autoimun dan hipersensitivitas
DESCRIPTION
ImunologiTRANSCRIPT
Dhian Maya A Dita Rani Pupitasari Elsa Ardiana Eva Apriliyana Rizki Junaedi Sendiko
Lukyta Setyo Hapsari Maisarah Meldyana Reni Pebrianti Riska Narulita Sri Anggun
IMUNOLOGI
Penyakit yang disebabkan Respon Imun
Pustaka
Baratawidjaja, Karnen G. 1996. Imunologi Dasar. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Dr. Jan Tambayong. Patofisiologi. Penerbit Buku Kedokteran
Husin, Abd.Usep. 2004. Pengantar Imunologi. Bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran. Bandung
Behrman; Kliegman; Arvin. Ilmu Kesehatan Anak. Bandung. Penerbit Buku Kedokteran
Williams, Lippincott ; Wilks. Essensial of Pathophysiology
Mitchell, Kumar, Abbas & Fausto. Dasar Patologis Penyakit ed 7
Autoimunitas
Penyakit autoimun adalah penyakit yang disebabkan oleh sistem imun tubuh yang
kehilangan kemampuan untuk membedakan antara jaringan “Self” dan “Non Self” Sehingga
jaringan tubuh dianggap sebagai antigen .Jadi, Autoimunitas atau hilangnya toleransi ialah
reaksi sistem imun terhadap antigen jaringan sendiri.
Etiologi autoimun
Teori tentang terjadinya penyakit autoimun berubah-ubahTeori forbidden clones menurut Jerne dan
BurnettReaksi silang dengan antigen bakteriRangsangan molekul poliklonalKegagalan autoregulasi
Pembagian penyakit autoimun
Pembagian penyakit autoimun
menurut organ
1
Pembagian penyakit autoimun
Pembagian penyakit autoimun menurut
mekanisme
2
Penyakit autoimun melalui antibodi
Anemia hemolitik autoimun Miastenia gravis Tirotoksisitas
Penyakit autoimun melalui kompleks imun
Lupus eritematosus sistemik (LES)
Artritis reumatoid (AR)Penyakit autoimun melalui sel T Hashimoto thyroiditis (HT)
Penyakit autoimun melalui komplemen
REAKSI HIPERSENSITIVITAS
Hipersensitivitas yaitu reaksi imun yang patologik, terjadi akibat respons imun yang
berlebihan sehingga menimbulkan kerusakan jaringan tubuh. Reaksi tersebut oleh Gell dan
Coombs dibagi dalam 4 tipe reaksi berdasarkan kecepatan dan mekanisme imun yang terjadi
yaitu tipe I, II, III, dan IV
Reaksi hipersensitivitas Tipe I
Urutan kejadian reaksi Tipe I adalah sebagai berikut :• Fase sensitisasi yaitu waktu yang dibutuhkan untuk
pembentukan IgE sampai diikatnya oleh reseptor spesifik pada permukaan sel mastosit dan basofil.
• Fase aktivasi yaitu waktu selama terjadi pemaparan ulang dengan antigen yang spesifik, mastosit melepas isinya yang berisikan granul yang menimbulkan reaksi.
• Fase efektor yaitu waktu terjadi respons yang kompleks (anafilaksis) sebagai efek bahan-bahan yang dilepas mastosit dengan aktivitas farmakologik.
Mekanisme Reaksi
Reaksi hipersensitivitas Tipe II
Reaksi tipe II disebut juga reaksi sitotoksik, terjadi karena dibentuknya antibodi jenis IgG atau IgM terhadap antigen yang merupakan bagian sel pejamu. Antibodi tersebut dapat mengaktifkan sel K sebagai efektor Antibody Dependent Cell Cytotoxicity (ADCC). Selanjutnya ikatan antigen-antibodi dapat mengaktifkan komplemen yang melalui reseptor C3b memudahkan fagositosis dan menimbulkan lisis.
Reaksi hipersensitivitas Tipe III
Reaksi tipe III disebut juga reaksi kompleks imun, terjadi bila kompleks antigen-antibodi ditemukan dalam jaringan atau sirkulasi/dinding pembuluh darah dan mengaktifkan komplemen. Antibodi di sini biasanya jenis IgM atau IgG. Komplemen yang diaktifkan kemudian melepas Macrophage Chemotactic Factor. Makrofag yang dikerahkan ke tempat tersebut melepaskan enzim yang dapat merusak jaringan sekitarnya.
Reaksi hipersensitivitas Tipe IV
Reaksi tipe IV disebut juga reaksi hipersensitivitas lambat, Cell Mediated Immunity (CMI), Delayed Type Hypersensitivity (DTH) atau reaksi tuberkolin yang timbul lebih dari 24 jam setelah tubuh terpapar dengan antigen. Reaksi terjadi karena respon sel T yang sudah disensitisasi terhadap antigen tertentu. Di sini tidak ada peranan antibodi. Akibat sensitisasi tersebut, sel T melepaskan limfokin, antara lain Macrophage Inhibition Factor (MIF) dan Macrophage Activation Factor (MAF). Makrofag yang diaktifkan dapat menimbulkan kerusakan jaringan
Perbandingan ke-4 tipe..
Lanjutan..