sri wahyuni (06583540046710)

Upload: ismail-andi-baso

Post on 07-Apr-2018

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/6/2019 Sri Wahyuni (06583540046710)

    1/84

    1

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Dewasa ini laju perkembangan jasa bidang transportasi di beberapa

    negara berkembang sangat pesat baik dalam sektor transportasi darat, udara

    maupun laut. Sebagai bangsa yang cukup baik sarana transportasinya, bangsa

    Indonesia saat ini berusaha untuk memajukan dan meningkatkan mutu

    pelayanan jasa transportasi untuk menghadapi pasar bebas. Perkembangan

    pada semua bidang jasa transportasi di Indonesia juga diikuti oleh jasa

    angkutan darat, khususnya disini menyangkut angkutan barang. Adanya

    perkembangan bisnis transportasi membuat setiap pengusaha jasa saling

    berkompetisi secara sehat maupun kurang sehat untuk menjadi yang terdepan

    dan terbaik yang menyangkut pelayanan dan kenyamanan terhadap konsumen

    (lienje dan Imam, 2008).

    Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu masalah penting

    dalam setiap proses operasional, baik di sektor tradisional maupun moderen.

    Menurut ILO (2003), setiap hari rata-rata 6000 orang meninggal akibat sakit dan

    kecelakaan kerja atau 2,2 juta orang per tahun. Sebanyak 350.000 orang per

    tahun di antaranya meninggal akibat kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja juga

    berakibat pada biaya; 1000 miliar USD atau 20 kali dana bantuan umum yang

    diberikan ke negara berkembang. Biro Statistik Buruh (Bureau of Labour

    Statistics) Amerika melaporkan terdapat 5703 kecelakaan fatal atau 3,9 per

    100.000 pekerja di tahun 2006. Berdasarkan data ILO tahun 2003, angka

    keselamatan kerja Indonesia masih sangat buruk, yaitu berada pada peringkat

  • 8/6/2019 Sri Wahyuni (06583540046710)

    2/84

    26 dari 27 negara yang diamati. Pada tahun tersebut, terdapat 51523 kasus

    kecelakaan kerja yang terdiri dari 45234 kasus cidera kecil, 1049 kasus

    kematian, 317 kasus catat total dan 5400 cacat sebagian. Secara umum,

    terdapat dua golongan penyebab kecelakaan yaitu (1) tindakan/ perbuatan

    manusia yang tidak memenuhi keselamatan (unsafe human acts) dan (2)

    keadaan lingkungan yang tidak aman (unsafe condition). Dari beberapa

    penelitian yang telah dilakukan, faktor manusia menempati posisi yang sangat

    penting terhadap terjadinya kecelakaan kerja yaitu antara 80-85% Salah satu

    faktor penyebab utama kecelakaan kerja yang disebabkan oleh manusia adalah

    stress ( Lienje dan Imam, 2008).

    Masalah stress merupakan masalah yang akhir akhir ini hangat

    dibicarakan dan posisinya sangat penting dalam kaitnnya dengan produktifitas

    karyawan. Orang yang terkena stress kerja cenderung menjadi tidak produktif

    dan tidak tertantang untuk menunjukkan kehebatannya, orang tersebut secara

    tidak sadar menunjukkan kebodohannya, malas, tidak efektif, tidak efisien.

    Menurut Hager (1999) dalam widyasari (2008), stress sangat bersifat individual

    dan pada dasarnya bersifat merusak bila tidak ada keseimbangan antara daya

    tahan mental individu dengan beban yang dirasakannya. Namun berhadapan

    dengan stressor (sumber Stres) tidak selalu mengakibatkan gangguan secara

    psikologis maupun fisiologis. Terganggu atau tidaknya individu, tergantung pada

    persepsinya terhadap peristiwa yang dialaminya. Dengan kata lain bahwa reaksi

    terhadap stress dipengaruhi oleh bagaimana pikiran dan tubuh individu

    mempersepsikan suatau peristiwa.

    Menurut Tarwaka (2010) terdapat enam faktor penyebab terjadinya stres

    kerja yaitu yang pertama faktor intrinsik pekerjaan, ada beberapa faktor intrinsik

    2

  • 8/6/2019 Sri Wahyuni (06583540046710)

    3/84

    dalam pekerjaan dimana sangat potensial menjadi penyebab terjadinya stress

    dan dapat mengakibatkan keadaan yang buruk pada mental. Yang kedua faktor

    individu, beban tugas yang bersifat mental dan tanggung jawab dari suatu

    pekerjaan lebih memberikan stress yang tinggi dibandingkan dengan beban

    kerja fisik. Dalam suatu penelitian dalam stress akibat kerja menemukan bahwa

    karyawan yang mempunyai beban psikologis lebih tinggi dan ditambah dengan

    keterbatasan wewenang untuk mengambil keputusan mempunyai resiko terkena

    penyakit jantung koroner dan tekanan darah yang lebih tinggi serta mempunyai

    kecenderungan merokok yang lebih banyak dari karyawan yang lain.Faktor

    ketiga adalah faktor hubungan kerja hubungan yang baik antara karyawan di

    tempat kerja adalah faktor yang potensial sebagai penyebab terjadi stress.

    Kecurigaan antara pekerja, kurangnya komunikasi ketidaknyamanan dalam

    melakukan pekerjaan merupakan tanda tanda adanya stress akibat

    kerja.Faktor keempat adalah faktor pengembangan karier, perasaan tidak aman

    dalam pekerjaan, posisi dan pengembangan karier mempunyai dampak cukup

    penting sebagai penyebab terjadinya stress. Faktor kelima adalah faktor struktur

    organisasi dan suasana kerja, penyebab stress yang berhubungan dengan

    struktur organisasi dan suasanya kerja biasanya berasal dari budaya organisasi

    dan model manajemen yang di pergunakan. Faktor keenam adalah Faktor dari

    luar pekerjaan faktor kepribadian seseorang sangat berpengaruh terhadap

    stressor yang diterima, biasanya berupa konflik, perselisihan antara keluarga,

    lingkungan, tetangga.

    Banyak orang mengklaim bahwa mengemudi membantu mereka rileks

    dan santai, harus dikatakan bahwa mengemudi adalah kegiatan yang penuh

    dengan stress, khususnya untuk pria. Tanda tanda fisik dari stress di

    3

  • 8/6/2019 Sri Wahyuni (06583540046710)

    4/84

    perlihatkan oleh pengemudi, walaupun mereka tidak melaporkan merasa stress,

    denyut jantung meningkat dan ada kenaikan katekolamin yang di sekresikan di

    dalam urine. Stress yang di alami selama mengemudi berasal dari faktor

    termasuk lalu lintas, cuaca dan kondisi jalan, navigasi dan tersesat, kesulitan

    dengan mobil kebisingan dan getaran umum dan keletihan ( Jacqueline

    Atkinson, 2002).

    KBT (Keluarga Besar Transportasi) merupakan asosiasi yang

    menjebatani atau memberikan wadah untuk sopir- sopir yang berada di

    kecamatan Tenggarong, KBT tidak pernah mengikat atau memberikan

    peraturan yang ketat kepada para sopir. Asosiasi ini sangat membantu bagi

    para sopir sopir, karena antara sopir sopir yang lain saling mengenal

    sehingga para sopir bisa membagi job atau muatan kepada sopir yang lagi

    kesulitan atau sepi muatan. Selain itu juga dengan adanya perkumpulan ini

    masalah masalah yang dihadapi oleh para sopir bisa teratasi.

    Sopir truk KBT sebagai pekerja di lapangan yang semakin mendapatkan

    tekanan psikologis dari dua sisi yang berbeda. Sisi pertama, di lapangan sopir

    truk memiliki berbagai masalah selama mengoperasikan armada misalnya,

    menghadapi komplain dari konsumen, persaingan tidak sehat tentang besarnya

    tarif antar supir truk bak terbuka lainnya.. Sisi kedua, berupa tambahan tekanan

    psikologis dari dampak kondisi pasca naiknya harga Bahan Bakar Minyak

    (BBM). Kondisi krisis yang begitu panjang dan sangat memperhatinkan ini juga

    dirasakan oleh semua bidang usaha, termasuk dengan bisnis jasa angkutan

    barang. Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang terjadi pada akhir

    bulan Mei 2008 dan kenaikan harga onderdil kendaraan menjadikan tarif

    4

  • 8/6/2019 Sri Wahyuni (06583540046710)

    5/84

    muatan barang juga mengalami kenaikan harga. Alasan diberlakukannya

    kenaikan tarif muatan barang oleh para supir dikarenakan juga tuntutan

    keluarga dirumah dan anak Buah Supir.

    Oleh karena itu peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian

    dengan judul : Analisa Faktor faktor yang berhubungan dengan terjadinya

    stress kerja pada Sopir Truk di asosiasi truk KBT di Kecamatan Tenggarong

    B. Rumusan Masalah

    Dari latar belakang permasalahan tersebut, maka penulis merumuskan

    masalah penelitian ini adalah : Faktor faktor yang berhubungan dengan

    stress kerja pada Sopir Truk di Asosiasi truk KBT di Kecamatan Tenggarong?

    C. Tujuan Penelitian

    a. Tujuan Umum

    Untuk mengetahui faktor faktor yang berhubungan dengan stres kerja pada

    Supir Truk di asosiasi truk KBT di Kecamatan Tenggarong.

    b. Tujuan Khusus

    a. Untuk mengetahui hubungan Faktor beban kerja terhadap terjadinya

    Stress Kerja pada Supir Truk di asosiasi truk KBT di Kecamatan

    Tenggarong.

    b. Untuk Mengetahui hubungan Faktor individu Terhadap terjadinya

    Stress Kerja pada Supir Truk di asosiasi truk KBT di Kecamatan

    Tenggarong.

    5

  • 8/6/2019 Sri Wahyuni (06583540046710)

    6/84

    c. Untuk Mengetahui hubungan kerja (Konflik) Terhadap terjadinya

    Stress Kerja pada Supir Truk di asosiasi truk KBT di Kecamatan

    Tenggarong.

    D. Manfaat penelitian

    1. Manfaat Ilmiah

    Diharapkan hasil penelitian ini dapat memperkaya khasanah ilmu

    pengetahuan dan merupakan salah satu bahan acuan dan bacaan bagi

    peneliti selanjutnya.

    2. Manfaat Praktis

    Penelitian ini diharapkan menjadi salah satu sumber informasi bagi Seluruh

    Supir Supir Truk di Kecamatan Tenggarong tentang Stres Kerja.

    3. Manfaat Bagi Peneliti

    Penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan dan pengetahuan

    bagi peneliti sendiri.

    BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Stres kerja

    1. Pengertian Stres Kerja

    6

  • 8/6/2019 Sri Wahyuni (06583540046710)

    7/84

    Stress di tempat kerja bukanlah fenomena baru, akan tetapi dewasa ini

    stress telah menjadi masalah manajemen yang sangat penting didunia bisnis.

    Manajer perusahaan dan penyedia pabrik mengakui bahwa stress telah

    mewabah, dua dari tiga pekerja mengaku mengalami stress kerja. Perkiraan

    terbaru mengidentifikasikan bahwa stress kerja menyebabkan pemilik

    perusahaan harus mengeluarkan sekitar $200 milyar pertahun karena masalah

    absen, keterlambatan, kejenuhan, produktivitas yang semakin rendah angka

    keluar masuk tinggi, kompensasi pekerja dan peningkatan biaya asuransi

    kesehatan. Kini diyakini bahwa sekitar 80% penyakit dan kesakitan dipicu dan di

    perburuk oleh stress.

    Tiga dari lima orang menyatakan bahwa stress kerja berhubungan

    langsung dengan masalah kesehatan akut dan kronis sehingga dalam laporan

    pemerintah amerika serikat tahun 1992 Stres Kerja dijuluki sebagai penyakit

    abad ke 20. Selain itu jumlah klaim untuk kompensasi pekerja yang berkaitan

    dengan stress melonjak tajam dari angka yang dilaporkan satiu decade lalu

    (Widyasari, 2001).

    Stres Adalah tekanan/ketegangan yang dihadapi seseorang dan

    mempengaruhi emosi, pikiran, serta kondisi keseluruhan dari orang tersebut.

    Stress dalam suatu lingkungan pekerjaan sampai dengan batas yang dapat

    ditolerir bisa memberikan suatu rangsangan sehat guna mendorong individu-

    individu dalam suatu organisasi untuk memberikan tanggapan positif terhadap

    tantangan-tantangan yang dihadapi sehingga mereka terpacu untuk

    mengerahkan segala sumber daya yang dimiliki dalam rangka memenuhi tugas

    dan tanggung jawabnya. Bila ini yang terjadi maka stress pada akhirnya dapat

    meningkatkan produktifitas/prestasi kerja.

    7

  • 8/6/2019 Sri Wahyuni (06583540046710)

    8/84

    Pada kondisi yang sebaliknya, yakni stress yang berlebihan atau sudah

    tidak mampu lagi ditolerir oleh seorang individu akan menimbulkan dampak yang

    tidak sehat karena individu tersebut kehilangan kemampuan untuk

    mengendalikan dirinya secara utuh, akibatnya ia tidak mampu lagi mengambil

    keputusan-keputusan yang tepat dan bahkan terkadang perilakunya ikut

    terganggu, dampak lain yang mungkin terjadi adalah sakit secara fisik, putus asa,

    sering absen, dan lain-lain. Akhirnya selama stress ini belum teratasi maka akan

    terjadi tingkat produktifitas/prestasi kerja yang cenderung rendah dan terus

    menurun. Kondisi yang kurang lebih sama dapat juga terjadi bila dalam

    lingkungan pekerjaan tersebut tidak ada stress sama sekali, karena tantangan-

    tantangan kerja tidak ada sehingga pekerjaan menjadi suatu hal yang sangat

    membosankan dan menjenuhkan.

    Brealey (2002) memberikan definisi stres sebagai suatu respon psikologis

    dari tubuh terhadap tekanan yang diterimanya, khususnya berbagai kejadian

    yang mengancam, menantang, atau mengandung unsur perubahan. Ketika

    tuntutanyang dibebankan pada seseorang berlebihan atau melebihi kemampuan

    yang dimiliki maka akan membuat seseorang tersebut berada dibawah stres

    yangberlebihan.

    Berdasarkan definisi di atas, stres kerja dapat diartikan sebagai sumber

    atau stressor kerja yang menyebabkan reaksi individu berupa reaksi fisiologis,

    psikologis, dan perilaku. Lingkungan pekerjaan berpotensi sebagai stressor kerja.

    Stressor kerja merupakan segala kondisi pekerjaan yang dipersepsikan

    karyawan sebagai suatu tuntutan dan dapat menimbulkan stres kerja

    (Catur,2010).

    8

  • 8/6/2019 Sri Wahyuni (06583540046710)

    9/84

    Stress didefinisikan sebagai sindrom yang meliputi respon non spesifik

    dari organisme terhadap rangsangan dari lingkungan, definisi lain disebutkan

    stress merupakan respon fisiologik, psikologik dan perilaku individu yang mencari

    adaptasi atau penyesuaian diri dari tekanan internal dan eksternal.

    Alasan yang menyebabkan stress kerja sangat banyak, berkisar dari

    perubahan ekonomi sampai kekemajuan teknologi yang sangat cepat. Kemajuan

    di bidang teknologi, yang seharusnya menambah waktu luang, ternyata malah

    menambah tekanan untuk berbuat lebih banyak dalam waktu yang lebih singkat.

    Pada umumnya orang bekerja dapat menghabiskan waktu 8 sampai 12 jam

    perhari. Ini berarti penambahan jam kerja sebanyak 163 jam setiap tahun sejak

    tahun 1970( hal ini tidak termasuk jam berngkat kerja dan pulang kerja).

    Penyebab penting yang menyebabkan stres kerja bukan hanya dari waktu

    kerjanya, penyebab lain dapat dikategorikan dalam tiga kategori yaitu penyebab

    organisasional, penyebab lingkungan dan individual.

    Penyebab Organisasional

    a. Kurangnya otonomi dan kreativitas

    b. Harapan, tenggang waktu yang tidak logis

    c. Relokasi pekerjaan

    d. Kurangnya pelatihan

    e. Karier yang melelahkan

    f. Pekerjaan dikorbankan (Penurunan laba yang didapat)

    Penyebab Lingkungan

    a. Buruknya kondisi lingkungankerja

    b. Diskriminasi ras

    c. Kemacetan pada saat berngkat dan pulang kerja

    9

  • 8/6/2019 Sri Wahyuni (06583540046710)

    10/84

    Individual

    a. Pertentangan antara pekerjaan dan tanggung jawab keluarga

    b. Ketidak pastian ekonomi

    c. Kejenuhan, ketikpuasan kerja dan kebosanan

    d. Konflik dengan rekan kerja ( Widyastuti, 2003).

    Stress kerja adalah suatu respon adaptif, dihubungkan oleh

    karakteristik dan atau proses psikologi individu yang merupakan suatu

    konsekuensi dari setiap tindakan eksternal, situasi atau peristiwa yang

    menempatkan tuntutan psikologis dan atau fisik khusus pada seseorang,

    stress biasanya dianggap sebagai istilah negatif, stress dianggap

    terjadikarena disebabakan oleh suatu yang buruk namun tidak selalu berarti

    demikiankarena stress yang dimaksud adalah stress kerja yang artinya suatu

    bentuk interaksi individu terhadap lingkungannya. Stress mempunyai dampak

    positif atau negatif. Dampak positif stress pada tingkat rendah sampai pada

    tingkat moderat bersifat fungsional dalam arti berperan sebagai pendorong

    peningkatan kinerja pegawai sedangkan pada dampak negatif stress pada

    tingkat yang tinggi adalah penurunan pada kinerja karyawan yang drastis

    ( Azazah, 2009).

    Menurut Tarwaka (2010) stress akibat kerja adalah suatu bentuk

    emosional, kognitif, perilaku dan reaksi fisiologi terhadap aspek aspek

    pekerjaan, organisasi kerja, lingkungan kerja yang merugikan.

    2. Gejala-gejala stres kerja

    10

  • 8/6/2019 Sri Wahyuni (06583540046710)

    11/84

    Menurut hasil penelitian dan fakta fakta yang ada, hampir mayoritas

    orang yang tidak tahu bagaimana menangani stress. Menurut para ahli

    psikologi gejala gejala dari stress itu sendiri yaitu:

    1 ) Perilaku/Tindakan (Menurunnya kegairahan, pemakaian obat

    penenang atau minuman penambah vitalitas yang berlebihan,

    meningkatnya konsumsi kopi, penggunaan kekerasan atau tindakan

    agresif pada keluarga atau yang lainnya, gangguan pada kebiasaan

    makan, gangguan tidur).

    2 ) Proses sikap/pikiran, pemikiran irasional dan kesimpulan bodoh,

    lamban dalam pengambilan keputusan, kecenderungan lupa dan

    penurunan daya ingat, kesulitan berkonsentrasi.

    3) Emosi/Perasaan, cepat marah, tersinggung, murung, cemas,

    emosional, gelisah, depresi.

    4 ) Fisik/Fisiologi , sakit kepala, sakit pada leher dan kepala lainnya, dada,

    punggung dan lainnya, jantung berdebar, diare,badan berkeringat tidak

    wajar, sering buang air kecil (Imam Musbikin, 2005).

    Stres kerja yang terjadi pada karyawan dapat diketahui dengan melihat

    gejala-gejala atau tanda-tandanya, sehingga dapat menentukan apa yang

    harus dilakukan.

    a. Di Pekerjaan

    1) Mengalami lebih banyak kecelakaan dari pada biasanya.

    2) Tidak menepati batas waktu akhir, pertemuan dan perjanjian yang lain.

    3) Membuat kesalahan yang ceroboh.

    4) Mengalami kesukaran dalam mengambil keputusan.

    5) Kuantitas dan/atau kualitas kerja menurun

    11

  • 8/6/2019 Sri Wahyuni (06583540046710)

    12/84

    6) Kerja terlambat atau lebih obsesif dari pada biasanya.

    b. Dengan Rekan Sekerja

    1) Kelihatanya kehilangan rasa humor.

    2) Menampilkan kemarahan, permusuhan, dan sikap yang meledak-ledak.

    3) Tiba-tiba mengalami kesukaran dalam berkomunikasi dan bergaul dengan

    orang lain.

    4) Memperlihatkan sikap irasional dan kurang percaya terhadap rekan

    sekerja yang berlebihan.

    c. Pribadi

    1) Biasanya lelah dan kelihatannya sukar beristirahat.

    2) Apatis terhadap kehidupan, tidak berminat terhadap apapun.

    3) Seringkali merasa sakit dan hampir sakit ( Andan sagita, 2008).

    Ada beberapa tanda yang bisa dijadikan indikator bahwa stres yang dialami

    seseorang berasal dari pekerjaan, antara lain:

    1. Pelupa

    Stres karena pekerjaan bisa membuat orang menjadi pelupa. Hal ini

    menunjukkan bahwa ia sudah kelebihan informasi sehingga tidak mampu

    menyimpannya lagi.

    2. Kurang konsentrasi

    Kurang konsentrasi bisa tampak dari kesalahan-kesalahan yang dilakukan. Ini

    bisa merupakan salah satu gejala adanya upaya untuk melakukan banyak hal

    12

  • 8/6/2019 Sri Wahyuni (06583540046710)

    13/84

    dalam waktu singkat. Hal ini bisa disebabkan karena lemahnya pengaturan

    kerja.

    3. Atensi menurun

    Saat stres, tubuh seperti kelebihan beban. Untuk mengurangi beban, maka

    seseorang menjadi buta pada kejadian atau situasi di sekitarnya sehingga

    tidak bisa melihat detil dan tidak bisa melihat perubahan.

    4. Tidak bersemangat

    Dengan menghabiskan semua energi pada masalah-masalah yang timbul

    pada saat bekerja membuat Anda tidak memiliki energi untuk memenuhi

    kebutuhan sendiri. Anda meletakkan tugas sebagai hal yang utama padahal

    Anda juga tidak merasa dihargai.

    5. Mudah tersinggung

    Stres membuat kepekaan terhadap kebutuhan orang lain menurun. Dalam

    keadaan stres, Anda akan merasa orang lain sebagai pengganggu sehingga

    Anda menjadi tidak sabar. Hubungan dengan orang-orang di sekitar Anda

    lebih banyak diwarnai konflik bahkan permusuhan.

    6. Muncul gangguan-gangguan penyakit

    Stres yang kronis lama kelamaan akan menimbulkan berbagai gangguan

    kesehatan mulai daari sekedar pegal-pegal sampai gangguan jantung.

    Penyakit yang paling sering dialami para eksekutif menurut Alex, adalah

    gangguan lambung.

    13

  • 8/6/2019 Sri Wahyuni (06583540046710)

    14/84

    7. Berhenti bukanlah jawaban

    Pemecahan masalah stres kerja tampaknya mudah, misalnya kurangi waktu

    kerja atau cari pekerjaan lain yang kurang menekan. Tapi cara itu ternyata

    tidak selalu tepat bagi setiap orang bahkan mungkin justru memperburuk

    keadaan. Mengurangi waktu kerja, misalnya menjadi pekerja part time, bisa

    menambah stres jika ada pemotongan gaji atau menghambat karier

    (Alex,2008).

    Tabel 2.1 Gejala gejala stress kerja

    Sumber : Ali Rohmad

    3. Dampak Stres Kerja

    14

    Gejala Psikologis Gejala Fisik Gejala Perilaku

    Kecemasan, ketegangan Meningkatnya detak jantung

    dan tekanan darah

    Menunda ataupun

    menghindari pekerjaan/ tugas

    Bingung, marah, sensitif Meningkatnya sekresiadrenalin dan noradrenalin

    Penurunan prestasi danproduktivitas

    Mengurung diri Mudah lelah secara fisik Meningkatnya frekuensi

    absensi

    Ketidakpuasan Lebih sering berkeringat Meningkatnya agresivitas,

    dan kriminalitas

    Kehilangan spontanitas Ketegangan otot

    Menurunnya fungsi

    intelektual

    Kepala pusing, migrain Kecenderungan bunuh diri

  • 8/6/2019 Sri Wahyuni (06583540046710)

    15/84

    Menurut Lubis (2006) dalam Lilis dian (2008), stress kerja dapat mengakibatkan

    hal hal sebagai berikut :

    a. Penyakit yang diinduksi dari stress kerja tersebut adalah jantung

    koroner,hipertensi,tukak lambung, asma, gangguan menstruasi dll.

    b. Kecelakaan kerjaterutama pekerja yang menuntut kinerja yang tinggi

    dan bekerja bergiliran.

    c. Absensi kerja

    d. Lesu kerja, pegawai kehilangan motivasi kerja

    e. Gangguan jiwa mulai gangguan ringan sampai ketidak mampuan

    yang berat, gangguan ringan misalnya mudah gugup, tegang, marah

    marah, apatis dan kurang konsentrasi, gangguan yang lebih jelas

    lagi berupa depresi dan cemas.

    Stres kerja mempunyai dampak terhadap :

    1) Individu, munculnya maslah yang berhubungan dengan kesehatan

    psikologi dan interaksi interpersonal. Pada gangguan fisik seseorang

    akan mudak sakit, pada gangguan mental stress berkepanjangan akan

    mengakibatkan ketegangan, hal ini akan merusak tubuh dan gangguan

    kesehatan. Pada gangguan interpersonal akan lebih sensitive terhadap

    hilangnya percaya diri, menarik diri dan lain lain.

    2) Dampak terhadap organisasi, akan berpengaruh pada kualitas kerja

    dan kesehatan pekerja terganggu berupa kekacauan manajemen dan

    operasional kerja, meningkatnya absensi dan banyak pekerjaan yang

    tertunda.

    4. Penggolongan Stres

    15

  • 8/6/2019 Sri Wahyuni (06583540046710)

    16/84

    a. Stres ringan, dimana motivasi dan kreativitas menurun

    b. Stres sedang, sakit kepala, keluar keringat dingin,jantung

    berdebar,tidak puas terhadap pekerjaan, konflik hubungan

    interpersonal.

    c. Stress berat, timbul kejenuhan dalam bekerja, respon

    menyerah,putus asa, menarik diri, cepat tersinggung, mudah

    marah,produktivitas menurun, loyalitas kurang dan meninggalkan

    pekerjaan.

    B. Faktor Faktor Penyebab Stres Kerja

    Menurut Eva (2010) Ada tiga kelompok utama pemicu stress (biasa

    disebut stressor) di tempat kerja. Kelompok pertama adalah faktor pribadi,

    seperti: keluarga, ekonomi rumahtangga, dan karakteristik kepribadian. Adanya

    persoalan pada kehidupan pernikahan, perceraian serta anak-anak yang tidak

    disiplin dan sulit diatur; penghasilan yang kurang mencukupi pemenuhan

    kebutuhan rumahtangga dan gaya hidup; serta kepribadian yang tertutup,

    mudah tersinggung, perfeksionis, sangat berorientasi pada waktu dan hasil,

    merupakan beberapa contoh faktor pribadi yang dapat menjadi pemicu

    terjadinya stres di tempat kerja

    Kelompok kedua adalah faktor organisasi, seperti: pekerjaan, peran,

    dan dinamika hubungan atau interaksi antar karyawan. Pekerjaan yang bersifat

    rutin, monoton, membutuhkan kecepatan dalam pengerjaan, dengan ruang atau

    lokasi kerja yang bising dan panas; tuntutan peran yang tidak jelas atau

    bertentangan dengan sistem nilai yang dianut; serta hubungan kerja antar rekan

    yang tidak cocok, apalagi bila diwarnai dengan adanya konflik mental maupun

    16

  • 8/6/2019 Sri Wahyuni (06583540046710)

    17/84

    fisik, merupakan beberapa contoh faktor organisasi yang dapat menjadi pemicu

    terjadinya stres di tempat kerja. Selain itu juga budaya perusahaan yang sangat

    menekankan individualisme dan persaingan, struktur organisasi dengan kontrol

    dan komando yang ketat, kurangnya penguasaan terhadap teknologi yang

    digunakan, serta perubahan-perubahan yang terjadi secara cepat di dalam

    perusahaan.

    Sedangkan kelompok ketiga adalah faktor lingkungan, seperti:

    ekonomi, politik, dan teknologi. Ketidakpastian kondisi politik, krisis ekonomi

    negara yang berkepanjangan, serta perkembangan teknologi yang mengancam

    kelangsungan kerja merupakan beberapa contoh faktor lingkungan yang dapat

    menjadi pemicu terjadinya stres di tempat kerja.

    Menurut Tarwaka (2010) untuk dapat mengetahui secara pasti, faktor

    apa saja yang dapat menyebabkan terjadinya stress sangatlah sulit, oleh karena

    sangat tergantung dengan sifat dan kepribadian seseorang. Suatu keadaan

    yang dapat menimbulkan stress pada seseorang tetapi belum tente akan

    menimbulkan hal yang sama terhadap orang lain. Menurut Patton(1998) bahwa

    perbedaan reaksi antara individu tersebut sering disebabkan karena faktor

    psikologi dan social yang dapt merubah dampak stressor bagi individu. Faktor

    faktor tersebut antara lain :

    1.Kondisi individu seperti, umur, jenis kelamin, temperamental, genetic,

    intelegensia, pendidikan, kebudayaan dll.

    2. Ciri kepribadian seperti, introvert atau ekstrovert, tingkat emosional,

    kepasrahan, kepercayaan diri dll.

    3. Sosial kognitif seperti, dukungan sosial, hubungan sosial dengan

    lingkungan sekitarnya

    17

  • 8/6/2019 Sri Wahyuni (06583540046710)

    18/84

    4. strategi untuk menghadapi setiap stress yang muncul.

    Kaitannya dengan tugas tugas dan pekerjaan di tempat kerja, faktor

    yang menjadi penyebab stress kemungkinan lebih spesifik. Clark (1995) dan

    Wantoro (1999) mengelompokkan penyebab stress ditempat kerja menjadi tiga

    kategori yaitu stressor fisik, psikofisik dan psikologis. Selanjutnya Cartwrght,

    et.al(1995) mencoba memilah milah penyebab stress akibat kerja menjadi 6

    kelompok penyebab yaitu :

    1. Faktor pekerjaan, ada beberapa faktor intrinsik dalam pekerjaan

    dimana sangat potensial menjadi penyebab terjadinya stress dan dapat

    mengakibatkan keadaan yang buruk pada mental.

    2. faktor individu, beban tugas yang bersifat mental dan tanggung jawab

    dari suatu pekerjaan lebih memberikan stress yang tinggi dibandingkan

    dengan beban kerja fisik. Dalam suatu penelitian dalam stress akibat kerja

    menemukan bahwa karyawan yang mempunyai beban psikologis lebih tinggi

    dan ditambah dengan keterbatasan wewenang untuk mengambil keputusan

    mempunyai resiko terkena penyakit jantung koroner dan tekanan darah yang

    lebih tinggi serta mempunyai kecenderungan merokok yang lebih banyak dari

    karyawan yang lain.

    3. faktor hubungan kerja hubungan yang baik antara karyawan di tempat

    kerja adalah faktor yang potensial sebagai penyebab terjadi stress.

    Kecurigaan antara pekerja, kurangnya komunikasi ketidaknyamanan dalam

    melakukan pekerjaan merupakan tanda tanda adanya stress akibat kerja.

    4. faktor pengembangan karier, perasaan tidak aman dalam pekerjaan,

    posisi dan pengembangan karier mempunyai dampak cukup penting sebagai

    penyebab terjadinya stress.

    18

  • 8/6/2019 Sri Wahyuni (06583540046710)

    19/84

    5. faktor struktur organisasi dan suasana kerja, penyebab stress yang

    berhubungan dengan struktur organisasi dan suasanya kerja biasanya berasal

    dari budaya organisasi dan model manajemen yang di pergunakan.

    6. Faktor dari luar pekerjaan faktor kepribadian seseorang sangat

    berpengaruh terhadap stressor yang diterima, biasanya berupa konflik,

    perselisihan antara keluarga, lingkungan, tetangga.

    Faktor faktor lain yang kemungkinan besar dapat menyebabkan stress akibat

    kerja antara lain :

    a. Ancaman pemutusan hubungan kerja, faktor ini sering kali menghantui

    para karyawan di perusahaan dengan berbagai alas an dan penyebab

    yang tidak pasti.

    b. Perubahan politik nasional, perubahan politik secara cepat

    mengakibatkan pergantian pemimpin secara cepat pula, diikuti dengan

    pergantian kebijaksanaan pemerintah yang sering kali menimbulakn pro

    dan kontra dikalngan masyarakat. Kondisi yang demikian tidak jarang

    menimbulkan kegelisahan para pegawai, akibatnya motivasi kerja

    menurun, angka absensi meningkat, mogok kerja dll.keadaan tersebut

    juga merupakan bentuk stressor.

    c. Krisis ekonomi nasional, krisis ekonomi yang berkepanjangan, seperti

    yang terjadi di Indonesia menyebabkan banyak perusahaan melakukan

    efisiensi dalam bentuk perampingan organisasi.

    1. Faktor Pekerjaan

    1) Beban Kerja

    19

  • 8/6/2019 Sri Wahyuni (06583540046710)

    20/84

    Beban kerja merupakan sesuatu yang muncul dari interaksi

    antara tuntutan tugas tugas, lingkungan kerja dimana digunakan sebagai

    tempat kerja, ketrampilan, perilaku dan persepsi dari pekerjaan. Beban

    kerja kadang kadang jug adapt didefinisikan secara operasional pada

    berbagai faktor seperti tuntutan tugas atau upaya upaya yang dilakukan

    untuk melakukan pekerjaan (Tarwaka, 2010).

    Beban kerja adalah beban fisik maupun non fisik yang

    ditanggung oleh pekerja untuk menyelesaikan pekerjaanya (Ramdan,

    2007).

    Faktor yang mempengaruhi beban kerja adalah:

    a. Faktor Eksternal

    Faktor eksternal beban kerja adalah beban kerja yang berasal dari luar

    tubuh pekerja. Aspek beban kerja eksternal sering disebut sebagai

    stressor. Yang termasuk beban kerja eksternal adalah:

    Pertama, tugas-tugas (tasks). Tugas ada yang bersifat fisik seperti, tata

    ruang kerja, stasiun kerja, alat dan sarana kerja, kondisi kerja, sikap

    kerja dan alat bantu kerja. Tugas juga ada yang bersifat mental seperti,

    kompleksitas pekerjaan dan tanggung jawab terhadap pekerjaan.

    Kedua, organisasi kerja. Organisasi kerja yang mempengaruhi beban

    kerja misalnya, lamanya waktu kerja, waktu istirahat, kerja bergilir,

    sistem pengupahan, kerja malam, musik kerja, tugas dan wewenang.

    Ketiga, lingkungan kerja. Lingkungan kerja yang dapat mempengaruhi

    beban kerja adalah yang termasuk dalam beban tambahan akibat

    lingkungan kerja. Misalnya saja lingkungan kerja fisik (penerangan,

    kebisingan, getaran mekanis), lingkungan kerja kimiawi (debu, gas

    20

  • 8/6/2019 Sri Wahyuni (06583540046710)

    21/84

    pencemar udara), lingkungan kerja biologis (bakteri, virus dan parasit)

    dan lingkungan kerja psikologis (penempatan tenaga kerja).

    b. Faktor Internal

    Faktor internal beban kerja adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh

    itu sendiri sebagai akibat adanya reaksi dari beban kerja eksternal.

    Reaksi tersebut dikenal dengan strain. Secara ringkas faktor internal

    meliputi: Faktor somatis, yaitu jenis kelamin, umur, ukuran tubuh,

    kondisi kesehatan, status gizi.

    Faktor psikis, yaitu motivasi, persepsi, kepercayaan, keinginan,

    kepuasaan, dll( Tarwaka, 2010).

    Ada dua tipe beban berlebih yaitu kuantitatif dan kualitatif. Memiliki

    terlalu banyak sesuatu untuk dikerjakan atau tidak cukup waktu untuk

    menyelesaikan suatu pekerjaan merupakan beban berlebih yang

    bersifat kuantitatif. Beban berlebih kualitatif terjadi jika individu merasa

    tidak memiliki kemampuan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan

    pekerjaan mereka atau standar penampilan yang dituntut terlalu tinggi

    (Retnaningtyas,2005).

    Beban kerja meliputi, beban kerja fisik maupun mental.

    Beban kerja yang terlalu berat atau kemampuan fisik yang terlalu lemah

    dapat mengakibatkan seorang pekerja menderita gangguan akibat kerja

    atau penyakit akibat kerja. Kondisi lingkungan kerja (Misalnya panas,

    debu, zat zat kimia,bising dan lain lain) dapat menagkibatkan beban

    tambahan pada pekerja. Beban beban tambahan tersebut secara

    sendiri atau bersama sama dapat menimbulkan ganguan atau penyakit

    akibat kerja (Feri dan Makhfludi, 2004).

    21

  • 8/6/2019 Sri Wahyuni (06583540046710)

    22/84

    1. Beban Kerja Fisik

    Pemindahan Material Secara Manual

    Pemindahan bahan secara manual apabila tidak dilakukan

    secara ergonomis akan menimbulkan kecelakaan dalam industri.

    Kebutuhan mengangkat secara manual (tanpa alat) haruslah benar-

    benar diteliti secara ergonomis. Penelitian ini akan mengakibatkan

    adanya standarisasi dalam aktivitas angkat manusia.

    Standar kemampuan angkat tersebut tidak hanya meliputi

    arah beban, akan tetapi berisi pula tentang ketinggian dan jarak

    operator terhadap beban yang akan diangkat.

    a. Batasan Beban yang Boleh Diangkat

    Pada bagian ini akan dijelaskan beberapa batasan angkat secara

    legal dari berbagai negara bagian benua Australia yang digunakan

    untuk pabrik dan sistem biinis manufaktur lainnya. Batasan angkat

    ini dipakai sebagai batasan angkat secara internasional. Adapun

    variabelnya adalah sebagai berikut :

    1) Pria dibawah usia 16 tahun, maksimum angkat adalah 14 kg.

    2) Pria usia diantara 16 tahun dan 18 tahun, maksimum angkat 18

    kg.

    3) Pria usia lebih dari 18 tahun, tidak ada batasan angkat.

    4) Wanita usia diantara 16 dan 18 tahun, maksimum angkat 11 kg.

    5) Wanita usia lebih dari 18 tahun, maksimum angkat adalah 16 kg.

    Batasan-batasan angkat ini dapat membantu

    untukmengurangi rasa nyeri, ngilu pada tulang belakang bagi para

    wanita (back injuries incidence to women). Batasan angkat ini akan

    22

  • 8/6/2019 Sri Wahyuni (06583540046710)

    23/84

  • 8/6/2019 Sri Wahyuni (06583540046710)

    24/84

    suhu netral dan kecepatan penguapan lewat keringat(Sumamur

    2006) .

    Pemeriksaan denyut nadi sangat mudah dilakukan dengan

    cara perabaan (palpasi), yaitu dengan cara memeriksa denyut arteri

    radialis dextra dengan menggunakan ujung jari II-III-IV yang

    diletakkan sejajar satu terhadap yang lain di atas arteri radialis

    tersebut dan kemudian ditentukan frekuensi denyutan per menit.

    Beban kerja seseorang dapat dikategorikan menurut frekuensi

    denyut nadi per menit.

    Tabel 2.2 Kategori Beban Kerja Menurut Frekuensi Denyut Nadi Per Menit

    No. Kategori Beban Kerja Frekuensi Denyut Nadi Per Menit

    1. Sangat Ringan < 75

    2. Ringan 75 100

    3. Agak Berat 100 125

    4. Berat 125 150

    5. Sangat Berat 150 175

    6. Luar Biasa Berat > 175

    Tabel 2.3 Kategori Beban Kerja Berdasarkan Metabolisme, Respirasi,

    Suhu Tubuh dan Denyut Jantung

    Christensen (1991: 1699). Encyclopedia of Occupational Health & Safety.

    Sumber : Wiji Nurastuti, 2008

    24

    KategoriBeban Kerja

    KonsumsiOksigen

    (1/min)

    VentilasiParu (1/min)

    Suhu Rektal(oC)

    DenyutJantung

    (denyut/min)

    Ringan 0,5 1,0 11 20 37,5 75 100Sedang 1,0 - 1,5 20 31 37,5 38,0 100 125Berat 1,5 2,0 31 43 38,0 38,5 125 150Sangat Berat 2,0 2,5 43 56 38,5 39,0 150 175Sangat Berat

    Sekali

    2,5 4,0 60 100 39 175

  • 8/6/2019 Sri Wahyuni (06583540046710)

    25/84

    Berat ringannya beban kerja yang diterima oleh seorang

    tenaga kerja dapat digunakan untuk menentukan berapa lama seorang

    tenaga kerja dapat melakukan aktivitas pekerjaannya sesuai dengan

    kemampuan atau kapasitas kerja yang bersangkutan. Di mana semakin

    berat beban kerja, maka akan semakin pendek waktu kerja seseorang

    untuk bekerja tanpa kelelahan dan gangguan fisiologis yang berarti atau

    sebaliknya.

    2) Kondisi Pekerjaan

    Kondisi kerja meliputi variabel lingkungan fisik seperti

    distribusi jam kerja, suhu, penerangan, suara dan ciri-ciri arsitektur tempat

    kerja. Sudah dapat dijelaskan dengan baik bahwa variabel-variabel tadi

    mempengaruhi sikap dan perilaku kerja. Faktor-faktor yang perlu

    dipertimbangan dalam penerapan penelitian yang sesuai dengan situasi

    organisasi tertentu termasuk bagaimana biasanya pekerjaan dilakukan,

    karakteristik tenaga kerja yang terlibat, dan aturan standar eksternal yang

    sesuai. (Occupational Safety and Health Administration, 1970) dalam

    Supardi (2007). Kondisi kerja yang buruk berpotensi menyebabkan

    pekerja mudah sakit, mengalami stres psikologis dan menurunkan

    produktivitas kerja.

    Keamanan dan kesehatan pekerja hanyalah sebagian dari

    fungsi kondisi kerja, tetapi kondisi ini tetap merupakan pusat perhatian

    bagi mereka yang memperhatikan isu ini. Aspek-aspek kondisi kerja yang

    25

  • 8/6/2019 Sri Wahyuni (06583540046710)

    26/84

    diatur oleh OSHA adalah bahan dan peralatan kerja, metode kerja, dan

    praktek keperawtan yang umum.

    Kondisi lingkungan kerja, dapat menyebabkan

    ketidaknyamanan seseorang dalam menjalankan pekerjaanya misalnya

    suhu udara dan kebisingan, karena beberapa orang sangat sensitif

    terhadap kondisi lingkungan. Timbulnya suatu rangsangan dari

    lingkungan ekstrenal dan internal yang dirasakan oleh individu melalui

    sikap tertentu. Hal yang menentukan apakah suatu hubungan dengan

    seseorang atau lingkungan tertentu menimbulkan stres bergantung pada

    penilaian kognitif individu tentang situasi (Supardi, 2007).

    Menurut Stewart and Stewart, 1983 Kondisi Kerja adalah

    adalah kondisi kerja yang baik yaitu nyaman dan mendukung pekerja

    untuk dapat menjalankan aktivitasnya dengan baik. Meliputi segala

    sesuatu yang ada di lingkungan karyawan yang dapat mempengaruhi

    kinerja, serta keselamatan dan keamanan kerja, temperatur, kelambapan,

    ventilasi, penerangan, kebersihan dan lainlain. Kondisi kerja

    berhubungan dengan penjadwalan dari pekerjaan, lamanya bekerja

    dalam hari dan dalam waktu sehari atau malam selama orang-orang

    bekerja. Oleh sebab itu kondisi kerja yang terdiri dari faktor-faktor seperti

    kondisi fisik, kondisi psikologis, dan kondisi sementara dari lingkungan

    kerja, harus diperhatikan agar para pekerja dapat merasa nyaman dalam

    bekerja sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerja.

    Kondisi fisik dari lingkungan kerja di sekitar karyawan

    sangat perlu diperhatikan oleh pihak badan usaha, sebab hal tersebut

    merupakan salah satu cara yang dapat ditempuh untuk menjamin agar

    26

  • 8/6/2019 Sri Wahyuni (06583540046710)

    27/84

    karyawan dapat melaksanakan tugas tanpa mengalami gangguan.

    Memperhatikan kondisi fisik dari lingkungan kerja karyawan dalam hal ini

    berarti berusaha menciptakan kondisi lingkungan kerja yang sesuai

    dengan keinginan dan kebutuhan para karyawan sebagai pelaksanan

    kerja pada tempat kerja tersebut

    Kondisi fisik dari lingkungan kerja menurut Newstrom

    (1996) adalah berarti bahwa faktor yang lebih nyata dari faktor-faktor yang

    lainnya dapat mempengaruhi perilaku para pekerja adalah kondisi fisik,

    dimana yang termasuk didalamnya adalah tingkat pencahayaan, suhu

    udara, tingkat kebisingan, jumlah dan macam-macam radiasi udara yang

    berasal dari zat kimia dan polusi-polusi, ciri-ciri estetis seperti warna

    dinding dan lantai dan tingkat ada (atau tidaknya) seni didalam bekerja,

    musik, tumbuh-tumbuhan atau hal-hal yang menghiasi tempat kerja.

    Menurut Handoko (1995) lingkungan kerja fisik adalah

    semua keadaan yang terdapat di sekitar tempat kerja, yang meliputi

    temperatur, kelembaban udara, sirkulasi uadara, pencahayaan,

    kebisingan, getaran mekanis, bau-bauan, warna dan lain-lain yang dalam

    hal ini berpengaruh terhadap hasil kerja manusia tersebut.

    1.Faktor-faktor lingkungan kerja meliputi :

    a.Pencahayaan

    Cahaya atau penerangan sangat besar manfaatnya bagi para

    karyawan guna mendapat keselamatan dan kelancaran kerja. Pada

    dasarnya, cahaya dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu:

    cahaya yang berasal dari sinar matahari dan cahaya buatan berupa

    lampu. Oleh sebab itu perlu diperhatikan adanya penerangan

    27

  • 8/6/2019 Sri Wahyuni (06583540046710)

    28/84

    (cahaya) yang terang tetapi tidak menyilaukan. Dengan penerangan

    yang baik para karyawan akan dapat bekerja dengan cermat dan

    teliti sehingga hasil kerjanya mempunyai kualitas yang memuaskan.

    Cahaya yang kurang jelas (kurang cukup) mengakibatkan

    penglihatan kurang jelas, sehingga pekerjaan menjadi lambat,

    banyak mengalami kesalahan, dan pada akhirnya menyebabkan

    kurang efisien dalam melaksanakan pekerjaan, sehingga tujuan dari

    badan usaha sulit dicapai.

    b. Temperatur

    Bekerja pada suhu yang panas atau dingin dapat menimbulkan

    penurunan kinerja. Secara umum, kondisi yang panas dan lembab

    cenderung meningkatkan penggunaan tenaga fisik yang lebih berat,

    sehingga pekerja akan merasa sangat letih dan kinerjanya akan

    menurun

    c. Kebisingan

    Bising dapat didefinisikan sebagai bunyi yang tidak disukai, suara

    yang mengganggu atau bunyi yang menjengkelkan suara bising

    adalah suatu hal yang dihindari oleh siapapun, lebih-lebih dalam

    melaksanakan suatu pekerjaan, karena konsentrasi perusahaan

    akan dapat terganggu. Dengan terganggunya konsentrasi ini maka

    pekerjaan yang dilakukkan akan banyak timbul kesalahan ataupun

    kerusakan sehingga akan menimbulkan kerugian.

    d. Getaran

    Kondisi gerakan secara umum adalah getaran. Getaran-getaran

    dapat menyebabkan pengaruh yang buruk bagi kinerja, terutama

    28

  • 8/6/2019 Sri Wahyuni (06583540046710)

    29/84

    untuk aktivitas yang melibatkan penggunaan mata dan gerakan

    tangan secara terus-menerus.

    e. Pencemaran

    Pencemaran ini dapat disebabkan karena tingkat pemakaian bahan-

    bahan kimia di tempat kerja dan keaneksragaman zat yang dipakai

    pada berbagai bagian yang ada di tempat kerja dan pekerjaan yang

    menghasilkan perabot atau perkakas. Bahan baku-bahan baku

    bangunan yang digunakan di beberapa kantor dapat dipastikan

    mengandung bahan kimia yang beracun. Situasi tersebut akan

    sangat berbahaya jika di tempat tersebut tidak terdapat ventilasi

    yang memadai.

    f. Faktor Keindahan

    Faktor keindahan ini meliputi: musik, warna dan bau-bauan. Musik,

    warna dan bau-bauan yang menyenangkan dapat meningkatkan

    kepuasan kerja dalam melaksankan pekerjaanya (Rahadian Galih

    Adiaksa,2010).

    Faktor lain yang mempengaruhi kondisi pekerjaan yaitu :

    1)Lingkungan kerja.

    Kondisi kerja yang buruk berpotensi menjadi penyebab karyawan

    mudah jatuh sakit, mudah stres, sulit berkonsentrasi, dan

    menurunnya produktivitas kerja. Kondisi lingkungan kerja meliputi

    ruang kerja yang tidak nyaman, panas, sirkulasi udara kurang

    memadai, ruang kerja terlalu padat, lingkungan kerja yang kurang

    bersih, dan bising atau berisik.

    2) Overload.

    29

  • 8/6/2019 Sri Wahyuni (06583540046710)

    30/84

    Overload secara kuantitatif yaitu, jika banyaknya pekerjaan yang

    ditargetkan melebihi kapasitas, sehingga karyawan mudah lelah dan

    berada dalam tegangan yang tinggi. Sedangkan overload yang

    kualitatif jika pekerjaan tersebut sangat compleks dan sulit, sehingga

    menyita kemampuan teknis dan kognitif karyawan.

    3) Deprivational stress.

    George Everly dan Daniel Girdano (Rini, 2002) memperkenalkan

    istilah deprivational stress untuk menjelaskan kondisi pekerjaan

    yang tidak lagi menantang, atau tidak lagi menarik bagi karyawan.

    Keluhan-keluhan yang sering muncul biasanya adalah kebosanan,

    ketidakpuasan, dan kurangnya komunikasi sosial.

    4) Pekerjaan beresiko tinggi.

    Pekerjaan-pekerjaan yang setiap saat dihadapkan pada

    kemungkinan Perjadinya kecelakaan atau pekerjaan yang

    berbahaya bagi keselamatan, seperti tentara, pemadam kebakaran,

    pekerja tambang, cleaning service yang biasa menggunakan

    gondola untuk membersihkan gedung-gedung bertingkat, dan

    pekerjaan di pertambangan minyak lepas pantai ( Retnaningtyas,

    2005).

    3) Jam Kerja

    1) Dalam peraturan,Tidak diperbolehkan bekerja seminggu lebih dari 40

    jam dan sehari lebih dari 8 jam.

    2) Jika jam kerja melebihi 6 jam maka harus diberi israhat lebih dari 45

    menit, dan jika melebihi 8 jam

    3) maka harus diberi israhat lebih dari 60 menit.

    30

  • 8/6/2019 Sri Wahyuni (06583540046710)

    31/84

    4) Libur harus diberikan sehari dalam seminggu, atau minimal 4 hari

    dalam 4 minggu.

    5) Jika majikan melaporkan surat perjanjian bekerja di luar jam

    kerja/pada hari libur kepada pihak

    6) ketenagakerjaan yang berwenang, maka diperbolehkan untuk bekerja

    di luar jam kerja/pada hari libur sesuai dengan batas yang ditetapkan

    dalam perjanjian tersebut.

    Dari segi Undang Undang Perburuhan jam kerja adalah

    jam/waktu yang dilakukan dibawah pengawasan pimpinan dari pihak

    kantor. Banyaknya jam kerja tergantung dari pihak kantor yang

    mempekerjakan para karyawan tersebut. Pada dasarnya jam kerja

    adalah 40 jam dalam satu minggu, 8 jam sehari (tidak termasuk jam

    istirahat), tentang jam kerja berdagang, usaha perfilman,

    sandiwara,usaha kesehatan,kebersihan,penerima tamu/receptionist,

    atau usaha sampingan adalah 44 jam dalam seminggu.

    Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa pengaturan

    waktu kerja yang diselingi dengan beberapa kali waktu istirahat

    disamping juga perubahan lamanya periode waktu kerja bias

    memberikan dampak terhadap produktivitas karyawan. Sebagai

    contoh, dari hasil penelitian sritomo (2000), ternyata dengan

    memperpendek jam kerja dari 8,75 jam/hari menjadi 8 jam/hari dapat

    meningkatkan produktivitas 3% sampai 10%. Jadi dengan

    memperpendek jam kerja harian akan menghasilkan kenaikan output.

    Sebaliknya dengan memperpanjang jam kerja harian akan

    31

  • 8/6/2019 Sri Wahyuni (06583540046710)

    32/84

    memperlambat kecepatan (tempo) kerja yang akhirnya berakibat pada

    penurunan produktivitas (Elisabet,2008).

    2. Faktor Individu

    Pada dasarnya, faktor yang terkait dalam hal ini muncul dari dalam

    keluarga, masalah ekonomi pribadi dan karakteristik pribadi dari keturunan.

    Hubungan pribadi antara keluarga yang kurang baik akan menimbulkan

    akibat pada pekerjaan yang akan dilakukan karena akibat tersebut dapat

    terbawa dalam pekerjaan seseorang. Sedangkan masalah ekonomi

    tergantung dari bagaimana seseorang tersebut dapat menghasilkan

    penghasilan yang cukup bagi kebutuhan keluarga serta dapat menjalankan

    keuangan tersebut dengan seperlunya. Karakteristik pribadi dari keturunan

    bagi tiap individu yang dapat menimbulkan stress terletak pada watak dasar

    alami yang dimiliki oleh seseorang tersebut. Sehingga untuk itu, gejala

    stress yang timbul pada tiap-tiap pekerjaan harus diatur dengan benar

    dalam kepribadian seseorang( Jacinta

    Tekanan individual sebagai penyebab stres kerja terdiri dari:

    (a) Konflik peran

    Stressor atau penyebab stres yang meningkat ketika seseorang

    menerima pesan- pesan yang tidak cocok berkenaan dengan perilaku

    peran yang sesuai. Misalnya adanya tekanan untuk bergaul dengan

    baik bersama orang- orang yang tidak cocok.

    (b) Peran ganda

    Untuk dapat bekerja dengan baik, para pekerja memerlukan informasi

    tertentu mengenai apakah mereka diharapkan berbuat atau tidak

    32

  • 8/6/2019 Sri Wahyuni (06583540046710)

    33/84

    berbuat sesuatu. Peran ganda adalah tidak adanya pengertian dari

    seseorang tentang hak, hak khusus dan kewajiban- kewajiban dalam

    mengerjakan suatu pekerjaan.

    (c) Tidak adanya kontrol

    Suatu stresor besar yang dialami banyak pekerja adalah tidak adanya

    pengendalian atas suatu situasi. Sehingga langkah kerja, urutan

    kerja, pengambilan keputusan, waktu yang tepat, penetapan standar

    kualitas dan kendali jadwal merupakan hal yang penting.

    (d) Tanggung jawab

    Setiap macam tanggung jawab bisa menjadi beban bagi beberapa

    orang, namun tipe yang berbeda menunjukkan fungsi yang berbeda

    sebagai stressor (Dwi Retnaningtyas,2005).

    Faktor Individual, Kategori ini mencakup faktor-faktor dalam

    kehidupan pribadi karyawan seperti persoalan keluarga, masalah

    ekonomi pribadi dan karakteristik kepribadian bawaan. Survei nasional

    secara konsisten menunjukkan bahwa orang menganggap hubungan

    pribadi dan keluarga sebagai sangat berharga. Kesulitan pernikahan,

    pecahnya suatu hubungan dan kesulitan disiplin pada anak-anak

    merupakan contoh masalah hubungan yang menciptakan stres bagi para

    karyawan dan terbawa ke tempat kerja.

    Masalah ekonomi yang diciptakan oleh individu yang terlalu

    merentangkan sumber daya keuangan mereka merupakan suatu

    perangkat kesulitan pribadi lain yang dapat menciptakan stres bagi

    karyawan dan mengganggu perhatian mereka terhadap kerja.

    33

  • 8/6/2019 Sri Wahyuni (06583540046710)

    34/84

    Persepsi. Karyawan bereaksi untuk menanggapi persepsi

    mereka terhadap realitas bukannya realitas itu sendiri. Oleh karena itu

    persepsi akan memperlunak hubungan antara suatu kondisi stres

    potensial dan reaksi seorang karyawan terhadap kondisi itu. Rasa takut

    seseorang bahwa ia akan kehilangan pekerjaan karena perusahaannya

    melakukan PHK massal dapat dipersepsikan oleh seseorang lain sebagai

    suatu kesempatan untuk memperoleh pesangon yang besar dan memulai

    bisnisnya sendiri. Sama halnya apa yang dipersepsikan satu karyawan

    sebagai suatu lingkungan kerja yang efisien dan menantang dapat

    dipandang oleh yang lain sebagai mengancam dan menuntut. Jadi

    potensial stres dalam faktor lingkungan, organisasional dan individual

    tidaklah dalam kondisi objektifnya melainkan terletak dalam penafsiran

    seorang karyawan terhadap faktor-faktor itu.

    Pengalaman Kerja. Dikatakan orang bahwa pengalaman

    merupakan guru yang sangat baik. Pengalaman juga dapat merupakan

    pengurang stres yang sangat baik. Pengalaman pada pekerjaan

    cenderung berkaitan secara negatif dengan stres kerja.

    Dukungan Sosial. Makin banyak bukti yang menunjukkan

    bahwa dukungan sosial yaitu hubungan kolegal dengan rekan sekerja

    atau supervisor dapat menyanggah dampak stres. Logika yang

    mendasari variabel pelunak ini adalah bahwa dukungan sosial bertindak

    suatu pereda yang mengurangi efek negatif bahkan dari pekerjaan-

    pekerjaan berkepegangan tinggi. Bagi individu yang kolega kerjanya tidak

    membantu atau bahkan aktif bermusuhan, dukungan sosial dapat

    ditemukan diluar pekerjaan itu. Keterlibatan dengan keluarga, teman dan

    34

  • 8/6/2019 Sri Wahyuni (06583540046710)

    35/84

    komunitas dapat memberikan dukungan khususnya bagi mereka yang

    memiliki kebutuhan sosial yang tinggi yang tidak diperoleh dari tempat

    kerja dan ini dapat membuat penyebab stres pekerjaan lebih dapat

    ditolerir.

    Keyakinan Akan Tempat Kedudukan Kendali (Locus of

    Control). Tempat kedudukan kendali merupakan suatu atribut

    kepribadian. Mereka dengan tempat kedudukan kendali internal yakin

    bahwa mereka mengendalikan tujuan akhir mereka sendiri. Mereka

    dengan tempat kedudukan kendali eksternal yakin bahwa kehidupan

    mereka dikendalikan oleh kekuatan-kekuatan luar. Bukti menunjukkan

    bahwa kaum internal mempersepsikan pekerjaan mereka sebagai kurang

    mengandung stres dibanding kaum eksternal. Jadi kaum eksternal yang

    lebih besar kemungkinan merasa tidak berdaya dalam situasi penuh stres

    dan juga lebih besar kemungkinan mengalami stress( Eko Sasono,2004).

    Faktor ini mencakup kehidupan pribadi karyawan terutama

    faktor-faktor persoalan keluarga, masalah ekonomi pribadi dan karakteristik

    kepribadian bawaan.

    1. Faktor persoalan keluarga. Survei nasional secara konsisten

    menunjukkan bahwa orang menganggap bahwa hubungan pribadi dan

    keluarga sebagai sesuatu yang sangat berharga. Kesulitan pernikahan,

    pecahnya hubungan dan kesulitan disiplin anak-anak merupakan contoh

    masalah hubungan yang menciptakan stres bagi karyawan dan terbawa

    ke tempat kerja.

    2. Masalah Ekonomi. Diciptakan oleh individu yang tidak dapat mengelola

    sumber daya keuangan mereka merupakan satu contoh kesulitan

    35

  • 8/6/2019 Sri Wahyuni (06583540046710)

    36/84

    pribadi yang dapat menciptakan stres bagi karyawan dan mengalihkan

    perhatian mereka dalam bekerja.

    3. Karakteristik kepribadian bawaan. Faktor individu yang penting

    mempengaruhi stres adalah kodrat kecenderungan dasar seseorang.

    Artinya gejala stres yang diungkapkan pada pekerjaan itu sebenarnya

    berasal dari dalam kepribadian orang itu.

    3. Faktor lingkungan

    1) Lingkungan Fisik

    Hal-hal kondisi atau pun kejadian yang berhubungan dengan

    keadaan sekeliling individu yang dapat memicu stres, hal tersebut dapat

    berupa bencana alam (disaster syndrome) berupa gempa bumi, topan,

    badai, dan sebgainya. Hal-hal lain yang dapat menjadi stressor adalah

    kondisi cuaca (terlalu panas/dingin), kondisi lingkungan yang padat (over

    crowded), kemacetan, lingkungan kerja yang kotor, dan sebagainya.

    Lingkungan fisik adalah sesuatu yang berada di sekitar para pekerja yang

    meliputi Cahaya, Warna, udara, suara serta musik yang mempengaruhi

    dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan

    (Wahyuni,2005).

    Menurut Jasqueline (2002), Ketika lingkungan fisik disebutkan

    berkenaan dengan stress kerja, kebanyakan orang akan berfikir tentang

    industry berat, pekerjaan diluar rumah atau pekerjaan dimana orang

    harus masuk kedalam situasi yang berbahaya. Kita jarang

    menghubungkan stress fisik dengan kerja kantor, tetapi mungkin saja ada

    36

  • 8/6/2019 Sri Wahyuni (06583540046710)

    37/84

    sumber tekanan fisik yang tersembunyi. Tetapi kita bisa melihat beberapa

    masalah.

    a) Kebisingan

    Kemajuan dalam rekayasa dan teknologi dalam banyak hal telah

    menimbulkan kenaikan tingkat kebisingan. Kebisingan mempengaruhi

    denga dua cara yaitu pertama, kebisingan dapat merusak

    pendengaran berkiasar dari ketulian dan ketulian sementara (mati rasa

    untuk waktu tertentu) hingga kepekaan yang berkurang hebat

    terhadap frekuensi bunyi tertentu. Kedua respon stress yang lebih

    umum mencakup perubahan dan ayunan suasana hati, fungsi motorik

    dan intelektual yang rusak dan perubahan pada perilaku dan keadaan

    fisik. Pokok yang jelas tetapi sering terabaikan adalah kebisingan

    mengganggu komunikasi.

    Kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki yang

    bersumber dari alat-alat produksi yang mengganggu atau

    membahayakan kesehatan, khususnya menimbulkan gangguan

    pendengaran.

    b)Iklim kerja

    Iklim kerja adalah hasil perpaduan antara suhu,

    kelembaban, kecepatan gerakan udara dan panas radiasi dengan

    tingkat pengeluaran panas dari tubuh tenaga kerja sebagai akibat

    pekerjaannya

    Iklim kerja adalah kombinasi dari suhu udara, kelembaban

    udara, kecepatan gerakan dan suhu radiasi. Kombinasi dari keempat

    37

  • 8/6/2019 Sri Wahyuni (06583540046710)

    38/84

    faktor ini dihubungkan dengan produksi panas oleh tubuh yang disebut

    tekanan panas (Ramdan, 2007).

    .

    c)Polusi udara

    Polusi udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi

    fisik, kimia, atau biologi di atmosfir dalam jumlah yang dapat

    membahayakan kesehatan manusia,hewan dan tumbuh tumbuhan,

    mengganggu estetika dan kenyamanan atau merusak properti.

    Sumber polusi udara dibedakan menjadi dua macam yaotu pirimer

    dan pencemaran sekunder (Wikipedia, 2010).

    d)Getaran

    Getaran merupakan sumber stres yang kuat yang

    menyebabkan peningkatan taraf catecholamine dan perubahan dari

    berfungsinya seseorang secara psikologikal dan

    neurological(Hafni,2010).

    2) Lingkungan Biotik

    Gangguan yang berasal dari makhluk microscopic berupa virus atau

    bakteri. Penderita alergi misalnya dapat menjadi stres bila lingkungan

    tempat tinggalnya dapat menjadi pemicu munculnya alergi bila berada

    di dalamnya

    3) Lingkungan Sosial

    Hubungan yang buruk dengan orangtua, bos atau rekan kerja adalah

    hal-hal yang berhubungan affiliasi dengan orang lain yang tidak

    38

  • 8/6/2019 Sri Wahyuni (06583540046710)

    39/84

    berjalan dengan baik akan menjadi stressor bagi individu yang tidak

    dapat memperbaiki hubungannya

    4. Faktor organisasi

    Struktur organisasi berpotensi menimbulkan stres apabila

    diberlakukan secara kaku, kurang adanya kepedulian dari pihak manajemen

    pada inisiatif karyawan, tidak pernah melibatkan karyawan dalam

    pengambilan keputusan, dan tidak adanya dukungan untuk kreativitas

    karyawan. Menurut NIOSH research (Widhiastuti, 2002) penyebab stres

    kerja ada dua, yaitu :

    a. Diri individu seperti usia, kondisi fisik, dan faktor kepribadian. Dalam hal

    ini stabilitas emosi sangat berhubungan dengan mudah tidaknya

    seseorang mengalami stres.

    b. Faktor diluar individu seperti lingkungan, baik lingkungan keluarga

    maupun lingkungan kerja, dan cita-cita atau ambisi. Lingkungan

    mendorong kondisi kerja penuh dengan stres yang dapat langsung

    mempengaruhi keamanan pekerja dan kesehatan.

    Menurut Moorhead dan Griffin (Bachroni & Asnawi, 1999) sumber stress

    kerja ada dua, yaitu :

    Organisasi, yang meliputi :

    1) Tuntutan tugas, adalah sumber stres yang berkaitan dengan pekerjaan

    tertentu seperti ahli pengebor minyak, pengontrol lalu lintas udara, dan

    dokter bedah saraf yang merupakan bidang pekerjaan yang mengandung

    sumber stres tinggi.

    39

  • 8/6/2019 Sri Wahyuni (06583540046710)

    40/84

    2) Tuntutan fisik, seperti bekerja di reaktor nuklir merupakan suatu ancaman

    apabila reaktor bocor dan terkena radiasi.

    3) Tuntutan interpersonallebih berkaitan dengan individu dalam berinteraksi

    dengan pekerjaannya. Misalnya, apakah ada tekanan dalam kelompok

    atau dalam norma-norma kerja yang pada dasarnya tidak diatur secara

    resmi oleh organisasi, apakah ada konflik-konflik yang berkaitan dengan

    kepribadian tertentu, dan apakah gaya kepemimpinan sudah sesuai

    dengan tuntutan tugas serta kebutuhan karyawan (Andan Sagita, 2008).

    5. Faktor fisik-biologis

    1) Genetika

    Banyak ahli beranggapan bahwa masa kehamilan mempunyai keakraban

    dengan kemungkinan kerentanan stres pada anak yang dilahirkan, kondisi-

    kondisi tersebut berupa ibu hamil perokok, ibu hamil yang alkoholik,

    penggunaan obat-obatan yang dilarang dipakai pada masa kehamilan

    seperti; aspirin dan jenis obat-obatan analgesic

    2) Case History

    Beberapa riwayat penyakit dimasa lalu yang mempunyai efek psikologis di

    masa depan, dapat berupa penyakit dimasa kecil seperti demam tinggi

    yang mempengaruhi kerusakan gendang telinga dsb, kecelakaan yang

    mengakibatkan kehilangan organ atau bagian tubuh (cacat), patah tulang

    dan sebagainya.

    3) Pengalaman hidup

    Mencakup case history dan juga pengalaman-pengalaman hidup yang

    mempengaruhi perasaan independen dan juga menyangkut kematangan

    organ-organ seksual pada masa remaja. Contoh; pada anak remaja yang

    40

  • 8/6/2019 Sri Wahyuni (06583540046710)

    41/84

    mengalami keterlambatan pertumbuhan payudara dibandingkan dengan

    kelompok bermainnya akan mempengaruhi perilakunya, atau pada anak

    laki-laki yang merasa minder karena pertumbuhan phalus yang terlambat

    dibandingkan kelompok bermainnya akan mendapat ejekan dari teman-

    temannya yang mempengaruhi rasa percaya diri ketika akan menikah.

    4) Tidur

    Istirahat yang cukup akan memberikan energi pada kegiatan yang sedang

    dilakukannya, kebutuhan tidur akan mempengaruhi terhadap konsentrasi,

    semangat dan gairah terhadap pekerjaan yang dilakoninya. Penderita

    insomnia mempunyai kerentanan terhadap stres yang lebih berat.

    5) Diet

    Diet yang berlebihan dapat mengakibatkan stres berat. Pelaku diet

    penderita obesitas yang melakukan diet ketat yang berlebihan mempunyai

    resiko kematian yang tinggi, di Amerika Serikat diperkirakan 6 diantara 10

    orang yang melakukan diet ketat ini menyebabkan kematian. Diet secara

    berlebihan memungkinkan munculnya sindrom anoreksia.

    6) Postur tubuh

    Dalam beberapa kasus, postur tubuh dapat berperan sebagai stressor,

    misalnya individu yang berkeinginan untuk menjadi polisi atau tentara,

    batasan tinggi badan dapat menjadi kendala bila bersangkutan tidak

    mencapai taraf yang telah ditentukan, Individu yang memiliki kelainan

    bentuk tubuh, cacat bawaan, dan penggunaan stereoid juga dapat memicu

    munculnya stres pada indvidu yang telah teradiksi

    7) Penyakit

    41

    http://www.pikirdong.org/psikologi/psi03anox.phphttp://www.pikirdong.org/psikologi/psi03anox.php
  • 8/6/2019 Sri Wahyuni (06583540046710)

    42/84

    Beberapa penyakit dapat menjadi stressor pada individu berupa;

    tuberculosis (TBC), kanker, impotensi yang disebabkan oleh penyakit

    diabetes mellitus, dan berbagai penyakit lainnya. Penyakit anemia dapat

    menimbulkan individu cepat merasa lelah sehingga dapat menimbulkan

    rasa stres sehingga individu kurang dapat bekerja secara maksimal.

    6. Faktor psikologis

    1) Persepsi

    Kadar stres dalam suatu peristiwa sangat tergantung bagaimana

    individu bereaksi terhadap stres tersebut, hal ini sangat tergantung

    bagaimana individu berpersepsi terhadap stressor yang muncul. Kadar

    stress tersebut sangat bergantung pada:

    a) .Kontrol terhadap stress

    Individu dapat mengontrol stres yang muncul, misalnya individu

    tersebut keluar dari lingkungan dan pemikiran-pemikiran yang dapat

    merusak pemikiran positif.

    b).Stres yang dapat diprediksi

    Individu yang mempunyai kesiapan terhadap hal-hal pekerjaan yang

    mengandung resiko stres akan lebih baik dibandngkan individu yang

    tak siap samasekali. Individu yang dapat memprediksi akan lebih

    ringan kadar stresnya dibandingkan individu yang langsung

    berhadapan dengan stressor yang tak pernah ia duga sebelumnya.

    42

  • 8/6/2019 Sri Wahyuni (06583540046710)

    43/84

    c).Kemampuan melawan batas

    Individu yang beranggapan bahwa stres sebagai tantangan yang

    mengasyikan akan mempengaruhi kadar stres yang rendah, biasanya

    individu tersebut tetap enerjik dengan semua apa yang dilakukan

    sebagai tantangan, hal ini akan berbeda pada individu yang merasa

    terpaksa melakukannya.

    2) Emosi

    Emosi merupakan hal sangat penting dan sangat kompleks dalam diri

    individu, perbedaan kemampuan untuk mengenal dan membedakan setiap

    perasaan emosi sangat berpengaruh terhadap stres yang sedang

    dialaminya. Stress dan emosi mempunyai keterikatan yang saling

    mempengaruhi keduanya yakni; kecemasan, rasa bersalah, khawatir,

    ekspresi marah, rasa takut, sedih, cemburu

    3) Situasi psikologis

    Hal-hal yang mempengaruhi konsep berpikir (kognisi) dan penilaian

    terhadap situasi-situasi yang mempengaruhinya. Situasi tersebut berupa

    konflik, frustrasi serta situasi atau kondisi tertentu yang dapat

    mempengaruhi penilaian yang memberikan ancaman bagi individu,

    misalnya tingkat kejahatan yang semakin meningkat akan memberikan

    rasa kecemasan (stres)

    4) Pengalaman hidup

    43

  • 8/6/2019 Sri Wahyuni (06583540046710)

    44/84

    Pengalaman hidup merupakan keseluruhan kejadian yang memberikan

    pengaruh psikologis bagi individu. Kejadian tersebut memberikan dampak

    implikasi psikologis dan memungkinkan kemunculan stres bagi individu.

    Beberapa kejadian tersebut adalah;

    a) Perubahan hidup

    Termasuk didalamnya berbagai kejadian yang memberikan perubahan

    hidup secara mendadak seperti perkawinan, perceraian, pindah tempat

    kerja, jadwal kerja yang padat dan sebagainya

    b) Masa transisi (life passages)

    Perubahan-perubahan waktu yang signifikan terhadap perubahan

    perilaku

    Hal-hal tersebut termasuk masa pubertas, masa pra pension

    c) Krisis kehidupan

    Perubahan status radikal dalam kehidupan seseorang Kejadian-

    kejadian yang menyangkut krisis kehidupan adalah pemecatan (PHK),

    bangkrut, hutang akibat gagal panen dan sebagainya.

    C. Sopir

    1. Pengertian Sopir , Pengemudi

    Sopir atau supir (dari bahasa Perancis: chauffeur) adalah pengemudi

    profesional yang dibayar oleh majikan untuk mengemudi kendaraan bermotor.

    44

    http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Perancishttp://id.wikipedia.org/wiki/Pengemudihttp://id.wikipedia.org/wiki/Kendaraan_bermotorhttp://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Perancishttp://id.wikipedia.org/wiki/Pengemudihttp://id.wikipedia.org/wiki/Kendaraan_bermotor
  • 8/6/2019 Sri Wahyuni (06583540046710)

    45/84

    Sopir dibagi dalam dua kelompok yaitu sopir pribadi yang menjalankan

    kendaraan pribadi dan yang kedua adalah sopir perusahaan yang bekerja

    untuk perusahaan angkutan penumpang umum seperti taksi, bus, ataupun

    angkutan barang.

    Pengemudi atau bahasa Inggrisnya driver adalah orang yang

    mengemudikan kendaraan baik kendaraan bermotor atau orang yang secara

    langsung mengawasi calon pengemudi yang sedang belajar mengemudikan

    kendaraan bermotor ataupun kendaraan tidak bermotor seperti pada

    bendi/dokar disebut juga sebagai kusir, pengemudi becak sebagai tukang

    becak. Pengemudi mobil disebut juga sebagai sopir, sedangkan pengemudi

    sepeda motor disebut juga sebagai pengendara. Di dalam mengemudikan

    kendaraan seorang pengemudi diwajibkan untuk mengikuti tata cara berlalu

    lintas. Seorang yang telah mengikuti ujian dan lulus ujian teori dan praktek

    mengemudi akan dikeluarkan Surat Izin Mengemudi (SIM). Pelaksana

    penerbitan surat izin mengemudi kendaraan bermotor di Indonesia adalah

    satuan lalu lintas Kepolisian Negara Republik Indonesia Di Amerika Serikat dan

    berbagai negara di dunia ini diterbitkan oleh Department of Transportation atau

    Department for Transport (Inggris). Khusus untuk SIM International diterbitkan

    oleh Ikatan Motor Indonesia (IMI) (Wikipedia, 2010).

    2. Risiko pekerjaan sopir

    Sopir dalam menjalankan pekerjaannya mengahadapi berbagai risiko, antara

    lain:

    45

    http://id.wikipedia.org/wiki/Angkutanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Angkutanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Taksihttp://id.wikipedia.org/wiki/Bushttp://id.wikipedia.org/wiki/Inggrishttp://id.wikipedia.org/wiki/Kendaraan_bermotorhttp://id.wikipedia.org/wiki/Belajarhttp://id.wikipedia.org/wiki/Belajarhttp://id.wikipedia.org/wiki/Kendaraan_bermotorhttp://id.wikipedia.org/wiki/Kendaraan_tidak_bermotorhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kusir&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Becakhttp://id.wikipedia.org/wiki/Sopirhttp://id.wikipedia.org/wiki/Sepeda_motorhttp://id.wikipedia.org/wiki/Lalu_lintashttp://id.wikipedia.org/wiki/Lalu_lintashttp://id.wikipedia.org/wiki/Teorihttp://id.wikipedia.org/wiki/SIMhttp://id.wikipedia.org/wiki/Indonesiahttp://id.wikipedia.org/wiki/Kepolisian_Negara_Republik_Indonesiahttp://id.wikipedia.org/wiki/Amerika_Serikathttp://id.wikipedia.org/wiki/Inggrishttp://id.wikipedia.org/wiki/Angkutanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Taksihttp://id.wikipedia.org/wiki/Bushttp://id.wikipedia.org/wiki/Inggrishttp://id.wikipedia.org/wiki/Kendaraan_bermotorhttp://id.wikipedia.org/wiki/Belajarhttp://id.wikipedia.org/wiki/Kendaraan_bermotorhttp://id.wikipedia.org/wiki/Kendaraan_tidak_bermotorhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kusir&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Becakhttp://id.wikipedia.org/wiki/Sopirhttp://id.wikipedia.org/wiki/Sepeda_motorhttp://id.wikipedia.org/wiki/Lalu_lintashttp://id.wikipedia.org/wiki/Lalu_lintashttp://id.wikipedia.org/wiki/Teorihttp://id.wikipedia.org/wiki/SIMhttp://id.wikipedia.org/wiki/Indonesiahttp://id.wikipedia.org/wiki/Kepolisian_Negara_Republik_Indonesiahttp://id.wikipedia.org/wiki/Amerika_Serikathttp://id.wikipedia.org/wiki/Inggris
  • 8/6/2019 Sri Wahyuni (06583540046710)

    46/84

    a. Kecelakaan lalu-lintas merupakan salah satu risiko pekerjaan

    sopir yang paling besar

    b. Paparan terhadap polusi udara, karena mereka merupakan orang

    yang sepanjang menjalankan pekerjaannya selalu dijalan yang polusinya

    paling tinggi, diantaranya gas beracun Carbon monooksida, Nitrogen

    oksida, Hidrat arang seperti Benzena, Partikel lepas, Timah hitam

    D.Kerangka Teori

    Faktor faktor penyebab stress kerja

    46

    Faktor individu

    1. Konflik peran

    2. Ekonomi

    3. Kepribadian

    4. Persoalan rumah tangga

    5. Tanggung jawab

    6. Umur

    7. Jenis kelamin

    8. Temperamental9. Pendidikan

    Faktor Pekerjaan

    1. Beban kerja

    2. Kondisi Pekerjaan

    a. Lingkungan kerja

    b. Overload

    c. Deprivational stress

    d. Pekerjaan beresiko

    tinggi

    3. Jam Kerja

    4. Kerja shift5. Perjalanan

    Faktor Lingkungan

    1. Lingkungan Fisik

    a. Kebisingan

    b. Iklim kerja

    c. Getaran

    d. Polusi udara

    2. Lingkungan Biotik

    3. Lingkungan Sosial

    Faktor Organisasi

    1. Tuntutan tugas

    2. Tuntutan fisik

    3. Tuntutan interpersonal

    4. Kurangnya komunikasi

    5. Hubungan dan interaksi antar

    karyawan

    6. Pekerjaan mononton

    7. Hubungan kerja yang tidakcocok (Konflik mental dan

    fisik)

    Faktor Psikologis

    1. Persepsi

    2. Emosi

    3. Situasi psikologis

    4. Pengalaman hidup

    Faktor fisik biologis

    1. Genetika

    2. Case History

    3. Pengalaman hidup

    4. Tidur

    5. Diet

    6. Postur tubuh

    7. Penyakit

    Stres Kerja

    http://id.wikipedia.org/wiki/Kecelakaan_lalu-lintashttp://id.wikipedia.org/wiki/Kecelakaan_lalu-lintas
  • 8/6/2019 Sri Wahyuni (06583540046710)

    47/84

    Gambar 1

    BAB 3

    METODELOGI PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian

    Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi potong lintang

    (Cross sectional study) yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika

    korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan,

    observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (Notoadmodjo,

    2005)

    B. Waktu dan Tempat Penelitian

    1. Waktu penelitian

    Penelitian ini akan dilakukan pada bulan April hingga mei 2011, tahapan-

    tahapan penelitian ini meliputi : kegiatan studi pustaka, orientasi lapangan,

    pengukuran, pengumpulan data, pengolahan data, analisis data dan

    penulisan hasil akhir penelitian

    ` 2. Tempat penelitian

    Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret sampai dengan Bulan April di

    Pangkalan truk KBT (Keluarga Besar transportasi) Kecamatan Tenggarong.

    47

  • 8/6/2019 Sri Wahyuni (06583540046710)

    48/84

    Faktor Individu

    Faktor hubungan kerja

    (konflik)

    Stres Kerja

    Fakto beban kerja

    C. Populasi dan Sampel

    1. Populasi

    Azwar (2003) mengungkap bahwa populasi adalah kelompok subyek yang

    hendak dikenai generalisasi hasil penelitian yang memiliki kesamaan ciri atau

    karakteristik yang membedakan dari kelompok subyek yang lain. Populasi

    dalam penelitian ini adalah Seluruh Supir Truk KBT (Keluarga Besar

    Transportasi) Kecamatan Tenggarong. Jumlah populasi dalam penelitian ini

    sebanyak 55 orang.

    2. Sampel

    Sampel adalah semua populasi supir truk keluarga besar transportasi

    yang berjumlah 55 orang. Penelitian yang menggunakan seluruh anggota

    populasi disebut sampel total atau total sampling.

    D. Kerangka Konsep

    Faktor Independent

    Faktor Dependent

    Gambar 2

    Kerangka Konsep

    E. Hipotesis

    1. Ada hubungan Faktor Beban kerja terhadap Kejadian Stres kerja pada Supir

    Truk Keluarga Besar Transportasi di Kecamatan Tenggarong.

    48

  • 8/6/2019 Sri Wahyuni (06583540046710)

    49/84

    2. Ada hubungan Faktor Individu terhadap trjadinya Stres kerja pada Supir Truk

    Keluarga Besar Transportasi di kecamatan Tenggarong.

    3. Ada hubungan Faktor hubungan kerja (konflik) terhadap terjadinya Stres kerja

    pada Supir Truk Keluarga Besar Transportasi di kecamatan Tenggarong

    F. Variabel Penelitian

    Variabel yang diteliti

    1. Variabel terikat (dependent variable) : Stres Kerja pada Supir Truk Keluarga

    Besar Transportasi di Kecamatan Tenggarong.

    2. Variabel bebas (independent variable) : Kondisi beban kerja, Faktor individu,

    hubungan kerja(konflik) Pada Supir Truk Keluarga Besar Transpotasi di

    Kecamatan Tenggarong.

    G. Definisi Operasional

    Tabel 3.1 Definisi Operasional

    Variabel Definisi OpersionalAlat ukur dan

    kriteria objektif

    Skala data

    dan hasil

    ukur

    Faktor Beban

    kerja

    Banyaknya

    pekerjaan atau

    tugas yang harus

    diselesaikan oleh

    supir dalam jangka

    waktu tertentu yang

    berasal dari luar

    tubuh karyawan

    Quisioner, skala

    likert

    Berat : bila skor

    10 - 39

    Ringan : bila skor

    40 - 50

    Ordinal

    Faktor Individu Faktor yang berasal

    dari dalam/luar diripara supir yang

    Quisioner, skala

    likertBerat : bila skor

    Ordinal

    49

  • 8/6/2019 Sri Wahyuni (06583540046710)

    50/84

    berupa , Kondisi

    kesehatan, Lama

    waktu tidur,

    Kebiasaan merokok,

    Keluarga,

    Kejenuhan,

    Pendapatan

    keluarga

    10 - 39

    Ringan : bila skor

    40 - 50

    Hubungan Kerja

    (Konflik)

    Hubungan yang

    ditimbulkan oleh

    sopir yang satu

    dengan sopir yang

    lainnya yang bersifat

    konflik antar sopir

    Quisioner, skala

    likert

    Berat : bila skor

    10 - 39

    Ringan : bila skor

    40 - 50

    Ordinal

    Stres Kerja Stres kerja adalah

    suatu bentuk

    emosional, kognitif,

    perilaku dan reaksi

    fisiologi terhadapaspek aspek

    pekerjaan,

    organisasi kerja,

    lingkungan kerja

    yang merugikan.

    Skala Likert

    Berat : bila skor

    15 -59

    Ringan : bila skor

    60 - 75

    Ordinal

    H. T eknik Pengumpulan Data

    1. Data Primer

    Data primer diperoleh dengan observasi atau pengamatan di lapangan

    pada waktu tenaga kerja bekerja, pengumpulan data melalui kuisioner dan

    wawancara dengan responden.

    2. Data Sekunder

    50

  • 8/6/2019 Sri Wahyuni (06583540046710)

    51/84

    Data sekunder diperoleh dari instansi terkait dalam hal ini adalah

    Organisasi KBT ( Keluarga Besar Transportasi) Di Jln. Gunung Gandek,

    Kecamatan tenggarong.

    .

    I. Teknik pengolahan dan Pengumpulan data

    Dilakukan dalam bentuk tabel dan grafik serta dinarasikan sesuai hasil yang

    digambarkan.

    1. Analisis Univariat

    Yaitu analisis yang dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil setiap

    penelitian. Dalam analisis ini hanya perhitungan mean, median, modus,

    standar deviasi dan distribusi dan persentase dari tiap variabel.

    2. Analisis Bivariat

    Analisis bivariat ini digunakan untuk mencari hubungan variabel bebas dan

    variabel terikat dengan skala ordinal dan ordinal yaitu uji chi square dan t test

    independent. Perhitungan analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan

    program komputer.

    Kriteria hubungan berdasarkan nilai p value (probabilitas) yang dihasilkan

    dibandingkan dengan nilai kemaknaan yang dipilih menggunakan uji Chi

    Square (= 0,05 dan CI = 95%).

    51

  • 8/6/2019 Sri Wahyuni (06583540046710)

    52/84

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Hasil Penelitian

    1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

    Asosiasi Truk KBT (Keluarga Besar Transportasi) merupakan asosiasi yang

    berada di Kecamatan Tenggarong, asosiasi truk ini merupakan asosiasi truk satu

    satunya yang berada di Tenggarong. Asosiasi ini sudah berjalan kurang lebih 11

    52

  • 8/6/2019 Sri Wahyuni (06583540046710)

    53/84

    tahun yaitu sejak Tahun 2000. Pendiri dari asosiasi ini adalah bapak Suminto selaku

    ketua asosiasi ini hingga sekarang, tujuan dari didirikannya asosiasi ini adalah untuk

    mewadahi para supir supir truk yang ada di tenggarong, untuk mempermudahkan

    orang yang ingin mencari alat angkutan barang serta mempermudah para supir untuk

    mendapatkan muatan. Pangkalan dari asosiasi trul KBT ini terletak di jalan Gunung

    belah kelurahan rapak mahang Kabupaten Kutai Kartanegara. Sejak didirikannya

    asosiasi ini anggota asosiasi ini semakin bertambah saja dengan bertambahnya truk

    truk di kecamatan Tenggarong.

    2. Distribusi Karakteristik Responden

    a. Umur

    Distribusi umur responden di asosiasi truk KBT Kecamatan Tenggarong

    dalam kisaran umur minimum 26 tahun sampai dengan umur maksimum 57. Umur

    berdasarkan pengelompokan dapat dilihat pada tabel berikut ini.

    Tabel 4.1 Distribusi Kelompok Umur Responden di Asosiasi Truk KBT

    Kecamatan Tenggarong Tahun 2011

    No Kelompok Umur (Tahun) Frekuensi Persentase(%)

    1 26 30 6 10,92 31 35 4 7,33 36 40 5 9,14 41 45 6 10,95 46 50 21 38,9

    6 51 55 10 18,27 >56 3 5,5Total 55 100

    Sumber : data primer

    Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa kelompok umur responden

    terbanyak adalah pada kelompok umur 46 50 tahun yaitu sebesar 38,9%

    sedangkan kelompok responden terendah adalah pada kelompok umur 56 tahun

    keatas yaitu sebesar 5,5%.

    53

  • 8/6/2019 Sri Wahyuni (06583540046710)

    54/84

    b. Masa Kerja

    Distribusi masa kerja responden di asosiasi truk KBT Kecamatan

    Tenggarong dapat dilihat pada table berikut ini.

    Tabel 4.2 Distribusi Masa kerja Responden di Asosiasi Truk KBTKecamatan Tenggarong Tahun 2011

    No Masa Kerja (Tahun) Frekuensi Persentase(%)

    1 2 3 4 7,32 4 5 1 1,83 6 7 4 7,34 8 9 7 12,75 10 11 17 30,96 12 13 12 21,87 14 15 9 16,48 >16 1 1,8

    Total 55 100Sumber : data primer

    Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa masa kerja responden

    distribusi terbanyak terdapat pada kelompok masa kerja 10 11 tahun yaitu

    sebesar 30,9% dan kelompok masa kerja distribusi terendah pada kelompok 4 5,

    16 tahun masing masing sebesar 1,8%.

    c. Status Perkawinan

    Distribusi status perkawinan di Asosiasi truk KBT di Kecamatan

    Tenggarong dapat dilihat pada tabel berikut ini.

    Tabel 4.3 Distribusi Status Perkawinan Responden di Asosiasi Truk KBTKecamatan Tenggarong Tahun 2011

    No Status Perkawinan Frekuensi Persentase(%)

    1 Belum Menikah 6 10,92 Sudah Menikah 49 89,1

    Total 55 100Sumber:data primer

    Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa mayoritas status

    perkawinan responden adalah sudah menikah yaitu sebesar 89,1% dan

    responden yang memiliki status belum menikah sebesar 10,9%.

    54

  • 8/6/2019 Sri Wahyuni (06583540046710)

    55/84

    3. Analisis Univariat

    Analisis univariat merupakan analisis yang dilakukan untuk memperoleh

    gambaran dari tiap-tiap variabel yang digunakan dalam penelitian dan data yang

    dianalisis merupakan data yang berasal dari hasil dan distribusi setiap variabel.

    Analisis univariat dilakukan dengan cara membuat tabel distribusi frekuensi tiap

    variabel dan mencari rata-rata tiap variabel. Analisis univariat dilakukan secara

    deskriptif untuk mendapatkan gambaran masing masing variabel yang diteliti yaitu

    faktor beban kerja, faktor individu dan faktor hubungan kerja (Konflik).

    Berikut ini merupakan hasil penelitian yang dianalisis berdasarkan masing

    masing variabel yang disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

    a. Stres Kerja

    Berikut ini adalah data jawaban responden mengenai stress kerja yaitu

    mengenai kemauan untuk bekerja, perlakuan kurang baik, saling membantu, ada

    masalah, memutuskan bagaimana bekerja, kurang istirahat, selalu tertekan, harus

    bekerja dengan cepat, dukungan dan bantuan dari teman, kemudahan bekerja,

    waktu kerja yang fleksibel, teman mau mendengarkan keluhan, mendapatkan

    perhatian, hubungan yang tidak berjalan dengan semestinya.

    Tabel 4.4 Distribusi jawaban responden tentang stress kerja di AsosiasiTruk KBT Kecamatan Tenggarong Tahun 2011

    no Stress kerja Frekuensi Persentase (%)1 Kemauan untuk bekerja

    a. Tidak pernah

    b. Jarang

    c. Selalu

    d. Agak sering

    e. Sering

    4

    11

    5

    11

    24

    7,3

    20

    9

    20

    43,6

    Total 55 100

    55

  • 8/6/2019 Sri Wahyuni (06583540046710)

    56/84

    2 Perlakuan kurang baik ditempatkerja

    a. Tidak pernah

    b. Jarang

    c. Selalu

    d. Agak sering

    e. Sering

    4

    15

    14

    913

    7,3

    27,3

    25,5

    16,423,6

    Total 55 100

    3 Rekan kerja membantua. Tidak pernah

    b. Jarang

    c. Selalu

    d. Agak sering

    e. Sering

    3

    17

    13

    6

    16

    5,45

    30,9

    23,6

    10,9

    29,09

    Total 55 100

    4 Ada masalah dengan rekankerja

    a. Tidak pernah

    b. Jarang

    c. Selalu

    d. Agak sering

    e. Sering

    0

    617

    10

    22

    0

    10,930,9

    18,1

    40

    Total 55 100

    5 Memutuskan bagaimanabekerja

    a. Tidak pernah

    b. Jarang

    c. Selalu

    d. Agak sering

    e. Sering

    320

    4

    11

    17

    5,536,4

    7,3

    20

    30,9

    Total 55 100

    56

  • 8/6/2019 Sri Wahyuni (06583540046710)

    57/84

    6 Tidak dapat beristirahat dengancukup

    a. Tidak pernah

    b. Jarang

    c. Selalu

    d. Agak sering

    e. Sering

    0

    11

    17

    621

    0

    20

    30,9

    10,938,2

    Total 55 100

    7 Kondisi tertekan pada saatbekerja

    a. Tidak pernah

    b. Jarang

    c. Selalu

    d. Agak sering

    e. Sering

    0

    7

    19

    9

    20

    0

    12,3

    34,5

    16,4

    36,4

    Total 55 100

    8 Selalu bekerja dengan cepata. Tidak pernah

    b. Jarang

    c. Selalu

    d. Agak sering

    e. Sering

    0

    816

    2

    29

    0

    14,529.09

    3,6

    52,7

    Total 55 100

    9 Bantuan dan dukungan darirekan kerja

    a. Tidak pernah

    b. Jarang

    c. Selalu

    d. Agak sering

    e. Sering

    115

    8

    11

    20

    1,827,3

    14,5

    20

    36,4

    Total 55 100

    57

  • 8/6/2019 Sri Wahyuni (06583540046710)

    58/84

    10 Kemudahan bekerjaa. Tidak pernah

    b. Jarang

    c.Selalu

    d. Agak sering

    e. Sering

    1

    19

    5

    20

    10

    1,8

    34,5

    9,09

    36,4

    18,2

    Total 55 100

    11 Waktu bekerja yang fleksibela. Tidak pernah

    b. Jarang

    c. Selalu

    d. Agak sering

    e. Sering

    0

    9

    34

    1

    11

    0

    16,4

    61,8

    1,8

    20

    Total 55 100

    12 Rekan kerja maumendengarkan keluhan

    a. Tidak pernah

    b. Jarang

    c. Selalu

    d. Agak sering

    e. Sering

    1

    20

    118

    15

    1,8

    36,4

    2014,5

    27,3

    Total 55 100

    13 Mendapatkan perhatian baika. Tidak pernah

    b. Jarang

    c. Selalu

    d. Agak sering

    e. Sering

    2

    17

    77

    22

    3,6

    30,9

    12,712,7

    40

    Total 55 100

    58

  • 8/6/2019 Sri Wahyuni (06583540046710)

    59/84

    14 Mendapatkan dukungan baika. Tidak pernah

    b. Jarang

    c.Selalu

    d. Agak sering

    e. Sering

    6

    12

    6

    19

    12

    10,9

    21,8

    10,9

    34,5

    21,8

    Total 55 100

    15 Hubungan yang tidak berjalandengan semestinya

    a. Tidak pernah

    b. Jarang

    c. Selalu

    d. Agak sering

    e. Sering

    4

    8

    23

    7

    13

    7,3

    14,5

    41,8

    12,7

    23,6

    Total 55 100Sumber: data primer

    Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa sebesar 43,6% responden

    sering memiliki kemauan untuk bekerja, sebesar 27,3% jarang sekali

    diperlakukan kurang baik ditempat kerja, sebesar 29,09% sering bahwa rekan

    kerja membantu, sebesar 30,9% responden menyatakan selalu ada masalah

    dengan rekan kerja, sebesar 36,4% responden menyatakan jarang mempunyai

    pilihan untuk memutuskan bagaimana harus bekerja, sebesar 38,2% responden

    sering tidak dapat beristirahat dengan cukup, sebesar 36,4% responden sering

    bekerja dalam kondisi tertekan, sebesar 52,7% responden sering bekerja dengan

    cepat, sebesar 36,4% responden sering mendapatkan bantuan dan dukungan

    dari rekan kerja tentang apa yang diperlukan, sebesar 36,4% responden jarang

    mendapatkan kemudahan pada saat bekerja, sebesar 61,8% responden selalu

    bekerja dengan waktu yang fleksibel, sebesar 36,4% responden menyatakan

    rekan kerja jarang mau mendengarkan keluhan tentang pekerjaan, sebesar

    59

  • 8/6/2019 Sri Wahyuni (06583540046710)

    60/84

    30,9% responden jarang mendapatkan perhatian yang baik di tempat kerja,

    sebesar 34,5% responden agak sering mendapatkan dukungan yang baik dari

    rekan kerja, sebesar 41,8% responden menyatakan selalu hubungan antara

    individu tidak berjalan dengan semestinya di tempat kerja.

    Tabel 4.5 Distribusi Stres Kerja Responden di Asosiasi Truk KBTKecamatan Tenggarong Tahun 2011

    No Stres Kerja Frekuensi Persentase(%)

    1 Stres Kerja Ringan 6 10,92 Stres kerja berat 49 89,1

    Total 55 100Sumber:data primer

    Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan bahwa mayoritas responden yang

    menyatakan stress kerja berat sebanyak 49 responden atau sebesar 89,1% dan

    yang menyatakan Stres kerja ringan sebanyak 6 responden atau sebesar 10,9%.

    b. Beban Kerja

    Beban kerja merupakan sesuatu yang muncul dari interaksi antara

    tuntutan tugas tugas, lingkungan kerja dimana digunakan sebagai tempat kerja,

    ketrampilan, perilaku dan persepsi dari pekerjaan. Beban kerja kadang kadang

    jug adap didefinisikan secara operasional pada berbagai faktor seperti tuntutan

    tugas atau upaya upaya yang dilakukan untuk melakukan pekerjaa.

    Berikut ini adalah data jawaban masing masing responden tentang

    be