asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami...

133
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI POST SECTIO CAESAREA DENGAN NYERI AKUT DI RUANG FLAMBOYAN RSUD UNGARAN DISUSUN OLEH : MARDHIAS ALVY NURRIA NIM.P.14030 PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2017

Upload: others

Post on 27-Feb-2021

19 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG

MENGALAMI POST SECTIO CAESAREA

DENGAN NYERI AKUT DI RUANG

FLAMBOYAN RSUD UNGARAN

DISUSUN OLEH :

MARDHIAS ALVY NURRIA

NIM.P.14030

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2017

Page 2: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif

i

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG

MENGALAMI POST SECTIO CAESAREA

DENGAN NYERI AKUT DI RUANG

FLAMBOYAN RSUD UNGARAN

Karya Tulis Ilmiah

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Menyelesaikan Program Diploma Tiga Keperawatan

DI SUSUN OLEH :

MARDHIAS ALVY NURRIA

NIM.P.14030

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2017

Page 3: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif

ii

Page 4: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif

iii

Motto :

“Berangkat dengan penuh keyakinan

Berjalan dengan dengan penuh Keikhlasan

Istiqomah dalam menghadapi cobaan.

Jadilah seperti karang di laut yang kuat dihantam ombak dan kerjakanlah hal yang

bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain, karena hidup hanya sekali. Ingat

hanya pada ALLAH apapun dan dimanapun kita berada Kepada Dia-Lah tempat

meminta dan memohon. Berbesar hatilah untuk selalu bersabar dan menolong

sesama .”

Page 5: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif

iv

Page 6: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif

v

Page 7: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif

vi

Page 8: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena

berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya

Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami

post- sectio caesarea nyeri akut di ruang Flamboyan RSUD Ungaran.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat

bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan

ini9 penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya

kepada yang terhormat:

1. Wahyu Rima Agustina, S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku ketua STIKes Kusuma

Husada Surakarta yang telah memberikan kesempatan untuk dapat

menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta.

2. Meri Oktariani, S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku Ketua Program Studi D3

Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk menimba ilmu di

STIKes Kusuma Husada Surakarta.

3. Erlina Windyastuti, S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku Sekretaris Program Studi

D3 Keperawatan yang telah memberikan kesempatan dan arahan untuk

dapat menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta.

4. Nurul Devi Ardiani, S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku dosen pembimbing

sekaligus sebagai penguji yang telah membimbing dengan cermat,

memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam

bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.

5. Alfyana Nadya Rachmawati, S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku dosen penguji 1

yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan,

inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi

sempurnanya studi kasus ini.

6. Semua dosen Program Studi D3 Keperawatan STIKes Kusuma Husada

Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan

wawasannya serta ilmu yang bermanfaat.

Page 9: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif

viii

7. Pihak RSUD Ungaran yang telah memberikan lahan untuk melakukan

penelitian pada kasus post sectio caesarea dengan nyeri akut di ruang

Flamboyan.

8. Adikku yang selalu memberikan semangat, do’a dan dukungan.

9. Teman-teman Mahasiwa Program Studi D3 Keperawatan STIKes Kusuma

Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu-

persatu, yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual.

10. Kepada teman-teman kost bu purbo tercinta yang selalu memberikan

semangat, do’a dan dukungan.

Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

keperawatan dan kesehatan. Amin.

Surakarta, 19 Juli 2017

Penulis

Page 10: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ................................................................. i

PERNYATAAN TIDAK PLAGIATISME ............................. ii

MOTTO ..................................................................................... iii

LEMBAR PERSETUJUAN ..................................................... iv

LEMBAR PENGESAHAN ...................................................... vi

KATA PENGANTAR ............................................................... vii

DAFTAR ISI .............................................................................. ix

DAFTAR GAMBAR ................................................................. xii

DAFTAR TABEL ..................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................. xiv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ..................................................... 1

1.2 Batasan Masalah ................................................... 4

1.3Rumusan Masalah ................................................. 5

1.4 Tujuan ................................................................... 5

1.4.1 Tujuan Umum ............................................ 5

1.4.2 Tujuan Khusus ........................................... 5

1.5 Manfaat ................................................................ 6

1.5.1 Manfaat Teoritis ......................................... 6

1.5.2 Manfaat Praktis .......................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Post Partum ............................................. 8

2.1.1 Pengertian Post partum ............................... 8

2.1.2 Perubahan Masa Nifas ................................. 8

2.2 Konsep Sectio Caesarea ...................................... 9

Page 11: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif

x

2.2.1 Definisi ........................................................ 9

2.2.2 Etiologi ........................................................ 9

2.2.3 Patofisiologi ................................................. 10

2.2.4 Pathway ........................................................ 13

2.2.5 Penatalaksanaan ........................................... 14

2.2.6 Mekanisme Klinis ........................................ 17

2.2.7 Pemeriksaan Penunjang ............................... 17

2.2.8 Komplikasi ................................................... 18

2.3 Asuhan Keperawatan ............................................ 19

2.3.1 Pengkajian ..................................................... 19

2.3.2 Diagnosa Keperawatan ................................. 22

2.2.3 Perencanaan .................................................. 23

2.2.4 Implementasi ................................................. 27

2.2.5 Evaluasi ......................................................... 28

2.4 Konsep Nyeri ........................................................ 28

2.4.1 Definisi ........................................................ 28

2.4.2 Klasifikasi .................................................... 28

2.4.3 Komponen Pengkajian ................................. 29

2.5 Konsep Relaksasi Autogenik ................................ 29

2.5.1 Definisi ......................................................... 29

2.5.2 Mekanisme ................................................... 30

2.5.3 Prosedur Tindakan ........................................ 30

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian.................................................... 32

3.2 Batasan Istilah ........................................................ 32

3.3 Partisipan ................................................................ 33

3.4 Lokasi Dan Waktu ................................................. 33

3.5 Pengumpulan Data ................................................. 34

Page 12: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif

xi

3.6 Uji Keabsahan Data ...................................... 37

3.7 Analisa Data .................................................. 39

BAB IV HASIL

4.1 Hasil .............................................................. 42

4.1.1 Gambaran Lokasi ................................ 42

4.1.2 Pengkajian .......................................... 43

4.1.3 Analisa Data ........................................ 48

4.1.4 Perioritas Diagnosa ............................. 50

4.1.5 Intervensi ............................................. 50

4.1.6 Implementasi ....................................... 53

4.1.7 Evaluasi ............................................... 61

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Pembahasan ................................................... 66

5.1.1 Pengkajian ............................................ 67

5.1.2 Diagnosa ............................................... 69

5.1.3 Intervensi .............................................. 69

5.1.4 Implementasi ........................................ 71

5.1.5 Evaluasi ................................................ 75

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ................................................... 80

6.1.1 Pengkajian ........................................... 80

6.1.2 Diagnosa .............................................. 82

6.1.3 Intervensi ............................................. 82

6.1.4 Implementasi ....................................... 82

6.1.5 Evaluasi ............................................... 83

6.2 Saran ............................................................. 84

6.2.1 Bagi Rumah Sakit ............................... 84

6.2.2 Bagi Perawat ....................................... 84

6.2.3 Bagi Institusi ....................................... 85

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 13: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

2.1 Gambar Pathway Post- Sectio Caesare .............. 13

Page 14: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

4.1 Tabel Identitas Pasien ........................................ 43

4.2 Tabel Identitas Penanggung Jawab ................... 43

4.3 Tabel Riwayat Kesehatan .................................. 43

4.4 Tabel Pemeriksaan Fisik ................................... 45

4.5 Tabel Riwayat Persalinan .................................. 46

4.6 Tabel Pola Kesehatan ........................................ 47

4.7 Tabel Pemeriksaan Penunjang .......................... 48

4.8 Tabel Analisa Data ............................................ 48

4.9 Tabel Diagnosa .................................................. 50

4.10 Tabel Perencanaan ........................................... 50

4.11 Tabel Implementasi ......................................... 53

4.12 Tabel Evaluasi ................................................. 61

Page 15: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif

xiv

LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 2. Lembar Konsultasi

Lampiran 3. Lembar Audience

Lampiran 4. Observasi Skala Nyeri

Lampiran 5. Jurnal Tindakan

Lampiran 6. Asuhan Keperawat

Page 16: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Setiap wanita menginginkan persalinannya berjalan lancar dan dapat

melahirkan bayi dengan sempurna. Ada dua cara persalinan yaitu persalinan

lewat vagina yang lebih dikenal dengan persalinan alami dan persalinan

caesar atau sectio caesarea yaitu tindakan operasi untuk mengeluarkan bayi

dengan melalui insisi pada dinding perut dan didnding rahim dengan

syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram. Dalam

istilah bahasa asing post berarti setelah dan post sectio caesarea adalah

tindakan setelah operasi untuk mengeluarkan bayi dengan melalui insisi

pada dinding perut (Wiknjosatro, 2007 dalam Nurhayati , 2015).

Di Indonesia angka kejadian sectio caesarea mengalami peningkatan

pada tahun 2000 jumlah ibu bersalin dengan sectio caesarea 47,22%,

tahun 2001 sebesar 45,19%, tahun 2002, sebesar 47,13%, tahun 2003

sebesar 46,87%, tahun 2004 sebesar 53,2%, tahun 2005 sebesar 51,59%,

dan tahun 2006 sebesar 53,68% dan tahun 2007 belum terdapat data yang

signifikan (Grace, 2007 dalam Nurhayati, 2015). Survei Nasional tahun

2009, 921.000 persalinan dengan sectio dari 4.039.000 persalinan atau

sekitar 22,8% dari seluruh persalinan ( Nurhayati, 2015).

Tindakan sectio caesarea merupakan pilihan utama bagi tenaga medis

untuk menyelamatkan ibu dan janin. Ada bebeapa indikasi dilakukan tindakan

sectio caesarea adalah gawat janin, pinggul sempit, persalinan tidak maju,

Page 17: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif

2

plasenta previa, prolapsus tali pusat letak lintang (Norwitz E & Schorge J,

2007 dalam Nurhayati, 2015), panggul sempit dan Preeklamsia (Jitowiyono

S & Kristiyanasari W, 2010 dalam Nurhayati, 2015). World Health

Organization (WHO) menetapkan standar rata-rata sectio caesarea di sebuah

negara adalah sekitar 5-15 % per 1000 kelahiran di dunia. Rumah Sakit

pemerintah kira – kira 11 % sementara Rumah Sakit swasta lebih dari 30%

(Gibbson L. et all, 2010 dalam Nurhayati, 2015). Menurut WHO

peningkatan persalinan dengan sectio caesarea diseluruh negara selama

tahun 2007 – 2008 yaitu 110.000 per kelahiran di seluruh Asia (Kounteya,

2010 dalam Nurhayati, 2015).

Dengan meningkatnya frekuensi sectio caesarea ini, maka dapat

meningkat pula angka kejadian ibu hamil dengan riwayat pernah melahirkan

dengan sectio caesarea serta penyulit yang dialami saat persalinan. Di

Inggris, frekuensi sectio caesarea ulangan pada ibu yang pernah sectio

caesarea sebelumnya sekitar 28% dari kelahiran yang ada. Selain itu, di

Australia selatan sekitar 56,6% sectio caesarea elektif dan 13,9% sectio

caesarea emergensi dialami oleh ibu yang pernah sectio caesarea

sebelumnya. Kasus persalinan pada ibu dengan riwayat sectio caesarea

pada persalinan sebelumnya pada tahun 2004 sekitar 8,90%. Kehamilan dan

persalinan dengan riwayat sectio caesarea sebelumnya akan mendapat

risiko terjadinya morbiditas dan mortalitas yang meningkat terutama

berhubungan dengan parut uterus. Selain itu berdasarkan penelitian

epidemiologik baik di rumah sakit rujukan dan di luar rumah sakit didapatkan

berbagai macam masalah kesehatan ibu hamil yang tercakup ke dalam dua

Page 18: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif

3

puluh faktor risiko yang menggolongkan kehamilan dengan bekas sectio

caesarea ke dalam kelompok faktor risiko I atau ibu dengan risiko tinggi

sehingga persalinannya harus dilakukan di rumah sakit dengan fasilitas

yang memadai dan ibu dengan kehamilan bekas sectio caesarea menjalani

rujukan dini berencana(Afriani, 2013).

Melahirkan dengan SC membutuhkan waktu yang cukup lama untuk

mengembalikan organ-organ tubuh seperti sebelum hamil. Operasi SC

memerlukan perawatan yang lebih lama dibandingkan dengan persalinan yang

dilakukan secara alami, yaitu sekitar 4-6 minggu. Faktor masih banyaknya

ketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif dapat

mempengaruhi kondisi psikologis berupa kecemasan, kekecewaan, rasa takut,

frustasi karena kehilangan kontrol, dan kehilangan harga diri (Yugistyowati,

2013) .

Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak

menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.

Nyeri yang dirasakan seseorang mempunyai rentang nyeri yang berbeda-

beda dari satu orang ke orang lainnya. Rasa nyeri ini dapat timbul akibat

trauma fisik yang disengaja atau tidak disengaja. Salah satu trauma fisik

yang disengaja yaitu luka operasi sectio cesarea. Sectio cesarea itu sendiri

adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu

insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat dinding rahim

dalam keadaan utuh ( Widiatie, 2015).

Salah satu metode untuk mengatasi nyeri secara non-farmakologis adalah

terapi relaksasi autogenik (Asmadi, 2008 dalam Nurhayati, 2015). Relaksasi

Page 19: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif

4

merupakan suatu keadaan dimana seseorang merasakan bebas mental dan

fisik dari ketegangan dan stress. Teknik relaksasi bertujuan agar individu

dapat mengontrol diri ketika terjadi 30 rasa ketegangan dan stres yang

membuat individu merasa dalam kondisi yang tidak nyaman (Potter &

Perry, 2005 dalam Nurhayati, 2015).

Pada keadaan pasien post sectio caesarea sangat penting adanya peran

perawat dalam membantu mengembalikan kesehatan individu tersebut.

Perawat dapat memberikan bantuan kepada pasien post sectio caesarea

dengan melakukan prosedur yang tepat melalui pemberian asuhan

keperawatan, memperbaiki instruksi yang diberikan, dan pemberian informasi

tentang kesehatan secara individual, sehingga secara bertahap klien mampu

memenuhi kebutuhannya sendiri. Perawatan yang dibutuhkan ibu selama masa

nifas yaitu membantu ibu memantau dan mempertahankan kesehatannya

dengan memberikan informasi kesehatan dan keterampilan yang tepat. Pada

masa nifas perawatan yang dibutuhkan oleh klien antara lain: pemenuhan

kebutuhan nutrisi, mobilisasi, eliminasi, personal hygiene, perawatan

payudara, teknik menyusui yang benar, perawatan luka jahit agar tidak terjadi

infeksi, dan pengawasan involusi uteri(Yugistyowati, 2013).

Dari latar belakang tersebut, penulis tertarik melakukan pengelolaan kasus

keperawatan dalam bentuk Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan

Keperawatan Pada Pasien Post Sectio Caesarea Dengan Nyeri Akut Di Ruang

Flamboyan RSUD Ungaran.

Page 20: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif

5

1.2 Batasan Masalah

Masalah pada studi kasus ini dibatasi pada asuhan keperawatan pada pasien

post sectio caesarea dengan nyeri akut di ruang Flamboyan RSUD Ungaran.

1.3 Rumusan Masalah

Bagaimanakah asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami post sectio

caesarea dengan nyeri akut di ruang Flamboyan RSUD Ungaran?

1.4 Tujuan

Tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini, antara lain sebagai berikut :

1.4.1 Tujuan Umum

Melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami

post sectio caesarea dengan nyeri akut di ruang Flamboyan RSUD

Ungaran.

1.4.2 Tujuan Khusus

a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada pasien yang

mengalami post sectio caesarea dengan nyeri akut di ruang

Flamboyan RSUD Ungaran.

b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien

yang mengalami post sectio caesarea dengan dengan nyeri akut

di ruang Flamboyan RSUD Ungaran.

c. Penulis mampu menyusun intervensi pada pasien yang

mengalami post sectio caesarea dengan nyeri akut di ruang

Flamboyan RSUD Ungaran.

Page 21: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif

6

d. Penulis mampu melakukan implementasi pada pasien yang

mengalami post sectio caesarea dengan nyeri akut di ruang

Flamboyan RSUD Ungaran.

e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada pasien yang

mengalami post sectio caesarea dengan nyeri akut di ruang

Flamboyan RSUD Ungaran.

1.5 Manfaat

1.5. 1 Teoritis

a) Sebagai wacana untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan

asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami post sectio

caesarea dengan nyeri akut.

b) Sebagai wacana untuk studi kasus berikutnya terutama dalam

asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami post sectio

caesarea dengan nyeri akut.

1.5.2 Praktis

1) Rumah sakit

Hasil studi kasus ini dapat menjadi masukan bagi pelayanan di

rumah sakit agar dapat meningkatkan mutu pemberian asuhan

keperawatan pada klien post sectio caesarea dengan nyeri akut.

2) Tenaga kesehatan khususnya perawat

Sebagai acuan dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan

dalam memberikan asuhan keperawatan secara komperhensif

terutama pada pasien dengan post sectio caesarea dengan nyeri

akut.

Page 22: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif

7

3) Institusi pendidikan

Sebagai referensi dan wacana dalam perkembangan ilmu

pengetahuan khususnya dalam bidang perawatan pasien dengan

post sectio caesarea dengan nyeri akut di masa akan datang dan

acuan bagi pengembangan laporan kasus sejenis.

4) Penulis selanjutnya

Menambah wawasan dan pengalaman tentang konsep penyakit

serta penatalaksanaannya dalam aplikasi langsung melalui

proses keperawatan dengan basis ilmu keperawatan dalam

memberikan asuhan keperawatan pada pasien post sectio

caesarea dengan nyeri akut.

Page 23: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Post Partum

2.1.1 Pengertian Post Partum

Post Partum merupakan periode waktu atau masa dimana

organ-organ reproduksi kembali kepada keadaan tidak hamil

membutuhkan waktu sekitar 6 minggu. Post partum adalah masa

sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas (puerperium) yaitu

masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali

alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Post partum adalah masa 6

minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi sampai

kembali ke keadaan normal sebelum hamil (Kirana, 2015).

2.1.2 Perubahan Pada Masa Nifas

Pada ibu Post Partum mengalami perubahan-perubahan baik

secara fisiologis maupun psikologis. Perubahan yang terjadi pada

adaptasi fisiologis, ibu mengalami perubahan sistem reproduksi

dimana ibu mengalami proses involusio uteri, laktasi dan perubahan

hormonal. sedangkan perubahan pada adaptasi psikologis adanya

rasa ketakutan dan kekhawatiran pada ibu yang baru melahirkan, dan

hal ini akan berdampak kepada ibu yang berada dalam masa nifas

menjadi sensitif terhadap faktor-faktor yang mana dalam keadaan

normal mampu diatasinya (Kirana, 2015).

Page 24: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif

9

2.2 Konsep Sectio Caesarea

2.2.1 Definisi

Operasi Caesarea atau sering disebut dengan sectio

caesarea adalah melahirkan janin melalui sayatan dinding perut

(abdomen) dan dinding rahim (uterus ) (Jitowiyono & Weni,

2012). Sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan, dimana

janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding

perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh

serta berat janin diatas 500 gram ( Wiknjosastro, 2005 dalam

Jitowiyono dkk , 2012).

Sectio caesarea adalah tindakan untuk melahirkan bayi

melalui pembedahan abdomendinding uterus (Nugroho, 2011).

Dalam istilah bahasa asing post berarti setelah dan post – sectio

caesarea adalah tindakan setelah operasi untuk mengeluarkan bayi

dengan melalui insisi pada dinding perut (Wiknjosatro, 2007

dalam Nurhayati, 2015).

Menurut dari beberapa ahli penulis menyimpulkan Sectio

caesarea adalah tindakan untuk mengeluarkan bayi dengan cara

pembedahan pada dinding perut, dinding rahim dan dilakukan

diruang Operasi.

2.2.2 Etiologi

1. Indikasi yang berasal dari ibu (etiologi)

Page 25: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif

10

Indikasi yang berasal dari ibu yaitu pada

primigravida dengan kelainan letak, primipara tua disertai

kelainan letak ada, disproporsi selfalo pelvik

(disproporsi/panggul) ada, sejarah kehamilan dan

persalinan yang buruk, terdapat kesempitan panggul,

plasenta previa terutama pada primigravida, solutsio

plasenta previa terutama pada primigravida, solutsio

plasenta tingkat I – II, komplikasi kehamilan yaitu

preeklamsia-eklampsia, atas permintaan kehamilan yang

disertai penyakit (jantung,DM) ,gangguan perjalanan

persalinan (kista ovarium, mioma uteri dan sebagainya)

(Jitowiyono & Weni, 2012).

2. Indikasi yang berasal dari janin

Fetel distress/ gawat janin, mal presentasi dan mal

posisi kedudukan janin, prolapsus tali pusat dengan

pembekuaan kecil, kegagalan persalinan vakum atau

forseps ekstraksi (Jitowiyono & Weni, 2012).

2.2.3 Patofisiologi

Sectio caesarea merupakan tindakan untuk melahirkan bayi

dengan berat di atas 500 gr dengan sayatan pada dinding uterus

yang masih utuh. Indikasi dilakukan tindakan ini yaitu distorsi

kepala panggul, disfungsi uterus, distorsi jaringan lunak, plasenta

previa dll, untuk ibu. Sedangkan untuk janin adalah gawat janin .

Page 26: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif

11

Janin besar dan letak lintang serta dilakukan SC ibu akan

mengalami adaptasi post partum baik dari aspek kognitif berupa

kurang pengetahuan. Akibat kurang informasi dan dari aspek

fisiologis yaitu produk oxitosin yang tidak adekuat akan

mengakibatkan ASI yang keluar hanya sedikit, luka dari insisi akan

menjadi post de entris bagi kuman. Oleh karena itu perlu di berikan

antibiotik dan perawatan luka dengan prinsip steril. Nyeri adalah

salah utama karena insisi yang mengakibatkan gangguan rasa

nyaman.

Sebelum dilakukan operasi pasien perlu dilakukan anestesi

bisa bersifat regional dan umum. Namun anestesi umum lebih

banyak pengaruhnya terhadap janin maupun ibu anestesi janin

sehingga kadang-kadang bayi lahir dalam keadaan apnea yang

tidak dapat diatasi dengan mudah. Akibatnya janin bisa mati,

sedangkan pengaruhnya anestesi bagi ibu sendiri yaitu terhadap

tonus uteri berupa atonia uteri sehingga darah banyak yang keluar.

Untuk pengaruh terhadap nafas yaitu jalan nafas yang tidak efektif

akibat sekret yang berlebihan karena kerja otot nafas silia yang

menutup. Anestesi ini juga mempengaruhi saluran pencernaan

dengan menurunkan mobilitas usus. Setiap yang telah diketahui

setelah makanan masuk lambung akan terjadiproses penghancuran

dengan bantuan peristaltik usus. Kemudian diserap untuk

metabolisme sehingga tubuh memperoleh energi. Akibat dari

mortilitas yang menurun maka peristaltik juga menurun. Makanan

Page 27: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif

12

yang ada dilambung akan menumpuk dan karena reflek untuk

batuk menurun. Maka pasien sangat beresiko terhadap aspirasi

sehingga perlu dipasang pipa endotracheal. Selain itu motilitas

yang menurun juga berakibat pada perubahan pola eliminasi yaitu

konstipasi (Saifuddin dkk , 2002 dalam Aspiani , 2017).

Page 28: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif

13

2.2.4 Pathway

Post Anestesi Sectio Caesarea Post Partum Nifas

Penekanan Medula Penurunan Kerja Luka Post Operasi

Oblongata PONS

Jaringan Jaringan

Penurunan Reflek penurunan kerja Terbuka Terputus

Batuk otot-otot eliminasi

Proteksi merangsang

Akumulasi sekret konstipasi kurang respon nyeri

Invasi bakteri Nyeri

Penurunan progesterone

dan esterogen

kontraksi uterus

Inovasi

Adekuat Tidak adekuat

Pengeluaran lochea Perdarahan

Hb kekurangan vol.cairan dan elektrolit

Kurang O2

Kelemahan

Gambar 2.1 Pathway Post - SC

(Aspiani , 2017 ; Nurarif & Hardhi, 2015)

Indikasi Sectio Caesarea

a. CPD (Chepaio Pelvik Disproportion)

b. PEB (Pre-Eklamsi Berat)

c. KPD (Ketuban Pecah Dini)

d. Bayi Kembar

e. Faktor Hambatan Jalan Lahir

f. Kelainan Letak Janin

1. Kelaianan pada letak kepala

a. Letak kepala tengadah

b. Presentasi muka

c. Presentasi dahi

2. Letak sumsang

Nyeri

Akut

Resiko

Infeksi

Bersihan jalan nafas

tidak efektif Gangguan

mobilitas fisik

Defisit perawatan diri

Page 29: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif

14

2.2.5 Penatalaksanaan

1) Penatalaksaan Medis

a. Analgesisa

Wanita dengan ukuran tubuh rata-rata dapat disuntik 75mg

meperidin (intra muskuler) setiap 3 jam sekali, bila

diperlukan untuk megatasi rasa sakit atau dapat disuntikan

dengan cara serupa 10 mg morfin.

1. Wanita dengan ukuran tubuh kecil, dosis meperidin

yang diberikan adalah 50 mg.

2. Wanita dengan ukuran besar, dosis yang lebih tepat

adalah 100 mg meperidin.

3. Obat-obatan antiemetik, misalnya protasin 25 mg

biasanya diberikan bersama-sama dengan pemberian

preparat narkotik.

b. Terapi cairan dan diet

Untuk pedoman umum, pemberian larutan RL, terbukti

sudah cukup selama pembedahan dan dalam 24 jam

pertama berikutnya, meskipun demikian, jika output urine

jauh dibawah 30 ml/jam, pasien harus segera di evaluasi

kembali paling lambat pada hari kedua .

c. Laboratorium

Secara rutin hematokrit diukur pada pagi setelah operasi

hematokrit tersebut harus segera di cek kembali bila

Page 30: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif

15

terdapat kehilangan darah yang tidak biasa atau keadaan

lain yang menunjukkan hipovolemia.

d. Vesika urinaris dan usus

Kateter dapat dilepaskan setelah 12 jam, post operasi atau

pada keesokan paginya setelah operasi. Biasanya bising

usus belum terdengar pada hari pertama setelah, pada hari

kedua bising usus masih lemah, dan usus baru aktif

kembali, pada hari ketiga.

(Jitowiyono & Weni, 2012).

2) Penatalaksanaan Keperawatan

a. Tanda-tanda vital

Tanda-tanda vital harus diperiksa 4 jam sekali, perhatikan

tekanan darah, nadi jumlah urine serta jumlah darah yang

hilang dan keadaan fundus harus diperiksa.

b. Vesika urinaris dan usus

Kateter dapat dilepaskan setelah 12 jam, post operasi atau

pada keesokan paginya setelah operasi. Biasanya bising

usus belum terdengar pada hari pertama setelah, pada hari

kedua bising usus masih lemah, dan usus baru aktif

kembali, pada hari ketiga.

c. Ambulasi

Pada hari pertama setelah pembedahan, pasien dengan

bantuan perawatan dapat bangun dari tempat tidur sebentar,

Page 31: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif

16

sekurang –kurang 2 kali pada hari kedua pasien dapat

berjalan dengan pertolongan.

d. Perawatan luka

Luka insisi di inspeksi setiap hari, sehingga pembalut luka

yang alternatif ringan tanpa banyak plester sangat

menguntungkan, secara normal jahitan kulit dapat diangkat

setelah hari ke empat setelah pembedahan. Paling lambat

hari ke tiga post partum, pasien dapat mandi tanpa

membahayakan luka insisi.

e. Perawatan payudara

Pemberian ASI dapat dimulai pada hari post operasi jika ibu

memutuskan tidak menyusui, pemasangan pembalut

payudara yang mengencangkan payudara tanpa banyak

menimbulkan kompesi, biasanya mengurangi rasa nyeri.

f. Memulangkan pasien dari rumah sakit

Seorang pasien yang baru melahirkan mungkin lebih aman

bila diperbolehkan pulang dari rumah sakit pada hari ke

empat dan hari ke lima post operasi, aktivitas ibu

seminggunya harus dibatasi hanya untuk perawatan bayinya

dengan bantuan orang lain .

(Jitowiyono & Weni, 2012).

Page 32: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif

17

2.2.6 Manifestasi klinis

1. Plasenta previa sentralis dan lateralis (posterior).

2. Panggul sempit .

3. Disporsi sefalopelvik : yaitu ketidakseimbangan antara

ukuran kepala dan ukuran panggul.

4. Rupture uteri mengancam .

5. Partus lama (prolonged labor).

6. Partus tak maju (obstructed labor).

7. Distosia serviks.

8. Pre-eklamsia dan hipertensi.

9. Malpresentasi janin

1) Letak lintang.

2) Letak bokong.

3) Presentasi dahi dan muka (letak defleksi).

4) Presentasi rangkap jika reposisi tidak berhasil.

5) Gemeli.

( Nurarif & Hardhi , 2015).

2.2.7 Pemeriksaan Penunjang

1. Pemantauan janin terhadap kesehatan janin

2. Pemantauan EKG

3. Elektrolit

4. Hemoglobin /hematokrit

5. Golongan darah

Page 33: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif

18

6. Urinalisis

7. Amniosentesis terhadap maturitas paru janin sesuai indikasi

8. Pemeriksaan sinar x sesuai indikasi

9. Ultrasound sesuai pesanan

(tucker dkk, 1998 dalam Nurarif & Hardhi, 2015).

2.2.8 Komplikasi

1. Infeksi puerperal

Komplikasi ini bisa bersifat ringan, seperti kenaikan suhu

selama beberapa hari dalam masa nifas, bersifat berat seperti

peritoniti, sepsis dsb.

2. Perdarahan

Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika

cabang-cabang arteri ikut terbuka, atau karena atonia uteri.

3. Komlikasi–kompikasi lain seperti luka kandung kencing,

embolisme paru-paru, dan sebagainya sangat jarang terjadi.

4. Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak, ialah kurang

kuatnya parut pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan

berikutnya bisa terjadi ruptura uteri. Kemungkinan peristiwa

ini lebih banyak ditemukan sesudah sectio cesarea (Jitowiyono

dkk , 2012).

Page 34: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif

19

2.3 Asuhan Keperawatan

2.3.1 Pengkajian

Menurut Hermand dkk (2015), pengkajian adalah langkah

awal dari tahapan proses keperawatan, kemudian dalam

mengkaji harus memperhatikan data dasar dari pasien, untuk

informasi yang diharapakan dari pasien. Pengkajian keperawatan

pada seluruh tingkat analisis (individu, keluarga, komunitas) terdiri

atas data subjektif dari seseorang atau kelompok, dan data objektif

dari pemeriksaan diagnostik dan sumber lain. Pengkajian individu

terdiri atas riwayat kesehatan (data subjektif) dan pemeriksaan fisik

(data objektif) .

a. Identitas Pasien

Meliputi nama, umur, pendidikan, suku bangsa, pekerjaan

agama, alamat, status perkawinan, ruang rawat, nomor

medical record, diagnosa medis, yang mengirim, cara

masuk, alasan masuk, keadaan umum, tanda-tanda vital .

b. Data Riwayat Kesehatan

1) Riwayat kesehatan sekarang

Meliputi keluhan atau yang berhubungan dengan

gangguan atau penyakit dirasakan saat ini dan

keluhan yang dirasakan setelah pasien operasi.

2) Riwayat kesehatan dahulu

Meliputi penyakit yang lain yang dapat

mempengaruhi penyakit sekarang, maksudnya

Page 35: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif

20

apakah pasien pernah mengalami penyakit yang

sama (plasenta previa).

3) Riwayat kesehatan keluarga

Meliputi penyakit yang diderita pasien dan apakah

keluarga pasien ada juga mempunyai riwayat

persalinan plasenta previa.

c. Data psikologis

1. Pasien biasanya dalam keadaan labil.

2. Pasien biasanya cemas akan keadaan seksualitasnya.

3. Harga diri pasien terganggu.

d. Pemeriksaan penunjang

1. USG, untuk menentukan letak impiantasi.

2. Pemeriksaan hemoglobin dan hematokrit.

e. Pengkajian ibu post partum

a) Keadaan umum

b) Kesadaran

c) Berat badan

d) Tinngi badan

f. Pemeriksaan fisik

a) Tanda-tanda vital

b) head to toe

c) Dada

Jantung

Inspeksi : Seperti tak tampak retraksi dinding dada

Page 36: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif

21

Perkusi : Bunyi pekak

Palpasi : Seperti tak ada nyeri tekan, tak teraba ictus cordis

Auskultasi : Seperti S1-S2 reguler

Paru

Inspeksi : Seperti tidak ada jejas

Perkusi : Bunyi sonor

Palpasi :Seperti tak ada nyeri tekan, fokal fremitus

seimbang kanan dan kiri

Auskultasi : Vesikuler

d) Payudara :Kesan umum, puting susu, pengeluaran ASI

e) Abdomen

Inspeksi :Diastasis rektus abdominalis, posisi.

Auskultasi :Fungsi pencernaan untuk mengetahui bising usus.

Perkusi : kuadran I bunyi pekak, kuadran II,III,IV tympani.

Palpasi :a. Inovolusi uterus: suatu proses dimana uterus

kembali kekondisi sebelum hamil.

b. Fundus uterus.

c. Kandung Kemih.

d. Kontraksi.

f) Genetalia

a. Vagina (Intergritas kulit, edema,hematom)

b. Perinium : Utuh/episiotomi/ruptur

Tanda REEDA :

Rednees : seperti tidak ada kemerahan

Page 37: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif

22

Echomosis :seperti tidak ada kebiruan

Edema : seperti tidak ada pembengkakan

Dischargment : seperti tidak ada cairan sekresi yang keluar

Approximate : seperti ada jahitan luka post SC

c. Lokhea (jumlah, jenis,konsistensi, bau)

g) Ekstermitas : seperti tidak ada bengkak, tidak ada varises.

h) Mobilitas dan latihan

i) Eliminasi

j) Nutrisi dan cairan

(Jitowiyono & Weni, 2012).

2.3.2 Diagnosis Keperawatan

Diagnosis keperawatan adalah penilaian klinis tentang

respons manusia terhadap gangguan kesehatan atau proses

kehidupan, atau kerentangan respons dari seorang individu ,

keluarga, kelompok, atau komunitas. Diagnosis keperawatan

biasanya berisi dua bagian yaitu deskription atau pengubah, fokus

diagnosis, atau konsep kunci dari diagnosis ( Hermand dkk 2015 ).

Menurut (Aspiani , 2017) diagnosa yang muncul pada kasus post-

sectio caesarea adalah :

1. Nyeri akut (00132) b.d agens cedera fisik.

2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas (00031) b.d sekresi

yang bertahan.

3. Hambatan mobilitas fisik (00085) b.d keengganan memulai

pergerakan.

Page 38: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif

23

4. Risiko infeksi (00004) b.d prosedur invasif.

5. Defisit perawatan diri (00108) b.d kelemahan fisik.

2.3.3 Perencanaan /Intervensi

Intervensi keperawatan merupakan suatu perawatan yang

dilakukan perawat berdasarkan peenilaian klinis dan pengetahuan

perawat untuk meningkatkan outcome pasien atau klien. Intervensi

keperawatan mencakup baik perawatan langsung dan tidak

langsung yang ditujukan pada individu, keluarga dan masyarakat,

serta orang-orang dirujuk oleh perawat, dirujuk oleh dokter

maupun pemberi pelayanan kesehatan lainnya (Bullechek et al

2015).

Menurut pendapat (Bullechek et al 2015) intervensi yang muncul

pada kasus post-sectio caesarea adalah :

a. Nyeri akut b.d agens cedera fisik

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam

nyeri pada klien dapat teratasi dengan Kriteria hasil :

a) Klien dapat mengetahui penyebab nyeri .

b) Klien mampu menggunakan teknik non farmakologi untuk

mengurangi nyeri , dan tindakan pencegahan nyeri.

c) Klien melaporkan nyeri berkurang dengan menggunakan

manajemen nyeri dan skala nyeri menjadi skala 1-2.

d) Tanda-tanda vital dalam batas normal.

e) Ekspresi wajah tenang.

Page 39: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif

24

Intervesi :

Manajemen Nyeri (1400) :

a) Kaji skala nyeri

b) Beri terapi musik untuk mengurangi nyeri.

c) Ajarkan penggunaan teknik non farmakologi (terapi

relaksasi autogenik ).

Monitor tanda-tanda vital (6680) :

Monitor tekanan darah, nadi, suhu, dan status pernafasan

dengan tepat

Pemberian Analgesik (2210) :

Kalaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi analgesik.

b. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d sekresi yang

bertahan

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam

klien menunjukan ketidakefektifan bersihan jalan nafas

dengan status pernafasan adekuat dengan

Kriteria hasil :

a) Klien mudah untuk bernafas.

b) Tidak ada sianosis , tidak ada dispneu .

c) Saturasi O2 dalam batas normal.

d) Jalan nafas paten.

e) Mengeluarkan sekresi secara efektif.

Page 40: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif

25

Intervesi :

Monitor pernafasan (3350)

Monitor kecepatan, irama, kedalaman, dan kesulitan

bernafas.

Manajemen jalan nafas (3140)

a) Auskultasi jalan nafas.

b) Ajarkan batuk efektif.

Terapi oksigen (3320)

Kalaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi O2.

c. Hambatan mobilitas fisik b.d Keengganan memulai

pergerakan

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam

hambatan mobilitas fisik dapat teratasi dengan

Kriteria hasil :

a) Aktifitas fisik meningkat.

b) Melaporkan perasaan peningkatan kekuatan dan

kemampuan dalam bergerak.

Intervesi :

Manajemen energi (0180)

Kaji kemampuan klien dalam melakukan mobilitas.

Terapi latihan ambulasi (0221)

a) Beri terapi ambulasi (tukar posisi)

b) Kalaborasi dengan ahli fisioterapi.

Relaksasi otot progresif (1460)

Page 41: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif

26

Ajarkan teknik relaksasi otot progresif.

d. Risiko infeksi b.d prosedur invasif

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam

risiko infeksi dapat teratasi dengan

Kriteria hasil :

a) Klien tidak menunjukan tanda-tanda infeksi.

b) Suhu tubuh normal (36,5 0C – 37

0C ).

c) Nadi normal 60-100 x/memit.

d) Frekuensi nafas normal (16-24 x/menit).

e) Tidak berbau dan tidak mengeluarkan nanah.

Intervesi :

Kontrol infeksi (6540)

a) Kaji tanda dan gejala infeksi.

b) Ajarkan cara menghindari infeksi.

c) pemberian antibiotik.

Perawatan luka (3660)

Lakukan perawatan luka pada post operasi .

e. Defisit perawatan diri b.d kelemahan fisik

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam

defisit perawatan diri dapat teratasi dengan

Kriteria hasil :

a) Klien menerima bantuan atau perawatan total dari

pemberi perawatan jika diperlukan.

Page 42: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif

27

b) Klien mengungkapkan secara verbal kepuasan tentang

kebersihan tubuh dan hygiene mulut.

c) Klien mempertahankan mobilitas yang diperlukan untuk

ke kamar mandi dan menyediakan perlengkapan mandi.

d) Klien mampu membersihkan dan mengeringkan tubuh .

e) Klien mampu melakukan perawatan mulut .

Intervesi :

Manajemen energi (0180)

a) Kaji kemampuan klien untuk menggunakan alat bantu.

b) Pantau kemampuan klien terhadap perlengkapan alat-alat

untuk kebersihan diri .

Bantuan perawatan diri: mandi/kebersihan (1801)

Beri bantuan sampai klien mampu untuk melakukan

perawatan diri.

Dukung pengambilan keputusan (5250)

Dukung kemandirian dalam melakukan mandi dan hygiene

mulut , bantu klien hanya jika diperlukan.

2.3.4 Implementasi

Implementasi adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan

rencana asuhan keperawatan dalam bentuk intervensi keperawatan

guna membantu klien mencapai tujuan yang telah ditetapkan

(Asmadi, 2008).

Page 43: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif

28

2.3.5 Evaluasi

Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang

merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana antara

hasil akhir yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat

pada tahap perencanaan(Asmiadi, 2008).

2.4 Konsep Nyeri

2.4.1 Definisi

Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang

tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual

atau potensial. Nyeri yang dirasakan seseorang mempunyai

rentang nyeri yang berbeda-beda dari satu orang ke orang lainnya.

Rasa nyeri ini dapat timbul akibat trauma fisik yang disengaja

atau tidak disengaja( Widiatie, 2015).

Nyeri terjadi akibat adanya kerusakan jaringan yang nyata,

nyeri yang demikian dinamakan nyeri akut yang dapat menghilang

seiring dengan penyembuhan jaringan dan nyeri yang demikian

sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari.

2.4.2 Klasifikasi

Menurut Andarmoyo 2013, nyeri dapat diklasifikasikan

berdasarkan durasinya menjadi dua ,yaitu :

a. Nyeri Akut

Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi setelah cidera

akut, penyakit, atau intervensi bedah dan memiliki awitan

Page 44: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif

29

yang cepat, dengan intensitas yang bervariasi (ringan

sampai berat) dan berlangsung untuk waktu singkat.

b. Nyeri Kronis

Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau intermitten

yang menetap sepanjang suatu periode waktu. Nyeri kronik

berlangsung lama, intensitas yang bervariasi, dan biasanya

berlangsung lebih dari 6 bulan.

2.4.3 Komponen pengkajian

Komponen pengkajian analisis symptom meliputi

(PQRST): P (Paliatif/Profocatif: yang menyebabkan timbulnya

masalah), Q (Quality: kualitas nyeri yang dirasakan), R (Regio:

lokasi nyeri), S (Severity: keparahan), T (Time: waktu)

(Andarmoyo, 2013).

2.5 Konsep Relaksasi Autogenik

2.5.1 Definisi

Relaksasi merupakan suatu keadaan dimana seseorang

merasakan bebas mental dan fisik dari ketegangan dan stress.

Relaksasi autogenik merupakan relaksasi yang bersumber dari

diri sendiri dengan menggunakan kata-kata atau kalimat pendek

yang bisa membuat pikiran menjadi tenang(Nurhayati, 2015).

2.5.2 Mekanisme

Pada tahap mudulasi dilakukan, mekanisme memblok

rangsang nyeri dari spinal cord ke otak dan metode pokok untuk

Page 45: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif

30

proses ini menggunakan teori gate control dimana relaksasi

autogenik menjadi bagian dari teori gate control ini, sehingga

terjadi penurunan nyeri (Melzack, 2008 dalam Nurhayati 2015).

2.5.3 Prosedur Tindakan

Teknik relaksasi autogenik diberikan dengan cara: pertama

memberikan instrumen musik kemudian mengatur posisi tubuh,

posisi berbaring maupun bersandar ditempat duduk merupakan

posisi tubuh terbaik saat melakukan teknik relaksasi autogenik.

Sebaiknya individu berbaring di tempat tidur, kedua tangan di

samping tubuh, telapak tangan menghadap ke atas, tungkai

lurus sehingga tumit dapat menapak di permukaan lantai. Bantal

yang tipis dapat diletakkan di bawah kepala atau lutut untuk

menyangga, pernapasan dalam sambil dihitung 1 hingga 7

dilakukan guna meyakinkan. Gerakan ini dilakukan sebanyak 6

kali. Ketika menghembuskan napas perlu dirasakan kondisi yang

semakin rileks dan ketenangan.

Sasaran utama mempertahankan pikiran terfokus pada

pernafasan. Kemudian setelah latihan nafas dilanjutkan dengan

pengalihan kepada kalimat yang merasa tenang dan nyaman

berada disini. Responden disugestikan untuk memasukan

kalimattersebut kedalam pikirannya dan diintruksikan supaya

tenggelam dalam ketenangan ketika mendengar kalimat tersebut.

Menempatkan perasaan rileks ini ke dalam memori sehingga

Page 46: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif

31

relaksasi autogenik dapat diingat saat merasa nyeri. Relaksasi

autogenik efektif dilakukan selama 20 menit (Dwi, 2013).

Page 47: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif

32

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian adalah model atau metode yang digunakan

peneliti untuk melakukan suatu penelitian yang memberikan arah terhadap

jalannya penelitian (Dharma, 2013). Sedangkan studi kasus yaitu studi

yang mengeksplorasi suatu masalah atau fenomena dengan batasan

terperinci, memiliki pengambilan data yang mendalam dan menyertarakan

berbagai sumber informasi. Studi kasus dibatasi oleh waktu dan tempat,

serta kasus yang dipelajari berupa peristiwa, aktivitas atau individu .

Pengumpulan datanya diperoleh dari wawancara, observasi, dan

dokumentasi (sujarweni, 2014 ). Studi kasus ini adalah studi untuk

mengeskplorasi masalah asuhan keperawatan pada klien yang mengalami

post sectio caesarea dengan nyeri akut di ruang Flamboyan RSUD

Ungaran.

3.2 Batasan Istilah

Batasan Istilah pada studi kasus ini berfokus pada asuhan

keperawatan pada klien yang mengalami post sectio caesarea dengan

nyeri akut di ruang Flamboyan RSUD Ungaran, penulis hanya

menjabarkan konsep post – sectio caesarea berserta asuhan keperawatan

mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi. Batasan istilah disusun

secara naratif dan apabila diperlukan ditambahkan informasi kualitatif

sebagai penciri dari batasan yang dibuat oleh penulis.

Page 48: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif

33

3.3 Partisipan

Partisipan merupakan objek yang ditentukan melalui suatu kriteria

tertentu yang akan dikategorikan ke dalam objek tersebut bisa termasuk

orang, dokumen atau catatan yang dipandang sebagi objek penelitian

(Sugiyono, 2012). Dalam penelitian studi kasus ini menggunakan

partisipan dalam keperawatan umumnya yaitu 2 pasien (Ny. D dan Ny. P)

dan keluarganya. Subyek yang digunakan adalah 2 kasus post sectio

caesarea dengan masalah keperawatan dan diagnosa medis yang sama

yaitu nyeri akut.

3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.4.1 Lokasi Peneliti

Lokasi penelitian menjelaskan tempat atau lokasi tersebut

dilakukan. Lokasi penelitian ini sekaligus membatasi ruang lingkup

penelitian tersebut (Notoatmodjo, 2010). Lokasi penelitian ini

berada di RSUD Ungaran ruang Flamboyan.

3.4.2 Waktu Peneliti

Suatu penelitian sering kali memerlukan waktu yang lebih

lama dari yang telah ditentukan, sehingga menjadi kendala bagi

semua peneliti terutama peneliti pemula untuk memperkirakan

waktu yang diperlukan (Nursalam, 2013). Waktu pengambilan

kasus asuhan keperawatan dimulai sejak tanggal 27 Mei 2017

sampai dengan 04 Juni 2017 .

Page 49: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif

34

3.5 Pengumpulan Data

Menurut Hidayat, 2014 metode pengumpulan data yang digunakan

dibagi menjadi tiga metode yaitu:

3.5.1 Wawancara

Penulis melakukan wawancara dalam pengkajian kepada

pasien dalam metode wawancara ini, penulis menggunakan daftar

pertanyaan instrumen berupa pengkajian asuhan keperawatan pada

ibu post partum. Wawancara dilakukan penulis kepada pasien ,

keluarga, dan perawat untuk menggali informasi secara lebih

detail.

3.5.2 Observasi dan pemeriksaan fisik

1) Observasi

Penulis melakukan pengumpulan data dengan cara,

observasi pada post sectio caesarea antara lain :

1. Tanda-tanda vital

2. Pemeriksaan head to toe

3. Pemeriksaan payudara

4. Observasi luka pada post sectio caesarea

5. Observasi tanda-tanda resiko infeksi

2) Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dapat dilakukan melalui empat teknik, yaitu

inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi (IPPA). Pemeriksaan ini

tertuju pada pemeriksaan abdomen pasien post sectio caesarea

Page 50: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif

35

terutama pada luka post sectio caesarea. Penjelasan mengenai

teknik-teknik pemeriksaan fisik tersebut adalah sebagai berikut :

a) Inspeksi

Inspeksi merupakan proses observasi yang dilakukan secara

sistematik. Inspeksi dilakukan dengan dengan menggunakan

indra penglihatan, pendengaran dan penciuman sebagai alat

untuk mengumpulkan data. Inspeksi di mulai dari awal

berinteraksi dengan klien dan diteruskan pada pemeriksaan

selanjutnya. Penerangan yang cukup sangat diperlukan agar

perawat dapat membedakan luka operasi sectio caesarea,

warna, bentuk, dan kebersihan tubuh. Fokus inspeksi pada

setiap bagian tubuh meliputi ukuran tubuh, bentuk, warna kulit,

bentuk tubuh, serta porsi dan kesimetrisan tubuh. Pada proses

inspeksi perawat harus membandingkan bagian tubuh yang

normal dengan bagian tubuh yang abnormal .

b) Palpasi

Palpasi merupakan teknik pemeriksaan yang menggunakan

indra peraba. Tangan dan jari-jari adalah instrumen yang

sensitif dan dapat digunakan untuk pengumpulan data tentang

suhu, turgor, bentuk, kelembapan, vibrasi, dan ukuran .

Langkah-langkah yang perlu diperhatikan selama melakukan

palpasi :

(1) Ciptakan lingkungan yang kondisif, nyaman dan satai.

Page 51: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif

36

(2) Tangan perawat harus dalam keadaan yang kering dan

hangat serta kuku jari-jari harus dipotong rapi dan pendek .

(3) Bagian yang nyeri dipalpasi bagian terakhir.

c) Perkusi

Perkusi merupakan teknik pemeriksaan dengan mengetuk-

ngetukkan jari perawat (sebagai alat untuk menghasilkan suara)

kebagian tubuh klien yang akan dikaji untuk membandingkan

bagian yang kiri dengan yang kanan. Perkusi bertujuan untuk

mengidenfikasi lokasi, ukuran, bentuk dan konsistensi jaringan.

Suara-suara yang akan ditemui perkusi :

(1) Sonor : Suara perkusi jaringan normal.

(2) Pekak : Suara perkusi jaringan padat yang terdapat jika ada

cairan rongga pleura, perkusi daerah jantung, dan perkusi

daerah hepar .

(3) Redup : Suara perkusi jaringan yang lebih padat atau

konsolidasi paru-paru seperti pneumonia .

(4) Hipersonor atau tympani : Suara perkusi pada daerah yang

mempunyai rongga-rongga kosong seperti pada daerah

caverna-caverna paru dan klien dengan asma kronik. Pada

klien yang mempunyai bentuk dada Barrel-chest akan

terdengar seperti ketukan pada benda-benda kosong dan

bergema.

Page 52: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif

37

d) Auskultasi

Auskultasi merupakan teknik pemeriksaan dengan

menggunakan stetoskop untuk mendengarkan bunyi yang

dihasilkan oleh tubuh.

Ada empat ciri-ciri bunyi yang perlu dikaji dengan auskultasi,

yaitu :

(1) Pitch (bunyi yang tinggi ke rendah).

(2) Keras ( bunyi yang halus ke keras).

(3) Kualitas (menguat sampai melemah).

(4) Lama (pendek, menengah, panjang ).

Penulis melakukan pemeriksaan fisik sesuai IPPA sesuai

teori diatas.

3.5.3 Studi dokumentasi

Penulis melakukan, studi dokumentasi dengan cara melihat

status pasien dan hasil laboratorium.

3.6 Uji Keabsahan Data

Setelah semua data terkumpul maka langkah selanjutnya yang

dilakukan adalah melakukan uji keabsahan data. Kegiatan ini dilakukan

untuk melihat kebenaran data yang telah dikumpulkan dan agar hasil-

hasil data dapat dipertanggungjawabkan dari segala segi (Sugiyono,

2012). Dalam penelitian ini uji keabsahan data yang dimaksud kan untuk

menguji kulitas data/informasi yang diperoleh sehingga menghasilkan

data dengan validitas tinggi. Disamping integritas peneliti (karena

peneliti menjadi instrument utama), uji keabsahan data dilakukan dengan:

Page 53: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif

38

1. Memperpanjang waktu pengamatan atau tindakan

Dengan perpanjangan pengamatan ini, peneliti mengecek

kembali apakah data yang telah diberikan selama ini merupakan

data yang sudah benar atau tidak. Bila data yang diperoleh selama

ini setelah dicek kembali pada sumber data asli atau sumber lain

ternyata tidak benar, maka peneliti melakukan pengamatan lagi

yang lebih luas dan mendalam sehingga diperoleh data yang pasti

kebenarannya (Sugiyono, 2012).

Penulis memperpanjang waktu pemberian asuhan

keperawatan selama 1 hari yaitu pada tanggal 04 Juni 2017.

2. Sumber informasi tambahan menggunakan triangulasi dari tiga

sumber data utama yaitu klien, perawat expert dan referensi buku

yang berkaitan dengan masalah post – sectio caesarea yang sedang

di teliti atau di kelola. Triagulasi diartikan sebagai teknik

pengumpulan data yag bersifat menggabungkan dari berbagai

teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada.

Dengan teknik pengumpulan data triagulasi, maka peneliti akan

meningkatkan kredibilitas data karena menggunakan lebih dari satu

pespektif sehingga kebenarannya terjamin (Sugiyono,2012).

Penulis menggali data saat pengkajiam kepada pasien, keluarga,

dan perawat untuk mendapatkan data yang lebih lengkap.

Page 54: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif

39

3.7 Analisa Data

Analisis data merupakan proses mencari dan menyusun secara

sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan

dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori,

menjabarkan kedalam unit-unit, menyusun kedalam pola, memilih mana

yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga

mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain (Sugiyono,2013).

Dalam penelitian ini analisis data dilakukan sejak peneliti di

lapangan, sewatu pengumpulan data sampai dengan semua data terkumpul.

Analisa data dilakukan dengan cara mengemukakan fakta, selanjutnya

membandingkan dengan teori yang ada dan selanjutnya dituangkan dalam

opini pembahasan. Teknik analisis yang digunakan dengan cara

menarasikan jawaban-jawaban yang diperoleh dari hasil interpretasi

wawancara mendalam yang dilakukan untuk menjawab rumusan masalah.

Teknik analisis digunakan dengan cara observasi oleh peneliti dan studi

dokumentasi yang menghasilkan data untuk selanjutnya diinterpretasikan

dan dibandingkan teori yang ada sebagai bahan urutan untuk memberikan

rekomendasi dalam intervensi tersebut. Langkah-langkah dalam analisis

data adalah sebagi berikut :

1) Pengumpulan Data

Pengkajian post partum kepada pasien yang berisi keadaan umum,

kesadaran, berat badan, tinngi badan, riwayat persalinan, pemeriksaan

Page 55: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif

40

payudara, pemeriksaan REEDA, pemeriksaan lokhea dan pemeriksaan

abdomen.

Pengumpulan data yaitu mengumpulkan data di lokasi studi kasus

dengan melakukan observasi wawancara dan dokumentasi dengan

menentukan stategi pengumpulan data yang dipandang tepat dan untuk

menentukan fokus serta pendalaman data pada proses pengumpulan

data berikutnya (Sugiyono, 2012).

2) Mereduksi Data

Hasil pengkajian didapatkan keluhan utama pada ke 2 pasien

adalah nyeri pada luka post sectio caesarea.

Mereduksi data merupakan cara dimana peneliti merangkum,

memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting,

mencari tema polanya, sehingga data lebih mudah dikendalikan

(Sugiyono, 2012). Dalam studi kasus ini mereduksi data yang

dimaksud adalah data hasil wawancara yang terkumpul dalm bentuk

catatan lapangan dijadikan satu dalam bentuk transkrip dan

dikelompokkan menjadi data subjektif dan objektif, dan dianalisis dan

ditegakan diagnosa keperawatan berdasarkan hasil.

3) Penyajian Data

Setelah data dikelompokkan penyajian data dilakukan dengan

table, dan teks naratif. Kerahasiaan dari klien dijamin dengan jalan

mengaburkan identitas dari klien.

Page 56: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif

41

4) Kesimpulan

Menurut Sugiyono (2012) kesimpulan dalam penelitian kulitatif

yang diharapkan adalah temuan baru yang sebelumnya belum pernah

ada atau berupa gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih belum

jelas sehingga setelah diteliti menjadi jelas. Penarikan kesimpulan ini

dilakukan dengan melihat tujuan khusus yang sudah dirumuskan. Data

yang dikumpulkan terkait dengan data-data pengkajian, diagnosis,

perencanaan, tindakan, dan evaluasi.

Page 57: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif

42

BAB IV

HASIL

4.1 Hasil

4.1.1 Gambaran lokasi pengambilan data

Pengambilan kasus studi ini dilakukan diruang nifas Flamboyan

RSUD Ungaran pada tanggal 22 Mei 2017 – 04 Juni 2017. Rumah Sakit

Umum Daerah Ungaran berlokasi : Jl. Diponegoro No. 125 Ungaran Kab

Semarang. Rumah Sakit Umum Daerah Ungaran adalah Rumah Sakit

Umum Daerah milik Pemerintah Daerah Kabupaten Semarang, yang

mempunyai tugas melaksanakan upaya pelayanan kesehatan secara

berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya

penyembuhan, pemulihan yang dilaksanakan secara serasi, terpadu dengan

upaya peningkatan kesehatan pencegahan dan melaksanakan upaya

rujukan. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor : 1152 / Menkes / SK / XII / 1993 tentang Peningkatan

Kelas Rumah Sakit Umum Daerah Ungaran, maka Rumah Sakit Umum

Daerah Ungaran ditetapkan sebagai Rumah Sakit Kelas C. Pada tanggal 29

Maret 2010 RSUD Ungaran telah lulus akreditasi penuh tingkat lanjut.

Dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah

Ungaran diatur dengan Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor :

25 Tahun 2008 tanggal 22 September 2008 tentang Pelayanan Kesehatan

di Rumah Sakit Umum.

Page 58: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif

43

4.1.2 Pengkajian

1. Identitas Pasien

Tabel 4.1 Identitas Pasien

IDENTITAS

KLIEN

Pasien 1 Pasien 2

Nama

Umur

Pekerjaan

Pendidikan

Agama

Alamat

Suku/Bangsa

Status perkawinan

No. Registrasi

Dx. Medis

Dokter

Ny. D

28 tahun

Karyawan

SMA

Islam

Pakintelan, RT 04/04, Gunung

Pati, Semarang

Jawa/Indonesia

Kawin

582353

Post sectio caesarea hari ke

1dengan disproporsi selfalo

pelvik

Dr. S

Ny. P

24 tahun

Ibu rumah tannga

SMA

Islam

Ngemplak RT 03/09, Tandang,

Tembalang

Jawa/Indonesia

Kawin

576593

Post sectio caesarea hari 1

dengan plasenta previa

Dr. S

2. Identitas Penanggung Jawab

Tabel 4.2 Identitas Penanggung Jawab

IDENTITAS

PENANGGUNG

JAWAB

Pasien 1 Pasien 2

Nama

Usia

Pekerjaan

Pendidikan

Agama

Alamat

Suku/Bangsa

Hubungan dengan

pasien

Tn. D

30 tahun

Swasta

SMA

Islam

Pakintelan, RT 04/04,

Gunung Pati, Semarang

Jawa/Indonesia

Suami

Tn. S

27 tahun

Swasta

SMA

Islam

Ngemplak RT 03/09,

Tandang, Tembalang

Jawa/Indonesia

Suami

3. Riwayat Kesehatan

Tabel 4.3 Riwayat Kesehatan

RIWAYAT

KESEHATAN

Pasien 1 Pasien 2

Keluhan utama

Riwayat kesehatan

sekarang

Pasien mengatakan nyeri pada

luka post operasi.

Pasien mengatakan dilakukan

operasi sectio caesarea pada

Pasien mengatakan nyeri

pada luka post operasi.

Pasien mengatakan pukul

11.00 WIB dilakukan

Page 59: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif

44

Riwayat penyakit

dahulu

Riwayat menstruasi

Riwayat kontrasepsi

Riwayat penyakit

keluarga

hari jumat tanggal 26 mei

2017 pukul 09.00 WIB.

Selesai operasi pasien dibawa

ke ruang VK Flamboyan

untuk dilakukan pemantauan

terpasang kateter urine dan

infus RL. Kemudian hari

sabtu dipindah di ruang nifas

Flamboyan. Kemudian dikaji

pada hari sabtu pukul 09.00

hari pertama post SC. Pasien

mengatakan masih kencang-

kencang. P: Pasien

mengatakan karena post

operasi SC. Q: nyeri seperti

tertusuk-tusuk. R: nyeri

dibagian luka post SC

dibawah abdomen. S: skala

nyeri 5. T: nyeri terus

menerus. TTV pasien TD:

120/70 mmHg, S: 370C, N:

84x/menit, RR: 24x/menit.

Pasien sudah pernah masuk

RS untuk melahirkan anak

pertama dengan Sectio

Caesarea di RSUD Ungaran.

Pasien mengatakan menarche

pada usia 11 tahun, siklus

haid 28 hari, teratur, lama

menstruasi 4-8 hari, tidak ada

masalah menstruasi, dalam

sehari pasien mengganti

pembalut 3-4 kali. Nyeri haid

pada hari pertama.

Pasien menggunakan KB

suntik dan setelah

melahirkan anak kedua ingin

menggunakan IUD.

Pasien mengatakan tidak

memiliki penyakit keturunan

seperti DM, hipertensi,

jantung.

operasi SC. Selesai SC di

observasi diruang VK

Flamboyan . Dipindah ruang

nifas Flamboyan pada

tanggal 2 juni 2017 07.00

WIB, dikaji pada tanggal 02

juni 2017 pukul 08.00 WIB,

terpasang urine kateter dan

infus RL. Hari pertama post

sectio caesarea pasien

mengatakan nyeri. P: Pasien

mengatakan nyeri karena

post sectio caesarea. Q:

nyeri seperti tertusuk-tusuk.

R: nyeri bagian luka post SC

dibawah pusar. S: skala nyeri

6. T: nyeri terus-menerus.

TTV pasien TD: 120/80

mmHg, S: 37,10C, RR:

22x/menit, N: 88x/menit.

Pasien sebelumnya dirawat

di puskesmas karena nyeri

perut setelah dari puskesmas

mengalami perdarahan di

perineum kemudian dibawa

ke RS.

Pasien mengatakan

menarche pada usia 12

tahun, siklus haid 30 hari

teratur, lama menstruasi 3-

7hari, tidak ada masalah

menstruasi, dalam sehari

dapat mengganti pembalut 2-

4 kali. Nyeri haid pada hari

pertama.

Pasien mengatakan setelah

menikah pasien

menggunakan KB suntik.

Pasien mengatakan tidak

memiliki penyakit keturunan

seperti DM, hipertensi,

jantung.

Page 60: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif

45

4. Pengkajian ibu post partum

4.1 Pemeriksaan Fisik

Tabel 4.4 Pemeriksaan Fisik

PENGKAJIAN Pasien 1 Pasien 2

Keadaan umum

Kesadaran status obstetri

Tanda-tanda vital

Berat badan

Tinggi badan

Head to toe

1. Kepala

2. Muka

3. Mata

4. Hidung

5. Telinga

6. Bibir

7. Leher

8. Dada

a. Jantung

Inspeksi

Palpasi

Perkusi

Auskultasi

b. Paru-paru

Inspeksi

Palpasi

Perkusi

Auskultasi

c. Payudara

9. Abdomen

Inspeksi

Auskultasi

Perkusi

Baik

Composmentis E4M6V5

TD:120/70 mmHg

S:370C

N:84x/menit

RR:24x/menit

60kg

160cm

Mecoshepal

Tidak pucat, tidak ada

udema

Tidak udema, tidak anemis,

isokor tidak ikterik, tidak

ada gangguan dan tidak

menggunakan alat bantu

penglihatan.

Bersih, tidak ada polip

Simetris, tidak ada serumen

berlebih

Mukosa bibir lembab

Tidak ada pembesaran

tyroid

Tidak ada jejas

Ictus cordis tidak tampak

Bunyi pekak

Reguler

Tidak ada jejas, simetris

Tidak ada nyeri tekan,

vokal fremitus seimbang

kanan dan kiri

Bunyi sonor

Vesikuler

Simetris, bersih dan ASI

belum keluar

Terdapat luka sayat

horizontal, panjang luka 12

cm

Bising usus 9x/menit

Kuadran 1 redup, kuadran

2,3,4 tympani

Baik

Composmentis E4M6V5

TD:120/80mmHg

S: 37,10C

N:88x/menit

RR:22x/menit

57kg

155cm

Mecoshepal

Tidak pucat

Tidak udema, tidak anemis,

isokor tidak ikterik, tidak

ada gangguan dan tidak

menggunakan alat bantu

penglihatan.

Bersih, tidak ada polip

Simetris, tidak ada serumen

berlebi

Mukosa bibir kering dan

pecah-pecah

Tidak ada pembesaran

tyroid

Tidak ada jejas

Ictus cordis tidak tampak

Bunyi pekak

Reguler

Tidak ada jejas, simetris

Tidak ada nyeri tekan,

vokal fremitus seimbang

kanan dan kiri

Bunyi sonor

Vesikuler

Simetris, bersih dan ASI

belum keluar

Terdapat luka sayat

horizontal, panjang luka 14

cm

Bising usus 9x/menit

Kuadran 1 redup, kuadran

2,3,4 tympani

Page 61: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif

46

Palpasi

- Involusi Uterus

- Fundus Uterus

- Kontraksi

- Posisi

- Kandung Kemih

10. Genetalia

a. Vagina

b. Perinium

Tanda REEDA

R(RED)/Kemerahan

E(Edema/bengkak)

E(Echimiosis)

D(Discharge)

A(Approximate)

c. Kebersihan

d. Lokhea

e. Hemorrhoid

11. Ekstremitas

Ekstremitas Atas

Kekuatan otot ka/ki

ROM kanan/kiri

Perubahan akral

Udema kanan/kiri

Capilary refile

Ekstremitas Bawah

Kekuatan otot ka/ki

ROM kanan/kiri

Perubahan akral

Udema kaanan/kiri

Capilary refile

TFU 2 jari dibawah pusat

Uterus 2 jari dibawah pusat

2 jari dibawah pusat

Kuat

Anfleksi (condong

kedepan)

Kosong

Tidak edema

Utuh

Tidak

Tidak

Tidak

Darah

Tidak

Terjaga, selalu ganti

pembalut

Jenis berasal darah segar,

berwarna merah, jumlah

banyak, konsistensi: cair

Tidak ada benjolan dan

tidak bengkak

5/5 (utuh)

Aktif / aktif, tangan kanan

terpasang infus

Hangat

Tidak ada

<2 detik

5/5 (utuh)

Aktif / aktif

Hangat

+/+ (ada udema)

<2 detik

TFU 3 jari dibawah pusat

Uterus 3 jari dibawah pusat

3 jari dibawah pusat

Kencang dan kuat

Anfleksi (condong

kedepan)

Kosong

Tidak edema

Utuh

Tidak

Tidak

Tidak

Darah

Tidak

Terjaga, selalu ganti

pembalut

Jenis berasal darah segar,

berwarna merah, jumlah

banyak, konsistensi: cair

Tidak ada benjolan dan

tidak bengkak

5/5 (utuh)

Aktif / aktif, tangan kanan

terpasang infus

Hangat

Tidak ada

<2 detik

5/5 (utuh)

Aktif / aktif

Hangat

+/+ (ada udema)

<2 detik

4.2 Riwayat Persalinan

Tabel 4.5 Riwayat Persalinan

Klien Anak ke Jenis

kelamin

Jenis

persalinan

Ditangani oleh Keterang

an hidup

Berat

lahir

Pasien

1

1

2

Laki-laki

Perempuan

SC

SC

Dokter

Dokter

Hidup

Hidup

2.800gr

2.800gr

Pasien

2

1 Perempuan SC Dokter Hidup 2.100gr

Page 62: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif

47

4.3 Pola Kesehatan

Tabel 4.6 Pola Kesehatan

Pola Kesehatan Pasien 1 Pasien 2

Pola Eliminasi

BAK

Frekuensi

Jumlah Urine

Warna

Keluhan

BAB

Frekuensi

Warna

Keluhan

Pola Istirahat dan

kenyaman

Pola tidur (lama tidur)

Kenyamanan

Pola mobilisasi dan

latihan (Aktifitas)

Tingkat mobilisasi

Latihan (aktifitas)

Pola nutrisi dan cairan

Asupan nutisi

Asupan cairan

Keadaan mental

Adaptasi psikologis

Penerimaan terhadap

bayi

Terpasang kateter

500cc

Kuning pekak

Nyeri

1x sehari

Kuning

Tidak ada

Pasien mengatakan dapat

tidur siang 2 jam dan

malam 6 jam

Ya /Pasien mengatakan

dibagian perut mengalami

nyeri sehingga pasien

merasa tidak nyaman

Pasien masih berlatih

miring-miring

Dalam latihan aktifitas

pasien makan/minum dapat

melakukan mandiri, mandi

dibantu orang lain, toileting

dibantu dengan alat dan

orang lain, berpakaian

dibantu orang lain,

mobilitas ditempat tidur

dibantu orang lain,

berpindah dibantu orang

lain, ambulasi/ROM

dibantu orang lain

Makan 3x1, bubur, sayur,

lauk, ½ porsi dan keluhan

mual

Minum kurang lebih 800cc,

air putih dan teh hangat

Pasien menerima kelahiran

bayimya dengan baik

Pasien menerima bayi

dengan senang,berlatih

memberikan ASI dan ASI

belum keluar

Terpasang kateter

7500cc

Kuning pekak

Tidak ada

1-2x sehari

Kuning

Tidak ada

Pasien mengatakan dapat

tidur siang 1 jam dan

malam 7 jam

Ya /Pasien mengatakan

dibagian perut mengalami

nyeri sehingga pasien

merasa tidak nyaman

Pasien masih berlatih

miring-miring

Dalam latihan aktifitas

pasien makan/minum dapat

melakukan mandiri, mandi

dibantu orang lain, toileting

dibantu dengan alat dan

orang lain, berpakaian

dibantu orang lain,

mobilitas ditempat tidur

dibantu orang lain,

berpindah dibantu orang

lain, ambulasi/ROM

dibantu orang lain

Makan 3x1, bubur, sayur,

lauk, buah ½ porsi dan

mudah kenyang

Minum kurang lebih 850cc,

air putih dan teh hangat

Pasien menerima kelahiran

bayinya dengan baik

Pasien menerima bayi

dengan senang,berlatih

memberikan ASI dan ASI

belum keluar

Page 63: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif

48

5. Pemeriksaan Penunjang

Tabel 4.7 Pemeriksaan Penunjang

Jenis

Pemeriksaan

Hasil Nilai Normal Satuan

Pasien 1 Pasien 2

Tanggal Hasil

Lab

26 Mei 2017

pukul 14.49

01 Juni 2017

pukul 15.32

RUTIN

DARAH

RUTIN

Hemoglobin 12.2 10.9 11.5-16.0 gr/Dl

Lekosit 16.1 17.5 4.0-11 10^3/uL

Trombosit 171 160 150-440 10^3/uL

Hematokrit 35.0 34.0 35.0-49.0 %

Eritrosit 4.38 4.49 3.8-5.2 10^6/Ul

HITUNG

JENIS(DIFF)

Granulasit 70.0 76 50-70 %

Limfosit 8.9 20.4 20-40 %

Monosit 2.5 3.4 2-8 %

INDEX

ERITROSIT

MCV 80 75 82-92 Fl

MCH 27.9 27.8 27-31 Pq

MCHC 34.0 32.7 32-36 g/dL

RDW 14.3 15.1 11.6-14.8 %

Golongan Darah A A

HbsAg Non-Reaktif Non-Reaktif

4.1.3 Analisa Data

Tabel 4.8 Analisa Data

Analisis Data Etiologi Masalah

Pasien 1

Data Subyektif :

Pasien merasakan kencang-kencang dan

nyeri

P: Pasien mengatakan nyeri karena post

operasi

Q: Nyeri seperti tertusuk-tusuk

R: Nyeri dibagian luka post operasi

caesarea di abdomen

S: Skala nyeri 5

T: Nyeri terus menerus

Data Obyektif :

1. Luka post SC di abdomen bentuk

horizontal, panjang 12cm

2. Pasien tampak menahan nyeri

3. TTV:

TD: 120/70 mmHg

N: 84x/menit

Agen Cidera Fisik Nyeri Akut (00132)

Page 64: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif

49

RR : 24x/menit

Data Subyektif:

Pasien mengatakan dulu pernah melakukan

SC, di abdomen masih ada luka jahitandan

luka post operasi terasa panas

Data Obyektif :

1. Luka post SC di abdomen bentuk

horizontal panjang 12cm

2. Tertutup kassa

3. Lekosit 16,1 10^3/uL

4. S: 370C

5. Luka hari ke 1 masih ditutup kassa

belum dilakukan perawatan luka

Prosedur Invasif Risiko Infeksi

(00004)

Data Subyektif:

Pasien mengatakan nyeri, lemas

Data Obyektif:

1. Pasien terpasang kateter urine

2. Mandi dan aktivitas banyak dibantu

3. Pasien tampak berbaring ditempat tidur

4. Pasien masih takut untuk latihan miring-

miring dan memulai pergerakan

Keenganan Memulai

Pergerakan

Hambatan Mobilitas

Fisik (00085)

Pasien 2

Data Subyektif:

Pasien mengatakan kencang- kencang

diperut

P: Pasien mengatakan nyeri karena post

SC

Q: Nyeri seperti tertusuk-tusuk

R: Nyeri bagian luka post SC dibawah

pusat

S: Skala nyeri 6

T: Nyeri terus-menerus

Data Obyektif :

1. Ekspresi wajah mringis kesakitan

2. Pasien memegangi perut

3. Luka post SC di abdomen bentuk

Horizontal 14cm

4. TTV:

TD: 120/80 mmHg

N: 88x/menit

RR: 22x/menit

Agen Cidera Fisik Nyeri Akut (00132)

Data Subyektif :

Pasien mengatakan panas pada luka post

SC

Daa Obyektif :

1. Terdapat luka insisi pada daerah

abdomen dibawah pusat 14 cm

2. Luka hari ke 1 masih tertutup kassa

belum dilakukan perawatan luka

3. Lekosit 17,5 10^3/uL

4. S: 37,10C

Prosedur Invasif Risiko Infeksi

(00004)

Data Subyektif :

Pasien mengatakan lemas, pasien sudah

latihan miring-miring dan pasien takut

untuk banyak bergerak

Data Obyektif :

1. Pasien terpasang kateter urine

Keenganan Memulai

Pergerakan

Hambatan Mobilitas

Fisik (00085)

Page 65: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif

50

2. Mandi dan aktifitas lainnya dibantu

orang lain

3. Pasien tampak berbaring ditempat tidur

4. Pasien masih takut untuk latihan miring-

miring dan memulai pergerakan

5. Post SC hari ke 1

4.1.4 Diagnosa Keperawatan

Tabel 4.9 Diagnosa Keperawatan

No. Pasien 1

1.

2.

3.

Nyeri Akut (00132) b.d Agen Cidera Fisik

Hambatan Mobilitas Fisik (00085) b.d Keenganan Memulai Pergerakan

Risiko Infeksi (00004) b.d Prosedur Invasif

N0. Pasien 2

1.

2

3.

Nyeri Akut (00132) b.d Agen Cidera Fisik

Hambatan Mobilitas Fisik (00085) b.d Keenganan Memulai Pergerakan

Risiko Infeksi (00004) b.d Prosedur Invasif

4.1.5 Perencanaan (Intervensi)

Tabel 4.10 Perencanaan

N

o.

D

x.

DIAGONASA

KEPERAWATA

N

TUJUAN DAN KRITERIA

HASIL

INTERVENSI (NIC)

Pasien 1

1. Nyeri Akut

(00132) b.d Agen

Cidera Fisik

Setelah dilakukan tindakan 3x24

jam nyeri pada pasien dapat

berkurang dengan Kriteria hasil :

1. Pasien mampu mengetahui

penyebab nyeri

2. Pasien mampu menggunakan

teknik non farmakologi untuk

mengurangi nyeri

3. Pasien melaporkan nyeri

berkurang dengan menggunakan

manajemen nyeri dan skala nyeri

menjadi skala 1-2

4. Tanda-tanda vital dibatas

normal

5. Ekspresi wajah tenang

2.

Manajemen Nyeri (1400):

1. Kaji skala nyeri

2. Beri terapi musik untuk

mengurangi nyeri

3. Ajarkan penggunaan

teknik non farmakologi

(terapi relaksasi autogenik)

Monitor tanda-tanda vital

(6680) :

4. Monitor tekanan darah,

nadi, suhu, dan status

pernafasan dengan tepat

Pemberian Analgesik

(2210) :

5. Kalaborasi dengan

dokter dalam pemberian

terapi analgesik

2. Hambatan Setelah dilakukan tindakan Manajemen energi (0180)

Page 66: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif

51

Mobilitas Fisik

(00085) b.d

Keenganan

Memulai

Pergerakan

keperawatan x24 jam hambatan

mobilitas fisik dapat teratasi

dengan Kriteria hasil :

1. Aktifitas fisik meningkat.

2. Melaporkan perasaan

peningkatan kekuatan dan

kemampuan dalam bergerak

3. Aktifitas dapat dilakukan

mandiri

1. Kaji kemampuan klien

dalam melakukan

mobilitas.

Terapi latihan ambulasi

(0221)

2. Beri terapi ambulasi

(tukar posisi)

3. Kalaborasi dengan ahli

fisioterapi.

Relaksasi otot progresif

(1460)

4. Ajarkan teknik relaksasi

otot progresif

3. Risiko Infeksi

(00004) b.d

Prosedur Invasif

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan 3x24 jam risiko

infeksi dapat teratasi

denganKriteria hasil :

1. Klien tidak menunjukan tanda-

tanda infeksi

2. Suhu tubuh normal (36,5 0C –

37 0C )

3. Nadi normal 60-100 x/memit

4. Frekuensi nafas normal (16-24

x/menit)

5. Tidak berbau dan tidak

mengeluarkan nanah

Kontrol infeksi (6540)

1. Kaji tanda dan gejala

infeksi

2. Ajarkan cara

menghindari infeksi

3. pemberian antibiotik

Perawatan luka (3660)

4. Lakukan perawatan luka

pada post operasi

Pasien 2

1. Nyeri Akut

(00132) b.d Agen

Cidera Fisik

Setelah dilakukan tindakan 3x24

jam nyeri pada pasien dapat

berkurang dengan Kriteria hasil :

1. Pasien mampu mengetahui

penyebab nyeri

2. Pasien mampu menggunakan

teknik non farmakologi untuk

mengurangi nyeri

3. Pasien melaporkan nyeri

berkurang dengan menggunakan

manajemen nyeri dan skala nyeri

menjadi skala 1-2

4. Tanda-tanda vital dibatas

normal

5. Ekspresi wajah tenang

Manajemen Nyeri (1400):

1. Kaji skala nyeri

2. Beri terapi musik untuk

mengurangi nyeri

3. Ajarkan penggunaan

teknik non farmakologi

(terapi relaksasi autogenik)

Monitor tanda-tanda vital

(6680) :

4. Monitor tekanan darah,

nadi, suhu, dan status

pernafasan dengan tepat

Pemberian Analgesik

(2210) :

5. Kalaborasi dengan

dokter dalam pemberian

terapi analgesik

2. Hambatan

Mobilitas Fisik

(00085) b.d

Keenganan

Memulai

Pergerakan

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan x24 jam hambatan

mobilitas fisik dapat teratasi

dengan Kriteria hasil :

1. Aktifitas fisik meningkat.

2. Melaporkan perasaan

peningkatan kekuatan dan

kemampuan dalam bergerak

3. Aktifitas dapat dilakukan

mandiri

Manajemen energi (0180)

1. Kaji kemampuan klien

dalam melakukan

mobilitas.

Terapi latihan ambulasi

(0221)

2. Beri terapi ambulasi

(tukar posisi)

3. Kalaborasi dengan ahli

fisioterapi.

Relaksasi otot progresif

Page 67: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif

52

(1460)

4. Ajarkan teknik relaksasi

otot progresif

3. Risiko Infeksi

(00004) b.d

Prosedur Invasif

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan 3x24 jam risiko

infeksi dapat teratasi

denganKriteria hasil :

1. Klien tidak menunjukan tanda-

tanda infeksi

2. Suhu tubuh normal (36,5 0C –

37 0C )

3. Nadi normal 60-100 x/memit

4. Frekuensi nafas normal (16-24

x/menit)

5. Tidak berbau dan tidak

mengeluarkan nanah

Kontrol infeksi (6540)

1. Kaji tanda dan gejala

infeksi

2. Ajarkan cara

menghindari infeksi

3. pemberian antibiotik

Perawatan luka (3660)

4. Lakukan perawatan luka

pada post operasi

Page 68: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif

53

4.1.6 Pelaksanaan ( Implementasi)

Tabel 4.11 Pelaksaan (Implementasi)

Diagnosa

Keperaw

atan

27 Mei 2017 28 Mei 2017 29 Mei 2017 30 Mei 2017

Pasien 1

Nyeri

Akut b.d

Agen

Cidera

Fisik

Implementasi Implementasi Implementasi Implementa

si

09

.0

09

.0

5

10

.0

0

-Memonitor

TTV pasien

S :

Pasien

mengatakan

bersedia

untuk diukur

tekanan

darah, suhu,

respirasi dan

nadi

O:

TD: 120/70

mmHg

N:

84x/menit

S: 370C

RR:

24x/menit

-Mengkaji

skala nyeri

S:

Pasien

mengatakan

perut terasa

kencang-

kencang

P: Pasien

mengatakan

nyeri karena

post operasi

caesarea

Q: Nyeri

seperti

tertusuk-

tusuk

R: Nyeri

dibagian

luka post

operasi

caesarea di

abdomen

bagian

bawah

S: Skala

nyeri 5

08

.0

0

08

.1

5

08

.2

5

11

.3

5

-Monitor

TTV

S:

Pasien

mengataka

n bersedia

untuk

diukur

tekanan

darah,

suhu,

respirasi

dan nadi

O:

TD: 120/80

mmHg

N:

80x/menit

S: 37,30C

RR:

22x/menit

-

Mengulang

i teknik

rileksasi

autogenik

S:

1. Pasien

mengataka

n setelah

mengulangi

teknik

rileksasi

autogenik

skala tetap

skala 3

2. Pasien

mengataka

n apabila

nyeri

muncul

pasien

selalu

melakukan

teknik

rileksasi

0

8.

0

0

0

8.

0

5

0

8.

1

0

1

1.

3

5

-Memonitor

TTV

S:

Pasien

mengatakan

bersedia untuk

diukur tekanan

darah, suhu,

respirasi dan

nadi

O:

TD: 110/90

mmHg

N: 80x/menit

S: 370C

RR:

20x/menit

-Mengkaji

skala nyeri

pasien

S:

P: Pasien

mengatakan

nyeri karena

luka post SC

Q: Nyeri

seperti

tertusuk-tusuk

sudah banyak

berkurang

R: Nyeri

diabdomen

bawah luka

bekas post SC

S: Skala nyeri

2

T: Nyeri

hilang timbul

O:

1. Pasien

sudah lebih

rileks

2. Pasien

sudah mampu

berbincang-

bincang

0

8

.

0

5

0

8

.

1

5

-

Memonito

r TTV

S:

Pasien

mengataka

n bersedia

untuk

diukur

tekanan

darah,

suhu,

respirasi

dan nadi

O:

TD:

120/80

mmHg

N:

80x/menit

S: 36,50C

RR:

20x/menit

-

Mengkaji

Skala

nyeri

S:

P: Pasien

mengataka

n nyeri

karena

luka post

SC

Q: Nyeri

seperti

tertusuk-

tusuk

sudah

lebih baik

R: Nyeri

diabdome

n bawah

luka bekas

post SC

S: Skala

Page 69: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif

54

T: Nyeri

terus

menerus

O:

1. Luka post

SC di

abdomen

bentuk

Horizontal

panjang

12cm

2. Ekspresi

wajah

tampak

menahan

nyeri

-

Mengajarka

n teknik

rileksasi

autogenik

S:

Pasien

mengatakan

masih nyeri

dan bersedia

mengikuti

Pasien

mengatakan

dari skala 5

menjadi

skala 3

O:

1. Pasien

tampak aktif

2.Pasien

dapat

melakukan

mandiri

autogenik

O:

1. Pasien

tampak

nyaman

2. Dapat

melakukan

mandiri

-Mengkaji

skala nyeri

pasien

S:

P: Pasien

mengataka

n nyeri

karena luka

post SC

Q: Nyeri

seperti

tertusuk-

tusuk tapi

sudah

berkurang

R: Nyeri di

luka post

SC

diabdomen

bagian

bawah

S: Skala

nyeri 2

T: Hilang

timbul

O:

1. Pasien

tampak

sedikit

lebih rileks

2. Pasien

tampak

tenang

-Meberikan

terapi obat

analgesik

Oral Asam

mepenamat

500mg

Vitamin

Solvitron

90 mg

Oral

Tramadol

400mg

dengan kuat

-Memberikan

terapi musik

untuk

mengurangi

nyeri

S:

Pasien

mengatakan

bersedia untuk

diberikan

terapi musik

untuk lebih

rileks

O:

1. Pasien

tampak rileks

2. Pasien

tampak lebih

tenang

-Meberikan

terapi obat

analgesik

Oral Asam

mepenamat

500mg

Vitamin

Solvitron 90

mg

Oral Tramadol

400mg

nyeri 2

T: Nyeri

hilang

timbul

O:

1. Pasien

sudah

tidak

merasakan

nyeri

hebat

2. Sudah

baik

3. Sudah

tenang dan

jauh lebih

rileks

Hambata

n

Mobilitas

Fisik b.d

09.

15

10.

30

-Mengkaji

kemampua

n pasien

dalam

12

.3

5

-

Mengajark

an teknik

rileksasi

- -

Page 70: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif

55

Keengan

an

Memulai

Pergerak

an

melakukan

mobilitas

S:

Pasien

mengataka

n lemas

O:

1. Pasien

terpasang

kateter

urine

2. Mandi

dan

aktifitas

dibantu

orang lain

3. Pasien

masih takut

berlatih

miring-

miring dan

memulai

pergerkan

4. Pasien

tampak

berbaring

ditempat

tidur

-

Memberika

n terapi

ambulasi

(Tukar

posisi)

S:

Pasien

mengataka

n bersedia

,pasien

mengataka

n mash

takut

berlatih

miring-

miring

O:

1. Pasien

sudah

dapat

melakukan

tukar posisi

mandiri

2. Pasien

sudah

dapat

miring-

miring dan

berlatih

otot

progresif

S:

Pasien

mengataka

n bersedia

diajarkan

teknik

rileksasi

otot

progresif

karena

otot-

ototnya

terasa kaku

O:

1. Pasien

aktif

mengikuti

2. Pasien

dapat

mencoba

mandiri

Page 71: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif

56

duduk

Risiko

Infeksi

b.d

Prosedur

Invasif

09.

30

-Mengkaji

tanda dan

gejala

Infeksi

S:

Pasien

mengataka

n dulu

pernah

SC,diabdo

men masih

ada bentuk

bekas

jahitan dan

luka post

operasi

terasa

panas

O:

1. Luka

post SC

diabdomen

bentuk

horizontal,

panjang 12

cm

2. Lekosit

16,1

10^3/Ul

3. S: 370C

4. Luka

hari ke 1

masih

ditutup

kassa

belum

dilakukan

perawatan

luka

11

.3

5

13

.0

5

-Pemberian

antibiotik

Inj.

Ceftriaxon

1000mg

Oral

Amoxcilin

500mg

-Mengkaji

tanda-tanda

Infeksi

S:

Pasien

mengataka

n gatal-

gatal

disekitar

luka jahitan

O:

1. S:

37.30C

2. Disekitar

luka tidak

terdapat

tanda-tanda

infeksi

3. Asi

sudah bisa

keluar

0

8.

1

5

0

8.

2

5

1

1.

3

5

-Mengkaji

tanda dan

gejala infeksi

S:

Pasien

mengatakan

sudah tidak

nyaman

dengan

lukanya dang

gata-gatal

disekitar luka

berkurang

O:

1. Luka tidak

terdapat tanda-

tanda infeksi

2. Pamjang

luka 12 cm

-Melakukan

perawatan

luka

S:

Pasien

mengatakan

bersedia dan

setalah

perawatan

luka pasien

lebih nyaman

O:

1. Panjang

luka 12cm

2. Setelah

dilakukan

perawatan

luka kemudian

luka di tutup

kembali

3. Luka

sebagian

belum kering

-Pemberian

antibiotik

Inj. Ceftriaxon

1000mg

Oral

Amoxcilin

500mg

0

8

.

2

0

0

8

.

3

0

-Mengkaji

tanda dan

gejala

infeksi

S:

Pasien

mengataka

n sudah

lebih

enakan

O:

1. Tidak

terdapat

luka

infeksi

Tidak

terdapat

tanda-

tanda

infeksi

-

Perawatan

luka

S:

Pasien

mengataka

n ingin

diganti

kassa

kembali

O:

1. Tidak

ada tanda-

tanda

infeksi

2. Panjang

luka 12

cm

3. Luka

masih ada

belum

kering

4. Luka

kembali

ditutup

kassa

Diagnosa

Keperaw

atan

02 Juni 2017 03 Juni 2017 04 Juni 2017

Page 72: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif

57

Pasien 2

Implementasi Implementasi Implementasi

Nyeri

Akut b.d

Agen

Cidera

Fisik

08.

00

08.

10

08.

35

-Memonitor

TTV pasien

S :

Pasien

mengatakan

bersedia

untuk diukur

tekanan

darah, suhu,

respirasi dan

nadi

O:

TD: 120/80

mmHg

N:

88x/menit

S: 37,10C

RR:

22x/menit

-Mengkaji

skala nyeri

S:

Pasien

mengatakan

kencang-

kancang

P: Pasien

mengatakan

nyeri karena

post SC

Q: Nyeri

seperti

tertusuk-

tertusuk

R: Nyeri

bagian luka

post SC

dibawah

pusat

S: Skala

nyeri 6

T: Nyeri

terus-

menerus

O:

1. Ekspresi

wajah

mringis

kesakitan

2. Pasien

memegangi

perut

3. Luka post

SC

diabdomen

bentuk

08

.1

0

11

.4

5

12

.1

5

12

.2

5

-Memonitor

TTV pasien

S :

Pasien

mengatakan

bersedia untuk

diukur tekanan

darah, suhu,

respirasi dan

nadi

O:

TD: 120/80

mmHg

N: 90x/menit

S: 37,50C

RR:

20x/menit

-Meberikan

terapi obat

analgesik

Inj. Ketorolac

30mg

Oral Asam

mepenamat

500mg

Vitamin

Solvitron 90

mg

Oral Tramadol

400mg

Oral

Paracetamol

500mg

-Mengulang

teknik

rileksasi

autogenik

S:

Pasien

mengatakan

sudah

mencoba saat

nyeri datang,

sekarang nyeri

berkurang

menjadi skala

4

O:

1. Pasien

tampak lebih

rileks

2. Pasien lebih

tenang

- Mengkaji

skala nyeri

S:

08

.4

0

08

.5

0

12

.0

0

12

.3

0

-Memonitor TTV

pasien

S :

Pasien

mengatakan

bersedia untuk

diukur tekanan

darah, suhu,

respirasi dan nadi

O:

TD: 120/80

mmHg

N: 84x/menit

S: 370C

RR: 20x/menit

-Memberikan

terapi musik

untuk mengurangi

nyeri

S:

Pasien

mengatakan

bersedia untuk

diberikan terapi

musik pasien

masih merasakan

nyeri

O:

Pasien tampak

lebih rileks

-Meberikan terapi

obat analgesik

Inj. Ketorolac

30mg

Oral Asam

mepenamat

500mg

Vitamin Solvitron

90mg

Oral Tramadol

400mg

Oral Paracetamol

500mg

- Mengkaji skala

nyeri

S:

P: Pasien

mengatakan nyeri

karena post SC

Q: Nyeri seperti

tertusuk-tertusuk

R: Nyeri bagian

luka post SC

dibawah pusat

S: Skala nyeri 3

T: Nyeri hilang

Page 73: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif

58

horizontal

panjang

14cm

-

Mengajarkan

teknik

rileksasi

autogenik

S:

Pasien

mengatakan

masih nyeri

dan bersedia

mengikuti

perintah

Pasien

mengtakan

skala 6

menjadi

skala 5

O:

Pasien

tampak aktif

mengikuti

dan mencoba

sendiri

P: Pasien

mengatakan

nyeri karena

post SC

Q: Nyeri

seperti

tertusuk-

tertusuk

R: Nyeri

bagian luka

post SC

dibawah pusat

S: Skala nyeri

4

T: Nyeri

hilang timbul

O:

1. Ekspresi

wajah rileks

2. Pasien

sudah dapat

tersenyum

timbul

O:

1.Pasien tampak

tenang

2. Ekspresi wajah

rileks

3. Pasien sudah

dapat tersenyum

Hambata

n

Mobilitas

Fisik b.d

Keengan

an

Memulai

Pergerak

an

08.

20

09.

00

-Mengkaji

kemampuan

pasien dalam

mobilisasi

S:

Pasien

mengatakan

lemas, pasien

masih takut

berlatih

miring-

miring dan

pasien takut

untuk

banyak gerak

O:

1. Pasien

terpasang

kateter urine

2. Mandi dan

aktifitas

lainnya

dibantu

orang lain

3. Pasien

masih takut

berlatih

miring-

miring

4. Pasien

08

.2

0

08

.3

0

-Mengajarkan

teknik relasasi

otot progresif

S:

Pasien

mengatakan

bersedia

diajarkan

teknik

rileksasi otot

progresif

karena merasa

ototnya kaku

O:

1. Pasien aktif

2. Pasien

dapat

mengulang

sendiri

- Mengkaji

ulang

mobilisasi

pasien

S:

Pasien

mengatakan

sudah bisa

duduk sendiri,

dapat ke

kamar mandi

Page 74: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif

59

tampak

berbaring

ditempat

tidur

5. Post SC

hari ke 1

-

Memberikan

terapi

ambulasi

(tukar posisi)

S:

Pasien

mengatakan

masih takut

latihan

miring-

miring dan

masih takut

untuk

banyak gerak

Pasien

bersedia

diberiakan

teknik

ambulasi

(tukar posisi)

O:

1. Pasien

posisi

miring,

SIM,semi

fowler,dan

fowler

2. Pasien

sudah

tampak

nyaman

posisi fowler

atau posisi

duduk

3. Pasien

tampak

sudah mulai

berani

miring-

miring

sendiri

O:

1. Pasien

tampak sudah

dapat aktifitas

mandiri

2. Pasien

tampak rileks

Risiko

Infeksi

b.d

Prosedur

Invasif

08.

30

-Mengkaji

tanda dan

gejala infeksi

S:

Pasien

mengatakan

panas pada

luka post SC

O:

1. Terdapat

luka insisi

11

.4

5

12

.4

5

-Pemberian

antibiotik

Inj. Ceftriaxon

1000mg

Oral

Amoxcilin

500mg

-Mengkaji

tanda dan

gejala infeksi

S:

09

.0

0

09

.1

0

12

.0

0

-Mengkaji tnda

dan gejala infeksi

S:

Pasien

mengatakan tidak

nyaman dengan

balutan lukanya

O:

1. Luka tidak

terdapat tanda-

tanda infeksi

Page 75: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif

60

daerah

abdomen

dibawah

pusat,

panjang

14cm

2. Luka hari

ke 1 masih

ditutup

dengan kassa

belum

dilakukan

perawatan

luka

3. Lekosit

17,5 10^3

u/L

4. S: 37,10C

Pasien

mengatakan

panas disekitar

luka post SC

O:

1. S: 37,50C

2. Luka masih

tertutup kassa

belum

dilakukan

perawatan

luka

2. Pamjang luka

14cm

3. S: 370C

-Melakukan

perawatan luka

S:

Pasien

mengatakan

bersedia karena

sudah tidak

nyaman dan

setalah perawatan

luka pasien lebih

nyaman

O:

1. Panjang luka

14cm

2. Setelah

dilakukan

perawatan luka

kemudian luka di

tutup kembali

dengan kassa

3. Luka sebagian

belum kering

-Pemberian

antibiotik

Inj. Ceftriaxon

1000mg

Oral Amoxcilin

500mg

Page 76: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif

61

4.1.7 Evaluasi

4.12 Tabel Evaluasi

Diagnosa Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4

Pasien 1

Nyeri

Akut b.d

Agen

Cidera

Fisik

S:

Pasien merasakan

kencang-kencang

dan nyeri

P: Pasien

mengatakan nyeri

karena post

operasi

Q: Nyeri seperti

tertusuk-tusuk

R: Nyeri dibagian

luka post operasi

SC di abdomen

S: Skala nyeri 5

menjadi skala 3

setelah diajarkan

teknik rileksasi

autogenik

T: Nyeri terus

menerus

O:

1. Luka post SC

di abdomen

bentuk horizontal,

panjang 12cm

2. Pasien tampak

menahan nyeri

3. TTV:

TD: 120/70

mmHg

N: 84x/menit

S: 370C

RR : 24x/menit

4. Pasien tampak

lebih rileks

setelah diberi

terapi rileksasi

autogenik dan

pasien dapat

melakukan

mandiri

A:

Masalah teratasi

sebagian

P:

Lanjutkan

intervensi

1. Kaji skala nyeri

2. Monitor TTV

3. Beri terapi

S:

Pasien mengatakan

setelah mengulangi

teknik rileksasi

autogenik skala

tetap skala 3 dan

apabila nyeri

datang pasien

mengulang

rileksasi autogenik

P: Pasien

mengatakan nyeri

karena luka post

SC

Q: Nyeri seperti

tertusuk-tusuk tapi

sudah berkurang

R: Nyeri di luka

post SC

diabdomen bagian

bawah

S: Skala nyeri 3

T: Hilang timbul

O:

1. Pasien tampak

sedikit lebih rileks

2. Pasien tampak

tenang

3. Pasien dapat

melakukan mandiri

teknik rileksasi

autogenik

4. TTV

TD: 120/80 mmHg

N: 80x/menit

S: 37,30C

RR: 22x/menit

A: Masalah

teratasi sebagian

P: Lanjutkan

intervensi

1. Kaji skala nyeri

2. Monitor TTV

3. Beri terapi

musik

4. Ulangi

pemberian teknik

rilesasi autogenik

5. Kalaborasi

dalam pemberian

S:

P: Pasien

mengatakan

nyeri karena

luka post SC

Q: Nyeri seperti

tertusuk-tusuk

sudah banyak

berkurang

R: Nyeri

diabdomen

bawah luka

bekas post SC

S: Skala nyeri 2

T: Nyeri hilang

timbul

O:

1. Pasien tampak

rileks

2. TTV

TD: 110/90

mmHg

N: 80x/menit

S: 370C

RR: 20x/menit

A:

Masalah teratasi

sebagian

P:

Lanjutkan

Intervensi

1. Kaji skala

nyeri

2. Monitor TTV

3. Ulangi

pemberian

teknik rilesasi

autogenik

4. Kalaborasi

dalam

pemberian

analgesik

S:

P: Pasien

mengatakan

nyeri karena

luka post SC

Q: Nyeri

seperti

tertusuk-tusuk

sudah lebih

baik

R: Nyeri

diabdomen

bawah luka

bekas post SC

S: Skala nyeri

2

T: Nyeri hilang

timbul

O:

1. Sudah baik

2. Pasien sudah

tenang dan

jauh lebih

rileks

3. TTV

TD: 120/80

mmHg

N: 80x/menit

S: 36,50C

RR: 20x/menit

A:

Masalah

teratasi

P:

Pertahankan

Intervensi

Page 77: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif

62

musik

4. Ulangi

pemberian teknik

rilesasi autogenik

5. Kalaborasi

dalam pemberian

analgesic

analgesic

Hambatan

Mobilitas

Fisik b.d

Keenganan

Memulai

Pergerakan

S:

Pasien

mengatakan nyeri,

lemas

O:

1. Pasien

terpasang kateter

urine

2. Mandi dan

aktivitas banyak

dibantu

3. Pasien tampak

berbaring

ditempat tidur

Berlatih miring-

miring

4. berlatih belajar

duduk

A:

Masalah teratasi

sebagian

P:

Lanjutkan

Intervensi

1. Mengkaji ulang

kemampuan klien

2. Ajarkan teknik

otot progresif

S:

1. Pasien bersedia

diberiakan

relaksasi otot

progresif

2. Pasien berlatih

berjalan

3. Pasien

mengatakan sudah

mampu melakukan

aktifitas mandiri

O:

1. Pasien dapat

melakukan

aktifitas mandiri

2. Pasien aktif

beraktifitas

A: Masalah

teratasi

P: Pertahankan

Intervensi

- -

Risiko

Infeksi b.d

Prosedur

Invasif

S:

Pasien

mengatakan dulu

pernah melakukan

SC, di abdomen

masih ada luka

jahitan

dan luka post

operasi terasa

panas

O:

1. Luka post SC

di abdomen

bentuk horizontal

panjang 12cm

2. Tertutup kassa

3. Lekosit 16,1

10^3/uL

4. S: 370C

5. Luka hari ke 1

masih ditutup

kassa belum

dilakukan

S:

Pasien mengatakan

gatal-gatal

disekitar luka

jahitan, luka hari

ke 2

O:

1. S: 37.30C

2. Disekitar luka

tidak terdapat

tanda-tanda infeksi

3. Panjang luka 12

cm, tertutup kassa

A:

Masalah teratasi

sebagian

P:

Lanjutkan

Intervensi

1. Kaji tanda dan

gejala infeksi

2. Beri antibiotik

3. Lakukan

S:

Pasien

mengatakan

sudah tidak

nyaman dengan

lukanya dang

gata-gatal

disekitar luka

berkurang

O: 1. Luka tidak

terdapat tanda-

tanda infeksi

2. Pamjang luka

12 cm

3. Setelah

dilakukan

perawatan luka

kemudian luka

di tutup kembali

4. Luka sebagian

belum kering

A:

Masalah teratasi

S:

Pasien

mengatakan

sudah baikan

tidak merasa

gatal-gatal

O:

1. Tidak

terdapat luka

infeksi

2. Panjang luka

12 cm tertutup

kassa kembali

setelah

dilakukan

perwatan luka

A:

Masalah

teratasi

P:

Pertahankan

Intervensi

Luka operasi

Page 78: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif

63

perawatan luka

A:

Masalah belum

teratasi

P:

Lanjutkan

intervensi

1. Kaji tanda dan

gejala infeksi

2. Beri antibiotik

3. Lakukan

perawatan luka

perawatan luka

sebagian

P:

Lanjutkan

Intervensi

1. Kaji tanda

dan gejala

infeksi

2. Beri antibiotik

3. Lakukan

perawatan luka

SC bisa

dikontrolkan

dipoli

kandungan

Pasien 2

Nyeri

Akut b.d

Agen

Cidera

Fisik

S:

Pasien

mengatakan

kencang-kencang

diperut

P: Pasien

mengatakan nyeri

karena post SC

Q: Nyeri seperti

tertusuk-tertusuk

R: Nyeri bagian

luka post SC

dibawah pusat

S: Skala nyeri 6

menjadi skala 5

setelah diajarkan

teknik autogenik d

T: Nyeri terus-

menerus

O:

1. Pasien dapat

melakukan teknik

rileksasi

autogenik secara

mandiri setelah

diajarkan

2. Ekspresi wajah

sebelumnya

mringis kesakitan

menjadi agak

rileks

3. Pasien

memegangi perut

4. Luka post sc

dibawah pusat

berbentuk

horizontal,

panjang 14cm

5. TTV

TD: 120/80

mmHg

N: 88x/menit

S: 37,10C

RR: 22x/menit

A:

S:

Pasien mengatakan

mencoba mandiri

teknik rileksasi

autogenik saat

nyeri datang

P: Pasien

mengatakan nyeri

karena post SC

Q: Nyeri seperti

tertusuk-tertusuk

R: Nyeri bagian

luka post SC

dibawah pusat

S: Skala nyeri 5

berkurang menjadi

skala nyeri 4

T: Nyeri hilang

timbul

O:

1. Ekspresi wajah

tampak lebih rileks

2. pasien sudah

dapat tersenyum

3. pasien tampak

tenang

4. TTV

TD: 120/80 mmHg

N: 90x/menit

S: 37,50C

RR: 20x/menit

A:

Masalah teratasi

sebagian

P:

Lanjutkan

intervensi

1. Kaji skala nyeri

2. Monitor TTV

3. Ulangi

pemberian teknik

rilesasi autogenik

4. Kalaborasi

dalam pemberian

analgesik

S:

P: Pasien

mengatakan

nyeri karena

post SC

Q: Nyeri seperti

tertusuk-tertusuk

R: Nyeri bagian

luka post SC

dibawah pusat

S: Skala nyeri 3

T: Nyeri hilang

timbul

O:

1. Pasien tampak

tenang

2. Ekspresi

wajah bisa

tersenyum

3. TTV:

TD: 120/80

mmHg

N: 84x/menit

S: 370C

RR: 20x/menit

A:

Masalah teratasi

sebagian

P:

Pertahankan

Intervensi

Page 79: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif

64

Masalah teratasi

sebagian

P:

Lanjutkan

intervensi

1. Kaji skala nyeri

2. Monitor TTV

3. Beri terapi

musik

4. Ulangi

pemberian teknik

rilesasi autogenik

5. Kalaborasi

dalam pemberian

analgesik

Hambatan

Mobilitas

Fisik b.d

Keenganan

Memulai

Pergerakan

S:

1. Pasien

mengatakan

lemas, pasien

sudah latihan

miring-miring dan

pasien takut untuk

banyak bergerak

2. Pasien bersedia

diberikan teknik

ambulasi ( tukar

posisi )

O:

1. Pasien

terpasang kateter

urine

2. Mandi dan

aktifitas lainnya

dibantu orang lain

3. Berlatih

miring-miring

4. Pasien tampak

berbaring

ditempat tidur

5. Post SC hari ke

1

6. Berlatih belajar

duduk

A:

Masalah teratasi

sebagian

P:

Lanjutkan

intervensi

1. Mengkaji ulang

kemampuan klien

2. Ajarkan teknik

otot progresif

S:

Pasien mengatakan

sudah bisa duduk

sendiri, dapat ke

kamar mandi

sendiri

O:

1. Pasien tampak

sudah bisa

beraktifitas

mandiri

2. Pasien tampak

melakukan banyak

gerak

A:

Masalah teratasi

P:

Intervensi

dihentikan

-

Risiko

Infeksi b.d

S:

Pasien

S:

Pasien masih

S:

Pasien

Page 80: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif

65

Prosedur

Invasif

mengatakan panas

pada luka post SC

O:

1. Terdapat luka

insisi pada daerah

abdomen dibawah

pusat 14 cm

2. Luka hari ke 1

masih tertutup

kassa belum

dilakukan

perawatan luka

3. Lekosit 17,5

10^3/uL

4. S: 37,10C

A:

Masalah teratasi

sebagian

P:

Lanjutkan

intervensi

1. Kaji tanda dan

gejala infeksi

2. Beri antibiotik

3. Lakukan

perawatan luka

mengatakan panas

disekitar luka post

SC

O:

1. S: 370C

2. Luka masih

tertutup kassa

belum dilakukan

perawatan luka

A:

Masalah teratasi

sebagian

P:

Lanjutkan

intervensi

1. Kaji tanda-tanda

dan gejala infeksi

2. Lakukan

perawatan luka

3. Pemberian

Antibiotik

mengatakan

bersedia

dilakukan

perawatan luka

karena sudah

tidak nyaman

O:

1. S: 370C

2. Pamjang luka

14cm

3. Luka sebagian

belum kering

4. Tidak terdapat

tanda-tanda

infeksi

5. Setelah

dilakukan

perawatan luka,

luka kembali

ditutup kassa

A:

Masalah teratasi

sebagian

P:

Pertahankan

intervensi

Page 81: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif

66

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Pembahasan

Pada bab ini penulis akan membahas tentang asuhan keperawatan pada

pasien postpartum dengan post sectio caesarea pada Ny.D dan Ny.P. Asuhan

keperawatan dimulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi,

implementasi, evaluasi. Dilaksanakan pada tanggal 27 Mei 2017-04 Juni 2017

dengan masalah nyeri akut dengan etiologi agen cidera fisik.

5.1.1 Pengkajian

Menurut Hermand dkk (2015), pengkajian adalah langkah awal

dari tahapan proses keperawatan, kemudian dalam mengkaji

harus memperhatikan data dasar dari pasien, untuk informasi

yang diharapakan dari pasien. Pengkajian keperawatan pada seluruh

tingkat analisis (individu, keluarga, komunitas) terdiri atas data

subjektif dari seseorang atau kelompok, dan data objektif dari

pemeriksaan diagnostik dan sumber lain. Pengkajian individu terdiri

atas riwayat kesehatan (data subjektif) dan pemeriksaan fisik (data

objektif) .

Pengkajian dilakukan pada pasien 1 Ny. D dan pasien 2 Ny. P

dengan post sectio caesarea di RSUD Ungaran. Pengkajian terdiri dari

identitas pasien, riwayat kesehatan, pengkajian post partum,

pemeriksaan fisik, riwayat persalinan dan pola kesehatan.

Pada tahap pengkajian pada pasien 1 (Ny. D) dengan post sectio

Page 82: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif

67

caesarea hari ke 1 indikasi disproporsi selfalo pelvik didapatkan

data, keluhan utama pasien adalah nyeri pada luka post operasi. Pasien

mengatakan dilakukan operasi sectio caesarea pada hari jumat tanggal

26 mei 2017 pukul 09.00 WIB. Selesai operasi pasien dibawa ke ruang

VK Flamboyan untuk dilakukan pemantauan terpasang kateter urine

dan infus RL. Kemudian hari sabtu dipindah di ruang nifas Flamboyan.

Kemudian dikaji pada hari sabtu pukul 09.00 hari pertama post SC.

Pasien mengatakan masih kencang-kencang. P: Pasien mengatakan

karena post operasi SC. Q: nyeri seperti tertusuk-tusuk. R: nyeri

dibagian luka post SC dibawah abdomen. S: skala nyeri 5. T: nyeri

terus menerus. TTV pasien TD: 120/70 mmHg, S: 370C, N: 84x/menit,

RR: 24x/menit, dan pemeriksaan abdomen inspeksi terdapat luka sayat

horizontal panjang 12cm.

Pada tahap pengkajian pada pasien 2 dengan post sectio caesarea

hari ke 1 indikasi plasenta previa didapatkan data, keluhan utama

pasien adalah nyeri pada luka post operasi. Pada tanggal 1 juni 2017

pada pukul 11.00 WIB dilakukan operasi SC. Selesai SC di observasi

diruang VK Flamboyan . Dipindah ruang nifas Flamboyan pada

tanggal 2 juni 2017 07.00 WIB, dikaji pada tanggal 02 juni 2017 pukul

08.00 WIB, terpasang urine kateter dan infus RL. Hari pertama post

sectio caesarea pasien mengatakan nyeri. P: Pasien mengatakan nyeri

karena post SC. Q: nyeri seperti tertusuk-tusuk. R: nyeri bagian luka

post SC dibawah pusar. S: skala nyeri 6. T: nyeri terus-menerus. TTV

pasien TD: 120/80 mmHg, S: 37,10C, RR: 22x/menit, N: 88x/menit,

Page 83: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif

68

dan pemeriksaan abdomen inspeksi terdapat luka sayat horizontal

panjang 14cm.

Hal ini sesuai dengan teori bahwa rasa nyeri ini dapat timbul

akibat trauma fisik yang disengaja atau tidak disengaja, salah satu

trauma fisik yang disengaja yaitu luka operasi sectio cesarea. Sectio

cesarea itu sendiri adalah suatu persalinan buatan dimana janin

dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding

rahim dengan syarat dinding rahim dalam keadaan utuh( Widiatie,

2015).

Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak

menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau

potensial. Nyeri yang dirasakan seseorang mempunyai rentang

nyeri yang berbeda-beda dari satu orang ke orang lainnya( Widiatie,

2015). Menurut Andarmoyo(2013), observasi nyeri dilakukan untuk

membantu pasien dengan mengutarakan masalah atau keluhan secara

lengkap, pengkajian yang bisa dilakukan untuk mengkaji karateristik

nyeri bisa menggunakan analisis simptom. Komponen pengkajian

analisis symptom meliputi (PQRST): P (Paliatif/Profocatif: yang

menyebabkan timbulnya masalah), Q (Quality: kualitas nyeri yang

dirasakan), R (Regio: lokasi nyeri), S (Severity: keparahan), T (Time:

waktu).

Pada pasien post SC karakteristik nyeri seperti di tusuk tusuk pada

perutnya yang diakibatkan oleh luka pembedahan. Nyeri memiliki sifat

yang mendominasi, yang mengganggu kemampuan individu untuk

Page 84: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif

69

berhubungan dengan orang lain, merawat diri dan beraktivitas

(Nurhayati, 2015). Hal ini sesuai dengan kondisi pada kedua pasien

dengan karakteristik nyeri tertusuk- tusuk.

5.2.1 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respons

manusia terhadap gangguan kesehatan atau proses kehidupan, atau

kerentangan respons dari seorang individu, keluarga, kelompok, atau

komunitas. Diagnosis keperawatan biasanya berisi dua bagian yaitu

deskription atau pengubah, fokus diagnosis, atau konsep kunci dari

diagnosis ( Hermand dkk 2015 ).

Berdasarkan data hasil pengkajian pada pasien 1 dan 2, maka

didapatkan diagnosa keperawatan yaitu nyeri akut berhubungan

dengan agen cidera fisik.

Penulis mengambil diagnosa keperawatan nyeri akut mengacu

pada batasan karakteristik yaitu adanya ekspresi wajah, perubahan

posisi untuk menghindari nyeri, sikap melindungi nyeri, keluhan

tentang intensitas menggunakan standar skala nyeri,dan keluhan

tentang karakteristik nyeri dengan menggunakan standar instrumen

nyeri (Hermand dkk 2015).

Menurut Pilliter (2003) dalam Solehati dan Kosasih (2015), nyeri

mempengaruhi kemampuan klien untuk bernafas dan bergerak. Sejalan

dengan pendapat menurut Brunner dan Suddart (2002) dalam Solehati

dan Kosasih (2015), nyeri pada klien harus segera ditangani karena

Page 85: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif

70

apabila nyeri yang tidak segera diatasi secara adekuat mempunyai efek

yang membahayakan diluar ketidaknyamanan dan menggangu nyeri

akut yang tidak kunjung mereda dapat mempengaruhi sistem

pulmonary, kardiovaskuler, gastrointestinal, dan imunologik.

5.3.1 Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan merupakan suatu perawatan yang

dilakukan perawat berdasarkan peenilaian klinis dan pengetahuan

perawat untuk meningkatkan outcome pasien atau klien. Intervensi

keperawatan mencakup baik perawatan langsung dan tidak langsung

yang ditujukan pada individu, keluarga dan masyarakat, serta orang-

orang dirujuk oleh perawat, dirujuk oleh dokter maupun pemberi

pelayanan kesehatan lainnya (Bullechek dkk, 2015).

Berdasarkan diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan dengan

agen cidera fisik, maka dapat dilakukan beberapa intervensi

keperawatan. Intervensi keperawatan dituliskan sesuai rencana dan

kriteria hasil berdasarkan NIC (Nursing Intervention Clasification )

dan NOC (Nursing Outcome Clasification). Dalam kasus ini penulis

melakukan intevensi sesuai dengan rumusan masalah diatas selama 3

kali 24 jam dengan tujuan untuk mengetahui keefektifan tindakan

secara maksimal. Tujuan dari intervensi adalah suatu sasaran atau

maksud yang menggambarkan perubahan yang diinginkan pada setiap

kondisi atau perilaku pasien dengan kriteria hasil yang diharapkan

perawat. Kriteria hasil harus SMART (Specific, Measurable,

Acheivable, Reasoanable, dan Time). Specific adalah berfokus pada

Page 86: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif

71

klien. Measurable adalah dapat diukur. Achievable adalah tujuan yang

harus dicapai. Reasonable adalah tujuan yang harus

dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Time adalah batas pencapaian

dalam rentang waktu tertentu, harus jelas batasan waktunya

(Dermawan, 2012).

Berdasarkan fokus diagnosa keperawatan yang akan dibahas dan

dibuat perbandingan pada pasien 1 dan pasien 2 yaitu nyeri akut b.d

agen cidera fisik, maka penulis menyusun rencana keperawatan

dengan tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24

jam nyeri teratasi dengan kriteria hasil a). Klien dapat mengetahui

penyebab nyeri. b). Klien mampu menggunakan teknik non

farmakologi untuk mengurangi nyeri, dan tindakan pencegahan nyeri.

c). Klien melaporkan nyeri berkurang dengan menggunakan

manajemen nyeri dan skala nyeri menjadi skala 1-2. d). Tanda-tanda

vital dalam batas normal.e). Ekspresi wajah tenang.

Intervensi atau rencana keperawatan yang akan dilakukan yaitu

yang pertama kaji skala nyeri dengan pola PQRST bertujuan untuk

mengetahui karakteristik nyeri pada pasien. Nyeri perlu dikaji karena

nyeri bersifat objektif tidak ada dua individu yang mengalami nyeri

yang sama dan tidak ada dua kejadian nyeri yang menghasilkan respon

atau perasaan yang identik pada seorang individu (Potter dan Perry,

2005). Kaji tanda-tanda vital pada pasien untuk mengetahui tekanan

darah, nadi, suhu dan respirasi pasien. Beri terapi musik untuk

mengalihkan rasa nyeri dan paaien lebih rileks. Ajarkan terapi

Page 87: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif

72

relaksasi autogenik untuk mengurangi rasa nyeri, salah satu metode

untuk mengatasi nyeri secara non-farmakologis adalah terapi

relaksasi autogenik(Asmadi, 2008 dalam Nurhayati, 2015). Relaksasi

merupakan suatu keadaan dimana seseorang merasakan bebas

mental dan fisik dari ketegangan dan stress. Teknik relaksasi

bertujuan agar individu dapat mengontrol diri ketika terjadi 30

rasa ketegangan dan stres yang membuat individu merasa dalam

kondisi yang tidak nyaman (Potter & Perry, 2005 dalam Nurhayati,

2015). Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgetik

dengan rasional analgetik dapat menurunkan nyeri.

5.4.1 Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan merupakan catatan tentang tindakan

yang diberikan kepada klien. Pencataan mencakup tindakan

keperawatan yang diberikan baik secara mandiri maupun kolaboratif,

serta pemenuhan kriteria hasil terhadap tindakan yang diberikan

kepada klien (Hutahean, 2010).

Implementasi pada pasien 1 (Ny. D) pada diagnosa nyeri akut b.d

agen cidera fisik pada hari ke1 tanggal 27 Mei 2017 pukul 09.00

Memonitor TTV pasien dengan respon subyektif Ny. D pasien

mengatakan bersedia untuk diukur tekanan darah, suhu, respirasi dan

nadi dengan respon obyektif TD: 120/70 mmHg, N: 84x/menit, S:

370C, RR: 24x/menit. Pukul 09.05 mengkaji skala nyeri pasien dengan

respon subyektif pasien mengatakan perut terasa kencang-kencang, P:

Pasien mengatakan nyeri karena post operasi caesarea, Q: Nyeri seperti

Page 88: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif

73

tertusuk-tusuk, R: Nyeri dibagian luka post operasi caesarea di

abdomen bagian bawah, S: Skala nyeri 5, T: Nyeri terus menerus

dengan respon obyektif luka post SC di abdomen bentuk Horizontal

panjang 12cm, ekspresi wajah tampak menahan nyeri. Pukul 10.00

melakukan mengajarkan teknik relaksasi autogenik dengan respon

subyektif pasien mengatakan masih nyeri dan bersedia mengikuti dan

pasien mengatakan dari skala 5 menjadi skala 3 dengan respon

obyektif pasien tampak aktif dan pasien dapat melakukan mandiri.

Pada hari ke 2 tanggal 28 Mei 2017 pukul 08.00 monitor TTV

dengan respon subyektif pasien mengatakan bersedia untuk diukur

tekanan darah, suhu, respirasi dan nadi dengan respon obyektif TD:

120/80 mmHg, N: 80x/menit, S: 37,30C, RR: 22x/menit. Pukul 08.15

mengulangi teknik relaksasi autogenik respon subyektif pasien

mengatakan setelah mengulangi teknik relaksasi autogenik skala tetap

skala 3, Pasien mengatakan apabila nyeri muncul pasien selalu

melakukan teknik relaksasi autogenik dengan respon obyektif pasien

tampak nyaman, dapat melakukan mandiri. Pada pukul 09.25 mengkaji

skala nyeri pasien dengan respon subyektif P: Pasien mengatakan

nyeri karena luka post SC, Q: Nyeri seperti tertusuk-tusuk tapi sudah

berkurang, R: Nyeri di luka post SC diabdomen bagian bawah, S:

Skala nyeri 2, T: Hilang timbul, dengan respon obyektif pasien tampak

sedikit lebih rileks dan pasien tampak tenang. Pada pukul 11.35

meberikan terapi obat analgesik Oral Asam mefenamat

500mg,Vitamin Solvitron 90 mg, Oral Tramadol 400mg.

Page 89: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif

74

Tindakan hari ke 3 tanggal 29 Mei 2017 pukul 08.00 Memonitor

TTV dengan respon subyektif pasien mengatakan bersedia untuk

diukur tekanan darah, suhu, respirasi dan nadi dengan respon obyektif

TD: 110/90 mmHg, N: 80x/menit, S: 370C, RR: 20x/menit. Pada

pukul 08.05 mengkaji skala nyeri pasien respon subyektif P: Pasien

mengatakan nyeri karena luka post SC, Q: Nyeri seperti tertusuk-tusuk

sudah banyak berkurang, R: Nyeri diabdomen bawah luka bekas post

SC, S: Skala nyeri 2, T: Nyeri hilang timbul dengan respon obyektif

pasien sudah lebih rileks, pasien sudah mampu berbincang-bincang

dengan kuat. Pada pukul 08.10 memberikan terapi musik untuk

mengurangi nyeri dengan respon subyektif pasien mengatakan

bersedia untuk diberikan terapi musik untuk lebih rileks dengan respon

obyektif pasien tampak rileks dan pasien tampak lebih tenang. Pukul

11.35 meberikan terapi obat analgesik Oral Asam mefenamat 500mg,

Vitamin Solvitron 90 mg, Oral Tramadol 400mg.

Hari ke 4 tanggal 30 Mei 2017 pukul 08.05 memonitor TTV

dengan respon subyektif pasien mengatakan bersedia untuk diukur

tekanan darah, suhu, respirasi dan nadi dengan respon obyektif TD:

120/80 mmHg, N: 80x/menit, S: 36,50C, RR: 20x/menit. Pada pukul

08.15 mengkaji skala nyeri dengan respon subyektif P: Pasien

mengatakan nyeri karena luka post SC, Q: Nyeri seperti tertusuk-tusuk

sudah lebih baik, R: Nyeri diabdomen bawah luka bekas post SC, S:

Skala nyeri 2, T: Nyeri hilang timbul.

Page 90: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif

75

Implementasi pada pasien 2 (Ny. P) pada diagnosa nyeri akut b.d

agen cidera fisik pada hari ke1 tanggal 02 Juni 2017 pukul 08.00

memonitor TTV pasien respon subyektif pasien mengatakan bersedia

untuk diukur tekanan darah, suhu, respirasi dan nadi dengan respon

obyektif TD: 120/80 mmHg, N: 88x/menit, S: 37,10C, RR: 22x/menit.

Pukul 08.10 mengkaji skala nyeri dengan respon subyektif pasien

mengatakan kencang-kancang, P: Pasien mengatakan nyeri karena post

SC, Q: Nyeri seperti tertusuk-tertusuk, R: Nyeri bagian luka post SC

dibawah pusat, S: Skala nyeri 6, T: Nyeri terus-menerus dengan respon

obyektif ekspresi wajah mringis kesakitan, pasien memegangi perut,

luka post SC, diabdomen bentuk horizontal panjang 14cm. Pada pukul

08.35 mengajarkan teknik relaksasi autogenik dengan respon subyektif

pasien mengatakan masih nyeri dan bersedia mengikuti perintah,

pasien mengtakan skala 6 menjadi skala 5 dan respon obyektif pasien

tampak aktif mengikuti dan mencoba sendiri.

Tindakan hari ke 2 pukul 08.10 memonitor TTV dengan respon

subyektif pasien mengatakan bersedia untuk diukur tekanan darah,

suhu, respirasi dan nadi dengan respon obyektif TD: 120/80 mmHg,

N: 90x/menit, S: 37,50C, RR: 20x/menit. Pada pukul 11.45 meberikan

terapi obat analgesik Inj. Ketorolac 30mg, Oral Asam mefenamat

500mg, Vitamin Solvitron 90 mg, Oral Tramadol 400mg, Oral

Paracetamol 500mg. Pukul 12.15 mengulang teknik relaksasi

autogenik respon subyektif pasien mengatakan sudah mencoba saat

nyeri datang, sekarang nyeri berkurang menjadi skala 4 dengan respon

Page 91: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif

76

obyektif pasien tampak lebih rileks dan pasien lebih tenang. Pada

pukul 12.25 mengkaji skala nyeri dengan respon subyektif P: Pasien

mengatakan nyeri karena post SC, Q: Nyeri seperti tertusuk-tertusuk,

R: Nyeri bagian luka post SC dibawah pusat, S: Skala nyeri 4, T: Nyeri

hilang timbul dengan respon obyektif ekspresi wajah rileks dan pasien

sudah dapat tersenyum.

Tindakan hari ke 3 pukul 08.40 memonitor TTV pasien dengan

respon subyektif pasien mengatakan bersedia untuk diukur tekanan

darah, suhu, respirasi dan nadi dan dengan respon obyektif TD: 120/80

mmHg, N: 84x/menit, S: 370C, RR: 20x/menit. Pukul 08.50

memberikan terapi musik untuk mengurangi nyeri dengan respon

subyektif pasien mengatakan bersedia untuk diberikan terapi musik

pasien masih merasakan nyeri dan respon obyektif pasien tampak lebih

rileks. Pukul 12.00 meberikan terapi obat analgesik Inj. Ketorolac

30mg, Oral Asam mefenamat 500mg, Vitamin Solvitron 90mg, Oral

Tramadol 400mg, dan Oral Paracetamol 500mg. Pukul 12.30 mengkaji

skala nyeri dengan respon subyektif P: Pasien mengatakan nyeri

karena post SC, Q: Nyeri seperti tertusuk-tertusuk, R: Nyeri bagian

luka post SC dibawah pusat, S: Skala nyeri 3, T: Nyeri hilang timbul

dengan respon obyektif pasien tampak tenang, ekspresi wajah rileks

dan pasien sudah dapat tersenyum.

Dari hasil penelitian Nurhayati 2015, terdapat perbedaan skala

nyeri sebelum dan sesudah tindakan relaksasi autogenik pada ibu post

operasi sectio caersarea perbedaan yang besar, hal ini dapat

Page 92: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif

77

disebabkan karena responden dalam penelitian ini merasa nyaman

setelah dialakukan relaksasi autogenik sehingga menurunkan skala

nyeri pada luka operasi. Hal ini sesuai dengan kondisi pada kedua

pasien yaitu mengalami penurunan skala nyeri tetapi tidak

menghilangkan nyeri.

Pada tahap mudulasi dilakukan, mekanisme memblok rangsang

nyeri dari spinal cord ke otak dan metode pokok untuk proses ini

menggunakan teori gate control dimana relaksasi autogenik menjadi

bagian dari teori gate control ini, sehingga terjadi penurunan nyeri

(Melzack, 2008 dalam Nurhayati 2015).

5.5.1 Evaluasi

Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis

dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah

ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan

melibatkan klien, keluarga, dan tenaga kesehatan lainnya. tujuan

evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai

tujuan yang disesuaikan dengan kriteria hasil pada tahap perencanaan

(Setiadi, 2012 : 57). Metode yang digunakan adalah dengan SOAP

(Subyektif, Obyektif, Analisis, Planning).

Evaluasi yang dilakukan pada pasien 1 berdasarkan fokus diagnosa

keperawatan yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik

pada tanggal 27 Mei 2017 hari ke 1 didapatkan hasil subyektif pasien

merasakan kencang-kencang dan nyeri, P: Pasien mengatakan nyeri

karena post operasi, Q: Nyeri seperti tertusuk-tusuk, R: Nyeri dibagian

Page 93: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif

78

luka post operasi SC di abdomen, S: Skala nyeri 5 menjadi skala 3

setelah diajarkan teknik rileksasi autogenik T: Nyeri terus menerus,

respon objektif luka post SC di abdomen bentuk horizontal, panjang

12cm, Pasien tampak menahan nyeri, TTV: TD: 120/70 mmHg, N:

84x/menit, S: 370C, RR : 24x/menit,pasien tampak lebih rileks setelah

diberi terapi rileksasi autogenik dan pasien dapat melakukan mandiri,

Analisa masalah teratasi sebagian, planning lanjutkan intervensi: kaji

skala nyeri, monitor TTV, beri terapi musik ulangi pemberian teknik

rilesasi autogenik, kalaborasi dalam pemberian analgesik.

Evaluasi hari ke 2 tanggal 28 Mei 2017 didapatkan hasil subyektif

pasien mengatakan setelah mengulangi teknik rileksasi autogenik skala

tetap skala 3 dan apabila nyeri datang pasien mengulang rileksasi

autogenik, P: Pasien mengatakan nyeri karena luka post SC, Q: Nyeri

seperti tertusuk-tusuk tapi sudah berkurang, R: Nyeri di luka post SC

diabdomen bagian bawah, S: Skala nyeri 3, T: Hilang timbul, respon

obyektif pasien tampak sedikit lebih rileks, pasien tampak tenang

pasien dapat melakukan mandiri teknik rileksasi autogenik, TTV: TD:

120/80 mmHg, N: 80x/menit, S: 37,30C, RR: 22x/menit, Analisa

masalah teratasi sebagian, planning lanjutkan intervensi: kaji skala

nyeri, monitor TTV, beri terapi musik, ulangi pemberian teknik rilesasi

autogenik, kalaborasi dalam pemberian analgesik. Pada hari ke 2

pasien tidak mengalami penurunan skala nyeri karena pasien tidak

kosentrasi melakukan relaksasi autogenik karena anaknya menangis.

Page 94: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif

79

Evaluasi hari ke 3 tanggal 29 Mei 2017 didapatkan hasil subyektif

P: Pasien mengatakan nyeri karena luka post SC, Q: Nyeri seperti

tertusuk-tusuk sudah banyak berkurang, R: Nyeri diabdomen bawah

luka bekas post SC, S: Skala nyeri 2, T: Nyeri hilang timbul, respon

obyektif pasien tampak rileks, TTV : TD: 110/90 mmHg, N:

80x/menit, S: 370C ,RR: 20x/menit, Anlisa masalah teratasi sebagian,

planning lanjutkan intervensi: kaji skala nyeri, monitor TTV, ulangi

pemberian teknik rilesasi autogenik, kalaborasi dalam pemberian

analgesik.

Evaluasi hari ke 4 tanggal 30 Mei 2017 didapatkan hasil subyektif

P: Pasien mengatakan nyeri karena luka post SC, Q: Nyeri seperti

tertusuk-tusuk sudah lebih baik, R: Nyeri diabdomen bawah luka bekas

post SC, S: Skala nyeri 2, T: Nyeri hilang timbul, respon obyektif

pasien tampak udah baik, pasien sudah tenang dan jauh lebih rileks,

TTV: TD: 120/80 mmHg, N: 80x/menit, S: 36,50C , RR: 20x/menit,

Analisa masalah teratasi, planning Pertahankan Intervensi.

Evaluasi yang dilakukan pada pasien 2 berdasarkan fokus diagnosa

keperawatan yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik

pada tanggal 02 Juni 2017 hari ke 1 didapatkan hasil subyektif pasien

mengatakan kencang-kencang diperut, P: Pasien mengatakan nyeri

karena post SC, Q: Nyeri seperti tertusuk-tertusuk, R: Nyeri bagian

luka post SC dibawah pusat, S: Skala nyeri 6 menjadi skala 5 setelah

diajarkan teknik autogenik, T: Nyeri terus-menerus, respon obyektif

pasien dapat melakukan teknik rileksasi autogenik secara mandiri

Page 95: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif

80

setelah diajarkan, ekspresi wajah sebelumnya mringis kesakitan

menjadi agak rileks, pasien memegangi perut, luka post sc dibawah

pusat berbentuk horizontal, panjang 14cm, TTV: TD: 120/80 mmHg,

N: 88x/menit, S: 37,10C, RR: 22x/menit, Analisa masalah teratasi

sebagian, planning lanjutkan intervensi: kaji skala nyeri, monitor TTV,

beri terapi musik ulangi pemberian teknik rilesasi autogenik,

kalaborasi dalam pemberian analgesik.

Evaluasi hari ke 2 tanggal 03 Juni 2017 didapatkan hasil subyektif

pasien mengatakan mencoba mandiri teknik rileksasi autogenik saat

nyeri datang, P: Pasien mengatakan nyeri karena post SC, Q: Nyeri

seperti tertusuk-tertusuk, R: Nyeri bagian luka post SC dibawah pusat,

S: Skala nyeri 5 berkurang menjadi skala nyeri 4, T: Nyeri hilang

timbul, respon obyektif ekspresi wajah tampak lebih rileks, pasien

sudah dapat tersenyum pasien tampak tenang, TTV: TD: 120/80

mmHg, N: 90x/menit, S: 37,50C, RR: 20x/menit, Analisa masalah

teratasi sebagian, planning lanjutkan intervensi: kaji skala nyeri,

monitor TTV, ulangi pemberian teknik rilesasi autogenik, kalaborasi

dalam pemberian analgesik.

Evaluasi hari ke 3 tanggal 04 Juni 2017 didapatkan hasil subyektif

P: Pasien mengatakan nyeri karena post SC, Q: Nyeri seperti tertusuk-

tertusuk, R: Nyeri bagian luka post SC dibawah pusat, S: Skala nyeri

3, T: Nyeri hilang timbul, respon obyektif pasien tampak tenang,

ekspresi wajah bisa tersenyum, TTV: TD: 120/80 mmHg, N:

Page 96: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif

81

84x/menit, S: 370C,RR: 20x/menit, Analisa masalah teratasi sebagian,

planning Pertahankan Intervensi.

Berdasarkan jurnal penelitian, pasien post SC yang dilakukan

relaksasi autogenik mengalami penurunan tingkat nyeri tetapi tidak

menghilangkan nyeri tersebut karena luka dari operasi SC tersebut

merupakan luka yang dibuat mulai dari lapisan perut sampai ke

lapisan uterus yang penyembuhannya bertahap sehingga masih

merasakan nyeri (Nurhayati, 2015). Berdasarkan tindakan keperawatan

dilakukan 4 hari pada pasien 1 (Ny. D) terapi relaksasi autogenik,

skala nyeri pasien mengalami penurunan dari skala 5 menjadi skala 2

dan pada pasien 2 (Ny. P) tindakan dilakukan 3 hari terapi relaksasi

autogenik, skala nyeri pasien mengalami penurunan dari skala 6

menjadi skala 3. Hal ini sesuai dengan jurnal bahwa dalam penelitian

Nurhayati 2015, pasien merasa nyaman setelah dilakukan relaksasi

autogenik sehingga penurunan skala nyeri pada luka operasi. Pada

pasien 1 dan pasien 2 mengalami perbedaan skala nyeri pada pasien 1

nyeri teratasi dan pada pasien 2 nyeri teratasi sebagian karena pada

pasien 2 waktu untuk tindakan 3 hari dan kehabisan waktu untuk

melakukan tindakan sehinnga nyeri teratasi sebagian.

Page 97: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif

82

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Setelah penulis melakukan pengkajian, penentuan diagnosa, perencanaan,

implementasi dan evaluasi pada Asuhan Keperawatan pasien 1 dan 2 dengan

diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik pada

post sectio caesarea di ruang Flamboyan RSUD Ungaran dengan

mengaplikasikan pengaruh tindakan teknik relaksasi autogenik untuk

penurunan skala nyeri.

6.1.1 Pengkajian

Pada tahap pengkajian pada pasien 1 didapatkan data, keluhan

utama pasien yaitu pasien mengalami nyeri pada luka post operasi.

Pasien mengatakan masih kencang-kencang. P: Pasien mengatakan

karena post operasi SC. Q: nyeri seperti tertusuk-tusuk. R: nyeri

dibagian luka post SC dibawah abdomen. S: skala nyeri 5. T: nyeri

terus menerus. TTV pasien TD: 120/70 mmHg, S: 370C, N: 84x/menit,

RR: 24x/menit, dan pemeriksaan abdomen inspeksi terdapat luka sayat

horizontal panjang 12cm.

Pengkajian pada pasien 2 didapatkan bahwa keluhan utama pasien

yaitu pasien mengalami nyeri pada luka post operasi. Hari pertama

post sectio caesarea pasien mengatakan nyeri. P: Pasien mengatakan

nyeri karena post SC. Q: nyeri seperti tertusuk-tusuk. R: nyeri bagian

luka post SC dibawah pusar. S: skala nyeri 6. T: nyeri terus-menerus.

Page 98: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif

83

TTV pasien TD: 120/80 mmHg, S: 37,10C, RR: 22x/menit, N:

88x/menit, dan pemeriksaan abdomen inspeksi terdapat luka sayat

horizontal panjang 14cm.

6.1.2 Diagnosa Keperawatan

Dari data pengkajian yang telah didapatkan oleh penulis, sesuai

dengan masalah yang telah dialami pasien 1 dan 2 penulis merumuskan

diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik.

6.1.3 Intervensi Keperawatan

Intervensi yang dirumuskan oleh penulis pada diagnosa

keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik, yaitu

Intervensi atau rencana keperawatan yang akan dilakukan pada pasien 1

dan pasien 2 yaitu kaji skala nyeri, beri terapi musik untuk mengurangi

nyeri, ajarkan penggunaan teknik non farmakologi (terapi relaksasi

autogenik), monitor tekanan darah, nadi, suhu, dan status pernafasan

dengan tepat dan kalaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi

analgesik.

6.1.4 Implementasi Keperawatan

Dalam Asuhan Keperawatan pada pasien 1 dan pasien 2 dengan

post sectio caesarea di ruang Flamboyan RSUD Ungaran. Penulis telah

melakukan implementasi berdasarkan perencanaan yang penulis

rumuskan sebelumnya yaitu mengkaji skala nyeri, monitor tanda-tanda

vital, memberikan terapi musik, kalaborasi pemberian analgesik dan

Page 99: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif

84

relaksasi autogenik, penulis menekankan tindakan relaksasi autogenik

terhadap penurunan skala nyeri.

6.1.5 Evaluasi Keperawatan

Evaluasi hari ke 4 tanggal 30 Mei 2017 pada pasien 1 didapatkan

hasil Subyektif P: Pasien mengatakan nyeri karena luka post SC, Q:

Nyeri seperti tertusuk-tusuk sudah lebih baik, R: Nyeri diabdomen

bawah luka bekas post SC, S: Skala nyeri 2, T: Nyeri hilang timbul,

respon Obyektif pasien tampak udah baik, pasien sudah tenang dan

jauh lebih rileks, TTV: TD: 120/80 mmHg, N: 80x/menit, S: 36,50C ,

RR: 20x/menit, Analisa masalah teratasi, Planning Pertahankan

Intervensi.

Evaluasi hari ke 3 tanggal 04 Juni 2017 pada pasien 2 didapatkan

hasil subyektif P: Pasien mengatakan nyeri karena post SC, Q: Nyeri

seperti tertusuk-tertusuk, R: Nyeri bagian luka post SC dibawah pusat,

S: Skala nyeri 3, T: Nyeri hilang timbul, respon obyektif pasien

tampak tenang, ekspresi wajah bisa tersenyum, TTV: TD: 120/80

mmHg, N: 84x/menit, S: 370C,RR: 20x/menit, Analisa masalah teratasi

sebagian, planning Pertahankan Intervensi.

Berdasarkan hasil studi kasus ini didapatkan bahwa, pasien post

sectio caesarea yang dilakukan relaksasi autogenik mengalami

penurunan tingkat nyeri tetapi tidak menghilangkan nyeri. Pada

pasien 1 masalah nyeri akut dapat teratasi dalam waktu 4 x 24 jam

dari skala 5 menjadi skala 2 dan pada pasien 2 masalah nyeri akut

Page 100: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif

85

dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam masalah teratasi

sebagian dari skala 6 menjadi skala 3.

6.2 Saran

Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan post

sectio caesarea penulis akan memberikan usulan dan masukan yang positif

khususnya dibidang kesehatan antara lain :

6.2.1 Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan (Rumah Sakit)

Rumah sakit dapat memberikan pelayanan kesehatan dan

mempertahankan hubungan kerjasama baik antara tim kesehatan

maupun dengan klien, sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan

asuhan keperawatan yang optimal pada umumnya dan khususnya bagi

pasien post sectio caesarea.

6.2.2 Bagi Tenaga Kesehatan Khususnya Perawat

Hendaknya para perawat memiliki tanggung jawab dan ketrampilan

yang baik dan selalu berkoordinasi dengan tim kesehatan yang lain

dalam memberikan asuhan keperawatan khususnya pada pasien post

sectio caesarea, keluarga, perawat dan tim kesehatan lain mampu

membantu dalam kesembuhan klien serta memenuhi kebutuhan

dasarnya.

6.2.3 Bagi Institusi Pendidikan

Dapat meningkatkan mutu pelayanan pendidikan yang lebih

berkualitas sehingga dapat menghasilkan perawat yang profesional,

Page 101: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif

86

terampil, inovatif dan bermutu dalam memberika asuhan keperawatan

secara komprehensif berdasarkan ilmu dan kode etik keperawatan.

Page 102: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif

DAFTAR PUSTAKA

Afriani, dkk . 2013. Kasus Persalinan Dengan Bekas Sectio Caesarea Menurut

Keadaan Waktu Masuk di Bagian Obstetri dan Ginekologi RSUP Dr.

M. Djamil Padang. Jurnal Kesehatan Andalas . http://jurnal.fk.unand.ac.id.

h 116-117.

Andarmoyo, S. 2013. Konsep Dan Proses Keperawatan Nyeri.Jogjakarta: Cetakan

Pertama.Ar-Ruzz Media.

Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC.

Aspiani, Reny Yuli. 2017 .Buku Ajar Asuhan Keperawatan Maternitas Aplikasi

Nanda, NIC Dan NOC . Jakarta : CV. Trans Info Media.

Bulechek, GM., et al. 2015. Nursing Interventions Classification (NIC). 6th

Indonesian edn. Elsevier Singapore Pte Ltd .

Dermawan, D. 2012. Proses Keperawatan Peneraapan Dan Kerangka Kerja.

Yogyakarta: Gosyeng Publishing.

Dharma, Kelana Kusuma. 2013. Metode Penelitian Keperawatan. Jakarta : CV.

Trans Info Media.

Dwi, 2013. Pengaruh Relaksasi Autogenik Terhadap Skala Nyeri Ibu Post

OperasI Sectio Caesaria di RSUD Banyumas. ( Online), (http://

keperawatan.Unsoed.ac.id/content/pengaruh!teknik!relaksasi!autogenik!ter

hadap!skala!nyeri!nyeri!pada!ibu!post!operasi!sectio.

Herdman, Heather T. 2015. Diagnosis keperawatan Definisi dan Klasifikasi Edisi

10. Jakarta : EGC

Hidayat, Aziz Alimul. 2014. Metode Penelitian Kebidanan Dan Teknik Analisis

Data . Jakarta: Salemba Medika.

Jitowiyono, Sugeng & Weni Kristiyanasari. 2012. Asuhan Keperawatan Post

Operasi .Yogyakarta : Nuha Medika.

Kirana, Yuke. 2015. Hubungan Tingkat Kecemasan Post Partum di Rumah Sakit

Yudistira Cimahi. Vol III No.1.

Moorhead et al. 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC) Edisi 5.

Singapore: Elsevier.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metode Penelitian Kesehatan . Jakarta : PT Rineka

Cipta.

Nugroho, Taufan. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah, Dan

Penyakit dalam . Yogyakarta : Nuha Medika.

Page 103: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif

Nurarif, Amin & Hardhi . 2015 . Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan

Diagnosa Medis & Nanda NIC-NOC. Edk Revisi Jilid 3 . Yogjakarta :

Mediaction Jogja.

Nurhayati, dkk . 2015 .Relaksasi Autogenik Terhadap Penurunan Skala Nyeri

pada Ibu Post Operasi Sectio Caesarea.Jurnal Skolastik Keperawatan.

Vol. 1, No.2, h 53.

Nursalam. 2013. Metode Penelitian Ilmu Keperawatan . Jakarta : Salemba

Medika.

Pootter, P.A., Perry, A.G., 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,

Proses, danPraktik. 4thed. Volume 2. Jakarta: EGC.

Solehati, T dan Kokasih, C. E. 2015. Konsep Dan Aplikasi Relasasi Dalam

Keperawatan Maternitas. Jakarta: PT. Retika Aditama.

Sugiyono. 2012. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan . Jakarta : Bumi Askara.

Sujarwani, Wiratna. 2014. Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Baru Press.

Sukmadinata . 2010. Metodologi Penelitian . Bandung : Remaja Rosdakarya.

Yugistyowati, Anafrin. 2013. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Masa Nifas

Terhadap Kemampuan Perawatan Mandiri Ibu Nifas Post Sectio Caesarea

(SC). Jurnal Ners dan Kebidanan Indonesia, Vol. 1, No. 3,h 97.

Widiatie, Wiwiek. 2015. Penurunan Intensitas Nyeri Pada Ibu Post sectio

Caesarea Dirumah sakit UNIPDU Medika Jombang . JURNAL EDU

HEALTH, VOL. 5 No. 2, h 95-96.

Page 104: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : MARDHIAS ALVY NURRIA

Tempat, tanggal lahir : Sragen, 27 Maret 1996

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat rumah : Ngundaan, Rt 01 / Rw 01, Glonggong, Gondang, Sragen

Riwayat pendidikan : TK Perwanida Gondang, Sragen

SDN 07 Gondang, Sragen

SMP N 01 Gondang, Sragen

SMA N 01 Gondang, Sragen

Riwayat organisasi : DKA (Dewan Kerja Ambalan) Gudep 567/568 SMA N

1Gondang, DKR (Dewan Kerja Ranting) Kec. Gondang

dan IKM Prodi D3 Keperawatan.

Page 105: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif
Page 106: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif
Page 107: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif
Page 108: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif
Page 109: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif
Page 110: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif
Page 111: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif
Page 112: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif
Page 113: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif
Page 114: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif
Page 115: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif
Page 116: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif
Page 117: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif
Page 118: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif
Page 119: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif

JURNAL

SKOLASTIK KEPERAWATAN

Vol. 1, No.2 Juli - Desember

2015

ISSN: 2443 - 0935 E-ISSN:

2443 - 1699

ARTIKEL PENELITIAN

RELAKSASI AUTOGENIK TERHADAP PENURUNAN SKALA

NYERI PADA IBU POST OPERASI SECTIO SAECAREA

AUTOGENIC RELAXATION TO DECREASE SECTIO CAESAREA POST OPERATION’S PAIN

SCALE

Nung ati Nurhayati1*, Septian Andriyani2, Novi Malisa3 1'3 Akper RS. Dustira

2 Prodi D3 keperawatan Universitas Pendidikan Indonesia *E-mail: [email protected]

ABSTRAK Pendahuluan: Sectio saecarea merupakan metode melahirkan janin melalui insisi pada dinding abdomen (laparotomi) dan dinding uterus (histeretomi). Salah satu komplikasi sectio caesaria adalah nyeri pada daerah insisi. Strategi penatalaksanaan nyeri metode untuk mengatasi nyeri secara non-farmakologis adalah terapi relaksasi autogenik. Tujuan: Tujuan dari penelitian adalah mengidentifikasi pengaruh relaksasi autogenik terhadap penurunan skala nyeri pada Ibu post operasi Sectio Caesarea di Ruang Perawatan V/VI RS. TK.II Dustira Cimahi. Metode: Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen dengan One Group Pretest Posttest Design dengan jumlah sampel yang digunakan sebanyak 75 ibu post sectio caesarea dalam waktu 1 bulan dengan tehnik pengambilan sampel menggunakan Non Probability Sampling berupa tehnik Purposive Sampling. Hasil: Skala nyeri post operasi SC sebelum dilakukan intervensi 64% responden mengalami nyeri luka post operasi dengan rentang skala 4-6 (nyeri sedang). Sedangkan skala nyeri post operasi SC setelah dilakukan intervensi 73,3% responden mengalami nyeri dengan rentang skala 4-6 (nyeri sedang).Terdapat pengaruh yang signifikan antara relaksasi autogenik dengan penurunan skala nyeri. Hasil uji t menunjukkan 0,0001 artinya ada perbedaan skala nyeri antara sebelum dan sesudah dilakukan relaksasi autogenik dengan nilai mean = 1,080 yaitu terjadi kecenderungan penurunan skala nyeri sesudah perlakuan dengan rata-rata penurunan skala nyerinya 1,080.

Kata Kunci: Sectio caesarea,Relaksasi Autogenik, Nyeri

ABSTRACT

Introduction: Sectio Caesarea is defined as the delivery method of a fetus through

surgical incisions which made in the abdominal wall (laparotomy) and the uterine wall

(hysterotomy). One of the complications of sectio caesarea is pain in the incision area. A

non-pharmacological pain management strategies to overcome pain is autogenic

relaxation therapy. Objective: The aim of the research was to evaluate the effect of

autogenic relaxation to decrease pain scale on postoperative mother undergoing Sectio

Caesarea (SC) in the V/VI ward Tk.II Dustira Cimahi Hospital. Method: Research design

used was experimental research with One Group Pretest Posttest Design involving 75

post sectio caesarea mother within 1 month. Sampling technique used was Non

Probability Sampling namely Purposive Sampling techniques. Result: Postoperative pain

scale before the intervention 64% of respondents experienced a post-operative incision

pain with range scale of 4-6 (moderate pain), while postoperative pain scale after the

intervention 73.3% of respondents experienced pain with range scale of 4-6 (moderate

pain). There is a significant effect of autogenic relaxation with decreased pain scale. T-test

results showed 0.0001 means that there are differences between the pain scale before

and after autogenic relaxation with a mean = 1,080 ie the pain scale tendentiously

decreased after treatment with an average reduction in pain scale is 1,080.

Keywords: Sectio caesarea, Autogenic Relaxation, Pain

Page 120: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif
Page 121: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif

Relaksasi autogenik terhadap penurunan skala nyeri pada ibu post operasi sectio saecarea

Jurnai Skolastik Keperawatan | Vol.1, No. 2 | Jul - Des 2015 | 53

PENDAHULUAN

Setiap wanita menginginkan persalinannya

berjalan lancar dan dapat melahirkan bayi

dengan sempurna. Ada dua cara persalinan

yaitu persalinan lewat vagina yang lebih dikenal

dengan persalinan alami dan persalinan caesar

atau sectio caesarea yaitu tindakan operasi

untuk mengeluarkan bayi dengan melalui insisi

pada dinding perut dan didnding rahim dengan

syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat

janin diatas 500 gram (Wiknjosatro, 2007).

Tindakan sectio caesarea merupakan pilihan

utama bagi tenaga medis untuk menyelamatkan

ibu dan janin. Ada bebeapa indikasi dilakukan

tindakan sectio caesarea adalah gawat janin,

diproporsi Sepalopelvik, persalinan tidak maju,

plasenta previa, prolapsus tali pusat Letak

Lintang (Norwitz E, Schorge J, 2007), Panggul

Sempit dan Preeklamsia (Jitowiyono S &

Kristiyanasari W, 2010). World Health

Organization (WHO) menetapkan standar rata-

rata sectio caesarea di sebuah negara adalah

sekitar 5-15 % per 1000 kelahiran di dunia.

Rumah Sakit pemerintah kira - kira 11 %

sementara Rumah Sakit swasta lebih dari 30%

(Gibbson L. et all, 2010). Menurut WHO

peningkatan persalinan dengan sectio caesarea

di seluruh Negara selama tahun 2007 - 2008

yaitu 110.000 per kelahiran di seluruh Asia

(Kounteya, S. 2010).

Di Indonesia angka kejadian sectio caesarea

mengalami peningkatan pada tahun 2000

jumlah ibu bersalin dengan sectio caesarea

47,22%, tahun 2001 sebesar 45,19%, tahun

2002, sebesar 47,13%, tahun 2003 sebesar

46,87%, tahun 2004 sebesar 53,2%, tahun 2005

sebesar 51,59%, dan tahun 2006 sebesar

53,68% dan tahun 2007 belum terdapat data

yang signifikan (Grace, 2007). Survei Nasional

tahun 2009, 921.000 persalinan dengan sectio

dari 4.039.000 persalinan atau sekitar 22,8%

dari seluruh persalinan.

Setiap individu membutuhkan rasa nyaman.

Kebutuhan rasa nyaman ini dipersepsikan

berbeda pada tiap orang. Dalam konteks asuhan

keperawatan, perawat harus memperhatikan

dan memenuhi rasa nyaman. Salah satu kondisi

yang menyebabkan ketidaknyamanan pasien

adalah nyeri (Asmadi, 2008). Rasa

ketidaknyamanan (nyeri) dapat disebabkan oleh

terjadinya keruskan saraf sensorik atau juga

diawali rangsangan aktivitas sel T ke korteks

serebri dan menimbulkan persepsi nyeri

(Hidayat,2005).

Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional

yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan

jaringan yang actual dan potensial. Nyeri sangat

mengganggu dan menyulitkan banyak orang

dibanding suatu penyakit manapun (Smeltzer,

2010).Tanpa melihat sifat, pola atau penyebab

nyeri, nyeri yang tidak diatasi secara adekuat

mempunyai efek yang membahayakan diluar

ketidaknyamanan yang

disebabkannya, hal ini dapat mempengaruhi

system pulmonary, kardiovaskular,

gastrointestinal, endokrin dan imunologik

(Yeager dkk, 1987 dalam Smeltzer, 2010).

Strategi penatalaksanaan nyeri mencakup baik

pendekatan farmakologis dan non farmakologis.

Semua intervensi akan sangat berhasil bila

dilakukan sebelum nyeri menjadi lebih parah

dan keberhasilan sering dicapai jika beberapa

intervensi diterapkan secara simultan (Smeltzer,

2010).

Pada post SC karakteristik nyeri seperti di tusuk

tusuk pada perutnya yang diakibatkan oleh luka

pembedahan. Nyeri memiliki sifat yang

mendominasi, yang mengganggu kemampuan

individu untuk berhubungan dengan orang

lain, merawat diri dan beraktivitas (Potter &

Perry, 2005).

Metode non farmakologis bukan merupakan

pengganti obat - obatan, tindakan ini diperlukan

untuk mempersingkat episode nyeri yang

berlangsung hanya beberapa detik atau menit.

Mengkombinasikan metode non farmakologis

Page 122: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif

Relaksasi autogenik terhadap penurunan skala nyeri pada ibu post operasi sectio saecarea

Jurnai Skolastik Keperawatan | Vol.1, No. 2 | Jul - Des 2015 | 54

dengan obat- obatan merupakan cara yang

paling efektif untuk mengontrol nyeri.

Pengendalian nyeri non farmakologis menjadi

lebih murah, mudah, efektif dan tanpa efek

yang merugikan (Potter & Perry, 2005). Salah

satu metode untuk mengatasi nyeri secara non-

farmakologis adalah terapi relaksasi autogenik

(Asmadi, 2008). Relaksasi merupakan suatu

keadaan dimana seseorang merasakan bebas

mental dan fisik dari ketegangan dan stress.

Teknik relaksasi bertujuan agar individu dapat

mengontrol diri ketika terjadi 30 rasa

ketegangan dan stres yang membuat individu

merasa dalam kondisi yang tidak nyaman

(Potter & Perry, 2005).

Dixhoorna and Whiteb (2004) dalam

penelitiannya yang berjudul Relaxation Therapy

For Rehabilitation And Prevention In Ischaemic

Heart Disease : A Systematic Review And Meta-

Analysis menjelaskan bahwa intervensi relaksasi

dapat meningkatkan penyembuhan pada

iskemik jantung dan merupakan tindakan

preventif sekunder. Menurut Aryanti (2007)

dalam Pratiwi (2012), relaksasi autogenik

merupakan relaksasi yang bersumber dari diri

sendiri dengan menggunakan kata-kata atau

kalimat pendek yang bisa membuat pikiran

menjadi tenang. Widyastuti (2004)

menambahkan bahwa relaksasi autogenik

membantu individu untuk dapat mengendalikan

beberapa fungsi tubuh seperti tekanan darah,

frekuensi jantung dan aliran darah. Luthe (1969)

dalam Kang et al (2009) mendefinisikan

relaksasi autogenic sebagai teknik atau usaha

yang disengaja diarahkan pada kehidupan

individu baik psikologis maupun somatik

menyebabkan perubahan dalam kesadaran

melalui auto sugesti sehingga tercapailah

keadaan rileks.

Penelitian Shinozaki et al (2009) terhadap

pengaruh autogenic training pada peningkatan

keadaan umum pasien dengan irritable bowel

syndrome (IBS) melaporkan bahwa teknik

relaksasi autogenik efektif dalam peningkatan

emosi dan kesehatan pasien dengan irritable

bowel syndrome (IBS). Menurut Gunter, Eye

(2006) dalam Shinozaki et all (2009) autogenic

training sudah sejak lama digunakan sebagai

teknik relaksasi dan telah digunakan untuk

mengurangi kecemasan, nyeri kronis, dan sakit

kepala. Sejauh peneliti ketahui bahwa,

pengaruh teknik relaksasi autogenik terhadap

nyeri pada pasien post operasi sectio caesarea

belum pernah diteliti.

Seers and Carroll’s (1998) dalam Dunford and

Thompson (2010) dalam penelitiannya

mengenai Systematic Review Of Relaxation In

Acute Pain, mengidentifikasi ada tiga penelitian

yang melaporkan bahwa penggunaan relaksasi

dapat menurunkan sensasi nyeri dan distress

akibat nyeri termasuk nyeri akibat prosedur

pembedahan. Penelitian Kwekkeboom dan

Gretarsdottir (2006) dalam Dunford and

Thompson (2010) mengenai Systematic Review

Of The Efficacy Of Relaxation Techniques In

Both Acute And Chronic Pain, menjelaskan

bahwa relaksasi autogenik berfungsi untuk

menurunkan nyeri pada pasien post operasi.

Hasil studi pendahuluan di Ruang Perawatan

V/VI RS. Dustira pada tanggal 3 April 2014

didapatkan data angka kejadian Sectio caesaria

(SC) cukup tinggi yaitu sebanyak 126 orang per

triwulan pertama di tahun 2014. Hasil

wawancara kepada 10 orang pasien yang

menjalani post operasi SC, didapatkan data

bahwa walaupun mereka mendapatkan

suntikan obat anti nyeri tetapi tetap saja sensasi

nyeri masih mereka rasakan, terutama setelah

efek anestesi hilang dan belum mendapatkan

suntikan obat anti nyeri.

Berdasarkan fenomena di atas, penulis tertarik

untuk melakukan penelitian tentang pengaruh

relaksasi autogenik terhadap penurunan skala

nyeri pada pasien post operasi Sectio Caesarea

di Ruang Perawatan V/VI RS.TK.II Dustira

Cimahi.

Page 123: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif

Relaksasi autogenik terhadap penurunan skala nyeri pada ibu post operasi sectio saecarea

Jurnai Skolastik Keperawatan | Vol.1, No. 2 | Jul - Des 2015 | 55

METODE PENELITIAN

Desain penelitian yang digunakan adalah

penelitian eksperimen dengan One Group

Pretest Posttest Design. Pretest dilakukan untuk

mengukur skala nyeri pasien dengan post

operasi SC sebelum dilakukan intervensi

relaksasi autogenik. Selanjutnya Postest

dilakukan setelah diberikan intervensi relaksasi

autogenik pada pasien dengan post operasi

Sectio Caesarea.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu

post operasi Sectio Caesarea yang dirawat di

Ruang Perawatan V/VI RS. Dustira Cimahi

sebanyak 92 pada bulan Mei 2015. Jumlah

sampel yang digunakan sebanyak 75 ibu post

sectio caesarea dalam waktu 1 bulan. Tehnik

pengambilan sampel menggunakan Non

Probability Sampling berupa tehnik Purposive

Sampling dengan kriteria inklusi :

1) Pasien post operasi Sectio Caesarea (24 jam post partum)

2) Pasien yang mendapatkan anestesi spinal. 3) Pasien yang bersedia menjadi responden

penelitian dari awal hingga akhir

Kriteria eksklusi :

1) Pasien yang mengalami komplikasi post partum

2) Pasien yang selama penelitian menggunakan analgetik.

Cara pengumpulan data dalam penelitian ini

adalah dengan memberikan penjelasan kepada

responden mengenai maksud dan tujuan

diadakannya penelitian ini serta meminta

responden untuk menandatangani lembar

persetujuan menjadi responden penelitian.

Setelah responden penelitian menandatangani

lembar persetujuan, peneliti mengisi lembar

checklist yang berisi data karakteristik pasien

dan melakukan pengukuran skala nyeri

responden sebelum dilakukan teknik relaksasi

autogenik, serta mencatat skala nyeri. Peneliti

meminta responden untuk berbaring rileks,

peneliti melakukan teknik relaksasi autogenic

kepada pasien selama 20 menit dan di iringi

dengan musik instrumental yang diletakkan di

samping responden. Setelah teknik relaksasi

autogenik selesai dilakukan, peneliti kembali

mengukur dan mencatat skala nyeri responden

pada lembar observasi. Peneliti melakukan

wawancara kepada pasien mengenai apa yang

dirasakan sebelum, selama dan sesudah

dilakukan relaksasi autogenik.

Pada penelitian ini, peneliti tidak melakukan uji

validitas karena peneliti menggunakan alat ukur

NRS yang telah dilakukan uji validitas

sebelumnya dengan nilai uji validitas r=0,90 dan

pada penelitian ini, peneliti tidak melakukan uji

reliabilitas karena peneliti menggunakan alat

ukur NRS yang telah dilakukan uji reliabilitas

dengan hasil menunjukkan reliabilitas lebih dari

0,95.

Data diolah dengan menggunakan analisa

univariat untuk mengetahui karakteristik

responden yang meliputi usia, paritas dan

riwayat operasi, sedangkan analisa bivariat

untuk mengetahui pengaruh teknik relaksasi

autogenik terhadap skala nyeri pada pasien post

operasi Sectio Caesarea digunakan uji statistik

uji t berpasangan (paired t-test).

HASIL

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Paritas Ibu Post Operasi Sectio Caesarea di RP. V/VI RS.TK.II Dustira Cimahi bulan Mei 2015.

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Usia ibu Post

Operasi Sectio Caesarea di RP. V/VI RS.TK.II

Dustira Cimahi bulan Mei 2015.

Usia (tahun)

Frekuensi (orang) Persentase (%)

17-25 28 37.3

26-45 47 62.7

Total 75 100.0

Page 124: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif

Relaksasi autogenik terhadap penurunan skala nyeri pada ibu post operasi sectio saecarea

Jurnai Skolastik Keperawatan | Vol.1, No. 2 | Jul - Des 2015 | 56

Paritas Frequensi (orang)

Percentase (%)

anak pertama 21 28.0 anak kedua 29 38.7 anak ke 3 20 26.7 anak ke 4 atau

lebih 5 6.7

Total 75 100.0

Tabel 3. Distribusi Frekuensi riwayat operasi

Sectio Caesarea Responden di RP. V/VI RS.TK.II

Dustira Cimahi bulan Mei 2015.

Riwayat operasi

SC Frekuensi Persentasi

Tidak pernah 58 77.3 Ya 1 kali 13 17.3 Ya 2 kali 4 5.3

Total 75 100.0

Tabel 4. Distribusi Frekuensi skala nyeri ibu post operasi Sectio Caesarea sebelum dilakukan intervensi relaksasi

autogenik

Skala nyeri Frekuensi %

Nyeri sedang, 48 64.0

skala nyeri 4-6

Nyeri hebat, skala nyeri 710 27 36.0

Total 75 100.0

Page 125: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif

Relaksasi autogenik terhadap penurunan skala nyeri pada ibu post operasi sectio saecarea

Jurnai Skolastik Keperawatan | Vol.1, No. 2 | Jul - Des 2015 | 57

Tabel 7. Pengaruh relaksasi autogenik terhadap skala nyeri post operasi Sectio Caesarea di RP. V/VI RS. Dustira Cimahi bulan Mei 2015.

Paired Differences t df Sig. (2-tailed) 95%

Confidence Std. Std. Interval of Deviati Error the

Mean on Mean Difference Lowe Upp

r er

Berdasarkan data diatas terlihat nilai

mean perbedaan antara sebelum dan sesudah

relaksasi autogenic adalah 1,080 dengan

standar deviasi 0,359. Hasil uji statistik

didapatkan nilai P = 0,000 dimana nilai tersebut

< 0,05 dengan tingkat kepercayaan 95% maka

dapat disimpulkan ada perbedaan yang

signifikan rata-rata antara sebelum dan sesudah

dilakukan relaksasi autogenik.

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian dari 75 responden,

frekuensi usia ibu tertinggi yaitu berada pada

rentang usia 26-45 tahun (62,7%). Rentang usia

ini masih termasuk dalam usia produktif bagi

seseorang. Penduduk usia produktif adalah

penduduk yang berumur 15 - 64 tahun. Wanita

Usia Subur adalah semua wanita yang telah

memasuki usia antara 15-49 tahun tanpa

Tabel 5. Distribusi Frekuensi skala nyeri ibu

post operasi Sectio Caesarea setelah

dilakukan intervensi relaksasi autogenik

Skala Nyeri Frekuensi %

nyeri ringan, skala nyeri

1-3 11 14.7

nyeri sedang, skala nyeri

4-6 55 73.3

nyeri hebat, skala nyeri 7-

10 9 12.0

Total 75 100.0

Tabel 6. Korelasi relaksasi autogenik terhadap

skala nyeri post operasi Sectio Caesarea di

RP. V/VI RS. Dustira Cimahi bulan Mei 2015.

N Correlation Sig.

Pair skala 1 nyeri

75 .958 .000

pre dan

post

Page 126: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif

Relaksasi autogenik terhadap penurunan skala nyeri pada ibu post operasi sectio saecarea

Jurnai Skolastik Keperawatan | Vol.1, No. 2 | Jul - Des 2015 | 58

memperhitungkan status perkawinannya

(Kemenkes, 2011). Usia dapat mempengaruhi

proses persalinan semakin tinggi usia seseorang

maka akan beresiko dalam proses persalinan.

Menurut (Depkes, 2010) dari aspek kesehatan

ibu yang berumur < 20 tahun rahim dan panggul

belum berkembang dengan baik, begitu

sebaliknya yang berumur > 35 tahun kesehatan

dan keadaan rahim tidak sebaik seperti saat ibu

berusia 20 - 35 tahun. Umur ibu < 20 tahun dan

> 35 tahun merupakan umur yang tidak

reproduktif atau umur tersebut termasuk dalam

resiko tinggi kehamilan. Umur pada waktu hamil

sangat berpengaruh pada kesiapan ibu untuk

menerima tanggung jawab sebagai seorang ibu

sehingga kualitas sumber daya manusia makin

meningkat dan kesiapan untuk menyehatkan

generasi penerus dapat terjamin.

Page 127: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif

Relaksasi autogenik terhadap penurunan skala nyeri pada ibu post operasi sectio saecarea

Jurnai Skolastik Keperawatan | Vol.1, No. 2 | Jul - Des 2015 | 59

Kehamilan diusia muda atau remaja dibawah

usia 20 tahun akan mengakibatkan rasa takut

terhadap kehamilan dan persalinan, hal ini

disebabkan pada usia tersebut ibu mungkin

belum siap untuk mempunyai anak dan alat -

alat reproduksi ibu belum siap untuk hamil.

Begitu juga kehamilan di usia tua yaitu diatas 35

tahun akan menimbulkan kecemasan terhadap

kehamilan dan persalinan serta alat - alat

reproduksi ibu terlalu tua untuk hamil

(Wiknjosastro, H 2008). Wanita usia subur

termasuk usia yang sangat produktif untuk

mengalami kehamilan, sehingga wanita usia

subur perlu mengetahui upaya pencegahan

perdarahan pada ibu hamil supaya tidak terjadi

perdarahan selama kehamilan, dan kejadian

kematian pada ibu hamil dapat diantisipasi.

Hasil penelitian seperti yang terlihat dalam tabel

diatas didapatkan hampir setengahnya dari

responden (38,7%) adalah multipara yaitu 29

ibu post operasi sectio caesarea. Menurut

Saifuddin, 2009 (dalam Trivonia, 2012), paritas

yang paling aman adalah multi gravida. Primi

gravida dan Grande multi gravida mempunyai

angka kematian maternal lebih tinggi. Hal ini

dipengaruhi oleh kematangan dan penurunan

fungsi organ-organ persalinan. Secara umum

paritas multi gravida merupakan paritas paling

aman bagi seorang ibu untuk melahirkan dan

masih digolongkan dalam kehamilan resiko

rendah. Meskipun demikian tetap ada faktor

resiko yang menyebabkan kemungkinan resiko

atau bahaya terjadinya komplikasi pada

persalinan yang dapat menyebabkan kematian

atau kesakitan pada ibu dan bayinya. Pada ibu

multi gravida yang pernah gagal kehamilan,

pernah melahirkan dengan vakum, transfusi

darah, serta riwayat bedah sesar pada

persalinan sebelumnya (Trivonia, dkk, 2011).

Persalinan yang pertama sekali biasanya

mempunyai resiko yang relatif tinggi terhadap

ibu dan anak, akan tetapi resiko ini akan

menurun pada paritas kedua dan ketiga, dan

akan meningkat lagi pada paritas keempat dan

seterusnya. Paritas yang paling aman jika

ditinjau dari sudut kematian maternal adalah

paritas 2 dan 3 (Prawirohardjo, 2011). Hasil

analisis bivariat menunjukkan tidak ada

hubungan paritas dengan kejadian SC.

Menurut Sudirman, 2009 faktor-faktor medis

dilakukan SC adalah karena faktor ibu dan faktor

janin. Faktor medis ibu dilakukannya SC adalah

plasenta previa (5,3%), riwayat persalinan ibu

yang lalu mengalami SC (5,7%), disproporsi

sefalopelvic (3,3%), Pre- eklampsi Berat (25,6%),

Ketuban Pecah Dini (31,7%). Faktor medis Janin

dilakukan tindakan SC yaitu letak sungsang

(11%), letak lintang (5,3%), gawat janin (7,7%)

dan gemelli (7,7%) (Jovany, 2012).

Berdasarkan hasil penelitian ibu yang

mempunyai riwayat terbanyak adalah

kehamilan kedua. Keadaan yang pernah

mengalami persalinan atau baru akan terjadi

dapat menyebabkan seorang wanita yang akan

melahirkan merasa ketakutan, khawatir dan

cemas menjalaninya, karena kekhawatiran dan

kecemasan mengalami rasa sakit tersebut

memilih persalinan sectio caesarea untuk

mengeluarkan bayinya (Kasdu, 2003).

Perbedaan rerata skala nyeri pada ibu post

operasi SC sebelum dan sesudah

dilakukan relaksasi autogenik

Hasil penelitian menunjukkan skala

nyeri ibu post operatif sebelum dilakukan

relaksasi autogenic didapatkan 48 ibu (64%)

mengalami nyeri sedang dengan (skala nyeri 4-

6), 27 orang ibu (36%) mengalami nyeri hebat

dengan (skala nyeri 7-10), sedangkan setelah

dilakukan tindakan relaksasi autogenik

didapatkan 11 orang ibu (14,7%) mengalami

nyeri ringan dengan (skala nyeri 1-3), 55 orang

ibu (73,3%) mengalami nyeri sedang ( skala

nyeri 4-6), dan 9 orang ibu (12%) mengalami

nyeri hebat.

Hasil penelitian pada tabel menunjukan

rata-rata sebelum tindakan relaksasi autogenik

Page 128: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif

Relaksasi autogenik terhadap penurunan skala nyeri pada ibu post operasi sectio saecarea

Jurnai Skolastik Keperawatan | Vol.1, No. 2 | Jul - Des 2015 | 60

6,03 dengan standar deviasi 1.219 dan setelah

dilakukan relaksasi autogenik didapatkan rata-

rata 4,95 dengan standar deviasi 1.240, dari

hasil tersebut terdapat perbedaan skala nyeri

sebelum dan sesudah tindakan relaksasi

autogenic pada ibu post operasi sectio

caesarea yaitu perbedaannya sebesar 1,080.

Hal ini dapat disebabkan karena responden

dalam penelitian ini merasa nyaman setelah

dilakukan relaksasi autogenik sehingga

menurunkan skala nyeri pada luka operasi.

Pasien post SC yang dilakukan relaksasi

autogenik mengalami penurunan tingkat nyeri

tetapi tidak menghilangkan nyeri tersebut

karena luka dari operasi SC tersebut merupakan

luka yang dibuat mulai dari lapisan perut sampai

ke lapisan uterus yang penyembuhannya

bertahap sehingga masih merasakan nyeri.

Persalinan dengan cara sectio caesarea dapat

memungkinkan terjadinya komplikasi lebih

tinggi daripada melahirkan secara pervaginam

atau persalinan normal. Komplikasi yang bisa

timbul pada ibu post sectio caesarea seperti

nyeri pada daerah insisi, potensi terjadinya

thrombosis, potensi terjadinya penurunan

kemampuan fungsional, penurunan elastisitas

otot, perut dan otot dasar panggul, perdarahan,

luka kandung kemih, infeksi, bengkak pada

ekstremitas bawah, dan gangguan laktasi. Pada

proses operasi digunakan anestesi agar pasien

tidak nyeri pada saat dibedah. Namun setelah

operasi selesai dan pasien mulai sadar akan

merasakan nyeri di daerah sayatan yang

membuat sangat terganggu (Whalley, 2008).

Nyeri yang dikeluhkan pasien post operasi SC

yang berlokasi pada daerah insisi, disebabkan

oleh robeknya jaringan pada dinding perut dan

dinding uterus. Ibu post operasi SC akan

merasakan nyeri dan dampak dari nyeri

mengakibatkan mobilisasi ibu menjadi terbatas,

Activity of Daily Living (ADL) terganggu,

bonding attachment (ikatan kasih sayang) dan

Inisiasi Menyusui Dini (IMD) tidak terpenuhi

karena adanya peningkatan tingkat nyeri

apabila ibu bergerak. Hal ini mengakibatkan

respon ibu terhadap bayi kurang, sehingga ASI

sebagai makanan terbaik bagi bayi dan

mempunyai banyak manfaat bagi bayi maupun

ibunya tidak dapat diberikan secara optimal

(Purwandari, 2009).

Penanganan yang sering digunakan

untuk menurunkan nyeri post sectio caesarea

berupa penanganan farmakologi. Pengendalian

nyeri secara farmakologi efektif untuk nyeri

sedang dan berat. Namun demikian pemberian

farmakologi tidak bertujuan untuk

meningkatkan kemampuan klien sendiri untuk

mengontrol nyerinya (Van Kooten, 1999 dalam

Anggorowati dkk., 2007),. Sehingga dibutuhkan

kombinasi farmakologi untuk mengontrol nyeri

dengan non farmakologi agar sensasi nyeri

dapat berkurang serta masa pemulihan tidak

memanjang (Bobak, 2004).

Pengendalian nyeri non-farmakologi

menjadi lebih murah, simpel, efektif, tanpa efek

yang merugikan, dan ibu dapat mengendalikan

sendiri keluhan nyerinya (Potter, 2005).

Manajemen nonfarmakologi yang sering

diberikan antara lain yaitu dengan meditasi,

latihan autogenic, latihan relaksasi progresif,

guide imagery, nafas ritmik, operant

conditioning, biofeedback, membina hubungan

terapeutik, sentuhan terapeutik, stimulus

kutaneus, hipnosis, musik, accupresure,

aromatherapi (Sulistyo, 2013).

Rasa ketidaknyamanan jika tidak diatasi

akan mempengaruhi fungsi mental dan fisik

individu sehingga mendesak untuk segera

mengambil tindakan/terapi secara farmakologis

atau non farmakologis. Dalam lingkup

keperawatan dikembangkan terapi non

farmakologis sebagai tindakan mandiri perawat

seperti terapi holostik. Kesehatan holistik

merupakan suatu kelangsungan kondisi

kesejahteraan yang melibatkan upaya merawat

diri sendiri secara fisik, mengekspresikan emosi

dengan benar dan efektif, menggunakan pikiran

dengan konstruktif, secara kreatif terlibat

Page 129: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif

Relaksasi autogenik terhadap penurunan skala nyeri pada ibu post operasi sectio saecarea

Jurnai Skolastik Keperawatan | Vol.1, No. 2 | Jul - Des 2015 | 61

dengan orang lain dan upaya memiliki tingkat

kesadaran yang lebih tinggi (Association for

Holistic Health,1981 dalam Perry & Potter,

2006).

Terapi holistic untuk mengatasi nyeri

dapat menggunakan Sentuhan Terapeutik,

Akupresur dan Relaksasi. Teknik relaksasi

memberikan individu kontrol diri ketika terjadi

rasa nyeri serta dapat digunakan pada saat

seseorang sehat ataupun sakit. (Perry & Potter,

2006). Teknik relaksasi merupakan intervensi

keperawatan secara mandiri untuk menurunkan

intensitas nyeri, meningkatkan ventilasi paru

dan meningkatkan oksigenasi darah. Relaksasi

otot skeletal dipercaya dapat menurunkan nyeri

dengan merilekskan tegangan otot yang

menunjang nyeri, ada banyak bukti yang

menunjukkan

bahwa relaksasi efektif dalam meredakan nyeri

(Smeltzer, 2002). Relaksasi secara umum

sebagai metode yang paling efektif terutama

pada pasien yang mengalami nyeri (National

Safety Council, 2003)

Pengaruh relaksasi autogenik terhadap

skala nyeri ibu post operasi SC.

Hasil penelitian pada tabel menunjukan

adanya pengaruh dari relaksasi autogenic

teradap skala nyeri ibu post operasi SC dengan

nilai mean perbedaan antara sebelum dan

sesudah relaksasi autogenik adalah 1,080

dengan standar deviasi 0,359 (Pvalue < 0,05).

Nyeri yang disebabkan oleh tindakan operasi

termasuk nyeri nociceptive dimana proses

terjadinya nyeri meliputi tahapan transduksi,

transmisi, persepsi dan modulasi (Briggs, 2010).

Pada tahap mudulasilah dilakukan mekanisme

memblok rangsang nyeri dari spinal cord ke

otak dan metode pokok untuk proses ini

menggunakan teori gate control dimana

relaksasi autogenic menjadi bagian dari teori

gate control ini (Melzack & Wall, 2008).

Keberhasilan penatalaksaan terhadap nyeri post

operasi dapat meningkatkan kepuasan pasien

terhadap pelayanan yang diberikan oleh

perawat (tenaga kesehatan) hal ini sejalan

dengan hasil systematic review yang dilakukan

oleh Sherwood, McNeill, Starck & Disnard

(2003) mengenai “Changing acute pain

management outcomes in surgical patients”

didapatkan kesimpulan bahwa dengan adanya

kesadaran dan perhatian terhadap nyeri yang

dirasakan oleh pasien post operasi serta

dilakukannya intervensi untuk

mengurangi keluhan nyeri akan menigkatkan

kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan

walaupun nyeri yang dialaminya dikategorikan

nyeri sedang sampai berat dan harus

beraktivitas saat mengalami sensai nyeri

tersebut.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat

disimpulkan bahwa karakteristik usia

responden sebagian besar (62,7%) berusia 26-

45 tahun dengan Paritas responden melahirkan

anak kedua dengan persentase 38,7% dan

sebanyak 77,3% responden tidak mempunyai

riwayat operasi SC sebelumnya. Skala nyeri post

operasi SC sebelum dilakukan intervensi

relaksasi autogenik sebanyak 64% responden

mengalami nyeri luka post operasi dengan

rentang skala 4-6 (nyeri sedang). Sedangkan

skala nyeri post operasi SC setelah dilakukan

relaksasi autogenik menunjukkan 73,3%

responden mengalami nyeri dengan rentang

skala 4-6 (nyeri sedang). Terdapat pengaruh

yang signifikan antara relaksasi autogenik

dengan penurunan skala nyeri yaitu dengan t

hitung 26,077. Hasil uji t menunjukkan 0,0001

artinya ada perbedaan skala nyeri antara

sebelum dan sesudah dilakukan relaksasi

autogenik dengan nilai mean = 1,080 yaitu

terjadi kecenderungan penurunan skala nyeri

sesudah perlakuan dengan rata-rata penurunan

skala nyerinya 1,080.

Page 130: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif

Relaksasi autogenik terhadap penurunan skala nyeri pada ibu post operasi sectio saecarea

Jurnai Skolastik Keperawatan | Vol.1, No. 2 | Jul - Des 2015 | 62

DAFTAR PUSTAKA

Alimul, Aziz. (2008). Keterampilan dasar praktik

klinik kebidanan (ed. 2). Jakarta :

Salemba Medika.

Anonim. (2011). Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT.

Bina Pustaka

Aryanti, N.P. (2007). Terapi modalitas

keperawatan. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

Berman, A., Snyder, S., Kozier, B., & Erb, Glenora. (2009). Buku ajar praktik

keperawatan klinis (ed. 5). Jakarta : EGC.

Bird, J. (2006). Autogenic therapy. International therapist Issue.

Bobak, M. I, et al. (2005). Buku ajar

keperawatan maternitas (ed. 4).

Jakarta : EGC.

Briggs E. (2010). Understanding the experience

and physiology of pain. Nursing

Standard. 25, 3, 35-39. Date of

acceptance: January 18 2010

Chamberlain, Steer, Zander. (2012) ABC Asuhan

persalinan. Alih bahasa Eka anisa

Mardela. Jakarta : EGC

Cunningham, G. F, et.al. (2006). Obstetri

william, (ed. 21). Jakarta : EGC.

Gloth, F., Scheve, A. A., Stober, C. V., Chow, S.,

Prosser, J. (2001). The functional pain

scale: reliability, validity and

responsiveness in an elderly population.

Journal of the American Medical

Directors Association, 2 (3), 110-114.

Grace, V. J. (2007). Journal Dexa Medika

dalam Fenomena Sosial Operasi

Sectio Caesarea di Salah Satu

Rumah Sakit Swasta Besar surabaya

Periode 1 Jan - 31 Des 2005

Gruendemann, B & Billie, F. (2006). Buku ajar

keperawatan perioperatif (Vol.2). Jakarta : EGC.

Hidayat, A. (2009). Metode penelitian

keperawatan dan analisis data.

Jakarta : Salemba Medika.

Isselbacher, J. K. (1999). Prinsip-prinsip ilmu

penyakit dalam (harrison’s principles

of internal medicine), (ed. 13 vol.1).

Jakarta : EGC.

Jitowiyono, S & Kristiyanasari, W. (2010). Asuhan Keperawatan Post Operasi dengan Pendekatan, NIC, NOC. Nuha Medica Yogyakarta.

Jovany, M. (2012). Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Keputusan Ibu

Dilakukan Seksio Sesarea yang

Kedua. Depok : FIK UI.

Kasdu, D. (2003). Operasi Caesar Masalah

dan solusinya. Jakarta :

Puspaswara.

Kemenkes. (2011). Data penduduk Sasaran

Program Pembangunan Kesehatan

2011- 2014. Jakarta

Melzack, R & Wall, P.D. (2008). The Challenge of Pain. Second edition. Penguin Books, London.

Potter, P.A & Perry, A.G. (2005). Buku Ajar

Fundamental Keperawatan;Konsep,

Proses dan Praktik, Vol.2 Alih Bahasa.

Editor Monica Ester Dkk. Jakarta : EGC

Potter, P.A & Perry, A.G. (2006). Buku ajar

fundamental keperawatan konsep,

proses, dan praktik (ed.4, vol 1).

Jakarta : EGC.

Pratiwi, R. (2012). Penurunan intensitas nyeri

akibat luka post sectio caesarea setelah

dilakukan latihan teknik relaksasi

pernapasan menggunakan aroma terapi

lavender di rumah sakit al islam

bandung. Skripsi, FIK Unpad

Page 131: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif

Relaksasi autogenik terhadap penurunan skala nyeri pada ibu post operasi sectio saecarea

Jurnai Skolastik Keperawatan | Vol.1, No. 2 | Jul - Des 2015 | 63

Prawirohardjo, Sarwono. (2009). Ilmu

kebidanan. Jakarta : PT. Bina Pustaka.

Saryono. (2011). Metodologi penelitian

keperawatan. Purwokerto : UPT. Percetakan dan Penerbitan Unsoed.

Sherwood, G.D., McNeill, J.A., Starck, P.L.,

Disnard, G. (2003). Changing acute pain

management outcomes in surgical

patients. Association of Operating

Room Nurses. AORN Journal; Feb

2003; 77, 2; ProQuest pg. 374

Shinozaki, M., et.,al. (2009). Effect of autogenic

training on general improvement in

patients with irritable bowel syndrome:

a randomized controlled trial. Appl

Psychophysiol Biofeedback Springer

Science+Business Media.

Smeltzer, S. C, & Bare, B.G. (2010). Buku ajar

keperawatan medikal bedah. Jakarta : EGC.

Trivonia, dkk. (2011). Indikasi Persalinan

Sektio Caesarea berdasarkan umur

dan paritas, librarygriyahusada. Com

Page 132: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif

Jurnai Skolastik Keperawatan | Vol.1, No. 2 | Jul - Des 2015 | 83

Widyastuti, P. (2004). Manajemen stres. Jakarta : EGC

Wiknjosastro, H. (2007). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Penerbit Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Wiknjosastro, H. (2008). Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Page 133: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI …digilib.ukh.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-mardhiasal-1613-1-mardhias-n.pdfketidaknyamanan berupa rasa nyeri dan sakit karena luka operatif

Jurnai Skolastik Keperawatan | Vol.1, No. 2 | Jul - Des 2015 | 84