  • perkembangan normal sebesar 43% atau 13

    orang bayi, dan suspek 7% atau 2 orang bayi.

    Sedangkan bayi yang diberi susu formula

    mengalami perkembangan normal sebesar

    27% atau 8 orang bayi dan suspek sebesar

    23% atau 7 orang bayi. Berdasarkan uraian

    diatas dapat disimpulkan bahwa bayi yang

    mendapatkan ASI eksklusif memiliki tingkat

    perkembangan yang lebih bagus dibandingkan

    bayi yang diberi susu formula.

    c. Hasil pengukuran pertumbuhan bayi

    menggunakan antrophometri

    Pada tabel frekuensi distribusi

    pertumbuhan bayi didapatkan dari keseluruhan

    bayi yang berjumlah 30 orang bayi diantaranya

    dari 15 bayi yang diberi ASI eksklusif 15 (50%)

    bayi mengalami pertumbuhan yang normal,

    dan bayi yang diberi susu formula dari 15 bayi

    terdapat 13 (43%) bayi yang normal, 2 (7%)

    bayi mengalami pertumbuhan di bawah

    standar.

    Berdasarkan uraian diatas dapat

    disimpulkan bahwa bayi yang diberi ASI secara

    eksklusif memiliki tingkat pertumbuhan yang

    normal dibandingkan bayi yang diberi susu

    formula yaitu terdapat 15 (50%) bayi

    mengalami pertumbuhan normal.

    ANALISA DATA

    Dari data hasil pengukuran tumbuh

    kembang bayi dengan alat ukur DDST dan

    antrophometri setelah dianalisis dengan

    menggunakan uji beda : chi-square test

    dengan shoftware SPSS 16 for Windows

    didapatkan hasil : pengukuran Perkembangan

    menunjukkan 0,012

  • dinoyo kota malang dan keterbatasan

    penelitian.

    6.1 Tingkatan perkembangan bayi usia 0-6bulan yang diberi ASI eksklusif dan susuformula

    Hasil penelitian ini didapatkan bahwa dari 30

    responden, 15 bayi mendapatkan ASI eksklusif

    dan 15 bayi mendapatkan susu formula. Dari

    hasil penelitian ini juga didapatkan bahwa dari

    30 responden, saat dilakukan pengukuran

    Perkembangan dengan menggunakan DDST

    terdapat 21 bayi mengalami perkembangan

    normal dan 9 bayi mengalami perkembangan

    suspek.

    Pada bayi yang mendapatkan ASI

    eksklusif terdapat 13 bayi mengalami tingkat

    perkembangan normal dan 2 bayi mengalami

    perkembangan suspek. Sedangkan pada bayi

    yang mendapatkan susu formula terdapat 8

    bayi yang mengalami perkembangan normal

    dan 7 bayi mengalami perkembangan suspek.

    Dari hasil penelitian terkait tentang

    tumbuh kembang dapat disimpulkan bahwa

    ASI eksklusif dapat meningkatkan

    perkembangan bayi usia 0-6 bulan. Hal ini

    sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan

    oleh Nurul Azkanuddin (2012) terkait tentang

    perkembangan, hasil penelitian diperoleh

    responden bayi yang mendapat ASI eksklusif

    perkembangan yang normal terdapat 49 bayi

    (55,1%) dan yang suspek terdapat 40 bayi

    (44,9%). Sedangkan bayi yang mendapat MP-

    Asi perkembangan yang normal terdapat 32

    bayi (35,6%) dan yang suspek terdapat 58 bayi

    (64,4%).

    Fakta ini bertentangan dengan teori

    yang menyatakan bahwa tidak adanya

    perbedaan antara perkembangan bayi yang

    diberi ASI eksklusif dan susu formula

    dikarenakan kandungan gizi yang terdapat

    pada ASI, yaitu protein, karbohidrat, lemak,

    mineral, air dan vitamin-vitamin (Soetjiningsih,

    1995) serta zat untuk perkembangan

    kecerdasan dan zat kekebalan (Judarwanto,

    2006), juga terdapat pada susu formula.

    Kandungan nutrisi pada ASI tentu saja

    berbeda dari susu sapi yang merupakan bahan

    susu formula. Kandungan lemak utama ASI

    adalah lemak ikatan panjang, sedangkan susu

    sapi mengandung lemak ikatan pendek. Lemak

    ikatan panjang adalah cikal bakal DHA dan AA

    untuk perkembangan otak. Karena itulah

    kenapa produsen susu formula menambahkan

    produknya dengan kandungan DHA dan AA

    yang tak terdapat pada susu sapi. Akan tetapi,

    DHA dan AA tambahan ini baru bisa terserap

    dengan baik jika bayi memiliki enzim

    penyerapan yang cukup. Padahal, enzim

    dalam tubuh bayi masih belum berfungsi penuh

    dan jumlahnya sedikit. Zat penyerapan DHA

    dan AA sudah terdapat dalam ASI, sehingga

    mudah diserap oleh tubuh. Sedangkan susu

    formula tidak disertai enzim penyerapan

    sehingga lebih bergantung pada enzim bayi

    yang sudah ada. Akibatnya, penyerapan jadi

    tidak maksimal atau malah sedikit sekali. Hal

    tersebut sesuai dengan teori yang diungkapkan

    Narendra dkk (2002) menyatakan bahwa ASI

    banyak menagandung LCPUFAs (Long Chain

    Poly Unsaturated Fatty Acids), yaitu

    Arachidonic Acid (AA) dan Docosahexanoic

  • Acid (DHA) dalam jumlah yang memadai untuk

    pertumbuhan otak anak. LCPUFAs merupakan

    asam lemak utama pada otak dan retina.

    Sedangkan susu formula , komposisinya

    menggunakan acuan ASI sebagai standarnya.

    Produk susu formula memang memiliki

    kandungan gizi yang disamakan dengan ASI,

    namun jumlahnya lebih kecil daripada

    kandungan gizi pada ASI.

    Gangguan gizi pada masa bayi dan

    anak dapat menghambat petumbuhan di

    kemudian hari. Hal tersebut sesuai dengan

    teori yang membuktikan bahwa bayi akan

    tumbuh lebih sehat dan lebih cerdas dengan

    diberi ASI eksklusif selama empat sampai

    enam bulan pertama kehidupannya. ASI

    merupakan sumber nutrisi dan imunitas yang

    paling baik untuk bayi yang sedang tumbuh

    kembang (Hanafi, 2004).

    6.2 Tingkatan pertumbuhan bayi usia 0-6bulan yang diberi asi eksklusif dan susuformula

    Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan dari

    keseluruhan bayi yang berjumlah 30 orang bayi

    diantaranya dari 15 bayi yang diberi ASI

    eksklusif terdapat 15 bayi mengalami

    pertumbuhan yang normal, dan bayi yang

    diberi susu formula dari 15 bayi terdapat 13

    bayi yang normal dan 2 bayi mengalami

    pertumbuhan di bawah standar. Hal ini sesuai

    dengan teori WHO dan UNICEF yang

    menyatakan bahwa terjadinya gagal tumbuh

    akibat kurang gizi pada bayi menyebabkan

    terjadinya penurunan IQ 11 point lebih rendah

    dibanding anak yang tidak kurang gizi (Ashar

    dkk, 2008). Zat yang terkandung dalam ASI

    merupakan zat yang dibutuhkan oleh bayi

    dalam proses pertumbuhan, disebabkan oleh

    kandungan asi yang sempurna sehingga susu

    formula tidak bisa menggantikan nutrisi yang

    terkandung dalam ASI. Seperti yang dikatakan

    oleh Hubertin (2004) ASI mengandung nutrisi,

    hormon, unsur kekebalan, faktor pertumbuhan

    , antialergi, serta anti inflamasi. Nutrisi dalam

    ASI mencakup hampir 200 unsur zat makanan.

    Unsure ini mencakup hidrat arang , lemak,

    protein, vitamin dan mineral dalam jumlah yang

    proporsional. Kandungan hormon asi

    jumlahnya sedikit, tetapi sangat diperlukan

    dalam proses pertumbuhan dan metabolisme.

    Zat hidrat arang dalam asi dalam bentuk

    laktosa yang jumlahnya akan berubah-ubah

    setiap hari menurut pertumbuhan bayi

    Hal tersebut sesuai dengan penelitian

    yang dilakukan oleh Yawarmansyah (2010)

    menunjukkan bahwa dari 157 sampel sebagian

    besar yang mendapatkan ASI ekslusif

    mengalami pertambahan berat badan yang

    normal yaitu sebanyak 116 sampel (73,9%)

    dan tidak ada sampel yang mengalami

    pertambahan berat badan yang sangat kurang.

    Sedangkan yang tidak mendapatkan ASI

    Ekslusif dari 9 bayi semuanya mengalami

    pertambahan berat badan yang sangat kurang

    dan tidak ada bayi yang mengalami berat

    badan yang lebih.

    6.3 Perbedaan antara pemberian asieksklusif dan susu formula terhadaptumbuh kembang bayi usia 0-6 bulan

  • Perkembangan merupakan perubahan yang

    terjadi secara bertahap dari tingkat yang paling

    rendah ke tingkat yang paling tinggi dan

    kompleks melalui proses maturasi dan

    pembelajaran. Perkembangan berhubungan

    dengan perubahan secara kualitas,

    diantaranya peningkatan kapasitas individu

    untuk berfungsi yang dicapai melalui proses

    pertumbuhan, pematangan dan pembelajaran

    (Supartini , 2004). Sedangkan Pertumbuhan

    berkaitan dengan perubahan yang bersifat

    kuantitas,yang mengacu pada jumlah, besar,

    dan luas, serta bersifat konkret yang

    menyangkut ukuran dan struktur biologis

    (Mansur, 2009). Oleh karena itu, untuk

    mencapai tahapan tumbuh kembang bayi yang

    optimal, diperlukan nutrisi yang memadai.

    Penelitian komparatif ini bertujuan

    untuk membandingkan antara pemberian ASI

    eksklusif dan susu formula terhadap tumbuh

    kembang bayi usia 0-6 bulan yang

    menggunakan alat ukur DDST dan

    antrophometri. Setelah dilakukan pengujian

    statistik dengan uji Non Parametric Chi-Square

    didapatkan hasil pengukuran Perkembangan

    menunjukkan P value 0,012

  • Puskesmas Pagesangan Tahun 2005 lebih

    banyak ibu yang memberikan ASI Eksklusif

    daripada ibu yang tidak memberikan ASI

    Eksklusif yaitu sebanyak 69,4%, sedangkan

    yang tidak memberikan ASI Eksklusif sebanyak

    30,6% (Sari, 2005).

    Oleh karena itu peneliti menyarankan

    agar bayi memperoleh ASI eksklusif, yaitu

    pemberian asi selama 6 bulan pertama

    kelahiran tanpa makanan dan atau minuman

    yang lain agar tumbuh kembang bayi mencapai

    tumbuh kembang yang optimal.

    Keterbatasan penelitian1. Penelitian ini menggunakan desain case

    control sehingga dalam pengamatan

    atau observasi perkembangan dan

    pengukuran pertumbuhan anak

    menggunakan DDST dan antrophometri

    dilakukan hanya satu kali observasi.

    2. Dalam penelitian ini peneliti tidak bisa

    mengendalikan factor lain yang

    mempengaruhi perkembangan dan

    pertumbuhan selain ASI eksklusif dan

    susu formula, karena perkembangan

    selain dipengaruhi nutrisi juga

    dipengaruhi oleh stimulasi orang tua.

    3. Tehnik pengumpulan sampel

    menggunakan pendekatan

    nonprobability sehingga dalam

    menentukan kriteria responden, peneliti

    tidak melakukan pemeriksaan secara

    klinis terhadap responden yang menjadi

    criteria penelitian, peneliti hanya

    menanyakan langsung kepada ibu

    responden dan hasil observasi yang

    dilakukan oleh peneliti sendiri.

    PENUTUP

    Kesimpulan

    Dari hasil penelitian dan pembahasan maka

    dapat ditarik kesimpulan bahwa :

    1. Perkembangan bayi usia 0-6 bulan

    di Wilayah Kerja Puskesmas Dinoyo

    Kota Malang, mengalami

    perkembangan normal sebanyak 21

    bayi dan 9 bayi yang lain mengalami

    perkembangan suspek.

    2. Pertumbuhan bayi usia 0-6 bulan di

    wilayah Kerja Puskesmas Dinoyo

    Kota Malang, mengalami

    pertumbuhan normal sebanyak 28

    dan 2 bayi lainnya mengalami

    pertumbuhan di bawah standar .

    3. Pada bayi usia 0-6 bulan di Wilayah

    Kerja Puskesmas Dinoyo Kota

    Malang, 15 bayi mendapatkan ASI

    eksklusif dan 15 bayi mendapatkan

    susu formula.

    4. Terdapat perbedaan antarapemberian ASI eksklusif dan susu

    formula terhadap tumbuh kembang

    bayi usia 0-6 bulan di Wilayah Kerja

    Puskesmas Dinoyo Kota Malang.

    5. Bayi yang mendapatkan ASI

    eksklusif memiliki tingkat tumbuh

    kembang yang lebih bagus

    dibandingkan bayi yang diberi susu

    formula.

  • Saran

    Untuk masyarakat

    Masyarakat terutama kaum ibu

    sebaiknya lebih mengutamakan pemberian ASI

    eksklusif, mengingat banyak manfaat dan

    keunggulan ASI dibandingkan susu formula

    terhadap tumbuh kembang bayi serta

    masyarakat hendaknya memeriksakan terkait

    tumbuh kembang bayi ke pelayanan kesehatan

    sebagai deteksi awal terhadap gangguan

    tumbuh kembang pada bayi.

    Untuk petugas kesehatan

    Petugas kesehatan diharapkan selalu menjadi

    sumber informasi untuk memberikan informasi

    yang benar mengenai keuntungan pemberian

    ASI eksklusif dan pengaruhnya terhadap

    proses tumbuh kembang bayi.

    Untuk peneliti selanjutnya

    Untuk memperkuat validitas data maka sampel

    yang digunakan dalam penelitian dapat

    diperbanyak dan penelitian ini dapat

    ditindaklanjuti dengan menambah factor-faktor

    di luar penelitian ini seperti pola asuh orang

    tua.

    DAFTAR PUSTAKA

    Puspita, Widya Ayu. 2006. Menata KamarBayi, Cetakan 1. Jakarta : PenebarSwadaya

    Gibney, M.J. 2005. Gizi KesehatanMasyarakat. Jakarta : Penerbit BukuKedokteran EGC

    Departemen kesehatan RI .2007. PanduanPeserta Pelatihan Konseling Menyusui.

    Jakarta : Direktorat Bina KesehatanMasyarakat Bina Gizi Masyarakat,

    World Health Organization, 2001. Exclusivebreastfeeding. Geneva: WHO.Availablefrom:http://www.who.int/nutrition/topics/exclusive_breastfeeding/en/index.html. Diakses tanggal 5 oktober2012.

    Evawany. 2005. Pengaruh Pemberian MieInstan Fortifikasi pada Ibu Menyusui

    terhadap Kadar Zink dan Besi ASI danPertumbuhan Linier Bayi 1-4 Bulan

    Maryunani, Anik.2009. Asuhan pada Ibu dalamMasa Nifas. Jakarta : Trans Info Media

    Rosidah. 2008. Pemberian MakananTambahan. Jakarta: Penerbit BukuKedokteran EGC

    Narendra, et al. 2008. Tumbuh Kembang Anakdan Remaja. Jakarta: Sagung Seto

    Departemen Kesehatan Republik Indonesia.2004. Sistem Kesehatan Nasional.Jakarta

    Departemen Kesehatan Republik Indonesia.2006. Pemberian MakananPendamping ASI lokal. Jakarta

    Roesli, Utami . 2005. Mengenal ASI Eksklusif.

    Jakarta : Trubus Argriwidya.

    Depkes RI.2001. Keunggulan Asi dan ManfaatMenyusui : Panduan ManajemenLaktasi http://www.DepkesRI.co.id .Dikutip tanggal 15 oktober 2012.

    Hubertin., Purwati Sri. 2004. KonsepPenerapan ASI Eksklusif. Jakarta :Penerbit Buku Kedokteran EGC

    Pudjiadi, S. 2003. Ilmu Gizi Klinis Pada Anak.

    Jakarta: Balai Penerbit FKUI

    Prawirohardjo, Sarwono. 2005. Ilmu

    Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

  • Eissenberg. 2002. Bayi Pada Tahun Pertama.

    Jakarta : Arcan

    Utami, Roesli. 2004. ASI Eksklusif. Edisi II.

    Jakarta : Trubus Agrundaya

    Prasetyono, D.S. 2009. ASI EksklusifPengenalan,Praktik danKemanfaatannya. Yogyakarta : DivaPress

    Departemen Kesehatan RI.2001. ASI Eksklusifdan Penatalaksanaannya, Jakarta :Dinas Kesehatan

    Handayani dkk. 2002. Perawatan Bayi RisikoTinggi. Jakarta : Penerbit BukuKedokteran EGC

    Nursalam. 2002. Pendekatan PraktisMetodologi Riset Keperawatan. Jakarta :sagung seto

    Hastono. 2001. Analisis Data. Jakarta :Pustaka Fakultas Kesehatan MasyarakatUniversitas Indonesia

    Azkanuddin,Nurul. 2012. PerbedaanPerkembangan Motorik Kasar Bayi Usia7-8 Bulan yang Mendapat MP-ASI danAsi Eksklusif Di Wilayah KerjaPuskesmas Kedungmundu KotaSemarang. Semarang : Pustaka FakultasIlmu Keperawatan dan KesehatanUniversitas Muhammadiyah Semarang

    Soetjiningsih. 1995. Tumbuh kembang Anak.Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

    Judarwanto, W. 2006. Pemilihan Susu FormulaTerbaik Bagi Anak.http://www.pdpersi.co.id. Diakses tanggal15 oktober 2012

    Nerendra, M.S, dkk. 2002. Buku Ajar I TumbuhKembang Anak dan Remaja Edisi

    Pertama IDAI. Jakarta : Sagung Seto

    Hartanto, Hanafi .2004. Keluarga Berencanadan Kontrasepsi. Jakarta : Sinar Harapan

    Sri, Hubertin. 2004. Konsep Penerapan ASIEklusif. Jakarta: Penerbit BukuKedokteran EGC.

    Yawarmansyah .2010. Hubungan PemberianAsi Eksklusif dengan Penambahan BeratBadan Bayi Di Puskesmas Karang PuleTahun 2010.Tugas Akhir. Tidakditerbitkan, Sekolah Tinggi IlmuKesehatan Dompu

    Yupi, Supartini. 2004. Buku Ajar Konsep DasarKeperawatan Anak. Jakarta : PenerbitBuku Kedokteran EGC

    Gibney et al. 2005. Gizi KesehatanMasyarakat. Palupi Widyastuti &EritaAgustin, Penerjemah. Jakarta :Penerbit Buku Kedokteran EGC

    Hidayat A. 2008.Pengantar Ilmu KesehatanAnak Untuk Pendidikan Kebidanan.Jakarta : Salemba Medika