isi kti ayu wahyuni

Upload: ayuwahyuni93

Post on 06-Feb-2018

344 views

Category:

Documents


18 download

TRANSCRIPT

  • 7/21/2019 Isi KTI Ayu Wahyuni

    1/52

    Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakarta II 2014 1

    Bab I

    Pendahuluan

    1.1. Latar Belakang

    Kesehatan merupakan hal terpenting bagi kehidupan manusia.Kurangnya

    kesadaran masyarakat akan pentingnya pola hidup sehat, serta aktifitas pekerjaan

    masyarakat yang padat membuat pola makan masyarakat menjadi tidak teratur.

    Hal ini dapat menyebabkan masalah gangguan kesehatan pada saluran pencernaan

    dan menimbulkan dampak yang buruk pada lambung, sehingga terjadinya

    peningkatan asam lambung yang mengakibatkan tukak lambung.

    Kejadian tukak lambung tersebar diseluruh dunia dengan prevalensi

    berbeda tergantung pada sosial, ekonomi, demografi, dijumpai lebih banyak pada

    pria dibanding wanita (1,3:1) dan kelompok sosial ekonomi rendah. Tukak

    lambung dapat terjadi pada semua kelompok umur, namun lebih sering terjadi

    pada kelompok umur 55-70 tahun. Meskipun demikian, pada wanita bahaya

    diserang ulkus peptik akan meningkat dengan bertambahnya usia, sedangkan pada

    pria penyakit ini akan menurun antara usia 50-60 tahun. Di Britania Raya sekitar

    6-20% penduduk menderita tukak lambung pada usia 55 tahun dengan

    prevalensinya 2-4%, sedangkan di Amerika Serikat dilaporkan sekitar 500.000

    kasus tiap tahunnya dengan prevalensi populasi sekitar 10%.1,2

    Secara klinis tukak lambung sering dijumpai pada beberapa negara seperti

    Jepang dan Indonesia. Pada data 5 tahun, dalam kurun waktu tahun 2004-2008 di

    Pusat Gastro-Hepatologi Surabaya/Divisi Gastroentero-Hepatologi, Departemen

    Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Unair-RSU Dr. Soetomo Surabaya,

  • 7/21/2019 Isi KTI Ayu Wahyuni

    2/52

    Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakarta II 2014 2

    dari hasil pemeriksaan endoskopi pada 7754 penderita gangguan saluran

    pencernaan, didapatkan tukak disaluran cerna atas pada 278 penderita yang terdiri

    dari 169 (61%) tukak lambung (TL), 70 (25%) tukak duodenum (TD) dan sisanya

    39 (14%) kombinasi (TL,TD dan tukak esofagus).2

    Penyakit ulcus pepticum merupakan pembentukan ulkus pada saluran

    pencernaan bagian atas yang diakibatkan oleh pembentukan asam dan pepsin.

    Pada umumnya pH lambung tidak lebih dari 4 (pH < 4). Tiga penyebab utama

    tukak lambung adalah ulcer yang disebabkan oleh Helicobacter pylori, obat anti

    inflamasi non steroid (OAINS) dan kerusakan mukosa yang berhubungan dengan

    stress (ulcer stress).3

    RSUD Kota Bekasi merupakan salah satu rumah sakit umum pemerintah

    yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dari berbagai kalangan

    dengan menggunakan kartu asuransi kesehatan maupun tanpa kartu asuransi

    kesehatan seperti pasien umum, pasien Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM),

    serta pasien kartu Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS

    Kesehatan). Pelayanan kesehatan berupa pengobatan berbagai penyakit yang salah

    satunya adalah penyakit tukak lambung. Berdasarkan rekapitulasi yang dilakukan

    oleh pihak rumah sakit pada tahun 2012, penyakit ini termasuk kedalam 10

    penyakit terbanyak.

    Program BPJS merupakan program baru yang dibentuk oleh pemerintah

    untuk menyelenggarakan program jaminan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,

    maka diperlukan data kebutuhan obat-obatan diantaranya obat-obatan untuk tukak

    lambung. Agar pelayanan kefarmasian dapat berjalan dengan baik, maka

    dibutuhkan ketersediaan obat dengan perencanaan dan pengadaan obat, serta

  • 7/21/2019 Isi KTI Ayu Wahyuni

    3/52

    Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakarta II 2014 3

    kepatuhan dokter dalam menuliskan resep yang sesuai dengan Formularium

    Nasional.

    Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan

    penelitian mengenai Profil Peresepan Obat Tukak Lambung pada Pasien Badan

    Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan) di Depo Farmasi

    Rawat Jalan RSUD Kota Bekasi periode Januari-Maret 2014.

    1.2. Rumusan Masalah

    Bagaimana profil peresepan obat tukak lambung pada pasien Badan

    Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan) di Depo Farmasi

    rawat jalan RSUD Kota Bekasi periode Januari-Maret 2014.

    1.3. Tujuan Penelitian

    1.3.1.

    Tujuan umum

    Mengetahui peresepan obat tukak lambung pada pasien Badan

    Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan) di Depo Farmasi

    rawat jalan RSUD Kota Bekasi periode Januari-Maret 2014.

    1.3.2. Tujuan khusus

    Untuk mengetahui jumlah dan persentase peresepan obat tukak lambung

    berdasarkan:

    1.

    Jenis kelamin.

    2.

    Umur.

    3. Zat aktif.

    4. Golongan obat tukak lambung yang paling banyak diresepkan.

  • 7/21/2019 Isi KTI Ayu Wahyuni

    4/52

    Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakarta II 2014 4

    5. Kombinasi golongan obat tukak lambung yang paling banyak digunakan.

    6. Bentuk sediaan.

    7.

    Kesesuaian peresepan obat tukak lambung dengan formularium nasional.

    8. Lima besar obat lain yang paling banyak diresepkan bersama obat tukak

    lambung.

    1.4. Manfaat Penelitian

    1.4.1. Bagi penulis

    Untuk mengaplikasikan ilmu farmasi khususnya tentang obat tukak

    lambung yang telah didapat selama proses perkuliahan.

    1.4.2. Bagi akademik

    Sebagai bahan informasi dan pengetahuan bagi mahasiswa mengenai

    profil peresepan obat tukak lambung pada pasien Badan Penyelenggara Jaminan

    Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan) di Depo Farmasi rawat jalan RSUD Kota

    Bekasi periode Januari-Maret 2014, serta menambah kepustakaan di Perpustakaan

    Poltekkes Kemenkes Jakarta II Jurusan Farmasi.

    1.4.3. Bagi rumah sakit

    Sebagai data penunjang dan bahan evaluasi yang hasilnya dapat dijadikan

    sebagai bahan dalam evaluasi pemantauan terapi obat pada pasien tukak lambung

    di RSUD Kota Bekasi.

  • 7/21/2019 Isi KTI Ayu Wahyuni

    5/52

    Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakarta II 2014 5

    Bab II

    Tinjauan Pustaka

    2.1. Definisi Tukak Lambung

    Tukak lambung atau ulcus pepticummerupakan pembentukan ulkus pada

    saluran pencernaan bagian atas yang diakibatkan oleh pembentukan asam dan

    pepsinbiasanya terjadi pada bagian bawah dari esofagus, lambung (gaster) dan

    usus dua belas jari (duodenum) bagian atas.3,4

    2.2. Penyebab Tukak Lambung

    Penyebab utama terjadinya tukak lambung diantaranya disebabkan oleh

    Helicobacter pylori, obat anti inflamasi non steroid (OAINS) dan kerusakan

    mukosa yang berhubungan dengan stress (ulcer stress).3

    1.

    Heli cobacter pylor i

    Helicobacter pylorihidup dan berkembang biak di air minum dan makanan yang

    tidak ditangani secara higienis atau dimasak dengan benar. Infeksi kronis H pylori

    merupakan penyebab tersering tukak lambung (30-60%), karena H pylori dapat

    bertahan dalam suasana asam yang memiliki kemampuan membentuk senyawa

    urease khusus yang dapat memecah urea menjadi amoniak yang bersifat basa

    lemah yang melindungi kuman tersebut terhadap asam lambung, serta

    menstimulasi sekresi pepsinogen yang mengakibatkan peradangan pada mukosa

    lambung.2

  • 7/21/2019 Isi KTI Ayu Wahyuni

    6/52

    Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakarta II 2014 6

    2. Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS)

    Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS) contohnya aspirin, piroxicam,

    ibuprofen, meloxicam, diklofenak, indometasin, trisalicylate, asam mefenamat

    dan lain-lain efek analgesik dan antiinflamasinya dapat mengiritasi dan

    menghambat efek prostaglandin pada epitel lambung dan duodenum, sehingga

    proteksi mukosa menurun.5

    3. Kerusakan mukosa yang berhubungan dengan stress (ulcer stress)

    Dalam kondisi stress, produksi pada hormon adrenalin akan meningkat yang

    mengakibatkan meningkatnya produksi asam lambung oleh reseptor asetilkolin,

    sehingga terjadinya kerusakan mukosa pada lambung.5

    4. Faktor lain pemicu tukak lambung

    Faktor lain yang memicu tukak lambung adalah kebiasaan merokok dan

    mengkonsumsi makanan dan minuman dengan rasa asam, pedas dan berkafein

    tinggi. Konsumsi alkohol dalam jumlah yang besar dapat pula memicu tingginya

    sekresi asam lambung sehingga dapat menyebabkan kerusakan mukosa.5

    2.3. Gejala Tukak Lambung

    Gejala tukak lambung pada umumnya mengeluh dispepsia. Dispepsia

    adalah suatu kumpulan keluhan beberapa penyakit saluran cerna seperti mual,

    muntah, kembung, nyeri ulu hati/epigastrium, sendawa, rasa terbakar, rasa penuh

    ulu hati dan cepat merasa kenyang.6

    Penderita tukak lambung memberikan ciri-ciri keluhan seperti nyeri ulu

    hati, rasa tidak nyaman disertai muntah dan rasa sakit timbul setelah makan.

    Adapun tukak lambung akibat OAINS dan pada usia lanjut biasanya tidak

  • 7/21/2019 Isi KTI Ayu Wahyuni

    7/52

    Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakarta II 2014 7

    menimbulkan keluhan, hanya diketahui melalui komplikasinya berupa perdarahan

    dan perforasi.6

    Penderita tukak lambung tanpa menderita gejala sebelumnya

    prevalensinya 10-20%, penderita dengan riwayat nyeri epigastrium prevalensinya

    80-90% dan penderita dengan tukak lambung akibat OAINS prevalensinya 30-

    50% asimtomatik (tanpa adanya penampakan gejala).2

    2.4. Patofisiologi Tukak Lambung

    a. Faktor asam lambung

    Sel peptik mengeluarkan pepsinogen yang oleh HCl dirubah menjadi pepsin

    dimana HCl dan pepsin adalah faktor agresif, terutama pepsin sangat agresif

    terhadap mukosa lambung.2

    Menurut Shay and Sun dalam Balance Theory 1974, tukak lambung dapat terjadi

    apabila adanya gangguan keseimbangan antara faktor agresif (asam, pepsin)

    dengan faktor defensif (mukus, bikarbonat, prostaglandin), bisa karena faktor

    agresif yang meningkat atau faktor defensif menurun.2

    b. Helicobacterpylori

    H pylori adalah kuman patogen gram negatif berbentuk batang/aspiral,

    microaerofilik berflagela hidup pada permukaan epitel. Penyebab tukak lambung

    terbanyak disebabkan infeksi H pylori (30-60%) dan OAINS. Apabila H pylori

    bersifat patogen maka yang pertama kali terjadi adalah H pyloridapat bertahan di

    dalam suasana asam lambung, kemudian terjadi penetrasi terhadap mukosa

    lambung dan pada akhirnyaH pyloriberkolonisasi di lambung tersebut.2

  • 7/21/2019 Isi KTI Ayu Wahyuni

    8/52

    Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakarta II 2014 8

    H pylori hidup di lapisan dalam mukosa menyebabkan kelemahan pada sistem

    pertahanan mukosa dengan mengurangi ketebalan lapisan mukosa dengan

    melepaskan berbagai macam enzim seperti urease, protease dan fosfolipase.

    Urease dapat memecah urea dalam lambung menjadi amoniak yang toksik

    terhadap sel-sel epitel, sedangkan protease dan fosfolipase menekan sekresi

    mukus yang menyebabkan daya tahan mukosa menurun sehingga mengakibatkan

    terjadinya tukak gaster.6

    2.5. Pencegahan Tukak Lambung

    Berikut ini adalah gaya hidup yang dianjurkan untuk mengelola dan

    mencegah timbulnya gangguan pada tukak lambung, antara lain:

    Mengatur pola makan.

    Menghindari mengkonsumsi makanan pedas, berlemak tinggi dan berbumbu

    tajam yang dapat merangsang pengeluaran asam lambung dan memperparah

    kondisi tukak. Contoh: kari, gulai, rendang dan lain-lain.

    Selama pengobatan, hindari mengkonsumsi makanan yang perlu dikunyah dan

    dicerna cukup lama. Contoh: nasi, ayam goreng dan lain-lain.

    Menghindari minuman dengan kadar kafein tinggi, alkohol dan berhenti

    merokok.

    Menghindari obat yang dapat mengiritasi dan menghambat dinding lambung.

    Mengelola stress psikologi seefisien mungkin.5

  • 7/21/2019 Isi KTI Ayu Wahyuni

    9/52

    Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakarta II 2014 9

    2.6. Pengobatan Tukak Lambung

    Tujuan terapi tukak lambung adalah untuk mengurangi serta menetralkan

    asam lambung, memperkuat sistem perlindungan mukosa, menghilangkan

    keluhan, menyembuhkan atau memperbaiki tukak serta mencegah kekambuhan

    dan komplikasi tukak.6

    Beberapa jenis obat yang dapat mempercepat penyembuhan tukak

    lambung diantaranya, yaitu:

    1. Antasida

    Antasida merupakan zat atau senyawa yang dapat mengikat dan menetralkan

    asam lambung sehingga berguna untuk menghilangkan nyeri tukak lambung.

    Antasida dibagi dalam 2 golongan yaitu antasida sistemik dan antasida

    nonsistemik. Antasida sistemik, misalnya natrium bikarbonat.7

    Natrium bikarbonat cepat dalam menetralkan asam lambung karena daya larutnya

    tinggi dan dalam usus halus diabsorpsi sehingga menyebabkan urin bersifat

    alkalis. Pada pasien dengan kelainan ginjal dapat terjadi alkalosis metabolik,

    sedangkan antasida nonsistemik tidak diabsorpsi dalam usus sehingga tidak

    menimbulkan alkalosis metabolik. Contohnya adalah aluminium hidroksida,

    magnesium hidroksida dan kalsium karbonat.7

    Aluminium hidroksida daya menetralkan asam lambungnya lambat, tetapi masa

    kerjanya lebih panjang. Antasida ini mengadsorpsi pepsin dan menginaktivasinya.

    Magnesium hidroksida digunakan sebagai katartik dan antasida. Obat ini tidak

    akan larut dan efektif sebelum obat ini bereaksi dengan HCl membentuk MgCl 2.

    Magnesium hidroksida yang tidak bereaksi akan tetap berada dalam lambung dan

    akan menetralkan asam yang disekresi belakangan sehingga masa kerjanya lama.7

  • 7/21/2019 Isi KTI Ayu Wahyuni

    10/52

    Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakarta II 2014 10

    Kalsium karbonat merupakan antasid yang efektif, karena mula kerjanya cepat,

    maka daya kerjanya lama dan menetralkan asamnya cukup tinggi. Kalsium

    karbonat dapat menyebabkan konstipasi, mual, muntah, perdarahan saluran cerna

    dan disfungsi ginjal. Hal ini disebabkan karena kerja langsung kalsium di antrum

    yang mensekresi gastrin yang merangsang sel parietal yang mengeluarkan HCl

    (H+). Akibatnya, sekresi asam pada malam hari akan sangat tinggi yang akan

    mengurangi efek netralisasi obat ini.7

    Antasida dapat mengurangi rasa nyeri di lambung dengan cepat (dalam beberapa

    menit). Efeknya bertahan 20-60 menit bila diminum pada perut kosong dan

    sampai 3 jam bila diminum 1 jam sesudah makan.8

    Efek samping dari magnesium sering menimbulkan diare akibat efek katartiknya

    bagi orang yang peka, sebaliknya aluminium dan kalsium karbonat menyebabkan

    konstipasi.Contoh sediaan antasida yaitu Antasida DOEN (tablet, suspensi, tablet

    kunyah), Dexanta (suspensi, tablet), Promag (tablet), Magasida (suspensi, tablet),

    Konimag (suspensi, tablet), Mylanta (suspensi, tablet).3,7

    2. Pompa Proton Inhibitor

    Pompa Proton Inhibitor (PPI) merupakan penghambat sekresi asam lambung lebih

    kuat dari ARH2. PPI berikatan kovalen dengan enzim yang mampu menekan

    sekresi asam, yaitu H

    +

    , K

    +

    , ATPase (pompa proton) yang berada di membran

    apikal sel parietal. Ikatan ini menyebabkan terjadinya penghambatan enzim

    tersebut. Produksi asam lambung terhenti 80-95%, setelah penghambatan pompa

    proton tersebut dan hambatan ini bersifat ireversibel.2,7

    Obat oral yang ada yaitu omeprazol atau rabeprazol 20 mg, lansoprazol 30 mg,

    pantoprazol atau esomeprazol 40 mg yang dapat menghambat sampai dengan 90%

  • 7/21/2019 Isi KTI Ayu Wahyuni

    11/52

    Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakarta II 2014 11

    sekresi asam lambung dalam 24 jam, dibanding antagonis reseptor-H2yang hanya

    65% dalam dosis standar. PPI sebaiknya diberikan 30 menit sebelum makan,

    karena bioavailabilitasnya akan menurun hingga 50% karena pengaruh

    makanan.2,7

    Semua jenis PPI memberikan kesembuhan pada ulkus duodenum pada 90% kasus

    setelah 4 minggu dan 90% pada ulkus lambung setelah 8 minggu pemberian. PPI

    lebih cepat mengurangi nyeri dan penyembuhannya dibandingkan dengan ARH2,

    namun dalam jangka waktu yang lebih lama pemberian ARH2 dapat dicapai hasil

    yang sama. Pemakaian jangka pendek relatif aman dibandingkan pemakaian

    jangka panjang, karena dapat mengakibatkan terjadinya penurunan ringan kadar

    vitamin B12 serta absorbsi kalium. Efek samping yang sering terjadi yaitu diare,

    pusing, sakit kepala, konstipasi, kembung, mual dan muntah. Contoh sediaan PPI

    yaitu Omeprazole (kapsul 20 mg), Pumpitor (kapsul 20 mg) dan Prolanz (kapsul

    30 mg). Semua jenis PPI diberikan satu kali sehari sehari selama 4 minggu

    pemberian untuk tukak duodenum dan 8 minggu pemberian untuk tukak

    lambung.2,3

    3. Antagonis Reseptor H2

    Antagonis Reseptor H2 (ARH2) menghambat sekresi asam lambung dengan

    menghambat/memblok ikatan antara histamin dengan reseptornya (H2-reseptor).

    Empat jenis obat golongan antagonis reseptor-H2, yaitu: simetidin, ranitidin,

    famotidin dan nizatidin. Semuanya secara efektif menghambat sekresi asam pada

    waktu malam, namun kurang efektif mengurangi sekresi asam lambung setelah

    makan.2,9

  • 7/21/2019 Isi KTI Ayu Wahyuni

    12/52

    Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakarta II 2014 12

    Untuk penyakit lambung tanpa komplikasi, antagonis reseptor-H2dapat diberikan

    sehari sekali sebelum tidur sebagai berikut: ranitidin dan nizatidin 300 mg,

    famotidin 40 mg dan simetidin 800 mg. Kesembuhan ulkus dapat terjadi 85-90%

    dalam waktu 6 minggu dan 8 minggu, sedangkan keluhan akan berkurang dalam

    kurun waktu 2 minggu.2

    Efek samping yang terjadi adalah pusing, lelah, ruam kulit, mialgia dan

    ginekomastia pada penggunaan jangka panjang dalam takaran tinggi (terutama

    simetidin). Contoh sediaan ARH2 yaitu Cimet (tablet 200 mg), Famotidin (tablet

    salut selaput 20 mg, 40 mg), Famocid (tablet salut selaput 20 mg, 40 mg) dan

    Rantin (cairan injeksi 50 mg/ml, tablet salut selaput 150 mg, 300 mg).3

    4. Obat Sitoprotektif

    a. Misoprostol

    Misoprostol adalah suatu analog prostaglandin yang berefek menghambat sekresi

    asam lambung, serta memiliki sifat menstimulir mukus gastroduodenal dan

    sekresi bikarbonat, sehingga dapat mempercepat penyembuhan tukak lambung

    dan duodenum. Obat ini efektif untuk terapi profilaksis ulkus doudenum pada

    penderita yang memakai OAINS, tapi harus diberikan 3-4 kali perhari dan

    menimbulkan diare pada 10-20% penderita.2,7

    Obat ini dikontraindikasikan pada wanita hamil dan merencanakan hamil karena

    dapat merangsang kontraksi uterus. Efek samping yang terjadi adalah diare, nyeri

    abdomen, dispepsia, kembung, mual, muntah, perdarahan vagina yang abnormal

    dan pusing. Contoh sediaan yang beredar yaitu Cytotec tablet 200 mcg.3

  • 7/21/2019 Isi KTI Ayu Wahyuni

    13/52

    Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakarta II 2014 13

    b. Sukralfat

    Sukralfat merupakan obat sitoprotektif yang memiliki senyawa kompleks yang

    kerjanya melindungi mukosa dari serangan pepsin asam. Senyawa aluminium

    sukrosa sulfat ini membentuk polimer mirip lem dalam suasana asam dan terikat

    pada jaringan nekrotik tukak secara selektif.7

    Efek samping yang sering terjadi adalah konstipasi. Sukralfat dapat menurunkan

    absorbsi dari tetrasiklin, digoksin, fenitoin, ciprofloksasin, norfloksasin dan

    warfarin.Jika diberikan secara bersamaan dengan obat tersebut di atas, sebaiknya

    diberikan dengan interval 2 jam setelah pemberian sukralfat. Untuk mengurangi

    nyeri, antasida dapat diberikan dengan interval 1 jam setelah pemberian sukralfat.

    Contoh sediaan yang beredar yaitu Inpepsa (suspensi 500 mg/ml), Ulcron (tablet

    500 mg), Ulcumaag (kaptab 500 mg), Ulsafate (kaptab 1 g, tablet 500 mg) dan

    Ulsidex (kaptab 1 g, tablet 1 g).3,7

    5. Regimen Terapi

    Tujuan terapi dalam hal ini untuk mengurangi gejala dispepsia, mempercepat

    perbaikan ulkus dan eradikasiH pylori. Terapi yang dilakukan meliputi:

    a. Ulkus aktif yang terkait dengan H pylori

    Pengobatan ulkus aktif yang terkait denganH pyloridapat diatasi dengan regimen

    antiH pyloriselama 7-14 hari. Dengan pilihan terapi:

    1. Pompa proton inhibitor dua kali sehari + Klaritromisin 500 mg dua kali sehari

    + Amoksisilin 1 g dua kali sehari (atau metronidazol 500 mg dua kali sehari,

    bila alergi terhadap penisilin).

  • 7/21/2019 Isi KTI Ayu Wahyuni

    14/52

    Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakarta II 2014 14

    2. Pompa proton inhibitor dua kali sehari + Bismut subsalisilat dua tablet empat

    kali sehari + Tertrasiklin 500 mg empat kali sehari + Metronidazol 250 mg

    empat kali sehari.

    3. Ranitidin dua kali sehari + Klaritromisin 500 mg dua kali sehari +

    Amoksisilin 1 g atau tetrasiklin 500 mg atau metronidazol 500 mg dua kali

    sehari.

    Setelah diberikan terapi eradikasiH pyloriselama 7-14 hari, teruskan pengobatan

    dengan pompa proton inhibitor sekali sehari atau antagonis reseptor H2 selama 4-8

    minggu untuk meningkatkan proses penyembuhan.2

    b. Ulkus aktif yang tidak berkaitan dengan H pylori

    Ulkus aktif yang tidak berkaitan dengan H pylori tanpa komplikasi dapat diatasi

    dengan pilihan terapi:

    1. Pompa Proton Inhibitor untuk mengobati:

    Ulkus Duodenum, pengobatan selama 4 minggu; Ulkus Gaster, pengobatan

    selama 8 minggu.

    2. Antagonis Reseptor H2 untuk mengobati:

    Ulkus Duodenum, simetidin 800 mg, ranitidin atau nizatidin 300 mg,

    famotidin 40 mg sekali sehari pada waktu tidur selama 6 minggu; Ulkus

    Gaster, simetidin 400 mg, ranitidin atau nizatidin 150 mg, famotidin 20 mg

    dua kali sehari selama 8 minggu.

    3. Pompa proton inhibitor dapat menjadi pilihan obat terapi untuk ulkus dengan

    komplikasi.2

  • 7/21/2019 Isi KTI Ayu Wahyuni

    15/52

    Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakarta II 2014 15

    2.7. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)

    2.7.1. Definisi BPJS

    BPJS merupakan badan hukum yang dibentuk oleh pemerintah untuk

    menyelenggarakan program jaminan sosial bagi seluruh rakyatIndonesia,

    termasukPegawai Negeri Sipil (PNS), Penerima Pensiun PNS danTNI/POLRI,

    Veteran, Perintis Kemerdekaan beserta keluarganya dan Badan Usaha lainnya

    ataupun rakyat biasa.10

    BPJS dibagi menjadi 2 yaitu, BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan.

    BPJS Kesehatan menyelenggarakan program jaminan kesehatan yang anggotanya

    merupakan peserta PT Askes (Persero), sedangkan BPJS Ketenagakerjaan

    menyelenggarakan program jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan

    pensiun dan jaminan kematian yang anggotanya terdiri dari PT Jamsostek

    (Persero), PT TASPEN (Persero), dan PT ASABRI (Persero).10

    BPJS merupakan program pemerintah dalam kesatuanJaminan Kesehatan

    Nasional (JKN) yang diresmikan pada tanggal31 Desember2013. Untuk BPJS

    Kesehatan mulai beroperasi sejak tanggal1 Januari2014, sedangkanBPJS

    Ketenagakerjaan mulai beroperasi paling lambat1 Juli2015.11

    2.7.2. Peserta BPJS Kesehatan

    Peserta BPJS Kesehatan adalah setiap orang, termasuk orang asing yang

    bekerja paling singkat 6 bulan di Indonesia, yang telah membayar iuran tiap

    bulannya.12

    2.7.3. Prosedur pendaftaran peserta BPJS Kesehatan

    Proses pendaftaran menjadi peserta BPJS Kesehatan dapat dilakukan

    secara kolektif maupun perorangan, dengan ketentuan sebagai berikut:12

    http://id.wikipedia.org/wiki/Indonesiahttp://id.wikipedia.org/wiki/Pegawai_Negeri_Sipilhttp://id.wikipedia.org/wiki/TNIhttp://id.wikipedia.org/wiki/Polrihttp://id.wikipedia.org/wiki/Jaminan_Kesehatan_Nasionalhttp://id.wikipedia.org/wiki/Jaminan_Kesehatan_Nasionalhttp://id.wikipedia.org/wiki/31_Desemberhttp://id.wikipedia.org/wiki/2013http://id.wikipedia.org/wiki/1_Januarihttp://id.wikipedia.org/wiki/2014http://id.wikipedia.org/wiki/BPJS_Ketenagakerjaanhttp://id.wikipedia.org/wiki/BPJS_Ketenagakerjaanhttp://id.wikipedia.org/wiki/1_Julihttp://id.wikipedia.org/wiki/2014http://id.wikipedia.org/wiki/2014http://id.wikipedia.org/wiki/1_Julihttp://id.wikipedia.org/wiki/BPJS_Ketenagakerjaanhttp://id.wikipedia.org/wiki/BPJS_Ketenagakerjaanhttp://id.wikipedia.org/wiki/2014http://id.wikipedia.org/wiki/1_Januarihttp://id.wikipedia.org/wiki/2013http://id.wikipedia.org/wiki/31_Desemberhttp://id.wikipedia.org/wiki/Jaminan_Kesehatan_Nasionalhttp://id.wikipedia.org/wiki/Jaminan_Kesehatan_Nasionalhttp://id.wikipedia.org/wiki/Polrihttp://id.wikipedia.org/wiki/TNIhttp://id.wikipedia.org/wiki/Pegawai_Negeri_Sipilhttp://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia
  • 7/21/2019 Isi KTI Ayu Wahyuni

    16/52

    Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakarta II 2014 16

    a. Pendaftaran secara kolektif:

    Mengisi dan menyerahkan Formulir Daftar Isian Peserta (FDIP) serta

    melampirkan pas foto berwarna terbaru ukuran 3 cm x 4 cm masing-

    masing 1 lembar.

    Pendaftaran secara berkelompok kolektif disampaikan dalam bentuk

    format data yang disepakati.

    b. Pendaftaran secara perorangan:

    Mengisi FDIP dilampiri dengan pas foto berwarna terbaru masing-masing

    1 lembar ukuran 3 cm x 4 cm (kecuali bagi anak usia balita), serta

    menunjukkan/memperlihatkan dokumen seperti:

    a) Asli/foto kopi Kartu Keluarga dan KTP (diutamakan KTP elektronik)

    b) Foto kopi surat nikah

    c) Foto kopi akte kelahiran anak/surat keterangan lahir/SK Pengadilan

    Negeri untuk anak angkat

    d) Surat Keterangan dari sekolah/perguruan tinggi (bagi anak berusia

    lebih dari 21 tahun sampai dengan usia ke 25 tahun)

    e) Asli/foto kopi Daftar Gaji yang dilegalisasi oleh pimpinan unit kerja

    f) Asli/foto kopi SK kepangkatan terakhir

    g) Bagi WNA menunjukkan Kartu Ijin Tinggal Sementara/Tetap

    (KITAS/KITAP).12

  • 7/21/2019 Isi KTI Ayu Wahyuni

    17/52

    Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakarta II 2014 17

    2.8. Formularium Nasional BPJS Kesehatan

    Formularium nasional BPJS Kesehatan adalah panduan yang memuat

    daftar obat-obatan untuk pasien BPJS Kesehatan yang diterbitkan oleh Menteri

    Kesehatan berdasarkan KepMenKes RI No. 328/MENKES/SK/VIII/2013.

    Obat tukak lambung yang masuk kedalam formularium nasional Badan

    Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan) adalah antasida

    kombinasi (Aluminium hidroksida sediaan tablet 200 mg, Magnesium hidroksida 200

    mg tablet kunyah dan suspensi), lansoprazol (sediaan kapsul 30 mg, injeksi 30

    mg/ml), omeprazol (sediaan kapsul 20 mg, injeksi 40 mg/10 ml), ranitidin (sediaan

    tablet 150 mg, injeksi 25 mg/ml), sukralfat (sediaan tablet 500 mg, suspensi 500 mg/5

    ml).

    2.9. Definisi Operasional

    1. Resep obat tukak lambung adalah resep yang mengandung obat tukak

    lambung berdasarkan golongan seperti tercantum pada tinjauan pustaka.

    2. Umur adalah umur penderita tukak lambung yaitu bayi dan anak-anak: 0-14

    tahun, orang muda dan dewasa: 15-49 tahun, orang tua: 50 tahun.13

    3. Zat aktif obat tukak lambung adalah zat berkhasiat yang terkandung dalam

    obat tukak lambung, yaitu antasida, ranitidin, simetidin, famotidin, nizatidin,

    omeprazol, esomeprazol, lansoprazol, rabeprazol, pantoprazol, sukralfat dan

    misoprostol.

    4. Golongan obat tukak lambung adalah obat tukak lambung yang dibedakan

    berdasarkan golongannya, yaitu antasida, pompa proton inhibitor (PPI),

    antagonis reseptor histamin 2 (ARH2) dan obat sitoprotektif.

  • 7/21/2019 Isi KTI Ayu Wahyuni

    18/52

    Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakarta II 2014 18

    5. Kombinasi golongan obat tukak lambung adalah jenis paduan pengobatan

    yang terdiri dari dua atau lebih obat tukak lambung yang diresepkan secara

    bersamaan oleh dokter.

    6. Sediaan obat adalah bentuk sediaan obat tukak lambung yang diresepkan yaitu

    tablet, kapsul, suspensi dan puyer.

    7. Kesesuaian peresepan obat tukak lambung adalah penulisan resep obat tukak

    lambung oleh dokter yang mengandung zat aktif sama dengan yang tercantum

    dalam formularium nasional.

    8. Obat lain adalah obat-obatan lain yang tercantum di dalam satu lembar resep

    selain obat tukak lambung.

  • 7/21/2019 Isi KTI Ayu Wahyuni

    19/52

    Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakarta II 2014 19

    Bab III

    Metodologi Penelitian

    3.1. Desain Penelitian

    Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif yaitu

    dengan mengambil data primer dari resep dokter yang mengandung obat tukak

    lambung pada pasien BPJS Kesehatan di Depo Farmasi rawat jalan RSUD Kota

    Bekasi periode Januari-Maret 2014.

    3.2. Tempat dan Waktu Pengambilan Data

    Pengambilan data dilaksanakan di Depo Farmasi Rawat Jalan RSUD Kota

    Bekasi pada bulan Mei 2014.

    3.3. Populasi dan Sampel

    3.3.1. Populasi

    Dalam penelitian ini, populasi yang digunakan adalah seluruh lembar

    resep pada pasien BPJS Kesehatan di Depo Farmasi rawat jalan RSUD Kota

    Bekasi periode Januari-Maret 2014.

    3.3.2 Sampel

    Dalam penelitian ini, sampel yang digunakan adalah seluruh lembar resep

    yang mengandung obat tukak lambung pada pasien BPJS Kesehatan di Depo

    Farmasi rawat jalan RSUD Kota Bekasi dari periode Januari-Maret 2014.

  • 7/21/2019 Isi KTI Ayu Wahyuni

    20/52

    Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakarta II 2014 20

    3.4. Cara Pengumpulan Data

    Cara pengumpulan data yang dilakukan adalah :

    1. Mengumpulkan data primer berupa seluruh lembar resep pada pasien BPJS

    Kesehatan di Depo Farmasi rawat jalan RSUD Kota Bekasi periode Januari-

    Maret 2014.

    2. Memisahkan dan mengumpulkan semua lembar resep yang mengandung obat

    tukak lambung pada pasien BPJS Kesehatan di Depo Farmasi rawat jalan

    RSUD Kota Bekasi periode Januari-Maret 2014.

    3.

    Mengelompokkan dan mencatat berdasarkan jenis kelamin pasien tukak

    lambung, umur pasien tukak lambung, zat aktif obat tukak lambung, golongan

    obat tukak lambung, kombinasi golongan obat tukak lambung, bentuk sediaan

    obat tukak lambung, kesesuaian peresepan obat tukak lambung dengan

    formularium nasional, penggunaan obat lain yang diresepkan bersama obat

    tukak lambung.

    3.5. Cara Pengolahan dan Analisis Data

    Langkah-langkah yang dilakukan untuk mengolah data yang telah

    diperoleh agar dapat mendeskripsikan peresepan obat tukak lambung pada pasien

    BPJS Kesehatan di Depo Farmasi rawat jalan RSUD Kota Bekasi periode Januari-

    Maret 2014 adalah sebagai berikut:

    1. Menghitung jumlah lembar resep obat tukak lambung pada pasien BPJS

    Kesehatan di Depo Farmasi rawat jalan RSUD Kota Bekasi periode Januari-

    Maret 2014.

    2. Menghitung jumlah lembar resep berdasarkan jenis kelamin.

  • 7/21/2019 Isi KTI Ayu Wahyuni

    21/52

    Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakarta II 2014 21

    3. Menghitung jumlah lembar resep berdasarkan umur.

    4. Menghitung jumlah resep berdasarkan zat aktifnya.

    5.

    Menghitung jumlah resep berdasarkan golongannya.

    6. Menghitung jumlah lembar resep berdasarkan kombinasi golongan obat tukak

    lambung.

    7. Menghitung jumlah resep berdasarkan bentuk sediaan.

    8.

    Menghitung jumlah resep berdasarkan kesesuaian peresepan obat tukak

    lambung dengan formularium nasional.

    9.

    Menghitung jumlah resep berdasarkan obat lain yang diresepkan bersama obat

    tukak lambung.

    10.Menyajikan hasil olahan data dalam bentuk tabel.

    11.Menganalisa hasil data yang diperoleh dan membuat kesimpulan.

  • 7/21/2019 Isi KTI Ayu Wahyuni

    22/52

    Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakarta II 2014 22

    Bab IV

    Gambaran Umum Tempat Pengambilan Data

    4.1. Profil RSUD Kota Bekasi

    Pada tahun 1939 Wilayah Bekasi masih merupakan daerah terpencil dan

    merupakan bagian dari Karisedenan Jatinegara. Seorang tuan tanah terketuk

    hatinya untuk menolong sesamanya yang sedang sakit, dengan membangun balai

    kesehatan berukuran 6 x 18 m di atas tanah seluas 400 m2yang dihibahkan untuk

    kepentingan umum.

    Tahun 1942 saat pendudukan Jepang mendapat perhatian dan

    dikembangkan menjadi Poliklinik Bekasi yang dipimpin oleh seorang patriot

    pejuang kemerdekaan bernama Bapak Jesman. Tahun 1945 poliklinik tersebut

    dijadikan basis perlengkapan P3K. Setelah proklamasi kemerdekaan Republik

    Indonesia, berubah status menjadi RS Pembantu, tepatnya pada tanggal 24 Juli

    1946.

    Pada tahun 1956 kepemimpinan digantikan oleh seorang juru rawat dari

    RS Pembantu Banjaran, bernama Bapak S Wijaya. Pada saat kepemimpinannya

    berubah menjadi RSU Kab. Bekasi dengan kapasitas 10 tempat tidur dan

    penambahan bangunan untuk perawat dan bidan. Kemudian pada Tahun 1960

    Bapak S Wijaya pensiun dan digantikan oleh Bapak H. Nadom Miadi.

    Kepemimpinan Rumah Sakit pada tahun 1973 dipimpin oleh seorang

    dokter dibantu oleh beberapa tenaga medis dan non medis. Sejak saat itu

    organisasi dan tatalaksana RSUD ditetapkan. Selanjutnya dalam

    perkembangannya Rumah Sakit ditetapkan sebagai Rumah Sakit Kelas C,

  • 7/21/2019 Isi KTI Ayu Wahyuni

    23/52

    Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakarta II 2014 23

    berdasarkan SK Menkes Republik Indonesia Nomor 051/Menkes/SK/II/1979

    tentang Pengelolaan Rumah Sakit Umum Pemerintah. Pada 1 April 1999 RSU

    diserahkan oleh Pemda Kabupaten Bekasi kepada Pemda Kotamadya Daerah

    Tingkat II Bekasi.

    Pada tanggal 30 November 2000 ditetapkan Peraturan Daerah Kota Bekasi

    Nomor 12 Tahun 2000 tentang Pembentukan Rumah Sakit Umum Daerah

    Pemerintah Kota Bekasi sekaligus dengan peningkatan status menjadi RSUD

    kelas B Non Pendidikan Pemerintah Kota Bekasi oleh Walikota.

    Pada Tahun 2001 dikeluarkannya Peraturan Daerah Nomor 20 Tahun 2001

    tentang Penetapan RSUD Kota Bekasi menjadi Unit Swadana, untuk melengkapi

    Dasar Hukum dalam operasional Rumah Sakit ditetapkanlah Perda Nomor 21

    Tahun 2001 tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan RSUD Kota Bekasi.

    Pada Tahun 2009 dikeluarkan Peraturan Walikota Nomor 060/Kep.251-

    Org/VII/2009 tentang RSUD Kota Bekasi menjadi BLUD dengan status penuh.

    Tabel 4.1. Sejarah Kepemimpinan RSUD Kota Bekasi

    Tahun Pemimpin Status

    19391942 Dr Keresidenan Balai Kesehatan

    19421946 Djasam Poliklinik Bekasi

    19461956 Djasam RS Pembantu

    19561970 S. Widjaya RSUD Kab Bekasi

    19701971 dr Chasbullah A.M RSUD Kab Bekasi

    19711976 dr Sukarno Kartasumitra RSUD Kab Bekasi

    19761983 dr H. Abdul Radjak RSUD Kls C. 197619831986 dr Ludin Gultom RSUD Kls C

    19861997 dr Hario Untoro MARS RSUD Kls C

    19971999 dr H. Muhammad Soleh M.Kes RSUD Kls C

    19992000 dr Rosihan Anwar M.Kes RSUD Kls B Non Pendidikan

    20002002 dr Hj. Mien S Hatta MARS RSUD Unit Swadana

    20022004 dr Herry Ruswan M.Kes RSUD Unit Swadana

    20042007 dr Wirda Saleh MARS RSUD Unit Swadana

    20072008 dr Bambang Djati Santoso MARS RSUD BLUD Bertahap

    20082009 dr Wirda Saleh MARS RSUD BLUD Bertahap

    20092011 Dr H. Iman, Sp.RM RSUD BLUD Penuh

    2011Sekarang Dr.dr.Titi Masrifahati, MKM RSUD BLUD Penuh

  • 7/21/2019 Isi KTI Ayu Wahyuni

    24/52

    Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakarta II 2014 24

    4.2. Letak Wilayah RSUD Kota Bekasi

    Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bekasi terletak di Jalan Pramuka no. 29

    Kota Bekasi.

    4.3. Visi, Misi, Tujuan dan Motto RSUD Kota Bekasi

    Gambar 4.3. Logo RSUD Kota Bekasi

    4.3.1. Visi

    Rumah Sakit Unggul dalam Pelayanan Bermartabat

    4.3.2. Misi

    1. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui pelayanan kesehatan

    rujukan dan terjangkau oleh masyarakat.

    2. Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya pelayanan

    bermutu.

    3. Menciptakan tata kelola rumah sakit yang baik.

    4.3.3. Tujuan

    1.

    Meningkatkan kualitas pelayanan pada masyarakat.

    2.

    Meningkatkan sarana dan prasarana Rumah Sakit sesuai dengan pelayanan

    yang berkembang.

    3.

    Meningkatkan kualitas pelayanan pada keluarga miskin.

    4. Meningkatkan kualitas tenaga Rumah Sakit yang profesional.

  • 7/21/2019 Isi KTI Ayu Wahyuni

    25/52

    Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakarta II 2014 25

    5. Meningkatkan jenis pelayanan dan pendukung/penunjang pelayanan

    kesehatan.

    6.

    Meningkatkan kerja sama pelayanan kesehatan dengan pihak ketiga.

    7. Meningkatkan pengelolaan manajemen Rumah Sakit.

    8. Meningkatkan pendapatan Rumah Sakit.

    4.3.4. Motto

    Ramah, Sopan, Unggul, Dinamis.

    4.4. Instalasi Farmasi RSUD Kota Bekasi

    Pelayanan kefarmasian yang dilakukan di sebuah rumah sakit meliputi

    perencanaan perbekalan farmasi, pengadaan perbekalan farmasi, penerimaan

    perbekalan farmasi, penyimpanan perbekalan farmasi, distribusi perbekalan

    farmasi dan pelayanan kefarmasian.

    Pelayanan kefarmasian di RSUD Kota Bekasi berlangsung di depo farmasi

    rawat jalan, depo farmasi rawat inap, UGD dan OK IBS, serta pelayanan

    kefarmasian di farmasi ruangan di ruang melati dan tulip, serta gudang

    penyimpanan perbekalan farmasi. Alur pengelolaan perbekalan farmasi dimulai

    dari perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan dan pendistribusian.

    Gudang perbekalan farmasi merupakan tempat penyimpanan seluruh

    perbekalan farmasi dan bertugas mendistribusikan perbekalan farmasi. Instalasi-

    instalasi farmasi di RSUD Kota Bekasi memiliki jadwal rutin setiap minggunya

    untuk melakukan permintaan barang atau defekta ke gudang perbekalan farmasi.

    Penyimpanan obat pada gudang yaitu berdasarkan obat narkotik, obat

    psikotropik, obat paten, obat generik dan obat pada suhu dingin. Alur

  • 7/21/2019 Isi KTI Ayu Wahyuni

    26/52

    Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakarta II 2014 26

    pendistribusian perbekalan farmasi di gudang perbekalan farmasi yaitu daftar

    permintaan perbekalan farmasi dari instalasi farmasi diterima melaui komputer

    dengan sistem yang sudah dirancang di gudang perbekalan farmasi yang

    tersambung ke server. Daftar perbekalan farmasi yang diminta oleh instalasi

    farmasi selanjutnya dicetak kemudian petugas gudang menyiapkan semua

    perbekalan farmasi yang diminta. Pengambilan perbekalan farmasi harus sesuai

    dengan permintaan ataupun disesuaikan dengan stok perbekalan farmasi. Setiap

    perbekalan farmasi yang diambil dari tempat penyimpanannya harus ditulis

    jumlahnya pada kartu stok masing-masing. Gudang Farmasi juga melayani

    defekta obat langsung, apabila terjadi kekosongan di instalasi.

    Seluruh pelayanan Instalasi farmasi di RSUD Kota Bekasi dimulai dari

    resep datang kemudian di terima oleh apoteker, selanjutnya dilakukan

    pemeriksaan kelengkapan resep, kemudian perbekalan farmasi disiapkan dan

    pemberian etiket, lalu dilakukan pemerikasaan ulang terhadap perbekalan farmasi

    yang telah disiapkan, selanjutnya perbekalan farmasi di serahkan kepada pasien.

    4.5. Depo Farmasi Rawat Jalan RSUD Kota Bekasi

    Depo Farmasi Rawat Jalan merupakan bagian dari Instalasi Farmasi

    RSUD Kota Bekasi yang melayani pasien dari poli rawat jalan, BPJS, pasien

    umum, Hemodialisa (HD) dan SKTM. Depo ini melayani obat jadi maupun obat

    racikan.

  • 7/21/2019 Isi KTI Ayu Wahyuni

    27/52

    Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakarta II 2014 27

    Bab V

    Hasil dan Pembahasan

    5.1. Hasil

    Berdasarkan hasil pengamatan dan pengumpulan data yang telah

    dilakukan oleh penulis terhadap lembar resep obat tukak lambung pada pasien

    BPJS Kesehatan di Depo Farmasi rawat jalan RSUD Kota Bekasi periode Januari-

    Maret 2014, bahwa dari 13261 lembar resep, yang mengandung obat tukak

    lambung sebanyak 3107 lembar resep dengan persentase 23,43% dan jumlah

    resep (R/) sebanyak 3706 (R/). Data yang diperoleh dari lembar resep tersebut

    meliputi:

    Tabel 5.1 Jumlah dan persentase peresepan obat tukak lambung

    berdasarkan jenis kelamin

    Berdasarkan data pada tabel 5.1 dapat diketahui bahwa jumlah pasien

    tukak lambung periode Januari-Maret 2014 sebanyak 3107 orang. Pasien

    terbanyak yang mendapatkan resep obat tukak lambung adalah pasien perempuan

    sebanyak 1931 orang dengan persentase 62,15%, sedangkan pasien laki-laki

    sebanyak 1176 orang dengan persentase 37,85%.

    No Jenis KelaminBulan Jumlah

    (Orang)

    Persentase

    (%)Jan Feb Mar

    1 Perempuan 299 793 839 1931 62,15

    2 Laki-laki 126 492 558 1176 37, 85

    Jumlah 425 1285 1397 3107 100,00

  • 7/21/2019 Isi KTI Ayu Wahyuni

    28/52

    Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakarta II 2014 28

    Tabel 5.2 Jumlah dan persentase peresepan obat tukak lambung

    berdasarkan umur

    No Golongan UmurBulan Jumlah

    (Orang)

    Persentase

    (%)Jan Feb Mar

    1Bayi dan Anak-anak

    (0-14 tahun)2 12 3 17 0,55

    2Orang muda dan Dewasa

    (15-49 tahun)147 426 345 918 29,55

    3Orang tua

    (50 tahun)276 847 1049 2172 69,91

    Jumlah 425 1285 1397 3107 100,00

    Berdasarkan data pada tabel 5.2 dapat diketahui bahwa jumlah pasien

    terbanyak terdapat pada golongan umur orang tua ( 50 tahun) sebanyak 2172

    orang dengan persentase 69,91%, kemudian orang muda dan dewasa (15-49

    tahun) sebanyak 918 orang dengan persentase 29,55% dan yang paling sedikit

    pada bayi dan anak-anak (0-14 tahun) sebanyak 17 orang dengan persentase

    0,55%.

    Tabel 5.3 Jumlah dan persentase peresepan obat tukak lambung

    berdasarkan zat aktif

    No Zat AktifBulan Jumlah

    (R/)

    Persentase

    (%)Jan Feb Mar

    1 Omeprazol 169 480 853 1502 40,53

    2 Ranitidin 156 435 358 949 25,61

    3 Lansoprazol 61 310 100 471 12,71

    4 Antasida 87 164 186 437 11,79

    5 Sukralfat 49 130 166 345 9,31

    6 Pantoprazol 0 1 1 2 0,05

    Jumlah 522 1520 1664 3706 100,00

    Berdasarkan data pada tabel 5.3 dapat diketahui bahwa zat aktif obat tukak

    lambung yang terbanyak diresepkan yaitu omeprazol dengan jumlah resep (R/)

    sebanyak 1502 dengan persentase 40,53%, sedangkan yang paling sedikit

  • 7/21/2019 Isi KTI Ayu Wahyuni

    29/52

    Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakarta II 2014 29

    diresepkan yaitu pantoprazol dengan jumlah resep (R/) sebanyak 2 dengan

    persentase 0,05%.

    Tabel 5.4 Jumlah dan persentase peresepan obat tukak lambung

    berdasarkan golongan

    No GolonganBulan Jumlah

    (R/)

    Persentase

    (%)Jan Feb Mar

    1 PPI 230 791 954 1975 53,29

    2 ARH2 156 435 358 949 25,61

    3 Antasida 87 164 186 437 11,79

    4 OS 49 130 166 345 9,31

    Jumlah 522 1520 1664 3706 100,00Keterangan: PPI = Pompa Proton Inhibitor, ARH2 = Antagonis Reseptor-H2, OS= Obat

    Sitoprotektif

    Berdasarkan data pada tabel 5.4 dapat diketahui bahwa golongan obat

    tukak lambung yang terbanyak diresepkan adalah golongan pompa proton

    inhibitor dengan jumlah resep (R/) sebanyak 1975 dengan persentase 53,29%,

    sedangkan golongan obat tukak lambung yang paling sedikit diresepkan yaitu

    golongan obat sitoprotektif dengan jumlah resep (R/) sebanyak 345 dengan

    persentase 9,31%.

  • 7/21/2019 Isi KTI Ayu Wahyuni

    30/52

    Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakarta II 2014 30

    Tabel 5.5 Jumlah dan persentase kombinasi golongan obat tukak lambung

    yang diresepkan

    No Kombinasi GolonganBulan Jumlah

    Lembar

    (R/)

    Persentase

    (%)Jan Feb Mar

    1 PPI + OS 33 107 155 295 50,08

    2 Antasida + PPI 26 71 93 190 32,26

    3 Antasida + ARH2 16 17 10 43 7,30

    4 ARH2+ OS 14 14 4 32 5,43

    5 PPI + ARH2 3 16 5 24 4,07

    6 Antasida + ARH2+ OS 0 2 0 2 0,34

    7 Antasida + OS 1 0 0 1 0,17

    8 Antasida + PPI + ARH2 1 0 0 1 0,17

    9 PPI + ARH2+ OS 0 1 0 1 0,17

    Jumlah 94 228 267 589 100,00Keterangan: PPI = Pompa Proton Inhibitor, ARH2 = Antagonis Reseptor-H2, OS= Obat

    Sitoprotektif

    Berdasarkan data pada tabel 5.5 dapat diketahui bahwa kombinasi

    golongan obat tukak lambung yang terbanyak diresepkan yaitu golongan pompa

    proton inhibitor dan obat sitoprotektif dengan jumlah lembar resep (R/) sebanyak

    295 dengan persentase 50,08%, sedangkan kombinasi golongan obat tukak

    lambung yang paling sedikit diresepkan yaitu antasida dengan obat sitoprotektif,

    antasida dengan pompa proton inhibitor dan antagonis reseptor-H2, serta pompa

    proton inhibitor dengan antagonis reseptor-H2 dan obat sitoprotektif sebanyak

    masing-masing 1 resep (R/) dengan persentase 0,17%.

    Tabel 5.6 Jumlah dan persentase peresepan obat tukak lambung

    berdasarkan bentuk sediaan obat

    No Bentuk SediaanBulan Jumlah

    (R/)

    Persentase

    (%)Jan Feb Mar

    1 Kapsul 230 791 954 1975 53,29

    2 Tablet 245 563 501 1309 35,32

    3 Suspensi 47 163 209 419 11,31

    4 Puyer 0 3 0 3 0,08

    Jumlah 522 1520 1664 3706 100,00

  • 7/21/2019 Isi KTI Ayu Wahyuni

    31/52

    Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakarta II 2014 31

    Berdasarkan data pada tabel 5.6 dapat diketahui bahwa bentuk sediaan

    obat tukak lambung yang terbanyak diresepkan yaitu kapsul sebanyak 1975 resep

    (R/) dengan persentase 53,29%, sedangkan bentuk sediaan obat tukak lambung

    yang paling sedikit diresepkan yaitu puyer sebanyak 3 resep (R/) dengan

    persentase 0,08%.

    Tabel 5.7 Jumlah dan persentase kesesuaian peresepan obat tukak lambung

    dengan formularium nasional

    No

    Kesesuaian

    Formularium

    Bulan Jumlah Persentase

    Jan Feb Mar (R/) (%)

    1 Sesuai 518 1473 1638 3629 97,92

    2 Tidak Sesuai 4 47 26 77 2,08

    Jumlah 522 1520 1664 3706 100,00

    Berdasarkan data pada tabel 5.7 dapat diketahui bahwa penulisan

    peresepan obat tukak lambung oleh dokter yang sesuai dengan formularium

    nasional yaitu sebanyak 3629 resep (R/) dengan persentase 97,92%, sedangkan

    untuk peresepan yang tidak sesuai dengan formularium nasional sebanyak 77

    resep (R/) dengan persentase 2,08%.

    Tabel 5.8 Jumlah dan persentase lima besar obat lain yang paling banyak

    diresepkan bersama obat tukak lambung

    Berdasarkan data pada tabel 5.8. dapat diketahui bahwa lima obat lain

    yang banyak diresepkan bersama obat tukak lambung adalah natrium diklofenak

    sebanyak 484 resep (R/) dengan persentase 6,59%, sohobion sebanyak 442 resep

    No Nama ObatBulan Jumlah

    (R/)

    Persentase

    (%)Jan Feb Mar

    1 Na. Diklofenak 70 202 212 484 6,59

    2 Sohobion 98 121 223 442 6,02

    3 Bisoprolol 39 170 193 402 5,47

    4 Meloksikam 69 91 109 269 3,66

    5 Parasetamol 53 110 105 268 3,65

  • 7/21/2019 Isi KTI Ayu Wahyuni

    32/52

    Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakarta II 2014 32

    (R/) dengan persentase 6,02%, bisoprolol sebanyak 402 resep (R/) dengan

    persentase 5,47%, meloksikam sebanyak 269 resep (R/) dengan persentase 3,66%

    dan parasetamol sebanyak 268 resep (R/) dengan persentase 3,65%.

    5.2. Pembahasan

    Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan pada pasien BPJS

    Kesehatan di Depo Farmasi rawat jalan RSUD Kota Bekasi periode Januari-Maret

    2014 terdapat 23,43% lembar resep yang mengandung obat tukak lambung.

    Jumlah ini cukup besar dari jumlah keseluruhan lembar resep yang diamati. Hal

    ini menunjukkan bahwa gangguan lambung merupakan salah satu penyakit yang

    banyak diderita pasien BPJS Kesehatan di Depo Farmasi rawat jalan RSUD Kota

    Bekasi.

    Hasil pengamatan pada Tabel 5.1 peresepan obat tukak lambung

    berdasarkan jenis kelamin menunjukkan bahwa penderita tukak lambung lebih

    banyak didominasi oleh perempuan dibandingkan laki-laki. Hal ini disebabkan

    pasien yang berobat pada ketiga bulan tersebut mayoritas berjenis kelamin

    perempuan, selain itu perempuan dengan golongan umur 50 tahun, orang tua

    lebih rentan terkena tukak lambung. Hal ini sesuai dengan literatur yang

    menyebutkan bahwa pada perempuan akan mengalami peningkatan resiko

    terserang tukak lambung dengan seiring bertambahnya usia, sedangkan pada pria

    akan mengalami penurunan pada usia antara 50-60 tahun.1

    Hasil pengamatan pada Tabel 5.2 peresepan obat tukak lambung

    berdasarkan golongan umur menunjukkan bahwa tukak lambung dapat terjadi

    pada semua golongan umur, namun pada usia 55-70 tahun penyakit ini lebih

  • 7/21/2019 Isi KTI Ayu Wahyuni

    33/52

    Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakarta II 2014 33

    sering terjadi. Kemungkinan hal ini dapat disebabkan karena banyaknya pasien

    BPJS yang merupakan pasien usia lanjut dimana faktor pola makan, pekerjaan,

    stress, ketegangan psikis, merokok dan penggunaan OAINS jangka panjang lebih

    banyak dialami pada golongan umur tersebut.2

    Hasil pengamatan pada Tabel 5.3 peresepan obat tukak lambung

    berdasarkan zat aktif menunjukkan bahwa omeprazol merupakan obat yang paling

    banyak diresepkan oleh dokter. Omeprazol merupakan obat golongan pompa

    proton inhibitor yang mekanisme kerjanya memblokir kerja enzim H+, K+,

    ATPase yang akan memecah H+, K+, ATP menghasilkan energi yang digunakan

    untuk mengeluarkan asam lambung dari sel-sel parietal ke dalam lumen lambung,

    maka dengan dihambatnya enzim tersebut tidak dihasilkan energi yang dapat

    mengeluarkan asam lambung dari sel-sel parietal, sehingga dapat mengurangi rasa

    sakit pasien tukak lambung. Omeprazol paling banyak diresepkan, kemungkinan

    karena omeprazol merupakan obat pertama yang dikenal dari golongan pompa

    proton inhibitor.6

    Hasil pengamatan pada Tabel 5.4 menunjukkan bahwa peresepan obat

    tukak lambung berdasarkan golongan obat yang terbanyak diresepkan adalah

    pompa proton inhibitor. Golongan obat ini dapat menghambat sekresi asam

    lambung dalam 24 jam dibanding dengan antagonis reseptor-H2yang hanya 65%

    dalam dosis standar.2

    Semua jenis PPI memberikan kesembuhan pada ulkus duodenum pada

    90% kasus setelah 4 minggu dan 90% pada ulkus lambung setelah 8 minggu

    pemberian. Dibanding dengan ARH2, PPI lebih cepat mengurangi nyeri dan

  • 7/21/2019 Isi KTI Ayu Wahyuni

    34/52

    Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakarta II 2014 34

    penyembuhannya, tetapi hasil yang sama dapat juga dicapai dengan pemberian

    ARH2 dalam jangka waktu yang lebih lama.2

    Hasil pengamatan pada Tabel 5.5 menunjukkan bahwa peresepan obat

    tukak lambung berdasarkan kombinasi golongan yang terbanyak diresepkan

    adalah golongan pompa proton inhibitor (PPI) dengan obat sitoprotektif (OS). Hal

    ini kemungkinan karena sukralfat merupakan senyawa aluminium sukrosa sulfat

    yang dapat membentuk polimer mirip lem dalam suasana asam dan terikat pada

    jaringan nekrotik tukak secara selektif, sehingga berfungsi sebagai sawar terhadap

    HCl dan pepsin, serta untuk menutupi tukak dan menghindari iritasi atau pengaruh

    asam, pepsin dan garam empedu, sedangkan PPI dapat mencegah pengeluaran

    asam lambung dari sel-sel parietal, sehingga dapat menurunkan rasa sakit. Oleh

    karena itu, kombinasi keduanya sangat efektif dalam mempercepat masa

    penyembuhan tukak lambung.6,7

    Hasil pengamatan pada Tabel 5.6 menunjukkan bahwa peresepan obat

    tukak lambung berdasarkan bentuk sediaan obat yang terbanyak diresepkan

    adalah kapsul. Hal ini disebabkan karena omeprazol merupakan obat yang paling

    banyak digunakan dan lansoprazol juga tersedia dalam bentuk kapsul, selain itu

    kelompok umur yang banyak mengkonsumsi obat tukak lambung adalah

    kelompok umur dewasa dan orang tua, sehingga sangat memungkinkan jika

    diberikan obat dalam bentuk sediaan kapsul. Faktor lainnya yaitu karena bentuk

    sediaan kapsul memiliki kelebihan yaitu dapat menutupi rasa dan bau tidak enak

    pada obat, sehingga sediaan ini lebih praktis dan mudah dikonsumsi oleh pasien.

    Hasil pengamatan pada Tabel 5.7 kesesuaian peresepan obat tukak

    lambung dengan formularium nasional menunjukkan bahwa penulisan resep oleh

  • 7/21/2019 Isi KTI Ayu Wahyuni

    35/52

    Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakarta II 2014 35

    dokter di RSUD Kota Bekasi sebesar 3629 resep (R/) dengan persentase sebesar

    97,92%. Masih adanya ketidaksesuaian dalam peresepan disebabkan karena

    sulitnya pihak rumah sakit dalam mendapatkan beberapa obat yang sesuai dengan

    formularium nasional, sehingga pihak rumah sakit harus menyiapkan obat

    pengganti yang tidak sesuai dengan formularium nasional dengan kandungan zat

    aktif dan khasiat yang sama dengan harga yang cukup terjangkau oleh pasien.

    Hasil pengamatan pada Tabel 5.8 menunjukkan bahwa lima macam obat

    lain yang sering diresepkan bersama obat tukak lambung adalah natrium

    diklofenak, sohobion, bisoprolol, meloksikam dan parasetamol.

    Natrium diklofenak dan meloksikam merupakan golongan obat

    antiinflamasi non steroid (OAINS). Pemberian OAINS sebaiknya dihindari pada

    pasien tukak lambung, karena OAINS bersifat asam yang dapat menimbulkan

    iritasi langsung pada mukosa, selain itu OAINS dapat menghambat enzim

    Cyclooxygenase 1 (COX-1) pada asam arakidonat sehingga dapat menekan

    produksi prostaglandin yang berfungsi dalam memelihara keutuhan mukosa

    dengan mengatur aliran darah mukosa, proliferasi sel-sel epitel, serta mengatur

    sekresi mukus dan asam lambung.6,14

    Banyaknya peresepan natrium diklofenak dan meloksikam pada pasien

    tukak lambung kemungkinan karena penggunaan obat ini banyak dibutuhkan oleh

    pasien dengan penyakit arthritis, seperti osteoarthritis (OA) dan rematoid arthritis

    (RA), tetapi pemberiannya harus disertai dengan obat-obatan yang dapat menekan

    produksi asam lambung seperti ARH2 atau PPI.6

    Selain itu, terdapat obat lain yang sering diresepkan adalah parasetamol.

    Parasetamol merupakan analgetik dan antipiretik yang tidak mempunyai efek

  • 7/21/2019 Isi KTI Ayu Wahyuni

    36/52

    Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakarta II 2014 36

    samping iritasi lambung dan tidak mempengaruhi produksi prostaglandin

    endogen, sehingga aman bila diberikan kepada penderita tukak lambung.14

    Berdasarkan hasil pengamatan secara keseluruhan pada penelitian ini

    dapat disimpulkan bahwa peresepan obat tukak lambung pada pasien Badan

    Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan) di Depo Farmasi

    rawat jalan RSUD Kota Bekasi umumnya diberikan sebagai terapi pada

    pengobatan penyakit tertentu seperti penyakit arthritis yang banyak menggunakan

    obat anti inflamasi non steroid (OAINS).

  • 7/21/2019 Isi KTI Ayu Wahyuni

    37/52

    Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakarta II 2014 37

    Bab VI

    Kesimpulan dan Saran

    6.1. Kesimpulan

    Berdasarkan hasil pengamatan tentang profil peresepan obat tukak

    lambung pada pasien BPJS Kesehatan di Depo Farmasi rawat jalan RSUD Kota

    Bekasi periode Januari-Maret 2014 terdapat 3107 lembar resep dengan persentase

    23,43% dari 13261 lembar resep dan 3706 resep (R/) yang mengandung obat

    tukak lambung, dapat disimpulkan bahwa:

    1.

    Pasien terbanyak tukak lambung dengan jenis kelamin perempuan sebanyak

    1931 orang dengan persentase 62,15% , sedangkan laki-laki sebanyak 1176

    orang dengan persentase 37,85%.

    2. Pasien terbanyak tukak lambung dengan golongan umur orang tua ( 50

    tahun) sebanyak 2172 pasien dengan persentase 69,91%, sedangkan yang

    paling sedikit pada bayi dan anak-anak (0-14 tahun) sebanyak 17 pasien

    dengan persentase 0,55%.

    3. Obat tukak lambung terbanyak diresepkan berdasarkan zat aktif adalah

    omeprazol dengan jumlah resep (R/) sebanyak 1502 dengan persentase

    40,53%, sedangkan yang paling sedikit diresepkan yaitu pantoprazol dengan

    jumlah resep (R/) sebanyak 2 serta persentase 0,05%.

    4.

    Golongan obat tukak lambung terbanyak diresepkan adalah pompa proton

    inhibitor dengan jumlah resep (R/) sebanyak 1975 dengan persentase 53,29%,

    sedangkan yang paling sedikit diresepkan yaitu golongan obat sitoprotektif

    dengan jumlah resep (R/) sebanyak 345 dengan persentase 9,31%.

  • 7/21/2019 Isi KTI Ayu Wahyuni

    38/52

    Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakarta II 2014 38

    5. Kombinasi golongan obat tukak lambung yang paling banyak diresepkan

    adalah pompa proton inhibitor dengan obat sitoprotektif dengan jumlah resep

    (R/) sebanyak 295 dengan persentase 50,08%, sedangkan yang paling sedikit

    diresepkan adalah antasida dengan obat sitoprotektif, antasida dengan pompa

    proton inhibitor dan antagonis reseptor-H2, serta pompa proton inhibitor

    dengan antagonis reseptor-H2 dan obat sitoprotektif sebanyak masing-masing

    1 resep dengan persentase 0,17%.

    6.

    Bentuk sediaan obat tukak lambung yang sering digunakan adalah kapsul

    sebanyak 1975 resep (R/) dengan persentase 53,29% dan yang paling sedikit

    adalah puyer sebanyak 3 resep (R/) dengan persentase 0,08%.

    7. Kesesuaian peresepan obat tukak lambung yang sesuai dengan formularium

    nasional yaitu sebanyak 3629 resep (R/) dengan persentase 97,92%,

    sedangkan untuk peresepan yang tidak sesuai dengan formularium nasional

    sebanyak 77 resep (R/) dengan persentase 2,08%.

    8. Lima macam obat lain yang sering diresepkan bersama obat tukak lambung

    adalah natrium diklofenak, sohobion, bisoprolol, meloksikam dan

    parasetamol.

    6.2. Saran

    1. Untuk penelitian selanjutnya dapat dikembangkan dengan interaksi dengan

    obat lain.

    2. Dapat digunakan sebagai bahan monitoring kesesuaian antara peresepan

    dokter dengan formularium nasional pada pasien BPJS Kesehatan.

  • 7/21/2019 Isi KTI Ayu Wahyuni

    39/52

    Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakarta II 2014 39

    3. Dapat dilakukan penelitian yang lebih meluas mengenai peresepan obat tukak

    lambung di Depo Farmasi rawat inap RSUD Kota Bekasi, agar dapat diketahui

    jenis antibiotik yang diberikan sebagai regimen terapi.

  • 7/21/2019 Isi KTI Ayu Wahyuni

    40/52

    Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakarta II 2014 40

    Daftar Pustaka

    1.

    Mutschler E. Dinamika Obat. Edisi V. Bandung: Penerbit ITB Bandung. 1991;hlm. 533.

    2. Sanusi IA. Tukak Lambung. Dalam: Rani A, Simadibrata M, Syam AF

    (Editor). Buku Ajar Gastroenterologi. Edisi I. Jakarta: Interna Publishing.

    2011; hlm. 328-44.

    3. Sukandar YE, Andrajati R, Sigit JI, Adriyana IK, Setiadi AAP, dkk. ISO

    Farmakoterapi. Jakarta: PT. ISFI Penerbitan. 2008; hlm. 428-45.

    4. Hadi S. Gastroenterologi. Edisi VI. Bandung: Penerbit Alumni. 1995; hlm.

    201.

    5. Misnadiarly. Mengenal Penyakit Organ Cerna. Jakarta: Pustaka Populer Obor.

    2009; hlm. 50-9.

    6.

    Tarigan P. Tukak Gaster. Dalam: Sudoyo AW, Setyohadi B, Alwi I,

    Simadibrata M, Setiati S (Editor). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi V.

    Jakarta: Interna Publishing. 2009; hlm. 338-43.

    7. Estuningtyas A, Arif A. Obat Lokal. Dalam: Gunawan SG, Setiabudy R,

    Nafrialdi, Elysabeth (Editor). Farmakologi dan Terapi. Edisi V. Jakarta: Gaya

    Baru. 2007; hlm. 517-24.

    8. Tjay HT, Rahardja K. Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan, Efek-Efek

    Sampingnya. Edisi VI. Jakarta: PT. Alex Media Komputindo. 2007; hlm. 267.

    9.

    Dewoto HR. Histamin dan Antialergi. Dalam: Gunawan SG, Setiabudy R,

    Nafrialdi, Elysabeth (Editor). Farmakologi dan Terapi. Edisi V. Jakarta: Gaya

    Baru. 2007; hlm. 273-87.

    10.BPJS Kesehatan. http://www.bpjs-kesehatan.go.id. Di akses pada hari Senin, 3

    Maret 2014.

    11.Kemenkes RI. Undang-Undang Republik Indonesia No. 24 Tahun 2011

    tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Jakarta: Kementrian

    Sekretariat Negara RI. 2011;

    hlm. 42-45.

    12.

    Anonim. Panduan Layanan Bagi Peserta BPJS Kesehatan. Jakarta: Badan

    Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan. 2013; hlm. 1-18.

    13.Notoatmojo S. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta.

    2007; hlm. 20.

  • 7/21/2019 Isi KTI Ayu Wahyuni

    41/52

    Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakarta II 2014 41

    14.Wilmana PF, Gan S. Analgesik-Antipiretik Analgesik Anti Inflamasi Non

    Steroid dan Obat Gangguan Sendi Lainnya. Dalam: Gunawan SG, Setiabudy

    R, Nafrialdi, Elysabeth (Editor). Farmakologi dan Terapi. Edisi V. Jakarta:

    Gaya Baru. 2007; hlm. 230-240.

  • 7/21/2019 Isi KTI Ayu Wahyuni

    42/52

    Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakarta II 2014 42

    Lampiran 1

    Lembar resep yang mengandung obat tukak lambung

  • 7/21/2019 Isi KTI Ayu Wahyuni

    43/52

    Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakarta II 2014 43

    Lampir an 2

    Lembar resep kombinasi obat tukak lambung dengan obat lain

  • 7/21/2019 Isi KTI Ayu Wahyuni

    44/52

    Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakarta II 2014 44

    Lampir an 3

    Jumlah lembar resep yang mengandung obat tukak lambung

    No Bulan

    Jumlah

    Seluruh

    Lembar Resep

    Mengandung

    Obat Tukak

    Lambung

    TidakMengandung

    Obat Tukak

    Lambung

    1 Januari 2080 425 1655

    2 Februari 5460 1285 4175

    3 Maret 5721 1397 4324

    Jumlah

    (R/)13261 3107 10154

    Persentase

    (%)

    100,00 23,43 76,57

  • 7/21/2019 Isi KTI Ayu Wahyuni

    45/52

    Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakarta II 2014 45

    Lampir an 4

    Obat tukak lambung yang diresepkan berdasarkan Formularium Nasional

    No Nama Obat Bulan Jumlah(R/)

    Persentase(%)Jan Feb Mar

    1 Omeprazol 169 480 853 1502 41,39

    2 Ranitidin 156 435 358 949 26,15

    3 Lansoprazol 61 310 100 471 12,98

    4 Antasida 83 118 161 362 9,97

    5 Sukralfat 49 130 166 345 9,51

    Jumlah 518 1473 1638 3629 100,00

  • 7/21/2019 Isi KTI Ayu Wahyuni

    46/52

    Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakarta II 2014 46

    Lampir an 5

    Obat lain yang diresepkan bersama obat tukak lambung

    No Nama Obat Bulan Jumlah(R/)

    Persentase(%)Jan Feb Mar

    1 Acarbose 12 45 30 87 1,18

    2 Actos 3 6 0 9 0,12

    3 Allopurinol 16 42 21 79 1,08

    4 Alprazolam 3 23 45 71 0,97

    5 Ambroxol 3 17 30 50 0,68

    6 Amdixal 4 12 1 17 0,23

    7 Amitriptilin 16 17 19 52 0,71

    8Amlodipin 55 174 2 231

    3,159 Amoxicillin 3 12 5 20 0,27

    10 Anbacim 1 5 10 16 0,22

    11 Asam Folat 8 55 35 98 1,33

    12 Asam Mefenamat 14 78 52 144 1,96

    13 Ascardia 0 8 7 15 0,20

    14 Asetosal 12 117 59 188 2,56

    15 Aspar K 0 5 2 7 0,10

    16 Avodart 1 1 2 4 0,05

    17 Azithromycin 0 0 2 2 0,03

    18 Becefort 0 2 0 2 0,03

    19 Becom C 0 0 1 1 0,01

    20 Betahistin 5 14 29 48 0,65

    21 Biosanbe 2 5 2 9 0,12

    22 Bisoprolol 39 170 193 402 5,47

    23 Calsium Carbonat 4 28 8 40 0,54

    24 Candesartan 0 8 9 17 0,23

    25 Captopril 23 63 64 150 2,04

    26 Cavid D3 9 17 13 39 0,53

    27 Cefadroksil 19 57 64 140 1,9128 Cefixime 10 43 29 82 1,12

    29 Cetirizine 4 23 21 48 0,65

    30 Ciprofloxacin 6 25 25 56 0,76

    31 Clindamycin 1 3 6 10 0,14

    32 Clobazam 1 3 1 5 0,07

    33 Codein 0 0 2 2 0,03

    34 Cotrimoxazol 1 2 4 7 0,10

    35 CTM 2 3 14 19 0,26

    36 Curcuma 3 25 13 41 0,56

    37 Desoximethasone 2 9 4 15 0,20

  • 7/21/2019 Isi KTI Ayu Wahyuni

    47/52

    Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakarta II 2014 47

    38 Dexamethason 1 4 4 9 0,12

    39 Dextromethorphan 1 4 2 7 0,10

    40 Diazepam 11 23 56 90 1,23

    41 Digoksin 3 34 44 81 1,10

    42 Diltiazem 1 31 8 40 0,54

    43 Dimenhidrinat 1 0 0 1 0,01

    44 Domperidon 1 57 16 74 1,01

    45 Enziplex 2 19 5 26 0,35

    46 Eperison 0 8 11 19 0,26

    47 Ethambutol 4 17 6 27 0,37

    48 Furosemide 26 103 126 255 3,47

    49 Gabexal 0 4 1 5 0,07

    50 Gemfibrozil 4 21 4 29 0,39

    51 Glibenklamid 0 1 1 2 0,0352 Glikuidon 0 3 14 17 0,23

    53 Glimepirid 33 31 53 117 1,59

    54 Glucodex 7 33 23 63 0,86

    55 Glukosamin 12 20 19 51 0,69

    56 Haloperidol 1 0 1 2 0,03

    57 Hemobion 1 2 2 5 0,07

    58 Hidrochlorothiazide 7 42 55 104 1,42

    59 Hidrokortison 1 1 1 3 0,04

    60Humalog 1 3 0 4

    0,0561 Ibuprofen 0 1 20 21 0,29

    62 Irbesartan 3 28 37 68 0.93

    63 Isoniazid 6 16 19 41 0,56

    64 Isosorbid Dinitrat 4 55 31 90 1,23

    65 Kalium Klorida (KSR) 2 4 9 15 0,20

    66 Ketokonazol 0 1 0 1 0,01

    67 Ketoprofen 0 0 5 5 0,07

    68 Klopidogrel 1 46 43 90 1,23

    69 Lactulax 2 10 8 20 0,27

    70 Lantus 0 3 1 4 0,05

    71 Laxadine 1 2 4 7 0,10

    72 Leparson 3 5 7 15 0,20

    73 Levemir Flexpen 4 24 14 42 0,57

    74 Levofloxacin 9 13 20 42 0.57

    75 Lipanthyl 2 2 2 6 0,08

    76 Loratadine 0 1 2 3 0,04

    77 Losartan 1 2 0 3 0,04

    78 Mecobalamin 2 14 12 28 0,38

    79 Meloksikam 69 91 109 269 3,66

  • 7/21/2019 Isi KTI Ayu Wahyuni

    48/52

    Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakarta II 2014 48

    80 Metampiron 2 9 8 19 0,26

    81 Metformin 45 112 83 240 3,27

    82 Methylprednisolon 22 87 108 217 2,96

    83 Metoklopramid 8 3 2 13 0,18

    84 Metronidazol 9 16 14 39 0,53

    85 Micardis 0 7 6 13 0,18

    86 Mikonazol 0 0 1 1 0,01

    87 Natrium Bicarbonat 4 33 11 48 0,65

    88 Natrium Diklofenak 70 202 212 484 6,59

    89 Neo Diaform 1 6 4 11 0,15

    90 Neurobion 3 16 9 28 0,38

    91 Neurodex 11 45 34 90 1,23

    92 Neurosanbe 10 76 8 94 1,28

    93 Nifedipin 4 6 4 14 0,1994 Nitrokaf 2 28 33 63 0,86

    95 Novomix-30 Flexpen 4 22 13 39 0,53

    96 Novorapid Flexpen 4 24 23 51 0,69

    97 Obat Batuk Hitam 5 8 8 21 0,29

    98 Ondansetron 8 45 79 132 1,80

    99 Parasetamol 53 110 105 268 3,65

    100 Piracetam 0 0 1 1 0,01

    101 Pirazinamid 1 12 13 26 0,35

    102Piroksikam 2 12 8 22

    0,30103 Propanolol 5 14 11 30 0,41

    104 Propiltiourasil 1 4 1 6 0,08

    105 Ramipril 12 46 37 95 1,29

    106 Rebamipid 4 5 11 20 0,27

    107 Rifampisin 7 13 20 40 0,54

    108 Salbutamol 5 21 36 62 0,84

    109 Sifrol 5 3 4 12 0,16

    110 Simvastatin 33 74 35 142 1,93

    111 Sohobion 98 121 223 442 6,02

    112 Spironolacton 6 25 26 57 0,78

    113 Sulfasalazine 1 1 8 10 0,14

    114 Teofilin 1 3 6 10 0,14

    115 Tramadol 0 10 18 28 0,38

    116 Transamin 0 3 0 3 0,04

    117 Trihexifenidil 2 2 5 9 0,12

    118 Urdahex 0 2 1 3 0,04

    119 Urinter 1 0 1 2 0,03

    120 Urispas 0 1 1 2 0,03

    121 Urotractin 5 0 4 9 0,12

  • 7/21/2019 Isi KTI Ayu Wahyuni

    49/52

    Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakarta II 2014 49

    122 Valsartan 24 57 40 121 1,65

    123 Vit B Complex 6 24 7 37 0,50

    124 Vit K 0 12 6 18 0,25

    125 Vit. D 0 2 17 19 0,26

    126 Vitamin B1 3 0 45 48 0,65

    127 Vitamin B12 6 24 52 82 1,12

    Jumlah 1012 3266 3065 7343 100,00

  • 7/21/2019 Isi KTI Ayu Wahyuni

    50/52

    Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakarta II 2014 50

    Lampiran 6

    Formularium Nasional BPJS Kesehatan

  • 7/21/2019 Isi KTI Ayu Wahyuni

    51/52

    Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakarta II 2014 51

    Lampir an 7

    Kartu BPJS Kesehatan

  • 7/21/2019 Isi KTI Ayu Wahyuni

    52/52

    Lampir an 8

    Formulir Daftar Isian Peserta (FDIP) BPJS Kesehatan